• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMBACA DAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS IX SMP TUNAS HARAPAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMBACA DAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS IX SMP TUNAS HARAPAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMBACA DAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS IX SMP TUNAS HARAPAN

BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

PUDAN DOLI SITUMORANG NPM 0853041030

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMBACA DAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS IX SMP TUNAS HARAPAN

BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

PUDAN DOLI SITUMORANG

Setiap siswa seharusnya memiliki keterampilan dan kemampuan dalam membuat karangan (ragam baku tulis) secara baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, tetapi pada kenyataannya siswa kurang memiliki keterampilan tersebut, karena dalam kehidupan sehari-hari siswa lebih sering menggunakan bahasa secara lisan dan cenderung menggunakan bahasa yang tidak baku. Rumusan

masalah penelitian ini adalah: “Adakah hubungan kebiasaan membaca dengan

kemampuan menulis narasi pada siswa Kelas IX SMP Tunas Harapan Bandar

Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013?”

(3)

Lampung yang berjumlah 69 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner dan observasi. Data selanjutnya dianalisis menggunakan rumus korelasi product moment.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Kebiasaan siswa kelas XI SMP Tunas Harapan Bandar Lampung dalam membaca karangan narasi masuk dalam kategori baik, hal ini ditunjukkan oleh 40 (58.0%) siswa yang memiliki kebiasaan membaca dalam kategori baik (2) Kemampuan siswa kelas XI SMP Tunas Harapan Bandar Lampung dalam menulis karangan narasi masuk dalam kategori baik, hal ini tunjukkan oleh sebanyak 37 (53.6%) siswa memiliki kemampuan menulis karangan narasi dalam kategori baik (3) Kebiasaan membaca berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi pada siswa Kelas XI SMP Tunas Harapan Bandar Lampung sebesar 70,6%. Pengujian hipotesis menunjukkan nilai t hitung > t tabel dengan perbandingan 8.242 > 1.667, artinya

(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

2.1.1 Tinjauan Tentang Kebiasaan Membaca ... 8

2.1.1.1 Pengertian Kebiasaan ... 8

2.1.1.2 Pengertian Membaca ... 9

2.1.1.3 Perasaan Senang dan Tertarik dalam Membaca ... 11

2.1.1.4 Frekuensi Membaca ... 12

2.1.1.5 Membaca dengan Cara yang Baik ... 15

2.1.1.6 Keterampilan Membaca ... 15

2.1.2 Tinjauan Tentang Kemampuan Menulis Karangan Narasi ... 17

2.1.2.1 Pengertian Kemampuan ... 17

2.1.2.2 Pengertian Menulis Karangan ... 19

2.1.2.3 Jenis-Jenis Karangan ... 19

2.1.3 Karangan Narasi ... 23

2.1.3.1 Pengertian Karangan Narasi ... 23

2.1.3.2 Jenis-Jenis Karangan Narasi ... 25

2.1.3.3 Ciri-Ciri Karangan Narasi ... 27

2.1.3.4 Pola Karangan Narasi... 27

2.1.3.5 Unsur-Unsur Karangan Narasi ... 28

2.1.3.6 Langkah-Langkah Menulis Karangan Narasi ... 30

2.1.3.7 Aspek-Aspek dalam Menulis Karangan Narasi ... 30

(8)

2.2 Kerangka Pikir ... 34

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 38

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.6 Uji Persyaratan Instrumen ... 45

3.7 Uji Persyaratan Analisis ... 47

3.8 Teknik Analisis Data ... 48

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Deskripsi Data ... 50

4.1.1 Deskripsi Data Kebiasaan Membaca ... 50

4.1.1.1 Perasaan Senang dan Tertarik dalam Membaca Karangan Narasi ... 54

4.1.1.2 Frekuensi Membaca Karangan Narasi ... 54

4.1.1.3 Membaca Karangan Narasi dengan Cara yang Baik ... 55

4.1.1.4 Keterampilan Membaca Karangan Narasi ... 56

4.1.2 Deskripsi Data Kemampuan Menulis Karangan Narasi ... 57

(9)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelajaran Bahasa disampaikan kepada para siswa mulai dari jenjang pendidikan tingkat dasar, menengah sampai pendidikan tinggi bertujuan untuk meningkatkan nasionalisme, menumbuh kembangkan kecintaan kepada Bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa dan sebagai bahasa persatuan Indonesia. Selain itu adalah untuk mendidik dan melatih siswa agar memiliki keterampilan dan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, dalam konteks lisan maupun tulisan (Finoza, 2009: 14).

(10)

2

Penggunaan bahasa secara tertulis harus memperhatikan berbagai kaidah-kaidah bahasa yang berlaku, teratur dan jelas agar maksud yang akan disampaikan mudah dipahami pembaca. Oleh karena itu, pembelajaran mengenai bahasa tulisan disampaikan kepada para peserta didik agar mereka memiliki kemampuan dalam membuat karangan (ragam baku tulis) secara, hemat cermat dan tepat sehingga ide atau gagasan yang disampaikan dapat dipahami atau diterima dengan baik oleh pembaca. Dengan kata lain penggunaan bahasa baku tulis harus jelas dan logis dengan lebih memperhatikan kaidah yang berlaku agar ide, pesan atau informasi yang disampaikan mudah dimengerti oleh pembacanya (Finoza, 2009: 15).

Menurut Atmazaki (2006: 28), narasi adalah cerita yang didasarkan atas urutan serangkaian kejadian atau peristiwa. Di dalam kejadian itu, ada satu atau beberapa tokoh dan tokoh tersebut mengalami satu atau serangkaian peristiwa. Mengarang merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam menuangkan ide atau gagasannya ke dalam bentuk sebuah tulisan, yang berisi pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh dan teratur agar mudah dicerna dan dipahami isinya oleh pembacanya.

(11)

Indonesia secara baik dan benar. Secara ideal siswa diharapkan terampil dan mampu menggunakan Bahasa Indonesia secara lisan dan tertulis, karena Bahasa Indonesia merupakan identitas bangsa Indonesia.

