• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS MULTI REPRESENTASI PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS MULTI REPRESENTASI PADA MATERI LISTRIK DINAMIS"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS MULTI REPRESENTASI PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

Oleh Hesty Prilita Z.

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS MULTI REPRESENTASI PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

ABSTRAK

Oleh

HESTY PRILITA Z.

Sewaktu siswa mempelajari fisika, siswa dituntut untuk menguasai

representasi-representasi berbeda seperti percobaan, grafik, konseptual/keterangan lisan,

rumus, serta gambar atau diagram secara bersamaan. Penelitian ini merupakan

penelitian pengembangan pembuatan modul pembelajaran yang dapat menyajikan

pembelajaran fisika dalam beberapa representasi yaitu modul berbasis multi

representasi. Metode pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini

mengadaptasi model pengembangan media instruksional yang diadaptasi dari

Suyanto dan Sartinem (2009). Desain tersebut meliputi tujuh tahapan prosedur

pengembangan produk dan uji produk, yaitu: analisis kebutuhan, identifikasi

sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan, identifikasi spesifikasi produk yang

diinginkan pengguna, pengembangan produk, uji internal: uji kelayakan produk,

uji eksternal: uji kemanfaatan produk oleh pengguna dan tahap terakhir produksi.

Hasil uji internal menunjukan media telah sesuai dengan teori dan layak digunkan

(3)

Hesty Prilita Z.

multi representasi memiliki kualitas menarik, mudah digunakan dan bermanfaat

serta efektif digunakan sebagai media pembelajaran yaitu mencapai 76,6% siswa

tuntas KKM. Jadi, dapat disimulkan bahwa modul berbasis multi representasi

yang telah teruji dan layak digunakan dengan kualitas: menarik, mudah

digunakan, dan bermanfaat, serta dinyatakan keefektifannya sebagi media

pembelajaran. Hasil dari penelitian pengembangan ini adalah modul berbasis

multi representasi pada materi listrik dinamis.

(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Pengembangan ... 4

D. Manfaat Pengembangan ... 4

E. Ruang Lingkup Pengembangan ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan ... 6

B. Modul ... 7

C. Multi Representasi ... 12

D. Listrik Dinamis ... 18

III. METODE PENELITIAN A. Setting Pengembngan... 26

B. Prosedur Pengembangan ... 26

1. Analisis Kebutuhan ... 29

2. Identifikasi Sumber Daya ... 30

3. Identifikasi Spesifikasi Produk ... 30

(8)

xiii

5. Uji Internal ... 31

6. Uji Eksternal ... 32

7. Produksi ... 34

C. Metode Pengumpulan Data ... 34

D. Metode Analisis Data ... 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan ... 36

B. Pembahasan ... 43

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 46

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Kisi-Kisi Wawancara ... 51

2. Daftra Pertanyaan Wawancara ... 59

3. Analisis Multi Representasi dari Sumber Belajar Fisika di SMP Negeri 1 Negeri Katon ... 61

4. Data Hasil Wawancara ... 65

5. Pemetaan/Analisis SK-KD ... 67

6. Kisi-Kisi Soal Evaluasi ... 70

7. Kisi-Kisi Uji Ahli ... 78

8. Instrumen Uji Ahli Desain ... 83

9. Instrumen Uji Ahli Materi ... 89

(9)

xiv

11.Instrumen Uji Satu Lawan Satu ... 98

12.Kisi-Kisi Uji Kemenarikan, Kemudahan dan Kebermanfaatan ... 101

13.Instrument Uji Kemenarikan, Kemudahan dan Kebermanfaatan ... 103

14.Soal Evaluasi ... 107

15.Rangkuman Hasil Uji Ahli Desain ... 112

16.Rangkuman Hasil Uji Ahli Materi ... 113

17.Rangkuman Hasil Uji Satu Lawan Satu ... 114

18.Hasil Uji Kemenarikan, Kemudahan dan Kebermanfaatan ... 115

19.Hasil Penilaian Soal Evaluasi... 118

(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah yang melanda dunia pendidikan fisika sebagian besar berkutat di

sekitar upaya meningkatkan pemahaman konsep siswa. Pemahaman konsep

dan hasil belajar fisika siswa, khusus siswa SMP masih relatif rendah. Salah

satu faktor penyebabnya adalah pengemasan pendidikan sering tidak sejalan

dengan hakikat belajar mengajar fisika. Untuk itu perlu dirancang

pengemasan pendidikan yang sejalan dengan hakekat belajar dan mengajar,

yakni bagaimana siswa belajar, bagaimana guru mengajar, bagaimana pesan

pembelajaran di dalam bahan ajar itu, bukan semata-mata pada hasil belajar.

Pengemasan bahan ajar fisika selama ini masih bersifat linier, yaitu bahan

ajar yang hanya menyajikan konsep dan prinsip, contoh-contoh soal dan

pemecahannya, dan soal-soal latihan. Bahan ajar kurang dikaitkan dengan

masalah-masalah real yang ada di seputar siswa sehingga kurang memberi

peluang kepada siswa untuk mengembangkan ketrampilan dalam

merumuskan masalah, memecahkan masalah, dan mengembangkan

pemahaman.

Sewaktu siswa mempelajari fisika, siswa dituntut untuk menguasai

(11)

2

konseptual/keterangan lisan, rumus, serta gambar atau diagram secara

bersamaan. Representasi adalah suatu konfigurasi (bentuk atau susunan) yang

dapat menggambarkan, mewakili atau melambangkan sesuatu dalam suatu

cara. Representasi juga merupakan sesuatu yang mewakili, menggambarkan

atau meyimbolkan obyek atau proses. Multi representasi berarti

mempresentasi ulang konsep yang sama dengan format yang berbeda,

termasuk verbal, gambar, grafik dan matematik. Multi representasi memliki

tiga fungsi utama yaitu sebagai pelengkap, pembatas interprestasi, dan

pembangun pemahaman.

Berdasarkan data dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SMP

Negeri 1 Negeri Katon tanggal 1 Desember 2012 diperoleh data bahwa

sumber belajar yang digunakan berupa LKS yang dibuat oleh guru dan buku

perpustakaan yang dipinjamkan kepada siswa yang jumlahnya terbatas.

