• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS FUNGSI GAPOKTAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI DESA NEGERI SAKTI GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS FUNGSI GAPOKTAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI DESA NEGERI SAKTI GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

EFFECTIVITY OF GAPOKTAN FUNCTION FOR DECREASING POVERTY

(Study at Negeri Sakti village, Gedong Tataan Subdistrict, Pesawaran Regency, Lampung Province)

By:

Setiaji Bintang Pamungkas

Research was done at Negeri Sakti village, GedongTataan subdistrict, Pesawaran regency,Lampung province from March 2013 up to June 2013 for the purpose of: (1) studying and analyzing the effectivity of function of Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sulahudin, (2)identifying some factors inhibiting Gapoktan program to decrease poverty of village community. Method of this research were: (1) interview with chief and member of Gapoktan Sulahudin (2) observation to the activities Gapoktan Sulahudin, (3) documentation namely record the interview with recorder using sound and take pictures of activities Gapoktan Sulahudin using camera. The data of research was analyzed in descriptive.The result showed that: (1) in the function as farm business unit, Gapoktan Sulahudin just did its function effectively in corn plant, management for production of Putu/Eyek-eyek crackers by a group of women peasantry (KWT Mekar Jaya), in the function as production unit for facilities and infrastructure, Gapoktan Sulahudin provided handtractor, ofcresher machine, equipment for spraying crop pests, in the function as marketing unit, Gapoktan Sulahudin marketed their corn to distributors who gives esteem worthy and regulate marketing of Putu Eyek-eyek cracker (2) factor inhibiting the programs of Gapoktan Sulahudin was the extention of government still minimum. It could be concluded that Gapoktan Sulahudin had not fully effective in doing its function.

(2)

EFEKTIVITAS FUNGSI GAPOKTAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN

(Studi di Desa Negeri Sakti, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran)

Oleh

Setiaji Bintang Pamungkas

Penelitian dilakukan di Desa Negeri Sakti, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, mulai Maret 2013 sampai dengan Juni 2013 dengan tujuan untuk: (1) mengetahui dan menganalisis fungsi Gapoktan Sulahudin, (2) mengidentifikasi faktor penghambat program Gapoktan Sulahudin yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan program dalam rangka pengentasan kemiskinan masyarakat desa. Metode penelitian yang digunakan adalah:(1) wawancara dengan ketua dan anggota Gapoktan Sulahudin, Kepala Desa Negeri Sakti, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Pertanian yang bertugas di Desa Negeri Sakti, (2) observasi yaitu pengamatan pelaksanaan aktivitas Gapoktan Sulahudin di lapangan, (3) dokumentasi yaitu merekam hasil wawancara dengan menggunakan perekam suara dan mengambil gambar terhadap kegiatan Gapoktan Sulahudin dengan menggunakan kamera. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) dalam fungsinya sebagai unit usaha tani, Gapoktan Sulahudin baru efektif dalam meningkatkan usaha tani tanaman jagung unggul dengan menghasilkan komoditas jagung berkualitas baik, dalam fungsinya sebagai usaha pengelolaan, Gapoktan Sulahudin baru melakukan fungsinya secara efektif dalam bentuk pengelolaan produksi tanaman jagung unggul, produksi kerupuk Putu Eyek-eyek oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekar Jaya, dalam fungsinya sebagai unit usaha sarana dan prasarana produksi, Gapoktan Sulahudin berhasil menyediakan handtractor, mesin perontok jagung, peralatan untuk menyemprot hama tanaman, dalam fungsinya sebagai unit usaha pemasaran Gapoktan Sulahudin berhasil memasarkan komoditas jagung melalui distributor yang memberikan harga layak dan mengatur pemasaran Putu Eyek-eyek produksi KWT Mekar Jaya pada pedagang, (2) faktor penghambat adalah kurangnya pembinaan terhadap Gapoktan Sulahudin oleh instansi terkait. Disimpulkan bahwa Gapoktan Sulahudin belum sepenuhnya efektif dalam menjalankan fungsinya.

(3)
(4)

EFEKTIVITAS FUNGSI GAPOKTAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN

(Studi di Desa Negeri Sakti, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran)

(Skripsi)

Oleh

SETIAJI BINTANG PAMUNGKAS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

Gambar Halaman 1 Kerangka pikir………. 42 2 Peta Desa Negeri Sakti……… 55 3 Kantor Kepala Desa Negeri Sakti………... 56 4 Bagan struktur Pemerintahan Desa Negeri Sakti………… 56 5 Tugu Dusun Solehuddin di Desa Negeri Sakti…………... 59 6 Wawancara dengan Ibu Sri Endarwati (Ketua KWT

Sujiwangi)………. 67

7 Wawancara dengan Ibu Yuni (Ketua KWT Mekar Jaya),,,, 68 8 Mesin pemeras singkong milik KWT Mekar Jaya………... 69 9 Proses penjemuran kerupuk Putu………. 70 10 Wawancara dengan Bapak Sumedi (Ketua Koptak

Budi Lestari)………. 72 11 Peternakan kambing milik Koptak Budi Lestari…………. 73 12 Proposal pengajuan bantuan bibit kambing Boerawa……. 83 13 Pelatihan pengoperasian mesin perontok jagung………… 85 14 Penyemprotan herbisida pada tanaman jagung………….. 86

15 Persiapan penanaman ketimun……… 87

16 Penanaman ketimun dan pembuatan media rambatan……. 88 17 Proses pengukusan adonan kerupuk Putu………. 90 18 Balai Pembibitan Ternak dan Pakan……… 92 19 Mesin penggiling batang singkong menjadi pakan ternak.. 94 20 Wawancara dengan Bapak Edi Supriyanto (Ketua

Gapoktan Sulahudin) ………... 100

21 Handtracktor milik Gapoktan Sulahudin……… 101 22 Peranakan kambing Boerawa hasil kawin silang………… 107 23 Limbah bonggol jagung pasca panen………... 110 24 Pakan limbah kulit buah kakao……… 112 25 Dialog antara petani dengan petugas Badan Penyuluhan

Pertanian (BPP) tentang metode penanaman jagung……… 114 26 Wawancara petani dengan Petugas Penyuluh Lapangan

(PPL) dari BPP Provinsi Lampung………... 115 27 Proses perontokan jagung yang dilakukan

pihak tengkulak……… 120

28 Wawancara dengan Ibu Yuni (Ketua KWT Mekar Jaya)… 123 29 Wawancara dengan Bapak Yadi (pemilik pabrik kerupuk

Putu)……… 125

(6)

DAFTAR ISI

A. Tinjauan Tentang Kelompok Tani ... 18

1. Pengertian Kelompok ... 18

2. Pengertian Petani ... 22

3. Pengertian Gapoktan ... 23

B. Tinjauan Tentang Pengentasan Kemiskinan ... 33

1. Definisi Kemiskinan ... 33

2. Jenis-Jenis Kemiskinan ... 40

C. Kerangka Pikir ... 42

III. METODE PENELITIAN ... 43

A. Tipe dan Pendekatan Penelitian ... 43

(7)

D. Teknik Pengumpulan Data ... 44

1. Sumber Data ... 45

2. Metode Pengumpulan Data ... 45

E. Teknik Analisis Data ... 48

F. Teknik Keabsahan Data ... 49

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . ... 52

A. Sejarah Desa Negeri Sakti ... 52

B. Sejarah Gapoktan Sulahudin ... 57

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Fungsi Gapoktan dalam Mengentaskan Kemiskinan ... 64

1. Gapoktan Berfungsi Sebagai Unit Usaha Tani ... 65

1.1. Mengambil keputusan untuk menentukan pengembangan Produksi usaha tani yang menguntungkan berdasarkan informasi ... 65

