ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA,
LIKUIDITAS, LEVERAGE, AKTIVITAS DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS
PERUSAHAAN
(Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Periode 2011 – 2015)
SKRIPSI
Oleh: Eva Ahsanti NIM: 1112081000071
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA,
LIKUIDITAS, LEVERAGE, AKTIVITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS PERUSAHAAN
(Studi Kasus pada Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index Periode 2011 – 2015)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh Eva Ahsanti NIM: 1112081000071
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis Tanggal 14 Bulan April Tahun Dua Ribu Enam Belas telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama :Eva Ahsanti
2. NIM : 1112081000071
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas,
Leverage, Aktivitas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Tingkat Profitabilitas Perusahaan.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif , maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Eva Ahsanti NIM : 1112081000071 Jurusan` : Manajemen
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini.
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Eva Ahsanti
2. Tempat, Tanggal Lahir : Pemalang, 20 Februari 1994
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Jl. H Muhi VI No.23
Pondok Pinang, Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan.
5. Telepon : 087733368894
6. E-mail : eahsanti@gmail.com
II. PENDIDIKAN
1. TK Muslimat NU Petarukan Tahun 1998 – 2000
2. MI Islamiyah Petarukan Tahun 2000 - 2006
3. MTs N Model Babakan Tahun 2006 - 2009
4. SMA N 2 Pemalang Tahun 2009 - 2012
5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 – 2016
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : H. Aminto
2. Ibu : Hj. Muslihah
3. Alamat : Jl. Raden Saleh, RT 01/10
Petarukan, Pemalang
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. 2012 : Seminar Motivasi dan Kewirausahaan “Burn Your Spirit! Be a
Super Student”, Komus dan LDK Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. 2013 : Seminar Berani Mulai Usaha, Ikatan Alumni UIN Syarif
3. 2013 : Seminar Internasional “Flexibility of Hadith in Answering
Contemporary Issues (Education, Economic, and Muamalah)”,
Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. 2014 : Seminar Internasional “Toward ASEAN Economic Community
2015: Fair Governments Policies in Islamic Finance Sectors
Among ASEAN Countries”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarat.
V. PENGALAMAN ORGANISASI
1. 2013 – 2014 : Divisi Penelitian dan Pengembangan HMJ
Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. 2012 – 2014 : Ikatan Mahasiswa Pelajar Pemalang (IMPP)
VI.PENGALAMAN KERJA
1. 2012 – 2016 : Mentor di bimbel Nur Insan Villa Pamulang II
2. 2015 : Tutor di Rumah Belajar (RB)
ANALYSIS THE EFFECT OFWORKING CAPITALMANAGEMENT, LIQUIDITY, LEVERAGE, ACTIVITIY AND FIRM SIZEON
PROFITABILITY
Eva Ahsanti
Abstract
This study aimed to analyze the effect of working capital management, liquidity, leverage, activity and firm size on profitability, either partially or simultaneously and analyze how much influence the companies listed in Jakarta Islamic Index (JII). The data used is secondary data obtained from published financial reports for five years, in the period 2011 to 2015. The results of this study using panel data regression analysis with Random Effect Model, which shows that in partial variable of Cash Turnover and Debt to Asset Ratio significant influence negative on Return on Assets. While Working Capital Turnover, Current Ratio and Total Assets Turnover positive significant effect. But Firm Size variable has no significant effect. There are significant independen variables simultaneously on dependen variable. The coefficient of determination obtained is 0.6002 which means the ability of independent variables in explaining the dependent variable of 60.02%, while the remaining 39.98% is explained by other variables not included in the model equations of this study.
ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA, LIKUIDITAS, LEVERAGE, AKTIVITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
TINGKAT PROFITABILITAS PERUSAHAAN Eva Ahsanti
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh manajemen modal kerja, likuiditas, leverage, aktivitas dan ukuran perusahaan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan, baik secara parsial maupun secara simultan serta menganalisis seberapa besar pengaruhnya pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari publikasi laporan keuangan selama lima tahun, periode tahun 2011 sampai 2015. Hasil penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel dengan Model Random Effect, yang menunjukkan bahwa secara parsial variabel Cash Turnover dan Debt to Asset Ratio berpengaruh signifikan negatif terhadap Return On Asset. Sedangkan Working Capital Turnover, Current Ratio dan Total Assets Turnover berpengaruh signifikan positif. Namun variabel ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Secara simultan seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil koefisien determinasi diperoleh sebesar 0.6002, artinya kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sebesar 60.02%, sedangkan sisanya 39.98% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model persamaan penelitian.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Shalawat serta salam tercurah kepada Nabi kita Muhammad SAW yang
telah membawa umatnya dari zaman kegelapan hingga zaman yang penuh
kemajuan pada berbagai aspek yang dapat kita rasakan saat ini.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya.Terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Kedua orang tua, Ayahanda tecinta H. Aminto dan Ibunda tersayang Hj.
Muslihah yang telah memberikan curahan kasih sayang yang tiada hentinya
serta selalu memotivasi untuk terus semangat dan maju sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
2. Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh jajarannya.
3. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh
jajarannya.
4. Dr. Hj. Pudji Astuti, SE., MM., selaku Dosen Pembimbing I, yang
senantiasa memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi
ini hingga selesai.
5. Taridi Kasbi Ridho MBA., selaku Dosen Pembimbing II, yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, khususnya Dosen-dosen manajemen, terima kasih atas ilmu dan
bimbingannya.
7. Kakak-kakakku yang terkeren Jamal Hidayat dan Manarul Hidayat yang
selalu bersedia mendengarkan keluh kesah serta memotivasi penulis untuk
8. Fathu Rezky Gustisyaf yang selalu meluangkan waktu untuk menemani dan
berjuang, selalu memberikan pelajaran dan pengalaman yang sangat berarti
serta membuat penulis semakin termotivasi hingga skripsi ini terselesaikan
dengan baik.
9. Dan kepada semua teman-teman dan pihak-pihak lain yang telah membantu, mendukung, dan mendo’akan dalam penyusunan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga dengan segala kebaikan dan bantuan dari semua pihak yang telah
diberikan kepada penulis akan mendapat balasan pahala yang berlipat ganda dari
Allah SWT. Amin
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
terdapat kekurangan, hal ini dikarenakan adanya keterbatas dari penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya, dan pembaca serta penliti selanjutnya.
