• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap Vigor Benih dan Bibit Cabai Besar (Capsicum annuum L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap Vigor Benih dan Bibit Cabai Besar (Capsicum annuum L.)"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

(Capsicum annuum L.)

GONI

A24051333

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUH APLIKASI METHYLOBACTERIUM spp

TERHADAP VIGOR BENIH DAN BIBIT CABAI BESAR

(Capsicum annuum L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

GONI

A24051333

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

GONI. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap Vigor Benih dan Bibit Cabai Besar (Capsicum annuum L.).

(Dibimbing oleh ENY WIDAJATI dan SELLY SALMA).

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh aplikasi Methylobacterium spp dalam meningkatkan vigor benih dan bibit cabai besar (Capsicum annuum L.) serta mencari teknik aplikasinya. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian serta Bagian Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor mulai bulan Maret sampai dengan Juni 2009.

Percobaan I dilaksanakan di laboratorium menggunakan rancangan acak kelompok dua faktor. Faktor pertama adalah aplikasi isolat Methylobacterium spp yaitu tidak direndam (kontrol), direndam dengan isolat TD-J7, TD-TPB3, dan kombinasi TD-J7+TD-TPB3. Faktor kedua adalah tingkat viabilitas awal benih yaitu benih dengan daya berkecambah 62% dan 90%.

Percobaan II dilaksanakan di rumah kaca sampai dengan fase bibit. Percobaan ini terdiri atas tiga jenis isolat yaitu isolat TD-J7, TD-TPB3, dan kombinasi TD-J7+TD-TPB3. Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan Split-Plot RAK. Petak utama adalah aplikasi isolat Methylobacterium spp yang terdiri atas empat taraf yaitu tidak direndam + tidak disemprot (kontrol), direndam + disemprot, direndam + tidak disemprot, dan tidak direndam + disemprot. Anak petak adalah tingkat viabilitas awal benih yaitu benih dengan daya berkecambah 62% dan 90%.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa aplikasi isolat Methylobacterium spp strain TD-J7, TD-TPB3, dan kombinasi TD-J7+TD-TPB3 di laboratorium memberikan pengaruh terhadap tolok ukur indeks vigor dan kecepatan tumbuh benih.

(4)

dengan cara direndam + disemprot dapat meningkatkan persentase bibit berbunga baik pada benih dengan tingkat viabilitas awal 62% maupun 90%.

Isolat Methylobacterium spp strain TD-TPB3 yang diaplikasikan dengan cara tidak direndam + disemprot dapat meningkatkan jumlah daun dan persentase bibit berbunga pada benih dengan tingkat viabilitas awal 62% yaitu masing-masing sebesar 2.1 helai daun dan 15.2%. Pada benih yang berviabilitas awal 90% aplikasi tersebut dapat meningkatkan jumlah daun, persentase bibit berbunga, tinggi bibit, dan bobot kering bibit masing-masing sebesar 4.4 helai daun, 30.8%, 5.1 cm dan 0.140 g.

Pada benih dengan tingkat viabilitas awal 62% isolat Methylobacterium spp strain TD-TPB3 yang diaplikasikan dengan cara direndam + disemprot dapat meningkatkan tinggi bibit sebesar 5.1 cm, sedangkan yang diaplikasikan dengan cara direndam + tidak disemprot dapat meningkatkan bobot kering bibit, yaitu sebesar 0.091 g.

Pada benih yang berviabilitas awal 62% isolat Methylobacterium spp kombinasi strain TD-J7+TD-TPB3 yang diaplikasikan dengan cara direndam + disemprot dapat meningkatkan jumlah daun, bobot kering bibit, dan persentase bibit berbunga, yaitu masing-masing mengalami peningkatan sebesar 2.4 helai daun, 0.142 g, dan 10.9%. Pada benih yang berviabilitas awal 90% aplikasi tersebut dapat meningkatkan jumlah daun sebesar 4.3 helai daun dan persentase bibit berbunga sebesar 30.5%.

Isolat Methylobacterium spp kombinasi strain TD-J7+TD-TPB3 yang diaplikasikan dengan cara direndam + tidak disemprot dapat meningkatkan tinggi bibit pada benih dengan tingkat viabilitas awal 62% maupun 90%, yaitu masing-masing sebesar 5.6 dan 3.2 cm. Pada aplikasi tersebut, pada benih yang berviabilitas awal 90% bobot kering bibit meningkat sebesar 0.107 g.

(5)

Nama : GONI NRP : A24051333

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Eny Widajati, MS NIP. 19610106.198503.2.002

Dra. Selly Salma, M.Si NIP. 19630714.199003.2.001

Mengetahui.

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr NIP. 19611101.198703.1.003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cirebon, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 28 Januari 1986. Penulis merupakan anak ke dua dari enam bersaudara dari pasangan Bapak H. Roji’i dan Ibu Warkinah.

Pada tahun 1999 penulis lulus dari SDN II Pabuaran Lor, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di MTsN Ciledug, Cirebon. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 1 Babakan Cirebon pada tahun 2005.

Tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Selanjutnya tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian (mayor) serta Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (minor).

(7)

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT tuhan sekalian alam yang telah memberikan kekuatan dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan baik. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Amin.

Pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Eny Widajati, MS dan Ibu Dra. Selly Salma, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan kesempatan dan bimbingannya selama penulisan skripsi ini

2. Ibu Ir. Ketty Suketi, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran untuk penyempurnaan skripsi ini

3. Bapak Dr. Ir. Asep Setiawan, MS selaku dosen pembimbing akademik

4. Badan Litbang Pertanian yang telah membiayai penelitian ini melalui program KKP3T

5. Kedua orang tua yang selalu tulus mendo’akan keberhasilan penulis 6. Semua Guru yang telah membimbing penulis selama proses perkuliahan 7. Kakak dan adik-adikku tercinta yang selalu membahagiakan penulis 8. Segenap staf BB Biogen yang telah membantu selama proses penelitian 9. Era Kurniati, Putri Ekasari, dan Riya Safariyah yang selalu kompak, setia

menemani, dan membantu selama proses penelitian 10. Keluarga besar Villa Bambu 2006-2010

11. Kak Arif, Kak Warid, Mba Ana, Mba Aida dan Mba Nurul atas segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan

12. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan di sini

Semoga penelitian ini bermanfaat dan berkontribusi bagi petani Indonesia.

Bogor, Januari 2010

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Cabai Besar (Capsicum annuum L.)... 4

Pembibitan ... 6

Viabilitas dan Vigor Benih ... 8

Methylobacterium spp ... 11

BAHAN DAN METODE ... 15

Waktu dan Tempat ... 15

Bahan dan Alat ... 15

Metode ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

Percobaan I. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain TD-J7, TD-TPB3, dan Kombinasi TD-J7+TD-TPB3 terhadap Vigor Benih Cabai Besar (Capsicum annuum L.) ... 21

Percobaan II. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain TD-J7, TD-TPB3, dan Kombinasi TD-J7+TD-TPB3 terhadap Vigor Bibit Cabai Besar (Capsicum annuum L.) ... 24

KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

Kesimpulan ... 36

Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(9)

Teks

1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp dan Viabilitas Awal Benih

terhadap Vigor Benih Cabai Besar... 21

2. Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp dan Viabilitas Awal Benih terhadap Beberapa Tolok Ukur Vigor Benih Cabai

Besar ... 22

3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Isolat

Methylobacterium spp Strain TD-J7, TD-TPB3, dan Kombinasi TD-J7+TD-TPB3 dan Viabilitas Awal Benih terhadap Vigor

Bibit Cabai Besar ... 25

4. Pengaruh Aplikasi Beberapa Isolat Methylobacterium spp dan Viabilitas Awal Benih terhadap Tolok Ukur Keserempakan

Tumbuh Bibit Cabai Besar ... 27

5. Pengaruh Aplikasi Beberapa Isolat Methylobacterium spp dan Viabilitas Awal Benih terhadap Tolok Ukur Daya Tumbuh Bibit

Cabai Besar ... 28

6. Pengaruh Aplikasi Beberapa Isolat Methylobacterium spp dan Viabilitas Awal Benih terhadap Tolok Ukur Potensi Tumbuh

Maksimum Bibit Cabai Besar ... 28

7. Pengaruh Aplikasi Beberapa Isolat Methylobacterium spp dan Viabilitas Awal Benih terhadap Tolok Ukur Jumlah Daun Bibit

