KONSEPSI KAMPANYE SADAR PAJAK
(Studi Pada Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Timur)
S K R I P S I
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)
Alfianur Haris NIM : 08220279
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Lembar Persetujuan Skripsi Nama : Alfianur Haris
NIM : 08220279 Konsentrasi : Public Relations Jurusan : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Judul Skripsi : Konsepsi Kampanye Sadar pajak
(studi pada Direktorat Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Timur)
Pembimbing : 1. Himawan Sutanto, M.Si 2. Roziana Febrianita, S.Sos
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Himawan Sutanto, M.Si Roziana Febrianita, S.Sos
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Alfianur Haris
NIM : 08220279
Konsentrasi : Publik Relation Jurusan : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik
: KONSEPSI KAMPANYE SADAR PAJAK
(Studi Pada Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Kalimantan Timur)
Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
Dan dinyatakan LULUS
Pada hari Sabtu tanggal 14 Juli 2012 bertempat di Ruang 607
Mengesahkan, Dekan
Fakultas Ilmu Sosialdan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
Dr. Wahyudi, M.Si
DewanPenguji
PERNYATAAN ORISINALITAS Yang bertanda di bawah ini,
Nama : Alfianur Haris
Tempat, TanggalLahir : Samarinda, 24 Oktober 1990 Nomor Induk Mahasiswa : 08220279
Konsentrasi : Publik Relation
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik
Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul :
KONSEPSI KAMPANYE SADAR PAJAK (Studi Pada Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Timur) Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruh, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.
Demikian surat penyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian hari terdapat masalah berkaitan dengan kaya tulis ilmiah (skripsi) ini, saya bersedia untuk mempertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Malang, 14 Juli 2012
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI Nama : Alfianur Haris
NIM : 08220279 Konsentrasi : Public Relations Jurusan : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Judul Skripsi : Konsepsi Kampanye Sadar pajak
(studi pada Direktorat Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Timur)
Pembimbing : 1. Himawan Sutanto, M.Si 2. Roziana Febrianita, S.Sos Kronologi Bimbingan
Tanggal Paraf Pembimbing Keterangan
Pembimbing 1 Pembimbing 2
15 Februari 2012 Acc. Judul
25 Februari 2012 Proposal
2 Maret 2012 Seminar Proposal
1 Mei 2012 Acc. Bab I
Pembimbing I Pembimbing II
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul EVALUASI KAMPANYE SADAR PAJAK PADA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KALIMANTAN TIMUR (Studi Pada Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Timur) dengan baik dan lancar sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan Program S-1 Public Relations Jurusan Komunikasi Terapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini tidak lepas dari berbagai kesulitan. Tetapi berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka kesulitan ini dapat diatasi. Oleh karena itu, penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik secara moril maupun materiil kepada :
1. Para penulis buku yang telah menjadi sumber informasi dan refrensi yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
2. Himawan Sutanto, M.Si selaku Pembimbing I, terima kasih atas bimbingan dan arahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik dan lancar.
3. Dosen penguji Bpk. Fauzik dan Bpk. Farid Rusman yang telah memberikan koreksi dan arahan dalam skripsi ini .
4. Roziana Febrianita, S.Sos selaku Pembimbing II Tugas Akhir, terima kasih atas bimbingan dan arahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik dan lancar.
6. Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Timur atas kesedian untuk saya dapat melakukan penelitian ini.
7. Arinda Hutamawati, sebagai teman hati yang sudah sabar dan tulus mendampingi setiap langkahku dalam suka dan duka.
8. Sahabat-sahabatku Mustiawan, Muhammad Miftah Nugraha, Teddy Oktavianto dan Teguh Setiawan HP, Dian Budi Wicaksono, Harris Syahjohan, Diah Ayu F, Widorini, M. Zainal, Tommi Permata Kasuma, Nurul Fitriani, Pricilla Tirta, terima kasih atas bantuan dan dukungan serta persahabatan yang telah kita jalin selama ini.
9. Dan kepada semua pihak yang telah membantu menulis.
Penulis menyadari adanya keterbatasan kemampuan sehingga hasil penulisan Tugas Akhir masih jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik guna menyempurnakan laporan Tugas Akhir ini.
Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan pihak-pihak yang berkepentingan pada khususnya.
