PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)
TESIS
Oleh
HALOMOAN SIHOMBING
097017057/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)
TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
HALOMOAN SIHOMBING
097017057/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
VARIABEL MODERATING (STUDI EMPIRIS
PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA)
Nama Mahasiswa : Halomoan Sihombing Nomor Pokok : 097017057
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec,Ac,CA) (Drs. M. Zainul Bahri Torong, M.Si,Ak) Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof.Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS,MBA,Ak,CPA) (Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Azhar Maksum, M. Ec., Ac., CA. Anggota : 1. Drs. M. Zainul Bahri Torong, M. Si., Ak.
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :
“Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen
dengan Pendanaan sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan
Food And Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan
oleh siapapun sebelumnya. Sumber – sumber data dan informasi yang digunakan
telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, 28 Agustus 2013
Yang membuat pernyataan :
AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)
oleh
Halomoan Sihombing 097017057/Akt
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh profitabilitas dan likuiditas baik secara simultan maupun secara parsial terhadap kebijakan dividen perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia dan juga untuk menguji dan menganalisis apakah pendanaan dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan food and beverage
yang yang tergabung di Bursa Efek Indonesia. Dari 20 perusahaan sebagai populasi diambil sampel sebanyak 4 perusahaan yang ditentukan dengan metode purposive sampling. Kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel yaitu perusahaan food and beverage yang masih tetap terdaftar dan aktif di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan keuangan perusahaan secara lengkap serta menghasilkan laba dan membagikan dividen mulai dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2010. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan uji interaksi.
THE FOOD AND BEVERAGE COMPANY REGISTERED partially test and analyze the influence of profitability and liquidity on the dividend policy of the food and beverage companies registered in the Indonesian Stock Exchange and whether or not financing can strengthen or weaken the influence of profitability and liquidity on the dividend policy of the companies of food and beverage industry registered in the Indonesian Stock Exchange. The population of this study was 20 companies and 4 (four) of them were selected to be the samples for this study through purposive sampling method under the criteria that the food and beverage companies was active and registered in the Indonesian Stock Exchange from 2003 to 2010 as categoried by the Indonesian Stock Exchange, published the complete financial reports of their companies, and had made profit and distributed cashed dividend from 2003 to 2010. The data obtained were analyzed through multiple linear regression analysis with residual test. The result of the first hypothesis analysis showed that simultaneously the independent variables of profitability and liquidity had a significant influence on the dividend policy, while partially the independent variable of profitability had a significant influence on the dividend policy but the independent variable of liquidity did not have a significant influence on the dividend policy. The result of the second hypothesis analysis showed that simultaneously profitability, liquidity, financing, profitability interaction with financing, and liquidity interaction with financing had influence on the divided policy, but partially did not have any significant influence on the dividend policy. The variable of financing is not the moderating variable because the coefficient value of its parameter was positive even though it was significantly influencing that the variable of financing cannot strengthen or weaken the influence of the variables of profitability and liquidity on the variable of dividend policy.
Havenu Shalom Alleheim....
Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati
dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Terpujilah Allah Bapa yang memberi kehidupan
dan pengetahuan, AnakNya Tuhan Yesus Kristus yang memberi jaminan keselamatan
dan kehidupan kekal, dan Allah Roh Kudus yang meberi kekuatan dan penghiburan
bagi umat manusia. Dengan hati yang penuh ucapan syukur dan luapan sukacita yang
luar biasa, penulis sungguh merasakan jamahan kuasa, bimbingan, dan pertolongan
Tuhan yang turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan
sehingga penulis dimampukanNya untuk menyelesaikan tesis ini.
Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak lepas dari
pengorbanan dan bantuan dari banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis dengan tulus menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta (Damang Parsinuan Ir. S. M. Sihombing dan
Dainang Pangintubu T. br. Nababan) yang selalu mencurahkan kasih sayang
dan perhatian yang sungguh indah dan mengesankan dengan penuh kesabaran
dalam mendidik dan menasihati. Juga Abang Ruben Sihombing, S. T., dan
Kakak Esther Margaretha br. Simbolon, S. E. serta Ananda Grace Cana
2. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp. A(K) selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara besarta seluruh stafnya.
3. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara beserta seluruh stafnya.
4. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak., CPA. selaku Ketua
Program Studi Ilmu Akuntansi sekaligus sebagai Dosen Pembanding yang
telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk mengarahkan dan
membimbing serta memberikan saran-saran kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
5. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., CA. selaku Dosen Pembimbing
Tesis yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran-saran
kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
6. Bapak Drs. M. Zainul Bahri Torong, M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing
Tesis yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
membimbing, mengarahkan serta memberikan saran-saran kepada penulis
sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
7. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si., Ak. selaku Dosen Pembanding yang
telah banyak memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan
ini.
9. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
10.Rekan-rekan mahasiswa Magister Ilmu Akuntansi Khususnya Angkatan
XVII, dan pihak-pihak lain yang tidak disebutkan yang telah mendukung dan
memberikan saran yang membangun kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, sehingga masih
diperlukan masukan dan saran yang membangun guna perbaikan dan kesempurnaan,
dan akhirnya harapan penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. Allah harus semakin
besar, tetapi aku harus semakin kecil. Tuhan Yesus senantiasa memberkati kita.
