ABSTRAK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
PADA SISWA KLS V SDN 3 YOGYAKARTA KEC GADINGREJO KAB PRINGSEWU yaitu 60. Hal ini terlihat pada observasi hasil nilai ulangan harian, hanya 8 orang atau 40% siswa yang tuntas. Pembelajaran masih didominasi pada guru, penyajian materi kurang menarik, model yang digunakan kurang relevan, tujuan pembelajaran hanya berorientasi pada aspek kognitif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri tahun pelajaran 2012/2013, dengan subyek penelitian 20 orang, yang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 12 orang perempuan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Aspek yang diamati pada penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran IPA menggunakan model Inkuiri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA menggunakan model Inkuiri dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas siswa pada siklus I 57,85% dengan katagori baik, meningkat menjadi 77,14% dengan katagori sangat baik. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa 58,5 dengan persentase ketuntasan 60%. Pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa 65 dengan persentase ketuntasan 90%. Dari kedua siklus yang diterapkan, terjadi peningkatan hasil belajar siswa, peningkatan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II adalah 6,5 dan dan peningkatan persentasenya adalah 32,5%.
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
PADA SISWA KLS V SDN 3 YOGYAKARTA KEC GADINGREJO KAB PRINGSEWU
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
(Skrpsi)
Oleh
MUHAMAD SYAIFUDIN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
1. Kerangka Pikir Tindakan Kelas ... 23
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
4.1 Rata-Rata Aktivitas Belajar IPA Menggunakan Model Inkuiri
Pada Setiap Siklus ... 58
4.2 Nilai Rata-rata Hasil Belajar IPA Melalui Menggunakan Inkuiri
c. Observasi... 30
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1.Izin Penelitian Dari Unila ... 65
2. Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Dari Sekolah ... 66
3. Silabus Pembelajaran ... 67
4. Pemetaan Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar ... 68
5. Rpp I Siklus I ... 69
6. Rpp II Siklus I ... 70
7. Rpp I Siklus II ... 71
8. Rpp II Siklus II ... 72
9. Lembar Observasi Hasil Aktivitas Siswa Siklus I ... 73
10. Lembar Observasi Hasil Aktivitas Siswa Siklus II ... 74
11. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 75
12. Hasil Belajar Siswa Siklus II... 76
13. Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus I ... 77
14. Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus II ... 78
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1. Data awal siswa kelas V SD 3 Yogyakata ... 4
3.1. Aspek aktivitas siswa ... 31
3.2. Nilai lembar aktivitas siswa kelas V SD 3 Yogyakata ... 32
3.3. Tolak ukur penilaian pembelajaran IPA kelas V SD 3 Yogyakata ... 32
3.4. Kualifikasi Hasil Observasi Keaktivan Siswa ... 35
3.5. Kualifikasi Hasil Observasi Ketuntasan Siswa ... 35
3.6. Kualifikasi Hasil Observasi Kinerja Guru ... 36
4.1. Jadwal Pertemuan Penelitian Mata Pelajaran IPA Kelas V ... 41
4.2. Persentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 47
4.3. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 48
4.4. Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 48
4.5. Persentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 54
4.6. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 55
4.7. Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 55
4.8. Persentase Aktivitas Siswa Setiap Siklus ... 57
MOTO
“pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan
kekuatan, tapi dengan ketekunan dan
kegigihan”
PERSEMBAHAN
Puji syukur dan bahagia atas segala rahmat dan hidayah yang Allah Swt.
limpahkan, saya mempersembahkan laporan PTK ini, kepada orang-orang
terkasih dan tercinta sebagai berikut.
1. Orang tua dan mertua, dengan segala limpahan kasih sayang, doa, dan
dorongan semangat untuk keberhasilan anaknya yang tidak mungkin
terbalaskan.
2. Istri tercinta yang telah memberi motivasi dan semangat serta kebersamaan,
sehingga memberikan kedamaian, ketenangan, dan keberhasilan.
3. Kedua buah hatiku, Ferry Septiana, Gunawan Saputra, yang selalu
memberikan dorongan, inspirasi dan motivasi dalam mengejar cita-cita di
RIWAYAT HIDUP
MUHAMAD SYAIFUDIN dilahirkan di desa Tulungagung Kecamatan
Gadingrejo Kabupaten Pringsewu, Propinsi Lampung pada tanggal 06 September
1966, merupakan anak ke Lima dari pasangan Bapak Dulhadi dan Ibu Siti
Salamah. Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti, Sekolah Dasar
diselesaikan pada tahun 1980 di MI Nurul ulum Tulung agung.
Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama Muhammadiyah Gadingrejo,
diselesaikan pada tahun 1983, kemudian dilanjutkan Sekolah Pendidikan Guru
(SPG) Muhammadiyah Gadingrejo, diselesaikan pada tahun 1987.
Tahun 2010 tercatat sebagai mahasiswa FKIP Unila (S-1 PGSD) dalam jabatan
SANWACANA
Puji syukur kupanjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tindakan kelas
dalam Bentuk tugas akhir dengan judul “Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri pada siswa kelas V SD
Negeri 3 Yogyakarta Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2013/2014.
Dengan selesainya penyusunan Skripsi dalam bentuk tugas akhir ini
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan
kemudahan-kemudahan kepada peneliti hingga terselesaikannya penyusunan penelitian
tindakan kelas ini.
2. Drs. Baharudin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang
telah banyak membantu memberikan arahan dan pandangan dalam penulisan
sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik.
3. Dr. Darsono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD yang telah banyak
membantu memberikan arahan dan pandangan dalam penulisan sehingga
skripsi ini dapat disusun dengan baik.
4. Dra. Cut Rochani, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan,kritik dan saran sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
5. Drs. Muncarno, M.Pd. selaku Dosen Pembahas yang telah banyak membantu
memberikan arahan dan pandangan dalam penulisan, sehingga skripsi ini
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang
telah memberikan ilmunya yang sangat bermanfaat bagi penulis.
7. Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Pringsewu
yang telah memberi kesempatan belajar bagi penulis di FKIP Unila.
8. Sunarto, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri 3 Yogyakarta Kecamatan
Gadingrejo Kabupaten Pringsewu yang telah memberi izin dan mendukung
untuk dapat segera menyelesaikan studi di FKIP Unila.
9. Afandi, S.Pd. selaku teman sejawat yang telah mendukung dan membantuku
baik moril maupun materil untuk dapat segera menyelesaikan skripsiku.
10. Seluruh dewan guru, Karyawan, dan Staf Tata Usaha SD Negeri 3
Yogyakarta Kecamatan Gadingrejo yang telah mendukung dan membantuku
baik moril maupun materil untuk dapat segera menyelesaikan studi.
