SKRIPSI
ANALISIS DAMPAK MERGER DAN AKUISISI TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN KINERJA KEUANGAN
PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh:
PIVI PRINCIFAL YOSEFA TARIGAN 110501106
PROGRAM STUDI S1 EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
ANALISIS DAMPAK MERGER DAN AKUISISI TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis apakah ada perbedaan
abnormal return dan kinerja keuangan sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan. Pada penelitian ini, kinerja keuangan diproksikan oleh rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas dilihat dari current ratio, rasio profitabilitas dilihat dari return on equity dan return on asset, sedangkan rasio solvabilitas dilihat dari debt ratio dan debt to equity ratio. Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan merger dan akuisisi pada tahun 2008-2010. Penentuan sampel menggunakan metode
purposive sampling sehingga diperoleh sampel penelitian sejumlah 19 perusahaan. Periode pengamatan untuk abnormal return yaitu 10 hari sebelum dengan 10 hari sesudah merger dan akuisisi. Sedangkan untuk kinerja keuangan yaitu 3 tahun sebelum dengan 3 tahun sesudah merger dan akuisisi. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS 17.
Pengujian hipotesis untuk abnormal return menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test dan untuk kinerja keuangan menggunakan Paired Sample T-Test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan abnormal return dan kinerja keuangan sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan.
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE IMPACT OF MERGERS AND ACQUISITIONS ON THE ABNORMAL RETURN AND FINANCIAL PERFORMANCE OF THE
COMPANIES LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE
This study was conducted to analyze whether there are differences in abnormal returns and financial performance before with after mergers and acquisitions carried out. In thsi study, financial performance is proxied by financial ratios, namely for the liquidity ratio seen from the current ratio, the profitability ratio seen from return on equity and return on assets, while the solvency ratio seen from debt ratio and debt to equity ratio. The population of this research is a registered company in Indonesia Stock Exchange which do mergers and acquisitions in 2008-2010. The samples using purposive sampling method in order to obtain a sample of 19 companies. The period of observation for the abnormal return is 10 days before to 10 days after mergers and acquisitions. As for the financial performance that is 3 years before to 3 years after the mergers and acquisitions. Processing of the data in this study using SPSS application 17.
Hypothesis testing for abnormal returns using the Wilcoxon Signed Rank Test, and for the financial performance using the Paired Sample T-Test. The result of this study showed that there was no difference in abnormal returns and financial performance before with after mergers and acquisitions carried out.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena penyertaan dan
izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Dampak
Merger dan Akuisisi terhadap Abnormal Return dan Kinerja Keuangan Pada
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penyusunan skripsi ini
adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera
Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini penulis telah banyak menerima
bimbingan, saran, doa, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bimbingan dan bantuan serta dukungan, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., Ak., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, Pembantu Dekan beserta
stafnya.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E., M.Ec., dan Bapak Drs. Syahrir Hakim
Nasution, M.Si., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Irsyad Lubis, S.E., M.Soc.Sc., Ph.D., selaku Ketua Program Studi S1
Ekonomi Pembangunan dan Bapak Paidi Hidayat, S.E., M.Si., selaku Sekretaris
Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
4. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E., M.Ec., selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, serta
memberi saran dan masukan dari awal hingga selesainya skripsi ini.
5. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.si dan Bapak Paidi Hidayat, S.E., M.Ec., selaku
Dosen Pembanding I dan Pembanding II yang telah memberikan saran dan arahan
6. Seluruh Dosen Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah banyak
memberikan ilmu kepada penulis dari semester pertama sampai semester terakhir
perkuliahan.
7. Staf Departemen Ekonomi Pembangunan dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu penulis selama masa perkuliahan.
8. Teristimewa buat kedua orang tua yang penulis kasihi yaitu Bapak Piher
Tarigan dan Ibu Victoria Sembiring yang telah membesarkan, merawat,
membimbing, memberi nasehat dan pendidikan moral, dan yang telah bekerja
keras untuk menyekolahkan penulis sampai ke jenjang perguruan tinggi. Serta
buat doa, cinta, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis hingga skripsi
ini selesai.
9. Kakak yang penulis kasihi dan sayangi Chresbina Tarigan S.Pd dan keluarga
yang telah memberikan doa, dukungan, dan masukan bagi penulis selama
penyusunan skripsi ini.
10. Seluruh mahasiswa Ekonomi Pembangunan USU khususnya angkatan 2011
dan seluruh teman-teman penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah memberikan doa dan dukungan selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna yang disebabkan
keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu penulis
mohon maaf atas kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan skripsi ini serta
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir
kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Februari 2015
Penulis
NIM: 110501106
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK . ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 8
2.1.1. Merger dan Akuisisi ... 8
2.1.1.1. Merger ... 10
2.1.1.2. Akuisisi ... 12
2.1.1.3. Metode Pembayaran Merger dan Akuisisi .... 15
2.1.1.4. Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi ... 16
2.1.1.5. Tujuan Merger dan Akuisisi ... 18
2.1.2. Sinergi ... 20
2.1.3. Abnormal Return ... 22
2.1.4. Kinerja Keuangan ... 25
2.1.4.1. Rasio Likuiditas ... 27
2.1.4.2. Rasio Profitabilitas ... 27
2.1.4.3. Rasio Rasio Solvabilitas ... 28
2.1.5. Penelitian Terdahulu ... 29
2.2. Kerangka Konseptual ... 31
2.3. Hipotesis... 34
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 35
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35
3.3. Batasan Operasional ... 35
3.4. Definisi Operasional ... 36
3.5. Populasi dan Sampel Penelitian ... 39
3.6. Jenis Data ... 41
3.7. Metode Pengumpulan Data ... 41
3.8.2. Uji Normalitas Data ... 42
3.8.3. Uji Hipotesis ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 44
4.2. Hasil Penelitian ... 62
4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 62
4.2.2. Hasil Uji Normalitas ... 63
4.2.3. Hasil Uji Hipotesis ... 65
4.3. Pembahasan ... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 72
5.2. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 75
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Daftar Perkembangan Jumlah Konsultasi dan
Pemberitahuan Merger Periode 2009-2011 . ... 5 3.1 Seleksi Sampel .... ... 40 4.1 Nilai Abnormal Return Sebelum dengan
Sesudah Merger dan Akuisisi ... 54 4.2 Nilai Current Ratio (CR) dan Return on Equity
(ROE) Sebelum dengan Sesudah
Merger dan Akuisisi... 56 4.3 Nilai Return on Asset (ROA) dan Debt Ratio (DR)
Sebelum dengan Sesudah Merger dan Akuisisi... 58 4.4 Nilai Debt to Equity Ratio (DER)
Sebelum dengan Sesudah Merger dan Akuisisi... 60 4.5 Nilai Standar Deviasi (Sd) dan Nilai Rata-Rata
(Mean) Abnormal Return dan Kinerja Keuangan
Sebelum dengan Sesudah Merger dan Akuisisi... 63 4.6 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Abnormal Return
dan Kinerja Keuangan Sebelum dengan Sesudah
Merger dan Akuisisi... 64 4.7 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis pada
Abnormal Return... 65 4.8 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis pada
Kinerja Keuangan... 66
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1. Hasil Output Statistik Deskriptif ... 78
2. Hasil Output Uji Normalitas ... 79
3. Hasil Output WilcoxonSigned Rank Test ... 82
ABSTRAK
ANALISIS DAMPAK MERGER DAN AKUISISI TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis apakah ada perbedaan
abnormal return dan kinerja keuangan sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan. Pada penelitian ini, kinerja keuangan diproksikan oleh rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas dilihat dari current ratio, rasio profitabilitas dilihat dari return on equity dan return on asset, sedangkan rasio solvabilitas dilihat dari debt ratio dan debt to equity ratio. Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan merger dan akuisisi pada tahun 2008-2010. Penentuan sampel menggunakan metode
purposive sampling sehingga diperoleh sampel penelitian sejumlah 19 perusahaan. Periode pengamatan untuk abnormal return yaitu 10 hari sebelum dengan 10 hari sesudah merger dan akuisisi. Sedangkan untuk kinerja keuangan yaitu 3 tahun sebelum dengan 3 tahun sesudah merger dan akuisisi. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS 17.
