MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIFTHINK-PAIR-SHAREPADA
POKOK BAHASAN APROKSIMASI KESALAHAN DI KELAS X SMK NEGERI 2 SIBOLGA
T.A 2016/2017
Oleh :
Ria Dzulfyani NIM. 4123111064
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
RIWAYAT HIDUP
ii
Meningkatkan Komunikasi Matematika Siswa Melalui Pembelajaran KooperatifThink – Pair – Share pada Pokok Bahasan Aproksimasi
Kesalahan Di Kelas X SMK Negeri 2 Sibolga T.A 2016 / 2017
Ria Dzulfyani (NIM: 4123111064)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatifThink-Pair-Share(TPS) pada materi aproksimasi kesalahan di kelas X-TSM-I SMK Negeri 2 Sibolga. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-TSM-I SMK Negeri 2 Sibolga T.A 2016/2017 yang berjumlah 35 orang. Objek penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematika siswa melalui pembelajaran kooperatif think-pair-share di kelas X SMK Negeri 2 Sibolga tahun ajaran 2016/2017.
Berdasarkan analisis data setelah pemberian tindakan pada siklus I melalui pemberian tes kemampuan komunikasi matematika I diperoleh 19 siswa (54,29%) dari 32 siswa telah mencapai ketuntasan belajar (nilainya 70). Setelah tindakan II, melalui pemberian tes kemampuan komunikasi matematika II diperoleh 33 siswa (94,29%) dari 35 siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar (nilainya 70). Terjadi peningkatan persentase ketuntasan klasikal sebesar 40%. Berdasarkan kriteria ketuntasan klasikal maka persentase ketuntasan ini sudah memenuhi.
Nilai rata-rata pada tes kemampuan komunikasi matematika pada siklus I yaitu 68,21 dan pada siklus II meningkat menjadi 80,89. Peningkatatan nilai rata-rata yaitu sebesar 12,68 dengan Gain Skor sebesar 0,39 yang berada pada kategori sedang.
Berdasarkan uraian-uraian di atas disimpulkan komunikasi matematika siswa meningkat dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) pada materi aproksimasi kesalahan di kelas X-TSM-1 SMK Negeri 2 Sibolga T.A 2016/2017.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan, kesempatan, dan kemudahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Meningkatkan Komunikasi Matematika Siswa Melalui Pembelajaran KooperatifThink – Pair – Share pada Pokok Bahasan Aproksimasi Kesalahan Di
Kelas X SMK Negeri 2 Sibolga T.A 2016 / 2017” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof.Dr. M.Manullang,M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran yang membangun sejak penyusunan proposal, penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan Bapak Dr. Abil Mansyur,M.Si, Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, dan Dr. W. Rajagukguk selaku Dosen Pemberi Saran yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga,M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam perkuliahan.
v
SMK Negeri 2 Sibolga, guru, staf, pegawai, dan siswa-siswi SMK Negeri 2 Sibolga yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Papa tercinta Alm. Drs. Kaswar Chan dan Mama tercinta Rosmaniar Tanjung yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, doa, dorongan, semangat, dan pengorbanan yang tak ternilai harganya kepada penulis selama menjalani pendidikan hingga menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga kepada kakak tercinta beserta suami Ricca Warni Chan,A.Md dan Harmein Zulpan Pulungan,S.E., dan adik-adik tercinta Winda Putri Lestari Chan, Andi Rahman Chan dan Mitha Fitriani Chan yang telah banyak memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis.