11. Rekan-rekan Mahasiawa S-1 dalam Jabatan Jurusan Pendidikan Guru sekolah
dasar FKIP Unila yang telah memberikan semangat dan motivasi untuk dapat
segera menyelesaikan skripsi ini.
12. Siswa-siswi kelas V SD Negeri 3 Yogyakarta Kecamatan Gadingrejo yang
telah dijadikan objek penelitian.
Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini masih kurang sempurna.
Hal ini karena adanya keterbatasan yang ada pada penulis, oleh karena itu mohon
kritik dan saran dari para pembaca penulis harapkan demi kesempurnaan dan
kebaikan selanjutnya.
Akhirnya semoga penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat kepada
penulis khususnya dan kepada para pembaca pada umumya, serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran pada perkembangan pendidikan selanjutnya.
Bandar lampung, Juni 2014
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan dalam bidang pendidikan mendapat perhatian yang besar dari
pemerintah. Hal ini wajar karena untuk mencapai salah satu tujuan Nasional
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itu bangsa Indonesia menaruh harapan
besar pada perkembangan pendidikan karena pendidikanlah yang mampu
mempersiapkan warga negaranya agar siap menjadi agen pembangunan didalam
masyarakat dan Negara. Hal ini terlihat dengan banyaknya dibangun sarana dan
prasarana sekolah yang mendukung.
Dalam draf Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dikatakan: “Pendekatan
apapun yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar sains, sudah semestinya
mendudukkan siswa sebagai pusat perhatian. Peranan guru dalam menentukan
pola kegiatan belajar mengajar di kelas bukan ditentukan oleh didaktik metodik
“apa yang akan dipelajari” saja, melainkan juga pada bagaimana menyediakan dan
memperkaya pengalaman belajar anak. Pengalaman belajar diperoleh melalui
serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif
dengan teman, lingkungan,dan nara sumber lain.” (Balitbang Kurikulum, 2001 :
2
Sebelum diberlakukan kurikulum 2004, pembelajaran yang dianut oleh guru
didasarkan atas asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari
pikiran siswa. Oleh karena itu, para guru memfokuskan diri pada upaya
penuangan pengetahuan ke dalam kepala siswa tanpa memperhatikan bahwa
mereka saat memasuki kelas mempunyai bekal kemampuan dan kesiapan yang
tidak sama. Metode pembelajaran yang dijalankan adalah pembelajaran satu arah
dimana siswa hanya sebagai obyek pendidikan, mereka ke sekolah hanya
melaksanakan prinsip 3D, Datang, Duduk, Diam sehingga keaktifan siswa sangat
kurang saat proses belajar mengajar berlangsung.
Kurikulum 2004 disebut juga Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kurikulum
Berbasis Kompetensi adalah sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada
pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar
perfomansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu (Nurhadi, 2004 : 18).
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa kurikulum 2004 ini menekankan
pada pencapaian kompetensi siswa bukan tuntasnya materi, sehingga mau tidak
mau siswa dituntut aktif selama proses belajar pembelajaran karena siswa sebagai
pusat pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu metode
pengajaran yang diharapkan dapat digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan
ilmu pengetahuan untuk siswa secara efektif. Penerapan metode-metode mengajar
yang bervariasi akan dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam menerima
3
untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar dan sekaligus sebagai salah
satu indikator peningkatan kualitas pendidikan.
Pendidikan IPA adalah pendidikan yang bersifat antis saint yaitu para siswa harus
dapat dipersiapkan untuk menghadapi tiga tugas kehidupan, pertama untuk dapat
hidup, kedua untuk mengembangkan kehidupan bermakna, ketiga untuk
memuliakan kehidupan (Bukhori, 2001:5).
Kenyataan yang ada pada saat ini bahwa dalam pembelajaran sering terjadi
penyimpangan sehingga proses belajar mengajar menjadi tidak efektif dan efisien.
Keadaan tersebut disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: ada kecenderungan
verbalisme, ketidaksiapan peserta didik, kurang minat peserta didik, kurangnya
sarana dan prasarana pembelajaran.
Selain itu proses belajar mengajar tidak efektif dikarenakan, guru belum
sepenuhnya menerapkan model-model pembelajaran misalnya model
pembelajaran kontektual dalam proses pembelajaran, kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan kurang menarik, berlangsung monoton dan membosankan, serta
interaksi yang terjadi hanya satu arah karena guru yang dominan aktif, hal ini
tejadi pada siswa kelas V SD Negeri 3 Yogyakarta Kabupaten Pringsewu yang
memiliki nilai IPA dibawah KKM yang ditetapkan yaitu > 60
Dari pengamatan guru selama proses pembelajaran berlangsung selama ini
tampak hanya sekitar 40% siswa kelas V yang mendapat nilai > 60. Untuk lebih
4
Tabel 1.1. Tabel data awal siswa kelas V SD 3 Yogyakata
No Nilai Jumlah siswa Persentase Keterangan
1 76 - 100 2 10 Tuntas
2 51 - 75 6 30 Tuntas
3 26 - 50 12 60 Belum Tuntas
4 0 - 25 - - -
Hasil belajar tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan kriteria
ketuntasan belajar yang ditetapkan. Rendahnya hasil belajar tersebut diduga akibat
motivasi, minat dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sangat rendah
sehingga terlihat banyak siswa kurang siap dalam menerima materi pelajaran
setiap pertemuan.
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah diatas, salah satunya
adalah melalui model pembelajaran Inkuiri untuk meningkatkan minat siswa
dalam belajar supaya dalam proses belajar mengajar tercipta suasana yang
kondusif. apabila suasana yang kondusif telah tercapai maka hasil belajar siswa
akan meningkat. tidak hanya hasil belajarnya saja yang meningkat tetapi juga
kemampuan siswa dalam menguasai materi akan meningkat. untuk meningkatkan
kemampuan siswa tidak hanya melalui model pembelajaran Inkuiri saja tetapi
juga dibutuhkan guru yang professional. Guru yang professional dapat
menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan.
Dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri di kelas V SD Negeri 3
Yogyakarta diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga
diperoleh hasil yang maksimal. Berdasarkan uraian diatas maka, penulis
mengadakan penelitian dengan judul “Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
IPA Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Pada Siswa Kelas V SD
5
B. Identifikasi Masalah
Seorang guru sudah berupaya mulai dari menyusun RPP, penggunaan metode dan
pelaksanaan evaluasi. Kenyataan yang ada menunjukan bahwa prestasi pada mata
pelajaran IPA masih di bawah maksimum.
