(Studi Kasus pada PT. Fajar Surya Wisesa Tbk)
ANALISYS OF ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) AND MARKET VALUE ADDED (MVA) ON STOCK RETURN
(Case Study at PT. Fajar Surya Wisesa Tbk)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Sidang
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh: EKI DWIYATNO
21106048
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
1. Dengan ini saya menyatakan bahwa, karya tulis (skripsi) saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Sarjana/S1), baik di Universitas Komputer Indonesia maupun diperguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri dengan arahan tim pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apa bila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku.
Bandung, Februari 2011 Yang membuat pernyataan,
Motto
Tiada iman lebih baik dari pada rasa malu dan sabar.
Tiada kebijakan lebih baik dari pada hidup sederhana
dan terencana. Tiada hartawarisan lebih besar dari
pada pendidikan. Tiada kekayaan lebih baik dari
pada kemurahan hati dan tiada dukungan yang lebih
baik dari pada nasehat yang tulus (Imam Ali R.A)
Seiring
rasa
syukur
karya
ini
kupersmebahkan untuk:
Ayah dan ibu tersayang, makasih
atas doa, materil dan cinta asihnya
yang mulia.
Kakak dan keponakan tercinta yang
selalu mendukung, menyayangiku
i
EVA yang positif menandakan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan melebihi biaya modal atau tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor. MVA yang positif menandakan bahwa nilai pasar perusahaan lebih tinggi daripada nilai buku perusahaan sehingga investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. EVA dan MVA positif, berarti ada nilai tambah bagi perusahaan, dan biasanya akan direspon oleh meningkatnya harga saham perusahaan sehingga tingkat pengembalian saham (return saham) akan mengalami peningkatan atau perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah perusahaan bagi investor.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif vertifikatif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Sampel yang digunakan adalah laporan keuangan neraca dan laba rugi periode tahun 2003-2009. Untuk mengetahui EVA(X1) dan MVA(X2) terhadap return saham(Y) digunakan korelari pearson, dan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel digunakan rumus koefisien determenasi. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan statistik uji t dua pihak dengan α = 0,05. perolehan hasil analisis tersebut diolah menggunakan program SPSS 17.0 for windows
Hasil penelitian menggunakan model persamaan regresi linier berganda. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa EVA dan MVA secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham PT. Fajar Surya Wisesa Tbk dari tahun 2003-2010. Secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan PT. Fajar Surya Wisesa Tbk. Hal tersebut disebabkan karena EVA dan MVA pada saat ini merupakan rasio keuangan yang kurang begitu dikenal oleh investor, sehingga pengetahuan investor mengenai EVA dan MVA masih relatif kecil.
ii
Positive EVA indicates that the rate of return generated by the company exceeds the cost of capital or rate of return expected by investors. MVA is a positive sign that the company's market value is higher than the book value of the company so that investors interested to invest in that company. EVA and MVA is positive, meaning there is added value for the company, and usually will respond by increasing the company's stock price so that the level of stock returns (stock return) will increase or the company managed to create added value for the investor company.
The method used in this research is descriptive method vertifikatif with qualitative and quantitative approaches. The sample used is a financial statement balance sheet and profit and loss year period 2003-2010. To know EVA (X1) and MVA (X2) to stock return (Y) are used korelari pearson, and to know how big contribution of variable used formula coefficients determenasi. Testing the hypothesis in this study using the test statistic t two party by α = 0.05. Acquisition results of the analysis was processed using SPSS 17.0 for windows
The results using multiple linear regression equation models. Our results indicated that EVA and MVA is partially an effect is not significant to return shares. Wisesa language from years 2003-2009. Simultaneously, no significant effect on stock return PT. Wisesa language. This was due to EVA and MVA is currently the financial ratios that are less well known by investors, so that investors' knowledge about EVA and MVA is still relatively small.
.
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur alhamdulillaah kita panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, karena
atas ridho dan izin-Nya Penulis dapat menyelsaikan penyusunan skripsi yang
berjudul ”Analisis Nilai Tambah Ekonomi dan Nilai Tambah Pasar Terhadap Tingkat Pengembalian Saham”(Studi kasus pada PT. Fajar Surya Wisesa Tbk). Adapun tujuan penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat program
ujian sidang sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Komputer Indonesia.
Dalam penyelesaian skripsi ini, memerlukan data-data serta informasi
disamping petunjuk dan pengarahan, yang tentu saja dalam pelaksanaan tidak
terlepas dari kesulitan dan hambatan. Namun Penulis sangat bersyukur karena
banyak sekali orang yang membantu dan memberikan semangat atau dorongan
kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelsaian skripsi ini. Yang pertama Penulis
ingin mengucapkan kepada kedua orang tua (Ayah dan Mamah) yang telah
memberikan do’a dan dukungan baik secara moril maupun materil serta perhatian
dan curahan kasih sayang yang dapat memberikan semangat kepada Penulis. Serta
iv
telah berkenan memberikan waktu, koreksi, bimbingan dan saran-saran. Penulis
pun ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, Msc., selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia yang telah memimpin unikom dengan baik sehingga dapat
meraih penghargaan diberbagai pihak.
2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si, Selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia yang membimbing
dosen-dosen secara baik dan menurunkannya kepada penulis. Dan selaku dosen-dosen
penguju sidang seminar usulan penelitian dan sidang skripsi yang telah
memberikan waktu, koreksi, bimbingan dan saran kepada Penulis.
3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi Akuntasnsi.
4. Inta Budi Setya Nusa SE., M.Si selaku dosen penguji yang memberikan
saran dan kritik kepada Penulis.
5. Kakak ku (Widyatni) dan keponakan ku (Aditya) atas dukungan dan
do’anya.
6. Bibi-bibi, Paman-paman, Ua-ua, Saudara-saudara ku yang selalu
memberikan semangat.
7. Anak-anak WARMIR (WArga inteRen Masyarakat In Rengasdengklok).
8. Dwi Pratiwi yang telah memberikan inspirasi, motivasi dan semangat
yang mungkin penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh dosen-dosen yang telah berkenan memberikan ilmunya.
10. Mbak Senny dan mbak Dona atas bantuannya selama ini.
11. Rezky, Kiki dan Rissa yang senantiasa memberikan bantuan dalam
v
12. Sahabat-sahabatku, Ocky, Septian, Asep, Nurdiansyah, Judithya, Yuyun,
Rifkha, Endy, Rio, Ramzi atas dukungan dan nasehatnya.
13. Teman-teman 4Ak1, 4Ak2, 4Ak3 angkatan 2006.
Akhirul kalam, Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat berguna bagi
semua pihak yang membutuhkan, khususnya bagi Penulis dan semoga do’a,
dorongan, perhatian dan semangat yang diberikan kepada Penulis mendapat
balasan pahala yang berlipat dari Allah SWT. Amien Ya Robbal Alamin.
Terima kasih.
Wassalamua’laikum Wr. Wb.