Pengujian hipotesis untuk abnormal return menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test dan untuk kinerja keuangan menggunakan Paired Sample T-Test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan abnormal return dan kinerja keuangan sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan.
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE IMPACT OF MERGERS AND ACQUISITIONS ON THE ABNORMAL RETURN AND FINANCIAL PERFORMANCE OF THE
COMPANIES LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE
This study was conducted to analyze whether there are differences in abnormal returns and financial performance before with after mergers and acquisitions carried out. In thsi study, financial performance is proxied by financial ratios, namely for the liquidity ratio seen from the current ratio, the profitability ratio seen from return on equity and return on assets, while the solvency ratio seen from debt ratio and debt to equity ratio. The population of this research is a registered company in Indonesia Stock Exchange which do mergers and acquisitions in 2008-2010. The samples using purposive sampling method in order to obtain a sample of 19 companies. The period of observation for the abnormal return is 10 days before to 10 days after mergers and acquisitions. As for the financial performance that is 3 years before to 3 years after the mergers and acquisitions. Processing of the data in this study using SPSS application 17.
Hypothesis testing for abnormal returns using the Wilcoxon Signed Rank Test, and for the financial performance using the Paired Sample T-Test. The result of this study showed that there was no difference in abnormal returns and financial performance before with after mergers and acquisitions carried out.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendapatan nasional memiliki peranan penting untuk memacu
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Selain itu pendapatan nasional dapat
digunakan sebagai tolak ukur kinerja perekonomian. Secara sederhana pendapatan
nasional dapat diartikan sebagai pendapatan yang diperoleh suatu negara dari
aktivitas ekonomi yang dilakukan keseluruhan masyarakat dalam berbagai sektor
perekonomian yang biasanya dihitung setiap tahun (Bakti et al, 2011:16). Pelaku
ekonomi dibedakan kepada empat sektor yaitu sektor Rumah Tangga (Households
Sector), sektor Perusahaan (Firms Sector), sektor Pemerintah (Government
Sector), dan sektor Luar Negeri (Foreign Sector). Perusahaan sebagai salah satu
sektor pelaku ekonomi dalam perekonomian harus berusaha memberi kontribusi
yang sebesar-besarnya kepada pendapatan nasional suatu negara sehingga
memacu pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Di mana perusahaan adalah
bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha yang tetap dan terus menerus, yang
didirikan, bekerja serta berkedudukan di wilayah negara Republik Indonesia
dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba (pasal 1 UU No. 3 tahun
1982). Dengan tujuan perusahaan tersebut yakni untuk memperoleh keuntungan
atau laba, perusahaan harus bersaing secara sehat dengan perusahaan-perusahaan
lain yang ada di Indonesia. Salah satu usaha untuk menjadi perusahaan yang besar
satu metode untuk melakukan ekspansi usaha, dimana ekspansi tersebut
merupakan salah satu bentuk dari restrukturisasi perusahaan, di samping
bentuk-bentuk lainnya. Jadi jika pengusaha ingin mengembangkan dan meningkatkan
kinerja perusahaan mereka salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu dengan
metode merger dan akuisisi. Dengan cara merger dan akuisisi tersebut pengusaha
atau pemegang saham dapat memperluas usahanya dalam waktu yang relatif
singkat, tidak perlu membesarkan suatu perusahaan dari awal sehingga menjadi
perusahaan yang besar, tetapi cukup membeli perusahaan yang sudah besar atau
sedang berjalan. Merger dan akuisisi dilakukan untuk menciptakan nilai bagi para
pemegang saham. Lebih tepatnya, bahwa transakasi ini dilakukan untuk
mendapatkan keuntungan ekonomis melalui penggabungan sumber-sumber daya
dua unit atau dua perusahaan. Perusahaan mendapatkan keuntungan dari aktivitas
merger dan akuisisi ketika merger atau akuisisi tersebut dapat menciptakan
sinergi.
Di Amerika Serikat, pada era 1980-an gelombang merger terutama
didorong oleh kebutuhan restrukturisasi dan berfokus pada bisnis inti dan yang
terkait. Sedangkan pada era 1990-an yaitu gelombang merger kelima sebagian
besar didorong oleh akibat dari keinginan mencapai penghematan skala dan
cakupan (economies of scale and scope) dan kekuatan pasar untuk meningkatkan
daya saing di pasar global. Hal itu berlaku di Amerika Serikat, Eropa dan Asia.
Meskipun terkenal dan banyak diterapkan oleh perusahaan besar maupun
kecil, banyak merger dan akuisisi yang tidak menghasilkan keuntungan finansial
menjadi tidak sejalan dengan tujuan utama dari merger dan akuisisi yaitu untuk
meningkatkan sinergi perusahaan, dimana sinergi tersebut terkait dengan
penciptaan nilai. Karena menurut Fuady (1999:51) setiap merger tentunya yang
diharapkan adalah adanya gain yang selalu positif.
Penelitian yang dilakukan oleh pakar ekonomi keuangan ternama, Michael
Jensen, menunjukkan bahwa para pemegang saham perusahaan terakuisisi sering
mendapatkan keuntungan di atas rata-rata dari suatu akuisisi, tetapi para
pemegang saham perusahaan pengakuisisi mendapatkan keuntungan rata-rata
mendekati nol. Namun dalam beberapa penelitian yang lain menunjukkan bahwa
sejumlah besar akuisisi (30-40%) pada akhirnya dijual dan sering dengan harga
yang menimbulkan kerugian investasi. Dari hal tersebut dapat diartikan bahwa
memang ada risiko yang terjadi di dalam merger dan akuisisi. Menurut
CommScan LLC, perusahaan peneliti bank investasi, mega merger sekalipun tidak
menjamin terciptanya kesuksesan. CommScan menelusuri nilai saham dari 15
akuisisi tebesar selama 1995-1999. Hasilnya, secara rata-rata, perusahaan yang
dimerger berkinerja 9% di bawah S&P 500. Hal tersebut bukan mengartikan
bahwa semua merger dan akuisisi membawa hasil negatif. Dalam penelitian
terakhir yang dilakukan oleh Michael A. Hitt, Jeffrey S. Harrison, dan R. Duane
Ireland, mereka menemukan beberapa akuisisi berkinerja tinggi. Memang banyak
akuisisi dalam penelitian mereka yang memberi hasil negatif, tetapi beberapa
akuisisi positif menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi perusahaan
pengakuisisi. Hal tersebut menunjukkan bahwa merger dan akuisisi dapat
strategi yang sangat menguntungkan jika memberikan hasil positif bagi pemegang
saham kedua belah pihak dan bagi kinerja perusahaan jangka panjang dan begitu
pun sebaliknya. Yaitu menjadi strategi yang merugikan jika memberikan hasil
negatif bagi pemegang saham kedua belah pihak dan bagi kinerja perusahaan
jangka panjang.
Pada intinya merger dan akuisisi dilakukan oleh perusahaan dengan
harapan pasar akan menerima dengan baik terhadap kegiatan merger dan akuisisi
yang dilakukan tersebut. Untuk melihat apakah pasar bereaksi dengan baik atau
tidak terhadap kegiatan merger dan akuisisi yang dilakukan dapat dilihat dari
perubahan harga saham perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi tersebut.
