• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetrasi Sosial Dan Dakwah Steven Indra Wibowo Dalam Pembinaan Mualaf Di Mualaf Center Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penetrasi Sosial Dan Dakwah Steven Indra Wibowo Dalam Pembinaan Mualaf Di Mualaf Center Indonesia"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PENETRASI SOSIAL DAN DAKWAH STEVEN INDRA WIBOWO DALAM PEMBINAAN MUALAF DI MUALAF CENTER INDONESIA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos)

Oleh:

Agun Akbar Tabrani NIM: 1112051000117

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “Penetrasi Sosial dan Dakwah Steven Indra Wibowo dalam Pembinaan Mualaf di Mualaf Center Indonesia”, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Selasa, 27 September

2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial

(S. Sos) pada program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 27 September 2016

Sidang Munaqasyah

Ketua Sekretaris

Dr. H. Roudhonah, M.Ag Dedi Fahrudin, M.Ikom

NIP. 19580910 198703 2 001 NIP. 19791208 201411 1 001

Penguji I Penguji II

Dr. H. A. Ilyas Ismail, MA Umi Musyarrofah, MA

NIP. 1963045 199403 1 001 NIP. 1971081 6199703 2 002

Dosen Pembimbing

Fita Fathurrokhmah, M.Si

(3)

iii

PENETRASI SOSIAL DAN DAKWAH STEVEN INDRA WIBOWO DALAM PEMBINAAN MUALAF DI MUALAF CENTER INDONESIA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Sarjana Ilmu Sosial

(S. Sos)

Oleh:

Agun Akbar Tabrani

NIM: 1112051000117

Dosen Pembimbing,

Fita Fathurrokhmah, M.Si

NIP. 198306102009122001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(4)

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos) di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya cantumkan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya saya atau merupakan hasil

jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 September 2016

(5)

v ABSTRAK Agun Akbar Tabrani

NIM: 1112051000117

Penetrasi Sosial dan Dakwah Steven Indra Wibowo dalam Pembinaan Mualaf di Mualaf Center Indonesia

Maraknya isu-isu teroris yang membuat citra negatif pada umat Islam, muncullah seorang mualaf yang dilatarbelakangi oleh keingintahuannya mengenai kebenaran dalam agama Islam. Keraguan dan kebimbangan atas apa yang dipelajarinya saat memeluk agama Katholik, membuat Steven Indra Wibowo mengalami krisis kepercayaan dalam dirinya. Memulai dengan belajar Islam secara bertahap sampai mendirikan Mualaf Center Indonesia

untuk membantu para mualaf mempelajari tentang agama Islam. Steven melakukan proses komunikasi antar pribadi dengan langkah-langkah penetrasi sosial dan melakukan dakwah fardiyah terhadap calon mualaf dan mualaf dimana latar belakang Steven bukanlah seorang ulama melainkan seorang mualaf juga.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka timbul pertanyaan bagaimana penetrasi sosial yang dilakukan Steven Indra Wibowo pada Orientation Stage, Exploratory Stage, Affective Stage, Stable Stage and Depenetration Stage? Dan bagaimana tahapan dakwah Steven Indra Wibowo dalam membina mualaf di Mualaf Center Indonesia?.

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme dimana realitas ada merupakan hasil konstruksi dari kemampuan berfikir seseorang. Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan sifat penelitian deskriptif. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus yang merupakan strategi penelitian dimana didalamnya menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktifitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu, aktifitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori penetrasi sosial Irwin Altman dan Taylor yang membahas tentang bagaimana proses komunikasi interpersonal. Teori ini menjelaskan tentang proses terjadinya pembangunan hubungan interpersonal secara bertahap dalam pertukaran sosial. Tahapan dalam teori ini adalah Orientation Stage, Exploratory Stage, Affective Stage, Stable Stage and Depenetration Stage.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karuniaNya, serta shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada

junjungan Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Penetrasi Sosial dan Dakwah Steven Indra Wibowo dalam Pembinaan Mualaf di

Mualaf Center Indonesia”.

Dalam penyusunan skripsi memang tidak selalu mudah dan membutuhkan proses yang

cukup lama. Selayaknya proses pengerjaan skripsi, ada masa dimana penulis mengalami

pasang surut. Ini merupakan ujian terberat dimana terkadang fisik lelah, mental dan pikiran

bertarung untuk dapat melawan rasa malas. Ditambah lagi adanya kerjaan yang harus

diselesaikan terlebih dahulu dan ini membuat penyusunan skripsi sempat tertunda. Namun,

semangat yang tak pernah padam untuk bisa mendapatkan gelar strata satu disertai kerja keras

akhirnya bisa melawan semua rasa itu.

Oleh karena itu dengan segala ketulusan, perkenankan penulis untuk menyampaikan

rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis, dengan bimbingan, arahan,

serta semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, terutama kepada:

1. Dr. Arif Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Terima kasih juga kepada Dr. Suparto, M. Ed, Ph.D selaku Wakil

Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku wakil Dekan II Bidang

Administrasi Umum, serta Dr. H. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang

Kemahasiswaan.

2. Drs. Masran, MA selaku Ketuan Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Fita

(7)

vii

3. Fita Fathurokhmah, M.Si sebagai pembimbing penulis yang telah memberikan

bimbingan khusus dan petunjuk yang sangat berharga, dengan keramahannya selalu

memberikan kemudahan, dorongan, bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dari

awal hingga akhir dengan penuh kesabaran dan dedikasi yang tinggi. Semoga Allah

SWT memberikan keberkahan di setiap aktivitas.

4. Prof. Andi Faisal Bakti, MA, Ph. D selaku Dosen Pembimbing Akademik.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, yang memberikan ilmu dengan harap ilmu yang didapat

menjadi bermanfaat kepada peneliti selama menempuh pendidikan di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam urusan administrasi selama

perkuliahan dan penelitian skripsi ini.

7. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, yang telah melayani peminjaman buku-buku literatur sebagai referensi

dalam penulisan skripsi ini.

8. Steven Indra Wibowo selaku pimpinan Mualaf Center Indonesia, Eduard Van der Elst

dan Hanny Kristianto yang telah membantu penulis untuk dijadikan narasumber dan

telah meluangkan waktu serta banyak memberikan informasi yang bermanfaat selama

penyusunan skripsi ini.

9. Orang tua tercinta yaitu ayah saya bernama Fachri Hasibuan dan Ibu saya bernama

Suryanih Tabrani yang selalu ada untuk penulis dalam susah dan senang. Orang yang

senantiasa selalu menjadi panutan bagi penulis atas ketangguhan dan keberaniannya

(8)

viii

10.Dian Andriani yang telah memberikan banyak dorongan, ide, dan doa kepada penulis.

Terima kasih untuk semua waktu, perhatian, dan cerita yang selama ini terukir.

11.Teman seperjuangan skripsi, Rahmat Agung Aditya, Kaisan Putra, Ajeng Eka, Anggita

Maya Susanti, Nina Nurlina, Dewi Mufarrihah, Alif Prabowo, Rama Zaidhan, dan

Afrizal Putra Ilmi.

12.Keluarga KONTRAS Musik dan teman-teman KKN CELEBRATION, Abdul Mughni,

Adam, Laily, Siti Rizka Amalia,Jayanti, Radianti, Fadil, Bimo, Ratna, Nicky, Nadya,

Febrina, Dita, Deedat, dan Rizky. Terima kasih untuk kebersamaan yang singkat namun

berkesan. Semoga selalu kompak dan tetap menjaga silaturahmi.

13.Untuk semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini, yang tidak dapat

disebutkan satu per satu. Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis ucapkan terima kasih

yang begitu besar. Semoga apa yang telah dilakukan adalah hal yang terbaik dan hanya

Allah yang dapat membalas segala kebaikan dengan balasan terbaik-Nya. Amin.

Akhir kata penulis hanya bisa berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan

dari seluruh pihak yang telah membantu. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca pada umumnya dan khususnya bagi diri penulis sendiri.