Cabai Besar ... 29

8. Kandungan Hormon yang dihasilkan Methylobacterium spp

Strain TD-J7 dan TD-TPB3 ... . 30

9. Pengaruh Aplikasi Beberapa Isolat Methylobacterium spp dan Viabilitas Awal Benih terhadap Tolok Ukur Tinggi Bibit Cabai

Besar ... 31

10. Pengaruh Aplikasi Beberapa Isolat Methylobacterium spp dan Viabilitas Awal Benih terhadap Tolok Ukur Bobot Kering Bibit

(10)

11. Pengaruh Aplikasi Beberapa Isolat Methylobacterium spp dan Viabilitas Awal Benih terhadap Tolok Ukur Persentase Bibit

Berbunga Cabai Besar ... 34

Lampiran

1. Komposisi Media AMS per 1 Liter... 47

2. Komposisi Trace Element per 100 ml... 47

3. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp dan

Viabilitas Benih terhadap Daya Berkecambah ... 47

4. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp dan

Viabilitas Benih terhadap Indeks Vigor ... 48

5. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp dan

Viabilitas Benih terhadap Kecepatan Tumbuh ... 48

6. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp dan

Viabilitas Benih terhadap Potensi Tumbuh Maksimum... 48

7. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp dan

Viabilitas Benih terhadap Bobot Kering Kecambah ... 49

8. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain

TD-J7 dan Viabilitas Benih terhadap Keserempakan Tumbuh ... 49

9. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain

TD-J7 dan Viabilitas Benih terhadap Daya Tumbuh... 49

10. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain TD-J7 dan Viabilitas Benih terhadap Potensi Tumbuh

Maksimum... 50

11. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain

TD-J7 dan Viabilitas Benih terhadap Jumlah Daun ... 50

12. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain

TD-J7 dan Viabilitas Benih terhadap Tinggi Bibit ... 50

13. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain

TD-J7 dan Viabilitas Benih terhadap Bobot Kering Bibit... 51

14. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain

(11)

(Capsicum annuum L.)

GONI

A24051333

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

PENGARUH APLIKASI METHYLOBACTERIUM spp

TERHADAP VIGOR BENIH DAN BIBIT CABAI BESAR

(Capsicum annuum L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

GONI

A24051333

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(13)

GONI. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap Vigor Benih dan Bibit Cabai Besar (Capsicum annuum L.).

(Dibimbing oleh ENY WIDAJATI dan SELLY SALMA).

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh aplikasi Methylobacterium spp dalam meningkatkan vigor benih dan bibit cabai besar (Capsicum annuum L.) serta mencari teknik aplikasinya. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian serta Bagian Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor mulai bulan Maret sampai dengan Juni 2009.

Percobaan I dilaksanakan di laboratorium menggunakan rancangan acak kelompok dua faktor. Faktor pertama adalah aplikasi isolat Methylobacterium spp yaitu tidak direndam (kontrol), direndam dengan isolat TD-J7, TD-TPB3, dan kombinasi TD-J7+TD-TPB3. Faktor kedua adalah tingkat viabilitas awal benih yaitu benih dengan daya berkecambah 62% dan 90%.

Percobaan II dilaksanakan di rumah kaca sampai dengan fase bibit. Percobaan ini terdiri atas tiga jenis isolat yaitu isolat TD-J7, TD-TPB3, dan kombinasi TD-J7+TD-TPB3. Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan Split-Plot RAK. Petak utama adalah aplikasi isolat Methylobacterium spp yang terdiri atas empat taraf yaitu tidak direndam + tidak disemprot (kontrol), direndam + disemprot, direndam + tidak disemprot, dan tidak direndam + disemprot. Anak petak adalah tingkat viabilitas awal benih yaitu benih dengan daya berkecambah 62% dan 90%.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa aplikasi isolat Methylobacterium spp strain TD-J7, TD-TPB3, dan kombinasi TD-J7+TD-TPB3 di laboratorium memberikan pengaruh terhadap tolok ukur indeks vigor dan kecepatan tumbuh benih.

(14)

dengan cara direndam + disemprot dapat meningkatkan persentase bibit berbunga baik pada benih dengan tingkat viabilitas awal 62% maupun 90%.

Isolat Methylobacterium spp strain TD-TPB3 yang diaplikasikan dengan cara tidak direndam + disemprot dapat meningkatkan jumlah daun dan persentase bibit berbunga pada benih dengan tingkat viabilitas awal 62% yaitu masing-masing sebesar 2.1 helai daun dan 15.2%. Pada benih yang berviabilitas awal 90% aplikasi tersebut dapat meningkatkan jumlah daun, persentase bibit berbunga, tinggi bibit, dan bobot kering bibit masing-masing sebesar 4.4 helai daun, 30.8%, 5.1 cm dan 0.140 g.

Pada benih dengan tingkat viabilitas awal 62% isolat Methylobacterium spp strain TD-TPB3 yang diaplikasikan dengan cara direndam + disemprot dapat meningkatkan tinggi bibit sebesar 5.1 cm, sedangkan yang diaplikasikan dengan cara direndam + tidak disemprot dapat meningkatkan bobot kering bibit, yaitu sebesar 0.091 g.

Pada benih yang berviabilitas awal 62% isolat Methylobacterium spp kombinasi strain TD-J7+TD-TPB3 yang diaplikasikan dengan cara direndam + disemprot dapat meningkatkan jumlah daun, bobot kering bibit, dan persentase bibit berbunga, yaitu masing-masing mengalami peningkatan sebesar 2.4 helai daun, 0.142 g, dan 10.9%. Pada benih yang berviabilitas awal 90% aplikasi tersebut dapat meningkatkan jumlah daun sebesar 4.3 helai daun dan persentase bibit berbunga sebesar 30.5%.

Isolat Methylobacterium spp kombinasi strain TD-J7+TD-TPB3 yang diaplikasikan dengan cara direndam + tidak disemprot dapat meningkatkan tinggi bibit pada benih dengan tingkat viabilitas awal 62% maupun 90%, yaitu masing-masing sebesar 5.6 dan 3.2 cm. Pada aplikasi tersebut, pada benih yang berviabilitas awal 90% bobot kering bibit meningkat sebesar 0.107 g.

(15)

Nama : GONI NRP : A24051333

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Eny Widajati, MS NIP. 19610106.198503.2.002

Dra. Selly Salma, M.Si NIP. 19630714.199003.2.001

Mengetahui.

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr NIP. 19611101.198703.1.003

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cirebon, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 28 Januari 1986. Penulis merupakan anak ke dua dari enam bersaudara dari pasangan Bapak H. Roji’i dan Ibu Warkinah.

Pada tahun 1999 penulis lulus dari SDN II Pabuaran Lor, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di MTsN Ciledug, Cirebon. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 1 Babakan Cirebon pada tahun 2005.

Tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Selanjutnya tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian (mayor) serta Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (minor).

(17)

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT tuhan sekalian alam yang telah memberikan kekuatan dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan baik. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Amin.

Pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Eny Widajati, MS dan Ibu Dra. Selly Salma, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan kesempatan dan bimbingannya selama penulisan skripsi ini

2. Ibu Ir. Ketty Suketi, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran untuk penyempurnaan skripsi ini

3. Bapak Dr. Ir. Asep Setiawan, MS selaku dosen pembimbing akademik

4. Badan Litbang Pertanian yang telah membiayai penelitian ini melalui program KKP3T

5. Kedua orang tua yang selalu tulus mendo’akan keberhasilan penulis 6. Semua Guru yang telah membimbing penulis selama proses perkuliahan 7. Kakak dan adik-adikku tercinta yang selalu membahagiakan penulis 8. Segenap staf BB Biogen yang telah membantu selama proses penelitian 9. Era Kurniati, Putri Ekasari, dan Riya Safariyah yang selalu kompak, setia

menemani, dan membantu selama proses penelitian 10. Keluarga besar Villa Bambu 2006-2010

11. Kak Arif, Kak Warid, Mba Ana, Mba Aida dan Mba Nurul atas segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan

12. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan di sini

Semoga penelitian ini bermanfaat dan berkontribusi bagi petani Indonesia.

