PENETRASI SOSIAL DAN DAKWAH STEVEN INDRA WIBOWO DALAM PEMBINAAN MUALAF DI MUALAF CENTER INDONESIA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos)
Oleh:
Agun Akbar Tabrani NIM: 1112051000117
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “Penetrasi Sosial dan Dakwah Steven Indra Wibowo dalam Pembinaan Mualaf di Mualaf Center Indonesia”, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Selasa, 27 September
2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial
(S. Sos) pada program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 27 September 2016
Sidang Munaqasyah
Ketua Sekretaris
Dr. H. Roudhonah, M.Ag Dedi Fahrudin, M.Ikom
NIP. 19580910 198703 2 001 NIP. 19791208 201411 1 001
Penguji I Penguji II
Dr. H. A. Ilyas Ismail, MA Umi Musyarrofah, MA
NIP. 1963045 199403 1 001 NIP. 1971081 6199703 2 002
Dosen Pembimbing
Fita Fathurrokhmah, M.Si
iii
PENETRASI SOSIAL DAN DAKWAH STEVEN INDRA WIBOWO DALAM PEMBINAAN MUALAF DI MUALAF CENTER INDONESIA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Sarjana Ilmu Sosial
(S. Sos)
Oleh:
Agun Akbar Tabrani
NIM: 1112051000117
Dosen Pembimbing,
Fita Fathurrokhmah, M.Si
NIP. 198306102009122001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos) di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya cantumkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya saya atau merupakan hasil
jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 September 2016
v ABSTRAK Agun Akbar Tabrani
NIM: 1112051000117
Penetrasi Sosial dan Dakwah Steven Indra Wibowo dalam Pembinaan Mualaf di Mualaf Center Indonesia
Maraknya isu-isu teroris yang membuat citra negatif pada umat Islam, muncullah seorang mualaf yang dilatarbelakangi oleh keingintahuannya mengenai kebenaran dalam agama Islam. Keraguan dan kebimbangan atas apa yang dipelajarinya saat memeluk agama Katholik, membuat Steven Indra Wibowo mengalami krisis kepercayaan dalam dirinya. Memulai dengan belajar Islam secara bertahap sampai mendirikan Mualaf Center Indonesia
untuk membantu para mualaf mempelajari tentang agama Islam. Steven melakukan proses komunikasi antar pribadi dengan langkah-langkah penetrasi sosial dan melakukan dakwah fardiyah terhadap calon mualaf dan mualaf dimana latar belakang Steven bukanlah seorang ulama melainkan seorang mualaf juga.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka timbul pertanyaan bagaimana penetrasi sosial yang dilakukan Steven Indra Wibowo pada Orientation Stage, Exploratory Stage, Affective Stage, Stable Stage and Depenetration Stage? Dan bagaimana tahapan dakwah Steven Indra Wibowo dalam membina mualaf di Mualaf Center Indonesia?.
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme dimana realitas ada merupakan hasil konstruksi dari kemampuan berfikir seseorang. Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan sifat penelitian deskriptif. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus yang merupakan strategi penelitian dimana didalamnya menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktifitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu, aktifitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori penetrasi sosial Irwin Altman dan Taylor yang membahas tentang bagaimana proses komunikasi interpersonal. Teori ini menjelaskan tentang proses terjadinya pembangunan hubungan interpersonal secara bertahap dalam pertukaran sosial. Tahapan dalam teori ini adalah Orientation Stage, Exploratory Stage, Affective Stage, Stable Stage and Depenetration Stage.
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya, serta shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Penetrasi Sosial dan Dakwah Steven Indra Wibowo dalam Pembinaan Mualaf di
Mualaf Center Indonesia”.
Dalam penyusunan skripsi memang tidak selalu mudah dan membutuhkan proses yang
cukup lama. Selayaknya proses pengerjaan skripsi, ada masa dimana penulis mengalami
pasang surut. Ini merupakan ujian terberat dimana terkadang fisik lelah, mental dan pikiran
bertarung untuk dapat melawan rasa malas. Ditambah lagi adanya kerjaan yang harus
diselesaikan terlebih dahulu dan ini membuat penyusunan skripsi sempat tertunda. Namun,
semangat yang tak pernah padam untuk bisa mendapatkan gelar strata satu disertai kerja keras
akhirnya bisa melawan semua rasa itu.
Oleh karena itu dengan segala ketulusan, perkenankan penulis untuk menyampaikan
rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis, dengan bimbingan, arahan,
serta semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, terutama kepada:
1. Dr. Arif Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Terima kasih juga kepada Dr. Suparto, M. Ed, Ph.D selaku Wakil
Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum, serta Dr. H. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan.
2. Drs. Masran, MA selaku Ketuan Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Fita
vii
3. Fita Fathurokhmah, M.Si sebagai pembimbing penulis yang telah memberikan
bimbingan khusus dan petunjuk yang sangat berharga, dengan keramahannya selalu
memberikan kemudahan, dorongan, bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dari
awal hingga akhir dengan penuh kesabaran dan dedikasi yang tinggi. Semoga Allah
SWT memberikan keberkahan di setiap aktivitas.
4. Prof. Andi Faisal Bakti, MA, Ph. D selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang memberikan ilmu dengan harap ilmu yang didapat
menjadi bermanfaat kepada peneliti selama menempuh pendidikan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam urusan administrasi selama
perkuliahan dan penelitian skripsi ini.
7. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, yang telah melayani peminjaman buku-buku literatur sebagai referensi
dalam penulisan skripsi ini.
8. Steven Indra Wibowo selaku pimpinan Mualaf Center Indonesia, Eduard Van der Elst
dan Hanny Kristianto yang telah membantu penulis untuk dijadikan narasumber dan
telah meluangkan waktu serta banyak memberikan informasi yang bermanfaat selama
penyusunan skripsi ini.
9. Orang tua tercinta yaitu ayah saya bernama Fachri Hasibuan dan Ibu saya bernama
Suryanih Tabrani yang selalu ada untuk penulis dalam susah dan senang. Orang yang
senantiasa selalu menjadi panutan bagi penulis atas ketangguhan dan keberaniannya
viii
10.Dian Andriani yang telah memberikan banyak dorongan, ide, dan doa kepada penulis.
Terima kasih untuk semua waktu, perhatian, dan cerita yang selama ini terukir.
11.Teman seperjuangan skripsi, Rahmat Agung Aditya, Kaisan Putra, Ajeng Eka, Anggita
Maya Susanti, Nina Nurlina, Dewi Mufarrihah, Alif Prabowo, Rama Zaidhan, dan
Afrizal Putra Ilmi.
12.Keluarga KONTRAS Musik dan teman-teman KKN CELEBRATION, Abdul Mughni,
Adam, Laily, Siti Rizka Amalia,Jayanti, Radianti, Fadil, Bimo, Ratna, Nicky, Nadya,
Febrina, Dita, Deedat, dan Rizky. Terima kasih untuk kebersamaan yang singkat namun
berkesan. Semoga selalu kompak dan tetap menjaga silaturahmi.
13.Untuk semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini, yang tidak dapat
disebutkan satu per satu. Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis ucapkan terima kasih
yang begitu besar. Semoga apa yang telah dilakukan adalah hal yang terbaik dan hanya
Allah yang dapat membalas segala kebaikan dengan balasan terbaik-Nya. Amin.
Akhir kata penulis hanya bisa berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
dari seluruh pihak yang telah membantu. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan khususnya bagi diri penulis sendiri.
Jakarta, 27 September 2016
ix
B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL ... 14
A. Teori Penetrasi Sosial Irwin Altman dan Dalmas Taylor ... 14
1. Asumsi Teori Penetrasi Sosial ... 15
2. Model Teori Penetrasi Sosial ... 16
B. Dakwah ... 19
2. Tampilan Logo dan Website Mualaf Center Indonesia ... 30
3. Struktur Jajaran Pengurus Mualaf Center Indonesia ... 31
B. Profil Steven Indra Wibowo ... 32
x
BAB IV ... 39
TEMUAN DAN ANALISIS DATA ... 39
A. Analisis Penetrasi Sosial Steven Indra Wibowo di Mualaf Center Indonesia . 39 B. Analisis Dakwah Steven Indra Wibowo di Mualaf Center Indonesia ... 47
BAB V ... 57
PENUTUP ... 57
A. Kesimpulan ... 57
B. Saran ... 59
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Fenomena mualaf hadir di tengah-tengah isu teroris yang menimpa umat Islam.
