• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN PERMAINAN BAHASA (KATARSIS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV A SD NEGERI 4 METRO PUSAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN PERMAINAN BAHASA (KATARSIS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV A SD NEGERI 4 METRO PUSAT"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGGUNAAN PERMAINAN BAHASA (KATARSIS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN

MEMBACA PEMAHAMAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV A

SD NEGERI 4 METRO PUSAT

Oleh

LIA DEVIANA

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat. Salah satu alternatif pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangan adalah dengan permainan. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui model pembelajaran Permainan Bahasa (Katarsis).

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang difokuskan pada situasi kelas. Kegiatan ini dilaksanakan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Alat pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan tes hasil belajar. Analisis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa melalui model pembelajaran Permainan Bahasa (Katarsis) dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran terlihat semakin meningkat, pada siklus I sebesar 65,36%, siklus II sebesar 74,22%, dan pada siklus III sebesar 83,45%. Terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 8,86%, sedangkan pada siklus II ke siklus III terjadi peningkatan sebesar 9,23%. Begitu pula dengan keterampilan membaca pemahaman siswa meningkat pada setiap siklusnya. Pada siklus I sebesar 61,54%, siklus II sebesar 73,08%, dan pada siklus III sebesar 88,46%. Terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 11,54%, sedangkan pada siklus II ke siklus III terjadi peningkatan sebesar 15,38%.

Berdasarkan hasil temuan pengembangan proses pembelajaran, peneliti merekomendasikan agar guru kelas IV Sekolah Dasar dapat menggunakan model pembelajaran Permainan Bahasa (Katarsis) dalam pembelajaran bahasa Indonesia agar aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa dapat meningkat.

(2)

1.1 Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan di

sekolah. Tugas guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai model,

motivator, fasilitator, inovator dan manajer. Dalam pembelajaran, gurulah

yang memimpin dan bertanggung jawab penuh atas kepemimpinan yang

dilakukan. Selain itu, guru hendaknya mampu membangkitkan semangat

belajar siswa dalam memilih strategi yang tepat dalam proses pembelajaran

sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai. Melalui proses pembelajaran

yang bermutu, siswa akan memperoleh kematangan pribadi yang handal.

Untuk mencapai pribadi yang matang, setiap individu manusia memerlukan

sejumlah kecakapan dan keterampilan tertentu yang harus dikembangkan

melalui proses pembelajaran, terutama keterampilan kebahasaan yang

dimiliki.

Bahasa merupakan salah satu keterampilan terpenting manusia untuk

memungkinkan unggul atas makhluk-makhluk lain di muka bumi ini. Bahasa

merupakan suatu sistem komunikasi yang terintegrasi, mencakup bahasa

ujaran, membaca, dan menulis (Lerner dalam Abdurrahman, 2003: 183).

(3)

atau sistem konvensional yang disepakati secara sosial untuk menyajikan

berbagai pengertian melalui penggunaan simbol-simbol sembarang(arbitrary symbols) dan tersusun berdasarkan aturan yang telah ditentukan. Melalui bahasa, manusia diharapkan dapat saling mengenal dan berhubungan satu

sama lain, saling berbagi pengalaman dalam rangka meningkatkan

kemampuan berkomunikasi dalam lingkungan yang lebih luas. Oleh karena

itu, pembelajaran bahasa Indonesia di semua tingkat pendidikan sangat

penting.

Pembelajaran bahasa Indonesia mempunyai ruang lingkup dan tujuan

yang menumbuhkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan

dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Pada hakikatnya

pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk mempertajam kepekaan

perasaan siswa. Melalui pembelajaran bahasa Indonesia, para siswa diajak

untuk berlatih dan belajar berbahasa melalui aspek keterampilan

mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dengan memiliki

keterampilan berbahasa Indonesia secara baik dan benar, kelak anak

diharapkan menjadi generasi yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya.

Depdiknas (2006: 4) mengemukakan pembelajaran keterampilan

berbahasa bukan semata-mata menambah keterampilan siswa menggunakan

bahasa Indonesia, melainkan juga meningkatkan kemampuan intelektual,

kematangan emosional, dan kematangan sosial sebagai penunjang dalam

mempelajari semua bidang studi. Pada salah satu keterampilan berbahasa

yang tidak kalah penting dalam kehidupan pelajar dan mahasiswa adalah

(4)

Bond (dalam Abdurrahman, 2003: 200) mengemukakan bahwa

membaca merupakan pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan

stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, untuk

membangun sejumlah pengetahuan. Manusia tidak mungkin membaca tanpa

menggerakkan mata dan menggunakan pikiran. Orang dapat membaca

dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu

menggerakkan mata secara lincah, mengingat simbol-simbol bahasa dengan

tepat, dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan pada

seluruh proses belajar.

Keterampilan membaca berkaitan secara langsung dengan seluruh

proses belajar siswa di SD. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti

proses kegiatan pembelajaran di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan

kemampuan membaca siswa salah satunya adalah keterampilan membaca

pemahaman.

Membaca pemahaman merupakan membaca yang tujuan utamanya

untuk memahami bacaan secara tepat dan cepat. Siswa yang tidak mampu

membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran. Siswa akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan

memahami isi informasi yang disajikan dalam berbagai teks bacaan. Dengan

demikian guru dituntut untuk menyiapkan bacaan yang memuat informasi

yang relevan untuk siswa-siswanya. Untuk dapat melaksanakan semua itu

guru harus kreatif dan inovatif.

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru kelas IV A SD

(5)

pelajaran bahasa Indonesia masih rendah. Hasil ini terlihat pada hasil ulangan

harian bahasa Indonesia di semester genap TP 2011/2012 dengan jumlah 26

siswa, sebanyak 11 siswa telah tuntas belajar dengan persentase 42,31%

sedangkan 15 siswa belum tuntas belajar dengan persentase 57,70%.

Berdasarkan data tersebut masih ada nilai siswa yang belum memenuhi

standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan oleh

sekolah yaitu 65. Hal itu diduga kuat akibat guru bahasa Indonesia belum

menerapkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan

menyenangkan salah satunya yaitu penggunaan permainan bahasa (katarsis).

Kebanyakan guru belum melibatkan siswa secara aktif dan kreatif sehingga

kegiatan pembelajaran keterampilan membaca berlangsung monoton dan

membosankan. Guru mengungkapkan bahwa bila siswa diberikan pertanyaan

dari isi teks bacaan yang telah dibaca, jawaban tersebut sering menyimpang,

sebagian besar jawaban siswa tidak benar dan siswa merasa kurang percaya

diri untuk menjawab serta mengajukan pendapatnya ketika siswa diberikan

pertanyaan dan kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum

dikuasai. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terlihat kekurangmampuan

siswa dalam keterampilan membaca untuk memahami isi suatu teks bacaan.

Berdasarkan data yang telah peneliti uraikan, diperlukan suatu

pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman

bagi siswa kelas IV A SDN 4 Metro Pusat. Salah satu pembelajaran yang

dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa adalah dengan

menggunakan permainan bahasa (katarsis) sehingga dapat mempermudah

pemahaman siswa dalam keterampilan membaca suatu teks bacaan.

(6)

kegembiraan sebagai fungsi bermain, dan untuk melatih keterampilan

berbahasa tertentu sebagai materi pelajaran. Setiap permainan terdapat unsur

rintangan yang harus dihadapi. Tantangan tersebut berupa masalah yang

harus diselesaikan. Bahkan dapat berupa kompetisi yang memunculkan

potensi baru. Tantangan tersebut dapat melatih keterampilan berbahasa siswa.