Bogor, Januari 2010

(18)

DAFTAR ISI

Halaman

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Cabai Besar (Capsicum annuum L.)... 4

Pembibitan ... 6

Viabilitas dan Vigor Benih ... 8

Methylobacterium spp ... 11

BAHAN DAN METODE ... 15

Waktu dan Tempat ... 15

Bahan dan Alat ... 15

Metode ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

Percobaan I. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain TD-J7, TD-TPB3, dan Kombinasi TD-J7+TD-TPB3 terhadap Vigor Benih Cabai Besar (Capsicum annuum L.) ... 21

Percobaan II. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain TD-J7, TD-TPB3, dan Kombinasi TD-J7+TD-TPB3 terhadap Vigor Bibit Cabai Besar (Capsicum annuum L.) ... 24

KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

Kesimpulan ... 36

Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(19)

Teks

1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp dan Viabilitas Awal Benih

terhadap Vigor Benih Cabai Besar... 21

2. Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp dan Viabilitas Awal Benih terhadap Beberapa Tolok Ukur Vigor Benih Cabai

Besar ... 22

3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Isolat

Methylobacterium spp Strain TD-J7, TD-TPB3, dan Kombinasi TD-J7+TD-TPB3 dan Viabilitas Awal Benih terhadap Vigor

Bibit Cabai Besar ... 25

4. Pengaruh Aplikasi Beberapa Isolat Methylobacterium spp dan Viabilitas Awal Benih terhadap Tolok Ukur Keserempakan

Tumbuh Bibit Cabai Besar ... 27

5. Pengaruh Aplikasi Beberapa Isolat Methylobacterium spp dan Viabilitas Awal Benih terhadap Tolok Ukur Daya Tumbuh Bibit

Cabai Besar ... 28

6. Pengaruh Aplikasi Beberapa Isolat Methylobacterium spp dan Viabilitas Awal Benih terhadap Tolok Ukur Potensi Tumbuh

Maksimum Bibit Cabai Besar ... 28

7. Pengaruh Aplikasi Beberapa Isolat Methylobacterium spp dan Viabilitas Awal Benih terhadap Tolok Ukur Jumlah Daun Bibit

Cabai Besar ... 29

8. Kandungan Hormon yang dihasilkan Methylobacterium spp

Strain TD-J7 dan TD-TPB3 ... . 30

9. Pengaruh Aplikasi Beberapa Isolat Methylobacterium spp dan Viabilitas Awal Benih terhadap Tolok Ukur Tinggi Bibit Cabai

Besar ... 31

10. Pengaruh Aplikasi Beberapa Isolat Methylobacterium spp dan Viabilitas Awal Benih terhadap Tolok Ukur Bobot Kering Bibit

(20)

11. Pengaruh Aplikasi Beberapa Isolat Methylobacterium spp dan Viabilitas Awal Benih terhadap Tolok Ukur Persentase Bibit

Berbunga Cabai Besar ... 34

Lampiran

1. Komposisi Media AMS per 1 Liter... 47

2. Komposisi Trace Element per 100 ml... 47

3. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp dan

Viabilitas Benih terhadap Daya Berkecambah ... 47

4. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp dan

Viabilitas Benih terhadap Indeks Vigor ... 48

5. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp dan

Viabilitas Benih terhadap Kecepatan Tumbuh ... 48

6. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp dan

Viabilitas Benih terhadap Potensi Tumbuh Maksimum... 48

7. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp dan

Viabilitas Benih terhadap Bobot Kering Kecambah ... 49

8. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain

TD-J7 dan Viabilitas Benih terhadap Keserempakan Tumbuh ... 49

9. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain

TD-J7 dan Viabilitas Benih terhadap Daya Tumbuh... 49

10. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain TD-J7 dan Viabilitas Benih terhadap Potensi Tumbuh

Maksimum... 50

11. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain

TD-J7 dan Viabilitas Benih terhadap Jumlah Daun ... 50

12. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain

TD-J7 dan Viabilitas Benih terhadap Tinggi Bibit ... 50

13. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain

TD-J7 dan Viabilitas Benih terhadap Bobot Kering Bibit... 51

14. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain

(21)

16. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain

TD-TPB3 dan Viabilitas Benih terhadap Daya Tumbuh... 52

17. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain TD-TPB3 dan Viabilitas Benih terhadap Potensi Tumbuh

Maksimum... 52

18. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain

TD-TPB3 dan Viabilitas Benih terhadap Jumlah Daun... 52

19. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain

TD-TPB3 dan Viabilitas Benih terhadap Tinggi Bibit ... 53

20. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain

TD-TPB3 dan Viabilitas Benih terhadap Bobot Kering Bibit ... 53

21. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain TD-TPB3 dan Viabilitas Benih terhadap Persentase Bibit

Berbunga ... 53

22. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Kombinasi Strain TD-J7+TD-TPB3 dan Viabilitas Benih

terhadap Keserempakan Tumbuh ... 54

23. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Kombinasi Strain TD-J7+TD-TPB3 dan Viabilitas Benih

terhadap Daya Tumbuh... 54

24. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Kombinasi Strain TD-J7+TD-TPB3 dan Viabilitas Benih

terhadap Potensi Tumbuh Maksimum ... 54

25. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Kombinasi Strain TD-J7+TD-TPB3 dan Viabilitas Benih

terhadap Jumlah Daun ... 55

26. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Kombinasi Strain TD-J7+TD-TPB3 dan Viabilitas Benih

terhadap Tinggi Bibit ... 55

27. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Kombinasi Strain TD-J7+TD-TPB3 dan Viabilitas Benih

(22)

28. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Kombinasi Strain TD-J7+TD-TPB3 dan Viabilitas Benih

(23)

Lampiran

1. Pengaruh Semprot dan tidak Semprot Methylobacterium spp

Strain TD-J7 terhadap Performansi Daun Bibit Cabai Besar ... 44

2. Pengaruh Semprot dan tidak Semprot Methylobacterium spp

Strain TD-TPB3 terhadap Performansi Daun Bibit Cabai Besar ... 45

3. Pengaruh Semprot dan tidak Semprot Methylobacterium spp Kombinasi Strain TD-J7+TD-TPB3 terhadap Performansi Daun

(24)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cabai merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura utama yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena kegunaannya sebagai penyedap masakan yang esensial. Selain berguna sebagai penyedap masakan, cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan banyak mengandung zat gizi yang sangat diperlukan untuk kesehatan manusia. Cabai mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalsium (Ca), fosfor (P), besi (Fe), vitamin-vitamin dan mengandung senyawa-senyawa alkaloid, seperti capsaicin, flavenoid, dan minyak esensial (Prajnanta, 1999).

Sebagai komoditas utama, pemerintah harus mampu menyediakan dan mendistribusikannya kepada masyarakat secara merata dan terjangkau. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut produksi cabai perlu ditingkatkan lagi antara lain dengan menggunakan benih dan bibit tanaman yang bermutu. Sadjad (1993) menyatakan bahwa mutu benih mencakup tiga hal utama, yaitu mutu fisik, fisiologi, dan mutu genetik. Benih bermutu fisik yang tinggi adalah benih yang bersih dari campuran lain dan benih abnormal fisik. Mutu fisiologi benih mencerminkan kemampuan benih untuk bisa hidup normal dalam kisaran keadaan alam yang cukup luas, mampu tumbuh cepat, dan merata. Adapun benih bermutu genetik tinggi bukan semata-mata diukur dari keseragaman genotipiknya, tetapi juga keseragaman dalam perwujudan fenotipiknya.

Salah satu masalah yang dihadapi dalam penyediaan benih bermutu adalah pertumbuhan benih pada kondisi lapang yang bervariasi (vigor benih). Menurut AOSA dalam Copeland dan McDonald (2001) vigor benih adalah sejumlah sifat-sifat benih yang identik dengan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang cepat dan seragam pada cakupan kondisi lapang yang bervariasi.

(25)

teknologi yang dapat meningkatkan kemampuan vigor benih dan bibit sehingga pada akhirnya mutu benih dan bibit yang tinggi dapat dicapai.

Alternatif teknologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu benih dan bibit tanaman baik tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, maupun tanaman obat adalah melalui mikroba yang berasosiasi dengan tanaman serta berperan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut tanpa menyebabkan terjadinya serangan hama dan penyakit.

Pink pigmented facultative methylotroph (PPFM) dari genus Methylobacterium merupakan mikrobiota normal pada filosfer hampir semua jenis

tanaman, lumut, dan paku-pakuan. Kemampuan PPFM untuk mengkolonisasi permukaan daun disebabkan oleh bakteri tersebut dapat memanfaatkan senyawa karbon beratom tunggal seperti metanol yang diemisikan oleh stomata, karena adanya aktivitas enzim metanol dehidrogenase (Salma et al., 2005).