Bandung, Februari 2011
Penulis
vi LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ... 12
1.2.1 Identifikasi Masalah ... 12
1.2.2 Rumusan Masalah ... 13
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 14
1.3.1 Maksud Penelitian ... 14
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 14
1.4 Kegunaan Penelitian ... 14
1.4.1 Kegunaan Akademik ... 14
vii
1.5.2 Waktu Penelitian ... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 17
2.1.1 Economic Value Added (EVA) ... 17
2.1.1.1 Pengertian Economic Value Added (EVA) ... 17
2.1.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Economic Value Added (EVA) ... 23
2.1.1.3 Laporan Keuangan ... 26
2.1.1.4 Rasio Keuangan ... 27
2.1.1.5 Investasi ... 27
2.1.2 Market Value Added (MVA) ... 29
2.1.2.1 Pengertian Market Value Added (MVA) ... 29
2.1.2.2 Pasar Modal ... 30
2.1.3 Saham ... 35
2.1.3.1 Pengertian Saham ... 35
2.1.3.2 Jenis Saham ... 36
2.1.3.3 Keuntungan Investasi Pada Saham ... 36
2.1.3.4 Risiko Berinvestasi Pada Saham ... 37
2.1.3.5 Pengertian Return Saham ... 38
viii
2.1.4.2 Hubungan Economic Value Added (EVA) Terhadap
Return Saham ... 40
2.1.4.3 Hubungan Market Value Added (MVA) Terhadap Return Saham ... 42
2.1.5 Penelitian Terdahulu ... 44
2.2 Kerangka Pemikiran ... 45
2.3 Hipotesis ... 46
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 47
3.2 Metode Penelitian ... 47
3.2.1 Desain Penelitian ... 49
3.2.2 Operasional Variabel ... 50
3.2.3 Teknik Penarikan Sampel ... 52
3.2.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 54
3.2.4.1 Sumber Data ... 54
3.2.4.2 Teknik Pengumpulan Data ... 55
3.2.5 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis ... 55
3.2.5.1 Rancangan Analisis ... 55
ix
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. Fajar Surya
Wisesa Tbk ... 67
4.1.2 Stuktur Organisasi PT. Fajar Surya Wisesa Tbk ... 67
4.1.3 Deskripsi Jabatan ... 68
4.1.4 Aspek Kegiatan Perusahaan ... 73
4.2 Pembahasan ... 74
4.2.1 Hasil Analisis Kualitatif ... 74
4.2.1.1 Analisis Economic Value Added (EVA) PT. Fajar Surya Wisesa Tbk ... 74
4.2.1.2 Analisis Market Value Added (MVA) PT. Fajar Surya Wisesa Tbk ... 79
4.2.1.3 Analisis Return SahamPT. Fajar Surya Wisesa Tbk ... 82
4.2.2 Analisis Kuantitatif ... 86
4.2.2.1 Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap return saham ... 86
4.2.2.2 Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan MarketValue Added (MVA) terhadap return saham secara simultan ... 97
x
4.2.2.4 Penarikan Kesimpulan ... 105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 107
5.2 Saran ... 108
DAFTAR PUSTAKA ... 110
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 113
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
GAMBAR 2.1 Kerangka Pemikiran ... 45
GAMBAR3.1 Daerah Penenerimaan dan Penolakan Hipotesis ... 64
GAMBAR 4.1 Grafik Economic Value Added (EVA) ... 76
GAMBAR 4.2 Grafik Market Value Added (MVA) ... 80
GAMBAR 4.3 Grafik Return Saham... 84
GAMBAR 4.4 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Secara Simultan ... 99
GAMBAR 4.5 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho pada Uji Parsial Economic Value Added (EVA) ... 102
xii
TABEL 1.1 Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA)
di PT. Fajar Surya Wisesa Tbk dari Tahun 2007 – 2010 ...7
TABEL 1.2 Jadwal Kegiatan ...16
TABEL 2.1 Penilaian Economic Value Added (EVA)...20
TABEL 2.2 Penelitian Terdahulu ...44
TABEL 3.1 Operasional Variabel ...51
TABEL 3.2 Interpretasi Koefisien Kolerasi...60
TABEL 4.1 Pos – pos Neraca dan Laba - Rugi yang Berhubungan Dengan Economic Value Added (EVA) pada PT. Fajar Surya Wisesa Tbk Tahun 2003 – 2009 ...75
TABEL 4.2 Economic Value Added (EVA) Tahunan PT. Fajar Surya Wisesa Tbk Tahun 2003 – 2009...76
TABEL 4.3 Pos – pos yang Berhubungan dengan Market Value Added (MVA) pada PT. Fajar Surya Wisesa Tbk Tahun 2003 – 2009 ...79
TABEL 4.4 Market Value Added (MVA) Tahunan PT. Fajar Surya Wisesa Tbk Tahun 2003 – 2009...80
TABEL 4.5 Data Harga Saham PT. Fajar Surya Wisesa Tbk Tahun 2003 – 2009 ...83
TABEL 4.6 Data Return Saham PT. Fajar Surya Wisesa Tbk Tahun 2003 – 2009 ...83
xi
Lampiran 1 Surat Permohonan Penelitian... 116
Lampiran 2 Surat Ketetapan Penelitian ... 117
Lampiran 3 Kartu Bimbingan Skripsi ... 118
Lampiran 4 Surat Revisi Dosen Pembingbing ... 119
Lampiran 5 Surat Revisi Dosen Penguji ... 120
Lampiran 4 Struktur Organisasi ... 121
Lampiran 5 Laporan Keuangan 2003-2004 ... 122
Lampiran 6 Laporan Keuangan 2005-2006 ... 125
Lampiran 7 Laporan Keuangan 2007-2008 ... 128
Lampiran 8 Laporan Keuangan 2008-2009 ... 131
Lampiran 9 Data Harga Saham PT. Fajar Surya Wisesa Tbk ... 134
Lampiran 11 Perhitungan Nilai Invested Chapital ... 136
Lampiran 12 Perhitungan Nilai WACC ... 136
Lampiran 13 Perhitungan Nilai Chapital Changes ... 139
Lampiran 14 Perhitungan Nilai Economic Value Added (EVA) ... 140
Lampiran 15 Perhitungan Nilai Buku Saham ... 140
Lampiran 16 Perhitungan Market Value Added (MVA) ... 141
Lampiran 17 Perhitungan Return Saham ... 141
Lampiran 18 Tabel Nilai Distribusi f ... 142
1
1.1 Latar Belakang Masalah
Pengembangan perusahaan dalam upaya untuk mengantisipasi persaingan
yang semakin tajam dalam pasar yang semakin global seperti sekarang ini akan
selalu dilakukan baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Perkembangan
dunia bisnis yang pesat menjadikan suatu perusahaan terus bersaing secara
kompetitif untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dengan kondisi
tersebut agar tujuan perusahaan tercapai, berbagai macam masalah yang timbul
harus dihadapi dan disertai dengan solusi pengembalian keputusan yang selektif.