Penggunaan bentuk-bentuk permainan dalam pembelajaran akan

memberi suasana yang menyenangkan dalam proses belajar, sehingga proses belajar siswa dilakukan tanpa adanya keterpaksaan, tetapi justru belajar

dengan rasa senang hati. Selain itu, dengan bermain siswa dapat berbuat lebih

santai. Dengan cara santai tersebut, sel-sel otak siswa dapat berkembang akhirnya siswa dapat menyerap informasi dari teks bacaan yang telah dibaca

oleh siswa dan siswa juga dapat memperoleh kesan yang mendalam terhadap materi pelajaran. Materi pelajaran dapat disimpan terus dalam ingatan jangka

panjang. Dengan cara demikian, pembelajaran keterampilan membaca pun

menjadi sajian materi yang selalu dirindukan dan dinantikan oleh siswa.

Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini peneliti mengangkat

judul “Penggunaan Permainan Bahasa (katarsis) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Keterampilan Membaca Pemahaman Dalam Pembelajaran

Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut:

(7)

tuntas belajar dengan persentase 57,70%. Berdasarkan data tersebut masih ada nilai siswa yang belum memenuhi standar KKM yang ditetapkan yaitu 65.

1.2.2 Guru belum menggunakan permainan bahasa (katarsis) untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa.

1.2.3 Sebagian siswa bila menjawab pertanyaan guru, jawabannya sering

menyimpang.

1.2.4 Guru belum melibatkan siswa secara aktif dan kreatif sehingga kegiatan pembelajaran keterampilan membaca berlangsung monoton dan membosankan berakibat pada aktivitas siswa menjadi rendah.

1.3 Batasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini perlu dibatasi agar penelitian dapat terarah dan terfokus secara cermat. Masalah tersebut difokuskan sebagai berikut.

“Penggunaan permainan bahasa (katarsis) sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat dalam pembelajaran bahasa Indonesia”.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1.4.1 Bagaimanakah penggunaan permainan bahasa (katarsis) secara tepat untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam membaca pemahaman pada proses pembelajaran bahasa Indonesia kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat?

(8)

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1.5.1 Peningkatan aktivitas belajar siswa dalam membaca pemahaman siswa kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui permainan bahasa(katarsis).

1.5.2 Peningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui permainan bahasa(katarsis).

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:

1.6.1 Bagi siswa

Dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui penggunaan permainan bahasa (katarsis)pada siswa SD Negeri 4 Metro Pusat.

1.6.2 Bagi guru

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya, serta menambah dan mengembangkan kemampuan guru dalam menggunakan permainan bahasa(katarsis)secara tepat.

1.6.3 Bagi sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui penggunaan permainan bahasa (katarsis) sebagai inovasi pembelajaran yang dapat berlangsung aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan khususnya dalam pembelajaran keterampilan membaca pemahaman.

1.6.4 Bagi peneliti

(9)

2.1 Pengertian Permainan Bahasa

Pada hakikatnya, permainan adalah aktivitas yang memiliki

keterampilan dan memiliki peranan penting dalam pemerolehan bahasa dan

wahana bagi anak untuk belajar mengatasi kesulitan-kesulitan yang

ditemuinya dengan cara yang menggembirakan. Apabila keterampilan yang

diperoleh dalam permainan itu berupa keterampilan bahasa tertentu,

permainan tersebut dinamakan permainan bahasa (Soepamo dalam Suyatna,

2008: 122). Permainan bahasa mempunyai tujuan ganda, yaitu untuk

memperoleh kegembiraan sebagai fungsi bermain, dan untuk melatih

keterampilan berbahasa tertentu sebagai materi pelajaran. Bila ada permainan

menggembirakan tetapi tidak melatih keterampilan berbahasa, tidak dapat

disebut permainan bahasa. Permainan bahasa harus memenuhi kedua syarat,

yaitu menggembirakan dan melatih keterampilan berbahasa.

Permainan bahasa tidak dimaksudkan untuk mengukur atau

mengevaluasi hasil belajar siswa. Kalaupun dipaksakan, bukan alat evaluasi

yang baik, sebab permainan bahasa tersebut mengandung unsur spekulasi

yang cukup besar (Soepamo, dalam Suyatna, 2008: 122). Hal tersebut dapat

(10)

permainan belum tentu secara utuh mencerminkan siswa yang pandai.

Demikian juga, siswa yang kalah dalam permainan, belum tentu

mencerminkan siswa yang kurang pandai. Banyak faktor yang mempengaruhi

keberhasilan suatu permainan. Ada beberapa faktor penentu keberhasilan

permainan bahasa. Menurut Soepamo (dalam Suyatna, 2008: 122) ada empat

faktor yang menentukan keberhasilan permainan bahasa di kelas, yaitu: (1)

faktor situasi dan kondisi, (2) faktor peraturan permainan, (3) faktor pemain,

dan (4) faktor pemimpin permainan.

Situasi dan kondisi apa pun sebenarnya permainan bahasa dapat

dilakukan. Namun, agar efektif, tetap saja harus memperhatikan situasi dan

kondisi. Permainan bahasa yang menimbulkan suara gaduh kepada kelas

yang lain, tentu tidak menguntungkan. Demikian juga, permainan bahasa

yang terlalu sering atau permainan yang terlalu memakan waktu lama akan

membosankan siswa.

(11)

2.1.1 Jenis-jenis Permainan dalam Pembelajaran

Menurut Suyatno (2005: 13) ada dua jenis permainan dalam

pembelajaran. Permainan yang pertama mengarah pada permainan yang digunakan untuk pendidikan. Permainan tersebut digunakan dengan tujuan

tertentu. Kedua jenis permainan dalam proses belajar yang memang digunakan semata-mata sebagai ”permainan murni”, yakni apa yang disebut ”pemecah kebekuan” (ice breaker) atau ”pembangkit semangat” (energizer). Permainan tersebut bukan untuk membahas suatu topik tertentu, tetapi hanya untuk menghidupkan suasana, misalnya, ketika para

peserta didik mulai lelah, mengantuk, atau bosan.

Dua jenis permainan dalam pembelajaran di atas, yang akan

digunakan/dipilih oleh peneliti dalam PTK ini adalah permainan yang

sesuai dengan tingkat perkembangan siswa kelas IV SD yaitu permainan

yang digunakan untuk pendidikan.

2.1.2 Manfaat Permainan Bahasa dalam Pembelajaran

Permainan yang tepat dapat membuat pembelajaran menyenangkan

dan menarik, dapat menguatkan pembelajaran, dan bahkan menjadi

semacam ujian. Kesenangan bermain yang tidak terhalang melepaskan

segala macam endorfin positif dalam tubuh seseorang, melatih kesehatan,

dan membuat seseorang merasa hidup sepenuhnya. Bagi banyak orang,

ungkapan kehidupan dan kecerdasan kreatif yang paling tinggi di dalam

diri seseorang tercapai dalam sebuah permainan. Permainan belajar

(12)

membebaskan kecerdasan penuh dan tak terhalang dapat memberi banyak

sumbangan.

Menurut Suyatno (2005: 14) permainan belajar, jika dimanfaatkan secara bijaksana, dapat:

1. Menyingkirkan “keseriusan” yang menghambat. 2. Menghilangkan stres dalam lingkungan belajar. 3. Mengajak orang terlibat penuh.

4. Meningkatkan proses belajar. 5. Membangun kreativitas diri.

6. Mencapai tujuan dengan ketidaksabaran. 7. Meraih makna belajar melalui pengalaman. 8. Memfokuskan siswa sebagai subjek belajar.

