PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS MULTI REPRESENTASI PADA MATERI LISTRIK DINAMIS
Oleh Hesty Prilita Z.
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS MULTI REPRESENTASI PADA MATERI LISTRIK DINAMIS
ABSTRAK
Oleh
HESTY PRILITA Z.
Sewaktu siswa mempelajari fisika, siswa dituntut untuk menguasai
representasi-representasi berbeda seperti percobaan, grafik, konseptual/keterangan lisan,
rumus, serta gambar atau diagram secara bersamaan. Penelitian ini merupakan
penelitian pengembangan pembuatan modul pembelajaran yang dapat menyajikan
pembelajaran fisika dalam beberapa representasi yaitu modul berbasis multi
representasi. Metode pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini
mengadaptasi model pengembangan media instruksional yang diadaptasi dari
Suyanto dan Sartinem (2009). Desain tersebut meliputi tujuh tahapan prosedur
pengembangan produk dan uji produk, yaitu: analisis kebutuhan, identifikasi
sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan, identifikasi spesifikasi produk yang
diinginkan pengguna, pengembangan produk, uji internal: uji kelayakan produk,
uji eksternal: uji kemanfaatan produk oleh pengguna dan tahap terakhir produksi.
Hasil uji internal menunjukan media telah sesuai dengan teori dan layak digunkan
Hesty Prilita Z.
multi representasi memiliki kualitas menarik, mudah digunakan dan bermanfaat
serta efektif digunakan sebagai media pembelajaran yaitu mencapai 76,6% siswa
tuntas KKM. Jadi, dapat disimulkan bahwa modul berbasis multi representasi
yang telah teruji dan layak digunakan dengan kualitas: menarik, mudah
digunakan, dan bermanfaat, serta dinyatakan keefektifannya sebagi media
pembelajaran. Hasil dari penelitian pengembangan ini adalah modul berbasis
multi representasi pada materi listrik dinamis.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Pengembangan ... 4
D. Manfaat Pengembangan ... 4
E. Ruang Lingkup Pengembangan ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan ... 6
B. Modul ... 7
C. Multi Representasi ... 12
D. Listrik Dinamis ... 18
III. METODE PENELITIAN A. Setting Pengembngan... 26
B. Prosedur Pengembangan ... 26
1. Analisis Kebutuhan ... 29
2. Identifikasi Sumber Daya ... 30
3. Identifikasi Spesifikasi Produk ... 30
xiii
5. Uji Internal ... 31
6. Uji Eksternal ... 32
7. Produksi ... 34
C. Metode Pengumpulan Data ... 34
D. Metode Analisis Data ... 35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan ... 36
B. Pembahasan ... 43
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 46
B. Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Kisi-Kisi Wawancara ... 51
2. Daftra Pertanyaan Wawancara ... 59
3. Analisis Multi Representasi dari Sumber Belajar Fisika di SMP Negeri 1 Negeri Katon ... 61
4. Data Hasil Wawancara ... 65
5. Pemetaan/Analisis SK-KD ... 67
6. Kisi-Kisi Soal Evaluasi ... 70
7. Kisi-Kisi Uji Ahli ... 78
8. Instrumen Uji Ahli Desain ... 83
9. Instrumen Uji Ahli Materi ... 89
xiv
11.Instrumen Uji Satu Lawan Satu ... 98
12.Kisi-Kisi Uji Kemenarikan, Kemudahan dan Kebermanfaatan ... 101
13.Instrument Uji Kemenarikan, Kemudahan dan Kebermanfaatan ... 103
14.Soal Evaluasi ... 107
15.Rangkuman Hasil Uji Ahli Desain ... 112
16.Rangkuman Hasil Uji Ahli Materi ... 113
17.Rangkuman Hasil Uji Satu Lawan Satu ... 114
18.Hasil Uji Kemenarikan, Kemudahan dan Kebermanfaatan ... 115
19.Hasil Penilaian Soal Evaluasi... 118
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah yang melanda dunia pendidikan fisika sebagian besar berkutat di
sekitar upaya meningkatkan pemahaman konsep siswa. Pemahaman konsep
dan hasil belajar fisika siswa, khusus siswa SMP masih relatif rendah. Salah
satu faktor penyebabnya adalah pengemasan pendidikan sering tidak sejalan
dengan hakikat belajar mengajar fisika. Untuk itu perlu dirancang
pengemasan pendidikan yang sejalan dengan hakekat belajar dan mengajar,
yakni bagaimana siswa belajar, bagaimana guru mengajar, bagaimana pesan
pembelajaran di dalam bahan ajar itu, bukan semata-mata pada hasil belajar.
Pengemasan bahan ajar fisika selama ini masih bersifat linier, yaitu bahan
ajar yang hanya menyajikan konsep dan prinsip, contoh-contoh soal dan
pemecahannya, dan soal-soal latihan. Bahan ajar kurang dikaitkan dengan
masalah-masalah real yang ada di seputar siswa sehingga kurang memberi
peluang kepada siswa untuk mengembangkan ketrampilan dalam
merumuskan masalah, memecahkan masalah, dan mengembangkan
pemahaman.
Sewaktu siswa mempelajari fisika, siswa dituntut untuk menguasai
2
konseptual/keterangan lisan, rumus, serta gambar atau diagram secara
bersamaan. Representasi adalah suatu konfigurasi (bentuk atau susunan) yang
dapat menggambarkan, mewakili atau melambangkan sesuatu dalam suatu
cara. Representasi juga merupakan sesuatu yang mewakili, menggambarkan
atau meyimbolkan obyek atau proses. Multi representasi berarti
mempresentasi ulang konsep yang sama dengan format yang berbeda,
termasuk verbal, gambar, grafik dan matematik. Multi representasi memliki
tiga fungsi utama yaitu sebagai pelengkap, pembatas interprestasi, dan
pembangun pemahaman.
Berdasarkan data dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SMP
Negeri 1 Negeri Katon tanggal 1 Desember 2012 diperoleh data bahwa
sumber belajar yang digunakan berupa LKS yang dibuat oleh guru dan buku
perpustakaan yang dipinjamkan kepada siswa yang jumlahnya terbatas.
