• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN MIKROORGANISME PADA AIR YANG DIGUNAKAN DI UNIT PERINATOLOGI DI RUMAH SAKIT UMUM ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERTUMBUHAN MIKROORGANISME PADA AIR YANG DIGUNAKAN DI UNIT PERINATOLOGI DI RUMAH SAKIT UMUM ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN MIKROORGANISME PADA AIR YANG DIGUNAKAN DI UNIT PERINATOLOGI DI RUMAH SAKIT UMUM ABDUL MOELOEK

BANDAR LAMPUNG

Oleh

FATRIANDA PUTRI CYNINTHIA KENNEDY

Rumah sakit merupakan salah satu tempat dapat ditemukannya mikroba patogen, karena mikroba patogen dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit seperti udara, lantai, air, makanan, benda-benda medis ataupun non medis. Air sangat penting bagi kehidupan manusia dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya untuk minum, mencuci baju , mencuci peralatan makan, mencuci tangan, mandi, mencuci botol susu, dan memandikan bayi, tetapi air juga merupakan substansia yang membawa malapetaka, karena dapat membawa mikroorganisme patogen dan berperan sebagai media dimana mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang . Karena itu dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat pertumbuhan mikroorganisme pada air yang digunakan di unit perinatologi RSUAM, apa saja jenisnya, berapa jumlahnya, dan bagaimana kualitas airnya.

Penelitian ini menggunakan metode Most Probable Number (MPN) dan uji biokimia untuk mengidentifikasi bakteri yang didapat. Sampel yang digunakan berupa air non-konsumtif yang yang digunakan tenaga medis di unit perinatologi RSUAM.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pertumbuhan mikroorganisme pada air dengan kadar kekeruhan bervariatif berkisar antara 2 hingga >979 per 100 ml. Adapun 5 jenis bakteri terbanyak yang ditemukan adalah Klebsiella sp., Citrobacter sp., Clostridium sp., Pseudomonas sp.,dan Escherichia coli. Dan menurut Permenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004, air di unit perinatologi RSUAM belum memenuhi syarat kualitas bakteriologis air bersih.

(2)

THE GROWTH OF MICROORGANISM IN THE WATER THAT USED IN THE PERINATOLOGY UNIT AT GENERAL HOSPITAL ABDUL MOELOEK

By

FATRIANDA PUTRI CYNINTHIA KENNEDY

The hospital is one of place that the pathogenic microbes can be found, because microbial pathogens can live and growing in a hospital environment such as air, the floor, water, food, medical item or non-medical. Water is essential for human life and used in daily life such as for drinking, washing clothes, washing utensils, washing hands, bathing, washing bottles, and bathing the baby, but water is also a subtantia disastrous, because it can bring pathogenic microorganisms and can be a medium which microorganism can grow dan thrive. Because of that this study was performed in order to determine wheter there is growth of microorganism in water that used in Perinatology unit at RSUAM, what kind of bactery, how much the bactery, and how about the quality of the water.

This study uses the Most Probable Number (MPN) method and biochemichal tests to identify the bacteria obtained. The samples used in the from of non-consumptive water that used of medics in perinatology unit at RSUAM.

The results showed that there was a growth of microorganism in that water with turbidity levels varied, ranging from 2 to > 979 per 100ml. The 5 types of bacteria ever found was Klebsiella sp.,Citrobacter sp., Clostridium sp., Pseudomonas sp., and Escherichia colli. And according Permenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004, water in there isn’t fulfilled the bacteriological water quality requirements.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(4)

Rumah sakit merupakan tempat dimana orang yang sakit dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini pasien mendapatkan terapi dan perawatan untuk dapat sembuh. Tetapi, rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan juga merupakan depot bagi berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Hal ini dapat terjadi mengingat bahwa rumah sakit adalah tempat berkumpulnya mikroba pathogen menular yang berasal terutama dari penderita penyakit menular. Mikroorganisme penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti udara, air, lantai, makanan, dan benda-benda medis maupun non medis. (Darmadi,2008)

(5)

Neonatus adalah bayi yang baru lahir yang dimana masih rentan akan terkena infeksi karena sistem imunitas yang belum matang. Oleh karena itu neonatus ditempatkan di ruang perinatologi yang bersih. Tapi tidak mustahil bahwa terdapat mikroorganisme di dalam ruangan tersebut. Karena mikroorganisme bisa saja terdapat pada air yang digunakan di ruangan tersebut, sirkulasi udara, peralatan medis dan non medis, makanan, minuman, dan petugas kesehatan yang bertugas di ruangan tersebut. Belum tentu air yang digunakan steril dan bersih dari mikrorganisme. Ada kemungkinan air yang digunakan sudah tercemar oleh mikroorganisme yang dapat tumbuh dan berkembang biak di air tersebut. Mikroorganisme ini dapat menyebabkan penyakit (patologis) terhadap neonatus, oleh karena itu dilakukanlah penelitian untuk melihat kualitas air yang digunakan di unit perinatologi rumah sakit Abdul Moeloek.

B. Perumusan Masalah

(6)

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui apakah terdapat pertumbuhan mikroorganisme pada air yang digunakan di unit perinatologi RSUAM.

2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui jenis mikroorganisme yang terdapat di dalam air yang digunakan di unit perinatologi RSUAM.

2. Mengetahui jumlah mikroorganisme yang dapat ditemukan di air tersebut.

3. Mengetahui kualitas air di unit perinatologi RSUAM

D. Manfaat

a. Manfaat bagi peneliti

Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan mengenai tata cara penulisan karya ilmiah yang baik dan mengetahui keadaan air yang digunakan pada ruang perinatologi RSUAM

b. Manfaat bagi lembaga terkait

Memberikan informasi mengenai keadaan air yang digunakan di bagian perinatologi

(7)

E. Kerangka Penelitian

1. Kerangka teori

Gambar 1. Kerangka teori terjadinya infeksi (Ducel.G,2002) Faktor ekstrinsik:

- Petugas: dokter, perawat, dll - Penderita lain

- Bangsal/lingkungan - Peralatan/material medis - Pengunjung/keluarga - Makanan dan minuman

Penyebab infeksi nosokomial: - Bakteri

- Virus - Jamur - Parasit Faktor lingkungan:

- Udara - Air - Tanah

INFEKSI NOSOKOMIAL

(8)

2. Kerangka konsep

Gambar 2. Kerangka konsep penelitian

.

Air

MPN

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Infeksi di Rumah Sakit

Infeksi di Rumah Sakit biasa disebut dengan infeksi nosokomial yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu “nosos” yang berarti penyakit dan “komeion” yang berarti rumah sakit. Jadi infeksi nosokomial mempunyai arti infeksi yang terjadi di rumah sakit (Hospital acquiered Infection). Infeksi nosokomial ini mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi di rumah sakit seluruh dunia, yaitu sekitar 3-10 % (Utama,2006).

(10)

Banyaknya mikroba patogen di rumah sakit disebabkan karena :

1. Rumah sakit merupakan tempat perawatan segala macam jenis penyakit.

2. Rumah sakit merupakan gudangnya mikroba patogen.

3. Mikroba patogen yang ada umumnya telah kebal terhadap antibiotik.

Bila sanitasi rumah sakit tidak terjamin dengan baik, maka semakin besar risiko terjadinya ancaman infeksi nosokomial pada penderita-penderita yang menjalani proses perawatan. Kesadaran akan resiko infeksi nosokomial di rumah sakit di Indonesia dirintis kira-kira dua dasawarsa terakhir. Rumah sakit yang menetapkan quality assurance telah memiliki panitia medik pengendalian infeksi nosokomial yang berfungsi untuk mencegah dan mengendalikan infeksi nosokomial (Darmadi, 2008).

(11)

Infeksi nosokomial menyangkut dua hal pokok, yaitu penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan di rumah sakit dan adanya transmisi mikroba patogen ke penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan tersebut. (Darmadi,2008)

Suatu infeksi dapat dikatakan didapat dari rumah sakit apabila memiliki kriteria sebagai berikut (Darmadi, 2008 dan Utama, 2006) :

1. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut.

2. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut.

3. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut timbul sekurang-kurangnya setelah 3x24 jam sejak mulai perawatan. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit (infeksi bukan berasal dari rumah sakit).

4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa atau residual dari infeksi sebelumnya.

5. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi, dan terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokmial.

(12)

7. Untuk penderita yang telah keluar dari rumah sakit dan kemudian timbul tanda-tanda infeksi, dapat digolongkan sebagai infeksi nosokomial apabila infeksi tersebut dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.