Isu teroris tersebut membentuk citra negatif pada umat Islam. Akan tetapi, pada
kenyataannya mualaf tetap memiliki ketertarikan dan keinginan kuat untuk
mempelajari dan memperdalam Islam.
Perkembangan spiritual yang mengandung perubahan keyakinan atau
kepercayaan itu mempunyai beberapa alasan yang cukup signifikan. Pindah agama
tentu bukanlah suatu hal yang mudah, karena misalnya disebabkan adanya perasaan
keraguan dan kebimbangan dalam menghadapi persoalan kehidupan dunia.
Ketidakmampuan dan ketidakpuasan seseorang dalam menyelesaikan masalah
kehidupan, cenderung mencari jalan alternatif atau solusi lain yang lebih memadai dan
mencari untuk yang lebih jelas dan lebih tegas lagi. Bentuk konsep alternatif ini sangat
beragam, oleh karena itu sangat tergantung pada siapa atau apa yang memengaruhi pola
pikirnya.1
Pindah agama pada umumnya terjadi karena seseorang merasakan hilangnya
kepercayaan diri terhadap suatu agama yang selama ini sangat diyakininya. Keyakinan
yang dimaksud adalah agama yang tidak dapat memberikan ketenangan dan kedamaian
jiwanya, sehingga terjadi krisis atau stagnan pada diri seseorang.2 Krisis kepercayaan
ini adalah akibat ketidakpuasan terhadap agamanya yang selama ini dianut dan
dianggap sebagai sandaran utama dalam mengisi kegiatan spritualnya.
2
Dakwah dalam Islam merupakan dakwah baik dalam pemikiran dan praktek. Hal
ini dapat kita lihat di dalam ayat-ayat suci Al-Quran. Al-Quran adalah wahyu Allah
yang disampaikan kepada Rasul berisi pedoman, petunjuk, dan sentral segala wacana
ideologi kehidupan untuk mencapai kesuksesan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.3
Dalam rangka menjadikan Al-Quran sebagai petunjuk dan pedoman di dalam
kehidupan, diperlukan langkah-langkah pasti berupa proses pengkajian, pemahaman,
penafsiran dan sosialisasi nilai-nilai Al-Quran ditengah kehidupan bermasyarakat.
Itulah tujuan dakwah Islamiyah, yaitu membangun nilai-nilai Islam di tengah
kehidupan.
Setiap perkataan, pemikiran, atau perbuatan yang secara eksplisit ataupun implisit
mengajak orang ke arah kebaikan (dalam perspektif Islam), perbuatan baik, amal shaleh
atau menuju kebenaran dalam bingkai ajaran Islam, juga disebut dakwah.4 Definisi
dakwah yang dikemukakan oleh para ahli antara lain: “Usaha menyerukan dan
menyampaikan kepada perseorangan manusia dan seluruh umat tentang pandangan dan
tujuan hidup manusia di dunia yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar, dengan
berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan oleh akhlak dan membimbing
pengalamannya dalam perikehidupan perseorangan, berumah tangga, bermayarakat,
dan bernegara” (Muhammad Natsir, 2000)
ىىِه َِِلٱِب مُِْْدٰىجىو ِةىىسىْْٱ ِةىظِعْوىمْلٱىو ِةىمْكِْْٱِب ىكِبىر ِليِبىس ٰىَِإ ُعْدٱ
ىَنِدىَْْ ُمْلٱِب ُمىلْعىأ ىوُهىو
ۦ
ِهِليِبىس َىع َلىض َىِِ ُمىلْعىأ ىوُه ىكَبىر َنِإ َُىسْحىأ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.3 http://www.lampuislam.org/2014/08/metode-berdakwah-untuk-mengajak-non.html, diakses 14 April
pada pukul 19.10.
4 Asep Syamsul M. Romli, Komunikasi Dakwah: Pendekatan Praktis, (Bandung: ASM. Romli, 2014),
3
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-nya dan dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”. QS An-Nahl: 125).
Dakwah ialah ajakan atau seruan ke jalan Allah yang dilakukan da’i (penyeru) kepada orang lain secara perseorangan dengan tujuan memindahkan al mad’uw pada
keadaan yang lebih baik dan diridhai Allah. Dakwah memiliki 3 pengertian untuk
menyingkap dan mendekatkankannya kepada akal dan hati. Ketiga pengertian tersebut
adalah Mafhum Da’wah (seruan atau ajakan), Mafhum Haraki (gerakan) dan Mafhum
Tanzhimi (pengorganisasian).5
Dalam tugas penyampaian dakwah Islamiyah, subjek dakwah memerlukan
seperangkat pengetahuan dan kecakapan dalam bidang strategi. Selain itu, pola berpikir
dengan pendekatan sistem, dimana dakwah merupakan suatu sistem dan strategi
merupakan salah satu dimensinya, maka strategi mempunyai peranan dan kedudukan
yang sejajar dan sederajat dengan unsur-unsur lainnya seperti tujuan dakwah, objek
dakwah, sumber dakwah maupun kelengkapan dakwah lainnya. Dengan menguasai
strategi dakwah, maka pesan-pesan dakwah yang disampaikan pada objek dakwah akan
mudah dicerna dan diterima dengan baik.6
Untuk mengenal Islam sebagai pedoman hidup tentu harus menyediakan waktu
lama dan sarana penunjang yang memadai. Islam harus dipelajari melalui lembaga atau
orang yang mempunyai pengetahuan cukup tentang keislaman. Kurangnya informasi
tentang Islam yang perlu disampaikan tokoh agama misalnya Kyai dan Ustad yang
memiliki minimnya pengetahuan dan ilmu tentang agama, akan berpengaruh pada salah
persepsi dan antipati non muslim pada agama Islam. Karena itu, memilih lembaga atau
5 Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Metode Membentuk Pribadi Muslim, (Jakarta: Gema Insani,
2004), h 29.
4
orang yang akan dijadikan rujukan untuk belajar ilmu agama dan mengetahui
pemahaman agama menjadi sangat penting.
Berbicara masalah pembinaan mualaf, tidak jauh berbeda ketika berbicara
masalah pembinaan terhadap orang Islam lainnya, dimana hal tersebut dapat dilakukan
oleh siapapun dan lembaga apapun. Akan tetapi selama ini yang menjadi masalah
adalah banyak lembaga-lembaga seperti masjid maupun majelis-majelis yang hanya
melakukan proses pengislaman saja dan tidak ada tindaklanjutnya.
Dalam kegiatan pemberdayaan atau pembinaan terhadap mualaf, menjadi suatu
hal yang sangat penting. Karena sebagai orang yang menjalani keyakinan baru haruslah
memahami prinsip-prinsip ajarannya yang merupakan pedoman yang harus diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Suatu hal yang mustahil apabila seseorang dapat memetik
manfaat dari suatu ajaran sedangkan tidak mempelajari dan memahami ajaran tersebut.7
Mualaf Center Indonesia adalah lembaga yang bisa membantu seseorang untuk mau masuk Islam. Tersedia web situs www.mualafcenter.com yang menyediakan pendaftaran untuk bersyahadat dan berupaya mendampingi mualaf untuk mempelajari
Islam dengan mengisi form data diri yang telah disediakan di situs tersebut.
Mualaf Center Indonesia didirikan oleh Steven Indra Wibowo. Dia mantan seorang Frather (Imam gereja katolik) di Paroki, Jakarta Utara. Sedangkan Ayahnya adalah seorang aktifis di GKI (Gereja Kristen Indonesia) dan Gereja Bethel. Di
kalangan para aktifis Gereja Kristen Indonesia dan Gereja Bethel, Ayahnya bertugas
sebagai pencari dana di luar negeri bagi pembangunan gereja-gereja di Indonesia.