(Subekti Puji Astuti, 2007)
Kesuksesan suatu perusahaan dalam mempertahankan eksistensinya tidak
luput dari peran manajer keuangan yang telah dilakukan. Para manajer keuangan
tersebut memiliki tugas utama dalam merencanakan pengadaan dan penggunaan
dana guna memaksimumkan nilai perusahaan, dengan kata lain menentukan
sumber dan penggunaan dana dari berbagai alternatif yang tersedia. Secara
normatif, tujuan keputusan keuangan yang dilakukan adalah meningkatkan
kemakmuran pemilik perusahaan yang ditujukan dengan meningkatnya nilai
perusahaan atau harga saham bagi perusahaan yang telah go public. (Subekti Puji
Astuti, 2007)
Menurut Mc Donald (1996) dalam penelitian Subekti Puji Astuti,
perusahaan yang baik selalu berkonsentrasi pada penciptaan adding value bagi
tambah bukan merupakan suatu hal yang mudah. Selama Economic booming
setelah PD II, beberapa perusahaan yang telah berpengalaman memfokuskan
perhatian mereka pada diskonto arus kas (internal rate of return dan net present
value) sebagai alat analisis mereka dalam menilai kinerja perusahaan. Kemudian
berkembang alat analisis baru seperti ROA (Return on Assets) dan RONA (Return
on Net Assets). (Lisa Linawati Utomo, 2009)
Selanjutnya oleh Utama (1997) dikatakan, walaupun terjadi peningkatan
dalam penggunaan Return on Asset (ROA) dan Return on Net Assets (RONA)
dalam menilai kinerja perusahaan, para manajer tetap menyadari adanya
kelemahan pada pengukur akuntansi tradisional. Hal ini disebabkan pengukur
akuntansi tradisional sebagai pengukur penciptaan nilai mengabaikan adanya
biaya modal. Dengan demikian sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan
telah menciptakan nilai tambah bagi pemegang sahamnya. (Lisa Linawati Utomo,
2009)
Menyadari bahwa pengukur akuntansi tradisional dapat memberikan
kesimpulan yang misleading, Joel M Stern dan G Bannet Stewart III dan Stern
Stewart & Co. of New York City menciptakan alat pengukuran baru yang disebut
Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Economic Value
Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) membuat para manajer untuk
memfokuskan perhatian pada kegiatan yang menciptakan nilai dan
memungkkinkan mereka untuk mengevaluasi kriteria memaksimumkan nilai
Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) juga telah
banyak diterapkan di berbagai perusahaan seperti Coca Cola, General Electrik
Merck, Philip Morris, Microsoft, dan lain-lain. (Lisa Linawati Utomo, 2009)
Economic Value Added (EVA) yang positif menandakan bahwa tingkat
pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan melebihi biaya modal atau tingkat
pengembalian yang diharapkan oleh investor. Keadaan ini menunjukkan bahwa
perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal. Hal ini sejalan dengan
memaksimumkan nilai perusahaan. Sebaliknya, Economic Value Added (EVA)
yang negatif menandakan bahwa nilai perusahaan berkurang sebagai akibat
pengembalian yang dituntut oleh investor. Adapun Economic Value Added (EVA)
negatif disebabkan karena biaya yang dikeluarkan untuk pembiayaan modal yang
terukur dengan Capital Charges lebih besar dibandingkan dengan Net Operating
after Tax (NOPAT) yang diperoleh perusahaan.
(Jurnal Manajemen, SDM Manajemen, EVA sebagai Konsep Pengukuran Kinerja
Keuangan, 2009)
Market Value Added (MVA) yang positif menandakan bahwa nilai pasar
perusahaan lebih tinggi daripada nilai buku perusahaan sehingga investor tertarik
untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Sebaliknya, jika Market
Value Added (MVA) perusahaan negatif menandakan nilai pasar perusahaan
tersebut lebih rendah dari pada nilai buku perusahaan sehingga investor tidak
tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. (Mulyadi, 2009)
Oleh sebab itu apabila hasil dari pengukuran Economic Value Added
perusahaan, dan biasanya akan direspon oleh meningkatnya harga saham
perusahaan sehingga tingkat pengembalian saham (return saham) akan
mengalami peningkatan atau perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah
perusahaan bagi investor. Dan sebaliknya jika Economic Value Added (EVA) dan
Market Value Added (MVA) negatif berarti perusahaan mengalami penurunan
kinerja yang biasanya akan direspon dengan penurunan harga saham perusahaan
sehingga tingkat pengembalian saham (return saham) akan mengalami penurunan
atau nilai perusahaan berkurang karena tingkat pengembalian yang dihasilkan
lebih rendah dari yang diharapkan investor. Dengan demikian nilai Economic
Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) yang positif diharapkan
akan memberikan pengaruh yang positif juga terhadap kenaikan tingkat
pengembalian saham (return saham) tersebut. (Mulya Yoga Prakasa, 2007)
Berdasarkan konsep Economic Value Added (EVA), nilai pasar perusahaan
merupakan nilai bukunya ditambah nilai sekarang (present value) dari nilai
Economic Value Added (EVA) secara periodik dimasa depan. Nilai sekarang
(present value) dari nilai Economic Value Added (EVA) secara periodik dimasa
depan dikenal dengan Market Value Added (MVA). Berdasarkan teori, dengan
meningkatnya Economic Value Added (EVA) dari tahun ke tahun, berarti suatu
perusahaan telah meningkatkan Market Value Added (MVA) dan sebaliknya.
Oleh karena itu Stem Stewart berkeyakinan bahwa Economic Value Added
(EVA) adalah kunci untuk menciptakan nilai perusahaan dan memaksimalkan
yang erat dengan setiap perubahan Market Value Added (MVA). (Subekti puji
astuti, 2006).
Menurut Dewi Sri Hanjani (2008) Market Value Added (MVA) merupakan
perbedaan antara nilai modal yang ditanamkan di perusahaan sepanjang waktu
dari investasi modal, pinjaman, laba ditahan, dan uang yang bisa diambil sekarang
atau sama dengan selisih antara nilai buku dengan nilai pasar perusahaan. Market
Value Added (MVA) saat kini dianggap menjadi panduan terbaik untuk menilai
manajemen perusahaan publik apakah bagus atau tidak karena Market Value
Added (MVA) menjawab persoalan penting yang dibutuhkan investor atau
kemempuan manajemen perusahaan publik untuk menambah kekayaan mereka.
Menurut Steward menyakini dan mempopulerkan Market Value Added
(MVA) sebagai ukuran yang paling tepat untuk menilai sukses tidaknya
perusahaan dalam menciptakan kekayaan bagi permlik. Jadi, kekayaan atau
kesejahteraan pemilik perusahaan (pemegang saham) akan bertambah bila Market
Value Added (MVA) bertambah. (Totok Budi Santoso, 2006)
Peningkatan Market Value Added (MVA) dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan Economic Value Added (EVA) yang merupakan pengukuran
internal kinerja operasional tahunan, dengan demikian Economic Value Added
(EVA) mempunyai hubungan yang kuat dengan Market Value Added (MVA).
Berdasarkan teori mestinya Market Value Added (MVA) berhubungan
positif dengan return saham karena MVA (Market Value Added) adalah ukuran
komulatif kinerja perusahaan yang memperlihatkan penilaian pasar modal pada
apabila Economic Value Added (EVA) berniali positif maka Market Value Added
(MVA) juga bernilai positif. (Totok Budi Santoso, 2006)
Dengan mengetahui Economic Value Added (EVA) dan Market Value
Added (MVA) yang merupakan pengukuran kinerja perusahaan yang berfokus
pada nilai perusahaan, dapat membantu manajemen untuk mengetahui berapa the
true cost of capital dari bisnisnya sehingga tingkat pengembalian bersih dari
modal, hal yang sesungguhnya menjadi perhatian investor bisa diperlihatkan
secara jelas dan berapa jumlah sebenarnya dari modal yang diinvestasikan ke
dalam bisnis. Dengan demikian tujuan manajemen untuk memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham melalui maksimisasi nilai perusahaan yang dapat
dicapai. Nilai perusahaan yang tercipta ini akan mempengaruhi respon masyarakat
yang dicerminkan dari naik atau turunnya harga saham. (Mulya Yoga Prakasa:
2007)
Harga pasar saham adalah market clearing prices yang ditentukan
berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran. Harga pasar saham memberikan
ukuran yang objektif tentang nilai investasi pada sebuah perusahaan. Oleh
karenanya, harga saham memberikan indikasi pembahan harapan pemodal sebagai
akibat perubahan kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan. (Mulya Yoga
Prakasa: 2007)
Harga saham yang tersedia dibayar oleh investor mencerminkan arus kas
bersih yang diharapkan setelah mempertimbangkan waktu dan resiko investasi.