8. Infeksi yang terjadi pada petugas pelayanan medis serta keluarga / pengunjung tidak termasuk infeksi nosokomial.

Mikroba patogen yang menimbulkan infeksi nosokomial akan masuk ke penjamu melalui port d’entrée dan setelah melewati masa inkubasi akan timbul reaksi sistemik pada

penderita berupa manifestasi klinik ataupun laboratorium. Bakteremia merupakan respon sistemik penderita terhadap infeksi, di mana mikroba atau toksinnya berada di dalam aliran darah dan menimbulkan reaksi sistemik berupa reaksi inflamasi. Proses inflamasi dapat berlanjut hingga menimbulkan sepsis. Berbagai faktor luar (faktor ekstrinsik) dapat digambarkan sebagai berikut : (Darmadi,2008)

(13)

Menurut Darmadi (2008) dan Trilla (2005) selain faktor ekstrinsik yang telah dijabarkan, terdapat faktor-faktor lain yang juga berperan memberi peluang timbulnya infeksi nosokomial, faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang ada pada diri penderita (faktor intrinsik) seperti umur, jenis kelamin, kondisi umum penderita, risiko terapi, atau adanya penyakit lain yang menyertai penyakit dasar (multipatologi) beserta komplikasinya. Faktor-faktor ini merupakan presdiposisi.

2. Faktor keperawatan seperti lamanya hari perawatan, menurunnya standard pelayanan perawatan, serta padatnya penderita dalam satu ruangan.

3. Faktor mikroba patogen seperti tingkat kemampuan invasi serta tingkat kemampuan merusak jaringan, lamanya pemaparan antara sumber penularan (reservoir) dengan penderita.

(14)

Gambar 4. Berbagai faktor yang mempengaruhi infeksi nosokomial (Darmadi, 2008)

(15)

Penularan langsung : melalui droplet nuclei yang berasal dari petugas, keluarga / pengunjung, dan penderita lainnya. Kemungkinan lain berupa darah saat transfusi darah. (Darmadi, 2008)

Penularan tidak langsung : vehicle-borne yatu penyebaran / penularan mikroba patogen melalui benda-benda mati seperti peralatan medis, bahan-bahan / material medis, atau peralatan lainnya. Tindakan invasif seperti pemasangan kateter, vena pungsi, tindakan pembedahan, proses dan tindakan medis lain berisiko untuk terjadinya infeksi nosokomial. (Darmadi, 2008)

Tahap kedua adalah upaya dari mikroba patogen untuk menginvasi ke jaringan / organ penjamu (pasien) dengan cara mencari akses masuk (port d’entrée) seperti adanya kerusakan / lesi kulit atau mukosa dari rongga hidung, mulut, orifisium uretra, dan sebagainya. (Darmadi,2008)

Tahap ketiga adalah mikroba patogen berkembang biak (melakukan multiplikasi) disertai dengan tindakan destruktif terhadap jaringan, walaupun ada upaya perlawanan dari penjamu. Akibatnya terjadilah reaksi infeksi yang mengakibatkan perubahan morfologis dan gangguan fisiologis jaringan.(Darmadi,2008)

(16)

1. Infektivitas yaitu kemampuan mikroba patogen untuk menginvasi yang merupakan langkah awal melakukan serangan ke penjamu melalui akses masuk yang tepat dan selanjutnya mencari jaringan yang cocok untuk melakukan multiplikasi.

2. Virulensi yaitu langkah mikroba patogen untuk melakukan tindakan desturktif terhadap jaringan dengan cara menggunakan enzim perusaknya, sehingga menentukan luasnya kerusakan jaringan.

3. Antigenisitas yaitu kemampuan mikroba patogen merangsang timbulnya mekanisme pertahanan imun melalui terbentuknya antibodi.

4. Toksigenisitas yaitu kemampuan mikroba patogen dalam menghasilkan toksin yang sangat berpengaruh terhadap perjalanan penyakit.

5. Patogenisitas yaitu gabungan dari sifat infektivitas, virulensi, antigenisitas serta toksigenitas mikroba patogen yang dinilai sebagai derajat keganasan mikroba patogen atau respon tubuh terhadap masuknya mikroba patogen ini.

Manifestasi klinis yang timbul dapat berupa gejala seperti demam, merasa lemah, dan malaise, penurunan nafsu makan, dan sebagainya. Manifestasi khusus timbul berdasarkan organ yang terserang. (Pratiwi,2008)

B. Mikroorganisme di dalam Air

Air merupakan komponen esensial bagi kehidupan jasad hidup. Akan tetapi dapat juga

merupakan suatu substansia yang membawa malapetaka, karena air dapat membawa

(17)

Faktor-faktor biotis (dalam hal ini mikroba) yang terdapat di dalam air, menurut

Suriawiria (1996) terdiri dari:

1.Bakteri

2.Fungi (jamur)

3.Mikroalga

4.Protozoa

5.Virus

Menurut Dwidjoseputro (1989), air tanah mangandung zat-zat anorganik maupun zat-zat

organik yang merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan

mikroorganisme (kehidupan mikroorganisme). Mikroorganisme yang autotrof

merupakan penghuni pertama dalam air yang mangandung zat-zat anorganik. Sel-sel

yang mati merupakan bahan organik yang memungkinkan kehidupan mikroorganisme

yang heterotrof. Temperatur juga ikut menentukan populasi mikroorganisme di dalam

air. Pada temperature sekitar 30oC merupakan temperatur yang baik bagi kehidupan

bakteri pathogen yang berasal dari hewan maupun manusia. Sinar matahari (terutama

sinar ultraviolet) memang dapat mematikan bakteri, akan tetapi daya tembus sinar

ultraviolet ke dalam air tidak maksimal. Air yang berarus deras kurang baik bagi

kehidupan bakteri. Hal ini berkaitan dengan tidak maksimalnya perkembangbiakan

bakteri, karena kebanyakan bakteri memerlukan media/substrat yang tenang untuk

perkembangbiakannya (Dwijoseputro, 1989).

Air sumur pada umumnya lebih bersih daripada air permukaan, karena air yang

(18)

kebersihan air secara kasat mata belum tentu mengindikasikan terbebasnya air tersebut

dari kontaminasi bakteri, kebersihan dan kontaminasi bakteri pada air sumur sangat

berkaitan erat dengan lingkungan sekitar sumur (Nurdin, 2007). Temperature yang

optimum sepanjang tahun di Indonesia ini menyebabkan air di alam terbuka selalu

mengandung mikroorganisme

Kandungan mikroorganisme dalam air alami sangat berbeda tergantung pada lokasi dan

waktu. Apabila air merembes dan meresap mealalui tanah akan membawa sebagian

mikroorganisme bagian tanah yang lebih dalam. Air tanah pada umumnya paling sedikit

mengandung mikroorganisme dan air tanah yang terdapat pada bagian yang dalam sekali

hampir tidak mengandung mikroorganisme. Sebaliknya air permukaan sering banyak

mengandung mikroorganisme yang berasal dari tanah dan dari organisme yang terdapat

di danau-danau dan sungai-sungai. Kehadiran mikroba didalam air akan mendatangkan

keuntungan dan kerugian (Dwijoseputro, 1989).

Mikroorganisme Patogen yang dapat Mengkontaminasi Air

Mikroorganisme patogen dalam air dapat masuk ke dalam tubuh dengan perantaraan air

minum atau infeksi pada luka yang terbuka. Mikroorganisme ini umumnya tumbuh

dengan baik di dalam saluran pencernaan dan keluar bersama feses, bakteri ini disebut

bakteri coliform (Tarigan, 1988). Adanya hubungan antara tinja dengan coliform, maka

bakteri ini dijadikan indikator alami kehadiran materi fekal. Artinya, jika pada suatu

(19)

atau benda tersebut sudah dikenal atau dicemari oleh materi fekal. Selain itu dijelaskan

pula bahwa ada kesamaan sifat dan kehidupan antara bakteri coliform dengan bakteri lain

penyebab penyakit perut, tifus, paratifus, disentri dan kolera. Oleh karena itu kehadiran

bakteri coliform dalam jumlah tertentu didalam suatu substrat ataupun benda, misalnya

air dan bahan makanan sudah merupakan indikator kehadiran bakteri penyakit lainnya.

(Bergey,2000)

Menurut Supardi dan Sukamto (1999), bakteri coliform dapat dibedakan menjadi dua

bagian, yaitu.

a)Coliform fekal, misalnya E. coli, merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan

atau manusia.

b)Coliform non-fekal, misalnya E. aeroginosa, biasanya ditemukan pada hewan atau

tanaman yang telah mati.