Medan, 28 Agustus 2013
Penulis,
Nama : Halomoan Sihombing
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 22 Januari 1981
Agama : Kristen Protestan
Status : Belum Menikah
Orang tua:
Ayah : S. M. Sihombing
Ibu : T. Br. Nababan
Alamat : Jalan Gatot Subroto Km. 7,5 Pasar 1 Gang Aman
No. 5B Medan
Pendidikan : SD Santo Thomas 1 Medan (Lulus tahun 1993)
SMP Santo Thomas 3 Medan (Lulus tahun 1996)
SMU Santo Thomas 3 Medan (Lulus tahun 1999)
Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen
(Lulus tahun 2003)
ABSTRAK ………... i
ABSTRACT……….. ii
KATA PENGANTAR ……….. iii
RIWAYAT HIDUP ……….. v
DAFTAR ISI ……… vi
DAFTAR TABEL ……….. ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN ………..……… 1
1.1. Latar Belakang Penelitian .……….. 1
1.2. Perumusan Masalah ………... 12
1.3. Tujuan Penelitian ……… 12
1.4. Manfaat Penelitian ………. 13
1.5. Originalitas Penelitian ……… 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..……… 16
2.1. Landasan Teori ..……….. 16
2.1.1.Teori tentang dividen ……….. 16
2.1.1.1. Pengertian Dividen ……….. 16
2.1.2.Teori tentang profitabilitas ……… 29
2.1.2.1. Pengertian Profitabilitas ……… 29
2.1.2.2. Rasio Profitabilitas ………... 31
2.1.3.Teori tentang likuiditas ………... 34
2.1.4.1. Pengertian Likuiditas ……….. 34
2.1.4.2. Rasio Likuiditas ……… 36
2.1.4.Teori tentang pendanaan ………... 38
2.1.4.1. Pengertian Pendanaan ……….. 38
2.1.4.2. Rasio Pendanaan ……… 42
2.2. Tinjauan Penelitian terdahulu ……… 44
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ……….. 47
3.1. Kerangka Konseptual ... 47
3.2. Hipotesis Penelitian ... 50
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ...……….... 51
4.1. Jenis Penelitian ... 51
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 51
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 51
4.4. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 53
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66
5.1. Deskriptif Data Penelitian ... 66
5.2. Analisis Data ... 69
5.2.1. Hasil pengujian normalitas data ... 69
5.2.2. Hasil pengujian multikolinearitas ... 71
5.2.3. Hasil pengujian heteroskedastisitas ... 71
5.2.4. Hasil pengujian autokorelasi ………... 72
5.3. Pengujian Hipotesis ... 73
5.3.1. Hasil pengujian hipotesis pertama ... 74
5.3.2. Hasil pengujian hipotesis kedua ... 76
5.4. Pembahasan Hipotesis ... 76
5.4.1. Pembahasan hipotesis pertama ... 80
5.4.1. Pembahasan hipotesis kedua ……... 83
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ………... 88
6.1. Kesimpulan ... 88
6.2. Keterbatasan Penelitian ... 90
6.3. Saran ... 91
Halaman
2.1. Penelitian terdahulu ... 46
4.1. Proses Pengambilan Sampel ... 53
4.2. Definisi Operasional Variabel ... 57
5.1. Deskriptif Data Penelitian ... 66
5.2. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ... 70
5.3. Variance Inflation Factor (VIF) ... 71
5.4. Model Summary ... 73
5.5. Adjusted R Square ………. 74
5.6. Hasil Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen secara Simultan ... ... 74
5.7. Hasil Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen secara Parsial ... 75
5.8. Hasil Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas, dan Pendanaan sebagai Variabel Moderating terhadap Kebijakan Dividen secara Simultan ... 77
Halaman
3.1. Bagan Kerangka Konseptual ... 48
5.1. Uji Normalitas Grafik P-P Plot Residual ... 70
AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)
oleh
Halomoan Sihombing 097017057/Akt
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh profitabilitas dan likuiditas baik secara simultan maupun secara parsial terhadap kebijakan dividen perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia dan juga untuk menguji dan menganalisis apakah pendanaan dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan food and beverage
yang yang tergabung di Bursa Efek Indonesia. Dari 20 perusahaan sebagai populasi diambil sampel sebanyak 4 perusahaan yang ditentukan dengan metode purposive sampling. Kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel yaitu perusahaan food and beverage yang masih tetap terdaftar dan aktif di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan keuangan perusahaan secara lengkap serta menghasilkan laba dan membagikan dividen mulai dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2010. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan uji interaksi.
THE FOOD AND BEVERAGE COMPANY REGISTERED partially test and analyze the influence of profitability and liquidity on the dividend policy of the food and beverage companies registered in the Indonesian Stock Exchange and whether or not financing can strengthen or weaken the influence of profitability and liquidity on the dividend policy of the companies of food and beverage industry registered in the Indonesian Stock Exchange. The population of this study was 20 companies and 4 (four) of them were selected to be the samples for this study through purposive sampling method under the criteria that the food and beverage companies was active and registered in the Indonesian Stock Exchange from 2003 to 2010 as categoried by the Indonesian Stock Exchange, published the complete financial reports of their companies, and had made profit and distributed cashed dividend from 2003 to 2010. The data obtained were analyzed through multiple linear regression analysis with residual test. The result of the first hypothesis analysis showed that simultaneously the independent variables of profitability and liquidity had a significant influence on the dividend policy, while partially the independent variable of profitability had a significant influence on the dividend policy but the independent variable of liquidity did not have a significant influence on the dividend policy. The result of the second hypothesis analysis showed that simultaneously profitability, liquidity, financing, profitability interaction with financing, and liquidity interaction with financing had influence on the divided policy, but partially did not have any significant influence on the dividend policy. The variable of financing is not the moderating variable because the coefficient value of its parameter was positive even though it was significantly influencing that the variable of financing cannot strengthen or weaken the influence of the variables of profitability and liquidity on the variable of dividend policy.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan
pendanaan perusahaan yang menyangkut pembelanjaan internal perusahaan
sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap nilai perusahaan atau harga
saham perusahaan di pasar modal. Manajer perusahaan harus memiliki
informasi yang lebih banyak tentang perusahaan khususnya mengenai
kegiatan operasional dan prospek perusahaan dibandingkan dengan investor.
Dengan demikian, untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimumkan
kekayaan perusahaan dan nilai perusahaan, manajer akan mengambil
keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.
Fenomena yang terjadi dalam kebijakan dividen dapat dilihat dari
keputusan yang dilakukan oleh manajer perusahaan dalam hal penggunaan
laba yang diperoleh perusahaan yaitu berapa besarnya bagian laba yang
dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen dan berapa besarnya
bagian laba yang dijadikan sebagai laba ditahan untuk pembelanjaan investasi.
Dalam kondisi informasi yang tidak seimbang (asymmetric information),
manajer perusahaan dapat menggunakan strategi dalam kebijakan dividen.
Kebijakan dividen yang akan diputuskan oleh manajer perusahaan ini
menyangkut keputusan mengenai berapa besarnya jumlah dividen dan dalam
pemegang saham. Kebijakan dividen ini juga menentukan tentang keputusan,
apakah laba seluruhnya dibagikan kepada para pemegang saham atau ditahan
dalam bentuk laba ditahan untuk pembelanjaan investasi di masa yang akan
datang (reinvestasi).
Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu sumber dana
yang paling penting bagi perusahaan dan dividen merupakan keuntungan yang
diharapkan para pemegang saham. Oleh karena itu, manajer perusahaan harus
dapat menetapkan dengan seksama kebijakan dividen yang akan diterapkan
oleh perusahaan agar dapat memaksimumkan nilai perusahaan. Kebijakan
dividen itu sangat penting bagi perusahaan karena kebijakan dividen tersebut
dapat menentukan berapa banyak keuntungan yang akan diperoleh para
pemegang saham dan berapa banyak pula keuntungan yang akan diperoleh
perusahaan sebagai laba ditahan.
Kebijakan dividen merupakan salah satu kebijakan yang dilakukan
oleh perusahaan dalam menentukan penggunaan laba yang diperoleh
perusahaan yaitu apakah laba akan dibagikan kepada para memegang saham
atau dijadikan sebagai laba ditahan untuk diinvestasikan kembali pada masa
mendatang. Kebijakan dividen harus mengakomodasikan kepentingan
pendanaan perusahaan berupa laba ditahan dan kepentingan investor berupa
dividen yang merupakan bagian dari laba bersih perusahaan yang dibagikan
kepada para pemegang saham atas dasar persetujuan Rapat Umum Pemegang
dalam bentuk dividen saham (stock dividend) (Darmaji dan Fachruddin,
2001:130).