Nilai sebuah saham terkait erat dengan perkiraan prestasi perusahaan di masa
(tingkat pengembalian) yang mungkin diperoleh sebagai akibat investasi pada
saham. (Subekti Puji Astuti: 2007)
Berdasarkan survai awal menurut Jakarta stock Exchange terjadi suatu
fenomena permasalahan pada PT. Fajar Surya Wisesa Tbk. Data mengenai
Economic Value Added (EVA) dan Market Value Addded (MVA) dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 1.1
Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) PT. Fajar Surya Wisesa Tbk dari tahun 2006 sampai 2009
No Tahun
Economic Value Added (EVA) Market Value Added (MVA)
Nilai Perubahan Nilai Perubahan
1 2003 24,367,350,080.61 548,755,793,369.00
2 2004 (31,301,781,423.27) 1,287,436,832,647.00
3 2005 (84,596,037,924.65) 1,405,503,221,834.00
4 2006 75,844,980,788.99 1,675,458,178,010.00
(Sumber: lampiran hal 138 dan 139)
Berdasarkan table 1.1 diatas, pada tahun 2003 Economic Value Added
(EVA) memiliki nilai 24,367,350,080.61 dan Market Value Added (MVA)
memiliki nilai 548,755,793,369 yang artinya nilai Economic Value Added (EVA)
dan Market Value Added (MVA) positif.
Berarti ada nilai tambah bagi PT. Fajar Surya Wisesa Tbk, dan biasanya
akan direspon oleh meningkatnya harga saham perusahaan sehingga tingkat
pengembalian saham (return saham) akan mengalami peningkatan atau PT. Fajar
Surya Wisesa Tbk berhasil menciptakan nilai tambah bagi investor. Sehingga
dikarenakan nilai Economic Value Added (EVA) dan nilai Market Value Added
(MVA) yang positif sehingga investor mempunya penilaian yang lebih terhadap
laba yang dihasilkan oleh PT. Fajar Surya Wisesa Tbk di tahun 2003, sehingga
akan memberikan nilai tambah bagi invertor.
Pada tahun 2004 nilai Economic Value Added (EVA) memiliki nilai
(31,301,781,423.27) yang mengalami penurunan dikarenakan pada tahun 2004
PT. Fajar Surya Wisesa Tbk melakukan banyak pinjaman hutang ke luar untuk
menambah modal operasionalnya, dan terjadi penurunan laba bersih di tahun 2004
yang diterima oleh PT. Fajar Surya Wisesa Tbk, sehingga perhitungan Economic
Value Added (EVA) mengalami penurunan yang diakibatkan peningkatan Invested
Capital. Sedangkan nilai Market Value Added (MVA) bernilai 1,287,436,832,647
mengalami peningkatan yang disebabkan nilai pasar perusahaan lebih tinggi dari
nilai buku perusahaan, nilai pasar perusahaan di tahun 2004 lebih tinggi dari pada
nilai pasar perusahaan di tahun 2003, sehingga meningkatkan nilai Market Value
Added (MVA).
Sehingga investor tertarik untuk membeli saham PT. Fajar Surya Wisesa
Tbk walau terjadi penurunan Economic Value Added (EVA) akan tetapi terjadi
peningkatan Market Value Added (MVA) karena Market Value Added (MVA)
adalah ukuran komulatif kinerja perusahaan yang memperlihatkan penilaian pasar
modal pada waktu tertentu dari Economic Value Added (EVA) yang akan datang,
jadi Market Value Added (MVA) adalah nilai Economic Value Added (EVA)
dimasa yang akan datang. Apabila nilai Market Value Added (MVA) naik maka
sehingga membuat investor tertarik untuk membeli saham PT. Fajar Surya Wisesa.
Pada tahun 2005 nilai Economic Value Added (EVA) masih mengalami
penurunan menjadi (84,596,037,924.65) yang dikarenakan pada tahun 2005
perekonomian di Indonesia mengalami penurunan akibat dari krisis ekonomi
global, sehingga laba bersih yang dihasilkan PT. Fajar Surya wisasa Tbk menurun
dari tahun sebelumnya dan nilai Economic Value Added (EVA) juga mengalami
penurunan yang diakibatkan laba bersih PT. Fajar Surya Wisesa Tbk mengalami
penurunan. Sedangkan nilai Market Value Added (MVA) bernilai
1,405,503,221,834 masih mengalami peningkatan yang disebabkan investor masih
percaya untuk membeli saham PT. Fajar Surya Wisesa Tbk sehingga nilai harga
saham PT. Fajar Surya Wisesa Tbk menignkat dari tahun sebelumnya, dengan
peningkatan harga saham PT. Fajar Surya Wisesa Tbk maka akan meningkatkan
nilai Market Value Added (MVA) karena harga saham salah satu indikator untuk
menentukan nilai Market Value Added (MVA).
Sehingga investor tertarik untuk membeli saham PT. Fajar Surya Wisesa
Tbk walau terjadi penurunan Economic Value Added (EVA) akan tetapi terjadi
peningkatan Market Value Added (MVA) karena Market Value Added (MVA)
adalah ukuran komulatif kinerja perusahaan yang memperlihatkan penilaian pasar
modal pada waktu tertentu dari Economic Value Added (EVA) yang akan datang,
jadi Market Value Added (MVA) adalah nilai Economic Value Added (EVA)
dimasa yang akan datang. Apabila nilai Market Value Added (MVA) naik maka
nilai Economic Value Added (EVA) juga akan naik dimasa yang akan datang,
Pada tahun 2006. Nilai Economic Value Added (EVA) dan nilai Market
Value Added (MVA) mengalami peningkatan. Nilai Economic Value Added
(EVA) berada dinilai 75,844,980,788.99 sedangkan nilai Market Value Added
(MVA) berada dinilai 1,675,458,178,010. Hal ini disebabkan kinerja manejemen
PT. Fajar Surya Wisesa Tbk mengalami peningkatan kinerja sehingga nilai
Economic Value Added (EVA) meningkat dan Market Value Added (MVA) masi
meningkat karena PT. Fajar Surya Wisesa Tbk di mata publik telah besar,
sehinnga walau terjadi krisis ekonomi global di tahun 2005, PT. Fajar Surya
Wisasa Tbk masi bisa bersaing untuk mendapatkan dana dari para investor yang
akan menanamkan modalnya.
Penulis menduga faktor peningkatan dan penurunan Economic Value
Added (EVA) dipengaruhi oleh Net Operating After Tax yang diperoleh
perusahaan meningkat atau menurun dari tahun sebelumnya, dan peningkatan niai
Market Value Added (MVA) dikarenakan nilai pasar saham perusahaan lebih
tinggi dari nilai buku per lembar saham perusahaan. Dari uraian tersebut terjadi
suatu fenomena dimana 1) Economic Value Added (EVA) mengalami penurunan akan tetapi Market Value Added (MVA) mengalami peningkatan. 2) Hasil dari Economi Value Added (EVA) tidak mempengaruhi hasil Market Value Added (MVA). Hal inilah yang menyebabkan kontradiktif dengan teori yang dikemukakan yang sebenarnya sehingga menarik perhatian peneliti untuk
melakukan penelitian.
Penelitian ini merupakan replikasi penelitian yang dilakukan oleh Subekti
Terhadap Return Saham”. Penelitian tersebut dilakukan terhadap perusahaan-
perusahaan manufaktur yang yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2001 -
2003. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat (1) hubungan yang
signifikan antara Current Ratio (CR) terhadap return saham. (2) Return On Equity
(ROI) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. (3)
DER tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. (4) PBV
mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap return saham. (5) TATO
mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap return saham. (6) Tidak
dapat diteliti karena variable Economic Value Added (EVA) dan Market Value
Added (MVA) mempunyai hubungan yang erat dengan residualnya sehingga
terjadi heteroskedastisitas sehingga kedua variable tersebut, Economic Value
Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) dikeluarkan dari model penelitian.