Bakteri E. coli memiliki kemampuan untuk memfermentasikan kaldu laktosa pada

temperatur 37° Celcius dengan membentuk asam dan dan gas dalam waktu 48 jam. Sejak

diketahui bahwa E. coli tersebar dalam semua individu, analisis bakterialogis terhadap

air minum ditunjukkan dengan kehadiran bakteri tersebut. Walaupun adanya bakteri

tersebut tidak dapat memastikan adanya bakteri patogen secara langsung, namun dari

hasil yang didapat memberikan kesimpulan bahwa E. Coli dalam junlah tertentu dalam

(20)

Aerobacter dan Klebsiela yang biasa disebut golongan perantara, memiliki sifat Coli, dan

lebih banyak didapatkan dalam habitat tanah dan air daripada dalam usus, sehingga

disebut “nonfekal” dan umumnya tidak patogen. Pencemaran bakteri fekal tidak

dikehendaki, baik dari segi estetika, sanitasi, maupun kemungkinan terjadinya infeksi

yang berbahaya. Jika dalam 100 ml air minum terdapat 500 bakteri Coli, mungkin terjadi

penyakit gastroenteritis yang segera dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh,

sehingga dapat tinggal dalam blander (cystitis) dan pelvis (pyelitis), ginjal dan hati.

(Wahjono,2007)

Beberapa macam mikroorganisme patogen yang mengkontaminasi air, antara lain:

1. Salmonella typhi, adalah bakteri gram negatif berbentuk batang, tidak membentuk

spora namun bersifat patogen, baik pada manusia ataupun hewan. Dapat

menyebabkan demam typhoid. Sebenarnya penyakit demam typoid dapat

dipindahkan dengan perantara makanan yang terkontaminasi dan dengan kontak

langsung dengan si penderita. Namun yang paling umum sebagai fakta penyebab

adalah air. Air dapat terkontaminasi oleh bakteri ini karena kesalahan metode

pemurnian air atau kontaminasi silang antara pipa air dengan saluran air limbah

(Tarigan, 1988).

2. Clostridium prefringens adalah bakteri gram positif pembentuk spora yang sering

ditemukan dalam usus manusia, tetapi kadang-kadang juga ditemukan di luar usus

manusia seperti tanah, debu, lingkungan dan sebagainya. (Allen,2003)

3. Escherichia coli adalah bakteri gram negatif berbentuk batang yang tidak

(21)

bakteri komensal yang umumnya bukan patogen penyebab penyakit namun bilamana

jumlahnya melampaui normal maka dapat pula menyebabkan penyakit. E. Coli

merupakan salah satu bakteri coliform. (Feng,2002)

4. .Leptospira merupakan bakteri berbentuk spiral dan lentur yang merupakan penyebab

penyakit leptosporosis. Penyakit ini merupakan penyakit zoonosis atau penyakit

hewan yang bisa berpindah ke manusia. Pada umumnya penyebaran bakteri ini

adalah pada saat banjir. (Brooks,2008)

5. Shigella dysentriae adalah basil gram negatif, tidak bergerak. Bakteri ini menyebabkan penyakit disentri . Spesies lain seperti S. Sonnei dan S. Paradysentriae juga menyebabkan penyakit disentri (Dwijoseputro, 1989).

6. Vibrio cholerra adalah bakteri yang berbentuk agak melengkung, gram negatif dan

monotrik. Bakteri ini menyebabkan penyakit kolera yang endemis di indonesia dan

sewaktu-waktu berjangkit serta memakan banyak korban (Dwijoseputro, 1989)

Mikroorganisme Indikator

Mikroorganisme indikator adalah sekelompok mikroorganisme yang digunakan sebagai petunjuk kualitas air. Mikroorganisme indikator telah digunakan untuk mendeteksi dan menghitung kontaminasi tinja di air, makanan, dan sampel lainnya. Untuk digunakan sebagai mikroorganisme indikator, terdapat persyaratan yang harus dipenuhi oleh mikroorganisme tersebut, kendati demikian, persyaratan ini tidak mutlak untuk dipenuhi seluruhnya, tergantung kondisi yang ada (Saefumillah,2003). Syaratnya antara lain:

(22)

 Mikroorganisme harus muncul bila patogen enterik dan sumber polusi muncul

 Tidak ada di air yang terpolusi

 Mudah diisolasi, murah, mudah diidentifikasi, dan mudah dihitung

 Lebih banyak jumlahnya dan lebih tahan dibanding patogen

 Bukan merupakan patogen

 Tidak berkembang biak di air

 Merespon perlakuan dan kondisi lingkungan

 Kepadatan indikator harus berkaitan langsung dengan derajat polusi

 Menjadi bagian dari mikroflora dalam saluran pencernaan hewan berdarah panas

Mikroorganisme indikator dapat dibedakan menjadi indikator bakteri, indikator virus, dan indikator protozoa. (Suriawiria,1996)

1. Indikator Bakteri

Terdapat lima bakteri yang umum digunakan sebagai indikator: a. Coliform

(23)

Pada keadaan normal, coliform terdapat di air dalam jumlah standar dan dapat diukur, namun bila terjadi pencemaran air, jumlah coliform akan menjadi banyak dan dapat melebihi jumlah bakteri patogen lain. Oleh karena itu, coliform dapat digunakan sebagai indikator pencemaran air. Jika terdapat bakteri coliform dalam air, belum tentu bakteri patogen juga ada di air tersebut, namun jika bakteri coliform terdapat dalam jumlah besar maka perlu diperiksa kembali keberadaan bakteri patogen lain. (Madigan,2009)

b. Coliform tinja

Digunakan untuk mendeteksi pencemaran tinja. Merupakan bakteri termotoleran yang dapat beradaptasi dengan cara stabilisasi protein pada suhu di saluran pencernaan. Coliform tinja dapat melakukan fermentasi dengan menghasilkan asam dan gas pada suhu 44.5 °C. Coliform tinja memiliki korelasi yang kuat dengan pencemaran tinja hewan berdarah panas. Untuk mendeteksi E.coli pada coliform tinja secara lebih spesifik dapat digunakan enzim MUG yang akan berpendar dengan sinar UV. (Madigan,2009)

c. Streptococcus Tinja – Enterococcus

(24)

d. Clostridium

Merupakan mikrobiota pada hewan berdarah panas dan limbah. Sifatnya lebih stabil dibanding patogen dan memiliki spora sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi polusi yang terjadi di waktu lampau. (Allen,2003)

e. Pseudomonas

Digunakan sebagai indikator kolam renang selain Staphylococcus aureus. Memiliki sifat tahan terhadap desinfeksi kimiawi. Berpigmen pyocyanin dan dapat berpendar. (Brooks,2008)

f. Bacteroides sp. dan Bifidobacteria sp.

Banyak ditemukan di feses 100 kali dibanding yang lain. Kedua bakteri ini sulit dideteksi karena bersifat sangat anaerob dan dapat musnah bila terkena oksigen, sehingga untuk mendeteksi perlu kondisi yang sangat anaerob pula. Beberapa jenis Bacteroides spesifik pada manusia. (Brooks,2008)

2. Indikator Protozoa

(25)

Mikroorganisme yang menjadi indikator makanan merupakan kelompok bakteri yang keberadaannya di makanan di atas batasan jumlah tertentu, yang dapat menjadi indikator suatu kondisi yang terekspos yang dapat mengintroduksi organisme berbahaya dan menyebabkan proliferasi spesies patogen ataupun toksigen. Misalnya E. coli tipe I, coliform dan fekal streptococci digunakan sebagai indikator penanganan pangan secara tidak higienis, termasuk keberadaan patogen tertentu. Mikroorganisme indikator ini sering digunakan sebagai indaktor kualitas mikrobiologi pada pangan dan air. (Supardi dkk,1999)

Kualitas Air

Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga harus memenuhi persyaratan yang

sudah ditentukan sesuai peraturan Internasional (WHO dan APHA). Kualitas air bersih di

Indonesia sendiri harus memenuhi persyaratan yang tertuang di dalam peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 173/Men. Kes/Per/VIII/77. Menurut Suriawiria (1985), kualitas tesebut

menyangkut:

1. Kualitas Fisik, meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau, dan rasa.

2. Kualitas Kimia, yaitu yang berhubungan dengan adanya ion-ion senyawa ataupun

logam yang membahayakan dan pestisida.

