• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KLS V SDN 3 YOGYAKARTA KEC GADINGREJO KAB PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KLS V SDN 3 YOGYAKARTA KEC GADINGREJO KAB PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2013/2014"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

PADA SISWA KLS V SDN 3 YOGYAKARTA KEC GADINGREJO KAB PRINGSEWU yaitu 60. Hal ini terlihat pada observasi hasil nilai ulangan harian, hanya 8 orang atau 40% siswa yang tuntas. Pembelajaran masih didominasi pada guru, penyajian materi kurang menarik, model yang digunakan kurang relevan, tujuan pembelajaran hanya berorientasi pada aspek kognitif.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri tahun pelajaran 2012/2013, dengan subyek penelitian 20 orang, yang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 12 orang perempuan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Aspek yang diamati pada penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran IPA menggunakan model Inkuiri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA menggunakan model Inkuiri dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas siswa pada siklus I 57,85% dengan katagori baik, meningkat menjadi 77,14% dengan katagori sangat baik. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa 58,5 dengan persentase ketuntasan 60%. Pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa 65 dengan persentase ketuntasan 90%. Dari kedua siklus yang diterapkan, terjadi peningkatan hasil belajar siswa, peningkatan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II adalah 6,5 dan dan peningkatan persentasenya adalah 32,5%.

(2)
(3)

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

PADA SISWA KLS V SDN 3 YOGYAKARTA KEC GADINGREJO KAB PRINGSEWU

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(Skrpsi)

Oleh

MUHAMAD SYAIFUDIN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

1. Kerangka Pikir Tindakan Kelas ... 23

(5)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Rata-Rata Aktivitas Belajar IPA Menggunakan Model Inkuiri

Pada Setiap Siklus ... 58

4.2 Nilai Rata-rata Hasil Belajar IPA Melalui Menggunakan Inkuiri

(6)
(7)

c. Observasi... 30

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1.Izin Penelitian Dari Unila ... 65

2. Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Dari Sekolah ... 66

3. Silabus Pembelajaran ... 67

4. Pemetaan Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar ... 68

5. Rpp I Siklus I ... 69

6. Rpp II Siklus I ... 70

7. Rpp I Siklus II ... 71

8. Rpp II Siklus II ... 72

9. Lembar Observasi Hasil Aktivitas Siswa Siklus I ... 73

10. Lembar Observasi Hasil Aktivitas Siswa Siklus II ... 74

11. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 75

12. Hasil Belajar Siswa Siklus II... 76

13. Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus I ... 77

14. Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus II ... 78

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Data awal siswa kelas V SD 3 Yogyakata ... 4

3.1. Aspek aktivitas siswa ... 31

3.2. Nilai lembar aktivitas siswa kelas V SD 3 Yogyakata ... 32

3.3. Tolak ukur penilaian pembelajaran IPA kelas V SD 3 Yogyakata ... 32

3.4. Kualifikasi Hasil Observasi Keaktivan Siswa ... 35

3.5. Kualifikasi Hasil Observasi Ketuntasan Siswa ... 35

3.6. Kualifikasi Hasil Observasi Kinerja Guru ... 36

4.1. Jadwal Pertemuan Penelitian Mata Pelajaran IPA Kelas V ... 41

4.2. Persentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 47

4.3. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 48

4.4. Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 48

4.5. Persentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 54

4.6. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 55

4.7. Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 55

4.8. Persentase Aktivitas Siswa Setiap Siklus ... 57

(10)
(11)
(12)

MOTO

“pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan

kekuatan, tapi dengan ketekunan dan

kegigihan”

(13)

PERSEMBAHAN

Puji syukur dan bahagia atas segala rahmat dan hidayah yang Allah Swt.

limpahkan, saya mempersembahkan laporan PTK ini, kepada orang-orang

terkasih dan tercinta sebagai berikut.

1. Orang tua dan mertua, dengan segala limpahan kasih sayang, doa, dan

dorongan semangat untuk keberhasilan anaknya yang tidak mungkin

terbalaskan.

2. Istri tercinta yang telah memberi motivasi dan semangat serta kebersamaan,

sehingga memberikan kedamaian, ketenangan, dan keberhasilan.

3. Kedua buah hatiku, Ferry Septiana, Gunawan Saputra, yang selalu

memberikan dorongan, inspirasi dan motivasi dalam mengejar cita-cita di

(14)

RIWAYAT HIDUP

MUHAMAD SYAIFUDIN dilahirkan di desa Tulungagung Kecamatan

Gadingrejo Kabupaten Pringsewu, Propinsi Lampung pada tanggal 06 September

1966, merupakan anak ke Lima dari pasangan Bapak Dulhadi dan Ibu Siti

Salamah. Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti, Sekolah Dasar

diselesaikan pada tahun 1980 di MI Nurul ulum Tulung agung.

Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama Muhammadiyah Gadingrejo,

diselesaikan pada tahun 1983, kemudian dilanjutkan Sekolah Pendidikan Guru

(SPG) Muhammadiyah Gadingrejo, diselesaikan pada tahun 1987.

Tahun 2010 tercatat sebagai mahasiswa FKIP Unila (S-1 PGSD) dalam jabatan

(15)

SANWACANA

Puji syukur kupanjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tindakan kelas

dalam Bentuk tugas akhir dengan judul “Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri pada siswa kelas V SD

Negeri 3 Yogyakarta Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2013/2014.

Dengan selesainya penyusunan Skripsi dalam bentuk tugas akhir ini

perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan

kemudahan-kemudahan kepada peneliti hingga terselesaikannya penyusunan penelitian

tindakan kelas ini.

2. Drs. Baharudin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang

telah banyak membantu memberikan arahan dan pandangan dalam penulisan

sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik.

3. Dr. Darsono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD yang telah banyak

membantu memberikan arahan dan pandangan dalam penulisan sehingga

skripsi ini dapat disusun dengan baik.

4. Dra. Cut Rochani, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan

bimbingan,kritik dan saran sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

5. Drs. Muncarno, M.Pd. selaku Dosen Pembahas yang telah banyak membantu

memberikan arahan dan pandangan dalam penulisan, sehingga skripsi ini

(16)

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang

telah memberikan ilmunya yang sangat bermanfaat bagi penulis.

7. Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Pringsewu

yang telah memberi kesempatan belajar bagi penulis di FKIP Unila.

8. Sunarto, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri 3 Yogyakarta Kecamatan

Gadingrejo Kabupaten Pringsewu yang telah memberi izin dan mendukung

untuk dapat segera menyelesaikan studi di FKIP Unila.

9. Afandi, S.Pd. selaku teman sejawat yang telah mendukung dan membantuku

baik moril maupun materil untuk dapat segera menyelesaikan skripsiku.

10. Seluruh dewan guru, Karyawan, dan Staf Tata Usaha SD Negeri 3

Yogyakarta Kecamatan Gadingrejo yang telah mendukung dan membantuku

baik moril maupun materil untuk dapat segera menyelesaikan studi.

