• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE RELATIONSHIP OF ACHIEVEMENT MOTIVATION, ATTITUDES OF TEACHERS AND THE QUALITY OF EDUCATION WITH TEACHERS’ PERFORMANCE OF MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 MODEL BANDAR LAMPUNG HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI, SIKAP GURU DAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN KINERJA GURU MA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "THE RELATIONSHIP OF ACHIEVEMENT MOTIVATION, ATTITUDES OF TEACHERS AND THE QUALITY OF EDUCATION WITH TEACHERS’ PERFORMANCE OF MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 MODEL BANDAR LAMPUNG HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI, SIKAP GURU DAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN KINERJA GURU MA"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

ii ABSTRACT

THE RELATIONSHIP OF ACHIEVEMENT MOTIVATION, ATTITUDES OF TEACHERS AND THE QUALITY OF EDUCATION

WITH TEACHERS’ PERFORMANCE OF MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 MODEL BANDAR LAMPUNG

By SISTIWATI

The purpose of this research are to know and to analyze the relations between : achievement motivation with teachers’ performance, teacher’s attitude with

teacher’s performance, education quality with teachers' performance, Motivation

of achievement teacher’s, attitude and to quality education with teacher’s

performance of Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bandar Lampung.

This quantitative research uses correlational approach. Data collecting techniques used in this research are questionnair and documentation. The Sample uses Slovin formula for 72 people from population 87 teacher’s. Data analysis is done by using Correlation and regression technique both traditional and double. Hypothesis testing is done with Product Moment Correlation and Double Correlation, which previously had been tested for normality and linearity.

Result shows that, 1) There is a significant positive relationship between

achievement motivation and teacher’s performance, it implies tha the better the

achievement motivation of a teacher the better the performance of the teacher,

2) there is a significant positive relantionship between teacher’s attitude and

teacher’s performance, means that the better the attitude of a teacher the better the

performance of the teacher, 3) there is significant positive relationship between

the quality of education with teacher’s performance. it implies that the better the

quality of education of a teacher the better the teacher’s performance, 4) there is a significant positive relationship between achievement motivation., teacher’s

attitudes and the quality of education together with teacher’s performance implies that the better the achievement motivation and attitudes of teacher the better the performance of the teacher.

Key words : achievement motivation, attitude, the quality of education,

(2)

iii ABSTRAK

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI, SIKAP GURU DAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN KINERJA GURU MADRASAH ALIYAH

NEGERI 1 MODEL BANDAR LAMPUNG

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional, teknik pengumpulan data dilakukan melalui kuisioner dan dokumentasi. Sampel menggunakan rumus Slovin sebanyak 72 orang dari populasi 87 orang guru. Analisis data dan Pengujian hipotesis dilakukan dengan korelasi Product Moment dan korelasi ganda, yang sebelumnya telah dilakukan uji normalitas dan linieritas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi berprestasi dengan kinerja guru, mengandung arti bahwa semakin baik motivasi berprestasi maka semakin baik pula kinerja seorang guru, 2) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sikap guru dengan kinerja guru, mengandung arti bahwa semakin baik sikap maka semakin baik pula kinerja seorang guru, 3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara mutu pendidikan dengan kinerja guru, mengandung arti bahwa semakin baik mutu pendidikan, maka semakin baik pula kinerja seorang guru, 4) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan secara bersama-sama dengan kinerja guru, mengandung arti bahwa semakin baik motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan maka semakin baik pula kinerja seorang guru.

(3)
(4)
(5)
(6)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Teluk Betung, Bandar Lampung pada tanggal 22 September 1964. Anak kedua dari lima bersaudara dari Bapak Abdul Syukur Said dan Ibu Zuairiah.

Pendidikan yang pernah penulis tempuh adalah di Sekolah Dasar Negeri No 22 Teluk Betung yang diselesaikan pada tahun 1976, Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama Negeri Teluk Betung diselesaikan pada tahun 1980, Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas Negeri 3 Tanjung Karang diselesaikaan pada tahun 1983, Perguruan Tinggi Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan diselesaikan pada tahun 1988. Pada tahun 2012 penulis diterima di Perguruan Tinggi Universitas Lampung pada Pascasarjana Magister program studi Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan lulus pada tanggal 20 Februari 2014.

(7)

viii MOTO

Menuntutlah Ilmu Setinggi-tingginya Karena Menuntut Ilmu Adalah Ibadah

Studying is worship

(8)

ix

PERSEMBAHAN

Beriring rasa syukur alhamdulillah kepada ALLAH SWT atas izin dan ridho-Nya kupersembahkan karya tulis ini

sebagai tanda bukti dan cintaku kepada :

1. Bapak dan Ibu tercinta, Abdul Syukur Said (Alm) dan Zuairiah (Alm) yang telah membesarkan dan mendidikku dengan segenap kasih sayangnya dan tak

pernah bosan memberiku semangat, bimbingan, nasehat serta doa yang senantiasa mengiringi langkahku untuk kebahagian dan keberhasilanku yang

telah tenang di surga amin.

2. Suamiku tercinta, anak-anakku yang kusayangi (Rizkya iqlima, Emir gahara, Duta hafsari,

Lutfi dikara)

yang selalu mendo’akan serta Mendukungku.

3. Keluarga Besarku yang selalu mengharapkan keberhasilanku.

(9)

xiii

1.6 Manfaat Penelitian ... 10

1.7 Ruang Lingkup Penelitian ... 11

(10)

xiv

2.7 Hipotesis ... 40

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 41

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 42

3.3 Variabel Penelitian ... 43

3.3.1 Variabel Bebas ... 43

3.3.2 Variabel Terikat ... 44

3.4 Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 44

3.4.1 Variabel Motivasi Berprestasi ... 44

3.4.2 Variabel Sikap Guru ... 46

3.4.3 Variabel Mutu Pendidikan ... 47

3.4.4 Variabel Kinerja Guru ... 49

3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 51

3.5.1 Studi Dokumentasi ... 51

3.5.2 Teknik Angket ... 51

3.5.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 52

3.6 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 61

3.6.1 Teknik Analisis Data ... 61

3.6.2 Pengujian prasyarat Analisis ... 62

3.6.2.1Uji Normalitas ... 62

3.6.2.2Uji Linearitas ... 66

3.6.3 Pengujian Hipotesis ... 80

3.6.4 Menggunakan Korelasi Pearson Product Moment ... 81

3.6.5 Menggunakan Korelasi Ganda ... 82

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum MAN 1 Model Bandar Lampung ... 88

4.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 89

4.2.1 Variabel Motivasi Berprestasi ... 90

4.2.2 Variabel Sikap Guru ... 92

4.2.3 Variabel Mutu Pendidikan ... 94

4.2.4 Variabel Kinerja Guru ... 96

4.3 Uji Prasyarat Analisis Regresi ... 98

4.3.1 Uji Normalitas ... 98

4.3.2 Uji Linieritas ... 100

4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 102

4.4.1 Hubungan Motivasi Berprestasi Dengan Kinerja Guru. ... 102

4.4.2 Hubungan Sikap Guru Dengan Kinerja Guru ... 104

4.4.3 Hubungan Mutu Pendidikan Dengan Kinerja Guru ... 105

(11)

xv

4.5.2 Hubungan Sikap Guru dengan Kinerja Guru ... 111 4.5.3 Hubungan Mutu Pendidikan dengan Kinerja Guru ... 113 4.5.4 Hubungan Motivasi Berprestasi, Sikap Guru dan

Mutu Pendidikan dengan Kinerja Guru ... 115 4.6 Keterbatasan Penelitia ... 117 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 118 5.2 Implikasi ... 119 5.3 Saran ... 119 DAFTAR PUSTAKA