3. Kualitas Biologi yaitu berhubungan dengan kehadiran mikroba patogen

(26)

Kandungan bakteri E. Coli dalam air berdasarkan ketentuan WHO dalam Dwijoseputro

(1989), dalam hal jumlah maksimum yang diperkenankan per 100 ml adalah 1000, air

untuk kolam renang 200, dan air minum 1. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas air secara

biologis ditentukan oleh kehadiran bakteri E. Coli di dalamnya. Sumur merupakan salah

satu penampungan air yang utama bagi penduduk perkampungan. Dengan demikian air

dalam sumur tersebut harus memenuhi syarat air yang baik untuk dikonsumsi. Agar air

dalam sumur tersebut berkualitas baik maka sebaiknya jarak sumur dan septictank kurang

lebih 10 meter. Menurut Setyawati (2007) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa

kandungan bakteri yang terdapat dalam air sumur dipengaruhi oleh konstruksi sumur,

aktivitas domestik sekitar sumur, cara penggunaan sumur, dan pemeliharan sumur.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut konstruksi sumur paling berpengaruh terhadap

kandungan bakteri di dalam air sumur.

C. Analisis Mikrobiologi Air

Permukaan air yang kelihatannya jernih dan bersih, belum tentu air tersebut bebas dari

kontaminan. Bisa saja air ini terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen yang dapat

membahayakan kesehatan manusia. Mikroorganisme kontaminan tersebut dapat dideteksi

dengan menggunakan metode-metode laboratorium. Pengujian macam-macam

(27)

Analisis yang digunakan dalam pemeriksaan mikrobiologi antara lain: (Blodgett,2006)

A. Total Count

Total count bakteri, ditentukan berdasarkan penanaman bahan dalam jumlah dan

pengenceran tertentu ke dalam media yang umum untuk bakteri. Setelah

diinkubasikan pada suhu kamar selama waktu maksimal 4 x 24 jam, dilakukan

perhitungan koloni. Total count fungi, dilakukan dengan metode yang sama kecuali

suhu inkubasi 28 ± 1oC. Pada permukaan media pertumbuhan untuk fungi

ditambahkan asam laktat 3% sebelum memasukkan sampel untuk mencegah

pertumbuhan bakteri.

B. Penentuan Nilai IPB (Indeks Pencemar Biologis)

Makin tinggi nilai IPB, maka makin tinggi kemungkinan deteriosasi/korosi materi di

dalam sistem pabrik (logam-logam yagn mengandung Fe dan S) ataupun terhadap

kemungkinan adanya kontaminasi badan air oleh organisme patogen.

C. Perhitungan Nilai Total Coliform

Coliform total ditentukan dengan teknik MPN (Most Probable Number) atau JPT

(Jumlah Perkiraan Terdekat) dan dengan metode penyaring membran. MPN

merupakan metode penentuan jumlah bakteri yang tumbuh pada pengenceran

(28)

dibandingkan dengan metode hitung cawan, karena lebih sensitif dan dapat

mendeteksi coliform dalam jumlah yang sangat rendah di dalam sampel air (Supardi

dan Sukamto, 1999). Uji kualitas coliform terdiri dari tiga tahap, yaitu:

(1) Uji pendugaan,

(2) Uji penegasan,

(3) Uji lengkap.

Menurut fardiaz (1993), uji kualitas coliform tidak harus dilakukan secara lengkap

seperti di atas. Hal ini tergantung dari berbagai faktor, seperti waktu, mutu, sampel

yang diuji, biaya, tujuan analisis, dam faktor-faktor lainnya.

Metode MPN ini menggunakan medium cair di dalam tabung reaksi, yang

perhitungannya dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif setelah diinkubasi

pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung positif dapat dilihat dengan

mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas pada tabung Durham untuk

mikroba pembentuk gas, seperti E. coli. Metode MPN ini biasanya dilakukan untuk

menghitung jumlah mikroba di dalam sampel cair, dapat pula dilakukan untuk

menghitung jumlah mikroba untuk sampel yang bentuknya padat, dengan terlebih

dahulu membuat suspensi 1:10 dari sampel tersebut (Siswandi, 2000).Perhitungan

jumlah bakteri coliform dilakukan dengan rumus :

(29)

D. Penyebaran Penyakit melalui Air

Penyakit dapat menular dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui

air. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air disebut water borne disease atau water

related disease. (Darmadi,2008)

Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi kedalam empat kelompok menurut cara penularannya yaitu (Darmadi,2008):

a. Water borne mechanism

Kuman patogen yang berada dalam air dapat menyebabkan penyakit pada manusia, ditularkan melalui mulut atau sistem pencernaan. Contoh: kolera, tifoid, hepatitis virus, disentri basiler dan poliomielitis.

b. Water washed mechanism

Jenis penyakit water washed mechanism yang berkaitan dengan kebersihan individu dan umumnya dapat berupa:

1. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak. 2. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakoma 3. Penyakit melalui gigitan binatang pengerat, seperti leptospirosis.

c. Water based mechanism

(30)

d. Water related insect vector mechanism

(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang observasi dan pemeriksaannya hanya dilakukan dalam satu waktu untuk memperoleh gambaran kualitas air yang digunakan di unit perinatologi di Rumah Sakit Abdoel Moeloek dengan melakukan uji coliform pada air yang digunakan di unit perinatologi Rumah Sakit Abdul Moeloek dengan metode Most Probable Number (MPN)

2. Waktu dan Tempat Penelitian

(32)

3. Bahan dan Alat Penelitian

3.1.Media yang Digunakan

3.1.1. Lactose Broth Single Strength

3.1.2. Lactose Broth Triple Strength

3.1.3. Brilliant Green Lactose Bile Broth

3.1.4. Eosin Metilen Blue

3.1.5. Agar SIM digunakan untuk uji biokimia bakteri Gram negatif

3.1.6. Agar sitrat digunakan untuk uji biokimia bakteri gram negatif

3.1.7. Larutan gula-gula digunakan untuk uji biokimia bakteri Gram negatif

3.2.Alat-alat Penelitian

(33)

4. Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah air yang digunakan di unit Perinatologi Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek yang non-konsumtif yaitu air yang berasal dari 10 keran yang digunakan oleh tenaga medis dan berada di unit perinatologi baik di lantai 1 ataupun di lantai 2.

5. Prosedur Penelitian

5.1.Pengambilan Sampel

Sampel berupa air yang diambil dari unit Perinatologi Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek dengan menggunakan botol steril kemudian dipindahkan sebanyak 100ml kedalam dua gelas beker yang sudah disterilkan sebelumnya.

5.2.Pengolahan Sampel

5.2.1 Uji Penduga (Presumptive Test)

Spesimen cair ditanam pada:

1. Lima tabung Lactose Broth Triple Strenght (5 ml) sebanyak 10 ml.

2. Satu tabung Lactose Broth Single Strenght (10 ml) sebanyak 1 ml.

3. Satu tabung Lactose Broth Single Strenght (10 ml) sebanyak 0,1 ml.

(34)

5.2.2 Uji Penegasan (Confirmed Test)

1) Dari tabung-tabung Lactose Broth pada uji penduga yang menghasilkan gas diambil sedikit dengan mencelupkan ose ke dalamnya kemudian dicelupkan kembali ke dalam tabung Brilliant Green Lactose Bile Broth, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam.

2) Tabung-tabung yang menghasilkan gas dicatat dan dicocokkan dengan tabel MPN untuk menentukan jumlah terdekat bakteri coliform yang terkandung di dalam sampel.

5.2.3 Uji Kelengkapan (Completed Test)

1) Tabung Brilliant Green Lactose Bile Broth yang menghasilkan gas dicelupkan dengan ose, kemudian ditanam pada agar EMB dan diinkubasi dalam inkubator 37oC selama 24 jam.

2) Koloni yang terbentuk dilakukan uji biokimia. Ose digoreskan pada koloni yang terbentuk kemudian ditanam pada tabung-tabung untuk uji biokimia (glukosa, laktosa, manitol, maltosa, sukrosa, SIM, agar sitrat). Tabung-tabung tersebut kemudian diinkubasi dalam inkubator 37oC selama 24 jam.

Uji Biokimia

a. Uji Gula-Gula

(35)

mengaduk dengan ose secara perlahan-lahan dipermukaan tabung. Lalu dihomogenkan. Diinkubasikan pada suhu 370C selama 24 jam.

Tujuan uji ini adalah untuk mengetahui bakteri yang menghasilkan gas &

asam. Hasil + ditandai dengan terjadinya perubahan

dari biru menjadi kuningmenandakan bakteri tersebut menghasilkan asam, serta adanya gelembung udara menandakaan bakteri tersebut

menghasilkan gas.

b.Uji SIM

Dengan menggunakan ose steril, diambil koloni dari biakan, kemudian ditanam pada media SIM dengan cara menusuk ose tegak lurus. Inkubasikan pada suhu 370C selama 24 jam. SIM merupakan media untuk membedakan tiga parameter yaitu :

- Reduksi Sulfur→ untuk membedakan bakteri enterik

- Uji Indol →bagian dari uji IMViC, untuk membedakan family Enterobacteriaceae

- Uji Motilitas →untuk membedakan jenis bakteri secara umum.