Jakarta, 27 September 2016

(9)

ix

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL ... 14

A. Teori Penetrasi Sosial Irwin Altman dan Dalmas Taylor ... 14

1. Asumsi Teori Penetrasi Sosial ... 15

2. Model Teori Penetrasi Sosial ... 16

B. Dakwah ... 19

2. Tampilan Logo dan Website Mualaf Center Indonesia ... 30

3. Struktur Jajaran Pengurus Mualaf Center Indonesia ... 31

B. Profil Steven Indra Wibowo ... 32

(10)

x

BAB IV ... 39

TEMUAN DAN ANALISIS DATA ... 39

A. Analisis Penetrasi Sosial Steven Indra Wibowo di Mualaf Center Indonesia . 39 B. Analisis Dakwah Steven Indra Wibowo di Mualaf Center Indonesia ... 47

BAB V ... 57

PENUTUP ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 59

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Fenomena mualaf hadir di tengah-tengah isu teroris yang menimpa umat Islam.

Isu teroris tersebut membentuk citra negatif pada umat Islam. Akan tetapi, pada

kenyataannya mualaf tetap memiliki ketertarikan dan keinginan kuat untuk

mempelajari dan memperdalam Islam.

Perkembangan spiritual yang mengandung perubahan keyakinan atau

kepercayaan itu mempunyai beberapa alasan yang cukup signifikan. Pindah agama

tentu bukanlah suatu hal yang mudah, karena misalnya disebabkan adanya perasaan

keraguan dan kebimbangan dalam menghadapi persoalan kehidupan dunia.

Ketidakmampuan dan ketidakpuasan seseorang dalam menyelesaikan masalah

kehidupan, cenderung mencari jalan alternatif atau solusi lain yang lebih memadai dan

mencari untuk yang lebih jelas dan lebih tegas lagi. Bentuk konsep alternatif ini sangat

beragam, oleh karena itu sangat tergantung pada siapa atau apa yang memengaruhi pola

pikirnya.1

Pindah agama pada umumnya terjadi karena seseorang merasakan hilangnya

kepercayaan diri terhadap suatu agama yang selama ini sangat diyakininya. Keyakinan

yang dimaksud adalah agama yang tidak dapat memberikan ketenangan dan kedamaian

jiwanya, sehingga terjadi krisis atau stagnan pada diri seseorang.2 Krisis kepercayaan

ini adalah akibat ketidakpuasan terhadap agamanya yang selama ini dianut dan

dianggap sebagai sandaran utama dalam mengisi kegiatan spritualnya.

(12)

2

Dakwah dalam Islam merupakan dakwah baik dalam pemikiran dan praktek. Hal

ini dapat kita lihat di dalam ayat-ayat suci Al-Quran. Al-Quran adalah wahyu Allah

yang disampaikan kepada Rasul berisi pedoman, petunjuk, dan sentral segala wacana

ideologi kehidupan untuk mencapai kesuksesan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.3

Dalam rangka menjadikan Al-Quran sebagai petunjuk dan pedoman di dalam

kehidupan, diperlukan langkah-langkah pasti berupa proses pengkajian, pemahaman,

penafsiran dan sosialisasi nilai-nilai Al-Quran ditengah kehidupan bermasyarakat.

Itulah tujuan dakwah Islamiyah, yaitu membangun nilai-nilai Islam di tengah

kehidupan.

Setiap perkataan, pemikiran, atau perbuatan yang secara eksplisit ataupun implisit

mengajak orang ke arah kebaikan (dalam perspektif Islam), perbuatan baik, amal shaleh

atau menuju kebenaran dalam bingkai ajaran Islam, juga disebut dakwah.4 Definisi

dakwah yang dikemukakan oleh para ahli antara lain: “Usaha menyerukan dan

menyampaikan kepada perseorangan manusia dan seluruh umat tentang pandangan dan

tujuan hidup manusia di dunia yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar, dengan

berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan oleh akhlak dan membimbing

pengalamannya dalam perikehidupan perseorangan, berumah tangga, bermayarakat,

dan bernegara” (Muhammad Natsir, 2000)

ىىِه َِِلٱِب مُِْْدٰىجىو ِةىىسىْْٱ ِةىظِعْوىمْلٱىو ِةىمْكِْْٱِب ىكِبىر ِليِبىس ٰىَِإ ُعْدٱ

ىَنِدىَْْ ُمْلٱِب ُمىلْعىأ ىوُهىو

ۦ

ِهِليِبىس َىع َلىض َىِِ ُمىلْعىأ ىوُه ىكَبىر َنِإ َُىسْحىأ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.

3 http://www.lampuislam.org/2014/08/metode-berdakwah-untuk-mengajak-non.html, diakses 14 April

pada pukul 19.10.

4 Asep Syamsul M. Romli, Komunikasi Dakwah: Pendekatan Praktis, (Bandung: ASM. Romli, 2014),

(13)

3

Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-nya dan dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”. QS An-Nahl: 125).

Dakwah ialah ajakan atau seruan ke jalan Allah yang dilakukan da’i (penyeru) kepada orang lain secara perseorangan dengan tujuan memindahkan al mad’uw pada

keadaan yang lebih baik dan diridhai Allah. Dakwah memiliki 3 pengertian untuk

menyingkap dan mendekatkankannya kepada akal dan hati. Ketiga pengertian tersebut

adalah Mafhum Da’wah (seruan atau ajakan), Mafhum Haraki (gerakan) dan Mafhum

Tanzhimi (pengorganisasian).5

Dalam tugas penyampaian dakwah Islamiyah, subjek dakwah memerlukan

seperangkat pengetahuan dan kecakapan dalam bidang strategi. Selain itu, pola berpikir

dengan pendekatan sistem, dimana dakwah merupakan suatu sistem dan strategi

merupakan salah satu dimensinya, maka strategi mempunyai peranan dan kedudukan

yang sejajar dan sederajat dengan unsur-unsur lainnya seperti tujuan dakwah, objek

dakwah, sumber dakwah maupun kelengkapan dakwah lainnya. Dengan menguasai

strategi dakwah, maka pesan-pesan dakwah yang disampaikan pada objek dakwah akan

mudah dicerna dan diterima dengan baik.6

Untuk mengenal Islam sebagai pedoman hidup tentu harus menyediakan waktu

lama dan sarana penunjang yang memadai. Islam harus dipelajari melalui lembaga atau

orang yang mempunyai pengetahuan cukup tentang keislaman. Kurangnya informasi

tentang Islam yang perlu disampaikan tokoh agama misalnya Kyai dan Ustad yang

memiliki minimnya pengetahuan dan ilmu tentang agama, akan berpengaruh pada salah

persepsi dan antipati non muslim pada agama Islam. Karena itu, memilih lembaga atau

5 Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Metode Membentuk Pribadi Muslim, (Jakarta: Gema Insani,

2004), h 29.

(14)

4

orang yang akan dijadikan rujukan untuk belajar ilmu agama dan mengetahui

pemahaman agama menjadi sangat penting.

Berbicara masalah pembinaan mualaf, tidak jauh berbeda ketika berbicara

masalah pembinaan terhadap orang Islam lainnya, dimana hal tersebut dapat dilakukan

oleh siapapun dan lembaga apapun. Akan tetapi selama ini yang menjadi masalah

adalah banyak lembaga-lembaga seperti masjid maupun majelis-majelis yang hanya

melakukan proses pengislaman saja dan tidak ada tindaklanjutnya.

Dalam kegiatan pemberdayaan atau pembinaan terhadap mualaf, menjadi suatu

hal yang sangat penting. Karena sebagai orang yang menjalani keyakinan baru haruslah

memahami prinsip-prinsip ajarannya yang merupakan pedoman yang harus diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari. Suatu hal yang mustahil apabila seseorang dapat memetik

manfaat dari suatu ajaran sedangkan tidak mempelajari dan memahami ajaran tersebut.7

Mualaf Center Indonesia adalah lembaga yang bisa membantu seseorang untuk mau masuk Islam. Tersedia web situs www.mualafcenter.com yang menyediakan pendaftaran untuk bersyahadat dan berupaya mendampingi mualaf untuk mempelajari

Islam dengan mengisi form data diri yang telah disediakan di situs tersebut.

Mualaf Center Indonesia didirikan oleh Steven Indra Wibowo. Dia mantan seorang Frather (Imam gereja katolik) di Paroki, Jakarta Utara. Sedangkan Ayahnya adalah seorang aktifis di GKI (Gereja Kristen Indonesia) dan Gereja Bethel. Di

kalangan para aktifis Gereja Kristen Indonesia dan Gereja Bethel, Ayahnya bertugas

sebagai pencari dana di luar negeri bagi pembangunan gereja-gereja di Indonesia.

