PENGARUH PROPORSI KOMISARIS INDEPENDEN,
UKURAN KOMITE AUDIT, DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP SIKLUS KONVERSI KAS (CASH CONVERSION
CYCLE)
(Studi Empiris pada Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Muthia Rahmadani Sadono
1112082000026
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Pengaruh Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Siklus Konversi Kas
(Studi Empiris pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Muthia Rahmadani Sadono
NIM : 1112082000026
Di Bawah Bimbingan :
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis Tanggal Sembilan Bulan Juni Tahun Dua Ribu Enam Belas telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa/i:
1. Nama : Muthia Rahmadani Sadono
2. NIM : 1112082000026
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi :“Pengaruh Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Komite
Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Siklus Konversi Kas”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa/i tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 09 Juni 2016
1. Dr. Rini, Ak., CA.
NIP 19760315 200501 2 002
2. Fitri Yani Jalil, SE., M.sc.
Hari ini Senin, 19 September 2016 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas
mahasiswa/i:
1. Nama : Muthia Rahmadani Sadono
2. NIM : 1112082000026
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi :“Pengaruh Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Komite
Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Siklus Konversi
Kas”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa/i tersebut
di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 September 2016
1. Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA.
NIP 19720516 200901 1 006
2. Yusro Rahma, SE.,M.Si.
NIP 19800506 200801 2 016
3. Ismawati Haribowo, SE.,M.Si.
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Muthia Rahmadani Sadono
NIM : 1112082000026
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwadalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain.
3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menggunakan
sumber asli atau tanpa menyebut pemilik karya.
4. Mengerjakan sendiri karya ilmiah ini dan mampu bertanggungjawab
atas karya ini.
Kalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap : Muthia Rahmadani Sadono
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Pebruari 1994
3. Alamat : KPP IPB Baranang Siang 4, Blok D No. 17,
RT 02 RW 10, Kelurahan Tanah Baru,
Kecamatan Bogor Utara, Bogor 16154
4. Telepon : 085692221213
5. Email : rahmadani_muthia@yahoo.com
II. PENDIDIKAN
No. Nama Sekolah Tahun Ajaran
1. TK Islam Insani 1999-2000
2. SDN Papandayan 1 2000-2006
3. SMP Negeri 2 Bogor 2006-2009
4. SMA Negeri 3 Bogor 2009-2012
5. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2012-2016
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Panitia Orientasi Pengenalan Akademik Mahasiswa/i UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
2. Panitia Acara GALAKSI (Gebyar Lomba Akuntansi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
IV. DATA KELUARGA
No. Keterangan Nama
1. Ayah Dwi Sadono
2. Ibu Rohati
THE INFLUENCE OF INDEPENDENT COMMISSIONER, AUDIT COMMITTEE AND FIRM SIZE TO CASH CONVERSION CYCLE
ABSTRACT
This research aims to analyze and get empirical evidence about the effect of independent commissioner, audit committee and firm size on cash conversion cycle. Independent commissioner was measured by proportion of independent commissioner to board of commissioner, audit committee was measured by size of audit committee, and firm size was measured by logaritma natural of total revenue (LnTR).Sample of this research wereconsumer goods industry companies which were listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) during 2013-2015 period. The number of manufacturing companies in this study were 33 companies with 3 years observation that acquired by using purposive sampling method..Hypothesis in this research were tested by multiple regression model. The results of this research showed that independent commissioner and audit committee not significantly influence on cash conversion cycle. In the other hand, firm size had significant negatively influence on cash conversion cycle.
PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN, KOMITE AUDIT DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP SIKLUS KONVERSI KAS (CASH
CONVERSION CYCLE)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh dewan komisaris independen, komite audit, dan ukuran perusahaan terhadap siklus konversi kas. Dewan komisaris independen diukur dengan menghitung proporsi dewan komisaris independen terhadap jumlah anggota dewan komisaris, komite audit diukur dengan skor efektivitas komite audit, dan ukuran perusahaan diukur dengan logaritma nartural total revenue (LnTR). Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2015. Jumlah perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 35 perusahaan selama 3 tahun dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa komisaris independen dan komite audit tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap siklus konversi kas. Sedangkan ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap siklus konversi kas.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini dengan baik. Shalawat serta Salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran,
beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak sedikit
hambatan dan kesulitan yang ditemui. Namun berkat kerja keras, bimbingan, masukan-masukan yang positif, do’a dan dorongan dari berbagai pihak, segala macam kendala yang dihadapi dapat diatasi. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan
terimakasih yang setulusnya kepada:
1. Keluarga tercinta Ayahanda Dwi Sadono dan Ibunda Rohati yang tak
hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang serta memberikan
dukungan moril dan materil. Adik Mughit Khairy yang selalu mendoakan
dan mendorong penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih
cita-cita. Semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya.
2. Seluruh anggota keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberikan
dukungan untuk kesuksesan penulis.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si., Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., CA., MM., Sekretaris Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk memberikan motivasi, nasihat dan saran dalam menjalani
perkuliahan.
6. Ibu Yusro Rahma, SE., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktu serta tak pernah lelah memberikan pengarahan
dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan. In sya Allah ilmu yang telah Ibu dan
Bapak berikan dapat bermanfaat dan diberikan keberkahan dari Allah SWT.
8. Seluruh Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah membantu dalam berbagai kegiatan akademik.
9. Sahabat-sahabatku semasa sekolah Anastasia, Annisa Trianadewi, Ellin
Handayani, Enno Elis Amalia, Denasta Oktafira, Dini Megasari, Ghina
Waniar, Hilda Nursadiah, Karina Demante, Kartika Nurfadillah, Nurul
Afiifah Ghifari, Rahmawati Putri, Ratna Wulansari, Satya Nur Aisha,
Sevira, Siti Nurlaela, Syakina Oktaviani, Verissa Rana Khansa, Yulia Zahra,
dan Zata Yumni yang selalu mendoakan kelancaran penulis dalam
mengerjakan skripsi, tempat berbagi cerita, meluangkan waktunya untuk
penulis, dan yang selalu membuat saya rindu kota tempat saya tinggal.
Semoga hubungan silaturahmi kita selalu baik dan sukses untuk kita semua.
10. Sahabatku tersayang Aninditia Hardianti, Desi Trisnawati, Haifa Najib, Inayah Ats’tsaqafiyah, Laila Ramadiana, Lidiyna Khoirul Fatih, Nova Yulianti, Opi Widiyanti, Rini Dwi Anggraini, dan Tasya Chasanah Marpid
yang selalu memberikan masukan positif, semangat, motivasi dan menjadi
tempat berbagi cerita selama menjalani perkuliahan. Semoga kita diberi
kesuksesan dan tetap terjalin hubungan silaturahim yang baik diantara kita.
11. Teman-teman “Bolang Akuntansi 2012” yang sudah mendoakan, memberi
semangat, dan juga tempat berbagi keseruan semasa kuliah.