Terima kasih kepada Wakil Ketua DPRD Kota Sibolga Abanganda Jamil Zeb Tumori,S.H., yang memberikan semangat tiada henti di sela kesibukan bersama masyarakat Kota Sibolga, Abanganda Joehannes M.F Purba,S.Pd, Hartono dan Shandi Kariim Amrullah yang selalu setia mendampingi dan membantu penulis menyelesaikan proposal dan skripsi ini.. Terima kasih rekan-rekan seperjuangan di Jurusan Matematika khususnya kelas DIK A 2012 yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, Penulis,
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Abstrak ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi vi
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar xi
Daftar Lampiran xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 10
1.3. Batasan Masalah 10
1.4. Rumusan Masalah 10
1.5. Tujuan Penelitian 11
1.6. Manfaat Penelitian 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis 12
2.1.1. Belajar dan Pembelajaran Matematika 12
2.1.2. Proses Belajar-Mengajar 13
2.1.3. Komunikasi Matematika 14
2.1.4. Pengertian Model Pembelajaran 21
2.1.5. Pembelajaran Kooperatif 22
vii
2.1.5.4 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif TPS 26 2.1.5.5 Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran 27
Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
2.2. Aproksimasi Kesalahan 28
2.2.1. Pengertian Membilang dan Mengukur 28
2.2.2. Kesalahan Pengukuran 29
2.2.3. Operasi Hasil Pengukuran 32
2.3. Kerangka Konseptual 33
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 35
1.1. Lokasi Penelitian 35
1.2. Waktu Penelitian 35
3.2. Subjek dan Objek 35
3.2.1. Subjek Penelitian 35
3.2.2. Objek Penelitian 35
3.3. Jenis Penelitian 35
3.4. Prosedur Penelitian 36
3.5. Siklus I 36
3.5.1. Permasalahan 36
3.5.2. Tahap Perencanaan Tindakan I 36
3.5.3. Pelaksanaan Tindakan I 37
3.5.4. Observasi I 37
3.6. Instrumen Penenlitian 41
3.6.1. Tes Kemampuan Komunikasi Matematika 40
3.6.2. Observasi 41
3.7. Teknik Analisis Data 41
viii
3.7.3 Analisis Hasil Observasi 43
3.8. Penarikan Kesimpulan 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 45
4.1.1 Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Siklus I 45
4.1.1.1 Permasalahan I 45
4.1.1.2 Alternatif Pemecahan I (Rencana Tindakan I) 46
4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 46
4.1.1.4 Observasi I 50
4.1.1.5 Analisis Data I 50
4.1.1.6 Refleksi I 59
4.1.2 Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Siklus II 61
4.1.2.1 Permasalahan II 61
4.1.2.2 Alternatif Pemecahan II (Rencana Tindakan II) 62
4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan II 63
4.1.2.4 Observasi II 65
4.1.2.5 Analisis Data II 66
4.1.2.6 Refleksi II 72
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 73
4.3 Rekap Tindakan 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 82
5.2 Saran 82
ix
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Rubrik Penskoran Komunikasi Matematik Siswa 20 Tabel 2.2Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif Dengan Kelompok 23
Belajar Konvensional
Tabel 2.3 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif 24
Tabel 3.1 Penilaian Komunikasi 40
Tabel 3.2 Kategori Kemampuan Komunikasi Matematika 41 Tabel 3.3 Klasifikasi Interpretasi Nilai Indeks Gain 43
Tabel 3.4 Kriteria Hasil Observasi 43
Tabel 4.1 Kemampuan Komunikasi Matematika Awal Siswa 45 Tabel 4.2 Tingkat Kemampuan Siswa Menjelaskan Pada Tes Kemampuan 51
Komunikasi Matematika I
Tabel 4.3 Tingkat Kemampuan Siswa Menghitung Pada Tes Kemampuan 52 Komunikasi Matematika I
Tabel 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa Merepresentasi Pada Tes Kemampuan 52 Komunikasi Matematika I
Tabel 4.5 Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika I 51 Pada Siklus I
Tabel 4.6 Data Kesalahan Siswa Pada Tes Kemampuan Komunikasi 55 Matematika I
Tabel 4.7 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus I 57 Tabel 4.8 Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika II 66 Tabel 4.9 Tingkat Kemampuan Siswa Menjelaskan Pada Tes Kemampuan 68
Komunikasi Matematika II
Tabel 4.10 Tingkat Kemampuan Siswa Menghitung Pada Tes Kemampuan 68 Komunikasi Matematika II
x
Tabel 4.12 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus II 70 Tabel 4.13 Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa 73
Setiap Siklus
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Jawaban Tes Awal Siswa I 8
Gambar 1.2 Jawaban Tes Awal Siswa II 9
Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas 39
Gambar 4.1 Grafik Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika 54 Siswa Siklus I
Gambar 4.2 Grafik Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika 67 Siswa Siklus II
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I 86 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II 95 Lampiran 3 Lembar Aktivitas Siswa I ( SIKLUS I ) 100 Lampiran 4 Lembar Aktivitas Siswa II ( SIKLUS II ) 102 Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa III ( SIKLUS III ) 104
Lampiran 6 Alternatif jawaban LAS I 106
Lampiran 7 Alternatif Jawaban LAS II 108
Lampiran 8 Alternatif Jawaban LAS III 109
Lampiran 9 Tes Awal 111
Lampiran 10 Tes Komunikasi Matematika I 112
Lampiran 11 Tes Komunikasi Matematika II 113
Lampiran 12 Alternatif Tes Awal 114
xiii
Lampiran 27 Rekapitulasi Observasi Pembelajaran Siklus II 144 Lampiran 28 Analisis Hasil Tes Kemampuan Awal 147 Lampiran 29 Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 149 Lampiran 30 Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 150
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dan kehidupan manusia merupakan dua hal identik yang tak
bisa dipisahkan satu sama lain. Hubungan keduanya ibarat tubuh dan jiwa
manusia : jiwa berpotensi menggerakkan tubuh, sementara kehidupan manusia
digerakkan oleh “ bandul” pendidikan menuju tujuan hidup yang didambakan.
