• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI TOKSISITAS EKSTRAK AIR DAUN GAMAL (Gliricidia maculata Hbr.) TERHADAP HAMA KUTU PUTIH (Paracoccus marginatus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UJI TOKSISITAS EKSTRAK AIR DAUN GAMAL (Gliricidia maculata Hbr.) TERHADAP HAMA KUTU PUTIH (Paracoccus marginatus)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UJI TOKSISITAS EKSTRAK AIR DAUN GAMAL (Gliricidia maculataHbr.) TERHADAP HAMA KUTU PUTIH (Paracoccus marginatus)

Oleh

Gina Dania Pratami

Serangan hama kutu putih di Indonesia sejak tahun 2008 semakin meningkat dan menyebabkan penurunan produktivitas pada tanaman pepaya, maka perlu adanya pengendalian terhadap hama tersebut. Salah satunya dengan menggunakan insektisida nabati yang ramah lingkungan seperti tanaman gamal (G. maculata) yang diketahui mengandung senyawa flavonoid yang berpotensi sebagai insektisida nabati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh toksisitas ekstrak air daun gamal terhadap kematian hama kutu putih (P. marginatus) berdasarkan waktu dan konsentrasi yang berbeda.

Penelitian ini dilakukan melalui proses isolasi senyawa flavonoid berdasarkan uji bioassay dari ekstrak air daun gamal terhadap hama kutu putih. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktorial 4x5, yaitu empat jenis ekstrak air daun gamal (AMTB, AMB, AMTBH, dan AMBH) dan lima konsentrasi yang berbeda (0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%) dengan ulangan sebanyak 3 kali, dan ulangan sebagai kelompok. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analisis Ragam pada taraf 5% dan diuji lanjut dengan uji Tukey Untuk menentukan nilai LC50 dari masing-masing ekstrak yang

digunakan data dianalisis dengan analisis Probit.

Dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa nilai LC50 ekstrak air daun

gamal (AMTB, AMB, AMTBH, dan AMBH) setelah 48 jam perlakuan secara berurutan adalah 1,51%, 0,75%, 1,80%, dan 1,82%. Ekstrak AMTB, AMB, dan AMTBH mulai mematikan hama kutu putih setelah 6 jam perlakuan, sedangkan ekstrak AMBH mulai mematikan hama kutu putih setelah 3 jam perlakuan, lebih cepat 3 jam dibandingkan ekstrak lainnya. Ekstrak AMBH lebih efektif dalam mematikan hama kutu putih karena pada konsentrasi 1,32% - 8,5% sudah dapat mematikan 50 % serangga uji dalam waktu 48 jam.

(2)
(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Ekstrak air daun gamal dapat menyebabkan kematian terhadap hama kutu

putih.

2. Ekstrak air daun gamal yang digunakan adalah ekstrak air daun gamal tanpa

maserasi bertingkat (AMTB), hasil maserasi bertingkat (AMB), tanpa

maserasi bertingkat setelah hidrolisis (AMTBH), dan hasil maserasi

bertingkat setelah hidrolisis (AMBH).

3. Keempat ekstrak air daun gamal dapat mematikan 50% hama kutu putih

pada konsentrasi 0,75% - 1,82% setelah 48 jam perlakuan.

4. Semakin lama waktu perlakuan dan tinggi konsentrasi, maka semakin tinggi

persentase kematian hama kutu putih.

(4)

B. Saran

(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pepaya merupakan salah satu tanaman yang digemari oleh seluruh lapisan

masyarakat, khususnya di Indonesia. Buah ini tersedia sepanjang tahun tanpa

mengenal musim. Pertumbuhan tanaman pepaya tidak memerlukan kondisi

spesifik, sehingga budidaya yang dilakukan hanya memanfaatkan

perkarangan atau lahan kosong saja. Secara perkembangannya, selama lima

tahun terakhir pepaya termasuk dalam kelompok lima besar produksi

buah-buahan. Komoditas pepaya mempunyai peluang untuk dibudidayakan secara

komersial (Direktorat Jendral Hortikultura, 2008).

Pada beberapa daerah di Indonesia telah ditemukan ada serangan kutu putih

(Paracoccus marginatusWilliam and Granara de Willink, Hemiptera:

Pseudococcidae) pada tanaman pepaya yang mengakibatkan adanya potensi

kerugian ekonomis pada produksi buah papaya (Direktorat Jendral

Hortikultura, 2008).