Penyebab prestasi belajar mata pelajaran IPA rendah dikarenakan faktor-faktor
Sebagai berikut:
1. Aktivitas belajar rendah dikarenakan model pembelajaran yang dilaksanakan
lebih dominan pada guru, sehingga kurang memberi kesempatan pada siswa
untuk diskusi saat belajar.
2. Minat belajar kurang dikarenakan pembelajaran kurang menarik.
3. Hasil belajar rendah dikarenakan kurangnya aktivitas dan minat belajar siswa.
4. Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat
5. Belum ada kolaborasi antara guru dan murid
6. Metode yang digunakan bersifat konvensional
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan
model pembelajaran Inkuiri pada mata pelajaran IPA bagi siswa kelas V SD
Negeri 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014 ?
2. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa melalui penggunaan model
pembelajaran Inkuiri pada mata pelajaran IPA bagi siswa kelas V SD Negeri 3
6
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Yogyakarta dengan
menggunakan model pembelajaran Inkuiri.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Yogyakarta dengan
menggunakan model pembelajaran Inkuiri.
E. Manfaat Penelitian
penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Bagi siswa untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA dengan diterapkan
model pembelajaran Inkuiri.
2. Bagi guru dapat memberikan tambahan pengayaan cara mengajar dengan
bantuan model pembelajaran Inkuiri sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapi dengan baik.
3. Bagi sekolah dapat dijadikan sebagai bahan masukan informasi tentang salah
satu alternatif cara pembelajaran IPA pada siswa dengan pemanfaatan model
pembelajaran dalam mencapai tujuan intruksional.
4. Bagi peneliti dapat menambah wawasan tentang model pendekatan
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Pembelajaran Dan Belajar
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan belajar, di mana
pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar adalah siswa yang berorientasi
pada kegiatan mengajarkan materi yang berorientasi pada pengembangan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa sebagai sasaran pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran akan mencakup berbagai komponen lainnya, seperti media,
kurikulum, dan fasilitas pembelajaran.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan
aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif. Pemahaman seorang guru terhadap pengertian
pembelajaran akan sangat mempengaruhi cara guru itu mengajar.
Darsono (2002: 24-25) secara umum menjelaskan pengertian pembelajaran
sebagai “suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga
tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik”.
8
yang terorganisir yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan dan prosedural yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.
Sedangkan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun
2003 menyatakan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Dari berbagai pendapat pengertian pembelajaran di atas, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang
memungkinkan guru dapat mengajar dan siswa dapat menerima materi pelajaran
yang diajarkan oleh guru secara sistematik dan saling mempengaruhi dalam
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada suatu
lingkungan belajar.
2. Pengertian Belajar
Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi
individu dengan lingkungan. Individu dapat dikatakan telah mengalami proses
belajar, meskipun pada dirinya hanya ada perubahan dalam kecenderungan
perilaku. De Cecco & Crawford (dalam Ali, 2000: 14).
Perubahan perilaku tersebut mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan,
sikap, dan sebagainya yang dapat maupun tidak dapat diamati.Perilaku yang dapat
diamati disebut penampilan (behavioral performance) sedangkan yang tidak dapat
diamati disebut kecendrungan perilaku (behavioral tendency).Penampilan yang
dimaksud dapat berupa kemampuan menjelaskan, menyebutkan, dan melakukan
9
dengan yang terjadi secara kebetulan.
Seseorang yang secara kebetulan dapat melakukan sesuatu, tidak dapat
mengulangi perbuatan itu dengan hasil yang sama. Sedangkan seseorang dapat
melakukan sesuatu karena hasil belajar dapat melakukkannya secara
berulang-ulang dengan hasil yang sama.
Gagne (1977) seperti yang dikutip Miarso (2004), berpendapat bahwa belajar merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap pribadi (hasil) yang merupakan hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal dilingkungan pribadi yang bersangkutan (kondisi), agar kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan peristiwa pembelajaran (metode atau perlakuan).
Proses belajar yang berkulitas dan relevan tidak dapat terjadi dengan sendirinya,
melainkan perlu direncanakan. Belajar merupakan kegiatan aktif pembelajar
dalam membangun makna atau pemahaman, sehingga diperlukan dorongan
kepada pebelajar dalam membangun gagasan (Depdiknas, 2002).
Oleh karena itu diperlukan penciptaan lingkungan yang mendorong prakarsa,
motivasi, dan tanggung jawab pebelajar untuk belajar sepanjang hayat.
Pembelajaran yang melibatkan seluruh indera akan lebih bermakna dibandingkan
dengan satu indera saja (Dryden, G. dan Jeannette V, 2002: 195), hal ini akan
memunculkan kreativitas untuk menyelesaikan masalah dengan cara-cara baru
dan tidak terpaku pada satu cara saja.
Menurut pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah
kegiatan aktif pembelajar dalam membangun makna atau pemahaman, sehingga
10
3. Aktivitas Belajar
Dalam proses pembelajaran, aktivitas merupakan salah satu faktor penting,karena
aktivitas merupakan proses pergerakan secara berkala, dan tidak akan tercapainya
proses pembelajaran yang efektip apabila tidak adanya aktivitas. Seperti yang
diungkapkan oleh Dave Meiner (dalam Iis Indraeni, 2009: 10) bahwa “belajar
berdasar aktivitas berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan
memanfaatkan indera sebanyak mungkin, sehingga dapat membuat seluruh tubuh
dan fikiran terlibat dalam proses belejar mengajar”
Menurut Usman (dalam Iis Indraeni, 2009: 1) mengemukakan bahwa aktivitas
belajar siswa dapat digolongkan kedalam beberapa bentuk, yaitu:
1. Aktivitas visual (visual activities) meliputi membaca, menulis, melakukan eksperimen dan demontrasi.
2. Aktivitas lisan (oral activities) meliputi bercerita, membaca sajak, tanya
jawab, diskusi dan menyanyi.
3. Aktivitas mendengarkan (listening activities) meliputi mendengarkan penjelasan dari guru, mendengarkan ceramah, mendengarkan pengarahan. 4. Aktivitas gerak (motor actifities) meliputi senam, atletik, menari. 5. Aktivitas menulis (writing activities) meliputi mengarang, menulis surat, membuat makalah.