Bakteri PPFM dapat menstimulasi perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman dengan cara bakteri tersebut dapat memproduksi fitohormon hasil penggunaan metanol yang dikeluarkan tanaman melalui stomata (Lidstrom dan Chistoserdova, 2002). Hasil penelitian Amin (2008) menunjukkan bahwa perlakuan Methylobacterium TD-L2, PPU-K10, dan TD-J7, efektif mematahkan dormansi benih padi varietas Ciherang pada minggu ke-5 dimana nilai daya berkecambah telah mencapai 85% dan TD-TPB3 efektif mematahkan dormansi pada minggu ke-6. Pengaruh perlakuan pematahan dormansi dapat meningkatkan nilai daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh, dan indeks vigor secara nyata pada minggu ke-3 afterripening.

(26)

Perlakuan invigorasi dengan TD-J10 dapat meningkatkan bobot kering kecambah benih viabilitas rendah sebesar 64.3% dibanding kontrol. Strain TD-J2 dapat meningkatkan daya berkecambah benih viabilitas rendah sebesar 38%, meningkatkan indeks vigor pada tingkat viabilitas rendah sebesar 150% dan viabilitas sedang sebesar 110%.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa potensi Methylobacterium spp dapat dimanfaatkan untuk salah satu teknologi alternatif dalam penyediaan benih dan bibit tanaman yang bermutu, sehingga perlu penelitian sampai dengan fase produksi. Pada penelitian ini uji akan dilakukan sampai fase pembibitan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi Methylobacterium spp dalam meningkatkan vigor benih dan bibit cabai besar (Capsicum annuum L.) serta mencari teknik aplikasinya.

Hipotesis

1. Methylobacterium spp dapat meningkatkan vigor benih cabai besar 2. Methylobacterium spp dapat meningkatkan vigor bibit cabai besar

3. Terdapat interaksi antara perlakuan isolat Methylobacterium spp dengan tingkat viabilitas awal benih

4. Terdapat teknik aplikasi terbaik isolat Methylobacterium spp strain J7, TD-TPB3, dan kombinasi TD-J7+TD-TPB3 dalam meningkatkan vigor bibit cabai besar di pembibitan

(27)

Cabai Besar (Capsicum annuum L.)

Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman perdu yang termasuk ke dalam famili terung-terungan (Solanaceae) dengan jumlah kromosom 2n = 24 (C. annum, C. frustescens). Cabai bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Sumber

genetik tanaman cabai berasal dari Mexico. Penyebaran cabai ke Asia terjadi pada abad ke-16 yang dibawa oleh para pedagang berkebangsaan Portugis dan Spanyol melalui jalur perdagangan dari Amerika Selatan (Poulos, 1994).

Secara taksonomi cabai mempunyai susunan penamaan sebagai berikut (Poulos, 1994):

Famili : Solanaceae Genus : Capsicum Spesies : Capsicum spp

Ahli taksonomi modern memperkenalkan adanya lima spesies utama yang telah dibudidayakan, yaitu Capsicum annuum L., Capsicum frustescens L., Capsicum chinense Jacquin., Capsicum pendulum Willdenow., dan Capsicum

pubescens Ruiz & Pavon. Eshbaugh mengusulkan bahwa C. pendulum dan

kerabat dekat spesies C. microcarpum Cavanilles telah diklasifikasikan ulang secara botani sebagai varietas dari C. baccatum. Selanjutnya Linnaeus mengklasifikasikan C. pendulum Willd. menjadi C. baccatum L. var. pendulum (Willd) Eshbaugh dan C. microcarpum Cav. menjadi C. baccatum L. var. baccatum (Greenleaf, 1986).

Kelima spesies utama yang telah dibudidayakan di atas berasal dari tiga wilayah yang berbeda. Mexico merupakan pusat utama penyebaran C. annuum dan Guatemala sebagai pusat keduanya, C. chinense dan C. frustescens berasal dari Amazonia, C. pendulum dan C. pubescens berasal dari Peru dan Bolivia (Greenleaf, 1986).

(28)

5

tegak dengan ketinggian antara 50-90 cm. Tangkai daunnya horisontal atau miring dengan panjang sekitar 1.5-4.5 cm. Panjang daunnya antara 4-10 cm dan lebarnya antara 1.5-4 cm. Posisi bunganya menggantung dengan warna mahkota putih. Mahkota bunga ini memiliki cuping sebanyak 5-6 helai dengan panjang 1-1.5 cm dan lebar sekitar 0.5 cm. Panjang tangkai bunganya 1-2 cm. Tangkai putik berwarna putih dengan panjang sekitar 0.5 cm. Warna kepala putik kuning kehijauan, sedangkan kepala sari berwarna hijau atau ungu. Buahnya berbentuk memanjang atau kebulatan dengan biji buahnya berwarna kuning kecokelatan.

(29)

Pembibitan

Pembibitan merupakan bagian khusus dari pembiakan dengan biji. Pembibitan dapat melalui benih yang ditanam ataupun dengan bagian tertentu dari tanaman. Benih dapat disebar langsung di tempat tanam permanen (direct seedling, sebar langsung) atau mula-mula dalam wadah dimana tanaman muda

dapat dipindahkan (transplanting) (Harjadi, 2005). Mugnisjah et al. (1994) menyatakan beberapa alasan mengapa persemaian atau pembibitan diperlukan, yaitu (1) sulit mempersiapkan bedengan semai secara langsung di lapang, (2) tanaman memerlukan naungan untuk menghindari sengatan matahari atau memerlukan perlindungan dari hembusan angin dan hujan, (3) mudah melaksanakan pengendalian hama dan penyakit (4) dapat menyeleksi tanaman yang lebih vigor dan seragam sebelum ditanam di lapang, (5) mengurangi resiko kegagalan tanaman di lapang, terutama untuk benih yang berharga mahal, dan (6) memperawal waktu roguing. Menurut Harjadi (2005) penyemaian atau pembibitan ditujukan untuk menanam bibit atau semai untuk memberikan pengaturan lingkungan yang lebih tepat selama tahap perkecambahan dan awal pertumbuhan bibit.

(30)

7

pada setiap genotipe.

Menurut Harjadi (2005) bibit yang ditanam dalam bak-bak semai (seedling flat) harus cepat dipindahkan setelah bibit cukup besar. Pelaksanaan pemindahan

terbaik dilakukan dengan media tanah yang cukup basah agar mudah ditarik, tetapi tidak juga terlalu lengket. Bedengan persemaian harus telah disiapkan dengan baik, tanah harus gembur dan bersih dari gulma. Saat pemindahan dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Laju transpirasi yang rendah dapat mempercepat pemulihan kerusakan-kerusakan akibat transplanting. Keadaan tersebut terjadi pada keadaan cuaca seperti suhu rendah, intensitas cahaya rendah, uadara tenang, dan kelembaban tinggi. Menurut Setiadi (2008) sebaiknya penanaman bibit (transplanting) dilakukan pada sore hari dan penyiraman dapat langsung diberikan segera setelah proses transplanting. Prajnanta (1998) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan bibit cabai mati ketika dipindahkan ke lapang, yaitu (1) tenaga kerja yang digunakan kurang terampil, (2) pada saat tanam bibitnya kurang menyatu dengan tanah bedengan sehingga timbul rongga yang mengandung udara panas, akibatnya perakaran tanaman muda menjadi mati, (3) tanaman stress karena adanya perubahan iklim mikro dari pembibitan ke lapang, dan (4) bibit dimakan ulat tanah atau gangsir. Selain itu, ia menambahkan bahwa pada fase pembibitan dan awal pindah tanam, tanaman cabai sangat peka terhadap serangan cendawan rebah semai (Pythium sp.).

(31)

Menurut Copeland dan McDonald (2001) faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain adalah (1) tingkat kemasakan benih, (2) air, (3) oksigen dan karbon dioksida, (4) temperatur, dan (5) cahaya. Selanjutnya Sutopo (2004) menambahkan bahwa media perkecambahan merupakan salah satu faktor penting dalam proses perkecambahan benih.