Setelah ditinjau buku yang dipakai siswa sudah berupa multi representasi

tetapi penyusunannya belum terstruktur dan sulit dipahami sedangkan LKS

yang dibuat guru hanya berupa LKS praktikum yang penyajiannya belum

berupa multi representasi. Sarana dan prasarana berupa laboraturium dan

perpustakaan cukup lengkap tetapi keahlian guru dalam penggunaan alat

kurang, pemanfaatan sumber belajar belum optimal, siswa kurang dilibatkan

dalam kegiatan belajar mengajar karena guru masih mendominasi kelas.

Menindaklanjuti kondisi di atas yakni menjadikan fisika menjadi pelajaran

yang menarik dan membantu tugas guru dalam meningkatkan efektivitas

(12)

satu model bahan ajar yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang

terencana yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk

membantu siswa menguasai tujuan pembelajaran yang spesifik adalah modul.

Modul merupakan unit terkecil dari subtansi/materi ajar yang memuat suatu

konsep secara utuh, sehingga dapat dipelajari secara terpisah dari bagian lain

tanpa mengurangi maknanya.

Penulis mencoba memberikan alternatif dengan membuat suatu modul

pembelajaran yang dapat menyajikan pembelajaran fisika secara kompleks

agar siswa memahami pembelajaran fisika dengan baik. Materi fisika yang

ditinjau dalam penelitian ini adalah listrik dinamis karena materi listrik

merupakan materi yang dianggap sulit baik dalam pemahamannya maupun

dalam penyampaiannya kepada siswa. Adapun dalam penyusunan modul ini

multi representasi yang didahulukan adalah presentasi gambar, karena dalam

materi listrik siswa dianjurkan memahami gambar terlebih dahulu setelah itu

siswa dapat menganalisis dari gambar tersebut dan menentukan matematis

atau rumusnya, sehingga siswa dapat lebih memahami. Oleh karena itu

penulis mengangkat penelitian dengan judul "Pengembangan Modul Berbasis

Multi Representasi pada Materi Listrik Dinamis”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian

pengembangan ini adalah bagaimana bentuk Modul Berbasis Multi

Representasi pada Materi Listrik Dinamis Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri

(13)

4

C. Tujuan Pengembangan

Adapun tujuan penelitian ini adalah Membuat Modul Berbasis Multi

Representasi pada Materi Listrik Dinamis untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri

1 Negeri Katon Kabupaten Pesawaran sebagai hasil pengembangan.

D. Manfaat Pengembangan

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini di antaranya:

1. Tersedianya sumber belajar yang bervariasi bagi siswa yang dapat

digunakan secara mandiri atau bersama kelompok belajarnya dalam proses

pembelajaran untuk mencapai penguasaan kompetensi.

2. Memberikan motivasi bagi guru untuk meningkatkan efektivitas proses

pembelajaran dan memanfaatkan teknologi khususnya teknologi berbasis

cetakan dalam kegiatan pembelajaran.

E. Ruang Lingkup Pengembangan

Untuk menghindari berbagai macam perbedaan penafsiran tentang penelitian

ini maka diberikan batasan sebagai berikut :

1. Pengembangan adalah proses menerjemahkan spesifikasi desain ke dalam

suatu wujud fisik berupa Modul Berbasis Multi Representasi pada Materi

Listrik Dinamis.

2. Materi yang disajikan dalam modul ini adalah materi listrik dinamis

(14)

3. Multi Representasi adalah suatu cara penyajian materi pembelajaran yang

menggunakan beragam format representasi dan bukan sebuah metode

ataupun model melainkan suatu pendekatan dalam pembelajaran. Bentuk

multi representasi terdiri dari: (1) representasi verbal (ucapan, kata-kata),

(2) visual (grafik, sketsa, gambar), dan (3) persamaan matematik menjadi

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Pengembangan

Penelitian pengembangan merupakan jenis penelitian yang berorientasi pada

pengembangan dan validasi produk. Penelitian pengembangan sering

dikenal dengan Research and Development (R&D). Menurut Setyosari

(2010: 214) penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai

untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.

Sukmadinata dalam Potter (2010: 1) menyatakan bahwa:

Penelitian dan pengembangan adalah proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dioertanggungjawabkan.

Borg dan Gall dalam Wahyudi (2011: 1) mengemukakan bahwa:

Riset dan pengembangan bidang pendidikan (R&D) adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan mengesahkan produk bidang pendidikan.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat kita ketahui bahwa penelitian

pengembangan adalah serangkaian proses berdasarkan teori yang telah ada

untuk menghasilkan atau memperbaiki suatu produk pembelajaran yang

(16)

berkualitas. Adapun serangkaian tahap yang harus ditempuh dalam

pendekatan ini adalah sebagai berikut (Suyanto dan Sartinem (2009: 16)):

Tujuh prosedur pengembangan produk dan uji produk, yaitu (1) Analisis kebutuhan, (2) Identifikasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan, (3) Identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan

pengguna, (4) Pengembangan produk, (5) Uji internal,: Uji spesifikasi dan Uji operasionalisasi produk, (6) Uji eksternal: Uji kemanfaatan produk oleh pengguna, (7) Produksi.

Sedangkan menurut Asyhar (2011: 95) adalah sebagai berikut:

(1) Analisis kebutuhan dan karakteristik siswa, (2) Merumuskan tujuan pembelajaran, (3) Merumuskan butir-butir materi, (4)

Menyusun instrumen evaluasi, (5) Menyusun naskah/ draft media, (6) Melakukan validasi ahli dan (7) Melakukan uji coba/ tes dan revisi.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian

pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan suatu produk maka

harus melalui beberapa tahapan (prosedur) agar produk yang dihasilkan

berkualitas baik, bermanfaat dan dapat digunakan dalam proses

pembelajaran.

B. Modul

Modul merupakan salah satu bahan ajar tertulis yang dikembangkan untuk

memfasilitasi peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Roguel

dalam Abdurrahman (2012) menyatakan bahwa “Instructional modules are

learning materials designed primarily for independent or

self-study”,sehingga modul dikembangkan sebagai bahan belajar yang bersifat

mandiri, yang memungkinkan peserta didik dapat belajar sesuai dengan

(17)

8

utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar

yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai

tujuan pembelajaran yang spesifik. Modul merupakan unit terkecil dari

subtansi/materi ajar yang memuat suatu konsep secara utuh, sehingga dapat

dipelajari secara terpisah dari bagian lain tanpa mengurangi maknanya.