Masalah yang terdapat dalam kebijakan dividen mempunyai dampak
yang sangat penting bagi para pemegang saham maupun bagi perusahaan yang
akan membayarkan dividen kepada investor. Pada umumnya investor
mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraannya yaitu dengan
mengharapkan return dalam bentuk dividen maupun capital gain. Di pihak
lain perusahaan juga mengharapkan adanya pertumbuhan secara terus
menerus untuk mempertahankan kelangsungan operasional perusahaan
sekaligus harus memberikan kesejahteraan yang lebih besar kepada para
pemegang sahamnya.
Tetapi kedua hal tersebut saling bertentangan satu dengan yang
lainnya. Jika bagian laba perusahaan yang akan dibagikan sebagai dividen
lebih tinggi daripada bagian laba yang ditahan, maka ketergantungan
perusahaan terhadap sumber dana eksternal akan semakin besar. Jika
perusahaan ingin menahan sebahagian besar dari pendapatannya sebagai laba
ditahan, maka bagian pendapatan yang tersedia untuk dibagikan sebagai
dividen semakin kecil sehingga hal ini akan mempengaruhi minat investor
terhadap saham perusahaan yang bersangkutan akibatnya akan mengurangi
atau menurunkan harga saham perusahaan tersebut di pasar modal dan
selanjutnya akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Pertimbangan dalam melakukan kebijakan dividen untuk menentukan
berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan
yang baik diharapkan mampu untuk menetapkan besarnya pembayaran dividen
sesuai dengan harapan pemegang saham yaitu mendapatkan dividen dalam jumlah
yang besar. Semakin besar dividen yang dibagikan kepada investor, maka
perusahaan dinilai memiliki kinerja yang baik karena perusahaan dapat
memberikan keuntungan kepada investor sehingga penilaian investor terhadap
perusahaan tersebut akan semakin baik.
Pada umumnya perusahaan yang dapat melakukan pembayaran dividen
kepada para investornya merupakan perusahaan yang memiliki laba dan
struktur keuangan yang baik. Apabila perusahaan dapat meningkatkan
pembayaran dividen, maka hal ini merupakan bukti semakin membaiknya
kinerja perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan dapat dibaca melalui laporan
keuangan dengan menganalisis rasio keuangan dari laporan keuangan tersebut.
(Wild, et.al., 2005:36). Dari hasil analisis rasio keuangan berdasarkan laporan
keuangan ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen, antara
lain: profitabilitas, likuiditas, pendanaan, pembayaran pinjaman, tingkat
pengembalian investasi, tingkat pengembalian aset, dan stabilitas keuntungan.
Profitabilitas menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam
total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi tingkat
profitabilitas maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin besar
(Sartono, 2001:123). Profitabilitas yang merupakan kemampuan perusahaan
untuk memperoleh laba atau profit berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
perusahaan akan mendapatkan laba yang tinggi dan pada akhirnya laba yang
tersedia untuk dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham akan
semakin besar pula. Semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, maka
pembayaran dividen kepada pemegang saham atau alokasi untuk laba ditahan
akan semakin besar pula.
Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk
membayar semua kewajiban keuangan jangka pendek pada saat jatuh tempo
dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia (Syamsuddin, 2004 : 41). Di
dalam kaitannya dengan kebijakan dividen, likuiditas merupakan kemampuan
perusahaan untuk membayarkan dividen kepada para pemegang saham. Hal ini
dikarenakan, untuk membayar dividen diperlukan ketersediaan dana dalam hal ini
adalah kas yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi tingkat likuiditas
perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar
dividen kepada para pemegang saham.
Pendanaan merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya melalui modal sendiri. Semakin tinggi kewajiban maka akan
semakin rendah kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (Sartono,
2001:121). Pendanaan merupakan pendanaan perusahaan melalui hutang erat
kaitannya dengan struktur modal dan hutang dalam hal ini leverage
merupakan sumber pendanaan ekternal (external financing) untuk membiayai
kegiatan perusahaan. Apabila leverage rendah, berarti perusahaan memiliki
jumlah utang relatif sedikit daripada modal sendiri, hal ini akan berpengaruh
laba yang diperoleh hanya sebagian kecil yang dibayarkan untuk bunga
pinjaman sehingga laba bersih akan semakin besar. Perusahaan yang memiliki
utang sedikit mengakibatkan kebutuhan dana untuk membayar cicilan hutang
dan biaya bunga yang ditanggung menjadi relatif sedikit. Jika perusahaan
memperoleh laba bersih sebelum pajak dalam jumlah yang tinggi maka laba
yang dibagikan kepada pemegang saham akan semakin tinggi sehingga
dividen yang dibayarkan akan semakin tinggi.
Selain variabel-variabel independen di atas, masih banyak faktor-faktor
yang mungkin mempengaruhi kebijakan dividen. Faktor-faktor lain tersebut tidak
ikut dijadikan sebagai objek penelitian ini. Menurut Sundjaja dan Barlian
(2002:387), faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain:
faktor hukum, posisi likuiditas, pembayaran pinjaman jangka panjang, kontrak
pinjaman, pengembangan aktiva perusahaan, tingkat pengembalian asset,
stabilitas keuntungan, pasar modal, pengendalian terhadap perusahaan, dan
keputusan kebijakan dividen. Menurut Riyanto (2001:260), faktor-faktor yang
menjadi pertimbangan dalam kebijakan dividen suatu perusahaan antara lain:
posisi likuiditas, kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat perluasan
perusahaan, dan pengawasan terhadap perusahaan.
Dalam penelitian terdahulu menunjukkan adanya perbedaan pengaruh
profitabilitas, likuiditas, dan pendanaan terhadap kebijakan dividen. Hasil
penelitian Darminto (2008), menyimpulkan bahwa secara simultan
profitabilitas, likuiditas, struktur modal, dan struktur kepemilikan saham
profitabilitas dan struktur modal berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
dividen sementara likuiditas dan struktur kepemilikan saham tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
Hasil penelitian Arilaha (2009), menyimpulkan bahwa secara simultan
free cash flow, profitabilitas, likuiditas, dan leverage berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan dividen. Sedangkan secara parsial hanya profitabilitas
yang berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen sementara free cash
flow, likuiditas, dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
dividen.
Hasil penelitian Simbolon (2009) menyimpulkan bahwa secara
simultan, variabel likuiditas, profitabilitas, dan leverage berpengaruh terhadap
dividend payout ratio. Sedangkan secara parsial, hanya profitabilitas yang
berpengaruh secara signifikan sementara likuiditas dan leverage tidak
berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio.
Objek penelitian ini mengambil sampel perusahaan food and beverage
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan pertimbangan adalah sebagai
berikut:
1. Ditinjau dari pergerakan harga dan jumlah saham yang beredar jauh lebih
stabil karena tidak terlalu terpengaruh oleh kondisi perekonomian sebab
industri produk food and beverage tetap dibutuhkan meskipun kondisi
perekonomian sedang melesu.
2. Karena pergerakan harga dan jumlah saham yang beredar lebih stabil,
risiko. Misalnya adalah saham makanan dan minuman, rokok, farmasi,
dan barang-barang konsumer, seperti saham Indofood, Unilever dan
Kimia Farma.
3. Adanya ketidakkonsistenan hasil-hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan pada perusahaan food and beverage sehingga perlu diteliti lebih
lanjut faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakandividen.