Setelah ditinjau buku yang dipakai siswa sudah berupa multi representasi
tetapi penyusunannya belum terstruktur dan sulit dipahami sedangkan LKS
yang dibuat guru hanya berupa LKS praktikum yang penyajiannya belum
berupa multi representasi. Sarana dan prasarana berupa laboraturium dan
perpustakaan cukup lengkap tetapi keahlian guru dalam penggunaan alat
kurang, pemanfaatan sumber belajar belum optimal, siswa kurang dilibatkan
dalam kegiatan belajar mengajar karena guru masih mendominasi kelas.
Menindaklanjuti kondisi di atas yakni menjadikan fisika menjadi pelajaran
yang menarik dan membantu tugas guru dalam meningkatkan efektivitas
satu model bahan ajar yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang
terencana yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk
membantu siswa menguasai tujuan pembelajaran yang spesifik adalah modul.
Modul merupakan unit terkecil dari subtansi/materi ajar yang memuat suatu
konsep secara utuh, sehingga dapat dipelajari secara terpisah dari bagian lain
tanpa mengurangi maknanya.
Penulis mencoba memberikan alternatif dengan membuat suatu modul
pembelajaran yang dapat menyajikan pembelajaran fisika secara kompleks
agar siswa memahami pembelajaran fisika dengan baik. Materi fisika yang
ditinjau dalam penelitian ini adalah listrik dinamis karena materi listrik
merupakan materi yang dianggap sulit baik dalam pemahamannya maupun
dalam penyampaiannya kepada siswa. Adapun dalam penyusunan modul ini
multi representasi yang didahulukan adalah presentasi gambar, karena dalam
materi listrik siswa dianjurkan memahami gambar terlebih dahulu setelah itu
siswa dapat menganalisis dari gambar tersebut dan menentukan matematis
atau rumusnya, sehingga siswa dapat lebih memahami. Oleh karena itu
penulis mengangkat penelitian dengan judul "Pengembangan Modul Berbasis
Multi Representasi pada Materi Listrik Dinamis”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian
pengembangan ini adalah bagaimana bentuk Modul Berbasis Multi
Representasi pada Materi Listrik Dinamis Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri
4
C. Tujuan Pengembangan
Adapun tujuan penelitian ini adalah Membuat Modul Berbasis Multi
Representasi pada Materi Listrik Dinamis untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri
1 Negeri Katon Kabupaten Pesawaran sebagai hasil pengembangan.
D. Manfaat Pengembangan
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini di antaranya:
1. Tersedianya sumber belajar yang bervariasi bagi siswa yang dapat
digunakan secara mandiri atau bersama kelompok belajarnya dalam proses
pembelajaran untuk mencapai penguasaan kompetensi.
2. Memberikan motivasi bagi guru untuk meningkatkan efektivitas proses
pembelajaran dan memanfaatkan teknologi khususnya teknologi berbasis
cetakan dalam kegiatan pembelajaran.
E. Ruang Lingkup Pengembangan
Untuk menghindari berbagai macam perbedaan penafsiran tentang penelitian
ini maka diberikan batasan sebagai berikut :
1. Pengembangan adalah proses menerjemahkan spesifikasi desain ke dalam
suatu wujud fisik berupa Modul Berbasis Multi Representasi pada Materi
Listrik Dinamis.
2. Materi yang disajikan dalam modul ini adalah materi listrik dinamis
3. Multi Representasi adalah suatu cara penyajian materi pembelajaran yang
menggunakan beragam format representasi dan bukan sebuah metode
ataupun model melainkan suatu pendekatan dalam pembelajaran. Bentuk
multi representasi terdiri dari: (1) representasi verbal (ucapan, kata-kata),
(2) visual (grafik, sketsa, gambar), dan (3) persamaan matematik menjadi
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Pengembangan
Penelitian pengembangan merupakan jenis penelitian yang berorientasi pada
pengembangan dan validasi produk. Penelitian pengembangan sering
dikenal dengan Research and Development (R&D). Menurut Setyosari
(2010: 214) penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai
untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.
Sukmadinata dalam Potter (2010: 1) menyatakan bahwa:
Penelitian dan pengembangan adalah proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dioertanggungjawabkan.
Borg dan Gall dalam Wahyudi (2011: 1) mengemukakan bahwa:
Riset dan pengembangan bidang pendidikan (R&D) adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan mengesahkan produk bidang pendidikan.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat kita ketahui bahwa penelitian
pengembangan adalah serangkaian proses berdasarkan teori yang telah ada
untuk menghasilkan atau memperbaiki suatu produk pembelajaran yang
berkualitas. Adapun serangkaian tahap yang harus ditempuh dalam
pendekatan ini adalah sebagai berikut (Suyanto dan Sartinem (2009: 16)):
Tujuh prosedur pengembangan produk dan uji produk, yaitu (1) Analisis kebutuhan, (2) Identifikasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan, (3) Identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan
pengguna, (4) Pengembangan produk, (5) Uji internal,: Uji spesifikasi dan Uji operasionalisasi produk, (6) Uji eksternal: Uji kemanfaatan produk oleh pengguna, (7) Produksi.
Sedangkan menurut Asyhar (2011: 95) adalah sebagai berikut:
(1) Analisis kebutuhan dan karakteristik siswa, (2) Merumuskan tujuan pembelajaran, (3) Merumuskan butir-butir materi, (4)
Menyusun instrumen evaluasi, (5) Menyusun naskah/ draft media, (6) Melakukan validasi ahli dan (7) Melakukan uji coba/ tes dan revisi.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian
pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan suatu produk maka
harus melalui beberapa tahapan (prosedur) agar produk yang dihasilkan
berkualitas baik, bermanfaat dan dapat digunakan dalam proses
pembelajaran.
B. Modul
Modul merupakan salah satu bahan ajar tertulis yang dikembangkan untuk
memfasilitasi peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Roguel
dalam Abdurrahman (2012) menyatakan bahwa “Instructional modules are
learning materials designed primarily for independent or
self-study”,sehingga modul dikembangkan sebagai bahan belajar yang bersifat
mandiri, yang memungkinkan peserta didik dapat belajar sesuai dengan
8
utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar
yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai
tujuan pembelajaran yang spesifik. Modul merupakan unit terkecil dari
subtansi/materi ajar yang memuat suatu konsep secara utuh, sehingga dapat
dipelajari secara terpisah dari bagian lain tanpa mengurangi maknanya.