Malang, 14 Juli 2012
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL... i
LEMBAR PERSETUJUAN...ii
LEMBAR PENGESAHAN...iii
LEMBAR ORISINILITAS...iv
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI………..v
MOTTO...vi
KATA PENGANTAR...vii
ABSTRAKSI...viii
DAFTAR ISI...ix
BAB I PENDAHULUAN……….1
A. Latar Belakang……….1
B. Rumusan Masalah………5
C. Tujuan Penelitian……….5
D. Kegunaan Penelitian ………5
E. Tinjauan Pustaka……….6
E.1 Pengertian Komunikasi………..7
E.2 Pengertian Kampanye………7
E.3 Jenis-jenis Kampanye………...8
E.4 Bentuk-Bentuk Komunikasi dalam Kampanye………9
E.6 Strategi Komunikasi Dalam Kampanye……….10
E.5 Sasaran Kampanye ………14
E.7.1 Komunikasi Satu Arah……….16
E.7.2 Komunikasi Interaksi………16
E.7.3 Komunikasi Transaksi……….17
E.8 Efek Komunikasi dalam Kampanye……….……17
E.9 Teknik Komunikasi……….18
E.9.1 Komunikasi Persuasif……….18
E.9.2 Komunikasi Informatif………24
E.9.3 Komunikasi Instruktif………..…….25
E.9.4 Komunikasi Koersif………26
E.9.5 Media yang Digunakan dalam Kegiatan Kampanye…27 E.10 Hambatan Dalam Kampanye………30
E.11 Pengertian Humas………...31
E.12 Pengertian Kesadaran………...32
E.13 Pengertian Pajak……….32
E.14 Komunikasi Efektif………34
F. Devinisi Konseptual………...…36
G. Metode Penelitian………..37
G.1 Tipe dan Jenis Penelitian……….37
G.2 Lokasi Penelitian………..38
G.3 Objek dan Informan Penelitian………38
G.4 Teknik Pengumpulan Data………40
G.5 Teknik Analisis Data……….41
BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN………... 37
A. Gambaran Umum Kota Balikpapan
A.1 Gambaran Wilayah Kota Balikpapan Secara Geografis……..44 A.2 Jumlah Penduduk Kota Balikpapan ………45 A.3 Gambaran Umum Kantor Wilayah DJP
Kalimantan Timur………..46 A.4 Tugas dan Tanggung Jawab Kantor Wilayah DJP
Kalimantan Timur……….50
A.5 Kegiatan P2 Humas Kantor Wilayah DJP Kalimantan Timur dalam Kampanye Sadar Pajak………..……….51
BAB III PEMBAHASAN DAN PENYAJIAN DATA………...55
A. Gambaran Umum Informan
A.1 Biodata Informan Dari Direktorat Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat………55 A.2 Analisis Data Informan………....56 B. Konsepsi Kampanye Sadar Pajak
B.1 Konsepsi yang Berkaitan denganTugas dan
Fungsi Humas………...58 B.2 Konsepsi yang Berkaitan dengan Tujuan Kampanye……….62 B.3 Konsepsi yang Berkaitan dengan Sasaran kampanye
Sadar Pajak………....62 B.4 Konsepsi yang Berkaitan dengan Media Kampanye Sadar Pajak
D.4.2 Media Cetak ………..76
D.4.3 Media Elektronik………...79
BAB IV PENUTUP……….. 84
A. Kesimpulan………... 84
B. Saran Praktis………. 85
C. Saran Akademis……….... 85
Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta
Anggoro, Linggar, 2005. Teori & Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
Bungin. Burhan. (2010). Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana
Daymon, Christine. Holloway, Immy. 2008. Metode-Metode Riset Kualitatif dalam Public relations & Marketing Communications. Yogyakarta: PT.
Bentang Pustaka.
Gregory, Anne, 2004. Public Relations dalam Praktek, Erlangga
Hamidi. 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang : UMM press
---, 2009. Metode Penelitian Kualitatif, UMM Press, Malang
Hamalik, Oemar. (1989). Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan. Bandung: Penerbit Mandar Maju
Iriantara, Yosal,2007. Community Relations Konsep dan Aplikasinya. Simbiosa Rekatama Media
Jalaludin, Rakhmat. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Khasali, Rhenald, (1994). Manajemen Public Relations. Jakarta: PT. Gramedia Kriyanto, Rachmat. (2006). Teknis Praktis Riset Komunikasi. Surabaya: Pernada
Media Group.
Moleong, Lexy,J. (2002). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : Pt remaja Rosdakarya.
Munawir, H.S. Drs. (2000). Perpajakan, Edisi Revisi. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta
Nasution Zulkarnaen, (2003). Konsep Menejemen Humas di Perusahaan, Instansi dan Lembaga, Malang
---,(2001). Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi: Konsepi dan aplikasi, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Ritongga, M. Jamiludin,(2004). Riset Kehumasan, PT. Grasindo, Jakarta
Sumirat, Soleh dan elvirano Ardianto, (2003). Dasar-dasar Public Relations. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Waluyo. (2005). Pepajakan Indonesia. Jakarta : Penerbit Salemba Empat
Wulandari, Diah. (2009). Komunikasi dan Konseling dalam praktik kebidanan. Jogjakarta : Nuha Medika Press
Non Books
http://m.tribunnews.com/2011/04/08/wajib-pajak-indonesia-capai-19-juta. diakses tanggal 20 februari 2012 jam 22.20 wib
http://nasional.kompas.com/read/2011/09/19/10594911/Jumlah.Penduduk.Indones ia.259.Juta. diakses tanggal 20 februari 2012 jam 22.15 wib
http://all-about-theory.blogspot.com/2010/03/pengertian-kampanye.html diakses tanggal 21 februari 2012 jam 22.00 wib
http://www.scribd.com/doc/53163069/14/Pengertian-Kesadaran diakses tanggal 21 februari 2012 jam 22.10 wib
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara yang telah ditetapkan oleh perundang-undangan, sehingga dapat dipaksakan dan tidak mendapatkan balas jasa secara langsung dari pemerintah. Pajak dipungut oleh pemerintah berdasarkan norma-norma hukum untuk menutupi biaya produksi dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum. Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir dengan UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah "kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Dalam struktur keuangan negara, tugas dan fungsi penerimaan pajak dijalankan oleh Direktorat Jenderal Pajak di bawah Departemen Keuangan Republik Indonesia.
2 menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, selanjutnya pajak memiliki fungsi mengatur pertumbuhan ekonomi, fungsi stabilitas serta fungsi retrebusi pendapatan.
Dari tahun ke tahun telah dilakukan berbagai langkah dan kebijakan untuk meningkatkan penerimaan pajak sebagai sumber penerimaan negara. Kebijakan tersebut dapat dilakukan melalui penyempurnaan perundang-undangan, penerbitan peraturan-peraturan baru di bidang perpajakan, meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak maupun menggali sumber-sumber pajak lain. Dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak salah satu upaya yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak melalui bagian humas adalah dengan mengadakan kampanye sadar pajak yang dilakukan secara berkala. Melalui kampanye yang dilakukan secara berkala, diharapkan efek yang akan didapatkan adalah terbangunnya kesadaran membayar pajak dalam diri masyarakat. Kebiasaan wajib pajak dengan mendengar kampanye sadar pajak di media-media akan meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak. Kebiasaan adalah komponen konotatif dari faktor sosiopsikologis. Kebiasaan adalah perilaku manusia yang menetap, kebiasaan merupakan hasil pelaziman yang berlangsung pada waktu yang lama. Setiap orang memiliki kebiasaan berlainan dalam menanggapai stimulus tertentu. Kebiasaan inilah yang akan memberikan pola perilaku tertentu yang dapat diramalkan (Djalaludin Rahmad 2007:43).
