• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PERILAKU DAN ANALISIS KANDUNGAN GIZI PAKAN DROP IN BERUANG MADU (Helarctos malayanus) DI TAMAN WISATA BUMI KEDATON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN PERILAKU DAN ANALISIS KANDUNGAN GIZI PAKAN DROP IN BERUANG MADU (Helarctos malayanus) DI TAMAN WISATA BUMI KEDATON"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

STUDY OF BEHAVIOR AND ANALYZE OF NUTRIENT CONTENT IN DROP IN FEED HONEY BEAR (Helarctos malayanus) IN TAMAN AGRO

SATWA DAN WISATA BUMI KEDATON by

Indri Firdilasari

Honey bear population in the wild is currently declined due to land clearing and poaching. The effort that is be made to prevent the extinction of honey bears is through ex-situ conservation, as practiced by Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton in Bandar Lampung. The behavior and nutrient content of drop in feed are affect of succesfully honey bear ex-situ conservation in TASWBK. The aim of this research are to analyze the daily behaviour , the kind of drop in feed, valatability of feed and find out the value of nutrient content in drop in feed in the captive. This research has done on mei, 2015. The research metode of daily behaviour used focas, the kind of drop in feed used descriptive analyze. Nutrient content of drop in feed use proximat analyzed and methode of approach the composition of material food indonesia. And supported by interview and literatur study. The break behaviour of male and female honey bear has the highest proportion, there are 55,35% and 51,06%. The lowest percentage of male and female honey bear behavior there are feeding behavior (16,79% and 12,13%). The kind of drop in feed thats given by TASWBK there are papaya, tubers and muli banana. The biggest number of consumption drop in feed that is papaya (6.120 gr/day) for male honey bear and (3.930 gr/day) for female honey bear. The highest of feed nutrient contents per day, there are water and content ash from papaya amounted to 5.306,04 grams, 36,72 grams and 30,6 grams, fiber and fat from muli banana of 12,85 grams and 7,35 grams.

(2)

ABSTRAK

KAJIAN PERILAKU DAN ANALISIS KANDUNGAN GIZI PAKAN DROP IN BERUANG MADU (Helarctos malayanus) DI TAMAN WISATA BUMI

KEDATON

Oleh

Indri Firdilasari

Populasi beruang madu di alam saat ini menurun karena adanya pembukaan lahan dan perburuan liar. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kepunahan pada beruang madu adalah melalui konservasi ex-situ, seperti yang dilakukan oleh Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton di Bandar Lampung. Perilaku dan kandungan gizi pakan drop in berpengaruh terhadap keberhasilan konservasi ex-situ beruang madu di TASWBK. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis perilaku harian, mengetahui jenis pakan drop in dan palatabilitas pakan, serta mengetahui nilai kandungan gizi dalam pakan drop in dalam kandang. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2015. Metode penelitian perilaku harian menggunakan Focal Animal Sampling, jenis pakan drop in menggunakan analisis deskriptif, kandungan gizi pakan drop in menggunakan analisis proksimat dan metode pendekatan komposisi bahan pangan indonesia, serta didukung wawancara dan studi literatur. Perilaku istirahat beruang madu jantan dan betina mempunyai proporsi tertinggi yaitu 55,35% dan 51,06%. Perilaku dengan persentase terendah pada beruang madu jantan dan betina yaitu aktivitas makan (16,79% dan 12,13%). Jenis pakan drop in yang diberikan berupa pepaya, umbi-umbian, dan pisang muli. Rata-rata jumlah konsumsi pakan drop in terbesar selama pengamatan yaitu pepaya (6.120 gr/hari) untuk beruang madu jantan dan (3.930 gr/hari) untuk beruang madu betina. Nilai kandungan gizi tertinggi konsumsi pakan yaitu kadar air dan abu dari pepaya sebesar 5.306,04 gram , 36,72 gram dan 30,6 gram , serat dan lemak dari pisang muli dari 12,85 gram dan 7,35 gram.

(3)

KAJIAN PERILAKU DAN ANALISIS KANDUNGAN GIZI PAKAN DROP IN

BERUANG MADU (Helarctos malayanus) DI TAMAN AGRO SATWA DAN WISATA BUMI KEDATON

Oleh

INDRI FIRDILASARI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA KEHUTANAN

Pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

KAJIAN PERILAKU DAN ANALISIS KANDUNGAN GIZI PAKAN DROP IN BERUANG MADU (Helarctos malayanus) DI TAMAN AGRO SATWA

DAN WISATA BUMI KEDATON (Skripsi)

Oleh : Indri Firdilasari

JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran pada Penelitian Kajian Perilaku dan Analisis Kandungan Gizi Pakan Drop in Beruang Madu (Helarctos malayanus) di TASWBK ... 6 2. Skema Analisis Proksimat Pakan Drop in Beruang Madu pada Penelitian Kajian Perilaku dan Analisis Kandungan Gizi Pakan Drop In Beruang Madu (Helarctos malayanus) di TASWBK ………... 23 3. Kandang beruang madu jantan dan betina pada Penelitian Kajian Perilaku dan

Analisis Kandungan Gizi Pakan Drop In Beruang Madu (Helarctos malayanus) di TASWBK ……… 31 4. Diagram Perilaku Harian Beruang Madu pada Penelitian Kajian Perilaku dan

Analisis Kandungan Gizi Pakan Drop In Beruang Madu (Helarctos malayanus) di TASWBK ………... 33 5. Diagram Palatabilitas Pakan Drop in Beruang Madu pada Penelitian Kajian

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Kerangka Pemikiran ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Beruang Madu (Helarctos malayanus) ... 7