Kurangnya keterampilan dan kemampuan siswa dalam menggunakan Bahasa Indonesia secara tertulis merupakan hal yang sangat disayangkan, karena Pelajaran Bahasa Indonesia adalah pelajaran wajib bagi siswa sejak Sekolah Dasar. Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab kurangnya keterampilan dan kemampuan tersebut secara umum terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

(12)

4

Secara teoritis menurut Atmazaki (2006: 14), kebiasaan membaca seseorang akan dapat mempengaruhi kemampuannya dalam menyusun atau menulis suatu karangan, karena dengan tingkat keseringan membaca yang tinggi maka seseorang akan semakin terbiasa dalam menelaah dan mencermati alur cerita dan pesan-pesan yang disampaikan oleh penulis melalui sebuah karangan. Membaca dan menulis merupakan bagian dari empat aspek berbahasa yang disajikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah yang meliputi aspek menyimak, aspek berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan membaca adalah proses pemahaman yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Kemampuan menulis adalah suatu proses merangkai, menyusun, dan mencatat hasil pikiran individu dalam bahasa tulis. Semakin banyak siswa mendengar, melihat, dan membaca maka siswa akan lebih mudah untuk memaparkan dalam bahasa tulisan.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan penelitian mengenai korelasi antara kebiasaan membaca dan kemampuan menulis narasi. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa Kelas IX SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

(13)

2. Bagaimanakah kemampuan menulis narasi pada siswa Kelas IX SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013?

3. Apakah ada korelasi kebiasaan membaca dan kemampuan menulis narasi pada

siswa Kelas IX SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013?

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah dalam penelitian meliputi kebiasaan membaca (X) dan kemampuan menulis narasi pada siswa Kelas IX SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 (Y).

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Adakah hubungan kebiasaan membaca dan kemampuan menulis narasi pada siswa Kelas IX SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013?”

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Kebiasaan membaca pada siswa Kelas IX SMP Tunas Harapan Bandar

Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

2. Kemampuan menulis narasi pada siswa Kelas IX SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

(14)

6

1.6 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan penjelasan secara ilmiah, terperinci dan sistematis mengenai korelasi kebiasaan membaca dan kemampuan menulis narasi pada siswa Kelas IX SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi siswa dalam menumbuhkan motivasi siswa untuk meningkatkan kemampuan dalam menulis karangan narasi. Selain itu bagi guru hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangan pemikiran bagi guru Bahasa dan Sastra Indonesia dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Objek Penelitian

Ruang lingkup objek penelitian ini adalah kebiasaan membaca dan kemampuan menulis narasi.

2. Subjek Penelitian

(15)

3. Tempat Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah pada SMP Tunas Harapan Bandar Lampung

4. Waktu Penelitian

(16)

II. LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Tinjauan Tentang Kebiasaan Membaca

Membaca merupakan kegiatan memetik makna atau pengertian dan bukan hanya dari deretan kata yang tersurat saja, melainkan juga makna yang terdapat diantara baris, yaitu makna yang terselip atau implisit yang terkandung dalam konteks bacaan.

2.1.1.1 Pengertian Kebiasaan

Menurut Az-Za'balawi (2005: 43), kebiasaan adalah pengulangan sesuatu secara terus-menerus atau dalam sebagian besar waktu dengan cara yang sama dan tanpa hubungan akal atau sesuatu yang tertanam di dalam jiwa dari hal-hal yang berulang kali terjadi dan diterima tabiat. Kebiasaan sebagai suatu keadaan mengulangi melakukan sesuatu yang sama berkali-kali dalam rentang waktu yang lama dalam waktu berdekatan dan mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan-perbuatannya tanpa berpikir menimbang.

(17)

Menurut Soedarso (1989: 24) kebiasaan merupakan suatu cara yang lazim yang wajar dan diulang-ulang dalam melakukan sesuatu oleh seseorang. Umumnya, suatu kebiasaan yang menyangkut cara menggunakan atau memanfaatkan sesuatu dimulai dari usaha coba-coba, situasi kebetulan, atau beberapa pengaruh yang tidak disadari. Berdasarkan usaha ini, seseorang sampai pada salah satu kemungkinan, kemudian mengulangnya dan menerimanya sebagai cara yang wajar untuk memenuhi kebutuhan tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebiasaan adalah suatu keadaan di mana seseorang mengulangi melakukan perbuatan yang sama berkali-kali dalam rentang waktu yang lama dalam waktu berdekatan dan mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan tersebut tanpa harus berpikir atau menimbang sebelum melakukannya.

2.1.1.2 Pengertian Membaca

Menurut Kosasih (2002: 24), membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah meliputi: orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat. Membaca sebagai kegiatan berpikir, mengolah apa saja yang diterima dari kalimat yang dibaca.

(18)

10

dalam bentuk sarana membaca, latar belakang sosial dan ekonomi, dan tradisi membaca. Rumit artinya faktor eksternal dan internal saling berhubungan membentuk koordinasi yang rumit untuk menunjang pemahaman bacaan

Menurut Soedarso (1989: 28-29), kegiatan membaca meliputi tiga keterampilan dasar yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiakannya dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. Proses decoding merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata. Sedangkan meaning merupakan proses memahami makna yang berlangsung dari tingkat pemahaman, pemahaman interpretatif, kreatif, dan evaluatif. Proses recording dan decoding berlangsung pada siswa kelas awal, sedangkan meaning lebih ditekankan pada kelas tinggi.

Samsu Somadayo (2011: 4) mengungkapkan bahwa membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti yang terkandung di dalam bahan tulis. Menurut Tarigan (2008: 9), membaca adalah memahami pola-pola bahasa dari gambaran tulisannya.

(19)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan proses aktivitas yang kompleks dengan memahami lambang-lambang grafis dengan penuh pemahaman untuk mendapatkan informasi bacaan secara lengkap.

2.1.1.3 Perasaan Senang dan Tertarik dalam Membaca

Menurut Tarigan (1985: 11-12) kebiasan membaca merupakan proses konstruktif sehingga seorang yang memiliki kebiasaan membaca memiliki beberapa criteria yaitu membaca dengan lancar, membaca dilakukan dengan strategi yang tepat, membaca memerlukan motivasi, serta membaca merupakan keterampilan yang harus dikembangkan secara berkesinambungan.

(20)

12

Pramila dan G.C. Ahuja (2004: 25), kebiasaan membaca berkaitan dengan motivasi. merupakan kunci keberhasilan dalam membaca. Membaca pada dasarnya adalah sesuatu yang menyenangkan. Akan tetapi pembelajaran membaca mungkin membosankan terutama pada siswa yang sering menemukankegagalan. Untuk itu siswa harus diberi motivasi dalam berlatih membaca. Hal itu berhubungan dengan keterampilan membaca tidak dapat diperoleh secara mendadak. Keterampilan membaca diperoleh melalui belajar, tahap demi tahap dan terus menerus.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa perasaan senang dan tertarik dalam membaca merupakan suatu keadaan di mana pembaca memiliki keterikatan secara emosional, yaitu merasa senang dan merasa tertarik untuk menyelesaikan bacaannya tersebut.