Jakarta, Maret 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v
a. Inventory Turnover Ratio ... 23
b. Account Receivable Turnover ... 24
c. Total Asset Turnover ... 25
7. Implikasi antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen ... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 46
a. Perkembangan Cash Turnover ... 67
b.Perkembangan Working Capital Turnover ... 68
c. Perkembangan Current Ratio ... 68
d.Perkembangan Debt to Asset Ratio ... 69
e. Perkembangan Total Asset Turnover ... 70
f. Perkembangan Firm Size... 70
g.Perkembangan Return On Asset ... 71
2. Uji Penaksiran Regresi Data Panel ... 72
a. Uji Chow ... 72
b. Uji Hausman ... 74
3. Pengujian Asumsi Klasik ... 76
a. Uji Normalitas ... 77
b. Uji Multikolinearitas ... 78
c. Uji Heteroskedastisitas ... 79
d. Uji Autokorelasi ... 81
4. Uji Signifikansi ... 82
a. Uji Parsial (t) ... 82
b. Uji Simultan (F) ... 86
c. Uji R2 ... 88
5. Hasil dan Interpretasi ... 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 93
A. Kesimpulan ... 93
B. Impilkasi dan Saran ... 95
DAFTAR PUSTAKA ... 97
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Rata-rata Variabel Penelitian ... 7
2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu ... 39
3.1 Tahapan Seleksi Sampel Penelitian ... 48
3.2 Daftar Perusahaan yang menjadi Sampel ... 49
3.3 Kriteria Pengujian Autokorelasi Uji DW ... 58
3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 63
4.1 Daftar Perusahaan Manufaktur ... 65
4.2 Daftar Perusahaan Jasa ... 66
4.3 Daftar Perusahaan Pengolah SDA ... 66
4.4 Hasil Common Effect Model ... 72
4.5 Hasil Fixed Effect Model ... 73
4.6 Hasil Uji Chow ... 74
4.7 Hasil Random Effect Model... 75
4.8 Hasil Uji Hausman ... 76
4.9 Uji Multikolinearitas ... 79
4.10 Uji Heteroskedastisitas ... 80
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ... 54
3.1 Bentuk Histogram Normalitas... 69
4.1 Grafik Perkembangan Cash Turnover ... 85
4.2 Grafik Perkembangan Working Capital Turnover ... 87
4.3 Grafik Perkembangan Current Ratio ... 88
4.4 Grafik Perkembangan Debt to Asset Ratio... 89
4.5 Grafik Perkembangan Total Asset Turnover ... 90
4.6 Grafik Perkembangan Firm Size ... 91
4.7 Grafik Perkembangan Return On Assets ... 92
4.8 Histogram Residual ... 109
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Daftar Perusahaan
Lampiran 2: Data Penelitian (Data Mentah)
Lampiran 3: Output Eviews Common Effect Model
Lampiran 4: Output Eviews Fixed Effect Model
Lampiran 5: Output Eviews Random Effect Model
Lampiran 6: Output Eviews Uji Chow
Lampiran 7: Output Eviews Uji Hausman
Lampiran 8: Tabel dL-dU
Lampiran 9: Tabel Chi Square (χ²)
Lampiran 10: Tabel F
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi dan perdagangan bebas di kawasan ASEAN sudah berlaku
dari tahun 2003. Globalisasi ekonomi adalah suatu proses semakin
terintregasinya perekonomian suatu negara dengan perekonomian dunia.
Dalam era globalisasi negara-negara maju ingin tetap mempertahankan
keunggulan kompetitifnya terhadap negara berkembang yang menjadi pasar
mereka.Indonesia dihadapkan pada persaingan perdagangan regional yang
semakin ketat. Dengan demikian globalisasi perekonomian dan liberalisasi
perdagangan merupakan suatu tantangan yang dampaknya akan terasa di
seluruh kehidupan manusia dalam cara bekerja, cara berbisnis, pola pikir dan
gaya hidup serta lahirnya era countries without borders (Sumarsono, 2007: 7).
Perusahaan dituntut untuk lebih maju dari para pesaingnya agar dapat
mencapai tujuan perusahaan dalam menghasilkan laba untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya serta memperbesar skala usahanya.Agar perusahaan
bertambah besar, maka perusahaan harus berkembang untuk dapat mengikuti
dan memenuhi kebutuhan pasar yang berubah-ubah. Dengan demikian,
perusahaan harus lebih memperhatikan dalam pengelolaan dana yang tersedia
untuk menjalankan akitivitas operasional perusahaan. Dana yang
diinvestasikan untuk menjalankan aktivitas operasional sehari-hari inilah yang
kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu yang pendek
melalui hasil penjualannya (Sawir, 2008).
Menurut Raheman, et al. (2010: 414), modal kerja merupakan salah satu
aspek dalam manajemen keuangan yang paling mempengaruhi
keberlangsungan operasi perusahaan. Manajemen modal kerja yang tepat
dapat menghindarkan perusahaan dari kebangkrutan dan menentukan baik
buruknya kinerja perusahaan.
Keberhasilan dalam pengelolaan modal kerja mencerminkan pengawasan
maksimal terhadap aktiva lancar dan kewajiban lancar yang dapat
meningkatkan profitabilitas.Investasi pada modal kerja bermanfaat maksimal
apabila jumlah kas, piutang, dan persediaan optimal. Optimalisasi kas, piutang
dan persediaan berpengaruh pada kebutuhan dana untuk pembiayaan modal
kerja dan berhubungan langsung dengan pertumbuhan penjualan (Sawir,
2008).
Perusahaan yang tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja yang
memuaskan maka kemungkinan perusahaan mengalami ketidakmampuan
dalam mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo (in-solvency) dan bahkan
mungkin terpaksa harus dilikuidasi. Aktiva lancar harus cukup besar untuk
dapat menutup hutang lancar, sehingga menggambarkan adanya tingkat
keamanan (margin safety) yang memuaskan. Eljelly (2004:48) menyatakan
bahwa jika perusahaan menetapkan modal kerja yang berlebih akan
menganggur yang akan mengakibatkan in-efisiensi perusahaan dan membuang
kesempatan memperoleh keuntungan.
Investor juga akan tertarik dengan kondisi keuangan perusahaan yang
mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan atau
profitabilitas. Salah satu kebijakan keuangan yang mempengaruhi kemampuan
perusahaan mendapatkan keuntungan adalah masalah pengelolaan modal
kerja. Manajemen modal kerja yang baik sangat penting dalam bidang
keuangan karena kesalahan dan kekeliruan dalam mengelola modal kerja
dapat mengakibatkan kegiatan usaha menjadi terhambat bahkan terhenti sama
sekali. Selain itu, para investor biasanya memfokuskan pada analisis
profitabilitas sebelum melakukan investasi pada suatu perusahaan. Oleh
karena itu, perusahaan dituntut harus selalu menjaga kondisi profitabilitasnya
agar dapat stabil sehingga investor akan tertarik untuk berinvestasi pada
perusahaan tersebut (Wibowo dan Wartini, 2012:50).
Menurut Brigham dan Houston (2009:107), profitabilitas adalah hasil
akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan.
Rasio ini akan menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, aktivitas, dan
hutang pada hasil operasi. Profitabilitas akan menunjukkan perimbangan
pendapatan dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada
berbagai tingkat operasi, sehingga rasio ini akan mencerminkan efektifitas dan
keberhasilan manajemen secara keseluruhan.
Alasan utama mengapa modal kerja penting dibahas dalam usaha
pembelanjaan jangka pendek perusahaan, yang sejalan dengan tujuan jangka
pendek perusahaan. Modal kerja merupakan bidang aktivitas yang
berkesinambungan sekaligus menjadi pendukung utama operasional
perusahaan. Kemudian berdasarkan fungsi kerja, modal kerja bersifat
fleksibel, relatif bervariasi, dan berputar cepat. Fleksibel artinya modal kerja
mudah untuk ditambahkan atau dikurangkan jumlahnya. Bersifat variatif
dikarenakan modal kerja berasal dari sumber yang beragam, sedangkan modal
kerja dapat berputar cepat karena dalam perputaran modal kerja umumnya
kurang dari satu tahun atau dalam jangka waktu pendek (Syamsuddin, 2007).
