FENOMENA PERAWATAN MAHASISWI DI KLINIK KECANTIKAN: STUDI KASUS D’RISYA SKIN CARE CLINIC MEDAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH:
SALWIYAH FITRIANI 3133122046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL
i ABSTRAK
Salwiyah Fitriani. NIM. 3133122046. Fenomena Perawatan Mahasiswi di Klinik Kecantikan: Studi kasus D’Risya Skin Care clinic Medan. Skripsi. Jurusan Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. 2017
Kecantikan adalah sesuatu yang didambakan oleh para mahasiswi pada saat ini, meskipun kecantikan yang dimaksud adalah hasil dari konstruksi media massa dan masyarakat yang menanamkan pemikiran bahwa perempuan harus memiliki kulit wajah yang putih bersih, tanpa ada jerawat dan flek hitam serta berbagai masalah kulit lainnya. Hasil dari konstruksi tersebut membuat peminatan terhadap klinik kecantikan sebagai media untuk mempercantik diri semakin ramai digunakan, sehingga muncul fenomena perawatan mahasiswi di klinik kecantikan yang pada dasarnya masih menjalani proses pendidikan dan harus mengeluarkan biaya ekstra saat menggunakan klinik kecantikan di luar berbagai biaya keperluan perkuliahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran alasan mahasiswi menggunakan klinik kecantikan sebagai tempat merawat diri, untuk mengetahui bagaimana intensitas perilaku mahasiswi dalam menggunakan klinik kecantikan sebagai tempat merawat diri, untuk mengetahui dampak penggunaan klinik kecantikan terhadap kesehatan dan gaya hidup mahasisiwi. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi dari Spradley. Informan penelitian adalah mahasiswi-mahasiswi yang menggunakan D’Risya Skin Care clinic Medan sebagai tempat merawat diri, seorang mahasiswi yang sudah berhenti melakukan perawatan di klinik kecantikan X, dan asisten dokter yang mengetahui berbagai hal tentang perawatan di D’Risya Skin Care clinic Medan. Hasil dari penelitian ini menggambarkan bahwa mahasiswi yang melakukan perawatan di klinik kecantikan merasakan dampak positif dan negatif terhadap penggunaan produk yang dihasilkan dari klinik tempat mereka merawat diri, dampak positifnya adalah mereka memperoleh apa yang mereka inginkan, yakni kulit putih bersih dan cantik menurut mereka. Namun, para informan juga menyadari bahwa merawat diri di klinik kecantikan dapat membuat ketergantungan kepada kulit dan akan menimbulkan konsumerisme pada gaya hidup si pengguna klinik kecantikan tersebut. Dalam hal ini, ada juga informan yang menyadari bahwa memiliki wajah yang sehat yang diperoleh secara alami itu lebih baik dari pada merawat diri di klinik kecantikan. selain itu kecantikan yang sebenarnya bukanlah kecantikan yang menjadi konstruksi dari berbagai media massa, melainkan kecantikan dari hati (Inner beauty) yang menjadikan kecantikan sebenarnya memancar dari dalam diri seorang perempuan.
ii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
senantiasa memberikan rahmat yang begitu besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul Fenomena Klinik Kecantikan di Kalangan Mahasiswi: Studi Kasus D’Risya Scin Care Clinic Medan. Shalawat beruntaikan salam juga tidak pernah lupa penulis hanturkan kepada Baginda Muhammad
SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, semoga kelak mendapatkan safaat
dari Beliau. Tulisan ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
pendidikan pada program studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan.
Penulis juga tidak lupa menyampaikan rasa terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah memberikan motivasi maupun kontribusi bagi penulis untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri
banyak memberikan arahan, bimbingan dan ilmu yang bermanfaat sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Ibu Dra. Trisni Andayani, M.Si selaku Dosen Penguji sekaligus Dosen
Pembimbing Akademik, yang telah memberikan banyak bimbingan dan
iii
7. Ibu Supsiloani, S.Sos., M.Si selaku Dosen Penguji I dan Bapak Drs. Payerli
Pasaribu M.Si selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan dan
bimbingan untuk menjadikan tulisan ini lebih baik.
8. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Antropologi terimakasih untuk
ilmu, pengalaman dan motivasi selama ini.
9. Ibunda tercinta Nabsiah Hasibuan, S.Pd yang telah menjadi wanita paling
berpengaruh dalam hidup penulis. Terimakasih untuk segala doa, kasih
sayang dan dukungan hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Semoga apa yang penulis cita-citakan demi kebahagiaan ibunda bisa
tercapai. Dan semoga ibunda selalu di lindungi oleh Allah SWT.
10. Kak Ayu Febriani, M.Si sebagai bagian administrasi program studi
Pendidikan Antopologi, terimakasih atas segala bantuan kepada penulis.
11. Adik kandung penulis Mahmud Rezki, kakek dan nenek penulis, serta
keluarga besar keturunan H. Malik Hasibuan yang tidak bisa disebutkan satu
persatu terimakasih untuk segala dukungan, do’a dan kasih sayangnya.
12. Seluruh Sahabat penulis: Tika, Mawaddah, Amel, Desy, Tari, Ila, Ridho,
Anggun, Andi, Suci, Dwi, Siddiq, dan semua keluarga C-Reg Sosio 013.
Keluarga kos M.Yaqub 152, dan Budi, terimakasih untuk segala dukungan, do’a dan kasih sayangnya selama proses penulisan skripsi ini.
13. Seluruh pihak yang ada di D’Risya Skin Care Clinic, terimakasih untuk
segala bantuannya, termasuk pemberian izin selama proses penelitian.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan
skripsi ini, oleh karenanya segala kritik dan saran yang membangun akan penulis
terima sebagai perbaikan yang positif. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb Medan, Januari 2017
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 4
1.3 Pembatasan Masalah ... 4
1.4 Rumusan Masalah ... 5
1.5 Tujuan Penelitian ... 5
1.6 Manfaat Penelitian ... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka ... 7
2.2 Kerangka Teori ... 8
2.2.1 Teori Fenomenologi ... 8
2.2.2 Teori Konstruksi Sosial Media Massa ... 9
2.2.3 Teori Life Style (Gaya Hidup) ... 15
v
2.3.1 Fenomena ... 17
2.3.2 Klinik Kecantikan (Skin Care Clinic) ... 17
2.4 Kerangka Berfikir ... 19
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 21
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 22
3.3 Informan Penelitian ... 23
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 23
3.4.1 Observasi ... 24
3.4.2 Wawancara ... 25
3.4.3 Studi Pustaka ... 26
3.4.4 Dokumentasi ... 27
3.5 Teknik Analisa Data ... 27
3.5.1 Reduksi Data ... 27
3.5.2 Display Data ... 28
3.5.3 Penarikan Kesimpulan ... 28
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Singkat D’Risya Skin Care Clinic Medan ... 29
4.1.1 Letak Geografis D’Risya Skin Care Clinic Medan ... 31
4.1.2 D’Risya Skin Care Clinic Sebagai Tempat Merawat Diri ... 32
vi
4.2.1 Ayu ... 39
4.2.2 Diyah ... 40
4.2.3 Odah ... 41
4.2.4 Dhani ... 42
4.2.5 Dewi ... 43
4.2.7 Henny Agustiara Yuti A.Md.Keb ... 45
4.2.7 Lia ... 46
4.3 Alasan Mahasiswi Menggunakan Klinik Kecantikan ... 48
4.4 Intensitas Mahasiswi dalam Menggunakan Klinik Kecantikan ... 56
4.5 Dampak Penggunaan Klinik Kecantikan bagi Mahasiswi ... 60
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 72
5.2 Saran ... 74
DAFTARPUSTAKA .. ... 76
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Setiap perempuan pada dasarnya mempunyai keinginan untuk dikatakan
cantik. Kecantikan dianggap sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh perempuan.