Suatu modul dapat terdiri dari bahan cetak atau kombinasi bahan cetak

dengan program media audio visual, dan perangkat lain seperti kit dan realia

atau benda sesungguhnya seperti diungkapkan Muljono dalam

Abdurrahman (2012: 3).

Sementara itu, menurut Sanjaya (2009: 156), dalam sebuah modul minimal

berisi tentang:

a. Tujuan yang harus dicapai, yang biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang spesifik sehingga keberhasilannya dapat diukur.

b. Petunjuk penggunaan, yakni petunjuk bagaimana siswa mempelajari modul.

c. Kegiatan belajar berisi tentang materi yang harus dipelajari oleh siswa.

d. Rangkuman materi, yakni garis-garis besar materi pelajaran. e. Tugas dan latihan.

f. Sumber bacaan, yakni buku-buku bacaan yang harus dipelajari untuk memperdalam dan memperkaya wawasan.

g. Item-item tes, soal-soal yang harus dijawab untuk melihat keberhasilan siswa dalam penguasaan materi pelajaran.

h. Kriteria keberhasilan, yakni rambu-rambu keberhasil siswa dalam mempelajri modul.

i. Kunci jawaban.

Berdasarkan kutipan di atas, modul adalah media instruksional yang dibuat

dengan tujuan siswa dapat belajar mandiri sesuai dengan kecepatan

masing-masing tanpa terikat oleh waktu, tempat, dan hal-hal lain di luar dirinya

(18)

Modul sebagai media cetak yang baik, penyusunan desain isi modul

disesuaikan dengan standar isi dari Badan Standar Pendidikan Nasional

(BSNP) sebagai berikut:

a. Tata Letak Isi

1) Tata Letak Konsisten

Dalam modul tata letak setiap unsur diusahakan tetap (konsisten),

mulai dari judul, sub judul, dan jarak antar paragraf.

2) Tata Letak Harmonis

Di dalam modul setiap unsur diletakan sehingga menimbulkan

keharmonisan dari tiap unsurnya. Contohnya: Bidang cetak dan

marjin proporsional, teks dan ilustrasi berdekatan, dan kesesuaian

bentuk, warna, dan ukuran unsur tata letak.

3) Tata Letak Lengkap

Setiap kelengkapan tata letak dalam modul dilengkapi sesuai

struktur penyusunan modul.

b. Tipografi Isi

1) Tipografi Sederhana

Tipografi sederhana lebih menekankan pada penggunaan huruf

yang akan digunakan, mulai dari jenis dan variasinya. Contohnya:

tidak menggunakan terlalu banyak jenis huruf, tidak

menggunakan huruf hias/dekoratif, dan penggunaan variasi huruf

(19)

10

2) Tipografi Mudah Dibaca

Tipografi sederhana mencakup kemudahan terbacanya isi modul

yang dibuat, mulai dari ukuran, panjang baris kalimat, dan spasi

baris susunan teks normal.

3) Tipografi Memudahkan Pemahaman

Tipografi disesuaikan agar tidak mengganggu peserta belajar

dalam memahami isi materi, meliputi: hierarki judul-judul jelas

dan konsisten, dan hierarki judul-judul proporsional.

c. Ilustrasi Isi

1) Konsep Ilustrasi Jelas

Ilustrasi yang digunakan jelas, dalam artian mampu

mengungkapkan makna/arti dari objek, bentuk yang proporsional,

bentuk akurat, dan realistik.

2) Ilustrasi Menimbulkan Daya Tarik

Penggunaan ilustrasi dalam modul sebaiknya dapat menimbulkan

daya tarik dengan memenuhi unsur-unsur berikut: keseluruhan

ilustrasi serasi, goresan garis tegas dan jelas, menggunakan

(20)

Selain 2 komponen di atas, komponen berikutnya meliputi rincian

berikut:

a. Kelayakan Isi

Komponen kelayakan isi ini diuraikan menjadi beberapa

subkomponen atau indikator berikut:

1)Kesesuaiandengan SK dan KD mata pelajaran dan perkembangan

anak.

2)Substansi keilmuan dan life skills.

3)Wawasan untuk maju dan berkembang.

4)Keberagaman nilai-nilai sosial.

b. Kebahasaan

Komponen kebahasaan ini diuraikan menjadi beberapa subkomponen

atau indikator berikut:

1)Keterbacaan.

2)Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

3)Logika berbahasa.

Modul memiliki manfaat bagi pelaku pendidikan, yaitu peserta didik

dan pendidik. Manfaat modul bagi peserta didik, yaitu:

1. peserta didik memiliki kesempatan melatih diri belajar secara mandiri,

2. belajar menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari di luar kelas dan di luar jam pelajaran,

3. berkesempatan mengekspresikan cara-cara belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya,

(21)

12

6. mengembangkan kemampuan peserta didi dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya.

Sedangkan, bagi pendidik penyusunan modul ini bermanfaat untuk: 1. mengurangi ketergantungan terhadap ketersediaan buku teks, 2. memperluas wawasan karena disusun dengan menggunakan

berbagai refrensi,

3. menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman dalam menulis bahan ajar,

4. membangun komunikasi yang efektif antara dirinya dengan peserta didik karena pembelajaran tidak harus berjalan secara tatap muka, 5. menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi

buku/multimedia dan diterbitkan. Suprawoto (2009: 2)

Menurut Santyasa (2009: 11), Keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran dengan penerapan modul adalah sebagai berikut. 1. Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan

tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.

2. Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada modul yang mana mereka belum berhasil.

3. Siswa mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya. 4. Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester. 5. Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun

menurut jenjang akademik.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa modul betrmanfaat

bagi peserta didik yaitu peserta didik mengembangkan kemampuannya

dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lain

sesuai dengan kemampuannya. Sedangkan, bagi pendidik yaitu menambah

wawasan dan memudahkan dalam mengevaluasi hasil belajar peserta didik.

C. Multi Representasi

Terdapat beberapa definisi yang dikemukakan para ahli berkenaan tentang

representasi seperti dikutip dalam Fadillah (2008 : 21):

(22)

menemukan solusi, sebagai contoh, suatu masalah dapat

direpresentasikan dengan obyek, gambar, kata-kata, atau simbol matematika.

2. Representasi merupakan cara yang digunakan seseorang untuk mengkomunikasikan jawaban atau gagasan matematik yang bersangkutan.

