• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan Bibit Garut (Maranta arundinacea L.) di Bawah Naungan 50%

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan Bibit Garut (Maranta arundinacea L.) di Bawah Naungan 50%"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Biosfera 28 (3) September 2011

Abstract

A study on the effect of fertilizer on the growth of arrowroot (Maranta arundinacea L.) seedling under 50% shading was conducted in the Experimental Garden of Research Center for Biology-LIPI, Cibinong. The research was conducted with Factorial patterns in Randomized Completely Block Design with 2 factors and 5 replications. The first treatment was fertilizing with 2 levels of factors i.e. W1 = 1x fertilizing in the early of planting and W2 = 2x fertilizer (the early and 5 month age of seedling). The second treatment was the kinds of fertilizer with 5 levels of factors i.e. P1 = Control (without fertilizer), P2 = manure of goat dunk, P3 = manure of chicken dung, P4 = manure of cow dung, P5 = compost fertilizer. The result showed that two time application of manure of goat dung (P2) is the best for growing the arrowroot seedling (98.6 cm of plant height, 100 sheet of leaf number, and 8 clumps). The lowest data was seen at control with 1 time fertilizing i.e. 39.6 cm of plant height, 28 sheet of leaf number, but the clump is 3.2 more than the compost fertilizer (2.8 of clumps). This treatment was also seen to increase the plant height adding of arrowroot seedling during observation. The frequency of fertilizer was significantly effect the growth of vegetative parts of plant, i.e. 2x fertilizer better than 1x fertilizer.

Key words: arrowroot, pseudo stem, seedling, fertilizer, growth,

Abstrak

Penelitian tentang pengaruh pemupukan pada pertumbuhan anakan garut (Maranta arundinacea L.) di bawah naungan 50% telah dilakukan di dalam Kebun Percobaan Pusat Penelitian Biologi – LIPI Cibinong. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan RCBD dengan pola faktorial dengan 2 faktor dan 5 ulangan. Perlakuan pertama adalah pemupukan dengan dua faktor yi W1 = 1x pemberian pupuk pada awal penanaman dan W2 = 2x pemupukan (awal dan pada anakan umur 5 bulan). Perlakuan kedua adalah jenis pupuk dengan 5 tingkat faktor yi P1 = kontrol (tanpa pupuk), P2 = pupuk kotoran kambing, P3 = pupuk kotoran ayam, P4 = pupuk kotoran sapi, P5 = pupuk kompos. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua kali pemberian pupuk kotoran kambing (P2) adalah yang terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan anakan garut (98,6 cm tinggi tanaman, 100 lembar daun dan 8 rumpun. Data terendah adalah pada kontrol dengan 1 kali pemupukan yi 39,6 cm tinggi tanaman, 28 lebar daun, tetapi jumlah rumpun 3,2 lebih banyak daripada penggunaan pupuk kompos (2,8 rumpun). Perlakuan ini juga meningkatkan tinggi tanaman selama penelitian. Frekuensi pemupukan sangat mempengaruhi pertumbuhan bagian vegetatif tanaman yi 2x pemupukan lebih baik daripada 1x pemupukan.

Kata kunci: garut, anakan, batang semu, pupuk, pertumbuhan

Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan Bibit Garut

(

Maranta arundinacea

L.) di Bawah Naungan 50%

Ninik Setyowati

Pusat Penelitian Biologi LIPI

Jl. Raya Jakarta Bogor Km 46, Cibinong, Bogor Telp (021) 8765067; Fax (021) 8765063

Email:

sety_wangi@yahoo.com

Diterima September 2010 disetujui untuk diterbitkan September 2011

utama tanaman garut adalah umbi garut,

Pendahuluan

yang nantinya akan diproses untuk dijadikan Garut (Maranta arundinacea L.) tepung garut atau pati garut.

mempunyai sinonim Maranta sylvatica Pati garut bentuk seratnya lebih

Roscoe ex J.E. Smith termasuk dalam famili pendek bila dibandingkan dengan jenis pati

Marantacea. Garut adalah nama umum di lainnya, sehingga mudah dicerna dan dapat Indonesia, arrowroot (Inggris), angkrik dijadikan makanan bayi, anak penyandang (Jawa), larut (Sunda), ararut, ubi garut autis dan sindrom down, serta diet bagi (Malaysia) (Villamayor & Jukema, 1996). m a n u l a d a n p a s i e n d a l a m m a s a Tumbuhan ini merupakan salah satu penyembuhan. Komposisi bahan kimia per tanaman sumber karbohidrat alternatif. Hasil 100 gram umbi garut adalah air 69 – 72 g,

protein 1 – 2,2 g, lemak 0,1 g, pati 19,4 – 21,7 memberikan informasi tentang pemanfaatan g, serat 0,6 – 1,3 g dan abu 1,3 – 1,4 g batang garut (yang selama ini dibenam) (Vilamayor and Jukema, 1996). sebagai bibit untuk keperluan perba-nyakan Menurut Octavianti & Solikhah (2009) tanaman garut. Sehingga umbi garut hasil garut merupakan salah satu jenis umbi- panen sepenuhnya dapat dimanfaatkan umbian yang layak untuk dikembangkan untuk bahan pangan.