B. Klasifikasi Beruang Madu (Helarctos malayanus) ... 8

C. Morfologi Beruang Madu (Helarctos malayanus) ... 9

D. Reproduksi Beruang Madu (Helarctos malayanus) ... 10

E. Perkembangbiakan Beruang Madu (Helarctos malayanus) ... 11

F. Makanan Beruang Madu (Helarctos malayanus)………... 11

G. Habitat Beruang Madu (Helarctos malayanus)... 12

H. Konsumsi Pakan... ... 13

III. METODE PENELITIAN ... 15

A. Waktu dan Tempat ... 15

B. Alat dan Bahan ... 15

C. Batasan Penelitian ... 15

D. Jenis Data ... 16

1. Data Primer ... 16

2. Data Sekunder ... 16

E. Metode Pengumpulan Data ... 17

1. Data Primer ... 17

2. Data Sekunder ... 18

F. Analisis Data ... 18

(7)

2. Jenis Pakan Drop in Per ekor Perhari ... 19

3. Jumlah Konsumsi Pakan Per ekor Perhari ... 19

4. Analisis Proksimat ... 20

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 24

A. Sejarah Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton ... .... 24

B. Letak dan Luas ... 25

C. Keadaan Fisik Lokasi Penelitian ... 25

1. Iklim ... 25

2. Topografi ... 26

3. Keadaan Tanah ... 26

4. Flora dan Fauna ... 26

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Riwayat Hidup Beruang MaduPenelitian ... 30

B. Kondisi Kandang ... 30

C. Perilaku Harian Beruang Madu (Helarctos malayanus) ... 32

1. Aktivitas Makan ... 33

2. Aktivitas Istirahat... .. 34

3. Aktifitas Grooming ... 34

D. Jumlah Konsumsi dan Palatabilitas Pakan ... 35

1. Jenis dan Jumlah Pakan Drop In yang Dimakan Beruang Madu . 35 2. Pakan Kesukaan (Palatabilitas)... 36

E. Nilai Gizi Pakan Drop In Beruang Madu (Helarctos malayanus) ... 38

F. Kesehatan Beruang Madu (Helarctos malayanus)... 41

G. Perubahan Perilaku ... 42

H. Ketersediaan dan Kesesuaian Pakan ... 43

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 45

(8)

ii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Lembar Kerja Pengamatan Perilaku Harian Beruang Madu ... 19

2. Tally Sheet Jumlah Konsumsi Pakan ... 20

3. Daftar Jenis-Jenis Tumbuhan di TASWBK ... 26

4. Jenis Satwa yang Ada di TASWBK ... 28

5. Komposisi Kandungan Gizi Pakan Drop in Beruang Madu pada Penelitian Kajian Perilaku dan Analisis Kandungan Gizi Pakan Drop In Beruang Madu (Helarctos malayanus) di TASWBK... ... 38

6. Hasil Konversi Nilai Kandungan Gizi Pakan Drop in Beruang Madu Jantan pada Penelitian Kajian Perilaku dan Analisis Kandungan Gizi Pakan Drop In Beruang Madu (Helarctos malayanus) di TASWBK ... 40

(9)
(10)
(11)

MOTO

Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga

(HR Muslim)

Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan. Karena itu bila kau sudah selesai (mengerjakan yang lain). Dan berharaplah kepada Tuhanmu

(Q.S Al Insyirah : 6-8)

Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah

(Abu Bakar sibli)

Jadilah pribadi yang selalu bersyukur, agar Allah SWT selalu mencukupkan apa yang kamu butuhkan.

(12)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, dalam kerendahan hati ini ku dedikasikan karya sederhanaku ini kepada Ayahanda (Rubianto Nainggolan) dan Ibundaku (Rusnawati) tercinta yang tak pernah lelah memberikan do’a, kasih sayang, segala dukungan dan semangat yang luar biasa serta cinta kasih yang tiada terhingga. Semoga ini dapat menjadi langkah awal untuk dapat membuat kalian bahagia dan bangga kepadaku.

Adikku tercinta Elmina Indah Oktaviani dan Rusbiantari Ningsih, sosok luar biasa dalam hidup yang selalu memberiku motivasi dan semangat, serta keluarga besarku yang senantiasa menantikan keberhasilanku.

Teman Kosan 31 Tia Norma Pratiwi, S.Ked., Puput Putrisari, S.Si dan Devi Melina Ulfa, S.E yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam pembuatan skripsi penulis.

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang, pada tanggal 30 Januari 1993. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Rubianto Nainggolan dan Ibu Rusnawati, dengan dua adik.

Penulis menamatkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Muara Gading Mas yang diselesaikan pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Labuhan Maringgai yang diselesaikan pada tahun 2008, kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Bandar Sribhawono yang diselesaikan pada tahun 2011.

Penulis tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi pada 2011. Penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan dan pergerakan kemahasiswaan. Organisasi kampus yang pernah diikuti yaitu Himpunan Mahasiswa Kehutanan (HIMASYLVA).

(14)
(15)

SANWACANA

AssalamualaikumWr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, shalawat teriring salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Alhamdulillah, atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah yang berjudul Kajian Perilaku dan Analisis Kandungan Gizi Pakan Drop In Beruang Madu

(Helarctos malayanus) di Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton" skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan oleh keterbatasan yang ada pada penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna langkah penulis berikutnya yang lebih baik. Namun terlepas dari keterbatasan tersebut, penulis mengharapkan skripsi ini akan bermanfaat bagi mereka.

Kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

(16)

memberikan arahan, bimbingan dan masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Yusuf Widodo, M.P., selaku Pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya serta memberikan arahan, bimbingan dan masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan dan Pembahas, yang memberikan saran dan kritikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka semua yang telah diberikan kepada penulis.

WassalamualaikumWr. Wb.