3. Representasi didefinisikan sebagai aktivitas atau hubungan dimana satu hal mewakili hal lain sampai pada suatu level tertentu, untuk tujuan tertentu, dan yang kedua oleh subjek atau interpretasi pikiran. Representasi menggantikan atau mengenai penggantian suatu obyek, yang diperoleh dari pengalaman tentang tanda representasi.

4. Representasi merupakan proses pengembangan mental yang sudah dimiliki seseorang, yang terungkap dan divisualisasikan dalam berbagai model matematika, yakni: verbal, gambar, benda konkret, tabel, model-model manipulatif atau kombinasi dari semuanya. 5. Representasi adalah suatu konfigurasi yang dapat menyajikan suatu

benda dalam suatu cara.

6. Representasi adalah suatu konfigurasi dan sejenisnya yang berkorespondensi dengan sesuatu, mewakili, melambangkan atau menyajikan sesuatu.

7. Dalam psikologi umum, representasi berarti proses membuat model konkret dalam dunia nyata ke dalam konsep abstrak atau simbol. Dalam psikologi matematika, representasi bermakna deskripsi hubungan antara objek dengan simbol.

Sedangkan menurut Kress dalam Abdurrahman, Apriliyawati, & Payudi (2008:

373) mengatakan bahwa “secara naluriah manusia menyampaikan, menerima,

dan menginterpretasikan maksud melalui berbagai penyampaian dan berbagai

komunikasi. Baik dalam pembicaraan, bacaan maupun tulisan.

Oleh karena itu, peran representasi sangat penting dalam proses pengolahan

informasi mengenai sesuatu.”

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa multi representasi adalah suatu

cara menyatakan suatu konsep melalui berbagai cara dan bentuk. Suatu

masalah dapat direpresentasikan melalui gambar, grafik, kata-kata (verbal),

(23)

14

pendekatan multi representasi diharapkan siswa dapat lebih mudah memahami

suatu konsep melalui format representasi yang disajikan.

Multi representasi memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai pelengkap,

pembatas interprestasi dan pembangun pemahaman. Ainsworth (1999: 134).

Pertama: multi representasi melengkapi proses untuk mendapatkan penjelasan

mengenai suatu konsep tertentu atau dalam memecahkan soal fisika dan

digunakan untuk memberikan representasi yang berisi informasi pelengkap

atau membantu melengkapi proses kognitif. Kedua: satu representasi

digunakan untuk membatasi kemungkinan kesalahan menginterprestasi dalam

menggunakan representasi yang lain. Ketiga: multi representasi dapat

digunakan untuk mendorong siswa membangun pemahaman terhadap situasi

secara mendalam. Pada fungsi ini, multi representasi dapat digunakan untuk

meningkatkan abstraksi, membantu generalisasi, dan untuk membangun

(24)

Berdasarkan fungsi tersebut dapat disimpulkan:

Gambar 2.1 Fungsi multi representasi (diterjemahkan dari Ainsworth,1999)

Penggunaan multi representasi dapat lebih melengkapi proses dalam menarik

kesimpulan dari informasi yang disajikan. Penjelasan secara verbal melalui

teks akan menjadi lebih mudah dipahami ketika dilengkapi gambar atau grafik

yang relevan dengan informasi yang sedang dibicarakan. Fungsi Multirepresentasi Membatasi interpretasi Membangun pemahaman

Abstraksi Hubungan

Generalisasi Pelengkap Melengkapi proses Melengkapi informasi

Tugas Strategi

(25)

16

Rosengrant et al dalam Iin (2012: 16) menyatakan bahwa ada beberapa alasan

pentingnya menggunakan multi representasi, yaitu:

1. Multi kecerdasan (multiple intelligences)

Menurut teori multi kecerdasan orang dapat memiliki kecerdasan yang

berbeda-beda. Oleh karena itu siswa belajar dengan cara yang berbeda-beda

sesuai dengan jenis kecerdasannya. Representasi yang berbeda-beda

memberikan kesempatan belajar yang optimal bagi setiap jenis kecerdasan.

2. Visualisasi bagi otak

Kuantitas dan konsep-konsep yang bersifat fisik seringkali dapat

divisualisasi dan dipahami lebih baik dengan menggunakan representasi

konkret.

3. Membantu menginstruksi representasi tipe lain

Beberapa representasi konkret membantu dalam mengontruksi representasi

yang lebih abstrak.

4. Beberapa representasi bermanfaat bagi penalaran kualitatif

Penalaran kualitatif seringkali terbantu dengan menggunakan representasi

konkret.

5. Representasi matematik yang abstrak digunakan untuk penalaran kuantitatif

dimana representasi matematik dapat digunakan untuk mencari jawaban

(26)

Menurut Ulfarina (2010), dalam fisika ada beberapa format representasi yang

dapat dimunculkan. Format-format tersebut antara lain:

1. Deskripsi Verbal

Untuk memberikan definisi dari suatu konsep, verbal adalah salah satu cara

yang tepat untuk digunakan.

2. Gambar/diagram

Suatu konsep akan menjadi lebih jelas ketika dapat kita representasikan

dalam bentuk gambar. Gambar dapat membantu memvisualisasikan sesuatu

yang bersifat abstrak. Dalam fisika banyak bentuk diagram yang sering

digunakan (sesuai konsep), antara lain: diagram gerak, diagram benda bebas

(free body diagram), diagram garis medan (field line diagram), diagram

rangkaian listrik (electrical circuit diagram), diagram sinar (ray diagram),

diagram muka gelombang (wave front diagram), diagram keadaan energi

(energy state diagram).

3. Grafik

Penjelasan yang panjang terhadap suatu konsep dapat kita representasikan

dalam satu bentuk grafik. Oleh karena itu, kemampuan membuat dan

membaca grafik adalah ketrampilan yang sangat diperlukan. Grafik balok

energi (energi bar chart), grafik balok momentum (momentum bar chart),

merupakan grafik yang sering digunakan dalam merepresentasikan

konsep-konsep fisika.

4. Matematik

Untuk menyelesaikan persoalan kuantitatif, representasi matematik sangat

(27)

18

ditentukan keberhasilannya oleh penggunaan representasi kualitatif secara

baik. Pada proses tersebutlah tampak bahwa siswa tidak seharusnya

menghafalkan semua rumus-rumus atau persamaan-persamaan matematik.