Banyak macam macam kegiatan (aktivitas belajar) yang dapat dilakukan anak
anak di kelas, tidak hanya mendengarkan atau mencatat. Paul B. Diedrich (dalam
Nasution, 2004: 9), membuat suatu daftar yang berisi macam macam kegiatan
(aktivitas siswa), antara lain:
1. Visual activities seperti membaca, memperhatikan:gambar,demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.
2. Oral activities seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interviu, diskusi, interupsi dan sebagainya.
11
4. Writingactivities seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagainya.
5. Drawingactivities seperti menggambar, membuat grafik, peta diagram, pola, dan sebagainya.
6. Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya. 7. Mental activities seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya. 8. Emotional activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani,
tenang, gugup, dan sebagainya.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa
adalah kegiatan siswa mengikuti pembelajaran dengan pikiran dan semua indera
yang berhubungan dengan proses pembelajaran yang meliputi: (1)
memperhatikan penjelasan guru, (2) bertanya dan menjawab pertanyaan dari
guru, (3) menyelesaikan masalah, (4) berdiskusi antar siswa dalam
kelompok (5) menguji hipotesis, (6) menyimpulkan/ merumuskan kesimpulan,
dan (7) mempresentasikan hasil diskusi atau menanggapi diskusi kelas.
4. Hasil Belajar
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar
merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar.
Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang
guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa
dan guru terpadu dalam satu kegiatan.Diantara keduannya itu terjadi interaksi
dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja
harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa
12
dimaksud disini adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki seorang siswa
setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan
oleh Sudjana, hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004: 22).
Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam Sudjana membagi tiga macam hasil
belajar mengajar: (1). keterampilan dan kebiasaan, (2). pengetahuan dan
pengarahan, serta (3). sikap dan cita-cita.
Menurut Hamalik (2006:30), hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah, dua diantaranya adalah kognitif, dan afektif. Perinciannya adalah sebagai berikut : (1) ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian, (2) ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai, ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan keterampilan dan sikap yang diperoleh siswa setelah ia menerima
perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan
pengetahuan kognitif dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pembelajaran IPA
Menurut Syaiful Sagala (2010: 61), pembelajaran ialah membelajarkan siswa
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar, merupakan penentu utama
13
Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh peserta didik atau murid.
Menurut Sri Sulistyorini (2007: 8), pembelajaran IPA harus melibatkan keaktifan
anak secara penuh dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang
mampu memberi kesempatan pada anak didik untuk melakukan keterampilan
proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan
sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam
masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Struktur kognitif anak
tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan. Anak perlu dilatih
dan diberi kesempatan untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan dan dapat
berpikir serta bertindak secara ilmiah. Adapun IPA untuk anak Sekolah Dasar
dalam Usman Samatowa (2006: 12) didefinisikan oleh Paolo dan Marten yaitu
sebagai berikut: mengamati apa yang terjadi, mencoba apa yang diamati,
mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, dan
menguji bahwa ramalan-ramalan itu benar.
Menurut pendapat beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA
di Sekolah Dasar dapat melatih dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan dapat melatih siswa untuk
dapat berpikir serta bertindak secara rasional dan kritis terhadap persoalan yang
bersifat ilmiah yang ada di lingkungannya sehingga siswa dapat menerapkannya
14
6. Hakikat IPA
IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan
dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta
saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya metode ilmiah yang terwujud melalui
suatu rangkaian kerja ilmiah, nilai, dan sikap ilmiah (Depdiknas, 2006).
Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program
Pendidikan (GBPP) kelas V Sekolah Dasar dinyatakan:Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) atau sains merupakan hasil kegiatanmanusia yang berupa pengetahuan,
gagasan dan konsep-konsep yangterorganisasi tentang alam sekitar, yang
diperoleh dari pengalamanmelalui serangkaian proses kegiatan ilmiah antara lain
penyelidikan,penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan.IPA merupakan salah
satu kumpulan ilmu pengetahuan yang mempelajarialam semesta, baik ilmu
pengetahuan yang mempelajari alam semestayang bernyawa ataupun yang
takbernyawa dengan jalan mengamatiberbagai jenis danperangkat lingkunganalam
serta lingkungan alambuatan.
IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secarasistematik untuk menguasai
pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep,prinsip-prinsip, proses penemuan, dan
memiliki sikap ilmiah.Pendidikan IPA di SD bermanfaat bagi siswa untuk
mempelajari dirisendiri dan alam sekitar.Pendidikan IPA menekankan pada
pemberianpengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk
mengembangkankompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam
15
sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas 2004:33).
Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat ipa adalah merupakan
hasil kegiatanmanusia yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep-konsep
yangterorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalamanmelalui
serangkaian proses kegiatan ilmiah.
7. Pembelajaran IPA di SD
Khusus untuk pembelajaran IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk
memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka
dalam mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas
fenomena alam berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berfikir ilmiah.
Fokus pembelajaran IPA di SD hendaknya ditunjukkan untuk memupuk minat
dan pengembangan siswa terhadap dunia mereka dimana mereka tinggal.Aspek
pokok dalam pembelajaran IPA adalah siswa dapat menyadari keterbatasan
pengetahuan mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk menggali berbagai
pengetahuan baru dan akhirnya dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
mereka.Bila pembelajaran IPA diarahkan dengan tujuan seperti ini, dapat
diharapkan bahwa pendidikan IPA Sekolah Dasar dapat memberikan sumbangan
yang nyata dalam membelajarkan IPA.
Tujuan pembelajaran ilmu pengetahuan alam telah terjadi pergeseran yaitu yang
semula menekankan pada hasil belajar (produk), kemudian lebih mengutamakan
16
pembelajarannya tidak hanya menekankan pada produk yang akan dihasilkan,
tetapibagaimana proses pembelajaran IPA berlangsung. Untuk mengetahui
bagaimana keterampilan proses IPA berlangsung, maka guru harus
memperhatikan mengenai keterampilan IPA tersebut.
Keterampilan proses IPA yang dapat diterapkan untuk siswa Sekolah Dasar
diantaranya adalah pengamatan (observasi), pengelompokkan (klarifikasi),
pengukuran, hubungan ruang atau waktu, meramalkan (memprediksi),
mengkomunikasikan, serta menarik kesimpulan. Ilmu pengetahuan alam tidak
hanya merupakan kumpulan pengetahuan saja, tetapi terkandung hal-hal lain,
seperti yang dikemukakan oleh Carin dan Evan (dalam Sudjana,2009: 93) yang
menyatakan bahwa: sains mengandung empat hal, yaitu: konten atau produk,
proses atau metode, sikap, serta teknologi.