Bandar Lampung, 25 November 2015 Penulis,

(17)
(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, yang dilengkapi dengan keunikan tersendiri. Indonesia memiliki peran yang penting dalam perdagangan satwa di dunia. Berdasarkan informasi yang didapatkan Tim Cegah Satwa Punah dari ProFauna Indonesia sekitar 300.000 jenis satwa liar atau 17% dari jenis satwa di dunia berada di Indonesia. Indonesia menempati urutan pertama dalam hal kekayaan mamalia dengan 515 jenis dan menjadi habitat dari 1539 jenis unggas serta sekitar 45% jenis ikan di dunia hidup di Indonesia. Keberadaan satwa liar semakin terancam punah karena bencana alam, kerusakan habitat, dan ulah manusia yang tidak benar dalam pemanfaatan sumber daya alam. Kehidupan satwa liar dapat lestari apabila memiliki habitat yang cocok baik tempat tinggal, mencari makan, minum, tempat berlindung maupun tempat berkembang biak. Oleh sebab itu, perlu campur tangan manusia dalam usaha mencegah kepunahan satwa, salah satu usaha yang dilakukan adalah melakukan penangkaran (konservasi ex situ).

(19)

2

penghias alam tetapi juga memiliki peran penting dalam keseimbangan ekosistem. Adanya pembukaan lahan dan perburuan liar menjadikan ancaman tersendiri bagi populasi beruang madu di alam. Dalam buku jenis-jenis hayati yang dilindungi perundang-undangan Indonesia beruang madu termasuk fauna yang dilindungi melalui Lampiran SK Menteri Pertanian Nomor 66/Kpts/Um/2/1973 Jakarta 14 Februari 1973 Tentang Penetapan Tambahan Jenis-jenis Binatang Liar yang Dilindungi (Noerdjito dan Maryanto, 2001).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kepunahan pada beruang madu adalah melalui konservasi ex-situ, seperti yang dilakukan oleh Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton di Bandar Lampung (TASWBK). TASWBK adalah taman wisata yang resmi dibuka pada akhir Oktober 2004, taman ini berada di bagian barat kota Bandar Lampung. TASWBK memiliki kemiripan dengan kebun binatang karena memiliki sejumlah satwa mulai dari gajah sumatera (Elephas maxsimus sumatrensis) yang didatangkan dari Taman Nasional Way Kambas (TNWK), siamang (Symphalangus syndactylus), beruk (Macaca nemestrina), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), ayam hutan (Gallus gallus), elang (Folconidae), biawak (Varanus salvator), dan berbagai jenis ayam dari Cina, Arab, Australia dll.

(20)

3

Penelitian ini diharapkan menjadi acuan pengembangan konservasi ex-situ beruang madu di waktu mendatang.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perilaku harian beruang madu di TASWBK.

2. Apa saja jenis pakan drop in beruang madu dan palatabilitas beruang madu di TASWBK.

3. Apa saja nilai kandungan gizi dalam pakan drop in beruang madu di TASWBK.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui perilaku harian yang dilakukan beruang madu di TASWBK. 2. Mengetahui jenis pakan drop in dan palatabilitas pakan beruang madu di

TASWBK.

3. Mengetahui nilai kandungan gizi dalam pakan drop in beruang madu di TASWBK.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

(21)

4

2. Sebagai informasi tentang jenis pakan beruang madu dan kandungan gizi pakan drop in beruang madu di TASWBK.

3. Sebagai bahan pertimbangan pihak berkepentingan dalam pengelolaan beruang madu di TASWBK.

E. Kerangka Pemikiran

Beruang madu (H. malayanus) merupakan salah satu jenis satwa liar yang dilindungi dan perlu dijaga kelestariannya. Menurut Kurniawan (2005), beruang madu telah masuk daftar species dilindungi sejak dikeluarkannya Kepmen Pertanian No.66/Kpts/Um/2/1973 yang menyatakan bahwa perdagangan beruang madu baik hidup atau mati, termasuk bagian-bagiannya dilarang oleh negara.

Beruang madu aktif di malam hari atau disebut juga dengan makhluk nokturnal, mereka menghabiskan waktu di tanah dan memanjat pepohonan untuk mencari makanan. Kecuali betina dengan anaknya, beruang madu umumnya bersifat soliter. Dalam satu hari seekor beruang madu berjalan rata-rata 8 km untuk mencari makanannya. Menurut Craig (1981) tingkah laku dipengaruhi oleh status

fisiologi hewan, lingkungan dan kejadian setempat. Aktivitas harian beruang madu dipengaruhi oleh tingkat nutrisi, efek musim, kesehatan, pengalaman baru dan belajar.

(22)

5

menghancurkan kayu yang masih hidup dan segar dan bahkan berusaha untuk menggaruk pohon yang kayunya keras. Komponen makanan beruang madu yang tinggi adalah serangga (Pontianak post, 2005; Indarwati, 2007).

Di habitat alaminya, beruang madu mencari makanan pada malam hari dengan memakan buah, serangga, burung dan madu. Sedangkan pada siang hari beruang madu lebih banyak beristirahat. Pada habitat buatan beruang madu seperti kandang di TASWBK, persediaan makanan telah disediakan oleh pihak pengelola, dengan demikian perbedaan habitat dapat menyebabkan perbedaan yang pemanfaatannya dapat dianalisis dari persentase aktivitas hariannya. Oleh

karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang kajian perilaku harian dan analisis kandungan gizi pakan drop in beruang madu untuk mengetahui aktivitas harian, jenis pakan, palatabilitas pakan dan kandungan gizi pakan drop in beruang madu.

Perilaku harian beruang madu diambil dengan menggunakan metode focal animal sampling yang diamati setiap hari dilakukan terhadap dua beruang yaitu jantan dan betina yang ada dalam kandang.

Kandungan gizi pakan drop in pada beruang madu diuji menggunakan analisis proksimat dan metode pendekatan komposisi bahan pangan Indonesia. Palatabilitas pakan beruang madu diketahui berdasarkan presentase rata-rata jumlah per jenis pakan drop in yang di makan beruang madu di dalam kandang.

