• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sekampung Udik TP 2012/2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sekampung Udik TP 2012/2013)"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

MATEMATIS SISWA

(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sekampung Udik TP 2012/2013)

Oleh

YULIAN SURYA PRATAMA

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan pembelajaran kelompok dimana siswa diberi kesempatan untuk berfikir mandiri dan saling membantu dengan teman yang lain. Pelaksanaan Think Pair Share meliputi tiga tahap yaitu Think (berpikir), Pairing (berpasangan),

(3)

terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sekampung Udik tahun pelajaran 2012/2013.

Kata kunci : Pengaruh, Think Pair Share, Pemahaman Konsep Matematis.

(4)
(5)
(6)
(7)

vi IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 32

1. Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 32

2. Uji Hipotesis ... 32

3. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep ... 33

B. Pembahasan ... 34

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 39

B. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(8)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran. Dalam UU Nomor 20 tahun 2002 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Matematika adalah salah satu ilmu yang harus dipelajari pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia, agar siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan rasional serta ketajaman penalaran sehingga matematika dapat digunakan secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang tercantum pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa salah satu tujuan pendidikan matematika pada pendidikan menengah adalah agar peserta didik memahami konsep matematika, mampu menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.

(9)

2 rendah dengan skor 386 dibandingkan dengan negara-negara lain yang juga berpartisipasi dalam TIMSS. Skor ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2007, dimana saat itu Indonesia menempati peringkat 33 dari 49 negara dengan skor 397. Sedangkan dalam studi ini, standar rata-rata pencapaian yang digunakan TIMSS adalah 500. Rata-rata persentase jawaban benar siswa Indonesia pada survey TIMSS tahun 2011 yaitu: 31% untuk pengetahuan 23% untuk penerapan dan 17% untuk penalaran. Rata-rata tersebut pun jauh dibawah rata-rata jawaban benar internasional yaitu: 49% untuk pengetahuan, 39% untuk penerapan, dan 30% untuk penalaran. Rendahnya persentase tersebut menunjukkan rendahnya kemampuan terhadap pemahaman suatu konsep matematis siswa di Indonesia. (Mullis et al. 2009).

(10)

3 Sebagaimana diungkapkan oleh Marpaung (2010), pembelajaran matematika lama yang sampai sekarang umumnya masih berlangsung disekolah, masih didominasi oleh paradigm mengajar dengan ciri-ciri:

1. guru aktif mentransfer pengetahuan kepikiran siswa (guru mengajari sis-wa),

2. siswa menerima pengetahuan secara pasif (murid berusaha menghafalkan pengetahuan yang diterima),

3. pembelajaran dimulai oleh guru dengan menjelaskan konsep atau prosedur menyelesaikan soal, memberi soal-soal latihan pada siswa,

4. memeriksa dan memberi skor pada pekerjaan siswa,

5. memberi penjelasan lagi atau memberi tugas pekerjaan rumah pada siswa. Pembelajaran yang lumrah tersebut adalah pembelajaran konvensional. Dengan melihat ciri-ciri pembelajaran matematika yang telah disebutkan di atas, maka ter-lihat bahwa pembelajaran matematika saat ini belum mencerminkan pembelajaran yang berorientasi pada pemahaman suatu konsep. Hal ini disebabkan pembelajarannya lebih terpusat pada guru yang mengakibatkan minimnya keterlibatan siswa dalam proses pemahaman suatu konsep.

Konsep-konsep dalam mata pelajaran matematika saling berhubungan. Konsep lanjutan tidak mungkin dipahami sebelum memahami konsep prasyarat dengan baik. Memahami konsep prasyarat merupakan syarat mutlak untuk memahami konsep lanjutan. Selain itu, siswa yang menguasai konsep dapat mengidentifikasi dan mengerjakan soal baru yang lebih bervariasi.

(11)

4 untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama.

Hal itu juga didukung oleh Eggen and Kauchack (dalam Trianto, 2007:42) bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun sebagai usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman kepemimpinan, membuat keputusan dalam kelompok, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi, dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda, yaitu sebagai siswa dan sebagai guru.

(12)

5 pasangannya sehingga akan menjadi lebih paham. Setelah siswa berdiskusi dengan pasangannya beberapa pasangan diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan dan siswa lain menanggapi. Dengan demikian pembelajaran memberikan peluang kepada siswa untuk memahami konsep matematis dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian yang berjudul “pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap pemahaman konsep matematis siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sekampung Udik Tahun Pelajaran 2012/2013)”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share berpengaruh terhadap pemahaman konsep Matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sekampung Udik Tahun Pelajaran 2012/2013?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sekampung Udik.