Dari hasil-hasil peneltian sains kognitif dan pendidikan fisika disimpulkan

bahwa siswa yang terampil sering menggunakan representasi kualitatif deperti

gambar, grafik dan diagram. Representasi kualitatif membantu mereka

memahami soal sebelum mereka menggunakan persamaan- persamaan

matematik untuk menyelesaikan persoalan tersebut secara kuantitatif. Dengan

multi representasi akan terjadi pengolahan informasi internal dan eksternal

untuk membangun suatu pemahaman yang lebih dalam mengenai suatu

pengetahuan dengan menggabungkan berbagai format representasi yang

berbeda yang digunakan sesuai dengan konteks permasalahan yang sedang

dihadapi.

D. Listrik Dinamis

Listrik statis dan listrik dinamis sama-sama mempelajari tentang

muatan-muatan listrik pada suatu benda. Hanya bedanya pada listrik statis khusus

mempelajari tentang muatan-muatan listrik dalam keadaan diam pada suatu

benda. Adapun, pada listrik dinamis khusus mempelajari tentang

muatan-muatan listrik (elektron) yang bergerak melalui penghantar. Listrik dinamis

dapat dibedakan menjadi listrik searah atau listrik DC yang arusnya tetap dan

listrik bolak-balik atau listrik AC yang arusnya secara periodik berubah dalam

(28)

A. ARUS LISTRIK

1. Pengertian Arus Listrik dan Beda Potensial

Menyatakan banyaknya muatan listrik yang mengalir dalam suatu

penghantar tiap satuan waktu. Dua buah benda yang bermuatan listriknya

berbeda dapat menimbulkan arus listrik. Benda yang muatan listrik

positifnya lebih banyak dikatakan mempunyai potensial lebih tinggi.

Adapun, benda yang muatan listik negatifnya lebih banyak dikatakan

mempunyai potensial lebih rendah.

Dua benda yang mempunyai beda potensial dapat menyebabkan terjadinya

arus listrik. Syaratnya, kedua benda harus dihubungkan dengan suatu

penghantar. Dalam kehidupan sehari-hari beda potensial sering dinyatakan

dengan tegangan.

Gambar 2.2 Dua benda beda potensial

Pada Gambar 2.2, A berpotensial lebih tinggi daripada B. Arus listrik yang

terjadi berasal dari A menuju B. Arus listrik terjadi karena adanya usaha

penyeimbangan potensial antara A dan B. deangan demikian dapat

dikatakan, arus listrik seakan-akan berupa arus muatan positif. Pada

kenyataannya muatan listrik yang dapat berpindah bukan muatan positif,

melainkan muatan negatif atau elektron. Arah arus listrik berasal dari

A B

+++ +++++

+++

+ + +

(29)

20

tempat berpotensial tinggi ke tempat yang berpotensial rendah. Jadi

berdasarkan uraian di atas arus listrik terjadi jika ada perpindahan elektron.

Gambar 2.3 Rangkaian tertutup (a), rangkaian terbuka (b)

Arus listrik timbul pada rangkaian tertutup diperlihatkan pada Gambar

2.3(a) sedangkan aliran muatan listrik tidak terjadi dalam rangkaian

terbuka diperlihatkan pada Gambar 2.3 (b)

Besarnya muatan listrik yang mengalir dalam suatu penghantar secara

matematis dinyatakan dengan :

Keterangan :

I = besar kuat arus, satuannya ampere (A) Q = besar muatan listrik, satuannya coulomb (C) t = waktu tempuh, satuannya sekon (s)

Berdasarkan uraian tersebut, arus listrik dapat didefinisikan sebagai

banyaknya elektron yang berpindah dalam waktu tertentu.

Beda potensial akan mengakibatkan berpindahnya elektron. Banyaknya

energi listrik yang diperlukan untuk mengalirkan setiap muatan listrik dari

ujung-ujung penghantar disebut beda potensial listrik atau tegangan listrik. �=

(30)

Hubungan antara energi listrik, muatan listrik, dan beda potensial listrik

secara matematik dirumuskan:

Keterangan :

V = beda potrensial, satuannya volt (V) W = energi listrik, satuannya Joule (J) Q = muatan listrik, satuannya coulomb (C)

Dengan demikian, beda potensial adalah besarnya energi listrik untuk

memindahkan muatan listrik.

2. Mengukur Kuat Arus Listrik

Kuat arus listrik yang mengalir dalam penghantar atau rangkaian listrik

dapat diukur besarnya dengan menggunakan amperemeter atau ammeter.

Amperemeter ada dua jenis, yaitu amperemeter digital dan amperemeter

analog. Ciri sebuah amperemeter analog adalah adanya huruf A pada

permukaan skala. Sedangkan untuk kuat arus yang kecil, digunakan

galvanometer sebagai alat untuk mengukurnya. Perhatikan cara merangkai

amperemeter untuk mengukur kuat arus listrik pada Gambar 2.4 (a) cara

[image:30.595.178.442.608.680.2]

mengukur kuat arus listrik, (b) diagram rangkaian.

(31)

22

Dalam kehidupan sehari-hari, kamu dapat mengamati adanya gejala beda

potensial di baterai atau akumulator. Beberapa baterai dapat disusun secara

seri maupun paralel. Yang dimaksud susun seri adalah kutub positif

disambungkan dengan kutub negatif lainnya. Susun paralel adalah

[image:31.595.157.487.223.321.2]

kutub-kutub yang sejenis disatukan. Untuk lebih jelas perhatikan Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Rangkaian seri (a), rangkaian paralel (b)

Pada Gambar 2.5 (a) rangkaian listrik disusun secara seri sedangkan pada

Gambar 2.5 (b) rangkaian listrik disusun secara paralel. Untuk susun seri

akan menghasilkan kuat arus listrik yang lebih besar daripada rangkaian

susunan paralel. Hal itu disebabkan oleh bertambahnya beda potensial.

Karena itu jika kedua macam rangkaian itu digunakan untuk menyalakan

lampu, akan menghasilkan nyala yang berbeda.