(12)

xvi

3.3 Daftar interprestasi nilai r ( validitas instrumen ) ... 54

3.4 Hasil perhitungan validitas motivasi berprestasi (X1) ... 55

3.5 Hasil perhitungan validitas sikap guru (X2 ... 56

3.6 Hasil Perhitungan validitas mutu pendidikan (X3 ... 57

3.7 Hasil perhitungan validitas kinerja guru (Y) ... 58

3.8 Statistika Reliabilitas Motivasi Berprestasi (X1) ... 59

3.9 Statistika Reliabilitas Sikap Guru (X2 ... 60

4.1 data statistik dasar variabel penelitian ... 90

4.2 Distribusi Skor Variabel Motivasi Berprestasi (X1) ... 91

4.3 Distribusi Skor Variabel Sikap Guru (X2) ... 92

4.4 Distribusi Skor Variabel Mutu Pendidikan (X3) ... 94

4.5 Distribusi Skor Variabel Kinerja Guru (Y) ... 96

4.6 Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian ... 98

(13)

xvii

4.10 Uji Linieritas Antara Mutu pendidikan dengan

Kinerja Guru ... 102 4.11 Hasil Uji Analisis Regresi Hubungan Motivasi Berprestasi

dengan Kinerja Guru ... 103 4.12 Hasil Uji Analisis Regresi Sikap Guru dengan

Kinerja Guru ... 104 4.13 Hasil Uji Analisis Regresi Hubungan Mutu

Pendidikan dengan Kinerja Guru ... 106 1.14 Hasil Uji Analisis Regresi ganda Motivasi Berprestasi, Sikap guru

(14)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1Model konstelasi motivasi berprestasi, sikap guru dan

mutu pendidikan dengan kineja guru ... 39

3.1 Normal Q-Q Plot Motivasi berprestasi ... 64

3.2 Normal Q-Q Plot Sikap Guru ... 64

3.3 Normal Q-Q Plot Mutu Pendidikan ... 65

3.4 Normal Q-Q Plot Kinerja Guru ... 65

3.5 Kelinieran ... 70

3.6 Kelinieran ... 75

3.7 Kelinieran ... 80

4.1 Hitogram Skor Motivasi Berprestasi ... 91

4.2 Histogram Skor Sikap Guru ... 93

4.3 Histogram Skor Mutu Pendidikan ... 95

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

(16)

Pembangunan pertama di lokasi yang baru ini dimulai tahun 1981, dan hanya membangun 3 lokal yang dialokasikan untuk siswa kelas 3 pindahan dari kampus Kaliawi.

Sejak saat itu pembangunan secara bertahap terus berlanjut hingga saat ini. Untuk menjawab tantangan zaman dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan kehadiran ulama intelektual, pada tahun 1999 atas gagasan Bapak. H. Munawir sadzali sebagai Menteri Agama saat itu, MAN 1 Bandar Lampung ditetapkan sebagai satu dari 27 Madrasah Aliyah di indonesia untuk menyelenggarakan program peningkatan Ilmu Agama.Yakni program Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK). Program ini setara dengan program lain yang ada di MAN 1 Bandar Lampung.

Kurikulum yang digunakan 70% merupakan ilmu agama dan 30% merupakan ilmu umum, dengan bahasa pengantar bahasa Arab dan bahasa Inggris.

(17)

MAN 1 Tanjungkarang, sehingga programnya menjadi program Ilmu Agama, program IPA dan IPS. Kebijakan ini menempatkan posisi madrasah sama dengan SMU namun tetap menjaga ciri ke-Islamannya, tahun 1996 MAN 1 Tanjungkarang membentuk program kelas Intensif yang pembiayaannya dibantu oleh orang tua siswa dimana program ini berorientasi pada keunggulan MIPA. Program ini cukup berhasil mengangkat prestasi madrasah khususnya dalam berbagai lomba bidang studi umum. Disamping itu juga ada para alumni yang berhasil melanjutkan pendidikannya di berbagai Perguruan Tinggi Negeri Favorit di indonesia.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 1.1 : Keadaan Guru, Siswa dan Program MAN Tanjungkarang No Tahun Jumlah Guru Jumlah Siswa Program

1 1979 7 orang 60 orang Ilmu Agama

2 1992 20 orang 350 orang Ilmu Agama, IPA, IPS 3 1996 40 orang 670 orang Kelas Intensif (Ilmu

Agama), IPA, IPS 4 1999 60 orang 960 orang MAPK(Ilmu Agama),

IPA, IPS Sumber : Data Statistik MAN 1 Model Bandar Lampung, Tahun 2009/2010

(18)

Berdasarkan SK Dirjen maka untuk mendukung program tersebut, MAN Model dilengkapidengan beberapa fasilitas, termasuk Pusat Sumber Belajar Bersama (PSBB) dan Pusat Pengembangan Madrasah (PPM). Sehingga diharapkan dengan perkembangan global yang kian pesat dan tantangan yang semakin besar bagi generasi islam mendatang serta keinginan masyarakat untuk memiliki madrasah yang berkualitas, dan diakui pada tingkat regional, nasional, bahkan skala internasional dan mampu mewujudkan keluaran siswa yang tanggap dan mampu mengatasi berbagai tantangan dalam persaingan global. Karena motivasi berprestasi sangat berpengaruh terhadap prestasi kerja guru, apiliasi dan kekuasaan yang merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu sekolah dan juga untuk peningkatan kinerja guru karena guru merupakan tokoh sentral yang berhubungan langsung dengan siswa melalui kegiatan proses belajar mengajar (teori McClelland). Sekolah juga telah mengenal konsep manajemem mutu pendidikan terpadu yang tentu mereka laksanakan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dan dokumentasi yang diperoleh dari MAN 1 Model Bandar Lampung diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 1.2 : Keadaan Organisasi MAN 1 Model Bandar Lampung

No Komponen Lk Pr Jumlah

1 Guru yang bertugas 41 46 87

2 Guru yang sudah sertifikasi 25 32 57

3 Guru yang belum sertifikasi 4 8 12

4 Guru yang sudah mengikuti pelatihan 10 14 24

5 Guru yang berpendidikan S.2 7 5 12

6 Guru PNS 28 41 69

7 Guru Honor 8 10 18

(19)

Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bandar Lampung berdiri pada tanggal 28 Februari 1998 dengan luas tanah 2,6 Ha. Berlokasi di sukarame dengan luas bangunan 11.000 M2 yang terdiri dari 32 kelas, ruangan kantor, lab, perpustakaan, UKS, AULA, Asrama, Masjid, dengan program : bersama, Ilmu Agama, IPA, IPS dan BHS. Guru yang aktif pada pembuatan RPP ada 70%, yang aktif mengajar 65%, yang membuat media pembelajaran 23% dari 87 orang guru. Dengan jumlah siswa 1226 orang. Namun yang lebih perlu sebenarnya adalah daya dorong yang harus dimiliki oleh guru-guru MAN I Model Bandar Lampung untuk memiliki motivasi berprestasi yang tinggi mengingat akan beban yang dipundaknya untuk berusaha agar sekolah dapat memberikan lulusan yang bermutu. Sesuai tujuan Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bandar Lampung dibentuk yaitu untuk :

1) Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif mampu bersaing dalam seleksi masuk perguruan tinggi paforit baik dalam negeri maupun luar negeri, 2) Menyiapkan peserta didik agar mampu meningkatkan nilai kompetitif yang positif dikalangan siswa dan guru, 3) memberikan warna sebagai ciri khas madrasah yang menyandang sebagai madrasah model yang berkualitas, Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri,maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi, 4) Menyiapkan peserta didik berpotensi untuk mengikuti kompetisi bidang akademik.

(20)

rendahnya mereka diterima diperguruan tinggi Negeri baik dalam penerimaan Undangan maupun dalam Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) atau Tes tertulis, rendahnya siswa yang mandiri dalam usaha sehingga pencapaian hasil nilai raport menjadi rendah dan kalah bersaing dengan sekolah lainnya. Dilihat dari data empiris tentang kinerja guru terdapat kecenderungan melemahnya kinerja guru yang dapat dilihat dari daftar hadir guru 35% yang kurang aktif dalam mengajar dan ada 30% guru yang kurang aktif pada pembuatan RPP. Untuk nilai ujian nasional diperoleh di atas nilai passing grade.