(23)

6

menjadi informasi ilmiah dan acuan pengembangan koservasi ex-situ di waktu mendatang. Diagram alir kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran pada Penelitian Kajian Perilaku dan Analisis Kandungan Gizi Pakan Drop In Beruang Madu (Helarctos malayanus) di TASWBK

Analisis Deskriptif

Keberhasilan konservasi ex-situ beruang madu di Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton

- Kadar air - Kadar abu - Serat - Lemak - protein Konservasi ex-situ

Analisis proksimat

- makan - lokomosi - grooming - istirahat

Beruang madu

Penelitian

Focal animal sampling

Jenis-jenis pakan beruang. Taman wisata bumi

(24)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Beruang Madu (Helarctos malayanus)

Beruang madu (H. malayanus) merupakan jenis beruang terkecil yang tersebar di beberapa negara bagian Asia Tenggara dan Asia Selatan, yaitu Thailand, Myanmar, Malaysia, Indonesia, Laos, Kamboja, Vietnam, Bangladesh dan India. Di Indonesia beruang ini dapat ditemukan di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Namun saat ini jenis beruang ini telah mengalami banyak tekanan dan eksploitasi baik di Indonesia maupun di negara lain (Augeri, 2005).

Secara etimologis Helarctos berasal dari bahasa Yunani yaitu “hela” yang berarti matahari dan “arcto” yang berarti beruang sehingga Helarctos berarti sun bear (Beruang matahari) penyebutan sun bear berdasarkan adanya corak putih pada bagian dada yang terlihat seperti matahari (Fitzgerald dan Krausman, 2002).

(25)

8

beruang hitam amerika (U. americanus), beruang „sloth‟ (U. ursinus), beruang madu (H. malayanus), dan beruang kutub (U. maritimus). Beruang madu adalah beruang yang ukurannya paling kecil diantara beruang yang lain di dunia (Wong, 2002).

Berdasarkan PP No 7 tahun 1999, beruang madu telah dilindungi di Indonesia dan oleh CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) jenis ini telah dimasukkan dalam Appendix 1 yang berarti tidak dapat diperdagangkan secara internasional baik secara utuh maupun bagian-bagian tubuhnya (Sadikin, 2005).

B. Klasifikasi Beruang Madu (Helarctos malayanus)

Menurut Fitzgerald dan Krausman (2002) klasifikasi beruang madu adalah sebagai berikut :

Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Class : Mammalia Ordo : Carnivora Famili : Ursidae Genus : Helarctos

(26)

9

C. Morfologi Beruang Madu (Helarctos malayanus)

Beruang madu adalah beruang terkecil di dunia dengan berat 27 sampai 65 kg. Panjang tubuh berkisar dari 1000 sampai 1400 mm. Panjang ekor 30 sampai 70 mm (Nowak and Paradiso, 1983; Francis, 2008).

Diantara famili Ursidae lainnya, beruang madu memiliki ukuran tubuh yang paling kecil. Tinggi satwa ini hanya mencapai 70 cm pada bahunya, dan sekitar 100 cm sampai 140 cm jika dihitung dari kepala hingga kaki. Beruang madu memiliki panjang ekor 3-7 cm. Berat tubuhnya berkisar antara 27-65 kg dengan berat rata-rata mencapai 46 kg. Umumnya beruang madu jantan memiliki berat tubuh 10-20% lebih berat dari pada beruang betina (Pappas dkk, 2002).

Menurut Leckagul dan Mcnelly (1977), beruang madu memiliki tubuh seluruhnya berwarna hitam kecuali mulut dan bagian atas dada yang berwarna putih kecoklatan yang melebar hingga kebagian mata. Mata dan telinganya kecil. Di bagian kepala dan belakang telinga terdapat bulu-bulu yang berbentuk seperti lingkaran. Ciri khas beruang madu yang terlihat yaitu adanya bercak putih atau kuning berbentuk huruf U di bagian atas dada. Bercak dada biasanya mencolok, tetapi kadang sangat samar. Beruang madu memiliki ekor yang pendek, telapak kaki lebar, kuku yang panjang dan bengkok.

(27)

10

Rambut beruang madu dewasa berwarna hitam pekat dan memiliki lapisan rambut berwarna terang di bawahnya sedangkan pada bagian mulutnya berwarna oranye, abu-abu dan keperakan (Fetherstonhaugh,1940; Fitzgerald dan Krausman, 2002).

D. Reproduksi Beruang Madu (Helarctos malayanus)

Onuma dkk (2000) menyatakan bahwa beruang madu memiliki musim kawin yang terjadi pada musim hujan. Hal tersebut berhubungan dengan persediaan makanan yang melimpah pada musim hujan. Selain keuntungan dari aspek makanan, strategi tersebut juga berkaitan dengan fungsi organ gonadal. Pada musim kering dengan temperatur yang tinggi akan berpengaruh terhadap kualitas sperma dan konsentrasi testoteron yang rendah pada beruang madu jantan, sedangkan pada betina, temperatur yang panas akan menyebabkan penurunan tingkat gonadotropin dan pertumbuhan follikular, tingginya presentase sel telur yang abnormal dan kematian embrio.

(28)

11

E. Perkembangbiakan Beruang Madu (Helarctos malayanus)

Beruang madu tidak mempunyai musim kawin tetapi perkawinan dilakukan sewaktu-waktu terutama bila beruang madu betina telah siap kawin. Lama mengandung beruang betina adalah 95-96 hari, anak yang dilahirkan biasanya berjumlah dua ekor dan disusui selama 18 bulan. Terkadang, beruang betina hanya terlihat dengan satu bayi dan sangat jarang ditemukan membawa dua bayi setelah masa kehamilannya. Hal ini sangat dimungkinkan karena beruang madu sengaja menunda perkawinan untuk mengupayakan agar bayi terlahir saat induk memiliki berat badan yang cukup, cuaca yang sesuai serta makanan tersedia dalam jumlah yang memadai. Beruang melahirkan di sarang yang berbentuk gua atau lubang pepohonan dimana bayi yang terlahir tanpa bulu dan masih sangat lemah dapat bertahan hidup. Bayi akan tetap tinggal di sarang sampai ia mampu berjalan bersama induknya mencari makanan. Bayi beruang madu di duga hidup bersama induknya hingga berusia dua tahun dan kemudian mulai hidup secara mandiri.

