BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada suatu pasar untuk
memenuhi keinginan atau kebutuhan. Segala sesuatu yang termasuk ke dalamnya adalah barang berwujud, jasa, events, tempat, organisasi, ide atau pun kombinasi
antara hal-hal yang baru saja disebutkan. ada beberapa faktor penting yang wajib diperhatikan perusahaan dalam menyusun strategi produk mereka.
Faktor pertama adalah strategi pemilihan segmen pasar yang pernah mereka
tentukan sebelumnya. Adapun faktor kedua adalah pengertian tentng hakekat produk di mata pembeli. Faktor ketiga adalah strategi produk pada tingkat kombinasi produk
secara individual, pada tingkat seri produk dan pada tingkat kombinasi produk secara keseluruhan. Adapun faktor keempat adalah titik berat strategi pemasaran pada tiap tahap siklus kehidupan produk. Berdasarkan fungsinya produk dibedakan menjadi
tiga level. Level pertama adalah core product yaitu suatu produk yang fungsinya merupakan alasan dasar konsumen untuk membelinya. Contoh sederhana dari core
product adalah pakaian, fungsinya dasarnya untuk melindungi tubuh manusia. Actual product adalah fitur-fitur yang ada pada produk untuk menambah nilainya. Misal desain yang menarik, nama merk, dan kemasan. Augmented product adalah tambahan
menyusun produk adalah adanya kenyataan bahwa setiap jenis produk mempunyai siklus kehidupan yang terdiri dari empat tahap. Keempat, tahap pertumbuhan, tahap
kematangan dan tahap penurunan. Masing-masing tahap siklus kehidupan produk memerlukan strategi pemasaran yang berbeda.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka permasalahan yang
akan dibahas adalah “ Bagaimana Membuat Strategi Produk?”
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui Membuat Strategi Produk
D. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian yang akan dilaksanakan dalam penyusunan
makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi perkembangan pengetahuan mengenai membuat strategi produk dan juga sebagai sarana untuk belajar di dalam menganalisa suatu masalah. Dan juga
E. Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) yang merupakan
penelitian kualitatif, data-data yang didapatkan oleh penulis, kemudian akan dianalisis dan ditelaah lalu diuraikan dan dipaparkan dalam bentuk laporan yang bersifat deskriptif.
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2002: 136). Dalam Penelitian ini,
penulis memilih metode deskriptif. Pengertian metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nasir, 1985: 63).
Tujuan dari penelitian deskriptif ini menurut Nazir (2005:54) yaitu untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Sebagai data primer penulis kutip dari buku-buku yang relevan. Selanjutnya pendekatan data sekunder.
Data sekunder (secondary reference) adalah informasi yang telah dikumpulkan pihak lain. Jadi, dalam penelitian ini peneliti tidak langsung
memperoleh data dari sumbernya. Peneliti bertindak sebagai pemakai data (Wasito, 1995: 69). Yang diambil dengan mengutip dokumen-dokumen penting seperti jurnal, artikel, karya ilmiah orang lain yang dipublikasikan di internet yang berhubungan
Disamping penulis kutip dari data sekunder (secondary reference) melalui internet untuk memperoleh beberapa teori yang dibahas. Penulis juga menggunakan
data umum (general reference) yaitu data yang diambil dari kamus istilah bahasa. Adapun teknik pengumpulan dan analisis data akan penulis jelaskan sebagai berikut:
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti dalam mengumpulkan data-data yang dibutuhkan
mengunakan cara: a. Dokumentasi;
Menurut Arikunto (2006: 231) memaparkan bahwa dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan
sebagainya. Untuk mendukung validitas data atau informasi, dalam penelitian ini penulis juga melakukan kajian dokumentasi, yaitu berupa data-data seperti jurnal-jurnal yang dibukukan untuk menganalisa persoalan yang dibahas.
2. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini teknik analisa data yang penulis gunakan adalah teknik
kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data bermaksud untuk mengorganisasikan data yang telah diperoleh, baik dari data primer maupun sekunder.