Suyatno (2005: 15) mengemukakan pembelajaran tidak selalu

membutuhkan permainan, dan permainan sendiri tidak selalu mempercepat

pembelajaran. Akan tetapi, permainan yang dimanfaatkan dengan

bijaksana dapat menambah variasi, semangat, dan minat pada sebagian

program belajar. Seperti semua teknik belajar, permainan bukanlah tujuan

itu sendiri, melainkan sarana untuk mencapai tujuan, yaitu meningkatkan

pembelajaran. Terkadang permainan bisa menarik, cerdik, menyenangkan,

dan sangat memikat, namun tidak memberi hasil penting pada

pembelajaran. Jika demikian, permainan tersebut hanya membuang-buang

waktu dan harus ditinggalkan. Jika sebuah permainan menghasilkan

peningkatan dalam pembelajaran dan prestasi belajar, digunakan. Jika

tidak, tinggalkan permainan tersebut.

2.1.3 Permainan Dapat Menambah Nilai

Kemaslah permainan dengan baik. Kemasan tersebut harus

(13)

rambu-rambu agar permainan belajar dapat menjadi efektif dan bernilai

tambah bagi belajar peserta didik (Suyatno, 2005: 15).

a. Permainan harus terkait langsung dengan tempat belajar. Kaitkan permainan belajar dengan tempat belajar, baik itu bentuk, fungsi, situasi, maupun iklim yang akan digunakan. Permainan terbaik adalah yang terkait dengan tempat belajar sehingga dapat memberi nilai bagi perolehan pengetahuan, menguatkan sikap, dan mendorong tindakan yang penting bagi keberhasilan belajar.

b. Permainan harus dikemas agar dapat mengajari pembelajar cara berpikir, mengakses informasi, bereaksi, memahami, berkembang, dan menciptakan nilai dunia nyata bagi siswa. c. Permainan harus memberikan kebebasan kepada peserta didik

untuk bekerjasama dan berkreasi (setiap persaingan dalam permainan haruslah antar-tim, bukan antar-individu).

d. Permainan harus menarik dan menantang, namun tidak sampai membuat orang kecewa dan kehilangan akal.

e. Permainan harus dapat menyediakan cukup waktu untuk merenung, memberikan umpan balik, berdialog, dan berintegrasi bagi peserta didik.

f. Permainan hendaklah sangat menyenangkan dan mengasyikkan, namun tidak sampai membuat pembelajar tampak bodoh atau dangkal. (permainan yang dangkal dapat merugikan pembelajar).

Beberapa rambu-rambu permainan belajar di atas maka peneliti

menyimpulkan bahwa permainan terbaik adalah yang terkait dengan

tempat belajar sehingga dapat memberi nilai bagi perolehan pengetahuan

bagi keberhasilan belajar.

2.1.4 Macam-macam Permainan Bahasa (Katarsis)

Permainan sebagai media pendidikan memerlukan keterampilan

sendiri yang harus dimiliki guru. Keterampilan tersebut memerlukan

semacam “kajian” terlebih dahulu; seperti membaca bahan-bahan teoretis

yang ada, kasus-kasus nyata, mencari contoh-contoh yang relevan,

(14)

Dengan demikian permainan akan menjadi efektif asalkan kemampuan dan

keterampilan teknis metodologis dimiliki oleh guru. Caranya, guru

menggunakan rancangan permainan yang sudah pernah ada dan sudah

terbukti efektif digunakan. Untuk itu guru dapat mengubah dan

menyesuaikan secara kreatif disesuaikan dengan aspek keterampilan

membaca yang akan ditekankan dan dievaluasi.

Jenis permainan bahasa yang akan digunakan guru dalam pembelajaran disesuaikan dengan kegiatan membaca yang diharapkan

(memahami isi teks bacaan melalui membaca pemahaman). Agar

permainan dapat terarah dalam pelaksanaan pembelajaran dan tercapai

tujuan sesuai dengan harapan, guru harus memiliki permainan bahasa yang

relevan.

Permainan bahasa memiliki berbagai macam dan model. Macam dan

model permainan bahasa yang berkaitan dengan keterampilan membaca

pemahaman menurut Suyatno (2005: 44) antara lain:

1. Kolom Kata Kalimat. Alat-alat yang digunakan dalam permainan ini

berupa teks bacaan/wacana, karton, dan alat tulis. Kegiatan berikut

dapat membantu siswa mengenal apa yang dimaksud kata dan kalimat.

Guru membagikan teks bacaan kepada setiap kelompok. Siswa

membaca teks bacaan “Tanaman Cabai”. Guru membuat dua kolom

yang akan diisi kata dan kalimat dalam selembar karton. Tiap siswa

menerima lembar tersebut. Pada kolom kata siswa menuliskan

kata-kata yang sulit kemudian siswa memaknai kata-kata tersebut dalam

kamus/ensiklopedi. Pada kolom kalimat siswa menuliskan kalimat yang

ditentukan dari pikiran pokok pada setiap paragraf teks bacaan. Setelah

(15)

melaporkan hasilnya. Kelompok yang paling banyak menuliskan kata

dan kalimat secara cepat karena dibatasi waktu, kelompok tersebutlah

pemenangnya.

2. Cup Asyik. Alat yang digunakan dalam permainan ini berupa teks

bacaan/wacana dan kartu berbentuk persegi. Dengan menggunakan

permainan ini dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap teks

bacaan yang telah dibacanya, melalui pertanyaan-pertanyaan yang

berkaitan dengan teks bacaan tersebut. Siswa membagi kelompok. Guru

membagikan teks bacaan pada masing kelompok dan

masing-masing kelompok diminta untuk membacakan teks bacaan“Kegemaran

yang Dapat Merusak”. Guru memberikan masing-masing kelompok

setumpuk kartu yang dibentuk persegi yang telah dituliskan berbagai

jawaban pada kartu. Guru memberikan sebuah pertanyaan. Kemudian

siswa membuka kartu. Apabila kelompok menjumpai adanya pasangan

jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh guru, kelompok yang

cepat menemukan jawaban pada kartu yang sesuai dengan pertanyaan

tersebut hendaknya kelompok berteriak“cup asyik”.

3. Botol Jawaban (melengkapi bacaan). Alat yang digunakan dalam

permainan ini berupa teks bacaan/wacana, botol, dan karton. Permainan

ini dilakukan secara berkelompok. Setiap kelompok dibagikan suatu

teks bacaan “Mengenal Kopi” dan siswa diminta untuk membaca teks

bacaan tersebut. Setelah diberikan waktu untuk membaca, teks bacaan

tersebut dikumpulkan kembali. Dengan menggunakan media karton

guru menempelkan di papan tulis sebuah paragraf bacaan yang telah

(16)

dalamnya terdapat beberapa jawaban yang telah disediakan oleh guru.

Botol tersebut dioper dari satu siswa ke siswa yang lainnya dengan

menggunakan lagu yang telah diubah syairnya. Bila botol berhenti

bersamaan dengan lagu yang dinyanyikan, kelompok diminta untuk

mengeluarkan jawaban yang terdapat di dalam botol kemudian

meletakkan jawaban tersebut sesuai dengan paragraf atau bacaan

rumpang yang telah disediakan guru di papan tulis. Fasilitator dan siswa

yang lain dapat mengomentari jawaban bila perlu. Bila jawaban salah

atau tidak sesuai, permainan diteruskan sampai ada kelompok yang

dapat menjawab benar. Jika kelompok yang menjawab paling banyak

benar maka kelompok tersebutlah pemenangnya.

Permainan Kolom Kata Kalimat, Cup Asyik, dan Botol Jawaban,

merupakan jenis permainan yang akan digunakan/dipilih oleh peneliti

dalam PTK dari siklus I sampai siklus III.