Sampai pada akhirnya Steven Indra Wibowo di sekolahkan ke Saint Michael’s College
7 Anwar R. Prawira, Petunjuk Praktis bagi Calon Pemeluk Agama Islam, (Jakarta: YPI Al-Izhar, 2001),
5
di Worcestershire, Inggris, yaitu sebuah sekolah tinggi khusus Katolik, mengambil
jurusan Islamologi.8 Islamologi adalah ilmu tentang agama Islam dengan
seluk-beluknya. Lingkup bahasannya adalah yang paling luas. Meliputi pengetahuan tentang
Islam, hukum dan lembaga keagamaan, filsafat, kebudayaan, sejarah, politik ekonomi
Islam, dan lain sebagainya.9 Steven Indra Wibowo dalam menjalani pendidikan di S
Saint Michael’s College, mengalami perubahan pola pikir tentang keyakinan antara
Katolik dan Islam.
Steven goyah akan kepercayaan yang selama ini diyakininya. Dia memutuskan
untuk masuk Islam. Memulai dengan belajar Islam mulai dari nol dan bertahap sampai
mendirikan Mualaf Center Indonesia (MCI). Steven membantu para mualaf yang diawali pertemuan dari web yang tersedia dan bertemu secara langsung, saling
berkenalan satu sama lain, saling berbagi cerita maupun pengalaman dan berupaya
untuk membuka diri berusaha lebih dekat dalam hal pribadi untuk mendampingi,
membantu dalam mengucapkan syahadat, mengarahkan dan meluruskan dalam
mempelajari Islam. Steven Indra wibowo melakukan komunikasi antar pribadi dengan
calon mualaf dan mualaf dengan langkah pendekatan menuju keterbukaan dalam hal
komunikasi seperti penetrasi sosial. Maka dari itu penulis meneliti lebih dalam proses
komunikasi antar pribadi dengan penetrasi sosial Steven dengan mad’u. Menariknya penelitian ini yaitu bagaimana proses komunikasi antar pribadi yang dilakukan Steven
Indra Wibowo dengan calon mualaf dan mualaf dengan langkah-langkah penetrasi
sosial. Penulis ingin menjawab persoalan komunikasi antar pribadi Steven Indra
Wibowo selaku da’i yang melakukan dakwah terhadap calon mualaf dan mualaf,
6
dimana latar belakang pengetahuan keagamaan Steven bukan seorang ulama melainkan
seorang mualaf juga.
Atas dasar inilah penulis merasa tertarik dan memandang perlu untuk meneliti
dengan judul skripsi “Penetrasi Sosial dan Dakwah Steven Indra Wibowo dalam Pembinaan Mualaf di Mualaf Center Indonesia”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Penulis membatasi masalah penelitian ini pada proses penetrasi sosial yang
dilakukan Steven Indra Wibowo dalam dakwah untuk membina mualaf di Mualaf Center Indonesia. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1) Bagaimana penetrasi sosial yang dilakukan Steven Indra Wibowo pada
Orientation Stage, Exploratory Stage, Affective Stage, Stable Stage, and Depentration Stage?
2) Bagaimana tahapan dakwah Steven Indra Wibowo dalam membina mualaf di
Mualaf Center Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Terkait dengan permasalahan yang telah dirumuskan oleh penulis, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui penetrasi sosial yang dilakukan Steven Indra Wibowo
pada Orientation Stage, Exploratory Stage, Affective Stage, Stable Stage and Depenetration Stage?
2) Untuk mengetahui bagaimana dakwah dalam pembinaan mualaf di Mualaf
7 D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1) Manfaat Akademis
Penulis berharap penelitian ini dapat memperkaya kajian ilmu komunikasi
antar pribadi serta teori penetrasi sosial Irwin Altman dan Taylor tentang
langkah-langkah dalam proses adaptasi, menjalin kedekatan antara komunikator
dan komunikan agar pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh komunikan.
2) Manfaat Praktis
Penetrasi sosial dapat dimanfaatkan bagi individu komunikator dan
komunikan yang mengalami kesulitan beradaptasi, kesulitan menjalin hubungan
dalam komunikasi, maka dapat digunakan teori penetrasi sosial.
E. Metodologi Penelitian
1) Paradigma Penelitian
Menurut Bogdan dan Biklen (1982:32), paradigma adalah kumpulan longgar
dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang
mengarahkan cara berfikir dan penelitian.10 Pada penelitian ini paradigma yang
digunakan adalah konstruktivisme. Realitas ada merupakan hasil konstruksi dari kemampuan berfikir seseorang. Perlu tercipta interaksi antara peneliti dan yang
diteliti, agar mampu merekonstruksi realitas yang diteliti melalui metode
kualitatif.11 Untuk itu peneliti akan melakukan penelitian dengan Steven Indra
Wibowo di Mualaf Center Indonesia.
10 Dr. Lexy J. Moleong, M. A., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1997), h. 30.
11 BurhanBungin, Sosiologi Komunikasi, (Teori, Paradigma, dan Discourse TeknologiKomunikasi di
8 2) Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
dengan sifat penelitian deskriptif. Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental
bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya.12
3) Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian studi
kasus adalah penelitian yang meneliti fenomena kontemporer secara utuh dan
menyeluruh pada kondisi yang sebenarnya, dengan menggunakan berbagai sumber
data.13 Studi kasus merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti
menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau
sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktifitas, dan peneliti
mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur
pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.14
4) Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Mualaf Center Indonesia. Sedangkan objek penelitiannya adalah Steven Indra Wibowo sebagai pendiri Mualaf Center Indonesia.
12 Dr. Lexy J. Moleong, M. A., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1997), h. 3
13 Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd., Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2013), h. 121.
14 John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, (Bandung:
9 5) Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Mualaf Center Indonesia, Jl. Patra Tomang I No.10, Kb. Jeruk, Kota Jakarta Barat, dimulai dari bulan Agustus 2016 hingga bulan
November 2016.
6) Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian penting yang memiliki beberapa teknik.
Teknik di bawah ini dilakukan dengan tujuan agar peneliti mendapatkan data yang
lengkap dan tepat untuk penelitian ini. Berikut beberapa teknik dari pengumpulan
data yang digunakan:
a. Wawancara Mendalam
Wawancara dilakukan penulis secara langsung dengan orang-orang yang
dianggap perlu dan mewakili dalam penelitian ini seperti Steven Indra Wibowo
selaku pendiri dari Mualaf Center Indonesia. Wawancara ini bertujuan untuk menggali keterangan yang mendalam seputar topik yang terkait dengan
permasalahan ini sehingga terkumpul informasi yang diperlukan oleh penulis.
b. Observasi Non Partisipasi
Observasi yang dilakukan penulis dengan tidak turun langsung atau sebagai
penonton dan bertujuan untuk mengamati bentuk penetrasi sosial dakwah Steven
Indra Wibowo dengan cara mengamati langsung kegiatan yang dilakukan dalam
pembinaan mualaf di Mualaf Center Indonesia, Jalan Patra Tomang I No. 10, Kebon jeruk, Kota Jakarta Barat.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara mengambil data dari
10
Wibowo. Sehingga data-data yang diperoleh dapat menguatkan penelitian serta
mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.
F. Teknik Analisis Data
Ada tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis data penelitian
kualitatif yang dikemukakan Miles dan Huberman, yaitu reduksi data, paparan data dan
penarikan kesimpulan. Berikut penjelasannya:15
1) Reduksi Data
Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting, dan mencari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan
mencarinya apabila diperlukan.16 Inventarisir data terkait dengan cara Steven Indra
Wibowo dalam melakukan komunikasi antar pribadi dengan mualaf dan calon
mualaf.
2) Paparan Data
Pemaparan data sebagai sekumpulan informasi tersusun, dan memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.17
3) Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan disajikan dalam bentuk deskriptif dengan berpedoman pada kajian
penelitian.
15Imam Gunawan, S.Pd.,M.Pd., Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2013), h. 210.
16 Sugiyono, MetodePenelitian, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2007), h. 92.
17 Miles, Matthew danHuberman, A. Michael, Analisis Data Kualitatif:
11 G. Pedoman Penulisan
Pedoman penulisan ini menggunakan buku pedoman akademik, penulisan
Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh
CeQDA (Center for Quality Development Assurance)tahun 2007.
H. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian terkadang ada tema yang berkaitan dengan penelitian yang
peneliti teliti sekalipun arah dan tujuan yang diteliti berbeda. Untuk dijadikan rujukan
awal peneliti menemukan beberapa sumber kajian lain yang lebih terdahulu yang
membahas terkait dengan penetrasi sosial dan dakwah dalam pembinaan mualaf.
Rujukan pertama berjudul “Peranan Majlis Muhtadin Al-falah dalam
membimbing Mualaf di Masjid Al-falah Surabaya” oleh Laili Ilmi Nikmah mahasiswi UIN Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2009. Skripsi ini membahas peranan
Majlis Muhtadin dalam membimbing mualaf di Masjid Al-falah Surabaya. Persamaan
pada penelitian ini adalah keduanya meneliti tentang pembinaan mualaf. Kemudian
perbedaan pada penelitian ini terletak pada subjeknya. Pada penelitian sebelumnya
subjeknya adalah Majlis Muhtadin dan pada penelitian ini adalah Mualaf Center Indonesia. Terdapat perbedaan lain juga yaitu pada pembahasannya, dimana penelitian terdahulu membahas bagaimana peran Majlis Muhtadin dalam membimbing mualaf
sedangkan pada penelitian ini membahas penetrasi sosial dakwah fardhiyah dalam
pembinaan mualaf. Perbedaan selanjutnya terdapat pada teori yang digunakan,
penelitian sebelumnya menggunakan teori Talcott Parsons tentang fungsional struktural
dan penelitian ini menggunakan teori Irwin Altman dan Dalmas Taylor tentang
penetrasi sosial. Penemuan pada penelitian sebelumnya adalah peran dari Majlis
Muhtadin untuk menjadi tempat seputar proses pengikraran dan layanan apa saja yang
12
pada penelitian ini adalah dengan mengacu pada teori penetrasi sosial bahwasanya
proses komunikasi memainkan peranan penting dalam perkembangan kedekatan
hubungan dalam level interpersonal.
Rujukan kedua berjudul “Pelaksanaan Dakwah Terhadap Mualaf di Majlis Muhtadin Yogyakarta” oleh Mohammad Husein mahasiswa UIN Sunan Kalijaga
Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2009. Skripsi ini membahas tentang
pelaksanaan dakwah terhadap mualaf di Majlis Muhtadi Yogyakarta. Persamaan
didalam penelitian ini adalah meneliti tentang mualaf. Perbedaan dalam penelitian ini
terletak pada subjeknya. Subjek dalam penelitian sebelumnya adalah Majlis Muhtadin
Yogyakarta sedangkan penelitian ini adalah Mualaf Center Indonesia. Penemuan penelitian pada sebelumnya adalah bagaimana pelaksanaan dakwah yang dilakukan
terhadap mualaf di Majlis Muhtadi Yogyakarta. Sedangkan penemuan pada penelitian
ini adalah dengan mengacu pada teori penetrasi sosial bahwasanya proses komunikasi
memainkan peranan penting dalam perkembangan kedekatan hubungan dalam level
interpersonal.
I. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan dapat dilakukan secara terarah dan sistematis, maka
sistematika penulisan dalan penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini dibahas pendahuluan yang meliputi Latar Belakang
Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian, Teknik Analisis Data, Pedoman
13
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
Dalam bab ini dibahas tinjauan teoritis yang meliputi penjelasan tentang
penetrasi sosial (teori penetrasi sosial oleh Irwin Altman dan Dalmas
Taylor, pengertian penetrasi sosial, asumsi penetrasi sosial, model
tahapan penetrasi sosial), dakwah (pengertian dakwah, tahapan
dakwah), mualaf (pengertian mualaf dan keterkaitan antara penetrasi
sosial dan dakwah) dan kedudukan mualaf dalam Islam.
BAB III GAMBARAN UMUM
Dalam bab ini dibahas tentang profil Mualaf Center Indonesia, logo
Mualaf Center Indonesia, gambar tampilan website Mualaf Center
Indonesia, struktur jajaran pengurus Mualaf Center Indonesia, dan profil
Steven Indra Wibowo.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini dijelaskan tentang bentuk penetrasi sosial dan dakwah
yang dilakukakan oleh Steven Indra Wibowo dalam melakukan
pembinaan terhadap mualaf di Mualaf Center Indonesia.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini ditarik kesimpulan dari pembahasan dan hasil penelitian,
14 BAB II
LANDASAN TEORITIS dan KERANGKA KONSEPTUAL A. Teori Penetrasi Sosial Irwin Altman dan Dalmas Taylor
Teori penetrasi sosial adalah teori yang membahas bagaimana perkembangan
kedekatan dalam sebuah hubungan. Teori penetrasi sosial dipopulerkan oleh Irwin
Altman dan Dalmas Taylor (1973). Teori ini secara umum membahas tentang
bagaimana proses komunikasi interpersonal. Teori yang menjelaskan proses terjadinya
pembangunan hubungan interpersonal secara bertahap dalam pertukaran sosial. Teori
Penetrasi sosial mempunyai peran yang besar dalam bidang psikologi dan komunikasi.
Model teori penetrasi sosial menyediakan jalan yang lengkap untuk menggambarkan
perkembangan hubungan interpersonal dan untuk mengembangkannya dengan
pengalaman individu sebagai proses pengungkapan diri yang mendorong kemajuan
hubungan.18
Di dalam teori ini terdapat sebuah analogi yang menggambarkan bagaimana
teori ini dapat diaplikasikan. Analogi bawang merupakan analogi yang dapat
menjelaskan bagaimana proses penetrasi sosial dalam hubungan dapat terjadi. Pada
analogi bawang ini, terdapat pembagian-pembagian tingkat penetrasi sosial
berdasarkan lapisan-lapisan yang ada di bawang tersebut. Lapisan-lapisan itu
diibaratkan sebagai suatu proses kedalaman interaksi yang terjadi. Mulai dari lapisan
hingga lapisan dalam, dimana memiliki proses yang berbeda-beda. Terdapat 5 tahap,
yaitu Orientation Stage, Exploratory Stage, Affective Stage , Stable Stage and Depenetration. Disini dijelaskan bagaimana dalam proses berhubungan dengan orang
15
lain, terjadi berbagai proses gradual, di mana terjadi semacam proses adaptasi di antara
keduanya.19
1) Asumsi Teori Penetrasi Sosial
a. Hubungan-hubungan memiliki kemajuan dari tidak intim menjadi intim.
Hubungan komunikasi antara orang dimulai pada tahapan superfisial dan
bergerak pada sebuah kontinum menuju tahapan yang lebih intim.20
b. Perkembangan hubungan mencakup depenetrasi (penarikan diri) dan disolusi.21
Hal ini dapat dipahami jika proses komunikasi sebelumnya terdapat banyak
konflik yang cenderung destruktif atau konflik yang tidak berkesudahan maka
hubungan ini akan semakin jauh. Karena, baik komunikator maupun komunikan
merasa kurang nyaman antara satu sama lain. Akibatnya, masing-masing dari
mereka semakin menjauhkan diri.
c. Pembukaan diri adalah inti dari perkembangan hubungan. Hubungan yang tidak
intim bergerak menuju hubungan yang intim karena adanya keterbukaan diri.22
Penulis memahami bahwa inti dalam hubungan ialah keterbukaan diri, karena
keterbukaan diri ini ibarat sebuah jembatan yang dapat menghubungkan dua
kubu. Ketika kedua belah pihak baik komunikator maupun komunikan sudah
saling terbuka, maka memungkinkan untuk saling mengenal dan saling
memahami satu sama lain. Sehingga akan timbul rasa nyaman dan rasa saling
ingin mepertahankan kedekatan atau hubungan.
19 Griffin, Emory A, A First Look at Communication Theory, 5th edition, (New York: McGraw-Hill,
2003), h 132
20 Richard West & Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi (Jakarta:
Penerbit Salemba Humanika, 2012), h 197.