sebagai salah satu bahan pangan. Plantus

(2007) juga mengemukakan bahwa garut

Metode Penelitian

merupakan sumber potensial pengganti

Penelitian dilakukan di kebun tepung terigu. Apabila garut berhasil

percobaan Pusat Penelitian Biologi, LIPI, dikembangkan di Indonesia, maka akan

Cibinong. Bahan penelitian yang digunakan dapat mengurangi impor terigu, yang

adalah tanaman garut habis panen yang jumlahnya lebih dari 3 juta ton tiap tahunnya.

berasal dari daerah Pandeglang. Tanaman Di Indonesia tanaman garut belum

yang telah dicabut setelah diambil umbinya dibudidayakan secara intensif, oleh karena

dipotong daunnya dan disisakan 10 cm itu perlu pemasyarakatan penggunaan

batangnya. Sebelum ditanam di lapang, bahan baku garut serta budidaya tanaman

a selama penyiapan lahan, bahan tanaman

(Anonim, 2008 ). Tanaman garut banyak

ditanam pada polibag. Kemudian ditanam di dijumpai tumbuh liar di dipinggir jalan,

lahan penanaman dengan naungan paranet tegalan yang tidak diusahakan petani, di

50%, sesuai dengan perlakuan pemupukan bawah naungan pohon buah-buahan seperti

y a n g t e l a h d i r a n c a n g . P e r c o b a a n pisang, mangga, kelapa dan lain-lain. Hanya

menggunakan Rancangan Acak Kelompok sebagian kecil masyarakat yang menanam

yang disusun secara faktorial, 2 faktor garut untuk dikonsumsi sebagai makanan

dengan 5 kali ulangan. Faktor pertama

b

selingan (Anonim, 2008 ).

adalah waktu pemupukan terdiri dari 2 taraf Tanaman garut biasa diperbanyak

yaitu W1= 1x pupuk di awal penanaman, secara vegetatif, yaitu dengan menanam

W2= 2x pupuk (awal dan umur 5 bulan). ujung-ujung rhizoma atau tunas umbi (bits)

Faktor-2 adalah macam pupuk terdiri dari 5 yang panjangnya sekitar 4 – 7 cm yang

taraf pupuk yaitu P1= Kontrol (tanpa pupuk), mempunyai 2 – 4 mata tunas. Bibit harus

P2= pupuk kandang kotoran kambing, P3= berkualitas baik, satu hektar lahan

PK kotoran ayam, P4= PK kotoran sapi, P5= memerlukan 3.000 – 3.500 kg bibit ditanam

pupuk kompos. Pengamatan dimulai sejak secara monokultur. Pada umur 10 – 12 bulan

penanaman bibit. Parameter yang diamati setelah tanam garut sudah siap dipanen

adalah pertumbuhan tanaman yang meliputi dengan hasil panenan berkisar antara 7,5 –

pertumbuhan tinggi bibit, jumlah daun, 37 ton umbi per hektar (Lingga et al., 1991).

jumlah anakan dilakukan setiap bulan. Rerumputan dan sisa cabutan tanaman

P e r a w a t a n b i b i t d i l a k u k a n d e n g a n garut biasanya dibenamkan kembali ke

melakukan penyiraman setiap hari yaitu dalam tanah, dimaksudkan untuk membantu

pada pagi hari, dan pembersihan gulma menambah kesuburan tanah, sedangkan

yang tumbuh di persemaian. bibit untuk penanaman berikutnya harus

dipersiapkan dari umbi hasil panen yang

Hasil dan Pembahasan

berkualitas baik.

Melihat pemakaian bibit yang berasal Hasil pengamatan pertumbuhan bibit dari umbi garut yang cukup besar yaitu garut yang berasal dari potongan batang antara 3.000 – 3.500 kg bibit (Lingga et al., sisa panen dapat dilihat pada tabel 1, 2 dan 1991), yang tentunya akan mengurangi 3. Pemakaian naungan 50% berdasarkan peruntukan sebagai bahan pangan. Oleh penelitian sebelumnya, karena ternyata karena itu dalam penelitian ini akan dicoba hasil panen yang terbaik adalah pada pemakaian bibit garut yang berasal dari pemakaian naungan 50% (Wawo & Utami, batang setelah dipanen umbi garutnya. Dari 2010).

hasil penelitian ini diharapkan dapat

135

Setyowati., Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan Bibit Garut : 134 - 139

(2)

Abstract

A study on the effect of fertilizer on the growth of arrowroot (Maranta arundinacea L.) seedling under 50% shading was conducted in the Experimental Garden of Research Center for Biology-LIPI, Cibinong. The research was conducted with Factorial patterns in Randomized Completely Block Design with 2 factors and 5 replications. The first treatment was fertilizing with 2 levels of factors i.e. W1 = 1x fertilizing in the early of planting and W2 = 2x fertilizer (the early and 5 month age of seedling). The second treatment was the kinds of fertilizer with 5 levels of factors i.e. P1 = Control (without fertilizer), P2 = manure of goat dunk, P3 = manure of chicken dung, P4 = manure of cow dung, P5 = compost fertilizer. The result showed that two time application of manure of goat dung (P2) is the best for growing the arrowroot seedling (98.6 cm of plant height, 100 sheet of leaf number, and 8 clumps). The lowest data was seen at control with 1 time fertilizing i.e. 39.6 cm of plant height, 28 sheet of leaf number, but the clump is 3.2 more than the compost fertilizer (2.8 of clumps). This treatment was also seen to increase the plant height adding of arrowroot seedling during observation. The frequency of fertilizer was significantly effect the growth of vegetative parts of plant, i.e. 2x fertilizer better than 1x fertilizer.