Menurut Arikunto (2002: 103) mengemukakan bahwa analisis data ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorikannya. Sedangkan analisis kualitatif menurut Miles dan Huberman
(1992:15) menjelaskankan bahwa data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka-angka. Data tersebut mungkin telah dikumpulkan dalam berbagai
cara seperti observasi, wawancara, atau intisari rekaman yang kemudian “diproses” melalui pencatatan, pengetikan atau pengaturan kembali. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif. Analisis Kualitatif digunakan untuk
mendiskriptifkan atau memberikan gambaran secara mendalam dan menyeluruh, Sifat analisisnya lebih ditekankan pada makna dari variabel yang diteliti.
3. Pengolahan data
Data yang telah didapatkan penulis akan diolah melalui proses ’editing’, yaitu penulis akan memeriksa kembali data atau keterangan yang telah terkumpul dalam
BAB II PEMBAHASAN A. Produk
1.1. Definisi Produk
Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada suatu pasar untuk
memenuhi keinginan atau kebutuhan. Segala sesuatu yang termasuk ke dalamnya adalah barang berwujud, jasa, events, tempat, organisasi, ide atau pun kombinasi
antara hal-hal yang baru saja disebutkan. Menurut William J. Stanton yang diterjemaahkan oleh Rakhmat A. (1996:222) menyebutkan Produk menurut artinya secara sempit adalah sekumpulan atribut fisik secara nyata yang terkait dalam sebuah
bentuk yang dapat diidentifikasikan. Sedangkan secara umumnya, produk adalah sekumpulan atribut yang nyata dan tidak nyata yang didalamnya tercakup warna,
harga, kemasan, prestise pengecer, dan pelayanan dari pabrik serta pengecer yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang bisa memuaskan keinginannya. Sedangkan menurut Kotler yang diterjemahkan oleh Hendra Teguh, SE, Ak.
(1997:53) produk memiliki pengertian yang luas yaitu segala sesuatu yang ditawarkan, dimiliki, dipergunakan atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan
Menurut H. Djaslim Saladin, SE. dalam bukunya yang berjudul Unsur-unsur Inti Pemasaran dan Manajemen Pemasaran (2003:45) menjelaskan bahwa produk
memiliki beberapa pengertian, yaitu:
Dalam pengertian sempitnya, produk adalah sekumpulan sifat-sifat fisik dan kimia yang berwujud yang dihimpun dalam suatu bentuk serupa dan yang
telah dikenal.
Dalam pengertian secara luas, produk adalah sekelompok sifat-sifat yang berwujud (tangible) dan tidak berwujud (intangible) yang didalamnya sudah
tercakup warna, harga, kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer, dan pelayanan yang diberikan konsumen dan pengecer yang dapat diterima konsumen sebagai kepuasan yang ditawarkan terhadap keinginan atau
kebutuhan konsumen.
Secara umumnya, produk itu diartikan secara ringkas sebagai segala sesuatu
yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan atau keinginan manusia, baik yang berwujud maupun tidak berwujud.
Menurut Fandy Tjiptono ( 1997 : 95 ) menyatakan bahwa :
kualitas dan merek, ditambah pelayanan dan reputasi yang ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat
memenuhi kebutuhan konsumsi.
1.2. Karakteristik Produk
Banyak orang berpikir bahwa sebuah produk merupakan tawaran berwujud,
namun produk sebenarnya bisa lebih dari itu. Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, acara-acara, orang,
tempat, properti, organisasi, dan gagasan.
Produk dapat mencakup benda fisik, jasa, prestise, tempat, organisasi maupun
ide. Strategi produk menuntut koordinasi berbagai keputusan mengenai bauran produk, lini produk, merk, kemasan dan label. Bauran pemasaran produk didefinisikan sebagai semua produk dan unit produk yang ditawarkan oleh suatu
perusahaan penjual tertentu kepada pembeli. Bauran produk suatu perusahaan memliki panjang, lebar, kedalaman, serta konsistensi tertentu. Sedangkan lini produk
1. Produk inti (core product)
Produk ini merupakan manfaat inti yang ditampilkan oleh suatu produk
kepada konsumen dalam memenuhi kebutuhan serta keinginannya. Jadi manfaat produk itulah yang diharapkan oleh konsumen.