3 hingga brosur yang dibagikan kepada masyarakat. Dengan tingginya intensitas informasi yang diterima oleh masyarakat, maka dapat secara perlahan merubah mindset masyarakat tentang pajak ke arah yang positif. Kampanye sadar pajak dibedakan menjadi beberapa metode yaitu berdasarkan medianya, berdasarkan segmentasinya dan berdasarkan metode penyampaiannya. Berdasarkan media yang digunakan dalam kampanye sadar pajak ini melalui media elektronik maupun cetak, berdasarkan segmentasi kampanye sadar pajak yang telah dilakukan oleh DJP adalah High School Tax Road Show, High School Tax Competition, Tax Goes to Campus. Metode panyampaian sosialisasi dalam
4 mendapatkan hasil yang maksimal, akan tetapi masih banyak permasalahan yang akan diperoleh dalam kampanye sadar pajak tersebut.
5 B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah : “bagaimana konsepsi kampanye sadar pajak di
Direktorat Penyuluhan, Pelayanan dn Hubungan Masyarakat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Timur”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengdeskriftipkan konsepsi kampanye sadar pajak yang dilakukan oleh Direktorat Penyuluhan, Pelayanan dn Hubungan Masyarakat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Timur .
D. Kegunaan Penelitian D.1 Secara Akademis
Setelah mengetahui hasil analisis dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan bagi mahasiswa tentang konsepsi kampanye sadar pajak di Direktorat Penyuluhan, Pelayanan dn Hubungan Masyarakat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Timur D.2Secara Praktis
6 E. Tinjauan Pustaka
E.1 Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi yang dalam bahasa inggrisnya communication berasal dari bahasa latin communicatio dan berasal dari kata komunis yang berarti sama. Sama di sini berarti sama makna (Effendi, 1993:3). Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia pada dasarnya komunikasi itu mengalir pada tindakan oleh satu orang atau lebih yag mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan yang terjadi dalam suatu kontek tertentu, memiliki pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Setiap tindakan komunikasi tidak terlepas apakah itu bersifat interpribadi, antarpribadi, kelompok kecil, pidato terbuka dan komunikasi massa (Devito, 1997:23).
7 pengaruh dan pemahaman, bujukan dan sebagainya (Mulyana, 2002:62). Adapun unsur-unsur pokok komunikasi adalah :
Sumber adalah komunikator yang menyampaikan pesan
Pesan adalah suatu hal yang disampaikan kepada penerima pesan Tujuan adalah penerima pesan yang disebut komunikan (Ruslan, 2005:19) E.2 Pengertian Kampanye
Kampanye merupakan salah satu teknik komunikasi yang bersifat dua arah. Proses kampanye tidak terlepas dari komunikasi yang bersifat membujuk (persuasive) mendidik (edukative) dan mempengaruhi (propaganda). Kampanye akan selalu menganuut pokok-pokok komunikasi seperti yang dirumuskan oleh Harold D. Laswell yaitu who say what in wich channel to whom and with what effect. Menurut Leslie B. Snyder kampanye merupakan aktivitas komunikasi yang terorganisasi, secara langsung ditujukan kepada khalayak tertentu, pada periode waktu tertentu yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Michael Pfau dan Roxan Parrot dalam Bukunya Pesuasive communication campaingn mengungkapkan bahwa campaings are inherenly persuasive communikation activities atau kampanye selalu melekat dengan kegiatan komunikasi persuasif atau komunisuasif (Ruslan, 2005:23).
8 (Massachussetts, Addison-Wesley Publishing Co.,1979), yaitu secara umum merupakan tindakan komunikasi yang bertujuan untuk menciptakan khalayak mengadopsi pandangan komunikator tentang suatu hal atau melakukan suatu tindakan tertentu. Artinya, dari pengertian kampanye melalui komunisuasif tersebut dapat disimpulkan bahwa tindakan persuasif yang pada prinsipnya dalam proses komunikasi adalah bertujuan untuk mengubah atau ingin memperteguh sikap, pandangan, kepercyaan dan perilaku masyarakat secara sukarela sesuai dengan apa yang telah direncanakan oleh komunikatornya (Ruslan, 2005:27-28). E.3 Jenis-jenis Kampanye
Jenis-jenis kampanye pada prinsipnya adalah motivasi yang melatarbelakangi diselenggarakannya sebuah program kampanye. Motivasi tersebut pada gilirannya akan menentukan ke arah mana kampanye akan diselenggarakan dan apa tujuan yang akan dicapai. Bertolak dari keterkaitan tersebut, Charles U. Larson (1992) membagi jenis kampanye ke dalam tiga kategori yakni:
Product-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada
9 Candidate-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi
pada kandidat umumnya yang dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. Karena itu jenis kampanye ini dapat juga disebut sebagai political campaigns (kampanye politik). Tujuannya antara lain adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diajukan partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang diperebutkan lewat proses pemilihan umum.
Ideologically or cause oriented campaigns adalah jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan sering kali berdimensi perubahan sosial. Karena itu kampanye jenis ini dalam istilah Kotler disebut sebagai social change campaigns, yakni kampanye yang ditujukan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik yang terkait. E.4 Bentuk-Bentuk Komunikasi dalam Kampanye
10 akan terjadi komunikasi timbal balik antara penyampai kampanye dengan khalayak (Ruslan, 2005: 67-68).
Menurut Joseph A. Devito Bahwa bentuk komunikasi antar manusia antara lain yaitu :
1. Komunikasi Interpersonal
2. Komunikasi Kelompok dan Organisasi 3. Komunikasi di Muka Umum
4. Komunikasi Antar Budaya 5. Komunikasi Massa
E.5 Strategi Komunikasi Dalam Kampanye
Tujuan komunikasi dilihat dari berbagai aspek dalam kampanye dan propaganda, baik untuk keperluan promosi maupun publikasi. Strategi itu pada hakikatnya adalah suatu perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan tertentu dalam praktik operasionalnya. Komunikasi secara efektif adalah sebagai berikut:
- Bagaimana mengubah sikap (how to change the attitude) - Mengubah opini (to change the opinion)
- Mengubah perilaku (to change behavior)
Tujuan utama strategi dalam komunikasi menurut R. Wayne Pace, Brent D. Peterson dan M. Dallas Burnett dalam bukunya Techniques for Effective Communication adalah sebagai berikut :
- To secure understanding
11 - To establish acceptance
Bagaimana cara penerimaan itu terus dibina dengan baik. - To motive action
Penggiatan untuk memotivasinya.