11. Rekan-rekan Mahasiawa S-1 dalam Jabatan Jurusan Pendidikan Guru sekolah

dasar FKIP Unila yang telah memberikan semangat dan motivasi untuk dapat

segera menyelesaikan skripsi ini.

12. Siswa-siswi kelas V SD Negeri 3 Yogyakarta Kecamatan Gadingrejo yang

telah dijadikan objek penelitian.

Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini masih kurang sempurna.

Hal ini karena adanya keterbatasan yang ada pada penulis, oleh karena itu mohon

kritik dan saran dari para pembaca penulis harapkan demi kesempurnaan dan

kebaikan selanjutnya.

Akhirnya semoga penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat kepada

penulis khususnya dan kepada para pembaca pada umumya, serta dapat

memberikan sumbangan pemikiran pada perkembangan pendidikan selanjutnya.

Bandar lampung, Juni 2014

(17)
(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan dalam bidang pendidikan mendapat perhatian yang besar dari

pemerintah. Hal ini wajar karena untuk mencapai salah satu tujuan Nasional

sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu

mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itu bangsa Indonesia menaruh harapan

besar pada perkembangan pendidikan karena pendidikanlah yang mampu

mempersiapkan warga negaranya agar siap menjadi agen pembangunan didalam

masyarakat dan Negara. Hal ini terlihat dengan banyaknya dibangun sarana dan

prasarana sekolah yang mendukung.

Dalam draf Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dikatakan: “Pendekatan

apapun yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar sains, sudah semestinya

mendudukkan siswa sebagai pusat perhatian. Peranan guru dalam menentukan

pola kegiatan belajar mengajar di kelas bukan ditentukan oleh didaktik metodik

“apa yang akan dipelajari” saja, melainkan juga pada bagaimana menyediakan dan

memperkaya pengalaman belajar anak. Pengalaman belajar diperoleh melalui

serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif

dengan teman, lingkungan,dan nara sumber lain.” (Balitbang Kurikulum, 2001 :

(19)

2

Sebelum diberlakukan kurikulum 2004, pembelajaran yang dianut oleh guru

didasarkan atas asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari

pikiran siswa. Oleh karena itu, para guru memfokuskan diri pada upaya

penuangan pengetahuan ke dalam kepala siswa tanpa memperhatikan bahwa

mereka saat memasuki kelas mempunyai bekal kemampuan dan kesiapan yang

tidak sama. Metode pembelajaran yang dijalankan adalah pembelajaran satu arah

dimana siswa hanya sebagai obyek pendidikan, mereka ke sekolah hanya

melaksanakan prinsip 3D, Datang, Duduk, Diam sehingga keaktifan siswa sangat

kurang saat proses belajar mengajar berlangsung.

Kurikulum 2004 disebut juga Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kurikulum

Berbasis Kompetensi adalah sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada

pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar

perfomansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa

penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu (Nurhadi, 2004 : 18).

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa kurikulum 2004 ini menekankan

pada pencapaian kompetensi siswa bukan tuntasnya materi, sehingga mau tidak

mau siswa dituntut aktif selama proses belajar pembelajaran karena siswa sebagai

pusat pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu metode

pengajaran yang diharapkan dapat digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan

ilmu pengetahuan untuk siswa secara efektif. Penerapan metode-metode mengajar

yang bervariasi akan dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam menerima

(20)

3

untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar dan sekaligus sebagai salah

satu indikator peningkatan kualitas pendidikan.

Pendidikan IPA adalah pendidikan yang bersifat antis saint yaitu para siswa harus

dapat dipersiapkan untuk menghadapi tiga tugas kehidupan, pertama untuk dapat

hidup, kedua untuk mengembangkan kehidupan bermakna, ketiga untuk

memuliakan kehidupan (Bukhori, 2001:5).

Kenyataan yang ada pada saat ini bahwa dalam pembelajaran sering terjadi

penyimpangan sehingga proses belajar mengajar menjadi tidak efektif dan efisien.

Keadaan tersebut disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: ada kecenderungan

verbalisme, ketidaksiapan peserta didik, kurang minat peserta didik, kurangnya

sarana dan prasarana pembelajaran.

Selain itu proses belajar mengajar tidak efektif dikarenakan, guru belum

sepenuhnya menerapkan model-model pembelajaran misalnya model

pembelajaran kontektual dalam proses pembelajaran, kegiatan belajar mengajar

yang dilakukan kurang menarik, berlangsung monoton dan membosankan, serta

interaksi yang terjadi hanya satu arah karena guru yang dominan aktif, hal ini

tejadi pada siswa kelas V SD Negeri 3 Yogyakarta Kabupaten Pringsewu yang

memiliki nilai IPA dibawah KKM yang ditetapkan yaitu > 60

Dari pengamatan guru selama proses pembelajaran berlangsung selama ini

tampak hanya sekitar 40% siswa kelas V yang mendapat nilai > 60. Untuk lebih

(21)

4

Tabel 1.1. Tabel data awal siswa kelas V SD 3 Yogyakata

No Nilai Jumlah siswa Persentase Keterangan

1 76 - 100 2 10 Tuntas

2 51 - 75 6 30 Tuntas

3 26 - 50 12 60 Belum Tuntas

4 0 - 25 - - -

Hasil belajar tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan kriteria

ketuntasan belajar yang ditetapkan. Rendahnya hasil belajar tersebut diduga akibat

motivasi, minat dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sangat rendah

sehingga terlihat banyak siswa kurang siap dalam menerima materi pelajaran

setiap pertemuan.

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah diatas, salah satunya

adalah melalui model pembelajaran Inkuiri untuk meningkatkan minat siswa

dalam belajar supaya dalam proses belajar mengajar tercipta suasana yang

kondusif. apabila suasana yang kondusif telah tercapai maka hasil belajar siswa

akan meningkat. tidak hanya hasil belajarnya saja yang meningkat tetapi juga

kemampuan siswa dalam menguasai materi akan meningkat. untuk meningkatkan

kemampuan siswa tidak hanya melalui model pembelajaran Inkuiri saja tetapi

juga dibutuhkan guru yang professional. Guru yang professional dapat

menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan.

Dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri di kelas V SD Negeri 3

Yogyakarta diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga

diperoleh hasil yang maksimal. Berdasarkan uraian diatas maka, penulis

mengadakan penelitian dengan judul “Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar

IPA Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Pada Siswa Kelas V SD

(22)

5

B. Identifikasi Masalah

Seorang guru sudah berupaya mulai dari menyusun RPP, penggunaan metode dan

pelaksanaan evaluasi. Kenyataan yang ada menunjukan bahwa prestasi pada mata

pelajaran IPA masih di bawah maksimum.

Penyebab prestasi belajar mata pelajaran IPA rendah dikarenakan faktor-faktor

Sebagai berikut:

1. Aktivitas belajar rendah dikarenakan model pembelajaran yang dilaksanakan

lebih dominan pada guru, sehingga kurang memberi kesempatan pada siswa

untuk diskusi saat belajar.

