BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
II.1 Sejarah Perum Peruri
Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum
Peruri) yang didirikan pada tanggal 15 September 1971 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 1971, merupakan gabungan dua Perusahaan Negara yaitu P.N. Pertjetakan Kebajoran (Perkeba) dan P.N.
Arta Yasa.
P.N. Perkeba adalah percetakan uang kertas yang semula bernama
Perkeba NV, didirikan dengan dasar hukum Tap Menteri Kehakiman No. J.A. 5/59/16 tanggal 16 April 1952, sedangkan P.N. Arta Yasa adalah percetakan uang logam yang didirikan atas dasar Keputusan Menteri Keuangan No.
261156/UMI tanggal 18 November 1954.
Megingat misi dari kedua perusahaan sama yaitu untuk melakukan
pencetakan uang, maka demi efisiensi dan efektivitas pengelolaannya pemerintah menggabungkannya menjadi satu dengan nama Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri).
Pada awal berdirinya ini Perum Peruri dipimpin oleh Subono Mantofani, SH, yang semula sebagai Direktur Utama pada kedua
terbentuk pada tanggal 1 Januari 1972 dengan susunan seorang Direktur membawahi 6 (enam) orang Direktur Muda. Struktur organisasi sejak periode
awal pembentukan ini terus mengalami perubahan sejalan dengan tuntutan dan perkembangannya, namun perlu dicatat dalam struktur organisasi tersebut bahwa Bidang Pengamanan dan Pengawasan berada langsung di
bawah Direktur Utama karena memperhatikan misi yang diemban yaitu sekuriti.
Selama periode awal penggabungan, banyak hal yang dapat disimak dan diambil sebagai pelajaran. Melalui manajemen dan disiplin gaya militer yang diterapkan oleh Direktur Utama pada saat itu, berhasil diselaraskan
perbedaan budaya perusahaan antara pegawai dari PN Arta Yasa dan pegawai dari PN Perkeba. Budaya perusahaan dan disiplin militer yang
diterapkan pada periode awal ini ikut menentukan perkembangan Perum Peruri selanjutnya.
Banyak budaya perusahaan peninggalan generasi perintis yang masih
ada dan berlaku hingga saat ini, seperti halnya ketentuan Tilang (bukti pelanggaran) bagi pegawai yang terlambat, ketekunan dan kepatuhan
pegawai dalam bekerja, kedisiplinan kerja dan kepedulian tinggi dalam memelihara alat-alat kerja dan sebagainya.
Pada awal periode Dasawarsa I, penerapan manajemen lebih
didominasi oleh sistem/gaya paternalistik dan pola senioritas dalam menduduki jabatan tertentu sangat diperhatikan. Para pimpinan memiliki
pendidikan dari negara Eropa khususnya Belanda.
Dibawah kepemimpinan Wahju Hagono yang menggantikan Subono
Mantofani, SH pada tahun 1974 diterapkan filosofi budaya perusahaan yang ditanamkan kepada seluruh pegawai bahwa ”bekerja itu tidaklah sekedar mencari nafkah tetapi pada hakekatnya merupakan pengabdian kepada
negara, masyarakat dan keluarga yang dilandasi ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa”, sehingga kriteria pegawai Perum Peruri adalah pegawai
Paripurna. Jika kita melihat filosofi tersebut, asumsi dasar yang diterapkan di dalam budaya perusahaan memiliki unsur religius yang sangat kuat, dan nuansa religius tersebut lebih nampak dengan sering diadakannya
acara-acara keagamaan dan MTQ. Motto Peruri ”Cermat-Rapih-Aman” mampu membawa budaya pegawai pada saat itu memiliki sikap yang positif pada
produk yang dihasilkan. Motto tersebut dilandasi juga dengan falsafah Tri Dharma yaitu Rumongso Melu Handarbeni (merasa memiliki), Wajib Melu Hangrungkebi (wajib ikut bertanggungjawab), Mulat Sariro Hangroso Wani
(berani mawas diri). Di dalam pembinaan pegawai pada periode ini dipilih sistem dua jalur yaitu jalur struktural dan jalur non struktural. Pembinaan non
struktural pada saat itu cukup penting karena masih adanya pegawai yang dikategorikan dalam golongan C2 yaitu pegawai yang pernah terlibat partai terlarang.