Sains sebagai konten atau produk berarti bahwa dalam sains terdapat fakta-fakta,
hukum-hukum, prinsip-prinsip, serta teori-teori yang sudah diterima
kebenarannya. Sains sebagai proses atau metode berarti bahwa sains merupakan
suatu proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan. Selain sains sebagai
produk dan proses, sains juga merupakan sikap, artinya bahwa dalam sains
terkandung sikap seperti tekun, terbuka, jujur, serta objektif. IPA sebagai
teknologi mengandung arti bahwa IPA mempunyai keterkaitan dan banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dalam pembelajaran IPA
seharusnya diciptakan kondisi belajar yang kondusif yaitu siswa menjadi aktif,
kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan sehingga pembelajaran akan lebih
17
dalamnya terjadi interaksi yang positif melalui penerapan strategi pembelajaran
yang tepat. Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar
mengajar yang baik pula. Maka, proses pembelajaran harus dilakukan melalui
penerapan berbagai strategi yang tepat sehingga tujuan-tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara optimal.Untuk itu guru dituntut untuk memiliki kemampuan
mengembangkan strategi pembelajaran dalam menciptakan kondisi kelas yang
dapat mempengaruhi kehidupan siswa. Kemampuan guru dalam mendesain
pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian, guru seharusnya memiliki kemampuan dan pemahaman dalam
memilih dan menerapkan desain pembelajaran yang tepat. Pembelajaran dikatakan
bermakna bagi siswa, jika siswa dapat memahami dan mengerti konsep-konsep
yang sedang dipelajarinya dengan melibatkan proses pengalaman atau penemuan
dari pengetahuan awal siswa.
Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan dapat bertahan lama dan
mudah diingat dan secara menyeluruh serta dapat meningkatkan penalaran siswa
dan kemampuan untuk berfikir secara bebas sehingga dapat melatih keterampilan
siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah, hal ini dapat menjadikan
siwa menjadi aktif dalam proses pembelajaran.
18
Selanjutnya (Muhibbin Syah, 2005: 123) mengemukakan tentang belajar
pemecahan masalah yaitu: Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah
belajar dengan menggunakan metode-metode ilmiah atau berfikir secara
sistematis, logis, teratur dan teliti, tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan
dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan
tuntas,untuk itu, kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan generalisasi sangat diperlukan.
Berdasarkan pendapat dan teori para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dapat bermakna bagi siswa jika siswa terlibat secara aktif sebagai
subjek pembelajar, siswa membangun pengetahuannya berdasarkan pengalaman
yang dimilikinya, serta siswa dapat memahami dan mengalami apa yang
dipelajarinya dan siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep yang
dipelajarinya melalui pemecahan masalah. Untuk menciptakan pembelajaran
seperti itu maka harus dilaksanakan dengan pemilihan atau penggunaan model
pembelajaran yang tepat.
B. Model Pembelajaran Inkuiri
Model inkuiri adalah model yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk
melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin
melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya
sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,
membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik
19
Sementara menurut Aziz (2007: 92) memiliki defenisi lain mengenai pengertian
metode inkuiri sebagaimana yang tertulis sebagai berikut: metode inkuiri adalah
metode yang menempatkan dan menuntut guru untuk membantu siswa
menemukan sendiri data, fakta dan informasi tersebut dari berbagai sumber agar
dengan kegiatan itu dapat memberikan pengalaman kepada siswa. Pengalaman ini
akan berguna dalam menghadapi dan memecahkan masalah masalah dalam
kehidupannya.
Model inkuiri merupakan model pembelajaran yang penyajiannya memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan
guru. Model inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model inkuiri (Sanjaya, 2006: 194),
yaitu:
(1) inkuri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya model inkuri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siwa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri, (2) seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Dengan demikian model pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar akan tetapi sebagiai fasilitator dan motivator bagi belajar siswa, dan (3) dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Dengan demikian dalam model inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai
materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang
20
1. Motivator, memberikan rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berpikir
2. Fasilitator, menunjukan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan
3. Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat.
4. Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.
5. Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapakan.
6. Manajer, mengelola sumber bejar, waktu, dan organisasi kelas.
7. Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang di capai siswa
Tujuan model inkuiri ( Sanjaya, 2006: 196) adalah:
1. Mengembangkan sikap, keterampilan, kepercayaan siswa dalam memecahkan masalah atau memutuskan secara tepat ( objektif ).
2. Mengembangkan kemampuan berpikir siwa agar lebih tanggap, cermat, kritis, analitis, dan logis.
3. Membina dan mengembangkan sikap ingin tahu dan ingin tahu lebih jauh. 4. Mengungkap aspek pengetahuan atau kognitif maupun sikap(afektif).
Langkah-langkah model pembelajaran inkuiri sebagaimana yang dikemukakan
( Sanjaya, 2006: 200 ) adalah sebagai berikut:
1. Orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang
reponsif.pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswasiap melaksanakan
proses pembelajaran, beberapa hal yang perlu dilakukan dalam tahapan orientasi
adalah: (a) menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat
dicapai oleh siswa, (b) menjelaskan pokok-pokok yang harus dilakukan oleh
siswa untuk mencapai tujuan, pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri
serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai
dengan merumuskan kesimpulan, dan (c) menjelaskan pentingnya topik dan
kegiatan belajar hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar
21
2. Merumuskan masalah (a) merumuskan masalah merupakan langkah membawa
siswa pada suatu persoalan, beberapa masalah dapat dirumuskan sendiri oleh
siswa ataupun dengan bantuan guru, (b) masalah yang dikaji adalah masalah yang
mengandung teka-teki yang jawabannya pasti, dan (c) konsep-konsep dalam
masalah adalah konsep-konsep yang telah diketahui terlebih dahulu oleh siswa.
3. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan
berhipotesis pada setiap siswa adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan
yang dapat mendorong siswa untuk merumuskan jawaban sementara atau
dapatmerumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu
permasalahanyang dikaji.
4. Mengumpulkan Data Mengmpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi
yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam Inkuiri
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual oleh sebab itu tugas dan peran guru dalam tahapan ini
adalah mengajukan pertanyaan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk
berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5. Menguji Hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
6. Merumuskan Kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis untuk mencapai kesimpulan yang
22
Keunggulan model inkuiri (Sanjaya, 2006: 206): model inkuiri memiliki
keunggulan-keunggulan diantaranya adalah sebagai berikut:
(1) model inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini lebih bermakna, (2) model inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka, (3) model inkuiri merupakan model yang sesuai dengan perkembangan psikologi pembelajaran modern yang menganggap bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman, dan (4) dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Dari keunggulan tersebut pembelajaran inkuiri memberi banyak manfaat baik bagi
siswa maupun bagi guru. Manfaat yang diperoleh Bagi siswa yakni: (1) siswa
dapat berfikir secara kritis dan sistematis, (2) meningkatkan keterampilan secara
ilmiah, (3) dapat mengkondisikan siswa sebagai petualang dan penemu baru, (4)
siswa dapat lebih aktif dan berprestasi (5) pembelajaran menjadi terintegrasi, dan
(6) belajar akan lebih terasa menyenangkan dan menantang.