Banyak peristiwa yang menunjukkan bahwa ketika penampilan fisik
seseorang sedang tidak baik, bagi beberapa orang hal tersebut dapat
menurunkan kepercayaan diri ketika harus bertemu dengan orang lain yang pada
akhirnya dapat mengacaukan seluruh agenda yang telah dibuat. Hal ini
umum terjadi pada wanita yang pada dasarnya memiliki sifat selalu ingin
tampil mempesona dalam berbagai keadaan dan menjadi pusat perhatian bagi
sekelilingnya.
Defenisi dari kata cantik adalah seorang perempuan yang bukan hanya
memiliki kecantikan yang dapat diukur atau dilihat dari keindahan paras atau
ragawi yang dimiliki seperti penampilan wajah yang bersih, tubuh yang langsing,
dan rambut yang indah berkilau yang merupakan kecantikan hasil dari konstruksi
media massa dan masyarakat, namun seorang perempuan bisa dikatakan cantik
jika ia juga memiliki hati dan jiwa yang bersih dan baik (inner beauty).
Pada faktanya, sekarang ini banyak perempuan yang beranggapan bahwa
untuk cantik mereka harus memiliki fisik yang sempurna dengan cara melakukan
perawatan diri ke klinik-klinik kecantikan misalnya.
2
Klinik kecantikan menjadi trend saat ini. Fenomena yang sekarang muncul,
berupa fenomena gaya hidup perempuan yang menginginkan penampilan baru
dengan cara selalu mempercantik diri. Kecantikan yang dimiliki perempuan
dianggap sebagai simbol kepercayaan diri di masa modern saat ini. Fenomena ini
menyebabkan menjamurnya klinik-klinik kecantikan di berbagai kota-kota besar.
Perawatan di klinik kecantikan saat ini sudah merupakan gaya hidup yang tidak
terpisahkan dari perempuan. Perempuan rela mengeluarkan uang yang tidak
sedikit demi mendapatkan kecantikan yang ia dambakan.
Perempuan dan kecantikan adalah dua hal yang sangat berkaitan.
Perempuan sangat identik dengan kata cantik. Kecantikan adalah suatu hal yang
didambakan setiap perempuan. Semenjak kecil, perempuan diajarkan untuk
menganggap penampilan fisiknya sebagai salah satu faktor penting dalam
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri. Pada masa kini juga,
biasanya perempuan akan mendapatkan pujian lebih karena tampilan
feminimnya, seperti cantik, halus tutur katanya, sopan, manis dan manja. Oleh
karena itu, bagi perempuan penampilan kemudian menjadi sesuatu yang sangat
penting. Kecantikan yang dimaksud adalah hasil dari konstruksi sosial budaya
3
Akibat dari modernisasi dan globalisasi, perempuan (dalam hal ini
mahasiswi) terkenal dengan perilaku konsumtifnya. Konstruksi media massa dan
masyarakatpun turut andil menyebabkan perilaku konsumtif mahasiswi. Salah
satu perilaku konsumtif mahasiswi adalah perawatan kecantikan. Perilaku
konsumtif ini berkaitan dengan kaum perempuan yang seringkali melakukan
aktifitas belanja. Seiring berjalannya waktu, kesadaran akan pentingnya
penampilan diri kini menjadi penting. Penampilan cantik sesuai dengan standar
yang dibuat oleh media dan masyarakat adalah hal yang selalu diinginkan oleh
setiap perempuan termasuk di dalamnya mahasiswi.