2. Minat belajar kurang dikarenakan pembelajaran kurang menarik.

3. Hasil belajar rendah dikarenakan kurangnya aktivitas dan minat belajar siswa.

4. Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat

5. Belum ada kolaborasi antara guru dan murid

6. Metode yang digunakan bersifat konvensional

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan

model pembelajaran Inkuiri pada mata pelajaran IPA bagi siswa kelas V SD

Negeri 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014 ?

2. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa melalui penggunaan model

pembelajaran Inkuiri pada mata pelajaran IPA bagi siswa kelas V SD Negeri 3

(23)

6

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Yogyakarta dengan

menggunakan model pembelajaran Inkuiri.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Yogyakarta dengan

menggunakan model pembelajaran Inkuiri.

E. Manfaat Penelitian

penelitian ini diharapkan bermanfaat:

1. Bagi siswa untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA dengan diterapkan

model pembelajaran Inkuiri.

2. Bagi guru dapat memberikan tambahan pengayaan cara mengajar dengan

bantuan model pembelajaran Inkuiri sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapi dengan baik.

3. Bagi sekolah dapat dijadikan sebagai bahan masukan informasi tentang salah

satu alternatif cara pembelajaran IPA pada siswa dengan pemanfaatan model

pembelajaran dalam mencapai tujuan intruksional.

4. Bagi peneliti dapat menambah wawasan tentang model pendekatan

(24)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Pembelajaran Dan Belajar

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan belajar, di mana

pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar adalah siswa yang berorientasi

pada kegiatan mengajarkan materi yang berorientasi pada pengembangan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa sebagai sasaran pembelajaran. Dalam

proses pembelajaran akan mencakup berbagai komponen lainnya, seperti media,

kurikulum, dan fasilitas pembelajaran.

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan

aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan

pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat

berlangsung secara efektif. Pemahaman seorang guru terhadap pengertian

pembelajaran akan sangat mempengaruhi cara guru itu mengajar.

Darsono (2002: 24-25) secara umum menjelaskan pengertian pembelajaran

sebagai “suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga

tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik”.

(25)

8

yang terorganisir yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan dan prosedural yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.

Sedangkan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun

2003 menyatakan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

Dari berbagai pendapat pengertian pembelajaran di atas, maka dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang

memungkinkan guru dapat mengajar dan siswa dapat menerima materi pelajaran

yang diajarkan oleh guru secara sistematik dan saling mempengaruhi dalam

kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada suatu

lingkungan belajar.

2. Pengertian Belajar

Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi

individu dengan lingkungan. Individu dapat dikatakan telah mengalami proses

belajar, meskipun pada dirinya hanya ada perubahan dalam kecenderungan

perilaku. De Cecco & Crawford (dalam Ali, 2000: 14).

Perubahan perilaku tersebut mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan,

sikap, dan sebagainya yang dapat maupun tidak dapat diamati.Perilaku yang dapat

diamati disebut penampilan (behavioral performance) sedangkan yang tidak dapat

diamati disebut kecendrungan perilaku (behavioral tendency).Penampilan yang

dimaksud dapat berupa kemampuan menjelaskan, menyebutkan, dan melakukan

(26)

9

dengan yang terjadi secara kebetulan.

Seseorang yang secara kebetulan dapat melakukan sesuatu, tidak dapat

mengulangi perbuatan itu dengan hasil yang sama. Sedangkan seseorang dapat

melakukan sesuatu karena hasil belajar dapat melakukkannya secara

berulang-ulang dengan hasil yang sama.

Gagne (1977) seperti yang dikutip Miarso (2004), berpendapat bahwa belajar merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap pribadi (hasil) yang merupakan hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal dilingkungan pribadi yang bersangkutan (kondisi), agar kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan peristiwa pembelajaran (metode atau perlakuan).

Proses belajar yang berkulitas dan relevan tidak dapat terjadi dengan sendirinya,

melainkan perlu direncanakan. Belajar merupakan kegiatan aktif pembelajar

dalam membangun makna atau pemahaman, sehingga diperlukan dorongan

kepada pebelajar dalam membangun gagasan (Depdiknas, 2002).

Oleh karena itu diperlukan penciptaan lingkungan yang mendorong prakarsa,

motivasi, dan tanggung jawab pebelajar untuk belajar sepanjang hayat.

Pembelajaran yang melibatkan seluruh indera akan lebih bermakna dibandingkan

dengan satu indera saja (Dryden, G. dan Jeannette V, 2002: 195), hal ini akan

memunculkan kreativitas untuk menyelesaikan masalah dengan cara-cara baru

dan tidak terpaku pada satu cara saja.

Menurut pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah

kegiatan aktif pembelajar dalam membangun makna atau pemahaman, sehingga

(27)

10

3. Aktivitas Belajar

Dalam proses pembelajaran, aktivitas merupakan salah satu faktor penting,karena

aktivitas merupakan proses pergerakan secara berkala, dan tidak akan tercapainya

proses pembelajaran yang efektip apabila tidak adanya aktivitas. Seperti yang

diungkapkan oleh Dave Meiner (dalam Iis Indraeni, 2009: 10) bahwa “belajar

berdasar aktivitas berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan

memanfaatkan indera sebanyak mungkin, sehingga dapat membuat seluruh tubuh

dan fikiran terlibat dalam proses belejar mengajar”

Menurut Usman (dalam Iis Indraeni, 2009: 1) mengemukakan bahwa aktivitas

belajar siswa dapat digolongkan kedalam beberapa bentuk, yaitu:

1. Aktivitas visual (visual activities) meliputi membaca, menulis, melakukan eksperimen dan demontrasi.

2. Aktivitas lisan (oral activities) meliputi bercerita, membaca sajak, tanya

jawab, diskusi dan menyanyi.

3. Aktivitas mendengarkan (listening activities) meliputi mendengarkan penjelasan dari guru, mendengarkan ceramah, mendengarkan pengarahan. 4. Aktivitas gerak (motor actifities) meliputi senam, atletik, menari. 5. Aktivitas menulis (writing activities) meliputi mengarang, menulis surat, membuat makalah.

Banyak macam macam kegiatan (aktivitas belajar) yang dapat dilakukan anak

anak di kelas, tidak hanya mendengarkan atau mencatat. Paul B. Diedrich (dalam

Nasution, 2004: 9), membuat suatu daftar yang berisi macam macam kegiatan

(aktivitas siswa), antara lain:

1. Visual activities seperti membaca, memperhatikan:gambar,demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.

2. Oral activities seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interviu, diskusi, interupsi dan sebagainya.

(28)

11

4. Writingactivities seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagainya.

5. Drawingactivities seperti menggambar, membuat grafik, peta diagram, pola, dan sebagainya.

6. Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya. 7. Mental activities seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya. 8. Emotional activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani,

tenang, gugup, dan sebagainya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa

adalah kegiatan siswa mengikuti pembelajaran dengan pikiran dan semua indera

yang berhubungan dengan proses pembelajaran yang meliputi: (1)

memperhatikan penjelasan guru, (2) bertanya dan menjawab pertanyaan dari

guru, (3) menyelesaikan masalah, (4) berdiskusi antar siswa dalam

kelompok (5) menguji hipotesis, (6) menyimpulkan/ merumuskan kesimpulan,

dan (7) mempresentasikan hasil diskusi atau menanggapi diskusi kelas.