- The goals which the communicator sought to achieve
Bagaimana mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari proses komunikasi tersebut.
Peristiwa dalam proses komunikasi kampanye ini melibatkan konseptor (conception skill), teknisi komunikasi (technical skill) dan komunikator dengan segala kemampuan komunikasi (communication skill) untuk mempengaruhi komunikan dengan dukungan berbagai aspek teknis dan praktis operasional dalam bentuk perencanaan yang taktis dan strategik untuk mencapai tujuan tertentu.Strategi Dalam kampanye hakikatnya adalah suatu perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan tertentu dalam praktik operasionalnya. Ruslan dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Public
Relations dan Media Komunikasi” mengutip pendapat Cutlip dan Center
setidaknya ada tujuh strategi komunikasi dalam kampanye atau dikenal dengan “The 7C’s of Communication” antara lain sebagai berikut.
a. Credibility
12 pesan tersebut berdasarkan keyakinan yang dapat dipercaya, begitu juga tujuannya.
b. Contex
Program komunikasi mestinya berkaitan dengan lingkungan hidup atau keadaan sosial yang tidak bertentangan dan seiring dengan keadaan tertentu dan memperlihatkan sikap partisipatif.
c. Content
Pesan yang akan disampaikan itu mempunyai arti bagi audiensnya dan memiliki kecocokan dengan sistem nilai yang berlaku bagi orang banyak dan bermanfaat.
d. Clarity
Pesan dalam komunikasi itu disusun dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh atau mempunyai persamaan arti antara komunikator dengan komunikannya.
e. Continuity dan Consistency
Komunikasi tersebut merupakan proses yang tidak ada akhirnya yang memerlukan pengulangan-pengulangan untuk mencapai tujuan dan bervariasi, yang merupakan kontribusi bagi fakta yang ada dengan sikap penyesuaian melalui proses belajar. Isi atau materi pesan harus konsisten dan tidak membingungkan audiensinya.
13 Menggunakan media sebagai saluran pesan setepat mungkin dan efektif dalam menyampaikan pesan yang dimaksud.
g. Capability of audience
Komunikasi tersebut memperhitungkan kemungkinan suatu kemampuan dari audiensinya, yaitu melibatkan berbagai faktor adanya suatu kebiasaan. Kebiasaan membaca ataupun kemampuan menyerap ilmu pengetahuan dan sebagainya perlu diperhatikan oleh pihak komunikator dalam melakukan suatu kampanye Public Relations (Ruslan, 2003: 99-100).
Dalam kegiatan ini diperlukan rumusan program yang jelas untuk keberhasilan kampanye. Program kampanye adalah serangkaian kegiatan humas yang direncanakan dan dilaksanakan selama proses kampanye tersebut berjalan, meliputi :
a. Kegiatan Program kampanye
1. menentukan tujuan yang hendak dicapai 2. menentukan sasaran kampanye
3. menentukan ruang lingkup kampanye 4. menentukan jangka waktunya
5. menentukan publik sasarannya
6. menentukan tema dan topik kampanye 7. menentukan efek yang diinginkan
14 9. pembentukan team work yang solid (Anggoro, 2005:76-77).
E.5 Sasaran Kampanye
Dalam kampanye humas yang menjadi sasaran secara umum dikelompokan sebagai berikut :
a. Kelompok yang berkepentingan seperti pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
b. Masyarakat sekitar atau tertentu (Community Relations) , seperti lingkunga sosial di sekitar kawasan perkantoran, pendidikan, komunitas, keagamaan dan sebagainya.
c. Badan lembagaga swadaya masyarakat (Consumen Bodies), misalnya YLK (Yayasan Lembaga Konsumen) sebagai kelompok penekan yang banyak memberikan kritikan yang cukup berpengaruh terhadap opini konsumen terhadap pemakaian produk atau perusahaan.
d. Kelompok sebagai penekan (Pressure Group), Misalnya para politikus eksekutif dan legislatif yang banyak memberikan pengaruh yang sifatnya kontrol sosial atas penilaian baik atau buruknya suatu perusahaan atau instansi.
e. Kelompok pemuka agama dan masyarakat (Opinion Leader),yang sifatnya suri tauladan atau para tokoh berupa imbauan atau ajakannya itu akan menjadi panutan orang banyak dalam suatu komunitas atau mayarakat tertentu.
f. Trade Association atau asosiasi perdagangan atau profesi yang merupakan
15 g. Kelompok business relations atau kelompok relasi bisnis, seperti pihak
perbankan, kreditor, suplier dan distributor. (Ruslan, 2005: 33-34). E.7 Model Proses Komunikasi dalam Kampanye
E.7.1 Komunikasi Satu Arah
16 perubahan sikap, persuasif, menerima atau menolak. Penjelasan Regers dan Shoemaker tersebut merupakan model proses komunikasi yang sama atau mirip pada unsur-unsur pembaruan komunikasi yang tersebar.
E.7.2 Komunikasi Interaksi
Dalam pengertian sempit interaksi berarti saling mempengaruhi (mutual influence). Komunikasi sebagai interaksi menyertakan komunikasi sebagai proses-sebab akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Komunikasi sebagai interaksi lebih dinamis dari pada komunikasi satu arah. Namun komunikasi interaksi masih membedakan para peserta sebagai pengirim dan penerima pesan, karena itu masih tetap berorientasi sumber, meskipun kedua peran itu dianggap bergantian.
Unsur yang terdapat dalam komunikasi interaksi adalah umpan balik (feed back), yakni apa yang disampaikan penerima pesan kepada sumber pesan yang sekaligus digunakan sumber pesan sebagai petunjuk mengenai efektifitas pesan yang disampaikan sebelumnya.