(13)

6

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis, manfaat tersebut adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap perkembangan pendidikan dan pembelajaran matematika, terutama terkait dengan pemahaman konsep matematis siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.

2. Manfaat Praktis

Dilihat dari segi praktis, penelitian ini memberikan manfaat antara lain:

a. Bagi sekolah, untuk menambah sumbangan pemikiran ilmu pengetahuan bagi sekolah khususnya dalam bidang matematika.

b. Bagi guru dan calon guru, untuk menambah wawasan dalam pembelajaran matematika sebagai metode alternatif yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dan keterkaitannya dalam pemahaman konsep matematis siswa.

c. Bagi Peneliti, melalui hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan dan bahan kajian bagi peneliti lain dengan penelitian yang sejenis.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini sebagai berikut:

(14)

7 masalah yang disajikan oleh guru berupa LKS, kemudian tahap Pair (berpasangan), yaitu siswa diminta untuk mendiskusikan dengan pasangan-pasangannya tentang apa yang telah dipikirkannya secara individu dan diakhiri dengan share (berbagi), salah satu pasangan membagikan kepada seluruh kelas apa yang menjadi kesepakatan dalam diskusinya kemudian dilanjutkan dengan pasangan lain hingga sebagian pasangan dapat melaporkan mengenai berbagai pengalaman atau pengetahuan yang telah dimilikinya.

2. Pemahaman Konsep Matematis adalah kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak yang ditunjukkan oleh siswa dalam memahami definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat dan inti atau isi dari materi matematika dan kemampuan dalam memilih serta menggunakan prosedur secara efisien dan tepat. Berikut ini Indikator siswa yang memahami suatu konsep menurut KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) tahun 2006:

1. menyatakan ulang sebuah konsep.

2. mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya).

3. memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

4. menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.

(15)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mem-bantu siswa dalam mengembangkan pemahaman, pengetahuan dan sikapnya sesuai dengan kehidupan yang ada di dalam masyarakat, sehingga dengan adanya kerja sama antar anggota kelompok akan meningkatkan produktifitas dan pe-rolehan belajar. Hal serupa juga diungkapkan oleh Stahl dalam Solihatin (2007:5) bahwa model pembelajaran kooperatif menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama untuk mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar.

(16)

9

Hal serupa juga diungkapkan oleh Karli dan Sri (2002:70) bahwa model pem-belajaran kooperatif adalah suatu strategi pempem-belajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Dalam model pembelajaran ini, siswa merupakan bagian dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai hasil yang optimal dalam belajar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran koope-ratif adalah suatu model pembelajaran dengan cara membentuk kelompok-kelom-pok kecil (dua siswa atau lebih) saat proses pembelajaran berlangsung, sehingga terjadi aktivitas siswa seperti saling berdiskusi,saling bertukar pendapat, beragumentasi, saling membantu, mengasah kemampuan yang dimiliki, menuangkan ide-ide matematik dengan relevan, menutup kesenjangan dalam pemahaman, dan mengembangkan rasa kepercayaan terhadap sesama teman. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa dapat belajar bersama, dan saling membantu sehingga mereka akan lebih mudah menemukan secara komprehensif konsep-konsep yang sulit untuk dipahami jika mereka belajar sendirian.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

(17)

10 bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan model pembelajaran ini, yaitu mampu mengoptimalkan partisipasi siswa. Sedangkan menurut Kagan dalam Eggen dan Kauchak (2012:134) TPS adalah kegiatan kelompok yang meminta siswa individual di dalam pasangan belajar untuk pertama-tama menjawab pertanyaan dari guru dan kemudian berbagi jawaban itu dengan seorang rekan.

Setiap model pembelajaran tentulah memiliki kelebihan pada beberapa aspek dan memiliki kelemahan pada aspek yang lainnya. Beberapa kelebihan metode pem-belajaran TPS menurut Ibrahim, dkk (2000:6) adalah: (1) meningkatkan pencura-han waktu pada tugas, (2) memperbaiki kehadiran, (3) angka putus sekolah ber-kurang, (4) sikap apatis berber-kurang, (5) penerimaan terhadap individu lebih besar, (6) hasil belajar lebih mendalam, (7) meningkatkan kebaikan budi. Sedangkan kelemahan TPS menurut Basri (Riyanto, 2010:302) adalah: (1) membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas, (2) membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas, (3) peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. Untuk itu, guru harus membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat memini-malkan jumlah waktu yang terbuang.

