P E N G U A T A N K E L E M B A G A A N
S I S T E M K E A M A N A N L A U T
I N D O N E S I A
O l e h :
D r. S y a r i e f H a s a n , M M , M B A
( W a k i l K e t u a M P R R I )
M a j e l i s P e r m u s y a w a r a t a n R a k y a t
R e p u b l i k I n d o n e s i a ( M P R R I )
J l . J e n d e r a l G a t o t S u b r o t o N o . 6 S e n a y a n J a k a r t a❖
Potensi perikanan Indonesia cukup besar
mencapai 65 juta ton per-tahun. Sementara
produksi
perikanan yang dihasilkan baru
sebesar 33,4 juta ton yang terdiri dari 24 juta
ton hasil budi daya dan 9,4 juta ton hasil
tangkapan.
❖
Potensi luas areal budidaya laut tercatat 12,1
juta
hektar
dengan
tingkat
pemanfaatan
325.825 hektar atau 2,7%. Potensi luas areal
budidaya rumput laut tercatat 1,1 juta hektar
atau 9% dari seluruh luas kawasan potensial
budidaya laut yang sebesar 12,1 juta hektar.
Tingkat pemanfaatan rumput laut diperkirakan
baru mencapai 25%.
Sumber daya ikan di laut Indonesia meliputi 37% dari
spesies ikan di dunia. Beberapa jenis ikan di Indonesia
mempunyai nilai ekonomis tinggi, seperti tuna, udang,
lobster, ikan karang, berbagai jenis ikan hias, kerang,
dan rumput laut.
Jumlah pulau 17.500 pulau
Luas daratan 1,91 juta km2
Luas lautan 6,32 juta km2
Persentase laut 62 % dari wilayah Indonesia
Potensi perikanan 65 juta ton/tahun
❖ Kekayaan laut Indonesia juga terlihat dari keanekaragaman hayati biota laut. Laut Indonesia memiliki 8.500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut, dan 950 spesies biota terumbu karang. Maka Indonesia adalah negara dengan keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia (marine mega biodiversity).
❖
Potensi lestari sumber daya ikan laut
Indonesia diperkirakan sebesar 12,54 juta
ton per tahun yang tersebar di perairan
wilayah Indonesia dan perairan ZEE.
❖
Luas terumbu karang milik Indonesia
yang sudah terpetakan mencapai 25.000
kilometer persegi. Tetapi terumbu karang
dalam kondisi sangat baik hanya 5,3%,
kondisi baik 27,18%, cukup baik 37,25%,
dan kurang baik 30,45%.
Dewasa ini, Indonesia memiliki beberapa masalah di perairan, terutama terkait dengan adanya klaim wilayah negara lain yang berpotongan dengan wilayah Indoneisa.
❖ ZEE Laut Natuna Utara yang sempat diklaim oleh Cina berdasarkan landasan historis nelayan Cina yang dikenal dengan istilah nine dash line (sembilan garis putus-putus) yang bertentangan dengan Konfensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang hukum laut 1982 (UNCLOS 1982)
❖ Vietnam kembali berulah di Laut Natuna Utara, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Di kawasan perairan yang masuk dalam wilayah zona ekonomi eksklusif (ZEE), Vietnam mengirimkan 13 kapal patroli untuk berjaga sepanjang tahun tanpa seizin Indonesia.
MASALAH PERAIRAN INDONESIA
❖ Masih maraknya illegal fishing dari negara lain di wilayah Indonesia, baik itu di wilayah ZEE maupun landas kontinental tanpa seizin Indonesia.
❖ Indonesia mempunyai perbatasan laut langsung dengan 10 negara tetangga termasuk India, Thailand, Singapura, Malaysia, Vietnam, Filipina, Palau, Timor Leste, Papua Nugini, dan Australia.
❖ Dari 10 negara tersebut, Indonesia baru mencapai kesepakatan soal perbatasan laut secara penuh dengan Papua Nugini saja.
❖ Negosiasi dengan sembilan negara tetangga lain masih terus dalam proses. Sebagian sudah disepakati dan ada perjanjian bilateralnya. Misalnya, perjanjian batas laut teritorial Indonesia dan Malaysia tahun 1970 dan perjanjian batas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia dan Filipina tahun 2014.
❖
Laut
teritorial
(
territorial
sea
),
ZEE
(
exclusive
economic
zone
)
dan
landas
kontinen
(
continental shelf
) adalah
zona-zona maritim yang
mesti
disepakati
batas-batasnya antara Indonesia
dengan
negara-negara
lain.
❖
Prinsip
equidistance
, berdasarkan Pasal 15 UNCLOS 1982, digunakan secara luas oleh berbagai
negara, termasuk Indonesia, untuk menentukan batas-batas wilayah lautnya. Namun demikian, klaim
sepihak (
unilateral claim
) terkadang digunakan juga oleh banyak
negara untuk mendeklarasikan
batas-batas wilayah lautnya dan demi mempertahankan kedaulatannya. Dalam hal ini, memang
ketentuan-ketentuan
dalam
UNCLOS
1982
masih
meninggalkan
ruang
interpretasi
yang
dapat mengarahkan negara-negara ke dalam persengketaan wilayah.
INDONESIA HARUS MEMBUAT KEBIJAKAN UNTUK MENGUATKAN KELEMBAGAAN SISTEM KEAMANAN LAUT
Dalam membangun sistem keamanan di
Perairan, Indonesia harus mengedepankan
tiga aspek utama.