Serangan hama kutu putihP. marginatusdi Indonesia pertama kali dilaporkan

(6)

P. marginatusditemukan pada tanaman pepaya dan beberapa jenis tanaman

lain yang berada di Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Depok (Direktorat

Jendral Hortikultura, 2008).

HamaP. marginatus yang berasal dari Meksiko ini sudah menyerang 13

provinsi di Indonesia dengan tingkat kerusakan bervariasi. Direktorat

Perlindungan Tanaman Hortikultura, Departemen Pertanian mencatatP.

marginatussudah merambah Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI

Yogyakarta, Kalimantan Timur, Lampung, Sulawesi Utara, Kalimantan

Barat, Banten, Jawa Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Bali.

Hama ini awalnya menyerang pepaya, tetapi kini menyerang 50 jenis

tanaman, seperti singkong, tomat, dan jarak pagar (Direktorat Jendral

Hortikultura, 2008).

SeranganP. marginatusdi Bandar Lampung baru ditemukan pada tahun

2009, banyak tanaman pepaya yang terserang baik secara ringan maupun

berat dan bahkan mati. Hampir seluruh pertanaman pepaya di wilayah

Bandar Lampung terserang hama kutu putih ini. Berdasarkan hasil observasi

beberapa wilayah Lampung yang terserang parah adalah Kedaton, Kemiling,

Panjang, Rajabasa, Tanjung Senang, dan Tanjung Karang Barat (Susilo dkk,

2009).

Mengingat banyaknya serangan kutuP. marginatuspada tanaman pepaya dan

(7)

adalah komoditas buah andalan petani Indonesia, maka perlu dilakukan

pengendalian terhadap hama kutu putih pepaya yang menyerang tanaman

tersebut untuk menurunkan kerugian ekonomis yang ditimbulkan (Friamsa

dkk, 2009).

Pengendalian atau pencegahan yang dapat dilakukan adalah sanitasi kebun

secara rutin sebagai upaya preventif dan kontrol terhadap hama. Untuk

penanggulangan dapat dilakukan secara komprehensif dari pendekatan

bilogis, fisik, maupun kimiawi. Salah satunya dengan menggunakan musuh

alaminya, namun musuh alami kutu ini belum ditemukan di Indonesia (Sobir,

2009). Penggunaan insektisida kimia mampu membunuh hama dan penyakit

tanaman, namun apabila cara pemakaiannya tidak tepat dapat menimbulkan

dampak negatif bagi lingkungan (Tarumingkeng, 1992).

Upaya pengendalian alternatif adalah penggunaan insektisida nabati yang

ramah lingkungan berasal dari tumbuhan. Insektisida nabati mudah

terdegradasi di alam, sehingga aman bagi manusia dan lingkungan (Tukimin

dan Rizal,2002). Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai

insektisida nabati adalah daun gamal (Gliricidia maculata) karena menurut

Tukimin dan Rizal (2002) ekstrak air tanaman ini yang dicampurkan dengan

detergen dan minyak tanah dapat menekan hama kutu daun kapas setelah 24

jam penyemprotan dan mampu membunuh hama kutu daun sebesar 70%

(8)

Hasil penelitian Nismah dkk (2009) menunjukkan ekstrak etanol dan air daun

gamal segar dapat menyebabkan kematian 100% pada imago hama bisul

dadap (Quadrastichus erythrinae) setelah 72 jam perlakuan pada skala

laboratorium. Sedangkan ekstrak air serbuk daun gamal hasil maserasi

bertingkat dengan konsentrasi terendah 2,19 % dapat mematikan 50 % hama

penghisap buah lada (D. piperis) setelah 72 jam perlakuan uji bioassay pada

skala laboratorium (Nukmal dkk, 2010). Hasil analisis fitokimia ekstrak ini

memperlihatkan bahwa ekstrak ini mengandung senyawa metabolit sekunder

golongan alkaloid, terpenoid, steroid dan flavonoid dengan kandungan

flavonoid yang paling banyak. Adanya flavonoid ini diduga sebagai senyawa

toksik yang dapat mematikan hama kutu putih (Nukmal, dkk. 2010). Maka,

untuk membuktikan hal tersebut diperlukan penelitian ini.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh toksisitas ekstrak air

daun gamal terhadap kematian hama kutu putihP. marginatusberdasarkan

waktu dan konsentrasi yang berbeda.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang

salah satu cara pengendalian hama kutu putih (P. marginatus) dengan

menggunakan ekstrak air daun gamal sebagai insektisida nabati agar dapat

(9)

D. Kerangka Pemikiran

Semakin menurunnya produktivitas tanaman pepaya khususnya di Indonesia

disebabkan karena serangan hama kutu putihP. marginatusyang begitu cepat

dan tidak terkendalikan. Hama yang menyerang tanaman pepaya ini

merupakan jenis serangga Hemiptera dari famili Pseudoccocidae atau sering

disebut juga dengan namaPapaya Mealybug.