2.1.1.4 Frekuensi Membaca

Menurut Tarigan (2008: 14-16) frekuensi membaca adalah tingkat keseringan seseorang dalam melakukan aktivitas membaca. Frekuensi membaca ini berkaitan dengan dua komponen yaitu proses membaca, dan produk membaca.

a) Proses Membaca

Proses membaca terdiri dari beberapa aspek yaitu:

(21)

(2) Kegiatan perceptual, yaitu aktivitas mengenal suatu kata sampai pada suatu makna berdasarkan pengalaman yang lalu. Aspek urutan merupakan kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara linear, yang umumnya tampil dalam satu halaman dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah.

(3) Pengalaman, merupakan aspek penting dalam proses membaca. Anak-anak yang memiliki pengalaman banyak akan mempunyai kesempatan yang lebihluas dalam mengembangkan pemahaman kosakata dan konsep yang mereka hadapi dalam membaca dibandingkan dengan anak-anak yangmemiliki pengalaman terbatas. Untuk memahami makna bacaan, pembaca terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapinya. Kemudian pembaca membuat simpulan dengan menghubungkan isi preposisi yang terdapat dalam materi bacaan. Agar proses ini dapat berlangsung pembaca harus berpikir sistematis, logis, dan kreatif.

(4) Kemampuan berfikir, guru dapat membimbing siswa meningkatkan

kemampuan berpikir melalui membaca dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diberikan sehubungan dengan bacaan tidak hanya pertanyaan yang menghasilkan jawaban yang berupa fakta.

(22)

14

(6) Sikap atau afektif berkenaan dengan kegiatan memusatkan perhatian, membangkitkan kegemaran membaca, menumbuhkan motivasi membaca ketika sedang membaca. Motivasi dan kesenangan membaca sangat membantu siswa untukmemusatkan perhatian pada membaca.

(7) Pemberian gagasan dimulai dengan penggunaan sensori dan perseptual dengan latar belakang pengalaman dan tanggapan afektif serta membangun makna teks yang dibacanya secara pribadi. Makna dibangun berdasarkan pada teks yang dibacanya, tetapi tidak seluruhnya ditemui di dalam teks. Pembaca akan menghasilkan makna yang berbeda dari teks yang sama jika pengalaman dan reaksi afektif dari pembaca tersebut berbeda

b) Produk Membaca

Komponen frekuensi membaca yang kedua yaitu produk membaca. Produk membaca merupakan komunikasi dari pemikiran dan emosi antara penulis dan pembaca. Komunikasi juga bisa terjadi dari konstruksi pembaca melalui integrasi pengetahuan yang telah dimiliki pembaca dengan informasi yang disajikan dalam teks. Komunikasi dalam membaca tergantung pada pemahaman yang dipengaruhi oleh seluruh aspek proses membaca.

(23)

2.1.1.5 Membaca dengan Cara yang Baik

Menurut Nurhadi (1987: 13), ada beberapa tujuan membaca yang mencakup: a) kesenangan, b) menyempurnakan membaca nyaring, c) menggunakan strategi tertentu, d) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, e) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, f) memperoleh informasi untuk laporan lisan dan tertulis, g) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, h) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain, i) mempelajari tentang struktur teks, dan j) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

Sedangkan menurut Tarigan (2008: 9) tujuan membaca adalah memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta, memperoleh ide-ide utama, mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita, membaca untuk menyimpulkan, mengelompokkan atau mengklasifikasi, menilai dan mengevaluasi, serta memperbandingkan atau mempertentangkan.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa membaca dengan cara yang baik bertujuan untuk memperoleh informasi. Setelah informasi diperoleh pembaca akan melakukan tindak lanjut yang dapat berupa kegiatan menyimpulkan, menilai, dan membandingkan isi bacaan.

2.1.1.6 Keterampilan Membaca

(24)

16

bersifat pemahaman. Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yaitu keterampilan yang berada pada kedudukan yang lebih rendah.

Aspek ini mencakup pengenalan bentuk huruf, pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain), pengenalan hubungan/ korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis), dan kecepatan membaca bertaraf lambat. Adapun keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yaitu keterampilan yang berada pada kedudukan yang lebih tinggi. Aspek ini mencakup memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal), memahami signifikasi atau makna, evaluasi atau penilaian, kecepatan membaca fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

Untuk mencapai tujuan dari dua keterampilan tersebut diperlukan aktivitas membaca yang berbeda, Tarigan (1985: 12) menjelaskan agar keterampilan yang bersifat pemahaman dapat diperoleh maka aktivitas membaca yang tepat yaitu membaca dalam hati, sedangkan untuk dapat memperoleh keterampilan yang bersifat mekanis maka aktivitas yang perlu dikembangkan adalah membaca nyaring.

Tarigan (2008: 13) membagi jenis-jenis membaca yang menjadi bagian dari membaca dalam hati sebagai berikut:

a. Membaca ekstensif, mencakup mencakup membaca survey, membaca sekilas,

dan membaca dangkal.

(25)

dari membaca intensif yaitu membaca telaah bahasa, mencakup membaca bahasa asing dan membaca sastra.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca merupakan suatu keadaan di mana seseorang memiliki kemampuan atau cara tertentu dalam memahami isi bacaan.

2.1.2 Tinjauan Tentang Kemampuan Menulis Karangan Narasi

2.1.2.1 Pengertian Kemampuan

Menurut Heru Basuki (2006: 1), pengertian kemampuan terbagi menjadi:

1. Kemampuan sebagai proses adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru. Proses ini muncul dalam tindakan suatu produk baru yang tumbuh dari keunikan individu di satu pihak dan dari kejadian, orang-orang dan keadaan hidupnya di lain pihak.

2. Kemampuan sebagai produk adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, peran faktor lingkungan dan waktu. Produk baru dapat disebut karya jika mendapatkan pengakuan (penghargaan) oleh masyarakat pada waktu tertentu.

3. Kemampuan ditinjau dari segi pribadi, merupakan ungkapan unik dari seluruh

(26)

18

Pengertian di atas mengandung makna bahwa kemampuan merupakan proses yang menghasilkan sesuatu yang baru dan sebagai merupakan ungkapan unik dari seluruh pribadi sebagai hasil interaksi individu, perasaan, sikap dan perilakunya. Kemampuan individu untuk menciptakan sesuatu yang baru biasanya dimulai dari sifat yang mandiri dan tidak merasa terikat pada berbagai aturan umum yang berlaku dalam bidang keahliannya.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2006: 54), kemampuan dalam kaitannya dengan belajar dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Kemampuan visual, termasuk di dalamnya adalah membaca, memperhatikan

gambar, demostrasi, percobaan dan memperhatikan pekerjaan orang lain. 2. Kemampuan oral/lisan, termasuk di dalamnya adalah menyatakan,

merumuskan, bertanya, memberi saran mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi.