(36)

Prinsip Reduksi Sulfur :

Bakteri dapat mereduksi sulfur menjadi hydrogen sulfide, maka hydrogen sulfide akan bereaksi dengan zat besi ( Iron) menjadi ferric sulfide yang mengendap berwana hitam.

Uji Reduksi Sulfur Positif → Warna hitam pada media

Urutan tes : Tes Reduksi Sulfur → Tes Motilitas →Uji Indol.

c. Uji TSIA

Dengan menggunakan ose steril, diambil biakan, lalu ditanam pada media TSIA dengan cara menusuk ose sampai sepertiga dasar tabung. Kemudian diangkat dan digores secara zig zag pada permukaannya. Diinkubasikan pada suhu 370C selama 24 jam.

Tujuan:

untuk melihat bakteri yang bisa memfermentasikan glukosa dan

menghasilkan gas

Reaksi:

a. pembentukan H2S dari cystein asam amino dimana peptone terdapat

dalam media

b. pembentukan H2S dari reaksi anorganik bahan yang mengandung

(37)

d.Uji Sitrat

Dengan menggunakan ose steril, diambil biakan, lalu ditanam pada media Simmon’s citrat dengan cara digores secara zig zag pada permukaannya. Diinkubasikan pada suhu 370C selama 24 jam.

Tujuan:

(38)

Bagan Uji Biokimia

(39)

Tabel Uji Biokimia:

Tabel 1. Identifikasi bakteri Gram negatif

(40)

5.3.Alur Penelitian

Inkubasi pada suhu 37oC, 48 jam

Tanam pada media BGLB, diinkubasi pada suhu 37oC, 48 jam

Cocokkan dengan tabel perkiraan terdekat jumlah bakteri coliform, kemudian tanam pada EMB pada

suhu 37oC selama 24 jam

Uji biokimia dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam

Gambar 7. Alur Penelitian (Meutia, 2008) Sampel air yang digunakan di unit

(41)

6. Definisi Operasional

Tabel 3. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur

Mikroorganisme air Bakteri yang

berkembangbiak di air

Kultur identifikasi Media pertumbuhan, Uji biokimia

Metode MPN Media pertumbuhan

7. Penyajian Data

(42)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dibuat kesimpulan umum dan khusus :

1. Kesimpulan Umum

Terdapat pertumbuhan mikroorganisme pada air non konsumtif di unit perinatologi Rumah Sakit Umum Abdul Moeluk Bandar Lampung.

2. Kesimpulan Khusus

 Bakteri yang ditemukan di air keran unit perinatologi Rumah Sakit

Umum Abdul Moeluk Bandar Lampung adalah Klebsiella sp. (49%), Pseudomonas sp. (4%), Providenca rettgeri (2%), Citrobacter sp. (27%), Hafnia alvei (2%), Clostridium sp. (6%), Rhoducoccus equi (2%), Branhamella catarrhalis (2%), Enterobacter aerogenes (2%), Escherichia coli (4%).

 Jumlah bakteri didalam air yang dibagi berdasarkan sampel adalah

(43)

pertama di Laundry terdapat 265 /100ml sampel, pada air keran di kamar mandi 1 lantai 2 terdapat 84 /100ml sampel, pada air keran kedua di Laundry terdapat 17 /100ml sampel, dan pada air keran di ruangan perinasia didapatkan 2 /100ml.

 Kualitas air pada unit perinatologi di Rumah Sakit Abdul Moeluk

adalah kelas I (30%) dan kelas II (70%), dan belum memenuhi persyaratan kualitas bakteriologis air bersih.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah disebutkan diatas, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi Rumah Sakit Abdul Moeluk, khususnya ruang perinatologi dapat menjadikan penelitian ini sebagai sumber informasi dan juga sebagai saran perbaikan higiene dan sanitasi khususnya pada air yang digunakan.

(44)

disterilkan. Dan apabila digunakan untuk minum, maka air harus dimasak dulu dengan benar.

(45)

PERTUMBUHAN MIKROORGANISME PADA AIR YANG DIGUNAKAN DI UNIT PERINATOLOGI DI RUMAH SAKIT UMUM

ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

FATRIANDA PUTRI CYNINTHIA KENNEDY

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(46)

DAFTAR ISI B.Mikroorganisme di dalam air... C.Analisis Mikrobiologi Air ... D.Penyebaran penyakit melalui air ... III. METODE PENELITIAN ... 1. Desain Penelitian ... 2. Waktu dan Tempat... 3. Bahan dan Alat Penelitian ... 3.1. Media yang Digunakan ... 3.2. Alat-alat Penelitian ...

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...

(47)

A.Hasil Penelitian... B.Pembahasan... V. KESIMPULAN DAN SARAN... A.Kesimpulan... B.Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN...

40 43

(48)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Identifikasi bakteri Gram negatif ... 2. Definisi operasional ………... 3. Perkiraan terdekat jumlah bakteri coliform dengan kombinasi

5x10ml, 1x1ml, dan 1x0,1ml ………... 4. Hasil Uji Biokimia pada Sampel air ...……….... 5. Indeks MPN coliform per 100ml sampel dalam air keran

perinatologi RSUAM Bandar Lampung ………...

36 38

59 60

(49)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka teori ... 2. Kerangka konsep penelitian ... 3. Faktor eksterinsik terjadinya infeksi nosokomial ... 4. Berbagai faktor yang mempengaruhi infksi nosokomial ………… 5. Bagan uji biokimia....………... 6. Alur penelitian ...……… 7. Kualitas air pada unit perinatologi di Rumah Sakit Abdul Moeluk

Bandar Lampung ...………... 8. Hasil Identifikasi bakteri pada air di unit perinatologi di Rumah

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Abbot,SL.2007.Klebsiella, Enterobacter,Citrobacter,Serratia,Plesiomonas and other Enterobacteriaceae.In P.R.Murray,E.J.Baron,J.H.Jorgensen,M.A.Pfaller and M.L.Landry (Eds.),Washington,DC;ASM press

Ainsworth,R.2004.Safe Piped Water : Managing Microbial Water Quality in Piped Distribution System.IWA Publishing.London, for the World Health Organization, Geneva

Akko AA,Nkeng GE, Takem GE.2009.Water Quality and Occurrence of Water-borne diseases in The Douala 4th District,Cameroon. PubMed.gov US National Library of Medicine National Institutes of Health. Diakses pada tanggal 20 November 2012

Allen SDS,Emery CL,Lyerly DM.2003.Clostridium. In: Manual of Clinical Microbiology, 8th ed. Murray PR et al (editors).ASM Press

Anonim.2001.Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

Anonim.2002.Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Anonim.2004.Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004

Anonim.1990.Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990

Anonim.1990.Pengendalian Pencemaran Air.Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990

(51)

Anonim.2011.Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia 2010.Kementrian Lingkungan Hidup.Jakarta

Balaguris.2009.Infeksi nosokomial. Http://infeksi-noskomial.html. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2012 pukul 22:10

Berdanier,Carolyn, and Dwyer, Johanna and Feldman, Elaine.2007.Handbook of Food and Nutrition : Second Edition.CRC Press

Bergey.2000.Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology.William andWilkins Co Baltrimore:United States

Blodgett,R.2006.Appendix2,Most Probable Number from Serial Dilution.BAM (Bacteriological Analytical Manual), Chapter 4.FDA (Food and Drug Administration

Brooks,G.2008.Mikrobiologi Kedokteran. Dalam:Jawetz, Melnick & Adleberg’s Medical Microbiology, Edisi 23.EGC:Jakarta

Buchholz,U, Bernard H, Werber D, Bohmer MM,Remschmidt C, Wilking H.2011.German outbreak of Escherichia coli O104:H4 associated with sprouts.N Engl J Med.Nov 10 2011;365(19):1763-70

Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial : Problematika Dan Pengendaliannya. Jakarta : Penerbit Salemba Medika

Dimyati,V.2011.Infeksi RS Ancam Kematian Pasien. Diakses dari http://www.jurnas.com/halaman/9/2011-11-08/188268 pada tanggal 25 Oktober 2012 pukul 22:00

Ducel,G.Fabry,J.Nicolle,L.2002.Prevention of hospital-acquired infections, A practical guide. (2nd ed).World Health Organization Departement of Communicable disease Surveillance and Response

Dwidjoseputro.1989.Dasar dasar Mikrobiologi.Penerbit Djambatan:Jakarta

Feng,Peter,S.D.Weagant, and M.A.Grant.2002.Enumeration of Escherichia coli and the Coliform Bacteria.BAM (Bacteriological Analytical Manual), Chapter 4.FDA (Food and Drug Administration)

Hosbul,T.Ozyurt,M.Karademir,F.Suleymanoqlu,S.Haznedaroqlu,T.2012.