Key words: arrowroot, pseudo stem, seedling, fertilizer, growth,

Abstrak

Penelitian tentang pengaruh pemupukan pada pertumbuhan anakan garut (Maranta arundinacea L.) di bawah naungan 50% telah dilakukan di dalam Kebun Percobaan Pusat Penelitian Biologi – LIPI Cibinong. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan RCBD dengan pola faktorial dengan 2 faktor dan 5 ulangan. Perlakuan pertama adalah pemupukan dengan dua faktor yi W1 = 1x pemberian pupuk pada awal penanaman dan W2 = 2x pemupukan (awal dan pada anakan umur 5 bulan). Perlakuan kedua adalah jenis pupuk dengan 5 tingkat faktor yi P1 = kontrol (tanpa pupuk), P2 = pupuk kotoran kambing, P3 = pupuk kotoran ayam, P4 = pupuk kotoran sapi, P5 = pupuk kompos. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua kali pemberian pupuk kotoran kambing (P2) adalah yang terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan anakan garut (98,6 cm tinggi tanaman, 100 lembar daun dan 8 rumpun. Data terendah adalah pada kontrol dengan 1 kali pemupukan yi 39,6 cm tinggi tanaman, 28 lebar daun, tetapi jumlah rumpun 3,2 lebih banyak daripada penggunaan pupuk kompos (2,8 rumpun). Perlakuan ini juga meningkatkan tinggi tanaman selama penelitian. Frekuensi pemupukan sangat mempengaruhi pertumbuhan bagian vegetatif tanaman yi 2x pemupukan lebih baik daripada 1x pemupukan.

Kata kunci: garut, anakan, batang semu, pupuk, pertumbuhan

Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan Bibit Garut

(

Maranta arundinacea

L.) di Bawah Naungan 50%

Ninik Setyowati

Pusat Penelitian Biologi LIPI

Jl. Raya Jakarta Bogor Km 46, Cibinong, Bogor Telp (021) 8765067; Fax (021) 8765063

Email:

sety_wangi@yahoo.com

Diterima September 2010 disetujui untuk diterbitkan September 2011

utama tanaman garut adalah umbi garut,

Pendahuluan

yang nantinya akan diproses untuk dijadikan Garut (Maranta arundinacea L.) tepung garut atau pati garut.

mempunyai sinonim Maranta sylvatica Pati garut bentuk seratnya lebih

Roscoe ex J.E. Smith termasuk dalam famili pendek bila dibandingkan dengan jenis pati

Marantacea. Garut adalah nama umum di lainnya, sehingga mudah dicerna dan dapat Indonesia, arrowroot (Inggris), angkrik dijadikan makanan bayi, anak penyandang (Jawa), larut (Sunda), ararut, ubi garut autis dan sindrom down, serta diet bagi (Malaysia) (Villamayor & Jukema, 1996). m a n u l a d a n p a s i e n d a l a m m a s a Tumbuhan ini merupakan salah satu penyembuhan. Komposisi bahan kimia per tanaman sumber karbohidrat alternatif. Hasil 100 gram umbi garut adalah air 69 – 72 g,

protein 1 – 2,2 g, lemak 0,1 g, pati 19,4 – 21,7 memberikan informasi tentang pemanfaatan g, serat 0,6 – 1,3 g dan abu 1,3 – 1,4 g batang garut (yang selama ini dibenam) (Vilamayor and Jukema, 1996). sebagai bibit untuk keperluan perba-nyakan Menurut Octavianti & Solikhah (2009) tanaman garut. Sehingga umbi garut hasil garut merupakan salah satu jenis umbi- panen sepenuhnya dapat dimanfaatkan umbian yang layak untuk dikembangkan untuk bahan pangan.

sebagai salah satu bahan pangan. Plantus

(2007) juga mengemukakan bahwa garut

Metode Penelitian

merupakan sumber potensial pengganti

Penelitian dilakukan di kebun tepung terigu. Apabila garut berhasil

percobaan Pusat Penelitian Biologi, LIPI, dikembangkan di Indonesia, maka akan

Cibinong. Bahan penelitian yang digunakan dapat mengurangi impor terigu, yang

adalah tanaman garut habis panen yang jumlahnya lebih dari 3 juta ton tiap tahunnya.

berasal dari daerah Pandeglang. Tanaman Di Indonesia tanaman garut belum

yang telah dicabut setelah diambil umbinya dibudidayakan secara intensif, oleh karena

dipotong daunnya dan disisakan 10 cm itu perlu pemasyarakatan penggunaan

batangnya. Sebelum ditanam di lapang, bahan baku garut serta budidaya tanaman

a selama penyiapan lahan, bahan tanaman

(Anonim, 2008 ). Tanaman garut banyak

ditanam pada polibag. Kemudian ditanam di dijumpai tumbuh liar di dipinggir jalan,

lahan penanaman dengan naungan paranet tegalan yang tidak diusahakan petani, di

50%, sesuai dengan perlakuan pemupukan bawah naungan pohon buah-buahan seperti

y a n g t e l a h d i r a n c a n g . P e r c o b a a n pisang, mangga, kelapa dan lain-lain. Hanya

menggunakan Rancangan Acak Kelompok sebagian kecil masyarakat yang menanam

yang disusun secara faktorial, 2 faktor garut untuk dikonsumsi sebagai makanan

dengan 5 kali ulangan. Faktor pertama

b

selingan (Anonim, 2008 ).