Darlis dan Zirman (2011) menyatakan bahwa perubahan terhadap harga saham
menunjukkan adanya perubahan tingkat kemakmuran pemegang saham yang
diukur dengan abnormal return positif yang diperoleh pemegang saham. Dimana
abnormal return positif menunjukkan adanya kabar baik atau hasil positif yang
diterima pemegang saham dari dilakukannya merger dan akuisisi. Sedangkan
Meta (2009) menyatakan bahwa jika skala bertambah besar ditambah dengan
sinergi yang dihasilkan dari gabungan aktivitas-aktivitas yang simultan, maka laba
perusahaan juga semakin meningkat sehingga kinerja perusahaan pasca merger
dan akuisisi seharusnya semakin baik dibandingkan dengan sebelum merger dan
akuisisi. Kinerja perusahaan sendiri dapat dilihat dari kinerja keuangannya dimana
kinerja keuangan tersebut dapat dilihat melalui laporan keuangannya. Menurut
Syafri (dalam aprilita, 2013), berbagai cara untuk melakukan analisis kinerja
rasio keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan metode umum yang
digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan di bidang keuangan (Aprilita et al,
2013). Rasio keuangan sendiri terdiri dari rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
profitabilitas, rasio saham, dan rasio solvabilitas. Dalam penelitian ini rasio
keuangan yang digunakan adalah rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan rasio
solvabilitas. Rasio likuiditas dilihat dari current ratio. Untuk rasio profitabilitas
dilihat dari return on equity dan return on asset. Sedangkan rasio solvabilitas
dilihat dari debt ratio dan debt to equity ratio.
Di Indonesia telah banyak yang melakukan penelitian untuk melihat
dampak dari merger dan akuisisi terhadap perusahaan, apakah memberi hasil
positif atau sebaliknya, baik dilihat dari abnormal return maupun kinerja
keuangan. Namun hasilnya berbeda-beda. Dan untuk tren transaksi merger dan
akuisisi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan.
Menurut KPPU tren merger dan akuisisi yang tengah melanda dunia terjadi di
Indonesia juga. Hal tersebut diperkuat dengan tabel berikut:
Tabel 1.1 Daftar Perkembangan Jumlah Konsultasi dan Pemberitahuan Merger Periode 2009-2011
MERGER
TAHUN
2009 2010 2011
Konsultasi 0 1 3
Pemberitahuan 1 3 44
Sumber: KPPU
Biro Riset KONTAN mencatat dalam Januari hingga Mei 2013 di Indonesia telah
triliun. Transaksi merger dan akuisisi tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun
lalu yaitu Januari hingga Mei 2012 tercatat hanya 12 transaksi dengan nilai sekitar
Rp3,25 triliun. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan transaksi merger dan
akuisisi dan sepertinya tren merger dan akuisisi terus berlanjut. Menurut Nurviani
(2012) bahwa istilah merger menjadi semakin populer semenjak merger empat
bank milik pemerintah yang kemudian menghasilkan Bank Mandiri pada bulan
Juli 1999. Pada tiga tahun pertamanya Bank Mandiri masih tertatih, namun tahun
keempat dan seterusnya menunjukkan perbaikan dan kemajuan yang luar biasa.
Bahkan tahun 2009, Bank Mandiri berhasil mendapatkan keuntungan lebih dari
Rp 7 Triliun. Hingga hari ini secara kuantitas, aktivitas merger dan akuisisi
mengalami peningkatan seiring semakin populernya istilah merger dan akuisisi di
kalangan pelaku usaha.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik ingin melakukan penelitian untuk
melihat hasil yang diterima pemegang saham dan perusahaan setelah
dilakukannya merger dan akuisisi. Adapun judul yang diambil untuk penelitian ini
adalah “Analisis Dampak Merger dan Akuisisi terhadap Abnormal Return dan
Kinerja Keuangan pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2. Perumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan abnormal return saham sebelum dengan sesudahmerger
dan akuisisi dilakukan?
2. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dengan sesudah
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan abnormal return saham sebelum
dengan sesudahmerger dan akuisisi dilakukan
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum
dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan perkuliahan di Universitas
Sumatera Utara Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ekonomi Pembangunan.
2. Bagi Investor
Dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan pembelajaran untuk
berinventasi. Agar dapat lebih hati-hati untuk melihat perusahaan-perusahaan
mana saja yang berhasil dalam melakukan merger dan akuisisi.
3. Bagi Perusahaan yang Akan Melakukan Merger dan Akuisisi
Dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan pembelajaran untuk
mengetahui bagaimana dampak yang dapat timbul setelah dilakukannya merger
dan akuisisi sebelum nantinya mengambil keputusan untuk melakukan merger
dan akuisisi.
4. Bagi Para Akademisi
Dapat menjadi informasi untuk menambah pemahaman para akademisi
mengenai dampak dari merger dan akuisisi serta dapat dijadikan dasar atau
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Merger dan Akuisisi
Warren J. Keegen dalam bukunya Global Marketing Management
mengatakan bahwa pengembangan usaha secara internasional dapat dilakukan
dengan sekurangnya lima macam cara yaitu dengan cara ekspor, melalui
pemberian lisensi, dalam bentuk franchising (waralaba), pembentukan perusahaan
patungan (joint ventures), dan total ownership atau pemilikan menyeluruh, yang
dapat dilakukan melalui direct ownership (kepemilikan langsung) ataupun melalui
merger dan akuisisi. Hal tersebut menunjukkan bahwa merger dan akuisisi
menjadi salah satu cara untuk mengembangkan atau memperluas suatu usaha.
Terutama bagi perusahaan yang ingin cepat berkembang dalam waktu yang relatif
singkat. Konsep merger dan akuisisi sebagai salah satu bentuk pengembangan
usaha yaitu relatif dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan dengan
pengembangan usaha lainnya yang cenderung banyak memakan waktu dan biaya.
Dengan melakukan merger dan akuisisi, seorang pengusaha dapat lebih cepat dan
mudah menguasai suatu usaha tanpa harus merintis sebuah usaha dari awal dan
tidak menutup kemungkinan dapat menanggung risiko kegagalan usaha. Namun
cukup dilakukan dengan cara membeli perusahaan yang sudah ada baik yang
Merger dan akuisisi memiliki hubungan positif dengan bisnis di suatu
negara. Artinya, pada saat keadaan bisnis dan ekonomi suatu negara lagi booming,
maka pada prinsipnya merger dan akuisisi pun banyak dilakukan. Sebaliknya pada
saat ekonomi dalam keadaan resesi, maka kegiatan merger dan akuisisi pun
menurun. Hal ini dinilai wajar, karena merger dipandang sebagai salah satu cara
untuk memperluas usaha yang tentu memerlukan biaya dan modal, di mana biaya
dan modal tersebut akan segan dikeluarkan orang jika prospek bisnis di suatu
negara tersebut tidak baik. Pada abad ke sembilan belas, kelahiran merger sebagai
suatu bentuk pengembangan usaha telah memperoleh pengakuan dan bentuknya di
Amerika Serikat. Dengan melakukan merger dan akuisisi, pengusaha diharapkan
dapat mempercepat pertumbuhan perusahaan, memperoleh harta kekayaan tidak
berwujud, termasuk hak atas kekayaan intelektual dan sumber daya manusia yang
diperlukan, melakukan diversifikasi usaha secara cepat, serta untuk mengubah
industri usahanya.
Selanjutnya Coyle dalam bukunya Mergers and Acquisitions juga
mengatakan bahwa merger dan akuisisi dilakukan sebagai bagian dari strategi
pengembangan perusahaan. Dalam Mergers and Acquisitions, Coyle (2000:2)
juga mengatakan bahwa pada prinsipnya merger dan akuisisi tidak jauh berbeda.
Keduanya terjadi pada saat dua atau lebih pelaku usaha bergabung secara
operasional, baik untuk keseluruhan maupun sebagian usaha mereka. Perbedaan
yang pokok terletak pada tiga hal utama:
1. Ukuran relatif dari masing-masing perusahaan yang melakukan merger dan
2. Kepemilikan dari usaha yang digabungkan tersebut;
3. Kontrol manajemen dari usaha yang digabungkan tersebut.
Sama halnya dengan Wiriastari (2010) mengatakan bahwa merger dan akuisisi
pada prinsipnya sama yaitu dalam membicarakan tentang penggabungan usaha
(business combination), sehingga kedua istilah ini sering dibicarakan secara
bersama, karena itu dapat dipertukarkan (interchangeable).