Sampai pada akhirnya Steven Indra Wibowo di sekolahkan ke Saint Michael’s College

7 Anwar R. Prawira, Petunjuk Praktis bagi Calon Pemeluk Agama Islam, (Jakarta: YPI Al-Izhar, 2001),

(15)

5

di Worcestershire, Inggris, yaitu sebuah sekolah tinggi khusus Katolik, mengambil

jurusan Islamologi.8 Islamologi adalah ilmu tentang agama Islam dengan

seluk-beluknya. Lingkup bahasannya adalah yang paling luas. Meliputi pengetahuan tentang

Islam, hukum dan lembaga keagamaan, filsafat, kebudayaan, sejarah, politik ekonomi

Islam, dan lain sebagainya.9 Steven Indra Wibowo dalam menjalani pendidikan di S

Saint Michael’s College, mengalami perubahan pola pikir tentang keyakinan antara

Katolik dan Islam.

Steven goyah akan kepercayaan yang selama ini diyakininya. Dia memutuskan

untuk masuk Islam. Memulai dengan belajar Islam mulai dari nol dan bertahap sampai

mendirikan Mualaf Center Indonesia (MCI). Steven membantu para mualaf yang diawali pertemuan dari web yang tersedia dan bertemu secara langsung, saling

berkenalan satu sama lain, saling berbagi cerita maupun pengalaman dan berupaya

untuk membuka diri berusaha lebih dekat dalam hal pribadi untuk mendampingi,

membantu dalam mengucapkan syahadat, mengarahkan dan meluruskan dalam

mempelajari Islam. Steven Indra wibowo melakukan komunikasi antar pribadi dengan

calon mualaf dan mualaf dengan langkah pendekatan menuju keterbukaan dalam hal

komunikasi seperti penetrasi sosial. Maka dari itu penulis meneliti lebih dalam proses

komunikasi antar pribadi dengan penetrasi sosial Steven dengan mad’u. Menariknya penelitian ini yaitu bagaimana proses komunikasi antar pribadi yang dilakukan Steven

Indra Wibowo dengan calon mualaf dan mualaf dengan langkah-langkah penetrasi

sosial. Penulis ingin menjawab persoalan komunikasi antar pribadi Steven Indra

Wibowo selaku da’i yang melakukan dakwah terhadap calon mualaf dan mualaf,

(16)

6

dimana latar belakang pengetahuan keagamaan Steven bukan seorang ulama melainkan

seorang mualaf juga.

Atas dasar inilah penulis merasa tertarik dan memandang perlu untuk meneliti

dengan judul skripsi “Penetrasi Sosial dan Dakwah Steven Indra Wibowo dalam Pembinaan Mualaf di Mualaf Center Indonesia”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Penulis membatasi masalah penelitian ini pada proses penetrasi sosial yang

dilakukan Steven Indra Wibowo dalam dakwah untuk membina mualaf di Mualaf Center Indonesia. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimana penetrasi sosial yang dilakukan Steven Indra Wibowo pada

Orientation Stage, Exploratory Stage, Affective Stage, Stable Stage, and Depentration Stage?

2) Bagaimana tahapan dakwah Steven Indra Wibowo dalam membina mualaf di

Mualaf Center Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Terkait dengan permasalahan yang telah dirumuskan oleh penulis, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui penetrasi sosial yang dilakukan Steven Indra Wibowo

pada Orientation Stage, Exploratory Stage, Affective Stage, Stable Stage and Depenetration Stage?

2) Untuk mengetahui bagaimana dakwah dalam pembinaan mualaf di Mualaf

(17)

7 D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Manfaat Akademis

Penulis berharap penelitian ini dapat memperkaya kajian ilmu komunikasi

antar pribadi serta teori penetrasi sosial Irwin Altman dan Taylor tentang

langkah-langkah dalam proses adaptasi, menjalin kedekatan antara komunikator

dan komunikan agar pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh komunikan.

2) Manfaat Praktis

Penetrasi sosial dapat dimanfaatkan bagi individu komunikator dan

komunikan yang mengalami kesulitan beradaptasi, kesulitan menjalin hubungan

dalam komunikasi, maka dapat digunakan teori penetrasi sosial.

E. Metodologi Penelitian

1) Paradigma Penelitian

Menurut Bogdan dan Biklen (1982:32), paradigma adalah kumpulan longgar

dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang

mengarahkan cara berfikir dan penelitian.10 Pada penelitian ini paradigma yang

digunakan adalah konstruktivisme. Realitas ada merupakan hasil konstruksi dari kemampuan berfikir seseorang. Perlu tercipta interaksi antara peneliti dan yang

diteliti, agar mampu merekonstruksi realitas yang diteliti melalui metode

kualitatif.11 Untuk itu peneliti akan melakukan penelitian dengan Steven Indra

Wibowo di Mualaf Center Indonesia.

10 Dr. Lexy J. Moleong, M. A., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

1997), h. 30.

11 BurhanBungin, Sosiologi Komunikasi, (Teori, Paradigma, dan Discourse TeknologiKomunikasi di

(18)

8 2) Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif

dengan sifat penelitian deskriptif. Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian

kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental

bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan

berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam

peristilahannya.12

3) Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian studi

kasus adalah penelitian yang meneliti fenomena kontemporer secara utuh dan

menyeluruh pada kondisi yang sebenarnya, dengan menggunakan berbagai sumber

data.13 Studi kasus merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti

menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau

sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktifitas, dan peneliti

mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur

pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.14

4) Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Mualaf Center Indonesia. Sedangkan objek penelitiannya adalah Steven Indra Wibowo sebagai pendiri Mualaf Center Indonesia.

12 Dr. Lexy J. Moleong, M. A., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

1997), h. 3

13 Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd., Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2013), h. 121.

14 John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, (Bandung:

(19)

9 5) Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Mualaf Center Indonesia, Jl. Patra Tomang I No.10, Kb. Jeruk, Kota Jakarta Barat, dimulai dari bulan Agustus 2016 hingga bulan

November 2016.

6) Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagian penting yang memiliki beberapa teknik.

Teknik di bawah ini dilakukan dengan tujuan agar peneliti mendapatkan data yang

lengkap dan tepat untuk penelitian ini. Berikut beberapa teknik dari pengumpulan

data yang digunakan:

a. Wawancara Mendalam

Wawancara dilakukan penulis secara langsung dengan orang-orang yang

dianggap perlu dan mewakili dalam penelitian ini seperti Steven Indra Wibowo

selaku pendiri dari Mualaf Center Indonesia. Wawancara ini bertujuan untuk menggali keterangan yang mendalam seputar topik yang terkait dengan

permasalahan ini sehingga terkumpul informasi yang diperlukan oleh penulis.

b. Observasi Non Partisipasi

Observasi yang dilakukan penulis dengan tidak turun langsung atau sebagai

penonton dan bertujuan untuk mengamati bentuk penetrasi sosial dakwah Steven

Indra Wibowo dengan cara mengamati langsung kegiatan yang dilakukan dalam

pembinaan mualaf di Mualaf Center Indonesia, Jalan Patra Tomang I No. 10, Kebon jeruk, Kota Jakarta Barat.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara mengambil data dari

(20)

10

Wibowo. Sehingga data-data yang diperoleh dapat menguatkan penelitian serta

mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.

F. Teknik Analisis Data

Ada tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis data penelitian

kualitatif yang dikemukakan Miles dan Huberman, yaitu reduksi data, paparan data dan

penarikan kesimpulan. Berikut penjelasannya:15

1) Reduksi Data

Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal penting, dan mencari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan

mencarinya apabila diperlukan.16 Inventarisir data terkait dengan cara Steven Indra

Wibowo dalam melakukan komunikasi antar pribadi dengan mualaf dan calon

mualaf.

2) Paparan Data

Pemaparan data sebagai sekumpulan informasi tersusun, dan memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.17

3) Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan disajikan dalam bentuk deskriptif dengan berpedoman pada kajian

penelitian.

15Imam Gunawan, S.Pd.,M.Pd., Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2013), h. 210.

16 Sugiyono, MetodePenelitian, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2007), h. 92.

17 Miles, Matthew danHuberman, A. Michael, Analisis Data Kualitatif:

(21)

11 G. Pedoman Penulisan

Pedoman penulisan ini menggunakan buku pedoman akademik, penulisan

Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh

CeQDA (Center for Quality Development Assurance)tahun 2007.

H. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian terkadang ada tema yang berkaitan dengan penelitian yang

peneliti teliti sekalipun arah dan tujuan yang diteliti berbeda. Untuk dijadikan rujukan

awal peneliti menemukan beberapa sumber kajian lain yang lebih terdahulu yang

membahas terkait dengan penetrasi sosial dan dakwah dalam pembinaan mualaf.

Rujukan pertama berjudul “Peranan Majlis Muhtadin Al-falah dalam

membimbing Mualaf di Masjid Al-falah Surabaya” oleh Laili Ilmi Nikmah mahasiswi UIN Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2009. Skripsi ini membahas peranan

Majlis Muhtadin dalam membimbing mualaf di Masjid Al-falah Surabaya. Persamaan

pada penelitian ini adalah keduanya meneliti tentang pembinaan mualaf. Kemudian

perbedaan pada penelitian ini terletak pada subjeknya. Pada penelitian sebelumnya

subjeknya adalah Majlis Muhtadin dan pada penelitian ini adalah Mualaf Center Indonesia. Terdapat perbedaan lain juga yaitu pada pembahasannya, dimana penelitian terdahulu membahas bagaimana peran Majlis Muhtadin dalam membimbing mualaf

sedangkan pada penelitian ini membahas penetrasi sosial dakwah fardhiyah dalam

pembinaan mualaf. Perbedaan selanjutnya terdapat pada teori yang digunakan,

penelitian sebelumnya menggunakan teori Talcott Parsons tentang fungsional struktural

dan penelitian ini menggunakan teori Irwin Altman dan Dalmas Taylor tentang

penetrasi sosial. Penemuan pada penelitian sebelumnya adalah peran dari Majlis

Muhtadin untuk menjadi tempat seputar proses pengikraran dan layanan apa saja yang

(22)

12

pada penelitian ini adalah dengan mengacu pada teori penetrasi sosial bahwasanya

proses komunikasi memainkan peranan penting dalam perkembangan kedekatan

hubungan dalam level interpersonal.

Rujukan kedua berjudul “Pelaksanaan Dakwah Terhadap Mualaf di Majlis Muhtadin Yogyakarta” oleh Mohammad Husein mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2009. Skripsi ini membahas tentang

pelaksanaan dakwah terhadap mualaf di Majlis Muhtadi Yogyakarta. Persamaan

didalam penelitian ini adalah meneliti tentang mualaf. Perbedaan dalam penelitian ini

terletak pada subjeknya. Subjek dalam penelitian sebelumnya adalah Majlis Muhtadin

Yogyakarta sedangkan penelitian ini adalah Mualaf Center Indonesia. Penemuan penelitian pada sebelumnya adalah bagaimana pelaksanaan dakwah yang dilakukan

terhadap mualaf di Majlis Muhtadi Yogyakarta. Sedangkan penemuan pada penelitian

ini adalah dengan mengacu pada teori penetrasi sosial bahwasanya proses komunikasi

memainkan peranan penting dalam perkembangan kedekatan hubungan dalam level

interpersonal.

I. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan dapat dilakukan secara terarah dan sistematis, maka

sistematika penulisan dalan penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini dibahas pendahuluan yang meliputi Latar Belakang

Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, Metodologi Penelitian, Teknik Analisis Data, Pedoman

(23)

13

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

Dalam bab ini dibahas tinjauan teoritis yang meliputi penjelasan tentang

penetrasi sosial (teori penetrasi sosial oleh Irwin Altman dan Dalmas

Taylor, pengertian penetrasi sosial, asumsi penetrasi sosial, model

tahapan penetrasi sosial), dakwah (pengertian dakwah, tahapan

dakwah), mualaf (pengertian mualaf dan keterkaitan antara penetrasi

sosial dan dakwah) dan kedudukan mualaf dalam Islam.

BAB III GAMBARAN UMUM

Dalam bab ini dibahas tentang profil Mualaf Center Indonesia, logo

Mualaf Center Indonesia, gambar tampilan website Mualaf Center

Indonesia, struktur jajaran pengurus Mualaf Center Indonesia, dan profil

Steven Indra Wibowo.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini dijelaskan tentang bentuk penetrasi sosial dan dakwah

yang dilakukakan oleh Steven Indra Wibowo dalam melakukan

pembinaan terhadap mualaf di Mualaf Center Indonesia.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini ditarik kesimpulan dari pembahasan dan hasil penelitian,

(24)

14 BAB II

LANDASAN TEORITIS dan KERANGKA KONSEPTUAL A. Teori Penetrasi Sosial Irwin Altman dan Dalmas Taylor

Teori penetrasi sosial adalah teori yang membahas bagaimana perkembangan

kedekatan dalam sebuah hubungan. Teori penetrasi sosial dipopulerkan oleh Irwin

Altman dan Dalmas Taylor (1973). Teori ini secara umum membahas tentang

bagaimana proses komunikasi interpersonal. Teori yang menjelaskan proses terjadinya

pembangunan hubungan interpersonal secara bertahap dalam pertukaran sosial. Teori

Penetrasi sosial mempunyai peran yang besar dalam bidang psikologi dan komunikasi.

Model teori penetrasi sosial menyediakan jalan yang lengkap untuk menggambarkan

perkembangan hubungan interpersonal dan untuk mengembangkannya dengan

pengalaman individu sebagai proses pengungkapan diri yang mendorong kemajuan

hubungan.18

Di dalam teori ini terdapat sebuah analogi yang menggambarkan bagaimana

teori ini dapat diaplikasikan. Analogi bawang merupakan analogi yang dapat

menjelaskan bagaimana proses penetrasi sosial dalam hubungan dapat terjadi. Pada

analogi bawang ini, terdapat pembagian-pembagian tingkat penetrasi sosial

berdasarkan lapisan-lapisan yang ada di bawang tersebut. Lapisan-lapisan itu

diibaratkan sebagai suatu proses kedalaman interaksi yang terjadi. Mulai dari lapisan

hingga lapisan dalam, dimana memiliki proses yang berbeda-beda. Terdapat 5 tahap,

yaitu Orientation Stage, Exploratory Stage, Affective Stage , Stable Stage and Depenetration. Disini dijelaskan bagaimana dalam proses berhubungan dengan orang

(25)

15

lain, terjadi berbagai proses gradual, di mana terjadi semacam proses adaptasi di antara

keduanya.19

1) Asumsi Teori Penetrasi Sosial

a. Hubungan-hubungan memiliki kemajuan dari tidak intim menjadi intim.

Hubungan komunikasi antara orang dimulai pada tahapan superfisial dan

bergerak pada sebuah kontinum menuju tahapan yang lebih intim.20

b. Perkembangan hubungan mencakup depenetrasi (penarikan diri) dan disolusi.21

Hal ini dapat dipahami jika proses komunikasi sebelumnya terdapat banyak

konflik yang cenderung destruktif atau konflik yang tidak berkesudahan maka

hubungan ini akan semakin jauh. Karena, baik komunikator maupun komunikan

merasa kurang nyaman antara satu sama lain. Akibatnya, masing-masing dari

mereka semakin menjauhkan diri.

c. Pembukaan diri adalah inti dari perkembangan hubungan. Hubungan yang tidak

intim bergerak menuju hubungan yang intim karena adanya keterbukaan diri.22

Penulis memahami bahwa inti dalam hubungan ialah keterbukaan diri, karena

keterbukaan diri ini ibarat sebuah jembatan yang dapat menghubungkan dua

kubu. Ketika kedua belah pihak baik komunikator maupun komunikan sudah

saling terbuka, maka memungkinkan untuk saling mengenal dan saling

memahami satu sama lain. Sehingga akan timbul rasa nyaman dan rasa saling

ingin mepertahankan kedekatan atau hubungan.

19 Griffin, Emory A, A First Look at Communication Theory, 5th edition, (New York: McGraw-Hill,

2003), h 132

20 Richard West & Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi (Jakarta:

Penerbit Salemba Humanika, 2012), h 197.