16 2) Model Teori Penetrasi Sosial
a. Tahap Pertama (Orientation Stage)
Lapisan kulit terluar dari kepribadian manusia adalah apa-apa yang
terbuka bagi publik. Apa yang biasa diperlihatkan kepada orang lain secara
umum, tidak ditutup-tutupi. Dan jika mampu melihat lapisan yang lebih dalam
lagi, maka disana ada lapisan yang tidak terbuka bagi semua orang, lapisan
kepribadian yang bersifat semiprivate. Lapisan ini biasanya hanya terbuka bagi orang-orang tertentu saja. Maka informasinya bersifat superficial. Informasi yang seperti nama, alamat, umur, suku dan lain sejenisnya.23 Informasi yang
mengalir saat berkomunikasi dengan orang yang baru dikenal. Tahapan ini
sendiri disebut dengan tahap orientasi. membuka sedikit demi sedikit, yang
merupakan tahapan awal dalam interaksi dan terjadi pada tingkat publik. Disini
hanya sedikit dari kita yang terbuka untuk orang lain.
b. Tahap Kedua (Exploratory Stage)
Tahap Kedua (Lapisan Kulit Bawang kedua) disebut dengan tahap
pertukaran afektif eksplratif. Tahap ini merupakan tahap ekspansi awal dari
informasi dan perpindahan ke tingkat pengungkapan yang lebih dalam dari
tahap pertama. Dalam tahap tersebut, diantara dua orang yang berkomunikasi,
mulai bergerak mengeksplorasi ke soal informasi yang berupaya menjajagi apa
kesenangan masing-masing.24 Seperti kesenangan dari segi makanan, musik,
lagu, hobi dan lain sejenisnya. Munculnya diri, dalam tahap ini merupakan
perluasan area publik dari diri dan terjadi ketika aspek-aspek dari kepribadian
seorang individu mulai muncul.
23
Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss, Encyclopedia Of Communication Theory, (California: Sage Publications, Inc), 2009 h 912
24 Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss, Encyclopedia Of Communication Theory, (California: Sage
17 c. Tahap Ketiga (Affective Stage)
Tahapan berikutnya adalah tahap ketiga, tahap pertukaran afektif. Pada
tahap ini terjadi peningkatan informasi menyangkut pengalaman pribadi
masing-masing.25 Di tahap ini sudah mulai membuka diri dengan informasi
yang bersifat lebih pribadi, seperti kesediaan menceritakan tentang masalah
pribadi. Kejujuran Total dan Keintiman, tahap ini merupakan tahapan dimana
berhubungan dengan pengungkapan pemikiran, perasaan dan perilaku secara
terbuka yang mengakibatkan munculnya spontanitas dan keunikan hubungan
yang tinggi.
d. Tahap Keempat (Stable Stage)
Tahap keempat merupakan tahap akhir atau lapisan inti, disebut juga
dengan tahap pertukaran yang stabil. Pada tahap tersebut sifatnya sudah sangat
intim dan memungkinkan pasangan tersebut untuk memprediksikan
tindakan-tindakan dan respon masing-masing dengan baik. Informasi yang dibicarakan
sudah sangat dalam dan menjadi inti dari pribadi masing-masing pasangan,
misalnya soal nilai, konsep diri, atau perasaan emosi yang terdalam.26
Kedekatan terhadap orang lain menurut Altman dan Taylor, dapat dilihat
sejauh mana penetrasi kita terhadap lapisan-lapisan kepribadian. Dengan
membiarkan orang lain melakukan penetrasi terhadap lapisan kepribadian yang
kita miliki artinya kita membiarkan orang tersebut untuk semakin dekat dan
taraf kedekatan hubungan seseorang dapat dilihat dari sini. Dalam perspektif
teori penetrasi sosial, Altman dan Taylor menjelaskan penjabaran sebagai
berikut: Pertama, kita lebih cepat akrab dalam hal pertukaran lapisan terluar dari
25
Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss, Encyclopedia Of Communication Theory, (California: Sage Publications, Inc), 2009 h 913
26
18
diri kita dari pada membicarakan tentang hal-hal yang bersifat pribadi. Semakin
dalam berupaya untuk melakukan penetrasi, maka lapisan kepribadian yang
dihadapi akan semakin tebal dan semakin sulit untuk ditembus.
Kedua, keterbukaan diri (self disclosure) bersifat resiprokal (timbal-balik), terutama pada tahap awal dalam suatu hubungan. Menurut teori ini, pada
awal sebuah hubungan kedua belah pihak akan saling antusias untuk membuaka
diri dan keterbukaan ini bersifat timbal balik. Akan tetapi, semakin dalam atau
semakin masuk ke dalam wilayah pribadi, biasanya keterbukaan tersebut
semakin berjalan lambat, tidak secepat pada tahap awal hubungan dan juga tidak
bersifat timbal balik.
Ketiga, penetrasi akan cepat diawal akan tetapi akan semakin berkurang
ketika semakin masuk ke dalam lapisan yang makin dalam. Keakraban
membutuhkan suatu proses yang panjang. Pada dasarnya akan ada banyak
faktor yang menyebaabkan kestabilan suatu hubungan tersebut mudah runtuh
dan mudah goyah. Akan tetapi jika ternyata mampu untuk melewati tahapan ini,
hubungan tersebut akan lebih stabil, lebih bermakna dan lebih bertahan lama.
e. Depenetrasi (Depenetration Stage)
Depenetrasi adalah proses yang bertahap dengan semakin memudar
ketika suatu hubungan berjalan tidak lancar dan keduanya berusaha semakin
untuk menjauh. Proses ini tidak bersifat eksplosif atau meledak secara
sekaligus, tapi lebih bersifat bertahap.27
27
19 B. Dakwah
1) Pengertian Dakwah
Dakwah berarti perhatian seorang Da’i kepada orang yang diserunya, persahabatannya dan persaudaraanya karena Allah SWT. Dengan kata lain, dakwah
adalah ajakan atau seruan ke jalan Allah yang dilakukan seorang Da’i (penyeru) kepada
orang lain secara perseorangan dengan tujuan memindahkan al mad’uw (penerima) pada keadaan yang lebih baik dan diridhai Allah SWT. Perubahan atau perpindahan
tersebut adakalanya dari kekafiran kepada keimanan, dari kesesatan dan kemaksiatan
kepada petunjuk dan ketaatan. Dakwah ialah usaha seorang da’i yang berusaha lebih
dekat mengenal al mad’uw untuk dituntun ke jalan Allah. Oleh karena itu, untuk
mencapai sasaran dakwah harus selalu menyertainya dan membina persaudaraan
dengannya karena Allah.
2) Tahapan Dakwah
Tahapan atau fase dalam dakwah ada tiga, yaitu:
a. Mafhum Da’wah (seruan atau ajakan)
Seruan dan ajakan seperti ini memiliki dasar dan sesuai dengan tuntunan
syariat Islam.28 Firman Allah SWT:
“Siapakah yang lebih baik perkataanya dari pada orang yang
menyeru kepada Allah, mengerjakan amalan saleh, dan berkata:
‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?’ dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya
Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Fushshilat: 33-36).
28 Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Metode Membentuk Pribadi Muslim,(Jakarta: Gema Insani,
20
Ayat diatas mengisyaratkan akan seruan dalam dakwah fardiyah mengenai
berapa hal: Dakwah Illallah (dakwah ke jalan Allah) seruan atau ajakan untuk
menaati-Nya dan menaati Rasulnya dengan melaksanakan semua ajaran yang dibawanya
sebagai sistem dan undang-undang serta pedoman dalam kehidupan. Dakwah Illalah
memuat semua ucapan dan perkataan yang baik: tentang tauhid, keimanan kepada
Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir serta qadha dan
qadar. Dakwah Illalah dalam pengertian seperti ini adalah perkataan yang sangat baik
yang diucapkan oleh juru dakwah. Karena da’i tidak mengatakan sesuatu kecuali
tentang ajaran Nabi Muhammad SAW. Dalam melakukan dakwah harus memiliki
sifat-sifat khusus dan sikap hidup yang sesuai dengan tugasnya. Dari ayat diatas, didalamnya
memuat asas dan rukun dakwah yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, Seorang Da’i harus melakukan amal saleh, Artinya, ia harus
melaksanakan seluruh kewajiban dan menjauhi dosa-dosa besar, selalu mendekatkan
diri kepada Allah dengan melakukan amalan nafilah (sunnah) dan menjauhi
perbuatan-perbuatan yang hina dan dosa kecil. Kedua, Seorang Da’i harus menyatakan secara
terus terang bahwa dia seorang muslim. Hal itu harus dinyatakan dengan perkataan dan
perbuatannya. Ketiga, Seorang Da’i harus bersikap sabar, mempergauli penerima
dakwah dengan baik dan tabah.