Suatu modul dapat terdiri dari bahan cetak atau kombinasi bahan cetak
dengan program media audio visual, dan perangkat lain seperti kit dan realia
atau benda sesungguhnya seperti diungkapkan Muljono dalam
Abdurrahman (2012: 3).
Sementara itu, menurut Sanjaya (2009: 156), dalam sebuah modul minimal
berisi tentang:
a. Tujuan yang harus dicapai, yang biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang spesifik sehingga keberhasilannya dapat diukur.
b. Petunjuk penggunaan, yakni petunjuk bagaimana siswa mempelajari modul.
c. Kegiatan belajar berisi tentang materi yang harus dipelajari oleh siswa.
d. Rangkuman materi, yakni garis-garis besar materi pelajaran. e. Tugas dan latihan.
f. Sumber bacaan, yakni buku-buku bacaan yang harus dipelajari untuk memperdalam dan memperkaya wawasan.
g. Item-item tes, soal-soal yang harus dijawab untuk melihat keberhasilan siswa dalam penguasaan materi pelajaran.
h. Kriteria keberhasilan, yakni rambu-rambu keberhasil siswa dalam mempelajri modul.
i. Kunci jawaban.
Berdasarkan kutipan di atas, modul adalah media instruksional yang dibuat
dengan tujuan siswa dapat belajar mandiri sesuai dengan kecepatan
masing-masing tanpa terikat oleh waktu, tempat, dan hal-hal lain di luar dirinya
Modul sebagai media cetak yang baik, penyusunan desain isi modul
disesuaikan dengan standar isi dari Badan Standar Pendidikan Nasional
(BSNP) sebagai berikut:
a. Tata Letak Isi
1) Tata Letak Konsisten
Dalam modul tata letak setiap unsur diusahakan tetap (konsisten),
mulai dari judul, sub judul, dan jarak antar paragraf.
2) Tata Letak Harmonis
Di dalam modul setiap unsur diletakan sehingga menimbulkan
keharmonisan dari tiap unsurnya. Contohnya: Bidang cetak dan
marjin proporsional, teks dan ilustrasi berdekatan, dan kesesuaian
bentuk, warna, dan ukuran unsur tata letak.
3) Tata Letak Lengkap
Setiap kelengkapan tata letak dalam modul dilengkapi sesuai
struktur penyusunan modul.
b. Tipografi Isi
1) Tipografi Sederhana
Tipografi sederhana lebih menekankan pada penggunaan huruf
yang akan digunakan, mulai dari jenis dan variasinya. Contohnya:
tidak menggunakan terlalu banyak jenis huruf, tidak
menggunakan huruf hias/dekoratif, dan penggunaan variasi huruf
10
2) Tipografi Mudah Dibaca
Tipografi sederhana mencakup kemudahan terbacanya isi modul
yang dibuat, mulai dari ukuran, panjang baris kalimat, dan spasi
baris susunan teks normal.
3) Tipografi Memudahkan Pemahaman
Tipografi disesuaikan agar tidak mengganggu peserta belajar
dalam memahami isi materi, meliputi: hierarki judul-judul jelas
dan konsisten, dan hierarki judul-judul proporsional.
c. Ilustrasi Isi
1) Konsep Ilustrasi Jelas
Ilustrasi yang digunakan jelas, dalam artian mampu
mengungkapkan makna/arti dari objek, bentuk yang proporsional,
bentuk akurat, dan realistik.
2) Ilustrasi Menimbulkan Daya Tarik
Penggunaan ilustrasi dalam modul sebaiknya dapat menimbulkan
daya tarik dengan memenuhi unsur-unsur berikut: keseluruhan
ilustrasi serasi, goresan garis tegas dan jelas, menggunakan
Selain 2 komponen di atas, komponen berikutnya meliputi rincian
berikut:
a. Kelayakan Isi
Komponen kelayakan isi ini diuraikan menjadi beberapa
subkomponen atau indikator berikut:
1)Kesesuaiandengan SK dan KD mata pelajaran dan perkembangan
anak.
2)Substansi keilmuan dan life skills.
3)Wawasan untuk maju dan berkembang.
4)Keberagaman nilai-nilai sosial.
b. Kebahasaan
Komponen kebahasaan ini diuraikan menjadi beberapa subkomponen
atau indikator berikut:
1)Keterbacaan.
2)Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3)Logika berbahasa.
Modul memiliki manfaat bagi pelaku pendidikan, yaitu peserta didik
dan pendidik. Manfaat modul bagi peserta didik, yaitu:
1. peserta didik memiliki kesempatan melatih diri belajar secara mandiri,
2. belajar menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari di luar kelas dan di luar jam pelajaran,
3. berkesempatan mengekspresikan cara-cara belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya,
12
6. mengembangkan kemampuan peserta didi dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya.
Sedangkan, bagi pendidik penyusunan modul ini bermanfaat untuk: 1. mengurangi ketergantungan terhadap ketersediaan buku teks, 2. memperluas wawasan karena disusun dengan menggunakan
berbagai refrensi,
3. menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman dalam menulis bahan ajar,
4. membangun komunikasi yang efektif antara dirinya dengan peserta didik karena pembelajaran tidak harus berjalan secara tatap muka, 5. menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi
buku/multimedia dan diterbitkan. Suprawoto (2009: 2)
Menurut Santyasa (2009: 11), Keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran dengan penerapan modul adalah sebagai berikut. 1. Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan
tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.
2. Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada modul yang mana mereka belum berhasil.
3. Siswa mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya. 4. Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester. 5. Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun
menurut jenjang akademik.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa modul betrmanfaat
bagi peserta didik yaitu peserta didik mengembangkan kemampuannya
dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lain
sesuai dengan kemampuannya. Sedangkan, bagi pendidik yaitu menambah
wawasan dan memudahkan dalam mengevaluasi hasil belajar peserta didik.