1.2. Menyusun rencana definitif Gapoktan dan melaksanakan kegiatan atas dasar pertimbangan efisiensi ... 74

1.3. Memfasilitasi penerapan teknologi usaha tani anggota sesuai dengan rencana Gapoktan ... 84

1.4. Menjalin kerjasama kemitraan dengan pihak lain yang Terkait dalam Pelaksanaan Usaha Tani ... 94

1.5. Mengevaluasi kegiatan bersama dan rencana kebutuhan Gapoktan sebagai bahan rencana kegiatan yang akan datang ... 99

1.6. Meningkatkan kesinambungan produktivitas dan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan ... 108

1.7. Merencanakan dan melaksanakan pertemuan berkala baik di Gapoktan maupun dengan pihak lain ... 113

2. Gapoktan Berfungsi Sebagai Unit Usaha Pengelolaan ... 115

3. Gapoktan Berfungsi Sebagai Unit Usaha Sarana dan Prasarana Produksi ... 116

4. Gapoktan Berfungsi Sebagai Unit Usaha Pemasaran ... 119

5. Gapoktan Berfungsi Sebagai Unit Usaha Keuangan Mikro ... 127

B. Faktor-Faktor Penghambat Program Gapoktan dalam Rangka Pengentasan Kemiskinan ... 128

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 134

A. Kesimpulan ... 134

B. Saran ... 136

(8)

Tabel Halaman 1 Jumlah penduduk Desa Negeri Sakti

berdasarkan jenis kelamin………... 53 2 Jumlah penduduk Desa Negeri Sakti

berdasarkan agama yang dianut……….. 53

3 Jumlah penduduk Desa Negeri Sakti

berdasarkan jenis pekerjaannya……….. 54 4 Daftar dusun di Desa Negeri Sakti dan RT

yang termasuk di dalam masing-masing dusun………. 57 5 Daftar nama Poktan yang terdaftar sebagai anggota

Gapoktan Sulahudin dan jumlah anggota masing-masing

Poktan………... 58 6 Daftar peralatan yang sudah dialokasikan dan diusulkan………. 101 7

Daftar nama Poktan anggota Gapoktan

(9)
(10)
(11)
(12)

MOTO

Hiduplah di dunia seakan-akan engkau adalah orang asing atau

pengembara

(HR. Bukhari)

“...Sesungguhnya hanya orang

-orang yang bersabarlah yang

dicukupkan pahala mereka

tanpa batas.” (Az

-Zumar:10)

“Setiap anak Adam itu berbuat kesalahan (dosa), namun sebaik

-baik

orang yang berbuat kesalahan adalah orang yang bertaubat” (HR.

(13)

Penulis bernama Setiaji Bintang Pamungkas, dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 13 Juni 1992, putra kedua dari tiga bersaudara merupakan pasangan dari Bapak Wisnuraji dan Ibu Sulastri.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis yaitu :

1. TK Dharma Wanita Unila Bandar Lampung, diselesaikan tahun 1998. 2. SD Al Kautsar Bandar Lampung, Diselesaikan tahun 2004.

(14)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk Bapakku Wisnuraji dan Ibuku

Dr.Ir.Sulastri,M.P. yang sangat aku sayangi, tiada hentinya kalian

mendukung dan mendoakanku dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Kakakku Masyok dan adikku Sekar, Yogi Sahabat karibku jugaLusy

yang telah menemani dan membantu selama proses perkuliahan.

Kalian adalah energi dan penyemangatku.

Orang-orang yang menjadi pendorongku untuk terus berkarya dan mendewasakan diri.

Sahabat-sahabat terbaikku di FISIP, Sos, ANE, IlPem, ABI, FSPI, ROIS, SK. Kalian inspirasi dan motivatorku unyuk bergerak maju.

(15)

SANWACANA

Alhmadulillahirrabbil’alamin, tercurah segala puji dan syukur kehadirat Allah

S.W.T yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunianya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Tak lupa shalawat serta salam penulis ucapkan kepada Nabi Besar Muhamad S.A.W, sang motivator bagi penulis untuk selalu ikhlas dan bertanggung jawab dalam melakukan segala hal. Atas segala kehendak dan kuasa Allah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Efektivitas Fungsi Gapoktan dalam Pengentasan Kemiskinan (Studi di Desa Negeri Sakti, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi (S.Sos) pada jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini antara lain:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

(16)

sekaligus motivator bagi penulis. Terimakasih atas masukan-masukan, saran, dan bimbingannya yang telah banyak membantu penulis dalam meyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Gunawan Budi Kahono, selaku dosen pembahas terimakasih untuk segala saran-saran agar skripsi ini dapat terlihat lebih baik.

5. Seluruh dosen Jurusan Sosiologi, terimakasih atas segala ilmu yang telah diberikan. Semoga ilmu dan pengalaman yang telah penulis peroleh di kampus dapat menjadi bekal yang berharga dalam kehidupan penulis ke depannya.

6. Ketua Gapoktan Sulahudin, Bapak Edi Supriyanto dkk, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi dan pengetahuan seputar ilmu pertanian dan organisasi Gapoktan.

7. Keluargaku tercinta yang tak pernah bosan memberikan doa, dan dukungan kepadaku. Ibuku Dr. Ir. Sulastri, M.P, yang selalu meredakan emosiku dan selalu memberikan arahan demi kelancaran skripsiku. Bapakku Wisnuraji, lelaki yang sangat memperhatikan pendidikan bagi anak-anaknya, semua akan dilakukan agar anak-anaknya dapat berpendidikan tinggi. Masyok, terima kasih telah mendukungku dan Sekar yang selalu menghibur.

(17)

berusaha agar kita berjodoh. Aamiin ya robbal alamin

9. Terimakasih kepada Yogi, sahabat sekaligus partner bisnisku dan selalu mengingatkanku dan mengajakku untuk menjalankan sunnah Rasulullah SAW.

10.Terimakasih untuk para jawara Sos Cup; punggawa Sos A dan Sos BAziz, Arip, Emil, Bayu, Aliq Panca, Lanang, Kiyai, Cileng, Zaky, Ardi, Bob, Ketut, Baskara, Tomi, Pandu, Rezika, Dani,Sulis, Ozi kemenangan kita akan menjadi kenangan yang takkan pernah terlupakan.

11.Terima kasih kepada teman-teman FSPI Nanang dkk dan ROIS Habib dkk yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis.

12.Terimakasih kepada teman-teman angkatan 2011 Fachri dkk dan angkatan 2012 Sandy Prasetyo dkk.

13.Terimakasih teman semasa SMA, Kurnia, Diky, Riad, Saiful dkk.

14.Terima Kasih kepada seluruh Satpam Fisip kiay Samsuri dkk dan penjaga gedung Fisip Pak Jum dkk.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi sedikit harapan semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung,Agustus 2014 Penulis

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan berkembangnya era globalisasi, suatu bangsa dituntut mampu menyusun strategi pembangunan yang tepat dan berkelanjutan untuk memajukan bangsanya. Pembangunan dapat berupa pembangunan fisik maupun sumber daya lainnya yang mengarah pada perbaikan kondisi ekonomi masyarakat.

Pembangunan ekonomi berkelanjutan sangatlah penting karena berhubungan erat dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Suatu negara dapat dikatakan maju apabila kesejahteraan sudah dapat dirasakan oleh sebagian besar warganya. Peningkatan kesejahteraan rakyat berdampak positif terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat.

(19)

langsung maupun tidak langsung. Partisipasi tersebut akan mampu meningkatkan efisiensi dalam menyusun manajemen pembangunan terutama pembangunan masyarakat desa. Tujuan pembangunan akan tercapai sesuai dengan harapan apabila partisipasi berlangsung secara komprehensif.

(20)

sehingga untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pakan sebagian dipenuhi dari jagung impor. Semakin meningkatnya volume impor jagung cukup beralasan mengingat harga jagung impor relatif rendah dibanding harga jagung di pasar domestik, disertai terjaminnya kualitas produk.

(21)

Kebijakan perdagangan lain untuk komoditas jagung adalah pengenaan tarif impor jagung dengan tujuan melindungi petani jagung dalam negeri. Besarnya tarif yang dikenakan selama tahun 1974 -1979 adalah 5 %, kemudian meningkat menjadi 10 % selama tahun 1980 – 1993. Tarif impor kembali diturunkan menjadi 5 % pada tahun 1994, dan pada tahun 1995 – hingga sekarang tarif impor jagung ditiadakan. Pemerintah selanjutnya memberlakukan kebijakan tarifikasi dan bentuk-bentuk proteksi namun semua bentuk proteksi namun hanya berdampak sementara terhadap kesejahteraan petani jagung selama sistem produksi jagung nasional belum mampu bersaing secara efisien.

Penurunan produksi jagung dan produktivitas tanaman pangan pada era baru reformasi diiringi dengan meningkatnya kemiskinan penduduk di wilayah pedesaan. Pada kenyataannya, jagung masih merupakan komoditas yang sangat potensial dan dapat meningkatkan pendapatan petani di desa.

Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian mayoritas angkatan kerja di Indonesia. Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, pertumbuhan kesempatan kerja dan berusaha, meningkatkan gizi dan ketahanan pangan rumah tangga, dan mengentaskan kemiskinan di pedesaan.

Petani di pedesaan merupakan keluarga yang produktif karena tidak hanya kepala keluarga saja yang bekerja namun melibatkan istri dan melatih anak-anaknya yang sudah mulai beranjak remaja untuk terlibat dalam kegiatan usaha taninya. Hal tersebut mendukung terbentuknya kelompok tani (poktan) dan kelompok wanita tani (KWT).

(22)

peluang kerja yang dapat menghasilkan pendapatan bagi rumah tangganya, sebagai upaya mengurangi kemiskinan di pedesaan.Hal tersebut juga dijumpai di desa Negeri Sakti.Istri-istri petani terjun sebagai pelaku usaha dan memiliki pendapatan. Peran serta wanita tani di Desa Negeri Sakti tersebut belum dapat mongoptimalkan usaha yang dikelolanya karena bebeberapa faktorsebagai berikut: (1) keterbatasan .modal, (2) rendahnya kesadaran istri petani untuk bergabung ke dalam KWT, (3) kurangnya pembinaan dari Pemerintah tentang pentingnya peran KWT dalam kehidupan petani.Faktor-faktor tersebut menyebabkan masih tingginya jumlah petani miskin di desa tersebut.

Menurut Wahyuni (2003:22), kelompok tani dibentuk berdasarkan surat keputusan dan dimaksudkan sebagai wadah komunikasi antar petani, serta antara petani dengan kelembagaan terkait dalam proses alih teknologi. Surat keputusan tersebut dilengkapi dengan ketentuan-ketentuan atau tolak ukur untuk memonitor dan mengevaluasi kinerjanya. Kinerja tersebut akan menentukan tingkat kemampuan kelompok.

Menurut Nasikun (1995), kemiskinan merupakan sebuah fenomena multifaset, multidimensional, dan terpadu. Hidup miskin bukan hanya berarti hidup di dalam kondisi kekurangan sandang, pangan, dan papan. Hidup dalam kemiskinan seringkali juga berarti akses yang rendah terhadap berbagai ragam sumberdaya dan aset produktif yang sangat diperlukan sebagai sarana pemenuhan kebutuhan hidup yang paling dasar, antara lain: informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kapital.

(23)

masyarakat desa dapat meningkat melalui kenaikan produktivitas di bidang pertanian. Oleh sebab itu, pembangunan masyarakat pedesaan merupakan suatu upaya di dalam menanggulangi kemiskinan, pengangguran, penerapan teknologi dan berbagai permasalahan struktural lainnya (Hamim et al.,1996). Desa juga memiliki peranan yang sangat penting sebagai motor penggerak kemajuan suatu negara berkembang. Sektor pertanian dan peternakan berperan besar dalam menopang ketahanan ekonomi Indonesia. Francois Quesnay dalam Planck (1993:11)menyatakan bahwa petani dan penggarap merupakan satu-satunya kelas produktif dalam ekonomi nasional. Para petani merupakan kelompok pekerja yang terpenting di semua negara berkembang yang berorientasi pada ekonomi pasar.

Petani tanaman pangan dapat meningkatkan pendapatannya dengan cara beternak. Masyarakat petani padi juga dapat memaksimalkan pemanfaatan lahan kering dengan menanam jagung, kedelai, kacang tanah, dan ubikayu (Nur, 2009:228). Upaya tersebut tidak serta merta berjalan dengan baik apabila Pemerintah tidak mengakomodir kebutuhan para petani. Biasanya, masyarakat desa menggabungkan pekerjaannya sebagai petani dan peternak guna mengoptimalkan pendapatan dari lahan yang dimilikinya baik yang berukuran luas maupun sempit. Permasalahannya, petani terkadang mengalami hambatan secara individual, antara lain sulitnya mencari informasi tentang kesehatan ternak dan jenis-jenis hama serta cara menanggulanginya. Hal tersebut mengakibatkan kurang optimalnya hasil produksi pertanian dan peternakan.

(24)

yang terjadi di desa menjadi alasan bagi petani untuk berkolaborasi dan bermusyawarah untuk mendapatkan solusi demi kemajuan bersama.

Masyarakat desa cenderung memiliki rasa solidaritas yang lebih kuat dalam bekerjasama untuk mencapai sesuatu yang positif. Kesejahteraan masyarakat menjadi tujuan utama. Pemerintah mengakomodir hal tersebut dengan cara memberi wewenang pada setiap desa untuk membangun lembaga guna memperlancar kegiatan pertanian di desa serta meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman pangan maupun usaha tani peternakan, perikananan, dan perkebunan. Sehubungan dengan itu, pembangunan dikatakan tidak dapat lepas dari pengaruh teknologi. Menurut Schoorl (1980:1-4),aspek yang paling penting dalam pembangunan suatu masyarakat adalah pergantian teknik produksi dari cara-cara tradisional ke cara-cara modern. Desa sangat berperan penting dalam mempercepat pembangunan kota dengan memasok bahan mentah sebagai kebutuhan baik primer, sekunder maupun tersier.

Provinsi Lampung memiliki potensi yang cukup tinggi di sektor pertanian. Setiap kabupaten memiliki keunggulan komoditas yang spesifik . Para petani dapat mengoptimalkan lahan dengan cara berkebun, bertani, dan berternak. Potensi-potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat petani karena masih minimnya informasi dan pengetahuan petani mengenai metode-metode bercocok tanam dan beternak. Hal tersebut mengakibatkan masih rendahnya pendapatan per kapita dan masih banyak petani yang hidup di bawah garis kemiskinan khususnya di pedesaan. Jumlah penduduk miskin di Lampung pada Maret 2012 mencapai 1.253.834 ribu orang atau 16,18 % (BPS, 2012).

(25)

pengolahan,penyimpanan, dan pemasaran. Hambatan tersebut dapat mengurangi keuntungan petani. Hal tersebut menjadi alasan yang kuat bagi Pemerintah untuk membentuk organisasi petani guna mempermudah akses Pemerintah untuk membina, melakukan pendampingan, dan penyuluhan serta penyebaran informasi. Langkah Pemerintah tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan petani dalam mengelola kegiatan usaha taninya secara komersil.

Kegiatan danpertanian yang dikelola secara komersil diharapkan mampu menghasilkan pendapatan dan keuntungan yang maksimal. Keuntungan dan pendapatan yang maksimal dapat meningkatkan kesejahteraan petani meningkatkan ketahanan pangan. Selanjutnya, keuntungan yang diperoleh petani (produsen) sangat menentukan keputusan produksi musim tanam berikutnya (Nur, 2009:228).

Kementrian Pertanian menindaklanjuti aspirasi masyarakat desa yang menghadapi kesulitan dalam mengoptimalkan hasil kegiatan usaha tani pertanian tanaman pangan dan peternakan. Pemerintah pusat memberikan instruksi kepada seluruh petani di daerah untuk membentuk Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. (Sumber: Permentan No. 273 Tahun 2007)

(26)

Pembentukan organisasi terstruktur seperti halnya Gapoktan tersebut berfungsi untuk mempermudah para petani dalam memperoleh pendampingan, pembinaan, dan penyuluhan dari instansi terkait dalam upaya meningkatkan produksi pertanian secara luas. Peningkatan produktivitas tersebut pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani dan taraf hidup yang berdampak pada penurunan angka kemiskinan secara bertahap. Langkah tersebut merupakan salah satu terobosan Pemerintah untuk memberdayakan masyarakat di pedesaan melalui sektor pertanian dalam rangka menyejahterakan masyarakat.

Pembangunan pertanian tersebut merupakan salah satu pembangunan nasional di tingkat pedesaan dan bisa disebut sebagai Community Development. Pengertian umum Community Development menggambarkan sebuah proses yang dusahakan sendiri oleh

penduduk dan bersama-sama dengan Pemerintah memperbaiki situasi ekonomi, sosial dan kultural desa, mengintegrasikannya dalam kehidupan bangsa dan membuatnya menjadi mampu memberikan sumbangan pada kemajuan nasional sepenuhnya”

(B.Joerges dalam Planck, 1993:245).

Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) merupakan kelompok individu yang bekerja sebagai petani guna memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi petani dan memperoleh solusi dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian yang dikelolanya. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti pada tahun 2012, di Kabupaten Pesawaran terdapat 115 Gapoktan dan jumlah Kelompok Tani mencapai 1.131 Kelompok Tani (Anonimus, 2012).

(27)

teoritis sudah cukup baik. Peraturan Kementerian Pertanian (Permentan) Nomor: 273/Kpts/OT.160/4/2007 menyebutkan bahwa Gapoktan yang telah tumbuh harus berfungsi, sehingga dapat menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri.

Berfungsinya Gapoktan tidak lepas dari peran penyuluh pertanian. Gapoktan mempunyai 5 (lima) fungsi sebagai berikut:

1. Gapoktan berfungsi sebagai Unit Usaha Tani

2. Gapoktan berfungsi sebagai Unit Usaha Pengelolaan

3. Gapoktan berfungsi sebagai Unit Usaha Sarana dan Prasarana Produksi 4. Gapoktan berfungsi sebagai Unit Usaha Pemasaran

5. Gapoktan berfungsi sebagai Unit Usaha Keuangan Mikro

Gapoktan memiliki berbagai fungsi namun dalam pelaksanaannya terdapat banyak masalah dan hambatan. Gapoktan dituntut mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan produksi usaha tani yang menguntungkan berdasarkan informasi yang tersedia lewat teknologi, sosial, dan sarana produksi lainnya akan tetapi secara individual anggota Gapoktan belum memiliki kemampuan untuk melaksanakan seluruh fungsinya. Selain itu tidak ada pihak yang memberikan pengetahuan kepada Gapoktan secara berkala untuk membantu mereka mempersiapkan diri dalam melaksanakan fungsi tersebut. Pemerintah daerah diharapkan untuk terlibat dalam meningkatkan kualitas sumber daya anggota Gapoktankarena Gapoktan menghadapi hambatan yang cukup kompleks.

Menurut Dimyati (1991), permasalahan yang dihadapi oleh kelembagaan petani, adalah sebagai berikut:

(28)

2. belum terlibatnya secara utuh petani dalam kegiatan agribisnis. 3. aktivitas petani masih terfokus pada kegiatan produksi (on farm).

4. peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi petani belum berjalan secara optimal.

Hal tersebut adalah faktor penghambat internal yang dialami para petani di desa Negeri Sakti dan harus diatasi dengan cara memberi pemahaman kepada para petani sehingga petani di desa tersebut bisa lebih meningkatkan pendapatannya. Kemiskinan di lokasi penelitian masih sangat jelas terlihat, terbukti masih banyaknya pemuda yang menganggur karena kurangnya lapangan pekerjaan. Kurangnya modal usaha di sektor pertanian membuat sebagian pemuda di desa tersebut memilih mencari pekerjaan ke luar kota. Kondisi pemukiman pun menjadi gambaran fisik yang nyata bahwa masyarakat di daerah tersebut masih jauh dari sejahtera. Rumah warga yang hanya terbuat dari gribik dan beratapkan jerami. Selebihnya untuk beberapa rumah dibangun semi permanen. Aspek pendidikan tidak dapat menjanjikan masyarakat untuk tumbuh lebih cerdas. Hal ini disebabkan persepsi masyarakat terhadap pendidikan cenderung pesimis. Keluarga lebih mengarahkan anak-anaknya untuk bercocok tanam dan beternak walaupun hasil yang didapat terkadang tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.

(29)

Fungsi Gapoktan sebagai usaha pengelolaan masih belum optimal karena produk pertanian yang dihasilkan petani anggota Gapoktan masih dipasarkan dalam bentuk bahan mentah. Hal tersebut disebabkan belum mampunya Gapoktan memberikan pengarahan dan memperkenalkan teknologi baru untuk mengelola produk pertanian menjadi bahan olahan yang bernilai ekonomi lebih tinggi. Misalnya mengolah singkong menjadi aneka makanan ringan yang berkualitas baik karena selama ini hanya diolah menjadi kerupuk Putu Eyek-eyek yang dilekukan KWT Mekar Jaya, mengolah buah pisang tidak hanya menjadi kue bolu seperti yang dilakukan KWT Sujiwangi, mengolah jagung menjadi produk olahan atau menjual jagung pipilan dalam kemasan yang baik, menyediakan tempat pemasaran produk anggota Gapoktan termasuk pasar ternak.

Fungsi Gapoktan sebagai unit usaha sarana dan prasarana produksi masih terbatas pada penyediaan pupuk dan alat-alat pertanian yang kuantitas dan kualitasnya masih terbatas. Hal tersebut mengakibatkan anggota Gapoktan harus mencari kebutuhan yang diperlukan dalam mengelola usaha taninya dengan membeli di luar Gapoktan. Gapoktan akan mendapat keuntungan dari penyediaan sara dan prasarana produksi apabila mempu menyediakan kebutuhan petani.Fungsi Gapoktan sebagai unit usaha pemasaran masih belum optimal karena belum dapat menghimpun semua hasil pertanian untuk dipasarkan melalui satu tempat yaitu Gapoktan. Saat ini petani masih memasarkan sendiri hasil produksinya ke tempat yang sudah menjadi langganannya dengan harga yang bervariasi antar petani. Hal tersebut mengakibatkan seringkali terjadi kompetisi haraga yang tidak sehat antar petani karena petani yang dapat menjual hasilnya dengan harga lebih murah akan cepat memperoleh uang walaupun keuntungan sangat rendah.

(30)

tabungan sehingga peningkatan kekayaan Gapoktan sangat rendah. Gapoktan akan mempu menghimpun dana yang lebih besar apabila seluruh fungsi Gapoktan berjalan dengan baik sehingga petani mengandalkan teknologi pengelolaan, penyediaan sarana dan prasarana produksi, memasarkan produk pertaniannya pada Gapoktan. Ketergantungan petani pada Gapoktan menyebabkan besarnya kontribusi finansial yang diberikan pada Gapoktan.

Hal tersebut disebabkan oleh faktor eksternal, yaitu kurangnya pendampingan pemerintah kabupaten dan instansi terkait sebagai pengawas dan menuntun Gapoktan untuk siap menjalankan 5 fungsinya. Keberhasilan Gapoktan di Desa Negeri Sakti sampai saat ini masih sebatas pada mempertahankan semangat petani untuk untuk bertahan pada pekerjaannya dan membantu petani anggota Gapoktan untuk berhubungan dengan instansi terkait untuk memperoleh penyuluhan, pendampingan, atau bantuan dana. Tujuan dibentuknya KWT yaitu untuk memberikan wadah bagi para ibu-ibu untuk melakukan kegiatan usaha tani dalam rangka meningkatkan pendapatan rumah tangga petani di desa Negeri Sakti

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1.Bagaimana efektivitas fungsi Gapoktan dalam rangka pengentasan kemiskinan masyarakat Desa Negeri Sakti, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung ?

(31)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui dan menganalisis fungsi Gapoktan Sulahudin di Desa Negeri Sakti, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran dalam pengentasan kemiskinan masyarakat desa.

2. Untuk mengidentifikasi faktor penghambat program Gapoktan Sulahudin yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan program dalam rangka pengentasan kemiskinan masyarakat desa.

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas maka penelitian tersebut :

1. secara teoritis diharapkan dapat memberikan informasi empirik dan pengetahuan seputar pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan taraf hidup melalui Gapoktan. 2. Secara praktis diharapkan dapat memberikan referensi tambahan bagi para peneliti

(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kelompok Tani

1. Pengertian Kelompok

Pengertian kelompok cukup bervariasi tergantung pada sudut pandang para ahli yang mendefinisikannya. Adapun sudut pandang dari beberapa ahli antara lain meliputi pandangan yang mendasarkan pada persepsi, motivasi, tujuan kelompok, organisasi kelompok, interdependensi dan interaksi.

Mayor Polak (dalam Abdul Syani, 1987:98) menguraikan tentang pengertian kelompok nberdasarkan persepsi bahwa kelompok atau grup merupakan sejumlah orang yang ada dalam hubungan antara satu sama lain dan antara hubungan itu bersifat sebagai sebuah struktur. Menurut Abdul Syani (1987:102), sejumlah rangkaian atau sistem yang dapat menyebabkan kelompok dapat dikatakan berstruktur, yaitu:

1. adanya sistem dari status-status para anggotanya. Ia memiliki susunan pengurus yang merupakan suatu rangkaian yang bersifat hierarkis.