b. Mafhum Haraki (gerakan)
Dakwah dalam mafhum haraki atau tahap haraki (gerakan) ialah menjalin
hubungan dengan masyarakat umum, kemudia memilih salah seorang dari mereka
21
layak menerima kebaikan disebabkan keterkaitan dan komitmennya terhadap manhaj
dan adab Islam.29
Islam memberikan kebebasan kepada juru dakwah untuk bergaul dengan
masyarakat umum untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjadikan
pergaulan tersebut sebagai sesuatu yang positif dan bermanfaat yang digunakannya
untuk mengajak mereka ke jalan kebenaran, kebaikan dan petunjuk.30 Pengertian haraki (gerakan) dalam dakwah ini adalah, Seorang Da’i harus mengarahkan keinginan penerima dakwah dengan baik, Seorang Da’i harus memperhatikan kepentingan kaum
muslimin dengan menyingkirkan gangguan dari mereka dan mengusahakan
kemaslahatan untuk mereka, memberi nasihat dan pertolongan kepada setiap muslim,
mencintai dan menampakkan cintanya kepada al-mad’uw, dan bergaul dengan penerima dakwah secara bijak dan bertukar pikiran dengan cara yang baik. Semua ini
ada didalam firman Allah SWT:
“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.” (An-Nahl: 125)
Dari ayat diatas ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai pedoman
seorang Da’i dalam membina hubungan dengan al-mad’uw yaitu, Dakwah harus ditujukan kepada jalan Allah, bukan kepada jalan hidup yang lain. Tidak diperkenankan
menyerukan dakwahnya dengan tujuan agar mengikuti sang pemimpin, orang yang
berjasa atau mengikuti pribadi Da’i itu sendiri. Dakwah seperti ini menghubungkan
penerima dakwah dengan Allah, tauhid, aqidah, dan mabda’ (prinsip hidup), bukan dengan sang tokoh atau sang pemimpin. Karena aqidah bersifat kekal, sedangkan tokoh
29 Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Metode Membentuk Pribadi Muslim, (Jakarta: Gema Insani,
2004), h 34.
22
dan pemimpin masyarakat bersifat fana. Dakwah harus dilakukan dengan bijak, yang
dimaksud ialah meletakkan sesuatu pada tempatnya (proporsional).31 Dalam bergaul
dengan al-mad’uw sang Da’i harus melihat dan mempertimbangkan kondisi penerima
dakwah, seperti kondisi kebudayaan dan sosial kemasyarakatan. Dengan demikian,
Da’i tidak boleh memberikan beban kepada penerima dakwah dengan tugas yang tidak
mampu dilakukannya. Da’i harus bergaul dengan penerima dakwah secara lemah
lembut dan bijak. Dakwah harus dilakukan dengan nasihat atau pengajaran yang baik.
Nasihat yang dapat masuk ke dalam hati. Hal ini hanya akan tercapai jika dilakukan
dengan lemah lembut, tanpa kekerasan dan tanpa mengungkit-ungkit kesalahan yang
dilakukannya. Dakwah dapat menggunakan metode diskusi atau tukar pikiran dengan
cara yang paling baik, yang dapat membawa kepada pencapaian kebenaran. Tukar
pikiran dengan cara yang baik dalam pengertian tidak boleh memaksakan kehendak
kepada al-mad’uw yang berbeda pendapat dengan Da’i. Tidak boleh membebaninya
diluar kemampuannya dan tidak boleh mencaci pendapat atau pemikirannya meskipun
lamban dalam menerima kebenaran. Dan Da’i harus memahami dan menyadari keadaan al-mad’uw serta bersabar dalam menghadapinya. Tidak boleh berputus asa dan harus berlapang dada.32
c. Mafhum Tanzhimi (pengorganisasian)
Pengorganisasian yang dilaksanakan da’i dalam dakwah meliputi tiga hal:
pengarahan (taujih), penugasan (tauzhif) dan penggolongan (tashnif). Pengarahan (taujih) bimbingan yang diberikan da’i kepada al maduw dalam rangka berdakwah ke jalan Allah untuk membantu memahami keadaan dirinya, memahami persoalan dan
23
hambatan-hambatan yang dihadapinya.33 Menunjukkannya dengan cara yang halus
tentang kemampuan dan kelebihan yang dia miliki. Dan juga membantunya agar
penerima dakwah bisa dengan baik mengenal lingkungan, baik yang berkaitan dengan
sosial kemasyarakatan, kebudayaan dan ekonomi. Sehingga al mad’uw dapat melaksanakan tugas-tugasnya sesuai kondisi yang diketahuinya. Dengan demikian, ia
tidak akan membebani dirinya di luar batas kemampuannya dan tidak pula
meninggalkan amalan yang sebenarnya mampu dilaksanakannya.
Dalam pengarahan ini da’i harus membantu al mad’uw dalam memecahkan kesulitahan-kesulitan yang dihadapinya, agar ia bertambah percaya diri dan
kemampuannya sehingga tidak selalu menjadi beban dan menggantungkan diri pada
da’i dalam setiap urusan. Pengarahan dari seorang da’i kepada al mad’uw ialah mencurahkan seluruh kemampuannya agar penerima dakwah dapat mengatakan
kesulitan-kesulitannya ketika melaksanakan tugas, dapat melaksakan amalan secara
kontinu dan tidak berbalik haluan.34
Sementara itu di dalam penugasan (tauzhif) seorang da’i harus cermat dalam
memilih tugas yang akan diberikan kepada al mad’uw sesuai dengan kemampuan dan kondisinya.35 Hal ini karena dakwah bertujuan agar penerima dakwah dapat melakukan
amalan yang sesuai dan tidak memberatinya. Dan dilihat dari segi lain, penerima
dakwah dapat memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Penerima dakwah dalam
dakwah harus aktif melaksanakan amaliah demi Islam hingga ia memiliki andil dalam
menolak mafsadah dan menarik mashalahah.
24
Penggolongan (tashnif) mengelompokkan sesuatu agar mudah membedakan
antara satu yang lainnya. Tashnif mengelompokkan kekuatan dan kemampuan
penerima dakwah agar dapat diketahui kemampuannya. Hal ini memudahkan
pemberian latihan dan pembinaan untuk mencapai derajat yang lebih baik dalam
menunaikan tugas-tugasnya.36 Dalam dakwah, juru dakwah harus mengklarifikasikan
penerima dakwah berdasarkan pola fikir dan kebudayaan mereka agar ia mengetahui
bekal pemikiran dan kebudayaan apa yang sesuai dengan mereka. Da’i harus
mengelompokkan al mad’uw berdasarkan segi rohaniah. Hal ini untuk mengetahui ibadah dan riyadhah ruhiyah (latihan rohaniah) yang sesuai dengan al mad’uw agar jiwanya menjadi bersih dan hubungannnya kepada Allah semakin dekat hingga ia akan
selalu menghadap kepada-Nya dan merasa tenang dengannya.
Pengelompokkan penerima dakwah juga berdasarkan segi kepribadiaannya agar
da’i mengetahui cara menempatkan penerima dakwah dalam lingkungan pergaulan dan
mengetahui amalan serta pengetahuan apa yang sesuai. Pengelompokkan selanjutnya
ditinjau dari segi sosial kemasyarakatan untuk mengetahui sampai seberapa
kemampuannya berperan dalam amal sosial, sampai seberapa kemauannya menolong
dan mencintai orang lain.37 Taujih, tauzhif dan tashnif merupakan unsur-unsur pengorganisasian dakwah yang menyempurnakan tugas dan pekerjaan seorang da’i.
3) Ruang Lingkup Mualaf
a. Pengertian Mualaf
Mualaf adalah seorang yang masuk Islam karena pilihan, yang telah mengalami
pergulatan batin dan pertimbangan yang matang. Dia harus menundukkan hatinya
36 Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Metode Membentuk Pribadi Muslim,
h 50.
37Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Metode Membentuk Pribadi Muslim,
25
untuk dapat menerima dan meyakini kebenaran baru. Selanjutnya dia harus
mempertimbangkan aspek sosial ekonomi sebagai konsekuensi atas pilihannya itu.
Seperti kehilangan pekerjaan atau bisa dikucilkan dari keluarga bahkan diasingkan dari
komunitas lamanya. Melihat berapa kompleksnya dampak pilihan ini, apabila dia tetap
merasa yakin dengan kebenaran Islam, dia harus berserah diri dan pasrah dengan risiko
apapun.38 Mualaf dari bahasa Arab yang berarti tunduk, menyerah, dan pasrah.
Sedangkan, dalam pengertian Islam, mualaf digunakan untuk menunjuk seseorang yang
baru masuk agama Islam.39 Dalam ensiklopedi dasar Islam, muallaf ialah seseorang
yang semula kafir dan baru memeluk islam40
Kata mualaf yang berasal dari bahasa Arab merupakan maf’ul dari kata alifa yang artinya menjinakkan, mengasihi. Sehingga kata muallaf dapat diartikan sebagai
orang yang dijinakkan atau dikasihi. Seperti tertera dalam firman Allah surat at-taubah
ayat 60
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk oranng-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, (untuk memerdekakan budak), orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Mengetahui lagi Maha Bijaksana” Dalam ayat diatas terdapat kata muallafah qulubuhum yang artinya orang-orang yang sedang digunakan atau dibujuk hatinya. Mereka dibujuk adakalanya karena
merasa baru memeluk agama Islam dan imannya belum teguh. Karena belum teguhnya
iman seorang mualaf, maka mereka termasuk golongan yang berhak menerima zakat.
Hal ini dimaksudkan agar lebih meneguhkan iman para mualaf terhadap agama Islam.
26 b. Kedudukan Mualaf dalam Islam
Berdasarkan pengertian mualaf yang telah dijelaskan diatas bahwa mualaf ialah
orang yang hatinya dibujuk dan dijinakkan hatinya agar cenderung kepada Islam.
Mereka adalah orang yang baru mengetahui dan belum memahami ajaran Islam. Oleh
karena itu mereka berada pada posisi yang membutuhkan pembinaan, bimbingan
seputar agama Islam.
Pada masa Nabi Muhammad SAW para mualaf tersebut diposisikan sebagai
penerima zakat untuk menjamin kelestarian mereka kepada Islam dengan terus
meberikan pembinaan dan pengajaran tentang agama Islam. Salah satu alasan Nabi
Muhammad SAW memberikan zakat kepada mereka adalah menyatukan hati mereka
pada Islam. Oleh karena itu mereka dinamakan al-Mualafah Qulubuhum.41
Mualaf itu adalah orang yang baru memeluk agama Islam dan dirangkul serta
diteguhkan hati mereka pada keislaman. Karena mereka baru memeluk Islam dan baru
mengetahui agama Islam, maka mereka berada pada posisi yang membutuhkan
pembinaan dan bimbingan agama Islam. Agar mereka dapat mengetahui syariat agama
Islam untuk kemudian dapat mengamalkan syariat itu dalam sehari-hari.
Islam memiliki perlakuan khusus atau perlakuan yang berbeda untuk mualaf
seperti, melindungi mualaf. Menjadi seorang mualaf merupakan suatu hal yang tidak
mudah, karena mereka akan menghadapi konsekuensi misalnya dikucilkan dan
ditinggalkan keluarga maupun teman-temannya yang tidak menerima keputusan
tersebut. Bahkan hilangnya mata pencaharian, harta dan juga nyawa termasuk dalam
konsekuensi tersebut.
27
Islam juga memberikan bantuan ekonomi (zakat) bagi para mualaf yang
membutuhkan, dengan tujuan untuk menumbuhkan kemandirian bagi para mualaf.42
Setiap muslim yang mampu, wajib memberikan perlindungan kepada mualaf.
Pemberian hak tersebut bukanlah sebagai imbalan karena mereka telah telah memeluk
agama Islam. Akan tetapi, untuk melindungi mualaf tersebut dari kufur nikmat Allah
SWT, sehingga mereka dapat melangsungkan kehidupannya secara wajar. Ketentuan
memasukkan mualaf sebagai salah satu golongan yang berhak menerima zakat telah
secara mutlak ada didalam Al-Qur’an. Sekaya apapun mualaf tersebut tetap masuk ke dalam golongan mustahiq. Pemberian zakat tersebut juga untuk lebih meneguhkan
jiwanya terhadap agama Islam.
Selain pemberian zakat, mualaf diberikan berbagai bentuk pengetahuan Islam
atau kegiatan lainnya guna meningkatkan pengetahuan mualaf tentang ajaran agama
Islam. Sehingga di harapkan hal tersebut akan semakin memperteguh imannya kepada
Allah SWT. Islam menganjurkan dan mewajibkan bagi setiap muslim untuk
memberikan perlindungan kepada mualaf, sebab jika keislaman yang mereka lakukan
justru membuat kehidupan semakin menderita, maka hal tersebut dapat menimbulkan
kesan yang tidak baik bagi Islam.
Menurut syariah, untuk menjadi muslim itu adalah sangat mudah, yaitu hanya
dengan mengucapkan dua kalimat syahadat saja. Pengucapan dua kalimat syahadat
akan lebih baik jika dilakukan dihadapan orang lain yang bertindak sebagai saksi.
Karena hal ini bertujuan agar orang lain bisa mengetahui identitas keislamannya, dan
hal itu nantinya akan berkaitan dengan hak-hak orang yang telah menjadi mualaf,
seperti hak warisan, hak untuk menikah, pemakaman dan lain sebagainya.
28
Dalam kegiatan pemberdayaan atau pembinaan mualaf, menjadi suatu hal yang
sangat penting. Karena sebagai orang yang menjalani keyakinan baru haruslah
memahami prinsip-prinsip ajaran Islam seperti menjalankan shalat lima waktu,
berpuasa di bulan ramadan, menunaikan ibadah haji, membayar zakat dan lain
sebagainya serta menjauhi segala larangannya.43
43 Anwar R. Prawira, Petunjuk Praktis Bagi Calon Pemeluk Agama Islam, (Jakarta:YPI Al-Izhar,
29
menjaring calon mualaf di dunia maya. Tersedia situs www.mualafcenter.com yang menyediakan pendaftaran untuk bersyahadat dan berupaya mendampingi mualaf untuk
mempelajari Islam dengan mengisi form data diri yang telah disediakan di situs
tersebut.