12. Teman-teman seperjuangan Jurusan Akuntansi Angkatan Tahun 2012,
kebersamaannya. Semoga tetap terjalin hubungan silaturahim yang baik
diantara kita.
13. Teman-teman KKN Parahita 2015 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terimakasih untuk semangat dan kebersamaannya. Semoga tetap terjalin
hubungan silaturahim yang baik diantara kita.
Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada semua pihak yang namanya tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga bantuan, bimbingan, dukungan, motivasi dan do’a yang telah diberikan dapat menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan di akhirat. Aamiin yaa robbal’alamin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa betapapun penulis telah berusaha
untuk menyusun skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun masih terdapat
berbagai kekurangan dan kelemahan. Karena itu kritik dan saran dari pembaca
akan penulis terima dengan hati terbuka. Penulis berharap skipsi ini dapat
membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 9 September 2016
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
ABSTRACT ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penulisan ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
A. Tinjauan Literatur ... 12
1. Teori Keagenan ... 12
2. Manajemen Modal Kerja ... 14
a. Pengertian Manajemen Modal Kerja ... 14
b. Jenis Manajemen Modal Kerja ... 14
c. Konsep Manajemen Modal Kerja ... 16
f. Siklus Konversi Kas ... 19
3. Dewan Komisaris Independen ... 24
4. Komite Audit ... 28
5. Ukuran Perusahaan ... 31
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ... 32
1. Proporsi Dewan Komisaris Independen dengan Siklus Konversi Kas ... 32
2. Efektivitas Komite Audit dengan Siklus Konversi Kas ... 33
3. Ukuran Perusahaan dengan Siklus Konversi Kas ... 34
C. Penelitian Sebelumnya ... 34
D. Kerangka Pemikiran ... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 40
B. Metode Penentuan Sampel ... 40
C. Metode Pengumpulan Data ... 41
D. Metode Analisis Data ... 42
1. Satatistik Deskriptif ... 42
2. Uji Asumsi Klasik ... 43
a. Uji Normalitas ... 43
b. Uji Multikolinieritas ... 43
c. Uji Heterokedastisitas ... 44
d. Uji Autokorelasi ... 45
3. Analisis Regresi ... 45
4. Uji Statistik ... 46
a. Koefisien Determinasi ... 46
b. Uji Signifikansi Simultan ... 47
c. Uji Signifikansi Parameter Individual ... 48
E. Operasional Variabel Penelitian ... 48
1. Variabel Dependen ... 48
2. Variabel Independen ... 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 54
1. Deskripsi Objek Penelitian ... 54
2. Deskripsi Sampel Penelitian ... 54
B. Analisis dan Pembahasan ... 56
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 56
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 59
a. Uji Normalitas ... 59
b. Uji Multikolonieritas ... 62
d. Uji Autokorelasi ... 66
3. Uji Koefisien Determinasi ... 66
4. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ... 68
a. Uji Signifikansi Simultan ... 68
b. Uji Signifikansi Parameter Individual ... 69
BAB V PENUTUP ... 74
A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 75
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Penelitian-penelitian Terdahulu ... 35
Tabel 3.1 : Operasional Variabel ... 53
Tabel 4.1 : Proses Seleksi Sampel ... 55
Tabel 4.2 : Statistik Deskriptif ... 57
Tabel 4.3 : Hasil Uji Normalitas Sebelum Pengurangan Data Outlier ... 60
Tabel 4.4 : Hasil Uji Normalitas Setelah Pengurangan Data Outlier ... 61
Tabel 4.5 : Hasil Uji Multikolonieritas ... 62
Tabel 4.6 : Ringkasan Hasil Uji Multikolonieritas ... 63
Tabel 4.7 : Uji Glejser ... 65
Tabel 4.8 : Hasil Uji Heterokedastisitas ... 65
Tabel 4.9 : Hasil Uji Autokorelasi ... 66
Tabel 4.10 : Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 67
Tabel 4.11 : Hasil Uji Signifikansi Simultan ... 68
Tabel 4.12 : Uji Signifikansi Parameter Individual ... 69
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Nama Perusahaan Industri Barang Konsumsi ... 81
Lampiran 2 : Daftar Pertanyaan Skoring Efektifitas Komite Audit ... 82
Lampiran 3 : Hasil Siklus Konversi Kas ... 87
Lampiran 4 : Hasi Proporsi Dewan Komisaris Independen ... 89
Lampiran 5 : Hasil Efektivitas Komite Audit ... 91
Lampiran 6 : Hasil Logaritma Natural Total Revenue Ukuran Perusahaan ... 93
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Era globalisasi yang telah berkembang sampai saat ini memberikan
peluang bagi perekonomian dunia. Setiap negara memiliki kesempatan
untuk mengembangkan perekonomian negaranya agar mampu bersaing
dalam pasar dunia termasuk Indonesia. Peluang tersebut digunakan oleh
perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk mengembangkan usahanya.
Perusahaan dikatakan berhasil apabila memiliki manajemen yang mampu
memprediksi kemungkinan di masa mendatang baik dalam jangka pendek
maupun dalam jangka panjang. Selain itu juga mampu menghadapi
persaingan ketat dengan pesaing bisnis lainnya. Pada dasarnya pendirian
suatu perusahaan didasari oleh suatu tujuan. Dimana tujuan suatu
perusahaan ialah untuk menghasilkan laba, meningkatkan pertumbuhan
perusahaan, memaksimalkan nilai perusahaan, dan mensejahterakan para
pemegang saham. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan manajemen
yang efektif dan efisien.
Pada umumnya kinerja perusahaan dikaitkan dengan pencapaian
laba perusahaan dimana manajer dituntut untuk mampu mengelola
modalnya dengan efektif dan efisien. Manajer bertanggung jawab untuk
membuat suatu keputusan berinvestasi dan kebijakan keuangan
perusahaan. Di samping itu, perilaku pengambil keputusan dipengaruhi
melaksanakan tugasnya maupun kepentingan pribadinya yang menyangkut
kepentingan materiil (imbalan) dan non-materiil (penghargaan) (Ishak dan
Arief, 2015:13). Pengambilan keputusan oleh manajer keuangan pada
dasarnya terkonsentrasi pada tiga hal, yaitu struktur modal, penganggaran
modal dan manajemen modal kerja. Modal kerja atau working capital
merupakan suatu aktiva lancar yang digunakan dalam operasi perusahaan.
Setiap manajer harus merencanakan berapa besar aktiva lancar yang harus
dimiliki perusahaan setiap bulan bahkan tahun dan darimana aktiva lancar
tersebut harus dibiayai (Sri Ambarwati, 2010:111).