Secara cepatP. marginatusyang pertama kali ditemukan di Meksiko ini

menyebar hampir keseluruh negara di dunia. Banyak faktor yang

menyebabkan penyebarannya, seperti terbawa angin, manusia atau hewan lain

yang menempel pada tanaman yang terserang. Selain itu dapat terbawa oleh

tanaman yang di impor ke negara-negara lain.

Penyebarannya di Indonesia baru diketahui dua tahun terakhir ini dan hampir

tersebar di seluruh wilayah Indonesia tidak hanya menyerang tanaman pepaya

saja, tetapi juga beberapa jenis tanaman lainnya. Selain pepaya, tanaman

yang menjadi inang dariP. marginatusadalahHibiscus, kamboja, jagung,

tomat, kedelai dan beberapa tanaman lainnya.

HamaP. marginatushidup secara begerombol dan merusak tanaman dengan

cara menghisap cairan yang ada pada tanaman. P. marginatustidak hanya

menyerang daun tetapi juga menyerang buah. Daun yang terserang akan

menjadi kering, layu dan akhirnya tanaman mati, sedangkan buah yang

(10)

Pengendalian terhadap kutu ini dinilai belum optimal, penggunaan insektisida

sintetik dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan manusia

apabila pemakaiannya tidak tepat. Selain itu juga dapat menimbulkan

resistensi bagi hama itu sendiri. Oleh karena itu, perlu diusahakan alternatif

pengendalian hama dengan menggunakan insektisida nabati. Penggunaan

insektisida nabati ini dinilai aman, murah, dan ramah lingkungan karena

berasal dari bahan alami tanaman. Salah satu tanaman yang dapat dijadikan

sebagai insektisida nabati adalah ekstrak daun gamal.

Ekstrak air daun gamal diketahui mengandung senyawa flavonoid yang

bersifat toksik sehingga berpotensi sebagai insektisida nabati. Pada penelitian

sebelumnya oleh Nukmal, dkk (2010) ekstrak air ini efektif mematikan hama

penghisap buah lada. Sehingga pada penelitian ini diharapkan ekstrak air

daun gamal juga dapat menekan populasi hama kutu putih pada tanaman

pepaya dikarenakan ordo hama ini sama dengan hama penghisap buah lada

yakni Hemiptera. Ekstrak yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak

air tanpa maserasi bertingkat (AMTB), ekstrak air dengan maserasi bertingkat

(AMB), ekstrak air tanpa maserasi bertingkat setelah hidrolisis (AMTBH)

(11)

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:

1. Ekstrak air daun gamal dapat mematikan hama kutu putih.

2. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang dipakai maka akan semakin cepat waktu

yang dibutuhkan untuk mematikan kutu putih.

3. Tidak ada perbedaan antara ekstrak air daun gamal yang digunakan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam bahagian yang berikutnya kita bincangkan analisis ralat kaedah RK-GM per- ingkat kedua dan seterusnya dalam bahagian ujian berangka kita tinjau penggunaan beber- apa rumus

85%, kemiringan lahan 10-50%, dan ketinggian tempat di atas permukaan laut 10-210 m. Jenis tanah di lokasi penelitian adalah Latosol dengan tekstur geluh lempungan dengan pH

melaporkan bahwa sampel daun jeruk baik Selayar maupun Siam yang bergejala CVPD akan menunjukkan pita DNA dengan ukuran 1160 bp pada hasil PCR yang berarti

Sedangkan data khususnya terdiri dari perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan jus semangka pada setiap responden dengan menggunakan sphygmanometer

Dalam program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Desa Ciulu pemanenan dilakukan dengan ketentuan-ketentuan dalam bentuk sistem yang telah ditetapkan oleh

[r]

Kelompok siswa pada kelas eksperimen yang diberi perlakukan melalui proses memanipulasi objek dengan pendekatan konseptual interak- tif, memiliki tingkat pemahaman konsep yang