E.7.3 Komunikasi Transaksi
17 mengisyaratkan bahwa pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam keadaan terindependensi atau tumbal balik. (Mulyana, 2008:67-76)
E.8 Efek Komunikasi dalam Kampanye
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang, karena pengaruh juga bisa diartikan perubahan atau penguatankeyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan. Menurut Onong Uchyana Effendy (2006) dalam bukunya Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, yang termasuk dalam efek komunikasi adalah Efek Kognitif (Cognitive effect), Efek Afektif (Affective effect), serta Efek Konatif yang sering juga disebut Efek Behavioral (Behavioral effect).
Efek Kognitif
Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bigung menjadi lebih jelas.
Efek Afektif
18 air mata, dan lain-lain perasaan yang hanya bergejolak di dalam hati.
Efek Konatif
Efek ini bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Karena berbentuk perilaku, maka sebagaimana disinggung di atas, efek konatif sering juga disebut dengan efek behavioral. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif dan/atau efek afektif.
E.9 Teknik Komunikasi E.9.1 Komunikasi Persuasif
Seringkali kita mengajak orang lain untuk melakukan sesuatu baik secara tidak sadar maupun secara sadar. Ajakan tersebut biasanya berupa bujukan yang berarti mempengaruhi orang lain, atau membuat perilaku orang lain berubah sesuai dengan keinginan kita dengan menggunakan komunikasi. Itulah yang disebut proses persuasif. Sedangkan mempengaruhi orang lain agar melakukan apa yang kita inginkan dengan menggunakan apa saja, dengan alat apa saja, misalnya ancaman, tekanan, pengkondisian, terror, siksaan dan sebagainya merupakan proses influence.
19 kerjanya adalah persuadere yang berarti membujuk, mengajak atau merayu. Maka komunikasi persuasif adalah komunikasi yang dilakukan oleh seorang komunikator untuk membujuk atau mengajak orang lain agar mengikuti kehendak komunikator (Effendi, 1992:117). Senada dengan Ritonga (2005:14-15) yang mengungkapkan bahwa tujuan komunikasi persuasif untuk mempengaruhi atau membujuk manusia lain baik itu secara umum maupun spesifik. Persuasif bersifat psikologi manusiawi, berbeda dengan koersif yang bersifat sanksional, yaitu mempengaruhi orang lain dengan ancaman dan paksaan. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi persuasif adalah komunikasi verbal maupun non verbal berupa bujukan atau ajakan agar komunikan mau mengikuti kehendak komunikator.
Menurut Effendi (1992:125-128) ada beberapa teknik dalam komunikasi persuasif adalah sebagai berikut:
a. Teknik Asosiasi (Association)
Adalah penyajian pesan komunikasi dengan cara menumpangkannya pada suatu obyek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak. Teknik ini sering di gunakan oleh kalangan bisnis atau kalangan politik. Sebagai contoh, dalam kampaye Pemilihan Umum, ada partai polotik yang memanfaatkan ketenaran Oma Irama si raja dangdut untuk merebut hati massa. Dengan alasan peristiwa pemunculannya sering membuat massa menjadi histeris.
20 Merupakan kemampuan komunikator untuk menyatukan diri secara komunikatif dengan komunikan. Ini berarti bahwa melalui komunikasi verbal maupun nonverbal, komunikator menggambarkan
bahwa ia ‘senasib’ dan menjadi ‘satu’ dengan komunikan. Sebagai
contoh, komunikator menggunakan perkataan “kita”, bukan
perkataan “saya” atau “kami”. Komunikator dalam menggunakan
kata “kita” mengandung arti bahwa ia memperjuangkan kepentingan
bersama, atau sedikitnya kepentingan komunikator dan komunikan. Sehingga pihak komunikan tidak merasa bahwa pihak komunikator menempatkan diri di atasnya atau mengguruinya.
c. Teknik Iming-iming dan Menakut-nakuti (Pay-off and Fear Arousing)
Dalam kegiatan mempengaruhi orang lain, seorang komunikator bisa melakukannya dengan dua cara, yaitu dengan jalan iming-iming (pay-off) hal yang menguntungkan atau memberi harapan (rewarding) dan menakut-nakuti (fear arousing) dengan menggambarkan konsekuensi yang buruk (punishment). Dalam rangka mencapai tujuannya, teknik pay-off berdaya-upaya menumbuhkan kegairahan emosional, sedangkan teknik fear arousing berupaya membangkitkan ketegangan emosional. Tetapi
21 menggunakan fear arousing yang berlebihan, tetapi lebih baik memakainya secara sineger-tengah.
d. Teknik Tataan (Icing)
Merupakan seni menata pesan komunikasi dengan emotional appeal sedemikian rupa sehingga komunikan menjadi lebih tertarik. Dengan demikian pesan komunikasi bisa enak didengar atau dibaca serta termotivasi untuk melakukan sebagaimana disarankan oleh isi pesan tersebut. Usaha menampilkan emotional appeal dimaksudkan hanya agar komunikan lebih tertarik hatinya, komunikator sama sekali tidak membuat cacat fakta informasi yang ditata tadi. Maka, faktanya sendiri harus tetap utuh, tidak boleh dilebih-lebihkan atau dikurangi. Hal ini bertujuan untuk menjaga kredibilitas komunikator.
e. Teknik Gerak Tipu (Red Herring)
22 Jenis teknik ini biasanya dilakukan pada saat komunikator berada pada posisi terdesak.
Demi keberhasilannya, maka komunikasi persuasif perlu dilaksanakan secara sistematis. Para ahli memiliki pendapat yang sama untuk menentukan pendekaatan (approach) komunikasi persuasif, yakni disebut dengan “A-A-procedure” atau “from Attention to Action procedure”. Ada ahli yang menganjurkan agar A-A-proedure tersebut
dilakukan melalui proses rumus klasik atau formula AIDDA, yaitu:
A – Attention (Perhatian)
I – Interest (Minat)
D – Desire (Hasrat)
D – Decision (Keputusan)
A – Action (Tindakan) (Effendi, 1993:25).