Wiagustini (2010: 148) menyatakan kas merupakan bentuk aktivayang paling
cair (likuid) yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban financial
perusahaan. Selain kas, komponen lainnya adalah piutang, yang timbulkarena
adanya penjualan kredit, semakin besar penjulan kredit maka semakinbesar pula
investasi dalam piutang dan akibatnya risiko atau biaya yang akandikeluarkan
akan semakin besar pula. Komponen modalkerja yang lain dalam penelitian ini
adalah persediaan, juga merupakan elemenutama dari modal kerja, karena
jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan, jenis persediaan yang ada dalam
perusahaan akan tergantung dari jenis perusahaan.
Dalam pengelolaan modal kerja suatu perusahaan dapat diukur dengan
perputaran kas (cash turnover) dan perputaran modal kerja (working capital
turnover). Perputaran kas adalah perbandingan antara penjualan dengan
jumlah kas rata-rata. Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi
Sedangkan menurut Sugiyono (2009:73) perputaran modal kerja mengukur
efektivitas penggunaan aktiva lancar untuk menghasilkan penjualan.
Likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan
aktiva lancar lainnya dari sebuah perusahaan dengan kewajiban lancarnya.
(Brigham dan Houston, 2009:95). Perusahaan yang mampu memenuhi
kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo berarti perusahaan tersebut
dalam keadaan likuid. Bagi perusahaan, tingkat likuiditas merupakan masalah
penting karena mewakili kepentingan perusahaan dalam berhubungan dengan
pihak internal maupun pihak external perusahaan. Semakin tinggi tingkat
likuiditas, maka kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka
pendeknya akan semakin baik, sehingga mampu meningkatkan kredibilitas
perusahaan baik di mata kreditur maupun investor.
Hutang atau leverage juga termasuk faktor yang dapat mempengaruhi naik
turunnya tingkat profitabilitas perusahaan dalam setiap periode. Sartono
(2010:257) mengemukakan bahwa suatu perusahaan menggunakan hutang
dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh perusahaan tersebut lebih besar
dari pada biaya aset dan sumber dananya karena dapat menurunkan pajak
perusahaan. Namun, dalam teori Pecking Order menjelaskan bahwa
perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang lebih tinggi justru
mempunyai tingkat utang yang lebih kecil.
Rasio aktivitas digunakan oleh manajer untuk mengetahui sejauh mana
efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk
memiliki terlalu banyak aktiva, maka biaya modalnya akan menjadi terlalu
tinggi, sehingga akan berdampak pada keutungan perusahaan. Sebaliknya, jika
aktiva terlalu rendah, penjualan yang menguntungkan juga akan hilang
(Brigham dan Houston, 2009:97).
Munawir (2007:19) mengemukakan bahwa perusahaan-perusahaan yang
memilikiukuran lebih besar memiliki dorongan yang kuat untuk menyajikan
tingkat profitabilitas yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan
yang lebih kecil, karena perusahaan yang lebih besar diteliti dan dipandang
dengan lebih kritis oleh para investor. Sedangkan menurut Farooq, Siham dan
Samir (2012) mengatakan bahwa investor yang akan menginvestasikan
dananya pada perusahaan besar belum tentu akan menghasilkan keuntungan
yang tinggi dan perusahaan yang kecil belum tentu akan menghasilkan
keuntungan yang kecil, sehingga tingkat risiko yang diterima investor tidak
ditentukan dengan menilai besar kecilnya suatu perusahaan.
Dalam penelitian ini tidak akan dibahas semua faktor yang mempengaruhi
manajemen modal kerja terhadap tingkat profitabilitas perusahaan, hanya
beberapa faktor yang akan dibahas pada penelitian ini, antara lain: perputaran
kas (cash turnover), perputaran modal kerja (working capital turnover),
likuiditas yang diukur dengan rasio lancar (current ratio), leverage diukur
dengan rasio hutang terhadap total aset (debt to total aset), aktivitas diukur
dengan perputaran total aset (Total Asset Turnover) dan ukuran perusahaan
(Firm Size). Perkembangan data penelitian tersebut dapat dilihat sebagai
Tabel 1.1
Rata-rata Variabel Penelitian pada Perusahaan yang Terdaftar di JII
Variabel Rata-rata
2011 2012 2013 2014 2015
Cash Turnover(x) 5.90 6.73 7.48 8.03 7.37
Working Capital Turnover(x) 8.23 10.57 13.07 13.43 5.14
Current Ratio(x) 2.92 2.66 2.23 2.06 2.14
Debt to Asset Ratio(%) 36.36 36.66 38.02 38.53 40.00
Total Asset Turnover(x) 1.06 1.00 0.94 0.89 0.81
Firm Size(ln) 9.89 10.04 10.15 10.22 10.81
Return On Assets(%) 19.91 16.26 12.41 11.18 8.80
(Sumber: data diolah)
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata manajemen modal kerja
yang diukur dengan Cash Turnover (CT) dan Working Capital Turnover (WCT)
mengalami kenaikan tiap tahunnya, namun pada tahun 2015 mengalami
penurunan. Selain itu, Debt to Asset Ratio (DAR) dan Firm Size juga mengalami
kenaikan tiap tahun yang menunjukkan fenomena yang berbanding terbalik
dengan Return On Assets (ROA) dan membentuk hubungan yang negatif, dimana
pada saat rata-rata manajemen modal kerja, leverage dan ukuran perusahaan
meningkat, tingkat rata-rata ROA perusahaan menurun. Sedangkan Current Ratio
(CR) dan Total Asset Turnover (TAT) mengalami penurunan tiap tahunnya yang
menunjukkan fenomena yang searah dan membentuk hubungan positif dengan ROA,
dimana pada saat rata-rata rasio likuiditas dan aktivitas menurun, rata-rata ROA
menurun juga.Sehingga perlu diuji pengaruh dari keenam variabel independen
tersebut yaitu CT, WCT. CR, DAR, TAT dan Firm Size dalam mempengaruhi tingkat
profitabilitas (ROA) pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII)
periode 2011-2015.
Manajemen modal kerja merupakan salah satu faktor fundamental yang
menganalisis efisiensi modal kerja yang diukur dengan WCT. Studinya menemukan
bahwa manajemen modal kerja berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas.
Sedangkan Julkarnain (2013) dalam penelitiannya tentang manajamen modal kerja
yang diukur dengan WCT, CT dan Account Receivable Turnover (A/RT) menemukan
bahwa CT berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat profitabilitas perusahaan,
namun WCT dan A/RT tidak memiliki pengaruh.
Richard et al. (2013) menganalisis terkait manajemen modal kerja pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Ghana. Dalam penelitiannya, variabel
independen menggunakan Account Receivable Days (ARD), Cash Conversion
Cycle (CCC), Current Ratio (CR), size (Ln Sales), Current Asset Turnover
(CAT)., sedangkan profitabilitas (ROE) sebagai variabel dependen. Penelitian
tersebut mengemukakan bahwa ARD berpengaruh negatif, sedangkan CCC,
CR, Size, CAT tidak berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas perusahaan.
Penelitian mengenai hubungan antara manajemen modal kerja terhadap
profitabilitas juga dilakukan oleh Ikpefan dan Owalabi (2014) yang menggunakan
variabel independen diukur dengan Quick Ratio (QR), Current Ratio (CR),
Receivable Collection (TRC) dan Trade Payables Payment Period (TPP),
sedangkan variabel dependen diukur dengan ROE. Penelitian tersebut
menghasilkan bahwa hanya TPP yang berpengarug signifikan negatif terhadap
ROE.
Hubungan manajemen modal kerja dengan profitabilitas juga diteliti oleh
Sujeewa (2015) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Colombo.