adalah waktu pemupukan terdiri dari 2 taraf Tanaman garut biasa diperbanyak

yaitu W1= 1x pupuk di awal penanaman, secara vegetatif, yaitu dengan menanam

W2= 2x pupuk (awal dan umur 5 bulan). ujung-ujung rhizoma atau tunas umbi (bits)

Faktor-2 adalah macam pupuk terdiri dari 5 yang panjangnya sekitar 4 – 7 cm yang

taraf pupuk yaitu P1= Kontrol (tanpa pupuk), mempunyai 2 – 4 mata tunas. Bibit harus

P2= pupuk kandang kotoran kambing, P3= berkualitas baik, satu hektar lahan

PK kotoran ayam, P4= PK kotoran sapi, P5= memerlukan 3.000 – 3.500 kg bibit ditanam

pupuk kompos. Pengamatan dimulai sejak secara monokultur. Pada umur 10 – 12 bulan

penanaman bibit. Parameter yang diamati setelah tanam garut sudah siap dipanen

adalah pertumbuhan tanaman yang meliputi dengan hasil panenan berkisar antara 7,5 –

pertumbuhan tinggi bibit, jumlah daun, 37 ton umbi per hektar (Lingga et al., 1991).

jumlah anakan dilakukan setiap bulan. Rerumputan dan sisa cabutan tanaman

P e r a w a t a n b i b i t d i l a k u k a n d e n g a n garut biasanya dibenamkan kembali ke

melakukan penyiraman setiap hari yaitu dalam tanah, dimaksudkan untuk membantu

pada pagi hari, dan pembersihan gulma menambah kesuburan tanah, sedangkan

yang tumbuh di persemaian. bibit untuk penanaman berikutnya harus

dipersiapkan dari umbi hasil panen yang

Hasil dan Pembahasan

berkualitas baik.

Melihat pemakaian bibit yang berasal Hasil pengamatan pertumbuhan bibit dari umbi garut yang cukup besar yaitu garut yang berasal dari potongan batang antara 3.000 – 3.500 kg bibit (Lingga et al., sisa panen dapat dilihat pada tabel 1, 2 dan 1991), yang tentunya akan mengurangi 3. Pemakaian naungan 50% berdasarkan peruntukan sebagai bahan pangan. Oleh penelitian sebelumnya, karena ternyata karena itu dalam penelitian ini akan dicoba hasil panen yang terbaik adalah pada pemakaian bibit garut yang berasal dari pemakaian naungan 50% (Wawo & Utami, batang setelah dipanen umbi garutnya. Dari 2010).

(3)

Tabel 1. Pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan bibit garut pada umur 6 bulan Teble 1. Effects of fertilizers on the growth of arrowroot seedling at age of 6 months

Pemupukan Tinggi bibit

(cm) Jumlah Daun (helai) Jumlah Anakan Waktu Macam 1x Kontrol 39,6 28,0 3,2 PK Kambing 76,8 57,6 3,6 PK Ayam 64,6 35,4 4,0 PK Sapi 88,0 45,0 4,2 Kompos 80,8 36,0 2,8 2x Kontrol 59,0 31,8 3,6 PK Kambing 98,6 100,0 8,0 PK Ayam 69,4 60,8 5,0 PK Sapi 71,6 56,2 3,6 Kompos 80,6 65,2 5,0

Dari hasil pengamatan terlihat bahwa

Tinggi bibit.

pada bibit yang berumur 6 bulan setelah Pertumbuhan tinggi bibit garut dengan tanam pemakaian pupuk kandang kotoran berbagai macam pemupukan dapat dilihat kambing dengan 2 kali pemberian pupuk pada Gambar 1, disini dapat dilihat bahwa memperlihatkan pertumbuhan vegetatif laju pertumbuhan tinggi paling cepat pada paling baik daripada perlakuan yang lainnya. bibit yang diberi pupuk kandang kotoran Hal ini terlihat pada semua parameter yang kambing, pada pengamatan bulan ke-4 diamati tertinggi (tinggi bibit 98,6 cm, jumlah sudah menunjukkan laju pertumbuhan yang daun 100 helai dan jumlah anakan 8), dan paling cepat (dengan rataan 78 cm) daripada pertumbuhan paling rendah terlihat pada perla-kuan lainnya meskipun pada penga-kontrol yang dipupuk 1 kali (tinggi bibit 39,6 matan bulan ke-2 tidak beda nyata dengan cm, jumlah daun 28 helai), akan tetapi bibit yang lainnya (dengan rataan 15 cm). jumlah anakannya (3,2) terlihat sedikit lebih Frekuensi pemupukan juga berpengaruh tinggi dari pemupukan 1 kali dengan kompos nyata pada laju pertumbuhan tinggi bibit,

(2,8) (Tabel 1). pada kontrol dengan 1x pemupukan

Apabila dilihat dari pertumbuhan tinggi menunjukkan laju pertumbuhan yang paling tiap bulannya juga terlihat bahwa rendah sampai dengan umur 6 bulan hanya peningkatan pertumbuhan bibit garut yang mencapai rataan tinggi 39,6 cm. Perlakuan 2 dipupuk dengan pupuk kandang kotoran k a l i p e m u p u k a n r a t a - r a t a d a p a t kambing dengan 2 kali pemupukan tertinggi meningkatkan pertumbuhan tinggi bibit garut (Gambar 1, 2, 3). terlihat pada semua jenis pupuk yang

diberikan.