Berdasarkan penelitian awal yang terjadi pada guru-guru MAN 1 Model Bandar Lampung dengan jumlah 87orang guru belum memenuhi harapan. Secara umum persoalan tersebut meliputi sebahagian guru yang kurang berhasil dalam mengajar dikarnakan mereka kurang disiplin terhadap peningkatan mutu pendidikan dan juga kurang termotivasi untuk mengajar yang terlihat dari etos kerja guru, yaitu : belum tepat waktu dalam bertugas, sering datang terlambat, meninggalkan kelas dan sebagaian guru pula belum membuat perangkat pembelajaran. Sarana dan prasarana juga terlihat belum memadai untuk mendukung proses belajar mengajar di MAN 1 Model Bandar Lampung.

Kinerja guru akan berhasil apabila ada motivasi yang menggerakkan guru untuk bekerja lebih bersemangat di lihat dari :

a. Faktor internal yaitu dari sikap, kepribadian, motivasi dan lain-lain.

(21)

b. Faktor situasional yaitu sosial, organisasi, gaya kepemimpinan, latihan dan lain-lain.

Menurut Brigham dalam Daya kisni dan Hudaniah (2003: 177) menyatakan bahwa “perilaku prososial mempunyai maksud untuk menolong kesejahteraan orang lain. Fakta tersebut mengungkapan betapa guru punya peranan terhadap keberhasilan pendidikan.

c. Faktor fisik yaitu metode kerja, alat kerja, lingkungan kerja.

Menurut Sedarmayati (dalam Intanghina, 2008) mendefinisikan lingkungan kerja sebagai berikut : Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja ,metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok.

Menurut (Suma’mur, 1989 ) Lingkungan yang kondusif di sekolah juga akan berpengaruh pada kinerja guru, di antaranya : pengelolaan kelas yang baik yang menunjuk pada pengaturan orang (siswa), maupun pengaturan fasilitas. Lingkungan yang baik untuk bekerja akan menimbulkan perasaan nyaman dan kerasan dalam bekerja.

(22)

mutu pendidikan dengan kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri 1Model Bandar Lampung”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :

1.2.1 Kinerja guru yang rata-rata masih rendah 1.2.2 Kurangnya termotivasi guru untuk berprestasi.

1.2.3 kebutuhan yang terpenuhi berpengaruh terhadap kinerja guru.

1.2.4 Kurangnya penghargaan atas prestasi kerja guru maka berpengaruh terhadap sikap guru pada peningkatan mutu pendidikan.

1.2.5 Kompetensi guru berpengaruh terhadap kinerja guru

1.2.6 Sarana dan prasarana yang belum memadai berpengaruh terhadap kinerja guru.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka peneliti perlu membatasai masalah guna menghindari salah penafsiran dan menyesuaikan dengan kemampuan peneliti. Adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Kinerja Guru mempunyai pengaruh terhadap Motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan.

1.3.2 Motivasi berprestasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja guru 1.3.3 Sikap guru mempunyai pengaruh terhadap kinerja guru.

(23)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

1.4.1 Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi berprestasi terhadap kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bandar Lampung ?

1.4.2 Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap guru terhadap kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri 1 Model

Bandar Lampung ?

1.4.3 Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara mutu pendidikan dengan kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bandar Lampung? 1.4.4 Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi

berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan dengan kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bandar Lampung ?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis: 1.5.1 Hubungan motivasi berprestasi dengan kinerja guru Madrasah Aliyah

Negeri 1 Model Bandar Lampung.

1.5.2 Hubungan sikap guru dengan kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri1 Model Bandar Lampung.

(24)

1.5.4 Hubungan motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan dengan kinerja guru madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bandar Lampung.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat– manfaat penelitian ini diuraikan secara teoritik dan praktis sebagai berikut :

1.6.1 Manfaat teoritis

Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang persepsi guru tentang motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan dengan kinerja guru dan dapat digunakan sebagai bahan acuan dibidang keilmuan manajemen pendidikan.

1.6.2 Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

1.6.2.1Bagi Kepala Madrasah

Hasil dari penelitian ini sebagai alat untuk intropeksi diri dalam melaksanakan kepemimpinannya.

1.6.2.2 Bagi Dewan Guru

(25)

1.6.2.3 Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini agar dapat dipertimbangkan untuk ikut meningkatkan motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan melalui peneliti selanjutnya.

1.6.2.4 Bagi Pihak Instansi Kementrian Agama Propinsi Lampung

Hasil penilitian ini agar dapat ditindaklanjuti untuk menetapkan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan cara-cara memotivasi berprestasi, sikap guru

dan mutu pendidikan sehingga dapat meningkatkan kinerja guru dimadrasah.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Penulis membatasi ruang lingkup penelitian yang berjudul “ Hubungan motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan dengan kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bandar Lampung “ sebagai berikut:

1.7.1 Objek penelitian adalah hubungan motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan dengan kinerja guru.

1.7.2 Subyek penelitian adalah guru-guru di Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bandar Lampung yang berjumlah 87 orang.

1.7.3 Tempat dan waktu penelitian, berlokasi di Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bandar Lampung, adapun waktu penelitian adalah tahun 2013. 1.7.4 Ruang lingkup ilmu adalah manajemen pendidikan yakni proses

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Kinerja Guru

Perkembangan dan kemajuan organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan kinerja guru harus ditingkatkan.

2.1.1 Pengertian Kinerja Guru

(27)

Menurut Lembaga Administrasi Negara (1992;12) merumuskan kinerja merupakan performance yang artinya adalah prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau pencapaian kerja atau hasil kerja. sehingga hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta penggunaan waktu.Kinerja guru akan baik jika guru telah melaksanakan unsur-unsur yang terdiri dari kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama dengan semua warga sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, kepribadian yang baik, jujur dan obyektif dalam membimbing siswa, serta tanggungjawab terhadap tugasnya. Oleh karena itu tugas Kepala Sekolah selaku manager adalah melakukan penilaian terhadap kinerja guru. Penilaian ini penting untuk dilakukan mengingat fungsinya sebagai alat motivasi dari pimpinan kepada guru maupun bagi guru itu sendiri.

(28)

Fakta empiris menunjukkan bahwa kinerja di lembaga-lembaga pendidikan di indonesia jauh lebih memadai Menurut Usman (2002:19). Kondisi ini tidak lepas dari peran guru, sebagai pengajar dan pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap pendidikan. Mutu pendidikan yang rendah antara lain disebabkan oleh rendahnya kinerja guru. Untuk keberhasilan kinerja guru didukung oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain : motivasi, sikap, perilaku dan lain-lain.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1990:503 ) kinerja

(performance) berarti sesuatu yang dicapai, prestasi di perlihatkan atau

kemampuan kerja yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi dalam melaksanakan sesuatu. Guru merupakan profesi profesional di mana ia dituntut untuk berupaya semaksimal mungkin menjalankan profesinya sebaik mungkin. Sebagai seorang profesional maka tugas guru sebagai pendidik, pengajar dan pelatih hendaknya dapat berimbas kepada siswanya. Dalam hal ini guru hendaknya meningkatkan terus kinerjanya yang merupakan modal bagi keberhasilan pendidikan.

Menurut Handoko (1995:785) mendefinisikan penilaian kinerja atau prestasi kerja (performance appraisal) adalah proses suatu organisasi mengevaluasi atau

(29)

Adapun kegunaan penilaian kinerja adalah sebagai berikut:

1. Mendorong orang atau pun karyawan agar berperilaku positif atau memperbaiki tindakan mereka yang di bawah standar.

2. Sebagai bahan penilaian bagi manajemen apakah karyawan tersebut telah bekerja dengan baik.

3. Memberikan dasar yang kuat bagi pembuatan kebijakan peningkatan organisasi.

Demikian bahwa penilaian kinerja adalah proses suatu organisasi mengevaluasi atau menilai kerja karyawan. Apabila penilaian prestasi kerja dilaksanakan dengan baik, tertib, dan benar akan dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi sekaligus dapat meningkatkan loyalitas para anggota organisasi yang ada di dalamnya, dan apabila ini terjadi akan menguntungkan organisasi itu sendiri. Oleh karena itu penilaian kinerjaperlu dilakukan secara formal dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan olehorganisasi secara obyektif. Menilai kinerja guru adalah suatu proses menentukan tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pokoknya dengan menggunakan standar tertentu.