Variabel independen yang digunakan adalah Debtors Conversion Period
Creditor Conversion Period (CCP), Size, Sales Growth, dan Debt to Equity
Ratio (DER). Variabel dependen yang digunakan yaitu ROA.Dari studi
tersebut mengemukakan bahwa DCP, ICP, dan CCC berpengaruh signifikan
negatif dan CCP berpengaruh signifikan positif terhadap ROA.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diketahui bahwa perusahaan harus berhati-hati dalam menangani masalah
pengelolaan penggunaan modal kerja. Penelitian-penelitian sebelumnya lebih
banyak dilakukan hanya terhadap kelompok perusahaan manufaktur,
sementara penelitian yang menganalisis modal kerja pada perusahaan yang
terdaftar di Indeks Syariah masih relatif sedikityang terdiri dari beberapa
sektor dan jenis perusahaan, tidak hanya perusahaan manufaktur, namun
perusahaan jasa dan perusahaan pengolah sumber daya alam.Maka penulis
tertarik untuk memilih objek penelitian pada perusahaan yang terdaftar di
Jakarta Islamic Index (JII). Adapun penulis tertarik melakukan penelitian
yang berjudul: “Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas,
Leverage, Aktivitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan. (Studi Kasus pada Perusahaan yang terdaftar di JII Periode 2011-2015)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dalam
1. Bagaimana pengaruh secara parsial antara manajemen modal kerja,
likuiditas, leverage, aktivitas dan ukuran perusahaan terhadap tingkat
profitabilitas perusahaan?
2. Bagaimana pengaruh secara simultan antara manajemen modal kerja,
likuiditas, leverage, aktivitas dan ukuran perusahaan terhadap tingkat
profitabilitas perusahaan?
3. Berapa besar pengaruh manajemen modal kerja, likuiditas, leverage,
aktivitas dan ukuran perusahaan terhadap tingkat profitabilitas
perusahaan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh secara parsial antara manajemen modal kerja,
likuiditas, leverage, aktivitas dan ukuran perusahaan terhadap tingkat
profitabilitas perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Index (JII).
2. Menganalisis pengaruh secara simultanl antara manajemen modal kerja,
likuiditas, leverage, aktivitas dan ukuran perusahaan terhadap tingkat
profitabilitas perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di JII.
3. Menganalisis berapa besarnya pengaruh manajemen modal kerja,
likuiditas, leverage, aktivitas dan ukuran perusahaan terhadap tingkat
Sedangkan manfaat yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
informasi maupun bentuk bukti empiris khususnya kepada pihak
manajemen perusahaan terkait pengaruh manajemen modal kerja terhadap
tingkat profitabilitas sehingga perusahaan diharapkan mampu mengelola
modal kerja dengan lebih efektif dan efisien.
2. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk
mengetahui kinerja keuangan perusahaan sehingga dapat memberikan
manfaat kepada investor dalam pengambilan keputusan investasi.
3. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman secara
akademis dan juga sebagai referensi untuk melakukan penelitian
selanjutnya baik menggunakan metode penelitian yang sama ataupun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Modal Kerja
a. Definisi Modal Kerja
Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja untuk membiayai
kegiatan operasional perushaan.Perusahaan harus mengelola modal kerja
dengan baik agar seluruh kegiatan operasinya berjalan dengan lancar.
Gitman mengungkapkan dalam bukunya Principles of Managerial
Finance (2006) menyebutkan bahwa “Working Capital is a current assets,
which represent the portion of investment that circulates from one form to
another in the ordinary conduct of business” yang dapat diartikan bahwa
modal kerja adalah harta lancar, yang mewakili bagian dari investasi yang
terus berputar dari satu bentuk ke dalam bentuk lainnya dalam konteks
bisnis.
Menurut Brigham dan Houston, (2009: 489), modal kerja merupakan
investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek, seperti kas, sekuritas
yang mudah dipasarkan, piutang usaha dan persediaan. Keown, et al.
(2010) mengemukakan bahwa modal kerja adalah invesatasi total
perusahaan pada aset lancar atau aktiva yang diharapkan dapat dikonversi
menjadi kas dalam jangaka waktu pendek. Sedangkan Subramanyam dan
Wild (2010) mendefinisikan modal kerja adalah aset lancar setelah
Menurut Ambarwati (2010:114-115), pengertian modal kerja dapat
dikemukakan adanya beberapa konsep yaitu konsep kuantitaif (gross
working capital), konsep kualitatif (net working capital) dan konsep
fungsional. Konsep kuantitatif berdasasrkan pada kuantitas dana yang
tertanam pada unsur-unsur aset lancar yang dapat berputar kembali dalam
bentuk semula. Konsep kualitatif dikaitkan dengan besarnya jumlah
kewajiban lancar yang harus segera dibayar. Konsep ini merupakan
sebagian aset lancar dapat diigunakan untuk membiayai operasi
perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yang berarti kelebihan aset
lancar diatas kewajiban lancarnya. Sedangkan konsep fungsional
mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan.
Modal kerja dalam konsep ini adalah keseluruhan aset lancar ditambah
penyusutan dari aset tetap pada periode tertentu.
Modal kerja juga dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu modal kerja
permanen dan modal kerja variabel. Modal kerja permanen adalah modal
kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk menjalankan operasinya,
Sedangkan modal kerja variabel merupakan modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan.
Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
modal kerja merupakan investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek,
seperti kas, sekuritas, piutang usaha dan persediaan yang digunakan untuk
memenuhi kegiatan operasi perusahaan. Apabila perusahaan kekurangan
kemungkinan akan menurunkan pendapatan dan keuntungannya.
Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat
membayar kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya dan akan
menghadapi masalah likuiditas.
b. Manajemen Modal Kerja
Menurut Horne dan Wachowicz (2008:115), manajemen modal kerja
adalah administrasi aset lancar perusahaan dan pendanaan yang
dibutuhkan untuk mendukung aset lancar. Manajemen modal kerja adalah
pengaturan total dan jumlah masing-masing komponen modal kerja dan
pembelanjaan yang dibutuhkan untuk mendukung aktiva lancar. Seorang
manajer diharapkan mampu mengelola modal kerja dengan baik agar dapat
mendukung kegiatan operasinya dan dapat meningkatkan penjualan
perusahaan.
Manajemen modal kerja merupakan manajemen aktiva lancar dan
pasiva lancar.Manajemen modal kerja mempunyai beberapa pengertian
penting bagi perusahaan. Pertama, modal kerja menunjukkan ukuran
besarnya investasi yang dilakukan perusahaan dalam aktiva lancar dan
klaim atas perusahaan yang diwakili oleh hutang lancar. Kedua, investasi
dalam aktiva lancar, piutang dan persediaan barang adalah sensitif
terhadap tingkat produksi dan penjualan. Tingkatan (level) investasi dalam
aktiva lancar ditentukan oleh “trade-off” antara manfaat dan biayanya.
Semakin besar posisi aktiva lancar, semakin besar biaya pengadaannya
berkurang dengan bertambahnya jumlah modal kerja (Tampubolon,
2013:62).
Tujuan manajemen modal kerja bagi perusahaan adalah sebagai
berikut:
1) Modal kerja digunakan untuk memnuhi kebutuhan likuiditas
perusahaan, artinya likuiditas perusahaan sangat tergantung kepada
manajemen modal kerja.
2) Memungkinkan perusahaan untuk memiliki persediaan yang cukup
dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.