136

Gambar 1. Pertumbuhan tinggi bibit garut dengan berbagai macam pemupukan Figure 1. The growth of arrowroot seedling with various kinds of fertilizers

60 ke 100 helai). Berikutnya adalah

Jumlah daun.

pemakaian kompos dengan 2x pemupukan, Pertumbuhan jumlah daun garut

pada bulan ke-6 memberikan jumlah daun dengan berbagai macam pemupukan dapat

dengan rataan 65,2 helai, namun terlihat dilihat pada Gambar 2, disini dapat dilihat

tidak beda nyata dengan perlakuan yang bahwa laju pertumbuhan jumlah daun paling

lainnya. Frekuensi pemupukan juga cepat pada bibit yang diberi pupuk kandang

berpengaruh pada laju pertumbuhan jumlah kotoran kambing, daripada perlakuan

d a u n , r a t a - r a t a y a n g d i p u p u k 2 x lainnya meskipun pada pengamatan bulan

memberikan hasil jumlah daun yang lebih ke-2 tidak beda nyata dengan bibit yang

tinggi dari pada 1x pemupukan. Total jumlah lainnya (dengan rataan 15 cm). Peningkatan

daun yang terendah juga terlihat pada tercepat terlihat pada umur 5 – 6 bulan

kontrol dengan 1x pemupukan (rataan 28,0 setelah pemberian pupuk yang kedua (dari

helai).

Gambar 2. Pertumbuhan jumlah daun garut dengan berbagai macam pemupukan Figure 2. The increase of leaf number of arrowroot on various kinds of fertilizers

137

Setyowati., Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan Bibit Garut : 134 - 139 Biosfera 28 (3) September 2011

(4)

Tabel 1. Pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan bibit garut pada umur 6 bulan Teble 1. Effects of fertilizers on the growth of arrowroot seedling at age of 6 months

Pemupukan Tinggi bibit

(cm) Jumlah Daun (helai) Jumlah Anakan Waktu Macam 1x Kontrol 39,6 28,0 3,2 PK Kambing 76,8 57,6 3,6 PK Ayam 64,6 35,4 4,0 PK Sapi 88,0 45,0 4,2 Kompos 80,8 36,0 2,8 2x Kontrol 59,0 31,8 3,6 PK Kambing 98,6 100,0 8,0 PK Ayam 69,4 60,8 5,0 PK Sapi 71,6 56,2 3,6 Kompos 80,6 65,2 5,0

Dari hasil pengamatan terlihat bahwa

Tinggi bibit.

pada bibit yang berumur 6 bulan setelah Pertumbuhan tinggi bibit garut dengan tanam pemakaian pupuk kandang kotoran berbagai macam pemupukan dapat dilihat kambing dengan 2 kali pemberian pupuk pada Gambar 1, disini dapat dilihat bahwa memperlihatkan pertumbuhan vegetatif laju pertumbuhan tinggi paling cepat pada paling baik daripada perlakuan yang lainnya. bibit yang diberi pupuk kandang kotoran Hal ini terlihat pada semua parameter yang kambing, pada pengamatan bulan ke-4 diamati tertinggi (tinggi bibit 98,6 cm, jumlah sudah menunjukkan laju pertumbuhan yang daun 100 helai dan jumlah anakan 8), dan paling cepat (dengan rataan 78 cm) daripada pertumbuhan paling rendah terlihat pada perla-kuan lainnya meskipun pada penga-kontrol yang dipupuk 1 kali (tinggi bibit 39,6 matan bulan ke-2 tidak beda nyata dengan cm, jumlah daun 28 helai), akan tetapi bibit yang lainnya (dengan rataan 15 cm). jumlah anakannya (3,2) terlihat sedikit lebih Frekuensi pemupukan juga berpengaruh tinggi dari pemupukan 1 kali dengan kompos nyata pada laju pertumbuhan tinggi bibit,

(2,8) (Tabel 1). pada kontrol dengan 1x pemupukan

Apabila dilihat dari pertumbuhan tinggi menunjukkan laju pertumbuhan yang paling tiap bulannya juga terlihat bahwa rendah sampai dengan umur 6 bulan hanya peningkatan pertumbuhan bibit garut yang mencapai rataan tinggi 39,6 cm. Perlakuan 2 dipupuk dengan pupuk kandang kotoran k a l i p e m u p u k a n r a t a - r a t a d a p a t kambing dengan 2 kali pemupukan tertinggi meningkatkan pertumbuhan tinggi bibit garut (Gambar 1, 2, 3). terlihat pada semua jenis pupuk yang

diberikan.