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah (1) Pada penelitian yang
dilakukan oleh Subekti Puji Astuti menguji apakah ada hubungan antara faktor –
faktor fundamental dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, sedangkan
pada penelitian ini menguji apakah metode Economic Value Added (EVA) dan
Market Value Added (MVA) berpengaruh terhadap return saham. (2) Objek
penelitian sebelumnya adalah perusahaan- perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Jakarta periode tahun 2001 - 2003, sedangkan pada penelitian ini
adalah PT. Fajar Surya Wisesa Tbk. (3) Variabel yang digunakan pada penelitian
sebelumnya adalah CR, ROI, DER, PBV, TATO, sedangkan pada penelitian ini
(MVA), dan return saham. (4) Tahun pengamatan penelitian sebelumnya adalah
2001 – 2003, sedangkan penelitian ini 2003 – 2009.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian dan
penyajian dalam skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Tambah Ekonomi dan Nilai Tambah Pasar terhadap Tingkat Pengembalian Saham PT. Fajar Surya Wisesa Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Dilihat dari uraian latar belakang penelitian, diidentifikasikan
permasalahan di PT. Fajar Surya Wisesa Tbk. Adalah sebagai berikut:
1. Pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2005, nilai Economic Value Added
(EVA) mengalami penurunan tiap tahunnya yang disebabkan kondisi
perekonomian di Dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya
mengalami penurunan yang diakibatkan banyak faktor, salah satunya
terjadinya krisis ekonomi global yang menyebabkan lonjakan harga
minyak dunia. Sehingga laba operasional perusahaa/laba bersih
perusahaan mengalami penurunan dari tahun ke tahun, dengan laba bersih
mengalami penurunan tiap tahunnya, maka nilai Economic Value Added
(EVA) mengalami penurunan dikarenakan untuk menghasilkan Economic
Value Added (EVA) faktor yang paling dominan yaitu nilai laba bersih
perusahaan.
2. Pada tahun 2003-2006. Nilai Market Value Added (MVA) mengalami
Wisesa Tbk di dalam pasar atau dimata public sangat baik, sehingga walau
terjadi penurunan laba bersih perusahaan tidak membuat investor untuk
mengalihkan investasinya ke perusahaan lain. Sehingga harga saham PT.
Fajar Surya Wisesa Tbk mengalami peningkatan terus menerus. Dengan
meningkatnya harga saham maka Market Value Added (MVA) akan
menigkat, dikarenakan untuk menghitung Market Value Added (MVA)
harga saham salah satu faktor yang paling menentukan tinggi atau
tidaknya nilai Market Value Added (MVA).
3. Dapat dilihat di tabel 1.1 bahwa nilai Economic Value Added (EVA)
mengalami penurunan dari taun 2004-2005, sedangkan nilai Market Value
Added (MVA) mengalami peningkatan, jadi teori yang mengatakan bahwa
hasil Economic Value Added (EVA) akan mempengaruhi nilai Market
Value Added (MVA) tidak terbukti di PT. Fajar Surya Wisesa Tbk.
1.2.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah yang dilemukakan di atas, maka
penulis mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Economic Value Added (EVA) PT. Fajar Surya Wisesa Tbk.
2. Bagaimana Market Value Added (MVA) PT. Fajar Surya Wisesa Tbk.
3. Bagaimana Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Sesuai dengan masalah – masalah yang diidentifikasi di atas, maka
penelitian dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data, menganalisis dan
memperoleh pemahaman mengenai pengaruh Economic Value Added (EVA) dan
Market Value Added (MVA) terhadap return saham (studi pada PT. Fajar Surya
Wisesa Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indoneia).
1.3.2 Tujuan Penelitian
Bertolak dari latar belakang penelitian dan masalah – masalah yang telah
dikemukakan oleh penulis, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Economic Value Added (EVA) PT. Fajar Surya
Wisesa Tbk.
2. Untuk mengetahui Market Value Added (MVA) PT. Fajar Surya
Wisesa Tbk.
3. Untuk mengetahui Economic Value Added (EVA) dan Market Value
Added (MVA) secara simultan dan parsial PT. Fajar Surya Wisesa
Tbk.
1.4 Kegunaan Hasil Penelitian 1.4.1 Kegunaan Akademik
Adapun kegunaan penelitian ini semoga dapat bermanfaat secara akademis
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan, dan
pemahaman tentang Economic Value Added (EVA), Market Value Added
(MVA) dan return saham.
2. Bagi pengembangan ilmu akuntansi
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan konseptual bagi
perkembangan ilmu akuntansi khususnya mengenai analisis Economic Value
Added (EVA)dan Market Value Added (MVA) terhadap return saham.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Adapun kegunaan penelitian ini adalah dapat bermanfaat secara praktis sebagai
berikut:
1. Bagi perusahaan
Diharapkan dapat menjadi umpan balik bagi perusahaan yang diteliti dan
menjadi masukan mengenai Economic Value Added (EVA), Market Value
Added (MVA) dan dampaknya terhadap return saham pada PT. Fajar Surya
Wisesa Tbk di masa yang akan datang.
2. Bagi investor
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan investasi saham secara umum dan khususnya pada PT.
Fajar Surya Wisesa Tbk. berdasarkan pertimbangan Economic Value Added
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian
Penulis melakukan penelitian pada PT. Fajar Surya Wisesa Tbk. Yang
bertempat di Jl. Abdul Muis No. 30 Jakarta dengan memperoleh data sekunder
melalui Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) di Bursa Efek Indonesia.
1.5.2 Waktu Penelitian
Penelitin ini dilakukan mulai pada bulan Oktober 2010 sampai dengan
selesai. Adapun tahap penelitian sampai penyusunan skripsi dapat dilihat pada
17
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Economic Value Added (EVA)
2.1.1.1 Pengertian Economic Value Added (EVA)
Alat analisis yang yang dikenal Economic Value Added (EVA), pertama
kali dekembangkan oleh perusahaan konsultan Sterm dan Stewart pada tahun
1982. Konsep ini diperkenalkan melalui buku karangan mereka dengan judulu
“The Quest for Value”. Banyak investasi yang dilakukan oleh perusahaan hanya
untuk mengejar penjualan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan. Para pemimpin perusahaan hanya menggunakan NPU (Not Par
Value) atas proyek yang dilalukan agar memberikan hasil yang positif. Namun,
NPU yang positif tersebut belum memberikan nilai tambah terhadap perusahaan
dan dibutuhkan bagaimana investasi tersebut memberikan nilai tambah terhadap
perusahaan. (Adler Haymans, 2006:128)
Oleh karena itu, Economic Value Added (EVA) dapat disebut alat ukur
hasil yang diperoleh perusahaan atas tindakan investasi yang dilakukan. Dan
ukurannya yaitu investasi yang dilakukan tersebut harus dapat memenuhi seluruh
biaya yang dikeluarkan perusahaan. (Adler Haymans, 2006:128)
Economic Value Added (EVA) adalah laba operasi setelah pajak dikurangi
dengan total biaya modal. Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa Economic
yang berhubungan dengan penciptaan nilai bagi pemegang saham. (Pradhono dan
Yulius Jogi Cristiawan, 2006)
Laba bersih, sebagai alat ukur kinerja konvensional ikut memperhitungkan
pula biaya hutang, yang tercermin di dalam laporan rugi laba sebagai beban
bunga, tetapi tidak mencerminkan biaya ekuitas. Oleh karena itu, sebuah
perusahaan dapat melaporkan laba bersih yang positif jika laba bersihnya kurang
dari biaya ekuitasnya. Economic Value Added (EVA) memperbaiki kelemahan ini
dengan mengakui banwa untuk benar-benar mengukur kinerja dengan tepat, kita
perlu memperhitungkan biaya dari ekuitas modal. (Trihastuti, 2009)
Economic Value Added (EVA) adalah ukuran kinerja keuangan yang lebih
mampu menangkap laba ekonomis perusahaan yang sebenarnya daripada ukuran
-ukuran lain. Economic Value Added (EVA) juga merupakan ukuran kinerja yang
secara langsung berhubungan dengan kekayaan pemegang saham dari waktu ke
waktu. (Trihastuti, 2009)
Pengertian Economic Value Added (EVA) menurut Gouvidarajan (2005)
dalam penelitian Subekti Puji Astuti adalah jumlah uang bukan rasio. Economic
Value Added (EVA) dapat diperoleh dengan mengurangkan beban modal (capital
charge) dari laba bersih (net operating profit).