3. Kemampuan mental, termasuk di dalamnya adalah menganggap, mengingat,

memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil keputusan 4. Kemampuan menulis, termasuk di dalamnya adalah menulis cerita, karangan,

laporan angket dan menyalin.

(27)

2.1.2.2 Pengertian Menulis Karangan

Menurut Finoza (2009: 189), menulis adalah kegiatan seseorang dalam menuangkan ide atau gagasannya ke dalam sebuah tulisan. Menulis karangan adalah kesanggupan, kecukupan, dan kejayaan untuk menuangkan ide-ide yang merupakan ungkapan perasaan dan berisikan pengetahuan dan berbagai pengalaman hidup. Menurut E. Kosasih (2002: 32), mengarang adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh antara satu dengan yang lainnya. Menulis karangan adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami oleh pembacanya.

Berdasarkan beberapa pendapat para pakar di atas, dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan menulis karangan dalam penelitian ini adalah proses menuangkan suatu gagasan atau pikiran ke dalam bahasa tulis yang berisikan pengetahuan dan berbagai pengalaman hidup secara teratur.

2.1.2.3 Jenis-Jenis Karangan

Berdasarkan cara penyajiannya, karangan terbagi menjadi lima jenis yaitu: 1. Karangan Narasi

Menurut Finoza (2009: 244), karangan narasi adalah karrangan suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam satu kesatuan waktu.

2. Karangan Deskripsi

(28)

20

yang melukiskan suatu objek (tempat, benda, dan manusia) pembaca deskripsi seolah-olah melihat ikut mencium, mendengarkan, membaca, merasakan, atau melihat segala sesuatu yang dideskripsikan. Ide pokok paragraf deskriptif tersirat di dalam seluruh kalimatnya. Dengan demikian, inti uraian tersebut baru dapat ditemukan setelah membaca seluruh bagian paragraf tersebut dan menyimpulkannya. Paragraf deskripsi yang baik berisi detail objek yang dilukiskan sehingga terbayang di dalam indera pembaca. Karangan deskripsi adalah jenis karangan yang berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal yang digambarkan oleh penulis melalui karangan.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dinyatakan bahwa karangan deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat objek sebenarnya, agar sesuai dengan tujuan penulisannya maka diperlukan pendekatan sebagai cara penulis untuk melihat sesuatu yang dituliskan.

3. Karangan Eksposisi

Menurut Atmazaki (2006: 92), karangan eksposisi adalah karangan yang menjelaskan sesuatu, membuka sesuatu atau memberitahukan sesuatu sehingga pembaca atau pendengar mengerti dan memahami sesuatu itu. Karangan eksposisi merupakan karangan yang bertujuan untuk memberitahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu kepada pembaca.

(29)

memengaruhi. paling tidak, tidak ada kata-kata yang berarti mengajak atau memengaruhi. Apabila pembaca atau pendengar terpengaruh, itu bukanlah tujuan penulis. Teks eksposisi paling banyak diterbitkan Buku pelajaran, laporan penelitian, dan artikel di media massa merupakan teks eksposisi sesuai dengan karakteristik media masing-masing.

4. Karangan Argumentasi

Menurut Atmazaki (2006: 94), karangan argumentasi digunakan untuk meyakinkan pembaca atau pendengar tentang gagasan atau pernyataan yang Anda kemukakan. Pada dasarnya, argumentasi termasuk bidang retorika atau kemampuan berbahasa yang membenikan keyakinan kepada pendengar atau pembaca berdasarkan alasan yang tepat. Alasan yang tepat mungkin berasal dan fakta dan hubungan antara fakta dengan fakta atau fakta dengan pendapat.

(30)

22

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat dinyatakan bahwa melalui karangan argumentasi, penulis atau pembicara berusaha meyakinkan pembaca. Unsur penting paragraf argumentasi adalah pernyataan dan alasan. Alasan ditandai oleh kata karena atau sebab, namun tidak selalu kata-kata itu harus ada. Jika suatu pemyataan mengindikasikan sebagai alasan maka dapat diindikasikan sebagai argumentasi.

5. Karangan Persuasi

Menurut Finoza (2009: 253), karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan untuk membuat pembaca percaya, yakin dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan oleh penulis, baik berupa fakta, pendirian umum dan pendapat atau gagasan seseorang.

Menurut Atmazaki (2006: 96), persuasi sama dengan bujukan, ajakan, atau rayuan. Seseorang yang menginginkan agar idenya diikuti orang lain maka ia berusaha mempersuasi (membujuk, mengajak, atau merayu) orang itu melalui kata-kata dan kalimat-kalimat yang meyakinkan. Jika kalimat-kalimat itu disusun menjadi sebuah teks/paragraf maka disebut teks/paragraf persuasi.

(31)

2.1.3 Karangan Narasi

2.1.3.1 Pengertian Karangan Narasi

Menurut Atmazaki (2006: 28), narasi adalah cerita yang didasarkan atas urutan serangkaian kejadian atau peristiwa, yang di dalamnya ada satu atau beberapa tokoh dan mengalami satu atau serangkaian peristiwa. Kejadian, tokoh, dan konflik ini merupakan unsur pokok sebuah narasi, dan ketiganya secara bersama-sama membentuk plot atau alur. Narasi dapat berupa fiksi, seperti cerpen, novel, dongeng dan hikayat atau berupa nonfiksi karena berisi fakta, seperti laporan perjalanan, biografi, autobiografi, jurnal atau pengalaman pribadi. Sebuah paragraf dapat dinyatakan sebagai narasi apabila terdapat unsur-unsur yang meliputi tokoh, tindakan, waktu, tempat, dan narator. Kelima unsur itu membentuk peristiwa dan sambung menyambung membentuk plot/alur. Unsur yang paling menentukan adalah tindakan karena orang yang tidak bertindak (fisik atau nontisik) tidak dapat disebut sebagai tokoh. Waktu, tempat, dan orang baru sebatas latar dan orang yang mengatakannya baru sebatas pelukis.