C. Multi Representasi
Terdapat beberapa definisi yang dikemukakan para ahli berkenaan tentang
representasi seperti dikutip dalam Fadillah (2008 : 21):
menemukan solusi, sebagai contoh, suatu masalah dapat
direpresentasikan dengan obyek, gambar, kata-kata, atau simbol matematika.
2. Representasi merupakan cara yang digunakan seseorang untuk mengkomunikasikan jawaban atau gagasan matematik yang bersangkutan.
3. Representasi didefinisikan sebagai aktivitas atau hubungan dimana satu hal mewakili hal lain sampai pada suatu level tertentu, untuk tujuan tertentu, dan yang kedua oleh subjek atau interpretasi pikiran. Representasi menggantikan atau mengenai penggantian suatu obyek, yang diperoleh dari pengalaman tentang tanda representasi.
4. Representasi merupakan proses pengembangan mental yang sudah dimiliki seseorang, yang terungkap dan divisualisasikan dalam berbagai model matematika, yakni: verbal, gambar, benda konkret, tabel, model-model manipulatif atau kombinasi dari semuanya. 5. Representasi adalah suatu konfigurasi yang dapat menyajikan suatu
benda dalam suatu cara.
6. Representasi adalah suatu konfigurasi dan sejenisnya yang berkorespondensi dengan sesuatu, mewakili, melambangkan atau menyajikan sesuatu.
7. Dalam psikologi umum, representasi berarti proses membuat model konkret dalam dunia nyata ke dalam konsep abstrak atau simbol. Dalam psikologi matematika, representasi bermakna deskripsi hubungan antara objek dengan simbol.
Sedangkan menurut Kress dalam Abdurrahman, Apriliyawati, & Payudi (2008:
373) mengatakan bahwa “secara naluriah manusia menyampaikan, menerima,
dan menginterpretasikan maksud melalui berbagai penyampaian dan berbagai
komunikasi. Baik dalam pembicaraan, bacaan maupun tulisan.
Oleh karena itu, peran representasi sangat penting dalam proses pengolahan
informasi mengenai sesuatu.”
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa multi representasi adalah suatu
cara menyatakan suatu konsep melalui berbagai cara dan bentuk. Suatu
masalah dapat direpresentasikan melalui gambar, grafik, kata-kata (verbal),
14
pendekatan multi representasi diharapkan siswa dapat lebih mudah memahami
suatu konsep melalui format representasi yang disajikan.
Multi representasi memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai pelengkap,
pembatas interprestasi dan pembangun pemahaman. Ainsworth (1999: 134).
Pertama: multi representasi melengkapi proses untuk mendapatkan penjelasan
mengenai suatu konsep tertentu atau dalam memecahkan soal fisika dan
digunakan untuk memberikan representasi yang berisi informasi pelengkap
atau membantu melengkapi proses kognitif. Kedua: satu representasi
digunakan untuk membatasi kemungkinan kesalahan menginterprestasi dalam
menggunakan representasi yang lain. Ketiga: multi representasi dapat
digunakan untuk mendorong siswa membangun pemahaman terhadap situasi
secara mendalam. Pada fungsi ini, multi representasi dapat digunakan untuk
meningkatkan abstraksi, membantu generalisasi, dan untuk membangun
Berdasarkan fungsi tersebut dapat disimpulkan:
Gambar 2.1 Fungsi multi representasi (diterjemahkan dari Ainsworth,1999)
Penggunaan multi representasi dapat lebih melengkapi proses dalam menarik
kesimpulan dari informasi yang disajikan. Penjelasan secara verbal melalui
teks akan menjadi lebih mudah dipahami ketika dilengkapi gambar atau grafik
yang relevan dengan informasi yang sedang dibicarakan. Fungsi Multirepresentasi Membatasi interpretasi Membangun pemahaman
Abstraksi Hubungan
Generalisasi Pelengkap Melengkapi proses Melengkapi informasi
Tugas Strategi
16
Rosengrant et al dalam Iin (2012: 16) menyatakan bahwa ada beberapa alasan
pentingnya menggunakan multi representasi, yaitu:
1. Multi kecerdasan (multiple intelligences)
Menurut teori multi kecerdasan orang dapat memiliki kecerdasan yang
berbeda-beda. Oleh karena itu siswa belajar dengan cara yang berbeda-beda
sesuai dengan jenis kecerdasannya. Representasi yang berbeda-beda
memberikan kesempatan belajar yang optimal bagi setiap jenis kecerdasan.
2. Visualisasi bagi otak
Kuantitas dan konsep-konsep yang bersifat fisik seringkali dapat
divisualisasi dan dipahami lebih baik dengan menggunakan representasi
konkret.
3. Membantu menginstruksi representasi tipe lain
Beberapa representasi konkret membantu dalam mengontruksi representasi
yang lebih abstrak.
4. Beberapa representasi bermanfaat bagi penalaran kualitatif
Penalaran kualitatif seringkali terbantu dengan menggunakan representasi
konkret.
5. Representasi matematik yang abstrak digunakan untuk penalaran kuantitatif
dimana representasi matematik dapat digunakan untuk mencari jawaban
Menurut Ulfarina (2010), dalam fisika ada beberapa format representasi yang
dapat dimunculkan. Format-format tersebut antara lain:
1. Deskripsi Verbal
Untuk memberikan definisi dari suatu konsep, verbal adalah salah satu cara
yang tepat untuk digunakan.
2. Gambar/diagram
Suatu konsep akan menjadi lebih jelas ketika dapat kita representasikan
dalam bentuk gambar. Gambar dapat membantu memvisualisasikan sesuatu
yang bersifat abstrak. Dalam fisika banyak bentuk diagram yang sering
digunakan (sesuai konsep), antara lain: diagram gerak, diagram benda bebas
(free body diagram), diagram garis medan (field line diagram), diagram
rangkaian listrik (electrical circuit diagram), diagram sinar (ray diagram),
diagram muka gelombang (wave front diagram), diagram keadaan energi
(energy state diagram).