B. Hukum Ohm

Untuk memudahkan pemahaman terhadap Hukum Ohm, kita dapat

membuat rangkaian yang terdiri atas batere, bola lampu, dan kabel, seperti

Gambar 2.6

a b

(32)

Ternyata pada saat saklar ditekan, lampu meyala. Menyalanya lampu

karena dalam rangkaian mengalir arus listrik. Terang redupnya nyala

lampu ternyata dipengaruhi oleh banyaknya batere yang dipasang dalam

rangkaian. Jika jumlah batere ditambah, nyala lampu akan menjadi

semakin terang, sebaliknya jika jumlah baterenya sedikit, nyala lampunya

akan menjadi redup. Dengan kata lain dalam rangkaian tertutup, kuat arus

listrik yang mengalir bergantung pada banyak-sedikitnya batere atau

sumber tegangan. Semakin besar tegangan listrik dari batere, semakin

besar kuat arus listrik yang mengalir.

George Simon Ohm (1787-1854), menjelaskan bagaimana beda potensial

atau tegangan dari sebuah sumber arus, kuat arus listrik, dan resistansi

suatu rangkaian saling terkait. Ohm menyatakan bahwa “Kuat arus yang

mengalir pada suatu penghantar berbanding lurus dengan besarnya beda

potensial (tegangan) pada ujung-ujung penghantar”. Pernyataan Ohm

[image:32.595.202.354.533.685.2]

tersebut dikenal sebagai Hukum Ohm yang digambarkan dalam bentuk

grafik sebagai berikut.

Gambar 2.7 Grafik hubungan antara besarnya tegangan dan kuat arus V

(33)

24

Dari grafik tersebut kita dapat membuat hubungan antara besarnya

tegangan dan kuat arus yang mengalir dalam rangkaian tersebut sebagai

berikut:

∞�

Secara matematis hukum Ohm dapat dinyatakan sebagai:

= � .

Keterangan :

i = kuat arus listrik (Ampere) V = tegangan listrik (volt)

R = hambatan (ohm = Ω)

C. Hukum I Kirchhoff

Jika kita membuat rangkaian tertutup yang memiliki percabangan, ternyata

besarnya arus listrik yang menuju titik percabangan sama dengan besarnya

arus listrik yang meninggalkan percabangan tersebut. Pernyataan tersebut

dapat dibuktikan dengan mudah dengan cara memasang ampermeter

sebelum arus memasuki percabangan, serta ampermeter lainnya setelah

arus listrik meninggalkan setiap percabangan. Besarnya arus listrik yang

menuju percabangan dan jumlah arus listrik pada setiap percabangan

tergantung pada nilai hambatannya masing-masing. Jika nilai hambatan

pada cabang tersebut besar, maka arus listrik yang melalui cabang tersebut

kecil, sebaliknya jika hambatannya kecil maka aris listrik yang melalui

[image:33.595.272.422.657.747.2]

cebang tersebut menjadi besar.

(34)

Menurut hukum I Kirchhoff yang berbunyi:

“Jumlah kuat arus yang melalui satu titik percabangan sama dengan

jumlah kuat arus listrik yang meninggalkan titik percabangan tersebut”.

Pada titik persambungan dalam gambar 2.9,

�1 +�2 =�3+�4+�5. . . ..

D. Hukum II Kirchoff

Hukum II Kirchoff berbunyi:

“ Jumlah gaya gerak listrik (GGL) dan penurunan tegangan dalam suatu

rangjaian tertutup sama dengan nol.”

[image:34.595.263.439.165.264.2]

Secara matematis hukum II Kirchoff dapat dinyatakan dalam persamaan: Gambar 2.9 Kuat arus listrik dalam titik percabangan

∑ E = ∑ I . R

[image:34.595.249.409.507.619.2]
(35)

BAB III. METODE PENELITIAN

A.Setting Pengembangan

Metode penelitian ini, yaitu research and development atau penelitian

pengembangan. Pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan media

instruksional berupa Modul Berbasis Multi Representasi. Sasaran

pengembangan program adalah materi listrik dinamis untuk SMP/MTs.

Subjek uji coba terdiri atas ahli bidang isi atau materi, ahli media/desain

pembelajaran instruksional, uji satu lawan satu dan uji lapangan. Uji ahli

materi adalah dilakukan oleh ahli bidang isi materi untuk mengevaluasi isi

materi pembelajaran pada modul, dan ahli media/desain yang merupakan

seorang master dalam bidang teknologi pendidikan akan mengevaluasi

desain dalam modul. Uji satu lawan satu diambil sampel penelitian yaitu 2

orang siswa SMP/MTs yang dapat mewakili populasi target. Selanjutnya, uji

coba lapangan yaitu uji coba produk dikenakan kepada siswa SMP/MTs

yang belum pernah mendapat materi listrik dinamis sebelumnya.

B.Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan ini mengacu pada model pengembangan media

(36)

tersebut meliputi tujuh tahapan prosedur pengembangan produk dan uji

produk, yaitu:

1) Analisis kebutuhan,

2) Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan,

3) Identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna,

4) Pengembangan produk,

5) Uji internal: Uji kelayakan produk,

6) Uji eksternal: Uji kemanfaatan produk oleh pengguna,

7) Produksi.

Dengan mengadaptasi model tersebut, maka prosedur pengembangan yang

(37)
[image:37.595.200.412.102.668.2]

28

Gambar. 3.1 Model pengembangan media instruksional diadaptasi dari

prosedur pengembangan produk dan uji produk menurut Suyanto dan Sartinem (2009)

Tahap I:

Analisis Kebutuhan program Pengembangan

Tahap II:

Identifikasi Sumber Daya Tahap III:

Identifikasi Spesifikasi Produk Tahap VII:

Pencetakan Produk

Tahap IV: Pengembangan Produk

(Prototipe I) Tahap VI: UjiEksternal Uji Kemanfaatan Produk

(Prototipe IV)

Tahap V: Uji Internal

(38)

1. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan dengan metode wawancara. Wawancara

dalam penelitian ini ditujukan kepada guru mata pelajaran fisika.