Setiawan (2015) mengemukakan dalam tulisannya pada satu situs
berita online mengenai masalah kesulitan keuangan yang dialami
perusahaan elektronik asal Jepang, Sharp. Dimana Sharp dinilai telah
mengalami kerugian terus menerus akibat penjualan yang terus menurun
sehingga mengalami kesulitan keuangan. Pada tahun 2015 triwulan ketiga
laba operasi perusahaan menurun hingga 86 persen. Kesalahan manajemen
dalam mengelola modal kerja yang tidak optimal dinilai sebagai salah satu
faktor yang mengakibatkan penurunan pada penjualan, sehingga
persediaan masih banyak yang tidak habis terjual. Kasus kesulitan
keuangan juga dialami pada oleh perusahaan besar Amerika pada tahun
2001 lalu yaitu Enron. Dimana Enron telah melakukan kecurangan pada
laporan keuangannya sehingga ikut menyeret kantor akuntan ternama yaitu
Andersen. Kesuksesan Enron ternyata hanya topeng yang menutupi
memiliki utang yang luar biasa dan aset perusahaan yang sangat minim
yang mengakibatkan pada kebangkrutan. Dari dua kasus di atas terdapat
salah satu faktor penyebab perusahaan mengalami pailit yaitu manajemen
yang tidak efisien yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara
modal, utang dan piutang.
Penyediaan modal kerja yang cukup merupakan upaya manajemen
yang strategis, dimana setiap perusahaan mengupayakan penyediaan
modal kerja yang cukup agar aktivitasnya berjalan dengan lancar.
Tersedianya modal kerja yang berlebihan mengakibatkan modal kerja
tersebut tidak produktif, sebaliknya jika kurang tersedianya modal kerja
dapat mengakibatkan perusahaan kesulitan dalam menjalankan
aktivitasnya (Joko dan Husnul, 2007). Penetapan besarnya modal kerja
yang dibutuhkan perusahaan berbeda-beda, salah satunya tergantung pada
jenis perusahaan dan besar kecilnya perusahaan itu sendiri. Kebijakan
perusahaan dalam mengelola jumlah modal kerja secara tepat akan
menghasilkan keuntungan yang benar-benar diharapkan oleh perusahaan
sedangkan akibat pengelolaan modal yang kurang tepat akan
mengakibatkan kerugian (Beny dan Minamita, 2012).
Dalam modal kerja atau secara terminologi sering disebut sebagai
manajemen modal kerja (Sri Ambarwati, 2010:111) terdapat satu
komponen penting yaitu kas atau setara kas karena merupakan aset
perusahaan yang paling likuid atau mudah dicairkan. Kas dibutuhkan
persediaan, pembayaran utang usaha, pembayaran gaji karyawan dan
pembayaran dividen untuk para pemegang saham. Karena itulah
pengelolaan kas yang efektif dan efisien sangat penting bagi kelancaran
kegiatan perusahaan. Karena kas merupakan komponen penting dalam
pengelolaan modal kerja maka ukuran manajemen modal kerja yang
paling komprehensif adalah cash conversion cycle (CCC) atau juga
disebut siklus konversi kas (Deelof, 2003).
Menurut Gill dan Biger (2013) dalam John et al. (2015) komponen
dari cash conversion cycle terdiri dari days sales outstanding (DSO) atau
periode penerimaan piutang dari hasil penjualan, days payable outstanding
(DPO) atau periode penangguhan utang, dan days sales inventory (DSI)
atau periode konversi persediaan. Cash conversion cycle digunakan untuk
mengukur berapa lama perusahaan dapat mengumpulkan kas yang berasal
dari hasil kegiatan operasi perusahaan yaitu dimulai dari pembeliaan
bahan baku atau persediaan, melakukan proses produksi lalu menjualnya
sampai dengan penagihan penjualan atas barang jadi yang pada akhirnya
mempengaruhi jumlah dana yang diperlukan perusahaan untuk disimpan
pada current assets (Edman dan Ita, 2009).
Siklus konversi kas dapat digunakan untuk mengetahui kebijakan
apa yang akan diambil oleh manajemen dalam pengelolaan kas
perusahaan, apakah dengan mempercepat periode penagihan piutangnya
atau dengan menahan pembayaran utangnya. Semakin kecil nilai cash
dalam pengelolaan kasnya (Uyar, 2009). Sebaliknya, jika perusahaan
memiliki siklus konversi kas yang lama dapat mengakibatkan penurunan
keuntungan dikarenakan pengelolaan modal kerja yang tidak efektif (Iva
dan Indira, 2013).
Dalam pengelolaan arus kas perusahaan biasanya pihak
manajemen lebih banyak memiliki informasi mengenai keuangan
perusahaan dibanding pemegang saham sehingga menyebabkan terjadinya
asimetri informasi antara manajer dengan pemegang saham/investor,
selain itu dimana manajemen juga bertindak sebagai pengambil keputusan.
Manajemen perusahaan pasti lebih menginginkan pendapatan yang tinggi
atau menguntungkannya dengan cara meningkatkan kinerjanya. Salah satu
tindakan yang sering diambil yaitu lebih memilih untuk mengalokasikan
kas ke investasi daripada membagikan dividen kepada para pemegang
saham terlebih lagi kepada pemegang saham minoritas. Sedangkan di lain
pihak, pemegang saham menginginkan agar mendapatkan keuntungan
yang besar dari pembagian dividen. Masalah yang dapat ditimbulkan dari
pemisahan fungsi kepemilikan dan pengelolaan serta perbedaan
kepentingan inilah disebut dengan agency problem.
Teori keagenan menyebutkan bahwa utang yaitu salah satu
komponen dari siklus konversi kas adalah salah satu mekanisme bagi
shareholder untuk meminimumkan agency problem dengan manajer.
Dimana perusahaan yang memiliki tingkat utang yang lebih besar
saham untuk mengungkapkan informasi lebih luas mengenai perusahaan.
Sehingga manajemen pun akan berhati-hati dalam membuat keputusan
pengelolaan kasnya.
Adanya alasan tersebut maka perusahaan perlu menerapkan
corporate governance untuk memberikan informasi yang simetris antara
kedua belah pihak, karena penerapan corporate governance yang baik
dapat mengurangi adanya asimetri informasi karena perusahaan akan
memberikan lebih banyak informasi yang dapat mengurangi asimetri
informasi tersebut. Dalam penelitian ini corporate governance diproksikan
dengan proporsi komisaris independen dan ukuran komite audit. Dengan
proporsi komisaris independen dan banyaknya anggota komite audit dalam
perusahaan diharapkan periode cash conversion cycle dapat menjadi lebih
singkat dan keputusan yang diambil oleh pihak manajemen dapat
memberikan keuntungan bagi semua pemegang saham tidak terkecuali
pemegang saham minoritas (Debora, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh John et al. (2015:87) menyatakan
bahwa adanya CEO tenure, CEO duality, komisaris independen dan
ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap cash conversion cycle
yang artinya semakin banyak anggotanya maka akan mempersingkat
waktu persediaan tersimpan di dalam gudang dan juga mempersingkat
waktu periode cash conversion cycle untuk perusahaan manufaktur di
Amerika yang terdaftar dalam Bursa Efek New York. Penelitian ini juga
CEO tenure, CEO duality, dan ukuran komite audit yang merupakan
proksi dari corporate governance dapat mempengaruhi efisensi
manajemen modal kerja dimana cash conversion cycle adalah sebagai
salah satu proksinya.