2.1.1.1. Merger
Dalam pengertian yang luas merger meliputi juga pengertian dari
konsolidasi dan akuisisi bisnis. Merger merupakan suatu bentuk penggabungan
dua badan usaha, di mana badan usaha yang satu bubar secara hukum, dan yang
lainnya tetap exist/ada dengan nama yang sama (Widjaja, 2002:47). Tetapi kata
“bubar” disini bukan mengartikan seluruh aset, hak dan kewajiban badan hukum
yang bubar tersebut menjadi hilang, melainkan diambil alih oleh perusahaan yang
masih tetap ada. Undang-undang tentang Perseroan Terbatas juga menggunakan
istilah “penggabungan” untuk pengertian merger. Untuk lebih jelas dapat dilihat
dalam skema berikut :
Skema Merger Perusahaan A B
Keterangan :
A : Perusahaan yang akan melakukan merger
B : Perusahaan target merger
Dalam bukunya Mergers and Acquisitions-Business Strategies for
Accountants, Morris mengemukakan sekurangnya lima alasan pokok mengapa
perusahaan melakukan merger:
1. Faster growth;
2. Vertical integration;
3. Acquisition of intangibles and personel;
4. Portfolio investment;
5. Change in industries (Morris, 2000:3).
Klasifikasi Merger
Merger dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut :
a. Dilihat dari segi jenis usaha dari perusahaan-perusahaan, merger dibagi ke
dalam empat kategori sebagai berikut :
1. Merger Horizontal
2. Merger Vertikal
3. Merger Kon-Generik
4. Merger Konglomerat
b. Dilihat dari segi tata cara bagaimana merger dilakukan, merger dibagi ke dalam
empat kategori sebagai berikut :
1. Merger dengan Likuidasi dan Jual Beli Aset
2. Merger dengan Jual Beli Aset dan Likuidasi
3. Merger dengan Jual Beli Saham dan Likuidasi
c. Dilihat dari segi variasinya, merger dibagi ke dalam beberapa kategori sebagai
1. Merger Sederhana (Simple Merger)
2. Merger Praktis (Practical Merger)
3. Merger Segitiga (Triangular Merger)
4. Merger Segitiga Terbalik (Reverse Triangular)
5. Merger Anak Induk
6. Merger Kepanjangan Tangan (Arm’s Length)
7. Merger De Facto
d. Dilihat dari segi analisis keuangan, merger dibagi ke dalam dua kategori
sebagai berikut :
1. Merger Permodalan Murni
2. Merger Operasional
e. Dilihat dari sudut pandang akuntansi, merger dibagi ke dalam dua kategori
sebagai berikut:
1. Merger dengan Metode Pembelian (Purchase Method)
2. Merger dengan Metode Pooling of Interest
2.1.1.2. Akuisisi
Undang-undang tentang Perseroan Terbatas menggunakan istilah
“pengambilalihan” untuk pengertian akuisisi, sehingga secara hukum akuisisi
dapat diartikan sebagai pengambilalihan suatu perusahaan oleh perusahaan
lainnya yang biasanya dilakukan dengan membeli saham perusahaan yang akan
diambil alih. Berbeda dengan merger, pada akuisisi tidak ada perusahaan yang
masih tetap exist, hanya kepemilikannya yang berubah. Untuk lebih jelas dapat
dilihat dalam skema berikut :
Skema Akuisisi Perusahaan A B
Keterangan :
A : Perusahaan pengakuisisi
B : Perusahaan target akuisisi (yang diakusisisi oleh perusahaan A)
A dan B tetap exist setelah akuisisi terjadi (Fuady, 1999:3)
Jika menurut Widjaja (2002:45) akuisisi adalah pengambilalihan
kepemilikan dan kontrol menajemen oleh satu perusahaan terhadap perusahaan
yang lain. Sedangkan merger hanya pengambilalihan sebuah perusahaan tanpa
diikuti pengambilalihan kontrol manajemennya. Kontrol adalah kata kunci yang
membedakan merger dari akuisisi (Coyle, 2000:2). Akuisisi dapat terjadi secara
keseluruhan ataupun secara sebagian. Akuisisi secara keseluruhan terjadi jika
yang diambil alih adalah seluruh saham dari perusahaan yang diambil alih.
Sedangkan akuisisi sebagian jika akuisisi dilakukan dengan mengambil alih lebih
dari 50% kepemilikan saham tetapi kurang dari 100%. Adapun akuisisi dapat
diklasifikasikan juga sebagi berikut:
Klasifikasi Akuisisi
Dalam perkembangannya akuisisi diklasifikasikan ke dalam beberapa
jenis, yaitu sebagai berikut :
a. Dilihat dari Segi Jenis Usaha
Dilihat dari segi jenis usaha perusahaan yang terlibat dalam transaksi akuisisi,
1. Akuisisi Horizontal
2. Akuisisi Vertikal
3. Akuisisi Konglomerat
b. Dilihat dari Segi Lokalisasi
Dilihat dari segi lokalisasi antara perusahaan pengakuisisi dengan perusahaan
target, maka akuisisi dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Akuisisi Eksternal
2. Akuisisi Internal
c. Dilihat dari Segi Objeknya
Dilihat dari segi objek dari transaksi akuisisi, maka akuisisi dapat digolongkan
sebagai berikut :
1. Akuisisi Saham
2. Akuisisi Aset
3. Akuisis Kombinasi
4. Akuisisi Bertahap
d. Dilihat dari Segi Motivasi
Dilihat dari segi motivasi mengapa akuisisi dilakukan, maka akuisisi dapat
digolongkan sebagai berikut :
1. Akuisisi Strategis
e. Dilihat dari Segi Divestitur
Dilihat dari segi divestitur, yakni dengan melihat peralihan
aset/saham/manajemen dan perusahaan target kepada perusahaan pengakuisisi,
maka akuisisi dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Take Over
2. Freezeouts
2.1.1.3 Metode Pembayaran Merger dan Akuisisi
Ada beberapa bentuk pembiayaan terhadap merger dan akuisisi antara lain
namun tidak terbatas pada hal ini, yaitu:
1. Pembiayaan dari uang kas, yang dalam hal ini dapat diambil dari hasil go
public,
2. Pinjaman komersil/sindikasi,
3. Pengisuan surat sanggup (promissory notes, bonds, atau promes),
4. Pengeluaran saham portepel (right issue),
5. Penyetoran saham tambahan/dana segar dari pemilik.
Dilihat dari sumber pendanaannya, pembiayaan terhadap merger dan akuisisi
dapat berasal dari :
1. Private Placement
Dalam hal ini sumbernya dari investor kelembagaan atau bukan. Investor
kelembagaan dalam hal ini misalnya perusahaan asuransi, dana pensiun, modal
ventura, dan sebagainya.
2. Public Market
3. Penerbitan Surat Berharga
Penerbitan surat berharga, seperti bonds, notes, convertible bonds, atau sarana
debt financing lainnya, juga dapat menjadi sumber pendanaan bagi merger dan
akuisisi.
Seiring waktu dikenal juga suatu metode tertentu untuk pembayaran
terhadap merger dan akuisisi yaitu metode pembayaran secara bertahap (deffered
payment plan) yang sering juga disebut pembayaran secara earn out. Prinsipnya
pembayaran dilakukan dengan dua tahap yaitu pembayaran awal, yakni dengan
pembayaran tunai atau dengan saham, dan pelunasan, dilakukan setelah
perusahaan yang bersangkutan berhasil menaikkan pendapatannya.
2.1.1.4 Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi
Beberapa alasan mengapa suatu perusahaan lebih menginginkan
pertumbuhan eksternal melalui merger dan akuisisi dibandingkan dengan
pertumbuhan internal adalah sebagai berikut:
1. Kemungkinan perusahaan menginginkan diversifikasi untuk menurunkan risiko
yang diakibatkan pengaruh musim (seasonal business).
2. Harapan perusahaan akan memperoleh sinergi dari merger dengan perusahaan
lainnya. Misalnya tingkat penghasilan akan lebih besar diterima jika bergabung
dengan perusahaan lainnya dibandingkan dengan penghasilan masing-masing
perusahaan secara individual. Biasanya sinergi yang diperoleh dari kegiatan
merger yang bersifat horizontal disebabkan karena terjadinya skala kemampuan
3. Merger memungkinkan suatu perusahaan untuk memperoleh apa yang tidak
dapat diperolehnya secara sendiri, contohnya bakat manajemen yang lebih
superior atau kapabilitas riset.