2. terdapat atau berlakunya nilai-nilai, norma-norma (kebudayaan) dalam mempertahankan kehidupan kelompoknya yang berartu bahwa keberhasilan struktur selalu diutamakan.

(33)

Johnson dan Johnson (dalam Sarwono, 2005:4-5) mendefinisikan kelompok sebagai dua individu atau lebih yang berinteraksi melalui tatap muka (face to face interaction), dan masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, masing-masing menyadari keberadaan anggota kelompok lainnya, masing-masing menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan bersama.

Kelompok adalah individu-individu yang hidup bersama dalam satu ikatan, yang dalam satu ikatan terjadi interaksi sosial dan ikatan organisasi antar anggota masing-masing kelompok sosial (Soerjono Dirdjosisworo, 1981:47). Kelompok adalah suatu kumpulan manusia yang terdiri dari dua orang atau lebih dengan pola interaksi yang nyata dan dapat membentuk satu kesatuan (Wiraatmadja, 1973:64).

Soetarno (1994:31-34) dalam buku Psikologi Sosial mengutip hasil penelitian para ahli sosiologi dan ahli psikologi sosial yang menyatakan bahwa kelompok sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a.adanya motif yang sama

(34)

Sekelompok manusia yang mempunyai tugas yang sama sulitnya atau mengalami kepahitan hidup bersama pada umumnya menunjukkan tingkah laku yang khusus. Apabila orang lain di luar kelompok itu bertingkah laku seperti mereka, mereka akan menyingkirkan diri. Sikap menolak yang ditunjukkan oleh kelompok itu disebut sikap out-group atau sikap terhadap “orang luar”. Kelompok manusia yang dianggap sebagai

Community Development tersebut menunjukkan pada orang luar tentang kesediaannya

berkorban bersama dan kesetiakawanannya, Selanjutnya mereka menerima orang itu dalam segala kegiatan kelompok. Sikap menerima itu disebut sikap in-group atau terhadap “orang dalam”.

c. adanya solidaritas

Solidaritas adalah sikap kesetiakawanan antar anggota kelompok sosial. Sikap solidaritas yang tinggi dalam kelompok tergantung pada kepercayaan setiap anggota terhadap kemampuan anggota lain untuk melaksanakan tugas dengan baik. Pembagian tugas dalam kelompok sesuai dengan kecakapan masing-masing anggota dan keadaan tertentu akan memberikan hasil kerja yang baik. Dengan demikian, semakin tinggi sikap solidaritas antar anggota kelompok maka semakin tinggi pula sense of belonging. d. adanya struktur kelompok

Struktur kelompok merupakan suatu sistem relasi antar anggota-anggota kelompok berdasarkan peranan status mereka serta sumbangan masing-masing dalam interaksi terhadap kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

(35)

1.kelompok terdiri dari paling sedikit dua orang dan dapat terus bertambah menjadi lebih dari dua.

2. kelompok-kelompok yang sebenarnya tidak dianggap terbentuk karena memenuhi persyaratan jumlah.

3. komunikasi dan interaksi yang merupakan unsur pokok suatu kelompok harus bersifat timbal balik.

4. kelompok-kelompok bisa bertahan sepanjang hidup atau dalam jangka panjang tetapi juga bisa hanya dapat bertahan sementara atau jangka pendek.

6. minat dan kepentingan bersama merupakan dasar utama pembentukan kelompok.

Pembentukan kelompok dapat berdasarkan situasi yang beraneka ragam yang dalam situasi tertentu manusia dituntut untuk bersatu.

2. Pengertian Petani

Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 273 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petanimenyebutkan bahwa kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha tani anggota.

(36)

sedemikian rupa sehingga menguntungkan bagi kehidupan manusia itu sendiri.Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang.

Kebudayaan masyarakat petani menurut Redfield (1985:56) adalah kebudayaan terbelah. Pertama, untuk mempertahankan dirinya, maka petani dituntut untuk melakukan suatu komunikasi secara terus-menerus dengan pemikiran komunitas lokal yang berasal dari luar. Kedua, petani mengundang pihak luar untuk mengikuti jalur interaksi yang panjang antara komunitas tersebut dengan pusat-pusat peradaban.

Prinsip-prinsip organisasi petani dibentuk untuk mempermudah anggota-anggotanya dalam mencapai sebagian yang dibutuhkan dan/atau diinginkan, Setiap anggota menginginkan dan akan berusaha agar kelompoknya dapat benar-benar efektif dalam menjalankan fungsinya. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara meningkatkan kualitas interaksi/kerjasamanya dalam memanfaatkan segala potensi yang ada pada anggota dan lingkungannya.

2. Pengertian Gapoktan a. Definisi Gapoktan

Gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Permentan No. 273 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani.

(37)

secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pimpinan seorang kontak tani. Menurut Mosher dalam Mardikanto (1993), salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kerjasama kelompok tani.

Kelompok tani (Poktan) adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk bekerjasama dalam meningkatkan, mengembangkan produktivitas usaha tani, memanfaatkan sumberdaya pertanian, mendistribusikan hasil produksinya dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

Berbagai macam peluang dan hambatan timbul dalam usaha tani sesuai dengan lingkungan sosial ekonomi setempat. Oleh karena itu diperlukan pengembangan kelompok tani ke dalam suatu organisasi yang jauh lebih besar. Beberapa kelompok tani bergabung ke dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan). Penggabungan dalam Gapoktan terutama dilakukan oleh kelompok tani yang berada dalam satu wilayah administrasi Pemerintahan untuk menggalang kepentingan bersama secara kooperatif. Wilayah kerja Gapoktan sedapat mungkin di wilayah administrasi desa/kecamatan (Anonimus, 2007 : 4).

b. Tujuan Gapoktan

Gapoktan dibentuk dengan tujuan

1. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan sumberdaya manusia (SDM) melalui pendidikan pelatihan dan studi banding sesuai kemampuan keuangan Gapoktan. 2. Meningkatkan kesejahteraan anggotanya secara keseluruhan tanpa kecuali yang

(38)

maupun non material sesuai dengan kontribusi/andil/masukan yang diberikan dalam rangka pengembangan Organisasi Gapoktan.

3. Menyelenggarakan dan mengembangkan usaha di bidang pertanian dan jasa yang berbasis pada bidang pertanian.

4. Dalam membangun kerjasama dengan berbagai pihak, harus diketahui dan disepakati oleh rapat angota, dengan perencanaan dan analisa yang jelas dan harus berpedoman Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

c. Manfaat Gapoktan

Gapoktan bermanfaat untuk:

1. Memudahkan para penyuluh pertanian melakukan pembinaan untuk memfasilitasi para petani dalam mengembangkan usahanya.

2. Memudahkan para pengambil kebijakan untuk melaksanakan program-program yang akan dikembangkan.

3. Memudahkan penyuluh pertanian melakukan pemberdayaan terhadap petani. Pemberdayaan Gapoktan adalah upaya untuk menciptakan, meningkatkan kapasitas dan kemandirian Gapoktan secara partisipatif agar mereka:

a. mampu menemukenali permasalahan yang terkait dalam penyediaan pangan di saat menghadapi musim paceklik dan pendistribusian atau pemasaran serta pengolahan hasil produksi petani dan ;

b. mencari, merumuskan, dan memutuskan cara yang cepat dan tepat bagi anggotanya terhadap persoalan ketidakstabilan harga di tingkat petani, pemasaran hasil produksi petani, dan rendahnya ketersediaan pangan disaat paceklik.

(39)

Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor: 273/Kpts/OT.160/4/2007 menyebutkan bahwa Gapoktan yang telah tumbuh harus berfungsi, sehingga dapat menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri. Berfungsinya Gapoktan tidak lepas dari peran penyuluh pertanian yang bertugas di desa/kelurahan setempat.