Viabilitas dan Vigor Benih

Kemampuan benih untuk tumbuh pada kondisi alami di lapang sangat dipengaruhi oleh viabilitasnya. Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabolisme benih, gejala pertumbuhan, kinerja kromosom dan garis viabilitas. Viabilitas benih dibedakan menjadi viabilitas potensial dan viabilitas sesungguhnya (vigor). Viabilitas potensial merupakan daya hidup benih pada kondisi optimum, secara potensial mampu menghasilkan tanaman normal yang mampu berproduksi dan bereproduksi secara normal, pada pengujian benih ditunjukkan dengan daya berkecambah dan bobot kering kecambah normal yang tinggi. Vigor benih adalah kemampuan benih untuk tumbuh menjadi tanaman normal yang mampu berproduksi secara normal pada kondisi sub optimum, pada pengujian benih ditunjukkan dengan indeks vigor, kecepatan tumbuh, laju pertumbuhan kecambah, dan waktu pencapaian 50% total perkecambahan (T50) (Sadjad, 1994). ISTA dalam Copeland dan McDonald

(2001) mendefinisikan vigor sebagai sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang menentukan tingkat potensi aktivitas dan performa benih atau lot benih selama perkecambahan dan munculnya kecambah. Performa tersebut adalah (1) proses dan reaksi biokimia selama perkecambahan seperti reaksi enzim dan aktivitas respirasi, (2) kecepatan dan keseragaman perkecambahan benih serta pertumbuhan kecambah, (3) kecepatan dan keseragaman munculnya kecambah serta pertumbuhannya di lapang, dan (4) kemampuan munculnya kecambah pada kondisi lingkungan yang kurang baik (unfavorable).

(32)

9

(2) tahan terhadap serangan hama dan penyakit, (3) cepat dan merata tumbuhnya, dan (4) mampu menghasilkan tanaman normal dan berproduksi normal pada kondisi lingkungan tumbuh yang sub optimum.

Kevigoran benih dapat dipengaruhi oleh dua hal, yaitu pengaruh faktor luar (lingkungan) dan pengaruh faktor dalam. Schoorel dan Isley dalam Kuswanto (1996) menyatakan bahwa pengaruh faktor lingkungan meliputi keadaan cuaca pada saat benih masak dan panen, perlakuan yang diberikan setelah panen, kondisi tempat penyimpanan dan lama penyimpanan benih, rantai pemasaran sebelum benih sampai ke petani konsumen, aktivitas tingkat serangan mikroorganisme atau serangga, dan pestisida untuk perawatan benih. Heydecker dalam Kuswanto (1996) menyatakan bahwa pengaruh faktor dalam meliputi sifat

genetis, sifat fisiologis, sifat morfologis, sifat sitologis, pengaruh kerusakan mekanis, serangan mikroorganisme, kerusakan karena suhu rendah, dan kevigoran dalam benih hilang pada benih yang mengalami suhu rendah dan dalam keadaan berimbibisi. Copeland dan McDonald (2001) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi vigor benih adalah konstitusi genetik, kondisi lingkungan selama perkembangan dan penyimpanan benih.

Vigor benih dalam hitungan viabilitas absolut merupakan indikasi viabilitas benih yang menunjukkan benih kuat tumbuh di lapang dalam kondisi sub optimum dan tahan untuk disimpan dalam kondisi yang tidak ideal. Dengan demikian, vigor benih dipilah atas dua kualifikasi, yaitu vigor kekuatan tumbuh dan vigor daya simpan (Sadjad, 1993).

(33)

berlangsung.

Proses kemunduran benih tidak dapat dihentikan, namun dengan menerapkan ilmu dan teknologi yang sesuai proses kemunduran benih dapat dikendalikan sehingga berlangsung dengan lambat (Roesli dalam Justice dan Bass, 2002). Benih yang telah mengalami kemunduran atau deteriorasi dapat ditingkatkan performansinya dengan memberi perlakuan invigorasi.

Invigorasi merupakan suatu perlakuan benih yang dapat meningkatkan vigor benih yang telah mengalami kemunduran (deteriorasi). Widajati (1999) menyatakan bahwa proses invigorasi pada benih kedelai mengindikasikan peningkatan daya berkecambah, keserempakan tumbuh, aktivitas enzim peroksidase, aktivitas enzim fitase, jumlah P teresterifikasi, serta penurunan asam fitat pada benih. Menurut Copeland dan McDonald (2001) invigorasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan hidrasi-rehidrasi dan conditioning yang bertujuan untuk meningkatkan kecepatan tumbuh dan daya berkecambah, memperluas rentang suhu benih untuk berkecambah serta meningkatkan keseragaman tumbuh.

Hasil penelitian Sutariati (1998) menunjukkan bahwa perlakuan invigorasi menggunakan media padatan (matriconditioning) dengan aplikasi 100 µM GA3

lebih efektif dalam meningkatkan viabilitas dan vigor benih cabai. Serbuk gergaji dengan perbandingan benih: media: larutan GA3 (dalam gram) 1 : 2 : 5 yang

diinvigorasi selama 6 hari merupakan perlakuan yang paling efektif walaupun pengaruhnya tidak berbeda nyata dengan abu gosok pada perbandingan 1 : 4 : 6 selama 7 hari. Perlakuan invigorasi benih (matriconditioning) dengan serbuk gergaji + GA3 secara nyata dapat meningkatkan viabilitas dan vigor benih yang memiliki tingkat vigor sedang (80% DB). Hasan (1998) menyatakan bahwa invigorasi pada benih kacang panjang yang bervigor tinggi dengan cara matriconditioning menggunakan serbuk gergaji dapat meningkatkan total protein

(34)

11

invigorasi pada benih kacang panjang dengan matriconditioning pasir dan perendaman dengan air mampu meningkatkan kualitas perkecambahan, yaitu persentase kecambah normal, kecepatan tumbuh, panjang akar, dan bobot kering kecambah normal pada cekaman salinitas.

Ilyas (2005) menyatakan bahwa perlakuan peningkatan mutu benih seperti matriconditioning dapat diintegrasikan dengan hormon untuk meningkatkan

perkecambahan, atau dengan pestisida, biopestisida, dan mikroba yang menguntungkan untuk melawan penyakit benih dan bibit selama awal penanaman, atau untuk memperbaiki status hara, pertumbuhan, dan hasil tanaman. Hasil penelitian Suryani (2003) menunjukkan bahwa perlakuan matriconditioning dengan nisbah antara benih, bubuk arang sekam (210 µ), dan air dengan perbandingan 2 : 1 : 1 yang dikombinasikan dengan Dithane M-45 0.2% pada suhu 22 oC selama empat hari memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan viabilitas dan vigor benih cabai merah yang dicerminkan oleh peningkatan daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan menurunkan waktu pencapaian 50% total perkecambahan. Selanjutnya hasil penelitian Rachmawati (2009) menunjukkan bahwa perlakuan matriconditioning plus bakterisida (Agrept 0.2% atau minyak serai wangi 1%) mampu meningkatkan mutu fisiologis dan patologis benih padi. Perlakuan matriconditioning plus bakterisida menunjukkan peningkatan daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, bobot kering kecambah normal, menurunkan T50, serta dapat menurunkan keberadaan X. oryzae

pv. oryzae terbawa benih hingga 100%.

Methylobacterium spp

Bakteri Methylobacterium spp merupakan mikrobiota normal pada filosfer hampir semua jenis tanaman, lumut, dan paku-pakuan. Filosfer merupakan habitat di permukaan daun yang unik, sebagai tempat hidup sejumlah mikroba tertentu. Hasil penelitian Ismail (2002) menunjukkan bahwa isolat-isolat PPFM pada sejumlah daun tanaman tropis memiliki keragaman profil DNA genom yang sangat tinggi berdasarkan analisis MFLP (Macrorestriction Fragment Length Polymorphism) / Schizotyping dengan PFGE (Pulsed Field Gel Electrophoresis).

(35)

bakteri PPFM dari keempat daun yang diambil sebagai sempel paling banyak terdapat pada daun berumur tua, yaitu daun poh-pohan (Pillea glaberrima Blurae): 6.62 x 104 cfu (colony forming unit)/g daun, daun kemangi (Ocimum sanctum L.): 4.44 x 104 cfu/g daun, dan daun selada (Lactuca sativa L.): 1.73 x 104 cfu/g daun, sedangkan dari kecambah taoge kacang hijau (Vigna radiata L.) memiliki jumlah yang paling sedikit, yaitu 8.75 x 102 cfu/g daun. Perbedaan antara jumlah PPFM pada taoge dengan umur yang sangat muda (3-4 hari) dengan jumlah PPFM pada ketiga daun lain yang umurnya lebih tua (1-2 bulan) menunjukkan bahwa kelimpahan bakteri PPFM juga berkaitan dengan umur organ tanaman sebagai tempat hidup bakteri tersebut. Bakteri yang mendiami daun yang lebih tua telah berkoloni dan berbiak dalam waktu yang panjang, serta telah menyesuaikan diri untuk tahan terhadap kondisi buruk lingkungan luar. Ryu et al. (2006) menyatakan bahwa Methylobacterium tidak hanya dapat ditemukan pada filosfer, akan tetapi dapat juga ditemukan pada rizosfer, benih, dan bagian tanaman lainnya.