Kalangan mahasiswi di kota-kota besar merupakan salah satu gambaran
perempuan di perkotaan yang melakukan gaya hidup dengan melakukan
perawatan di klinik kecantikan. Banyaknya klinik kecantikan yang bermunculan
ternyata membuat para mahasiswi juga tidak ingin ketinggalan zaman dengan ikut
merawat diri di klinik kecantikan. Padahal biasanya biaya yang dikeluarkan
adalah biaya yang diberikan oleh orang tua dan bukan hasil pendapatan mahasiswi
sendiri, bahkan mahasiswi terkadang tidak mempertimbangkan dampak buruk dari
penggunaan perawatan klinik kecantikan bagi kesehatan. Terlepas dari dampak
penggunaan perawatan klinik kecantikan. Fenomena akan penggunaan klinik
kecantikan tetap menjadi pilihan di kalangan mahasiswi yang menganggap bahwa
memperoleh kecantikan merupakan hal yang tepat dan terpenting meski dengan
4
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Fenomena Perawatan Mahasiswi di Klinik
Kecantikan: Studi Kasus D’Risya Skin Care Clinic Medan”.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang, penulis mengidentifikasikan hal
yang ingin diketahui oleh penulis dalam penelitian yang akan dilakukan, sebagai
berikut:
1. Intensitas mahasiswi dalam menggunakan kinik kecantikan sebagai tempat
merawat diri.
2. Alasan mahasiswi menggunakan klinik kecantikan untuk merawat diri.
3. Dampak penggunaan klinik kecantikan terhadap kesehatan dan gaya hidup
mahasiswi.
4. Konsumtifisme kehidupan mahasiswi.
5. Kecantikan sebagai hasil konstruksi media dan masyarakat.
1.3Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka perlu adanya
pembatasan masalah untuk mempermudah penelitian, dan memungkinkan
tercapainya hasil yang sebaik mungkin. Pembatasan masalah ini dimaksudkan
untuk membantu mengarahkan penulis pada masalah yang sebenarnya dan
mengingat masalah yang sangat kompleks, keterbatasan waktu, pengetahuan,
tenaga dan dana untuk menghindari meluasnya masalah dalam penulisan ini, maka
5
1. Alasan mahasiswi menggunakan klinik kecantikan sebagai tempat
merawat diri.
2. Intensitas mahasiswi dalam menggunakan klinik kecantikan sebagai
tempat merawat diri.
3. Dampak penggunaan klinik kecantikan terhadap kesehatan dan gaya hidup
mahasisiwi.
1.4Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah ditetapkan, maka yang akan
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apa alasan mahasiswi menggunakan klinik kecantikan sebagai tempat
merawat diri?
2. Bagaimana intensitas mahasiswi dalam menggunakan klinik kecantikan
sebagai tempat merawat diri?
3. Apa dampak penggunaan klinik kecantikan terhadap kesehatan dan gaya
hidup mahasisiwi?
1.5 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui gambaran alasan mahasiswi menggunakan klinik
kecantikan sebagai tempat merawat diri.
2. Untuk mengetahui bagaimana intensitas perilaku mahasiswi dalam
6
3. Untuk mengetahui dampak penggunaan klinik kecantikan terhadap
kesehatan dan gaya hidup mahasisiwi.
1.6 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan sebagai kajian ilmiah yang dapat menjadi salah
satu acuan berpikir untuk pengembangan kajian tentang perempuan dan
kecantikan yang terkait dengan studi Gender.
2. Manfaat Praktis
Bagi objek sasaran, untuk memberikan pemahaman dan menambah
wawasan masyarakat tentang fenomena perawatan mahasiswi di klinik
72
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan berupa hasil dari
pembahasan data dan informasi yang telah diperoleh di lokasi penelitian, maka
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Alasan mahasiswi melakukan perawatan di klinik kecantikan disebabkan
karena adanya konstruksi kecantikan yang dibangun oleh media massa dan
masyarakat berupa kecantikan dengan kriteria memiliki kulit wajah putih,
bersih, tanpa flek dan jerawat serta gangguan kulit lainnya. Hal tersebut
membuat para mahasiswi percaya terhadap perawatan di klinik kecantikan
untuk merawat diri dan memperbaiki segala permasalahan pada kulit
wajah mereka. Selain itu, mereka akan mendapatkan pengakuan berupa
sebutan cantik dari lingkungannya. Konstruksi kecantikan sering kali
dilihat dari berbagai iklan produk pemutih di majalah dan televisi, mulai
dari pemain sinetron, model dan artis-artis lain yang mayoritas berkulit
putih.