4. Kemungkinan perusahaan akan dapat memperbaiki kapabilitas dalam
menghimpun dana karena bergabung dengan perusahaan yang memiliki
kemampuan likuiditas aset yang lebih besar dan utang rendah (financial synergy).
5. Pendapatan bersih (net income) perusahaan besar yang baru dapat
mengkapitalisasi pada tingkat yang lebih rendah, yang mengakibatkan nilai pasar
sahamnya lebih tinggi. Saham perusahaan besar biasanya lebih mempunyai
prospek pasar lebih baik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal tersebut akan
meningkatkan price per earning (P/E ratio) saham tersebut.
6. Ada kemungkinan untuk membiayai aktivitas lebih baik dengan akuisisi apabila
pembiayaan ekspansi internal tidak memungkinkan. Misalnya, mengakuisisi
perusahaan lain, apabila dengan menukar saham akan lebih murah dibandingkan
jika harus membangun pabrik baru yang memerlukan pembayaran cash dan
memerlukan biaya yang besar.
7. Merger dapat mengakibatkan return on investment (ROI) akan lebih baik jika
nilai pasar perusahaan yang diakuisisi lebih rendah daripada replacement cost
yang terjadi.
8. Melalui merger suatu perusahaan yang mengalami kerugiaan dalam
pengoperasiannya akan dapat tertolong oleh perusahaan yang mengakuisisi,
diperhitungkan kemudian. Perusahaan yang mengakuisisi akan mempergunakan
tax credit tersebut sehingga pembayaran pajaknya lebih rendah.
2.1.1.5 Tujuan Merger dan Akuisisi
Merger dan akuisisi mempunyai tujuan utama yaitu untuk meningkatkan
sinergi perusahaan. Sering disebut bahwa rumus yang berlaku adalah 2 + 2 = 5.
Kelebihan satu dari rumus tersebut karena adanya tambahan sinergi atau yang
dapat juga disebut dengan gain. Dalam setiap melakukan merger dan akuisisi,
pastinya yang diharapkan adalah adanya gain yang selalu positif. Dengan nilai
gain yang positif inilah merupakan salah satu cara untuk menyembuhkan
perusahaan yang sedang sakit. Adanya tambahan sinergi ini disebabkan karena
ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari dilakukannya merger dan akuisisi
yaitu, sebagai berikut:
(1) Pertimbangan Pasar
Salah satu tujuan dilakukannya merger dan akuisisi adalah untuk memperluas
pangsa pasar seperti menghasilkan mata rantai produksi yang lengkap,
memperluas distribusi produk dalam satu area, atau memperluas area distribusi.
(2) Penghematan Distribusi
Sistem distribusi tunggal seperti salesmen, dealers, retail outlets dan
transportation facilities, seringkali dapat menangani dua produk sehingga dapat
menghemat biaya daripada mereka yang hanya menangani produk tunggal.
(3) Diversifikasi
Dimaksudkan untuk mengecilkan risiko yang akan dihadapi jika hanya memiliki
meminimalkan risiko terhadap pasar tertentu dan/ atau untuk dapat bersaing
dengan usaha-usaha di bidang lain yang baru tumbuh.
(4) Keuntungan Manufaktur
Banyak keuntungan dapat diterima dengan menggabungkan dua unit manufaktur
atau lebih. Segi-segi kelemahan dapat diperkuat, overcapacity dapat dihilangkan,
dan overhead dapat dikurangi serta problem-problem yang bersifat temporer
karenanya dapat dipecahkan.
(5) Riset and Development (R & D)
Biaya-biaya Riset and Development (R & D) dapat dikurangi karena terbukanya
kesempatan untuk menggunakan laboratorium, pendidikan dan sebagainya secara
bersama.
(6) Pertimbangan Finansial
Dapat meningkatkan earning per share dan memperbaiki image di pasar dan
mencapai stabilitas dan sekur iti finansial.
(7) Pemanfaatan Excess Capital
Dapat saling memanfaatkan excess capital masing-masing perusahaan.
(8) Pertimbangan Sumber Daya Manusia
Dapat saling melengkapi di bidang SDM anatara perusahaan yang
kekurangan/mempunyai kelemahan di bidang SDM dengan perusahaan lain yang
SDM nya lebih baik.
(9) Kecanggihan dan Otomatisasi
Perkembangan bisnis menuju penggunaan sarana yang semakin canggih dan
Perusahaan-perusahaan kecil akan sulit mengikuti perkembangan ini kecuali
dengan membesarkan diri, antara lain dengan cara melakukan merger dan akuisisi.
Selain itu, masih ada keuntungan-keuntungan lain dari dilakukannya
merger dan akuisisi, seperti menghemat pajak jika merger dan akuisisi dengan
perusahaan yang sedang merugi, dan sebagainya. Ada beberapa sasaran umum
sehingga dilakukannya suatu merger, yaitu sebagai berikut:
(1) Untuk Meningkatkan Konsentrasi Pasar.
(2) Untuk Meningkatkan Efisiensi.
(3) Untuk Mengembangkan Inovasi Baru.
(4) Sebagai Alat Investasi.
(5) Sebagai Sarana Alih Teknologi.
(6) Mendapatkan Akses Internasional.
(7) Untuk Meningkatkan Daya Saing.
(8) Memaksimalkan Sumber Daya.
(9) Menjamin Pasokan Bahan Baku. (Fuady 1999:57)
Pada umumnya banyak badan usaha yang melakukan merger dan akuisisi
dengan harapan dapat meningkatkan daya saingnya, menciptakan efisiensi dalam
produksi untuk menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga yang relatif
murah, dan meningkatkan kinerja finansial.
2.1.2. Sinergi
Perusahaan-perusahaan melibatkan diri dalam merger dan akuisisi karena
sebagai platform pertumbuhan perusahaan, (2) menyebabkan meningkatnya
pangsa pasar, (3) memberi pondasi yang diperlukan untuk menciptakan dan
mendapatkan keuntungan-keuntungan dari penghematan skala atau economies of
scale (yakni keuntungan yang diperoleh jika perusahaan bisa memanfaatkan
sumber-sumber dayanya untuk menekan biaya produksi berbagai macam produk;
penghematan ini terutama dicapai pada tataran operasional) dan penghematan
cakupan atau economies of scope (yakni keuntungan yang didapat melalui
pemanfaatan sumber-sumber daya suatu unit untuk mencakup pengoperasian unit
lainnya, dan (4) mengurangi pengeluaran-pengeluaran organisasional dengan cara
menghapuskan penggandaan dan mentransfer pengetahuan di antara dan antar
unit-unit bisnis dan/ atau alur produk individu.
Sinergi dapat diartikan sebagai kemampuan dua atau lebih unit atau
perusahaan untuk menciptakan nilai yang lebih besar melalui kerja sama daripada
yang bisa mereka capai dengan kerja sendiri-sendiri. Secara umum, sinergi
dianggap memberi keuntungan perusahaan pengakuisisi melalui dua sumber: (1)
meningkatnya efisiensi operasi yang didasarkan pada penghematan skala dan
cakupan, dan (2) pemanfaatan bersama dua atau lebih keahlian. Dalam hal
manajerial, sinergi ada ketika para manejer menemukan cara bagi perusahaaan
gabungan untuk menciptakan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai
total yang mereka ciptakan saat beroperasi sebagai entitas independen. Bagi
pemegang saham, sinergi ada bila mereka bisa mendapatkan keuntungan yang
tidak bisa mereka peroeh melalui keputusan diversifikasi portofolio mereka
karena pemegang saham bisa membuat variasi posisi kepemilikan mereka secara
lebih murah dengan cara mengelompokkan saham di sejumlah perusahaan.