Dengan pendidikan, manusia memperoleh wawasan pengetahuan darimana asal
usul kehidupan dan kejelasan orientasi kehidupannya. Tanpa pendidikan, bisa
dipastikan manusia akan kehilangan ruh penggerak kehidupannya. Dengan kata
lain, hidup dan tujuan hidup dapat diraih jika pendidikan benar-benar “hidup”.
Pada hakekatnya pendidikan itu mempunyai asas-asas tempat ia tegak
dalam materi, interaksi, inovasi, dan cita-cita. Pendidikan menurut pandangan
individu adalah menggarap kekayaan atau potensi yang terdapat pada setiap
individu agar berguna bagi individu itu sendiri dan dapat dipersembahkan kepada
masyarakat. Dilihat dari sudut pandang masyarakat pendidikan itu sekaligus
sebagai pewarisan kebudayaan dan pengembangan potensi-potensi. Menurut
Langgulung (Syaiful,2005 : 1 ) memasukkan sesuatu itu melalui proses
pendidikan dimaksudkan adalah memasukkan ilmu pengetahuan ke kepala
seseorang. Jadi dalam proses memasukkan tampak tiga hal yang terlibat yaitu : (1)
ilmu pengetahuan itu sendiri; (2) proses memasukkan ilmu pengetahuan; dan (3)
kepala atau diri seseorang. Karena itu pendidikan itu mempunyai asas-asas
sebagai tempat ia tegak dalam materi, interaksi, inovasi, dan cita-citanya.
Secara faktual pendidikan menggambarkan aktivitas sekelompok orang
seperti guru dan tenaga kependidikan lainnya melaksanakan pendidikan adalah
muatan, arahan, pilihan yang ditetapkan sebagai wahana pengembangan masa
depan anak didik yang tidak terlepas dari keharusan kontrol manusia sebagai
pendidik. Menurut pandangan Piaget (Syaiful,2005 : 3) pendidikan didefenisikan
2
berkembang, dan disisi lain nilai sosial, intelektual, dan moral yang menjadi
tanggung jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut.
John Dewey (Syaiful,2005:4) berpendapat bahwa pendidikan adalah
proses yang tanpa akhir (Education is the process without end ), dan pendidikan
merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik
menyangkut daya piker ( daya intelektual ) maupun daya emosional (perasaan)
yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.
Mengingat Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Winarno,2008 : 50-55) menyebutkan pada pasal 20 huruf a
dan b Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan Dosen , bahwa
guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran
serta meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni.
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau
perkembangan pendidikan terutama dalam bidang matematika adalah hal yang
memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.
Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu
terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.
Matematika merupakan suatu ilmu yang menelaah bentuk-bentuk yang
abstrak dan hubungan-hubungan diantara hal itu. Untuk dapat memahami struktur
serta hubungan-hubungan, tentu saja diperlukan pemahaman tentang
konsep-konsep yang terdapat di dalam matematika itu. Defenisi matematika dari beberapa
pakar yang di ungkapkan oleh Soedjadi:
1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistematik.
2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logic dan hubungan
3
4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan
masalah tentang ruang dan bentuk.
5. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Rendahnya hasil belajar matematika siswa merupakan tantangan serius
bagi dunia pendidikan dan semua pihak yang berkecimbung dalam pendidikan
matematika. Khususnya, guru perlu mencari pendekatan pembelajaran
membangkitkan motivasi belajar siswa, dan untuk siswa diharapkan lebih giat
menggali dan memahami konsep – konsep dalam matematika. Hal ini dimaksud
agar siswa tidak jenuh dalam menerima dan mengikuti proses belajar mengajar
matematika.
Presiden Asosiasi Guru Matematika Indonesia (AGMI) Firman Syah Noor,
memaparkan, berdasarkan hasil penelitian Trends in Internasional Mathematics
and Science Study(TIMMS) yang dilakukan oleh Frederick pada tahun 2003, ada
tiga penyebab utama mengapa indeks literasi matematika siswa Indonesia sangat
rendah :
1. Lemahnya kurikulum di Indonesia
2. Kurang terlatih guru-guru Indonesia
3. Kurangnya dukungan dari lingkungan dan sekolah
Firman menjabarkan, objek materi pelajaran yang diberikan guru juga tidak
lengkap bila dibandingkan dengan kurikulum internasional, tidak
komprehensifnya kurikulum pendidikan matematika di Indonesia ini juga
membuat nilai peringkat literasi matematika kita rendah. Hal lainnya adalah
kurangnya penggunaan kalkulator oleh siswa. Dia mengilustrasikan, diluar negeri
para siswa tidak perlu menghafal rumus karena sudah disediakan didepan kelas.
Sebaliknya, di Indonesia, siswa justru ditekankan untuk dapat menghafal rumus
dan sering kali dilarang menggunakan kalkulator dlam mengerjakan soal.
Mengingat pentingnya proses belajar mengajar matematika maka guru
dituntut untuk mampu menyesuaikan, memilih, dan memadukan metode
pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran matematika. Metode pembelajaran
tersebut harus disesuaikan materi, kondisi siswa dan tujuan yang ingin dicapai.
4
menciptakan susasana yang menyenangkan dalam belajar. Proses pembelajaran
yang demikian nantinya akan dapat sesuai dengan tujuan yang diharapkan yaitu
peningkatan aktivitas.
Oleh karena peranan matematika yang sangat besar, seharusnya matematika menjadi mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik, sehingga dapat meningkatkan keinginan dan semangat siswa dalam mempelajarinya. Keinginan dan semangat yang meningkat ini akan mempengaruhi komunikasi matematika dari siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan berbagai aspek yang perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran matematika.
Belajar bukanlah sekedar menghafal konsep-konsep yang sudah ada atau
informasi yang sudah diketahui sebelumnya melainkan belajar adalah berbuat,
memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu metode pembelajaran harus dapat mendorong hasil belajar siswa.
Tujuan intsruksional pada umumnya dikelompokkan kedalam tiga kategori
yaitu :
a. Klasifikasi tujuan kognitif
Kawasan Kognitif adalah kawasan yang membahas tentang tujuan
pembelajaran, yang berkenaan dengan proses mental, dan berawal dari
tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi ( Keysar,2010 :
5 ). Tujuan kognitif ini terdiri dari 6 (Usman,2006 : 34-35) yang terdiri
dari :
1. Ingatan, mengacu kepada kemampuan mengenal atau mengingat
materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada
teori-teori yang sukar.
2. Pemahaman, mengacu kepada kemampuan memahami materi.
3. Penerapan, mengacu kepada kemampuan menggunakan atau
menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan
menyangkut penggunaan aturan dan prinsip.
4. Analisis, mengacu kepada kemampuan menguraikan materi kedalam
5
diantara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan
aturannya dapat lebih dimengerti.
5. Sintetis, mengacu kepada kemampuan memadukan konsep sehingga
membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.