F. Makanan Beruang Madu (Helarctos malayanus)

(29)

12

sebagai penyebar tumbuhan buah berbiji besar seperti cempedak, lahung, kerantungan dan banyak jenis lain (Youth, 1999). Menurut Cranbrook (1991) beruang madu menggunakan cakarnya untuk merobek sarang lebah untuk mendapatkan madu dan larva lebah tersebut.

Selain madu yang menjadi makanan kegemarannya, beruang yang tergolong hewan omnivora ini juga memakan buah-buahan, dedaunan, “umbut” tanaman kelapa, bagian yang lunak dari tanaman (termasuk rotan), dan bahkan seringkali menjarah kebun-kebun sayuran, jagung, tebu ataupun durian jika terdesak langkanya makanan di dalam hutan. Komponen makanan yang berupa serangga juga sangat tinggi, seperti semut, rayap dan larva serangga. Bahkan telur burung, tikus, cacing dan binatang kecil lainnya juga menjadi santapannya (Fredriksson dkk, 2008).

G. Habitat Beruang Madu (Helarctos malayanus)

(30)

13

larva serangga. Beruang madu ditemukan di Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera dan Kalimantan (Nowak dan Paradiso, 1983; Francis, 2008; Payne dkk, 2000).

Payne dan Andau (1991) menyatakan bahwa di Sabah dan Kalimantan beruang madu dominan hidup di hutan dipterocarp namun juga dapat ditemukan di pegunungan rendah dan hutan rawa. Di Kalimantan Tengah beruang madu juga ditemukan dihabitat rawa gambut hutan sekunder (Azwar dkk, 2004).

H. Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan dan yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi (Tillman dkk, 1991) sedangkan Parakkasi (1999) menyatakan tingkat konsumsi (voluntary feed intake) adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh hewan secara ad libitum. Faktor–faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi adalah hewan itu sendiri, pakan yang diberikan dan lingkungan.

Kategori sumber pakan menurut Fleagle (1988) ada tiga yaitu:

1. Struktural, yaitu bagian tumbuhan yang meliputi daun, batang, cabang dan materi tumbuhan lainnya yang mengandung struktur karbohidrat (selulosa); 2. Bagian reproduktif, yaitu organ tumbuhan seperti tunas bunga, bunga dan

buah (matang atau mentah);

(31)

14

Menurut Tilman dkk (1991), nutrisi yang terkandung dalam pakan yang dikonsumsi akan sangat penting bagi setiap bentuk kehidupan, karena dapat digunakan untuk bertahan hidup, pertumbuhan, produksi dan reproduksi. Dari segi nutrisi perlu diperhatikan bahan kering, protein, energi dan mineral. Kebutuhan hewan untuk tumbuh normal, tergantung pada banyak hal seperti spesies, umur, jenis kelamin, fase pertumbuhan dan fase reproduksi.

(32)

15

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton, Bandar Lampung, pada bulan Mei 2015.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: tally sheet, timbangan lion star untuk menimbang pakan drop in yang diberikan, kamera, timbangan analitik, oven, tang penjepit, kertas saring, gelas ukur, corong kaca digunakan untuk melakukan analisis proksimat, dan objek yang diamati yaitu 2 ekor beruang beruang madu yaitu jantan dan betina.

C. Batasan Penelitian

Batasan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Sampel penelitian ini adalah dua beruang madu yaitu jantan dan yang terdapat di TASWBK.

(33)

16

3. Sampel penelitian ini adalah dua beruang madu yaitu jantan dan yang terdapat di TASWBK.

4. Pakan drop in merupakan komposisi pakan dan nilai gizi pakan per ekor per hari.

5. Aktivitas beruang madu yang dicatat meliputi:

a. Makan : aktivitas mengambil, memakan, mengunyah dan menelan

b. Grooming : membersihkan atau merawat tubuh

c. Istirahat : tidur, duduk dan menyandarkan tubuhnya kedinding kandang.

6. Pengamatan perilaku harian dilakukan selama 12 hari pada pukul 08.00-17.00 WIB.

D. Jenis Data Yang Dikumpulkan

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung di lapangan yaitu data mengenai perilaku harian beruang madu, jenis pakan, dan komposisi pakan yang diberikan setiap hari.

2. Data Sekunder

(34)

17

E. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara:

1. Data Primer

a. Pengamatan Perilaku Beruang Madu

Pengumpulan data perilaku harian beruang madu menggunakan metode focal animal sampling. Metode focal animal sampling yaitu suatu cara pengamatan tingkah laku dengan mengamati hanya satu individu dalam selang waktu tertentu. Teknik ini digunakan untuk mengetahui semua jenis tingkah laku yang dilakukan oleh individu yang diamati (Altmann, 1974). Pengamatan perilaku beruang madu meliputi aktivitas makan, lokomosi, grooming dan istirahat.

b. Pengamatan jumlah konsumsi dan palatabilitas pakan drop in beruang madu.