Dalam setiap komunikasi selalu ada yang namanya hambatan. Begitu juga dengan komunikasi persuasif, yaitu hambatan yang sifatnya objektif dan yang subjektif. Hambatan yang sifatnya objektif merupakan gangguan terhadap berlangsungnya komunikasi yang tidak sengaja dilakukan orang lain. Ini dinamakan gangguan mekanik dan semantik.
23 dengan media massa atau saluran komunikasi interpersonal secara lisan. Sedangkan gangguan semantik merupakan gangguan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik tersaring ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa yang biasanya berbentuk dalam salah pengertian.
Hambatan selanjutnya adalah yang bersifat subjektif, yaitu hambatan yang sengaja dibuat oleh orang lain, dalam hal ini adalah pertentangan kepentingan dan prasangka. Hambatan karena kepentingan merupakan hambatan jenis lain dalam komunikasi yang terdapat pada diri komunikan. Komunikan akan memperhatikan pesan komunikasi yang ada hubungan dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian, tetapi juga menentukan daya tanggap dan tingkah laku kita sehingga menjadi reaktif terhadap segala perangsang yang tidak sesuai atau bertentangan dengan kepentingan individu itu sendiri, yang merupakan akibat terpengaruhinya perasaan dan pikirannya.
24 manusia dalam menilai sesuatu memberlakukan persaan senang dan tidak senang (like and dislike).
E.9.2 Komunikasi Informatif
Pengertian informatif yakni agar orang lain yang diajak komunikasi dapat mengerti dan tahu apa yang disampaikan atau diucapkan oleh seorang komunikator. Senada dengan Suprapto dan Fahrianoor (2004:88) dalam bukunya yang menyebutkan bahwa komunikasi informatif adalah proses penyampaian pesan yang sifatnya “memberi tahu” atau memberi penjelasan kepada orang lain.
Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dengan informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan kabar atau berita tentang sesuatu. Adapun macam informasi yang ingin diinformasikan sesuai dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
Batasi jumlah informasi
25 Tekankan manfaat
Komunikan akan mengingat informasi dengan baik bila mereka merasa informasi itu bermanfaat untuk kebutuhan atau tujuan mereka.
Kaitkan informasi baru dengan yang lama
Komunikan akan lebih mudah mencerna informasi dan mengingatnya lebih lama apabila informasi tersebut dikaitkan dengan apa yang telah mereka ketahui. Kaitkan yang baru dengan yang lama, yang tidak dikenal dengan yang dikenal, yang belum pernah dirasakan dengan yang pernah dirasakan.
Sajikan informasi melalui beberapa alat indra
Komunikan akan mengingat dengan baik informasi yang mereka terima melalui beberapa alat indra seperti pendengar, penglihat, penciuman, pengecap dan perasa.
Variasikan tingkat abstrak
Kombinasikan abstraksi dan rincian. Terlalu banyak abstraksi tanpa rincian atau terlalu banyak rincian tanpa abstraksi akan kurang efektif ketimbang kombinasi keduanya.
26 Instruktif adalah suatu perintah yang biasanya perintah tersebut bersifat mengancam. Tetapi ancamannya itu mengandung suatu yang dapat menjadikan seseorang itu untuk melakukan perintahnya. Instruktif bersifat memerintah, nasihat-nasihatnya bergaya. Sedangkan yang dimaksud dengan instruksi adalah perintah atau arahan (untuk melakukan suatu pekerjaan atau melakukan suatu tugas, dan merupakan pelajaran dan petunjuk).Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi instruktif adalah komunikasi yang bersifat memerintah, nasihat-nasihatnya bergaya, biasanya berupa pelajaran dan petunjuk agar orang lain melakukan suatu tindakan tersebut.
E.9.4 Komunikasi Koersif
27 Otto Lerbinger dalam bukunya, Designs for Persuasive Communication mengulas tentang koersif. Di mana ia mengatakan bahwa, jika paksaan ingin dilaksanakan, orang banyak atau rakyat tidak perlu secara nyata didorong-dorong. Penjagaan berseragam, senapan yang bersangkur, kendaraan yang dilengkapi senjata, bahkan penjara atau tiang gantungan sudah menunjukkan lambang paksaan. Dan semuanya itu merupakan lambang dari sebuah kekuatan. Jadi, komunikasi koersif berarti proses penyampaian pesan (pikiran dan perasaan) oleh seseorang kepada orang lain untuk mengubah sikap, opini, atau perilaku dengan gaya yang mengandung paksaan (Effendy, 2002:84).
E.9.5 Media yang Digunakan dalam Kegiatan Kampanye
Menurut Association of Educational Communications and Technology (AECT) media adalah segala bentuk yang digunakan untuk menyalurkan informasi (Situmorang dan Suparman, 1988:15). Menurut Ahmad Rohani (1997:24), media adalah semua bentuk perantara yang dipakai untuk menyampaikan ide, sehingga ide tersebut dapat kepada penerima. Kampanye yang sudah direncanakan dengan matang memerlukan media untuk memperluas, menyebarkan dan mengkomunikasikan kepada target sasarannya. Media yang sering dipakai dalam kegiatan kampanye humas diantaranya.
a. Media Pers (Press) : media ini terdiri dari berbagai macam koran, majalah, tabloid, buku baik yang berskala regional, nasional maupun internasional.