3) Memungkinkan perusahaan untuk memperoleh tambahan dana dari
para kreditur apabila rasio keuangannya memenuhi syarat seperti
likuiditas yang terjamin.
4) Digunakan untuk memaksimalkan penggunaan aktiva lancar untuk
meningkatkan penjualan dan laba.
5) Perusahaan mempu melindungi diri apabila terjadi krisis modal
kerja akibat penurunan dari nilai aktiva lancar.
Manajemen modal kerja dapat diukur dengan melihat aktiva lancar
seperti perputaran kas dan perputaran modal kerja:
a) Perputaran Kas (Cash Turnover- CT)
Kas adalah aktiva yang paling cair (likuid). Hal ini berarti semakin
besar kas yang dimiliki oleh perusahaan, maka perusahaan akan
berputar selama periode tertentu untuk menghasilkan penjualan
(Riyanto, 2011).
Perputaran kas adalah perbandingan antara penjualan dengan
jumlah kas rata-rata. Tingkat perputaran kas merupakan ukuran
efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan.Karena
tingkat perputaran kas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan penjualan dan laba.
Rasio perputaran kas (Cash Turnover) berfungsi untuk mengukur
tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk
membayar tagihan-tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini
digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar
hutang dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan (Julkarnain,
2013). Rumus yang digunakan untuk mengukur rasio perputaran kas
adalah sebagai berikut:
Apabila jumlah kas relatif tinggi maka perusahaan memiliki
perputaran kas yang rendah. Sebaliknya, apabila jumlah kas relatif
kecil maka perusahaan memiliki nilai perputaran kas yang tinggi.
b) Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover-WCT)
Menurut Riyanto (2011), perputaran modal kerja merupakan
kemampuan modal kerja berputar dalam suatu periode siklus kas dari
perusahaan. Perputaran modal kerja mengukur efektivitas penggunaan
aktiva lancar untuk menghasilkan penjualan.
Sugiyono (2009: 73), rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan
(dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap modal
kerja. Rumus yang digunakan adalah:
Semakin tinggi rasio perputaran modal kerja maka semakin baik
kinerja suatu perusahaan di mana persentase modal kerja yang ada
mampu menghasilkan penjualan dengan jumlah tertentu.Semakin besar
rasio ini menunjukkan efektifnya pemanfaatan modal kerja yang
tersedia dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan.
c. Kebijakan Modal Kerja
Brigham dan Daves (2010) mengemukakan bahwa kebijakan modal
kerja menyangkut keputusan yang berkaitan dengan aktiva lancar dan
pembiayaannya. Besar kecilnya modal kerja yang disediakan oleh
perusahaan terutama tergantung terhadap sikap manajemen terhadap laba
dan risiko yang akan diperoleh. Kebijakan modal kerja adalah bagian dari
manajemen modal kerja yang merupakan salah satu aspek penting dari
keseluruhan manajemen pembelanjaan perusahaan. Aktiva lancar harus
cukup untuk dapat mentupi hutang lancar sehingga dapat menggambarkan
tingkat keamanan perusahaan yang tinggi (margin of safety).
Menurut Tampubolon (2013:65), dalam memilih tingkatan aktiva
lancar dan hutang yang dapat memaksimalkan kekayaan bagi pemegang
saham maka diperlukan suatu kerangka konseptual. Kerangka konseptual
ini harus dapat digunakan untuk menghubungkan kebijakan modal kerja
dengan kekayaan pemegang saham. Suatu kerangka konseptual yang dapat
digunakan antara lain:
1) Mempergunakan kebijakan modal kerja dengan tingkat likuiditas
rendah, yaitu dengan suatu kebijakan yang menentukan tingkat
aktiva lancar terhadap penjualan yang rendah pula, dan posisi
hutang lancar lebih tinggi dari aktiva lancar.
2) Menggunakan kebijakan modal kerja dengan tingkat likuiditas
yang tinggi, yaitu dengan suatu kebijakan yang menentukan tingkat
aktiva lancar terhadap penjualan adalah tinggi, serta posisi hutang
lancar lebih rendah dari aktiva lancar.
Perubahan kebijakan tingkat likuiditas dalam konsep ini akan
mempengaruhi pengaruh terhadap:
1) Pengaruh investasi, yaitu adanya tingkatan dari total aktiva.
2) Pengaruh tingkat diskonto, yaitu risiko yang berubah disertai
pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian yang diinginkan oleh
pemegang saham.
2. Likuiditas
Menurut Brigham dan Houston (2009:95), rasio likuiditas merupakan
rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dari
sebuah perusahaan dengan kewajiban lancarnya. Moeljadi (2006:48)
mengemukakan bahwa istilah likuiditas menunjukkan kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban keuangannya dalam
jangka waktu pendek atau yang segera harus dibayar. Alat pemenuhan
kewajiban keuangan jangka pendek ini berasal dari unsur-unsur aktiva yang
bersifat likuid, yaitu aktiva lancar dengan perputaran kurang dari satu tahun,
karena lebih mudah dicairkan dari pada aktiva tetap yang perputarannya
lebih dari satu tahun. Menentukan tingkat likuiditas perusahaan digunakan
rasio likuiditas antara lain:
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Current ratio menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban-kewajiban keuangannya yang harus segera dibayar
dengan menggunakan hutang lancar. Current ratio dihitung dengan
membagi aktiva lancar (current activa) dengan kewajiban lancar
(current liabilities). Rasio ini merupakan rasio yang paling umum
digunakan dengan rumus sebagai berikut:
Pada umumnya, aktiva lancar terdiri atas kas, surat berharga, piutang
usaha, piutang wesel, dan persediaan. Sedangkan kewajiban lancar
terdiri atas hutang usaha, wesel bayar, kewajiban jangka panjang yang
akan jatuh tempo, pajak akrual dan beban akrual lainnya. Untuk menjaga
current ratio yang tepat, manajemen harus memerhatikan beberapa
faktor, antara lain jenis usaha, cash flow, maupun tingkat kredibilitas
perusahaan tersebut dalam hubungannya dengan kreditor. (Moeljadi,
2006:68)
b. Rasio Kas (Cash Ratio)
Cash ratio menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki
perusahaan di dalam menjamin hutang lancarnya. Rasio tersebut lebih
menggambarkan tingkat kemampuan yang sebenarnya dibandingkan
dengan rasio-rasio likuiditas lainnya. Hal ini disebabkan kas merupakan
komponen alat likuid yang paling likuid dan fleksibel sehingga setiap
saat dapat digunakan (Moeljadi,2006:68). Rumus dari rasio kas adalah
sebagai berikut:
c. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Quick ratio berarti likuiditas perushaan diukur dengan menggunakan
unsur-unsur aktiva lancar, dengan cara tidak mempertimbangkan yang
kurang likuid. Aktiva likuid (liquid asset) adalah aktiva yang
diperdagangkan dalam suatu pasar yang aktif sehingga akibatnya dapat
dengan cepat diubah menjadi kas dengan menggunakan harga pasar yang
berlaku. Rasio ini dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva
lancar kemudian hasilnya dibagi dengan hutang lancar. Rumusnya
adalah sebagai berikut:
Persediaan adalah aktiva lancar yang paling tidak likuid dan bila
terjadi likuidasi, maka persediaan merupakan aktiva yang paling sering
menderita kerugian. Oleh karena itu, pengukuran kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajban jangka pendek tanpa
mengandalkan persediaan merupakan hal yang penting.