2.2 Aktivitas Belajar

2.2.1 Pengertian Aktivitas Belajar

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 23) aktivitas adalah keaktifan, kegiatan. Kunandar (2010: 277), aktivitas adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perbuatan, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan

memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Meyer (2002: 90) menyatakan aktivitas belajar sebagai kegiatan

yang dilakukan oleh siswa untuk mengubah perilakunya melalui

pengalaman yang diperoleh secara langsung dalam proses belajar dan

(17)

bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam

proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang

dilakukan untuk memperoleh pengalaman tertentu dalam proses

pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang

diharapkan.

2.3 Pengertian Keterampilan Membaca

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1180), keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Muttaqin (dalam http://saiful muttaqin.Blogspot.com, tanggal akses 30 Desember 2011.@ 15.00), keterampilan adalah usaha untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat dan tepat dalam menghadapi permasalahan belajar. Keterampilan dirancang sebagai proses belajar untuk mengubah perilaku siswa menjadi cekat, cepat dan tepat melalui belajar.

Broto (dalam Abdurrahman, 2003: 200) mengemukakan bahwa membaca merupakan kegiatan berbahasa berupa proses melisankan dan mengolah bahan bacaan secara aktif, membaca juga merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Membaca bukan hanya mengungkapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan. Sedangkan keterampilan membaca adalah keterampilan reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru (Marahimin dalam Suwarjo, 2008: 94).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan

(18)

memperoleh informasi, ilmu atau pengetahuan melalui proses belajar yang

hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.

2.3.1 Tujuan Membaca

Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang

membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan

dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Tujuan membaca secara

umum adalah untuk memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya dari

teks yang dibacanya, yang mencakup isi dan memahami makna bacaan.

Berkaitan dengan tujuan membaca, Tarigan (2008: 9–10) mengungkapkan

beberapa tujuan membaca yaitu:

a. Membaca untuk menemukan atau memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details of facts).

b. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).

c. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita (reading for sequence or organization).

d. Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).

e. Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).

f. Membaca untuk menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate).

g. Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).

Beberapa tujuan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa

membaca memiliki tujuan yang sangat penting bagi semua pembaca.

Tujuan membaca tersebut antara lain untuk mencari informasi tentang

suatu hal, mengetahui secara mendetail dan menyeluruh isi bacaan, serta

menilai kebenaran suatu gagasan isi bacaan yang ditulis oleh pengarang

(19)

2.3.2 Jenis-jenis Membaca

Tarigan (2008: 13-14) mengungkapkan jenis-jenis membaca

ditinjau dari bersuara atau tidaknya si pembaca, ketika seseorang membaca

dapat digolongkan menjadi dua, yaitu membaca nyaring (aloud reading)

dan membaca dalam hati (silent reading). Penjelasan ini didasarkan pada

perbedaan tujuan yang akan dicapai.

Membaca nyaring (aloud reading) adalah suatu aktivitas atau

kegiatan yang merupakan alat bagi guru, siswa, ataupun pembaca

bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta

memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang. Dalam

membaca nyaring faktor suara perlu diperhatikan secara baik, karena

membaca ini berkaitan dengan si pendengarnya. Membaca nyaring yang

baik menuntut agar pembaca memiliki kecepatan mata yang tinggi serta

pandangan mata yang jauh, karena pembaca haruslah melihat pada bahan

bacaan untuk memelihara kontak mata dengan para pendengar.

Membaca dalam hati (silent reading) faktor suara tidak terlalu

diperhatikan, karena hanya dimanfaatkan untuk diri sendiri dan dipandang

hanya untuk tujuan yang bersifat pemahaman. Dalam kegiatan membaca

ini pembaca hanya mempergunakan ingatan visual (visual memory) yang

melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Membaca ini sebagai kunci bagi

semua ilmu pengetahuan, karena dalam kegiatan membaca apa pun orang

pasti menggunakan jenis membaca dalam hati. Membaca dalam hati dibagi

(20)

membaca secara luas yang objeknya meliputi sebanyak mungkin teks

dalam waktu yang sesingkat mungkin, karena tujuannya untuk memahami

isi yang penting-penting dengan cepat. Jenis membaca yang termasuk

dalam membaca ekstensif adalah membaca survey, membaca sekilas, dan

membaca dangkal. Sedangkan jenis membaca intensif adalah membaca

secara studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang

dilaksanakan di dalam kelas dengan tujuan untuk latihan pola-pola

kalimat, latihan kosakata, telaah kata-kata, dikte dan diskusi. Jenis

membaca yang termasuk dalam membaca intensif adalah membaca telaah

isi dan membaca telaah bahasa. Kegiatan membaca telaah isi meliputi

kegiatan membaca pemahaman, membaca kritis, membaca ide-ide.

Sedangkan kegiatan membaca telaah bahasa meliputi membaca bahasa dan

membaca sastra.

(21)

Dua jenis membaca di atas, yang akan digunakan/dipilih oleh peneliti dalam PTK ini adalah membaca yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa kelas IV SD yaitu membaca pemahaman dalam membaca intensif.

2.4 Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman termasuk dalam membaca telaah isi yaitu

proses membaca yang memerlukan pemahaman atau kecermatan si

pembaca terhadap teks yang dibacanya. Membaca jenis ini lebih

menekankan pada proses menelaah isinya secara mendalam, sehingga si

pembaca dituntut untuk lebih konsentrasi terhadap teks yang dibacanya.

Menurut Rubin (dalam Sutarjo, http://tarjo2009.blogspot.com/2009 /03/hakekat-membaca-proses-membaca-jenis_8558.html, tanggal akses 19 Februari 2011. @ 15.30), bahwa membaca pemahaman adalah proses pemikiran yang kompleks untuk membangun sejumlah pengetahuan. Dengan demikian, dalam proses membaca diperlukan suatu pemahaman yang tinggi dari pembacanya agar dapat memahami isi dari teks bacaan yang dibacanya.

Moesono (dalam Widyaningsih, http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/colle ct/skripsi/archives/HASH1ee5.dir/doc.pdf, tanggal akses 17 Februari 2011. @ 14.05), juga mengungkapkan bahwa untuk mencapai pemahaman yang optimal ada beberapa kemampuan yang harus dikembangkan pada siswa, yaitu:

(22)

Alexander (dalam Widiyanti, http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collec t/skripsi/archives/HASH9845/94d73d6e.dir/doc.pdf, tanggal akses 19 Februari 2011. @ 16.16), berpendapat bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca pemahaman adalah bahan bacaan. Bahan bacaan yang memiliki kesukaran tinggi akan menjadi kendala bagi siswa dalam memahami bahan bacaan. Sebaliknya siswa akan dapat memahami secara baik bahan bacaan yang tergolong mudah. Oleh sebab itu, bahan bacaan yang akan disajikan hendaklah dipilih yang memiliki tingkat keterbacaan tinggi, bentuk kalimat yang efektif, tidak ada unsur asing yang tidak perlu, dan memiliki pola penalaran yang runtut.

Membaca pemahaman dalam membaca intensif sebagai kegiatan

membaca dalam hati. Membaca dalam hati adalah cara atau teknik

membaca tanpa suara. Membaca dalam hati lebih banyak menggunakan

kecepatan gerak mata. Tujuan membaca dalam hati ialah melatih

kemampuan siswa dalam memahami isi wacana/bacaan. Membaca dalam

hati cocok untuk keperluan studi dan menambah ilmu

pengetahuan/informasi. Setelah siswa membaca, siswa diberikan tugas

untuk menjawab pertanyaan, kemudian bacaan ditutup. Pertanyaan yang

diberikan berupa pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran. Guru

hendaknya tidak hanya memberikan pertanyaan ingatan atau sebaliknya

hanya memberi pertanyaan pikiran saja. Pertanyaan ingatan menanyakan

tentang isi bacaan sedangkan pertanyaan pikiran untuk mengetahui

kemampuan siswa dalam memahami/ menanggapi seluruh isi bacaan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca

(23)

ketelitian seseorang untuk memahami dan mengerti isi teks bacaan yang

dibacanya untuk membangun sejumlah pengetahuan.