Manfaat bagi guru yakni: (1) menjadi lebih kreatif, (2) terjalin kerjasama yang
baik antara siswa dan guru, (3) akan sama-sama berkembang bersamaan dengan
perkembangan siswa, dan (4) dapat memahami teori dan konsep secara
menyeluruh.
Dari kelebihan dan manfaat itulah yang dijadikan alasan digunakannya model
inkuiri dalam upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran IPA.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa model inkuiri adalah model yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran
23
dan berpikir kritis untuk menemukan sendiri suatu pengetahuan yang pada
akhirnya mampu menggunakan pengetahuannya tersebut dalam memecahkan
masalah yang dihadapi dengan tahapan: (1) orientasi, (2) merumuskan masalah,
(3) merumuskan hipotesis (4) mengumpulkan data, (5) menguji hipotesis, dan (6)
merumuskan kesimpulan.
C. Kerangka Pikir
Diagram Kerangka Pikir
Kondisi awal Guru belum
menggunak an model inkuiri
Kualitas hasil belajar rendah
Siklus 1 Menggunakan
model inkuiri dan alat Tindakan
24
D. Hipotesis tindakan
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan pada penelitian ini,hipotesis
tindakan penelitian ini adalah: Jika pembelajaran IPA pada kelas V SD Negeri 3
Yogyakarta diterapkan melalui model pembelajaran inkuiri, maka dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 3
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Pengertian Metode Dan Penelitian
Metode adalah cara atau prosedur yang digunakan untuk menganalisa suatu
masalah dalam penelitian (Ratna, 2004: 34). Kualitas penelitian tergantung pada
metode yang digunakan oleh peneliti.
Menurut Jabrohim (2003: 01) Penelitian adalah aktivitas atau proses sistematik
untuk mengatasi masalah berdasarkan data yang ada untuk membuat kesimpulan.
Ini maksudnya adalah penelitian adalah cara yang digunakan dalam penelitian
untuk membuat kesimpulan berdasarkan masalah.
B.Setting Penelitian
1.Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa/siswi kelas V SD Negeri 3 Yogyakarta
Kecamatan Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 20 orang,
terdiri dari 8 orang laki laki dan 12 orang perempuan. Dengan pertimbangan
bahwa Siswa kelas V sangat memerlukan model pembelajaran Inkuiri demi
meningkatkan aktivitas dan hasil belajarnya, siswa kelas V berumur rata-rata
26
2.Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dan waktu penelitian sebagai berikut:
a. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 3 Yogyakarta Kecamatan,
Gadingrejo Kab, Pringsewu tahun pelajaran 2013/ 2014.
b. Waktu
Penelitian ini berlangsung pada semester II (dua) yang dilaksanakan selama 3
(tiga) bulan tahun pelajaran 2013/ 2014. Penelitian ini dilaksanakan sesuai
jadwal yang sudah ada.
C.Prosedur penelitian
Untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian, maka tindakan kelas ini
dirancang dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu
perencanaan , pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penyusunan tiap
tahap pada tiap siklus dirancang sesuai dengan yang akan dicapai.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan II (dua) siklus untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar IPA pada kelas V (lima) SDN 3 Yogyakarta Kab,
Pringsewu tahun pelajaran 2013/ 2014. Untuk memperjelas siklus tindakan
tersebut maka dibuatlah gambar siklus I dan II yang menggunakan model tindakan
27
SIKLUS 1
SIKLUS 2
Gambar 3.1 Skema Tahap Pelaksanaan Tindakan Kelas (Kemmis dalam Wiriaatmadja, 2006: 66)
Penjelasan bagan atau gambar di atas menurut Kemmis dalam Wiriaatmadja
adalah:
1. Rencana tindakan
Yaitu rencana awal sebelum mengadakan penelitian terlebih dahulu membuat
rencana tindakan termasuk didalamnya menyusun rancangan pembelajaran dan
menyusun lembar kegiatan yang akan diberikan kepada siswa saat belajar
kelompok, mempersiapkan model, merancang alat penelitian yang akan
diterapkan.
2. Pelaksanaan tindakan
Tindakan ini meliputi kegiatan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya
membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil dari diterapkanya
28
3. Pengamatan (observasi)
Pengamatan dibagi tiga putaran yaitu putaran 1, 2, 3 dimana masing masing
putaran dikenai perlakuan yang sama. Observasi dilaksanakan bersama dengan
tahap pelaksanaan tindakan, baik terhadap peserta didik dan pendidik dengan
menggunakan instrumen yang telah disiapkan. Observasi dilakukan secara
kolaborasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan,
pengamatan difokuskan pada proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Inkuiri, yang dilakukan peserta didik dalam proses pembelajaran.
4. Refleksi
Peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari
tindakan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. Refleksi
dilakukan terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh peserta didik maupun
pendidik sebagai peneliti. Setelah data diperoleh dari uji coba dengan model
Pembelajaran Inkuiri, maka peneliti melakukan diskusi dengan pengamat tentang
data yang didapat. Diskusi meliputi keberhasilan, kegagalan, dan hambatan yang
dijumpai pada saat melakukan tindakan.
5. Rekomendasi, Pada rekomendasi diharapkan observer, dalam hal ini kepala
sekolah ataupun teman sejawat yang mendampingi peneliti dalam
melaksanakan semua proses penelitian, memberikan masukan yang akan dapat
digunakan oleh peneliti untuk dijadikan pertimbangan dalam melaksanakan
siklus yang selanjutnya ataupun dalam langkah menarik kesimpulan dalam
proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dengan adanya rekomendasi ini
29
awal penelitian, peneliti melakukan hal-hal yang dianggap kurang baik dan
dapat meningkatkan hal yang positif yang menunjang berlangsungnya proses
penelitian, sehingga dapat menghasilkan sesuatu seperti yang diharapkan oleh
semua pihak baik peneliti, observer, peserta didik, dan juga sekolah.
D.Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas akan dibagi dalam dua siklus dengan
kegiatan sebagai berikut:
1. Siklus 1 A.Perencanaan
1. Menentukan jadwal kegiatan penelitian
2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar observasi, lembar
evaluasi, dan lembar penilaian.