Wawancara terhadap guru mata pelajaran dilakukan untuk menggali

informasi tentang pemanfaatan sarana dan prasarana dalam pembelajaran,

mengetahui kendala-kendala dalam pemanfaatan sarana dan prasarana

dalam pembelajaran, dan untuk mengetahui materi yang membutuhkan

bantuan modul berbasis multi representasi.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru mata pelajaran fisika di SMP

Negeri 1 Negeri Katon tanggal 1 Desember 2012 diperoleh data bahwa

pembelajaran Fisika yang dilakukan selama ini masih monoton dan hanya

berpusat pada guru. Sumber belajar yang digunakan hanya bergantung pada

buku pelajaran IPA. Kondisi seperti ini menyebabkan kurang

berkembangnya pengetahuan dan kreatifitas siswa. Setelah ditinjau buku

yang dipakai siswa sudah berupa multi representasi tetapi penyusunannya

belum terstruktur dan sulit dipahami. Sarana dan prasarana berupa

laboraturium dan perpustakaan belum lengkap, keahlian guru dalam

penggunaan alat kurang, pemanfaatan sumber belajar belum optimal, siswa

kurang dilibatkan dalam kegiatan belajar mengajar karena guru masih

(39)

30

2. Identifikasi Sumber Daya

Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan dilakukan dengan

menginventarisir segala sumber daya yang dimiliki, baik sumber daya guru

maupun sumber daya sekolah seperti perpustakaan dan laboraturium. Atas

dasar potensi sumber daya yang dimiliki peneliti melakukam pengembangan

modul berbasis muti representasi. Hasil identifikasi tersebut selanjutnya

digunakan untuk menentukan spesifikasi produk yang telah disesuaikan

dengan sumber daya yang dimiliki sekolah, juga dengan kebutuhan yang

ingin dipenuhi berdasarkan analisis kebutuhan.

3. Identifikasi Spesifikasi Produk

Identifikasi produk dilakukan untuk mengetahui ketersediaan sumber daya

yang mendukung pengembangan produk dengan memperhatikan hasil

analisis kebutuhan dan identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh sekolah.

Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan topik atau materi pokok pembelajaran yang akan

dikembangkan.

b. Mengidentifikasi kurikulum untuk mendapatkan indentifikasi materi

pelajaran dan indikator ketercapaian dalam pembelajaran.

(40)

4. Pengembangan Produk

Kegiatan pengembangan pada tahap ini dilakukan pembuatan modul

berbasis multi representasi pada materi listrik dinamis. Spesifikasi produk

yang akan dikembangkan adalah modul berbasis multi representasi yang di

dalamnya terdiri dari tujuan pembelajaran, uraian materi, latihan/tugas,

rangkuman, tes formatif, kunci jawaban tes formatif, umpan balik dan

tindak lanjut.

Penyajian materi pada modul ini, yaitu dengan menyatakan suatu konsep

melalui berbagai cara dan bentuk diantaranya dalam bentuk verbal, gambar,

grafik, diagram dan matematika. Ini sesuai dengan pengertian multi

representasi itu sendiri.

5. Uji Internal

Dalam penelitian pengembangan, sebuah desain pembelajaran memerlukan

kegiatan uji coba secara bertahap dan berkesinambungan. Pada tahap uji

internal atau uji kelayakan produk dikenakan pada produk terdiri dari uji

ahli desain dan ahli isi/materi pembelajaran. Kemudian produk yang telah

dibuat diberi nama prototipe I, kemudian dikenakan uji kelayakan produk

dengan berpedoman instrumen uji yang telah dibuat.

Uji kelayakan produk ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menentukan indikator penilaian yang digunakan untuk menilai prototipe

(41)

32

2) Menyusun instrumen uji kelayakan produk berdasarkan indikator

penilaian yang telah ditentukan.

3) Melaksanakan uji kelayakan produk yang dilakukan oleh ahli desain dan

ahli isi/materi pembelajaran.

4) Melakukan analisis terhadap hasil uji kelayakan produk dan melakukan

perbaikan.

5) Mengkonsultasikan hasil yang telah diperbaiki kepada ahli desain dan

ahli isi/materi pembelajaran.

Prototipe I disempurnakan sesuai rekomendasi perbaikan yang diperoleh

dari ahli desain dan ahli isi materi. Hasil perbaikan ini akan diperoleh

prototipe 2.

6. Uji Eksternal

Stelah dilakukan uji internal dan diperoleh hasil prototipe I I, langkah

selanjutnya dilakukan uji eksternal yang diberikan kepada siswa untuk

digunakan sebagai sumber sekaligus media pembelajaran. Uji eksternal

merupakan uji coba kemanfaatan produk oleh pengguna, yaitu:

kemenarikan, kemudahan menggunakan produk, dan keefektifan mencapai

tujuan pembelajaran sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

yang harus terpenuhi. Uji ini dilakukan melalui 2 tahap, yaitu: uji satu lawan

satu dan uji lapangan.

Pada uji satu lawan satu ini dipilih dua siswa yang dapat mewakili populasi

target dari media yang dibuat. Menyajikan media tersebut kepada mereka

(42)

siswa mempelajarinya. Kedua orang siswa yang telah dipilih tersebut,

hendaknya satu orang dari populasi target.

Prosedur pelaksanaannya yaitu:

1) Menjelaskan kepada siswa tentang media yang baru dirancang dan

ingin mengtahui bagaimana reaksi siswa terhadap media yang sedang

dibuat.

2) Mengusahakan agar siswa bersikap rileks dan bebas mengemukakan

pendapatnya tentang ,edia tersebut.

3) Memberikan instrumen uji satu lawan satu yang berisi tentang

komponen media yang dibuat.

4) Mencatat waktu yang diperlukan siswa untuk mempelajari materi dalam

media tersebut.

5) Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil ujia satu lawan

satu.

6) Mengkonsultasi hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki

kepada pembimbing.

Sedangkan untuk uji lapangan (kelompok kecil) dikenakan kepada satu

kelas sampel yang dipilih secara acak pada siswa yang belum pernah

mendapatkan materi listrik dinamis untuk mengetahui tingkat kemudahan,

kemenarikan dan keefktifan media. Siswa melakukan pembelajaran dengan

menggunakan modul berbasis multi representasi dan setelah pembelajaran

(43)

34

diberikan angket untuk mengetahui tingkat kemudahan dan kemenarikan

dalam penggunaan modul berbasis multi representasi.

7. Produksi

Setelah dilakukan perbaikan dari hasil uji eksternal, maka dihasilkan

prototipe III kemudian dilaksanakan tahap ketujuh, yaitu produksi. Tahap

ini merupakan tahap akhr dari penelitian pengembangan.

C.Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian pengembangan ini digunakan empat macam metode

pengumpulan data. Keempat macam metode tersebut meliputi:

1. Metode Wawancara

Metode wawancara digunakan untuk mengetahui dan menganalisis

kebutuhan media pembelajaran.

2. Metode Observasi

Metode observasi dilakukan untuk mengetahui saran dan prasarana di

sekolah yang menunjang proses pembelajaran.