- Pengamatan Jumlah Konsumsi Per Jenis Pakan Drop In

Pengumpulan data jumlah konsumsi pakan drop in beruang madu yaitu dengan penimbangan berat awal pakan dikurangi sisa pakan beruang madu per hari. Jumlah konsumsi pakan yang diperoleh diolah ke dalam presentase dan ditabulasikan untuk melihat perbandingan per jenis pakan beruang madu. Presentase jumlah konsumsi pakan beruang madu dapat dihitung dengan rumus (Sari, 2006):

% jumlah konsumsi per jenis pakan = Jumlah pakan yang dimakan Jumlah pakan yang diberikan

(35)

18

- Tingkat Palatabilitas Satwa

Palatabilitas merupakan tingkat kesukaan satwa terhadap suatu jenis makanan. Tingkat palatabilitas diketahui dengan menghitung rata-rata persen jumlah per jenis pakan yang dikonsumsi. Rata-rata pesen per jenis pakan beruang madu yang mendekati 100 % menunjukkan palatabilitas pakan beruang madu yang tertinggi.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi literatur dengan menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan sedang diteliti. Informasi tersebut diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan ilmiah, skripsi, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.

F. Analisis Data

1. Analisis Perilaku Harian Beruang Madu (Helarctos malayanus)

(36)

19

Tabel 1. Lembar Kerja Pengamatan Perilaku Harian Beruang Madu.

Rumus metode focal animal sampling :

Analisis Kegiatan =

x 100 %

Analisis Waktu =

x 100 %

2. Jenis Pakan Drop In Per Ekor Per Hari

Jenis pakan yang diberikan per hari per ekor di ketahui dengan melakukan pengamatan langsung dilapangan dengan ikut dalam pemberian pakan setiap harinya dikandang beruang madu, mulai dari persiapan bahan makanan sampai pemberian pakan.

3. Jumlah Konsumsi Pakan Per Ekor Per Hari

Jumlah konsumsi pakan yang diberikan setiap harinya akan ditimbang terlebih dahulu sebelum diberikan dan sisa pakan ditimbang kemudian dilakukan analisis proksimat, agar dapat diketahui jumlah pakan yang dikonsumsi dalam bahan kering. Besarnya konsumsi makanan total dihitung dengan rumus:

Konsumsi makanan/hari (kg) = berat pakan awal (kg) – berat pakan sisa (kg)

No Waktu Perilaku Keterangan

Makan grooming istirahat

1

(37)

20

[image:37.595.133.510.180.248.2]

(Alikodra, 1990; Susmaleni 2004). Tally sheet jumlah konsumsi pakan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tally sheet Jumlah Konsumsi Pakan Hari

ke-

Jenis pakan Jumlah (Kg) Sisa (Kg)

Pakan pokok Pakan tambahan Pakan pokok Pakan tambahan Pakan pokok Pakan tambahan 1. 2.

4. Analisis Proksimat

Komposisi kandungan gizi pakan drop in siamang dapat diketahui dengan analisis proksimat. Analisis dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Lampung. Komposisi kandungan gizi pakan drop in yang didapat dihitung dengan rumus:

a. Kadar air

KA = C-A B-A

Keterangan: KA : Kadar air (%)

A : Bobot cawan porselein (gram)

B : Bobot cawan porselein berisi sampel sebelum dipanaskan (gram) C : Bobot cawan porselein berisi sampel sesudah dipanaskan (gram)

Kemudian dihitung kadar air rata-rata dengan rumus : KA (%) = KA1+ KA2

2

(38)

21

Keterangan:

KA1 : Kadar air pada ulangan 1 KA2 : Kadar air pada ulangan 2

b. Kadar Abu KAb = (B-A)-(C-A)

(B-A)

Keterangan:

KAb : Kadar abu (%)

A : Bobot cawan porselein (gram)

B : Bobot cawan porselein berisi sampel sebelum diabukan (gram) C : Bobot cawan porselein berisi sampel sesudah diabukan (gram) Kemudian dihitung kadar abu rata-rata dengan rumus:

KAb (%) = Kab1 + Kab2 2

Keterangan:

KAb1 : kadar abu pada ulangan ke 1 KAb2 : Kadar abu pada ulangan ke 2

c. Kadar Protein

N = [ Lblanko – Lsampel ] x N Basa/100 B-A

Keterangan:

N : Besarnya kandungan nitrogen (%) Lblanko : Volume titran untuk blanko (ml) Lsampel : Volume titran untuk sampel ( ml) N basa : Normalitas NaOH sebesar 0,1 N : Berat atom nitrogen sebesar 14 A : Bobot kertas saring biasa (gram)

B : Bobot kertas saring biasa berisi sampel (gram)

Kadar protein rata- rata dapat dihitung dengan rumus: Kadar protein (%) = KP1 + KP2

2

X 100%

(39)

22

Keterangan:

KP1 : Kadar protein ulangan ke 1 KP2 : Kadar protein ulangan ke 2

d. Kadar Lemak

KL = [ (B-A) x Bk ] – (D-A ) x 100% B-A

Keterangan:

KL : Kadar lemak (%) BK : Kadar bahan kering (%)

A : Bobot kertas saring (gram)

B : Bobot kertas saring berisi sampel sebelum dipanaskan (gram) D : Bobot kertas saring berisi sampel sesudah dipanaskan (gram) Kadar lemak rata-rata dapat dihitung dengan rumus:

KL (%) : KL1 + KL2 2 Keterangan:

KL1 : Kadar lemak ulangan ke 1 KL2 : Kadar lemak ulanganm ke 2

e. Kadar Serat

KS = (D-C) – (F-E) x 100% A-B

Keterangan:

KS : Kadar serat (%) A : Bobot kertas (gram)

B : Bobot kertas berisi sampel (gram)

C : Bobot kertas saring whatman ashles (gram)

D : Bobot kertas saring whatman ashles berisi residu (gram) E : Bobot cawan porselein (gram)

(40)

23

Analisis proksimat yang akan dilakukan pada penelitian ini, dilakukan di laboratorium dengan menghitung sampel pakan yang sudah dikeringkan. Skema analisis proksimat dapat dilihat pada Gambar 2.