(52)

National Library of Medicine National Institutes of Health.Diakses pada tanggal 25 Oktober 2012

Lusyati, S. 2005.Neonatal sepsis in a Neonatal Intensive Care Unit in Indonesia Lusyati,S.Harahap,F.2007.Modifikasi Sistem Cairan Intravena Menurunkan Infeksi

Nosokomial di NICU-Harapan Kita.Sari Pediatri, Vol. 9 No. 1

MacDonal,T.Frankel,G.Dougan,G.,Goncalves,N. & Simmons,C.2003.Host defences to Citrobacter rodentium.International Journal of Medical Microbiology,293(1),87-93

Madigan 2009. Brock Biology of Microorganism 12th ed. San Francisco: Pearson Education.Inc.Page. 1025-1033.

Mena KD, Gerba CP.2009.Risk assesment of Pseudomonas aeruginosa in water.PubMed.gov US National Library of Medicine National Institutes of Health.2009;201:71-115

Miftode,E.,Dorneanu,O.,Leca,D.,Teodor,A.,Mihalache,D.,Filip,O.2008.Antimicrobial resistance profile of E.coli and Klebsiella spp. From urine in the Infectious Diseases Hospital lasi.Rev Med Chir Soe Med Nat lasi.Apr-Jun 2008;113(2):78-82

Natalia,L.2008.Pseudomonas aeruginosa, Penyebab Infeksi Nosokomial Diakses dari

Pseudomonas aeruginosa, Penyebab Infeksi

nosokomial.mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/lia-natalia078114123.pdf pada tanggal 26 Oktober 2012 pukul 9:58

National Standard Method.2005.Enumeration of Clostridium perfringens by membrane filtration, Issue no 3,1, Reference no W513.1

Nawaz,M.2008.Isolation and characterizaton of tetracycline-resistant Citrobacter spp. from catfish.Food Microbiol.,25(1),85-91

Nordmann,P.,Cuzon,G.,Naas,T..2009.Lancet Infectn Dis.Apr 2009;9(4):28-36

Notoadmojo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi revisi. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta

Nurdin. 2007.Analisa Sistem Kelembagaan Dalam Perencanaan dan Strategi Pengelolaan Lahan Kritis DAS Bila. (Disertasi). Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor:Bogor.

(53)

Pratt RJ;Pellowe CM; Wilson JA; Loveday HP;Harper P;Jones SRLJ;McDougall C;Wilcox MH.2007.Epic 2: National Evidence-Based Guidelines for Preventing Healthcare-Associated Infection In NHS Hospitals in England.Journal of Hospital Infection.65S;S1-S64. http://www.health-

Id.uwl.ac.uk/richardwells/pdfs%20and%20documents/epic2-final%20glines.pdf.

Prevention of hospital-acquired infectionsA practical guide2nd edition World Health OrganizationDepartment of Communicable Disease,Surveillance and

Response.2002.http://www.who.int/emc.

Ryan,KJ.2004.Enterobacteriaceaae.In K.J.Ryan, & C.G.Ray (Eds),Sherris Medical Microbiologi:An Introduction to Infectious diseases (4th ed.,pp.343-371),USA:McGraw-Hill

Saefumillah,A.2003.Eutrofikasi Problem Lingkungan Berskala Global.Kompas Cyber Media, 28 Mei 2003. Diakses dari www.kompas.com pada 22 Oktober 2012 pukul 18:00

Setyowati, I., 2007, Pembuatan Membran SiO2 dari Sekam Padi untuk Menyaring Unsur Fe, Mn, dan Mg dalam Air, Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, UNDIP, Semarang.

Shekhawat,PS.,Singh,RN.,Shekhawat,R.,Joshi,KR.1992.A Bacteriological Study of The Environment of Pediatric Ward and Neonatal Nursery. PubMed.gov US National Library of Medicine National Institutes of Health. Diakses pada tanggal 20 November 2012

Sidjabat,H,.Nimmo,GR.,Walsh,TR.,Binotto,E.,Htin,A.,Hayashi,Y.2011.Carbapenem resistance in Klebsiella pneumoniae due to the New Delhi Metallo-β -lactamase.Clin infect Dis.Feb 2011;52(4):481-4

Supardi, I. & Sukamto. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan. Penerbit Alumni, Bandung.

Suriawiria, U. 1996. Mikrobiologi Air dan Dasar-dasar Pengolahan Buangan Secara Biologis. Penerbit Alumni. Bandung.

Tarigan,J.1988.Pengantar Mikrobiologi.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi. Jakarta

(54)

Todar,K.2008.Pseudomonas sp.in Todar’s online Textbook of Microbiologi. Diakses dari http://textbookofbacteriology.net/pseudomonas.html pada 21 Februari 2013 Triana,D.2012.Kualitas Fisik, Kimia (pH), dan Bakteriologis (bakteri coliform) Air

Bersih di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Kabupaten Bireuen Nanggroe Aceh Darussalam.USU Institutional Repository http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/34357

Trilla, A. 2005. Epidemiology of nosocomial infections in adult intensive care units. Barcelona, Spain: Infection Control Program, Infectious Diseases Unit, Hospital Clinic, University of Barcelona Diakses dari http://www.springerlink.com/content/j08704314868gp76/

Tu,YC.,Lu,MC.,Chiang,MK.,Huang,SP.,Peng,HL.,Chang,HY.2009.Genetic

requirements for Klebsiella pneumoniae-induced liver abscess in an oral infection model.Infect immun.May 11 2009

Utama,H.W.2006.Infeksi Nosokomial. Diakses dari

http://klikharry.wordpress.com/2006/12/21/infeksi-nosokomial/ pada tanggal 14 November 2012

Wahjono,H.2007. Peran Mikrobiologi Klinik Pada Penaganan Penyakit Infeksi. Diakses dari eprints.undip.ac.id/320/1/Hendro_Wahjono.pdf pada tanggal 26 Oktober 2012 pukul 09:55

(55)

DI RUMAH SAKIT UMUM ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG Fatrianda Putri Cyninthia Kennedy 1), dr. Ety Aprliana, M.Biomed2),

dr. Prambudi Rukmono, Sp.A3)

1)

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 2)Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 3)Staf Pengajar Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung

Abstrak

Rumah sakit merupakan salah satu tempat dapat ditemukannya mikroba patogen, karena mikroba patogen dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit seperti udara, lantai, air, makanan, benda-benda medis ataupun non medis. Air sangat penting bagi kehidupan manusia dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya untuk minum, mencuci baju , mencuci peralatan makan, mencuci tangan, mandi, mencuci botol susu, dan memandikan bayi, tetapi air juga merupakan substansia yang membawa malapetaka, karena dapat membawa mikroorganisme patogen dan berperan sebagai media dimana mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang . Karena itu dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat pertumbuhan mikroorganisme pada air yang digunakan di unit perinatologi RSUAM, apa saja jenisnya, berapa jumlahnya, dan bagaimana kualitas airnya.

Penelitian ini menggunakan metode Most Probable Number (MPN) dan uji biokimia untuk mengidentifikasi bakteri yang didapat. Sampel yang digunakan berupa air non-konsumtif yang yang digunakan tenaga medis di unit perinatologi RSUAM.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pertumbuhan mikroorganisme pada air dengan kadar kekeruhan bervariatif berkisar antara 2 hingga >979 per 100 ml. Adapun 5 jenis bakteri terbanyak yang ditemukan adalah Klebsiella sp., Citrobacter sp., Clostridium sp., Pseudomonas sp.,dan Escherichia coli. Dan menurut Permenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004, air di unit perinatologi RSUAM belum memenuhi syarat kualitas bakteriologis air bersih.

(56)

MOELOEK

Fatrianda Putri Cyninthia Kennedy 1), dr. Ety Aprliana, M.Biomed2), dr. Prambudi Rukmono, Sp.A3)

1)

Medical Faculty Student of Lampung University, 2)Medical Faculty Lecturer of Lampung University, 3)Medical Faculty Lecturer of Lampung University

Abstract

The hospital is one of place that the pathogenic microbes can be found, because microbial pathogens can live and growing in a hospital environment such as air, the floor, water, food, medical item or non-medical. Water is essential for human life and used in daily life such as for drinking, washing clothes, washing utensils, washing hands, bathing, washing bottles, and bathing the baby, but water is also a subtantia disastrous, because it can bring pathogenic microorganisms and can be a medium which microorganism can grow dan thrive. Because of that this study was performed in order to determine wheter there is growth of

microorganism in water that used in Perinatology unit at RSUAM, what kind of bactery, how much the bactery, and how about the quality of the water.