Achchuthan dan Kajananthan (2013) mengemukakan bahwa
praktik corporate governance yang diproksikan sebagai proporsi
komisaris independen, jumlah komite audit, dan jumlah kehadiran rapat
tidak berpengaruh signifikan terhadap efisiensi manajemen modal kerja
yang salah satu proksinya juga merupakan cash conversion cycle, kecuali
untuk proksi struktur kepemimpinan dewan berpengaruh signifikan
terhadap efisiensi manajemen modal kerja.
Selanjutnya penelitian mengenai hubungan ukuran perusahaan
dengan cash conversion cycle dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan
oleh Moss dan Stine (1993) menyatakan bahwa ukuran perusahaan
memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap panjangnya periode siklus
konversi kas. Selanjutnya menurut Eljelly (2004) ukuran perusahaan akan
mempengaruhi periode siklus konversi kas. Penelitian Edman dan Ita
(2009) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berhubungan negatif dengan
cash conversion cycle. Hal ini berarti bahwa jangka waktu cash
conversion cycle yang pendek dimiliki oleh perusahaan yang besar,
sementara perusahaan kecil, memiliki jangka waktu cash conversion cycle
yang lebih panjang. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang
efisien dalam mengelola manajemen modal kerjanya yang mengakibatkan
siklus konversi kasnya pun lebih singkat dibandingkan dengan perusahaan
kecil, hasil tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Farrah et
al. (2016:297) menyatakan bahwa perusahaan kecil di Malaysia kurang
efisien dalam mengelola modal kerjanya.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Adisti (2012) tidak ditemukan
adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebutuhan modal kerja. Hal
ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
manajemen modal kerja yang termasuk di dalamnya adalah cash
conversion cycle. Temuan ini mengindikasi, perusahaan yang memiliki
ukuran besar maupun kecil memiliki kesempatan yang sama untuk dapat
menjalankan pengelolaan modal kerja yang efisien. Hal ini dapat
disebabkan a) kebijakan manajemen modal kerja yang terdiri dari piutang
usaha, persediaan, dan utang usaha dipengaruhi oleh berbagai aspek yang
berbeda antara perusahaan dan b) pengaruh perusahaan kecil yang berada
dalam satu grup dapat menyebabkan posisi perusahaan kecil dapat
memiliki keuntungan yang hampir serupa dengan perusahaan yang besar
yang tidak berada di dalam pengaruh satu grup.
Siklus konversi kas menarik untuk diteliti karena periode dari
siklus konversi kas akan menggambarkan bagaimana kemampuan
manajemen dalam mengelola modal kerjanya dimana akan berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka menarik
Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Komite Audit, dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)
(Studi Empiris pada Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan
yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah proporsi komisaris independen berpengaruh secara signifikan
terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle)?
2. Apakah ukuran komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap
siklus konversi kas (cash conversion cycle)?
3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap
siklus konversi kas (cash conversion cycle)?
4. Apakah proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan
ukuran perusahaan berpengaruh simultan terhadap siklus konversi kas
(cash conversion cycle)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut ini:
a. Pengaruh proporsi komisaris independen terhadap siklus konversi
b. Pengaruh ukuran komite audit terhadap siklus konversi kas (cash
conversion cycle).
c. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap siklus konversi kas (cash
conversion cycle).
d. Pengaruh simultan proporsi komisaris independen, ukuran komite
audit, dan ukuran perusahaan terhadap siklus konversi kas (cash
conversion cycle).
2. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
a. Manfaat Teoritis
1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan
pemikiran bagi dunia pendidikan.
b. Manfaat Praktis
1) Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini berguna untuk memberikan wawasan dalam ilmu
pengetahuan khususnya di bidang akuntansi.
2) Akademisi
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk melengkapi
penelitian penelitian terdahulu dan berguna sebagai referensi
3) Perusahaan
Penelitian ini diharapkan juga dapat memberi masukan
bermanfaat bagi perusahaan mengenai mekanisme tata kelola
perusahaan yang lebih baik diterapkan dalam perusahaan agar
cash conversion cycle dapat berjalan dengan efektif.
4) Investor
Penelitian diharpakan dapat berguna bagi para investor aka
pentingnya pengetahuan tentang mekanisme corporate
governance yang nantinya akan berpengaruh pada kemampuan
perusahaan dalam melakukan kegiatan operasional yang
digambarkan dengan periode cash conversion cycle yang
dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui kondisi perusahaan
secara lebih jelas, maka kualitas pengambilan keputusan
investor iharapkan akan menjadi lebih baik.
5) Regulator
Sebagai bahan pertimbangan kepada regulator yaitu
Bapepam-LK, untuk meningkatkan penerapan good corporate
governance dengan membuat an memperbaiki peraturan yang
mendukung untuk penerapan good corporate governance pada
perusahaan terbukaserta menjadi bahan pertimbangan dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan (Agency Problem)
Teori yang digunakan adalah Teori Keagenan (Agency Theory).
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan agensi sebagai
suatu kontrak di bawah satu atau lebih principal yang melibatkan
agent untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan
melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada
agent. Principal maupun agent diasumsikan sebagai orang ekonomi
rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.
Principal mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan
kepada manajer atau agent.
Tujuan utama teori keagenan (agency theory) adalah untuk
menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan hubungan
kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk
meminimalisasi cost sebagai dampak adanya informasi yang tidak
simetris dan kondisi ketidakpastian.
Godfrey et al (2010) membagi biaya keagenan dalam tiga jenis
1) Biaya monitoring
Biaya yang ditujukan untuk mengawasi perilaku agen.
Prinsipal melakukan pengukuran, pengamatan dan
pengendalian atas perilaku agen.
2) Biaya perikatan (Bonding Cost)
Biaya yang dikeluarkan oleh agen dalam rangka
mematuhi dan mengimplementasikan mekanisme kontrak
yang menjamin bahwa agen akan bertindak sejalan dengan
kepentingan prinsipal.
3) Residual Loss
Biaya yang masih dapat timbul ketika tindakan yang
dilakukan agen berbeda dengan apa yang seharusnya
dilakukan untuk memenuhi kepentingan prinsipal walaupun
biaya terkait pengawasan dan perikatan sudah dilakukan.