Alasan lain yang menjadi pertimbangan peneliti menjadikan perusahaan
food and beverage menjadi sampel perusahaan dalam penelitian ini adalah karena
sektor industri makanan dan minuman memang paling memikat karena setiap
orang perlu makan dan minum untuk bisa bertahan hidup, sehingga sektor ini
tidak ada matinya. Menurut Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman
Indonesia (GAPMMI) menyebutkan bahwa industri makanan dan minuman
sudah siap meluncurkan produksinya untuk mensubsitusi peluang pasar. Produksi
tidak terlalu menjadi masalah, karena saat ini kapasitas seluruh industri makanan
dan minuman baru terpakai sekitar 80%. Ia menyebutkan industri susu, tepung,
kopi, sereal dan minuman berpeluang meningkatkan produksi sekitar 10%, selain
itu industri yang berbasis bahan bakunya banyak dari dalam negeri, seperti coklat,
minyak goreng, dan terigu (Majalah SWA 04/XXV/19 Februari-4 Maret 2009).
Sesuai dengan Horne dan Wachowicz (2005:2) menyatakan bahwa
likuiditas merupakan faktor pertimbangan utama dalam fenomena kebijakan
dividen yang rendah, sedangkan profitabilitas dan pendanaan merupakan
pertimbangan utama pada kebijakan dividen yang tinggi. Mollah (2003:180)
saham dalam bentuk dividen. Hal ini dimaksudkan agar free cash flow yang ada
tidak digunakan untuk sesuatu atau proyek-proyek yang tidak menguntungkan
agar ketersediaan kas dapat dipakai untuk kemakmuran pemegang saham
sehingga free cash flow yang dihasilkan oleh perusahaan akan berhubungan
positif dengan dividen yang dibayarkan perusahaan.
Kebijakan dividen dibuat sehubungan dengan seberapa besar persentase
laba saat ini yang akan dibayarkan sebagai dividen (dividend payout ratio) dan
seberapa besar laba yang ditahan dan diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan
(retained earning). Semakin besar dana yang bersumber dari laba ditahan, maka
semakin sedikit dana yang tersedia untuk pembayaran dividen. Laba ditahan ini
dapat digunakan perusahaan sebagai cadangan untuk menghadapi
kerugian-kerugian yang dapat timbul di masa mendatang, melunasi hutang perusahaan,
menambah modal kerja, dan ekspansi. Di pihak lain, pemilik perusahaan juga
menginginkan agar sebahagian dari keuntungan yang diperoleh dibagikan sebagai
dividen. Manajer keuangan harus dapat menjaga keseimbangan antara kebijakan
dividen dengan kepentingan pemilik. Nilai dari dividen yang dibayarkan kepada
para pemegang saham harus diseimbangkan dengan biaya kesempatan
(opportunity cost) dari laba ditahan sebagai cara pendanaan melalui ekuitas.
Keputusan pendanaan merupakan keputusan mengenai bagaimana
perusahaan memilih sumber dana yang akan digunakan untuk mendanai
aktivanya. Ada 2 (dua) macam dana atau modal, yaitu: dana sendiri (modal
sendiri) dan dana asing (modal asing). Dana sendiri bersumber dari pemilik
keuntungan yang tidak dibagi atau laba ditahan. Jumlah laba ditahan tergantung
pada kebijakan dividen yang dibuat oleh manajer keuangan perusahaan. Dana
yang bersumber dari pemilik perusahaan dan dari hasil operasi perusahaan
tersebut disebut equity financing atau internal financing. Dana asing bersumber
dari kreditor dalam bentuk kredit (pinjaman) berupa penjualan obligasi, kredit dari
lembaga keuangan, dan kreditor lainnya. Pinjaman ini terdiri atas pinjaman jangka
pendek dan pinjaman jangka panjang. Dana asing ini disebut juga debt financing
atau external financing.
Untuk mendapatkan dana, perusahaan juga dapat menjual saham biasa.
Dana dari hasil penjualan saham biasa perusahaan berasal dari luar perusahaan.
Alasannya, dana yang didapatkan perusahaan melalui penjualan sekuritas (saham)
di pasar perdana merupakan hasil transaksi antata perusahaan dengan investor
(pihak luar perusahaan). Investor menjadi pemilik perusahaan pada saat ia
membeli saham perusahaan. Jika perusahaan memenuhi kebutuhan dana dari
emisi saham biasa disebut sebagai external equity financing.
Untuk mengukur apakah keputusan-keputusan keuangan yang dibuat oleh
manajer keuangan perusahaan sudah baik dan benar dapat dilihat dari nilai
perusahaan atau harga pasar saham biasa. Jika nilai investasi perusahaan
meningkat atau harga pasar saham biasa meningkat, maka keputusan-keputusan
keuangan perusahaan sudah baik dan benar. Untuk itu keputusan-keputusan
keuangan yang dibuat manajemen keuangan harus memperhatikan hal bagaimana
dana tersebut sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai, dan bagaimana
perusahaan mengelola aset yang dimiliki secara efisien dan efektif.
Pada perusahaan yang menginvestasikan dananya lebih banyak akan
menyebabkan jumlah dividen tunai yang dibayarkan berkurang, tetapi likuiditas
yang baik mampu mengeliminir (memperlemah) hipotesis tersebut karena saat itu
perusahaan dapat menunda pembayaran hutang jangka pendeknya. Sebab,
likuiditas yang baik menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban
jangka pendeknya dan mendanai operasional usahanya sehingga perusahaan dapat
membagikan labanya kepada pemegang saham dalam bentuk tunai.
Pada praktiknya perusahaan cenderung memberikan dividen dengan
jumlah yang relatif stabil atau meningkat secara teratur. Kebijakan ini
kemungkinan besar disebabkan oleh asumsi bahwa investor melihat
kenaikan dividen sebagai suatu tanda baik bahwa perusahaan memiliki
prospek cerah, demikian sebaliknya. Hal ini membuat perusahaan lebih
senang mengambil jalan aman yaitu tidak menurunkan pembayaran
dividen. Selain itu, investor cenderung lebih menyukai dividen yang tidak
berfluktuasi (dividen yang stabil).
Pada umumnya perusahaan akan menaikkan dividen hingga suatu
tingkatan dimana mereka yakin dapat mempertahankan dividen masa
mendatang. Artinya jika terjadi kondisi yang terburuk sekalipun,
perusahaan masih dapat mempertahankan pembayaran dividennya.
equity ratio) merupakan variabel moderating atau tidak sebagai bentuk
pengembangan dari penelitian terdahulu. Penelitian pendanaan sebagai variabel
moderating yang memoderasi pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap
kebijakan dividen masih sedikit ditemukan pada literatur yang ada.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah pendanaan memperkuat atau
memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen.
Alur berpikir penulis adalah perusahaan yang memiliki tingkat pendanaan yang
baik akan mampu memenuhi kewajibannya melalui modal sendiri sehingga
perusahaan akan mampu membayar dividen kepada para investor. Jika perusahaan
membukukan keuntungan lebih tinggi atau tingkat profitabilitas yang tinggi
ditambah dengan tingkat likuiditas yang baik, maka semakin besarlah jumlah
dividen yang akan dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham.