Menurut Simamora (1999:415) mendefinisikan penilaian kinerja adalah alat yang berfaedah tidak hanya untuk mengevaluasi kerja dari para karyawan, tetapi juga untuk mengembangkan dan memotivasi kalangan karyawan.

(30)

Ruky (2001;203) memberikan gambaran tentang faktor-faktor penilaian

prestasi kerja yang berorientasi pada Individu yaitu : 1) pengabdian, 2) kejujuran, 3) kesetiaan, 4) prakarsa, 5) kemauan bekerja, 6) kerajasama, 7) prestasi kerja, 8) pengembangan, 9) tanggung jawab, dan 10) disiplin kerja.

Unsur-unsur yang dinilai oleh manajer terhadap para karyawannya. Merujuk kedalam penilaian perilaku Hasibuan (2001:126) yang meliputi :

(1) kualitas kerja, (2) kuantitas kerja, (3) pengetahuan tentang pekerjaan, (4) pendapat atau pernyataan yang disampaikan, (5) keputusan yang diambil, (6) perencanaan kerja, (7) daerah organisasi kerja.

Kinerja adalah kuantitas dan kualitas pekerjaan-pekerjaan yang diselesaikan oleh individu, maka kinerja merupakan output pelaksanaan tugas.Sedangkan mengenai kinerja (prestasi kerja) kita mengkajisecara khusus yang berkaitan dengan profesi guru dengan tugas utamanya sebagai pengajar.

Pelaksanaan tugasnya guru tidak berada dalam lingkungan yang kosong. Ia bagian dari dari sebuah “mesin besar” pendidikan nasional, dan karena itu ia terikat pada

rambu-rambu yang telah ditetapkan secara nasional mengenai apa yang mesti dilakukannya.

Hal seperti biasa dimanapun dalam konteks profesionalisme guru dimana mengajar dianggap sebagai pekerjan profesional, maka guru dituntut untuk profesional dalam melaksanakan tugasnya. Kinerja untuk tenaga guru umumnya dapat diukur melalui: 1) kemampuan membuat rencana pelajaran, 2) kemampuan melaksanakan rencana pelajaran, 3) kemampuan melaksanakanevaluasi,

(31)

Jadi kinerja adalah suatu hasil atau taraf kesuksesan yang dicapai oleh pekerja dalam bidang pekerjaannya, menurut kreteria yang diberlakukan untuk pekerjaan tersebut. Sedang kinerja guru adalah hasil kerja guru dalam menjalankan tugas sebagai pendidik guna mencapai tujuan dari lembaga pendidikan yang diharapkan. Untuk unsur kinerja ada unsur waktu, unsur hasil, unsur metode dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor individual, faktor situasional, faktor fisik dan pekerjaan.

Kinerja adalah suatu hasil dari pekerjaannya (prestasi kerja). Kinerja atau prestasi kerja (performance) diartikan sebagai suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara langsung dapat tercermin dari output yang

dihasilkan baik kuantitas maupun mutunya. Pengertian di atas menyorot kinerja berdasarkan hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan pekerjaan.

2.1.2 Evaluasi Kinerja Guru

Pengertian evaluasi kinerja diartikan sebagai kegiatan evaluasi atau penilaian terhadap baik buruknya kinerja orang tersebut. Menurut Dermawan Wibisono (2006:193) merupakan penilaian kinerja yang diperbandingkan dengan rencana atau standar –standar yang telah disepakati pada periode tertentu. Mengevaluasi kinerja seseorang adalah menilai hasil kerja seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu.

(32)

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Faktor yang mempengaruhi kinerja adalah 1) faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, yang dominan mempengaruhi kinerja guru adalah motivasi. Menurut Husaini Usman (2009:250) motivasi kerja adalah sebagai keinginan atau kebutuhan yang melatarbelakangi seseorang sehingga ia terdorong untuk bekerja dan untuk menunjukkan kinerja. 2) faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi kinerjanya. Menurut Miftah Thoha dalam Meliana (2007:33) perilaku seseorang adalah suatu fungsi dari interaksi antara seorang individu dengan lingkungannya. Ditegaskan bahwa suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman.

Berdasarkan uraian di atas bahwa kinerja atau prestasi kerja guru adalah keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang bermutu. Tugas mengajar merupakan tugas utama guru dalam sehari-hari di sekolah. Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance.

(33)

Tujuan ini memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap personil.

Menurut Danim (2004:35) bahwa apapun tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepada guru, ia akan berusaha untuk melaksanakan secara baik agar mencapai hasil yang baik pula.

Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud kinerja guru dalam penelitian ini adalah guru melaksanakan unsur kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar dan bekerja penuh tanggung jawab, dan kinerja guru harus lebih ditingkatkan dan kinerja guru akan baik dan semua yang menjadi harapan madrasah akan tercapai.

2.2Motivasi Berprestasi

2.2.1.Pengertian Motivasi Berprestasi

Sekolah merupakan organisasi yang terdiri kumpulan orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Agar kerjasama dapat berjalan baik maka semua unsur dalam organisasi terutama sumber daya manusia harus dapat terlibat secara aktif dan memiliki dorongan untuk bersama-sama

mencapai tujuan. Pimpinan dalam hal ini berperanan penting untuk menggerakkan bawahan termasuk juga dirinya sendiri.

(34)

untuk bekerja sambil berprestasi akan mampu mencapai kepuasan kerjanya, tercapainya kinerja organisasi yang maksimal dan tercapainya tujuan organisasi.

Menurut Hasibuan (2003:72), motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan organisasi.

Menurut Helleriegel dan Slocum dalam Abi Sujak (1990:249), mengklasifikasikan tiga faktor utama yang mempengaruhi motivasi meliputi perbedaan karakteristik individu, perbedaan karakteristik pekerjaan, dan perbedaan karakteristik lingkungan kerja atau organisasi. Karakteristik individu yang berbeda jenis kebutuhan, sikap dan minat menimbulkan motivasi yang bervariasi, misalnya pegawai yang mempunyai motivasi untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya akan bekerja keras dengan resiko tinggi dibanding dengan pegawai yang mempunyai motivasi keselamatan, dan akan berbeda pada pegawai yang bermotivasi memperoleh prestasi. Setiap pekerjaan yang berbeda membutuhkan persyaratan keterampilan, identitas tugas, signifikansi tugas, otonomi dan tipe-tipe penilaian yang berbedapula. Perbedaan karakteristik yang melekat pada pekerjaan itu membutuhkan pengorganisasian dan penemapatan orang secara tepat sesuai dengan kesiapan masing-masing pegawai. Setiap organisasi juga mempunyai peraturan, kebijakan,sistem pemberian hadiah, dan misi yang berbeda-beda yang akan berpengaruhpada setiap pegawainya. Jadi untuk mendorong produktivitas kerja yang optimalmaka pimpinan organisasi harus mempertimbangkan ketiga faktor tersebut dan pengaruhnya terhadap perilaku individu.

(35)

“Motivasi merupakan daya dorong sebagai hasil proses interaksi antara sikap, kebutuhan, dan persepsi bawahan dari seseorang dengan lingkungan, motivasi timbul diakibatkan oleh faktor dari dalam dirinya sendiri disebut faktor intrinsik, dan faktor yang dari luar diri seseorang disebut faktor ekstrinsik.”

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan motivasi adalah daya penggerak seseorang untuk melakukan tindakan.

Adapun tujuan pemberian motivasi menurut Hasibuan (1996:75). Antara lain: 1) Mendorong gairah dan semangat kerja bawahan, 2) Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan; 3) Meningkatkan produktivitas kerja karyawan; 4) Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan; 5) Meningkatkan disiplin dan menurunkan tingkatan abseni karyawan; 6) Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik; 7) Meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan; 8) Meningkatkan kesejahteraan karyawan; 9) Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.

Dari uraian di atas bahwa motivasi itu bersifat abstrak yaitu tidak terlihat secara kasat mata, sehingga hanya dapat diketahui melalui tingkah laku atau perbuatan seseorang. Keberhasilan pendidikan diantaranya adanya kontribusi motivasi, guru, sikap, fasilitas dan kinerja guru.