Masalah keagenan terjadi apabila konflik kepentingan yang
terjadi antara prinsipal dan agen menyebabkan kerugian pada sisi
prinsipal. Secara teori, masalah keagenan dapat dieliminasi dengan
kontrak lengkap yang menjelaskan sikap-sikap yang perlu diambil
setiap pihak pada kondisi tertentu di masa depan (Chrisman et
al.,2012). Selain menggunakan kontrak tersebut, masalah keagenan
dapat dieliminasi dengan membentuk pihak independen untuk
Pembentukan pihak independen yang melakukan
pengawasan efektif terhadap manajemen inilah yang menjadi dasar
pembentukan struktur tata kelola perusahaan. Struktur tata kelola
yang efektif akan meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas
pengungkapan informasi perusahaan dan menjadi salah satu
mekanisme untuk mengatasi masalah agensi (Sun et al., 2012).
2. Manajemen Modal Kerja
a. Pengertian Manajemen Modal Kerja
Pengelolaan (manajemen) modal kerja merupakan pengelolaan
keuangan jangka pendek karena menyangkut aset lancar dan kewajiban
lancar sebagai pendanaan aset lancar tersebut. Modal kerja diukur
dengan modal kerja bersih (net working capital) yaitu selisih antara
aset lancar dengan kewajiban lancar. Maka seringkali net working
capital diartikan sebagai kebijakan keuangan jangka pendek.
Kebijakan keuangan jangka pendek melibatkan kas masuk (cash
inflow) dan kas keluar (cash outflow) yang terjadi dalam satu tahun
(Ross et al., 2010). Manajemen modal kerja mencakup penetapan
kebijakan modal kerja dan pelaksanaan kebijakan tersebut dalam
operasi sehari-hari (Bringham dan Houston, 2004).
b. Jenis Manajemen Modal Kerja
Kebutuhan untuk pengelolaan modal kerja perusahaan
ditentukan oleh aktivitas produksi yang dilakukan oleh perusahaan.
dibutuhkan juga mengalami perubahan. Menurut WB. Taylor dan
Bambang Riyanto (1995) modal kerja dibedakan menjadi:
1) Modal Kerja Permanen
Adalah modal kerja yang harus ada dalam perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan konsumen berupa barang jadi. Modal
kerja permanen dibedakan menjadi:
a) Modal kerja primer
Adalah modal kerja minimal yang harus dimiliki
perusahaan agar dapat terus beroperasi.
b) Modal kerja normal
Adalah modal kerja yang harus ada dalam perusahaan agar
dapat beroperasi dalam kapasitas normal.
2) Modal Kerja Variabel
Adalah modal kerja yang selalu berubah proporsional dengan
perubahan kapasitas produksi. Modal kerja ini terdiri dari:
a) Modal Kerja Musiman
Modal kerja yang berubah sesuai perubahan
musim/permintaan misalnya permintaan yang besar pada
waktu hari raya.
b) Modal Kerja Siklis
c) Modal Kerja Darurat
Modal kerja yang berubah sesuai keadaan yang terjadi di
luar kemampuan perusahaan.
c. Konsep Manajemen Modal Kerja
Seperti yang dikutip dalam Bambang Riyanto (1995) ada
tiga konsep modal kerja, yaitu:
1) Modal Kerja Kuantitatif
Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan elemen
aktiva lancar, sehingga disebut modal kerja bruto karena tidak
memperhatikan utang jangka panjang pendeknya. Misal: kas,
efek, piutang, dan persediaan.
2) Modal Kerja Kualitatif
Modal kerja dalam konsep ini adalah elemen aktiva lancar
dikurangi seluruh utang jangka pendek yang harus dibayar
perusahaan.
3) Modal Kerja Fungsional
Modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan
perusahaan dalam mencapai laba. Misal: kas, piutang dagang,
persediaan barang dagang, penyusutan mesin, penyusutan
bangunan dan gedung, sedangkan efek baru menjadi modal
d. Tujuan Manajemen Modal Kerja
Adapun tujuan dari manajemen modal kerja bagi
perusahaan adalah sebagai berikut:
1) Modal kerja digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas
perusahaan, artinya likuiditas perusahaan sangat tergantung
kepada manajemen modal kerja.
2) Dengan modal kerja yang cukup perusahaan memiliki
kemampuan untuk memenuhi kewajiban pada waktunya.
Pemenuhan kewajiban jangka pendek yang sudah jatuh
tempo dan segera harus dibayarkan secara tepat waktu
merupakan ukuran keberhasilan manajemen modal kerja.
3) Memungkinkan perusahaan untuk memiliki cadangan modal
kerja untuk memenuhi permintaan produk atau jasa yang
dihasilkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
pelanggannya.
4) Guna memaksimalkan penggunaan aktiva lancar untuk
meningkatkan penjualan dan laba.
5) Perusahaan mampu melindungi diri apabila terjadi krisis
ekonomi yang menyebabkan turunnya nilai aktiva lancar.
Tujuan di atas akan dapat tercapai apabila modal kerja
perusahaan dapat dikelola secara baik dan benar sesuai dengan
e. Perhitungan Manajemen Modal Kerja
Dalam penelitian Hofmann dan Kotzab (2010), manajemen
modal kerja terbagi menjadi dua sudut pandang, yaitu dalam sudut
pandang moneter (monetary-based) dan waktu (time-based):
1) Working Capital Monetary-Based
Sudut pandang monetary-based pada pengelolaan modal
kerja melihat satuan monetary. Pengelolaan modal kerja
memiliki berbagai perhitungan yang mendeskripsikan
monetary-based, antara lain:
a) Modal Kerja Bersih (Net Working Capital).
Menurut Ross et al. (2010:28), perhitungan net
working capital (NWC) adalah sebagai berikut:
Net Working Capital (WCR) = Crrent Assets –
Current Liability
b) Kebutuhan Modal Kerja (Working Capital
Requirement-WCR) dan Net Liquid Balance-NLB.
Shulman dan Cox (1985) membagi perhitungan net
working capital menjadi working capital requirement
(WCR) dan net liquid balance (NLB) untuk analisis
evaluasi pengelolaan modal kerja dan kemampuan
meningkatkan dan megalokasikan modal (capital).
Hawawini et al. (1986) mengatakan evaluasi yang
menghasilkan analisis yag lebih baik dari pada
indikator tradisional net working capital. Berikut
adalah formula perhitungan WCR dan NLB (Chiou
dkk., 2006:253):
Working Capital Requirement (WCR) = [(account
receivables + inventories) – (account payable + other
payable)]
Net Liquid Balance (NLB) = [(cash and cash
equvalents + short-term investment) (short-erm debt +
commercial paper payable + long-term debt a year
term)]
2) Working Capital Time-Based atau Cash Conversion Cycle
Sudut pandang time-based pada pengelolaan modal kerja
bertujuan untuk menghilangkan waktu yang tidak memberi
nilai tambah. Perhitungan ini disebut juga cash conversion
cycle (Emery dkk., 2007).
f. Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)
Konsep siklus kas diperkenalkan oleh Lawrence J. Gitman
pada tahun 1974. Siklus konversi kas merupakan pengukuran
dinamis terhadap manajemen likuiditas berjalan (Jose et al., 1996).
