PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN
YANG TERDAFTAR DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIODE 2012-2014
THE EFFECT OF PROFITABILITY, LEVERAGE, AND COMPANY SIZE ON THE INCOME SMOTHING COMPANIES LISTED IN JAKARTA
ISLAMIC INDEX PERIOD 2012-2014
Oleh
GALIH AMBAR SUDARMANA
20100420080
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIODE 2012-2014
THE EFFECT OF PROFITABILITY, LEVERAGE, AND COMPANY SIZE ON THE INCOME SMOTHING COMPANIES LISTED IN JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIOD
2012-2014
PERNYATAAN
Denganini Saya,
Nama : Galih Ambar Sudaramana
Nomor Mahasiswa : 2010420080
Menyatakanbahwaskripsiini denganjudul: “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Dalam
Jakarta Islamic Index periode 2012-2014” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperole hgelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.
Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat orang lain yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 16 Juni2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING………... ii
HALAMAN PENGESAHAN………... iii
HALAMAN PERNYATAAN……….……... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………... v
INTISARI……… vi
DAFTAR LAMPIRAN………... xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. LatarBelakang... 1
B. Rumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitian... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8
A. Landasan Teori... 8
1. Pengertian Jakarta Islamic Index (JII)... 8
2. Ukuran Perusahaan... 10
3. Profitabilitas... 12
4. Leverage... 13
5. Laba... 15
6. Perataan Laba... 16
B. Penelitian terdahulu... 21
C. Hipotesis... 24
D. Model penelitian... 27
BAB III METODE PENLITIAN………... 28
A. Objek penelitian... 28
B. Teknik Pengambilan Sampel... 28
C. Jenis Data... 29
D. Teknik Pengumpulan Data... 29
F. Metode Analisis Data... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 38
A. Klasifikasi Perataan Laba... 38
B. Statistik Deskriptif... 40
C. Hasil Penelitian... 42
D. Pembahasan... 47
BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN... 47
A. Simpulan... 50
B. Keterbatasan... 50
C. Saran... 51
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL 4.1. Sampel Penelitian ... 38
4.2. Hasil Perhitungan Indeks Eckel... 39
4.3. Hasil Analisis Deskriptif... 41
4.4. Hasil Uji Model Regresi ... 42
4.5. Hasil Uji Model Fit ... 43
4.6. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 44
4.7. Hasil Uji Matrik Klasifikasi ... 45
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Descriptives Perusahaan Bukan Perata Laba
De scriptive Statistics
10 15.578 19.279 17.34970 1.076536
10 .080 .183 .13380 .030459
10 .142 .596 .38790 .127896
10 SIZE
PROF LEV
Valid N (listw ise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Descriptives Perusahaan Perata Laba
De scriptive Statistics
12 16.335 18.269 17.00258 .662277
12 .029 .171 .08017 .042475
12 .210 .836 .49217 .186617
12 SIZE
PROF LEV
Valid N (listw ise)
Logistic Regression
Case Proces sing Sum m ary
22 100.0
If w eight is in ef f ect, see classif ication table f or the total number of c ases.
Cons tant is included in the model. a.
Initial -2 Log Likelihood: 30.316 b.
Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates c hanged by less than .001. c.
Cons tant is included in the model. a.
Variables in the Equation
likelihood Cons tant SIZE PROF LEV
Coef f icients
Method: Enter a.
Cons tant is included in the model. b.
Initial -2 Log Likelihood: 30.316 c.
Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.
d.
Om nibus Tests of Model Coefficients
13.613 3 .003
Hosmer and Leme show Tes t
-1.745 1.128 2.390 1 .122 .175
-71.721 35.716 4.032 1 .045 .000
-8.294 8.359 .984 1 .321 .000
41.468 24.464 2.873 1 .090 1E+018
SIZE
INTISARI
Informasi laba memiliki pengaruh yang sangat besar bagi para penggunanya dalam mengambil suatu keputusan, sehingga perhatian investor sering terpusat pada informasi laba. Menyadari hal ini, manajemen cenderung melakukan disfunctional behavior (perilaku tak semestinya) agar laporan keuangan yang dibuat menjadi baik. Perilaku yang biasanya dilakukan yaitu dengan melakukan perataan laba, tindakan perataan laba dapat didefinisikan sebagai normalisasi laba yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai trend atau level tertentu. Dalam kenyataannya terdapat beberapa faktor pendorong dilakukannya praktik perataan laba. Faktor-faktor pendorong tersebut adalah ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, risiko perusahaan, dan leverage operasi suatu perusahaan. Oleh karena itu, studi ini meneliti pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, dan leverage suatu perusahaan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index, dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, dan leverageterhadap praktik perataan laba pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index. Sampel dipilih dengan menggunakan purposive sampling. Sampel terdiri dari
perusahaan-perusahaan yang selama tahun 2012- 2014 yang terdaftar di Jakarta Islamic Index.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan perataan laba dan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. Adapun variabel independen dalam penelitian ini meliputi ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, dan leverage. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2012-2014.
Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, risiko perusahaan, dan leverage operasi terhadap praktik perataan laba pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index digunakan regresi logistik. Hasil perhitungan indeks Eckel menunjukkan bahwa praktik perataan laba juga dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index. Hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa variabel profitabilitas perusahaan berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba, sehingga dapat disimpulkan bahwa dari tiga variabel yang diuji, hanya variabel profitabilitas perusahaan yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba.
ABSTRACT
Earnings information have a huge influence for its users in taking a decision, so that investors' attention is often focused on the earnings information. Recognizing this, the management tends to disfunctional behavior (behavior undue) financial statements prepared in order to be good. Behavior that is usually done by performing smoothing earnings, the income smoothing can be defined as normalization of profits made intentionally to achieve a particular trend or level. In fact there are several driving factor income smoothing practices. The driving factors are the size of companies, the profitability of the company, the company's risk and operating leverage of a company. Therefore, this study examined the influence of company size, company profitability, and leverage an enterprise against the practice of smoothing earnings for companies listed in the Jakarta Islamic Index, with the aim to analyze the impact of company size, company profitability, and leverage on the practice of smoothing earnings on companies listed in the Jakarta Islamic Index. The sample was selected using purposive sampling. The sample consists of firms during the years 2012- 2014 are listed in the Jakarta Islamic Index.
The dependent variable in this study is that income smoothing companies and companies that do not perform income smoothing. The independent variables in this study include the size of companies, the profitability of the company, the company's risk and operating leverage. This study uses secondary data from the financial statements for 2012-2014.