2.2.2 Teori Motivasi Berprestasi

(36)

menjalankan tugas dibandingkan dengan mereka yang memiliki motif berprestasi yang rendah. Orang sukses memiliki dua motif dalam hidupnya, yaitu:berprestasi,motivasi berkompetensi yang kuat.

Teori Motivasi Berprestasi Mc. Clelland dalam kutipan Hasibuan (2003:162) teorinya yaitu Mc. Clelland’s Achievemen Motivation Theory mengemukakan bahwa, Teori ini berpendapat bahwa Karyawan mempunyai cadangan energi potensial. Bagaimana energi dilepaskan dan digunakan tergantung pada kekuatan dorongan motivasi seseorang dan situasi serta peluang yang tersedia. Energi akan dimanfaatkan oleh karyawan dorongan oleh : (1) kekuatan motif dan kekuatan dasar yang terlibat, (2) harapan keberhasilannya, dan (3) nilai insentif yang terlekat pada tujuan. Motivasi berprestasi merupakan bekal untuk meraih yang lebih baik kedepannya atau mencapai sesuatu yang diinginkannya agar meraih kesukseskan. Setiap orang memiliki hambatan yang berbeda-beda dalam mencapai kesuksesan.

Tiga kebutuhan manusia pada motivasi berprestasi menurut Mc.Clelland dalam Danim ( 2004 :3 ) ada tiga yaitu :

a. Kebutuhan akan prestasi ( Need for Achievement )

b. Kebutuhan akan Afiliasi ( Need for affiliation )/Ketergantungan c. Kebutuhan akan Kekuasaan (Need for Power )

(37)

kemanusiaan dengan orang lain) dan diperlukan juga kebutuhan kekuasaan atau kedudukan terbaik dalam organisasi supanya mereka termotivasi untuk bekerja dengan giat.

Mc Clelland dan Atkinson dalam Sri Esti Wuryani Djiwandono (2002:354), motivasi yang paling penting untuk psikologi pendidikan adalah motivasi berprestasi, dimana seseorang cenderung berjuang untuk mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal.

Menurut pendapat Davis dan John Newstroom (1985:88) motivasi berprestasi (achievement motivation) didefinisikan dorongan dari dalam diri orang-orang untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan. Orang yang memiliki dorongan ini ingin berkembang dan tumbuh, serta ingin maju menelusuri tangga keberhasilan.

Menurut Winardi (2001:76) mengemukakan bahwa orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi berusaha keras untuk mencapai hasil yang memuaskan dalam suatu pekerjaan. Ia akan bahagia atas keberhasilan yang di perolehnya. perasaan bahagia itu akan mendorong dirinya untuk bekerja lebih giat, tekun dan penuh tanggung jawab serta bersemangat dalam mengerjakan yang ditugaskan padanya. Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan motivasi berprestasi guru adalah kebutuhan, keinginan, dorongan atau gerak hati dalam diri guru tersebut untuk berkembang dan tumbuh serta.ingin berhasil atau mencapai tujuan yang diharapkan.

(38)

2.3.1 Pengertian Sikap

Menurut Thurtone yang dikutif Azwar (1988: 3) sikap adalah derajat afek positif atau afek negatif yang dikaitkandengan suatu obyek psikologis. Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Dari sini sikap dapat digambarkan sebagai kecenderungan subyek merespon suka atau tidak suka terhadap suatu obyek. Berperan sebagai subyek yaitu guru dan obyek yaitu pekerjaan yang diemban para guru. Sikap ini ditunjukkan dalam berbagai kualitas dan intensitas yang berbeda dan bergerak secara kontiyu dari positif melalui areal netral kearah negatif. Kualitas sikap digambarkan sebagai valensi positif menuju negatif, sebagai hasil penilaian terhadap obyek tertentu. Sedangkan intensitas sikap digambarkan dalam kedudukan ekstrim positif atau negatif. Kualitas dan intensitas sikap tersebut menunjukkan suatu prosedur pengukuran yang menempatkan sikap seseorang dalam sesuatu dimensi evaluatif yang bipolar dari ekstrim positif menuju ekstrim negatif. menyimak uaraian sikap diatas dapat dipahami bahwa sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan terhadap suatu obyek. Seseorang bersikap terhadap suatu obyek dapat diketahui dari evaluasi perasaannya terhadap obyek tersebut. evaluasi perasaaan ini dapat berupa perasaan senang-tidak senang, memihak-tidak memihak, faporit-tidak faporit, positif-negatif.

(39)

ciri-ciri sikap adalah tidak dibawa sejak lahir, selalu berhubungan dengan obyek sikap, dapat tetuju pada satu obyek saja maupun tertuju pada sekumpulan obyek-obyek, dapat berlangsung lama atau sebentar, dan mengandung faktor perasaan dan motivasi.

2.3.2 Komponen-komponen Sikap

Berkaitan dengan komponen sikap, Walgito (2001:111) mengemukakan bahwa sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap yaitu :

1. Komponen kognitif ( komponen perseptual ) adalah komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, kenyakinan ,yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap obyek sikap.

2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap. rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang adalah hal negatif. 3. Komponen konatif ( komponen perilaku/ action component ) yaitu komponen

yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak atau berperilaku terhadap obyek sikap.

Perilaku yang nampak terhadap suatu obyek tertentu setidaknya bisa diramalkan melalui sikap yang diungkapkan oleh seseorang. Dalam arti bahwa sikap seseorang bisa menentukan tindakan dan perilakunya.

(40)

Kepercayaan guru terhadap pekerjaan akan tumbuh bila mana seorang guru memiliki kesesuaian antara pekerjaan dengan kemampuan. Propesi guru merupakan propesi yang amat membutuhkan keahlian. Pendidikan yang sesuai dan pengalaman yang memadai merupakan faktor yang cukup menentukan keberhasilan menjadi seorang guru. Disamping kesesuaian pekerjaan dengan kemampuan, kesesuaian pekerjaaan minat merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan seorang guru terhadap pekerjaan. Kepercayaan yang tinggi terhadap pekerjaan akan tumbuh bila mana seseorang guru memiliki minat yang tinggi untuk menjalani profesi sebagai guru. Kepuasan guru terhadap pekerjaan akan tumbuh bilamana pekerjaan, gaji, peluang promosi, dan lingkungan kerja di sekolah mampu memberikan rasa senang. Dengan pekerjaan yang membanggakan, gaji yang memadai, peluang promosi yang terbuka dan lingkungan kerja yang kondusif akan memberikan kepuasan bagi guru dalam menjalani propesinya. Perilaku dari seorang guru dapat dilihat dari bentuk tanggung jawab, etos kerja, disiplin, dan kreativitasnya. Guru dapat dikategorikan berperilaku positif bila mana memiliki tanggung jawab, etos kerja, disiplin dan kreativitas yang tinggi.

2.3.3 Pengukuran Sikap

Menurut pendapat Gerungan (1991;154) cara-cara yang dapat dipakai untuk mengukur sikap adalah :

1. Metode langsung ialah metode dimana orang secara langsung diminta

(41)

2. Metode tak langsung, orang diminta supaya menyatakan dirinya mengenai obyek sikap yang diselidiki, tetapi secara tidak langsung, misalnya

menggunakan tes psikologi.

3. Metode tes tersusun, yaitu metode pengukuran yang menggunakan skala sikap yang dikonstruksikan terlebih dahulu menurut prinsip-prinsip tertentu, seperti metode Likert, Thurstone atau Guttman.

4. Metode tes tak tersusun, yaitu dengan wawancara, daftar pertanyaan biasanya untuk penelitian bibliografi atau karangan.

(42)

Dan memberikan dasar kepada guru untuk membuat respon berperilaku dalam cara tertentu sesuai pilihannya. Pengukuran sikap guru terhadap pekerjaan dapat dilakukan dengan cara langsung dan tidak langsung.