Siklus konversi kas (cash conversion cycle) merupakan lamanya
waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam mengelola kas
terjadi pembayaran oleh pelanggan atas barang atau jasa yang telah
diberikan (Hutchison et al., 2007). Perhitungan ini menyangkut
bagaimana suatu perusahaan mengusahakan agar pengeluaran kas
terpegunakan sesuai waktunya. Jika waktu yang digunakan lebih
singkat maka semakin efisien dan begitu pula sebaliknya, karena
jika perusahaan gagal untuk mengelola modal kerjanya maka
perusaaan memerlukan pendanaan tambahan untuk dapat melunasi
kewajiban jangka pendeknya (Bhutto et al., 2011). Cash
conversion cycle terdiri dari tiga komponen, yaitu:
1) Periode Perputaran Piutang (Days of Sales Outstanding-DSO)
Penjualan secara kredit merupakan hal yang umumnya
dilakukan oleh perusahaan kepada pelanggannya utnuk
memperbesar volume penjualan, karena mempermudah
pelanggan dalam melakukan pembayaran. Hasil penjualan
tersebut tidak segera menghasilkan penerimaan kas, melainkan
menimbulkan piutang terlebih dahulu sebelum jatuh tempo
pelanggan melunasi pembayarannya. Semakin besar proporsi
dan jumlah penjualan kredit maka akan meningkat pula
piutang usaha perusahaan, dengan catatan bahwa pelanggan
tidak mengubah kebiasaan mereka dalam melunasi piutang
tesebut. Jumlah piutang dari perusahaan pada waktu tertentu
periode rata-rata antara penjualan dan pengumpulan piutang
(Suad, 1997).
Secara garis besar ada tiga tujuan perusahaan dalam
mengelola piutang, yaitu untuk meningkatkan volume
penjualan, meningkatkan profit, dan bersaing dengan
kompetitor (Ross, 2008). Periode perputaran piutang adalah
rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi piutang
perusahaan menjadi kas, yaitu untuk menerima kas setelah
menjadi penjualan. Periode ini dihitung dengan membagi
piutang dengan rata-rata penjualan kredit perhari.
DSO = � �
/3
2) Periode Perputaran Persediaan (Days of Sales in
Inventory-DSI)
Persediaan merupakan komponen dari aset lancar yang
mungkin sangat diperhatikan oleh perusahaan manufaktur
karena memiliki pengaruh terhadap laba perusahaan dan pada
umumnya persediaan merupakan aset terbesar setelah harta.
Periode perputaran persediaan adalah waktu yang dibutuhkan
untuk mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi dan
kemudian menjual barang tersebut. Semakin rendah periode
konversi persediaan semakin tinggi profitabilitas perusahaan.
Periode ini dihitung dengan membagi persediaan dengan harga
DSI = �
� /3
3) Periode Perputaran Utang (Days of Payables
Outstanding-DPO)
Utang lancar merupakan kewajiban perusahaan kepada
supplier yang jadwal pelunasannya dilakukan dalam jangka
waktu tertentu dan juga pembayaran atas jasa tenaga kerja
yang dilakukan setiap suatu periode tertentu juga (Uyar, 2009).
Periode penangguhan utang adalah rata-rata waktu yang
dibutuhkan untuk membeli bahan baku dan tenaga kerja serta
pembayarannya. Periode ini dihitung dengan membagi jumlah
utang lancar dengan jumlah harga pokok penjualan perhari.
DPO = � �
� /3
Dalam bentuk persamaan yang paling sederhana
menggabungkan tiga komponen di atas, dimana semuanya terukur
dalam satuan hari, sebagaimana yang dituliskan oleh Keown, dkk.
(2001:492) cash conversion cycle dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
CCC = DSO + DSI – DPO
Perusahaan harus mempersingkat periode CCC tanpa
mengganggu operasional sehari-hari untuk meningkatkan profit.
Tujuan dari manajemen modal kerja adalah cash conversion cycle
mereka sendiri sebelum mereka menerima pembayaran dari hasil
penjualan, sedangkan hasil CCC yang negatif mengindikasikan
perusahaan telah menerima pelunasan piutang dari pelanggannya
namun tagihan dari supplier perusahaan tempat mereka membeli
bahan baku atau persediaan belum dibayarkan karena belum jatuh
tempo pada waktunya (Hutchison dkk., 2007). Menurut Uyar
(2009) siklus konversi kas dapat dipercepat dengan cara:
1) Mengurangi periode konversi persediaan
Hal ini dapat dilakukan dengan memperoses dan menjual
barang secara lebih cepat. Manajer perusahaan harus
memastikan bahwa sistem persediaan telah berjalan dengan
efektif dan efisien seperti proses pemesanan dan
pengelolaan material.
2) Mengurangi periode penerimaan piutang
Manajer harus memastikan bahwa perusahaan sudah
menjalankan prosedur terhadap piutang secara efektif
sehingga dapat mempercepat proses penagihan dan
perusahaan tidak mengalami masalah likuiditas. Sebagai
salah satu contoh perusahaan dapat menerapkan sistem
diskon dalam jangka waktu tertentu agar pelanggan dapat
3) Memperpanjang periode penangguhan utang usaha
Perusahaan dianjurkan untuk berusaha memperlambat
pembayaran yang dilakukan kepada supplier. Kemampuan
perusahaan untuk lebih dulu melakukan penagihan kas dari
piutang daripada melakukan pengeluaran kas untuk
pembayaran utang merupakan salah satu strategi
meningkatkan pertumbuhan perusahaan (Padachi, 2006)
3. Dewan Komisaris Independen
Berdasarkan UU Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007
menyatakan bahwa dewan komisaris terdiri atas satu orang atau lebih.
Forum for Corporate Governance Indonesia (FCGI, 2000), dewan
komisaris merupakan salah satu unsur terpenting dari corporate
governance yang memiliki tanggung jawab menjamin pelaksanaan
strategi perusahaan berjalan sesuai tujuan, mengawasi manajemen
dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya
akuntabilitas.
Berdasarkan pedoman Good Corporate Governance di
Indonesia tahun 2010, komposisi atau jumlah komisaris independen
tidak ditentukan dalam jumlah tertentu namun demikian jumlah atau
komposisi komisaris independen harus dapat menjamin agar
mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan
salah satu dari komisaris independen harus mempunyai latar belakang
akuntansi atau keuangan.