Penggunaan Economic Value Added (EVA) ini akan mendorong
perusahaan untuk menitik beratkan pada struktur modalnya. Pada dasarnya
pemodal (investor) akan tertarik untuk melakukan investasi pada saham di
perusahaan yang menawarkan jumlah, stabilitas dan tingkat pertumbuhan dari
mengestimasi harga saham perusahaan di masa yang akan datang dan besarnya
deviden yang akan diterima apabila para investor mengetahui dengan pasti laba
yang akan mereka peroleh dari perusahaan. (Gouvidarajan, 2005)
Economic Value Added (EVA) dapat digunakan untuk mengidentifikasi
kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi dari pada biaya
modalnya. Kegiatan atau proyek yang memberikan nilai sekarang dari total
Economic Value Added (EVA) yang positif menunjukkan bahwa proyek tersebut
menciptakan nilai perusahaan dan dengan demikian sebaiknya diambil.
Sebaliknya, kegiatan atau proyek tersebut tidak menguntungkan dan tidak perlu
diambil. Penggunaan Economic Value Added (EVA) dalam mengevaluasi proyek
akan mendorong para manajer untuk selalu melakukan evaluasi atas tingkat risiko
proyek yang bersangkutan. Dengan Economic Value Added (EVA), para manajer
harus selalu membandingkan tingkat pengembalian proyek dengan tingkat biaya
modal yang mencerminkan tingkat risiko proyek tersebut. (Gouvidarajan, 2005)
Menurut Sidharta Utama (1997) penilaian Economic Value Added (EVA)
dapat dinyatakan dalam Jurnal Ekonomi Oleh Trihastuti, 2009:
Apabila Economic Value Added (EVA) > 0, berarti nilai EVA positif yang
menunjukkan telah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan.
Apabila Economic Value Added (EVA) = 0 menunjukkan posisi impas
atau Break Event Point.
Apabila Economic Value Added (EVA) < 0, yang berarti EVA negatif
Sehingga hal tersebut diatas akan lebih mudah diterjemahkan sebagai berikut:
Tabel 2.1
Penilaian Economic Value Added (EVA)
Dari uraian singkat diatas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa pada dasarnya
pendekatan EVA (Economic Value Added) berfungsi sebagai:
Indikator tentang adanya penciptaan nilai dari sebuah investasi.
Indikator kinerja sebuah perusahaan dalam setiap kegiatan operasional
ekonomisnya.
Pendekatan baru dalam pengukuran kinerja perusahaan dengan
memperhatikan secara adil para penyandang dana atau pemegang saham.
Langkah – langkah untuk menghitung Economic Value Added (EVA) (Amin Widjaja Tunggal, 2008):
1. Menghitung NOPAT (Net Operating After Tax) Rumus:
Nilai EVA Pengertian Laba Perusahaan
EVA > 0 Ada membayarkan semua kewajiban pada para penyandang nilai ekonomis lebih, setelah perusahaan dana atau kreditur sesuai ekspektasinya.
Positif
EVA = 0 Tidak ada nilai ekonomis lebih, tetapi perusahaan mampumembayarkan semua kewajibannya pada para penyandang dana atau kreditur sesuai ekspektasinya.
Positif
EVA < 0
Perusahaan tidak mampu membayarkan kewajiban padaa para penyandang dana atau kreditur sebagimana nilai yang diharapkan ekspektasi return saham tidak dapat tercapai.
Definisi:
Laba usaha adalah laba operasi perusahaan dari suatu current operating
yang merupakan laba sebelum bunga. Pajak yang digunakan dalam
perhitungan Economic Value Added (EVA) adalah pengorbanan yang
dikeluarkan oleh perusahaan dalam penciptaan nilai tersebut.
2. Menghitung Invested Capital Rumus:
Definisi:
Total hutang dan ekuitas menunjukkan beberapa bagian dari setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang. Pinjaman jangka
pandek tanpa bunga merupakan pinjaman yang digunakan perusahaan
yang pelunasan maupun pembayarannya akan dilakukan dalam jangka
pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva
lancar yang dimiliki perusahaan, dan atas pinjaman itu tidak dikenai
bunga, seperti hutang usaha, hutang pajak, biaya yang masih harus
dibayar, dan lain-lain.
3. Menghitung WACC (Weighted Average Cost of Capital) Rumus:
Dimana:
Dalam menghitung WACC suatu perusahaan harus mengetahui
Dalam menghitung WACC suatu perusahaan harus mengetahui
sebagai berikut:
Jumlah hutang dalam struktur modal (berdasarkan nilai pasar)
Jumlah ekuitas dalam struktur modal (berdasarkan nilai pasar)
Biaya hutang
Biaya ekuitas
Tingkat pajak
Jika perusahaan memiliki beberapa sumber pembiayaan hutang
masing-masing dengan tingkat berbeda, biaya hutang yang digunakan
dengan WACC adalah suatu rata-rata tertimbang.
4. Menghitung Capital Charges Rumus:
2.1.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Economic Value Added (EVA) A. Kelebihan Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added (EVA) adalah nilai tambah ekonomis yang
diciptakan perusahaan dari kegiatan atau aktivitas manajemen selama periode
tertentu. Prinsip Economic Value Added (EVA) memberikan sistem pengukuran
yang baik untuk menilai perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan
nilai pasar sebuah perusahaan. Pihak manajemen perusahaan dapat melakukan
banyak hal untuk menciptakan nilai tambah, tetapi pada prisipnya Economic
Value Added (EVA) akan meningkat jika manajemen melakukan satu dari tiga
hal berikut ini (Mulyadi, 2009):
1. Bermanfaat sebagai penilai kinerja yang berfokus pada penciptaan nilai
(value creation), membuat perusahaan lebih memperhatikan struktur
modal, dan dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau
proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modal.
2. Manajemen dipaksa untuk mengetahui berapa the true cost of capital dari
bisnisnya sehingga tingkat pengembalian bersih dari modal yang
merupakan hal yang sesungguhnya menjadi perhatian para investor dapat
diperlihatkan secara jelas.
3. Manajer akan berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu
memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan
meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat
Meningkatnya laba operasi tanpa adanya tambahan modal berarti
manajemen dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk
mendapatkan keuntungan yang optimal.
Sebagai penilai kinerja perusahaan Economic Value Added (EVA)
memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut (Trihastutie, 2009):
1. Economic Value Added (EVA) dapat digunakan secara mandiri tanpa
membutuhkan data pembanding seperti standar industri atau data dari
perusahaann lain.
2. Economic Value Added (EVA) memfokuskan penilaiannya pada nilai
tambah dengan memperhitungkan biaya modal sebagai konsekuensi
investasi.
3. Perhitungan Economic Value Added (EVA) relatif mudah dilakukan, hanya
yang menjadi persoalan adalah perhitungan biaya modal yang memerlukan
data yang lebih banyak dan analisis yang lebih mendalam.