To analyze the effect of firm size, the profitability of the company, the company's risk and operating leverage on the practice of smoothing earnings for companies listed in the Jakarta Islamic Index used logistic regression. Eckel index calculation results show that the practice of income smoothing is also performed by a registered company in Jakarta Islamic Index. Regression testing results show that the company's profitability variables significantly influence income smoothing practices, so that it can be concluded that the three variables tested, only the variable profitability of companies that have a significant influence on the possibility of the company income smoothing.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Laporan keuangan merupakan suatu cerminan dari suatu kondisi
perusahaan, karena di dalam laporan keuangan tersebut, terdapat
informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan. Pihak-pihak ini yang berkepentingan dalam hal pengambilan
keputusan, menghitung keuntungan yang diperoleh atas penyertaan modal dalam
perusahaan tersebut, memprediksi laba yang akan diperoleh periode berikutnya,
dan dalam hal kewajiban perpajakan perusahaan. Selain itu ada pihak lain yang
juga berkepentingan atas laporan keuangan yaitu masyarakat sebagai
pembacalaporan keuangan yang ikut mengawasi tentang hasil kinerja operasional
perusahaan yang terlihat dari laba yang dilaporkan
Penjelasan konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori
keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa manajemen laba dipengaruhi
oleh konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang
terjadi ketika masing-masing pihak berusaha untuk mencapai tingkat kemakmuran
yang dikehendakinya. Dalam hubungan keagenan, manajer memiliki asimetri
dibandingkan pihak eksternal tersebut, sehingga sering terdorong untuk
melakukan tindakan yang dapat memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri
(disfunctional behavior) dan atau perusahaannya. Untuk itu manajemen
melakukan manajemen laba (earning management) karena laba merupakan salah
satu informasi dalam laporan keuangan yang sering digunakan sebagai dasar
dalam penentuan kompensasi manajemen dan merupakan sumber informasi yang
penting untuk melakukan praktik perataan laba.
Praktik perataan laba merupakan fenomena yang umum terjadi sebagai
usaha manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan (Nasir dkk.,
2002). Tindakan perataan laba merupakan suatu sarana yang dapat digunakan
manajemen untuk mengurangi fluktuasi pelaporan penghasilan dan memanipulasi
variabel-variabel akuntansi atau dengan melakukan transaksi-transaksi
riil.Tindakan ini mengakibatkan pengungkapan informasi mengenai penghasilan
laba menjadi menyesatkan, sehingga akan mengakibatkan terjadinya kesalahan
dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan, khususnya pihak eksternal (Jatiningrum, 2000).
Perataan laba bersifat menutupi informasi yang sebenarnya harus
diungkapkan. Variabilitas aktivitas perusahaan berusaha untuk disembunyikan
dan diperhalus, sehingga informasi yang disajikannya pun tidak mengungkapkan
apa yang sebenarnya terjadi. Adanya perataan laba sebenarnya memperlihatkan
bahwa manajer berusaha untuk menyembunyikan informasi ekonomi perusahaan
mungkin tidak memperoleh informasi akurat yang memadai mengenai laba untuk
mengevaluasi hasil dengan risiko dari portofolio mereka.
Praktik perataan laba tidak akan terjadi jika laba yang diharapkan tidak
terlalu berbeda dengan laba yang sesungguhnya (Prasetio, 2002). Hal ini
menunjukkan bahwa laba adalah sesuatu yang paling dipertimbangkan oleh
investor untuk mengambil keputusan apakah akan melakukan investasi atau tidak.
Oleh karena itu, manajer berusaha memberikan informasi yang akan
meningkatkan nilai perusahaan dan kualitas manajemen di mata investor. Jadi,
perlu diketahui faktor–faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba.
Dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 1
disebutkan bahwa informasi laba pada umumnya merupakan faktor penting dalam
menaksir kinerja atau pertanggung jawaban manajemen dan informasi laba
tersebut membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas “earning
power” perusahaan dimasa y:ang akan datang (Financial Accounting Standart
Board 1987 dalam Khafid 2004). Oleh karena itu, manajemen mempunyai
kecenderungan untuk melakukan tindakan yang dapat membuat laporan keunagan
menjadi baik. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan oleh manajemen adalah
melakukan praktik perataan laba (Income Smoothing).
Fluktuasi profitabilitas yang rendah mempunyai kecenderungan bagi
perusahaan tersebut untuk melakukan perataaan laba, terlebih jika
salahsatu faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba, ternyata tidak
menghasilkan hasil yang sama. Menurut Jatiningrum (2000) profitabilitas
memiliki pengaruh terhadap praktik perataan laba. Sejalan dengan itu penelitian
yang dilakukan oleh Suranta & Merdistusi (2004) secara konsisten menyatakan
bahwa profitabilitas memiliki pengaruh signifikan hubungan positif dengan
perataan laba. Sedangkan penilitian yang dilakukan oleh Priyo dan Gudono
(2002) menyatakan bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap
perataan laba.
Menurut Suranta & Merdistusi (2004), berpendapat bahwa semakin bear
leverage maka perusahaan cenderung melakukan perataan laba. Ini disebabkan
jika rasio leverage semakin besar maka nilai hutang perusahaan semakin besar
atau dengan kata lain semakin tinggi leverage berarti proporsi hutang perusahaan
lebih tinggi dibandingkan proporsi aktivanya, sehingga resiko perusahaan akan
besar juga. Penelitian yang dilakukan Ashari (1994), Zuhroh (1996), dan Suranta
& Merdistusi (2004) menyatakan bahwa leverage memiliki pengaruh positif
terhadap praktik perataan laba. Sedangkan peneltian yang dilakukan Dewi dan
Carina, (2008) menunjukan bahwa leverage tidak memiliki pengaruh terhadap
praktik perataan laba.
Penelitian Priyo dan Gudono (2002), dan Suranta & Merdistusi (2004)
secara konsisten menyatakan perusahan yang berukuran besar memiliki
kecenderungan lebih besar untuk melakukan perataan laba dikarenakanperusahaan
besar umumnya akan mendapat lebih banyak perhatian dari berbagai pihak.
laba yang drastis, karena berpengaruh terhadap pajak perusahaan. Sebaliknya
dalam penelitian Ashari(1994) menyatakan bahwa perusahaan yang berukuran
kecil akan lebih cenderung untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan
perusahaan yang relatif lebih besar. Hasilpenelitian ini juga konsisten dengan
hasil penelitian Jatinigrum (2000), Dewi dan Carina(2008)
Dengan melihat latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka penulis
melakukan penelitian dengan judul: ”PENGARUH PROFITABILITAS,
LEVERAGE, DAN UKURANPERUSAHAAN TERHADAP PERATAAN LABA PADAPERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAMJAKARTA ISLAMIC
INDEX PERIODE 2012-2014”.
Perbedaan penilitian kali ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada
tahun penelitian, yaitu pada tahun 2012 sampai 2014.
B. RUMUSAN MASALAH
Maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positifsignifikanterhadap
praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Index?
2) Apakah profitabilitas perusahaan berpengaruhnegatif signifikan
terhadap praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di
Jakarta Islamic Index?
3) Apakah leverage perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap
praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta
C. TUJUAN PENELITIAN
1) Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan
terhadap praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di
Jakarta Islamic Index.
2) Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh profitabilitas terhadap
praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Index.
3) Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh leverage terhadap
praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Index.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi
pengembangan ilmu ekonomi, khususnya pada bidang ilmu akuntansi.
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
dan masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan dan
pertimbangan dalam hal pengambilan keputusan pada perusahaan saat
perusahaan menyusun laporan keuangan karena manejemen pihak
Bisa menjadi bahan penilaian dan pengukuran yang lebih baik atas
sebuah laporan keuangan sebuah perusahaan sebelum investor
melakukan investasi.