Gambar 1. Pertumbuhan tinggi bibit garut dengan berbagai macam pemupukan Figure 1. The growth of arrowroot seedling with various kinds of fertilizers

60 ke 100 helai). Berikutnya adalah

Jumlah daun.

pemakaian kompos dengan 2x pemupukan, Pertumbuhan jumlah daun garut

pada bulan ke-6 memberikan jumlah daun dengan berbagai macam pemupukan dapat

dengan rataan 65,2 helai, namun terlihat dilihat pada Gambar 2, disini dapat dilihat

tidak beda nyata dengan perlakuan yang bahwa laju pertumbuhan jumlah daun paling

lainnya. Frekuensi pemupukan juga cepat pada bibit yang diberi pupuk kandang

berpengaruh pada laju pertumbuhan jumlah kotoran kambing, daripada perlakuan

d a u n , r a t a - r a t a y a n g d i p u p u k 2 x lainnya meskipun pada pengamatan bulan

memberikan hasil jumlah daun yang lebih ke-2 tidak beda nyata dengan bibit yang

tinggi dari pada 1x pemupukan. Total jumlah lainnya (dengan rataan 15 cm). Peningkatan

daun yang terendah juga terlihat pada tercepat terlihat pada umur 5 – 6 bulan

kontrol dengan 1x pemupukan (rataan 28,0 setelah pemberian pupuk yang kedua (dari

helai).

Gambar 2. Pertumbuhan jumlah daun garut dengan berbagai macam pemupukan Figure 2. The increase of leaf number of arrowroot on various kinds of fertilizers

(5)

Jumlah anakan 5 anakan pada bulan ke-6. Frekuensi pemupukan juga berpengaruh nyata pada Pertumbuhan jumlah anakan garut

laju pertumbuhan jumlah anakan tanaman dengan berbagai macam pemupukan dapat

garut. Pertambahan anakan pada kontrol dilihat pada Gambar 3, disini dapat dilihat

terlihat sedikit lebih tinggi daripada bahwa laju pertumbuhan jumlah anakan

pemupukan kompos dengan 1x pemupukan, paling cepat pada bibit yang diberi pupuk

namun tidak terlalu jauh bedanya (3,2 k a n d a n g k o t o r a n k a m b i n g , p a d a

anakan untuk kontrol, 2,8 untuk kompos). pengamatan bulan ke-5 menuju bulan ke-6

Perlakuan 2 kali pemupukan rata-rata dapat terlihat menunjukkan laju pertumbuhan yang

meningkatkan pertumbuhan tinggi bibit garut meningkat cepatnya (dari 5 anakan menjadi

terlihat pada semua jenis pupuk yang 8 anakan). Sedangkan perlakuan lainnya

diberikan. pertambahan jumlah anakan hanya sampai

Gambar 3. Pertumbuhan jumlah anakan garut dengan berbagai macam pemupukan Figure 3. The increase of the arrowroot seedling numbers on various kinds of fertilizers

Keberhasilan pertumbuhan dan terlihat pada semua parameter yang diamati perbanyakan tanaman tidak hanya tertinggi (tinggi bibit 98,6 cm, jumlah daun ditentukan oleh langkah-langkah yang tepat 100 helai dan jumlah anakan 8), dan dalam melaksanakan metode pembiakan pertumbuhan paling rendah terlihat pada saja, tetapi juga ditentukan oleh kondisi kontrol yang dipupuk 1 kali (tinggi bibit 39,6 lingkungan, tempat pekerjaan perbanyakan cm, jumlah daun 28,0 helai), akan tetapi tanaman ini dilakukan. Faktor lingkungan jumlah anakannya (3,2) terlihat sedikit lebih yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi dari pemupukan 1 kali dengan kompos tanaman, antara lain adalah kondisi media (2,8). Apabila dilihat dari pertumbuhan tinggi tumbuh dan udara (iklim mikro) (Hartmann et tiap bulannya juga terlihat bahwa

al., 1997). Faktor terpenting harus mendapat peningkatan pertumbuhan bibit garut yang perhatian adalah ketersediaan air, suhu dipupuk dengan pupuk kandang kotoran udara dan suhu media, cahaya dan kambing dengan 2 kali pemupukan tertinggi ketersediaan hara mineral esensial bagi (Grafik 1, 2, 3). Frequensi pemupukan tanaman (Lakitan, 1995) berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman garut, yaitu 2x pemupukan lebih baik daripada 1x

Kesimpulan

pemupukan. Hasil pengamatan pertumbuhan

vegetatif tanaman garut menunjukkan

Ucapan Terima Kasih

bahwa pertumbuhan bibit paling cepat

terlihat pada pemakaian pupuk kandang Penulis mengucapkan terima kasih kotoran kambing yang diberikan 2 kali kepada Puslit Biologi LIPI, yang telah daripada perlakuan yang lainnya. Hal ini memberikan fasilitas untuk penelitian ini,

138

kepada ibu Ir. N.W. Utami PU. yang Octavianti S. & M. Solikhah. 2009. membantu penyediaan fasilitas penelitian, Pemenuhan Ketahanan Pangan juga kepada Sdr. R.H. Agung yang telah M e l a l u i P e n g e m b a n g a n P a t i membantu dalam pelaksanaan penelitian Termodifikasi dan Berkonsentrat

ini. Protein Secara Enzimatik Berbasis

Umbi–umbi. Pekan Ilmiah Mahasiswa: I n t e r n a t i o n a l S c i e n t i f i c P a p e r