This study uses the Most Probable Number (MPN) method and

biochemichal tests to identify the bacteria obtained. The samples used in the from of non-consumptive water that used of medics in perinatology unit at RSUAM.

The results showed that there was a growth of microorganism in that water with turbidity levels varied, ranging from 2 to > 979 per 100ml. The 5 types of bacteria ever found was Klebsiella sp.,Citrobacter sp., Clostridium sp.,

Pseudomonas sp., and Escherichia colli. And according Permenkes No.

1204/Menkes/SK/X/2004, water in there isn’t fulfilled the bacteriological water

quality requirements.

(57)

Infeksi nosokomial terjadi di seluruh negara di dunia, salah satunya adalah Indonesia. Survei prevalensi yang dilakukan WHO di 55 rumah sakit dari 14 negara yang mewakili 4 kawasan WHO (Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik Barat) menunjukkan rata-rata 8,7% pasien rumah sakit mengalami infeksi nosokomial (WHO, 2002) dan rata-rata sembilan persen dari 1,4 juta pasien rawat inap. Data infeksi nosokomial di Indonesia sendiri dapat dilihat dari data surveilans yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 1987 di 10 RSU Pendidikan, diperoleh angka infeksi nosokomial cukup tinggi yaitu sebesar 6-16 % dengan rata-rata 9,8 %. Penelitian yang pernah dilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakarta pada 2004 menunjukkan bahwa 9,8 % pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama dirawat (Balaguris, 2009).

Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya mikroba pathogen menular yang berasal terutama dari penderita penyakit menular. Mikroorganisme penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti udara, air, lantai, makanan, dan benda-benda medis maupun non medis. (Darmadi,2008)

Air sangat penting bagi kehidupan manusia dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya untuk minum, mencuci baju, mencuci peralatan makan, mencuci tangan, mandi, mencuci botol susu, dan memandikan bayi. tetapi air dapat membawa mikroorganisme patogen dan zat-zat kimia yang bersifat racun (Tarigan, 1988). Sebuah peneltian terhadap sampel air di Kamerun didapatkan jumlah coliform total rata-rata 74/100ml, coliform fekal 43/100ml, dan Streptococci fecal count 27/100ml. (Akoo dkk, 2009). Dan penelitian di India menunjukkan bahwa air rumah sakit memiliki coliform yang tinggi dan tangki air lebih kotor (Shekhawat dkk,1992)

(58)

Metode

Penelitian ini menggunakan metode Most Probable Number (MPN) untuk melakukan uji coliform dan uji biokimia untuk mengidentifikasi bakteri yang didapat. Sampel yang digunakan berupa air non-konsumtif yang yang digunakan tenaga medis di unit perinatologi RSUAM yang berasal dari 10 keran yang berada di lantai 1 dan di lantai 2 di unit perinatologi RSUAM. Sampel diambil menggunakan botol steril yang kemudian dibawa ke laboratorium mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan dipindahkan ke dalam gelas beker steril. Lalu sampel diperiksa melalui metode MPN dengan serangkaian uji yaitu uji penduga dengan cara menanam sampel pada media Lactose Broth, uji penegasan dengan cara menanam hasil dari uji penduga ke dalam media Brilliant Green Lactose Bile Broth, uji kelengkapan dengan cara melakukan uji biokimia terhadap hasil dari uji penduga. Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.

Hasil dan Pembahasan

Setelah dilakukan pengambilan sampel, uji penduga dan uji penegasan didapatkan kualitas air kelas I sebanyak 3 sampel (30%) dan sisanya sebanyak 7 sampel (70%) adalah air dengan kualitas kelas II.

Gambar 7. Kualitas air pada unit perinatologi di Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar Lampung.

30%

70%

Kelas I : Fecal coliform = <100/100ml, Total coliform = <1000/100ml

(59)

rettgeri 1 bakteri (2%), Citrobacter sp. 14 bakteri (27%), Hafnia alvei 1 bakteri (2%), Clostridium sp. 3 bakteri (6%), Rhoducoccus equi 1 bakteri (2%),

Branhamella catarrhalis 1 bakteri (2%), Enterobacter aerogenes 1 bakteri (2%), Escherichia coli 2 bakteri (4%).

Gambar 8. Hasil identifikasi bakteri pada air di unit perinatologi Rumah Sakit Abdul Moeloek.

(60)

1204/Menkes/SK/X/2004 yang membahas tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, parameter standar kualitas bakteriologis air bersih mengacu pada Permenkes RI No.907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum dan Permenkes No. 416 Tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Peraturan ini menyatakan bahwa persyaratan kualitas bakteriologis air bersih adalah 0/100ml untuk fecal coliform dan 0/100ml untuk total coliform. Sehingga dapat dikatakan bahwa air pada unit perinatologi Rumah Sakit Abdul Moeluk belum memenuhi persyaratan kualitas bakteriologis air bersih walaupun ada 30% air di unit perinatologi yang masuk kedalam golongan kelas I.Hal ini juga terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Dewi Triana pada tanggal 8 November 2012, yang meneliti kualitas air di RSUD dr.Fauziah NAD. Dimana air di RSUD tersebut menunjukkan kekeruhan sebesar 13/100ml, yang menurut peneliti tersebut belum memenuhi persyaratan kualitas air bersih.

(61)

(Miftode dkk, 2008).

Lalu bakteri kedua terbanyak yang teridentifikasi adalah Citrobacter sp.. Umumnya ditemuukan di tanah, makanan, air, dan saluran usus hewan dan manusia. Citrobacter jarang patogen nosokomial oportunistik karena merupakan bagian flora normal usus. Tetapi kemungkinan ditemukannya bakteri ini di air dikarenakan tercemar dari feses hewan (Ryan,2004). Citrobacter biasanya menyebabkan infeksi saluran kemih, infeksi dalam aliran darah, sepsis intra abdominal, abses otak, dan pneumonia dan infeksi neonatal lainnya (Tennant,2008), seperti meningitis, sepsis neonatal, infeksi sendi atau bakteremia (MacDonald,2003).

Clostridium sp. ditemukan sebanyak 6% dalam sampel. Bakteri ini sering dikait dengan kontaminasi feses (Anonim,2010). Karena bakteri ini mempunyai kemampuan bertahan hidup yang kuat, maka ketika kontaminasi feses pada air yang terdeteksi dengan adanya bakteri coliform melalui proses pengolahan, tidak mengherankan bila ditemukan Clostridium sp. disaat coliform menghilang. (National standard,2005) Bakteri ini tidak berbahaya di air melainkan bermasalah jika kontak dengan makanan (Ryan,2004). Bakteri ini dapat menyebabkan kasus keracunan makanan yang dapat membuat penderita mengalami kram perut parah dan diare, dan dapat menyebabkan kematian sebagai hasil dari komplikasi dehidrasi. Selain itu bakteri ini juga dapat mengakibatkan penyakit enteritis nekrotik (pig-bel syndrome) (Berdanier dkk,2007).

Sebanyak 4% bakteri yang terdapat dalam sampel adalah E.coli. Bakteri ini merupakan salah satu penyebab yang paling sering dari banyak infeksi bakteri, seperti kolesistitis, bakteremia, ISK, dan diare, dan infeksi klinis lain seperti meningitis dan pneumonia neonatal (Buchholz dkk,2011) E.coli berasal dari kotoran manusia dan hewan, ketika hujan bakteri ini dapat terbawa air hujan ke sungai, danau, ataupun air tanah (Feng,2002).

(62)

sering ditemukan dalam pusaran air dan kolam air panas (Mena dkk,2009). Pseudomonas sp. dapat hadir dalam jumlah rendah pada pasokan air rumah sakit (Pratt dkk,2007). Bakteri ini dapat mengakibatkan ISK, infeksi sistem pernapasan, dermatitis, bakteremia, infeksi gastrointestinal dan berbagai infeksi sistemik lainnya terutama pada pasien dengan luka bakar yang parah dan pada pasien kanker dan AIDS yang mengalami imunosupresi. (Todar,2008).

Simpulan

1. Terdapat pertumbuhan mikroorganisme pada air non konsumtif di unit perinatologi Rumah Sakit Umum Abdul Moeluk Bandar Lampung.

2. Bakteri yang ditemukan di air keran unit perinatologi Rumah Sakit Umum Abdul Moeluk Bandar Lampung adalah Klebsiella sp. (49%), Pseudomonas sp. (4%), Providenca rettgeri (2%), Citrobacter sp. (27%), Hafnia alvei (2%), Clostridium sp. (6%), Rhoducoccus equi (2%), Branhamella catarrhalis (2%), Enterobacter aerogenes (2%), Escherichia coli (4%).