2.1.3. Abnormal Return
Salah satu yang menjadi tujuan investor melakukan investasi adalah
memaksimalkan return tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus
dihadapinya. Return adalah imbalan atas keberanian investor menanggung risiko
atas investasi yang dilakukannya. Sehingga ketika investor ingin menanamkan
modalnya maka harus memperhatikan dan menghitung return yang akan
diterimanya. Oleh karena itu ketika perusahaan ingin melakukan merger dan
akuisisi, salah satu hal yang harus diperhatikan adalah return yang akan diterima
perusahaan. Apakah ada perbedaan return yang diterima antara sebelum dengan
setelah dilakukannya merger dan akuisisi atau dengan kata lain apakah ada
peningkatan return yang diterima. Karena hal tersebut selanjutnya akan
mempengaruhi keputusan investor dalam menanamkan modalnya pada
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Ketika perusahaan berencana
atau sudah melakukan merger dan akuisisi hal ini akan membuat pasar akan
bereaksi karena dilakukannya merger dan akuisisi tersebut. Salah satu reaksi pasar
tersebut dapat dilihat melalui perubahan harga saham perusahaan yang melakukan
merger dan akuisisi. Jika harga saham mengalami perubahan hal tersebut
menunjukkan bahwa tingkat kemakmuran perusahaan juga mengalami perubahan.
Perubahan tingkat kemakmuran perusahaan tersebut dapat diukur melalui
yang sesungguhnya diterima terhadap return normal. Dimana menurut Darlis dan
Zirman (2011) mangatakan bahwa abnormal return positif terjadi jika return
sesungguhnya (actual return) lebih besar daripada return yang diharapkan
investor (expected return).
Return sesungguhnya adalah selisih harga sekarang dengan harga
sebelumnya. Sedangkan return yang diharapkan adalah return yang diharapkan
akan diterima investor di masa yang akan datang. Dimana untuk mendapatkan
hasilnya return yang diharapkan ini harus diestimasi. Return ini sendiri dapat
dihitung menggunakan data historis. Ada tiga metode yang secara luas digunakan
dalam penelitian studi peristiwa untuk menentukan abnormal return yaitu:
1. Mean Adjusted Model
2. Market Model
3. Market Adjusted Model
Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model disesuaikan pasar
(market adjusted model). Menurut Wiriastari (2010) bahwa dimana dalam model
ini menganggap bahwa penduga terbaik untuk mengestimasi return suatu
sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut.
Menurut Jogiyanto (dalam Wiriastari, 2010) abnormal return dihitung
dengan Market Adjusted Abnormal Return, yaitu merupakan selisih return saham
yang dihitung dari return individual dikurangi return ekspektasi.
Dimana:
ARit = Abnormal return dari masing–masing saham i pada hari ke-t
Rit = Return Saham i pada hari ke-t
E(Rit) = Return Ekspektasi pada hari ke-t
Untuk mencari return saham individual pada periode t (Rit) adalah selisih
antara harga saham i pada periode t dengan periode sebelumnya (t – 1), dibagi
dengan harga saham pada t– 1. Rumusnya sebagai berikut:
Rit =
Pit−Pit−1 Pit−1
Dimana:
Rit = Return saham i pada saat t
Pit = Harga saham i pada saat t
Pit-1 = Harga saham i pada saat t – 1
Sedangkan untuk mencari return ekspektasi pada hari ke-t E(Rit) adalah
selisih antara IHSG periode t dengan t–1 dibagi dengan IHSG pada bulan t–1.
Rumusnya sebagai berikut:
E(Rit) =
Imt−Imt−1 Imt−1
Dimana:
E(Rit) = Return Ekspektasi pada saat t
Imt = IHSG pada saat t
2.1.4. Kinerja Keuangan
Saviera (2012) mengatakan bahwa keberhasilan merger dan akuisisi yang
dilakukan dapat dinilai dengan melihat kinerja perusahaan yang melakukan
merger dan akuisisi, terutama kinerja keuangannya. Dimana untuk melihat kinerja
keuangan suatu perusahaan dapat dianalisis dari laporan keuangannya. Laporan
keuangan adalah informasi akuntansi yang melihatkan gambaran seberapa besar
kekayaan perusahaan dan penghasilan yang diperoleh perusahaan serta
transaksi-transaksi ekonomi apa saja yang dilakukan perusahaan yang dapat mempengaruhi
kekayaan dan penghasilan perusahaan tersebut. Pada umumnya laporan keuangan
sebuah perusahaan meliputi neraca, laporan laba rugi, dan laporan aliran kas.
Penggunaan laporan keuangan ini sendiri digunakan untuk berbagai macam
tujuan. Salah satunya digunakan untuk melakukan analisis keuangan yang
menghasilkan informasi tentang penilaian dan keadaan keuangan perusahaan, baik
yang lalu atau sekarang serta ekspektasinya di masa depan. Selain itu tujuan
analisis ini adalah untuk mengidentifikasi setiap kelemahan dari keadaan
keuangan yang dapat menimbulkan masalah di masa yang akan datang serta
menentukan setiap kekuatan yang dapat menjadi keunggulan suatu perusahaan.
Jika analisis ini dilakukan oleh pihak luar perusahaan, investor maupun
masyarakat, dapat digunakan untuk menentukan tingkat kredibilitas atau potensi
untuk investasi dengan kata lain sebagai penentuan keputusan investasi yang
Menurut Syafri (dalam aprilita, 2013) karena sulitnya memahami laporan
keuangan dalam bentuk aslinya, maka ditempuh berbagai cara untuk melakukan
analisis kinerja keuangan perusahaan seperti :
a. Analisis common size
b. Analisis indek
c. Analisis rasio keuangan
Analisisi rasio keuangan merupakan salah satu alat utama yang digunakan untuk
menganalisis keuangan suatu perusahaan, karena analisis ini dapat digunakan
untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang keadaan kinerja keuangan suatu
perusahaan. Dengan mengetahui angka-angka rasio keuangan tersebut, para calon
investor dapat mengetahui baik mengenai seberapa besar perusahaan tersebut
dapat memberikan keuntungan, seberapa besar risiko yang dihadapi perusahaan,
bagaimana tingkat efisiensi penggunaan aset perusahaan yang dimana data yang
diperoleh harus dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya.
Chen dan Shimerda (1981) mengatakan bahwa rasio keuangan terbukti
berperan penting dalam mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dan dapat
digunakan untuk memprediksi keberlangsungan usaha baik yang sehat maupun
yang tidak sehat. Rasio keuangan terdiri dari rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
profitabilitas, rasio saham, dan rasio solvabilitas. Sama halnya dengan menurut
Aprilita et al (2013) yaitu pengukuran terhadap variabel yang digunakan di dalam
penelitian ini didasarkan pada ukuran-ukuran yang ada dan pada umumnya telah
digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Jadi dalam penelitian ini rasio
solvabilitas. Rasio likuiditas dilihat dari current ratio. Untuk rasio profitabilitas
dilihat dari return on equity dan return on asset. Sedangkan rasio solvabilitas
dilihat dari debt ratio dan debt to equity ratio.
2.1.4.1. Rasio Likuiditas
Rasio ini untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban finansial jangka pendek. Rasio likuiditas yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu:
a. Current Ratio (CR)
Rasio ini untuk melihat berapa kemampuan perusahaan dalam membayar utang
lancar dengan aktiva lancar yang tersedia. Semakin tinggi rasio ini semakin besar
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Adapun
rumusnya sebagai berikut:
Current Ratio = Aktiva Lancar
Utang Lancar
2.1.4.2. Rasio Profitabilitas
Rasio ini untuk menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh
laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
Rasio ini sangat diperhatikan oleh calon investor maupun pemegang saham karena
akan berhubungan dengan harga saham dan dividen yang akan diterima. Rasio
profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Return on Equity (ROE)
Return on Equity atau return on net worth untuk melihat kemampuan perusahaan
ini juga dipengaruhi oleh besar-kecilnya utang perusahaan, jika utang semakin
besar maka rasio ini juga akan semakin besar. Adapun rumusnya sebagai berikut:
Return on Equity (ROE) = Laba setelah Pajak
Modal Sendiri
b. Return on Asset (ROA)
Rasio ini untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva
yang digunakan. Adapun rumusnya sebagai berikut:
Return on Asset (ROA) = Laba Bersih
Total Aktiva
2.1.4.3. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas adalah rasio yang melihat sejauh mana perusahaan
dibiayai oleh pihak luar atau dengan kata lain menunjukkan proporsi atas
penggunaan utang untuk membiayai investasi perusahaan. Semakin besar rasio
ini maka semakin besar pula beban perusahaan untuk membayar pokok utang dan
biaya bunga yang berarti semakin besar pula risiko yang dihadapi perusahaan.
Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Debt Ratio (DR)
Debt Ratio yaitu untuk melihat aktiva perusahaan yang dibiayai dari utang atau
modal yang berasal dari pihak luar. Semakin tinggi nilai rasio ini maka semakin
tinggi pula risiko yang dihadapi perusahaan tersebut dalam kaitannya atas
kemampuan membayar kewajibannya kepada kreditor. Adapun rumusnya sebagai
berikut:
Debt Ratio = Total Utang
b. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio yaitu rasio yang menjelaskan kemampuan perusahaan
menutupi seluruh utangnya dengan modal sendiri. Adapun rumusnya sebagai
berikut:
Debt to Equity Ratio = Total Utang
Total Modal Sendiri
2.1.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian untuk melihat dampak merger dan akuisisi terhadap abnormal
return dan/atau kinerja keuangan perusahaan sudah banyak dilakukan. Baik di
Indonesia maupun di luar Indonesia. Di Indonesia seperti penelitian yang
dilakukan oleh Darlis dan Zirman (2011) meneliti mengenai reaksi pasar dan
kinerja keuangan akibat dari publikasi akuisisi pada perusahaan pengakuisisi di
BEI tahun 2004-2008. Hasil analisis diketahui bahwa tidak ada perbedaan secara
signifikan rasio keuangan secara menyeluruh antara satu tahun dengan satu tahun
sesudah dan satu tahun sebelum akuisisi dengan dua tahun setelah akuisisi pada
perusahaan pengakuisisi. Pada sisi return saham, avarage abnormal return pada
perusahaan pengakuisisi mengalami penurunan signifikan menjelang dan sesudah
peristiwa akuisisi.
Begitu pun terhadap Nababan et al (2013) dalam penelitian mereka yang
berjudul Analysis of Relationship Between Market and Long Term Performance
on Acquisitions mendapat hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan bahwa
pihak perusahaan pengakuisisi menerima negative abnormal return yang
akuisisi menghasilkan return yang lebih rendah dari predicted return yang
diprediksikan oleh pemegang saham perusahaan pengakuisisi. Untuk menilai
kinerja perusahaan-perusahaan pengakusisi dalam jangka panjang, digunakan
proxy yakni ROA, ROE, OPM. Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara
keseluruhan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja sebelum dan
sesudah akuisisi.
Sedangkan Astria (2013) melakukan penelitian dengan tujuan untuk
menunjukkan bagaimana reaksi pasar modal atas pengumuman merger dan
akuisisi dengan menggunakan indikator abnormal return. Periode penelitian yaitu
tahun 2006-2008, periode peristiwanya sepuluh hari sebelum dan sepuluh hari
sesudah pengumuman merger dan akuisisi. Hasil perhitungan Wilcoxon Signed
Rank Test membuktikan bahwa ada perbedaan signifikan abnormal return pada
periode sebelum-sesudah peristiwa.
Penelitian yang dilakukan oleh Saviera (2012) untuk mengetahui pengaruh
aktivitas merger dan akuisisi terhadap kinerja operasional dan kinerja pasar
perusahaan yang diproksikan oleh rasio-rasio keuangan seperti current ratio, total
asset turnover, debt equity ratio, net profit margin, return on equity, return on
asset, dan tobin’s q ratio. Sinergi diukur dengan membandingkan rasio keuangan
perusahaan tiga tahun sebelum dan tiga tahun setelah merger dan akuisisi. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa aktivitas merger dan akuisisi tidak
menghasilkan sinergi bagi perusahaan dan hanya debt equity ratio yang
Sedangkan penelitian yang dilakukan di luar Indonesia seperti yang
dilakukan oleh Jianyu Ma et al (2009) yang meneliti untuk melihat abnormal
return yang diterima oleh pemegang saham perusahaan yang melakukan akuisisi
di sekitar tanggal pengumuman merger dan akuisisi pada sepuluh pasar saham
yang terdapat di pasar Asia yaitu China, India, Hong Kong, Indonesia, Malaysia,
Filipina, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, dan Thailand. Hasil yang didapatkan
bahwa terdapat ekspektasi positif dari cumulativeabnormal returns (CAR) dalam
tiga peristiwa jendela yang berbeda yaitu dua hari (0, 1) jendela pengamatan, tiga
hari (-1, +1) jendela pengamatan, dan empat hari (-2, +2) jendela pengamatan. Hal
tersebut mengartikan bahwa pengumuman merger dan akuisisi memberi dampak
yang signifikan.
2.2. Kerangka Konseptual
Merger dan akuisisi dilakukan untuk menciptakan nilai bagi para
pemegang saham. Lebih tepatnya, bahwa transakasi ini dilakukan untuk
mendapatkan keuntungan ekonomis melalui penggabungan sumber-sumber daya
dua unit atau dua perusahaan. Perusahaan mendapatkan keuntungan dari aktivitas
merger dan akuisisi ketika merger atau akuisisi tersebut dapat menciptakan
sinergi. Dimana sinergi tersebut terkait dengan penciptaan nilai. Pada intinya
merger dan akuisisi dilakukan oleh perusahaan dengan harapan pasar akan
menerima dengan baik terhadap kegiatan merger dan akuisisi yang dilakukan
tersebut. Untuk melihat apakah pasar bereaksi dengan baik atau tidak terhadap
saham perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi tersebut. Darlis dan
Zirman (2011) menyatakan bahwa perubahan terhadap harga saham menunjukkan
adanya perubahan tingkat kemakmuran pemegang saham yang diukur dengan
abnormal return positif yang diperoleh pemegang saham. Berarti dalam hal ini
jika merger dan akuisisi telah dilakukan diharapkan pemegang saham memperoleh
abnormal return positif. Terdapat perbedaan jika abnormal return dibandingkan
sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi.
Sedangkan Meta (2009) menyatakan bahwa jika skala bertambah besar
ditambah dengan sinergi yang dihasilkan dari gabungan aktivitas-aktivitas yang
simultan, maka laba perusahaan juga semakin meningkat sehingga kinerja
perusahaan pasca merger dan akuisisi seharusnya semakin baik dibandingkan
dengan sebelum merger dan akuisisi. Kinerja perusahaan sendiri dapat dilihat dari
kinerja keuangannya dimana kinerja keuangan tersebut dapat dilihat melalui
laporan keuangannya. Dalam penelitian ini rasio keuangan yang digunakan adalah
rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas. Rasio likuiditas adalah
rasio untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial
jangka pendek. Untuk rasio likuiditas dilihat dari current ratio (CR). Rasio
profitabilitas adalah rasio untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun
modal sendiri. Rasio ini sangat diperhatikan oleh calon investor maupun
pemegang saham karena akan berhubungan dengan harga saham dan dividen yang
akan diterima. Untuk rasio profitabilitas dilihat dari return on equity (ROE) dan
Perusahaan yang terdaftar di BEI yang melakukan merger dan akuisisi tahun 2008-2010
Sebelum Merger dan Akuisisi
Sesudah Merger dan Akuisisi
kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban dengan aset yang
dimilikinya. Semakin besar rasio ini maka semakin besar pula beban perusahaan
untuk membayar pokok utang dan biaya bunga yang berarti semakin besar pula
risiko yang dihadapi perusahaan. Untuk rasio solvabilitas dilihat dari debt ratio
(DR) dan debt to equity ratio (DER). Diharapkan sesudah dilakukannya merger
dan akuisisi, perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya,
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, dan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi seluruh kewajiban dengan aset yang dimilikinya dapat lebih
baik lagi dibandingkan sebelum merger dan akuisisi.
