• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 3.1. Bagan Kerangka Konseptual

Dari kerangka konsep pada gambar 3.1. di atas dapat dilihat bahwa kebijakan dividen merupakan variabel dependen. Variabel independen yang dipergunakan adalah profitabilitas dan likuiditas sedangkan pendanaan merupakan variabel moderasi.

Profitabilitas dapat mempengaruhi kebijakan dividen. Sartono (2001:122) berpendapat bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.

Tingkat pengembalian aset (return on asset) merupakan indikator yang dipergunakan dalam mengukur tingkat profitabilitas perusahaan dalam penelitian ini akan menentukan besarnya pengembalian laba dalam bentuk

PROFITABILITAS LIKUIDITAS KEBIJAKAN DIVIDEN PENDANAAN H2 H1

dividen yang dapat digunakan oleh pemegang saham, baik ditanamkan kembali di dalam perusahaan maupun di tempat lain. Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham karena semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada saat menjalankan kegiatan usahanya yang berasal dari modal yang diinvestasikannya.

Likuiditas juga dapat mempengaruhi kebijakan dividen. Menurut Sutrisno (2005:259), likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajiban yang segera harus dipenuhi. Posisi kas (cash position) yang merupakan perbandingan antara saldo kas akhir dengan laba bersih setelah pajak adalah indikator yang dipergunakan untuk mengukur tingkat likuiditas dalam penelitian ini. Semakin tinggi likuiditas suatu perusahaan, maka kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajibannya akan semakin baik. Selain itu, semakin tinggi tingkat likuiditas suatu perusahaan maka semakin mampu pula perusahaan tersebut membayar dividen karena pembayaran dividen membutuhkan aliran dana keluar sehingga diperlukan likuiditas yang tinggi.

Profitabilitas dan likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Profitabilitas perusahaan merupakan perbandingan antara laba bersih dengan aktiva atau modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut dimana usaha untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan dipengaruhi oleh masalah likuiditas. Likuiditas merupakan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo mengakibatkan

perusahaan untuk menahan uang kasnya. Semakin banyak perusahaan menahan uang kasnya maka semakin likuid perusahaan tersebut dan semakin berkurang pula uang kas yang digunakan oleh perusahaan dalam peredarannya. Jika perusahaan menahan uang kasnya, maka perusahaan akan kesulitan meningkatkan profitabilitas karena uang kas tidak dipergunakan dalam kegitan usaha perusahaan sehingga dapat merugikan dan mengurangi kesempatan untuk memperoleh keuntungan.

Dalam usaha untuk memperoleh laba, uang kas tersebut harus beredar. Semakin besar dan cepat perputarannya maka semakin besar pula kemungkinan dalam memperoleh laba. Ketika perusahaan dalam keadaan kurang likuid, ada kemungkinan perusahaan tidak bisa memanfaatkan potongan (pembelian kredit atau tunai) yang ditawarkan oleh leveransirnya. Akibatnya perusahaan beroperasi pada tingkat biaya yang tinggi dan hal itu dapat mengurangi kesempatan bagi perusahaan untuk meraih laba yang lebih besar.

Menghadapi keadaan yang kurang atau tidak likuid ini, perusahaan dapat mengambil keputusan untuk menarik atau mengambil pinjaman yang baru dengan tingkat bunga yang relatif tinggi. Bahkan menyebabkan perusahaan tersebut menjual investasi jangka panjang atau aktiva tetapnya untuk melunasi hutang jangka pendek tersebut.

Dalam hubungannya dengan kebijakan dividen, tingkat profitabilitas suatu perusahaan harus tinggi agar dapat memberikan dividen kepada para

pemegang saham. Semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, maka pembayaran dividen kepada para pemegang saham akan semakin besar dan alokasi untuk laba ditahan akan semakin besar pula. Demikian juga dengan tingkat likuiditas perusahaan harus tinggi agar perusahaan memiliki ketersediaan dana berupa kas yang dimiliki perusahaan agar dapat membayar dividen kepada para pemegang saham. Semakin besar kemampuan kas suatu perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham. Dengan demikian, tingkat profitabilitas yang tinggi dalam menghasilkan laba dan tingkat likuditas yang tinggi berupa kemampuan kas untuk memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan mengakibatkan semakin besarnya kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen kepada para pemegang saham.

Variabel pendanaan secara signifikan memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen. Profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena semakin besar tingkat profitabilitas, maka semakin besar pula kemampuan perusahaan membayarkan dividen kepada para pemegang sahamnya. Pendanaan yang diproksikan dengan debt to equity ratio

merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya melalui modal sendiri akan menunjukkan apakah pendanaan dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen. Profitabilitas ditemukan berhubungan negatif dengan pendanaan sehingga sesuai dengan hipotesis pecking order theory yang mempunyai preferensi pendanaan dengan dana internal berupa laba ditahan yang menyatakan

profitabilitas yang biasa diukur dengan Return on Asset (ROA) berhubungan negatif terhadap pendanaan, yang artinya semakin besar profitabilitas perusahaan maka semakin kecil keputusan pendanaan melalui hutang yang diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER) karena tingkat profitabilitas atau kemampuan peusahaan untuk menghasilkan keuntungan tinggi mengakibatkan berkurangnya penggunaan dana perusahaan dari laba ditahan sehingga mengakibatkan semakin besarnya kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen kepada para pemegang sahamnya.

Variabel pendanaan secara signifikan memoderasi pengaruh likuiditas terhadap kebijakan dividen. Likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena semakin tinggi likuiditas suatu perusahaan, maka semakin besar pula kemampuannya membayar dividen kepada para pemegang saham karena semakin besar kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas untuk memenuhi kewajibannya dalam waktu jangka pendek. Likuiditas juga berhubungan negatif dengan pendanaan karena tingkat likuiditas yang tinggi mengakibatkan penggunaan dana perusahaan dari laba ditahan akan semakin berkurang karena perusahaan memiliki kemampuan kas yang tinggi untuk membayar kewajiban jangka pendeknya sehingga mengakibatkan semakin besarnya kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen kepada para pemegang sahamnya.

Variabel pendanaan secara signifikan memoderasi pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen. Dengan adanya pendanaan sebagai variabel moderasi dapat dilihat peran pendanaan dalam memoderasi pengaruh profitabilitas dan likuiditas berpengaruh terhadap

kebijakan dividen. Pendanaan akan memoderasi pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen karena penggunaan dana perusahaan dari laba ditahan akan semakin berkurang jika tingkat profitabilitas dan likuiditas perusahaan tinggi.

Dalam penelitian ini, Dividend Payout Ratio (DPR) sebagai indikator dari kebijakan dividen merupakan variabel terikat. DPR perusahaan terdapat dalam laporan tahunan yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia. Variabel profitabilitas dan likuditas dijadikan sebagai variabel bebas sedangkan pendanaan dijadikan sebagai variabel moderating yang akan melihat apakah pendanaan dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen.

3.2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang, dan kerangka berpikir atau landasan teori di atas maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Profitabilitas dan likuiditas berpengaruh baik secara simultan dan maupun parsial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan food and beverage

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Pendanaan dapat memperkuat dan memperlemah pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

BAB IV

Dokumen terkait