3. Grafik
Penjelasan yang panjang terhadap suatu konsep dapat kita representasikan
dalam satu bentuk grafik. Oleh karena itu, kemampuan membuat dan
membaca grafik adalah ketrampilan yang sangat diperlukan. Grafik balok
energi (energi bar chart), grafik balok momentum (momentum bar chart),
merupakan grafik yang sering digunakan dalam merepresentasikan
konsep-konsep fisika.
4. Matematik
Untuk menyelesaikan persoalan kuantitatif, representasi matematik sangat
18
ditentukan keberhasilannya oleh penggunaan representasi kualitatif secara
baik. Pada proses tersebutlah tampak bahwa siswa tidak seharusnya
menghafalkan semua rumus-rumus atau persamaan-persamaan matematik.
Dari hasil-hasil peneltian sains kognitif dan pendidikan fisika disimpulkan
bahwa siswa yang terampil sering menggunakan representasi kualitatif deperti
gambar, grafik dan diagram. Representasi kualitatif membantu mereka
memahami soal sebelum mereka menggunakan persamaan- persamaan
matematik untuk menyelesaikan persoalan tersebut secara kuantitatif. Dengan
multi representasi akan terjadi pengolahan informasi internal dan eksternal
untuk membangun suatu pemahaman yang lebih dalam mengenai suatu
pengetahuan dengan menggabungkan berbagai format representasi yang
berbeda yang digunakan sesuai dengan konteks permasalahan yang sedang
dihadapi.
D. Listrik Dinamis
Listrik statis dan listrik dinamis sama-sama mempelajari tentang
muatan-muatan listrik pada suatu benda. Hanya bedanya pada listrik statis khusus
mempelajari tentang muatan-muatan listrik dalam keadaan diam pada suatu
benda. Adapun, pada listrik dinamis khusus mempelajari tentang
muatan-muatan listrik (elektron) yang bergerak melalui penghantar. Listrik dinamis
dapat dibedakan menjadi listrik searah atau listrik DC yang arusnya tetap dan
listrik bolak-balik atau listrik AC yang arusnya secara periodik berubah dalam
A. ARUS LISTRIK
1. Pengertian Arus Listrik dan Beda Potensial
Menyatakan banyaknya muatan listrik yang mengalir dalam suatu
penghantar tiap satuan waktu. Dua buah benda yang bermuatan listriknya
berbeda dapat menimbulkan arus listrik. Benda yang muatan listrik
positifnya lebih banyak dikatakan mempunyai potensial lebih tinggi.
Adapun, benda yang muatan listik negatifnya lebih banyak dikatakan
mempunyai potensial lebih rendah.
Dua benda yang mempunyai beda potensial dapat menyebabkan terjadinya
arus listrik. Syaratnya, kedua benda harus dihubungkan dengan suatu
penghantar. Dalam kehidupan sehari-hari beda potensial sering dinyatakan
dengan tegangan.
Gambar 2.2 Dua benda beda potensial
Pada Gambar 2.2, A berpotensial lebih tinggi daripada B. Arus listrik yang
terjadi berasal dari A menuju B. Arus listrik terjadi karena adanya usaha
penyeimbangan potensial antara A dan B. deangan demikian dapat
dikatakan, arus listrik seakan-akan berupa arus muatan positif. Pada
kenyataannya muatan listrik yang dapat berpindah bukan muatan positif,
melainkan muatan negatif atau elektron. Arah arus listrik berasal dari
A B
+++ +++++
+++
+ + +
20
tempat berpotensial tinggi ke tempat yang berpotensial rendah. Jadi
berdasarkan uraian di atas arus listrik terjadi jika ada perpindahan elektron.
Gambar 2.3 Rangkaian tertutup (a), rangkaian terbuka (b)
Arus listrik timbul pada rangkaian tertutup diperlihatkan pada Gambar
2.3(a) sedangkan aliran muatan listrik tidak terjadi dalam rangkaian
terbuka diperlihatkan pada Gambar 2.3 (b)
Besarnya muatan listrik yang mengalir dalam suatu penghantar secara
matematis dinyatakan dengan :
Keterangan :
I = besar kuat arus, satuannya ampere (A) Q = besar muatan listrik, satuannya coulomb (C) t = waktu tempuh, satuannya sekon (s)
Berdasarkan uraian tersebut, arus listrik dapat didefinisikan sebagai
banyaknya elektron yang berpindah dalam waktu tertentu.
Beda potensial akan mengakibatkan berpindahnya elektron. Banyaknya
energi listrik yang diperlukan untuk mengalirkan setiap muatan listrik dari
ujung-ujung penghantar disebut beda potensial listrik atau tegangan listrik. �=
�
Hubungan antara energi listrik, muatan listrik, dan beda potensial listrik
secara matematik dirumuskan:
Keterangan :
V = beda potrensial, satuannya volt (V) W = energi listrik, satuannya Joule (J) Q = muatan listrik, satuannya coulomb (C)
Dengan demikian, beda potensial adalah besarnya energi listrik untuk
memindahkan muatan listrik.
2. Mengukur Kuat Arus Listrik
Kuat arus listrik yang mengalir dalam penghantar atau rangkaian listrik
dapat diukur besarnya dengan menggunakan amperemeter atau ammeter.
Amperemeter ada dua jenis, yaitu amperemeter digital dan amperemeter
analog. Ciri sebuah amperemeter analog adalah adanya huruf A pada
permukaan skala. Sedangkan untuk kuat arus yang kecil, digunakan
galvanometer sebagai alat untuk mengukurnya. Perhatikan cara merangkai
amperemeter untuk mengukur kuat arus listrik pada Gambar 2.4 (a) cara
[image:30.595.178.442.608.680.2]mengukur kuat arus listrik, (b) diagram rangkaian.
22
Dalam kehidupan sehari-hari, kamu dapat mengamati adanya gejala beda
potensial di baterai atau akumulator. Beberapa baterai dapat disusun secara
seri maupun paralel. Yang dimaksud susun seri adalah kutub positif
disambungkan dengan kutub negatif lainnya. Susun paralel adalah
[image:31.595.157.487.223.321.2]kutub-kutub yang sejenis disatukan. Untuk lebih jelas perhatikan Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Rangkaian seri (a), rangkaian paralel (b)
Pada Gambar 2.5 (a) rangkaian listrik disusun secara seri sedangkan pada
Gambar 2.5 (b) rangkaian listrik disusun secara paralel. Untuk susun seri
akan menghasilkan kuat arus listrik yang lebih besar daripada rangkaian
susunan paralel. Hal itu disebabkan oleh bertambahnya beda potensial.