Green (1992) mengklasifikasikan Methylobacterium spp sebagai berikut: Kingdom : Bacteria

Phylum : Proteobacteria Class : Alpha proteobacteria Ordo : Rhizobiales

Family : Methylobacteriaceae Genus : Methylobacterium spp

Bakteri Methylobacterium spp memiliki dua ciri yang unik, yaitu pertama Methylobacterium merupakan bakteri gram negatif yang mampu memanfaatkan

senyawa karbon beratom tunggal (C1) dari tanaman yaitu metanol (CH3COH) atau

metilamina (CH3NH2) sebagai sumber karbonnya. Kedua, bakteri tersebut

menghasilkan pigmen karotenoid sehingga koloninya tampak berwarna merah muda (pink). Meskipun bakteri PPFM tumbuh dalam waktu yang cukup lama (4-7 hari) kedua sifat tersebut memudahkan bakteri ini diisolasi dari daun dan ditumbuhkan pada media selektif dengan penambahan metanol sebagai satu-satunya sumber karbon (Riupassa, 2003).

(36)

13

Pigmented Facultative Methylotroph (PPFM) untuk mengkolonisasi permukaan

daun disebabkan oleh bakteri tersebut dapat memanfaatkan senyawa karbon beratom tunggal seperti metanol yang diemisikan oleh stomata karena adanya aktivitas enzim metanol dehidrogenase (Salma et al., 2005).

Menurut Lidstrom dan Chistoserdova (2002) bakteri PPFM dapat menstimulasi perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman dengan cara bakteri tersebut dapat memproduksi fitohormon hasil penggunaan metanol yang dikeluarkan tanaman melalui stomata. Hasil penelitian Madhaiyan et al. (2004) menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp dapat meningkatkan perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman, tinggi tanaman, biomasa tanaman, dan produksi padi. Pada perlakuan perendaman dapat meningkatkan produksi sebesar 22.1%, sedangkan pada perlakuan semprot dapat meningkatkan produksi sebesar 24.3% lebih tinggi dibanding kontrol. Di samping itu, perlakuan Methylobacterium spp dengan cara direndam saja dan kombinasi antara direndam

dengan disemprot dapat menurunkan penyakit busuk batang pada tanaman padi masing-masing sebesar 17.8% dan 23.5%.

Methylobacterium mampu memproduksi fitohormon dalam bentuk zeatin

(sitokinin) dan indole acetic acid (auksin) (Ivanova et al., dalam Lidstrom dan

Chistoserdova, 2002). Hasil penelitian Ryu et al. (2006) menunjukkan bahwa dengan perlakuan Methylobacterium spp pada sempel tanaman cabai yang telah diekstrak terlihat adanya akumulasi hormon indole acetic acid (IAA) dan sitokinin yaitu trans zeatin (t-ZR) dan dihidrozeatin ribosid (DHZR), pada ekstrak tanaman tomat hanya ditemukan peningkatan konsentrasi sitokinin tanpa adanya IAA. Widajati et al. (2008) menambahkan bahwa Methylobacterium spp tidak hanya memproduksi auksin dan trans zeatin akan tetapi Methylobacterium spp juga mampu memproduksi giberelin.

(37)

menghambat pengguguran daun, bunga dan buah (Wattimena et al., 1992). Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa pemberian auksin dapat memacu pemanjangan potongan akar atau bahkan akar utuh pada banyak spesies, tapi hanya pada konsentrasi yang sangat rendah (10-7 sampai 10-13 M, bergantung pada jenis dan umur akar). Pada konsentrasi yang lebih tinggi (tapi masih cukup rendah, antara 1 sampai 10 µM), pemanjangan hampir selalu terhambat.

Sitokinin berperan dalam mendorong pembelahan sel, morfogenesis, pertunasan, pembentukan kloroplas, pembentukan umbi pada kentang, pemecahan dormansi, pembukaan stomata, pembungaan dan pembentukan buah partenokarpi, serta dapat menghambat senescence dan absisi (Wattimena et al., 1992). Menurut Salisbury dan Ross (1995) fungsi utama sitokinin adalah memacu pembelahan sel pada sistem jaringan. Hasil penelitian Skoog et al. dalam Salisbury dan Ross (1995) menunjukkan bahwa jika nisbah sitokinin terhadap auksin dipertahankan, akan tumbuh sel meristem pada kalus, sel itu membelah dan mempengaruhi sel lainnya untuk berkembang menjadi kuncup, batang, dan daun. Tapi, bila nisbah sitokinin terhadap auksin diperkecil, pertumbuhan akar akan terpacu.

Senyawa GA3 (giberelin) berperan dalam mengontrol proses-proses

perkembangan tanaman yang meliputi perkecambahan, pemanjangan sel, dan perkembangan bunga dan benih. Dalam perkecambahan, GA3 memacu sintesis dan sekresi sejumlah enzim hidrolitik yang berperan dalam proses penguraian protein, pati, lemak, dinding sel, dan asam-asam nukleat dalam endosperm (Lakitan, 1996). Hasil penelitian Rahmawati (2008) menunjukkan bahwa pemberian GA3 mampu meningkatkan perkecambahan Heliconia caribaeae Lam.

(38)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret sampai dengan Juni 2009, bertempat di Rumah Kaca Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian serta Bagian Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan antara lain benih cabai besar varietas Prabu berasal dari PT. East West Seed Indonesia dengan tingkat viabilitas awal benih yaitu benih dengan daya berkecambah 62% dan 90%, tiga jenis isolat bakteri Methylobacterium spp yaitu strain TD-J7, TD-TPB3, serta kombinasi

TD-J7+TD-TPB3, aquades, metanol, kertas stensil, dan media Amonium Mineral Salt (AMS). Adapun alat-alat yang digunakan adalah pinset, lampu bunsen, hand sprayer, erlenmeyer, rak tabung, autoclaf, pipet mikro, gunting, isolatip, tissue, plastik, label, timbangan analitik, oven, rotary shaker, laminar air flow, penggaris, jarum ose, APB IPB 73-2A, gelas ukur, polibag, dan cawan petri.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dua percobaan. Percobaan pertama dilakukan di laboratorium dan percobaan kedua dilakukan di rumah kaca sampai dengan fase bibit. Percobaan di rumah kaca terdiri atas tiga jenis isolat, yaitu isolat TD-J7, TD-TPB3, dan kombinasi TD-J7+TD-TPB3.

Percobaan I. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain J7, TD-TPB3, dan Kombinasi TD-J7+TD-TPB3 terhadap Vigor Benih

Cabai Besar (Capsicum annuum L.)

(39)

yaitu benih dengan daya berkecambah 62% dan 90%.

Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yijk = + γi + Ij + Gk + (I*G)jk + ijk

Keterangan:

Yijk = nilai pengamatan pada ulangan ke-i, perlakuan jenis isolat ke-j dan

tingkat viabilitas ke-k serta interaksi antara kedua faktor tersebut = nilai rataan umum

Gk = pengaruh tingkat viabilitas benih ke-k

Ij = pengaruh aplikasi isolat ke-j

γi = ulangan ke-i

(I*G)jk = pengaruh interaksi antara faktor jenis isolat ke-j dengan tingkat

viabilitas benih ke-k

ijk = pengaruh galat dari ulangan ke-i pada faktor tingkat viabilitas benih

ke-k dengan faktor jenis isolat ke-j

Jika hasil sidik ragam diperoleh pengaruh nyata, selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Pembuatan media tumbuh Methylobacterium spp dilakukan dengan mencampurkan bahan-bahan media AMS dengan aquades sebanyak 1 liter dan ditambahkan 2.5 µl trace element. Kemudian media cair tersebut dibagi ke dalam erlenmeyer 250 ml sebanyak masing-masing 50 ml, selanjutnya disterilisasi dalam autoclaf selama 2 jam dengan tekanan 1 atm pada suhu 121 oC. Sebelum inokulasi bakteri, media ditambah dengan metanol 1% yang telah dimodifikasi secara aseptik. Kemudian sebanyak satu ose dari masing-masing isolat Methylobacterium spp diinokulasikan ke dalam media. Selanjutnya diinkubasi

pada rotary shaker dengan kecepatan putar 120 rpm selama 7 hari pada suhu kamar. Setelah akhir masa inkubasi suspensi isolat siap digunakan untuk merendam benih. Komposisi media AMS dan trace element dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1 dan 2.