Daftar Pustaka

Competition. Universitas Sebelas

a )

A n o n i m , 2 0 0 8 . B u d i d a y a G a r u t Maret Surakarta.

http://featikabsinjai.blogspot.com/200 Plantus, 2007. Tepung Garut Alternatif 8/10/budidaya-garut.html. Diakses 12- Pengganti Tepung Terigu. http:

12-2009. //anekaplanta.wordpress.com/2007/1

b) 2/22/tepung-garut-alternatifpengganti

Anonim, 2008 . Pekarangan, Lumbung

-tepung-terigu/, diakses 20-12-2009. P a n g a n K i t a h t t p : / / p d f - s e a r c h

Villamayor Jr, F.G. & J. Jukema. 1996. engine.com/ Pekarangan, %20Lum

Maranta arundinacea. In PROSEA Vol. b u n g % 2 0 P a n g a n % 2 0 K i t a h t m l

-9 : P l a n t s y i e l d i n g n o n - s e e d m a t o a . o r g / w p - c o n t e n t / u p l o a d s /

carbohydrates. Flach, M. & Rumawas, 2008/07/

sapa-nusantara-14-juli-F. (Eds.), Backhuys Publisher, Leiden, 2008-tanaman-pekarangan.html.

The Nether-lands. p. 113-116. Diakses 2-12-2009.

Wawo, A.H. & N.W. Utami. 2010. Respon Hartmann, H.T., D.E.Kester & F.T. Davies. pertumbuhan dan produksi garut 1997. Plant Propagation. Principles & (Maranta arundinacea) dari 3 Practices. First Edition. Prentice. Hall. provenansi terhadap intensitas International. Inc. New Jersey. naungan dan umur panen yang Lakitan, B. 1995. Teori, Budidaya, dan Pasca berbeda. Laboran Teknik Puslit Biologi

Panen. PT Raja Grafindo Persada. LIPI. Jakarta. 219 hal.

Lingga P., B. Sarwono. F. Rahardi, P.C. Rahardja, J.J. Afriastini, Rini Wudianto & W.H. Apriadji. 1991. Bertanam Ubi-ubian. Penebar Swadaya. 285 p.

139

Setyowati.,Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan Bibit Garut : 134 - 139 Biosfera 28 (3) September 2011

(6)

Jumlah anakan 5 anakan pada bulan ke-6. Frekuensi pemupukan juga berpengaruh nyata pada Pertumbuhan jumlah anakan garut

laju pertumbuhan jumlah anakan tanaman dengan berbagai macam pemupukan dapat

garut. Pertambahan anakan pada kontrol dilihat pada Gambar 3, disini dapat dilihat

terlihat sedikit lebih tinggi daripada bahwa laju pertumbuhan jumlah anakan

pemupukan kompos dengan 1x pemupukan, paling cepat pada bibit yang diberi pupuk

namun tidak terlalu jauh bedanya (3,2 k a n d a n g k o t o r a n k a m b i n g , p a d a

anakan untuk kontrol, 2,8 untuk kompos). pengamatan bulan ke-5 menuju bulan ke-6

Perlakuan 2 kali pemupukan rata-rata dapat terlihat menunjukkan laju pertumbuhan yang

meningkatkan pertumbuhan tinggi bibit garut meningkat cepatnya (dari 5 anakan menjadi

terlihat pada semua jenis pupuk yang 8 anakan). Sedangkan perlakuan lainnya

diberikan. pertambahan jumlah anakan hanya sampai

Gambar 3. Pertumbuhan jumlah anakan garut dengan berbagai macam pemupukan Figure 3. The increase of the arrowroot seedling numbers on various kinds of fertilizers

Keberhasilan pertumbuhan dan terlihat pada semua parameter yang diamati perbanyakan tanaman tidak hanya tertinggi (tinggi bibit 98,6 cm, jumlah daun ditentukan oleh langkah-langkah yang tepat 100 helai dan jumlah anakan 8), dan dalam melaksanakan metode pembiakan pertumbuhan paling rendah terlihat pada saja, tetapi juga ditentukan oleh kondisi kontrol yang dipupuk 1 kali (tinggi bibit 39,6 lingkungan, tempat pekerjaan perbanyakan cm, jumlah daun 28,0 helai), akan tetapi tanaman ini dilakukan. Faktor lingkungan jumlah anakannya (3,2) terlihat sedikit lebih yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi dari pemupukan 1 kali dengan kompos tanaman, antara lain adalah kondisi media (2,8). Apabila dilihat dari pertumbuhan tinggi tumbuh dan udara (iklim mikro) (Hartmann et tiap bulannya juga terlihat bahwa

al., 1997). Faktor terpenting harus mendapat peningkatan pertumbuhan bibit garut yang perhatian adalah ketersediaan air, suhu dipupuk dengan pupuk kandang kotoran udara dan suhu media, cahaya dan kambing dengan 2 kali pemupukan tertinggi ketersediaan hara mineral esensial bagi (Grafik 1, 2, 3). Frequensi pemupukan tanaman (Lakitan, 1995) berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman garut, yaitu 2x pemupukan lebih baik daripada 1x