(18)

11 dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban atau masalah. Pada tahap berpasangan (pairing), guru meminta siswa berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh.

Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberikan waktu tidak lebih dari empat atau lima menit untuk berpasangan, dan tahap yang terakhir adalah berbagi (sharing) dimana guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruh kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif sampai sekitar seba-gaian pasangan mendapatkan kesempatan untuk melaporkan.

(19)

12 3. Pemahaman Konsep Matematis

Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hasan (2007:811) paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Menurut Sardiman (2008:42) pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami se-suatu setelah sese-suatu itu diketahui dan diingat. Seorang siswa dapat memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Sanusi (2006:71) menyebutkan bahwa konsep dalam matematika adalah ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan objek-objek atau kejadian-kejadian tertentu, apakah objek-objek-objek-objek atau kejadian-kejadian tersebut merupakan contoh atau noncontoh dari ide itu.

Menurut Winkel (2000:44) konsep dapat diartikan sebagai suatu sistem satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Konsep matematika disusun secara berurutan sehingga konsep sebelumnya akan diguna-kan untuk mempelajari konsep selanjutnya. Misalnya konsep luas persegi diajar-kan terlebih dahulu daripada konsep luas permukaan kubus. Hal ini karena sisi kubus berbentuk persegi sehingga konsep luas persegi akan digunakan untuk menghitung luas permukaan kubus. Pemahaman terhadap konsep materi prasya-rat sangat penting karena apabila siswa menguasai konsep materi prasyaprasya-rat maka siswa akan mudah untuk memahami konsep materi selanjutnya.

(20)

ide-13 ide matematika dan mengombinasikannya ke dalam rangkaian penalaran logis. Sedangkan, Soedjadi (2000:13) menyatakan matematika ilmu yang mempunyai objek-objek dasar, objek-objek itu merupakan pikiran dan salah satu objek dasar itu adalah konsep. Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek dan berhubungan dengan definisi. Hal ini berarti bahwa belajar konsep matematika tingkat lebih tinggi tidak mungkin bila prasyarat yang mendahului konsep belum dipelajari sehingga ada urutan-urutan tertentu dalam mempelajari matematika. Untuk mema-hami matematika seseorang terlebih dahulu harus memamema-hami konsep- konsep dasar pada matematika.

Pemahaman konsep harus dimiliki oleh setiap siswa didalam proses pembelajaran matematika, karena konsep-konsep dalam materimatematika saling berkaitan. Sehingga untuk mempelajari suatu materi, siswa dituntut untuk paham dengan konsep sebelumnya, supaya dapat memahami materi yang dipeljari dengan baik. Dengan pemahaman konsep yang baik, siswa dapat menyelesaikan masalah yang baru. Hal ini sesuai dengan pendapat Bell dalam Kusumaningtyas (2011:27) bah-wa sisbah-wa yang menguasai konsep dapat mengidentifikasi dan mengerjakan soal baru yang lebih bervariasi. Selain itu,siswa yang memahami suatu konsep akan dapat menyatakan suatu objek ke dalam berbagai bentuk dan situasi.

(21)

14 orang lain dan mampu mengklasifikasikan suatu objek apakah merupakan contoh atau noncontoh konsep. Selain itu, siswa juga dapat menyatakan suatu konsep dalam berbagai bentuk representatif, dapat menyelesaikan soal-soal rutin dan non rutin dengan menggunakan prosedur tertentu, dan mengaplikasikan konsep yang dipelajari ke dalam masalah kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya, Penilaian perkembangan siswa terhadap pemahaman konsep mate-matis dicantumkan dalam beberapa indikator sebagai hasil belajar matematika. Berikut ini Indikator siswa yang memahami suatu konsep menurut KTSP (Kuri-kulum Tingkat Satuan Pendidikan) tahun 2006:

1. menyatakan ulang sebuah konsep.

2. mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya).

3. memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

4. menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.

5. menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. 6. mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

Indikator ini kemudian lebih dijelaskan oleh Tim PPPG Matematika tahun 2005 dalam Dafril (2011:795) yaitu:

1. Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep adalah kemampuan siswa untuk mengungkapkan kembali yang telah dikomunikasikan kepadanya; 2. Kemampuan mengklafikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai

dengan konsep adalah kemampuan siswa mengelompokkan suatu objek menurut jenisnya berdasarkan sifat-sifat yang terdapat dalam materi. 3. Kemampuan memberi contoh dan bukan contoh adalah kemampuan siswa

untuk dapat membedakan contoh dan bukan contoh dari suatu materi. 4. Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi

matematika adalah kemampuan siswa memaparkan konsep secara berurutan yang bersifat matematis.

5. Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan prosedur.

(22)

15 Dalam penilitian ini untuk mengukur pemahaman konsep matematis, siswa diberikan tes berupa soal-soal tentang materi yang diajarkan. Dengan mengacu pada Wardhani(2008), indikator yang digunakan dalam penilitian ini yaitu: (a) menyatakan ulang sebuah konsep, (b) mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya), (c) memberi contoh dan non-contoh dari konsep, (d) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, (e) menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, (f) mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

B.Kerangka Pikir

Tingkat keberhasilan kegiatan belajar matematika salah satunya tergantung dari bagaimana proses belajar mengajar itu terjadi dan dapat dilihat dari hasil belajar berdasarkan indikator yang telah ditentukan. Salah satu aspek dari hasil belajar matematika adalah tingkat pemahaman konsep matematis siswa. Semakin tinggi tingkat pemahaman konsep matematis siswa menunjukkan semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam mewujudkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa adalah dengan memilih model pembelajaran yang memberi ruang kepada siswa untuk menemukan konsep.

(23)

16 sendiri, lalu berbagi dengan pasangan,dan diakhiri dengan diskusi kelas. Melalui tahap Think, siswa diberikan waktu berpikir secara individu, pada tahap ini siswa membangun pemahamannya sendiri terhadap materi yang disampaikan guru atau menyelesaikan masalah yang diberikan serta memikirkan langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah yang diberikan tersebut, sehingga pada saat tahap berikutnya, yaitu tahap pairing, siswa tidak hanya berdiskusi saja tetapi mereka sudah memiliki pemahaman sendiri yang bisa didiskusikan dengan pasangannya. Dengan kata lain, saat diskusi dengan pasangannya, setiap siswa telah memiliki bekal yang akan didiskusikan.

Pada tahap pairing, siswa menyatakan ulang dan mendiskusikan ide-ide yang sudah dipikirkan sebelumnya dengan pasangannya, pada tahap ini siswa saling memperbaiki jika ada pemahaman yang keliru sehingga semakin membuka kemungkinan untuk diraihnya konsep yang diharapkan dengan lebih baik. Pada tahap akhir yaitu tahap sharing, siswa berbagi dengan seluruh kelas, mengambil kesimpulan dari materi yang telah dipelajari secara bersama-sama sehingga akan lebih memperkuat pemahaman tentang konsep materi yang telah diajarkan. Pada tahap inilah siswa akan mendiskusikan berbagai aneka pemikiran yang ada untuk meraih konsep dengan bimbingan guru tentunya, namun guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber ilmu, tetapi justru siswa dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru melalui lembar kerja yang telah disediakan.

(24)

17 karena seluruh siswa dikelas tersebut dituntut untuk berpikir secara individu kemudian secara berpasangan, siswa berulang kali memikirkan jawaban atau permasalahan yang diberikan oleh guru. Lain halnya dengan pembelajaran kon-vensional yang segala aktivitas terpusat pada guru, tahapan awal dalam pem-belajaran ini adalah siswa menerima apa yang disampaikan oleh guru, men-dengar, mencatat, dan komunikasi terjadi hanya searah. Pada tahapan ini siswa kurang dilibatkan dalam pembelajaran atau kurang berperan aktif. Sehingga pemahaman konsep yang diperoleh siswa kurang maksimal, siswa juga tidak mengetahui atau menemukan sendiri bagaimana konsep itu diperoleh.

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam peneletian ini adalah:

1. Setiap siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 1 Sekampung Udik Tahun Pelajaran 2012/2013 memperoleh materi pelajaran matematika sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah

2. Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa selain model pembelajaran dianggap memberi kontribusi yang sama.