(32)

24

Contoh karangan narasi di antaranya adalah sebagai berikut:

Kesialanku

Pas jam 11. 00 wib pekan lantas, saya baru pulang dari kuliah. Layaknya umumnya saya pulang kerumah naik ojek yang beraa didepan kampusku. Kebetulan waktu itu matahari amat terik-teriknya hingga udara panas menyelimuti tubuhku serta lagi ditambah rasa lapar yang sejak tadi menghantuiku, bikin situasi waktu itu tidak mengenakkan untukku.

Di perjalanan menuju kerumah terselip perihal lucu, nyatanya ojek yang saya naiki salah jalur. Semula saya pernah kesal tetapi sesudah ia bicara untuk bertanya jalur yang benar, ia memakai logat bahasa Jawa yang tidak kutahu. Tanpa sengaja saya tertawa kecil. Tetapi saya nalar saja maksudnya yaitu menanyakan jalur yang benar. Perihal tersebut cukup bikin ku geli disaat terik matahari yang semakin menusuk tubuhku.

Sesampainya di rumah kesialan kembali menerpaku. Nyatanya rumahku tetap terkunci, tidak seorangpun yang ada di dalam tempat tinggal serta kebetulan waktu itu saya tidak membawa kunci cadangan. Kembali saya jadi amat kesal waktu itu. Selanjutnya saya menanti untuk sebagian menit sampai orang tua ku kembali. 10 menit pertama sudah berlalu, saya tetap duduk di kursi teras depan rumahku. 10 menit selanjutnya lalu sudah jalan tanpa kusadari, lagi-lagi tidak kujumpai orangtuaku kembali.

Sesudah hampir 40 menit saya menanti dengan rasa jemu. Terbesit sekilas dalam pikiranku untuk menghubungi orang tua ku. Selanjutnya saya menghubungi orang tua ku. Saya heran kenapa perihal ini tidak terpikirkan olehku sejak tadi, barangkali dikarenakan terlampau emosi hingga perihal sekecil itu tidak lagi terpikirkan olehku.

Putri Natasha dan Putri Andine

(33)

Dua tahun sudah berlalu, Putri Natasha serta Putri Andine sudah beralih jadi putri-putri yang lucu, mereka sudah jadi layaknya saudara kandung sendidri. Raja serta ratu lalu suka lihat keakraban mereka, walau mereka belum memberitahukan bahwa putri andine tidaklah anak kandung mereka.

Waktu menginjak umur 12 tahun, Putri Natasha tampak lebih cantik dari pada Putri Andine. Serta juga Putri Natasha lebih serupa Ratu Aurora. Putri andine yang saat itu mengerti bahwa Putri Natasha lebih cantik darinya serta lebih serupa pada sang ratu, memiliki kemauan tidak baik pada Putri Natasha.

Satu hari Putri Andine yang sudah beniat jahat pada Putri Natasha mencoba membuat wajah Putri Natasha jadi jelek rupa dengan menyiramkan air panas pada Putri Natasha. Tetapi sebelum saat pernah ia coba melakukannyaa, kemauan jahatnyaa sudah diketahui oleh Ratu Aurora.

Selanjutnya sang ratu menceritakan kenapa ia tidak serupa dengan Ratu Aurora. Putri Andine selanjutnya mengerti serta kembali jadi baik pada Putri Natasha. Serta saat ini mereka jadi putri-putri yang sangat dikagumi di negeri tersebut.

Pola narasi secara sederhana: awal – tengah – akhir Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca. Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan konflik yang diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur cerita akan mereda. Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan beragam, ada yang menceritakan dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.

2.1.3.2 Jenis-Jenis Karangan Narasi

(34)

26

1. Narasi informatif

Narasi informatif adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang

2. Narasi ekspositorik

Narasi ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya, satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini atau sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositprik.

3. Narasi atraktif

Narasi atraktif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat objektif.

4. Narasi sugestif

(35)

2.1.3.3 Ciri-Ciri Karangan Narasi

Menurut Keraf (2000: 136), ciri-ciri karangan narasi adalah: 1. Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan

2. Dirangkai dalam urutan waktu.

3. Berusaha menjawab pertanyaan “apa yang terjadi? 4. Ada konflik.

Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konfiks. Selain alur cerita, konfiks dan susunan kronlogis, ciri-ciri narasi lebih lengkap lagi diungkapkan oleh Atar Semi (2003: 31) sebagai berikut:

1. Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis.

2. Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.

3. Berdasarkan konflik, karena tanpa konflik biasanya narasi tidak menarik. 4. Memiliki nilai estetika.

5. Menekankan susunan secara kronologis.

2.1.3.4 Pola Karangan Narasi

(36)

28

Narasi yang berisi fakta disebut narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi sugestif. Contoh narasi ekspositoris adalah biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Sedangkan contoh narasi sugestif adalah novel, cerita pendek (cerpen), cerita bersambung (cerbung), ataupun cerita bergambar (cergam).

Pola narasi secara sederhana berbentuk susunan dengan urutan: awal, tengah dan akhir, sebagai berikut:

1. Bagian awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca. 2. Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik

lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda.

3. Bagian akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.

2.1.3.5 Unsur-Unsur Karangan Narasi

Menurut Finoza (2009: 223), kualitas karangan narasi dapat diukur berdasarkan unsur-unsur yang membangun sebuah karangan. Unsur-unsur tersebut antara lain isi, aspek, kebahasan, dan teknik penulisan.

1. Isi Karangan

(37)

a. Pengoperasian gagasan yaitu kepaduan hubungan antar paragraf b. Kesesuaian isi dengan penulisan;

c. Kemampuan mengembangkan topik yang baik adalah pengembangan

secara tuntas, rinci, dan tunggal.

2. Aspek Kebahasaan

Menurut Finoza (2009: 224), unsur-unsur kebahasaan yang dapat dijadikan petunjuk penyajian bahasa yang baik dalam karangan adalah:

a. Kejelasan informasi dalam karangan harus jelas dan tidak menimbulkan penafsiran ganda bagi pembaca kalimat dalam karangan harus efektif. b. Keterangan penerapan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Dalam

pedoman EYD, yang dibicarakan meliputi pemakaian huruf, kata, unsur serapan dan tanda baca. Namun untuk menjaga kecermatan, yang akan diteliti yaitu pemakaian huruf kapital, tanda baca, titik dan koma

c. Ketepatan pilihan kata. Hal ini tidak terlepas dari kaidah makna dan

sintaksis penulis harus memperhatikan kebekuan kata yang dipilihnya. d. Teknik penulisan. Teknik penulisan yang baik dapat terlihat pada

kerapihan rupa karangan, keterkaitan judul dengan isi karangan, kesan umum karangan yang menarik bagi pembaca.