3. Membuat sekenario pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Inkuiri.
4. Menyiapkan alat peraga serta sarana dan pasarana.
B.Pelaksanaan Tindakan
Tahap melakukan tindakan pada siklus ke I mengikuti sekenario pembelajaran
menggunakan model Inkuiri, yaitu:
1. Apersepsi
2. Penjelasan
3. Pembagian Kelompok
4. Pengerjaan tugas
30
C. Observasi
Tahap observasi pada siklus I, yaitu:
1. Lembar observasi harus terlampir
2. Tes tertulis (isian dan pilihan ganda) terlampir dan tes lisan.
3. Menentukan kelebihan dan kekurangan dari tindakan I.
4. Membuat rencana perbaikan untuk tindakan atau siklus selanjutnya.
D. Refleksi
1. Tahap refleksi pada siklus I ini akan menilai dan membahas evaluasi dan
observasi tindakan yang telah dilakukan.
2. Menentukan kelebihan dan kekurangan dari tindakan I.
3. Membuat rencana perbaikan untuk tindakan atau siklus selanjutnya.
2. Siklus II A.Perencanaan
1. Hasil refleksi dievaluasi, didiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk
diterapkan pada pembelajaran berikutnya
2. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran.
3. Merancang perbaikan II berdasarkan refleksi I
4. Tahap perencanaan pada siklus II mengikuti perencanaan siklus I ditambah
hasil refleksi siklus I.
B.Pelaksanaan Tindakan
1. Melakukan analisis pemecahan masalah
2. Melaksanakan tindakan perbaikan II dengan memaksimalkan penerapan model
31
3. Tahap melakukan tindakan pada siklus II mengikuti tahap melakukan tindakan
siklus I ditambah hasil refleksi siklus I.
C.Observasi
1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran Inkuiri.
2. Mencatat perubahan yang terjadi.
3. Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan
memberikan balikan.
4. Tahap pengamatan (observasi) pada siklus II mengikuti tahap pengamatan
siklus I ditambah hasil refleksi siklus I.
D.Refleksi
1. Merefleksi proses pembelajaran interaktif.
2. Merefleksi hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Inkuiri
3. Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian.
4. Rekomendasi
5. Tahap refleksi pada siklus ke II ini akan ditemukan kelebihan dan kekurangan.
Dari tahap kegiatan pada siklus I dan II hasil yang diharapkan adalah:
1. Siswa memiliki kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif terlibat dalam
proses pembelajaran IPA.
2. Guru memiliki kemampuan merancang dan menerapkan model pembelajaran
Inkuiri pada pembelajaran IPA.
32
Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam mengumpulkan
data. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variable yang diteliti
(Sugiyono, 2013). Instrumen yang digunakan adalah tes prestasi belajar IPA
siswa. Tes prestasi belajar yang digunakan pada saat pre-test dan pos-test adalah
sama. Skor minimal dari masing-masing butir tes prestasi belajaradalah 0 (nol)
dan skor maksimalnya adalah 4. Prosedur pengembangan tes prestasi belajar,
yaitu: (1) mengidentifikasi standard kompetensi, (2) menidentifikasi kompetensi
dasar, (3) merumuskan indikator pembelajaran yang harus dicapai berdasarkan
kompetensi dasar, (4)menyususn secara terpadu kisi-kisi tes prestasi belajar, (5)
menentukan kriteria penilaian, (6) penulisan butir-butir tes, (7) uji ahli, (8) uji
lapangan, (9) analisis hasil uji lapangan, (10) revisis butir-butir tes, (11) finalisasi
instrument.Tes prestasi belajar yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa
tes pilihan ganda diperluas. Penggunaan tes pilihan ganda diperluas menuntut
siswa berpikir tentang alasan mengapa memilih jawaban benar (Santyasa, 2006).
Jumlah butir soal yang digunakan adalah 20 butir dari 30 butir soal yang diuji
cobakan. Kriteria penilaian tes prestasi belajar tipe pilihan ganda diperluas
menggunakan rubrik dengan rentangan skor 0-4 yang disajikan pada lembar
aktivitas, hal yang dinilai dalam penelitian ini adalah: Hasil belajar IPA dalam
proses diskusi, aktivitas siswa dan aktivitas guu.
Aspek aktivitas siswa meliputi: pehatian, kerjasama dalam diskusi, menghargai
33
Tabel 3.1. Aspek aktivitas siswa
No Nama siswa Aktivitas siswa dalam kelompok
Tabel 3.2. Nilai lembar aktivitas siswa kelas V SD 3 Yogyakata
No Aspek Kriteria Skor
4 Interaksi siswa dengan siswa
-Cukup 4
-Kadang kadang cukup 3
-Kurang cukup 2
-Tidak cukup 1
5 Interaksi siswa dengan guru
-Cukup 4
-Kadang kadang cukup 3
-Kurang cukup 2
-Tidak cukup 1
Soal tes/penilaian
Soal tes tertulis berbentuk isian atau essay dengan jumlah soal sebanyak 10 butir,
siswa menjawab pertanyaan sesuai dengan materi pembelajaran yang telah
34
Tabel 3.3. Tolak ukur penilaian pembelajaran IPA kelas V SD 3 Yogyakata
No Nilai Tingkat kemampuan
1 76 - 100 Baik sekali
2 56 - 75 Baik
3 26 - 50 Cukup baik
4 0 - 25 Kurang baik
E. Analisis data 1.Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:
a. Data aktifitas belajar siswa yang diperoleh dari hasil observasi terhadap
aktivitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran, dan hasil catatan
lapangan mengenai ha-hal yang tidak terekam melalui lembar observasi.
b. Data hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai tes yang dilaksanakan setiap
akhir siklus.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui observasi, catatan lapangan, dan tes.
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan belajar dan aktivitas siswa selama
penelitian sebagai upaya untuk mengetahui kesesuaian perencanaan tindakan
dengan tindakan. Data diperoleh dengan menggunakan lembar observasi aktivitas
siswa dengan menggunakan tanda "". lembar observasi digunakan untuk
mengamati aktivitas belajar siswa yang meliputi:
1. Memperhatikan penjelasan guru
35
3. Menyelesaikan masalah/ menemukan jawaban masalah
4. Berdiskusi antar siswa dalam kelompok
5. Menguji hipotesis
6. Menyimpulkan/ merumuskan kesimpulan.
7. Mempersentasikan hasil diskusi atau menanggapi diskusi kelas.
2. Tes
Tes yang diberikan adalah tes awal dan tes pada setiap akhir siklus. tes awal
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap konsep yang
telah dikuasai oleh siswa. hasilnya akan digunakan untuk menentukan
keanggotaan kelompok. tes tiap akhir siklus dilakukaan untuk menentukan poin
peningkatan individu yang rnenentukan status suatu kelompok dalam pemberian
penghargaan. tes ini juga dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa dari setiap siklusnya.