(40)

17

dikeringanginkan selama 1 jam. Setelah benih direndam dan dikeringanginkan kemudian benih ditanam dengan metode Uji Di atas Kertas (UDK), benih ditanam dalam cawan petri yang telah dilapisi dengan kertas stensil lembab sebanyak tiga lapis lalu disimpan dalam alat pengecambah benih (APB) IPB 73-2A. Masing-masing perlakuan terdiri dari empat ulangan dengan jumlah benih per ulangan sebanyak 25 butir.

Pengamatan dilakukan terhadap tolok ukur daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, potensi tumbuh maksimum, dan bobot kering kecambah.

1. Daya Berkecambah (DB)

Pengamatan dilakukan terhadap jumlah kecambah normal pada hitungan pertama (hari ke-7) dan hitungan kedua (hari ke-14). Perhitungannya dengan menggunakan rumus:

DB = daya berkecambah KN = kecambah normal

2. Indeks Vigor (IV)

Pengamatan dilakukan terhadap jumlah kecambah normal pada hitungan pertama (first count) yaitu pada hari ke-7.

3. Kecepatan Tumbuh (KCT)

Pengamatan dilakukan terhadap kecambah normal sejak hari pertama hingga hari keempat belas setelah tanam.

4. Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)

(41)

yang tumbuh pada akhir pengamatan.

5. Bobot Kering Kecambah (BKK)

Bobot kering kecambah dilakukan dengan menimbang kecambah yang telah dikeringkan di dalam oven bersuhu 60 oC selama 72 jam.

Percobaan II. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain J7, TD-TPB3, dan Kombinasi TD-J7+TD-TPB3 terhadap Vigor Bibit

Cabai Besar (Capsicum annuum L.)

Percobaan II dilaksanakan di rumah kaca Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian sampai dengan fase bibit. Percobaan ini terdiri atas tiga jenis isolat yaitu isolat TD-J7, TD-TPB3, dan kombinasi TD-J7+TD-TPB3. Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan Split-Plot RAK. Petak utama adalah aplikasi isolat Methylobacterium spp yang terdiri atas empat taraf yaitu tidak direndam + tidak disemprot (kontrol), direndam + disemprot, direndam + tidak disemprot, dan tidak direndam + disemprot. Anak petak adalah tingkat viabilitas awal benih yaitu benih dengan daya berkecambah 62% dan 90%.

Model rancangan yang digunakan untuk percobaan di rumah kaca adalah sebagai berikut:

Yijk = + γi + Aj + ( *A)ij + Gk + (A*G)jk + ijk

Keterangan:

Yijk = nilai pengamatan pada ulangan ke-i perlakuan petak utama ke-j dan

perlakuan anak petak ke-k = nilai rataan umum

γi = ulangan ke-i

Aj = pengaruh aplikasi Methylobacterium spp ke-j

( *A)ij = galat I (interaksi antara ulangan ke-i dengan aplikasi

(42)

19

Gk = pengaruh tingkat viabilitas ke-k

(A*G)jk = pengaruh interaksi aplikasi Methylobacterium spp ke-j dan tingkat

viabilitas ke-k

ijk = galat percobaan (galat II)

Jika hasil sidik ragam diperoleh pengaruh nyata, selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Pembuatan media tumbuh Methylobacterium spp maupun bahan-bahan yang digunakan untuk menyemprot bibit sama dengan pembuatan media untuk perendaman benih.

Benih yang telah disiapkan kemudian direndam ke dalam masing-masing suspensi isolat Methylobacterium spp selama 24 jam, selanjutnya dikeringanginkan selama 1 jam. Setelah benih direndam dan dikeringanginkan kemudian benih ditanam dalam polibag berukuran 15 cm x 15 cm yang telah diisi dengan media tanam. Masing-masing perlakuan terdiri dari empat ulangan dengan jumlah benih per ulangan sebanyak 25 butir benih yang ditanam.

Penyemprotan dilakukan pada 2 dan 4 minggu setelah tanam (MST) dengan menggunakan hand sprayer yang telah diisi dengan suspensi isolat Methylobacterium spp sebanyak 200 ml untuk 100 tanaman.

Pengamatan dilakukan terhadap tolok ukur keserempakan tumbuh, daya tumbuh, potensi tumbuh maksimum, jumlah daun, tinggi bibit, bobot kering bibit, dan persentase bibit berbunga.

1. Keserempakan Tumbuh (KST)

Pengamatan dilakukan terhadap jumlah bibit yang tumbuh normal pada 3 MST. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

2. Daya Tumbuh (DT)

(43)

3. Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)

Pengamatan dilakukan terhadap jumlah bibit yang tumbuh normal dan abnormal pada 4 MST.

4. Jumlah Daun (JD)

Pengamatan dilakukan terhadap jumlah daun yang telah membuka normal dan dilakukan pada 6 MST

5. Tinggi Bibit (TB)

Tinggi bibit diukur mulai dari pangkal batang bibit sampai dengan titik tumbuh tertinggi dan dilakukan pada 6 MST

6. Bobot Kering Bibit (BKB)

Bobot kering bibit dilakukan dengan menimbang bibit yang telah dioven pada suhu 60 oC selama 72 jam dan dilakukan pada akhir pengamatan (6 MST) 7. Persentase Bibit Berbunga (PBB)

Pengamatan dilakukan terhadap jumlah tanaman yang berbunga pada akhir pengamatan (6 MST). Perhitungan dilakukan dengan cara membagi jumlah tanaman yang berbunga terhadap jumlah bibit yang tumbuh normal pada 4 MST.

(44)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan I. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain J7, TD-TPB3, dan Kombinasi TD-J7+TD-TPB3 terhadap Vigor Benih

Cabai Besar (Capsicum annuum L.)

Sidik ragam pengaruh aplikasi isolat Methylobacterium spp terhadap tolok ukur daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, potensi tumbuh maksimum, dan bobot kering kecambah dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3-7, dan rekapitulasinya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp dan Viabilitas Awal Benih terhadap Vigor Benih Cabai Besar Tolok Ukur Isolat (I) Viabilitas (G) I*G KK (%)

DB tn ** tn 20.64

IV tn ** tn 63.61#

KCT tn ** tn 23.20

PTM tn ** tn 10.37

BKK tn ** tn 14.68

Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1% tn = tidak berpengaruh nyata

I*G = pengaruh interaksi isolat dan viabilitas

#

= transformasi x+0.5

Berdasarkan sidik ragam di atas dapat dilihat bahwa tingkat viabilitas benih berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, potensi tumbuh maksimum, dan bobot kering kecambah. Jenis isolat Methylobacterium spp dan interaksi antara jenis isolat dengan viabilitas benih tidak memberikan pengaruh nyata terhadap semua tolok ukur yang diamati.

Pada Tabel 2. terlihat bahwa dengan adanya perlakuan jenis isolat Methylobacterium spp tidak memberikan pengaruh nyata terhadap parameter

(45)

indeks vigor dan kecepatan tumbuh. Pada benih dengan tingkat viabilitas awal 62% sebelum diberi perlakuan isolat Methylobacterium spp indeks vigornya adalah 1.0% dan mengalami peningkatan indeks vigor setelah diberi perlakuan isolat Methylobacterium spp strain TD-J7, TD-TPB3, dan kombinasi TD-J7+TD-TPB3, yaitu masing-masing menjadi 4.5%, 14.0%, dan 5.0%. Pada benih dengan tingkat viabilitas tersebut strain TD-TPB3 memberikan pengaruh terbaik berdasarkan tolok ukur indeks vigor dibanding dengan dua jenis isolat lainnya. Pada benih dengan tingkat viabilitas awal 90% sebelum diberi perlakuan isolat Methylobacterium spp indeks vigornya adalah 10.0% dan setelah diberi perlakuan

isolat Methylobacterium spp strain TD-J7, TD-TPB3, dan kombinasi TD-J7+TD-TPB3 indeks vigornya meningkat menjadi 28.0%, 26.0%, dan 32.0%. Isolat Methylobacterium spp kombinasi strain TD-J7+TD-TPB3 pada benih dengan tingkat viabilitas awal 90% memberikan hasil terbaik berdasarkan tolok ukur indeks vigor.