Pemanasan pada suhu 105° C

Direbus dengan Asam

Direbus dengan Basa

Pembakaran

(Tillman dkk.1984; Dewi, 2001; Susmaleni,2004; Puspita dan Dewi,2014).

Gambar 2. Skema analisis proksimat pakan drop in pada Penelitian Kajian Perilaku dan Analisis Kandungan Gizi Pakan Drop In Beruang Madu (Helarctos malayanus) di TASWBK.

Analisis proksimat

Sampel Bahan Makanan

Sampel Bahan Kering (BebasAir )

Lemak Nitrogen

Residu

Abu dan serat kasar

[image:40.595.225.464.182.461.2]
(41)

45

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Perilaku harian beruang madu tertinggi melakukan aktivitas istirahat dan terendah dalam melakukan perilaku makan.

2. Palatabilitas pakan kukang yang disukai adalah pepaya, pisang muli dan umbi-umbian.

3. Pakan beruang madu jantan yang memiliki kandungan air tertinggi adalah pepaya sebesar 5.306,04 gr, dan pada pakan beruang madu betina sebesar 3.407,31 gr. Pisang muli memiliki kandungan serat paling tertinggi yaitu sebesar 12,85 gr. Pepaya dan pisang muli memiliki kandungan protein tertinggi yaitu sebesar 30,6 gr dan 21,9 gr. Pepaya memiliki kandungan abu tertinggi yaitu sebesar 36,72 gr. Pisang muli memiliki kandungan lemak tertinggi yaitu sebesar 7,35 gr.

B. Saran dari penelitian ini adalah:

(42)

46

2. Jenis pakan dan jumlah konsumsi pakan drop in pada beruang madu dalam kandang sebaiknya jenis nya diberikan lebih bervariasi agar beruang madu terhindar dari kebosanan, pemenuhan gizi dalam tubuh beruang madu tercukupi, dan jumlah pakan sebaiknya ditambah sesuai dengan berat tubuh beruang madu.

(43)

47

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H. S. 1993. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid II. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Altmann, J. 1974. Observational Study of Behavior, Sampling Methods. Behaviour 48: 227-265.

Astuti, D. 2006. Konsumsi dan Kecernaan Pakan Beruang Madu (Helartos malayanus) di Taman Marga Satwa Ragunan Jakarta. Institut Pertanian Bogor. (Skripsi). Bogor.

Augeri, D.M. 2005. On The Biogeographic Ecology Of The Malayan Sun Bear. Adissertation submitted to the University of Cambridge in partialfulfilment of the conditions of application for the degree of Doctor of Philosophy. Wildlife Research Group Department of Anatomy Faculty of Biological Sciences University of Cambridge.

Azwar., Gondanisam., Mistar., H. Kasim., dan Ambriansyah. 2004. Survey Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) Pada Hutan Rawa Gambut di Area Mawas. Propinsi Kalimantan Tengah.

Castellanos, A. X. 2005. Reinforcement of Andean Bear Populations in the Alto ChocoReserve and Neighbouring Areas, Northern Ecuador. Re-introduction News 24: 12-13.

Craig, J.V. 1981. Domestic Animal Behaviour, Causes and Implication for Animal Care and Management. Prentice-Hall, Inc. New Jersey.

Cranbrook. 1991. Mammals of southeast Asia. Second edition. Oxford University Press, Singapore.

Dathe, H. 1970. A second-generation birth of captive sun bears, Helarctos malayanus, at East Berlin Zoo. International Zoo Yearbook.

Dewi, B. S. 2001. Analisis Biaya Makan dan kandungan Gizi Orangutan Rehabilitasi di Taman Nasional Tanjung Putting Kalimantan Tengah [Tesis]. Program Studi Ilmu Kehutanan. Jurusan Ilmu Pertanian. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

(44)

48

Fahriza, R. 2005. Nasib beruang madu di tangan pemburu. http:www.jurnalcelebes.com/view.php?id=144. Diakses pada 27 maret 2015.

Feng, Q., dan Wang, Y. 1991. Studies on Malayan sun bear (Helarctos malayanus) inartificial rearing. Acta Theriologica Sinica 11:81–86.

Fetherstonhaugh, A. H. 1948. Two Malayan bears. Journal of the Malayan Nature Society. Vol III No. 1 - 4: 90 – 92.

. 1940. Some notes on Malayan bears. Journal of the Malayan Nature Society. 1:15–22.

Fleagle, J. G. 1988. Primate Adaptation and Evolution. Academic Press. Harcout Brace and Company. New York.

Fitzgerald, C.S., dan Krausman P.R. 2002. Malayan Species Helarctos malayanus. American Society of Mammologists.

Francis, C. M. 2008. A Field Guide to the Mamal of Thailand and South East Asia. New Holland Publisher. UK.

Fredriksson., dan A. Redman (2009). A Little Book about a Little Bear. KWPLH Balikpapan.

Honoluluzoo. 2002. Sun Bear. http://www.honoluluzoo.org/sun_bear.htm. Diakses pada 11 September 2015.

Indarwati, I. 2007. Pemilihan pakan dan aktivitas makan beruang madu (Helarctos malayanus) pada siang hari di pusat penyelamatan satwa gadog, Ciawi. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Johnston, L. A., A.M. Donoghue., W. Igo., L.G. Simmons., D.E. Wildt., and J. Rieffenberger. 1944. Oocyte recovery and maturation in the American black bear ( Ursus americanus): a model for endangered ursids. Journal of Experimental Zoology. 269(1):53-61.

Kartika, R. B. 2000. Studi banding perilaku kukang (Nycticebus coucang) di dua penangkaran. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kurniawan, A. 2005. Manajemen Pemberian Pakan pada Beruang Madu (Helarctos malayanus) di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta. Laporan Magang. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Leckagul, B and A. J. Mcnelly. 1977. Mammal of Thailand. Association for The Convertion of Wildlife. Bangkok. Thailand.