Gapoktan mempunyai 5 (lima) fungsi, yaitu: 1. Gapoktan Berfungsi sebagai Unit Usaha Tani

Gapoktan dapat berfungsi sebagai unit usahatani apabila penyuluh pertanian yang bertugas mampu mengarahkan Gapoktan sehingga dapat menjalankan fungsinya mempunyai kemampuan sebagai berikut:

a. Mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan produksi usaha tani yang menguntungkan berdasarkan informasi yang tersedia (dalam bidang teknologi, sosial, permodalan, sarana produksi dan sumber daya alam lainnya). b. Menyusun rencana definitif Gapoktan dan melaksanakan kegiatan atas dasar

pertimbangan efisiensi.

c. Memfasilitasi penerapan teknologi (bahan, alat, cara) usaha tani anggota sesuai dengan rencana kegiatan Gapoktan.

d. Menjalin kerjasama/kemitraan dengan pihak lain yang terkait dalam pelaksanaan usaha tani.

e. Mengevaluasi kegiatan bersama dan rencana kebutuhan Gapoktan, sebagai bahan rencana kegiatan yang akan datang.

f. Meningkatkan kesinambungan produktivitas dan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan.

(40)

2. Gapoktan Berfungsi sebagai Unit Usaha Pengolahan

Gapoktan dapat berfungsi sebagai unit usaha pengolahan apabila penyuluh pertanian berperan mengarahkan Gapoktan agar dalam melaksanakan tugasnya. mempunyai kemampuan sebagai berikut:

a. Menyusun perencanaan kebutuhan peralatan pengolahan hasil usaha tani anggotanya;

b. Mengembangkan kemampuan petani anggota Gapoktan dalam pengolahan produk pertanian; dan

c. Mengorganisasikan kegiatan produksi petani anggota Gapoktan ke dalam unit usaha pengolahan hasil pertanian.

3.Gapoktan Berfungsi sebagai Unit Usaha Sarana dan Prasarana Produksi Gapoktan dapat berfungsi sebagai unit usaha sarana dan prasarana apabila penyuluh pertanian berperan dalam mengarahkan Gapoktan agar berkemampuan dalam menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana setiap anggotanya.

4. Gapoktan Berfungsi sebagai Unit Usaha Pemasaran

Fungsi Gapoktan sebagai unit usaha pemasaran dapat dicapai apabila penyuluh pertanian berperan dalam mengarahkan Gapoktan untuk menjalankan fungsinya ai kemampuan sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi serta menganalisis potensi dan peluang pasar berdasarkan sumber daya yang dimiliki untuk mengembangkan komoditas yang lebih menguntungkan.

(41)

c. Mengembangkan penyediaan komoditi yang dibutuhkan pasar.

5. Gapoktan Berfungsi sebagai Unit Usaha Keuangan Mikro

Gapoktan dapat berfungsi sebagai unit usaha keuangan mikro apabila penyuluh pertanian mampu mengarahkan Gapoktan agar dapat menjalankan fungsinya dalam menumbuhkembangkan kreativitas dan prakarsa anggota untuk memanfaatkan informasi dan akses permodalan yang tersedia.

e. Aktivitas Gapoktan 1. Pengertian Aktivitas

Aktivitas adalah tindakan manusia yang mengandung maksud tertentu dan memang dikehendaki oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan (Manulang, 1981:147).Glodstone(1983:191) menegaskan bahwaarti aktivitas adalah sebagai berikut :

“Aktivitas adalah usaha melalui kegiatan atau tindakan manusia terhadap apa yang dikerjakan dan hasilnya dinikmati oleh seorang yang atau sekelompok orang yang mencangkup kerja pikiran dan fisik”.

Beberapa aktivitas yang dilakukan Gapoktan yaitu :

a. Merancang Rencana Usaha Gapoktan (RUG) yaitu rencana usaha yang disusun oleh anggota kelompok tani secara sistematis dan partisipatif dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi petani/Poktan dalam mendistribusikan, memasarkan. mengolah, dan menyimpan hasil panen yang tidak dapat diselesaikan oleh petani/Poktan tersebut sehingga membutuhkan kerja sama dan dukungan dari pihak lain dalam skala yang lebih besar.

(42)

a. Unit usaha distribusi/pemasaran milik Gapoktan adalah unit usaha yang dibentuk atas keinginan, kebutuhan, dan kesepakatan dari anggota Gapoktan untuk dapat mendistribusikan atau memasarkan hasil produksi (gabah/beras/ jagung) petani anggotanya dengan melakukan pembelian dan penjualan sehingga harga stabil di tingkat petani.

b. Unit usaha pengolahan milik Gapoktan adalah unit usaha yang dibentuk atas keinginan, kebutuhan, dan kesepakatan dari anggotaGapoktan untuk dapat mengolah, menggiling, mengepak, dan menyimpan gabah/ beras/ jagung hasil produksi petani anggotanya sehingga mampu meningkatkan nilai tambah produk petaniann.

c. Unit pengelola cadangan pangan adalah unit pengelolaan cadangan pangan yang dibentuk atas keinginan, kebutuhan dan kesepakatan dari anggota Gapoktan untuk dapat menyimpan pangan dalam jumlah yang cukup bagi anggotanya sehingga mampu mendekatkan akses pangan sepanjang waktu khususnya saat menghadapi musim paceklik.

d. Sentra produksi pangan (padi dan/atau jagung) adalah provinsi dan/atau kabupaten/kota yang produksi pangannya didominasi oleh komoditas padi dan/atau jagung.

f. Karakteristik Kelompok Tani

Kelompok tani pada dasarnya adalah organisasi non formal di pedesaan yang ditumbuhkembangkan “dari, oleh dan untuk petani”yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Ciri Kelompok Tani

(43)

a. Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota, b. Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani, c. Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha, jenis

usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi.

d. Ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama.

2. Unsur Pengikat Kelompok Tani

Unsur-unsur pengikat kelompok tani meliputi sebagai berikut: a. Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya.

b. Adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara paraanggotanya.

c. Adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani dan kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya.

d. Adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sekurang kurangnya sebagian besar anggotanya.

e. Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk menunjang program yang telah ditentukan.

3. Fungsi Kelompok Tani

Kelompok tani berfungsi sebagai:

(44)

b. Wahana Kerjasama; Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.

c. Unit Produksi; Usaha tani yang dilaksanakan oleh masing masing anggota kelompoktani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.

B. Tinjauan Pengentasan Kemiskinan 1. Definisi Kemiskinan

Hall dan Midgley (2009), menyatakan bahwa kemiskinan dapat didefenisikan sebagai kondisi deprivasi materi dan sosial yang menyebabkan individu hidup di bawah standar kehidupan yang layak, atau kondisi individu yang mengalami deprivasi relatif dibandingkan dengan individu yang lainnya dalam masyarakat. Kemiskinan juga didefenisikan sebagaiketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuasaan sosial (Friedmann, 1979).

(45)

sekaligus juga merupakan dampak untuk dan dari faktor-faktor lainnya atau penyebab sirkuler (Rajab, 1996). Sementara itu, Harris (1984) mengatakan bahwa kemiskinan disebabkan karena keterbatasan faktor-faktor geografis (daerahnya terpencil atau terisolasi, dan terbatasanya prasarana dan sarana), ekologi (keadaan sumber daya tanah/lahandan air serta cuaca yang tidak mendukung), teknologi (kesederhanaan sistem teknologi untuk berproduksi), dan pertumbuhan penduduk yang tinggi dibandingkan dengan tingkat penghasilannya. Chambers (1983) mengemukakan bahwa sebenarnya orang-orang miskin tidaklah malas, fatalistik, boros, dungu dan bodoh, tetapi mereka sebenarnya adalah pekerja keras, cerdik dan ulet. Argumennya dilandasi bahwa mereka memiliki sifat-sifat tersebut karena untuk dapat mempertahankan hidupnya dan melepaskan diri dari belenggu rantai kemiskinan.

Menurut Soekanto (2002:365) kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Menurut sejarah, keadaan kaya dan miskin secara berdampingan bukan merupakan masalah sosial sampai saatnya perdagangan berkembang dengan pesat dan timbulnya nilai-nillai sosial yang baru. Kemiskinan merupakan konsep dan fenomena yang bermatra multidimensional. Suharto (2009:132) menyatakan bahwa kemiskinan memiliki beberapa ciri sebagai berikut:

a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang dan papan).Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).

b. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).

c. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal. d. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan keterbatasan sumber alam. e. Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.

f. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.

g. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.

(46)

Dengan menggunakan perspektif yang lebih luas lagi, David Cox dalam Suharto (2009:132-133) membagi kemiskinan ke dalam beberapa dimensi:

1. Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi menghasilkan pemenang dan yang kalah. Pemenang umumnya adalah negara maju. Sedangkan negara-negara berkembang seringkali semakin terpinggirkan oleh persaingan dan pasar bebas yang merupakan prasyarat globalisasi.

2. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan subsisten (kemiskinan akibat rendahnya pembangunan), kemiskinan pedesaan (kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan), kemiskinan perkotaan (kemiskinan yang disebabkan oleh hakekatdan kecepatan pertumbuhan perkotaan). 3. Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak, dan

kelompok minoritas.

4. Kemiskinan konsekuensial. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian lain atau faktor-faktor eksternal diluar si miskin, seperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan, dan tingginya jumlah penduduk.

Ellis dalam Suharto (2009:133) menyatakan bahwa dimensi kemiskinan menyangkut aspek ekonomi, politik dan sosial-psikologis. Secara ekonomi, kemiskinan dapat didefinisikan sebagai kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Sumberdaya dalam konteks ini tidak hanya menyangkut aspek finansial tetapi juga menyangkut semua jenis kekayaan (wealth) yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti luas. Berdasarkan konseptersebut, maka kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persediaan sumberdaya yang dimiliki melalui penggunaan standar baku yang dikenal dengan garis kemiskinan (poverty line). Cara seperti ini sering disebut dengan metode pengukuran kemiskinan absolut.

(47)

Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi ekonomi, khususnya pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntungan non-material. Kemiskinan secara luas didefinisikan sebagai kondisi yang ditandai oleh serba kekurangan baik dalam pendidikan, kesehatan yang buruk, dan kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat (Suharto, 2009:134).

Definisi kemiskinan dengan menggunakan pendekatan kebutuhan dasar seperti ini diterapkan oleh Departemen Sosial, terutama dalam mendefinisikan fakir miskin. Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (Badan Pusat Statistik dan Departemen Sosial, 2002:3). Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan (Departemen Sosial, 2001). Kebutuhan pokok dalam definisi tersebut meliputi kebutuhan makanan, pakaian, perumahan, perawatan kesehatan, dan pendidikan.

Kemiskinan ditinjau dari aspek politis dapat dilihat dari tingkat akses terhadap kekuasaan (power). Kekuasaan dalam pengertian ini mencakup tatanan sistem politik yang dapat menentukan kemampuan sekelompok orang dalam menjangkau dan menggunakan sumber daya. Ada tiga pertanyaan mendasar yang berkaitan dengan akses terhadap kekuasaan ini, yaitu :

a. bagaimana orang dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada dalam masyarakat. b. bagaimana orang dapat turut ambil bagian dalam pembuatan keputusan penggunaan

sumberdaya yang tersedia.

(48)

Kemiskinan dalam konteks politik dapat didefinisikan sebagai ketidaksamaan kesempatan dalam mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang meliputi:

a. modal produktif atau asset (tanah, perumahan, alat produksi, kesehatan), b. sumber keuangan (pekerjaan,kredit),

c. organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama (koperasi, partai politik, organisasi sosial),

d. jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang, dan jasa e. pengetahuan dan keterampilan,;

f. informasi yang berguna untuk kemajuan hidup (Friedman dalam Suharto, 2009). Kemiskinan secara sosial-psikologis menunjukkan pada kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan-kesempatan peningkatan produktivitas. Dimensi kemiskinan ini juga dapat diartikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat yang mencegah atau merintangi seseorang dalam memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada dimasyarakat. Faktor-faktor penghambat tersebut secara umum meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal datang dari dalam diri individu miskin itu sendiri, seperti rendahnya pendidikan atau adanya hambatan budaya.

Teori “kemiskinan budaya” (cultural poverty) yang dikemukakan Oscar Lewis dalam

Suharto et.al., (2009), misalnya menyatakan bahwa kemiskinan dapat muncul sebagai akibat adanya nilai-nilai atau kebudayaan yang dianut oleh orang-orang miskin, seperti malas, mudah menyerah pada nasib, kurang memiliki etos kerja dan sebagainya. Faktor eksternal datang dari luar kemampuan orang yang bersangkutan, seperti birokrasi atau peraturan-peraturan resmi yang dapat menghambat seseorang dalam memanfaatkan sumber daya. Kemiskinan model ini seringkali diistilahkan dengan kemiskinan struktural. Menurut pandangantersebut, kemiskinan terjadi bukan karena “ketidakmauan” si miskin untuk bekerja (malas), melainkan karena “ketidakmauan”

(49)

Indonesia dilanda krisis multidimensional yang memuncak pada periode 1997-1999. Selama kurun waktu 1976-1996 terjadi penurunan tingkat kemiskinan secara spektakuler dari 40,1 persen menjadi 11,3 persen namun setelah itu terjadi peningkatan jumlah orang miskin dengan tajam, terutama setelah dilanda krisis ekonomi.

Studi yang dilakukan BPS, UNDP dan UNSFIR menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin pada periode 1996-1998 meningkat dengan tajam dari 22,5 juta jiwa (11,3%) menjadi 49,5 juta jiwa (24,2%) atau bertambah sebanyak 27,0 juta jiwa Organisasi internasional buruh atau International Labour Organisation (ILO) memperkirakan jumlah orang miskin di Indonesia pada akhir tahun 1999 mencapai 129,6 juta atau sekitar 66,3 persen dari seluruh jumlah penduduk (BPS, 1999).

Menurut Remi dan Tjiptoherijanto dalam Suharto (2009:136). data BPS juga memperlihatkan bahwa selama periode 1996-1998, telah terjadi peningkatan jumlah penduduk di wilayah pedesaan dan perkotaan, masing-masing menjadi 62,72% untuk wilayah pedesaan dan 61,1% untuk wilayah perkotaan. Persentase peningkatan penduduk miskin di wilayah pedesaan terhadap total populasi (7,78%) lebih besar dibandingkan dengan perkotaan (4,72%). Jumlah orang miskin selama dua tahun terakhir ini secara absolut meningkat sekitar 140% atau 10,4 juta jiwa di wilayah perkotaan, sedangkan di pedesaan sekitar 105% atau 16,6 juta jiwa.

(50)

diantaranya adalah orang miskin, yang terdiri dari 10 orang bukan fakir miskin dan 8 orang fakir miskin.

2. Jenis-jenis Kemiskinan

Menurut Hardiman (1982) dan Jones (1990) dalam Suharto (2009:143), pekerjaan sosial di Dunia Ketiga seharusnya lebih memfokuskan pada penanganan masalah sosial yang bersifat makro, seperti kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah dominan di negara-negara berkembang.

Menurut Suparlan (1985), kemiskinan yang terjadi di Indonesia secara sosiologis memiliki beberapa pola, yaitu:

a. Kemiskinan Individu

Kemiskinan individu terjadi karena adanya kekurangan-kekurangan yang dipandang oleh seseorang mengenai syarat-syarat yang diperlukan untuk mengatasi dirinya dari lembah kemiskinan.

b. Kemiskinan Relatif

Kemiskinan relatif merupakan pengertian yang disebut dengan social economics status atau disingkat dengan SES (biasanya untuk keluarga atau rumahtangga). Dalam hal ini diadakan perbandingan antara kekayaan materil dari keluarga atau rukun tetangga di dalam suatu komunitas teritorial.

c. Kemiskinan Struktural

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh struktur sosial ekonomi yang sedemikian rupa sehingga masyarakat menjadi bagiannya. Kemiskinan struktural dipahami sebagai kemiskinan yang terjadi akibat ketidakmerataan sumberdaya karena struktur dan peran seseorang dalam masyarakat.

Menurut Nasikun (1995), tiga ciri kemiskinan struktural yakni : 1. jauh dari alat-alat produksi,

(51)

Kemiskinan struktural menurut teori Johan Galtung (1971) adalah kelompok yangterdapat di luar ”pusat” atau yang berada di ”pinggiran”. Hal tersebut

mengindikasikan adanya dua kelas dalam suatu negara, yakni pusat dan pinggiran. Kelas pusat punya kekuasaan secara politik, sedangkan kelas pinggiran dibisukan oleh kemiskinan buatan pusat. Budiman (1996:39) memandangmodernisasi didasarkan pada faktor non material penyebab kemiskinan, khususnya dunia ide atau alam pikiran.