Karena itu jika kedua macam rangkaian itu digunakan untuk menyalakan
lampu, akan menghasilkan nyala yang berbeda.
B. Hukum Ohm
Untuk memudahkan pemahaman terhadap Hukum Ohm, kita dapat
membuat rangkaian yang terdiri atas batere, bola lampu, dan kabel, seperti
Gambar 2.6
a b
Ternyata pada saat saklar ditekan, lampu meyala. Menyalanya lampu
karena dalam rangkaian mengalir arus listrik. Terang redupnya nyala
lampu ternyata dipengaruhi oleh banyaknya batere yang dipasang dalam
rangkaian. Jika jumlah batere ditambah, nyala lampu akan menjadi
semakin terang, sebaliknya jika jumlah baterenya sedikit, nyala lampunya
akan menjadi redup. Dengan kata lain dalam rangkaian tertutup, kuat arus
listrik yang mengalir bergantung pada banyak-sedikitnya batere atau
sumber tegangan. Semakin besar tegangan listrik dari batere, semakin
besar kuat arus listrik yang mengalir.
George Simon Ohm (1787-1854), menjelaskan bagaimana beda potensial
atau tegangan dari sebuah sumber arus, kuat arus listrik, dan resistansi
suatu rangkaian saling terkait. Ohm menyatakan bahwa “Kuat arus yang
mengalir pada suatu penghantar berbanding lurus dengan besarnya beda
potensial (tegangan) pada ujung-ujung penghantar”. Pernyataan Ohm
[image:32.595.202.354.533.685.2]tersebut dikenal sebagai Hukum Ohm yang digambarkan dalam bentuk
grafik sebagai berikut.
Gambar 2.7 Grafik hubungan antara besarnya tegangan dan kuat arus V
24
Dari grafik tersebut kita dapat membuat hubungan antara besarnya
tegangan dan kuat arus yang mengalir dalam rangkaian tersebut sebagai
berikut:
∞�
Secara matematis hukum Ohm dapat dinyatakan sebagai:
= � .
Keterangan :
i = kuat arus listrik (Ampere) V = tegangan listrik (volt)
R = hambatan (ohm = Ω)
C. Hukum I Kirchhoff
Jika kita membuat rangkaian tertutup yang memiliki percabangan, ternyata
besarnya arus listrik yang menuju titik percabangan sama dengan besarnya
arus listrik yang meninggalkan percabangan tersebut. Pernyataan tersebut
dapat dibuktikan dengan mudah dengan cara memasang ampermeter
sebelum arus memasuki percabangan, serta ampermeter lainnya setelah
arus listrik meninggalkan setiap percabangan. Besarnya arus listrik yang
menuju percabangan dan jumlah arus listrik pada setiap percabangan
tergantung pada nilai hambatannya masing-masing. Jika nilai hambatan
pada cabang tersebut besar, maka arus listrik yang melalui cabang tersebut
kecil, sebaliknya jika hambatannya kecil maka aris listrik yang melalui
[image:33.595.272.422.657.747.2]cebang tersebut menjadi besar.
Menurut hukum I Kirchhoff yang berbunyi:
“Jumlah kuat arus yang melalui satu titik percabangan sama dengan
jumlah kuat arus listrik yang meninggalkan titik percabangan tersebut”.
Pada titik persambungan dalam gambar 2.9,
�1 +�2 =�3+�4+�5. . . ..
D. Hukum II Kirchoff
Hukum II Kirchoff berbunyi:
“ Jumlah gaya gerak listrik (GGL) dan penurunan tegangan dalam suatu
rangjaian tertutup sama dengan nol.”
[image:34.595.263.439.165.264.2]Secara matematis hukum II Kirchoff dapat dinyatakan dalam persamaan: Gambar 2.9 Kuat arus listrik dalam titik percabangan
∑ E = ∑ I . R
[image:34.595.249.409.507.619.2]BAB III. METODE PENELITIAN
A.Setting Pengembangan
Metode penelitian ini, yaitu research and development atau penelitian
pengembangan. Pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan media
instruksional berupa Modul Berbasis Multi Representasi. Sasaran
pengembangan program adalah materi listrik dinamis untuk SMP/MTs.
Subjek uji coba terdiri atas ahli bidang isi atau materi, ahli media/desain
pembelajaran instruksional, uji satu lawan satu dan uji lapangan. Uji ahli
materi adalah dilakukan oleh ahli bidang isi materi untuk mengevaluasi isi
materi pembelajaran pada modul, dan ahli media/desain yang merupakan
seorang master dalam bidang teknologi pendidikan akan mengevaluasi
desain dalam modul. Uji satu lawan satu diambil sampel penelitian yaitu 2
orang siswa SMP/MTs yang dapat mewakili populasi target. Selanjutnya, uji
coba lapangan yaitu uji coba produk dikenakan kepada siswa SMP/MTs
yang belum pernah mendapat materi listrik dinamis sebelumnya.
B.Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan ini mengacu pada model pengembangan media
tersebut meliputi tujuh tahapan prosedur pengembangan produk dan uji
produk, yaitu:
1) Analisis kebutuhan,
2) Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan,
3) Identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna,
4) Pengembangan produk,
5) Uji internal: Uji kelayakan produk,
6) Uji eksternal: Uji kemanfaatan produk oleh pengguna,
7) Produksi.
Dengan mengadaptasi model tersebut, maka prosedur pengembangan yang
28
Gambar. 3.1 Model pengembangan media instruksional diadaptasi dari
prosedur pengembangan produk dan uji produk menurut Suyanto dan Sartinem (2009)
Tahap I:
Analisis Kebutuhan program Pengembangan
Tahap II:
Identifikasi Sumber Daya Tahap III:
Identifikasi Spesifikasi Produk Tahap VII:
Pencetakan Produk
Tahap IV: Pengembangan Produk
(Prototipe I) Tahap VI: UjiEksternal Uji Kemanfaatan Produk
(Prototipe IV)
Tahap V: Uji Internal
1. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan dilakukan dengan metode wawancara. Wawancara
dalam penelitian ini ditujukan kepada guru mata pelajaran fisika.