(45)

49

Noerjito, M dan I. Maryanto, 2001. Jenis-jenis Hayati yang Dilindungi Perundang-undangan Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor.

Nowak, R. M., and J. L. Paradiso. 1983. Mammals of the World 4th Edition. Volume II. The Johns Hopkins University Press. Baltimore and London. Onuma, dkk. 2000. Reproductive Pattern Of The Sub Bear (Helarctos malayanus)

In Serawak, Malaysia. Theriogenology.

Pappas, K., and L. Mc Lennan. 2002. Malayan Sun Bear http://www.honoluluzoo.org/zookeepers_Journal/sunbear.doc. Diakses tanggal 29 Maret 2015. Pukul 13.30 WIB.

Parakkasi, A. 1986. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia Press. Jakarta

. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia Press. Jakarta

Payne, J., C. M. Francis., K. Phillips., dan S.N. Kartikasari. 2000. Mamalia di Kalimantan, Sabah, Serawak dan Brunei Darussalam. Prima Centre. Jakarta.

Payne, J., dan Andau M. Large mammals in Sabah. The state of nature conservation in Malaysia (R. Kiew, ed.). Malayan Nature Society, United Selangor Press, Kuala Lumpur, Malaysia. 1991.

Payton., dan Plenge. 2005. Captive Spectacled Bears, Conservation, and Community Development in Peru In L. Kolter and J.J. Van Dijk (eds.): Rehabilitation and release of bears. Zoologischer Garten Köln.

Prijono, S. N., dan S. Handini. 1998. Memelihara, Menangkar dan Melatih Nuri. Penebar Swadaya. Jakarta.

Peraturan RI. 1999. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa.

Puspita, N dan Dewi, B.S. 2014 . Studi Pakan Drop In dan Perilaku Makan Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) di Taman Agro Satwa Bumi Kedaton Bandar Lampung. Bandar Lampung. Lampung.

(46)

50

natural history of those countries. Transactions of the Linnaean Society of London.

Sajuthi, D., Pamungkas, J., dan Iskandar, E. 1999. Pelestarian Bekantan Secara In-Situ dan Ek-Situ dalam diskusi Peningkatan Kesadaran dan Peran Masyarakat Terhadap Pelestarian Bekantan. KBSK dan Yayasan KEHATI. Surabaya.

Santra, A. J. 2008. Handbook of Wild and Zoo Animals: a Treatise for Students of Veterinary, Zoologi, Forestry and Environmental Science. International Book Distributing co. India

Soorae. 2005. Placement Options for Confiscated Bears In L. Kolter and J.J. Van Dijk (eds.): Rehabilitation and release of bears. Zoologischer GartenKöln. Thohari, M. 1987. Upaya penangkaran satwa liar. Media Konservasi 1. 3:10-16. Tilman, Hartadi., Reksohadiprojo, P., dan Lebdosukojo. 1989. Ilmu Makanan

Ternak Dasar. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Tinbergen, N. 1969. Perilaku Binatang. Tira Pustaka. Jakarta.

Sadikin, L.A. 2005. Keberadaan Mamalia Sedang Dan Besar di Kawasan Pinggir Hutan dengan Metode “Camera Trap” di Air Dikit, Taman Nasional Kerinci Seblat. Skripsi Sarjana Sains. Fakultas Biologi Universitas Nasional. Jakarta.

Sari, D.R.K. 2006. Studi Perilaku Makan Drop In Orang utan Kalimantan (Pongo Pygmaeus, Linnaeus 1760) di Pusat Primata Schmutzer. Taman Margasatwa Ragunan. Jakarta.

Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid I. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Verheij, E. W. M and R. E. Coronel. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara

2: Buah -buahan yang Dapat Dimakan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Williamson, G., and W. J. A. Payne, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah

Tropis. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

Wong, S. T., C. Serveheen and L. Ambu. 2002. Food Habits of Malayan Sun Bears in Lowland Forest of Borneo. Journal Ursus 13 : 127-136.

Gambar

Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran pada Penelitian Kajian Perilaku dan Analisis Kandungan Gizi Pakan Drop In Beruang Madu (Helarctos malayanus) di TASWBK
Tabel  2. Tally sheet Jumlah Konsumsi Pakan
Gambar 2. Skema analisis proksimat pakan drop in pada Penelitian Kajian Perilaku dan Analisis Kandungan Gizi Pakan Drop In Beruang Madu (Helarctos malayanus) di TASWBK

Referensi

Dokumen terkait

Tom King is a comic book writer and novelist, best known for his work at DC Comics including GRAYSON and OMEGA MEN.. He often relies on his experience as an ex-CIA agent and

Posisi Bakpia Pathok 25 berdekatan dengan Bakpia 75 dari segi atribut variasi rasa karena dinilai memiliki variasi rasa yang sedikit oleh konsumen.. Secara keseluruhan Bakpia

Hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,451 yang menunjukkan bahwa 45 persen variasi (naik turunnya)

Yang ke empat motif Keterpilihan dalam Pileg yang mana Politisi berpindah dari satu partai ke partai lain untuk menjadi anggota legislatif8. Kesimpulan dari skripsi

Keanehan berasal dari kata dasar aneh. Kata ini memiliki makna sesuatu yang dianggap tidak sesuai dengan apa yang umum dilihat maupun dirasakan karena berlawanan

Penelitian ini menggunakan metode desain, realisasi kemudian diimplentasikan dan dilakukan pengujian dan pengukuran sehingga menghasilkan suatu Antena Bowtie pada

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Resolusi Konflik Pengelolaan Sumber Air Wendit Antar Pemerintahan Daerah Kabupaten Malang Dan Kota Malang ... Negosiasi Antara Pemerintah