Pengukuran sikap guru terhadap pekerjaan dapat dilakukan dengan pengukuran sikap model Likert yaitu pengukuran sikap secara langsung dimana makin tinggi skor yang diperoleh seorang guru mengindikasikan guru memiliki sikap yang makin positif terhadap pekerjaan , demikian sebaliknya.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan sikap guru dalam peneltian ini adalah kepercayaan dan perasaan yang kuat akan membimbing pada suatu tingkah laku, dengan berperilaku positif maka akan memiliki tanggung jawab, etos kerja, disiplin dan kreativitas yang tinggi.

2.4 Mutu Pendidikan 2.4.1 Pengertian Mutu

Pendidikan adalah faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia sebab pendidikan merupakan suatu proses pembentukan manusia untuk menumbuh kembangkan potensi yang ada. Pendidikan juga berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan mutu sumber daya manusia. Peningkatan mutu sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi.

(43)

sumber daya manusia yang mutu pula. Namun sampai sekarang mutu pendidikan di Indonesia belum mencapai seperti apa yang di harapkan oleh masyarakat berdasarkan Harian kompas (1Mei 2003).

Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan mutu sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan mutu sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih bermutu antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pemberian pendidikan dan pelatihan bagi guru. Tetapi upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu indikator kekurangan keberhasilan ini ditunjukkan antara lain dengan n i l a i UN m u r n i siswa untuk berbagai bidang studi pada jenjang yang tidak memperlihatkan kenaikan yang berarti bahkan boleh dikatakan konstan dari tahun ke tahun, kecuali pada beberapa sekolah dengan jumlah yang relatif sangat kecil.

(44)

Merupakan suatu terobosan terhadap kurikulum konvensional, hingga saat ini kurikulum 2004 direvisi kembali menjadi kurikulum model KTSP

(Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan). Pengembangan KTSP yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

Menurut Sallis. (1993:280) bahwa konsep pendidikan yang bermutu, menganalogikan bahwa pendidikan adalah jasa yang berupa proses kebudayaan. Pengertian ini berimplikasi pada adanya masukan (input) dan keluaran ( out put). Masukan dapat berupa peserta didik, sarana prasarana serta fasilitas belajar lainnya termasuk lingkungan, sedangkan keluarannya adalah lulusan atau alumni, yang kemudian menjadi ukuran mutu, mengigat produk pendidikan merupakan jasa pelayanan, maka mutu jasa pelayanan pendidikan sangat tergantung sikap pemberi layanan dilapangan serta harapan pemakai jasa pendidikan. Berarti jasa pendidikan tidak berwujud benda (intangible) secara langsung, namun secara kualitatif pelayanan pendidikan dapat dilihat dari soft indicator seperti kepedulian dan perhatian pada harapan dan kepuasan pelanggan jasa pendidikan.

(45)

sesuai dengan harapan. Banyak diantaranya guru mengajar tidak sesuai dengan bidang ilmunya dan menyampaikan materi yang keliru sehingga guru kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar

bermutu.

Keberhasilan mutu pendidikan dipandang perlu adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang merupakan kebutuhan mutlak, terutama dalam menghadapi perubahan dan perkembangan yang demikian pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga keberhasilan sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang diharapkan akan tercapai. Guru merupakan ujung tombak yang melakukan proses pembelajaran disekolah, maka mutu dan jumlah guru perlu ditingkatkan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sekarang dan yang akan datang yang sesuai dengan bidang ilmunya.

Menurut deming (1982:176), Abdul Hadis dan Nurhayati (2010) bahwa mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Dalam kamus Bahasa Indonesia mutu diartikan sebagai baik buruk sesuatu, kualitas, taraf atau derajat. Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan oleh pelanggan. Bahwa mutu mengandung makna derajat( tingkat ) keunggulan suatu produk (hasil kerja) berupa barang maupun jasa baik yang tangible (dapat dipengang) maupun intangible. Mutu pun memiliki pengertian bervariasi.

(46)

tradisional tentang konsep mutu hanya berfokus pada aktivitas inspeksi untuk mencegah lolosnya produk-produk cacat ke tangan pelanggan.

2.4.2 Mutu Pendidikan

Mutu dalam konteks pendidikan dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan yang diselenggarakan di sekolah perlu ditingkatkan. proses pendidikan yang bermutu berbasis sekolah terlibat berbagai infut, seperti : bahan ajar ( kognitif, afektif, psikomotor ), metodologi ( bervariasi sesuai kemampuan guru, sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kebutuhan mutlak terutama dalam menghadapi perubahan dan perkembangan yang demikian pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,indonesia dalam hal ini berupaya memperbaiki mutu pendidikan dengan peningkatan kualitas layanan pendidikan yang pada giliran akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Depdiknas (2001:5).

Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), yaitu sebagai model desentralisasi dalam bidang pendidikan, khususnya untuk pendidikan dasar dan menengah diyakini sebagai model yang akan mempermudah pencapaian tujuan pendidikan. Dalam konteks penyelenggaraan persekolahan saat ini konsep MPMBS dijadikan sebagai suatu kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

(47)

buku-buku dana alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan akan dapat menghasilkan output yang bermutu sebagaimana yang diharapkan.

Menurut Umaedi (1999:7-9) mengungkapkan bahwa konsep MPMBS adalah konsep yang menawarkan kerjasama yang erat antara tiga pihak yang terkait dengan penyelenggaraan persekolahan, yaitu sekolah, masyarakat, dan pemerintah dengan tanggungjawabnya masing-masing. MPMBS ini berkembang didasarkan kepada suatu keinginan pemberian kemandirian kepada sekolah untuk ikut terlibat secara aktif dan dinamis dalam rangka proses peningkatan kualitas pendidikan melalui pengelolaan sumber daya sekolah yang ada. Sedangkan kata mutu dalam MPMBS ini memiliki makna mutu proses dan hasil. Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan dapat berupa prestasi akademik maupun non-akademik. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan, dan sebagainya. Kerangka kerja MPMBS sebagaimana meliputi: 1) Sumber daya, 2) Pertanggungjawaban, 3) Kurikulum, 4) Personil sekolah.

Antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling berhubungan. Maka mutu dalam artian hasil (output) harus dirumuskan lebih dahulu oleh sekolah, dan harus jelas target yang akan dicapai untuk setiap tahun atau kurun waktu lainnya. Berbagai input dan proses harus selalu mengacu pada mutu hasil (output) yang ingin dicapai. Dengan kata lain tanggung jawab sekolah dalam school based qualityimprovement bukan hanya pada proses, tetapi tanggung jawab akhirnya

(48)

dilakukan oleh individu sekolah sebagai evaluasi diri dan dimanfaatkan untuk memperbaiki target mutu dan proses pendidikan tahun berikutnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan peningkatan mutu pendidikan dalam penelitian ini adalah dengan meningkatkan mutu sumber daya manusia itu sendiri, karena pendidikan yang bermutu akan menghasilkan sumber daya manusia yang mutu pula. Terutama dalam menghadapi perubahan dan perkembangan yang pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga keberhasilan sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang diharapkan akan tercapai.

2.5Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, antara lain:

2.5.1 Hubungan Antara Sikap terhadap kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi dengan kompetensi guru sekolah dasar negeri di kecamatan wonogiri (Suripto, 2009). Penelitianya menyimpulkan bahwa :

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap (X1) terhadap kepemimpinan kepala sekolah (X2) dengan kompetensi guru (Y).

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi (X3) dengan kompetensi guru (Y).

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap (X1) terhadap

(49)

2.5.2 Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP Kristen Bpk Penabur Jakarta (Keke T. Aritonang, 2003). Penelitianya menyimpulkan terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kompensasi kerja dengan kinerjanya di SMP Kristen Bpk Penabur Jakarta. Kontribusi efektif variabel kompensasi kerja guru (X1) terhadap kinerjanya (Y), Kontribusi efektif variabel disiplin kerja guru (X2) terhadap kinerjanya (Y), dan Kontribusi efektifvariabel kompensasi kerja (X1) dan disiplin kerja guru (X2) secara bersama-sama terhadap kinerjanya (Y) variabel ini yang secara bersama-sama secara nyata memberikan sumbangan yang sangat berarti.

2.6 Kerangka Pikir

2.6.1 Hubungan Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Guru

Kinerja guru dapat diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu. Kinerja guru merupakan kinerjaatau unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan pada kualitas pendidikan .dan guru sebagai pelaku utamanya. Tampa adanya kinerja guru yang berhasil baik maka proses kegiatan belajar mengajar tidak tercapai dengan optimal.