Wawancara terhadap guru mata pelajaran dilakukan untuk menggali
informasi tentang pemanfaatan sarana dan prasarana dalam pembelajaran,
mengetahui kendala-kendala dalam pemanfaatan sarana dan prasarana
dalam pembelajaran, dan untuk mengetahui materi yang membutuhkan
bantuan modul berbasis multi representasi.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru mata pelajaran fisika di SMP
Negeri 1 Negeri Katon tanggal 1 Desember 2012 diperoleh data bahwa
pembelajaran Fisika yang dilakukan selama ini masih monoton dan hanya
berpusat pada guru. Sumber belajar yang digunakan hanya bergantung pada
buku pelajaran IPA. Kondisi seperti ini menyebabkan kurang
berkembangnya pengetahuan dan kreatifitas siswa. Setelah ditinjau buku
yang dipakai siswa sudah berupa multi representasi tetapi penyusunannya
belum terstruktur dan sulit dipahami. Sarana dan prasarana berupa
laboraturium dan perpustakaan belum lengkap, keahlian guru dalam
penggunaan alat kurang, pemanfaatan sumber belajar belum optimal, siswa
kurang dilibatkan dalam kegiatan belajar mengajar karena guru masih
30
2. Identifikasi Sumber Daya
Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan dilakukan dengan
menginventarisir segala sumber daya yang dimiliki, baik sumber daya guru
maupun sumber daya sekolah seperti perpustakaan dan laboraturium. Atas
dasar potensi sumber daya yang dimiliki peneliti melakukam pengembangan
modul berbasis muti representasi. Hasil identifikasi tersebut selanjutnya
digunakan untuk menentukan spesifikasi produk yang telah disesuaikan
dengan sumber daya yang dimiliki sekolah, juga dengan kebutuhan yang
ingin dipenuhi berdasarkan analisis kebutuhan.
3. Identifikasi Spesifikasi Produk
Identifikasi produk dilakukan untuk mengetahui ketersediaan sumber daya
yang mendukung pengembangan produk dengan memperhatikan hasil
analisis kebutuhan dan identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh sekolah.
Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan topik atau materi pokok pembelajaran yang akan
dikembangkan.
b. Mengidentifikasi kurikulum untuk mendapatkan indentifikasi materi
pelajaran dan indikator ketercapaian dalam pembelajaran.
4. Pengembangan Produk
Kegiatan pengembangan pada tahap ini dilakukan pembuatan modul
berbasis multi representasi pada materi listrik dinamis. Spesifikasi produk
yang akan dikembangkan adalah modul berbasis multi representasi yang di
dalamnya terdiri dari tujuan pembelajaran, uraian materi, latihan/tugas,
rangkuman, tes formatif, kunci jawaban tes formatif, umpan balik dan
tindak lanjut.
Penyajian materi pada modul ini, yaitu dengan menyatakan suatu konsep
melalui berbagai cara dan bentuk diantaranya dalam bentuk verbal, gambar,
grafik, diagram dan matematika. Ini sesuai dengan pengertian multi
representasi itu sendiri.
5. Uji Internal
Dalam penelitian pengembangan, sebuah desain pembelajaran memerlukan
kegiatan uji coba secara bertahap dan berkesinambungan. Pada tahap uji
internal atau uji kelayakan produk dikenakan pada produk terdiri dari uji
ahli desain dan ahli isi/materi pembelajaran. Kemudian produk yang telah
dibuat diberi nama prototipe I, kemudian dikenakan uji kelayakan produk
dengan berpedoman instrumen uji yang telah dibuat.
Uji kelayakan produk ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menentukan indikator penilaian yang digunakan untuk menilai prototipe
32
2) Menyusun instrumen uji kelayakan produk berdasarkan indikator
penilaian yang telah ditentukan.
3) Melaksanakan uji kelayakan produk yang dilakukan oleh ahli desain dan
ahli isi/materi pembelajaran.
4) Melakukan analisis terhadap hasil uji kelayakan produk dan melakukan
perbaikan.
5) Mengkonsultasikan hasil yang telah diperbaiki kepada ahli desain dan
ahli isi/materi pembelajaran.
Prototipe I disempurnakan sesuai rekomendasi perbaikan yang diperoleh
dari ahli desain dan ahli isi materi. Hasil perbaikan ini akan diperoleh
prototipe 2.
6. Uji Eksternal
Stelah dilakukan uji internal dan diperoleh hasil prototipe I I, langkah
selanjutnya dilakukan uji eksternal yang diberikan kepada siswa untuk
digunakan sebagai sumber sekaligus media pembelajaran. Uji eksternal
merupakan uji coba kemanfaatan produk oleh pengguna, yaitu:
kemenarikan, kemudahan menggunakan produk, dan keefektifan mencapai
tujuan pembelajaran sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang harus terpenuhi. Uji ini dilakukan melalui 2 tahap, yaitu: uji satu lawan
satu dan uji lapangan.
Pada uji satu lawan satu ini dipilih dua siswa yang dapat mewakili populasi
target dari media yang dibuat. Menyajikan media tersebut kepada mereka
siswa mempelajarinya. Kedua orang siswa yang telah dipilih tersebut,
hendaknya satu orang dari populasi target.
Prosedur pelaksanaannya yaitu:
1) Menjelaskan kepada siswa tentang media yang baru dirancang dan
ingin mengtahui bagaimana reaksi siswa terhadap media yang sedang
dibuat.
2) Mengusahakan agar siswa bersikap rileks dan bebas mengemukakan
pendapatnya tentang ,edia tersebut.
3) Memberikan instrumen uji satu lawan satu yang berisi tentang
komponen media yang dibuat.
4) Mencatat waktu yang diperlukan siswa untuk mempelajari materi dalam
media tersebut.
5) Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil ujia satu lawan
satu.