Pengelolaan manajemen pada saat itu banyak sekali menghasilkan peraturan baru menggantikan peraturan lama yang saat itu belum sempurna
Kesejaheraan pegawai pada masa awal periode ini mendapat perhatian yang besar dari manajemen, hal ini terlihat dari peraturan jaminan kesehatan
dimana 100% biaya kesehatan pegawai ditanggung oleh perusahaan. Untuk pembinaan pegawai dalam hal pendidikan dibentuk Lembaga Pendidikan Perum Peruri. Untuk menunjang kegiatan non struktural, Perum Peruri
melakukan kegiatan seperti Kegiatan Korpri, Dharma Wanita dan kegiatan beberapa Badan dan Team meliputi Hyperkes, Pembinaan Kerohanian,
Penyelesaian Sengketa Keluarga Karyawan, Badan Usaha Dana Amal (BUDA), Team Psikologi dan Team Penilaian Kebersihan.
Pada periode Dasawarsa II perjalanan sejarah Perum Peruri ditandai
dengan ditetapkannya PP No. 25 tahun 1982 dan selanjutnya disempurnakan dengan PP No. 30 tahun 1985. Hasil yang diwujudkan
dengan ditetapkannya peraturan pemerintah tersebut, Perum Peruri memiliki kesempatan usaha untuk mencetak barang-barang cetakan keras berharga non uang dan barang-barang logam non uang.
Dibawah kepemimpinan St. J. Soeprapto yang menggantikan Wahju Hagono pada tahun 1989, pada periode ini didalam penerapan manajemen
diperkenalkan sistem manajemen Gugus-gugus Kendali Mutu (GKM), Pengendalian Mutu Terpadu (PMT) yaitu sistem manajemen partisipatif yang sudah lama dianut oleh Jepang. Sistem manajemen ini mendapat sambutan
baik dari pegawai karena adanya dukungan dari top manajemen. Sistem manajemen tersebut ternyata berjalan tidak terlalu lama, karena belum
akhirnya melandasi sikap para pegawai untuk melaksanakan sistem manajemen ISO pada periode selanjutnya.
Budaya perusahaan yang dicanangkan pada periode ini adalah ”Kerja Keras – Loyalitas – Team Work” memberikan pemantapan bagi seluruh pegawai di dalam menyelesaikan tugas-tugas perusahaan yang cukup
banyak.
Pada periode ini, sistem promosi jabatan mulai mencoba untuk tidak
mengikuti pola sebelumnya yang mengacu pada senioritas. Pegawai-pegawai muda yang potensial dan berprestasi mulai diberi kesempatan untuk menduduki jabatan tertentu. Pengembangan sumber daya manusia menjadi
sedikit terbuka dengan diprogramkannya beberapa pendidikan formal bagi para sarjana untuk memperdalam masalah manajemen dan teknologi,
dengan meraih Strata Dua (S2).
Dengan meningkatnya permintaan cetakan kertas berharga non uang dan rencana pengembangan pabrik di kota Karawang, maka dilakukan
beberapa penyesuaian terhadap struktur organisasi yang ada. Akibat dari perkembagan pesanan yang cukup tinggi yang telah dimulai pada tahun
1985 dan banyak pekerjaan yang dikerjaan secara manual maka tidak dapat dihindari adanya tuntutan kebutuhan tenaga hingga realisasinya mencapai 3.000 orang karyawan.
Dengan besarnya jumlah pegawai tersebut, membawa konsekuensi terhadap perusahaan atas biaya operasional. Selain itu, karena wilayah
Jl.Falatehan, maka diperlukan perhatian sistem pengamanan dan upaya pembinaan pengamanan pada pegawai. Tindakan pengamanan yang
mencakup tugas pengamanan fisik, personil, material dan dokumen dilakukan tidak hanya mengandalkan kepada kemampuan satuan pengamanan (satpam) dengan segala peralatan elektronik dan CCTV, akan
tetapi lebih komprehensif meliputi konsep pengamanan swakarsa yang melibatkan para pegawai dan dijalinnya kerjasama dengan pihak penegak
hukum dan aparat keamanan eksternal.
Fungsi pemasaran difokuskan pada produk-produk kertas berharga non uang yang pada waktu itu mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Kemudahan sistem pemasaran pada periode ini lebih banyak didukung adanya monopoli dari beberapa peraturan yang ada, khususnya pencetakan
dokumen-dokumen negara yang melibatkan kepentingan antar departemen maupn antar Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Pengembangan perusahaan yang menjadi cita-cita para pendahulu
sejak lama adalah pendirian pabrik kertas uang. Oleh karena situasi perekonomian yang tidak mendukung, rencana pendirian Pabrik Kertas Uang
untuk kedua kalinya ditunda pelaksanaannya sesuai Surat Menkeu RI No. S/10/MK.011/1987. Dengan adanya situasi yang demikian, maka program investasi diitik beratkan pada pembangunan pengalihan prioritas percetakan
uang kertas di Karawang. Dalam pengembangan jangka panjang direncanakan pula pendirian pabrik tinta sekuritas, pabrik kemasan uang,
Sebelumnya, pada tahun 1987 telah diadakan kerjasama antara Perum Peruri dengan pabrik tinta sekuriti Sicpa S A, Switzerland, dalam
penyediaan tinta sekuriti untuk kebutuhan pencetakan uang kertas di Indonesia, yang selanjutnya dibangun instalansi pengolahan tinta di daerah Jatake, Tangerang, Jawa Barat pada tahun 1990.
Dalam pembinaan pegawai diluar kedinasan sebagian besar ditangani oleh Korpri, Dharma Wanita dan Kopetri sesuai dengan anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga yang memiliki misi mensejahterahkan anggotanya. Usaha-usaha yang cukup menonjol pada masa ini merupakan awal kegiatan koperasi yang sebagian besar anggotanya adalah keluarga besar Perum
Peruri.
Memasuki era global di bawah kepemimpinan Direktur Utama F.G.
Lesilolo, ada beberapa hal yang perlu dikemukakan yaitu kepemimpinan yang menekankan budaya kerja keras, disiplin secara tegas dengan visi Peruri ”menjadi perusahaan ternama melalui profesionalisme sumber daya
manusia yang konsisten dan keunggulan perkembangan teknologi berdaya saing internasional, yang didedikasikan kepada kepuasan pelanggan dan
kesejahteraan karyawan”, mendorong para pegawai untuk belajar dan terus meningkatkan diri. Melalui kepemimpinan yang demikian, Peruri berhasil mendapat sertifikat ISO 9001 untuk produk uang kertas dan uag logam.
Sejalan dengan perkembangan tersebut, organisasi mengadopsi sebagian rekomendasi konsultan Ilert & Partner dari Jerman, khususnya
sistem lini, Divisi Pemasaran yang menerapkan bentuk kelompok kerja, dan usaha untuk lebih melangsingkan struktur organisasi yang ada agar lebih
efektif dan efisien. Didalam pengelolaan manajemen diterapkan sistem merit dengan menekankan reward dan punishment dalam penilaian prestasi kerja pegawai.
Pelimpahan wewenang dalam manajerial pengelolaan sumber daya manusia pada periode ini didukung oleh konsep yang dituangkan dalam
bentuk uraian jabatan, pola pendidikan dan sistem penggajian berdasarkan merit. Pendelegasian wewenang dari Direktur Utama sampai dengan Kepala Biro mulai dilaksanakan sehingga pengambilan keputusan dan kelancaran
tugas-tugas administrasi menjadi lebih cepat.
Pada tahun 1995, dikeluarkan Keputusan Presiden yang
memberlakukan waktu kerja menjadi 5 (lima) hari dengan perpanjangan jam kerja, sehingga jumlah jam kerja perminggu tetap sama. Dengan demikian pegawai mempunyai waktu untuk beristirahat 2 (dua) hari dalam seminggu,
dan diharapkan akan meningkatkan semangat dan produktivitasnya di hari-hari kerja.
Dalam pola pendidikan, secara formal, manajemen memberikan kesempatan pada pegawai untuk menempuh jenjang S2 meliputi beberapa disiplin ilmu, guna lebih memperdalam pengetahuan dan pengalaman kerja
yang telah didapatkan. Bagi pegawai yang telah menempuh S1 atas usaha dan biaya sendiri, melalui proses seleksi diberikan kesempatan untuk
disiplin ilmunya.
Usaha pengembangan yang dilakukan pada periode ini difokuskan
pada pemindahan pabrik dari Jakarta ke Karawang secara menyeluruh. Proyek pemindahan mesin dan manusianya yang cukup rumit tersebut akhirnya sebagian besar dapat diselesaikan pada tahun 2000. Sedangkan
kegiatan non struktural hampir tidak ada perbedaan dengan yang dilakukan dalam Dasa Warsa II.
II.2 Visi, Misi, dan Tata Nilai Perum Peruri
Dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis pada dekade
terakhir ini dan sejalan dengan bergulirnya era globalisasi, maka Perum Peruri menetapkan arah dan sasaran pengelolaan perusahaan yang dituangkan dalam visi :
”Perusahaan Berkelas dunia di Bidang Integrated Security Printing and System”
Visi tersebut sejalan dengan misi yang diemban oleh perusahaan, yaitu :
”Menghasilkan produk berkualitas dan bernilai sekuriti tinggi
Selain visi dan misi, Peruri memiliki tata nilai yaitu : Integritas
Kualitas
Teamwork
Inovasi