2. Produk yang diperluas (augmented product)
Disamping manfaat inti atau produk inti, suatu produk mungkin memberikan manfaat tambahan yang lain kepada konsumen. Produk yang diperluas dapat
memberikan manfaat tambahan yang lain yang dapat dinikmati oleh konsumen dari produk inti yang dibelinya.
3. Produk formal (formal product)
Produk formal adalah produk yang merupakan penampilan atau perwujudan dari produk inti maupun produk perluasannya. Produk formal lebih dikenal
oleh pembeli sebagai daya tarik yang tampak langsung atau tangible offer dimata konsumen. Dalam hal ini terdapat 5 komponen yang terdapat dalam produk formal, yaitu: (1) desain, bentuk dan corak; (2) daya tahan dan mutu;
(3) daya tarik keistimewaan; (4) pengemasan atau bungkus dan (5) merk atau brand name.
1.3. Kualitas produk
kualitas produk yang baru saja dibelinya. Bahkan, tidak sedikit pembeli yang rela membayar lebih agar memperoleh produk yang berkualitas super. Ketika
memprioritaskan untuk berdagang produk berkualitas, penjual tidak perlu bersusah payah melakukan pemasaran. Kualitas itu sendirilah yang nantinya akan membuat produk terkenal di pasaran.
1.4. Desain produk
Bagaimana tampilan luar produk juga mempengaruhi apakah sebuah produk bisa menjadi best-seller atau tidak. Desain yang mampu memikat perhatian target
pasar pastinya akan disukai. Pembeli manapun pastinya akan menilai produk melalui tampilan luarnya terlebih dahulu. Oleh karena itu, penting bagi penjual untuk tidak
hanya memperhitungkan aspek kualitas dan nilai guna, melainkan juga desain produk agar terlihat menarik.
1.5. Hubungan Produk dan Merek
Menurut Kotler dan Amstrong (1996: 274), pada dasarnya setiap produk
secara hirarki berhubungan dengan produk tertentu lainnya. Hirarki produk ini dimulai dari kebutuhan dasar sampai dengan tipe produk yang akan memuaskan
kebutuhan tersebut. Hirarki produk terdiri atas tujuh tingkatan, yaitu:
1. Keluarga kebutuhan (need family). Kebutuhan ini yang mendasari keberadaan suatu kelompok produk. Contoh: keamanan
3. Kelas produk (product class). Sekelompok produk dalam keluarga produk yang diakui mempunyai ikatan fungsional tertentu. Contoh: instrumen
keuangan.
4. Lini produk, Sekelompok produk yang melakukan fungsi yang sama, pelanggan yang sama, saluran yang sama, dan tentang harga tertentu. Contoh
asuransi jiwa.
5. Jenis produk (product type). Sekelompok barang dalam lini produk yang
sama-sama memiliki salah satu dari beberapa kemungkinan bentuk produk tersebut. Contoh; asuransi berjangka.
6. Merek (brand), yaitu nama yang dapat dihubungkan/ diasosiasikan dengan
satu atau lebih item dalam lini produk yang digunakan untuk mengidentifikasikan sumber atau karakter item tersebut. Contoh, asuransi
bumi putera.
7. Barang (item), yang juga disebut unit pencatatan persediaan atau varian produk. Unit tersendiri dalam suatu merek atau lini produk yang dapat
dibedakan berdasarkan ukuran, penampilan, harga, atau suatu ciri yang lain. Contoh; asuransi jiwa berjangka yang dapat diperpanjang.
1.6. Menetapkan Strategi Produk.
Pada inti dari merek-merek yang besar, ada produk yang besar. Produk merupakan unsur kunci dalam tawaran pemasaran. Pemimpin pasar umumnya
a. Tingkat produk: Hierarki nilai pelanggan (customer value hierarchy)
Dalam merencanakan tawaran pasarnya, pemasar perlu memikirkan secara
mendalam lima tingkat produk. Masing-masing tingkat menambahkan lebih banyak nilai pelanggan, dan kelimanya membentuk hierarki nilai pelanggan. 1. Manfaat inti (core benefit). Layanan atau manfaat mendasar yang
sesungguhnya dibeli pelanggan. Seorang tamu hotel membeli ”istirahat dan tidur”. Pemasar harus memandang dirinya sebagai penyedia manfaat.
2. Produk dasar (basic product). Pemasar harus mengubah manfaat inti tersebut menjadi produk dasar. Dengan demikian, kamar hotel meliputi tempat tidur, kamar mandi, handuk, meja tulis, meja rias, dan lemari
pakaian.
3. Produk yang diharapkan (expected product), yaitu beberapa atribut dan
kondisi yang biasanya diharapkan pembeli ketika mereka membeli produk ini. Tamu hotel mengharapakan tempat tidur yang bersih, handuk yang bersih, lampu baca, dan kadar ketenangan tertentu.
4. Produk yang ditingkatkan (augmented product). Pemasar menyiapkan produk yang melampaui harapan pelanggan. Di negara-negara yang sudah
berkembang, persaingan dan penentuan posisi merek berlangsung pada tingkat ini. Akan tetapi di negara-negara yang sedang berkembang dan pasar yang sedang naik daun seperti Cina dan India, kebanyakan
1.7. Klasifikasi produk.
Secara tradisional, pemasar mengklasifikasikan produk berdasarkan
ciri-cirinya: daya tahan, wujud, dan penggunaan (konsumen atau industri). Setiap jenis produk memiliki strategi bauran pemasaran yang sesuai.
1. Daya tahan dan wujud. Produk dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok,
menurut daya tahan dan wujudnya;
a. Barang yang tidak tahan lama (non-durable goods) adalah barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan seperti bir dan sabun. Karena dikonsumsi dengan cepat dan sering dibeli, strategi yang tepat adalah menyediakannya di berbagai
lokasi, mengenakan margin yang kecil, memasang iklan besar-besaran dan membangun preferensi.
b. Barang tahan lama (durable goods) adalah barang berwujud yang biasanya tetap bertahan walaupun sudah digunakan berkali-kali; lemari es, peralatan mesin, dan pakaian. Produk tahan lama biasanya
memerlukan penjualan dan pelayanan yang lebih pribadi, mempunyai magrin yang lebih tinggi, dan memerlukan lebih banyak garansi dari
penjual.
c. Jasa (service) adalah produk-produk yang tidak berwujud, tidak terpisahkan, dan mudah habis. Akibatnya, produk ini biasanya
1.8. Sifat produk
Sifat dari produk/jasa tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tidak berwujud
Jasa mempunyai sifat tidak berwujud, karena tidak bisa dilihat, dirasa, diraba, didengar atau dicium, sebelum ada transaksi pembelian.
2. Tidak dapat dipisahkan
Suatu produk jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, apakah sumber itu
merupakan orang atau benda. Misalnya jasa yang diberikan oleh sebuah hotel tidak akan bisa terlepas dari bangunan hotel tersebut.
3. Berubah-ubah
Bidang jasa sesungguhnya sangat mudah berubah-ubah, sebab jasa ini sangat tergantung kepada siapa yang menyajikan, kapan disajikan dan dimana
disajikan. Misalnya jasa yang diberikan oleh sebuah hotel berbintang satu akan berbeda dengan jasa yang diberiakan oleh hotel berbintang tiga.
4. Daya tahan
Jasa tidak dapat disimpan. Seorang pelanggan yang telah memesan sebuah kamar hotel akan dikenakan biaya sewa, walaupun pelanggan tersebut tidak
menempati karnar yang ia sewa.
1.9. Diferensiasi produk
Menurut Philip Kotler, Banyak produk dapat didiferensiasi berdasarkan
pada hakikatnya merupakan komoditas, ia dapat dideferensiasikan berdasarkan ukuran dosis, bentuk, warna, lapisan luar, masa fungsi.
1. Fitur (feature)
Melalui survei, dapat diidentifikasi dan diseleksi tentang nilai pelanggan dibandingkan biaya perusahaan untuk fitur yang melengkapi fungsi dasar
produk. 2. Mutu kinerja
Empat level kinerja adalah: rendah, rata-rata, tinggi dan unggul. Perusahaan harus merancang satu level kinerja yang sesuai dengan pasar sasaran dan level kinerja pesaing.
3. Mutu kesesuaian (conformance quality).
Misalnya mobil A dirancang untuk mencapai kecepatan 6 mil per jam dalam
10 detik. Jika setiap produk yang selesai dirakit memenuhi itu, dikatakan memiliki mutu kesesuaian tinggi.
4. Daya tahan (durability).
Ukuran usia yang diharapkan atas beroperasinya produk dalam kondisi normal/berat. Biasanya pembeli bersedia membayar lebih untuk produk
dengan reputasi ”tahan lama”. 5. Keandalan (reability).
Adalah ukuran probabilitas bahwa produk tertentu tidak akan rusak atau gagal
6. Mudah diperbaiki.
Sifat mudah diperbaiki yang ideal adalhjika pemakai dapat memperbaiki
sendiri dengan biaya yang relatif kecil. 7. Gaya (style)
Pembeli mobil membayar harga premium untuk Jaguar yang penampilannya
luar biasa.
8. Rancangan: Kekuatan pemaduan
Adalah totalitas fitur yang mempengaruhi penampilan dan fungsi produk tertentu menurut yang disyaratkan pelanggan. Perancang harus memikirkan berapa besar yang harus diinvestasikan untuk mendiferensiasi produk.
1.10. Pengemasan, Pelabelan, Penjaminan Dan Garansi
Kebanyakan produk fisik harus dikemas dan diberi label. Banyak pemasar menyebut pengemasan sebagai P kelima, bersama price, product, place dan
promotion. Namun, kebanyakan pemasar memperlakukan pengemasan dan pelabelan sebagai elemen dari strategi produk. Penjaminan dan garansi dapat juga merupakan
bagian penting dari strategi produk, yang sering muncul pada kemasan. 1) Pengemasan (packaging).
Menurut Kotler (1995 : 200) pengemasan adalah kegiatan merancang dan
memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk. Menurut Swatha (1980:139) pengemasan adalah kegiatan-kegiatan umum dan perencanaan barang
Menurut Saladin (1996 : 28) kemasan adalah wadah atau bungkus. Jadi beberapa pendapat para ahli tersebut dapat di simpulkan kemasanadalah suatu kegiatan
merancang dan memproduksi bungkus suatubarang yang meliputi desain bungkus dan pembuatan bungkus produktersebut.Menurut Saladin (1996 : 25) wadah atau bungkus terdiri dari:
1. Kemasan dasar (primer Package), yaitu bungkus langsung dari suatu produk 2. Kemasan tambahan (Secondary Package), yaitu bahan yang
melindungikemasan dasar dan di buang bila produk tersebut di gunakan. 3. Kemasan pengiriman (shipping package), yaitu setiap kemasan yang
diperlukan waktu penyimpanan dan pengangkutan
Menurut Philip Kotler, Pengembangan kemasan yang efektif membutuhkan
beberapa keputusan. Dari perspektif perusahaan maupun pelanggan, pengemasan harus mencapai sejumlah tujuan.
1. Identifikasikan merek.
2. Sampaikanlah informasi yang deskriptif dan persuasif. 3. Permudahkan proteksi dna transportasi produk.
4. Bantulah penyimpanan di rumah
5. Bantulah konsumsi produk.
Penjual harus memberikan label produknya. Label tersebut mungkin adalah etiket sederhana yang ditempelkan pada produk tersebut atau grafik yang dirancang
dengan rumit yang merupakan bagian dari kemasan tersebut. Label tersebut mungkin hanya mencantumkan nama merek atau banyak informasi. Sekalipun penjualnya lebih menyukai label yang sederhana, undang-undang mungkin mengharuskan informasi
tambahan.
Label melakukan beberapa fungsi yaitu;
1. Label tersebut mengidentifikasi produk atau merek. 2. Mungkin juga menunjukkan kelas produk.
3. Mungkin menjelaskan produk; siapa pemuatnya, dimana, kapan, apa
kandungannya, bagaimana digunakan, dan bagaimana menggunakannya dengan aman.
4. Mungkin mempromosikan produk melalui grafik-grafik yang menarik. 5. Teknologi baru memungkinkan label membungkus ketat seluruh wadah.
6. Label pasti akan ketinggalan jaman dan perlu diperbarui.
3) Jaminan dan garansi
Semua penjual secara hukum bertanggung jawab untuk memenuhi harapan pembeli yang normal atau masuk akal. Jaminan merupakan pernyataan formal dari kinerja produk yang diharapkan oleh pengusaha pabrik. Produk bergaransi dapat
dikembalikan kepada pabrik atau pusat servis yang ditunjuk untuk melakukan perbaikan, penggantian, atau pengembalian uang. Jaminan, apakah itu diekspresikan
B. Harga (Price)
2.1. Pengertian Harga (Price)
Harga merupakan satu-satunya unsur dari bauran pemasaran yang menghasilkan penerimaan bagi perusahaan sedangkan yang lainnya menimbulkan
biaya. Perusahaan harus dapat menetapkan harga yang paling tepat dalam arti dapat memberikan keuntungan yang paling baik. Harga juga dapat menunjukkan posisi
perusahaan dalam persaingan. Harga merupakan faktor yang cukup penting dalam memasarkan produk sehingga perusahaan harus berhati-hati dan mempertimbangkan banyak faktor dalam penetapan harga ini. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam penetapan harga antara lain mengenal permintaan produk dan persaingan, target pasar yang hendak diraih atau dilayani, strategi marketing mix, produk baru,
reaksi pesaing, biaya produk dan perilaku biaya, kebijakan pemerintah dan peraturan yang berlaku dan faktor lingkungan (Assauri, 1999).
C. Promosi (Promotion) 3.1. Pengertian Promosi
Pada pemasaran modern, pemasaran bukanlah hanya pengembangan produk, penawaran harga yang menarik, dan membuatnya mudah didapat oleh konsumen. Perusahaan juga harus dapat melakukan komunikasi dengan konsumen yang ada,
Oleh karena itu promosi atau komunikasi pasar merupakan bauran yang penting dalam marketing mix. (Kartajaya dalam Diana, 2003).
Dalam promosi atau komunikasi pasar terdapat lima cara komunikasi yang utama, yaitu periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan publisitas, penjualan pribadi dan pemasaran langsung.
1. Periklanan adalah bentuk penyajian non personal dan promosi ide, barang atau jasa yang dibayar oleh suatu sponsor tertentu. Periklanan adalah cara
yang paling umum digunakan untuk mengarahkan komunikasi persuasif pada pembeli dan masyarakat. Iklan merupakan cara yang paling efektif untuk menyebarkan pesan dan untuk membangun preferensi merk. Namun betapa
pun hebatnya sebuah iklan tidak ada gunanya bila tak mampu menaikkan omset penjualan.
2. Promosi penjualan merupakan insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan untuk mencoba atau membeli suatu produk atau jasa tertentu secara lebih cepat atau lebih besar oleh konsumen atau pedagang. Promosi penjualan
mencakup kiat untuk promosi konsumen (sampel, kupon, potongan harga, tes produk, dan lain-lain), promosi perdagangan (potongan harga, tunjangan
iklan dan pajangan), dan promosi bisnis (pameran perdagangan).
3. Hubungan masyarakat dan publisitas melibatkan berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan dan atau melindungi citra perusahaan atau
berhubungan dengan kumpulan kepentingan masyarakat yang lebih besar yang memiliki potensial atau pengaruh terhadap kemampuan perusahaan
untuk mencapai tujuannya. Menurut Kartajaya dalam Diana (2003), melalui iklan perusahaan berbicara tentang produk atau perusahaan tersebut, sehingga dianggap lebih dipercaya.
4. Penjualan secara pribadi merupakan intensif langsung dengan satu calon pembeli atau lebih untuk melakukan presentasi, menjawab pertanyaan dan
menerima pesan (Kotler, 1997). Ini memungkinkan pembidikan lebih terarah dibandingkan iklan. Namun jumlah kontrak lebih terbatas dikarenakan faktor biaya.
5. Pemasaran langsung meliputi penggunaan surat, telepon, faksimili dan alat penghubung non personal lainnya untuk berkomunikasi secara langsung
dengan pelanggan.
4. Distribusi (Place)
Menurut Kotler (1997) saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling bergantung yang terlibat proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap
digunakan atau dikonsumsi. Distribusi merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk menyalurkan, mengirimkan serta menyampaikan barang yang dipasarkannya kepada konsumen melalui rute-rute yang efektif hingga tiba pada
Yang tidak boleh diabaikan dalam langkah kegiatan memperlancar arus barang/jasa adalah memilih saluran distribusi (Channel Of Distribution). Masalah
pemilihan saluran distribusi adalah masalah yang berpengaruh bagi marketing, karena kesalahan dalam memilih dapat menghambat bahkan memacetkan usaha penyaluran produk/jasa dari produsen ke konsumen.
Distributor-distributor atau penyalur ini bekerja aktif untuk mengusahakan perpindahan bukan hanya secara fisik tapi dalam arti agar jasa-jasa tersebut dapat
diterima oleh konsumen. Dalam memilih saluran distribusi ini ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut:
a. Sifat pasar dan lokasi pembeli
b. Lembaga-lembaga pemasaran terutama pedagang-pedagang perantara
c. Pengendalian persediaan, yaitu menetapkan tingkat persediaan yang
ekonomis.
d. Jaringan pengangkutan.
Saluran distribusi jasa biasanya menggunakan agen travel untuk menyalurkan
jasanya kepada konsumen.
Jadi salah satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam kebijaksanaan
saluran distribusi itu sendiri dengan memperhitungkan adanya perubahan pada masyarakat serta pola distribusi perlu mengikuti dinamika para konsumen tadi.
Adapun unsur-unsur atau pihak-pihak yang terlibat dalam proses ini adalah
Assauri (1999), ada empat tingkat saluran distribusi yang menggambarkan panjang suatu saluran dan jumlah perantara, yaitu:
1. Saluran nol tingkat (distribusi langsung), terdiri dari suatu perusahaan manufaktur menjual langsung produknya ke lapangan.
2. Saluran satu tingkat, berisi satu perantara penjualan.
3. Saluran dua tingkat, berisi dua perantara umumnya pedagang besar dan pedagang kecil.
4. Saluran tiga tingkat, berisi tiga perantara, misalnya pedagang besar menjual ke pemborong yang akan menjualnya ke pedagang kecil.
5. Distribusi yang efektif dapat memberikan kemudahan bagi konsumen untuk
mendapatkan barang dan jasa setiap mereka ingin membelinya.
A. Kesimpulan
Untuk membuat strategi produk pengusaha harus mampu membaca pasar dan
kebutuhan pelanggan, begitu juga dalam hal produksi yang dihasilkan dengan memperhatikan output dan input, untuk bisa menjual produk lebih murah ke pasar juga dibutuhkan kejelian dalam mendapatkan bahan baku murah dan Sumber daya
manusia yang bagus dengan upah standar, produk yang berkualitas mencerminkan mutu, tahan lama, dan selalu bisa bersaing dengan produk-produk lain yang ada
dipasar. Memperkuat cannel dengan distributor merupakan celah untuk memasarkan produk lebih banyak dan merata, sehingga setiap kebutuhan pelanggan akan produk dapat terpenuhi. Selain itu pelayanan juga menjadi cara ampuh untuk mengikat
pelanggan supaya loyal. b. Saran
Ada baiknya dalam menghasilkan produk tidak hanya produk yang sama berkali-kali, alangkah baiknya produk yang diproduksi bermacam-macam dan memiliki distributor yang baik dan jujur. Kerjasama yang baik dalam mendominasi
pasar merupakan cara ampuh untuk membendung datangnya pesaing yang menjadi ancaman terhadap produk yang telah di produksi, dan juga perlu dijaga kualitas mutu
dan mengaevalusi setiap produk yang telah dihasilkan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan kualitas atau mutu produk untuk bisa memuaskan pelanggan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
http://ueu201212287.student.esaunggul.ac.id/2012/12/27/strategi-produk-dan-jasa/
http://akharisyuli.blogspot.com/2012/04/cara-membuat-produk-unggul.html
http://akharisyuli.blogspot.com/2011/12/tips-sukses-memuaskan-pelanggan.html
http://akharisyuli.blogspot.com/2011/06/trik-bisnis-cara-melayani-pelanggan.html
Buku:
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV, Cet. XIII, Jakarta: Rineka Cipta
Milles, Matthew B., dan Huberman, A. Michael, 1992, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI Press.
Nasir, M., 1985, Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indah.
Nazir, Moh., 2005, Metode Penelitian, Cet. VI, Bogor: Ghalia Indonesia..