(50)

seorang guru untuk meningkatkan kinerja sebagai perwujudan dari kesuksesan dalam pembelajaran.

Menurut A. Anwar prabu Mangkunegara (2001:67) Kinerja ( prestasi kerja ) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Karena kinerja yang baik akan menimbulkan rasa puas pada dirinya, kinerja juga merupakan kebutuhan guru untuk meningkatkan karir, semua ini berkat adanya dorongan baik dari dalam maupun dari luar dengan dorongan ini menimbulkan semangat untuk berkerja keras mengatasi semua jenis permasalahan yang dihadapi dengan harapan mencapai kinerja yang baik. Orang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi dalammelaksanakan pekerjaan selalu penuh dengan resikonya. Sebagai guru dalam melaksanakan tugas sebagai abdi negara akan mendapatkan kinerja yang baik secara positif dan penuh rasa tanggung jawab.sehingga dapat dilihat kepada guru yang motivasi berprestasinya tinggi akan lebih baik menjalankan kinerjanya dikinerjanya dibanding dengan yang motivasi berprestasinya rendahBerdasarkan hal tersebut diduga bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi terhadap kinerja guru atau semakin tinggi motivasi berprestasi guru maka makin tinggi pula kinerja guru tersebut.

(51)

Sikap adalah salah satu aspek psikologis individu yang sangat penting, sikap adalah kecenderungan untuk berperilaku sehingga akan banyak mewarnai perilaku seseorang yang dibentuk oleh konsep komponen kognitif, afektif, dan perilaku seorang guru terhadap pekerjaannya dalam hal ini perilaku terhadap manajemen peningkatan mutu pendidikan. Respon dan perilaku seorang guru terhadap pekerjaan dapat diungkapkan dalam bentuk kepercayaan dan kepuasan guru terhadap pekerjaannya maupun dalam bentuk perilaku yang ditampilkan.

Menurut Nawawi (2005 :234 ) yang memberikan pengertian kinerja sebagai hasil pelaksanaan suatu pekerjaan yang memberikan pemahaman bahwa kinerja guru adalah suatu perbuatan atau perilaku seseorang yang secara langsung maupun tidak langsung dapat diamati oleh orang lain.

Menurut pendapat Mulyasa (2004:136) mendifinisikan kinerja sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja.

Guru ysng memiliki sifat positif terhadap pekerjaan, sudah barang tenru akan menampilkan persepsi dan kepuasan yg baik terhadap pekerjaan yaitu manajemen peningkatan mutu pendidikan maupun motivasi kerja yang tinggi, yang akhirnya akan mencerninkan seorang guru yang mampu bekerja atau kinerja guru menjadi secara profesional. Oleh karena itu maka dapat diduga bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap guru terhadap kinerja guru.

(52)

Menurut Darmadi Hamid (2011) guru adalah kondisi yang diposisikan sebagai garda kedepan dan posisi sentral didalam pelaksaana proses pembelajaran. Sorotan tersebut lebih bermuara pada ketidakmampuan guru di dalam melaksanakan proses pembelajaran disekolah, sehingga bermuara kepada menurunnya mutu pendidikan. Dilihat dari sisi lemah dari sistem pendidikan nasioal kita, dengan kurikulum yang pendidikan yang sering berubah, secara langsungatau tidak akan berdampak kepada guru itu sendiri. sehingga perubahan kurikulum dapat mejadi beban psikologi bagi guru. Kinerjaguru sangat ditentukan oleh output atau keluaran dari lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), sebagai institusi penghasil tenaga guru. LPTK juga memiliki tanggung jawab yang signifikan dalam meciptakan guru berkulitas, yang pada suatu ketika berdampak kepada pembentukan SDM yang berkualitas. LPTK mempunyai andil besar didalam mempersiapkan guru seperti yang disebut di atas, berkualitas, berwawasan serta membentuk SDM mandiri, cerdas, bertanggungjawab dan berkepribadian.

2.6.4 Hubungan Motivasi Berprestasi, Sikap Guru dan Mutu Pendidikan dengan Kinerja Guru

(53)

(4) Kepercayaan personalia sekolah.

Ketergantungan antara variabel terikat terhadap variabel-variabel bebasnya dalam penelitian ini disajikan pada kerangka berfikir dibawah ini.

X

1

Motivasi Berprestasi

X2 Sikap guru

X3

Mutu pendidikan

Gambar 2.1 Model konstelasi motivasi berprestasi ( X1 ), sikap guru (X2) mutu pendidikan ( X3 ) dengan kinerja guru ( Y )

Keterangan

X1-Y : Hubungan motivasi berprestasi dengan kinerja guru. X2-Y : Hubungan sikap guru dengan kinerja guru.

X3-Y : Hubungan mutu pendidikan dengan kinerja guru. X1, X2, X3 –Y : Hubungan motivasi berprestasi, sikap guru dan mutu pendidikan dengan kinerja guru.

X1,X2,X3-Y

Y Kinerja guru

X1-Y

X2-Y

(54)

2.7 Hipotesis

Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berfikir yang telah ditetapkan , maka dirumuskan hipitesis sebagai berikut :

2.7.1 Terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi berprestasi terhadap kinerja guru MAN 1 Model Bandar Lampung.

2.7.2 Terdapat hubungan positifdan signifikan antara sikap guru terhadap kinerja guru MAN 1 Model Bandar Lampung.

2.7.3 Terdapat hubungan positif dan signifikan antara mutu pendidikan terhadap kinerja guru MAN 1 Model Bandar Lampung.

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010:13) data penelitian pada pendekatan kuantitatif berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Alasan peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif karena peneliti bermaksud untuk menghilangkan subjektifitas dalam penelitian.

Bentuk penelitian adalah deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bertujuan memberikan gambaran fenomena yang diamati dengan lebih mendetail, misalnya disertai data numerik, karakteristik dan pola hubungan antar variabel.

(56)

Penelitian ini menggunakan deskriptif korelasional, peneliti menggambarkan fakta sesuai dengan keadaan yang sebenarnya yakni yang ada di MAN 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.Untuk Seterusnya fakta berikut diolah

dan dianalisis untuk melihat hubungan variabel bebas dengan variabel terikat kemudian menggunakan korelasi dan regresi. Data yang didapat akan digunakan untuk menggambarkan karakteristik dari populasi berdasarkan variabel yang sudah ditentukan.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu.

Menurut Sugiyono (2010;117). Populasi dalam penelitian ini adalah guru - guru MAN 1 Model Bandar Lampung. Semuanya berjumlah 87 orang, dari populasi tersebut akan diambil 72 orang sebagai sampel penelitian. Jumlah tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus: Slovin (dalam Riduwan, 2005:65) pada taraf signifikan 5 %.

N

n=_________________ Nd2 + 1

Keterangan :

(57)

Penentuan jumlah sampel digunakan teknik random sampling, yaitu penarikan sampel secara acak atas populasi dengan menggunakan rumus diatas di peroleh jumlah sampel pada MAN 1Model Bandar Lampung adalah :

N

n=________________ Nd2 + 1

87

n= _______________ 87. (5%)2 + 1 n= 72 Orang Guru

Tabel 3.1 : Populasi dan Sampel Penelitian

No Nama Sekolah Jumlah Guru Jumlah Sampel 1 MAN 1 Model

Bandar Lampung

87 Orang 72 Orang Sumber : Hasil observasi dan perhitungan peneliti (2013)

Langkah-langkah pengambilan sampel penelitian adalah : menetapkan seluruh populasi dari guru MAN I Model Bandar Lampung, dari tiap-tiap guru yang akandiambil sebagai sampel dengan membuat daftar nama-namaguru sebanyak populasi yang berjumlah 87 orang guru kemudian dikocok sampai mendapatkan jumlah sampel yang sudah ditentukan memilih sampaiberjumlah 72 orang guru.

3.3 Variabel Penelitian

(58)

3.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang akan mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah : Motivasi Berprestasi (X1), Sikap Guru (X2 ), Mutu Pendidikan (X3).