G. Teknik Analisis Data
Data yang telah diperoleh pada setiap tahapan tindakan penelitian dianalisis
dengan menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif analisis data dilakukan
oleh peneliti sejak awal pada setiap aspek penelitian. data yang dianalisis adalah
data aktivitas dan hasil belajar siswa. untuk menganalisis data siswa yang aktif
setiap pertemuan dilakukan perhitungan sebagai berikut:
a. Menghitung persentase siswa aktif dengan rumus :
36
Sumber: Adaptasi dari Aqip (dalam Haryani,2013:23)
Ukuran keaktifan pembelajaran menggunakan model inkuiri dilihat dari kategori
penilaian instrumen tersebut, kategori yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4. Kualifikasi Hasil Observasi Keaktivan Siswa
No Nilai Aktivitas (NA)
b. Menghitung persentase siswa tuntas belajar pada setiap siklus dengan rumus :
NA= x 100%
Keterangan :
NA = Persentase ketuntasan belajar pada siklus ke i
JS = Jumlah siswa yang memperoleh nilai >65 pada siklus ke i
SM = Jumlah seluruh siswa
100% = Bilangan tetap
37
Ukuran ketuntasan siswa dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri dilihat
dari kategori penilaian instrumen tersebut, kategori yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.5. Kualifikasi Hasil Observasi Ketuntasan Siswa
No Nilai Ketuntasan(NK)
c. Menghitung persentase kinerja guru pada setiap siklus dengan rumus :
NA= x 100%
Keterangan :
NA = Persentase skor perolehan pada siklus ke i
JS = Jumlah skor perolehan pada siklus ke i
SM = Jumlah seluruh skor
100% = Bilangan tetap
Sumber: Adaptasi dari Aqip (dalam Haryani,2013:23)
Ukuran kinerja guru dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri dilihat dari
kategori penilaian instrumen tersebut, kategori yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
38
H. Indikator Keberhasilan
Kriteria keberhasilan didasarkan kepada pencapaian peserta didik untuk
membangun kemampuan dan pengetahuan difasilitasi guru. Sehingga dengan
mata pelajaran IPA, siswa dapat mempelajari dan memahami lebih mendalam
tentang diri sendiri dan alam sekitar, serta mampu mengembangkan lebih lanjut
dengan menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari secara ilmiah. Selain itu juga
diharapkan siswa mempunyai pengalaman belajar yang cukup bermanfaat untuk
diri dan lingkungannya. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini secara umum
yaitu:
1. Persentase jumlah siswa yang aktif mencapai > 75% .
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri:
1. Aktivitas siswa dari siklus ke siklus: pada siklus I aktivitas siswa sebesar
57,85% dengan katagori aktif, pada siklus II aktivitas siswa sebesar 77,14%
dengan katagori sangat aktif, sehingga aktivitas siswa dengan menggunakan
model pembelajaran inkuiri meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar
19,29%.
2. Hasil belajar siswa dari siklus ke siklus: nilai rata-rata siswa pada siklus I
sebesar 58,5 dengan katagori kurang baik, pada siklus II nilai rata-rata siswa
sebesar 65 dengan katagori cukup baik, sehingga nilai rata-rata siswa dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri meningkat dari siklus I ke siklus
62
B. Saran
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dan siklus II maka sasaran untuk
penelitian selanjutnya adalah:
1. Bagi Siswa:
a. Siswa hendaknya melibatkan diri pada setiap kegiatan pembelajaran
(percobaan) dalam model inkuiri secara optimal, agar tidak merasa jenuh
dalam pembelajaran serta dapat dengan cepat memahami pembelajaran.
b. Siswa hendaknya benar-benar memahami dalam melaksanakan pembelajaran,
bukan menghafal materi.
c. Siswa hendaknya bersemangat ketika akan dilaksanakan pembelajaran
kooperatif, karena akan mendapatkan pengetahuan baru dalam menemukan
cara yang efektif dalam belajar terutama pada mata pelajaran IPA.
2. Bagi Guru:
a. Guru hendaknya menggunakan model dan metode yang bervariasi pada setiap
pembelajaran, misalnya dengan model pembelajaran inkuiri.
b. Guru perlu mempersiapkan alat dan bahan (media) terlebih dahulu sebeum
melaksanakan percobaan.
a. Guru lebih kreatif dalam memanfaatkan alat dan bahan yang mudah ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Di dalam pelaksanaan pembelajaran, guru hendaknya lebih mengoptimalkan
63
2. Bagi Sekolah
Sekolah harus menyediakan sarana dan prasarana, misalnya alat peraga dalam
kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diterapkan pada materi gaya magnet dan untuk keperluan penelitian
64
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz. 2007 Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial.
Bandung: Alfabeta.
Ali, H.M. 2000. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Cetakan ke-10. Bandung: PT Sinar Baru Algensindo.
Balitbang Kurikulum.2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Rajawali Press.
Buchori. 2001. Pendidikan Atis Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Kanisius.
Darsono, Max, dkk. 2002. ”Belajar dan Pembelajaran”. Semarang : CV. IKIP Semarang Press.
Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur, Balitbang Depdiknas.
PP Th. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Depdiknas, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan IPA SD. Jakarta : Puskur, Balitbang Depdiknas.
Dryden, G. dan Jeannette V. 2002. Revolusi Cara Belajar (The Learning Revolution): Belajar Akan Efektif Kalau Anda Dalam Keadaan “Fun”
Bagian I: Keajaiban Pikiran. Penerjemah: Ahmad Baiquni. Bandung: Kaifa
Hamalik,Oemar,(2006),Proses Belajar Mengajar ,Jakarta Bumi Aksara.
Iis Indraeni, 2009: 1. Aktifitas Belajar. http://id.pdfsb. com/ aktivitas +dalam (17/04/2014).
I Wayan Santyasa. 2006. Pembelajaran Inovatif: Model Kolaboratif, Basis Proyek, dan Orientasi NOS. Makalah Semnas. SMA 2 Semara Pura.
Kunandar. 2007. Pembelajaran Berbasis Inkuiri. Bandung: Rineka Cipta.
65
Mulyasa. 2008. Standar kompetensi dan sertifikasi guru. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Nurhadi, 2004, Kurikulum 2004, (Pertanyaan dan Jawaban), Penerbit PT. Grasindo Jakarta,
Sanjaya,W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi standar Proses. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
…….., 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Sri Sulistyorini. 2007. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Semarang: Tiara Wacana.
Syaiful Sagala. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Usman Samatowa. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar.
Jakarta: DepDikNas.