❖
ASPEK MILITER
Penggunaan kekuatan militer dalam rangka
menjaga
wilayah
laut
Indonesia
baik
teritorial maupun ZEE Indonesia. Juga untuk
memberikan
daya
gertak
militer
bagi
organisasi ataupun militer lain yang masuk
ke wilayah Indonesia
❖
ASPEK DIPLOMASI
Penggunaan
kekuatan
diplomasi
lewat
dukungan
kebijakan
luar
negeri
untuk
memperngaruhi
dunia
dan
negara
lain
dalam hal keamanan perairan Indonesia.
Langkah ini juga sesuai dengan prinsip yang
dibangun
oleh
Presiden
SBY
:
Million
friends, one enemy
❖
ASPEK POLISIONIL
Penggunaan kekuatan kebijakan publik dalam
rangka penegakan hukum laut, pengelolaan laut,
serta mendukung pembangunan nasional lewat
pembangunan
perbatasan-perbatasan
terutama
perbatasan yang sering terjadi masalah dengan
negara lain
Penanganan
permasalahan
laut
harus
dilakukan satu pintu melalui Bakamla. Sebab,
ada banyak instansi/lembaga yang memiliki
fungsi yang saling tumpang tindih. Sehingga
Bakamla
perlu
dikuatkan
dengan
menjadi
penjurunya. Lembaga lain menjadi pendukung
dari Bakamla.
MENGUATKAN BAKAMLA
SIKAP
YANG
HARUS
DIAMBIL
INDONESIA DALAM PENGUATAN SISTEM
KEAMANAN LAUT
Bakamla
(Badan
Keamanan
Laut)
dibentuk berdasarkan :
• UU No. 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan
• PERPRES No. 178 Tahun 2014
tentang Badan Keamanan Laut
Kondisi Saat Ini Rekomendasi Perbaikan
Hanya tugas patroli Penggabungan tugas untuk patroli dan untuk peningkatan SDM Keamanan Laut
Belum ada ketentuan pelaksanaan integrasi sistem keamanan laut
Integrasi sistem informasi dan dijadikan lembaga tunggal tindak keamanan laut
Belum ada kesatuan komando dan kendali (kodal)
PAGU ANGGARAN BAKAMLA 2020 DAN KEBUTUHAN IDEALNYA
ANGGARAN IDEAL
ANGGARAN SEKARANG
JUMLAH ARMADA BAKAMLA DAN JUMLAH YANG IDEAL
JUMLAH ARMADA SEKARANG
JUMLAH ARMADA IDEAL
Kekuatan Cost Guard Cina di Laut Cina Selatan
Lebih dari 200 Kapal Cost Guard
Memiliki kapal patroli tipe 218 dengan berat 130 ton
Memiliki 6 kapal patroli tipe 818 dengan berat 3.500 ton
JUMLAH ARMADA PENJAGA LAUT INDONESIA
Ket.:
Bakamla : Badan Keamanan Laut
KPLP : Kepolisian Penjaga Laut dan Pantai Polair : Polisi Air
DJBC : Dirjen Bea Cukai
Kekuatan Posisi Indonesia
Kekuatan Militer Urutan ke-15 dari 138 negara
Kekuatan Personel Aktif Urutan ke-12 dari 138 negara
Kapal Perang Urutan ke-10 dari 138 negara
Pendanaan pertahanan Urutan ke-31 dari 138 negara
Pesawat Perang Urutan ke-28 dari 138 negara
Tank Urutan ke-47 dari 138 negara
KEKUATAN PERTAHANAN INDONESIA
UNTUK MENDUKUNG PERAIRAN
Kekuatan Posisi ASEAN
(Gabungan negara Asia Tenggara)
Posisi Indonesia Posisi China
Kekuatan Personel Aktif 2,11 Juta 400 ribu 2,18 Juta
Kapal Perang 1093 221 777
Pendanaan pertahanan USD 42,142 M USD 9 M USD 237 M
Pesawat Perang 2178 451 3210
Tank 4792 315 3500
PERBANDINGAN KEKUATAN PERTAHANAN ASEAN DENGAN
CINA YANG SERING MEMBUAT KLAIM PERAIRAN
RANGKING
KEKUATAN
MILITER
DI
ASIA
TENGGARA
BERDASARKAN INDEKS GLOBAL FIREPOWER
Indonesia harus meninggalkan cara lama model diplomasi sunyi. Indonesia harus lebih vokal dalam permasalahan Laut. Terutama menyangkut wilayah ZEE Indonesia yang bersinggungan dengan negara lain yang berakibat pada klaim negara lain atas wilayah ZEE Indonesia
MEMBANGUN DIPLOMASI
02
Indonesia sebagai negara besar di ASEAN harus mampu menggandeng negara ASEAN lainnya. Langkah politik sendiri-sendiri tiap negara akan mengurangi nilai tawar ASEAN. Sehingga lebih baik jika melakukan kerjasama untuk berdiplomasi dengan Cina sekaligus mendesak Cina untuk mengakui wilayah negara lainnya berdasarkan UNCLOS 1982.
MENINGKATKAN NILAI TAWAR ASEAN
03
RUU Keamanan Laut (Omnibus Law) untuk menyederhanakan sistem keamanan laut di Indonesia. Sebab, selama ini banyak sekali aturan dan lembaga negara yang tumpang tindih dalam pengamanan laut Indonesia.
MEMPERCEPAT RUU KAMLA
Indonesia harus memperkuat pertahanan. Meski pun Indonesia harus menghindari perang terbuka akan tetapi kekuatan pertahanan akan memberikan daya gertak bagi negara lain yang ingin melakukan klaim ataupun mengganggu Indonesia. Dana pertahanan yang hanya 0,8% dari PDB harus ditingkatkan layaknya negara-negara besar yang mencapai 20-30% dari PDBnya