D. Hipotesis

(25)

18

III. METODE PENELITIAN

A.Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 di SMP Negeri 1 Sekampung Udik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sekampung Udik Tahun Pelajaran 2012/2013 sebanyak 190 siswa yang terdistribusi dalam lima kelas (Tabel 3.1). Distribusi kelas VIII SMP Negeri 1 Sekampung Udik Tahun Pelajaran 2012/2013 dan rata-rata nilai ujian semester ganjil siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sekampung Udik sebagai berikut :

Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Ujian Semester Ganjil Kelas VIII SMP Negeri 1 Sekampung Udik Tahun Pelajaran 2012/2013

NO. Kelas Jumlah Siswa

Rata-rata Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil

1 VIII.A 38 49,1

2 VIII.B 38 47,9

3 VIII.C 38 48,8

4 VIII.D 38 47,5

5 VIII.E 38 47,1

Jumlah Populasi 190 240,4

Nilai rata-rata populasi 48,08

(26)

19 Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yakni mengambil dua kelas yang memiliki rata-rata kemampuan matematika yang hampir sama berdasarkan nilai rata-rata ulangan semester ganjil

Setelah memperhatikan nilai siswa pada ulangan semester ganjil SMP Negeri 1 Sekampung Udik, terlihat bahwa kelas yang memiliki kemampuan kognitif yang hampir sama adalah kelas VIII.A dan VIII.C. Setelah itu ditentukan kelas VIII.A sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.C sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen pembelajarannya menggunakan model pembelajaran TPS dan kelas kontrol yang pembelajaannya menggunakan pembelajaran konvensional.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest only control design yang merupakan bentuk desain penelitian eksperimen semu. Desain ini dimungkinkan untuk dipilih karena kemampuan siswa pada kedua kelas (kelompok) sampel mempunyai kemampuan yang relatif sama. Pada desain ini, kelompok eksperimen memperoleh perlakuan berupa model pembelajaran koope-ratif tipe TPS, sedangkan kelompok kontrol memperoleh perlakuan berupa model pembelajaran konvensional. Di akhir pembelajaran siswa diberi posttest untuk mengetahui pemahaman konsep matematis siswa.

(27)

20 Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan

A1 X1 O

A2 X2 O

Keterangan:

A1 = kelompok eksperimen A2 = kelompok kontrol O = posttest

X1 = perlakuan (model pembelajaran kooperatif tipe TPS) X2 = perlakuan (model pembelajaran konvensional)

C. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Melakukan penelitian pendahuluan, melihat kondisi lapangan seperti jumlah

kelas yang ada, jumlah siswa, karakteristik siswa, serta cara mengajar guru matematika.

2. Merencanakan penelitian

a. Menentukan sampel penelitian.

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pembelajaran Think Pair Share (TPS) untuk kelas eksperimen dan pembelajaran

konvensional untuk kelas kontrol.

c. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan diberikan kepada siswa dengan pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada saat diskusi dan untuk siswa dengan pembelajaran konvensional menggunakan buku paket atau Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibagikan oleh pihak sekolah jika ada. d. Menyiapkan instrumen penelitian dengan terlebih dahulu membuat kisi-kisi

(28)

21 3. Melaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan pada kelas kontrol diterapkan model pembelajaran konvensional.

4. Mengadakan postest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol 5. Menganalisis/mengolah data hasil postest.

6. Penarikan Kesimpulan.

7. Menyusun Laporan penelitian.

D. Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Data Penelitian

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data nilai pemahaman konsep matematis siswa yang yang diperoleh melalui tes pada akhir pembelajaran (posttest).

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan tes. Teknik tes adalah cara pengumpulan data yang mempunyai tujuan untuk mengetahui hasil dari suatu perlakuan. Tes ini untuk mengukur pemahaman konsep matematis siswa. Instru-men yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk soal. Mengacu pada metode dan desain penelitian, tes dilakukan satu kali yakni posttest.

E. Instrumen Penelitian

(29)

22 yakni pemberian tes dilakukan diakhir pembelajaran. Dimana setiap soal memiliki satu atau lebih indikator pemahaman konsep matematis. Setiap indikator mempunyai bobot skor maksimal 4 dan minimal 0. Panduan pemberian skor menggunakan Holistic Scoring Rubrics. Menurut Nitko dalam Bathesta (2007: 13) Holistic Scoring Rubric adalah rubric yang menilai proses secara keseluruhan tanpa adanya pembagian komponen secara terpisah. Rubric tersebut telah dimodifikasi disesuaikan dengan indikator pemahaman konsep. Pedoman penskoran tes kemampuan pemahaman konsep disajikan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa

No Indikator Keterangan Skor

1.

Menyatakan ulang suatu

konsep

Tidak ada jawaban atau Tidak ada ide matematika yang muncul sesuai dengan soal.