Meskipun Pedoman Good Corporate Governance tidak
menentukan jumlah komisaris independen, dalam Peraturan
Bapepam-LK, emiten atau perusahaan publik wajib memiliki
sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen sedangkan Bursa Efek
Indonesia mewajibkan sekurang-kurangnya 30% dari dewan komisaris
adalah komisaris independen. Kriteria komisaris independen secara
rinci diatur dalam peraturan Bapepam-LK yaitu:
a. Berasal dari luar emten atau Perusahaan Publik.
b. Tidak mempunyai saham emiten atau Perusahaan Publik baik
langsung maupun tidak langsung.
c. Tidak mempunyai hubungan sfiliasi dengan Komisaris, Direksi,
dan Pemegang Saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik.
d. Tidak mempunyai hubungan usaha dengan emiten atau Perusahaan
Publik baik langsung maupun tidak langsung.
Untuk menjamin pelaksanaan GCG diperlukan anggota dewan
komisaris yang memiliki integritas, kemampuan, tidak cacat hukum
dan independen, serta tidak memiliki hubungan bisnis atau hubungan
lain dengan pemegang saham mayoritas dan dewan direksi baik
langsung maupun tidak langsung. Hal ini dimaksudkan agar dewan
komisaris independen dapat menjadi penyeimbang dalam pengambilan
lainnya daripada kepentingan stakeholders mayoritas. Komisaris
independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas
yang bukan merupakan pemegang saham pengendali dalam RUPS.
Namun seringkali dewan direksi lebih memiliki kekuatan dibanding
dewan komisaris. Hal inilah yang menyebabkan independensi dari
dewan komisaris menjadi sangat penting sebagai penyeimbang dari
dewan direksi.
Dalam melaksanakan tugasnya dewan komisaris bersama
dewan direksi memiliki tanggung jawab dalam menjaga kelangsungan
usaha perusahaan dalam jangka panjang, yaitu (KNKG, 2006):
a. Terlaksananya dengan baik kontrol internal dan manajemen risiko.
b. Tercapainya imbal hasil yang optimal bagi pemegang saham.
c. Terlindunginya kepentingan pemangku kepentingan secara wajar.
d. Terlaksananya suksesi kepemimpinan yang wajar demi
kesinambungan manajemen di semua lini organisasi.
Penerapan corporate governance dapat dilihat salah satunya
dari proporsi komisaris independen terhadap jumlah keseluruhan
komisaris yang ada dalam perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh
Yeh et al. (2002) memperoleh hasil bahwa penerapan corporate
governance akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Dengan
melakukan penerapan corporate governance yang baik akan
meningkatkan kinerja perusahaan dan mencegah terjadinya kecurangan
dilakukan oleh Black et al. (2002) bahwa perusahaan dengan
penerapan corporate governance yang baik akan memiliki kinerja
operasional yang baik dibandingkan dengan perusahaan yang
penerapan corporate governancenya kurang baik. Selanjutnya,
penelitian yang dilakukan oleh John et al. (2015:87) menyatakan
bahwa corporate governance yang diproksikan salah satunya adalah
komisaris independen berpengaruh negatif terhadap siklus konversi
kas. Dimana siklus konversi kas termasuk bagian dari kinerja
perusahaan apakah perusahaan dapat mengelola modalnya dengan
efisien atau tidak.
Namun hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wulandari (2006) bahwa jumlah komisaris dan
proporsi komisaris independen yang ada dalam perusahaan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian Achchuthan dan Kajananthan (2013)
mengemukakan bahwa praktik corporate governance yang diproksikan
sebagai proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan
jumlah kehadiran rapat tidak berpengaruh signifikan terhadap efisiensi
manajemen modal kerja yang salah satu proksinya juga merupakan
cash conversion cycle, kecuali untuk proksi struktur kepemimpinan
dewan berpengaruh signifikan terhadap efisiensi manajemen modal
4. Komite Audit
Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK No IX.I.5, Komite Audit
adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada
Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan
fungsi Dewan Komisaris. KNKG (2006) menyatakan bahwa Komite
Audit dibentuk untuk membantu Dewan Komisaris dalam memastikan
bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum, struktur pengendalian internal
perusahaan dengan baik, pelaksanaan audit internal maupun eksternal
dilakukan sesuai dengan standar audit yang berlaku, serta melakukan
tindak lanjut atas temuan hasil audit yang dilaksanakan manajemen.
Selain itu Komite Audit juga terlibat dalam pemrosesan calon auditor
eksternal beserta imbalan jasanya untuk kemudian disampaikan kepala
Dewan Komisaris.
Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK No. IX.I.5, dalam
menjalankan fungsinya, Komite Audit memiliki tugas dan tanggung
jawab antara lain sebagai berikut:
a. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan
dikeluarkan perusahaan seperti laporan keuangan, proyeksi, dan
informasi keuangan lainnya.
b. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap
peraturan perundangan-undangan lainnnya yang berhubungan
dengan kegiatan peusahaan.
c. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor
internal.
d. Melaporkan kepada Komisaris berbagai risiko yang dihadai
perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi.
e. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada Komisaris atas
pengaduan yang berkaitan dengan Emiten atan Perusahaan Publik
f. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan informasi perusahaan
Adapun wewenang Komite Audit dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
a. Mengakses dokumen, data dan informasi perusahaan tentang
karyawan, dana, aset, sumber daya perusahaan yang diperlukan.
b. Berkomunikasi langsung atau tidak langsung dengan karyawan,
dan pihak yang menjalankan fungsi internal dan eksternal audit
serta manajemen risiko.
c. Melibatkan pihak independen di luar anggota Komite Audit yang
diperlukan untuk membantu pelaksanaan tugasnya (jika
diperlukan).
d. Melakukan kewenangan lain yang diberikan oleh Dewan
Komisaris.
Komite Audit biasanya terdiri dari dua hingga tiga orang
pada umumnya, Komite audit yang beranggotakan sedikit cenderung
dapat bertindak lebih efisien. Akan tetapi, Komite audit beranggota
terlalu sedikit juga menyimpan kelemahan yakni minimnya ragam
pengalaman anggota. Sedapat mungkin anggota Komite audit memiliki
pemahaman memadai tentang pembuatan laporan keuangan dan
prinsip-prinsip pengawasan internal.
5. Ukuran Perusahaan
Definisi ukuran perusahaan menurut Riyanto (1999:313) adalah
“besar kecilnya perusahaan dilihat dari nilai equity, nilai penjualan
atau total aktiva.” Ukuran perusahaan merupakan pengukur yang
menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Ukuran perusahaan dapat
diukur dengan menggunakan total aset, penjualan, dan ekuitas total
utang dan ukuran perusahaan memiliki korelasi kuat dan positif
(Odgen, 1987 dalam Magreta dan Nurmayanti, 2009).
Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar
kecilnya suatu perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aktiva,
total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya.