4. Hasil Belajar

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar

merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar.

Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang

guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa

dan guru terpadu dalam satu kegiatan.Diantara keduannya itu terjadi interaksi

dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja

harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa

(29)

12

dimaksud disini adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki seorang siswa

setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan

oleh Sudjana, hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa

setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004: 22).

Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam Sudjana membagi tiga macam hasil

belajar mengajar: (1). keterampilan dan kebiasaan, (2). pengetahuan dan

pengarahan, serta (3). sikap dan cita-cita.

Menurut Hamalik (2006:30), hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah, dua diantaranya adalah kognitif, dan afektif. Perinciannya adalah sebagai berikut : (1) ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian, (2) ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai, ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan keterampilan dan sikap yang diperoleh siswa setelah ia menerima

perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan

pengetahuan kognitif dalam kehidupan sehari-hari.

5. Pembelajaran IPA

Menurut Syaiful Sagala (2010: 61), pembelajaran ialah membelajarkan siswa

menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar, merupakan penentu utama

(30)

13

Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar

dilakukan oleh peserta didik atau murid.

Menurut Sri Sulistyorini (2007: 8), pembelajaran IPA harus melibatkan keaktifan

anak secara penuh dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang

mampu memberi kesempatan pada anak didik untuk melakukan keterampilan

proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan

sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan.

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam

masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Struktur kognitif anak

tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan. Anak perlu dilatih

dan diberi kesempatan untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan dan dapat

berpikir serta bertindak secara ilmiah. Adapun IPA untuk anak Sekolah Dasar

dalam Usman Samatowa (2006: 12) didefinisikan oleh Paolo dan Marten yaitu

sebagai berikut: mengamati apa yang terjadi, mencoba apa yang diamati,

mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, dan

menguji bahwa ramalan-ramalan itu benar.

Menurut pendapat beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA

di Sekolah Dasar dapat melatih dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan dapat melatih siswa untuk

dapat berpikir serta bertindak secara rasional dan kritis terhadap persoalan yang

bersifat ilmiah yang ada di lingkungannya sehingga siswa dapat menerapkannya

(31)

14

6. Hakikat IPA

IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan

dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta

saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya metode ilmiah yang terwujud melalui

suatu rangkaian kerja ilmiah, nilai, dan sikap ilmiah (Depdiknas, 2006).

Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program

Pendidikan (GBPP) kelas V Sekolah Dasar dinyatakan:Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) atau sains merupakan hasil kegiatanmanusia yang berupa pengetahuan,

gagasan dan konsep-konsep yangterorganisasi tentang alam sekitar, yang

diperoleh dari pengalamanmelalui serangkaian proses kegiatan ilmiah antara lain

penyelidikan,penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan.IPA merupakan salah

satu kumpulan ilmu pengetahuan yang mempelajarialam semesta, baik ilmu

pengetahuan yang mempelajari alam semestayang bernyawa ataupun yang

takbernyawa dengan jalan mengamatiberbagai jenis danperangkat lingkunganalam

serta lingkungan alambuatan.

IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secarasistematik untuk menguasai

pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep,prinsip-prinsip, proses penemuan, dan

memiliki sikap ilmiah.Pendidikan IPA di SD bermanfaat bagi siswa untuk

mempelajari dirisendiri dan alam sekitar.Pendidikan IPA menekankan pada

pemberianpengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk

mengembangkankompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam

(32)

15

sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih

mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas 2004:33).

Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat ipa adalah merupakan

hasil kegiatanmanusia yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep-konsep

yangterorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalamanmelalui

serangkaian proses kegiatan ilmiah.

7. Pembelajaran IPA di SD

Khusus untuk pembelajaran IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk

memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka

dalam mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas

fenomena alam berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berfikir ilmiah.

Fokus pembelajaran IPA di SD hendaknya ditunjukkan untuk memupuk minat

dan pengembangan siswa terhadap dunia mereka dimana mereka tinggal.Aspek

pokok dalam pembelajaran IPA adalah siswa dapat menyadari keterbatasan

pengetahuan mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk menggali berbagai

pengetahuan baru dan akhirnya dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan

mereka.Bila pembelajaran IPA diarahkan dengan tujuan seperti ini, dapat

diharapkan bahwa pendidikan IPA Sekolah Dasar dapat memberikan sumbangan

yang nyata dalam membelajarkan IPA.

Tujuan pembelajaran ilmu pengetahuan alam telah terjadi pergeseran yaitu yang

semula menekankan pada hasil belajar (produk), kemudian lebih mengutamakan

(33)

16

pembelajarannya tidak hanya menekankan pada produk yang akan dihasilkan,

tetapibagaimana proses pembelajaran IPA berlangsung. Untuk mengetahui

bagaimana keterampilan proses IPA berlangsung, maka guru harus

memperhatikan mengenai keterampilan IPA tersebut.

Keterampilan proses IPA yang dapat diterapkan untuk siswa Sekolah Dasar

diantaranya adalah pengamatan (observasi), pengelompokkan (klarifikasi),

pengukuran, hubungan ruang atau waktu, meramalkan (memprediksi),

mengkomunikasikan, serta menarik kesimpulan. Ilmu pengetahuan alam tidak

hanya merupakan kumpulan pengetahuan saja, tetapi terkandung hal-hal lain,

seperti yang dikemukakan oleh Carin dan Evan (dalam Sudjana,2009: 93) yang

menyatakan bahwa: sains mengandung empat hal, yaitu: konten atau produk,

proses atau metode, sikap, serta teknologi.

Sains sebagai konten atau produk berarti bahwa dalam sains terdapat fakta-fakta,

hukum-hukum, prinsip-prinsip, serta teori-teori yang sudah diterima

kebenarannya. Sains sebagai proses atau metode berarti bahwa sains merupakan

suatu proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan. Selain sains sebagai

produk dan proses, sains juga merupakan sikap, artinya bahwa dalam sains

terkandung sikap seperti tekun, terbuka, jujur, serta objektif. IPA sebagai

teknologi mengandung arti bahwa IPA mempunyai keterkaitan dan banyak

digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dalam pembelajaran IPA

seharusnya diciptakan kondisi belajar yang kondusif yaitu siswa menjadi aktif,

kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan sehingga pembelajaran akan lebih

(34)

17

dalamnya terjadi interaksi yang positif melalui penerapan strategi pembelajaran

yang tepat. Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar

mengajar yang baik pula. Maka, proses pembelajaran harus dilakukan melalui

penerapan berbagai strategi yang tepat sehingga tujuan-tujuan pembelajaran dapat

dicapai secara optimal.Untuk itu guru dituntut untuk memiliki kemampuan

mengembangkan strategi pembelajaran dalam menciptakan kondisi kelas yang

dapat mempengaruhi kehidupan siswa. Kemampuan guru dalam mendesain

pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

Dengan demikian, guru seharusnya memiliki kemampuan dan pemahaman dalam

memilih dan menerapkan desain pembelajaran yang tepat. Pembelajaran dikatakan

bermakna bagi siswa, jika siswa dapat memahami dan mengerti konsep-konsep

yang sedang dipelajarinya dengan melibatkan proses pengalaman atau penemuan

dari pengetahuan awal siswa.

Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan dapat bertahan lama dan

mudah diingat dan secara menyeluruh serta dapat meningkatkan penalaran siswa

dan kemampuan untuk berfikir secara bebas sehingga dapat melatih keterampilan

siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah, hal ini dapat menjadikan

siwa menjadi aktif dalam proses pembelajaran.

(35)

18

Selanjutnya (Muhibbin Syah, 2005: 123) mengemukakan tentang belajar

pemecahan masalah yaitu: Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah

belajar dengan menggunakan metode-metode ilmiah atau berfikir secara

sistematis, logis, teratur dan teliti, tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan

dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan

tuntas,untuk itu, kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep,

prinsip-prinsip, dan generalisasi sangat diperlukan.

Berdasarkan pendapat dan teori para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran dapat bermakna bagi siswa jika siswa terlibat secara aktif sebagai

subjek pembelajar, siswa membangun pengetahuannya berdasarkan pengalaman

yang dimilikinya, serta siswa dapat memahami dan mengalami apa yang

dipelajarinya dan siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep yang

dipelajarinya melalui pemecahan masalah. Untuk menciptakan pembelajaran

seperti itu maka harus dilaksanakan dengan pemilihan atau penggunaan model

pembelajaran yang tepat.

B. Model Pembelajaran Inkuiri

Model inkuiri adalah model yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk

melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin

melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya

sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,

membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik

(36)

19

Sementara menurut Aziz (2007: 92) memiliki defenisi lain mengenai pengertian

metode inkuiri sebagaimana yang tertulis sebagai berikut: metode inkuiri adalah

metode yang menempatkan dan menuntut guru untuk membantu siswa

menemukan sendiri data, fakta dan informasi tersebut dari berbagai sumber agar

dengan kegiatan itu dapat memberikan pengalaman kepada siswa. Pengalaman ini

akan berguna dalam menghadapi dan memecahkan masalah masalah dalam

kehidupannya.

Model inkuiri merupakan model pembelajaran yang penyajiannya memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan

guru. Model inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan

pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan

sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model inkuiri (Sanjaya, 2006: 194),

yaitu:

(1) inkuri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya model inkuri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siwa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri, (2) seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Dengan demikian model pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar akan tetapi sebagiai fasilitator dan motivator bagi belajar siswa, dan (3) dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Dengan demikian dalam model inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai

materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang

(37)

20

1. Motivator, memberikan rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berpikir

2. Fasilitator, menunjukan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan

3. Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat.

4. Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.

5. Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapakan.

6. Manajer, mengelola sumber bejar, waktu, dan organisasi kelas.

7. Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang di capai siswa

Tujuan model inkuiri ( Sanjaya, 2006: 196) adalah:

1. Mengembangkan sikap, keterampilan, kepercayaan siswa dalam memecahkan masalah atau memutuskan secara tepat ( objektif ).

2. Mengembangkan kemampuan berpikir siwa agar lebih tanggap, cermat, kritis, analitis, dan logis.

3. Membina dan mengembangkan sikap ingin tahu dan ingin tahu lebih jauh. 4. Mengungkap aspek pengetahuan atau kognitif maupun sikap(afektif).

Langkah-langkah model pembelajaran inkuiri sebagaimana yang dikemukakan

( Sanjaya, 2006: 200 ) adalah sebagai berikut:

1. Orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang

reponsif.pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswasiap melaksanakan

proses pembelajaran, beberapa hal yang perlu dilakukan dalam tahapan orientasi

adalah: (a) menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat

dicapai oleh siswa, (b) menjelaskan pokok-pokok yang harus dilakukan oleh

siswa untuk mencapai tujuan, pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri

serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai

dengan merumuskan kesimpulan, dan (c) menjelaskan pentingnya topik dan

kegiatan belajar hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar

(38)

21

2. Merumuskan masalah (a) merumuskan masalah merupakan langkah membawa

siswa pada suatu persoalan, beberapa masalah dapat dirumuskan sendiri oleh

siswa ataupun dengan bantuan guru, (b) masalah yang dikaji adalah masalah yang

mengandung teka-teki yang jawabannya pasti, dan (c) konsep-konsep dalam

masalah adalah konsep-konsep yang telah diketahui terlebih dahulu oleh siswa.

3. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan

berhipotesis pada setiap siswa adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan

yang dapat mendorong siswa untuk merumuskan jawaban sementara atau

dapatmerumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu

permasalahanyang dikaji.

4. Mengumpulkan Data Mengmpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi

yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam Inkuiri

mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam

pengembangan intelektual oleh sebab itu tugas dan peran guru dalam tahapan ini

adalah mengajukan pertanyaan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk

berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

5. Menguji Hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima

sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

6. Merumuskan Kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang

diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis untuk mencapai kesimpulan yang

(39)

22

Keunggulan model inkuiri (Sanjaya, 2006: 206): model inkuiri memiliki

keunggulan-keunggulan diantaranya adalah sebagai berikut:

(1) model inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini lebih bermakna, (2) model inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka, (3) model inkuiri merupakan model yang sesuai dengan perkembangan psikologi pembelajaran modern yang menganggap bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman, dan (4) dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Dari keunggulan tersebut pembelajaran inkuiri memberi banyak manfaat baik bagi

siswa maupun bagi guru. Manfaat yang diperoleh Bagi siswa yakni: (1) siswa

dapat berfikir secara kritis dan sistematis, (2) meningkatkan keterampilan secara

ilmiah, (3) dapat mengkondisikan siswa sebagai petualang dan penemu baru, (4)

siswa dapat lebih aktif dan berprestasi (5) pembelajaran menjadi terintegrasi, dan

(6) belajar akan lebih terasa menyenangkan dan menantang.

Manfaat bagi guru yakni: (1) menjadi lebih kreatif, (2) terjalin kerjasama yang

baik antara siswa dan guru, (3) akan sama-sama berkembang bersamaan dengan

perkembangan siswa, dan (4) dapat memahami teori dan konsep secara

menyeluruh.

Dari kelebihan dan manfaat itulah yang dijadikan alasan digunakannya model

inkuiri dalam upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran IPA.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah dikemukakan di atas, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa model inkuiri adalah model yang memberi

kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran

(40)

23

dan berpikir kritis untuk menemukan sendiri suatu pengetahuan yang pada

akhirnya mampu menggunakan pengetahuannya tersebut dalam memecahkan

masalah yang dihadapi dengan tahapan: (1) orientasi, (2) merumuskan masalah,

(3) merumuskan hipotesis (4) mengumpulkan data, (5) menguji hipotesis, dan (6)

merumuskan kesimpulan.