3. Leverage
Rasio leverage adalah rasio yang digunakan untuk menjelaskan
penggunaan pendanaan melalui hutang untuk membiayai sebagian dari pada
aktiva perusahaan (Brigham dan Houston,2009:101). Pengertian leverage
dimaksudkan sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar semua
hutangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Munawir
(2007) leverage adalah kemampuan perusahaan untuk memnuhi kewajiban
keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan.
Menurut Tampubolon (2013:410), pembiayaan dengan hutang
mempunyai pengaruh bagi perusahaan karena hutang mempunyai beban
yang bersifat tetap. Kegagalan perusahaan dalam membayar bunga atas
hutang dapat menyebabkan kesulitan keuangan yang dapat berakhir dengan
kebangkrutan perusahaan. Tetapi penggunaan hutang juga memberikan
subsidi pajak atas bunga yang dapat menguntungkan pemegang saham.
Dengan demikian, semakin tinggi rasio leverage maka semakin tinggi pula
risiko kerugian yang dihadapi, tetapi juga ada kesempatan mendapatkan laba
yang besar. Sebaliknya semakin rendah rasio ini tentu mempunyai risiko
yang lebih kecil. Oleh karena itu, penggunaan hutang harus
menyeimbangkan antara keuntungan dan kerugiannya. Rasio leverage
(solvabilitas) ini berusaha mengukur penjaminan hutang, baik dengan
menggunakan total aktiva maupun modal sendiri.
Rasio leverage ini akan diukur melalui (a) rasio antara hutang dan aktiva,
(b) rasio antara hutang dan modal sendiri (Moeljadi, 2006:51)
a. Rasio Hutang terhadap Total Aset (Debt to Asset Ratio)
Rasio total hutang terhadap total aktiva yangumumnya disebut
sebagai rasio hutang (debt ratio), akan mengukur persentase dari dana
yang diberikan oleh para kreditor. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Total hutang meliputi kewajiban lancar dan hutang jangka panjang.
Kreditor lebih menyukai rasio hutang yang lebih rendah karena semakin
rendah angka rasionya, maka semakin besar peredaman dari kerugian
yang dialami kreditor jika terjadi likuidasi. Di lain pihak, pemegang
saham mungkin menginginkan lebih banyak leverage karena ia akan
memperbesar ekspektasi keuntungan (Brigham dan Houston,
2009:103-104).
b. Rasio Hutang terhadap Total Ekuitas (Debt to Equity Ratio)
Debt to Equity Ratio menggambarkan kemampuan modal sendiri
menjamin hutang. Dengan kata lain, bagian dari hutang yang dapat
dijamin dengan menggunakan modal sendiri. Rasio ini berguna untuk
mengetahui jumlah dana yang disediakan kreditor dengan pemilik
perusahaan dan berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri
yang dijadikan untuk jaminan hutang. Rasio ini diukur dengan
membandingkan antara seluruh hutang dengan modal sendiri (Moeljadi,
2006: 51).Rumusnya adalah sebagai berikut:
4. Aktivitas
Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan
mengelola aktiva-aktivanya. Jika sebuah perusahaan memiliki terlalu banyak
aktiva, maka biaya modalnya akan menjadi terlalu tinggi, sehingga
keuntungannya akan tertekan. Sebaliknya, jika aktiva terlalu rendah,
penjualan yang menguntungkan juga akan hilang. (Brigham dan
Houston,2009:97). Berikut beberpa rasio yang menganalisis jenis-jenis
aktiva antara lain:
a. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio)
Dengan Inventory ratioakan dihitung meliputi (1) Kemampuan
persediaan perusahan berputar selama satu tahun yang diukur dengan
menggunakan perputaran persediaan (2) Waktu rata-rata dari persediaan
tertahan di gudang. Rasio ini dihitung dengan cara membagi penjualan
dengan persediaan. Jika nilai perputaran persediaan suatu perusahaan
jauh lebih rendah dari rata–rata industri, hal itu menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut terlalu banyak menyimpan persediaan.Kelebihan
persediaan adalah sesuatu yang tidak produktif, dan mencerminkan suatu
investasi dengan tingkat pengembalian yang rendah. (Brigham dan
Houston, 2009:97). Rumusnya adalah sebagai berikut:
Perlu diperhatikan, bahwa penjualan terjadi sepanjang tahun,
sedangkan angka persediaan adalah angka pada suatu titik waktu
tertentu. Kemudian jika bisnis perusahaan tersebut sangat bersifat
musiman, atau jika terjadi kenaikan ataupun penurunan tren penjualan
yang kuat selama tahun berjalan. Karena alasan ini, akan lebih baik jika
menggunakan pembaginya adalah ukuran rata-rata persediaan (Brigham
dan Houston,2009:98).
b. Perputaran Piutang ( Account Receivable Turnover)
Account Receivable Turnover digunakan untuk mengetahui jumlah
waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang selama satu tahun
yang dapat dihitung dengan cara membagi penjualan kredit dengan
rata-rata piutang. Dengan menganggap seluruh penjualan kredit, Account
Receivable Turnover menurut Moeljadi (2006:49) dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Menurut Riyanto (2011) banyaknya dana perusahaan yang terikat
dalam piutang sangat ditentukan oleh volume penjualan kredit, syarat
pembayaran kredit, ketentuan pembatasan kredit, kebijaksanaan
pengumpulan piutang, dan kebiasaan membayar dari para langganan.
Semakin longgar persyaratan pembayaran yang diberikan maka jumlah
piutang yang tertanam dalam operasionalnya akan semakin besar.
c. Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover)
Total Asset Turnover ini menunjukkan kemampuan total aktiva
untuk berputar selama satu tahun untuk menghasilkan penjualan yang
dapat dihitung dengan cara membagi penjualan dengan total aktiva
(Brigham dan Houston, 2009: 100). Rumus yang digunakan adalah:
Jika suatu perusahaan memiliki nilai perputaran total aktiva berada di
bawah rata-rata industri, menandakan bahwa perusahaan tersebut tidak
menghasikan cukup banyak volume bisnis jika dilihat dari total
investasinya untuk aktiva. Perusahaan sebaiknya melakukan langkah -
langkah untuk meningkatkan penjualan, menjual beberapa aset, atau
kombinasi dari keduanya.
5. Profitabilitas
Menurut Brigham dan Houston (2009:107), profitabilitas adalah hasil
perusahaan. Rasio ini akan menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas,
aktivitas (manajemen aktiva), dan hutang pada hasil-hasil operasi. Moeljadi
(2006:52) mengemukakan bahwa rasio-rasio profitabilitas berusaha
mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba, baik dengan
menggunakan seluruh aktiva yang ada maupun dengan menggunakan modal
sendiri.