(26)

16 2) Model Teori Penetrasi Sosial

a. Tahap Pertama (Orientation Stage)

Lapisan kulit terluar dari kepribadian manusia adalah apa-apa yang

terbuka bagi publik. Apa yang biasa diperlihatkan kepada orang lain secara

umum, tidak ditutup-tutupi. Dan jika mampu melihat lapisan yang lebih dalam

lagi, maka disana ada lapisan yang tidak terbuka bagi semua orang, lapisan

kepribadian yang bersifat semiprivate. Lapisan ini biasanya hanya terbuka bagi orang-orang tertentu saja. Maka informasinya bersifat superficial. Informasi yang seperti nama, alamat, umur, suku dan lain sejenisnya.23 Informasi yang

mengalir saat berkomunikasi dengan orang yang baru dikenal. Tahapan ini

sendiri disebut dengan tahap orientasi. membuka sedikit demi sedikit, yang

merupakan tahapan awal dalam interaksi dan terjadi pada tingkat publik. Disini

hanya sedikit dari kita yang terbuka untuk orang lain.

b. Tahap Kedua (Exploratory Stage)

Tahap Kedua (Lapisan Kulit Bawang kedua) disebut dengan tahap

pertukaran afektif eksplratif. Tahap ini merupakan tahap ekspansi awal dari

informasi dan perpindahan ke tingkat pengungkapan yang lebih dalam dari

tahap pertama. Dalam tahap tersebut, diantara dua orang yang berkomunikasi,

mulai bergerak mengeksplorasi ke soal informasi yang berupaya menjajagi apa

kesenangan masing-masing.24 Seperti kesenangan dari segi makanan, musik,

lagu, hobi dan lain sejenisnya. Munculnya diri, dalam tahap ini merupakan

perluasan area publik dari diri dan terjadi ketika aspek-aspek dari kepribadian

seorang individu mulai muncul.

23

Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss, Encyclopedia Of Communication Theory, (California: Sage Publications, Inc), 2009 h 912

24 Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss, Encyclopedia Of Communication Theory, (California: Sage

(27)

17 c. Tahap Ketiga (Affective Stage)

Tahapan berikutnya adalah tahap ketiga, tahap pertukaran afektif. Pada

tahap ini terjadi peningkatan informasi menyangkut pengalaman pribadi

masing-masing.25 Di tahap ini sudah mulai membuka diri dengan informasi

yang bersifat lebih pribadi, seperti kesediaan menceritakan tentang masalah

pribadi. Kejujuran Total dan Keintiman, tahap ini merupakan tahapan dimana

berhubungan dengan pengungkapan pemikiran, perasaan dan perilaku secara

terbuka yang mengakibatkan munculnya spontanitas dan keunikan hubungan

yang tinggi.

d. Tahap Keempat (Stable Stage)

Tahap keempat merupakan tahap akhir atau lapisan inti, disebut juga

dengan tahap pertukaran yang stabil. Pada tahap tersebut sifatnya sudah sangat

intim dan memungkinkan pasangan tersebut untuk memprediksikan

tindakan-tindakan dan respon masing-masing dengan baik. Informasi yang dibicarakan

sudah sangat dalam dan menjadi inti dari pribadi masing-masing pasangan,

misalnya soal nilai, konsep diri, atau perasaan emosi yang terdalam.26

Kedekatan terhadap orang lain menurut Altman dan Taylor, dapat dilihat

sejauh mana penetrasi kita terhadap lapisan-lapisan kepribadian. Dengan

membiarkan orang lain melakukan penetrasi terhadap lapisan kepribadian yang

kita miliki artinya kita membiarkan orang tersebut untuk semakin dekat dan

taraf kedekatan hubungan seseorang dapat dilihat dari sini. Dalam perspektif

teori penetrasi sosial, Altman dan Taylor menjelaskan penjabaran sebagai

berikut: Pertama, kita lebih cepat akrab dalam hal pertukaran lapisan terluar dari

25

Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss, Encyclopedia Of Communication Theory, (California: Sage Publications, Inc), 2009 h 913

26

(28)

18

diri kita dari pada membicarakan tentang hal-hal yang bersifat pribadi. Semakin

dalam berupaya untuk melakukan penetrasi, maka lapisan kepribadian yang

dihadapi akan semakin tebal dan semakin sulit untuk ditembus.

Kedua, keterbukaan diri (self disclosure) bersifat resiprokal (timbal-balik), terutama pada tahap awal dalam suatu hubungan. Menurut teori ini, pada

awal sebuah hubungan kedua belah pihak akan saling antusias untuk membuaka

diri dan keterbukaan ini bersifat timbal balik. Akan tetapi, semakin dalam atau

semakin masuk ke dalam wilayah pribadi, biasanya keterbukaan tersebut

semakin berjalan lambat, tidak secepat pada tahap awal hubungan dan juga tidak

bersifat timbal balik.

Ketiga, penetrasi akan cepat diawal akan tetapi akan semakin berkurang

ketika semakin masuk ke dalam lapisan yang makin dalam. Keakraban

membutuhkan suatu proses yang panjang. Pada dasarnya akan ada banyak

faktor yang menyebaabkan kestabilan suatu hubungan tersebut mudah runtuh

dan mudah goyah. Akan tetapi jika ternyata mampu untuk melewati tahapan ini,

hubungan tersebut akan lebih stabil, lebih bermakna dan lebih bertahan lama.

e. Depenetrasi (Depenetration Stage)

Depenetrasi adalah proses yang bertahap dengan semakin memudar

ketika suatu hubungan berjalan tidak lancar dan keduanya berusaha semakin

untuk menjauh. Proses ini tidak bersifat eksplosif atau meledak secara

sekaligus, tapi lebih bersifat bertahap.27

27

(29)

19 B. Dakwah

1) Pengertian Dakwah

Dakwah berarti perhatian seorang Da’i kepada orang yang diserunya, persahabatannya dan persaudaraanya karena Allah SWT. Dengan kata lain, dakwah

adalah ajakan atau seruan ke jalan Allah yang dilakukan seorang Da’i (penyeru) kepada

orang lain secara perseorangan dengan tujuan memindahkan al mad’uw (penerima) pada keadaan yang lebih baik dan diridhai Allah SWT. Perubahan atau perpindahan

tersebut adakalanya dari kekafiran kepada keimanan, dari kesesatan dan kemaksiatan

kepada petunjuk dan ketaatan. Dakwah ialah usaha seorang da’i yang berusaha lebih

dekat mengenal al mad’uw untuk dituntun ke jalan Allah. Oleh karena itu, untuk

mencapai sasaran dakwah harus selalu menyertainya dan membina persaudaraan

dengannya karena Allah.

2) Tahapan Dakwah

Tahapan atau fase dalam dakwah ada tiga, yaitu:

a. Mafhum Da’wah (seruan atau ajakan)

Seruan dan ajakan seperti ini memiliki dasar dan sesuai dengan tuntunan

syariat Islam.28 Firman Allah SWT:

“Siapakah yang lebih baik perkataanya dari pada orang yang

menyeru kepada Allah, mengerjakan amalan saleh, dan berkata:

‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?’ dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya

Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Fushshilat: 33-36).

28 Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Metode Membentuk Pribadi Muslim,(Jakarta: Gema Insani,

(30)

20

Ayat diatas mengisyaratkan akan seruan dalam dakwah fardiyah mengenai

berapa hal: Dakwah Illallah (dakwah ke jalan Allah) seruan atau ajakan untuk

menaati-Nya dan menaati Rasulnya dengan melaksanakan semua ajaran yang dibawanya

sebagai sistem dan undang-undang serta pedoman dalam kehidupan. Dakwah Illalah

memuat semua ucapan dan perkataan yang baik: tentang tauhid, keimanan kepada

Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir serta qadha dan

qadar. Dakwah Illalah dalam pengertian seperti ini adalah perkataan yang sangat baik

yang diucapkan oleh juru dakwah. Karena da’i tidak mengatakan sesuatu kecuali

tentang ajaran Nabi Muhammad SAW. Dalam melakukan dakwah harus memiliki

sifat-sifat khusus dan sikap hidup yang sesuai dengan tugasnya. Dari ayat diatas, didalamnya

memuat asas dan rukun dakwah yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pertama, Seorang Da’i harus melakukan amal saleh, Artinya, ia harus

melaksanakan seluruh kewajiban dan menjauhi dosa-dosa besar, selalu mendekatkan

diri kepada Allah dengan melakukan amalan nafilah (sunnah) dan menjauhi

perbuatan-perbuatan yang hina dan dosa kecil. Kedua, Seorang Da’i harus menyatakan secara

terus terang bahwa dia seorang muslim. Hal itu harus dinyatakan dengan perkataan dan

perbuatannya. Ketiga, Seorang Da’i harus bersikap sabar, mempergauli penerima

dakwah dengan baik dan tabah.