Kesimpulan

pemupukan. Hasil pengamatan pertumbuhan

vegetatif tanaman garut menunjukkan

Ucapan Terima Kasih

bahwa pertumbuhan bibit paling cepat

terlihat pada pemakaian pupuk kandang Penulis mengucapkan terima kasih kotoran kambing yang diberikan 2 kali kepada Puslit Biologi LIPI, yang telah daripada perlakuan yang lainnya. Hal ini memberikan fasilitas untuk penelitian ini,

kepada ibu Ir. N.W. Utami PU. yang Octavianti S. & M. Solikhah. 2009. membantu penyediaan fasilitas penelitian, Pemenuhan Ketahanan Pangan juga kepada Sdr. R.H. Agung yang telah M e l a l u i P e n g e m b a n g a n P a t i membantu dalam pelaksanaan penelitian Termodifikasi dan Berkonsentrat

ini. Protein Secara Enzimatik Berbasis

Umbi–umbi. Pekan Ilmiah Mahasiswa: I n t e r n a t i o n a l S c i e n t i f i c P a p e r

Daftar Pustaka

Competition. Universitas Sebelas

a )

A n o n i m , 2 0 0 8 . B u d i d a y a G a r u t Maret Surakarta.

http://featikabsinjai.blogspot.com/200 Plantus, 2007. Tepung Garut Alternatif 8/10/budidaya-garut.html. Diakses 12- Pengganti Tepung Terigu. http:

12-2009. //anekaplanta.wordpress.com/2007/1

b) 2/22/tepung-garut-alternatifpengganti

Anonim, 2008 . Pekarangan, Lumbung

-tepung-terigu/, diakses 20-12-2009. P a n g a n K i t a h t t p : / / p d f - s e a r c h

Villamayor Jr, F.G. & J. Jukema. 1996. engine.com/ Pekarangan, %20Lum

Maranta arundinacea. In PROSEA Vol. b u n g % 2 0 P a n g a n % 2 0 K i t a h t m l

-9 : P l a n t s y i e l d i n g n o n - s e e d m a t o a . o r g / w p - c o n t e n t / u p l o a d s /

carbohydrates. Flach, M. & Rumawas, 2008/07/

sapa-nusantara-14-juli-F. (Eds.), Backhuys Publisher, Leiden, 2008-tanaman-pekarangan.html.

The Nether-lands. p. 113-116. Diakses 2-12-2009.

Wawo, A.H. & N.W. Utami. 2010. Respon Hartmann, H.T., D.E.Kester & F.T. Davies. pertumbuhan dan produksi garut 1997. Plant Propagation. Principles & (Maranta arundinacea) dari 3 Practices. First Edition. Prentice. Hall. provenansi terhadap intensitas International. Inc. New Jersey. naungan dan umur panen yang Lakitan, B. 1995. Teori, Budidaya, dan Pasca berbeda. Laboran Teknik Puslit Biologi

Panen. PT Raja Grafindo Persada. LIPI. Jakarta. 219 hal.

Lingga P., B. Sarwono. F. Rahardi, P.C. Rahardja, J.J. Afriastini, Rini Wudianto & W.H. Apriadji. 1991. Bertanam Ubi-ubian. Penebar Swadaya. 285 p.

Gambar

Tabel 1. Pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan bibit garut pada umur 6 bulan Teble 1
Gambar 1. Pertumbuhan tinggi bibit garut dengan berbagai macam pemupukan Figure 1.  The growth of arrowroot seedling with various kinds of fertilizers
Gambar 3. Pertumbuhan jumlah anakan garut dengan berbagai macam pemupukan Figure 3. The increase of the arrowroot seedling numbers on various kinds of fertilizers

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan hasil belajar siswa sederhana setelah pemanfaatan alat peraga mencapai sebesar 21,7%, dan juga waktu penyelenggaraan PTS sangat singkat, apabila pemanfaatan alat

Muhammadiyah Bandung Al – Barokah, dimana terdapat unit simpan pinjam yang secara umum sistem berjalan pada KOPKAR RSMB AL – BAROKAH ini sudah baik, namun dalam pelaksanaan

Bahan bakar alternatif di Indonesia jumlahnya sangat melimpah seiring menipisnya bahan bakar fosil dan tuntutan yang tinggi akan kinerja mesin dibutuhkan

Proses level 0 (Gambar 2) ini menjelaskan alur keseluruhan proses yang terjadi pada aplikasi untuk sistem Kamus Bahasa Indonesia ke Bahasa Dayak Ngaju dan Bahasa

Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia yang akan mengambil Prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah harus menempuh sejumlah matakuliah keilmuan

Masih dalam hal dasar hukum keberlakuan dan pemberlakuan hukum perkawinan Islam dalam konteks UU-RI Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, juga diperkokoh oleh Pasal 1

Dalam penelitian ini dilakukan studi doping poli(3-heksil tiofen) dengan menggunakan dopant perklorat (HClO 4 ) dan dianalisis pengaruhnya terhadap konduktivitas dan struktur

Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk dan menguji keefektifan produk tersebut.10 Dalam penelitian ini penulis melakukan