(52)

C. Skema kerangka pikir

Kerangka pikir penelitin ini terdapat pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir

FAKTOR PENGHAMBAT

 Kurangnya SDM untuk memaksimalkan bantuan dari Pemerintah

 Kurangnya SDM dan perngetahuan dalam memaksimalkan potensi yang ada

 Kurangnya intensitas

pendampingan dan penyuluham dari Dinas Pertanian Kabupaten Pesawaran

PENGENTASAN KEMISKINAN

 Realisasi fungsi Gapoktan

 Efektivitas fungsi Gapoktan

FUNGSI GAPOKTAN

 Unit Usaha Tani

 Unit Usaha Pengelolahan

 Unit Sarana dan Prasarana Produksi

 Unit Usaha Pemasaran

(53)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe dan Pendekatan Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dan pendekatan kualitatif. Penelitian ini lebih menekankan proses penelitian daripada hasil penelitian sehingga bukan kebenaran mutlak yang dicari tetapi pemahaman yang mendalam tentang sesuatu. Penelitian kualitatif dalam penelitian ini adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan guna mendapatkan data atau informasi yang bersifat sebenar-benarnya serta memberikan pemahaman menyeluruh dan mendalam mengenai informasi tentang peran Gapoktan dalam mengentaskan kemiskinan di kecamatan Negeri Sakti.

B.Fokus Penelitian

(54)

dan menunjang peranan penting dalam memandu serta mengarahkan jalannya penelitian.

Fokus penelitian ini meliputi:

a. Efektivitas fungsi Gapoktan dalam pengentasan kemiskinan di Desa Negeri Sakti, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran.

b. Faktor penghambat Gapoktan dalam pengentasan kemiskinan di Desa Negeri Sakti, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Desa Negeri Sakti, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran.Lokasi tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan jumlah penduduk yang bekerja sebagai petani dan masih banyak petani yang berada di bawah garis kemiskinan sehingga mudah mendapatkan responden dan narasumber yang sangat mendukung peneliti dalam menggali informasi.

D. Teknik Pengumpulan Data

(55)

1. Sumber Data

Sunber data dapat dikelompokkan menjadi sumber data primer dan sekunder.

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung dapat memberikan data kepada pengumpul data, dengan menggunakan teknik wawancara secara mendalam dan observasi mengenai peran Gapoktan dalam rangka pengentasan kemiskinan di Desa Negeri Sakti, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder bersumber dari dokumentasi berupa arsip-arsip, serta dokumen-dokumen yang berhubungan dengan aktivitas Gapoktan yang berkaitan dengan fungsinya dan factor penghambat yang mengakibatkan masih banyaknya petani di lokasi penelitian yang masih hidup dalam kemiskinan.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi.

(56)

Esterberg dalam Sugiyono (2012:232) mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga maknanya dapat dikonstruksikan dalam suatu topik tertentu. Instrumen yang dapat digunakan dalam wawancara ini meliputi catatan kecil peneliti di lapangan, pedoman wawancara, dan alat bantu lainnya seperti handphone multiguna untuk merekam dan kamera.Wawancara dilakukan terhadap responden atau informan yang dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam menjawab dan membahas permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini.

Responden atau informan yang diwawancarai dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Ketua Gapoktan Sulahudin yang memiliki wilayah kerja di Desa Negeri Sakti, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran. 2. Anggota Gapoktan Sulahudin, Desa Negeri Sakti, Kecamatan

Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran.

3. Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) bidang pertanian di Balai Penyuluhan Pertanian Kabupaten Pesawaran.

(57)

b. Observasi

Observasi adalah proses pengamatan dalam penelitian kualitatif untuk mendapat informasi sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Nazir (1988:211), ada tiga macam observasi yaitu:

1. Observasi partisipatif

Observasi partisipatif merupakan observasi yang dilakukan peneliti dengan cara ikut terjun langsung dalam aktivitas responden atau informan yang berkaitan dengan tujuan penelitian atau obyek pengamatan. Observasi partisipatif memungkinkan peneliti memperoleh data yang lengkap, tajam, dan mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang diperlihatkan responden atau informan.

2. Observasi terus terang

Observasi terus terang dilakukan peneliti dengan cara berterus terang kepada narasumber bajwa peneliti sedang melakukan pengumpulan data/

c. Dokumentasi

(58)

anggotanya dari kemiskinan dan data-data keberhasilan Gapoktan dalam menjalankan fungsi yang telah ditetapkan dalam Permentan.

E. Teknik Analisis Data

Nazir (1988:211) menyatakan bahwa analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dalam penelitian kualitatif meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

1. reduksi data

Reduksi data merupakan aktivitas yang dilakukan peneliti setelah melakukan pengumpuan data dengan cara merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, menemukan tema dan polanya. Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keleluasaan serta kedalaman wawasan.

2. penyajian data

(59)

3. penarikan kesimpulan

Kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian kualitatif tidak selalu dapat menjawab masalah yang dirumuskan sejak awal. Hal tersebut disebabkan masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan dapat berkembang setelah peneliti berada di lapangan.Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan melalui pengambilan intisari dari rangkaian kategori hasil penelitian berdasarkan observasi, wawancara, serta dokumentasi hasil penelitian.

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Keabsahan data dapat dikretahui melalui teknik pemeriksaan. Sugiyono (2012:270) menyebutkan bahwa uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi:

1. derajatkepercayaan

Kriteria ini berfungsi untuk: (1)melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai, (2)memperlihatkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan cara melakukan pembuktian terhadap kenyataan yang sedang diteliti. Kegiatan yang dilakukan peneliti agar hasil penelitiannya dapat dipercaya yaitu melakukantriangulasi.

(60)

berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan dan dengan metode yang berlainan dengan berbagai carasebagai berikut:

a.triangulasisumber yangdilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Peneliti dalam tahap ini melakukan wawancara secara mendalam terhadapbeberapa narasumber yang posisinya berbeda sehingga informasi yang diperoleh dari narasumber yang satu dapat dibandingkan dengan informasi dari narasumber lainnya.

b.triangulasi teknik yang dilakukan dengan cara mengecek data pada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda

c.triangulasi waktu yang dilakukan melalui pengecekan dengan melakukan wawancara, observasi atau teknik dalam waktu atau situasi yang berbeda, baik dengan menggunakan bahan referensi maupun mengumpulkan berbagai bahan-bahan, catatan-catatan atau rekaman-rekaman yang dapat digunakan sebagai referensi dan patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data.

2. Keteralihan (Transferability)

(61)

memutuskan apakah hasil penelitian tersebut dapat diaplikasikan di tempat lain.

3. Kebergantungan (Dependability)

Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Hasil penelitian dinyatakan tidak dependable apabila data penelitian ada namun proses penelitian tidak ada atau penelitian tidak dilakukan.

4. Kepastian (Confirmability)

Pengujian (confirmability) dalam penelitian kualitatif disebut dengan uji obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati oleh banyak orang. Uji confirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan.

Gambar

Gambar Halaman
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir
Tabel 1. Jumlah penduduk Desa Negeri Sakti berdasarkan jenis kelamin
Tabel 3. Jumlah penduduk Desa Negeri Sakti berdasarkan jenis    pekerjaannya
+5

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi dengan judul "Representasi Perlawanan Korupsi dalam Lirik Lagu Merdeka karya Slank Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce" adalah karya

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan selama tiga siklus, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media kertas origami dapat meningkatkan kemampuan

bahwa untuk melaksanaan ketentuan Pasal 79 ayat (3) Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah perlu membentuk Peraturan Bupati

Tanpa adanya rasa saling percaya atau hubungan yang baik an- tara pemberi dukungan dan orang yang akan didukung, pem- berian dukungan yang tepat akan sulit dilakukan.( 5 Menit

Dalam konteks ini j isu-isu penting yang relevan akan turut dibincangkan termasuklah persoalan tentang faktor yang telah mempengaruhi kemunculan tradisi pensejarahan

Jawaban dari permasalahan tersebut adalah bahwa rekayasa balik yang dilakukan dalam rangka pembuatan program keygen termasuk perbuatan yang dilarang dalam pasal 30 ayat

Nasabah mendapatkan discount s.d 30 % apabila belanja menggunakan Fiesta Poin kartu mandiri debit atau Power Poin Kartu Kredit dengan transaksi minimal Rp 500 ribu.. Gandaria

Dengan pola ini perlu dilakukan berbagai tindakan taktis yang terdiri dari (a) penentuan strategi pengajaran guna membentuk keterampilan berbahasa yang secara