0

Telah dapat menyatakan ulang sebuah konsep namun belum dapat dikembangkan dan masih melakukan banyak kesalahan.

2

Dapat menyatakan ulang sebuah konsep sesuai dengan definisi dan konsep esensial yang dimiliki oleh sebuah objek namun masih melakukan beberapa kesalahan.

3

Dapat menyatakan ulang sebuah konsep sesuai dengan definisi dan konsep esensial yang dimiliki oleh sebuah objek dengan matematika yang muncul sesuai dengan soal. 0 Ide matematik telah muncul namun belum dapat menganalisis suatu objek dan mengklasifikasikannya menurut sifat-sifat/ciri-ciri tertentu yang dimiliki sesuai dengan konsepnya.

1

Telah dapat menganalisis suatu objek namun belim dapat mengklasifikasikannya menurut sifat-sifat/ciri-ciri dan konsepnya yang dimiliki.

(30)

23

No Indikator Keterangan Skor

Dapat menganalisis suatu objek dan mengklasifikasikannya menurut sifat-sifat/ciri-ciri dan konsepnya tertentu yang dimiliki namun masih melakukan beberapa kesalahan operasi matematis.

3

Dapat menganalisis suatu objek dan meng-klasifikasikannya menurut sifat-sifat/ciri-ciri dan konsepnya tertentu yang dimiliki dengan tepat.

4

3. Memberi contoh dan non contoh

Tidak ada jawaban atau Tidak ada ide matematika yang muncul sesuai dengan soal. 0 Ide matematik telah muncul namun belum dapat menyebutkan konsep yang dimiliki oleh setiap contoh yang diberikan.

1 Telah dapat memberikan contoh dan non-contoh sesuai dengan konsep yang dimiliki objek namun belum tepat dan belum dapat dikembangkan.

2 Telah dapat memberikan contoh dan non-contoh sesuai dengan konsep yang dimiliki objek namun pengembangannya belum tepat.

3 Telah dapat memberikan contoh dan non-contoh sesuai dengan konsep yang dimiliki objek dan tlah dapat dikembangkan.

4 matematika yang muncul sesuai dengan soal.

0 Ide matematik telah muncul namun belum dapat menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.

1

Dapat menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis namun belum memahami logaritma pemahaman konsep.

2

Dapat menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis sebagai suatu logaritma pemahaman konsep namun masih melakukan beberapa kesalahan.

3

Dapat menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematika dengan benar. matematika yang muncul sesuai dengan soal.

0 Ide matematik telah muncul namun belum dapat menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.

1

Dapat menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis namun belum memahami logaritma pemahaman konsep.

(31)

24

No Indikator Keterangan Skor

Dapat menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis sebagai suatu logaritma pemahaman konsep namun masih melakukan beberapa kesalahan.

3

Mampu menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur dengan benar.

4

6. Mengaplikasikan konsep

Tidak ada jawaban atau Tidak ada ide matematika yang muncul sesuai dengan soal. 0 Ide matematik telah muncul namun belum dapat menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis sebagai suatu logaritma pemahaman konsep.

1 Dapat menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis namun belum memahami logaritma pemahaman konsep.

2 Dapat menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis sebagai suatu logaritma pemahaman konsep namun masih melakukan beberapa kesalahan.

3 Dapat menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis sebagai suatu logaritma pemahaman konsep dengan tepat.

4

(32)

25

1. Validitas Instrumen

Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi dan validitas butir soal.

1.1 Validitas Isi

Validitas isi merupakan validitas yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah sejauhmana item-item dalam suatu alat ukur harus komprehensif isinya akan tetapi harus pula memuat hanya isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur.(Wakhinuddin, 2010)

Validitas isi dari suatu instrumen pemahaman konsep matematis dapat diketahui dengan jalan membandingkan antara butir soal dalam instrumen dengan indikator pemahaman konsep matematis dan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran, apakah hal-hal yang tercantum dalam indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran sudah terwakili dalam tes kemampuan pemahaman konsep matematis tersebut atau belum terwakili.