2.5 Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan

Permainan Bahasa (Katarsis)

Langkah-langkah pembelajaran membaca pemahaman dengan

permainan bahasa (katarsis) adalah:

a. Kegiatan Awal

1. Guru mempersiapkan perangkat pembelajaran meliputi materi

pembelajaran, menyusun aturan permainan, menyiapkan alat

permainan, program semester, silabus, rencana perbaikan

pembelajaran dan lembar kerja siswa.

2. Guru menyampaikan apersepsi dan menginformasikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang

akan dilaksanakan.

b. Kegiatan Inti

1. Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok, kemudian guru

memberi penjelasan dan contoh cara melakukan permainan bahasa

yang akan dilakukan dalam pembelajaran keterampilan membaca

pemahaman.

2. Siswa dituntun untuk membaca teks wacana dengan permainan

bahasa agar mereka mengerti dan senang dengan belajar

membacanya, sehingga tidak jenuh serta berdiskusi kelompok

(24)

3. Guru berkeliling dan memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan atau kesulitan-kesulitan yang muncul atau dialami oleh para siswa sekaligus mengontrol jalannya proses interaksi antarsiswa.

4. Siswa mengerjakan tugas permainan bahasa pada lembar kerja sesuai

soal-soal perintah dalam permainan bahasa yang dilakukan.

5. Masing-masing kelompok mengumpulkan hasil kerja kelompoknya.

c. Kegiatan Akhir

1. Siswa bersama guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang

telah dilaksanakan secara bersama-sama dan menjadikan lebih

bermakna dalam kehidupan sehari-hari.

2. Siswa diberi penguatan dengan harapan siswa akan termotivasi untuk mempelajari lebih banyak tentang pelajaran membaca bahasa Indonesia dengan membaca buku bacaan di perpustakaan, membaca buku teks yang berkaitan, atau melakukan kegiatan lain yang berkaitan dengan materi pembelajaran membaca (Adaptasi dari Arsyad, 2002: 46).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melaksankan pembelajaran membaca pemahaman dengan permainan bahsa (katarsis), ada tiga langkah kegiatan yang dilaksanakan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir serta beberapa hal yang harus dilakukan dan dipersiapkan sehingga nantinya dalam pelaksanaan kegiatannya benar-benar sesuai dengan yang diharapkan.

2.6 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian

tindakan kelas yaitu: ”Apabila dalam pembelajaran bahasa Indonesia

(25)

keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV A SD Negeri 4 Metro

(26)

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas diartikan sebagai

suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan dengan jalan merancang,

melaksanakan, mengamati, merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus

untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas

(Kunandar, 2010: 10).

3.2 Setting Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV A SDN

4 Metro Pusat, dengan jumlah siswa 26 anak yang terdiri dari 10 siswa

laki-laki dan 16 siswa perempuan.

b. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SDN 4 Metro Pusat, tepatnya di Jalan Mr. Gele Harun Kecamatan Metro Pusat.

c. Waktu Penelitian

(27)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan selama kegiatan pelaksanaan tindakan, yaitu

dengan menggunakan teknik tes dan nontes.

3.3.1 Teknik Tes

Teknik tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh

orang yang dites, dan berdasarkan hasil pelaksanaan tugas-tugas

tersebut, akan dapat ditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada

orang tersebut (Poerwanti, dkk. 2008: 2.26). Dalam penelitian ini,

teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data nilai-nilai siswa,

guna mengetahui hasil belajar siswa mata pelajaran bahasa Indonesia

dengan permainan bahasa (katarsis) pada kelas IVA SD Negeri 4

Metro Pusat khususnya tes kemampuan membaca dalam memahami

isi bacaan. Data yang terkumpul melalui teknik tes berupa data

kuantitatif.

3.3.2 Teknik Nontes

Teknik nontes dapat dilakukan melalui observasi baik secara

langsung maupun tidak langsung (Poerwanti, dkk. 2008: 2.26).

Secara sederhana, observasi dapat diartikan sebagai prosedur

sistematis dan baku untuk memperoleh data (Kerlinger dalam

Aunnurrahman, dkk. 2009: 8-20). Observasi digunakan untuk

mengetahui apakah dengan permainan bahasa (katarsis)

pembelajaran di kelas akan lebih efektif, apa pengaruhnya serta

bagaimana pembelajaran yang akan dilakukan. Observasi dilakukan

oleh observer terhadap aktivitas siswa maupun guru selama proses

(28)

3.4 Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes dan lembar

observasi.

3.4.1 Tes yang digunakan adalah tes subjektif tertulis untuk mengetahui

kemampuan keterampilan membaca siswa dalam memahami isi

bacaan/teks bacaan pada pembelajaran bahasa Indonesia.

3.4.2 Lembar observasi yang digunakan oleh observer untuk mengamati

aktivitas siswa maupun peneliti saat pembelajaran dilaksanakan/

berlangsung.

3.4.3 Dokumentasi, digunakan untuk mendokumentasikan aktivitas belajar

siswa dan juga aktivitas kinerja guru selama proses pembelajaran.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis

kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dengan cara mengumpulkan

data untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas belajar siswa. Sedangkan

analisis kuantitatif untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam

hubungannya dengan penguasaan materi yang akan diajarkan guru yaitu

keterampilan membaca dalam memahami isi bacaan siswa kelas IV A SD

Negeri 4 Metro Pusat.

a. Analisis Kualitatif

a) Rumus analisis aktivitas belajar siswa

100

(29)

Keterangan:

NP = Nilai yang dicari atau diharapkan

R = Skor mentah yang diperoleh

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

100 = Bilangan tetap

Adaptasi dari Purwanto (2002)

b) Rumus analisis kinerja guru selama proses pembelajaran

Keterangan:

86% - 100% = Baik sekali

71% - 85% = Baik

56% - 70% = Cukup

41% - 55% = Kurang

32% - 40% = Sangat Kurang

Adaptasi dari Departemen Pendidikan Nasional (dalam Www.Sdn-Cisarua

.Sch.Id/....Guru....Guru..../265-Penilaian-Kinerja-Guru.Html. Tanggal akses

01 Februari.@11.15).

b. Analisis Kuantitatif

Digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam hubungannya

dengan penguasaan materi yang akan diajarkan guru yaitu keterampilan

membaca dalam memahami isi bacaan dan penilaian proses membaca

siswa. Adapun aspek yang dinilai meliputi: 1) kemampuan menemukan

pikiran pokok setiap paragraf, 2) menangkap isi teks bacaan, baik yang

tersurat maupun yang tersirat, 3) menceritakan kembali teks bacaan

(30)

dengan lengkap. Teknik penyekoran proses keterampilan membaca

(terlampir). Data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif

dilakukan secara deskriptif, yakni dengan menghitung ketuntasan

klasikal dan ketuntasan individual dengan rumus sebagai berikut:

a) Ketuntasan Individual

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan

R = Jumlah skor/ item yang dijawab benar

N = Skor maksimum dari tes

b) Ketuntasan Klasikal

Keterangan:

KK = Ketuntasan Klasikal

STB = Siswa yang Tuntas Belajar

SS = Seluruh Siswa

(31)

3.6 Indikator Keberhasilan Pembelajaran

Pembelajaran dalam penelitian ini dikatakan berhasil jika:

3.6.1 Adanya peningkatan persentase aktivitas siswa dan kinerja guru

disetiap siklusnya mencapai persentase sebesar≥76%.

3.6.2 Adanya peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa

secara klasikal mencapai minimal ≥76% dari seluruh siswa

mencapai kategori baik/ skor≥71.

3.6.3 Adanya peningkatan persentase evaluasi hasil belajar siswa setiap

siklusnya mencapai persentase sebesar ≥76% dari seluruh siswa

mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 65. (diadaptasi dari

Depdiknas, 2008: 5).

3.7 Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian yang digunakan adalah berupa

rangkaian langkah-langkah berbentuk spiral yang dikemukakan Kemmis

(Wiriaatmadja, 2006: 66) yaitu setiap langkah/siklus terdiri dari empat

tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kegiatan

pertama dilakukan pada tahap perencanaan (planing). Dilanjutkan dengan

tindakan (action) disertai dengan pengamatan (observing). Ebut (dalam

Aunurrahman, dkk. 2009: 3.6) bahwa penelitian tindakan kelas merupakan

suatu studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki

praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta

refleksi dari tindakan-tindakan tersebut. Selanjutnya kegiatan refleksi

(32)

perbaikan tindakan pada siklus berikutnya. Siklus tindakan dalam penelitian

(33)

Gambar: Modifikasi dari Wardhani (2007: 2.4).

3.9 Urutan Tindakan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus, dengan berbagai

kemungkinan perubahan yang dianggap perlu. Setiap siklus terdiri dari

perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Perencanaan I

SIKLUS I

Pengamatan I

Perencanaan II

SIKLUS II

Pengamatan II

Perencanaan III

SIKLUS III

Pengamatan III

Pelaksanaan I Refleksi I

Pelaksanaan II Refleksi II

(34)

Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan akan ditetapkan hal-hal sebagai berikut:

a. Menyiapkan silabus, rencana perbaikan pembelajaran dan bahan ajar.

b. Menyiapkan instrumen penelitian terdiri dari lembar observasi untuk

kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan alat evaluasi.

c. Menentukan materi.

2. Pelaksanaan

Materi pembelajaran pada siklus I dengan pokok bahasan “Pikiran Pokok”.

Adapun permainan bahasa (katarsis) yang dilakukan adalah “Kolom Kata Kalimat”.

Penyampaian materi pembelajaran dalam siklus I adalah sebagai berikut: a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang sesuatu yang berhubungan

dengan pikiran pokok sebagai apersepsi untuk menggiring pemikiran

dan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran tentang Pikiran

Pokok.

b. Guru mengajak siswa bernyanyi bersama-sama lagu yang berhubungan dengan Pikiran Pokok berjudul “Menanam Jagung” yang telah diganti

syairnya.

c. Guru menginformasikan materi pembelajaran yang akan dipelajari

bersama.

d. Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang pikiran pokok dengan menggunakan media (tulisan berupa paragraf yang dituliskan pada karton).

(35)

f. Guru membagikan alat-alat (teks bacaan dan karton) yang diperlukan dalam permainan kepada setiap kelompok.

g. Dengan permainan “Kolom Kata Kalimat” siswa menuliskan kolom kata dan kalimat dari teks bacaan yang telah dibaca oleh siswa sebelumnya, kemudian menuliskan sebanyak-banyaknya pada masing-masing kolom yang telah disediakan. Sebelumnya guru memberitahukan aturan mainnya.

h. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan tugas kelompoknya. i. Perwakilan dari masing-masing kelompok maju membacakan hasil

kerja kelompok yaitu menentukan kata dan kalimat dalam setiap paragraf bacaan.

j. Guru memberikan umpan balik dengan memuji pada aspek-aspek yang sudah benar dilakukan siswa.

k. Siswa mengumpulkan hasil kerja kelompok untuk dinilai.

l. Guru memberikan evaluasi kepada siswa berupa soal yang harus dikerjakan di sekolah.

m. Guru dan siswa bersama-sama membahas soal evaluasi yang telah dikerjakan oleh siswa sebelumnya.

n. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan tadi.

Berdasarkan kajian hasil tes tersebut guru bersama observer merumuskan kelebihan dan kekurangan yang ada pada siklus I sebagai koreksi yang dijadikan bahan pertimbangan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II.

3. Pengamatan/Observasi

(36)

4. Refleksi

Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah membahas sesuatu

yang terjadi dalam siklus pertama yang dilakukan oleh peneliti baik itu

kelebihan maupun kelemahan atau kekurangan. Bila itu adalah kelemahan

atau kekurangan yang dilakukan oleh peneliti dalam siklus pertama, maka

dilakukan perbaikan pada perencanaan tindakan untuk siklus ke dua.

Sedangkan kebaikan yang sudah dilakukan pada siklus pertama perlu

dipertahankan untuk siklus ke dua dan untuk seterusnya dijadikan contoh

atau acuan dalam melaksanakan pembelajaran di masa yang akan datang.

Siklus II

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan akan ditetapkan hal-hal sebagai berikut:

a. Menyiapkan silabus, rencana perbaikan pembelajaran dan bahan ajar.

b. Menyiapkan instrumen penelitian terdiri dari lembar observasi untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan alat evaluasi. c. Menentukan materi.

2. Pelaksanaan

Materi pembelajaran pada siklus II “Membuat Ringkasan”. Adapun

permainan bahasa (katarsis) yang dilakukan adalah “Cup Asyik”. Penyampaian materi pembelajaran dalam siklus II adalah sebagai berikut:

a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang sesuatu yang

berhubungan dengan memahami teks untuk membuat ringkasan

sebagai apersepsi untuk menggiring pemikiran dan kesiapan siswa

(37)

b. Guru mengajak siswa bernyanyi bersama-sama lagu yang

berhubungan dengan memahami teks berjudul “Bermain

Layang-layang” yang telah diganti syairnya.

c. Guru menginformasikan materi pembelajaran yang akan dipelajari

bersama.

d. Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang memahami teks

dengan menggunakan media (teks bacaan) serta bagaimana membuat

sebuah ringkasan pada sebuah bacaan.

e. Siswa membentuk kelompok kerja siswa yang setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 orang.

f. Guru membagikan teks bacaan pada masing-masing kelompok.

g. Masing-masing kelompok membaca teks bacaan tersebut.

h. Setelah selesai dibaca, teks bacaan dikumpulkan kembali di atas

meja guru.

i. Guru membagikan kepada masing-masing kelompok setumpuk kartu

yang telah dituliskan jawabannya pada kartu tersebut.

j. Guru memberikan sebuah pertanyaan. Kemudian siswa membuka

kartu. Jika jawaban dalam kartu sesuai dengan pertanyaan yang

diberikan oleh guru, siswa langsung berteriak “cup asyik”.

Permainan dilakukan sampai pertanyaan habis terjawab.

k. Guru memberikan umpan balik dengan memuji pada aspek-aspek

yang sudah benar dilakukan siswa.

l. Guru memberikan evaluasi kepada siswa berupa soal yang harus

dikerjakan di sekolah.

m. Guru dan siswa bersama-sama membahas soal evaluasi yang telah

dikerjakan oleh siswa sebelumnya.

n. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan kegiatan yang telah

(38)

3. Pengamatan/Observasi

Pada tahap ini guru meminta bantuan kepada observer untuk

mengadakan observasi pada saat pelaksanaan pembelajaran.

4. Refleksi

Dalam tahap refleksi ini juga masih sama seperti dalam teknis

pelaksanaan pada siklus yang pertama. Hasil dari siklus ini akan

dijadikan acuan dalam melaksanakan kegiatan siklus berikutnya yaitu

siklus yang ketiga.