C. Kerangka Pikir

Diagram Kerangka Pikir

Kondisi awal Guru belum

menggunak an model inkuiri

Kualitas hasil belajar rendah

Siklus 1 Menggunakan

model inkuiri dan alat Tindakan

(41)

24

D. Hipotesis tindakan

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan pada penelitian ini,hipotesis

tindakan penelitian ini adalah: Jika pembelajaran IPA pada kelas V SD Negeri 3

Yogyakarta diterapkan melalui model pembelajaran inkuiri, maka dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 3

(42)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pengertian Metode Dan Penelitian

Metode adalah cara atau prosedur yang digunakan untuk menganalisa suatu

masalah dalam penelitian (Ratna, 2004: 34). Kualitas penelitian tergantung pada

metode yang digunakan oleh peneliti.

Menurut Jabrohim (2003: 01) Penelitian adalah aktivitas atau proses sistematik

untuk mengatasi masalah berdasarkan data yang ada untuk membuat kesimpulan.

Ini maksudnya adalah penelitian adalah cara yang digunakan dalam penelitian

untuk membuat kesimpulan berdasarkan masalah.

B.Setting Penelitian

1.Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa/siswi kelas V SD Negeri 3 Yogyakarta

Kecamatan Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 20 orang,

terdiri dari 8 orang laki laki dan 12 orang perempuan. Dengan pertimbangan

bahwa Siswa kelas V sangat memerlukan model pembelajaran Inkuiri demi

meningkatkan aktivitas dan hasil belajarnya, siswa kelas V berumur rata-rata

(43)

26

2.Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dan waktu penelitian sebagai berikut:

a. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 3 Yogyakarta Kecamatan,

Gadingrejo Kab, Pringsewu tahun pelajaran 2013/ 2014.

b. Waktu

Penelitian ini berlangsung pada semester II (dua) yang dilaksanakan selama 3

(tiga) bulan tahun pelajaran 2013/ 2014. Penelitian ini dilaksanakan sesuai

jadwal yang sudah ada.

C.Prosedur penelitian

Untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian, maka tindakan kelas ini

dirancang dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu

perencanaan , pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penyusunan tiap

tahap pada tiap siklus dirancang sesuai dengan yang akan dicapai.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan II (dua) siklus untuk meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar IPA pada kelas V (lima) SDN 3 Yogyakarta Kab,

Pringsewu tahun pelajaran 2013/ 2014. Untuk memperjelas siklus tindakan

tersebut maka dibuatlah gambar siklus I dan II yang menggunakan model tindakan

(44)

27

SIKLUS 1

SIKLUS 2

Gambar 3.1 Skema Tahap Pelaksanaan Tindakan Kelas (Kemmis dalam Wiriaatmadja, 2006: 66)

Penjelasan bagan atau gambar di atas menurut Kemmis dalam Wiriaatmadja

adalah:

1. Rencana tindakan

Yaitu rencana awal sebelum mengadakan penelitian terlebih dahulu membuat

rencana tindakan termasuk didalamnya menyusun rancangan pembelajaran dan

menyusun lembar kegiatan yang akan diberikan kepada siswa saat belajar

kelompok, mempersiapkan model, merancang alat penelitian yang akan

diterapkan.

2. Pelaksanaan tindakan

Tindakan ini meliputi kegiatan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya

membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil dari diterapkanya

(45)

28

3. Pengamatan (observasi)

Pengamatan dibagi tiga putaran yaitu putaran 1, 2, 3 dimana masing masing

putaran dikenai perlakuan yang sama. Observasi dilaksanakan bersama dengan

tahap pelaksanaan tindakan, baik terhadap peserta didik dan pendidik dengan

menggunakan instrumen yang telah disiapkan. Observasi dilakukan secara

kolaborasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan,

pengamatan difokuskan pada proses pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Inkuiri, yang dilakukan peserta didik dalam proses pembelajaran.

4. Refleksi

Peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari

tindakan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. Refleksi

dilakukan terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh peserta didik maupun

pendidik sebagai peneliti. Setelah data diperoleh dari uji coba dengan model

Pembelajaran Inkuiri, maka peneliti melakukan diskusi dengan pengamat tentang

data yang didapat. Diskusi meliputi keberhasilan, kegagalan, dan hambatan yang

dijumpai pada saat melakukan tindakan.

5. Rekomendasi, Pada rekomendasi diharapkan observer, dalam hal ini kepala

sekolah ataupun teman sejawat yang mendampingi peneliti dalam

melaksanakan semua proses penelitian, memberikan masukan yang akan dapat

digunakan oleh peneliti untuk dijadikan pertimbangan dalam melaksanakan

siklus yang selanjutnya ataupun dalam langkah menarik kesimpulan dalam

proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dengan adanya rekomendasi ini

(46)

29

awal penelitian, peneliti melakukan hal-hal yang dianggap kurang baik dan

dapat meningkatkan hal yang positif yang menunjang berlangsungnya proses

penelitian, sehingga dapat menghasilkan sesuatu seperti yang diharapkan oleh

semua pihak baik peneliti, observer, peserta didik, dan juga sekolah.

D.Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas akan dibagi dalam dua siklus dengan

kegiatan sebagai berikut:

1. Siklus 1 A.Perencanaan

1. Menentukan jadwal kegiatan penelitian

2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar observasi, lembar

evaluasi, dan lembar penilaian.

3. Membuat sekenario pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Inkuiri.

4. Menyiapkan alat peraga serta sarana dan pasarana.

B.Pelaksanaan Tindakan

Tahap melakukan tindakan pada siklus ke I mengikuti sekenario pembelajaran

menggunakan model Inkuiri, yaitu:

1. Apersepsi

2. Penjelasan

3. Pembagian Kelompok

4. Pengerjaan tugas

(47)

30

C. Observasi

Tahap observasi pada siklus I, yaitu:

1. Lembar observasi harus terlampir

2. Tes tertulis (isian dan pilihan ganda) terlampir dan tes lisan.

3. Menentukan kelebihan dan kekurangan dari tindakan I.

4. Membuat rencana perbaikan untuk tindakan atau siklus selanjutnya.

D. Refleksi

1. Tahap refleksi pada siklus I ini akan menilai dan membahas evaluasi dan

observasi tindakan yang telah dilakukan.

2. Menentukan kelebihan dan kekurangan dari tindakan I.

3. Membuat rencana perbaikan untuk tindakan atau siklus selanjutnya.

2. Siklus II A.Perencanaan

1. Hasil refleksi dievaluasi, didiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk

diterapkan pada pembelajaran berikutnya

2. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran.

3. Merancang perbaikan II berdasarkan refleksi I

4. Tahap perencanaan pada siklus II mengikuti perencanaan siklus I ditambah

hasil refleksi siklus I.

B.Pelaksanaan Tindakan

1. Melakukan analisis pemecahan masalah

2. Melaksanakan tindakan perbaikan II dengan memaksimalkan penerapan model

(48)

31

3. Tahap melakukan tindakan pada siklus II mengikuti tahap melakukan tindakan

siklus I ditambah hasil refleksi siklus I.

C.Observasi

1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran Inkuiri.

2. Mencatat perubahan yang terjadi.

3. Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan

memberikan balikan.

4. Tahap pengamatan (observasi) pada siklus II mengikuti tahap pengamatan

siklus I ditambah hasil refleksi siklus I.

D.Refleksi

1. Merefleksi proses pembelajaran interaktif.

2. Merefleksi hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Inkuiri

3. Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian.

4. Rekomendasi

5. Tahap refleksi pada siklus ke II ini akan ditemukan kelebihan dan kekurangan.

Dari tahap kegiatan pada siklus I dan II hasil yang diharapkan adalah:

1. Siswa memiliki kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif terlibat dalam

proses pembelajaran IPA.

2. Guru memiliki kemampuan merancang dan menerapkan model pembelajaran

Inkuiri pada pembelajaran IPA.

(49)

32

Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam mengumpulkan

data. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variable yang diteliti

(Sugiyono, 2013). Instrumen yang digunakan adalah tes prestasi belajar IPA

siswa. Tes prestasi belajar yang digunakan pada saat pre-test dan pos-test adalah

sama. Skor minimal dari masing-masing butir tes prestasi belajaradalah 0 (nol)

dan skor maksimalnya adalah 4. Prosedur pengembangan tes prestasi belajar,

yaitu: (1) mengidentifikasi standard kompetensi, (2) menidentifikasi kompetensi

dasar, (3) merumuskan indikator pembelajaran yang harus dicapai berdasarkan

kompetensi dasar, (4)menyususn secara terpadu kisi-kisi tes prestasi belajar, (5)

menentukan kriteria penilaian, (6) penulisan butir-butir tes, (7) uji ahli, (8) uji

lapangan, (9) analisis hasil uji lapangan, (10) revisis butir-butir tes, (11) finalisasi

instrument.Tes prestasi belajar yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa

tes pilihan ganda diperluas. Penggunaan tes pilihan ganda diperluas menuntut

siswa berpikir tentang alasan mengapa memilih jawaban benar (Santyasa, 2006).

Jumlah butir soal yang digunakan adalah 20 butir dari 30 butir soal yang diuji

cobakan. Kriteria penilaian tes prestasi belajar tipe pilihan ganda diperluas

menggunakan rubrik dengan rentangan skor 0-4 yang disajikan pada lembar

aktivitas, hal yang dinilai dalam penelitian ini adalah: Hasil belajar IPA dalam

proses diskusi, aktivitas siswa dan aktivitas guu.

Aspek aktivitas siswa meliputi: pehatian, kerjasama dalam diskusi, menghargai

(50)

33

Tabel 3.1. Aspek aktivitas siswa

No Nama siswa Aktivitas siswa dalam kelompok

Tabel 3.2. Nilai lembar aktivitas siswa kelas V SD 3 Yogyakata

No Aspek Kriteria Skor

4 Interaksi siswa dengan siswa

-Cukup 4

-Kadang kadang cukup 3

-Kurang cukup 2

-Tidak cukup 1

5 Interaksi siswa dengan guru

-Cukup 4

-Kadang kadang cukup 3

-Kurang cukup 2

-Tidak cukup 1

Soal tes/penilaian

Soal tes tertulis berbentuk isian atau essay dengan jumlah soal sebanyak 10 butir,

siswa menjawab pertanyaan sesuai dengan materi pembelajaran yang telah

(51)

34

Tabel 3.3. Tolak ukur penilaian pembelajaran IPA kelas V SD 3 Yogyakata

No Nilai Tingkat kemampuan

1 76 - 100 Baik sekali

2 56 - 75 Baik

3 26 - 50 Cukup baik

4 0 - 25 Kurang baik

E. Analisis data 1.Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

a. Data aktifitas belajar siswa yang diperoleh dari hasil observasi terhadap

aktivitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran, dan hasil catatan

lapangan mengenai ha-hal yang tidak terekam melalui lembar observasi.

b. Data hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai tes yang dilaksanakan setiap

akhir siklus.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui observasi, catatan lapangan, dan tes.

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan belajar dan aktivitas siswa selama

penelitian sebagai upaya untuk mengetahui kesesuaian perencanaan tindakan

dengan tindakan. Data diperoleh dengan menggunakan lembar observasi aktivitas

siswa dengan menggunakan tanda "". lembar observasi digunakan untuk

mengamati aktivitas belajar siswa yang meliputi:

1. Memperhatikan penjelasan guru

(52)

35

3. Menyelesaikan masalah/ menemukan jawaban masalah

4. Berdiskusi antar siswa dalam kelompok

5. Menguji hipotesis

6. Menyimpulkan/ merumuskan kesimpulan.

7. Mempersentasikan hasil diskusi atau menanggapi diskusi kelas.

2. Tes

Tes yang diberikan adalah tes awal dan tes pada setiap akhir siklus. tes awal

dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap konsep yang

telah dikuasai oleh siswa. hasilnya akan digunakan untuk menentukan

keanggotaan kelompok. tes tiap akhir siklus dilakukaan untuk menentukan poin

peningkatan individu yang rnenentukan status suatu kelompok dalam pemberian

penghargaan. tes ini juga dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar siswa dari setiap siklusnya.

G. Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh pada setiap tahapan tindakan penelitian dianalisis

dengan menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif analisis data dilakukan

oleh peneliti sejak awal pada setiap aspek penelitian. data yang dianalisis adalah

data aktivitas dan hasil belajar siswa. untuk menganalisis data siswa yang aktif

setiap pertemuan dilakukan perhitungan sebagai berikut:

a. Menghitung persentase siswa aktif dengan rumus :

(53)

36

Sumber: Adaptasi dari Aqip (dalam Haryani,2013:23)

Ukuran keaktifan pembelajaran menggunakan model inkuiri dilihat dari kategori

penilaian instrumen tersebut, kategori yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4. Kualifikasi Hasil Observasi Keaktivan Siswa

No Nilai Aktivitas (NA)

b. Menghitung persentase siswa tuntas belajar pada setiap siklus dengan rumus :

NA= x 100%

Keterangan :

NA = Persentase ketuntasan belajar pada siklus ke i

JS = Jumlah siswa yang memperoleh nilai >65 pada siklus ke i

SM = Jumlah seluruh siswa

100% = Bilangan tetap

(54)

37

Ukuran ketuntasan siswa dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri dilihat

dari kategori penilaian instrumen tersebut, kategori yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.5. Kualifikasi Hasil Observasi Ketuntasan Siswa

No Nilai Ketuntasan(NK)

c. Menghitung persentase kinerja guru pada setiap siklus dengan rumus :

NA= x 100%

Keterangan :