3.3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat (Dependent Variable) (Y) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikat (Y) adalah variabel Kinerja Guru.

3.4 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Variabel

Pada penelitian ini ada 4 variabel masing-masing 3 variabel bebas dan satu variabel terikat. Masing-masing akan dijelaskan :

3.4.1 Variabel Motivasi Berprestasi ( X1 )

3.4.1.1Definisi Konseptual Variabel Motivasi Berprestasi Guru

Motivasi berprestasi guru merupakan konsep personal yang inheren yang merupakan faktor pendorong untuk meraih atau mencapai sesuatu yangdiinginkannya agar meraih kesuksesan atau mengarahkan dan mendorong seorang guru untuk melakukan tindakan dan mengatasi segala tantangan juga hambatan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan .

3.4.1.2Definisi Operasional Variabel Motivasi Berprestasi Guru

(59)

guru untuk melakukan tugas dengan sebaik-baiknya untuk mencapai kinerja yang lebih baik.

Menurut Mc.Celland dalam B.Uno (2009:47) memberi ciri-ciri pada individu yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi : suka berkerja yang berkaitan dengan prestasi, suka mengambil resiko yang sederhana, suka berkerja dan bertanggungjawab bagi keberhasilan kerjanya, suka mendapatkan kemudahan kerja, lebih mementingkan masa depan dari masa sekarang, tabah menemui kegagalan. Motivasi berprestasi bukan suatu yang boleh diwarisi, disebabkan oleh situasi sekitarnya.

Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi guru adalah mengarahkaan dan mendorong seorang guru untuk melakukan tindakan dan mengatasi segala tantangan juga hambatan dalam mencapai tujuan pendidikan. Indikator –indikator untuk mengukur motivasi berprestasi guru adalah sebagai beikut : keinginan untuk memperoleh kebanggaan, keingginan untuk memberi sumbangan yang berguna, keinginan prestasi yang lebih tinggi, keingginan untuk memperhatikan pada masa yang akan datang, keingginan untuk mengambil resiko, keinginan untuk bertanggung jawab.

(60)

Dari variabel motivasi berprestasi disediakan 20 butir soal, sehingga nilai terendah 20 dan nilai tertinggi 100.

3.4.2 Variabel Sikap guru ( X2 )

3.4.2.1Definisi Konseptual Variabel Sikap Guru

Sikap guru adalah suatu kecenderungan seorang guru dalam merespon suka atau tidak suka terhadap pekerjaannya, yang akhirnya diungkapkan dalam bentuk tindakan atau perilaku yang berkenaan dengan propesinya. Respon dan perilaku seorang guru terhadap pekerjaannya dapat diungkapkan dalam bentuk persepsi dan kepuasan guru terhadap pekerjaannya maupun dalam bentuk motivasi kerja yang ditampilkan.

Menurut Webster’s dalam Supriyadi (1998:113) bahwa, disiplin adalah sikap yang menggambarkan kepatuhaan kepada suatu aturan atau ketentuan yang berlaku. Disiplin merupakan sutu tuntutan baagi berlangsungnya kehidupan bersama yang teratur, tertib, yang merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya suatu kemajuan dan perkembangan. Disiplin tidak akan timbul dengan sendirinya. Disiplin harus dididik dan ditanamkan sejak dini.

3.4.2.2Definisi Operasional Variabel Sikap Guru

Sikap guru adalah total skor yang diperoleh dari jawaban responden yang merupakan skor penilaian guru terhadap unsur-unsur sikap mental yang mengandung kerelaan hati untuk memenuhi semua ketentuan tata tertib dan norma yang berlaku dalam melaksanakan tugas dengan tanggung jawab.

(61)

suatu objek. Dalam penelitian sikap, tergantung pada kepekaan dan kecermatan pengukurannya. Perlu diperhatikan metode yang berhubungan dengan pengukuran sikap, bagaimana instrumen itu dapat dikembangkan dan digunakan untuk

mengukur sikap.

Sedangkan metode pengukuran sikap yang dianggap dapat diandalkan dan dapat memberi penafsiran terhadap sikap manusia adalah pengukuran melalui skala sikap ( attitude scale) menurut pendapat Azwar (1988: 55).

Berdasarkan uraian diatas, sikap seorang guru terhadap pekerjaannya yang profesional dapat dilihat berdasarkan indikator : sikap terhadap peraturan perundang-undangan, sikap terhadap organisasi profesi, sikap terhadap teman sejawat, sikap terhadap anak didik, sikap terhadap tempat kerja, sikap terhadap pemimpin, sikap terhadap pekerjaan. .

Masing-masing indikator sikap guru diukur individu dengan angket skala Likert dengan 5 pilihan jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Dari variabel sikap guru disediakan 20 butir soal, sehingga nilai terendah 20 dan nilai tertinggi 100.

3.4.3 Variabel Mutu Pendidikan (X3)

3.4.3.1Definisi Konseptual Variabel Mutu Pendidikan

(62)

keinginan dan harapan pelanggan saat ini dan dimasa mendatang.

Berdasarkan konsep ini menekankan pentingnya menerapkan konsep belajar tuntas (mastery learning) peserta didik menguasai semua materi pelajaran secara utuh dan bertahap sebelum melanjutkan kepembelajaran pada topik-topik atau pokok bahasan pembelajaran yang lain sebagai persyaratan khusus dan dasar yang kuat untuk mempelajari tahapan pembelajaran berikutnya yang lebih luas dan mendalam ( Depdiknas 2000:26). Dimana mutu pendidikan ada peningkatan jika guru menunjukkan kinerja yang optimal sesuai dengan tugas profesionalnya.

3.4.3.2Definisi Operasional Variabel Mutu Pendidikan

Faktor yang sangat penting dalam peningkatan kualitas mutu pendidikan adalah sumber daya manusia memengang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan mutu pendidikan yang ingin dicapai dalam kurun waktu dengan menentukan target mutu untuk tahun berikutnya, Indikator –indikator untuk mengukur peningkatan mutu pendidikan adalah sebagai berikut : (1) Kreatifitas siswa, (2) Nilai, (3) Output, (4) Kemampuan mengajar, (5) Kompetensi akademik,(6) Motivasi dalam belajar, (7) Melakukan pengembangan kurikulum, (8) Memperbaiki proses belajar di kelas dan di luar kelas, (9) Melakukan perbaikan berkesinambungan dalam berbagai aspek pendidikan.

Gambar

Tabel 1.1 : Keadaan Guru, Siswa dan Program MAN Tanjungkarang
Tabel 1.2 : Keadaan Organisasi MAN 1 Model Bandar Lampung
Gambar 2.1 Model konstelasi motivasi berprestasi ( X1                     mutu pendidikan ( X ), sikap guru (X2) 3 ) dengan kinerja guru ( Y )
Tabel 3.1 : Populasi dan Sampel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pola distribusi aliran sungai yang terjadi diproyeksikan dalam bentuk besar kecilnya hidrograf yang bentuk dan ukurannya dipengaruhi oleh banyaknya curah hujan

Penelitian ini menyimpulkan bahwa pembelajaran model SMS (Serius Mengerjakan Soal) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

Pada bidang yang dibentuk dari 16 persegi satuan di bawah, luas bidang datar yang diarsir adalah.. Bilangan ABCD

Metode yang digunakan adalah metode pengukuran kinerja prima yang dikeluarkan oleh Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ) dalam Indonesia Zakat and Development Report

Dua molekul yang akan bereaksi harus berinteraksi secara langsung. Jika konsentrasi pereaksi diperbesar, berarti kerapatan antar partikel bertambah besar dan akan

berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik”. Sedangkan menurut para ulama madzhab, mereka yang berada

Tahun Pelajaran : 2019/20120 KD Kompetensi yang Diuji Lingkup Materi Materi Indikator Soal No Level Kognitif Bentuk Soal 3.7 Menganalisis senyawa hidrokarbon dan turunannya

Hasil uji t independen pengaruh reward and punishment terhadap disiplin belajar pada peserta didik kelompok eksprimen dan kontrol pada aspek disiplin belajar di rumah. Kelompok