Tampubolon (2013:43) mengatakan bahwa rasio ini tergantung dari
informasi akuntansi yang diambil dari laporan keuangan. Oleh karena itu,
profitabilitas dalam konteks analisis rasio digunakan untuk mengukur
pendapatan menurut laporan Rugi Laba dengan nilai buku investasi. Rasio
profitabilitas yang digunakan pada umumnya adalah:
a. Margin Laba atas Penjualan (Profit Margin On Sales)
Rasio ini mengukur jumlah laba bersih per nilai dolar penjualan,
yang dihitung dengan membagi laba bersih dengan penjualan. Rumusnya
adalah:
Jika suatu perusahaan memiliki margin laba yang rendah atau masih
berada di bawah angka rata-rata industri, hal ini menunjukkan karena
tingginya biaya-biaya yang biasanya terjadi karena operasi perusahaan
yang tidak efisien. Margin laba yang rendah juga merupakan akibat dari
penggunaan hutangnya yang terlalu berlebihan. Jika perusahaan
menggunakan lebih banyak hutang daripada yang lain, maka perusahaan
tersebut akan memiliki beban bunga yang lebih tinggi. Beban bunga
tersebut akan menurunkan laba bersih, dan karena penjualan tetap maka
akibatnya margin laba akan menjadi relatif rendah. Dalam kasus seperti
ini, perusahaan dengan margin laba yang rendah mungkin akan
mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi atas investasi
pemegang sahamnya karena penggunaan leverage keuangan. (Brigham
dan Houston, 2009:107)
b. Tingkat Pengembalian Total Aktiva (Rate of return on total asset –
ROA)
Tingkat pengembalian total aktiva merupakan rasio yang mengukur
antara laba bersih terhadap total aktiva. Rasio ini sering disebut sebagai
earning power of total investment yang menunjukkan kemampuan total
aktiva menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham
biasa setelah dikurangi beban bunga dan pajak (Brigham dan Houston,
2009:109). Rumusnya adalah:
Apabila perusahaan memiliki tingkat pengembalian yang rendah
merupakan akibat dari (1) kemampuan untuk menghasilkan laba
perusahaan yang rendah, (2) biaya bunga yang tinggi yang dikarenakan
oleh penggunan hutangnya yang di atas rata-rata, dimana keduanya telah
menyebabkan laba bersihnya menjadi relatif rendah.
c. Tingkat Pengembalian Ekuitas Saham Biasa (Return On Equity– ROE)
Return On Equitymenunjukkan kemampuan modal sendiri dalam
menghasilkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham biasa
(earnings available for common stockholder’s). Rasio ini mengukur
tingkat pengembalian atas investasi dari pemegang saham biasa dan
merupakan rasio akuntansi yang paling penting, atau “jumlah akhir”
(bottom line). Para pemegang saham melakukan investasi untuk
mendapatkan pengembalian atas uang mereka. Rumusnya adalah:
Dari penjelasan mengenai rasio profitabilitas, jelas bahwa margin
laba atas penjualan, tingkat pengembalian total aktiva dan tingkat
pengembalian ekuitas saham biasa, ketiganya menghitung kemampuan
aktiva untuk menghasilkan laba (Moeljadi, 2006:53).
6. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang dapat
dilihat dari tingkat penjualan, jumlah tenaga kerja atau jumlah aset yang
dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang memiliki ukuran
lebih besar memiliki dorongan yang kuat untuk menyajikan tingkat
keuntungan yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang
lebih kecil, karena perusahaan yang lebih besar diteliti dan dipandang
dengan lebih kritis oleh para investor. Selain itu ukuran perusahaan yang
Adapun alat ukur indicator ukuran perusahaan yang digunakan yaitu tingkat
penjualan perusahaan (Munawir, 2007: 19).
Menurut Raheman dan Nasr (2007), salah satu kemudahan perusahaan
besar adalah dapat mengakses pasar modal. Perusahaan tersebut memiliki
fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkandana. Dalam hal ini, ukuran
perusahaan berhubungan dengan fleksibilitas, kemampuan untuk
mendapatkan dana dan memperoleh laba di antaranya dapat dilihat dengan
tingkat penjualan. Tingkat penjualan dapat dihitung dengan menggunakan
logarithm natural of sales (Ln Sales).
7. Implikasi antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen a. Keterkaitan Variabel Cash Turnover (CT) dengan Return On Asset
(ROA)
Menurut Riyanto (2011), Cash Turnover merupakan kemampuan
uang kas berputar untuk menghasilkan penjualan selama periode
tertentu. Rasio ini dihitung berdasarkan perbandingan antara penjualan
dengan jumlah kas rata-rata. Apabila jumlah kas relatif tinggi maka
perusahaan memiliki perputaran kas yang rendah. Sebaliknya, apabila
jumlah kas relatif kecil maka perusahaan memiliki nilai perputaran kas
yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa jika perputaran kas tinggi
mengidentifikasikan bahwa jumlah kas yang dimiliki perusahaan relatif
rendah untuk menghasilkan penjualan sehingga mempengaruhi
Penelitian yang dilakukan oleh Julkarnain (2013) mengemukakan
bahwa terdapat pengaruh negatif antara Cash Turnover (CT) dengan
Return On Asset (ROA). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa adanya
hubungan negatif antara CT dengan ROA.Artinya, apabila CT
meningkat maka akanterjadi penurunan terhadap ROA. Hal tersebut
dikarenakan perusahaan mempunyai kas yang relatif rendah untuk
menghasilkan penjualan sehingga dapat menurunkan profitabilitas
perusahaan.
b. Keterkaitan Variabel Working Capital Turnover (WCT) dengan Return
On Asset (ROA)
Perputaran modal kerja mengukur efektivitas penggunaan aktiva
lancar untuk menghasilkan penjualan. Semakin besar rasio ini
menunjukkan efektifnya pemanfaatan modal kerja yang tersedia dalam
meningkatkan profitabilitas perusahaan. Artinya jika rasio perputaran
modal kerja tinggi maka semakin baik kinerja suatu perusahaan dalam
menghasilkan penjualan yang tinggi pula sehingga perusahaan dapat
meningkatkan profitabilitasnya (Sugiyono, 2009: 73).
Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Wartini (2012)
mengemukakan bahwa terdapat pengaruh positif antara perputaran
modal kerja terhadap tingkat profitabilitas.
c. Keterkaitan Variabel Current Ratio (CR) dengan Return On Asset
Menurut Moeljadi (2006:68) Current Ratio (CR) menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban
keuangannya yang harus segera dibayar dengan menggunakan hutang
lancar. Semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi pula kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya dengan aktiva lancar.
Artinya, perusahaan memiliki aktiva lancar yang lebih tinggi dari
kewajiban lancarnya sehingga mampu menghasilkan penjualan yang
tinggi pula. Richard, et al. (2013) dalam penelitiannya menyebutkan
bahwa adanya pengaruh positif antara CR dengan ROA. Hal tersebut
menunjukkan bahwa semakin tinggi CR maka dapat meningkatkan
profitabilitas perusahaan.
d. Keterkaitan Variabel Debt to Asset Ratio (DAR) dengan Return On
Asset (ROA)
Brigham dan Houston (2009:104) menyatakan bahwa rasio hutang
yang lebih rendah dapat mengurangi resiko jika terjadi likuidasi. Hal
tersebut menunjukkan bahwa perusahaan memiliki aktiva yang lebih
besar dari pada hutangnya sehingga perusahaan dapat mengelola
aktivanya yang dapat memberikan pengaruh positif dan berdampak pada
kenaikan profitabilitas perusahaan.Penelitian yang dilakukan oleh
Sujeewa (2015) menyebutkan bahwa adanya pengaruh negatif antara
rasio hutang terhadap profitabilitas. Artinya apabila rasio hutang
mengalami kenaikan maka profitabilitas perusahaan akan menurun. Hal
bunga atas hutang sehingga menyebabkan kesulitan keuangan yang
dapat berakhir dengan kebangkrutan.
e. Pengaruh Variabel Total Asset Turnover (TAT) dengan Return On Asset
(ROA)
Rasio ini menunjukkan kemampuan total aktiva untuk berputar
selama satu tahun untuk menghasilkan penjualan. Rasio ini mengukur
kinerja manajemen dalam menjalankan perusahaan untuk menghasilkan
pendapatan dan meningkatkan profitabilitas. Semakin tinggi perputaran
total aset suatu perusahaan maka akan menghasilkan tingkat
profitabilitas yang tinggi pula. Hal ini dikarenakan suatu perusahaan
mampu menghasilkan penjualan yang lebih besar dari total aset yang
dimiliki perusahaan (Brigham dan Houston, 2009:100).