Siklus III

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan akan ditetapkan hal-hal sebagai berikut:

a. Menyiapkan silabus, rencana perbaikan pembelajaran dan bahan ajar.

b. Menyiapkan instrumen penelitian terdiri dari lembar observasi untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan alat evaluasi. c. Menentukan materi.

2. Pelaksanaan

Materi pembelajaran pada siklus III “Melengkapi Kalimat”. Adapun

permainan bahasa (katarsis) yang dilakukan adalah “Botol Jawaban”. Penyampaian materi pembelajaran dalam siklus III adalah sebagai berikut:

a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang sesuatu yang

(39)

b. Guru mengajak siswa bernyanyi bersama-sama lagu yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan, berjudul “Lihat

Kebunku” yang telah diganti syairnya.

c. Guru menginformasikan materi pembelajaran yang akan dipelajari bersama.

d. Guru menjelaskan materi pembelajaran. tentang bagaimana membuat

kalimat yang baik dan benar.

e. Guru memberikan teks bacaan pada masing-masing siswa, kemudian meminta siswa untuk menuliskan paragraf yang telah dirumpangkan. f. Siswa membacakan hasilnya di depan kelas. Kegiatan ini dilakukan

secara bergantian.

g. Guru memberikan umpan balik dengan memuji pada aspek-aspek yang sudah benar dilakukan siswa.

h. Siswa membentuk kelompok kerja siswa yang setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 orang.

i. Guru membagikan teks bacaan kepada masing-masing kelompok. j. Masing-masing kelompok membaca teks bacaan tersebut dan

diminta untuk memahami isi dari teks bacaan tersebut.

k. Melalui permainan siswa bersama-sama bernyanyi dengan

memegang botol yang berisi jawaban yang di oper dari satu siswa ke

siswa yang lainnya, setelah nyanyian berhenti kelompok yang

memegang botol tersebut dituntut untuk meletakkan jawaban yang

sesuai pada paragraf yang telah dirumpangkan. Namun sebelumnya

guru memberitahukan aturan mainnya.

l. Masing-masing kelompok diberikan waktu untuk mendiskusikan

jawaban dari jawaban yang telah siswa ambil.

(40)

n. Fasilitator dan siswa yang lain dapat mengomentari jawaban bila perlu. Permainan diteruskan sampai ada kelompok yang dapat menjawab benar.

o. Guru memberikan umpan balik dengan memuji pada aspek-aspek yang sudah benar dilakukan siswa.

p. Kelompok yang paling banyak menjawab benar maka kelompok

tersebutlah pemenangnya.

q. Guru memberikan evaluasi kepada siswa berupa soal yang harus dikerjakan di sekolah.

r. Guru dan siswa bersama-sama membahas soal evaluasi yang telah

dikerjakan oleh siswa sebelumnya.

s. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan tadi.

3. Pengamatan/Observasi

Pada tahap ini guru meminta bantuan kepada observer untuk mengadakan observasi pada saat pelaksanaan pembelajaran.

4. Refleksi

Dalam tahap refleksi ini juga masih sama seperti dalam teknis

pelaksanaan pada siklus yang kedua, namun bila hasil dari siklus ini

diharapkan sudah tercapai maka tindakan dalam siklus III dihentikan.

Namun meskipun siklus III telah selesai dan semua aspek yang diamati

sudah meningkat, tetapi bukan berarti proses pembelajaran sudah

sempurna. Guru harus tetap mempertahankan kondisi kelas seperti

waktu penelitian, sehingga tetap dilaksanakan untuk waktu yang akan

(41)

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan paparan data dan pembahasan yang telah diuraikan,

dapat disimpulkan bahwa:

5.1.1 Pembelajaran menggunakan permainan bahasa (katarsis) dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV A SD Negeri 4 Metro

Pusat dalam membaca pemahaman. Hal ini sesuai dengan hasil

rekapitulasi atau pembahasan dari siklus I sampai dengan siklus III.

Pada siklus I, diperoleh nilai rata-rata sebesar (65,36%), siklus II

sebesar (74,22%), dan siklus III sebesar (83,45%). Dengan demikian,

peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar (8,86%), dan

peningkatan dari siklus II ke siklus III sebesar (9,23%).

5.1.2 Pembelajaran menggunakan permainan bahasa (katarsis) dapat

meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV A

SD Negeri 4 Metro Pusat. Pada siklus I persentase ketuntasan sebesar

(61,54%), siklus II sebesar (73,08%), dan pada siklus III sebesar

(88,46%). Dengan demikian, peningkatan dari siklus I ke siklus II

sebesar (11,54%), dan peningkatan dari siklus II ke siklus III sebesar

(42)

5.1.3 Setelah dilakukannya penelitian tindakan kelas pada siswa kelas IV A

SD Negeri 4 Metro Pusat dalam keterampilan membaca pemahaman

dengan menggunakan permainan bahasa (katarsis) dapat

meningkatkan kinerja guru. Pada siklus I, diperoleh nilai rata-rata

sebesar (59,68%), siklus II sebesar (75,61%), dan siklus III sebesar

(86,24%). Dengan demikian, peningkatan dari siklus I ke siklus II

sebesar (15,93%), dan peningkatan dari siklus II ke siklus III sebesar

(10,63%).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil simpulan penelitian di atas, berikut ini

disampaikan beberapa saran yaitu:

5.2.1 Kepada Siswa, hendaknya senantiasa memperkaya ilmu pengetahuan

dengan membudayakan kegiatan membaca agar memperoleh hasil

belajar yang lebih baik.

5.2.2 Kepada Guru, hendaknya dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru

dapat menggunakan model permainan bahasa (katarsis) sebagai

alternatif dalam pembelajaran, sehingga dapat membangkitkan

motivasi, minat siswa, serta pembelajaran yang menyenangkan untuk

memperoleh hasil yang baik dalam pembelajaran.

5.2.3 Kepada Sekolah, diimbau dapat memfasilitasi guru dalam

pengembangan model pembelajaran di kelas agar tercipta

(43)

BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV A SD NEGERI 4 METRO PUSAT

(Skripsi)

Oleh:

LIA DEVIANA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(44)

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MEMBACAPEMAHAMAN DALAMPEMBELAJARAN

BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV A SD NEGERI 4 METRO PUSAT

Oleh

LIA DEVIANA

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat. Salah satu alternatif pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangan adalah dengan permainan. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui model pembelajaran Permainan Bahasa (Katarsis).

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang difokuskan pada situasi kelas. Kegiatan ini dilaksanakan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Alat pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan tes hasil belajar. Analisis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa melalui model pembelajaran Permainan Bahasa (Katarsis) dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran terlihat semakin meningkat, pada siklus I sebesar 65,36%, siklus II sebesar 74,22%, dan pada siklus III sebesar 83,45%. Terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 8,86%, sedangkan pada siklus II ke siklus III terjadi peningkatan sebesar 9,23%. Begitu pula dengan keterampilan membaca pemahaman siswa meningkat pada setiap siklusnya. Pada siklus I sebesar 61,54%, siklus II sebesar 73,08%, dan pada siklus III sebesar 88,46%. Terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 11,54%, sedangkan pada siklus II ke siklus III terjadi peningkatan sebesar 15,38%.

Berdasarkan hasil temuan pengembangan proses pembelajaran, peneliti merekomendasikan agar guru kelas IV Sekolah Dasar dapat menggunakan model pembelajaran Permainan Bahasa (Katarsis) dalam pembelajaran bahasa Indonesia agar aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa dapat meningkat.

(45)

BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV A SD NEGERI 4 METRO PUSAT

Oleh

LIA DEVIANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(46)

MEMBACA PEMAHAMAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV A SD NEGERI 4 METRO PUSAT

Nama Mahasiswa : LIA DEVIANA

Nomor Pokok Mahasiswa : 0713053035

Program Studi : S1 PGSD

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Hi. Suwarjo, M.Pd. NIP 19551222 197903 1 003

Dra. Sulistiasih, M.Pd. NIP 19550508 198103 2 001

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

(47)

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Hi. Suwarjo, M.Pd. ...

Sekretaris : Dra. Sulistiasih, M.Pd. ...

Penguji Utama : Dr. Hj. Sowiyah, M.Pd. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(48)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Lia Deviana

NPM : 0713053035

Program Studi : S1 PGSD

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan penelitian yang berjudul

“Penggunaan Permainan Bahasa (Katarsis) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Keterampilan Membaca Pemahaman dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa

Kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat” adalah benar-benar hasil karya sendiri.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya, dan apabila di kemudian hari ternyata tidak benar, saya bersedia dituntut berdasarkan Undang-undang dan peraturan yang berlaku.

(49)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Kota Gajah pada tanggal 19 September 1989, sebagai

anak pertama dari empat bersaudara, pasangan Bapak Zulkifli, S.Sos (Alm.) dan Ibu

Nuriah.

Pendidikan peneliti dimulai dari Taman Kanak-kanak PGRI Metro

diselesaikan tahun 1995. Peneliti melanjutkan pendidikan di SD Negeri 2 Metro

Timur diselesaikan tahun 2001. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 7

Metro diselesaikan tahun 2004. Pada tahun 2004/2005 peneliti melanjutkan

Pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Metro dan lulus tahun 2007. Pada

tahun 2007/2008 peneliti diterima sebagai mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu

(50)

Dan Bahwasannya Seseorang Manusia Tidak

Memperoleh Selain Apa yang Telah

Diusahakannya

(QS. An-Najm (53): 39).

Sesungguhnya sesudah kesulitan

itu ada kemudahan

(Q.S Alam Nasyrah: 6).

Disiplin dalam bertugas, dewasa dalam

bertindak, dan dinamis

(51)

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Alwi, Hasasan, dkk. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Balai Pustaka. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK. Yrama Widya. Bandung.

Arsyad, Ashar. 2002. Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada Karya Aksara. Jakarta.

Aunurrahman, dkk. 2009. Penelitian Pendidikan SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Darisman. 2006.Mari Belajar Bahasa Indonesia.Yudhistira. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kriteria dan Indikator Keberhasilan Pembelajaran.Dikti. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Balai Pustaka. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. www.sdn-cisarua. sch.id/....guru.... guru ..../265-penilaian-kinerja-guru.html, (tanggal akses 01 Februari 2011. @ 11.15).

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru.PT Rajawali Pers. Jakarta.

Meyer, Dave. 2002.The Achelerated Learning Handbook. Kaifa. Bandung. Mulyasa. 2006.Kurikulum yang Disempurnakan.Rosda. Bandung.

(52)

Nur’aini, Umri. 2008. Bahasa Indonesia untuk SD Kelas V. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Nurcholis, Hanif. 2007. Sasebi Saya Senang Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2002. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda. Bandung.

Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Standar Kompetensi Lulusan dan Spesifikasi Ujian Akhir SMP/MTS. http://smpn12magelang.site90.net/webayangan/ soalweb/BIN-smp-04.pdf. (Tanggal akses 29 Maret 2011. @ 13.20).

Rofi’uddin, Ahmad. & Darmiyati, Zuchdi. 1998/1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Ditjen Dikti Proyek PGSD IBRD: LOAN 3496-IND. Jakarta.

Sunyono. 2005. Perancangan PTK dan Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Susanti, Yeni. 2009. Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 1 Rama Nirwana. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sutarjo. 2009.Membaca dan Berbagai Aspeknya.http: //tarjo 2009. blogspot.com /2009/03/hakekat-membaca-proses-membaca-jenis_8558.html, (Tanggal akses, Sabtu 19 Februari 2011. @ 15.30).

Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi. Surya Pena Gemilang. Malang.

Suyatna, Agus. 2008. Model Pembelajaran PAIKEM. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Suyatno. 2005. Permainan Pendukung Pembelajaran Bahasa dan Sastra. PT Grasindo. Jakarta.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa. Bandung.

(53)

Warsidi, Edi & Farika. 2008. Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Widiyanti, Indriani. 2005. Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Dengan Teknik Skrambel Pada Siswa Kelas IVd SD PL Bernardus Semara ng Tahun Pelajaran 2004/2005. Skripsi.Unes.http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/ collect/skripsi/archives/HASH9845/94d73d6e.dir/doc.pdf, (Tanggal akses 19 Februari 2011. @ 16.16).

(54)

i

Alhamdulillah segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah

SWT penguasa alam semesta, yang telah memberikan kesehatan jasmani dan

rohani, memberikan akal dan semangat untuk senantiasa bertawakal. Sholawat

teriring salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad

SAW. Dengan rasa syukur dan kerendahan hati kupersembahkan karya sederhana

ini untuk:

1. Papaku tercinta Zulkifli, S.Sos (Alm.) dan Mamaku tersayang Nuriah yang

selalu menuntunku dalam akhlak Islam, yang selalu mendoakan setulus hati

pada setiap langkah dan tujuanku, selalu memberi semangat dan selalu

menanti kesuksesanku.

2. Kakak sepupuku Haidir Ali dan ketiga adikku tersayang Eva Restiana,

Anggun Selvyana, dan Syntia Fitriana, yang selalu mendoakan dan memberi

dukungan kepadaku.

3. Bapak dan Ibu dosenku tercinta yang selalu memberikan ilmu yang

bermanfaat dan dosen pembimbing yang selalu memberikan arahan dan

motivasi.

4. Zahrial Yudha Prawira, yang selalu memberikan motivasi dan semangat.

Jadilah yang terbaik bagi keluarga dan masa depan.

(55)

ii Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Alhamdulillah segala puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Sholawat teriring salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan

Nabi Besar Muhammad SAW.

Skripsi dengan judul “Penggunaan Permainan Bahasa (Katarsis) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Keterampilan Membaca Pemahaman dalam

Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV A SD Negeri 4 Metro Pusat”

adalah salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Pada kesempatan ini

peneliti ucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Haryanto, M.Sc., selaku Rektor Universitas

Lampung yang telah memberikan kemudahan kepada peneliti dalam

mengikuti pendidikan hingga terselesaikannya skripsi ini.

2. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan beserta stafnya yang telah memberikan kesempatan dan

Gambar

Gambar: Modifikasi dari Wardhani (2007: 2.4).
Tabel

Referensi

Dokumen terkait

Variabel penelitian ini adalah (1) keterampilan guru; (2) aktivitas siswa;(3) hasil belajar membaca pemahaman teks bahasa Jawa siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan

AGISTA FITRIATUN HAQQI, NIM 1101413 (2015). Penggunaan Permainan Bahasa Batu Loncatan untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan pada Siswa Kelas II SDN Kenari

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN MONOPOLI AKSARA JAWA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA AKSARA JAWA DALAM MATA PELAJARAN BAHASA

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TEAM QUIZ DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN BAHASA JEPANG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Penggunaaan strategi belajar kooperatif dalam keterampilan membaca pemahaman pada tahap perencanaan ditandai aktivitas: (a) merumuskan tujuan pembelajaran, (b) mementukan

Berdasarkan hasil paparan data yang diperoleh dalam penelitian Penggunaan permainan scramble dalam menyusun kalimat bahasa arab untuk meningkatkan kecakapan membaca

Dengan ini, maka dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan media Audio Visual dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia materi teks

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah hasil belajar keterampilan membaca bahasa jerman dengan penggunaan media Big Book peserta didik kelas X IPS-1 SMAN 1 Sooko