(33)

26 1.2 Validitas Butir Soal

Validitas butir soal yaitu ketepatan butir tes dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Teknik yang digunakan untuk menguji validitas butir soal dilakukan dengan menggunakan rumus koefisien korelasi product moment, dengan angka kasar sebagai berikut:

r

xz

=

�∑ −

(∑ )(∑ )

(�∑ 2( )2)(�∑ 2( )2) (dalam Widoyoko, 2012: 137)

Dengan:

r

xy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = Jumlah Siswa

∑ = Jumlah skor siswa pada setiap butir soal

∑ = Jumlah total skor siswa

∑ = Jumlah hasil perkalian skor siswa pada setiap butir dengan total skor siswa

Penafsiran harga korelasi dilakukan dengan membandingkan dengan harga rxy

kritik untuk validitas butir instrumen, yaitu 0,3. Artinya apabila

r

xy lebih besar

atau sama dengan 0,3, nomor butir tersebut dikatakan valid dan memuaskan (Widoyoko, 2012:143). Berdasarkan perhitungan data hasil uji coba (Lampiran C.1) diperoleh validitas setiap butir soal yang disajikan dalam Tabel 3.4 :

Tabel 3.4 Validitas Butir Soal Nomor Item

Soal 1a 2a 2b 3 4a 4b 5a 5b

rxy 0,31 0,67 0,70 0,71 0,77 0,74 0,66 0,75 Interpretasi Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

2. Reliabilitas

(34)

27 menunjukkan sejauh mana instrumen dapat dipercaya atau diandalkan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Alpha dalam Sudijono (2003: 208) sebagai berikut :

r11 = �

r11 = nilai reliabilitas instrumen (tes) n = banyaknya butir soal (item)

Sudijono (2008: 207) berpendapat bahwa suatu tes dikatakan baik apabila memili-ki koefisien reliabilitas 0,70. Berdasarkan hasil perhitungan data hasil uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa koefisien reliabilitas tes adalah 0,82 ( Lampiran C.2), yang menurut Sudijono instrumen tes yang diuji cobakan memiliki reliabilitas yang baik sehingga instrumen tes ini dapat digunakan untuk mengukur pemahaman konsep matematis siswa.

F. Teknik Analisis Data

(35)

28 menguji pencapaian kriteria pemahaman konsep dilakukan analisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan populasi yang berdistribusi normal atau

sebaliknya. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah a) Hipotesis

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal b) Statistik Uji

O = frekuensi pengamatan

i

E = frekuensi yang diharapkan = banyaknya pengamatan c) Keputusan Uji

Tolak H0 jika x2 xtabel dengan derajat kebebasan dk = k – 3 dan taraf signifikan 5% . Terima H0 jika sebaliknya.

Berdasarkan hasil perhitungan data nilai pemahaman konsep matematis siswa pada kelas dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS dan konvensional diperoleh

(36)

29 kedua data nilai pemahaman konsep matematis siswa berdistribusi normal

(Lampiran C.5 dan C.6).

2) Uji Homogenitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data nilai tes pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh memiliki varians yang sama atau tidak. Untuk uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji F. Adapun hipotesis untuk uji ini terdapat pada Sudjana (2005: 250), berikut langkah-langkahnya: a) Hipotesis

H0: σ12= σ22 (kedua kelompok populasi mempunyai varians sama) H1 : σ12≠ σ22 (kedua kelompok populasi mempunyai varians tidak sama) b) Statistik Uji

Pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji F. Rumus Uji F yaitu :

distribusi F dengan peluang  2 1

, sedangkan n1 – 1 adalah dk pembilang, dan n2 – 1 adalah dk penyebut.

Berdasarkan hasil perhitungan data nilai pemahaman konsep matematis siswa (Lampiran C.7), diperoleh Fhitung = 1,06 dan nilai = 1,71. Berdasarkan keputusan uji, maka terima Ho karena , yaitu kedua data nilai pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran

(37)

30 TPS dan pembelajaran konvensional mempunyai varians yang sama atau

homogen.

1) Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji prasyarat, kedua data nilai pemahaman konsep matematis siswa berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama. Karena populasi berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama maka pada uji hipotesis dilakukan menggunakan uji-t, sebagai berikut:

1) Hipotesis Uji

(38)

31

2

x =rata-rata sampel kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional 2

1

s =variansi sampel kelas eksperimen menggunakan pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe TPS

2 2

s =variansi sampel kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional

1

n =ukuran sampel kelas eksperimen menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS

2

n =ukuran sampel kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional 3) Keputusan Uji

(39)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sekampung udik tahun ajaran 2012/2013. Hal ini ditunjukkan dari pemahaman konsep matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran TPS lebih dari pemahaman konsep matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

(40)
(41)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Badan Penelitian dan Pengembangan. 2011. Survei Internasional TIMSS, [online]. Tersedia di litbang.kemdikbud.go.id/detail.php?id=214, diakses tanggal 27 Desember 2012.

Baharuddin dan Nur, Esa. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ar- Ruzzmedia

Bennu, Sudarman. 2010. Pemahaman Konsep. [On line]. Tersedia:

http://sudarmanbennu.blogspot.com/2010/02/pemahaman-konsep.html

(diakses pada tanggal 23 Januari 2013).

BSNP.2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta

Dafril, A. 2011. Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Peningkatan Pemahaman Matematika Siswa. Prosiding PGRI. Palembang.[online]

Tersedia di http://mediaharja.blogspot.com/2012/06/penerapan-model-pembelajaran-cooperatif.html, diakses tanggal 23 Januari 2013.

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas

Eggen, Paul., Don Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran: Mangajarkan Konten Dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: Indeks.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

(42)

Johnson, W. L., & Johnson, M. (1993). Validity of the quality of school life scale: A primary and second-order factor analysis. Educational & Psychological Measurement

Karli dan Sri. 2002. Implementasi kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Bina Media Informasi.

Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning. Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia.

Marpaung, Yasen. 2010. Karakteristik PMRI (PendidikanMatematikRealistik Indonesia). [Online] Tersedia :http://p4mriusd.blogspot.com/2010/04/ karakteritik-pmri-pendidikan-matematika_27.html. (diaksespadatanggal12 Februari 2013).

Mullis, Ina V.S et al.. 2009. TIMSS Assesment 2009. [Online] Tersedia: http://www.education.gov.za/LinkClick.aspx?fileticket=Ub4vJ%2BeV9ds%3 D& [13 Januari 2013].

Nining. 2004. Evaluasi Pembelajaran. [Online], Tersedia di Http://Muhammad Kholik. Wordtress.com /2011/11/08/Evaluasi-Pembelajaran/, diakses tanggal 27 Desember 2012.

Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Konstekstual (Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas). Jakarta: Gramedia Widiasarana.

Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas. Jakarta: Kencana.

Roestiyah, N.K. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Ruseffendi. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Sanusi. 2006. Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Mengajarkan Persamaan Kuadrat di Kelas 1 MA/SMA. Madiun: Tidak diterbitkan.

Sardiman A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

(43)

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. Bandung: PT Tasito.

Sukandi, Ujang. 2003. Evaluasi pembelajaran. [Online], Tersedia di Http:// Muhammadkholik.wordpress.com/2011/11/08/evaluasi-pembelajaran/, diakses tanggal 27 Desember 2012.

Tim Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Tim Penyusun. 2006. Pedoman Model Penilaian Kelas KTSP TK-SD-SMPSMA

SMK-MI MTs-MA-MAK. Jakarta : BP. Cipta Jaya.

Tim Penyusun. 2009. Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003. Jakarta: Asa Mandiri.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wakhinuddin. 2010. Validitas Isi. (online). Tersedia: http://wakhinuddin.word- press.com/2010/08/02/validitas-isi/ [26 desember 2012]

Gambar

Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Ujian Semester Ganjil Kelas VIII SMP Negeri 1
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa
Tabel 3.4 Validitas Butir Soal

Referensi

Dokumen terkait

Pokja ULP PB-24/POKJA SKPD09pada Pemerintah Kabupaten Banjar akan melaksanakan Pelelangan Umumdengan pascakualifikasi secara elektronik untuk paket pekerjaan pengadaan barang

The spatial properties (location) of this feature of interest are typically of most interest for spatial analysis of the observation result. This will typically be used to

Aplikasi yang dibangun pada artikel ini dapat membantu pengguna mencari informasi alam tanpa harus melakukan pencocokan dengan kata kunci pencarian. 5.2

Polychaeta pada kawasan mangrove muara sungai kali Lamong-pulau Galang memiliki komposisi spesies yang berbeda di setiap stasiun dan kedalaman substrat..

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder akan diperoleh dari tegalkota.bps.go.id dan Disperindag atau

Asis, Hukum Acara P idana Suatu Pengantar, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2014. Sutiyoso, Bambang, Sri Hastuti Puspitasari, Aspek – Aspek Perkembangan

Maka jumlah plastik paling banyak yang bisa digunakan adalah sebanyak .... Sinta membeli kue bolu dan kue donat untuk sajian

Perhatikanlah salah satu akar yang sudah diketahui adalah berupa bilangan irasional(bilangan bentuk akar), maka salah satu akar yang lainpun juga akan berupa bilangan irasional