Mengingat begitu pentingnya penentuan kebijakan dividen yang harus
diputuskan perusahaan melalui pemberian dividen kepada para pemegang
saham karena pembagian dividen tersebut akan menambah minat para
investor terhadap pembelian saham perusahaan, maka penulis tertarik untuk
menganalisis pengaruh variabel profitabilitas dan likuiditas terhadap
kebijakan dividen dengan pendanaan dijadikan sebagai variabel moderasi.
Dengan mengetahui bagaimana pengaruh variabel-variabel tersebut,
maka dapat membantu perusahaan dalam menentukan bagaimana seharusnya
perusahaan melaksanakan kebijakan dividen sehingga tujuan perusahaan
untuk memaksimumkan kemakmuran investor dapat tercapai melalui
Untuk itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh
profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen dengan pendanaan
dijadikan sebagai variabel moderasi pada perusahaan food and beverage.
Penelitian ini hanya memilih profitabilitas dan likuiditas sebagai variabel
bebasnya dan kebijakan dividen sebagai variabel terikatnya dengan pendanaan
sebagai variabel moderasi. Kemudian setiap variabel diwakili satu indikator yakni
indikator Cash Position mewakili likuiditas, Return on Asset mewakili
profitabilitas, dan Debt to Equity Ratio mewakili pendanaan serta Dividend
PayoutRatio mewakili kebijakan dividen.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai profitabilitas, likuiditas, dan pendanaan yang
mempengaruhi kebijakan dividen khususnya pada perusahaan food and beverage
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan judul ”Analisis Pengaruh
Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen dengan Pendanaan sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka masalah penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah profitabilitas dan likuiditas berpengaruh baik secara simultan
maupun secara parsial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan
2. Apakah pendanaan dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh
profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen pada
perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh profitabilitas dan likuiditas
baik secara simultan maupun secara parsial terhadap kebijakan dividen
perusahaan food and beverage yang terdaftatar di Bursa Efek
Indonesia.
2. Untuk menguji dan menganalisis apakah pendanaan dapat memperkuat
atau memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap
kebijakan dividen pada perusahaan industri food and beverage yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai
kalangan, antara lain:
1. Bagi Peneliti. Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah,
memperluas wawasan dan mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya
bidang ilmu manajemen keuangan dan pasar modal Indonesia.
2. Bagi Investor. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu informasi
dengan harapan para pemegang saham untuk mendapat dividen atas
sejumlah dana yang diinvestasikan.
3. Bagi Peneliti selanjutnya. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti
kebijakan dividen.
1.5 Originalitas Penelitian
Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Simbolon
(2009) yang berjudul “Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, dan Leverage
terhadap Dividend Payout Ratio pada BUMN di Bursa Efek Indonesia”.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara simultan, variabel likuiditas,
profitabilitas, dan leverage berpengaruh terhadap dividend payout ratio pada
BUMN di BEI. Sedangkan secara parsial, hanya profitabilitas yang
berpengaruh signifikan sementara likuiditas dan leverage tidak berpengaruh
signifikan terhadap dividend payout ratio.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya di atas adalah
meliputi batasan variabel yang diteliti, jenis perusahaan sampel, dan periode
penelitian. Batasan variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan menguji
dan menganalisis bagaimana pengaruh variabel bebas (profitabilitas, likuiditas,
dan pendanaan) secara simultan dan parsial terhadap variabel terikat
(kebijakan dividen). Penelitian ini juga bertujuan untuk menguji dan
menganalisis apakah pendanaan dapat memperkuat atau memperlemah
Penelitian ini menggunakan indikator posisi kas (cash position) untuk
mengukur tingkat likuiditas perusahaan yaitu dengan membandingkan saldo
kas akhir perusahaan dengan laba bersih setelah pajak. Posisi kas ini
merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan manajemen sehingga
pengaruhnya dapat dirasakan secara langsung bagi kebijakan manajemen.
Posisi kas mempengaruhi dividen yang merupakan arus kas keluar (cash
outflow) sehingga semakin kuat posisi kas, maka semakin besar kemampuan
perusahaan membayar dividen. Sedangkan indikator yang digunakan dalam
penelitian terdahulu dalam mengukur tingkat likuiditas perusahaan adalah
rasio lancar (current ratio) yang merupakan perbandingan antara aktiva lancar
dengan hutang lancar. Indikator rasio lancar dirasakan kurang tepat dalam
mengukur tingkat profitabilitas perusahaan karena di bagian aktiva lancar ini
masih terdapat piutang usaha yang merupakan kas yang akan diterima
perusahaan pada masa mendatang dan masih terdapat persediaan yang kurang
lancar dibandingkan dengan kas. Selain itu, laba setelah pajak yang dijadikan
sebagai penyebut dalam menghitung posisi kas dalam mengukur tingkat
profitabilitas dalam penelitian ini sangat tepat karena bagian laba yang
dijadikan sebagai dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham
merupakan bagian laba setelah dikurangi dengan pembayaran pajak
perusahaan.
Penelitian ini juga untuk menguji dan menganalisis apakah pendanaan
dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas
dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas
terhadap kebijakan dividen adalah perusahaan yang memiliki tingkat
pendanaan yang baik akan mampu memenuhi kewajibannya melalui modal
sendiri sehingga perusahaan akan mampu membayar dividen kepada investor.
Pada perusahaan yang membukukan keuntungan yang lebih tinggi atau tingkat
profitabilitas yang tinggi ditambah dengan tingkat likuiditas yang baik
mengakibatkan semakin bertambahnya jumlah dividen yang akan dibagikan
perusahaan kepada para pemegang saham.
Dalam penelitian ini, peneliti mau melihat perbedaan perusahaan
sampel yang diteliti yang mempengaruhi kebijakan dividen dengan penelitian
sebelumnya. Perusahaan sampel penelitian terdahulu BUMN merupakan suatu
institusi profit oriented yang dimiliki oleh pemerintah yang diatur dalam
Undang-undang dan merupakan salah satu sumber penerimaan negara
non-pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Intervensi pemerintah
sebagai pemegang saham mayoritas tidak dapat melepaskan perannya dalam
penentuan kebijakan dividen perusahaan dimana Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) sudah menentukan besarnya target pembayaran dividen yang akan
dibayarkan oleh masing-masing perusahaan BUMN tersebut. Penambahan
target pembayaran dividen terkadang digunakan oleh pemerintah untuk
menutupi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Hal ini tentunya
akan mempengaruhi pencapaian profitabilitas, likuiditas, dan pendanaan yang
melesu, pencapaian profitabilitas, likuiditas, dan pendanaan akan menurun
sehingga berpengaruh terhadap pembayaran dividen tunai kepada investor.
Atas dasar fenomena tersebut, peneliti termotivasi untuk menganalisis
apakah perusahaan food and beverage mempengaruhi pencapaian
profitabilitas, likuiditas, dan pendanaan yang baik perusahaan terhadap
kebijakan dividen. Dalam hal ini, penulis melihat bahwa produk yang
dihasilkan oleh perusahaan food and beverage selalu dibutuhkan oleh
masyarakat sekalipun keadaan perekonomian sedang melesu sehingga
memungkinkan tercapainya profitabilitas, likuiditas, dan pendanaan yang baik.