Hasil dari penelitian ini bisa menjadi bahan referensi dalam
penelitian yang lebih mendalam dan lebih baik lagi nantinya.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan di akuntansi
terutama dalam masalah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Jakarta Islamic Index (JII)
Pada tanggal 3 Juli 2000, PT Bursa Efek Indonesia bekerja sama
dengan PT Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan
indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah Islam yaitu Jakarta Islamic
Index (JII). Indeks ini diharapkan menjadi tolak ukur kinerja saham-saham
yang berbasis syariah serta untuk lebih mengembangkan pasar modal
syariah.
Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 saham yang dipilih dari
saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam. Pada awal peluncurannya,
pemilihan saham yang masuk dalam kriteria syariah melibatkan pihak
Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Investment Management. Akan
tetapi seiring perkembangan pasar, tugas pemilihan saham-saham tersebut
dilakukan oleh Bapepam-LK, bekerja sama dengan Dewan Syariah
Nasional. Hal ini tertuang dalam Peraturan Bapepam – LK Nomor II.K.1
tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.
Kriteria Pemilihan Saham yang Memenuhi Prinsip-prinsip
SyariahDari sekian banyak emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia,
syariah, sehingga saham-saham tersebut secara otomatis belum dapat
dimasukkan dalam perhitungan Jakarta Islamic Index.
Menurut Nurhayati & Wasilah (2010), penyertaan modal secara
syariah tidak diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun
non-syariah, melainkan pada saham yang memenuhi kriteria syariah. BEJ
bekerja sama dengan Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Investment
Management (DIM) telah mengembangkanJakarta Islamic Index (JII). JII
dimaksudkan sebagai tolok ukur(benchmark) untuk mengukur suatu
investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui indeks diharapkan
dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan
investasi dalam ekuiti secara syariah.
Kriteria pemilihan saham dalam JII menurut Dewan Pengawas
Syariah PT DIM (Danareksa Investment Management) harus melalui filter
syariah terlebih dahulu. Berikut ini 4 syarat yang harus dipenuhi agar
saham-saham tersebut dapat masuk kedalam JII :
1) Emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan yang
tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.
2) Bukan lembaga keuangan konvensional yang menerapkan sistem
riba, termasuk perbankan dan asuransi konvensional.
3) Usaha yang dilakukan bukan memproduksi,mendistribusikan, dan
4) Tidak menjalankan usaha memproduksi, mendistribusikan, dan
menyediakan barang/jasa yang merusak moral dan bersifat
mudharat.
2. Ukuran perusahaan
Menurut UU No 20 Tahun 2008 klasifikasi usaha dibagi menjadi
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
1) Usaha Kecil merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh individu atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik secara langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
memiliki kriteria usaha kecil seperti yang dijelaskan dalam Undang
– Undang ini.
2) Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh individu atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimilki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik secara langsung maupun tidak
langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana
dijelaskan dalam Undang – Undang ini.
3) Usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh
tahunan lebih besar dari usaha menegah, yang terdiri dari usaha
nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing
yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.
Ukuran perusahaan adalah suatu skala, yaitu dapat diklasifikasikan
besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total
aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lainlain. Ukuran perusahaan
dapat diukur menggunakan total aktiva, penjualan atau modal dalam
perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukuryang menujukkan besar
kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dariperusahaan. Perusahaan
yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan
tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimanadalam tahap ini arus
kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik
dalam jangka waktu yang relatif lama,selain itu juga mencerminkan
bahwa perusahaan relatif lebih stabil danlebih mampu menghasilkan
laba dibanding perusahaan dengan total asetyang kecil (Indriani, 2005
dalam Daniati dan Suahairi, 2006).
Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur pendanaan
perusahaan. Hal tersebut didasarkan pada semakin besar ukuran
perusahaan kebutuhan akan dana juga semakin besar. Salah satu
pendanaan yang tersedia yakni pendanaan eksternal. Pendanaan
3. Profitabilitas
Profitabilitas adalah ukuran yang dijadikan oleh para investor
untuk menilai sehat atau tidaknya suatu perusahaan dan juga dapat
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan investasi yang akan
datang. Menurut Sartono (2001) profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan,
total aktiva, maupun modal sendiri. Sedangkan menurut Munawir
(2002) menyatakan bahwa profitabilitas menggambarkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba untuk periode tertentu. Profitabilitas
suatu perusahaan diukur dari kemampuan perusahaan menggunakan
aktivanya secara produktif, dengan membandingkan antara laba yang
diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva perusahaan
tersebut. Tingkat profitabilitas yang tinggi mengindikasikan bahwa
kinerja suatu perusahaan berjalan dengan baik, sedangkan apabila
tingkat profitabilitas yang rendah menunjukkan bahwa kinerja dari
suatu perusahaan kurang baik dan akibatnya kinerja yang dilakukan
oleh manajer tampak buruk dimata investor.
Profitabilitas digunakan untuk menghitung seberapa besar tingkat
laba yang dihasilkan oleh perusahaan, semakin tinggi tingkat
profitabilitas maka semakin baik kinerja manajemen dalam mengelola
suatu perusahaan, sedangkan perusahaan dengan tingkat profitabilas
dibandingkan perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi. Perataan
laba dilakukan agar perusahaan terlihat lebih stabil, laba yang rata
diharapkan dapat menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja
yang baik walaupun profitabilitasnya rendah.
Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dapat menarik
para investor untuk menanamkan danyanya sabgai ekspansi bisnis,
sedangkan tingkat profitabilitas ang rendah akan menyebabkan
investor menarik dananya. Bagi perusahaan sendiri, profitabilitas
berfungsi sebagai alat evaluasi atas efektifitas pengelolaan kegiatan
operasional perusahaan. Brigham (2006), profitabilitas perusahaan
merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan, untuk
itu dibutuhkan suatu alat analisis agar dapat menilainya. Alat analasis
yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Rasio profitabilitas
mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang
didapat dari penjualan dari investasi.
4. Leverage
Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar
perusahaan tergantung pada kreditur dalam membiayai aset
perusahaan. Leverage mencerminkan tingkat risiko keuangan
tertagihnya suatu utang. Semakin tinggi leverage suatu perusahaan,
maka perusahaan memiliki resiko keuangan yang tinggi sehingga
menjadi perhatian dari para debtholders.
Makmun (2000) mengatakan Leverage keuangan (ratio leverage)
adalah perbandingan antara dana-dana yang dipakai untuk
membelanjai/membiayai perusahaan atau perbandingan antara dana
yang diperoleh dari ekstern perusahaan dengan kata lain dari
kreditur-kreditur dengan dana yang disediakan pemilik perusahaan.
Sedangkan menurut Sartono (1996) financial leverage adalah
penggunaan asset dan sumber dana (source of fund) oleh perusahaan
yang memiliki biaya tetap dengan maksud meningkatkan keuntungan
potensial pemegang saham,
Pendapat lain mengatakan bahwa semakin tinggi leverage,
kemungkinan besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap
kontrak hutang. Kontrak hutang berisi tentang bagaimana perusahaan
harus menjaga tingkat leverage tertentu (rasio hutang / equitas), maka
manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi
akan mengurangi kemungkinan perusahaan melanggar kontrak hutang.