3. Metode Angket

Metode angket digunakan untuk mengukur indikator program yang

berkenaan dengan kriteria pendidikan, tampilan produk dan kualitas

teknis. Instrumen meliputi dua tahap, yaitu angket uji ahli dan angket

(44)

4. Metode Tes Khusus

Pada tahap ini produk digunakan sebagai sumber belajar, pengguna

(siswa) diambil berdasarkan teknik acak atas dasar kesetaraan penelitian

untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan analisis kebutuhan. Kemudian

siswa tersebut diberi post-test. Hasil post-test dianalisis ketercapaian

tujuan pembelajaran dengan nilai KKM yang harus dipenuhi.

D.Metode Analisis Data

Setelah data diperoleh, selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Data

hasil observasi dan wawancara di jadikan sebagai latar belakang

dilakukannya penelitian ini. Data kesesuaian desain dan materi

pembelajaran pada produk diperoleh dari ahli desain dan ahli materi melalui

uji ahli. Data kesesuaian tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat

kelayakan produk yang dihasilkan untuk digunakan sebagai media

pembelajaran.

Analisis data berdasarkan instrumen uji satu lawan satu dilakukan untuk

mengetahui respon dari siswa terhadap media yang sudah dibuat. Data

kemenarikan, kemudahan penggunaan dan kemanfaatan produk diperoleh

melalui hasil uji lapangan kepada pengguna secara langsung. Sedangkan

data hasil belajar yang diperoleh melalui tes setelah penggunaan produk

(45)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan dari penelitian pengembangan ini adalah:

Bentuk modul yang dihasilkan, yaitu berupa media berbasis cetakan

dan dalam penyajiannya dengan berbagai representasi dan dapat

dipakai secara mandiri oleh siswa maupun guru dalam proses

pembelajaran. Modul ini menyajikan materi listrik dinamis.

Berdasarkan hasil uji lapangan diketahui modul berbasis multi

representasi ini menarik, memudahkan dan bermanfaat. Pada uji

efektivitas, diketahui hasil belajar siswa setelah menggunakan modul

multi representasi ini yaitu memiliki presentase kelulusan sebesar

76,7%. Maka modul berbasis multi representasi pada materi listrik

dinamis ini efektif digunakan sebagai alternatif sumber belajar bagi

kelompok uji siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Negeri Katon.

B. Saran

Saran penelitian pengembangan ini adalah:

1. Cakupan materi yang disampaikan sebaiknya diperluas lagi, baik

(46)

2. Kegiatan pengujian penggunaan modul hasil pengembangan dalam

skala besar untuk mengetahui kelebihan modul sebagai sumber

belajar bagi siswa kelas IX SMP.

3. Agar lebih menarik perhatian siswa diharapkan dapat

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 2012. Panduan Penyusunan Modul Bagi Pengembangan Profesional. Bandar Lampung : FKIP Universitas Lampung.

Abdurrahman, R. Apriliyawati, & Payudi.2008. Limitation of representation mode in learning gravitational concept and its influence towards student skill problem solving. Preceeding Of The 2nd International Seminar in Science Education. PHY-31: 373 – 377.

Ainsworth, Sharoon. 1999. The Function of Multiple Representations. School of Psychology and Learning Science Research Institute. Nottingham: University of Nottingham. NG7 2RD UK.

Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press.

Fadillah, Syarifah. 2008. Representasi dalam Pembelajaran Matematik.

[online]. Jurnal Pendidikan. Tersedia: http://fadilahatick.blogspot.com [18 Februari 2013].

Kohl, P.B., D. Rosengrant and ND. Finkelstein. 2007. “Strongly and weakly directed approaches to teaching multiple representation use in physics” Physical Review Special Topics – Physics Education Research 3, 010108

Kohl, P.B., N.D. Finkelstein. 2006. “ Effect of instructional environment on physics students representational skills.” Physical Review Special Topics – Physics Education Research 2, 010102.

Potter, Duwi. 2010. Skripsi Pengembangan Multimedia. [online]. Tersedia: http://sekripsiku.blogspot.com/ 2010/02/bab-ii.html. [25 November 2012].

Sanjaya,Wina. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

(48)

Group: Jakarta.

Suminar, Iin. 2012. Pembelajaran Berbasis Masalah, Multi Representasi, Hasil Belajar Kognitif dan Kecerdasan Majemuk. Skripsi. Universitas

Pendidikan Indonesia.

Suprawoto, N. A. 2009. Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul. [online]. Tersedia:

http://www.scribd.com/doc/16554501/mengembangkan-bahan-ajar-dengan-menyusun-modul. [28 November 2012].

Suyanto, Eko dan Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses untuk SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009. Bandarlampung: Unila.

Ulfarina, Loviza.2010. Penggunaan Pendekatan Multi Representasi Pada Pembelajaran Konsep Gerak Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Memperkecil Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMP. [online]. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Tersedia:

http://www.google.co.id/representasi%grafik&source%pdf. [25 November 2012].

Gambar

Gambar 2.1 Fungsi multi representasi
Gambar 2.2 Dua benda beda potensial
Gambar 2.3 Rangkaian tertutup (a), rangkaian terbuka (b)
Gambar 2.4 Mengukur kuat arus listrik (a), diagram rangkaian (b)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah menghasilkan suatu modul berbasis multi representasi dengan materi termodinamika sebagai salah

Sutama (2015:183) menyatakan bahwa penelitian penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau

Penelitian dan pengembangan ( Research and Development ) adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru. Pengambilan data dalam

Penelitian dan pengembangan ( Research and Development ) adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru. Pengambilan data

Simpulan dari penelitian pengem- bangan ini adalah: Bentuk modul yang dihasilkan, yaitu berupa media ber- basis cetak dan dalam penyajiannya dengan berbagai representasi

Proses pengembangan LKPD berbasis pemecahan masalah ini berdasarkan langkah-langkah pengembangan Research and Development/R & D menurut Borg and Gall(2003) : 1)

Informasi yang dikumpulkan berupa materi yang diperlukan dalam pengembangan produk.; (3) Desain Produk, langkah selanjutnya adalah mengembangkan desain produk buku

utama, revisi produk operasional, uji lapangan operasional, revisi produk akhir, diseminasi dan implementasi. Namun, dalam penelitian dari 10 langkah pengembangan