Selain itu, penentuan target pembayaran dividen pada perusahaan food and
beverage ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham tanpa adanya
campur tangan dari pihak pemerintah.
Pada penelitian ini penulis memperpanjang periode penelitian dimulai
dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 sehingga dapat menemukan
persamaan regresi yang memberikan gambaran yang lebih baik terhadap
permasalahan yang diteliti dan juga untuk mendapatkan data yang terbaru
terhadap perusahaan yang diteliti pada periode dilakukannya penelitian.
Sedangkan periode penelitian pada penelitian sebelumnya dimulai dari tahun
2001 sampai dengan tahun 2007 yang dirasakan belum memberikan gambaran
yang lebih baik terhadap permasalahan yang diteliti dan belum merupakan data
terbaru pada periode dilakukannya penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Dividen
2.1.1.1. Pengertian Dividen
Seorang investor yang menanamkan modalnya pada suatu perusahaan
tentu saja mengharapkan return atau keuntungan yang akan diperoleh dari
investasi yang telah dilakukannya. Keuntungan yang dapat diterima oleh
investor atau pemegang saham dari penanaman modal melalui pembelian
saham suatu perusahaan terdiri dari dua macam, yaitu: dividen dan capital
gain yang merupakan keuntungan yang diperoleh dari penjualan aktiva tetap
atau selisih antara harga jual dengan harga beli surat berharga.
Dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia bagi pemegang saham
biasa (earning available for common stockholders) yang dibagikan kepada para
pemegang saham biasa dalam bentuk tunai (Warsono, 2003: 271). Hanafi
(2004:361) menyatakan bahwa “Dividen merupakan kompensasi yang diterima
oleh pemegang saham, disamping capital gain.
Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai
keuntungan atau laba dari perusahaan. Dividen ditentukan dalam rapat umum
anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan
2.1.1.2. Jenis Dividen
Biasanya dividen dibagikan dengan interval waktu yang tetap, tetapi
kadang-kadang diadakan pembagian dividen tambahan pada waktu yang bukan
biasanya. Dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham
mempunyai beberapa bentuk sebagai berikut:
1. Dividen Tunai (Cash Dividend)
Dividen tunai merupakan dividen yang diberikan oleh perusahaan
kepada para pemegang saham dalam bentuk uang tunai (cash). Dividen
Tunai paling umum dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang
saham. Besar kecilnya pembagian dividen tergantung pada
pembatasan-pembatasan, undang-undang, kontrak-kontrak, dan jumlah
uang yang dimiliki atau tersedia dalam perusahaan. Dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) disepakati adanya sejumlah tertentu
bagian dari laba perusahaan akan dibagi dalam bentuk cash dividend
(Munandar, 1983 : 312). Perusahaan hanya berkewajiban membayar
dividen setelah perusahaan tersebut mengumumkan akan membayar
dividen. Dividen dibayarkan kepada pemegang saham yang tercatat dalam
daftar pemegang saham. Pembayaran dividen dapat dilakukan oleh
perusahaan sendiri atau melalui pihak lain seperti bank.
Cara yang kedua biasa yang dipilih perusahaan karena bank
mempunyai banyak cabang sehingga memudahkan pemegang saham yang
mungkin sekali tersebar luas di seluruh Indonesia (Suaidi, 1994 : 230).
pengumuman ada dividen kas adalah apakah jumlah kas yang ada
mencukupi untuk pembagian dividen tersebut.
2. Sertifikat Dividen (Script Dividend)
Dividen dalam bentuk skrip maksudnya perusahaan tidak
membayar pada saat itu tetapi memilih membayar pada masa yang
akan datang karena saldo kas yang ada di tangan tidak mencukupi.
Dividen ini dibagikan dengan tujuan agar perusahaan tetap dapat
mempertahankan citra dan nama baik perusahaan.
Sertifikat dividen merupakan suatu surat tanda kesediaan
membayar sejumlah uang tertentu yang diberikan perusahaan kepada para
pemegang saham sebagai dividen. Surat ini berbunga sampai dengan
dibayarkan uang tersebut kepada yang berhak. Script dividend seperti ini
biasa dibuat apabila pada waktu para pemegang saham mengambil
keputusan tentang pembagian laba dimana perusahaan belum (tidak)
mempunyai persediaan uang kas yang cukup untuk membayar dividend
cash (Suaidi, 1994 : 231).
3. Dividen Harta (Property Dividend)
Dividen harta merupakan dividen yang diberikan kepada para
pemegang saham dalam bentuk barang-barang (bukan berupa uang tunai
ataupun modal saham perusahaan). Contoh Dividen Harta adalah dividen
berupa persediaan atau saham yang merupakan investasi perusahaan pada
Pembagian dividen berupa harta lebih sulit dibanding pembagian
dividen tunai. Perusahaan melakukan dividen harta ini karena uang tunai
perusahaan tertanam dalam investasi saham perusahaan lain atau
persediaan dan penjualan investasi atau persediaan terutama bila jumlah
cukup banyak akan menyebabkan harga jual investasi ataupun persediaan
turun sehingga merugikan perusahaan dan pemegang saham sendiri
(Suaidi, 1994 : 233).
4. Dividen Likuiditas (Liquidating Dividend)
Dividen Likuiditas merupakan dividen yang dibayarkan kepada
para pemegang saham di mana sebagian dari jumlah tersebut dimaksudkan
sebagai pembayaran dividen tunai sedangkan sebagian lagi dimaksudkan
sebagai pengembalian modal yang ditanamkan (diinvestasikan) oleh para
pemegang saham ke dalam perusahaan tersebut (Munandar, 1983 : 314).
Dividen Likuiditas ini dicatat dengan mendebet rekening pengembalian
modal dan dalam neraca dilaporkan sebagai pengurangan modal saham.
5. Dividen Saham (Stock Dividend)
Dividen saham merupakan dividen yang diberikan kepada para
pemegang saham dalam bentuk saham-saham yang dikeluarkan oleh
perusahaan itu sendiri (Munandar, 1983 : 314). Di Indonesia saham yang
dibagikan sebagai dividen tersebut disebut saham bonus. Dengan demikian
para pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham yang lebih
banyak setelah menerima Dividen Saham (Stock Dividend). Dividen
jenisnya. Pembayaran dividen dalam bentuk saham yaitu berupa
pemberian tambahan saham kepada para pemegang saham tanpa
diminta pembayaran dan dalam jumlah saham yang sebanding dengan
saham yang dimiliki.
2.1.2. Kebijakan Dividen
2.1.2.1. Pengertian Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen adalah keputusan mengenai apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan
ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi pada masa yang
akan datang (Sartono, 2001 : 281). Dalam kebijakan dividen, terdapat pilihan
yang tidak mudah dalam membagikan laba sebagai dividen atau menahan untuk
diinvestasikan kembali. Apabila perusahaan memilih membagikan laba sebagai
dividen maka tingkat pertumbuhan akan berkurang dan akan berdampak negatif
terhadap harga saham. Di sisi lain, apabila perusahaan tidak membagikan dividen
maka pasar akan melihat sebagai sinyal negatif atas prospek perusahaan.