Oleh karena itu semakin tinggi tingkat leverage, semakin besar
kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga
perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih
tinggi, hal ini dinyatakan oleh Belkaoui dan Karpik (dalam Anggraini,
5. Laba
Pengertian laba menurut Belkaoui(1993) dalam Dewi(2011) laba
merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang
merniliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada
umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, determinan
pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, dan
pengambilan keputusan, dan unsur prediksi. Pengertian laba yang
melandasi struktur akuntansi sekarang ini adalah laba akuntansi yang
merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya.
Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan aktiva sangat
bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. Dalam
hal ini laba hanya merupakan angka artikulasi dan dan tidak
didefinisikan tersendiri secara ekonomik seperti halnya aktiva atau
hutang. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah
pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur pendapatan
dan biaya akan diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda seperti:
laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak ,dan laba bersih.
Nani(2006) mengatakan ukuran yang sering dipakai untuk
menentukan suksesnya manajemen perusahaan adalah laba yang
diperoleh perusahaan. Sukses atau tidaknya suatu perusahaan pada
umumnya dilihat dari kemampuan manajemen dalam mengetahui
perusahaan juga tertarik pada hal yang berhubugan dengan laba yang
menjadi haknya yaitu seberapa banyak laba yang diinvestasikan
kembali dan seberapa banyak yang dibayarkan sebagai devisa bagi
mereka. Hal ini menjadi penting bagi investor guna mengevaluasi
kembali apakah dananya akan diinvestasikan di perusahaan tersebut
atau dalam hal ini disepakati sebagai dasar kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Terjadinya perubahan informasi atas laba bersih dari suatu
perusahaan melalui berbagai cara akan memberikan dampak yang
cukup berpengaruh terhadap tindak lanjut para pengguna informasi
yang bersangkutan, tidak terkecuali penerapan perataan laba oleh suatu
perusahaan. Tujuan dan alasan yang mendasari manajemen melakukan
perataan laba, tetap saja tindakan tersebut dapat merubah isi informasi
atas laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Hal ini perlu diwaspadai
oleh pengguna laporan keuangan, karena informasi yang telah
mengalami perubahan tersebut dapat menyesatkan pengambilan
keputusan yang akan diambil.
6. Perataan Laba
Pengertian Perataan Laba menurut Belkauoi (2000:73) perataan
laba adalah pengurangan fluktuasi laba dari tahun ke tahun dengan
memindahkan pendapatan dari tahun-tahunyang tinggi pendapatannya
danJohn (2010) menyatakan bahwa perataan laba merupakan bentuk
umum manajemen laba. Pada strategi ini, manajer meningkatkan atau
menurunkan laba yang dilaporkan untuk mengurangi fluktuasinya.
Perataan laba juga mencakup tidak melaporkan laba saat ini pada
periode buruk. Sasaran untuk melakukan perataan laba menurut Foster
(1986) dalam Nani (2006) dengan mengklasifikasikan unsur-unsur
laporan keuangan yaitu:
1) Unsur penjualan
a. Saat pembuatan faktur.
Sebagai contoh, penjualan yang sebenarnya untuk periode
yang akan datang pembuatan fakturnya dilakukan pada
periode ini dan dilaporkan sebagai penjualan periode ini.
b. Pembuatan pesanan atau penjualan fiktif
c. Downgrading (penurunan)
Sebagai contoh, dengan cara mengklasifikasikan produk
yang belum rusak ke dalam kelompok produk rusak dan
selanjutnya dilaporkan telah terjual dengan harga yang
lebih rendah dari harga yang sebenarnya.
2) Unsur biaya
a. Memecah-mecah faktur, misalnya faktur untuk sebuah
pembelian atau pesanan dipecah menjadi beberapa
beberapa faktur dengan tanggal yang berbeda kemudian
dilaporkan dalam beberapa periode akuntansi.
b. Mencatat prepayment (biaya dibayar dimuka) sebagai
biaya. Misalnya melaporkan biaya advertensi dibayar
dimuka untuk tahun depan sebagai biaya advertensi tahun
ini.
Heyworth (1953) dalam Sri Widodo (2011), bahwa perataan laba dengan
tujuan untuk memperbaiki hubungan dengan kreditur, investor dan karyawan serta
meratakan siklus bisnis melalui proses psikologis yaitu:
1) Mengurangi total pajak yang dibayarkan oleh perusahaan.
2) Meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan karena laba yang
stabil akan mendukung kebijakan pembayaran dividen yang stabil.
3) Meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan karena pelaporan
laba yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan
kenaikan gaji atau upah.
4) Siklus peningkatan dan penurunan laba dapat ditandingkan dan gelombang
optimisme dan pesimisme dapat diperlunak.
Sedangkan Dye (1988) dalam Edy Suwito dan Arleen (2005) menyatakan
bahwa perataan laba karena adanya motivasi internal dan motivasi eksternal,
dengan tujuan:
2) Mengidentifikasikan pengaruh atas permintaan internal dan eksternal atas
manajemen laba pada kebijakan pengumuman laba perusahaan yang
optimal.
3) Menjelaskan manfaat dan kerugian bagi pemegang saham akibat
dilakukannya manipulasi laba.
Berbagai teknik yang dilakukan dalam perataan laba Menurut Sopa Sugiarto
(2003), antara lain:
1) Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi.
Pihak mana-jemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi
melalui kebijakan manajemen sendiri (accruals) misalnya: pengeluaran
biaya riset dan pengembangan. Selain itu banyak juga perusahaan yang
menggunakan kebijakan diskon dan kredit, sehingga hal ini dapat
menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan penjualan pada bulan
terakhir tiap kuarter dan laba kelihatan stabil pada periode tertentu.
2) Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer
mempunyai wewenang untuk mengalokasikan pendapatan atau beban
untuk periode tertentu. Misalnya: jika penjualan meningkat, maka
manajemen dapat membebankan biaya riset dan pengembangan serta
amortisasi goodwill pada periode itu untuk menstabilkan laba. Perataan
melalui klasifikasi.
maka manajer dapat mengklasifikasikan pos itu pada pendapatan operasi
atau pendapatan non operasi.
Perataan laba dapat dilakukan dengan tiga cara (Nani,2006) , yaitu:
1) Manajemen dapat menen-tukan waktu terjadinya kejadian tertentu melalui
kebijakan yang dimiliki (misalnya biaya riset dan pengembangan) untuk
mengurangi variasi laba yang dilaporkan. Sebagai alternatif manajer juga
dapat menentukan waktu pengakuan kejadian tersebut. Jadi perataan laba
dapat dilakukan dengan pengendalian saat terjadinya atau saat pengakuan
suatu kejadian.
2) Mengubah metode akuntansi, manajer dapat mengalokasikan pendapatan
atau biaya tertentu untuk beberapa perioede akuntansi.