Dalam penelitian Ambarwati, et al. (2015) menyebutkan bahwa
terdapat hubungan positif antara rasio aktivitas dengan tingkat
profitabilitas. Artinya, apabila rasio aktivitas perusahaan tinggi maka
akan meningkatkan profitabilitas.
f. Pengaruh Variabel Ukuran Perusahaan (Firm Size) dengan Return On
Asset (ROA)
Raheman dan Nasr (2007) menyatakan bahwa perbedaan ukuran
perusahaan menimbulkan risiko usaha yang berbeda secara signifikan
antara perusahaan besar dan perusahaan kecil, karena perusahaan yang
mudah untuk mendapatkan tambahan dana yang kemudian dapat
meningkatkan profitabilitas.
Namun, dalam penelitian yang dilakukan oleh J. Niresh dan
Velnampy (2014) mengemukakan bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Colombo. Studi tersebut menjelaskan adanya
separation of ownership pada perusahaan yang melakukan perubahan
pada tujuan seorang manajer dari profit maximization terhadap
maximization of managerial utility. Selain itu, struktur organisasi yang
tetap tidak membawa pengaruh terhadap kemajuan perusahaan,
penggunaan teknologi yang tidak efektif dan efisien sehingga
menimbulkan biaya-biaya (costs) yang tinggi.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai manajemen modal kerja terhadap profitabilitas telah
banyak diteliti sebelumnya dari berbagai pandangan dan di berbagai sektor.
Diantaranya terdapat beberapa yang sangat menarik dan berguna untuk
memperkuat hasil penelitian yang dilakukan saat ini.
Wibowo danWartini (2012) meneliti tentang efisiensi modal kerja,
likuiditas dan leverage terhadap profitabilitas pada 149 perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2009. Variabel
independen yang digunakan adalah Working Capital Turnover (WCT),
dependennya yaitu Return On Investment (ROI). Penelitian tersebut
menemukan bahwa secara simultan variabel WCT, CR dan DTA berpengaruh
signifikan terhadap variabel ROI sebesar 21.9%. Secara parsial hanya WCT
yang berpengaruh signifikan positif terhadap ROI. Sedangkan CR dan DT
tidak berpengaruh. Perbedaan dari penelitian Agus dan Sri dengan penelitian
ini adalah variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini lebih
melengkapi diantaranya CT, TAT dan Firm Size sedangkan variabel dependen
menggunakan ROA. Persamaannya adalah dalam metode analisis yang
digunakan metode Regresi Linier Berganda.
Julkarnain (2013) melakukan penelitian terkait pengaruh modal kerja (aset
lancar-kewajiban lancar), perputaran modal kerja, perputaran kas, dan
perputaran piutang terhadap profitabilitas pada 24 perusahaan idustri barang
konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008-2011. Variabel independen yang
digunakan adalah Modal Kerja, WCT, Perputaran Kas, dan Perputaran
Piutang. Variabel dependennya adalah ROI. Studi tersebut menghasilkan
bahwa secara simultan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependennya sebesar 21.6%. Secara Parsial Modal Kerja dan
Perputaran Kas berpengaruh signifikan negatif terhadap ROI, sedangkan WCT
dan Perputaran Piutang tidak berpengaruh.Persamaan penelitian Julkarnain
dengan penelitian ini adalah dalam metode alat analisis yang digunakan
metode Regresi Linier Berganda. Perbedaannya adalah dari variabel yang
menggunakan variabel independen terkait modal kerja juga menggunakan
rasio keungan seperti likuiditas, leverage, aktivitas dan Firm Size.
Penelitian terdahulu yang membahas tentang modal kerja juga dilakukan
oleh Richard, et al. (2013) menganalisis tentang hubungan antara manajemen
modal kerja terhdap profitabilitas pada 13 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Ghana Stock Exchange tahun 2005-2009. Variabel independen
yang digunakan adalah Accounts Receivable Days (ARD), Cash Conversion
Cycle (CCC), Current Ratio (CR), size (Ln Sales), Current Asset Turnover
(CAT). Variabel dependennya yaitu Return On Equity (ROE). Studi tersebut
mengemukakan bahwa secara parsial ARD berpengaruh signifikan negatif
terhadap ROE. Variabel CCC, CR, Size, dan CAT berpengaruh signifikan
positif terhadap ROE. Secara simultan variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen sebesar 38.4%. Persamaan dalam penelitian
Richard dengan penelitian ini adalah dalam metodologi menggunakan data
panel. Sedangkan perbedaannya yaitu dalam penelitian ini variabel
manajemen modal kerja menggunakan Cash Turnover (CT) dan Working
Capital Turnover (WCT) dan variabel dependen menggunakan ROA.
Ikpefan dan Owolabi (2014) menganalisis tentang manajemen modal kerja
terhadap profitabilitas pada sektor manufaktur dengan meneliti secara empiris
pada Nestle Nigeria PLC dan Cadbury Nigeria PLC periode 2008-2012.
Variabel independen yang digunakan adalah Quick Ratio (QR) sebagai rasio
likuiditas, Current Ratio (CR), Trade Receivable Collection (TRC) dan Trade
modal kerja. Variabel dependen menggunakan ROE. Studi tersebut
mengemukakan bahwa pada Nestle Nigeria Plc secara parsial hanya TPP yang
berpengaruh signifikan negatif terhadap ROE. Namun QR,CR dan TRC tidak
berpengaruh. Pada Cadbury Nigeria Plc secara parsial CR dan QR
berpengaruh signifikan positif terhadap ROE. Sedangkan TRC dan TPP
tidakberpengaruh. Perbedaan penelitian yang dilakukan Ikpefan dan penelitian
ini adalah variabel independen yaitu dalam penelitian ini menggunakan
variabel WCT, DAR, TAT dan ukuran perusahaan dan variabel dependen
menggunakan ROA. Persamaannya adalah dalam metode analisis data.
J. Niresh dan T. Velnampy (2014) melakukan penelitian mengenai
Ukuran Perusahaan (Firm Size) terhadap Profitabilitas pada 15 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Colombo Stock Exchange (CSE) tahun
2008-2012. Variabel independen yang digunakan yaitu Asset Turnover, Log of Total
Asset dan Log of Total Sales. Variabel dependennya yaitu Net Profit Margin
(NPM) dan Return On Assets (ROA). Hasil dari studi tersebut mengemukakan
bahwa seluruh variabel independen yang digunakan tidak mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependennya. Studi tersebut mengemukakan
adanya separation of ownership pada perusahaan modern yang melakukan
perubahan pada tujuan seorang manajer dari profit maximization terhadap
maximization of managerial utility. Selain itu, struktur organisasi yang tetap
tidak membawa pengaruh terhadap kemajuan perusahaan serta penggunaan
teknologi yang tidak efektif dan efisien. Persamaan penelitian Niresh dan