Peningkatan dividen memberikan sinyal perubahan yang menguntungkan pada
harapan manajer dan penurunan dividen menunjukkan pandangan pesimis prospek
perusahaan di masa yang akan datang.
Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan
pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya
pembayaran dividen dan besarnya laba ditahan untuk kepentingan pihak
dibayarkan sebagai dividen, maka mereka dapat meningkatkan kesejahteraan
para pemegang saham, hal ini menyarankan bahwa keputusan dividen yaitu
jumlah dividen yang dibayarkan merupakan suatu hal yang sangat penting
(Sharpe, et.al., 1993:512).
Kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pembagian
pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada
para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam
kegiatan operasional perusahaan yang berarti laba tersebut harus ditahan di
dalam perusahaan (Riyanto, 2001:265). Kebijakan dividen menentukan
jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan
akan tetapi dengan menahan laba saat ini dalam jumlah yang lebih besar
dalam perusahaan juga berarti lebih sedikit uang yang akan tersedia bagi
pembayaran dividen pada saat ini. Jadi aspek utama dalam kebijakan dividen
perusahaan adalah menetukan alokasi laba yang tepat antara pembayaran
dividen dengan penambahan laba ditahan perusahaan (Horne dan Wachowicz,
2005 : 270).
Gitman (2003:570), mengatakan bahwa “kebijakan dividen menunjukkan
kebijakan yang menentukan besarnya persentase setiap dolar yang diperoleh
yang didistribusikan kepada pemilik dalam bentuk kas, dihitung dengan
membagi dividen kas perusahaan per share dengan penghasilan per saham.
Keown (2005:607), mengatakan bahwa “kebijakan dividen adalah kebijakan
yang menentukan jumlah dividen relatif terhadap laba bersih perusahaan atau
Dari pengertian kebijakan dividen di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kebijakan dividen merupakan rencana pembagian pendapatan yang harus diikuti
dalam membuat keputusan dividen, apakah dividen akan dibayarkan atau ditahan
dalam perusahaan sebagai laba ditahan.
Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:387), faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen antara lain:
1. Faktur hukum yang menyangkut peraturan mengenai penggunaan laba
bersih untuk membayar deviden tahun-tahun yang lalu dan laba tahun
berjalan. Faktor hukum juga akan melindungi para kreditur yang melarang
pembayaran dividen yang berasal dari modal dan bukan dari laba
usahanya. Faktor hukum juga memperbolehkan perusahaan untuk tidak
membayar dividen jika jumlah utang perusahaan lebih besar dari jumlah
hartanya.
2. Posisi Likuiditas. Semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan, maka
semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen
kepada para pemegang saham.
3. Pembayaran pinjaman jangka panjang yang mengharuskan perusahaan
untuk menahan laba sehingga perusahaan tidak akan membagikan dividen
kepada para pemegang saham.
4. Kontrak pinjaman yang seringkali membatasi kemampuan perusahaan
untuk membayar dividen tunai. Hal ini terjadi karena dividen pada masa
mendatang hanya dapat dibayarkan dari laba yang diperoleh sesudah
diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya karena dividen tidak dapat
dibayarkan apabila modal kerja (aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar)
berada di bawah jumlah yang ditetapkan.
5. Pengembangan aktiva perusahaan yang membutuhkan dana yang cukup
besar sehingga mengakibatkan semakin banyak laba yang harus ditahan
dan menunda pembayaran dividen.
6. Tingkat pengembalian asset yang menentukan pembagian laba dalam
bentuk deviden yang dapat digunakan oleh pemegang saham baik
ditanamkan kembali di dalam perusahaan maupun di tempat lain.
7. Stabilitas keuntungan yang baik mengakibatkan perusahaan akan
membagikan keuntungannya dalam bentuk dividen dengan persentase
yang lebih besar sebab perusahaan memiliki tingkat kepastian perolehan
laba yang tinggi pada masa mendatang.
8. Pasar modal dapat membantu perusahaan besar yang memiliki
profitabilitas yang tinggi dan keuntungan teratur untuk dapat masuk ke
pasar modal dan memperoleh macam-macam dana dari luar untuk
pembiayaannya sehingga perusahaan dapat memenuhi pembayaran
dividen kepada investor.
9. Pengendalian terhadap perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan
dengan tidak menjual saham baru dan tidak membagikan laba
mengakibatkan pembagian dividen dalam bentuk kas menjadi rendah.
10. Keputusan kebijakan dividen dengan mempertahankan dividen per lembar
keuntungan sehingga mempengaruhi pembagian dividen karena dividen
itu baru akan dinaikkan jika sudah jelas bahwa meningkatnya keuntungan
itu benar-benar mantap dan cukup permanen.
Menurut Riyanto (2001:281), faktor-faktor yang menjadi pertimbangan
dalam kebijakan dividen suatu perusahaan antara lain:
1. Posisi likuiditas yang baik akan memungkinkan pembayaran dividen yang
baik. Semakin kuat posisi kas suatu perusahaan terhadap prospek
kebutuhan dana pada masa mendatang mengakibatkan semakin
tingginya jumlah dividen yang dibayarkan kepada para pemegang
saham.
2. Kebutuhan dana untuk membayar hutang yang dibayarkan melalui bagian
dari pendapatan yang ditahan mengakibatkan semakin rendahnya dividen
yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham.
3. Tingkat perluasan perusahaan yang mengakibatkan semakin besar dana
yang dibutuhkan karena semakin besar bagian dari pendapatan perusahaan
yang ditahan sehingga jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada para
pemegang saham akan semakin rendah.
4. Pengawasan terhadap perusahaan yang mempercayakan pada
pembelanjaan internal dalam rangka usaha mempertahankan pengendalian
terhadap perusahaan mengakibatkan pembayaran dividen semakin rendah
karena semakin banyak dana yang dibutuhkan yang bersumber dari laba
2.1.2.2. Teori tentang Kebijakan Dividen
Teori kebijakan dividen merupakan teori yang mengkaji tentang
penentuan besarnya alokasi laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa
pada dividen dan laba ditahan terhadap nilai pasar saham yang berlaku yang
menjadi penentu nilai dari suatu perusahaan. Berbagai teori dan temuan
empiris berkaitan dengan kebijakan dividen banyak ditemukan dalam literatur
keuangan, tetapi keputusan investasi dan keputusan pendanaan yang baik
tidak dapat digantikan oleh kebijakan dividen. Teori tentang kebijakan
dividen terus berkembang dan mengalami kemajuan dan sampai saat ini ada
beberapa teori kebijakan dividen yang telah dikemukakan.
1. Dividend Irrelevance Theory
Teori ini diperkenalkan oleh Miller dan Modigliani (1961:411) yang
menyatakan bahwa tidak ada pengaruh kebijakan dividen yang diputuskan
atau dilaksanakan perusahaan terhadap nilai perusahaan (aset) yang dimiliki
perusahaan. Investor yang memiliki saham pada perusahaan tidak akan
terpengaruh terhadap nilai aset / investasi bila perusahaan melakukan atau
memutuskan untuk membagi dividen. Tidak ada pengaruhnya kebijakan
dividen terhadap investasi atau aset investor karena investor dapat membuat
dividen sendiri (home made).