6. Evaluasi, mengaju kepada kemampuan memberikan pertimbangan
terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.
b. Klasifikasi tujuan afektif
Bloom (Keysar,2010 : 6) menyatakan bahwa kawasan afektif, sama halnya
dengan kawasan kognitif, tersusun dalam urutan hirarkis sedemikian
sehingga masing-masing kategori perilaku akan diasumsikan merupakan
hasil dari kategori perilaku dibawahnya. Akan tetapi tidak tampak bahwa
kawasan afektif didasari oleh prinsip dari sederhana ke kompleks atau
prinsip dari konkrit ke abstrak, seperti pada kawasan kognitif. Tingkat
afeksi ini ada 5 (Keysar,2014 : 7-9 ) yang terdiri dari:
a. Kemauan menerima, merupakan keinginan untuk memperhatikan
suatu gejala atau rancangan tertentu, seperti keinginan membaca buku,
mendengarkan musik atau bergaul dengan orang yang mempunyai ras
berbeda.
b. Kemauan menanggapi, merupakan kegiatan yang menunjuk pada
partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu, seperti menyelesaikan tugas
terstruktur, mentaati peraturan, mengikuti diskusi kelas.
c. Berkeyakinan dimaksud berkenaan dengan kemauan menerima sistem
nilai tertentu pada diri individu. Seperti apresiasi (penghargaan)
terhadap sesuatu.
d. Mengorganisasi berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai
sistem nilai yang berbeda berdasarkan pada suatu sistem nilai yang
tinggi. Seperti menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan
6
e. Pembentukan pola, pada tahap ini individu yang sudah memiliki sistem
nilai selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang
dipegangnya. Seperti bersikap objektif terhadap segala hal.
c. Klasifikasi tujuan psikomotorik (Usman,2006 : 36-37) terdiri dari :
1. Peniruan, terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai
memberi respon serupa dengan yang diamati. Peniruan ini pada
umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
2. Manipulasi, menekankan perkembangan kemampuan mengikuti
pengarahan, penampilan, gerakan pilihan yang menetapkan suatu
penampilan melalui latihan.
3. Ketetapan, memerlukan kecermatan, proporsi, dan kepastian yang
lebih tinggi dalam penampilan.
4. Artikulasi, menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan
membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau
konsistensi internal diantara gerakan-gerakan yang berbeda.
5. Pengalamiahan, menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling
sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis.
Salah satu tujuan pembelajaran matematika menurut Sugandi (Jamaluddin, 2013) yaitu mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi dengan tepat atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, dan diagram, dalam menjelaskan gagasan. Namun, pembelajaran matematika yang dilakukan disekolah masih menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional. Pada akhirnya salah satu tujuan pembelajaran matematika diatas terabaikan dan proses komunikasi pada saat pembelajaran hanya bersifat satu arah.
7
Komunikasi matematika perlu menjadi fokus perhatian dalam pembelajaran matematika, sebab melalui komunikasi siswa dapat mengorganisasi dan mengkonsolidasi berpikir matematisnya (NCTM, 2000a), dan siswa dapat mengeksplorasi ide-ide matematika (NCTM, 2000b). Selain itu menurut Atkins (Umar, 2012: 3) komunikasi matematika secara verbal (mathematical conversation) merupakan alat untuk mengukur peningkatan pemahaman siswa, memungkinkan siswa untuk belajar mengkonstruksikan pemahaman matematika dari siswa lain dan memberikan siswa kesempatan untuk merefleksikan pemahaman matematikanya.
Proses pembelajaran yang terjadi disekolah masih cenderung didominasi guru yang dilaksanakan secara konvensional dengan urutan sajian: (1) guru mengajarkan teori/definisi/teorema melalui ceramah, (2) guru memberikan dan membahas contoh-contoh, kemudian (3) guru memberikan soal latihan. Hal tersebut membuat siswa tidak memiliki kesempatan untuk menyampaikan ide, gagasan, atau pendapat mereka karena suasana kelas yang terlalu didominasi oleh guru. Akibatnya, tidak dapat diketahui kemampuan komunikasi matematika siswa dalam menyampaikan pemikiran tentang gagasan dan ide matematisnya dalam menyelesaikan masalah matematika.
Namun berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di SMK Negeri 2
Sibolga, peneliti mendapati bahwa dalam pembelajaran guru masih mendominasi
pembelajaran di dalam kelas. Selain itu, siswa terlihat kurang tertarik untuk merespon/menjawab materi yang disampaikan oleh guru karena guru hanya menyampaikan teori saja, beberapa siswa terlihat tidak memperhatikan guru, mereka lebih senang bercerita dengan temannya. Sebagian siswa yang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh guru lebih memilih untuk diam, sebab jika mereka memberikan jawaban mereka berfikir teman-teman yang lain tidak akan mendengarkan. Tindakan-tindakan yang dilakukan siswa tersebut adalah fakta yang menunjukkan bahwa minat siswa dalam proses pembelajaran masih rendah.