3) Manajer memiliki kebijakan sendiri dalam mengklasifikasikan pospos laba
rugi tertentu kedalam kategori berbeda. Contohnya pendapatan dan biaya
yang tidak berulang-ulang dapat diklasifikasikan sebagai ordinary atau
extraordinary item untuk menimbulkan kesan yang lebih merata pada
ordinary income yang dilaporkan.
Menurut Ronen dan Sadan (1981) dalam Nani (2006) cara-cara yang dapat
digunakan untuk melakukan perataanlaba adalah:
1) Melalui kejadian-kejadian dan pengakuan. Maksudnya, untuk mengurangi
fluktuasi laba yang dilaporkan manajemen dapat mengatursuatu tindakan
atau keputusan, misalnya yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian
2) Melalui alokasi. Manajemen melakukan perataan dengan
mengalokasikanpendapatan ataubiaya selama beberapa periodepelaporan.
3) Melalui klasifikasi. Manajemenmelakukan perataan dengan
mengklasifikasilaba sebagai ordinaryatau extraordinary item.
B. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad yusuf dan Soraya (2004)
dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan
Laba Pada Perusahaan Asing dan Non Asing di Indonesia dengan
variabel dependen perataan laba dan variabel indepen Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Operasi, Status Perusahaan
mendapatkan hasil Ukuran Perusahaadan status perusahaann,
profitabilitas tidak berpengaruh signifikan, sedangkan Leverage
Operasi memiliki pengaruh positif.
2. Fongnawati Budhijono (2006) melakukan penelitian dengan judul
Evaluasi Perataan Laba Pada Industri Manufaktur dan Lembaga
Keuangan yang Terdaftar di BEJ, dengan variabel depen perataan laba
dan variabel independen yang digunakan antara lain Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas, Kelompok Usaha, Leverage, Winner/Losser
Stock. Hasil yang didapat dari penelitian tersebut adalah Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas, dan winner/losser Stock berpengaruh
signifikan, sedangkan variabel Leverage Operasi dan Kelompok Usaha
3. Febby Rizki (2011) melakukan penelitian dengan judul Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba Pada
Perusahaan Property And Real Estate Di Bei. Variabel dependen yang
digunakan adalah perataan laba, sedangkan variabel independen yang
digunakan adalah debt assets ratio, net profit margin, return on assets
dan ukuran perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut adalah :
- Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara debt assets ratio
terhadap tindakan perataan laba.
- Terdapat pengaruh yang signifikan antara net profit margin
terhadap tindakan perataan laba.
- Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara return on assets
terhadap tindakan perataan laba.
- Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan
terhadap tindakan perataan laba.
4. Ratih Kartika Dewi (2011) melakukan penelitian dengan judul Analisa
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income
Smoothing) Pada Perusahaan Manufaktur Dan Keuangan Yang
Terdaftar Di Bei ( 2006-2009 ) menggunakan variabel dependen
perataan laba dan variabel independen ukuran perusahaan,
profitabilitas, financial leverage dan jenis industri. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
jenis industri tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan
laba.
5. Jatiningrum (2000) Menguji faktor-faktor yang berhubungan dengan
timbulnya perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Hasil yang diperoleh adalah bahwa ukuran perusahaan, sektor
industri bukan merupakan faktor pendorong tindakan laba sementara
profitabilitas merupakan faktor pendorong tindakan perataan laba.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Gandi Sukmajati Wicaksono (2012)
mengenai Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Dalam
Jakarta Islamic Index. Variabel dependen yang digunakan adalah
perataan laba, dan variabel independen yang digunakan adalah
Profitabilitas, Leverage, dan Ukuran perusahaan. Hasil penelitian ini
adalah dari ketiga variabel yang diuji yaitu Profitabilitas, Leverage,
Ukuran perusahaan, hanya Leverage yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap terjadinya perataan laba pada perusahaan yang
terdaftar dalam kelompok JII. Hal ini disebabkan jika perusahaan
memiliki banyak hutang, maka manajemen perusahaan akan cenderung
C. Hipotesis
1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap perataan laba.
Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan nilai logaritma
dari total aktiva. Perusahaan dengan aktiva yang besar atau termasuk
kedalam perusahaan berukuran besar cenderung melakukan perataan
laba untuk menghindari fluktuasi laba, hal ini dinyatakan dalam
penelitian yang dilakukan oleh Albretech (1990), Moses(1987), dan
Suranta & Merdistusi (2004). Sebaliknya dalam penelitian Ashari et al.
(1994) menyatakan perusahaan dengan aktiva kecil atau perusahaan
berukuran kecil itu cenderung melakukan perataan laba.
Berdasarkan penelitian tersebut, penelitian ini lebih condong untuk
menggunakan hasil penelitian Albretech (1990), Moses(1987), dan
Suranta & Merdistusi (2004) dalam pengambilan hipotesis. Maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut :
H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh positifterhadappraktik
perataan laba.
2. Pengaruh profitabilitas terhadap perataan laba.
Profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan rasio Return On
Asset (ROA) yang diukur dengan perbandingan antara laba setelah
pajak (laba bersih) dan total aktiva. Jika terjadi fluktuasi profitabilitas
yang rendah , membuat perusahaan cenderung melakukan perataan
yang di dapat perusahaan dalam suatu periode. Dalam penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Archibald (1967), Ashari et, al (1994),
), Carlson dan Chen Churamaiah (1997), Jatiningrum (2000), dan
Suranta & Merdistusi (2004) menyatakan bahwa profitabilitas
memiliki pengaruh positif terhadap perataan laba. Hasil ini tidak sama
dengan penelitian Tuty & Indrawati (2007) dan Juniarti & Corolina
(2005) yang menyatakan profitabilitas tidak mempengaruhi terjadinya
perataan laba.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dalam penelitian ini akan
menggunakan hipotesis berdasarkan hasil penelitian bahwa
profitabilitas berpengaruh negatif terhadap perataan laba. Hal ini
dikarenakan, dengan semakin tingginya ROA (profitabilitas) suatu
perusahaan cenderung melakukan perataan laba karena manajemen
mengetahui akan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba
pada masa mendatang sehingga memudahkan dalam menunda atau
mempercepat laba (Suranta & Merdistusi , 2004), maka hipotesis
penelitian yang diajukan sebagai berikut :
H2 : Tingkat profitabilitas berpengaruh negatif secara
signifikan terhadappraktik perataan laba.
3. Pengaruh Leverage terhadap perataan laba.
total hutang dan total aktiva. Leverage perusahaan memiliki pengaruh
positif terhadap terjadinya perataan laba. Hal ini berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Jin dan Mahfoedz (1998), Sartono 2004, Zuhroh
(1996) Ashari et al. (1994), Suranta & Merdistusi (2004), dan
Masodah (2007) yang secara bersama-sama sepakat bahwa faktor yang
mempengaruhi perataan laba adalah leverageoperasi.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dalam penelitian ini akan
menggunakan hipotesis leverage memiliki pengaruh positif terhadap
perataan laba. Hal ini dikarenakan, dengan semakin tingginya DTA
(leverage) suatu perusahaan cenderung melakukan perataan laba
karena dengan makin besarnya hutang suatu perusahaan, maka
perusahaan akan melakukan perataan laba untuk menghindari ancaman
default (gagal melunasi hutang tepat waktu) dengan cara menggunakan
metode akuntansi yang meningkatkan labanya (Masodah , 2007), maka
hipotesis penelitian yang diajukan sebagai berikut :
H3 : Leverage Operasi berpengaruh positif secara signifikan terhadap
D. Metode Penelitian
Gambar 2.1 Ukuran Perusahaan
Leverage
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index selama 2012 sampai 2014.