b. Mafhum Haraki (gerakan)

Dakwah dalam mafhum haraki atau tahap haraki (gerakan) ialah menjalin

hubungan dengan masyarakat umum, kemudia memilih salah seorang dari mereka

(31)

21

layak menerima kebaikan disebabkan keterkaitan dan komitmennya terhadap manhaj

dan adab Islam.29

Islam memberikan kebebasan kepada juru dakwah untuk bergaul dengan

masyarakat umum untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjadikan

pergaulan tersebut sebagai sesuatu yang positif dan bermanfaat yang digunakannya

untuk mengajak mereka ke jalan kebenaran, kebaikan dan petunjuk.30 Pengertian haraki (gerakan) dalam dakwah ini adalah, Seorang Da’i harus mengarahkan keinginan penerima dakwah dengan baik, Seorang Da’i harus memperhatikan kepentingan kaum

muslimin dengan menyingkirkan gangguan dari mereka dan mengusahakan

kemaslahatan untuk mereka, memberi nasihat dan pertolongan kepada setiap muslim,

mencintai dan menampakkan cintanya kepada al-mad’uw, dan bergaul dengan penerima dakwah secara bijak dan bertukar pikiran dengan cara yang baik. Semua ini

ada didalam firman Allah SWT:

“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang

mendapat petunjuk.” (An-Nahl: 125)

Dari ayat diatas ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai pedoman

seorang Da’i dalam membina hubungan dengan al-mad’uw yaitu, Dakwah harus ditujukan kepada jalan Allah, bukan kepada jalan hidup yang lain. Tidak diperkenankan

menyerukan dakwahnya dengan tujuan agar mengikuti sang pemimpin, orang yang

berjasa atau mengikuti pribadi Da’i itu sendiri. Dakwah seperti ini menghubungkan

penerima dakwah dengan Allah, tauhid, aqidah, dan mabda’ (prinsip hidup), bukan dengan sang tokoh atau sang pemimpin. Karena aqidah bersifat kekal, sedangkan tokoh

29 Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Metode Membentuk Pribadi Muslim, (Jakarta: Gema Insani,

2004), h 34.

(32)

22

dan pemimpin masyarakat bersifat fana. Dakwah harus dilakukan dengan bijak, yang

dimaksud ialah meletakkan sesuatu pada tempatnya (proporsional).31 Dalam bergaul

dengan al-mad’uw sang Da’i harus melihat dan mempertimbangkan kondisi penerima

dakwah, seperti kondisi kebudayaan dan sosial kemasyarakatan. Dengan demikian,

Da’i tidak boleh memberikan beban kepada penerima dakwah dengan tugas yang tidak

mampu dilakukannya. Da’i harus bergaul dengan penerima dakwah secara lemah

lembut dan bijak. Dakwah harus dilakukan dengan nasihat atau pengajaran yang baik.

Nasihat yang dapat masuk ke dalam hati. Hal ini hanya akan tercapai jika dilakukan

dengan lemah lembut, tanpa kekerasan dan tanpa mengungkit-ungkit kesalahan yang

dilakukannya. Dakwah dapat menggunakan metode diskusi atau tukar pikiran dengan

cara yang paling baik, yang dapat membawa kepada pencapaian kebenaran. Tukar

pikiran dengan cara yang baik dalam pengertian tidak boleh memaksakan kehendak

kepada al-mad’uw yang berbeda pendapat dengan Da’i. Tidak boleh membebaninya

diluar kemampuannya dan tidak boleh mencaci pendapat atau pemikirannya meskipun

lamban dalam menerima kebenaran. Dan Da’i harus memahami dan menyadari keadaan al-mad’uw serta bersabar dalam menghadapinya. Tidak boleh berputus asa dan harus berlapang dada.32

c. Mafhum Tanzhimi (pengorganisasian)

Pengorganisasian yang dilaksanakan da’i dalam dakwah meliputi tiga hal:

pengarahan (taujih), penugasan (tauzhif) dan penggolongan (tashnif). Pengarahan (taujih) bimbingan yang diberikan da’i kepada al maduw dalam rangka berdakwah ke jalan Allah untuk membantu memahami keadaan dirinya, memahami persoalan dan

(33)

23

hambatan-hambatan yang dihadapinya.33 Menunjukkannya dengan cara yang halus

tentang kemampuan dan kelebihan yang dia miliki. Dan juga membantunya agar

penerima dakwah bisa dengan baik mengenal lingkungan, baik yang berkaitan dengan

sosial kemasyarakatan, kebudayaan dan ekonomi. Sehingga al mad’uw dapat melaksanakan tugas-tugasnya sesuai kondisi yang diketahuinya. Dengan demikian, ia

tidak akan membebani dirinya di luar batas kemampuannya dan tidak pula

meninggalkan amalan yang sebenarnya mampu dilaksanakannya.

Dalam pengarahan ini da’i harus membantu al mad’uw dalam memecahkan kesulitahan-kesulitan yang dihadapinya, agar ia bertambah percaya diri dan

kemampuannya sehingga tidak selalu menjadi beban dan menggantungkan diri pada

da’i dalam setiap urusan. Pengarahan dari seorang da’i kepada al mad’uw ialah mencurahkan seluruh kemampuannya agar penerima dakwah dapat mengatakan

kesulitan-kesulitannya ketika melaksanakan tugas, dapat melaksakan amalan secara

kontinu dan tidak berbalik haluan.34

Sementara itu di dalam penugasan (tauzhif) seorang da’i harus cermat dalam

memilih tugas yang akan diberikan kepada al mad’uw sesuai dengan kemampuan dan kondisinya.35 Hal ini karena dakwah bertujuan agar penerima dakwah dapat melakukan

amalan yang sesuai dan tidak memberatinya. Dan dilihat dari segi lain, penerima

dakwah dapat memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Penerima dakwah dalam

dakwah harus aktif melaksanakan amaliah demi Islam hingga ia memiliki andil dalam

menolak mafsadah dan menarik mashalahah.

(34)

24

Penggolongan (tashnif) mengelompokkan sesuatu agar mudah membedakan

antara satu yang lainnya. Tashnif mengelompokkan kekuatan dan kemampuan

penerima dakwah agar dapat diketahui kemampuannya. Hal ini memudahkan

pemberian latihan dan pembinaan untuk mencapai derajat yang lebih baik dalam

menunaikan tugas-tugasnya.36 Dalam dakwah, juru dakwah harus mengklarifikasikan

penerima dakwah berdasarkan pola fikir dan kebudayaan mereka agar ia mengetahui

bekal pemikiran dan kebudayaan apa yang sesuai dengan mereka. Da’i harus

mengelompokkan al mad’uw berdasarkan segi rohaniah. Hal ini untuk mengetahui ibadah dan riyadhah ruhiyah (latihan rohaniah) yang sesuai dengan al mad’uw agar jiwanya menjadi bersih dan hubungannnya kepada Allah semakin dekat hingga ia akan

selalu menghadap kepada-Nya dan merasa tenang dengannya.

Pengelompokkan penerima dakwah juga berdasarkan segi kepribadiaannya agar

da’i mengetahui cara menempatkan penerima dakwah dalam lingkungan pergaulan dan

mengetahui amalan serta pengetahuan apa yang sesuai. Pengelompokkan selanjutnya

ditinjau dari segi sosial kemasyarakatan untuk mengetahui sampai seberapa

kemampuannya berperan dalam amal sosial, sampai seberapa kemauannya menolong

dan mencintai orang lain.37 Taujih, tauzhif dan tashnif merupakan unsur-unsur pengorganisasian dakwah yang menyempurnakan tugas dan pekerjaan seorang da’i.

3) Ruang Lingkup Mualaf

a. Pengertian Mualaf

Mualaf adalah seorang yang masuk Islam karena pilihan, yang telah mengalami

pergulatan batin dan pertimbangan yang matang. Dia harus menundukkan hatinya

36 Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Metode Membentuk Pribadi Muslim,

h 50.

37Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Metode Membentuk Pribadi Muslim,

(35)

25

untuk dapat menerima dan meyakini kebenaran baru. Selanjutnya dia harus

mempertimbangkan aspek sosial ekonomi sebagai konsekuensi atas pilihannya itu.

Seperti kehilangan pekerjaan atau bisa dikucilkan dari keluarga bahkan diasingkan dari

komunitas lamanya. Melihat berapa kompleksnya dampak pilihan ini, apabila dia tetap

merasa yakin dengan kebenaran Islam, dia harus berserah diri dan pasrah dengan risiko

apapun.38 Mualaf dari bahasa Arab yang berarti tunduk, menyerah, dan pasrah.

Sedangkan, dalam pengertian Islam, mualaf digunakan untuk menunjuk seseorang yang

baru masuk agama Islam.39 Dalam ensiklopedi dasar Islam, muallaf ialah seseorang

yang semula kafir dan baru memeluk islam40

Kata mualaf yang berasal dari bahasa Arab merupakan maf’ul dari kata alifa yang artinya menjinakkan, mengasihi. Sehingga kata muallaf dapat diartikan sebagai

orang yang dijinakkan atau dikasihi. Seperti tertera dalam firman Allah surat at-taubah

ayat 60

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk oranng-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, (untuk memerdekakan budak), orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Mengetahui lagi Maha Bijaksana” Dalam ayat diatas terdapat kata muallafah qulubuhum yang artinya orang-orang yang sedang digunakan atau dibujuk hatinya. Mereka dibujuk adakalanya karena

merasa baru memeluk agama Islam dan imannya belum teguh. Karena belum teguhnya

iman seorang mualaf, maka mereka termasuk golongan yang berhak menerima zakat.

Hal ini dimaksudkan agar lebih meneguhkan iman para mualaf terhadap agama Islam.

(36)

26 b. Kedudukan Mualaf dalam Islam

Berdasarkan pengertian mualaf yang telah dijelaskan diatas bahwa mualaf ialah

orang yang hatinya dibujuk dan dijinakkan hatinya agar cenderung kepada Islam.

Mereka adalah orang yang baru mengetahui dan belum memahami ajaran Islam. Oleh

karena itu mereka berada pada posisi yang membutuhkan pembinaan, bimbingan

seputar agama Islam.

Pada masa Nabi Muhammad SAW para mualaf tersebut diposisikan sebagai

penerima zakat untuk menjamin kelestarian mereka kepada Islam dengan terus

meberikan pembinaan dan pengajaran tentang agama Islam. Salah satu alasan Nabi

Muhammad SAW memberikan zakat kepada mereka adalah menyatukan hati mereka

pada Islam. Oleh karena itu mereka dinamakan al-Mualafah Qulubuhum.41

Mualaf itu adalah orang yang baru memeluk agama Islam dan dirangkul serta

diteguhkan hati mereka pada keislaman. Karena mereka baru memeluk Islam dan baru

mengetahui agama Islam, maka mereka berada pada posisi yang membutuhkan

pembinaan dan bimbingan agama Islam. Agar mereka dapat mengetahui syariat agama

Islam untuk kemudian dapat mengamalkan syariat itu dalam sehari-hari.

Islam memiliki perlakuan khusus atau perlakuan yang berbeda untuk mualaf

seperti, melindungi mualaf. Menjadi seorang mualaf merupakan suatu hal yang tidak

mudah, karena mereka akan menghadapi konsekuensi misalnya dikucilkan dan

ditinggalkan keluarga maupun teman-temannya yang tidak menerima keputusan

tersebut. Bahkan hilangnya mata pencaharian, harta dan juga nyawa termasuk dalam

konsekuensi tersebut.

(37)

27

Islam juga memberikan bantuan ekonomi (zakat) bagi para mualaf yang

membutuhkan, dengan tujuan untuk menumbuhkan kemandirian bagi para mualaf.42

Setiap muslim yang mampu, wajib memberikan perlindungan kepada mualaf.

Pemberian hak tersebut bukanlah sebagai imbalan karena mereka telah telah memeluk

agama Islam. Akan tetapi, untuk melindungi mualaf tersebut dari kufur nikmat Allah

SWT, sehingga mereka dapat melangsungkan kehidupannya secara wajar. Ketentuan

memasukkan mualaf sebagai salah satu golongan yang berhak menerima zakat telah

secara mutlak ada didalam Al-Qur’an. Sekaya apapun mualaf tersebut tetap masuk ke dalam golongan mustahiq. Pemberian zakat tersebut juga untuk lebih meneguhkan

jiwanya terhadap agama Islam.

Selain pemberian zakat, mualaf diberikan berbagai bentuk pengetahuan Islam

atau kegiatan lainnya guna meningkatkan pengetahuan mualaf tentang ajaran agama

Islam. Sehingga di harapkan hal tersebut akan semakin memperteguh imannya kepada

Allah SWT. Islam menganjurkan dan mewajibkan bagi setiap muslim untuk

memberikan perlindungan kepada mualaf, sebab jika keislaman yang mereka lakukan

justru membuat kehidupan semakin menderita, maka hal tersebut dapat menimbulkan

kesan yang tidak baik bagi Islam.

Menurut syariah, untuk menjadi muslim itu adalah sangat mudah, yaitu hanya

dengan mengucapkan dua kalimat syahadat saja. Pengucapan dua kalimat syahadat

akan lebih baik jika dilakukan dihadapan orang lain yang bertindak sebagai saksi.

Karena hal ini bertujuan agar orang lain bisa mengetahui identitas keislamannya, dan

hal itu nantinya akan berkaitan dengan hak-hak orang yang telah menjadi mualaf,

seperti hak warisan, hak untuk menikah, pemakaman dan lain sebagainya.

(38)

28

Dalam kegiatan pemberdayaan atau pembinaan mualaf, menjadi suatu hal yang

sangat penting. Karena sebagai orang yang menjalani keyakinan baru haruslah

memahami prinsip-prinsip ajaran Islam seperti menjalankan shalat lima waktu,

berpuasa di bulan ramadan, menunaikan ibadah haji, membayar zakat dan lain

sebagainya serta menjauhi segala larangannya.43

43 Anwar R. Prawira, Petunjuk Praktis Bagi Calon Pemeluk Agama Islam, (Jakarta:YPI Al-Izhar,

(39)

29

menjaring calon mualaf di dunia maya. Tersedia situs www.mualafcenter.com yang menyediakan pendaftaran untuk bersyahadat dan berupaya mendampingi mualaf untuk

mempelajari Islam dengan mengisi form data diri yang telah disediakan di situs

tersebut.

Mualaf Center Indonesia ini mempunyai slogan yang dikenal dengan “Dare to

Know the Truth” (berani untuk mengetahui kebenaran). Yayasan ini didirikan tahun 2003 oleh beberapa mualaf dan muslim yang peduli akan nasib dan pembinaan mualaf

di Indonesia. Kini Mualaf Center Indonesia juga rutin dalam berbagai kegiatan

pengajian dan Car Free Day (CFD) Jakarta. Target Mualaf Center Indonesia adalah mengislamkan 3-4 orang perhari. Pada tahun 2014, sudah tercapai kurang lebih 2400

mualaf dan ditahun 2015 sudah tercapai 1300 mualaf dan pada tahun 2016 kurang lebih

(40)

30

2) Tampilan logo dan Website Mualaf Center Indonesia

a. Logo Mualaf Center Indonesia

Gambar 1. Logo Mualaf Center Indonesia

Sumber: www.mualafcenter.com46

b. Tampilan Website Mualaf Center Indonesia

Gambar 2. Tampilan Website Mualaf Center Indonesia

Sumber: www.mualafcenter.com47

46

www.mualafcenter.com diakses 14 Agustus pada pukul 20.28

47

(41)

31

3) Struktur Jajaran Pengurus Mualaf Center Indonesia48

48

http://www.mualafcenter.com/tujuan/ymci/ diakses 16 Agustus pada pukul 19.08

Pengurus Pengawas Pembina Divisi

Steven Indra Wibowo

(Ketua)

Romadi Ali Hasan Bawazer Siti Maemunah

(Pendidikan dan

Pembinaan)

Hanny Kristianto (Wakil

Ketua)

Arif Wibisono Syarif Ja’far Baraja Renny G dan Rita (Kegiatan Internal

dan Eksternal)

Hendri Stevanus

(Sekretaris Umum)