8
hanya menggunakan strategi ceramah dan siswa mencatat yang tertera dipapan tulis. Siswa tidak terbiasa untuk mengungkapkan pendapatnya pada saat pembelajaran berlangsung karena guru tidak pernah memberikan sesi tanya-jawab kepada siswa. Sehingga jika mereka tidak tahu, mereka hanya diam dan membiarkan ketidaktahuannya tersebut. Dari hasil wawancara tersebut dapat kita ketahui bahwa siswa masih belum terbiasa berkomunikasi. Jika siswa tidak terlatih dalam berkomunikasi, maka akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Menurut hasil observasi di SMK Negeri 2 Sibolga menunjukkan bahwa nilai
rata-rata ulangan harian matematika siswa di sekolah tersebut masih sangat rendah dan
pada umumnya di bawah KKM 75 untuk pelajaran matematika.
Selain itu peneliti juga memberikan tes awal kepada siswa kelas X-TSM-I untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematika tertulis siswa. Soal yang diberikan sebanyak tiga buah. Dari tes tersebut didapatkan hasil bahwa kemampuan komunikasi matematika tertulis siswa masih rendah. Dapat dilihat dari persentase ketuntasan klasikal kelas hanya 14,28%. Dari 35 orang siswa yang mengikuti tes awal matematika tertulis, hanya 5 orang yang memiliki kemampuan komunikasi kategori sedang, 8 orang berada pada kategori rendah dan 22 orang sangat rendah, karena mereka tidak mampu menjelaskan, menghitung, serta merepresentasikan soal yang diberikan.
Berikut ini beberapa jawaban tes diagnostik yang dikerjakan oleh siswa.
9
Dari jawaban siswa diatas terlihat bahwa siswa masih belum mampu
menngkomunikasikan dan menyatakan pemikirannya secara tepat.
Gambar 1.2 Jawaban Tes Awal Siswa 2
Dari jawaban siswa diatas, siswa hanya menuliskan kembali apa yang
diinstruksikan oleh soal dan hanya satu soal yang terselesaikan namun tetap saja
jawaban yang dituliskan oleh siswa tersebut salah.
Untuk menyelesaikan permasalahan diatas diperlukan tahapan-tahapan
untuk meningkatkan komunikasi matematika siswa. Tahapan-tahapan tersebut
yaitu :
1. Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstrasi
dan pertanyaan sehingga siswa diberi kesempatan untuk berfikir
(think) secara mandiri untuk masalah yang diberikan.
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa berdiskusi dengan teman
sebangku atau berpasangan (pair) dengan tujuan agar siswa berdiskusi
dan mendalami ide-ide yang telah ditemukan masing-masing siswa.
3. Setelah ditemukan kesepakatan ide-ide pada masing-masing pasangan
diskusi, lalu guru memberikan kesempatan kepada perwakilan
pasangan atau kelompok menuangkan ide-ide tersebut kepada
kelompok lain (share). Hal tersebut dimaksud agar dari berbagai
ide-ide yang mereka temukan, dapat ditemukan satu struktur yang
integrativedari pengetahuan yang dipelajari.
Berdasarkan fenomena di atas dapat dikatakan bahwa dalam proses
10
yang dapat meningkatkan komunikasi matematika siswa. Peneliti merasa tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul: “Meningkatkan Komunikasi Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Think – Pair – Share pada Pokok Bahasan Aproksimasi Kesalahan Di Kelas X SMK Negeri 2 Sibolga T.A 2016 / 2017”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, ada beberapa masalah yang
dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Dalam pembelajaran yang dilakukan guru di Kelas X-TSM SMK Negeri 2 Sibolga siswa kurang tertarik dalam mengikuti pelajaran.
2. Kemampuan komunikasi matematika tertulis siswa masih rendah.
3. Siswa tidak terbiasa untuk mengungkapkan pendapatnya pada saat pembelajaran berlangsung.
4. Proses pembelajaran yang disekolah kurang mendukung siswa untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematikanya.