Mualaf Center Indonesia ini mempunyai slogan yang dikenal dengan “Dare to
Know the Truth” (berani untuk mengetahui kebenaran). Yayasan ini didirikan tahun 2003 oleh beberapa mualaf dan muslim yang peduli akan nasib dan pembinaan mualaf
di Indonesia. Kini Mualaf Center Indonesia juga rutin dalam berbagai kegiatan
pengajian dan Car Free Day (CFD) Jakarta. Target Mualaf Center Indonesia adalah mengislamkan 3-4 orang perhari. Pada tahun 2014, sudah tercapai kurang lebih 2400
mualaf dan ditahun 2015 sudah tercapai 1300 mualaf dan pada tahun 2016 kurang lebih
30
2) Tampilan logo dan Website Mualaf Center Indonesia
a. Logo Mualaf Center Indonesia
Gambar 1. Logo Mualaf Center Indonesia
Sumber: www.mualafcenter.com46
b. Tampilan Website Mualaf Center Indonesia
Gambar 2. Tampilan Website Mualaf Center Indonesia
Sumber: www.mualafcenter.com47
46
www.mualafcenter.com diakses 14 Agustus pada pukul 20.28
47
31
3) Struktur Jajaran Pengurus Mualaf Center Indonesia48
48
http://www.mualafcenter.com/tujuan/ymci/ diakses 16 Agustus pada pukul 19.08
Pengurus Pengawas Pembina Divisi
Steven Indra Wibowo
(Ketua)
Romadi Ali Hasan Bawazer Siti Maemunah
(Pendidikan dan
Pembinaan)
Hanny Kristianto (Wakil
Ketua)
Arif Wibisono Syarif Ja’far Baraja Renny G dan Rita (Kegiatan Internal
dan Eksternal)
Hendri Stevanus
(Sekretaris Umum)
Budhi Hastuti Eduard Van Der Est Teddy Setiadi
32 B. Profil Steven Indra Wibowo
Gambar 3. Steven Indra Wibowo
Sumber: www.salam-online.com49
Steven Indra Wibowo yang merupakan Sekretaris I Islam Tionghoa Indonesia
(PITI), Direktur Operasional Mustika (Muslim Tionghoa dan Keluarga) dan juga pendiri
Mualaf Center Indonesia yang lahir di Jakarta pada tanggal 14 juli 1981. Sebelum
memutuskan memeluk Islam, Steven Indra Wibowo adalah seorang mantan Frather
(imam gereja katolik) di Paroki Jakarta Utara yang juga tugasnya ketika itu adalah
memberikan konseling, memimpin misa dan mengajar filsafat50. Ayahnya adalah salah
seorang aktivis di GKI (Gereja Kristen Indonesia) dan Gereja Bethel. Di kalangan para
aktivis GKI dan Gereja Bethel, ayahnya bertugas sebagai pencari dana di luar negeri bagi
pembangunan gereja-gereja di Indonesia.51
Hidayah Allah SWT menghampiri Steven Indra Wibowo pada tahun 2000. Dua
kalimat syahadat diikrarkan di sebuah pesantren di Serang, Banten. Ia memutuskan masuk
49 www.salam-online.com diakses pada 16 Agustus pukul 10.21
50
http://www.salam-online.com/2014/11/murtadkan-126-muslim-mantan-pastur-ini-bersyahadat-dan-dirikan-mualaf-center-indonesia.html diakses pada 16 Agustus pukul 10.30
51
33
Islam setelah sekian lama mempelajari agama Tauhid ini. Setelah mempelajari agama
Islam, pada tahun 2003 Steven bersama dua orang kawannya berkeinginan kuat untuk
mendirikan Mualaf Center Indonesia sebagai tempat berkumpul dan membina mualaf.
Pada awalnya Mualaf Center Indonesia yang bergerak di dunia maya, Akhirnya kini semakin rutin bertemu dalam berbagai kegiatan, seperti pengajian dan bersih-bersih
sampah di Car Free Day (CFD). Selain untuk membantu orang yang mau masuk memeluk agama Islam. Mualaf Center Indonesia berupaya untuk mendampingi mempelajari Islam.
Gambar 4. Pria asal Prancis yang bersyahadat ulang dengan dibimbing oleh Steven di Car Free Day Jakarta untuk memperoleh sertifikat keresmian Islamnya. Sumber:
http://www.salam-online.com52
52
34
Tujuan utama kegiatan Car Free Day untuk menyikapi gerakan kristenisasi yang pernah terjadi di arena Car Free Day sebelumnya. Menurut Steven,
“... Kristenisasi harus dilawan dengan dakwah lewat perbuatan nyata.
Menjaga kebersihan berarti mendakwahkan Islam kepada masyarakat. Kebersihan
bersifat universal, Islam itu cinta kebersihan ....”53
Gambar 5. Steven Indra Wibowo bersama pengurus Mualaf Center Indonesia. Sumber: http://hidayatullah.com
Mualaf Center Indonesia memberikan konseling, mendampingi dan
memberikan semua pengetahuan tentang Islam, gratis. Membantu mengurus semua
dokumen legalisasi perpindahan agama yang bekerja sama dengan Hijrah Center di Jeddah. Sampai saat ini Mualaf Center Indonesia menggerakkan semua orang yang bisa membantu dari luar kota, diluar jawa seperti Denpasar areanya, Medan areanya dan
Manado areanya.54
Ada beberapa alasan seseorang untuk menjadi seorang mualaf, yaitu:
pernikahan, menemukan hidayah setelah belajar dan mempelajari Islam dan juga
53
http://www.hidayatullah.com/feature/read/2014/11/23/33721/selamatkan-mualaf-yang-mau-dibakar-peti-mayat-pun-dibongkar.html diakses pada 18 Agustus pukul 18.03
54 Wawancara Pribadi Steven Indra Wibowo di Warung Lombok Blok M Plaza, Jakarta, 9 September
35
mendapatkan hidayah langsung dari Allah SWT yang disebabkan karena mimpi,
bangun tersadar dari koma, nazar atau niat berpindah agama jika niatnya terkabulkan
dan beberapa hal lain.
Menjadi seorang mualaf adalah salah satu hal yang terbaik dalam kehidupan
seseorang, karena hal tersebut bisa menandakan bahwa orang tersebut telah
mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Banyak kisah kehidupan yang menunjukkan
bagaimana seseorang memutusakan untuk menjadi mualaf, salah satunya adalah karena
cinta atau pernikahan. Hal tersebut tidaklah menjadi suatu masalah dan hal itu tidak
akan mengurangi makna kebaikan yang terkandung di dalamnya. Orang yang
menyebabkan keislaman pasangannya serta mendidik dan membimbing pasangannya
tersebut sehingga keimanannya semakin teguh akan Islam, orang tersebut akan
mendapatkan pahala dari Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah berikut:
ِهِلِعاىف ِرْج ىأ ُلْثِم ُهىلى ف ٍْْىخ ىىلىع َلىد َْىم
“Barang siapa yang menunjukkan pada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala seperti pelaku kebaikan itu”. (HR. Muslim)Selain karena pernikahan, alasan lain seorang menjadi mualaf adalah karena
kebiasaan yang dimiliki orang tersebut untuk mempelajari tentang ajaran agama Islam,
dimana pada akhirnya mereka merasa mendapatkan hidayah dari Allah SWT dan
kemudian memutuskan untuk masuk Islam.
Dan alasan selanjutnya ialah karena hidayah yang diterima seseorang secara
langsung dari Allah SWT, misalnya melalui mimpi atau mengalami suatu kejadian yang
36
manusia itu sendiri ingin merubah dirinya sendiri menjadi manusia yang lebih baik, dan
Allah akan memilih hamba yang benar-benar ingin bertaubat dan atas kehendaknya.55
Mualaf merupakan suatu bagian proses penyebaran agama Islam, dimana secara
alamiah Islam memang perlu untuk disebar luaskan. Hal tersebut sudah berlangsung
sejak zaman Rasulullah. Jalan yang dipilih untuk menyebarkan agama Islam adalah
dengan berdakwah dan berjihad.56 Jalan dakwah mulai ditempuh dengan cara
mengirimkan surat kepada para pemimpin negara-negara lain yang lain yang ada di
dalam surat berisi tawaran dari Rasulullah bagi mereka yang mau menerima Islam dan
tunduk kepada kemimpinan negara Islam kala itu.
Sedangkan jalan jihad ditempuh dengan melakukan peperangan terhadap
negara-negara yang menolak tawaran dari Rasulullah SAW meskipun mereka telah
diberikan tenggang waktu. Akan tetapi peperangan tersebut hanya dilakukan di medan
peperangan tanpa adanya unsur perusakan sarana-sarana umum. Dan dalam perang
tersebut dilarang untuk membunuh warga sipil yang tidak ikut berperang seperti wanita
dan anak-anak.57 Perang tersebut juga dilarang untuk merusak lingkungan maupun
tanaman yang tumbuh di sekitar tempat berperang. Dengan kedua metode itulah
akhirnya Islam mulai dikenal oleh masyarakat di seluruh dunia, dan sebagian dari
merekapun akhirnya memutuskan untuk memeluk agama Islam.
C. Profil Saint Michael Collage
Saint Michael College adalah sebuah perguruan tinggi Katolik yang terletak di
Colchester, Vermont, Amerika Serikat. Saint Michael College menyediakan beberapa
program perkuliahan salah satunya adalah program studi agama. Program studi agama di
Saint Michael College memberikan sejumlah pilihan karir yang baik untuk para
55 http://dalamislam.com/dasar-islam/mualaf diakses pada 18 Agustus pukul 20.14 56 http://dalamislam.com/dasar-islam/mualaf diakses pada 18 Agustus pukul 20.18
57