2. Melakukan perawatan di klinik kecantikan harus mempunyai intensitas
waktu yang benar. Bukan masalah lama atau seberapa sering melakukan
perawatan, namun seberapa tepatkah perawatan yang dilakukan oleh
dokter terhadap berbagai masalah kulit terutama kulit wajah yang dialami
banyak perempuan. Salah satu cara untuk menjadi cantik (Sesuai dengan
73
kosntruksi media massa) secara ragawi, adalah dengan cara melakukan
perawatan diklinik kecantikan yang tepat. Hal tersebut dikarenakan pada
perawatan klinik kecantikan banyak hal yang dipertimbangkan secara
mendalam sehingga tidak serta merta membuat perawatan yang dilakukan
menjadi sia-sia.
3. Dampak penggunaan produk klinik kecantikan terhadap kesehatan
perempuan biasanya diperoleh dalam jangka panjang. Secara perlahan
bahan kimia yang terkandung dalam kosmetik yang digunakan akan
merusak organ tubuh lainnya. Selain itu, kulit wajah yang sudah
menggunakan produk klinik kecantikan biasanya akan semakin menipis
dan berminyak sehingga menimbulkan urat-urat halus berwarna hijau di
area kulit wajah, serta akan menimbulkan efek merah terbakar pada wajah
jika terkena sinar matahari langsung. Bahan-bahan yang digunakan dalam
produk klinik kecantikan biasanya adalah bahan kimia sediaan farmasi
yang dosisnya disesuaikan dengan kondisi kulit dan keluhan pasien. Serta
untuk penggunaan logam berat seperti Merkuri (Hg) baik dokter sekalipun
tidak boleh menggunakannya. Sebab tidak ada toleransi sedikitpun untuk
keberadaan merkuri dalam kosmetik karena sifatnya yang toksik (beracun)
dan membahayakan kesehatan. Produk perawatan hasil konsultasi dengan
dokter hanya bisa didapatkan di klinik kecantikan melalui pemberian
resep, bukan di toko atau dijual bebas di internet (sosial media).
4. Dampak kepada gaya hidup para informan, mereka akui secara sadar
74
ketergantungan, yang pada akhirnya menimbulkan gaya hidup pada
konsumen berupa gaya hidup konsumtifisme.
5.2. Saran
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka penulis kemudian
memberikan saran sebagai berikut:
1. Sebaiknya sebelum memulai menggunakan jasa klinik kecantikan untuk
merawat diri, pertimbangkanlah secara mendalam, apa dampak negatif dan
dam positif yang akan ditimbulkan. jika permasalahan kulit belum terlalu
parah ada baiknya dirawat secara alami terlebih dahulu, daripada harus
langsung ke dokter. Walapun membutuhkan waktu yang lama, melakukan
perawatan secara alami cenderung tidak memiliki efek samping yang
merugikan. Selain itu, makna kecantikan sekarang ini harus mulai
diarahkan pada aspek rohaniah seseorang (inner beauty). Kecantikan
yang sesungguhnya harus bisa memberikan energi positif bagi sekitarnya.
Sebaiknya konsep cantik bagi mahasiswi tidak hanya memiliki kulit putih
dan bertubuh langsing, tetapi juga menjadi seseorang yang memiliki
kemampuan dan prestasi tinggi yang dapat memberikan maanfaat bagi
dirinya sendiri dan orang lain, memiliki perilaku yang baik, mau menolong
terhadap sesama dan lain sebagainya. Kecantikan yang sesungguhnya
dengan sendirinya akan terpancar dari seorang wanita yang memiliki
karakter yang baik dan mampu memberikan energi positif bagi
75
2. Jangan terperdaya dengan produk-produk kosmetik yang dipasarkan
secara bebas dan online yang cenderung mengclaim bahwa produk mereka
adalah hasil racikan dokter. Padahal banyak kasus yang terjadi, produk
kosmetik yang banyak beredar di pasaran tidak terdaftar di BPOM dan
mengandung zat-zat berbahaya yang menimbulkan efek samping
berkepanjangan bahkan kematian.