1.3. Batasan Masalah
Melihat luasnya cakupan masalah-masalah yang teridentifikasi dibandingkan waktu dan kemampuan yang dimiliki peneliti, maka peneliti membatasi masalah pada “Meningkatkan Komunikasi Matematika Siswa Melalui Pembelajaran KooperatifThink – Pair – Share pada Pokok Bahasan Aproksimasi
Kesalahan Di Kelas X SMK Negeri 2 Sibolga T.A 2016 / 2017”.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah
yang dikemukakan, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah:
Apakah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif think-pair-share dapat
meningkatkan komunikasi matematika siswa pada pokok bahasan aproksimasi
11
1.5. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk melihat peningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share pada materi aproksimasi kesalahan pada siswa kelas X-TSM di SMK Negeri 2 Sibolga.
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas X-TSM di SMK Negeri 2 Sibolga setelah diterapkan model pembelajaranThink-Pair-Share.
1.6. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini
diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut :
1. Bagi siswa, sebagai bahan informasi untuk menentukan cara belajar yang sesuai dalam mempelajari matematika.
2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi guru bidang studi matematika dalam menentukan model pembelajaran yang efektif dan efisien pada kegiatan belajar mengajar.
3. Bagi pihak sekolah, sebagai bahan masukan kepada pengelola sekolah dalam rangka perbaikan model pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan.
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa pada pokok bahasan aproksimasi kesalahan di kelas X-TSM SMK Negeri 2 Sibolga.
2. Berdasarkan hasil tes kemampuan komunikasi matematika yang diberikan pada siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 68,21 dan meningkat pada siklus II menjadi 80,89. Peningkatan ketuntasan belajar siswa pada siklus I yaitu 19 siswa (54,29%) meningkat menjadi 33 siswa (94,29%) pada siklus II yang telah mencapai ketuntasan klasikal yaitu ≥85% siswa yang mencapai tes kemampuan komunikasi matematika dengan nilai≥70.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Kepada guru matematika dalam mengajarkan materi pembelajaran matematika disarankan untuk menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.
2. Kepada guru hendaknya berupaya melibatkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan membuat suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar sehingga siswa tertarik dan termotivasi dalam belajar. 3. Sebelum memulai pembelajaran hendaknya guru mengkondisikan siswa
83
4. Kepada siswa diharapkan untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar, lebih banyak berlatih menyelesaikan soal-soal dan lebih berani untuk mengungkapkan ide dan pendapat saat berdiskusi.
84
DAFTAR PUSTAKA
Ansari, Bansu I.. (2009).Komunikasi Matematika Konsep dan Aplikas.Pena: Banda Aceh.
Aswan,Zain.,Syaiful Bahri Djamarah.(2006).Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta.
FMIPA Unimed.(2010). Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan FMIPA Medan. Unimed: Medan.
Hamalik, Oemar.(2010).Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Bandung.
Hadi, Amirul.(2005).Metodologi Penelitian Pendidikan.CV Pustaka Setia: Bandung. Jamaluddin.(2013).Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa dalam Pembelajaran
Penemuan Terbimbing pada Materi Teorema Pythagoras. FMIPA UNESA Kasmina.(2008).Matematika Program Keahlian Teknologi,Kesehatan,dan
Pertanian Untuk SMK dan MAK Kelas X.Jakata:Erlangga.
Kurniasih.,Imas.,dan Berlin Sani.(2015).Ragam Pengembangan Model Pembelajaran.Jakarta:Kata Pena.
Keysar.(2010).Merancang Butir Soal Dan Instrumen Untuk
Penelitian.Gorontalo:BMT Nurul Jannah.
---(2014).Variabel Penelitian Dalam Pendidikan Dan Pembelajaran.Jakarta:Ina
Publikatama.
Syaiful.(2005).Administrasi Pendidikan Kontemporer.Bandung:Alfabeta.
---(2009).Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:Alfabeta.
Sudjana. N.(2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Rosda Karya:
Bandung.
Suharjana,Agus.(2008). Mengenal Bangun Ruang dan Sifat-sifatnya di Sekolah
Dasar.Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Matematika:Jakarta
85
Umar,Wahid.(2012).Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis dalam Pembelajaran Matematika.Bandung:Jurnal STKIP Siliwangi
Usman.(2006).Menjadi Guru Profesional.Bandung:Remaja Rosdakarya.
Winarno.,dan J.B.Situmorang.(2008).Pendidikan Profesi Dan Sertifikasi