B. Teknik Pengambilan Sampel
Populasi penelitian ini menggunakan data perusahaan yang terdaftar di
JII, periode populasi mencakup data perusahaan yang listing di JII dari tahun
2012 sampai dengan tahun 2014. Jumlah seluruh perusahaan yang pernah
terdaftar dari awal terbentuknya JII adalah berjumlah 105 perusahaan. Sampel
penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di JII yang dipilih
dengan menggunakan metode Purposive Sampling. Adapun kriteria
pengambilan sampel yang diambil penulis adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan terdaftar didalam JII selama periode penelitian antara tahun
2012 sampai 2014
2. Perusahaan sampel adalah perusahaan di luar industri keuangan
3. Perusahaan memiliki data-data variabel yang dibutuhkan dalam penelitian
4. Laporan keuangan berakhir pada tanggal 31 Desember dan perusahaan
menggunakan mata uang Rupiah dalam pelaporan keuangan selama
C. Jenis Data
Data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder yang diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal Bursa efek
Indonesia (BEI) melalui situs resmi http://www.idx.co.id. Data yang
diperlukan adalah data dari laporan keuangan tahun 2012 – 2014 berdasarkan
daftar perusahaan yang terdaftar di dalam JII.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data pada penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi yaitu dilakukan dengan menelusuri, mengumpulkan, mencatat
dan menghitung dari data-data yang diperoleh dari Pusat Referensi Pasar
Modal Bursa efek Indonesia (BEI) melalui situs resmi http://www.idx.co.id
dengan cara di download.
E. Definisi Operasional Variabel
Variabel merupakan suatu besaran yang dapat diubah atau berubah
sehingga mempengaruhi peristiwa atau hasil penelitian. Dengan
menggunakan variabel, menjadikan pemahaman terhadap permasalahan akan
lebih mudah.
1. Variabel dependen
Variabel dependen dari penelitian ini adalah perataan laba yang akan
perataan laba (Eckel, 1981). Variabel dependen ini menggunakan variabel
dummy dalam penentuan status perusahaan perata laba dan bukan perata
laba, akan diberikan nilai satu (1) jika perusahaan bukan perata laba dan
nilai nol (0) jika perusahaan termasuk perata laba. Laba yang digunakan
untuk menghitung Indeks Eckel adalah Net Income, karena kecenderungan
perhatian investor lebih besar kepada nilai laba paling akhir yang diperoleh
oleh perusahaan. Alasan dipilihnya IE sebagai pengukuran terjadinya
perataan laba atau tidak di suatu perusahaan adalah IE merupakan pemisah
yang jelas antara perata laba dengan bukan perata laba berdasarkan
perhitungan statistik selain itu IE juga bisa mengukur terjadinya perataan
laba dengan cara menjumlahkan pengaruh dari beberapa variabel perata
laba yang potensial dan menyelidiki pola dari perilaku perataan laba dalam
periode tertentu (Ashari et al , 1994) Rumus dalam perhitungan perataan
laba adalah sebagai berikut :
ISi =
Dimana :
CV Sales i = Coefficients of variation of sales
CV Income i = Coefficients of variation of income
Berdasarkan Indeks Eckel (1981), perusahaan diklasifikasikan
kedalam kelompok perataan laba bila :
CV Sales i > CV Income i
Untuk Coefficients of Variation (CV) dari sales dan income dapat
dan
Dimana :
Sales = Standard Deviation of Sales
Income = Standard Deviation of Income
Sales = Means of Sales
Income = Means of Income
2. Variabel Independent
Variabel Independent adalah variabel yang nilainya tidak bergantung
dengan variabel lainnya. Variabel ini dapat mempengaruhi variabel yang
lainnya. Penelitian ini menggunakan Lima variabel independen untuk
meneliti pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen ataupun berpengaruh secara bersama-sama. Variabel independen
yang ada dalam penelitian ini adalah :
a. Ukuran Perusahaan
Pengukuran untuk menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan
antara lain dengan : Total Sales, Average Sales Rate, dan Total Aktiva.
Dalam penelitian ini variabel ukuran perusahaan menggunakan Total
Aktiva yang diukur dengan menggunakan nilai logaritma (Ln) dari total
aktiva. Alasan dipilihnya Total aktiva sebagai pengukuran ukuran
perusahaan adalah nilai total aktiva mencerminkan harta atau kekayaan
yang dimiliki oleh perusahaan, jika nilai total aktiva semakin besar
dengan Total sales dan Average Total Sales yang nilai pengukurannya
berdasarkan nilai penjualan. Perusahaan besar dengan total aktiva yang
besar cenderung melakukan perataan laba untuk menghindari fluktuasi
laba yang terlalu drastis, karena semakin besar fluktuasi laba akan
menyebabkan bertambahnya pajak. Sebaliknya, penurunan laba yang
drastis akan menurunkan citra perusahaan (Suranta & Merdistusi ,
2004).
Size = Total Aktiva b. Profitabilitas Perusahaan
Ada beberapa rasio untuk mengukur profitabilitas, seperti : Net
Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin (GPM), Return On Equity
(ROE), dan Return On Asset (ROA). Dalam penelitian ini pengukuran
variabel profitabilitas perusahaan adalah dengan menggunakan rasio
Return On Asset (ROA) yang diukur dengan perhitungan antara laba
bersih dengan total aktiva. Alasan dipilihnya ROA sebagai rasio
pengukurannya adalah karena ROA menunjukkan kemampuan dari
modal yang di investasikan kedalam bentuk total aktiva untuk
menghasilkan laba atau dengan kata lain ROA menunjukkan seberapa
besar tingkat pengembalian dari aktiva yang dimiliki perusahaan. Hal
ini berbeda jika dibandingkan dengan NPM dan GPM yang memakai
jumlah penjualan sebagai dasar pengukurannya. Begitu pula dengan
ROE, tidak dipilih sebagai rasio pengukuran karena lebih baik bila
sejenis. Perusahaan cenderung melakukan Income Minimization saat
memperoleh tingkat profitabilitas tinggi. Tingkat profitabilitas yang
stabil akan memberikan keyakinan pada investor bahwa perusahaan
tersebut memiliki kinerja baik dalam menghasilkan laba (Scott, 2000)
Profitability (ROA) =
Dimana :
NI = Laba Bersih (Net Income)
TA = Total Aktiva (Total Asset)
c. Leverage
Untuk mengukur Leverage ada beberapa rasio yang bisa
digunakan, seperti :Debt To Equity Ratio (DER), Debt To Asset Ratio
(DTA), dan Times Interest Earned Ratio (TIER). Dalam penelitian ini
variabel leverage perusahaan menggunakan Debt to Asset (DTA)
sebagai rasio pengukurannya. Dimana pengukuran dari DTA
perusahaan ini adalah rasio antara total hutang dengan total aktiva.