Semakin besar aktiva suatu perusahaan maka akan semakin besar pula
modal yang ditanam, semakin besar total penjualan suatu perusahaan
maka akan semakin banyak juga perputaran uang dan semakin besar
kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan dikenal
Ukuran perusahaan berbeda akan memiliki modal kerja yang
berbeda pula. Perusahaan besar dapat mengambil keuntungan dari
tersedianya sumber daya yang lain ketika perusahaan sedang
mengalami kekurangan kas ataupun kesulitan dalam proses penagihan
piutang. Sedangkan perusahaan kecil akan lebih rentan dengan
kegagalan penagihan piutangnya. Penelitian yang dilakukan oleh Moss
dan Stine (1993) menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki
pengaruh negatif signifikan terhadap panjangnya periode siklus
konversi kas, artinya semakin besar suatu perusahaan maka periode
siklus konversi kasnya semakin singkat.
Menurut Eljelly (2004), ukuran perusahaan akan
mempengaruhi likuiditas, CCC, dan profitabilitas perusahaan.
Perusahaan besar akan lebih memiliki keuntungan dalam pembelian
persediaan, mendapatkan pinjaman dari kreditor, dan pengumpulan
piutang pelanggan yang akan meningkatkan likuiditas dan
mempersingkat periode siklus konversi kas dibandingkan perusahaan
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab
akibat dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya (Hamid,
2012:26). Perumusan hipotesis pada penelitian ini berdasarkan teori dan
penelitian-penelitian terdahulu yang bertujuan untuk menguji pengaruh
proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan ukuran
perusahaan terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle).
1. Proporsi Komisaris Independen dengan Siklus Konversi Kas
Pada penelitian yang dilakukan oleh John et al. (2015:87)
menemukan bukti empiris bahwa proporsi komisaris independen
berpengaruh negatif terhadap cash conversion cycle. Achchuthan dan
Kajananthan (2013) mendapatkan bukti empiris bahwa proporsi
komisaris independen tidak mempengaruhi periode cash conversion
cycle. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut:
Ha :Proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap
siklus konversi kas (cash conversion cycle).
2. Ukuran Komite Audit dengan Siklus Konversi Kas
Penelitian yang dilakukan oleh Gill dan Biger (2013)
menemukan bukti empiris bahwa komite audit mempengaruhi siklus
konversi kas. Selanjutnya penelitian yang dilakukan John dkk
(2015:87) menyatakan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh
dan Kajananthan (2013) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
praktik corporate governance yang diproksikan salah satunya adalah
komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen modal kerja yang
diproksikan cash conversion cycle. Berdasarkan uraian di atas maka
hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
Ha :Efektivitas komite audit berpengaruh terhadap siklus konversi
kas (cash conversion cycle)
3. Ukuran Perusahaan dengan Siklus Konversi Kas
Penelitian yang dilakukan oleh Moss dan Stine (1993)
menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap panjangnya periode siklus konversi kas.
Selanjutnya menurut Eljelly (2004) ukuran perusahaan akan
mempengaruhi periode siklus konversi kas. Penelitian Edman dan Ita
(2009) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berhubungan negatif
dengan cash conversion cycle. Penelitian ini juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan Muneeb dan Kashif (2012) dimana
perusahaan besar lebih efisien dalam mengelola manajemen modal
kerjanya yang mengakibatkan siklus konversi kasnya pun lebih
singkat. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
Ha :Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap siklus konversi kas
4. Pengaruh Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Komite Audit,
dan Ukuran Perusahaan Secara Simultan terhadap Siklus
Konversi Kas
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah semua variabel
independen yaitu proporsi komisaris independen, ukuran komite audit,
dan ukuran perusahaan secara simultan atau bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu siklus konversi kas,
sehingga diajukan hipotesis sebagai berikut:
Ha :Proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan
ukuran perusahaan berpengaruh simultan terhadap siklus konversi kas
(cash conversion cycle)
C. Penelitian Sebelumnya
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu
mengenai topik yang berhubungan dengan penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 2.1 tenure dan komite. audit
Tabel 2.1 (Lanjutan)
6 Henry Kuruga Karani (2013)
7 Muneeb Ahmad Attari dan Kashif Raza (2012)
D. Kerangka Pemikiran
Hamid (2012:25) mengungkapkan bahwa kerangka pemikiran
merupakan sintesa dan serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan
pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja
teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian
masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan dalam
bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan dari keduanya. Ada
beberapa masalah yang terdapat dalam penelitian ini di antaranya adalah
proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan ukuran
perusahaan yang diduga dapat mempengaruhi periode siklus konversi kas
(cash conversion cycle).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat digambarkan kerangka
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Skandal bangkrutnya perusahaan-perusahaan besar
Basis Teori : Teori Agensi (Agency Theory)
Pengaruh Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Komite Audit, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Siklus Konversi Kas (Cash Conversion
Cycle)
Variabel Independen Variabel Dependen
Proporsi Komisaris Independen
Ukuran Komite Audit
Ukuran Perusahaan
Siklus Konversi Kas (Cash Conversion
Cycle)
Metode Analisis : Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh proporsi
komisaris independen, ukuran komite audit, dan ukuran perusahaan
terhadap periode siklus konversi kas (cash conversion cycle) dalam
laporan tahunan dengan populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI tahun 2013, 2014, dan 2015. Namun, objek penelitian ini peneliti
batasi yaitu pada Industri Barang Konsumsi. Jenis data yang dikumpulkan
mencakup data laporan tahunan selama periode penelitian yaitu 2013
sampai 2015 yang didapat dari website www.idx.com.
B. Metode Penentuan Sampel
Penelitian ini dilakukan dengan mengamati seluruh perusahaan
manufaktur industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode observasi 2013 sampai 2015. Peneliti
mengumpulkan data dari laporan keuangan dan laporan tahunan
perusahaan. Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode tahun
2013-2015. Metode yang digunakan peneliti dalam pemilihan sampel
penelitian adalah purposive sampling dengan teknik berdasarkan
pertimbangan (judgement) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara
tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan
dengan cara memilih sampel dari suatu populasi berdasarkan pada
informasi yang tersedia (Sarwono dan Suhayati 2010:50). Metode
purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang
representatives sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria
sampel yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan listing atau terdaftar di BEI dari awal periode pengamatan
dan tidak delisting sampai akhir periode pengamatan.
2. Perusahaan manufaktur industri barang konsumsi yang terdaftar secara
berturut-turut di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2015.
3. Perusahaan manufaktur pada industri barang konsumsi yang terdaftar
di BEI yang laporan keuangannya telah diaudit dan menyediakan
informasi keuangan lengkap.
4. Perusahaan memiliki data lengkap terkait dengan dewan komisaris,
komisaris independen, dan komite audit.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder,
yaitu annual report untuk tahun 2013, 2014, dan 2015. Annual report
digunakan karena pada annual report terdapat sumber informasi yang
dilaporkan oleh perusahaan yang penting dan bermanfaat bagi stakeholder
dalam pengambilan keputusan dengan tujuan untuk mengurangi adanya
asimetri informasi.
Untuk metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian