ABSTRAK
PENGGUNAAN PERMAINAN BAHASA (KATARSIS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN
MEMBACA PEMAHAMAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV A
SD NEGERI 4 METRO PUSAT
Oleh
LIA DEVIANA
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat. Salah satu alternatif pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangan adalah dengan permainan. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui model pembelajaran Permainan Bahasa (Katarsis).
Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang difokuskan pada situasi kelas. Kegiatan ini dilaksanakan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Alat pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan tes hasil belajar. Analisis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa melalui model pembelajaran Permainan Bahasa (Katarsis) dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran terlihat semakin meningkat, pada siklus I sebesar 65,36%, siklus II sebesar 74,22%, dan pada siklus III sebesar 83,45%. Terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 8,86%, sedangkan pada siklus II ke siklus III terjadi peningkatan sebesar 9,23%. Begitu pula dengan keterampilan membaca pemahaman siswa meningkat pada setiap siklusnya. Pada siklus I sebesar 61,54%, siklus II sebesar 73,08%, dan pada siklus III sebesar 88,46%. Terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 11,54%, sedangkan pada siklus II ke siklus III terjadi peningkatan sebesar 15,38%.
Berdasarkan hasil temuan pengembangan proses pembelajaran, peneliti merekomendasikan agar guru kelas IV Sekolah Dasar dapat menggunakan model pembelajaran Permainan Bahasa (Katarsis) dalam pembelajaran bahasa Indonesia agar aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa dapat meningkat.
1.1 Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan di
sekolah. Tugas guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai model,
motivator, fasilitator, inovator dan manajer. Dalam pembelajaran, gurulah
yang memimpin dan bertanggung jawab penuh atas kepemimpinan yang
dilakukan. Selain itu, guru hendaknya mampu membangkitkan semangat
belajar siswa dalam memilih strategi yang tepat dalam proses pembelajaran
sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai. Melalui proses pembelajaran
yang bermutu, siswa akan memperoleh kematangan pribadi yang handal.
Untuk mencapai pribadi yang matang, setiap individu manusia memerlukan
sejumlah kecakapan dan keterampilan tertentu yang harus dikembangkan
melalui proses pembelajaran, terutama keterampilan kebahasaan yang
dimiliki.
Bahasa merupakan salah satu keterampilan terpenting manusia untuk
memungkinkan unggul atas makhluk-makhluk lain di muka bumi ini. Bahasa
merupakan suatu sistem komunikasi yang terintegrasi, mencakup bahasa
ujaran, membaca, dan menulis (Lerner dalam Abdurrahman, 2003: 183).
atau sistem konvensional yang disepakati secara sosial untuk menyajikan
berbagai pengertian melalui penggunaan simbol-simbol sembarang(arbitrary symbols) dan tersusun berdasarkan aturan yang telah ditentukan. Melalui bahasa, manusia diharapkan dapat saling mengenal dan berhubungan satu
sama lain, saling berbagi pengalaman dalam rangka meningkatkan
kemampuan berkomunikasi dalam lingkungan yang lebih luas. Oleh karena
itu, pembelajaran bahasa Indonesia di semua tingkat pendidikan sangat
penting.
Pembelajaran bahasa Indonesia mempunyai ruang lingkup dan tujuan
yang menumbuhkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan
dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Pada hakikatnya
pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk mempertajam kepekaan
perasaan siswa. Melalui pembelajaran bahasa Indonesia, para siswa diajak
untuk berlatih dan belajar berbahasa melalui aspek keterampilan
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dengan memiliki
keterampilan berbahasa Indonesia secara baik dan benar, kelak anak
diharapkan menjadi generasi yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya.
Depdiknas (2006: 4) mengemukakan pembelajaran keterampilan
berbahasa bukan semata-mata menambah keterampilan siswa menggunakan
bahasa Indonesia, melainkan juga meningkatkan kemampuan intelektual,
kematangan emosional, dan kematangan sosial sebagai penunjang dalam
mempelajari semua bidang studi. Pada salah satu keterampilan berbahasa
yang tidak kalah penting dalam kehidupan pelajar dan mahasiswa adalah
Bond (dalam Abdurrahman, 2003: 200) mengemukakan bahwa
membaca merupakan pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan
stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, untuk
membangun sejumlah pengetahuan. Manusia tidak mungkin membaca tanpa
menggerakkan mata dan menggunakan pikiran. Orang dapat membaca
dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu
menggerakkan mata secara lincah, mengingat simbol-simbol bahasa dengan
tepat, dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan pada
seluruh proses belajar.
Keterampilan membaca berkaitan secara langsung dengan seluruh
proses belajar siswa di SD. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti
proses kegiatan pembelajaran di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan
kemampuan membaca siswa salah satunya adalah keterampilan membaca
pemahaman.
Membaca pemahaman merupakan membaca yang tujuan utamanya
untuk memahami bacaan secara tepat dan cepat. Siswa yang tidak mampu
membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Siswa akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan
memahami isi informasi yang disajikan dalam berbagai teks bacaan. Dengan
demikian guru dituntut untuk menyiapkan bacaan yang memuat informasi
yang relevan untuk siswa-siswanya. Untuk dapat melaksanakan semua itu
guru harus kreatif dan inovatif.
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru kelas IV A SD
pelajaran bahasa Indonesia masih rendah. Hasil ini terlihat pada hasil ulangan
harian bahasa Indonesia di semester genap TP 2011/2012 dengan jumlah 26
siswa, sebanyak 11 siswa telah tuntas belajar dengan persentase 42,31%
sedangkan 15 siswa belum tuntas belajar dengan persentase 57,70%.
Berdasarkan data tersebut masih ada nilai siswa yang belum memenuhi
standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan oleh
sekolah yaitu 65. Hal itu diduga kuat akibat guru bahasa Indonesia belum
menerapkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan salah satunya yaitu penggunaan permainan bahasa (katarsis).
Kebanyakan guru belum melibatkan siswa secara aktif dan kreatif sehingga
kegiatan pembelajaran keterampilan membaca berlangsung monoton dan
membosankan. Guru mengungkapkan bahwa bila siswa diberikan pertanyaan
dari isi teks bacaan yang telah dibaca, jawaban tersebut sering menyimpang,
sebagian besar jawaban siswa tidak benar dan siswa merasa kurang percaya
diri untuk menjawab serta mengajukan pendapatnya ketika siswa diberikan
pertanyaan dan kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum
dikuasai. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terlihat kekurangmampuan
siswa dalam keterampilan membaca untuk memahami isi suatu teks bacaan.
Berdasarkan data yang telah peneliti uraikan, diperlukan suatu
pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman
bagi siswa kelas IV A SDN 4 Metro Pusat. Salah satu pembelajaran yang
dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa adalah dengan
menggunakan permainan bahasa (katarsis) sehingga dapat mempermudah
pemahaman siswa dalam keterampilan membaca suatu teks bacaan.
kegembiraan sebagai fungsi bermain, dan untuk melatih keterampilan
berbahasa tertentu sebagai materi pelajaran. Setiap permainan terdapat unsur
rintangan yang harus dihadapi. Tantangan tersebut berupa masalah yang
harus diselesaikan. Bahkan dapat berupa kompetisi yang memunculkan
potensi baru. Tantangan tersebut dapat melatih keterampilan berbahasa siswa.
Penggunaan bentuk-bentuk permainan dalam pembelajaran akan
memberi suasana yang menyenangkan dalam proses belajar, sehingga proses belajar siswa dilakukan tanpa adanya keterpaksaan, tetapi justru belajar
dengan rasa senang hati. Selain itu, dengan bermain siswa dapat berbuat lebih
santai. Dengan cara santai tersebut, sel-sel otak siswa dapat berkembang akhirnya siswa dapat menyerap informasi dari teks bacaan yang telah dibaca
oleh siswa dan siswa juga dapat memperoleh kesan yang mendalam terhadap materi pelajaran. Materi pelajaran dapat disimpan terus dalam ingatan jangka
panjang. Dengan cara demikian, pembelajaran keterampilan membaca pun
menjadi sajian materi yang selalu dirindukan dan dinantikan oleh siswa.
Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini peneliti mengangkat
judul “Penggunaan Permainan Bahasa (katarsis) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Keterampilan Membaca Pemahaman Dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut:
tuntas belajar dengan persentase 57,70%. Berdasarkan data tersebut masih ada nilai siswa yang belum memenuhi standar KKM yang ditetapkan yaitu 65.
1.2.2 Guru belum menggunakan permainan bahasa (katarsis) untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa.
1.2.3 Sebagian siswa bila menjawab pertanyaan guru, jawabannya sering
menyimpang.
1.2.4 Guru belum melibatkan siswa secara aktif dan kreatif sehingga kegiatan pembelajaran keterampilan membaca berlangsung monoton dan membosankan berakibat pada aktivitas siswa menjadi rendah.
1.3 Batasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini perlu dibatasi agar penelitian dapat terarah dan terfokus secara cermat. Masalah tersebut difokuskan sebagai berikut.
“Penggunaan permainan bahasa (katarsis) sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat dalam pembelajaran bahasa Indonesia”.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1.4.1 Bagaimanakah penggunaan permainan bahasa (katarsis) secara tepat untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam membaca pemahaman pada proses pembelajaran bahasa Indonesia kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1.5.1 Peningkatan aktivitas belajar siswa dalam membaca pemahaman siswa kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui permainan bahasa(katarsis).
1.5.2 Peningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui permainan bahasa(katarsis).
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1.6.1 Bagi siswa
Dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui penggunaan permainan bahasa (katarsis)pada siswa SD Negeri 4 Metro Pusat.
1.6.2 Bagi guru
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya, serta menambah dan mengembangkan kemampuan guru dalam menggunakan permainan bahasa(katarsis)secara tepat.
1.6.3 Bagi sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui penggunaan permainan bahasa (katarsis) sebagai inovasi pembelajaran yang dapat berlangsung aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan khususnya dalam pembelajaran keterampilan membaca pemahaman.
1.6.4 Bagi peneliti
2.1 Pengertian Permainan Bahasa
Pada hakikatnya, permainan adalah aktivitas yang memiliki
keterampilan dan memiliki peranan penting dalam pemerolehan bahasa dan
wahana bagi anak untuk belajar mengatasi kesulitan-kesulitan yang
ditemuinya dengan cara yang menggembirakan. Apabila keterampilan yang
diperoleh dalam permainan itu berupa keterampilan bahasa tertentu,
permainan tersebut dinamakan permainan bahasa (Soepamo dalam Suyatna,
2008: 122). Permainan bahasa mempunyai tujuan ganda, yaitu untuk
memperoleh kegembiraan sebagai fungsi bermain, dan untuk melatih
keterampilan berbahasa tertentu sebagai materi pelajaran. Bila ada permainan
menggembirakan tetapi tidak melatih keterampilan berbahasa, tidak dapat
disebut permainan bahasa. Permainan bahasa harus memenuhi kedua syarat,
yaitu menggembirakan dan melatih keterampilan berbahasa.
Permainan bahasa tidak dimaksudkan untuk mengukur atau
mengevaluasi hasil belajar siswa. Kalaupun dipaksakan, bukan alat evaluasi
yang baik, sebab permainan bahasa tersebut mengandung unsur spekulasi
yang cukup besar (Soepamo, dalam Suyatna, 2008: 122). Hal tersebut dapat
permainan belum tentu secara utuh mencerminkan siswa yang pandai.
Demikian juga, siswa yang kalah dalam permainan, belum tentu
mencerminkan siswa yang kurang pandai. Banyak faktor yang mempengaruhi
keberhasilan suatu permainan. Ada beberapa faktor penentu keberhasilan
permainan bahasa. Menurut Soepamo (dalam Suyatna, 2008: 122) ada empat
faktor yang menentukan keberhasilan permainan bahasa di kelas, yaitu: (1)
faktor situasi dan kondisi, (2) faktor peraturan permainan, (3) faktor pemain,
dan (4) faktor pemimpin permainan.
Situasi dan kondisi apa pun sebenarnya permainan bahasa dapat
dilakukan. Namun, agar efektif, tetap saja harus memperhatikan situasi dan
kondisi. Permainan bahasa yang menimbulkan suara gaduh kepada kelas
yang lain, tentu tidak menguntungkan. Demikian juga, permainan bahasa
yang terlalu sering atau permainan yang terlalu memakan waktu lama akan
membosankan siswa.
2.1.1 Jenis-jenis Permainan dalam Pembelajaran
Menurut Suyatno (2005: 13) ada dua jenis permainan dalam
pembelajaran. Permainan yang pertama mengarah pada permainan yang digunakan untuk pendidikan. Permainan tersebut digunakan dengan tujuan
tertentu. Kedua jenis permainan dalam proses belajar yang memang digunakan semata-mata sebagai ”permainan murni”, yakni apa yang disebut ”pemecah kebekuan” (ice breaker) atau ”pembangkit semangat” (energizer). Permainan tersebut bukan untuk membahas suatu topik tertentu, tetapi hanya untuk menghidupkan suasana, misalnya, ketika para
peserta didik mulai lelah, mengantuk, atau bosan.
Dua jenis permainan dalam pembelajaran di atas, yang akan
digunakan/dipilih oleh peneliti dalam PTK ini adalah permainan yang
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa kelas IV SD yaitu permainan
yang digunakan untuk pendidikan.
2.1.2 Manfaat Permainan Bahasa dalam Pembelajaran
Permainan yang tepat dapat membuat pembelajaran menyenangkan
dan menarik, dapat menguatkan pembelajaran, dan bahkan menjadi
semacam ujian. Kesenangan bermain yang tidak terhalang melepaskan
segala macam endorfin positif dalam tubuh seseorang, melatih kesehatan,
dan membuat seseorang merasa hidup sepenuhnya. Bagi banyak orang,
ungkapan kehidupan dan kecerdasan kreatif yang paling tinggi di dalam
diri seseorang tercapai dalam sebuah permainan. Permainan belajar
membebaskan kecerdasan penuh dan tak terhalang dapat memberi banyak
sumbangan.
Menurut Suyatno (2005: 14) permainan belajar, jika dimanfaatkan secara bijaksana, dapat:
1. Menyingkirkan “keseriusan” yang menghambat. 2. Menghilangkan stres dalam lingkungan belajar. 3. Mengajak orang terlibat penuh.
4. Meningkatkan proses belajar. 5. Membangun kreativitas diri.
6. Mencapai tujuan dengan ketidaksabaran. 7. Meraih makna belajar melalui pengalaman. 8. Memfokuskan siswa sebagai subjek belajar.
Suyatno (2005: 15) mengemukakan pembelajaran tidak selalu
membutuhkan permainan, dan permainan sendiri tidak selalu mempercepat
pembelajaran. Akan tetapi, permainan yang dimanfaatkan dengan
bijaksana dapat menambah variasi, semangat, dan minat pada sebagian
program belajar. Seperti semua teknik belajar, permainan bukanlah tujuan
itu sendiri, melainkan sarana untuk mencapai tujuan, yaitu meningkatkan
pembelajaran. Terkadang permainan bisa menarik, cerdik, menyenangkan,
dan sangat memikat, namun tidak memberi hasil penting pada
pembelajaran. Jika demikian, permainan tersebut hanya membuang-buang
waktu dan harus ditinggalkan. Jika sebuah permainan menghasilkan
peningkatan dalam pembelajaran dan prestasi belajar, digunakan. Jika
tidak, tinggalkan permainan tersebut.
2.1.3 Permainan Dapat Menambah Nilai
Kemaslah permainan dengan baik. Kemasan tersebut harus
rambu-rambu agar permainan belajar dapat menjadi efektif dan bernilai
tambah bagi belajar peserta didik (Suyatno, 2005: 15).
a. Permainan harus terkait langsung dengan tempat belajar. Kaitkan permainan belajar dengan tempat belajar, baik itu bentuk, fungsi, situasi, maupun iklim yang akan digunakan. Permainan terbaik adalah yang terkait dengan tempat belajar sehingga dapat memberi nilai bagi perolehan pengetahuan, menguatkan sikap, dan mendorong tindakan yang penting bagi keberhasilan belajar.
b. Permainan harus dikemas agar dapat mengajari pembelajar cara berpikir, mengakses informasi, bereaksi, memahami, berkembang, dan menciptakan nilai dunia nyata bagi siswa. c. Permainan harus memberikan kebebasan kepada peserta didik
untuk bekerjasama dan berkreasi (setiap persaingan dalam permainan haruslah antar-tim, bukan antar-individu).
d. Permainan harus menarik dan menantang, namun tidak sampai membuat orang kecewa dan kehilangan akal.
e. Permainan harus dapat menyediakan cukup waktu untuk merenung, memberikan umpan balik, berdialog, dan berintegrasi bagi peserta didik.
f. Permainan hendaklah sangat menyenangkan dan mengasyikkan, namun tidak sampai membuat pembelajar tampak bodoh atau dangkal. (permainan yang dangkal dapat merugikan pembelajar).
Beberapa rambu-rambu permainan belajar di atas maka peneliti
menyimpulkan bahwa permainan terbaik adalah yang terkait dengan
tempat belajar sehingga dapat memberi nilai bagi perolehan pengetahuan
bagi keberhasilan belajar.
2.1.4 Macam-macam Permainan Bahasa (Katarsis)
Permainan sebagai media pendidikan memerlukan keterampilan
sendiri yang harus dimiliki guru. Keterampilan tersebut memerlukan
semacam “kajian” terlebih dahulu; seperti membaca bahan-bahan teoretis
yang ada, kasus-kasus nyata, mencari contoh-contoh yang relevan,
Dengan demikian permainan akan menjadi efektif asalkan kemampuan dan
keterampilan teknis metodologis dimiliki oleh guru. Caranya, guru
menggunakan rancangan permainan yang sudah pernah ada dan sudah
terbukti efektif digunakan. Untuk itu guru dapat mengubah dan
menyesuaikan secara kreatif disesuaikan dengan aspek keterampilan
membaca yang akan ditekankan dan dievaluasi.
Jenis permainan bahasa yang akan digunakan guru dalam pembelajaran disesuaikan dengan kegiatan membaca yang diharapkan
(memahami isi teks bacaan melalui membaca pemahaman). Agar
permainan dapat terarah dalam pelaksanaan pembelajaran dan tercapai
tujuan sesuai dengan harapan, guru harus memiliki permainan bahasa yang
relevan.
Permainan bahasa memiliki berbagai macam dan model. Macam dan
model permainan bahasa yang berkaitan dengan keterampilan membaca
pemahaman menurut Suyatno (2005: 44) antara lain:
1. Kolom Kata Kalimat. Alat-alat yang digunakan dalam permainan ini
berupa teks bacaan/wacana, karton, dan alat tulis. Kegiatan berikut
dapat membantu siswa mengenal apa yang dimaksud kata dan kalimat.
Guru membagikan teks bacaan kepada setiap kelompok. Siswa
membaca teks bacaan “Tanaman Cabai”. Guru membuat dua kolom
yang akan diisi kata dan kalimat dalam selembar karton. Tiap siswa
menerima lembar tersebut. Pada kolom kata siswa menuliskan
kata-kata yang sulit kemudian siswa memaknai kata-kata tersebut dalam
kamus/ensiklopedi. Pada kolom kalimat siswa menuliskan kalimat yang
ditentukan dari pikiran pokok pada setiap paragraf teks bacaan. Setelah
melaporkan hasilnya. Kelompok yang paling banyak menuliskan kata
dan kalimat secara cepat karena dibatasi waktu, kelompok tersebutlah
pemenangnya.
2. Cup Asyik. Alat yang digunakan dalam permainan ini berupa teks
bacaan/wacana dan kartu berbentuk persegi. Dengan menggunakan
permainan ini dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap teks
bacaan yang telah dibacanya, melalui pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan teks bacaan tersebut. Siswa membagi kelompok. Guru
membagikan teks bacaan pada masing kelompok dan
masing-masing kelompok diminta untuk membacakan teks bacaan“Kegemaran
yang Dapat Merusak”. Guru memberikan masing-masing kelompok
setumpuk kartu yang dibentuk persegi yang telah dituliskan berbagai
jawaban pada kartu. Guru memberikan sebuah pertanyaan. Kemudian
siswa membuka kartu. Apabila kelompok menjumpai adanya pasangan
jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh guru, kelompok yang
cepat menemukan jawaban pada kartu yang sesuai dengan pertanyaan
tersebut hendaknya kelompok berteriak“cup asyik”.
3. Botol Jawaban (melengkapi bacaan). Alat yang digunakan dalam
permainan ini berupa teks bacaan/wacana, botol, dan karton. Permainan
ini dilakukan secara berkelompok. Setiap kelompok dibagikan suatu
teks bacaan “Mengenal Kopi” dan siswa diminta untuk membaca teks
bacaan tersebut. Setelah diberikan waktu untuk membaca, teks bacaan
tersebut dikumpulkan kembali. Dengan menggunakan media karton
guru menempelkan di papan tulis sebuah paragraf bacaan yang telah
dalamnya terdapat beberapa jawaban yang telah disediakan oleh guru.
Botol tersebut dioper dari satu siswa ke siswa yang lainnya dengan
menggunakan lagu yang telah diubah syairnya. Bila botol berhenti
bersamaan dengan lagu yang dinyanyikan, kelompok diminta untuk
mengeluarkan jawaban yang terdapat di dalam botol kemudian
meletakkan jawaban tersebut sesuai dengan paragraf atau bacaan
rumpang yang telah disediakan guru di papan tulis. Fasilitator dan siswa
yang lain dapat mengomentari jawaban bila perlu. Bila jawaban salah
atau tidak sesuai, permainan diteruskan sampai ada kelompok yang
dapat menjawab benar. Jika kelompok yang menjawab paling banyak
benar maka kelompok tersebutlah pemenangnya.
Permainan Kolom Kata Kalimat, Cup Asyik, dan Botol Jawaban,
merupakan jenis permainan yang akan digunakan/dipilih oleh peneliti
dalam PTK dari siklus I sampai siklus III.
2.2 Aktivitas Belajar
2.2.1 Pengertian Aktivitas Belajar
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 23) aktivitas adalah keaktifan, kegiatan. Kunandar (2010: 277), aktivitas adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perbuatan, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan
memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.
Meyer (2002: 90) menyatakan aktivitas belajar sebagai kegiatan
yang dilakukan oleh siswa untuk mengubah perilakunya melalui
pengalaman yang diperoleh secara langsung dalam proses belajar dan
bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam
proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang
dilakukan untuk memperoleh pengalaman tertentu dalam proses
pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
2.3 Pengertian Keterampilan Membaca
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1180), keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Muttaqin (dalam http://saiful muttaqin.Blogspot.com, tanggal akses 30 Desember 2011.@ 15.00), keterampilan adalah usaha untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat dan tepat dalam menghadapi permasalahan belajar. Keterampilan dirancang sebagai proses belajar untuk mengubah perilaku siswa menjadi cekat, cepat dan tepat melalui belajar.
Broto (dalam Abdurrahman, 2003: 200) mengemukakan bahwa membaca merupakan kegiatan berbahasa berupa proses melisankan dan mengolah bahan bacaan secara aktif, membaca juga merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Membaca bukan hanya mengungkapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan. Sedangkan keterampilan membaca adalah keterampilan reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru (Marahimin dalam Suwarjo, 2008: 94).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan
memperoleh informasi, ilmu atau pengetahuan melalui proses belajar yang
hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.
2.3.1 Tujuan Membaca
Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang
membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan
dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Tujuan membaca secara
umum adalah untuk memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya dari
teks yang dibacanya, yang mencakup isi dan memahami makna bacaan.
Berkaitan dengan tujuan membaca, Tarigan (2008: 9–10) mengungkapkan
beberapa tujuan membaca yaitu:
a. Membaca untuk menemukan atau memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details of facts).
b. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).
c. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita (reading for sequence or organization).
d. Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).
e. Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).
f. Membaca untuk menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate).
g. Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).
Beberapa tujuan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa
membaca memiliki tujuan yang sangat penting bagi semua pembaca.
Tujuan membaca tersebut antara lain untuk mencari informasi tentang
suatu hal, mengetahui secara mendetail dan menyeluruh isi bacaan, serta
menilai kebenaran suatu gagasan isi bacaan yang ditulis oleh pengarang
2.3.2 Jenis-jenis Membaca
Tarigan (2008: 13-14) mengungkapkan jenis-jenis membaca
ditinjau dari bersuara atau tidaknya si pembaca, ketika seseorang membaca
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu membaca nyaring (aloud reading)
dan membaca dalam hati (silent reading). Penjelasan ini didasarkan pada
perbedaan tujuan yang akan dicapai.
Membaca nyaring (aloud reading) adalah suatu aktivitas atau
kegiatan yang merupakan alat bagi guru, siswa, ataupun pembaca
bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta
memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang. Dalam
membaca nyaring faktor suara perlu diperhatikan secara baik, karena
membaca ini berkaitan dengan si pendengarnya. Membaca nyaring yang
baik menuntut agar pembaca memiliki kecepatan mata yang tinggi serta
pandangan mata yang jauh, karena pembaca haruslah melihat pada bahan
bacaan untuk memelihara kontak mata dengan para pendengar.
Membaca dalam hati (silent reading) faktor suara tidak terlalu
diperhatikan, karena hanya dimanfaatkan untuk diri sendiri dan dipandang
hanya untuk tujuan yang bersifat pemahaman. Dalam kegiatan membaca
ini pembaca hanya mempergunakan ingatan visual (visual memory) yang
melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Membaca ini sebagai kunci bagi
semua ilmu pengetahuan, karena dalam kegiatan membaca apa pun orang
pasti menggunakan jenis membaca dalam hati. Membaca dalam hati dibagi
membaca secara luas yang objeknya meliputi sebanyak mungkin teks
dalam waktu yang sesingkat mungkin, karena tujuannya untuk memahami
isi yang penting-penting dengan cepat. Jenis membaca yang termasuk
dalam membaca ekstensif adalah membaca survey, membaca sekilas, dan
membaca dangkal. Sedangkan jenis membaca intensif adalah membaca
secara studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang
dilaksanakan di dalam kelas dengan tujuan untuk latihan pola-pola
kalimat, latihan kosakata, telaah kata-kata, dikte dan diskusi. Jenis
membaca yang termasuk dalam membaca intensif adalah membaca telaah
isi dan membaca telaah bahasa. Kegiatan membaca telaah isi meliputi
kegiatan membaca pemahaman, membaca kritis, membaca ide-ide.
Sedangkan kegiatan membaca telaah bahasa meliputi membaca bahasa dan
membaca sastra.
Dua jenis membaca di atas, yang akan digunakan/dipilih oleh peneliti dalam PTK ini adalah membaca yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa kelas IV SD yaitu membaca pemahaman dalam membaca intensif.
2.4 Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman termasuk dalam membaca telaah isi yaitu
proses membaca yang memerlukan pemahaman atau kecermatan si
pembaca terhadap teks yang dibacanya. Membaca jenis ini lebih
menekankan pada proses menelaah isinya secara mendalam, sehingga si
pembaca dituntut untuk lebih konsentrasi terhadap teks yang dibacanya.
Menurut Rubin (dalam Sutarjo, http://tarjo2009.blogspot.com/2009 /03/hakekat-membaca-proses-membaca-jenis_8558.html, tanggal akses 19 Februari 2011. @ 15.30), bahwa membaca pemahaman adalah proses pemikiran yang kompleks untuk membangun sejumlah pengetahuan. Dengan demikian, dalam proses membaca diperlukan suatu pemahaman yang tinggi dari pembacanya agar dapat memahami isi dari teks bacaan yang dibacanya.
Moesono (dalam Widyaningsih, http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/colle ct/skripsi/archives/HASH1ee5.dir/doc.pdf, tanggal akses 17 Februari 2011. @ 14.05), juga mengungkapkan bahwa untuk mencapai pemahaman yang optimal ada beberapa kemampuan yang harus dikembangkan pada siswa, yaitu:
Alexander (dalam Widiyanti, http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collec t/skripsi/archives/HASH9845/94d73d6e.dir/doc.pdf, tanggal akses 19 Februari 2011. @ 16.16), berpendapat bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca pemahaman adalah bahan bacaan. Bahan bacaan yang memiliki kesukaran tinggi akan menjadi kendala bagi siswa dalam memahami bahan bacaan. Sebaliknya siswa akan dapat memahami secara baik bahan bacaan yang tergolong mudah. Oleh sebab itu, bahan bacaan yang akan disajikan hendaklah dipilih yang memiliki tingkat keterbacaan tinggi, bentuk kalimat yang efektif, tidak ada unsur asing yang tidak perlu, dan memiliki pola penalaran yang runtut.
Membaca pemahaman dalam membaca intensif sebagai kegiatan
membaca dalam hati. Membaca dalam hati adalah cara atau teknik
membaca tanpa suara. Membaca dalam hati lebih banyak menggunakan
kecepatan gerak mata. Tujuan membaca dalam hati ialah melatih
kemampuan siswa dalam memahami isi wacana/bacaan. Membaca dalam
hati cocok untuk keperluan studi dan menambah ilmu
pengetahuan/informasi. Setelah siswa membaca, siswa diberikan tugas
untuk menjawab pertanyaan, kemudian bacaan ditutup. Pertanyaan yang
diberikan berupa pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran. Guru
hendaknya tidak hanya memberikan pertanyaan ingatan atau sebaliknya
hanya memberi pertanyaan pikiran saja. Pertanyaan ingatan menanyakan
tentang isi bacaan sedangkan pertanyaan pikiran untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam memahami/ menanggapi seluruh isi bacaan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca
ketelitian seseorang untuk memahami dan mengerti isi teks bacaan yang
dibacanya untuk membangun sejumlah pengetahuan.
2.5 Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan
Permainan Bahasa (Katarsis)
Langkah-langkah pembelajaran membaca pemahaman dengan
permainan bahasa (katarsis) adalah:
a. Kegiatan Awal
1. Guru mempersiapkan perangkat pembelajaran meliputi materi
pembelajaran, menyusun aturan permainan, menyiapkan alat
permainan, program semester, silabus, rencana perbaikan
pembelajaran dan lembar kerja siswa.
2. Guru menyampaikan apersepsi dan menginformasikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
b. Kegiatan Inti
1. Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok, kemudian guru
memberi penjelasan dan contoh cara melakukan permainan bahasa
yang akan dilakukan dalam pembelajaran keterampilan membaca
pemahaman.
2. Siswa dituntun untuk membaca teks wacana dengan permainan
bahasa agar mereka mengerti dan senang dengan belajar
membacanya, sehingga tidak jenuh serta berdiskusi kelompok
3. Guru berkeliling dan memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan atau kesulitan-kesulitan yang muncul atau dialami oleh para siswa sekaligus mengontrol jalannya proses interaksi antarsiswa.
4. Siswa mengerjakan tugas permainan bahasa pada lembar kerja sesuai
soal-soal perintah dalam permainan bahasa yang dilakukan.
5. Masing-masing kelompok mengumpulkan hasil kerja kelompoknya.
c. Kegiatan Akhir
1. Siswa bersama guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang
telah dilaksanakan secara bersama-sama dan menjadikan lebih
bermakna dalam kehidupan sehari-hari.
2. Siswa diberi penguatan dengan harapan siswa akan termotivasi untuk mempelajari lebih banyak tentang pelajaran membaca bahasa Indonesia dengan membaca buku bacaan di perpustakaan, membaca buku teks yang berkaitan, atau melakukan kegiatan lain yang berkaitan dengan materi pembelajaran membaca (Adaptasi dari Arsyad, 2002: 46).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melaksankan pembelajaran membaca pemahaman dengan permainan bahsa (katarsis), ada tiga langkah kegiatan yang dilaksanakan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir serta beberapa hal yang harus dilakukan dan dipersiapkan sehingga nantinya dalam pelaksanaan kegiatannya benar-benar sesuai dengan yang diharapkan.
2.6 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian
tindakan kelas yaitu: ”Apabila dalam pembelajaran bahasa Indonesia
keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV A SD Negeri 4 Metro
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas diartikan sebagai
suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan dengan jalan merancang,
melaksanakan, mengamati, merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus
untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas
(Kunandar, 2010: 10).
3.2 Setting Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV A SDN
4 Metro Pusat, dengan jumlah siswa 26 anak yang terdiri dari 10 siswa
laki-laki dan 16 siswa perempuan.
b. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDN 4 Metro Pusat, tepatnya di Jalan Mr. Gele Harun Kecamatan Metro Pusat.
c. Waktu Penelitian
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan selama kegiatan pelaksanaan tindakan, yaitu
dengan menggunakan teknik tes dan nontes.
3.3.1 Teknik Tes
Teknik tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh
orang yang dites, dan berdasarkan hasil pelaksanaan tugas-tugas
tersebut, akan dapat ditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada
orang tersebut (Poerwanti, dkk. 2008: 2.26). Dalam penelitian ini,
teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data nilai-nilai siswa,
guna mengetahui hasil belajar siswa mata pelajaran bahasa Indonesia
dengan permainan bahasa (katarsis) pada kelas IVA SD Negeri 4
Metro Pusat khususnya tes kemampuan membaca dalam memahami
isi bacaan. Data yang terkumpul melalui teknik tes berupa data
kuantitatif.
3.3.2 Teknik Nontes
Teknik nontes dapat dilakukan melalui observasi baik secara
langsung maupun tidak langsung (Poerwanti, dkk. 2008: 2.26).
Secara sederhana, observasi dapat diartikan sebagai prosedur
sistematis dan baku untuk memperoleh data (Kerlinger dalam
Aunnurrahman, dkk. 2009: 8-20). Observasi digunakan untuk
mengetahui apakah dengan permainan bahasa (katarsis)
pembelajaran di kelas akan lebih efektif, apa pengaruhnya serta
bagaimana pembelajaran yang akan dilakukan. Observasi dilakukan
oleh observer terhadap aktivitas siswa maupun guru selama proses
3.4 Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes dan lembar
observasi.
3.4.1 Tes yang digunakan adalah tes subjektif tertulis untuk mengetahui
kemampuan keterampilan membaca siswa dalam memahami isi
bacaan/teks bacaan pada pembelajaran bahasa Indonesia.
3.4.2 Lembar observasi yang digunakan oleh observer untuk mengamati
aktivitas siswa maupun peneliti saat pembelajaran dilaksanakan/
berlangsung.
3.4.3 Dokumentasi, digunakan untuk mendokumentasikan aktivitas belajar
siswa dan juga aktivitas kinerja guru selama proses pembelajaran.
3.5 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis
kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dengan cara mengumpulkan
data untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas belajar siswa. Sedangkan
analisis kuantitatif untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam
hubungannya dengan penguasaan materi yang akan diajarkan guru yaitu
keterampilan membaca dalam memahami isi bacaan siswa kelas IV A SD
Negeri 4 Metro Pusat.
a. Analisis Kualitatif
a) Rumus analisis aktivitas belajar siswa
100
Keterangan:
NP = Nilai yang dicari atau diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 = Bilangan tetap
Adaptasi dari Purwanto (2002)
b) Rumus analisis kinerja guru selama proses pembelajaran
Keterangan:
86% - 100% = Baik sekali
71% - 85% = Baik
56% - 70% = Cukup
41% - 55% = Kurang
32% - 40% = Sangat Kurang
Adaptasi dari Departemen Pendidikan Nasional (dalam Www.Sdn-Cisarua
.Sch.Id/....Guru....Guru..../265-Penilaian-Kinerja-Guru.Html. Tanggal akses
01 Februari.@11.15).
b. Analisis Kuantitatif
Digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam hubungannya
dengan penguasaan materi yang akan diajarkan guru yaitu keterampilan
membaca dalam memahami isi bacaan dan penilaian proses membaca
siswa. Adapun aspek yang dinilai meliputi: 1) kemampuan menemukan
pikiran pokok setiap paragraf, 2) menangkap isi teks bacaan, baik yang
tersurat maupun yang tersirat, 3) menceritakan kembali teks bacaan
dengan lengkap. Teknik penyekoran proses keterampilan membaca
(terlampir). Data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif
dilakukan secara deskriptif, yakni dengan menghitung ketuntasan
klasikal dan ketuntasan individual dengan rumus sebagai berikut:
a) Ketuntasan Individual
Keterangan:
S = Nilai yang diharapkan
R = Jumlah skor/ item yang dijawab benar
N = Skor maksimum dari tes
b) Ketuntasan Klasikal
Keterangan:
KK = Ketuntasan Klasikal
STB = Siswa yang Tuntas Belajar
SS = Seluruh Siswa
3.6 Indikator Keberhasilan Pembelajaran
Pembelajaran dalam penelitian ini dikatakan berhasil jika:
3.6.1 Adanya peningkatan persentase aktivitas siswa dan kinerja guru
disetiap siklusnya mencapai persentase sebesar≥76%.
3.6.2 Adanya peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa
secara klasikal mencapai minimal ≥76% dari seluruh siswa
mencapai kategori baik/ skor≥71.
3.6.3 Adanya peningkatan persentase evaluasi hasil belajar siswa setiap
siklusnya mencapai persentase sebesar ≥76% dari seluruh siswa
mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 65. (diadaptasi dari
Depdiknas, 2008: 5).
3.7 Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian yang digunakan adalah berupa
rangkaian langkah-langkah berbentuk spiral yang dikemukakan Kemmis
(Wiriaatmadja, 2006: 66) yaitu setiap langkah/siklus terdiri dari empat
tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kegiatan
pertama dilakukan pada tahap perencanaan (planing). Dilanjutkan dengan
tindakan (action) disertai dengan pengamatan (observing). Ebut (dalam
Aunurrahman, dkk. 2009: 3.6) bahwa penelitian tindakan kelas merupakan
suatu studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki
praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta
refleksi dari tindakan-tindakan tersebut. Selanjutnya kegiatan refleksi
perbaikan tindakan pada siklus berikutnya. Siklus tindakan dalam penelitian
Gambar: Modifikasi dari Wardhani (2007: 2.4).
3.9 Urutan Tindakan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus, dengan berbagai
kemungkinan perubahan yang dianggap perlu. Setiap siklus terdiri dari
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Perencanaan I
SIKLUS I
Pengamatan I
Perencanaan II
SIKLUS II
Pengamatan II
Perencanaan III
SIKLUS III
Pengamatan III
Pelaksanaan I Refleksi I
Pelaksanaan II Refleksi II
Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan akan ditetapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Menyiapkan silabus, rencana perbaikan pembelajaran dan bahan ajar.
b. Menyiapkan instrumen penelitian terdiri dari lembar observasi untuk
kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan alat evaluasi.
c. Menentukan materi.
2. Pelaksanaan
Materi pembelajaran pada siklus I dengan pokok bahasan “Pikiran Pokok”.
Adapun permainan bahasa (katarsis) yang dilakukan adalah “Kolom Kata Kalimat”.
Penyampaian materi pembelajaran dalam siklus I adalah sebagai berikut: a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang sesuatu yang berhubungan
dengan pikiran pokok sebagai apersepsi untuk menggiring pemikiran
dan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran tentang Pikiran
Pokok.
b. Guru mengajak siswa bernyanyi bersama-sama lagu yang berhubungan dengan Pikiran Pokok berjudul “Menanam Jagung” yang telah diganti
syairnya.
c. Guru menginformasikan materi pembelajaran yang akan dipelajari
bersama.
d. Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang pikiran pokok dengan menggunakan media (tulisan berupa paragraf yang dituliskan pada karton).
f. Guru membagikan alat-alat (teks bacaan dan karton) yang diperlukan dalam permainan kepada setiap kelompok.
g. Dengan permainan “Kolom Kata Kalimat” siswa menuliskan kolom kata dan kalimat dari teks bacaan yang telah dibaca oleh siswa sebelumnya, kemudian menuliskan sebanyak-banyaknya pada masing-masing kolom yang telah disediakan. Sebelumnya guru memberitahukan aturan mainnya.
h. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan tugas kelompoknya. i. Perwakilan dari masing-masing kelompok maju membacakan hasil
kerja kelompok yaitu menentukan kata dan kalimat dalam setiap paragraf bacaan.
j. Guru memberikan umpan balik dengan memuji pada aspek-aspek yang sudah benar dilakukan siswa.
k. Siswa mengumpulkan hasil kerja kelompok untuk dinilai.
l. Guru memberikan evaluasi kepada siswa berupa soal yang harus dikerjakan di sekolah.
m. Guru dan siswa bersama-sama membahas soal evaluasi yang telah dikerjakan oleh siswa sebelumnya.
n. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan tadi.
Berdasarkan kajian hasil tes tersebut guru bersama observer merumuskan kelebihan dan kekurangan yang ada pada siklus I sebagai koreksi yang dijadikan bahan pertimbangan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II.
3. Pengamatan/Observasi
4. Refleksi
Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah membahas sesuatu
yang terjadi dalam siklus pertama yang dilakukan oleh peneliti baik itu
kelebihan maupun kelemahan atau kekurangan. Bila itu adalah kelemahan
atau kekurangan yang dilakukan oleh peneliti dalam siklus pertama, maka
dilakukan perbaikan pada perencanaan tindakan untuk siklus ke dua.
Sedangkan kebaikan yang sudah dilakukan pada siklus pertama perlu
dipertahankan untuk siklus ke dua dan untuk seterusnya dijadikan contoh
atau acuan dalam melaksanakan pembelajaran di masa yang akan datang.
Siklus II
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan akan ditetapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Menyiapkan silabus, rencana perbaikan pembelajaran dan bahan ajar.
b. Menyiapkan instrumen penelitian terdiri dari lembar observasi untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan alat evaluasi. c. Menentukan materi.
2. Pelaksanaan
Materi pembelajaran pada siklus II “Membuat Ringkasan”. Adapun
permainan bahasa (katarsis) yang dilakukan adalah “Cup Asyik”. Penyampaian materi pembelajaran dalam siklus II adalah sebagai berikut:
a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang sesuatu yang
berhubungan dengan memahami teks untuk membuat ringkasan
sebagai apersepsi untuk menggiring pemikiran dan kesiapan siswa
b. Guru mengajak siswa bernyanyi bersama-sama lagu yang
berhubungan dengan memahami teks berjudul “Bermain
Layang-layang” yang telah diganti syairnya.
c. Guru menginformasikan materi pembelajaran yang akan dipelajari
bersama.
d. Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang memahami teks
dengan menggunakan media (teks bacaan) serta bagaimana membuat
sebuah ringkasan pada sebuah bacaan.
e. Siswa membentuk kelompok kerja siswa yang setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 orang.
f. Guru membagikan teks bacaan pada masing-masing kelompok.
g. Masing-masing kelompok membaca teks bacaan tersebut.
h. Setelah selesai dibaca, teks bacaan dikumpulkan kembali di atas
meja guru.
i. Guru membagikan kepada masing-masing kelompok setumpuk kartu
yang telah dituliskan jawabannya pada kartu tersebut.
j. Guru memberikan sebuah pertanyaan. Kemudian siswa membuka
kartu. Jika jawaban dalam kartu sesuai dengan pertanyaan yang
diberikan oleh guru, siswa langsung berteriak “cup asyik”.
Permainan dilakukan sampai pertanyaan habis terjawab.
k. Guru memberikan umpan balik dengan memuji pada aspek-aspek
yang sudah benar dilakukan siswa.
l. Guru memberikan evaluasi kepada siswa berupa soal yang harus
dikerjakan di sekolah.
m. Guru dan siswa bersama-sama membahas soal evaluasi yang telah
dikerjakan oleh siswa sebelumnya.
n. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan kegiatan yang telah
3. Pengamatan/Observasi
Pada tahap ini guru meminta bantuan kepada observer untuk
mengadakan observasi pada saat pelaksanaan pembelajaran.
4. Refleksi
Dalam tahap refleksi ini juga masih sama seperti dalam teknis
pelaksanaan pada siklus yang pertama. Hasil dari siklus ini akan
dijadikan acuan dalam melaksanakan kegiatan siklus berikutnya yaitu
siklus yang ketiga.
Siklus III
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan akan ditetapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Menyiapkan silabus, rencana perbaikan pembelajaran dan bahan ajar.
b. Menyiapkan instrumen penelitian terdiri dari lembar observasi untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan alat evaluasi. c. Menentukan materi.
2. Pelaksanaan
Materi pembelajaran pada siklus III “Melengkapi Kalimat”. Adapun
permainan bahasa (katarsis) yang dilakukan adalah “Botol Jawaban”. Penyampaian materi pembelajaran dalam siklus III adalah sebagai berikut:
a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang sesuatu yang
b. Guru mengajak siswa bernyanyi bersama-sama lagu yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan, berjudul “Lihat
Kebunku” yang telah diganti syairnya.
c. Guru menginformasikan materi pembelajaran yang akan dipelajari bersama.
d. Guru menjelaskan materi pembelajaran. tentang bagaimana membuat
kalimat yang baik dan benar.
e. Guru memberikan teks bacaan pada masing-masing siswa, kemudian meminta siswa untuk menuliskan paragraf yang telah dirumpangkan. f. Siswa membacakan hasilnya di depan kelas. Kegiatan ini dilakukan
secara bergantian.
g. Guru memberikan umpan balik dengan memuji pada aspek-aspek yang sudah benar dilakukan siswa.
h. Siswa membentuk kelompok kerja siswa yang setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 orang.
i. Guru membagikan teks bacaan kepada masing-masing kelompok. j. Masing-masing kelompok membaca teks bacaan tersebut dan
diminta untuk memahami isi dari teks bacaan tersebut.
k. Melalui permainan siswa bersama-sama bernyanyi dengan
memegang botol yang berisi jawaban yang di oper dari satu siswa ke
siswa yang lainnya, setelah nyanyian berhenti kelompok yang
memegang botol tersebut dituntut untuk meletakkan jawaban yang
sesuai pada paragraf yang telah dirumpangkan. Namun sebelumnya
guru memberitahukan aturan mainnya.
l. Masing-masing kelompok diberikan waktu untuk mendiskusikan
jawaban dari jawaban yang telah siswa ambil.
n. Fasilitator dan siswa yang lain dapat mengomentari jawaban bila perlu. Permainan diteruskan sampai ada kelompok yang dapat menjawab benar.
o. Guru memberikan umpan balik dengan memuji pada aspek-aspek yang sudah benar dilakukan siswa.
p. Kelompok yang paling banyak menjawab benar maka kelompok
tersebutlah pemenangnya.
q. Guru memberikan evaluasi kepada siswa berupa soal yang harus dikerjakan di sekolah.
r. Guru dan siswa bersama-sama membahas soal evaluasi yang telah
dikerjakan oleh siswa sebelumnya.
s. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan tadi.
3. Pengamatan/Observasi
Pada tahap ini guru meminta bantuan kepada observer untuk mengadakan observasi pada saat pelaksanaan pembelajaran.
4. Refleksi
Dalam tahap refleksi ini juga masih sama seperti dalam teknis
pelaksanaan pada siklus yang kedua, namun bila hasil dari siklus ini
diharapkan sudah tercapai maka tindakan dalam siklus III dihentikan.
Namun meskipun siklus III telah selesai dan semua aspek yang diamati
sudah meningkat, tetapi bukan berarti proses pembelajaran sudah
sempurna. Guru harus tetap mempertahankan kondisi kelas seperti
waktu penelitian, sehingga tetap dilaksanakan untuk waktu yang akan
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan paparan data dan pembahasan yang telah diuraikan,
dapat disimpulkan bahwa:
5.1.1 Pembelajaran menggunakan permainan bahasa (katarsis) dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV A SD Negeri 4 Metro
Pusat dalam membaca pemahaman. Hal ini sesuai dengan hasil
rekapitulasi atau pembahasan dari siklus I sampai dengan siklus III.
Pada siklus I, diperoleh nilai rata-rata sebesar (65,36%), siklus II
sebesar (74,22%), dan siklus III sebesar (83,45%). Dengan demikian,
peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar (8,86%), dan
peningkatan dari siklus II ke siklus III sebesar (9,23%).
5.1.2 Pembelajaran menggunakan permainan bahasa (katarsis) dapat
meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV A
SD Negeri 4 Metro Pusat. Pada siklus I persentase ketuntasan sebesar
(61,54%), siklus II sebesar (73,08%), dan pada siklus III sebesar
(88,46%). Dengan demikian, peningkatan dari siklus I ke siklus II
sebesar (11,54%), dan peningkatan dari siklus II ke siklus III sebesar
5.1.3 Setelah dilakukannya penelitian tindakan kelas pada siswa kelas IV A
SD Negeri 4 Metro Pusat dalam keterampilan membaca pemahaman
dengan menggunakan permainan bahasa (katarsis) dapat
meningkatkan kinerja guru. Pada siklus I, diperoleh nilai rata-rata
sebesar (59,68%), siklus II sebesar (75,61%), dan siklus III sebesar
(86,24%). Dengan demikian, peningkatan dari siklus I ke siklus II
sebesar (15,93%), dan peningkatan dari siklus II ke siklus III sebesar
(10,63%).
5.2 Saran
Berdasarkan hasil simpulan penelitian di atas, berikut ini
disampaikan beberapa saran yaitu:
5.2.1 Kepada Siswa, hendaknya senantiasa memperkaya ilmu pengetahuan
dengan membudayakan kegiatan membaca agar memperoleh hasil
belajar yang lebih baik.
5.2.2 Kepada Guru, hendaknya dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru
dapat menggunakan model permainan bahasa (katarsis) sebagai
alternatif dalam pembelajaran, sehingga dapat membangkitkan
motivasi, minat siswa, serta pembelajaran yang menyenangkan untuk
memperoleh hasil yang baik dalam pembelajaran.
5.2.3 Kepada Sekolah, diimbau dapat memfasilitasi guru dalam
pengembangan model pembelajaran di kelas agar tercipta
BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV A SD NEGERI 4 METRO PUSAT
(Skripsi)
Oleh:
LIA DEVIANA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MEMBACAPEMAHAMAN DALAMPEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV A SD NEGERI 4 METRO PUSAT
Oleh
LIA DEVIANA
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat. Salah satu alternatif pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangan adalah dengan permainan. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui model pembelajaran Permainan Bahasa (Katarsis).
Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang difokuskan pada situasi kelas. Kegiatan ini dilaksanakan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Alat pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan tes hasil belajar. Analisis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa melalui model pembelajaran Permainan Bahasa (Katarsis) dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran terlihat semakin meningkat, pada siklus I sebesar 65,36%, siklus II sebesar 74,22%, dan pada siklus III sebesar 83,45%. Terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 8,86%, sedangkan pada siklus II ke siklus III terjadi peningkatan sebesar 9,23%. Begitu pula dengan keterampilan membaca pemahaman siswa meningkat pada setiap siklusnya. Pada siklus I sebesar 61,54%, siklus II sebesar 73,08%, dan pada siklus III sebesar 88,46%. Terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 11,54%, sedangkan pada siklus II ke siklus III terjadi peningkatan sebesar 15,38%.
Berdasarkan hasil temuan pengembangan proses pembelajaran, peneliti merekomendasikan agar guru kelas IV Sekolah Dasar dapat menggunakan model pembelajaran Permainan Bahasa (Katarsis) dalam pembelajaran bahasa Indonesia agar aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa dapat meningkat.
BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV A SD NEGERI 4 METRO PUSAT
Oleh
LIA DEVIANA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
MEMBACA PEMAHAMAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV A SD NEGERI 4 METRO PUSAT
Nama Mahasiswa : LIA DEVIANA
Nomor Pokok Mahasiswa : 0713053035
Program Studi : S1 PGSD
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dr. Hi. Suwarjo, M.Pd. NIP 19551222 197903 1 003
Dra. Sulistiasih, M.Pd. NIP 19550508 198103 2 001
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Hi. Suwarjo, M.Pd. ...
Sekretaris : Dra. Sulistiasih, M.Pd. ...
Penguji Utama : Dr. Hj. Sowiyah, M.Pd. ...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Lia Deviana
NPM : 0713053035
Program Studi : S1 PGSD
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan penelitian yang berjudul
“Penggunaan Permainan Bahasa (Katarsis) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Keterampilan Membaca Pemahaman dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa
Kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat” adalah benar-benar hasil karya sendiri.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya, dan apabila di kemudian hari ternyata tidak benar, saya bersedia dituntut berdasarkan Undang-undang dan peraturan yang berlaku.
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Kota Gajah pada tanggal 19 September 1989, sebagai
anak pertama dari empat bersaudara, pasangan Bapak Zulkifli, S.Sos (Alm.) dan Ibu
Nuriah.
Pendidikan peneliti dimulai dari Taman Kanak-kanak PGRI Metro
diselesaikan tahun 1995. Peneliti melanjutkan pendidikan di SD Negeri 2 Metro
Timur diselesaikan tahun 2001. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 7
Metro diselesaikan tahun 2004. Pada tahun 2004/2005 peneliti melanjutkan
Pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Metro dan lulus tahun 2007. Pada
tahun 2007/2008 peneliti diterima sebagai mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Dan Bahwasannya Seseorang Manusia Tidak
Memperoleh Selain Apa yang Telah
Diusahakannya
(QS. An-Najm (53): 39).
Sesungguhnya sesudah kesulitan
itu ada kemudahan
(Q.S Alam Nasyrah: 6).
Disiplin dalam bertugas, dewasa dalam
bertindak, dan dinamis
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Alwi, Hasasan, dkk. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Balai Pustaka. Jakarta.
Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK. Yrama Widya. Bandung.
Arsyad, Ashar. 2002. Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada Karya Aksara. Jakarta.
Aunurrahman, dkk. 2009. Penelitian Pendidikan SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Darisman. 2006.Mari Belajar Bahasa Indonesia.Yudhistira. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kriteria dan Indikator Keberhasilan Pembelajaran.Dikti. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Balai Pustaka. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. www.sdn-cisarua. sch.id/....guru.... guru ..../265-penilaian-kinerja-guru.html, (tanggal akses 01 Februari 2011. @ 11.15).
Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru.PT Rajawali Pers. Jakarta.
Meyer, Dave. 2002.The Achelerated Learning Handbook. Kaifa. Bandung. Mulyasa. 2006.Kurikulum yang Disempurnakan.Rosda. Bandung.
Nur’aini, Umri. 2008. Bahasa Indonesia untuk SD Kelas V. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Nurcholis, Hanif. 2007. Sasebi Saya Senang Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Purwanto, Ngalim. 2002. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda. Bandung.
Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Standar Kompetensi Lulusan dan Spesifikasi Ujian Akhir SMP/MTS. http://smpn12magelang.site90.net/webayangan/ soalweb/BIN-smp-04.pdf. (Tanggal akses 29 Maret 2011. @ 13.20).
Rofi’uddin, Ahmad. & Darmiyati, Zuchdi. 1998/1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Ditjen Dikti Proyek PGSD IBRD: LOAN 3496-IND. Jakarta.
Sunyono. 2005. Perancangan PTK dan Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Susanti, Yeni. 2009. Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 1 Rama Nirwana. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Sutarjo. 2009.Membaca dan Berbagai Aspeknya.http: //tarjo 2009. blogspot.com /2009/03/hakekat-membaca-proses-membaca-jenis_8558.html, (Tanggal akses, Sabtu 19 Februari 2011. @ 15.30).
Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi. Surya Pena Gemilang. Malang.
Suyatna, Agus. 2008. Model Pembelajaran PAIKEM. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Suyatno. 2005. Permainan Pendukung Pembelajaran Bahasa dan Sastra. PT Grasindo. Jakarta.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa. Bandung.
Warsidi, Edi & Farika. 2008. Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Widiyanti, Indriani. 2005. Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Dengan Teknik Skrambel Pada Siswa Kelas IVd SD PL Bernardus Semara ng Tahun Pelajaran 2004/2005. Skripsi.Unes.http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/ collect/skripsi/archives/HASH9845/94d73d6e.dir/doc.pdf, (Tanggal akses 19 Februari 2011. @ 16.16).
i
Alhamdulillah segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah
SWT penguasa alam semesta, yang telah memberikan kesehatan jasmani dan
rohani, memberikan akal dan semangat untuk senantiasa bertawakal. Sholawat
teriring salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
SAW. Dengan rasa syukur dan kerendahan hati kupersembahkan karya sederhana
ini untuk:
1. Papaku tercinta Zulkifli, S.Sos (Alm.) dan Mamaku tersayang Nuriah yang
selalu menuntunku dalam akhlak Islam, yang selalu mendoakan setulus hati
pada setiap langkah dan tujuanku, selalu memberi semangat dan selalu
menanti kesuksesanku.
2. Kakak sepupuku Haidir Ali dan ketiga adikku tersayang Eva Restiana,
Anggun Selvyana, dan Syntia Fitriana, yang selalu mendoakan dan memberi
dukungan kepadaku.
3. Bapak dan Ibu dosenku tercinta yang selalu memberikan ilmu yang
bermanfaat dan dosen pembimbing yang selalu memberikan arahan dan
motivasi.
4. Zahrial Yudha Prawira, yang selalu memberikan motivasi dan semangat.
Jadilah yang terbaik bagi keluarga dan masa depan.
ii Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillah segala puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Sholawat teriring salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan
Nabi Besar Muhammad SAW.
Skripsi dengan judul “Penggunaan Permainan Bahasa (Katarsis) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Keterampilan Membaca Pemahaman dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat”
adalah salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Pada kesempatan ini
peneliti ucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Haryanto, M.Sc., selaku Rektor Universitas
Lampung yang telah memberikan kemudahan kepada peneliti dalam
mengikuti pendidikan hingga terselesaikannya skripsi ini.
2. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan beserta stafnya yang telah memberikan kesempatan dan