Alasan dipilihnya DTA sebagai rasio pengukurannya adalah karena
DTA menunjukkan persentase dana yang diberikan kreditor bagi
perusahaan, dalam hal ini digunakan perusahaan untuk membiayai total
aktivanya. Rasio DTA lebih baik mengukur leverage perusahaan karena
berbeda dengan DER, yang hanya mengukur jumlah modal sendiri yang
dijaminkan atas hutang. Begitu juga dengan TIER, yang hanya
pelanggaran perjanjian hutang dapat dilihat dari kemampuan pelunasan
hutang dalam perhitungan DTA. Perusahaan dengan tingkat leverage
atau DTA yang tinggi diduga melakukan perataan laba karena
perusahaan terancam default dalam pelunasan hutangnya, sehingga
manajemen membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan
(Arik & Gerianta 2010)
Leverage (DTA) =
F. Metode Analisis Data
Analisis data yang dilakukan meliputi statistik deskriptif dan analisis
regresi logistik untuk pengujian hipotesis.
1. Statistik deskriptif
Penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif seperti
rata-rata, nilai maksimum, minimum dan standar deviasi. Analisis ini ditujukan
untuk memberikan gambaran awal tentang variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian.
2. Uji hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan secara multivariate dengan
menggunakan regresi logistik. Regresi logistik digunakan karena
penelitian ini menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat
diprediksi dengan variabel bebasnya. Disamping itu asumsi multivariate
merupakan kombinasi antara metrik dan nominal (non-metrik) (Ghozali,
2011).
Model logistic regression yang akan digunakan dalam penelitian ini
dapat dijabarkan sebagai berikut:
ln (p/(1-p) = o + 1SIZE + 2PROF + 3LEV + e
Keterangan:
ln (p/(1- p) = Simbol yang menunjukkan probabilitas perataan laba
SIZE = ukuran perusahaan
PROF = profitabilitas
LEV = leverage
e = error term
Pengujian hipotesis menggunakan regresi logistik meliputi
langkah-langkah sebagai berikut (Ghozali, 2011):
a. Pengujian kelayakan model regresi
Pengujian kelayakan model regresi dilakukan dengan menggunakan
Goodness of fit test yang diukur dengan nilai Chi-Square pada bagian
bawah uji Hosmer and Lemeshow. Model regresi layak digunakan
untuk analisis selanjutnya apabila tidak ada perbedaan yang nyata
antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati,
b. Menilai model fit
Pengujian model fit dengan membandingkan nilai antara -2 Log
Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number=0) dengan nilai -2 Log
Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number=1). Adanya pengurangan
nilai antara -2LL awal (initial -2LL function) dengan nilai -2LL pada
langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang
dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2011).
c. Koefisien determinasi
Nilai Nagelkerke R square dapat diinterpretasikan seperti nilai R square
pada regresi berganda (Ghozali, 2011). Koefisien determinasi
menunjukkan prosentase besarnya pengaruh semua variabel independen
terhadap nilai variabel dependen. Besarnya koefisien determinasi dari 1
sampai 1. Semakin mendekati nol, maka semakin kecil pengaruhnya
sebaliknya semakin mendekati satu maka semakin besar pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen.
d. Matriks klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi
untuk memprediksi kemungkinan ketepatan waktu pelaporan keuangan.
e. Menguji koefisien regresi
Pengujian Hipotesis dengan logistic regression menggunakan kriteria
sebagai berikut:
-Jika Sig. < α (0,05) dan koefisien searah dengan hipotesis, maka
-Jika Sig. > α (0,05) dan atau koefisien tidak searah dengan hipotesis,
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil pemilihan sampel dengan metode purposive sampling terhadap
perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Jakarta Islamic Index selama
2012 sampai 2014, diperoleh jumlah sampel sebanyak 22 perusahaan. Proses
pemilihan sampel disajikan pada table berikut:
TABEL 4.1.
Proses Pemilihan Sampel
Uraian Jumlah
Perusahaan terdaftar di Jakarta Islamic Index selama 2012 sampai 2014
Perusahaan masuk dalam industry keuangan
26
(3) Perusahaan tidak mempublikasikan laporan keuangan
menggunakan tahun buku yang berakhir pada 31 Desember dan menggunakan mata uang selain Rupiah
(0)
Perusahaan mengalami kerugian selama periode penelitian (1)
Perusahaan yang memenuhi kriteria sampel 22
A. Klasifikasi Perataan Laba
Praktik perataan laba dihitung dengan menggunakan indeks Eckel
berdasarkan data penjualan dan laba bersih setelah pajak dari 22 perusahaan
sampel.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung indeks Eckel adalah
sebagai berikut:
a. Menghitung Means of Sales dan Means of Earnings
c. Menghitung Coefficient of Variation of Sales dan Coefficient of Variation of
Earnings perusahaan yang diteliti.
d. Membandingkan Coefficient of Variation of Sales dan Coefficient of Variation
of Earnings.
e. Perusahaan diklasikafikasi sebagai perata laba jika Coefficient of Variation of
Sales > Coefficient of Variation of Earnings. Sedangkan perusahaan
diklasifikasikasi sebagai bukan perata laba jika Coefficient of Variation of
Sales < Coefficient of Variation of Earnings.
Hasil perhitungan klasifikasi sampel ke dalam perusahaan yang melakukan
praktik perataan laba berdasarkan indeks Eckel (1981) disajikan pada tabel
berikut:
TABEL 4.2.
Hasil Perhitungan Indeks Eckel
Kode CV CV Status
Perusahaan of sales of earnings Perusahaan
AALI 0.5315 13.2203 Bukan Perata Laba
ADRO 0.6094 -0.2549 Perata Laba
ASII 0.1461 1.8982 Bukan Perata Laba
ASRI 1.0900 -15.6857 Perata Laba
BMTR 0.2641 -1.7402 Perata Laba
CPIN 0.1103 -1.5493 Perata Laba
ICBP 0.1667 1.4894 Bukan Perata Laba
INCO 0.5762 0.5682 Perata Laba
INDF 0.4293 0.2521 Perata Laba
INTP 0.0355 0.3666 Bukan Perata Laba
KLBF 0.2678 0.1292 Perata Laba
LPKR 0.8158 0.7024 Perata Laba
MNCN 0.2831 0.2223 Perata Laba
MPPA 0.2325 0.3326 Bukan Perata Laba
PTBA -2.5051 -0.0009 Bukan Perata Laba
PTPP 0.6512 0.0014 Perata Laba
SMGR 0.3271 0.6313 Bukan Perata Laba
SMRA 0.3257 0.0204 Perata Laba
TLKM 0.0721 0.2503 Bukan Perata Laba
UNTR -6.0146 -4.5102 Bukan Perata Laba
WIKA 0.5629 0.0292 Perata Laba
Sumber : Hasil analisis data
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh jumlah perusahaan yang
melakukan perataan laba sebanyak 12 perusahaan, sedangkan perusahaan yang
tidak melakukan praktik perataan laba sebanyak 10 perusahaan (Perhitungan
selengkapnya lihat lampiran).
B. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
TABEL 4.3.
Hasil Analisis Deskriptif
Variabel Minimum Maksimum Mean Std. Deviasi
Perusahaan Perata Laba
SIZE 16,335 18,269 17,00258 0,662277
PROF 0,029 0,171 0,08017 0,042475
LEV 0,210 0,836 0,49217 0,186617
Perusahaan Bukan Perata Laba
SIZE 15,578 19,279 17,34970 1,076536
PROF 0,080 0,183 0,13380 0,030459
LEV 0,142 0,596 0,38790 0,127896
Sumber : Hasil analisis data
Tabel 4.3 menunjukkan ukuran perusahaan (SIZE) untuk perusahaan yang
melakukan praktek perataan laba memiliki rata-rata sebesar 14,28867 dengan
deviasi standar 1,526146. Profitabilitas (PROF) memiliki nilai rata-rata sebesar
0,11783 dengan deviasi standar 0,044055. Leverage (LEV) memiliki rata-rata
sebesar 0,17583 dengan deviasi standar 0,217469.
Pada perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba, ukuran
perusahaan (SIZE) untuk perusahaan yang melakukan praktek perataan laba
memiliki rata-rata sebesar 14,28867 dengan deviasi standar 1,526146.
standar 0,044055. Leverage (LEV) memiliki rata-rata sebesar 0,17583 dengan
deviasi standar 0,217469.
C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis
multivariate dengan menggunakan regresi logistik (logistic regression), untuk
menguji pengaruh variabel independen yang meliputi ukuran perusahaan (SIZE),
profitabilitas (PROF), dan leverage (LEV) terhadap variabel dependen (praktik
perataan laba) yang bersifat binary yaitu perusahaan yang melakukan dan tidak
melakukan praktik perataan laba.
1. Pengujian Kelayakan Model Regresi
Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan
menggunakan Goodness of fit test yang diukur dengan nilai Chi-Square pada
bagian bawah uji Hosmer dan Lemeshow.
TABEL 4.4.
Hosmer dan Lemeshow Test
Sumber: Hasil analisis data
Tabel 4.4 memperlihatkan nilai p-value sebesar 0,189 > 0,05, berarti
model regresi layak digunakan untuk analisis selanjutnya karena tidak ada
perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi
yang diamati.
Hosmer and Lemeshow Test
11.237 8 .189
Step 1
2. Menilai Model Fit
Pengujian model fit dengan membandingkan nilai antara -2 Log
Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number=0) dengan nilai -2 Log
Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number=1). Adanya pengurangan nilai
antara -2 LL awal (initial -2LL function) dengan nilai -2LL pada langkah
berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit
dengan data.
TABEL 4.5.
Perbandingan Nilai -2LL Awal dengan -2LL Akhir
-2 Log Likelihood Nilai
Awal (Block Number=0)
Akhir (Block Number=1)
30,316
16,703
Sumber: Hasil analisis data
Tabel 4.5 memperlihatkan angka -2LL awal (Block Number=0) sebesar
30,316, sedangkan angka -2LL akhir (Block Number=1) mengalami
penurunan menjadi 16,703. Penurunan likelihood ini menunjukkan model
regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit
3. Koefisien Determinasi
Nilai Nagelkerke R square dapat diinterpretasikan seperti nilai R square
pada regresi berganda (Ghozali, 2005). Hasil perhitungan nilai Nagelkerke R
square disajikan pada tabel berikut:
TABEL 4.6.
Nilai Nagelkerke R Square
Sumber: Hasil analisis data
Tabel 4.6 memperlihatkan nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,617 yang
berarti praktik perataaan laba yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel
ukuran perusahaan (SIZE), profitabilitas (PROF), dan leverage (LEV) adalah
sebesar 61,7 persen, sedangkan sisanya 38,3 persen dijelaskan oleh
variabel-variabel lain di luar model penelitian.
4. Matrik Klasifikasi
Matrik klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi
untuk memprediksi probabilitas praktik perataan laba.
Model Summary
TABEL 4.7.
Matrik Klasifikasi
Sumber: Hasil analisis data
Tabel 4.7 memperlihatkan kekuatan prediksi untuk memprediksi praktik
perataan laba adalah sebesar 86,4 persen. Model regresi yang diajukan
menunjukkan dari total 9 perusahaan sampel yang bukan perata laba ada 8
perusahaan (80 persen) yang diprediksi tidak akan melakukan praktik perataan
laba. Kekuatan prediksi model untuk sampel perata laba adalah sebesar 91,7
persen, yang berarti bahwa dengan model regresi yang diajukan ada 11
perusahaan yang diprediksikan akan melakukan praktik perataan laba dari
total 12 data perusahaan sampel perata laba.
5. Menguji Koefisien Regresi
Hasil pengujian koefisien regresi logistik pada tingkat signifikansi 5
persen disajikan pada tabel berikut:
TABEL 4.8.
Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik
Sumber: Hasil analisis data
Hasil perhitungan tersebut diperoleh model logistic regression sebagai
berikut:
1. Pengujian Hipotesis Pertama (H1)
Variabel ukuran perusahaan (SIZE) mempunyai koefisien negatif
sebesar -1,745 dan secara statistik tidak signifikan (p=0,122>0,05), sehingga
dapat disimpulkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
kemungkinan suatu perusahaan melakukan praktek perataan laba. Hasil ini
tidak sesuai dengan hipotesis pertama (H1) yang menyatakan terdapat
Variables in the Equation
-1.745 1.128 2.390 1 .122 .175
-71.721 35.716 4.032 1 .045 .000
-8.294 8.359 .984 1 .321 .000
41.468 24.464 2.873 1 .090 1E+018
SI ZE
pengaruh yang signifikan dari ukuran perusahaan terhadap tindakan perataan
laba yang dilakukan oleh perusahaan.
2. Pengujian Hipotesis Kedua (H2)
Variabel profitabilitas (PROF) memiliki koefisien negatif sebesar
-71,721 dengan p-value (0,045) < 0,05, berarti profitabilitas berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap kemungkinan suatu perusahaan melakukan
praktik perataan laba. Semakin besar profitabilitas perusahaan maka semakin
kecil kemungkinan suatu perusahaan melakukan praktik perataan laba. Hasil
ini sesuai dengan hipotesis kedua (H2) yang menyatakan terdapat pengaruh
negatif yang signifikan dari rasio profitabilitas terhadap tindakan perataan
laba yang dilakukan oleh perusahaan.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga (H3)
Variabel leverage (LEV) mempunyai koefisien negatif sebesar -8,294
dan secara statistik tidak signifikan (p=0,321 > 0,05), sehingga dapat
disimpulkan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan
suatu perusahaan melakukan praktek perataan laba. Hasil ini tidak sesuai
dengan hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan terdapat pengaruh yang
signifikan leverage terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh
perusahaan.
D. Pembahasan
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan ukuran perusahaan tidak