B. Kelemahan Economic Value Added (EVA)
Dengan berbagai keunggulannya, Economic Value Added (EVA) juga
mempunya beberapa kelemahan, pertama Economic Value Added (EVA) hanya
menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu. Nilai suatu
perusahaan merupakan akumulasi Economic Value Added (EVA) selama umur
perusahaan. Dengan demikian bisa saja suatu perusahaan tersebut mempunyai
Economic Value Added (EVA) pada tahun berjalan positif tetapi nilai
perusahaan tersebut rendah karena Economic Value Added (EVA) pada tahun
Added (EVA) untuk menilai kinerja, harus melihat Economic Value Added
(EVA) masa kini dan masa mendatang. (Trihastuti, 2009)
Kedua, secara praktis Economic Value Added (EVA) belum tentu dapat
diterapkan, proses perhitungan Economic Value Added (EVA) memerlukan
estimasi biaya modal. Estimasi ini sulit untuk dilakukan dengan tepat terutama
untuk perusahaan yang belum go public. Untuk perusahaan yang sudah go
public, tingkat biaya modal dan ekuitas dapat diperkirakan dengan
menggunakan capital asset pricing model (CAPM) atau market model.
(Trihastuti, 2009)
Kelemahan Economic Value Added (EVA) menurut Trihastuti, 2009,
yaitu:
1. Sulit menentukan biaya modal secara obyektif. Hal ini disebabkan dana
untuk investasi dapat berasal dari berbagai sumber dengan tingkat biaya
modal yang berbeda – beda.
2. Economic Value Added (EVA) terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa
investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan
mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu, padahal
faktor – faktor lain terkadang justru lebih dominan.
3. Konsep ini sangat tergantung pada transparansi internal dalam perhitungan
Economic Value Added (EVA) secara akurat. Dalam kenyataannya
seringkali perusahaan kurang transparan dalam mengemukakan kondisi
internalnya.
bisnis.
5. Economic Value Added (EVA) jarang dipakai dalam prakteknya
Sedangkan menurut Mulyadi, 2009 kelemahan Economic Value Added
(EVA) yaitu:
1. Economic Value Added (EVA) menggambarkan penciptaan nilai pada satu
tahun tertentu
2. Secara praktis, penerapan EVA masih sulit, karena proses perhitungan EVA
memerlukan estimasi atas biaya modal dan estimasi ini terutama untuk
perusahaan yang belum go public sulit untuk dilakukan.
2.1.1.3 Laporan Keuangan
Perusahaan yang go public berkewajiban untuk menyajikan laporan
keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik atas kinerja
perusahaan.
Menurut Abdulah Amrin (2007:171):
“Laporan Keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan,
merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun
buku yang bersangkutan”.
Sedangkan menurut Sofyan Syafri Harahap (2007:201):
“Berpendapat bahwa Laporan Keuangan merupakan output dan hasil dari
proses akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai
salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan”.
Maka Penulis beranggapan bahwa laporan keuangan merupakan ringkasan
perusahaan selama periode akuntansi.
2.1.1.4 Rasio Keuangan
Rasio keuangan berguna bagi analisis internal perusahaan, memperbaiki
kesalahan-kesalahan dan menghindari keadaan yang dapat menyebabkan kesulitan
keuangan.
Menurut Riyanto (2006:329):
“Rasio adalah alat yang dapat digunakan untuk menjelaskan antara dua
macam data finansial”.
Sedangkan menurut M Nafarin (2007:772):
“Rasio keuangan merupakan salah satu alat analisis dan saat bermanfaat dalam menafsirkan kondisi keuangan perusahaan (organisasi) dan menyusun anggaran, hal yang harus diperhatikan dalam menafsirkan kondisi keuangan adalah masa resesi dan inflasi karena laporan keuangan disusun dengan menggunakan catatan masa lalu”.
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan rasio merupakan alat yang dapat
menggambarkan posisi keuangan dengan membandingkan angka rasio suatu
perusahaan dan angka rasio pembanding sebagai standart.
2.1.1.5 Investasi
Istilah investasi bisa berkaitan dengan berbagai macam aktivitas
menginvestasikan sejumlah dana pada aset riil (tanah, mas, mesin, atau banguan),
maupun asset pinansial (deposito, saham, ataupun obligasi) merupakan aktivitas
investasi yang umumnya dilakukan. Bagi investor yang lebih pintar dan lebih
investasi pada aset-aset finansial yang lebih kompleks seperti warrans, option,
dan future maupun ekuitas internasional.
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainya
yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan
dimasa yang akan datang. Berinvestasi pada dasarnya adalah membeli suatu asset
yang diharapkan dimasa yang akan datang dapat dijual kembali dengan nilai yang
lebih tinggi.
Menurut Eduardus Tandelilin (2010:3), investasi adalah:
“Komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan
pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang akan
datang.”
Sedangkan menurut Railly dan Brown dalam buku Sawidji Widioatmodjo
(2008:2) bahwa:
“Investasi pada dasarnya merupakan komitmen meningkatkan asset saat ini untuk beberapa periode waktu ke masa depan guna memperoleh penghasilan yang mampu mengkompensasi pengorbanan investor berupa keterikatan asset pada waktu tertentu, tingkat inflasi dan ketidak tentuan pada masa mendatang.”
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa investasi
merupakan suatu aktivitas ekonomi dimana didalamnya terdapat kegiatan untuk
mempertahankan/ memperbesar kekayaan dengan jalan mengalokasikan dana
pada suatu asset dengan tujuan memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang
dengan cara rasional.
Investor yang rasional merupakan investor yang menginvestasikan
resiko yan sama atau menginvestasikan dananya pada asset yang memiliki resiko
yang rendah dari serangkaian asset yang memiliki return yang sama.
2.1.2 Market Value Added (MVA)
2.1.2.1 Pengertian Market Value Added (MVA)
Market Value Added (MVA) adalah Perbedaan antara nilai pasar dari
perusahaan (hutang dan ekuitas) dengan total investasi modal kedalam
perusahaan, nilai pasar dari perusahaan adalah “enterprise value” dari perusahaan
yang bersangkutan dimana merupakan hasil jumlah seluruh nilai pasar yang
diklaim oleh pihak lain terhadap perusahaan pada suatu waktu tertentu, total
investasi modal adalah seluruh investasi yang dikeluarkan semua pihak kepada
perusahaan pada suatu waktu tertentu.
Oleh karena itu Market Value Added (MVA) harus positif, maka Market
Value Added (MVA) dapat dirumuskan sebagai berikut: (Adler Haymans,
2006:133)
Market Value Added (MVA) diperoleh dengan mengalikan selisih antara
harga pasar saham dan nilai buku perlembar saham dengan jumlah saham yang
dikeluarkan. Nilai pasar saham perusahaan dicerminkan oleh harga saham yang
tercantum pada akhir periode selama tahun tersebut berlangsung (umumnya per
31 Desember). Nilai buku per lembar saham diperoleh dengan membagi
keuntungan perlembar saham atau earning per share (EPS) dengan tingkat
membagi total equity dengan jumlah lembar saham yang beredar. (Adler
Haymans, 2006)
Dalam kaitannya dengan nilai, pemodal juga perlu untuk melihat apakah
manajemen emiten menciptakan atau merusakan nilai pemegang saham. Rasio
yang banyak digunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah Economic
Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). (Jaka E Cahyono,
2006:110)
Market Value Added (MVA) mewakili perbedaan antara apa yang pemodal
tempatkan di emiten tertentu dan apa yang dapat mereka ambil. Secara sederhana
konsep ini mengacu pada nilai total yang pasar berikan pada semua saham dan
obligasi perusahaan (atau juga bisa berarti apa yang akan pemodal bisa terima jika
mereka menjual semua saham) dikurangi biaya modal yang mereka investasikan.
Jika Market Value Added (MVA) sebuah perusahaan positif, maka manajemen
telah membuat pemegang saham lebih kaya. Market Value Added (MVA) dapat
dipahami sebagai premi yang diberikan pasar kepada sebuah perusahaan. (Jaka E
Cahyono, 2006:110)
2.1.2.2 Pasar Modal
A. Pengertian Pasar Modal
Ketika suatu perusahaan membutuhkan dana tambahan untuk
mengembangkan usahanya, maka perusahaan tersebut dapat mencatatkan
perusahaannya pada pasar modal untuk memperoleh dana tambahan dari para
investor maupun kreditur. Di Indonesia, Bursa Efek Indonesia yang bertempat di
Menurut Rusdin (2008:1):
“Kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya.”
Sedangkan menurut Hendy Fakhruddin (2008:33) adalah:
“Suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang baik utang maupun modal sendiri diterbitkan dan diperdagangkan. Dana-dana jangka panjang yang merupakan utang biasanya berbentuk obligasi. Sedangkan dana jangka panjang yang merupakan modal sendiri biasanya berbentuk saham.”
Berdasarkan teori diatas, penulis berpendapat bahwa pasar modal
layaknya pasar tradisional yang mempertemukan pihak kelebihan dana (pembeli
efek) dengan pihak yang kekurangan dana (penerbit efek) yang terhimpun dalam
wadah jual beli instrumen pasar modal hingga terbentuknya permintaan dan
penawaran atas efek.
Di dalam aktifitas pasar modal umumnya dikenal dua jenis pasar yaitu
pasar perdana (primary market) yaitu tempat dimana instrument keuangan yang
diterbitkan oleh perusahaan atau emiten yang pertama kalinya (penawaran umum)
sebelum saham tersebut dicatatkan dibursa, harga ditentukan oleh penjamin emisi
dan emiten. Dan yang kedua dikenal sebagi pasar sekunder (secondary market)
yaitu dimana pasar instrument atau sekuritas diperjual-belikan secara luas dan
B. Manfaat Pasar Modal
Manfaat pasar modal bisa dirasakan baik oleh investor, emiten, pemerintah
maupun lembaga penunjang.
Manfaat pasar modal bagi emiten menurut Rusdin, 2008 yaitu:
a. Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar
b. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai
c. Tidak ada “convenant” sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam
pengelolaan dana/ perusahaan.
d. Solvabilitas perusahaan tinggi, sehingga memperbaiki citra perusahaan
e. Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil
f. Cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga nominal
perusahaan
g. Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang beresiko tinggi
h. Tidak ada bebas finansial yang tetap
i. Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas
j. Tidak dikaitkan dengan kekayaan penjamin tertentu
k. Profesionalisme dalam manajemen meningkat
Manfaat pasar modal bagi investor menurut Rusdin, 2008 adalah:
a. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan
tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham yang mencapai capital
gain.
b. Memperoleh deviden bagi mereka yang memiliki / memegang saham dan
c. Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham, mempunyai
hak suara dalam RUPO bila diadakana bagi pemegang obligasi.
d. Dapat dengan mudah mengganti instrument investasi, misal dari saham A
ke saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangi
resiko.
e. Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrument yang
mengurangi resiko.
Manfaat pasar bagi lembaga penunjang menurut Rusdin, 2008 yaitu:
a. Menuju kearah professional didalam memberikan pelayanannya sesuai
dengan bidang tugas masing-masing
b. Sebagai pembentuk harga dalam bursa parallel
c. Semakin member variasi pada jenis lembaga penunjang
d. Likuiditas efek semakin tinggi
Sedangkan manfaat pasar modal bagi pemerintah menurut Rusdin, 2008 yaitu:
a. Mendorong laju pembangunan
b. Mendorong investasi
c. Penciptaan lapangan kerja
d. Memperkecil debt service ratio (DSR)
e. Mengurangi beban anggaran bagi BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
C. Keuntungan dan Risiko Investasi di Pasar Modal
Keuntungan investasi di pasar modal sama halnya dengan investasi dalam
bentuk simpanan di bank yaitu meperoleh nilai yang lebih dari sebelumnya.
keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan kita menyimpan simpanan di
bank baik dalam bentuk tabungan maupun dalam bentuk deposito. (Hendy
Fakhruddin, 2008)
Return yang ditawarkan oleh instrument di pasar moda lebih besar
dibanding dengan simpanan. Tetapi dengan adanya keuntungan hal itu pula pasti
mengandung resiko, keuntungan dan resiko investasi hampir tidak dapat
dipisahkan dan biasanya semakin tinggi resiko suatu investasi maka harapan
untuk memperoleh laba atau keuntungan semakin tinggi. Dan begitu pula
sebaliknya, jika semakin rendah resiko investasi maka harapan keuntungan yang
mungkin di terima/ diperoleh juga semakin rendah. (Hendy Fakhruddin, 2008)
Tingkat keuntungan investasi merupakan pendapatan yang diterima dari
selisih lebih investasi yang dilakukan sedangkan keuntungan yang diharapkan
(Expected Return) merupakan rata-rata tertimbang dari pendapatan historis
dengan tingkat pobailitas untuk masing-masing kondisi tertentu. Sedangkan resiko
merupakan penyimpangan antara Expected Return dari tingkat keuntungan yang
sebenarnya (Actually Return) dengan tingkat probabilitaas sebagai faktor
penimbang. (Hendy Fakhruddin, 2008)
Sehingga jika ditinjau secara makro, maka keuntungan dari investasi
saham yang mungkin dihadapi oleh para investor adalah setiap investor memiliki
hak untuk peran serta dalam perusahaan, hak untuk membeli saham baru, hak
untuk memperoleh deviden, dan kemungkinan untuk memperoleh Capital gains.
Sedangkan resiko yang mungkin dihadapi para investor dalam berinvestasi
saham yaitu adanya resiko inflasi, resiko tingkat bunga, Resiko pasar, resiko
perusahaan, resiko politik ataupun adanya Capital Loss. (Hendy Fakhruddin,
2008)
2.1.3 Saham
2.1.3.1 Pengertian Saham
Di antara surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal, saham
adalah yang paling dikenal masyarakat, saham juga merupakan yang paling
banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat. Saham dapat
didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan
individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Apabila seorang investor
membeli saham, maka ia akan menjadi pemilik dan disebut sebagai pemegang
saham perusahaan tersebut. (Totok Budisantoso, 2006)
Pengertian saham menurut Totok Budisantoso (2006:255) adalah sebagai
berikut:
“Saham adalah surat kepemilikan modal perusahaan oleh
pengusaha-pengusaha yang memiliki modal besar.”
Sedangkan menurut Rusdin (2008:68) adalah:
“Sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan
pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan.”
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa saham adalah surat bukti
2.1.3.2 Jenis Saham
Menurut M Samsul (2006) saham di bagi 2 jenis yaitu:
1. Saham biasa (common stock)
Saham biasa merupakan saham yang menepatkan pemiliknya paling
yunior terhadap pembagian dividen, dan hak atas kekayaan perusahaan
apabila perusahaan tersebut terlikuidasi atau dapat juga disebut sebagai
hak residual.
2. Saham prioritas (preferred stock)
Saham prioritas merupakan saham yang mempunyai beberapa kelebihan,
biasanya kelebihan ini dihubungkan dengan pembagian dividen atau
pembagian aktiva pada saat dilikuidasi. Karakteristik saham ini gabungan
antara obligasi dengan saham biasa, karena menghasilkan pendapatan
tetap (seperti obligasi), tetapi juga bisa tidak mendapatkan hasil seperti
yang diharapkan investor.
2.1.3.3Keuntungan Invetasi Pada Saham
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh pemodal dengan
melakukan investasi pada saham menurut William Tanuwidjaja, 2009 yaitu:
1. Dividen
Yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham