BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Pariwisata Menurut UU
Undang Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan:
Menimbang:
a) Bahwa keadaan alam, flora dan fauna, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana terkandung dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tuhan 1945.
c) Bahwa kepariwisataan merupakan integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana terpadu, berkelanjutan dan bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional.
2.1.2 Konsep Pariwisata a) Kepariwisataan
Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pariwisata dan dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah tourism (gabungan
tour dan ism) Melalui uraian yang Yoeti paparkan dari pemakaian istilah, tinjauan etimologi hingga kajian definisi para pakar, (Yoeti,2008) berhasil merumuskan suatu batasan tersendiri. Menurutnya, pariwisata adalah;
“...suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara
waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain,
dengan maksud bukan berusaha (bussines) atau mencari nafkah
di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati
perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk
b) Definisi Pengalaman (experiential)
Memahami bahwa setiap individu itu berbeda, maka pariwisata dapat didefinisikan untuk mengakomodasi dampak setiap pengalaman seseorang dalam melakukan perjalanan. Keinginan untuk memenuhi kepuasan sensual (sensual gratification) ini ialah komponen utama dalam mengisi liburan para turis, yang mana motivasi utamanya ialah beristirahat, bersenang-senang, petualangan, penemuan baru, dll (Ryan,1997). Definisi dengan pendekatan ini misalnya;
“... benefits that arise from experincing new places, and
new situations that are of a temporary duration, whilst free from
the constrains of work, or normal patterns of daily life at home”.
2.1.3 Wisata Minat Khusus
menekankan unsur tantangan, rekreatif, dan pencapaian keinginan seorang wisatawan melalui keterlibatan/ interaksi dengan unsur alam.
Wisatawan yang terlibat dalam wisata minat khusus dapat dibedakan menjadi dua yaitu
Kelompok Ringan (Soft Adventure): Kelompok yang melihat keterlibatan dirinya lebih merupakan keinginan untuk mencoba aktifitas baru, sehingga tingkat tantangan yang dijalani cenderung pada tingkat ringan sapai rata-rata.
Kelompok Berat (Hard Adventure): Kelompok yang memandang keikutsertaannya dalam kegiatan wisata minat khusus petualangan lebih merupakan sebagai tujuan atau motivasi utama, sehingga cenderung terlibat lebih aktif dan serius pada kegiatan yg diikuti. Kelompok ini cenderung mencari produk yg menawarkan tantangan di atas rata-rata.
Sedangkan berdasarkan pada motivasi pokonya (Walle.1997), pemilahan pasar wisata petualangan dapat dibedakan dalam dua kelompok:
dan pencarian wawasan hanya dilihat sebagai efek samping dari kegiatan mencari tantangan.
Gaining Insight: Kelompok yang melihat memandang perjalan wisata minat khusus petualangan sebagai prosese untuk mengali dan mendapatkan wawasan atau pemahaman. Sementara faktor tantangan dipahami hanya sebagai efek samping yang selalu terkait dengan atau ada dalam kegiatan wisata minat khusus petualangan, dan bukan sebagai tujuan utamanya. Dengan melihat karakteristik peminat pariwisata minat khusus, faktor fisik merupakan faktor yang peting karena merupakan daya tarik bagi para wisatawan.
2.1.4 Daya Tarik Wisata
Pendit (1999) dalam bukunya mendefiniskan daya tarik wisata sebagai segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat.
Dalam kepariwisataan faktor manfaat dan kepuasan wisatawan berkaitan dengan “Tourism Resource dan Tourist Service. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang mempunyai daya pikat tersendiri yang mampu mengajak wisatawan berkunjung. Hal-hal yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata antara lain :
1. Natural Amenities
Adalah benda-benda yang sudah tersedia dan sudah ada di alam. Contoh; iklim, bentuk tanah, pemandangan alam, flora dan fauna, dan lain-lain.
2. Man Made Supply
3. Way of Life
Adalah tata cara hidup tradisional, kebiasaan hidup, adat-istiadat seperti pembakaran mayat di Bali, upacara sekaten di Jogjakarta.
4. Culture
Adalah kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat yang tinggal di daerah daya tarik wisata.
2.1.5 Pengembangan Pariwisata
Pariwisata didefinisikan sebagai aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk bersenang senang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau waktu libur serta tujuan tujuan lainnya (UNESCO, 2009).
Untuk mengembangkan kegiatan wisata, daerah tujuan wisata setidaknya harus memiliki komponen-komponen sebagai berikut (UNESCO, 2009) :
1. Obyek/atraksi dan daya tarik wisata
2. Transportasi dan infrastruktur
4. Usaha makanan dan minuman
5. Jasa pendukung lainnya (hal-hal yang mendukung kelancaran berwisata misalnya biro perjalanan yang mengatur perjalanan wisatawan, penjualan cindera mata, informasi, jasa pemandu, kantor pos, bank, sarana penukaran uang, internet, wartel, tempat penjualan pulsa, salon, dll)
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia sebelumnya telah menetapkan program yang disebut dengan Sapta Pesona. Sapta Pesona mencakup 7 aspek yang harus diterapkan untuk memberikan pelayanan yang baik serta menjaga keindahan dan kelestarian alam dan budaya di daerah kita. Program Sapta Pesona ini mendapat dukungan dari UNESCO (2009) yang menyatakan bahwa setidaknya 6 aspek dari tujuh Sapta Pesona harus dimiliki oleh sebuah daerah tujuan wisata untuk membuat wisatawan betah dan ingin terus kembali ke tempat wisata, yaitu: Aman; Tertib; Bersih: Indah; Ramah; dan Kenangan
Ekonomi kreatif dan sektor wisata merupakan dua hal yang saling berpengaruh dan dapat saling bersinergi jika dikelola dengan baik (Ooi, 2006). Konsep kegiatan wisata dapat didefinisikan dengan tiga faktor, yaitu harus ada something to see, something to do, dan something to buy
wisata, something to do terkait dengan aktivitas wisatawan di daerah wisata, sementara something to buy terkait dengan souvenir khas yang dibeli di daerah wisata sebagai memorabilia pribadi\ wisatawan. Dalam tiga komponen tersebut, ekonomi kreatif dapat masuk melalui something to buy dengan menciptakan produk-produk inovatif khas daerah.
Pada era tradisional, souvenir yang berupa memorabilia hanya terbatas pada foto polaroid yang menampilkan foto sang wisatawan di suatu obyek wisata tertentu. Seiring dengan kemajuan tekonologi dan perubahan paradigma wisata dari sekedar melihat menjadi merasakan pengalaman baru, maka produk-produk kreatif melalui sektor wisata mempunyai potensi yang lebih besar untuk dikembangkan. Ekonomi kreatif tidak hanya masuk melalui something to buy tetapi juga mulai merambah something to do dan something to see melalui paket-paket wisata yang menawarkan pengalaman langsung dan interaksi dengan kebudayaan lokal.
mereka akan merasa lebih tertarik untuk berkunjung ke daerah wisata yang memiliki produk khas untuk kemudian dibawa pulang sebagai souvenir. Di sisi lain, produk-produk kreatif tersebut secara tidak langsung akan melibatkan individual dan pengusaha enterprise bersentuhan dengan sektor budaya. Persentuhan tersebut akan membawa dampak positif pada upaya pelestarian budaya dan sekaligus peningkatan ekonomi serta estetika lokasi wisata. Contoh bentuk pengembangan ekonomi kreatif sebagai penggerak sektor wisata dapat dilihat pada Tabel.2.1
Tabel 2.1
to buy tujuan wisata (contoh : souvenir bagiak dan makanan khas rujak soto dari Banyuwangi)
Sumber: Yoeti, 2008
2.1.6 Kebijakan dan Konsep Pengembangan Pariwisata
2.1.6.1 Peraturan Zonasi
Peraturan Zonasi digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan suatu kawasan agar lebih terarah. Sehingga suatu kawasan mendirikan bangunan tidak menyalahi aturan Pemerintah dan tata guna lahan yang semestinya. Sebagai Destinasi Wisata yang baik hendaknya membangun kawasan pariwisata tanpa merusak lingkungan.
Wisata di Kabupaten atau kota tersebut. Tercantum dalam peraturan Pemerintah No 28 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ketentuan Pasal 20 ayat (6) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Kawah ijen saat ini mendapatkan pembagian Zonasi melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No.1017/Kpts-II/Um/12/1981 menetapkan sebagian dari kawasan Cagar Alam Kawah Ijen seluas 92 ha menjadi Taman Wisata Alam Kawah Ijen, sedangkan sisanya seluas 2.468 ha tetap sebagai cagar alam.
Dengan adanya surat keputusan maka ada dua kebijakan pemerintah melalui pedoman zonasi yaitu ;
a. Peraturan zonasi untuk kawasan hutan lindung
2. Ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi; dan.
3. Pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat.
b. Peraturan zonasi untuk suaka margasatwa, suaka margasatwa laut, cagar alam, dan cagar alam laut
1. Pemanfaatan ruang untuk penelitian, pendidikan, dan wisata alam.
3. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan sebagaimana dimaksud pada butir 1
4. ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada butir 3 dan
5. ketentuan pelarangan terhadap penanaman flora dan pelepasan satwa yang bukan merupakan flora dan satwa endemik kawasan.
2.1.6.2 Ekowisata
menjaga lingkungan dengan turut berpartisipasi dalam kegiatan konservasi.
Menurut Honey (1999) mengemukakan ekowisata adalah perjalanan ke tempat-tempat yang rawan rusak, asli dan biasanya dilindungi sehingga diupayakan agar berdampak rendah dan biasanya dalam skala kecil. Ekowisata membantu mendidik pengunjung, menyediakan dana untuk pemeliharaan, secara langsung memberi keuntungan bagi pembangunan ekonomi dan pemberdayaan politik masyarakat lokal, dan mempercepat penghormatan bagi budaya yang berbeda bagi hak asasi manusia.
a. Karakteristik Ekowisata
1) Melibatkan perjalanan ke destinasi-destinasi alami
2) Meminimalkan dampak
3) Membangun kesadaran lingkungan
4) Memberikan keuntungan keuangan secara langsung bagi pemeliharaan.
5) Memberikan keuntungan keuangan dan pemberdayaan masyarakat local
7) Mendukung hak asasi manusia dan gerakan demokrasi.
Dari beberapa definisi dan karakteristik ekowisata yang dikemukakan oleh para penulis dapat ditarik kesimpulan
1. Dari perspektif lokasi:
a) Ekowisata merupakan jenis pariwisata berbasis alam.
b) Pengelolaan ekowisata melibatkan masyarakat setempat serta menghormati budaya local
.
d) Pengelolaan ekowisata memberikan manfaat sosial-ekonomi bagi masyarakat setempat dan dapat menjadi sumber dana bagi kepentingan memelihara obyek itu sendiri.
2. Dari perpektif kegiatan wisata:
b) Perjalanan ekowisata berfungsi sebagai sarana pendidikan konservasi alam dan lingkungan bagi pengelola, masyarakat setempat dan pengunjung.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ekowisata baik dari perspektif lokasi maupun kegiatan memerlukan profesionalisme. Profesionalisme hanya dapat diraih melalui pendidikan dan pelatihan profesional serta pengalaman.
2.1.7 Pengembangan Wisata Minat Khusus
Wisata Minat khusus merupakan kegiatan wisata yang memiliki ketertarikan kelompok pada hal tertentu dan terkadang tidak semua orang menyukai,hanya sebagian orang dan kelompok tertentu yang menyukai. Oleh karena itu wisata ini disebut Wisata Minat Khusus.
Tabel 2.2 River Rafting - Wind Surfing Traditional
Art Course Pilgrimage
Hunting - Sea Kayaking -
-- - Deep Sea
Fishing -
-Sumber : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 2012
mempersiapkan beberapa factor untuk memenuhi syarat sebagai daerah tujuan wisata yang baik seperti ;
1. Travel Agent dan Tour Operator
Sebagai perencana perjalanan wisata dan perantara antara wisatawan di satu pihak dan perusahaan – perusahaan kelompok industri pariwisata di pihak lain.
2. Transportation
Perusahaan yang melayani angkutan wisatawan dari satu negara ke negara lain. Dari satu kota ke kota lain. Atau dari daerah asal wisatawan ke daerah tujuan wisata.
3. Accomodation
Perusahaan yang melayani jasa untuk istirahat wisatawan seperti hotel,penginapan,motel,bungalow dan lainnya.
4. Restaurants
Suatu tempat yang melayani berbagai makanan dan minuman wisatawan selama berkunjung ke daerah tujuan wisata. Berupa makanan khas daerah tujuan wisata,ataupun makanan western asal wisatawan.
5. Entertainment Enterprises
Perusahaan dengan pelayanan hiburan yang bermacam – macam dari traditional ceremony, sampai modern
6. Tourist Attractions
7. Shopping Center
Perusahaan yang menjual barang manufaktur kebutuhan rumah tangga,pakaian,toko cenderamata, dan Handycraft.
8. Money Changer
Perusahaan yang melayani penukaran mata uang asing untuk di belanjakan di Daerah Tujuan Wisata.
9. Retail Store
Tempat yang menyediakan kebutuhan wisatawan, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan,barang yang dijual seperti,