3. Saran untuk penulis selanjutnya yang akan meneliti topik yang sama,
diharapkan agar penelitian yang dilakukan lebih dalam dan lebih baik. Hal
tersebut bertujuan untuk memperdalam penelitian tentang fenomena
76
DAFTAR PUSTAKA
A Lindzey, Gardner. 1993. Teori-Teori Holistik (Organismik Fenomenologis). Yogyakarta: Kanisius
Banrhouse, Ruth Tiffany. 1983. Identitas Wanita: Bagaimana Mengenal Dan Membentuk Citra Diri. Yogyakarta: Kanisius
Bungin, Burhan. 2005. Pornomedia: Sosiologi Media, Konstruksi Sosial Teknologi telematika, Dan Perayaan Seks di Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, Diskursus Teknologi Komunikasi Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Hakim, Muhammad, 2014. Model Fenomenologi menurut Edmund. Diakses pada tanggal 4 Maret 2016. http://muhammadhakim02.blogspot.co.id/ 2014/11/teori-model-fenomenologi-menurut-edmund.html
Herdiansyah, Haris. 2013. Wawancara, Observasi, Dan Focus Groups Sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hidayah, Nurul dan Imron, Ali. 2014. Gaya Hidup Konsumtif Mahasiswi Pengguna Perawatan Wajah Di Klinik Kecantikan Kota Surabaya (Kajian Simulakra, Simulasi dan Hiperealitas J.P Baudrillard. Fakultas Ilmu sosial: Universitas Negeri Surabaya. Diakses pada tanggal 4 Maret 2016.
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/9078-12109-1-PB%20(1).pdf
Hidayati, Zulfina. 2013. Gaya Hidup Konsumtif di Kalangan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Antropologi Tahun Ajaran 2011-2012 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Fakultas Ilmu Sosial: Universitas Negeri Medan.
Karolus, Meike Lusye. 2016. Mitos dan Komersialisasi Kecantikan: Kajian Pemikiran Naomi Wolf. Diakses pada tanggal 10 Juni 2016. www.jurnal perempuan.org/blog-feminis-muda/mitos-dan-komersialisasi-kecantikan-kajian-pemikiran-naomi-wolf
Kasiyan. 2008. Manipulasi dan Dehumanisasi Perempuan dalam Iklan. Yogyakarta: Ombak
77
Murniati, A. Nunuk P. 2004. Getar Gender [Perempuan Indonesia dalam Persfektif Sosial, Politik, Ekonomi, Hukum, dan HAM]. Magelang: Indonesiatera
Ollenburger, Jane C dan Moore, Helen A. 1996. Sosiologi Wanita. Jakarta: PT Rinneka Cipta
Prabasmoro, Aquarini Priyatna. 2004. Putih, Feminitas dan Seksualitas Perempuan dalam Iklan Kita. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan.
Soedibyo, BRA Mooryati. Kartini: Kecantikan. Jakarta: PT Ghalia Indonesia
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers
Spradlay, James P. 2004. Metode Etnografi. Jakarta: TWY
Subiyantoro, Eko Bambang. 2004. Tubuhku (Seharusnya) Milikku: Dilema Remaja Perempuan Menyikapi Media. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan.
Sunarto, Achmad. 2012. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Utama Prima
Syata, Novitalista. 2012. Makna Cantik di Kalangan Mahasiswa dalam Persfektif Fenomenologi. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik : Universitas Hasanuddin Makassar. Diakses pada tanggal 4 Maret 2016.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1458/MAKNA%20CANTI K.pdf