(38)

30

2.1.3.6 Langkah-Langkah Menulis Karangan Narasi

Menurut Atmazaki (2006: 95), langkah-langkah menulis karangan narasi adalah sebagai berikut:

1. Menentukan tema dan amanat yang akan disampaikan 2. Menetapkan sasaran pembaca

3. Merancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk

skema alur

4. Membagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita

5. Merincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita.

6. Menyusun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sebelum menulis karangan narasi harus ditempuh langkah-langkah penyusunan karangan agar karangan yang dihasilkan merupakan karangan yang baik. Langkah-langkah tersebut adalah menentukan topik karangan, tujuan penulisan dan merencanakan paparan dengan membuat kerangka yang lengkap dan tersusun baik.

2.1.3.7 Aspek-Aspek dalam Menulis Karangan Narasi

Menurut Finoza (2009: 169-175), hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengarang narasi adalah sebagai berikut:

1. Kesesuaian isi dengan topik

(39)

paragraf harus sesuai dengan topik yang terdapat dalam mengarang agar karangan tersebut menjadi baik tidak menyimpang. Mengarang yang baik, selalu akan bertolak pada topik, topik itulah yang dikembangkan dalam paragraf yang mempunyai pertalian yang jelas baik pertalian dalam perkembangan gagasannya maupun kepaduan dalam paragrafnya, karena bila terdapat kesesuaian antara topik yang terdapat dalam mengarang dengan pengembangannya dalam paragraf maka mengarang tersebut dapat dikatakan baik. Sehingga pembaca dapat mengikuti uraian mengarang tersebut dengan jelas dan mudah dimengerti.

2. Kesatuan Paragraf

Sebuah paragraf dikatakan mempunyai kesatuan jika seluruh kalimat dalam paragraf di bawah membicarakan satu ide pokok.

3. Kejelasan Tulisan

Mengarang memerlukan kecermatan pengamatan dan ketelitian. Hasil pengamatan itu kemudian dituangkan oleh penulis dengan menggunakan kata-kata yang kaya nuansa dan bentuk, penulis harus sanggup mengembangkan suatu objek melalui rangkaian kata-kata yang penuh arti dan kekuatan sehingga pembaca dapat menerima, seolah-olah melihat, mendengar, merasakan, menikmati sendiri objek itu.

4. Keefektifan Kalimat

(40)

32

sedangkan kehematan mengandung makna hemat dalam mempergunakan kata frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.

5. Ejaan

Keterangan penerapan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Dalam pedoman EYD, yang dibicarakan meliputi pemakaian huruf, kata, unsur serapan dan tanda baca. Namun untuk menjaga kecermatan, yang akan diteliti yaitu pemakaian huruf kapital, tanda baca, titik dan koma

Menurut Finoza (2009: 175), ejaan yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Penggunaan Huruf Kapital

a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat. Contoh:

Kita harus bekerja keras. Dia mengantuk.

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

Contoh:

Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"

c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab suci.

Contoh:

Allah yang Mahakuasa, Alkitab, Al Quran, Islam, Kristen.

d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jelas, kehormatan,

(41)

2. Penulisan Kata a. Kata dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa engkau tahu.

Buku itu sangat tebal b. Kata turunan.

Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Contoh:

Dikelola, mempermainkan penetapan. c. Bentuk ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Contoh:

Anak-anak, Buku-buku, Kuda-kuda

2.1.3.8 Penilaian Karangan Narasi

Menurut Finoza (2009: 169-175), hal-hal yang menjadi penilaian dalam suatu karangan narasi adalah sebagai berikut:

1. Komponen Struktur Narasi

(42)

34

2. Kepaduan Paragraf

Kepaduan merupakan syarat utama paragraf yang baik, yang meliputi ketepatan penggunaan konjungsi, repetisi, pronomina, sinonim dan elipsasi, dan padu secara makna meliputi kokohnya kalimat penjelas dalam menjelaskan gagasan utama, dan logisnya urutan peristiwa

3. Keefektifan Kalimat

Kalimat dalam karangan harus efektif agar informasi yang disampaikan dapat lebih jelas dan tidak menimbulkan penafsiran ganda bagi pembaca. Ciri-ciri kalimat efek kesepadanan, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan dan kelogisan.

4. Indikator Penggunaan Ejaan

Ejaan merupakan seperangkat aturan yang harus ditaati dalam menulis. Aturan dalam ejaan yaitu pemakaian huruf penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.

2.2 Kerangka Pikir

(43)

disampaikan dapat dipahami atau diterima dengan baik oleh pembaca. Dengan kata lain penggunaan bahasa baku tulis harus jelas dan logis dengan lebih memperhatikan kaidah yang berlaku agar ide, pesan atau informasi yang disampaikan mudah dimengerti oleh pembacanya.

Kebiasaan membaca berhubungan dengan kemampuan menulis narasi pada siswa, hal ini disebabkan oleh kebiasaan membaca yang dilakukan siswa dengan frekuensi yang tinggi, membaca yang bertujuan untuk memahami isi karangan serta meliputi berbagai aspek yang ada di dalam karangan, siswa akan semakin terbiasa dalam menelaah dan mencermati alur cerita dan pesan-pesan yang disampaikan oleh penulis melalui sebuah karangan. Pada tahap selanjutnya siswa mampu menulis karagan narasi berdasarkan kebiasaan membaca yang telah dilakukannya tersebut.

(44)

36

Kebiasaan membaca meliputi aspek rasa senang dan tertarik dalam membaca, frekuensi membaca, membaca dengan cara yang baik dan keterampilan membaca. Keempat aspek tersebut diduga berhubungan dengan kemampuan menulis karangan narasi yang meliputi komponen struktur narasi, kepaduan paragraph, keefektifan kalimat dan penggunaan ejaan.