28 c. Radio : kategori ini meliputi semua jenis radio dengan berbagai macam program siarannya dan sering digunakan sebagai media humas yang sangat efektif.
d. Televisi : media ini adalah media audio visual dengan berbagai siarannya dan sering digunakan sebagai media humas yang sangat efektif.
e. Pameran : media ini digunakan untuk ekshibisi secara langsung ke target sasarannya.
f. Bahan-bahan cetakan : yakni berbagai macam bahan cetakan yang bersifat mendidik, informatif, dan menghibur yang disebarkan dalam berbagai bentuk, seperti pamflet, poster, spanduk, flyer, dan sebagainya.
g. Penerbitan buku khusus (sponsored books) : isi buku ini bermacam-macam, misalnya mengenai seluk beluk organisasi, petunjuk lengkap mengenai program, produk atau organisasi. h. Pesan-pesan lisan (spoken word) : media humas tidak hanya
melalui media massa saja tetapi melalui komunikasi langsung atau tatap muka.
i. Pemberian sponsor (sponsorship) : media ini bertujuan untuk memperkenalkan organisasi dengan berpartisipasi dalam acara, sehingga terkesan organisasi ini peduli terhadap acara tersebut yang akan berpengaruh pada pencitraan.
29 Alat pendukung kampanye humas dalam publikasi dan pengenalan antara lain :
a. Suplemen, advertorial (artikel sponsor) periklanan humas, sponsorship (penyokong acara).
b. Booklet, brosur, leaflet, dan lain-lain.
c. Poster, sticker, banner, spanduk, umbul-umbul, pamflet. d. Postcard, calender, supplement publications, direct mail. e. Surat berkop perusahaan, kartu nama untuk membangun relasi. f. Komunikasi melalui faxmail, teleks, telephone.
g. Komunikasi elektronik atau Email, misalnya internet, computer line dan direct phone (Nasution, 2003:106).
Secara umum ada tiga faktor untuk menentukan media dapat menyampaikan pesan secara efektif antara lain adalah :
a. Ketepatan dalam memilih media yang sesuai dengan materi dan tujuan yang hendak dicapai.
b. Kesesuaian media dengan sasaran.
c. Ketepatan cara penggunaannya ( Situmorang dan Suparman, 1988:18).
30 E.10 Hambatan Dalam Kampanye
Kegiatan kampanye yang dilakukan untuk tujuan tertentu tidak akan lepas dengan berbagai hambatan yang menjadi penghalang dengan tujuan yang diinginkan. Hambatan tersebut selanjutnya mendapatkan perhatian untuk diselesaikan. Adapun hambatan dalam melakukan kampanye public relations adalah sebagai berikut :
a. Komunikator lemah atau tidak menguasai Communication Skill (kemampuan berkomunikasi) sehingga pesan yang disampaikan tidak mempengaruhi opini publik.
b. Pesan yang disampaikan tidak lengkap dan sesuai dengan keinginan atau minat audiensinya atau menggunakan bahasa yang tidak dimengerti oleh komunikan.
c. Media yang dipakai untuk menyampaikan pesan ke komunikan kurang pas sehingga tidak mampu menjangkau audiensinya dengan optimal. Hal tersebut diakibatkan dari kurang memperhitungkan strategi menggunakan perencanaan media secara tepat sehingga pesannya tidak sampai ke audiens dan menghasilkan citra yang kurang baik.
31 e. Efek dan dampak yang dihasilkan dari keempat komponen tersebut saling berkorelasi, satu sama lain terjadi banyak hambatan dan kekurangan (Ruslan, 2005:43-44).
E.11 Pengertian Humas
Cutlip dan Center seperti yang dikutip oleh Sumirat dalam bukunya Dasar- dasar Public Relations menyatakan bahwa Public Relations adalah fungsi menejemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasi kebijakan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan publik, serta merencanakan dan melakukan suatu program kehgiatan untuk meraih pengertian dan dukungan publik (Sumirat, 2003:14).
Pendapat lain menurut Khasali Menyatakan Publik Relations adalah fungsi strategi menejemen melakukan komunikasi yang menimbulkan pemahaman dan penerimaan dari publik. Selain menyangkut hubungan dengan menejemen Public relations juga sebagai penerapan dari konsep komunikasi yang dipakai secara luas dalam bidang non bisnis seperti politik, kenegaraan, sosial, pemerintah, keagamaan, dan sebagainya (Khasali, 1994:15). Konsep humas menurut Rex F. Harlow seperti yang dikutip Nasution bahwa konsep humas dibagi menjadi dua yaitu :
a. Humas sebagai Method of Communication
32 fungsi-fungsi humas. Dapat disimpulkan bahwa hubungan fungsional antara humas dan organisasi adalah sebagai metode komunikasi.
b. Humas sebagai State of Being
Merupakan perwujudan suatu kegiatan komunikasi yang dilembagakan dalam bentuk biro, bagian, divisi, atau seksi, itulah yang dimaksudkan
“state of being” dalam sistem menejemen kehumasan, artinya terdapat
orang yang memimpin atau pejabat humas dalam lembaga tertentu. E.12 Pengertian Kesadaran
Kesadaran adalah suatu tingkat kesiagaan individu pada saat ini terhadap stimulus internal dan eksternal. Yaitu terhadap peristiwa-peristiwa lingkungan dan sensasi tubuh, memori danpikiran. Pengertian lainnya adalah Kemampuan individu mengadakan hubungan dengan ingkungan serta diri sendiri (melalui panca inderanya) dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungan serta diri sendiri (melalui perhatian).
Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran dan sebagainya. Yang penting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu untuk meningkatkan kesadaran.
E.13 Pengertian Pajak
33 timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Berdasarkan definisi di atas maka unsur-unsur pajak adalah :
1. Iuran rakyat kepada negara, yang berhak memungut pajak adalah negara dan iuran tersebut berupa uang (bukan barang atau jasa) 2. Ketentuan pajak berdasarkan undang - undang, jadi ketentuan
pajak dilaksanakan berdasarkan undang - undang yang dibuat oleh penyelenggara negara dan pemerintahan.
3. Tanpa jasa timbal balik dan kontra prestasi dari negara atau yang secara langsung dapat ditunjuk.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara yaitu pembiayaan negara yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Secara umum jenis-jenis pajak dapat dibagi menjadi : 1. Pajak Penghasilan (PPh),
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
3. Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), 4. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan 5. Pajak Lainnya.
34 pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Dalam pembahasan ini selanjutnya akan lebih difokuskan pada pajak Penghasilan (PPh) sebagai salah satu sumber utama penerimaan pajak bagi negara.