3. Jumlah bakteri didalam air yang dibagi berdasarkan sampel adalah pada air keran di dapur lantai 1, di ruangan A, air keran di wastafel lantai 2 dan air keran di kamar mandi 2 lantai 2 terdapat >979 100ml sampel, pada air keran di SCN 1 lantai 2 dan pada air keran pertama di Laundry terdapat 265 /100ml sampel, pada air keran di kamar mandi 1 lantai 2 terdapat 84 /100ml sampel, pada air keran kedua di Laundry terdapat 17 /100ml sampel, dan pada air keran di ruangan perinasia didapatkan 2 /100ml. 4. Kualitas air pada unit perinatologi di Rumah Sakit Abdul Moeluk adalah

kelas I (30%) dan kelas II (70%), dan belum memenuhi persyaratan kualitas bakteriologis air bersih.

Daftar Pustaka

(63)

National Library of Medicine National Institutes of Health. Diakses pada tanggal 20 November 2012

Anonim.1990.Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990

Anonim.2001.Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

Anonim.2002.Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Anonim.2004.Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Anonim.2010.The Microbiology of Drinking Water-Part 6-Methods for the

isolation and enumeration of sulphite-reducing clostridia and Clostridium perfingens by membrane filtration.UK:Environment Agency

Balaguris.2009.Infeksi nosokomial. Http://infeksi-noskomial.html. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2012 pukul 22:10

Berdanier,Carolyn, and Dwyer, Johanna and Feldman, Elaine.2007.Handbook of Food and Nutrition : Second Edition.CRC Press

Buchholz,U, Bernard H, Werber D, Bohmer MM,Remschmidt C, Wilking H.2011.German outbreak of Escherichia coli O104:H4 associated with sprouts.N Engl J Med.Nov 10 2011;365(19):1763-70

Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial : Problematika Dan Pengendaliannya. Jakarta : Penerbit Salemba Medika

Feng,Peter,S.D.Weagant, and M.A.Grant.2002.Enumeration of Escherichia coli and the Coliform Bacteria.BAM (Bacteriological Analytical Manual), Chapter 4.FDA (Food and Drug Administration)

(64)

Health.2009;201:71-115

Miftode,E.,Dorneanu,O.,Leca,D.,Teodor,A.,Mihalache,D.,Filip,O.2008.Antimicro bial resistance profile of E.coli and Klebsiella spp. From urine in the

Infectious Diseases Hospital lasi.Rev Med Chir Soe Med Nat lasi.Apr-Jun 2008;113(2):78-82

National Standard Method.2005.Enumeration of Clostridium perfringens by membrane filtration, Issue no 3,1, Reference no W513.1

Prevention of hospital-acquired infectionsA practical guide2nd edition World Health OrganizationDepartment of Communicable Disease,Surveillance

and Response.2002.http://www.who.int/emc.

Ryan,KJ.2004.Enterobacteriaceaae.In K.J.Ryan, & C.G.Ray (Eds),Sherris Medical Microbiologi:An Introduction to Infectious diseases (4th ed.,pp.343-371),USA:McGraw-Hill

Shekhawat,PS.,Singh,RN.,Shekhawat,R.,Joshi,KR.1992.A Bacteriological Study of The Environment of Pediatric Ward and Neonatal Nursery. PubMed.gov US National Library of Medicine National Institutes of Health. Diakses pada tanggal 20 November 2012

Tarigan,J.1988.Pengantar Mikrobiologi.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi. Jakarta

Tennant,SM.,dkk.2008.Influence of Gastric Acid on Susceptibility to Infection with Ingested Bacterial Pathogens.Infect. Immun.,Feb,76 (2),639-645 Todar,K.2008.Pseudomonas sp.in Todar’s online Textbook of Microbiologi.

Diakses dari http://textbookofbacteriology.net/pseudomonas.html pada 21 Februari 2013

Triana,D.2012.Kualitas Fisik, Kimia (pH), dan Bakteriologis (bakteri coliform) Air Bersih di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Kabupaten Bireuen Nanggroe Aceh Darussalam.USU Institutional Repository

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/34357

(65)

If you’re not prepared to fail,

You’ll never create anything original

Apapun yang terjadi dalam hidupku,

Baik itu senang, susah, ataupun sedih

Aku percaya bahwa itu adalah yang

terbaik

(66)

Gambar 9. Sampel air

(67)

Gambar 11. Uji Penegasan

(68)
(69)
(70)

Tabel 3. Perkiraan terdekat jumlah bakteri coliform dengan kombinasi 5x10ml, 1x1ml, dan 1x0,1ml

(71)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : dr. Ety Apriliana, M.Biomed ...

Sekretaris : dr. Prambudi Rukmono, Sp.A ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Prof. Dr. dr. Efrida Warganegara, M.Kes, Sp.MK ...

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. Drs. H. Sutyarso, M.Biomed NIP. 195704241987031001

(72)

Ku persembahkan karya ini untuk

Drs.Hi.M.Fuad Siradj (Alm),

kakekku tercinta yang telah

membesarkanku dan

(73)

Judul Skripsi : PERTUMBUHAN MIKROORGANISME PADA AIR YANG DIGUNAKAN DI UNIT PERINATOLOGI DI RUMAH SAKIT UMUM ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG Nama Mahasiswa : Fatrianda Putri Cyninthia Kennedy

Nomor Pokok Mahasiswa : 0918011003

Fakultas : Kedokteran

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

dr. Ety Apriliana, M.Biomed dr. Prambudi Rukmono, Sp.A

NIP. 197804292002122002 NIP. 196707261998031002

2. Dekan Fakultas Kedokteran

(74)

PERTUMBUHAN MIKROORGANISME PADA AIR YANG DIGUNAKAN DI UNIT PERINATOLOGI DI RUMAH SAKIT UMUM ABDUL MOELOEK

BANDAR LAMPUNG

Oleh

FATRIANDA PUTRI CYNINTHIA KENNEDY 0918011003

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(75)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Teluk Betung pada tanggal 27 April 1992, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari Ir. Hi. H. Kennedy, MM dan dr. Hj. Lindawaty, MM.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK An-Nur Bandar Jaya, Lampung Tengah pada tahun 1997, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDIT Insan Kamil Bandar Jaya pada tahun 2003, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) diselesaikan di SLTPN 1 Terbanggi Besar pada tahun 2006 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMAN 1 Terbanggi Besar pada tahun 2009.

(76)

i SANWACANA

Alhamdulillahi rabbil „aalamiin.

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, penguasa alam semesta; pemilik hati dan jasad ini, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Meskipun banyak ujian dan rintangan yang mesti ditempuh dalam prosesnya, namun Dia tak pernah bosan menjaga dan mengarahkan setiap langkah penulis, memberi teguran ketika tersalah dan mendengarkan setiap bait doa untuk kelancaran dan kemudahan proses ini. Shalawat dan salam senantiasa terucap bagi Rasulullah Muhammad SAW. Juga bagi para sahabat, tabi‟in, tabiut

tabi‟in, dan orang-orang shalih pengikutnya hingga akhir zaman.

Gambar

Gambar 1. Kerangka teori terjadinya infeksi (Ducel.G,2002)
Gambar 2. Kerangka konsep penelitian
Gambar 3.  Faktor eksterinsik terjadinya infeksi nosokomial (Darmadi, 2008)
Gambar 4. Berbagai faktor yang mempengaruhi infeksi nosokomial (Darmadi, 2008)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap uji efetivitas antiseptik di Unit Perinatologi Rumah Sakit Abdul Moeloek, dapat disimpulkan bahwa antiseptik

i. Input, yang dapat mengukur pada bahan alat sistem prosedur atau orang yang memberikan pelayanan misalnya jumlah dokter, kelengkapan alat, prosedur tetap dan

Data didapat dari rekam medis penderita kanker payudara yang mengalami rekurensi maupun tidak mengalami rekurensi di Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek Bandar Lampung

Untuk mengetahui jumlah bakteri koliform dalam l 00 ml sampel air galon isi ulang digunakan metode tabung ganda atau Most Probable Number (MPN), sedangkan

Penelitian ini menggunakan uji Most Probable Number (MPN) untuk menghitung jumlah koloni bakteri coliform terdiri dari uji pendugaan dengan media Lactose Broth

Untuk mengetahui jumlah bakteri golongan coli di dalam sampel air baku dengan menggunakan metode Most Probable Number (MPN) telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

Analisis bakteri Escherichia coli dilakukan dengan metode MPN (Most Probable Number) dengan beberapa tahap pengujian antara lain uji perkiraan (presumptive test) dan uji

7 Sama halnya dengan kedua penelitian tersebut, literatur mengatakan bahwa jenis histopatologi yang sering ditemukan adalah jenis adenokarsinoma ovarii serosum, selain