Kerangka pikir mengenai hubungan kebiasaan membaca dan kemampuan menulis narasi pada siswa Kelas IX SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013, dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:

Gambar 1

Hubungan antara Kebiasaan Membaca dengan Kemampuan Menulis Narasi

2.3 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kebiasaan membaca dan kemampuan menulis narasi pada siswa Kelas IX SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013”

Kebiasaan Membaca (Variabel X)

a. Rasa Senang dan Tertarik dalam membaca

b. Frekuensi Membaca

c. Membaca dengan cara yang baik d. Keterampilan Membaca

Kemampuan Menulis Narasi (Variabel Y)

a. Komponen struktur narasi b. Kepaduan paragraf

(45)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan membaca dengan kemampuan menulis karangan narasi pada siswa kelas XI SMP Tunas Harapan Bandar Lampung. Simpulan ini berdasarkan temuan sebagai berikut:

1. Kebiasaan siswa kelas XI SMP Tunas Harapan Bandar Lampung dalam

membaca karangan narasi masuk dalam kategori baik, hal ini ditunjukkan oleh 40 (58.0%) siswa yang memiliki kebiasaan membaca dalam kategori baik 2. Kemampuan siswa kelas XI SMP Tunas Harapan Bandar Lampung dalam

menulis karangan narasi masuk dalam kategori baik, hal ini tunjukkan oleh sebanyak 37 (53.6%) siswa memiliki kemampuan menulis karangan narasi dalam kategori baik

3. Hubungan antara kebiasaan membaca dengan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi pada siswa Kelas XI SMP Tunas Harapan Bandar Lampung adalah sebesar 70,6%. Pengujian hipotesis menunjukkan nilai t hitung

> t tabel dengan perbandingan 8.242 > 1.667, artinya hubungan kebiasaan

(46)

65

5.2 Saran

Beberapa saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kebiasaan siswa Kelas XI SMP Tunas Harapan Bandar Lampung dalam membaca karangan narasi hendaknya ditingkatkan, khususnya pada aspek frekuensi membaca, karena indikator ini memiliki nilai rata-rata paling kecil yaitu 22,65 %. Upaya yang dapat ditempuh adalah meningkatkan jumlah bahan bacaan dan lamanya waktu dalam membaca karangan sehingga semakin terbiasa dalam membaca karangan narasi.

2. Kemampuan siswa siswa Kelas XI SMP Tunas Harapan Bandar Lampung

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Ahuja, Pramila dan G.C. Ahuja. 2004. Membaca: Secara Efektif dan Efisien. Kiblat Buku Utama. Bandung

Atmazaki, 2006. Kiat-Kiat Mengarang dan Menyunting. Citra Budaya Indonesia. Padang.

Az-Za'balawi, Muhammad Sayid Muhammad, 2005. Kebiasaan Baik dan Buruk dalam Hidup Manusia. Gema Insani Press Jakarta.

Basuki, Heru. 2008. Pengembangan Kreativitas. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Finoza, Lamudin.2009. Komposisi Bahasa Indonesia. Diksi Insan Mulia. Padang

Kosasih, E. 2002. Komposisi Ketatabahasaan Bahasa Indonesia. Irama Widya Bandung

Nawawi, Hadari.2003. Metodologi Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif: Teori dan Latihan. Sinar Baru. Bandung

Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi.2002. Metode Penelitian Survey. Edisi Revisi. Penerbit LP3ES. Jakarta

Soedarso, 1989. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. PT. Gramedia. Jakarta. Sugiyono, 2003. Metode Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa Angkasa. Bandung

(48)
(49)
(50)

Lampiran 1

KUISIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMBACA DAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS IX SMP TUNAS HARAPAN

BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN pilihan jawaban yang dianggap paling tepat

Kebiasaan Membaca

3. Apakah kalian tertarik untuk membaca karangan narasi? a. Tertarik

b. Cukup Tertarik c. Kurang Tertarik

4. Apakah kalian terbiasa membaca karangan narasi? a. Terbiasa

(51)

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

6. Dalam membaca suatu karangan narasi apakah kalian berupaya untuk memahami maksud bacaan?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

7. Apakah kalian terbiasa membaca karangan narasi sampai dengan selesai? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

8. Apakah kalian terbiasa menyelesaikan suatu karangan narasi dalam satu kali membaca?

a. Ya

b. Kadang-Kadang c. Tidak

9. Jika belum selesai membaca suatu karangan narasi apakah kalian menundanya dan kembali melanjutkan?

a. Ya

b. Kadang-Kadang c. Tidak

10. Apakah kalian mengulangi suatu karangan narasi yang telah kalian baca? a. Ya

b. Kadang-Kadang c. Tidak

Frekuensi Membaca

11. Dalam membaca suatu karangan narasi apakah kalian memahami isinya dengan sungguh-sungguh?

a. Ya

b. Kadang-Kadang c. Tidak

12. Dalam membaca suatu karangan narasi apakah kalian memahami karakter tokoh dengan baik?

a. Ya

(52)

c. Tidak

13. Dalam membaca suatu karangan narasi apakah kalian memahami setting atau tempat cerita dengan baik?

a. Ya

b. Kadang-Kadang c. Tidak

14. Dalam membaca suatu karangan narasi apakah kalian mengaitkan cerita yang ada di dalamnya dengan pengalaman yang pernah kalian alami?

a. Ya

b. Kadang-Kadang c. Tidak

15. Dalam membaca suatu karangan narasi apakah kalian selalu membaca karangan secara berurutan dari awal sampai dengan akhir?

a. Ya

b. Kadang-Kadang c. Tidak

16. Dalam membaca suatu karangan narasi apakah kalian membaca karangan tidak secara berurutan dari awal sampai dengan akhir?

a. Ya

b. Kadang-Kadang c. Tidak

17. Jika tertunda dalam membaca suatu karangan narasi, apakah kalian akan mengulangi membaca karangan secara berurutan?

a. Ya

b. Kadang-Kadang c. Tidak

18. Apakah kalian merasa senang jika membaca karangan narasi yang bercerita tentang kebahagiaan?

a. Ya

b. Kadang-Kadang c. Tidak

19. Apakah kalian merasa sedih jika membaca karangan narasi yang bercerita tentang kesedihan?

a. Ya

b. Kadang-Kadang c. Tidak

20. Apakah kalian merasa termotivasi untuk menyelesaikan bacaan dalam karangan narasi?

a. Ya

(53)

21. Dalam membaca suatu karangan narasi apakah kalian mendapatkan pengetahuan baru?

a. Ya

b. Kadang-Kadang c. Tidak

22. Dalam membaca suatu karangan narasi apakah kalian mendapatkan pengalaman baru?

a. Ya

b. Kadang-Kadang c. Tidak

23. Dalam membaca suatu karangan narasi apakah kalian mendapatkan informasai yang penting?

a. Ya

b. Kadang-Kadang c. Tidak

24. Dalam membaca suatu karangan narasi apakah kalian dapat menebak jalan cerita yang akan terjadi?

a. Ya

b. Kadang-Kadang c. Tidak

25. Dalam membaca suatu karangan narasi apakah kalian dapat menelaah maksud yang disampaikan dalam karangan?

a. Ya

b. Kadang-Kadang c. Tidak

26. Apakah kalian merasa puas apabila mampu menyelesaikan bacaan dalam karangan narasi?

a. Ya

b. Kadang-Kadang c. Tidak

27. Dalam membaca suatu karangan narasi apakah kalian dapat menemukan ide-ide yang disampaikan penulis?

a. Ya

(54)