Nilai perusahaan tidak tergantung kepada kebijakan perusahaan atau
dividen yang dibayarkan perusahaan kepada pemegang saham melainkan
sangat tergantung kepada pilihan investasi optimal yang dilakukan oleh
menghasilkan laba dan risiko investasi serta memisahkan antara dividen dan
dana internal yang ditahan (laba ditahan) yang tidak mempengaruhi nilai
perusahaan.
Nilai perusahaan tergantung kepada kebijakan investasi dan bukan
pada berapa jumlah laba yang dibagi untuk dividen dan berapa jumlah laba
yang tidak dibagi yang dijadikan sebagai laba ditahan (retained earning).
Pendapat ini bertolak dari dua pemikiran. Pertama: diasumsikan bahwa
keputusan investasi dan penggunaan utang sudah dibuat dan tidak
mempengaruhi besar kecilnya dividen yang dibayarkan. Kedua: pasar modal
yang sempurna diasumsikan ada. Hal ini berarti (1) investor dapat menjual
dan membeli saham tanpa membayar biaya transaksi karena informasi dalam
pasar modal yang sempurna tersebar luas sehingga investor dapat melakukan
sendiri segala sesuatu yang diinginkannya; (2) setiap perusahaan dapat
menerbitkan saham tanpa adanya biaya emisi atau flotation cost dan biaya
transaksi; (3) tidak ada pajak pendapatan perseorangan maupun pajak
penghasilan perusahaan; (4) informasi yang lengkap mengenai setiap
perusahaan selalu tersedia sehingga investor tidak perlu melihat pengumuman
khusus mengenai pembayaran dividen sebagai indikator penting dari kondisi
perusahaan; serta (5) tidak terdapat konflik atau tidak ada masalah keagenan
antara pihak manajemen dengan para pemilik saham.
Pembayaran dividen merupakan selisih (residual) antara pendapatan
dan investasi sehingga dividen yang dibayar selalu disesuaikan dengan tingkat
kemakmuran pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah yang sama
dengan sumber dana yang lain melalui pembelanjaan atau pemenuhan dana
yang lain yaitu dengan mengeluarkan saham baru sebagai pengganti sejumlah
pembayaran dividen yang telah dilakukan perusahaan kepada para pemegang
sahamnya. Dengan demikian, kenaikan pendapatan dari pembayaran dividen
akan diimbangi dengan penurunan harga saham sebagai akibat dari penjualan
saham baru sehingga laba yang diperoleh dan dibagikan sebagai dividen atau
akan ditahan dalam bentuk laba ditahan tidak akan mempengaruhi
kemakmuran pemegang saham.
2. Bird in The Hand Theory
Gordon dan Lintner (1963:264) dengan Bird in The Hand Theory
berpendapat bahwa dividen lebih baik daripada capital gain karena dividen
yang dibagi kurang berisiko. Investor lebih merasa aman memperoleh
pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gain yang
belum tentu akan diperoleh pada masa mendatang atau kedua-duanya tidak
diperoleh padahal perusahaan membagikan dividen tergantung kepada
prospek perusahaan pada masa yang akan datang.
Bila perusahaan melihat adanya prospek yang lebih bagus di masa
mendatang dengan melakukan investasi, maka perusahaan kemungkinan besar
tidak akan membagikan dividen. Sebaliknya, perusahaan akan membagikan
dividen bila tidak ada pilihan investasi yang dapat meningkatkan nilai
perusahaan pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, perusahaan harus
dividen. Harapan pembagian dividen sangat dibutuhkan agar harga saham
mengalami kenaikan dan akhirnya memperoleh capital gain.
Perusahaan seharusnya membentuk risiko pembayaran dividen dengan
menawarkan dividen yield yang tinggi agar dapat memaksimalkan harga
sahamnya. Keyakinan bahwa kebijakan dividen perusahaan itu tidak penting
secara implisit mengasumsikan bahwa seorang investor menggunakan
required rate of return yang sama, baik pendapatan itu berupa dividen
maupun capital gain. Pendapatan dividen memiliki sifat yang lebih pasti
(predictable) daripada capital gain. Pihak manajemen perusahaan dapat
mengendalikan dividen, tetapi tidak dapat mengendalikan harga sahamnya di
pasar modal. Ini berarti kadar risiko caiptal gain lebih besar. Oleh karena itu,
rate of return yang digunakan ketika mengurangi jumlah capital gain harus
lebih tinggi dari yang digunakan terhadap pendapatan dividen.
3. Tax Preference Theory
Tax Preference Theory yang dikemukakan Farrar dan Slewyn
(1967:444) dan Brennan (1970:417) menjelaskan bahwa investor lebih
menyukai laba ditahan (retained earning) daripada dividen. Teori ini
menyarankan agar perusahaan membayarkan dividen yang rendah jika ingin
memaksimalkan harga sahamnya. Teori perbedaan pajak ini menerangkan
bahwa kebijakan yang terbaik adalah tidak membayar pajak sama sekali.
Teori Miller Modigliani menyatakan bahwa pada pasar persaingan
sempurna tidak diperlukan pajak sehingga tidak ada perlakuan pajak yang
selalu ada seperti yang dialami investor dimana setiap dividen yang
dibayarkan akan dikenakan pajak. Padahal seharusnya dividen yang diterima
investor tidak seharusnya dikenakan pajak dikarenakan perusahaan telah
membayar pajak atas bagian keuntungan yang dibagikan (dividen) tersebut.
Bila investor membayar kembali pajak atas dividen yang diterimanya, maka
telah terjadi pajak berganda karena perpindahan keuntungan (dividen) terjadi
bukan dikarenakan adanya nilai tambah yang dilakukan sehingga dividen
tersebut bertambah ketika sampai di tangan investor.
Adanya perlakuan pajak yang berbeda ini membuat investor selalu
berpikir agar dividen yang diterimanya sudah bersih tanpa ada lagi
pembayaran pajak sehingga jelas perhitungan pendapatannya yang siap
dikonsumsikan. Pemikiran investor ini diperhatikan oleh agen perusahaan
agar agen tersebut mengurangi dividen dalam rangka memaksimumkan nilai
perusahaan sebab pajak mempengaruhi pembayaran dividen perusahaan.
Pembayaran dividen yang kecil akan membuat biaya modal kecil dan harga
saham mengalami kenaikan dan bila diperhatikan dengan seksama bahwa
pajak dividen selalu lebih tinggi daripada capital gain.
Pemegang saham lebih baik menjual saham mereka beberapa lembar
pada suatu saat dan membayar pajak keuntungan modal yang lebih rendah.
Pendapat ini terutama didasarkan pada perbedaan perlakuan pajak terhadap
pendapatan dividen dan capital gain. Suatu kenyataan bahwa semua investor
harus membayar pajak pendapatan. Dengan demikian, bagi investor tujuan