6) Mengkonsultasi hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki
kepada pembimbing.
Sedangkan untuk uji lapangan (kelompok kecil) dikenakan kepada satu
kelas sampel yang dipilih secara acak pada siswa yang belum pernah
mendapatkan materi listrik dinamis untuk mengetahui tingkat kemudahan,
kemenarikan dan keefktifan media. Siswa melakukan pembelajaran dengan
menggunakan modul berbasis multi representasi dan setelah pembelajaran
34
diberikan angket untuk mengetahui tingkat kemudahan dan kemenarikan
dalam penggunaan modul berbasis multi representasi.
7. Produksi
Setelah dilakukan perbaikan dari hasil uji eksternal, maka dihasilkan
prototipe III kemudian dilaksanakan tahap ketujuh, yaitu produksi. Tahap
ini merupakan tahap akhr dari penelitian pengembangan.
C.Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian pengembangan ini digunakan empat macam metode
pengumpulan data. Keempat macam metode tersebut meliputi:
1. Metode Wawancara
Metode wawancara digunakan untuk mengetahui dan menganalisis
kebutuhan media pembelajaran.
2. Metode Observasi
Metode observasi dilakukan untuk mengetahui saran dan prasarana di
sekolah yang menunjang proses pembelajaran.
3. Metode Angket
Metode angket digunakan untuk mengukur indikator program yang
berkenaan dengan kriteria pendidikan, tampilan produk dan kualitas
teknis. Instrumen meliputi dua tahap, yaitu angket uji ahli dan angket
4. Metode Tes Khusus
Pada tahap ini produk digunakan sebagai sumber belajar, pengguna
(siswa) diambil berdasarkan teknik acak atas dasar kesetaraan penelitian
untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan analisis kebutuhan. Kemudian
siswa tersebut diberi post-test. Hasil post-test dianalisis ketercapaian
tujuan pembelajaran dengan nilai KKM yang harus dipenuhi.
D.Metode Analisis Data
Setelah data diperoleh, selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Data
hasil observasi dan wawancara di jadikan sebagai latar belakang
dilakukannya penelitian ini. Data kesesuaian desain dan materi
pembelajaran pada produk diperoleh dari ahli desain dan ahli materi melalui
uji ahli. Data kesesuaian tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat
kelayakan produk yang dihasilkan untuk digunakan sebagai media
pembelajaran.
Analisis data berdasarkan instrumen uji satu lawan satu dilakukan untuk
mengetahui respon dari siswa terhadap media yang sudah dibuat. Data
kemenarikan, kemudahan penggunaan dan kemanfaatan produk diperoleh
melalui hasil uji lapangan kepada pengguna secara langsung. Sedangkan
data hasil belajar yang diperoleh melalui tes setelah penggunaan produk
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan dari penelitian pengembangan ini adalah:
Bentuk modul yang dihasilkan, yaitu berupa media berbasis cetakan
dan dalam penyajiannya dengan berbagai representasi dan dapat
dipakai secara mandiri oleh siswa maupun guru dalam proses
pembelajaran. Modul ini menyajikan materi listrik dinamis.
Berdasarkan hasil uji lapangan diketahui modul berbasis multi
representasi ini menarik, memudahkan dan bermanfaat. Pada uji
efektivitas, diketahui hasil belajar siswa setelah menggunakan modul
multi representasi ini yaitu memiliki presentase kelulusan sebesar
76,7%. Maka modul berbasis multi representasi pada materi listrik
dinamis ini efektif digunakan sebagai alternatif sumber belajar bagi
kelompok uji siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Negeri Katon.
B. Saran
Saran penelitian pengembangan ini adalah:
1. Cakupan materi yang disampaikan sebaiknya diperluas lagi, baik
2. Kegiatan pengujian penggunaan modul hasil pengembangan dalam
skala besar untuk mengetahui kelebihan modul sebagai sumber
belajar bagi siswa kelas IX SMP.
3. Agar lebih menarik perhatian siswa diharapkan dapat
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. 2012. Panduan Penyusunan Modul Bagi Pengembangan Profesional. Bandar Lampung : FKIP Universitas Lampung.
Abdurrahman, R. Apriliyawati, & Payudi.2008. Limitation of representation mode in learning gravitational concept and its influence towards student skill problem solving. Preceeding Of The 2nd International Seminar in Science Education. PHY-31: 373 – 377.
Ainsworth, Sharoon. 1999. The Function of Multiple Representations. School of Psychology and Learning Science Research Institute. Nottingham: University of Nottingham. NG7 2RD UK.
Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press.
Fadillah, Syarifah. 2008. Representasi dalam Pembelajaran Matematik.
[online]. Jurnal Pendidikan. Tersedia: http://fadilahatick.blogspot.com [18 Februari 2013].
Kohl, P.B., D. Rosengrant and ND. Finkelstein. 2007. “Strongly and weakly directed approaches to teaching multiple representation use in physics” Physical Review Special Topics – Physics Education Research 3, 010108
Kohl, P.B., N.D. Finkelstein. 2006. “ Effect of instructional environment on physics students representational skills.” Physical Review Special Topics – Physics Education Research 2, 010102.
Potter, Duwi. 2010. Skripsi Pengembangan Multimedia. [online]. Tersedia: http://sekripsiku.blogspot.com/ 2010/02/bab-ii.html. [25 November 2012].
Sanjaya,Wina. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.
Group: Jakarta.
Suminar, Iin. 2012. Pembelajaran Berbasis Masalah, Multi Representasi, Hasil Belajar Kognitif dan Kecerdasan Majemuk. Skripsi. Universitas
Pendidikan Indonesia.
Suprawoto, N. A. 2009. Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul. [online]. Tersedia:
http://www.scribd.com/doc/16554501/mengembangkan-bahan-ajar-dengan-menyusun-modul. [28 November 2012].
Suyanto, Eko dan Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses untuk SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009. Bandarlampung: Unila.
Ulfarina, Loviza.2010. Penggunaan Pendekatan Multi Representasi Pada Pembelajaran Konsep Gerak Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Memperkecil Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMP. [online]. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Tersedia:
http://www.google.co.id/representasi%grafik&source%pdf. [25 November 2012].