28. Dalam membaca suatu karangan narasi apakah kalian dapat menyimpulkan maksud yang disampaikan penulis?

a. Ya

b. Kadang-Kadang c. Tidak

29. Dalam membaca suatu karangan narasi apakah kalian dapat memperinci jalan cerita yang disampaikan penulis?

a. Ya

b. Kadang-Kadang c. Tidak

30. Dalam membaca suatu karangan narasi apakah kalian dapat menilai baik atau buruknya cerita yang disampaikan penulis?

a. Ya

b. Kadang-Kadang c. Tidak

Aspek-Aspek Membaca

31. Apakah kalin mampu mengartikan maksud kalimat yang disampaikan dalam suatu karangan narasi?

a. Ya

b. Kadang-Kadang c. Tidak

32. Dalam membaca karangan narasi apakah kalian mampu mengetahui ketepatan penggunaan tanda baca?

a. Ya

b. Kadang-Kadang c. Tidak

33. Dalam membaca karangan narasi apakah kalian mampu mengetahui ketepatan penggunaan kalimat?

a. Ya

b. Kadang-Kadang c. Tidak

34. Dalam membaca karangan narasi apakah kalian mampu mengetahui ketepatan penggunaan EYD?

a. Ya

(55)

b. Kadang-Kdang c. Tidak

36. Apakah kalian memahami akhir kisah dari cerita dalam karangan narasi yang kalian baca?

a. Ya

b. Kadang-Kdang c. Tidak

37. Dalam membaca suatu karangan narasi, apakah kalian berusaha memahami karakter tokoh yang diceritakan?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

38. Dalam membaca suatu karangan narasi, apakah kalian mampu membeda-bedakan karakter tokoh yang diceritakan?

a. Ya

b. Kadang-kdang c. Tidak

39. Dalam membaca suatu karangan narasi, apakah kalian mampu mengingat alur cerita yang ada di dalamnya?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

40. Dalam membaca suatu karangan narasi, apakah kalian mampu mengingat nama-nama tokoh yang ada di dalamnya?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

(56)

Lampiran 2

1606 1563 1586 1582 0 2415 6337 0 Jumlah 1436 1376 1312 1200

23,28 22,65 22,99 22,93 0,00 35,00 91,84 0,00 Rata-Rata 20,81 19,94 19,01 17,39

Jml

(57)

HASIL PERHITUNGAN DENGAN PROGRAM SPSS

Correlations

Correlations

kebiasaan kemampuan

kebiasaan Pearson Correlation 1 .706**

Sig. (2-tailed) .000

N 69 69

kemampuan Pearson Correlation .706** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 69 69

(58)

Frequencies

kebiasaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 40 58.0 58.0 58.0

Cukup Baik 21 30.4 30.4 88.4

Kurang Bai 8 11.6 11.6 100.0

Total 69 100.0 100.0

kemampuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 37 53.6 53.6 53.6

Cuku 16 23.2 23.2 76.8

Kura 16 23.2 23.2 100.0

Total 69 100.0 100.0

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -5.996 10.109 -.593 .555

(59)

Model

Unstandardized Coefficients Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -5.996 10.109 -.593 .555

kebiasaan .906 .110 .710 8.242 .000

(60)

Lampiran 4.

TABEL NILAI T (Ttabel) PADA TINGKAT KEPERCAYAAN 95%

(61)
(62)
(63)

SOAL11 0.814 0.349 Valid

KESIMPULAN : 40 SOAL YANG DIUJIAN ADALAH VALID

LAPORAN HASIL UJI RELIABILITAS

NILAI ALFA = 0.993 (Reliabilitas Tinggi)

R TABEL = 0.349

0.993 > 0.349

(64)

Lampiran 7

(65)

HASIL PENGUJIAN NORMALITAS DAN HOMOGENITAS

UJI NORMALITAS

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

kebiasaan kemampuan

N 69 69

Normal Parametersa,b Mean 91.84 77.19

Std. Deviation 5.390 6.880

Most Extreme Differences Absolute .127 .195

Positive .127 .112

Negative -.127 -.195

Kolmogorov-Smirnov Z 1.054 1.618

Asymp. Sig. (2-tailed) .216 .271

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

ONEWAY kemampuan BY kebiasaan /STATISTICS HOMOGENEITY /MISSING ANALYSIS.

Keterangan:

Hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa nilai:

a. Asymp. Sig. (2-tailed) untuk variable kebiasaan membaca adalah 0.216

b. Asymp. Sig. (2-tailed) untuk variable kemampuan menulis narasi adalah 0.271

(66)

UJI HOMOGENITAS

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as

missing.

Cases Used Statistics for each analysis are based on

cases with no missing data for any variable in the analysis.

Gambar

Gambar 1 Hubungan antara Kebiasaan Membaca dengan Kemampuan Menulis Narasi
TABEL NILAI T (Ttabel) PADA TINGKAT KEPERCAYAAN 95%
tabel nilai r (r  tabel)

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengamatan siklus I diperoleh temuan antara lain guru dalam melaksanakan penerapan “Metode pembelajaran SQ3R” diawali dengan tahap pemberian apersepsi terhadap materi

Konstruksi motor induksi tidak ada bagian rotor yang bersentuhan dengan bagian.. stator, karena dalam motor induksi tidak ada komutator dan

bibit yang diberi pupuk kandang kotoran Hal ini terlihat pada semua parameter yang kambing, pada pengamatan bulan ke-4 diamati tertinggi (tinggi bibit 98,6 cm, jumlah

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis tentang nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam tari Ratéb Meuseukat, dapat disimpulkan bahwa tarian ini diciptakan

Dari analisis yang telah dilakukan terhadap penyampaian materi pembelajaran berjalan di SMK MedikaCom Bandung yang sedang berjalan saat ini, maka perancangan

Persen serangan yang ditunjukkan oleh rayap tanah memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan rayap kayu kering, menurut penelitian Syaiful (2009) menunjukkan bahwa

Dalam sejarah Islam, masalah kepemimpinan politik (imamah) merupakan persoalan yang krusial. Karena ini adalah persoalan pertama yang menimbulkan perselisihan di antara

bahwa dalam rangka merealisasikan amanat UU No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan Peraturan Menteri Agama Nomor 55 Tahun 2014 tentang Penelitian dan