NA = Persentase skor perolehan pada siklus ke i

JS = Jumlah skor perolehan pada siklus ke i

SM = Jumlah seluruh skor

100% = Bilangan tetap

Sumber: Adaptasi dari Aqip (dalam Haryani,2013:23)

Ukuran kinerja guru dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri dilihat dari

kategori penilaian instrumen tersebut, kategori yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

(55)

38

H. Indikator Keberhasilan

Kriteria keberhasilan didasarkan kepada pencapaian peserta didik untuk

membangun kemampuan dan pengetahuan difasilitasi guru. Sehingga dengan

mata pelajaran IPA, siswa dapat mempelajari dan memahami lebih mendalam

tentang diri sendiri dan alam sekitar, serta mampu mengembangkan lebih lanjut

dengan menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari secara ilmiah. Selain itu juga

diharapkan siswa mempunyai pengalaman belajar yang cukup bermanfaat untuk

diri dan lingkungannya. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini secara umum

yaitu:

1. Persentase jumlah siswa yang aktif mencapai > 75% .

(56)

61

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri:

1. Aktivitas siswa dari siklus ke siklus: pada siklus I aktivitas siswa sebesar

57,85% dengan katagori aktif, pada siklus II aktivitas siswa sebesar 77,14%

dengan katagori sangat aktif, sehingga aktivitas siswa dengan menggunakan

model pembelajaran inkuiri meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar

19,29%.

2. Hasil belajar siswa dari siklus ke siklus: nilai rata-rata siswa pada siklus I

sebesar 58,5 dengan katagori kurang baik, pada siklus II nilai rata-rata siswa

sebesar 65 dengan katagori cukup baik, sehingga nilai rata-rata siswa dengan

menggunakan model pembelajaran inkuiri meningkat dari siklus I ke siklus

(57)

62

B. Saran

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dan siklus II maka sasaran untuk

penelitian selanjutnya adalah:

1. Bagi Siswa:

a. Siswa hendaknya melibatkan diri pada setiap kegiatan pembelajaran

(percobaan) dalam model inkuiri secara optimal, agar tidak merasa jenuh

dalam pembelajaran serta dapat dengan cepat memahami pembelajaran.

b. Siswa hendaknya benar-benar memahami dalam melaksanakan pembelajaran,

bukan menghafal materi.

c. Siswa hendaknya bersemangat ketika akan dilaksanakan pembelajaran

kooperatif, karena akan mendapatkan pengetahuan baru dalam menemukan

cara yang efektif dalam belajar terutama pada mata pelajaran IPA.

2. Bagi Guru:

a. Guru hendaknya menggunakan model dan metode yang bervariasi pada setiap

pembelajaran, misalnya dengan model pembelajaran inkuiri.

b. Guru perlu mempersiapkan alat dan bahan (media) terlebih dahulu sebeum

melaksanakan percobaan.

a. Guru lebih kreatif dalam memanfaatkan alat dan bahan yang mudah ditemukan

dalam kehidupan sehari-hari.

b. Di dalam pelaksanaan pembelajaran, guru hendaknya lebih mengoptimalkan

(58)

63

2. Bagi Sekolah

Sekolah harus menyediakan sarana dan prasarana, misalnya alat peraga dalam

kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diterapkan pada materi gaya magnet dan untuk keperluan penelitian

(59)

64

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz. 2007 Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial.

Bandung: Alfabeta.

Ali, H.M. 2000. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Cetakan ke-10. Bandung: PT Sinar Baru Algensindo.

Balitbang Kurikulum.2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Rajawali Press.

Buchori. 2001. Pendidikan Atis Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Kanisius.

Darsono, Max, dkk. 2002. ”Belajar dan Pembelajaran”. Semarang : CV. IKIP Semarang Press.

Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur, Balitbang Depdiknas.

PP Th. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Depdiknas, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan IPA SD. Jakarta : Puskur, Balitbang Depdiknas.

Dryden, G. dan Jeannette V. 2002. Revolusi Cara Belajar (The Learning Revolution): Belajar Akan Efektif Kalau Anda Dalam Keadaan “Fun”

Bagian I: Keajaiban Pikiran. Penerjemah: Ahmad Baiquni. Bandung: Kaifa

Hamalik,Oemar,(2006),Proses Belajar Mengajar ,Jakarta Bumi Aksara.

Iis Indraeni, 2009: 1. Aktifitas Belajar. http://id.pdfsb. com/ aktivitas +dalam (17/04/2014).

I Wayan Santyasa. 2006. Pembelajaran Inovatif: Model Kolaboratif, Basis Proyek, dan Orientasi NOS. Makalah Semnas. SMA 2 Semara Pura.

Kunandar. 2007. Pembelajaran Berbasis Inkuiri. Bandung: Rineka Cipta.

(60)

65

Mulyasa. 2008. Standar kompetensi dan sertifikasi guru. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Nurhadi, 2004, Kurikulum 2004, (Pertanyaan dan Jawaban), Penerbit PT. Grasindo Jakarta,

Sanjaya,W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi standar Proses. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

…….., 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group

Sri Sulistyorini. 2007. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Semarang: Tiara Wacana.

Syaiful Sagala. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Usman Samatowa. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar.

Jakarta: DepDikNas.

Gambar

Tabel 1.1. Tabel data awal siswa kelas V SD 3 Yogyakata
Gambar 3.1 Skema Tahap Pelaksanaan Tindakan Kelas (Kemmis dalam  Wiriaatmadja, 2006: 66)
Tabel 3.2.  Nilai lembar aktivitas siswa kelas V SD 3 Yogyakata
Tabel 3.4. Kualifikasi Hasil Observasi Keaktivan Siswa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini, jaringan saraf tiruan akan digunakan untuk mengenali pola Aksara Pegon Jawa yang memiliki keunikan dalam bentuk, dan masing-masing huruf terkadang hampir

Jawaban Responden 1: “ Ya, tentu saja ada kerja sama karena pada umumnya yang paling tahu siswa itu adalah guru mata pelajaran dan wali kelas dibandingkan dengan guru BK yang

ANALISIS TOKOH UTAMA MIYAMOTO MUSASHI DALAM KOMIK VAGABOND KARYA INOUE TAKEHIKO DILIHAT DARI

B Olah Sampah Kering Menjadi Kerajinan Lerak, Jodohnya Batik Untuk Tetap Awet

A Pelantikan Pejabat Di Lingkungan Pemkot Yogya Pengembangan Wawasan Dan Manajemen Pondok

Ditujukan untuk mendukung pelaksanaan program pembangunan seperti infrastruktur, ketahanan pangan, energi, kemaritiman dan pariwisata sesuai dengan prioritas

Hofstede (1980) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan power distance adalah kondisi dimana individu-individu yang memiliki power ataupun kedudukan yang lebih rendah dalam

terlihat bahwa pada temperatur diatas temperatur 60 0 C aspal C lebih lembek dari aspal D, sehingga temperatur yang dibutuhkan untuk pencampuran menggunakan aspal