E.14 Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif adalah tersampaikannya gagasan, pesan dan perasaan dengan cara yang baik dalam kontak sosial yang baik pula. Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindak lanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu.
Komunikasi efektif terjadi apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi. Adapun Hukum komunikasi efektif antara lain :
a. Hukum 1 : Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hokum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain.
b. Hukum 2 : Empathy
35 kita mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengeti orang lain. Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain. Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan dengan cara dan sikap menerimanya
c. Hukum 3 : Audible
Makna audible antara lain : dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berari pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alan bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik.
d. Hukum 4 : Clarity
36 berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Kesalahan penafsiran atau perasaan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana.
e. Hukum 5 : Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsure yang terkait dengan hokum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Sikap rendah hati pada intinya antara lain sikap penuh melayani, sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, rela memaafkan serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar. (Diah Wulandari, 2009:52)
F. Devinisi Konseptual Pengertian Konsepsi
Konsepsi menurut kamus umum bahasa indonesia adalah pandangan, cara pandang seseorang (Diva Publisher, 2002)
Pengertian Komunikasi
37 Pengertian Kampanye
Menurut Leslie B. Snyder kampanye merupakan aktivitas komunikasi yang terorganisasi, secara langsung ditujukan kepada khalayak tertentu, pada periode waktu tertentu yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu.
Pengertian Efek
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang, karena pengaruh juga bisa diartikan perubahan atau penguatankeyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.
Komunikasi Informatif
Pengertian informatif yakni agar orang lain yang diajak komunikasi dapat mengerti dan tahu apa yang disampaikan atau diucapkan oleh seorang komunikator.
G. Metode Penelitian
G.1 Tipe dan Jenis Penelitian
38 samplingnya terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Disini yang lebih ditekankan adalah proses persoalan kedalaman data bukan banyaknya data.
Dalam penelitian kualitatif penyajian data adalah berupa kalimat per kalimat. Untuk mendapatkan data yang valid dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode penelitian sesuai dengan prosedur penelitian kualitatif.
G.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Direktorat Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat Kantor wilayah direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Timur Jl. Jenderal Ahmad Yani No. 68-69 Gedung Keuangan Negara Lt. III Balikpapan Kalimantan Timur, dan waktu penelitia dilaksanakan pada tanggal 21 Maret hingga 4 April 2012.
G.3 Objek dan Informan Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah konsepsi kampanye sadar pajak yang dilakukan oleh Direktorat Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak kalimantan Timur
39 menentukan karakteristik informan dari Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Mayarakat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Timur sebagai berikut:
NO Katagori Alasan
1 Sebagai PNS di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
Informan dianggap mengerti mengenai perpajakan.
2 Bertugas minimal 1 tahun di Direktorat Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Timur.
Informan telah menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pegawai di lingkungan Direktorat Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Timur sehingga dianggap mengerti mengenai objek sadar pajak sehingga informan lebih mengerti mengenai objek penelitian.
4 Bersedia menjadi informan dan diwawancarai dalam penelitian ini.
40 G.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Wawancara Semistruktur
Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur, yaitu peneliti memiliki draft pertanyaan tetapi memungkinkan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara bebas, terkait dengan permasalahan yang terkait. Tujuan dilakukannya untuk memperoleh data yang diperlukan mengenai kampanye sadar pajak. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Dalam penelitian ini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) dan bukan banyaknya (kuantitas) data. (Rachmat Kriyanto, 2006 :58). Data yang akan digali dalam teknik wawancara ini adalah data yang berkaitan dengan program-program kampanye sadar pajak khususnya pada staf humas dan wajib pajak.
b. Dokumentasi
41 G.5 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh di lapangan adalah merupakan hasil interaksi antara peneliti dan subjek penelitian, baik berupa individu atau berasal dari situasi sosial. Karena itu data yang dideskripsikan peneliti sebenarnya merupakan hasil rekonstruksi pikiran peneliti terhadap apa yang teramati. Dalam penelitian ini peneliti menyajikan data dengan membuat langkah- langkah sebagai berikut :
1. Membuat catatan lapangan
Maksud langkah ini adalah peneliti mencatat, merekam atau memotret apa yang didengar dan dilihat di lapangan. Langkah ini bisa disebut fase pengumpulan data (data collection). Awalnya bisa bersifat eksploratif dan semakin terfokus pada data yang diperlukan oleh peneliti.
2. Membuat catatan penelitian
Dalam langkah ini, peneliti menulis kembali semua yang diperoleh dari langkah pertama, sehingga menjadi catatan yang lebih rapi, mudah dipahami, enak dibaca tetapi hanya berisi yang terkait dengan yang diperlukan. Langkah penghalusan atau penyuntingan data ini harus dilakukan segera sesudah peneliti berada di “ruang
kerja” pada hari itu. Cara ini perlu dilakukan karena, peneliti masih
42 3. Mengelompokkan data sejenis
Semakin hari, hasil dari langkah pertama dan kedua akan semakin banyak, berlembar-lembar. Karena itu peneliti seawal mungkin jika sudah bisa, mulai memilah atau mengelompokkan “data sejenis”
atau subtema atau tema dari kumpulan data tersebut. Yang dimaksud data sejenis itu adalah sekumpulan data yang merupakan sejumlah indicator atau konsep internal dari satu konsep, sebagai sub tema atau tema.
4. Melakukan interpretasi dan penguatan
Pada langkah ini, peneliti “meraba-raba dalam member arti
terhadap deskripsi pada responden (kelompok – data) dalam menjawab permasalahan penelitian. Peneliti dalam hal ini sedang dalam aktivitas konseptualisasi. Ketika peneliti sudah mampu untuk mengelompokkan data, sebenarnya sudah ada arah tertentu untuk membuat konsep (Prof.Dr. Hamidi, Msi,Metode Penelitian Kualitatif, 2010)
43 G.6 Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data dalam penelitian ini menggunaka teknik keabsahan data dengan metode triangulasih sumber, yaitu membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam metode kualitatif yang dilakukan dengan :
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada dan orang pemerintahan.