Budhi Hastuti Eduard Van Der Est Teddy Setiadi

(42)

32 B. Profil Steven Indra Wibowo

Gambar 3. Steven Indra Wibowo

Sumber: www.salam-online.com49

Steven Indra Wibowo yang merupakan Sekretaris I Islam Tionghoa Indonesia

(PITI), Direktur Operasional Mustika (Muslim Tionghoa dan Keluarga) dan juga pendiri

Mualaf Center Indonesia yang lahir di Jakarta pada tanggal 14 juli 1981. Sebelum

memutuskan memeluk Islam, Steven Indra Wibowo adalah seorang mantan Frather

(imam gereja katolik) di Paroki Jakarta Utara yang juga tugasnya ketika itu adalah

memberikan konseling, memimpin misa dan mengajar filsafat50. Ayahnya adalah salah

seorang aktivis di GKI (Gereja Kristen Indonesia) dan Gereja Bethel. Di kalangan para

aktivis GKI dan Gereja Bethel, ayahnya bertugas sebagai pencari dana di luar negeri bagi

pembangunan gereja-gereja di Indonesia.51

Hidayah Allah SWT menghampiri Steven Indra Wibowo pada tahun 2000. Dua

kalimat syahadat diikrarkan di sebuah pesantren di Serang, Banten. Ia memutuskan masuk

49 www.salam-online.com diakses pada 16 Agustus pukul 10.21

50

http://www.salam-online.com/2014/11/murtadkan-126-muslim-mantan-pastur-ini-bersyahadat-dan-dirikan-mualaf-center-indonesia.html diakses pada 16 Agustus pukul 10.30

51

(43)

33

Islam setelah sekian lama mempelajari agama Tauhid ini. Setelah mempelajari agama

Islam, pada tahun 2003 Steven bersama dua orang kawannya berkeinginan kuat untuk

mendirikan Mualaf Center Indonesia sebagai tempat berkumpul dan membina mualaf.

Pada awalnya Mualaf Center Indonesia yang bergerak di dunia maya, Akhirnya kini semakin rutin bertemu dalam berbagai kegiatan, seperti pengajian dan bersih-bersih

sampah di Car Free Day (CFD). Selain untuk membantu orang yang mau masuk memeluk agama Islam. Mualaf Center Indonesia berupaya untuk mendampingi mempelajari Islam.

Gambar 4. Pria asal Prancis yang bersyahadat ulang dengan dibimbing oleh Steven di Car Free Day Jakarta untuk memperoleh sertifikat keresmian Islamnya. Sumber:

http://www.salam-online.com52

52

(44)

34

Tujuan utama kegiatan Car Free Day untuk menyikapi gerakan kristenisasi yang pernah terjadi di arena Car Free Day sebelumnya. Menurut Steven,

“... Kristenisasi harus dilawan dengan dakwah lewat perbuatan nyata.

Menjaga kebersihan berarti mendakwahkan Islam kepada masyarakat. Kebersihan

bersifat universal, Islam itu cinta kebersihan ....”53

Gambar 5. Steven Indra Wibowo bersama pengurus Mualaf Center Indonesia. Sumber: http://hidayatullah.com

Mualaf Center Indonesia memberikan konseling, mendampingi dan

memberikan semua pengetahuan tentang Islam, gratis. Membantu mengurus semua

dokumen legalisasi perpindahan agama yang bekerja sama dengan Hijrah Center di Jeddah. Sampai saat ini Mualaf Center Indonesia menggerakkan semua orang yang bisa membantu dari luar kota, diluar jawa seperti Denpasar areanya, Medan areanya dan

Manado areanya.54

Ada beberapa alasan seseorang untuk menjadi seorang mualaf, yaitu:

pernikahan, menemukan hidayah setelah belajar dan mempelajari Islam dan juga

53

http://www.hidayatullah.com/feature/read/2014/11/23/33721/selamatkan-mualaf-yang-mau-dibakar-peti-mayat-pun-dibongkar.html diakses pada 18 Agustus pukul 18.03

54 Wawancara Pribadi Steven Indra Wibowo di Warung Lombok Blok M Plaza, Jakarta, 9 September

(45)

35

mendapatkan hidayah langsung dari Allah SWT yang disebabkan karena mimpi,

bangun tersadar dari koma, nazar atau niat berpindah agama jika niatnya terkabulkan

dan beberapa hal lain.

Menjadi seorang mualaf adalah salah satu hal yang terbaik dalam kehidupan

seseorang, karena hal tersebut bisa menandakan bahwa orang tersebut telah

mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Banyak kisah kehidupan yang menunjukkan

bagaimana seseorang memutusakan untuk menjadi mualaf, salah satunya adalah karena

cinta atau pernikahan. Hal tersebut tidaklah menjadi suatu masalah dan hal itu tidak

akan mengurangi makna kebaikan yang terkandung di dalamnya. Orang yang

menyebabkan keislaman pasangannya serta mendidik dan membimbing pasangannya

tersebut sehingga keimanannya semakin teguh akan Islam, orang tersebut akan

mendapatkan pahala dari Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah berikut:

ِهِلِعاىف ِرْج ىأ ُلْثِم ُهىلى ف ٍْْىخ ىىلىع َلىد َْىم

“Barang siapa yang menunjukkan pada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala seperti pelaku kebaikan itu”. (HR. Muslim)

Selain karena pernikahan, alasan lain seorang menjadi mualaf adalah karena

kebiasaan yang dimiliki orang tersebut untuk mempelajari tentang ajaran agama Islam,

dimana pada akhirnya mereka merasa mendapatkan hidayah dari Allah SWT dan

kemudian memutuskan untuk masuk Islam.

Dan alasan selanjutnya ialah karena hidayah yang diterima seseorang secara

langsung dari Allah SWT, misalnya melalui mimpi atau mengalami suatu kejadian yang

(46)

36

manusia itu sendiri ingin merubah dirinya sendiri menjadi manusia yang lebih baik, dan

Allah akan memilih hamba yang benar-benar ingin bertaubat dan atas kehendaknya.55

Mualaf merupakan suatu bagian proses penyebaran agama Islam, dimana secara

alamiah Islam memang perlu untuk disebar luaskan. Hal tersebut sudah berlangsung

sejak zaman Rasulullah. Jalan yang dipilih untuk menyebarkan agama Islam adalah

dengan berdakwah dan berjihad.56 Jalan dakwah mulai ditempuh dengan cara

mengirimkan surat kepada para pemimpin negara-negara lain yang lain yang ada di

dalam surat berisi tawaran dari Rasulullah bagi mereka yang mau menerima Islam dan

tunduk kepada kemimpinan negara Islam kala itu.

Sedangkan jalan jihad ditempuh dengan melakukan peperangan terhadap

negara-negara yang menolak tawaran dari Rasulullah SAW meskipun mereka telah

diberikan tenggang waktu. Akan tetapi peperangan tersebut hanya dilakukan di medan

peperangan tanpa adanya unsur perusakan sarana-sarana umum. Dan dalam perang

tersebut dilarang untuk membunuh warga sipil yang tidak ikut berperang seperti wanita

dan anak-anak.57 Perang tersebut juga dilarang untuk merusak lingkungan maupun

tanaman yang tumbuh di sekitar tempat berperang. Dengan kedua metode itulah

akhirnya Islam mulai dikenal oleh masyarakat di seluruh dunia, dan sebagian dari

merekapun akhirnya memutuskan untuk memeluk agama Islam.

C. Profil Saint Michael Collage

Saint Michael College adalah sebuah perguruan tinggi Katolik yang terletak di

Colchester, Vermont, Amerika Serikat. Saint Michael College menyediakan beberapa

program perkuliahan salah satunya adalah program studi agama. Program studi agama di

Saint Michael College memberikan sejumlah pilihan karir yang baik untuk para

55 http://dalamislam.com/dasar-islam/mualaf diakses pada 18 Agustus pukul 20.14 56 http://dalamislam.com/dasar-islam/mualaf diakses pada 18 Agustus pukul 20.18

57

Gambar

GAMBARAN UMUM
Gambar 1. Logo Mualaf Center Indonesia
Gambar 3. Steven Indra Wibowo
Gambar 4. Pria asal Prancis yang bersyahadat ulang dengan dibimbing oleh Steven di Car
+2

Referensi

Dokumen terkait