Adapun hubungan yang terjadi antar variabel yang diteliti dapat dirangkum ke
[image:45.595.93.562.417.731.2]dalam kerangka konseptual sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Abnormal Return
Abnormal Return
Kinerja Keuangan dilihat dari Rasio Keuangan :
1. Current Ratio (CR) 2. Return on Equity
(ROE)
3. Return on Asset (ROA) 4. Debt Ratio (DR) 5. Debt to Equity Ratio
(DER)
Kinerja Keuangan dilihat dari Rasio Keuangan :
1. Current Ratio (CR) 2. Return on Equity
(ROE)
3. Return on Asset (ROA) 4. Debt Ratio (DR) 5. Debt to Equity Ratio
2.3. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari persoalan yang diteliti. Untuk
menjawab perumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Abnormal Return
Ho : Tidak ada perbedaan abnormal return sebelum dengan sesudah merger dan
akuisisi dilakukan
H1 : Ada perbedaan abnormal return sebelum dengan sesudah merger dan
akuisisi dilakukan
b. Kinerja Keuangan
Ho : Tidak ada perbedaan kinerja keuangan sebelum dengan sesudah merger dan
akuisisi dilakukan
H1 : Ada perbedaan kinerja keuangan sebelum dengan sesudah merger dan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian sekunder yaitu penelitian yang
menggunakan bahan yang bukan dari sumber pertama sebagai sarana untuk
memperoleh data. Penelitian ini dikenal juga dengan penelitian yang
menggunakan studi kepustakaan. Yaitu dengan melakukan kajian terhadap
literatur, penelitian sebelumnya, jurnal, buku referensi dan sumber-sumber lainnya
yang ada di perpustakaan.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini yaitu perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Dimana perusahaan yang ingin diteliti adalah perusahaan yang
melakukan merger dan akuisisi pada periode 2008-2010.
3.3. Batasan Operasional
Variabel yang digunakan pada penelitian ini untuk mengukur abnormal
return adalah return saham dan return ekspektasi. Selain itu untuk mengukur
kinerja keuangan variabel yang digunakan adalah rasio likuiditas yaitu Current
Ratio (CR), rasio profitabilitas yaitu Return on Equity (ROE) dan Return on Asset
(ROA), rasio solvabilitas yaitu Debt Ratio (DR) dan Debt to Equity Ratio (DER).
Untuk melihat apakah ada perbedaan abnormal return yang diterima sebelum
dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan, abnormal return dibandingkan 10
apakah ada perbedaan kinerja keuangan yang diterima sebelum dengan sesudah
merger dan akuisisi dilakukan, kinerja keuangan dibandingkan 3 tahun sebelum
dengan 3 tahun sesudah merger dan akuisisi.
3.4. Definisi Operasional
Merger adalah salah satu bentuk penggabungan dua badan usaha, di mana
badan usaha yang satu bubar secara hukum, dan yang lainnya tetap ada.
Sedangkan akuisisi adalah pengambilalihan suatu perusahaan oleh perusahaan
lainnya. Berbeda dengan merger, pada akuisisi tidak ada perusahaan yang melebur
ke perusahaan lainnya. Jadi, setelah terjadi akuisisi kedua perusahaan masih tetap
ada, hanya kepemilikannya yang berubah. Bagian ini membahas mengenai
beberapa hal atau istilah yang berhubungan dengan abnormal return dan rasio
kinerja keuangan, yakni sebagai berikut:
1. Jogiyanto (2000) mengatakan bahwa abnormal return dihitung dengan market
adjusted abnormal return yaitu merupakan selisih return saham yang dihitung
dari return individual dikurangi return ekspektasi. Rumusnya sebagai berikut:
ARit = Rit – E(Rit)
Dimana:
ARit = Abnormal return dari masing–masing saham i pada hari ke-t
Rit = Return Saham i pada hari ke-t
E(Rit) = Return Ekspektasi pada hari ke-t
2. Return saham individual pada periode t (Rit) adalah selisih antara harga saham i
pada periode t dengan periode sebelumnya (t-1), dibagi dengan harga saham pada
Rit =
Pit−Pit−1 Pit−1
Dimana:
Rit = Return saham i pada saat t
Pit = Harga saham i pada saat t
Pit-1 = Harga saham i pada saat t–1
3. Return ekspektasi pada hari ke-t E(Rit) adalah selisih antara IHSG periode t
dengan t-1 dibagi dengan IHSG pada bulan t-1. Rumusnya sebagai berikut:
E(Rit) =
Imt−Imt−1 Imt−1
Dimana:
E(Rit) = Return Ekspektasi pada saat t
Imt = IHSG pada saat t
Imt-1 = IHSG pada saat t-1
Rasio likuiditas adalah rasio untuk melihat kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Rasio likuiditas yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu:
1. Current Ratio (CR)
Rasio ini untuk melihat berapa kemampuan perusahaan dalam membayar utang
lancar dengan aktiva lancar yang tersedia. Rumusnya sebagai berikut:
Current Ratio (CR) = Aktiva Lancar
Utang Lancar
Rasio profitabilitas adalah rasio untuk menunjukkan kemampuan perusahaan
maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain:
2. Return on Equity (ROE)
Rasio ini untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang
tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rumusnya sebagai berikut:
Return on Equity (ROE) = Laba setelah Pajak
Modal Sendiri
3. Return on Asset (ROA)
Rasio ini untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva
yang digunakan. Rumusnya sebagai berikut:
Return on Asset (ROA) = Laba Bersih
Total Aktiva
Rasio Solvabilitas adalah rasio yang melihat sejauh mana perusahaan dibiayai
oleh pihak luar atau dengan kata lain menunjukkan proporsi atas penggunaan
utang untuk membiayai investasi perusahaan. Rasio solvabilitas yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain:
4. Debt Ratio (DR)
Debt Ratio yaitu untuk melihat aktiva perusahaan yang dibiayai dari utang atau
modal yang berasal dari pihak luar. Rumusnya sebagai berikut:
Debt Ratio (DR) = Total Utang
Total Aktiva
5. Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio ini menjelaskan kemampuan perusahaan menutupi seluruh utangnya dengan
modal sendiri. Adapun rumusnya sebagai berikut:
Debt to Equity Ratio (DER) = Total Utang
3.5. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang melakukan merger dan akuisisi pada periode 2008-2010.
Alasan peneliti mengambil periode tersebut karena berhubungan dengan
ketersediaan data yang akan digunakan untuk diteliti, yaitu untuk abnormal return
membandingkan 10 hari perdangangan sebelum dengan 10 hari perdagangan
sesudah merger dan akuisisi. Dan untuk kinerja keuangan membandingkan tiga
tahun sebelum dan tiga tahun sesudah merger dan akuisisi serta yaitu tahun yang
dibutuhkan dari tahun 2005-2013. Jumlah populasi yang didapat adalah 21
perusahaan. Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini menggunakan
metode penilaian (judgment) atau purposive sampling, yaitu dilakukan dengan
cara memilih sampel dari populasi yang didasarkan pada informasi yang tersedia
dan sesuai dengan penelitian yang sedang berjalan. Atau dengan kata lain
pemilihan sampel berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Adapun yang
menjadi kriteria-kriteria pada sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan
merger dan akuisisi (bidder firm) pada tahun 2008 sampai tahun 2010 serta
memiliki tanggal merger dan akuisisi yang jelas.
2. Perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi tidak bergerak di sektor
keuangan.
3. Perusahaan yang memiliki data return saham harian dan data indeks harga
gabungan (IHSG) harian yang lengkap selama 10 hari sebelum dan 10 hari
4. Perusahaan yang memiliki laporan keuangan yang lengkap selama tiga tahun
sebelum dan tiga tahun sesudah merger dan akuisisi dilakukan.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut didapat 19 perusahaan yang memenuhi
[image:52.595.92.545.230.751.2]syarat-syarat yang ada, yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1 Seleksi Sampel
No. Nama Perusahaan (Kode Saham) Tanggal Merger dan Akuisisi Kriteria Sampel Keempat Kriteria Terpenuhi 1 2 3 4
1. Bank Multicor (MCOR) 8 Januari 2008 x x 2. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
(TLKM)
26 Februari 2008
3. PT Barito Pacific Timber Tbk (BRPT)
27 Juni 2008
4. PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) 15 Oktober 2008 x x 5. PT Wijaya Karya Insan Pertiwi
(WIKA)
18 November 2008
6. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
5 Desember 2008
7. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) 6 Januari 2009