Tabel 2. Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp dan Viabilitas Awal Benih terhadap Beberapa Tolok Ukur Vigor Benih Cabai Besar

Tolok Ukur DB IV KCT PTM BKK

nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT

Hasil penelitian Fitriarini (2008) menunjukkan bahwa invigorasi dengan isolat Methylobacterium strain TD-J7 dan TD-TPB3 dapat meningkatkan indeks vigor benih padi pada benih dengan tingkat viabilitas awal 70%, 82%, dan 87%. Selanjutnya Afifah (2009) menambahkan bahwa pada benih cabai rawit berviabilitas 93% yang diberi perlakuan invigorasi dengan isolat Methylobacterium spp strain TD-J7 dan TD-TPB3 dapat meningkatkan indeks

(46)

23

pertama dan terakhir mempunyai vigor yang rendah.

Pada benih dengan tingkat viabilitas awal 62% sebelum diberi perlakuan isolat Methylobacterium spp strain TD-J7 dan TD-TPB3 kecepatan tumbuhnya adalah 6.7% dan setelah diberi perlakuan isolat Methylobacterium spp strain TD-J7 dan TD-TPB3 kecepatan tumbuh benih meningkat menjadi 7.8% dan 7.4%. Pada benih dengan tingkat viabilitas awal 90% sebelum diberi perlakuan isolat Methylobacterium spp strain TD-J7, TD-TPB3, dan kombinasi TD-J7+TD-TPB3

kecepatan tumbuhnya adalah 8.3% dan setelah diberi perlakuan isolat Methylobacterium spp strain TD-J7, TD-TPB3, dan kombinasi TD-J7+TD-TPB3

kecepatan tumbuh benih meningkat menjadi 10.8%, 10.5%, dan 9.6%. Isolat Methylobacterium spp strain TD-J7 memberikan hasil terbaik terhadap tolok ukur

kecepatan tumbuh dibanding dua jenis isolat lain, baik pada benih dengan tingkat viabilitas awal 62% maupun 90% (Tabel 2).

Diduga isolat-isolat tersebut di atas dapat menghasilkan kombinasi auksin, sitokinin, dan giberelin yang sesuai untuk meningkatkan indeks vigor dan kecepatan tumbuh benih dengan tingkat viabilitas 62% dan 90%. Copeland dan McDonald (2001) menyatakan bahwa giberelin mempunyai peran fisiologis dalam perkecambahan dan perkembangan benih dengan cara memicu sintesis enzim-enzim hidrolisis seperti amilase, ribonuklease, endo- -glukanase, dan fosfatase. Sitokinin berperan dalam pertumbuhan dan diferensiasi sel. Hasil penelitian Panie (2005) pada benih cabai (Capsicum annuum L.) menunjukkan bahwa penambahan GA3 (giberelin) dapat meningkatkan kecepatan tumbuh benih cabai sebesar 6.50%

pada benih dengan tingkat viabilitas 89-100%.

(47)

Percobaan II. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp Strain J7, TD-TPB3, dan Kombinasi TD-J7+TD-TPB3 terhadap Vigor Bibit

Cabai Besar (Capsicum annuum L.)

Secara umum, bibit yang diberi perlakuan semprot isolat Methylobacterium spp baik strain TD-J7, TD-TPB3 maupun kombinasi keduanya

mempunyai performansi bibit yang lebih tegar dibandingkan dengan bibit yang tidak disemprot. Pada bibit yang tidak disemprot terlihat adanya banyak gejala daun yang mengeriting ke dalam (Aphis gossypii Glov.) baik pada benih dengan tingkat viabilitas awal 62% maupun pada tingkat viabilitas awal 90%, sedangkan pada bibit yang diberi perlakuan semprot terlihat lebih sedikit gejala daun yang mengeriting ke dalam tersebut (Gambar Lampiran 1-3).

Sidik ragam pengaruh aplikasi beberapa isolat Methylobacterium spp terhadap tolok ukur keserempakan tumbuh, daya tumbuh, potensi tumbuh maksimum, jumlah daun, tinggi bibit, bobot kering bibit, dan persentase bibit berbunga dapat dilihat pada Tabel Lampiran 8-28, dan rekapitulasinya dapat dilihat pada Tabel 3.

Berdasarkan sidik ragam pada Tabel 3. dapat dilihat bahwa aplikasi isolat Methylobacterium spp strain TD-J7 memberikan pengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur jumlah daun dan berpengaruh nyata terhadap tolok ukur persentase bibit berbunga. Viabilitas benih berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur keserempakan tumbuh, daya tumbuh, dan potensi tumbuh maksimum, serta berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan bobot kering bibit. Pengaruh interaksi aplikasi dan viabilitas benih menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap semua tolok ukur yang diamati.

(48)

25

Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp Strain TD-J7, TD-TPB3, dan Kombinasi TD-J7+TD-TPB3 dan Viabilitas Awal Benih terhadap Vigor Bibit Cabai Besar

Jenis Isolat Tolok Ukur Aplikasi (A) Viabilitas (G) A*G KK (%)

Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, * = berpengaruh nyata pada taraf 5% tn = tidak berpengaruh nyata,

A*G = pengaruh interaksi aplikasi dan viabilitas,

#

= transformasi (x+0.5)

(49)

dan potensi tumbuh maksimum. Viabilitas benih berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur keserempakan tumbuh, daya tumbuh, dan potensi tumbuh maksimum. Pengaruh interaksi aplikasi isolat Methylobacterium spp kombinasi strain TD-J7+TD-TPB3 dan viabilitas benih menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap semua tolok ukur yang diamati (Tabel 3).

Pada Tabel 4-6. menunjukkan bahwa aplikasi isolat Methylobacterium spp strain TD-J7 dengan cara direndam + tidak disemprot memberikan pengaruh terbaik terhadap tolok ukur keserempakan tumbuh, daya tumbuh, dan potensi tumbuh maksimum, baik pada benih dengan tingkat viabilitas awal 62% maupun pada benih dengan tingkat viabilitas awal 90%. Isolat Methylobacterium spp strain TD-TPB3 yang diaplikasikan dengan cara tidak direndam + disemprot memberikan pengaruh terbaik terhadap tolok ukur keserempakan tumbuh, daya tumbuh, dan potensi tumbuh maksimum dibanding dengan tiga cara aplikasi lainnya, baik pada benih dengan tingkat viabilitas awal 62% maupun 90%. Aplikasi isolat Methylobacterium spp kombinasi strain TD-J7+TD-TPB3 tidak dapat meningkatkan keserempakan tumbuh, daya tumbuh, dan potensi tumbuh maksimum bibit cabai besar. Hal ini diduga karena adanya ketidakseragaman benih dalam satu lot.

Pada benih dengan tingkat viabilitas awal 62% sebelum diberi perlakuan isolat Methylobacterium spp strain TD-J7 keserempakan tumbuhnya adalah 75% dan setelah diberi perlakuan isolat Methylobacterium spp strain TD-J7 dengan cara direndam + tidak disemprot keserempakan tumbuh bibit meningkat menjadi 83%, hal ini berarti mengalami peningkatan sebesar 8%. Pada benih dengan tingkat viabilitas awal 90% sebelum diberi perlakuan isolat Methylobacterium spp strain TD-J7 keserempakan tumbuhnya adalah 88% dan setelah diberi perlakuan isolat Methylobacterium spp strain TD-J7 dengan cara direndam + tidak disemprot keserempakan tumbuh bibit meningkat menjadi 91%, atau mengalami peningkatan sebesar 3%. Daya tumbuh bibit meningkat karena aplikasi isolat Methylobacterium spp strain TD-J7 dengan cara direndam + tidak disemprot,

(50)

27

yaitu pada benih yang berviabilitas awal 62% dan 3% pada benih yang berviabilitas awal 90%.

Pada benih dengan tingkat viabilitas awal 62% sebelum diberi perlakuan isolat Methylobacterium spp strain TD-TPB3 keserempakan tumbuhnya adalah 76% dan setelah diberi perlakuan isolat Methylobacterium spp strain TD-TPB3 dengan cara tidak direndam + disemprot keserempakan tumbuh bibit meningkat menjadi 81%, hal ini berarti mengalami peningkatan sebesar 5%. Pada benih dengan tingkat viabilitas awal 90% sebelum diberi perlakuan isolat Methylobacterium spp strain TD-TPB3 keserempakan tumbuhnya adalah 89% dan

setelah diberi perlakuan isolat Methylobacterium spp strain TD-TPB3 dengan cara tidak direndam + disemprot keserempakan tumbuh bibit meningkat menjadi 95%, atau mengalami peningkatan sebesar 6%. Daya tumbuh bibit meningkat karena aplikasi isolat Methylobacterium spp strain TD-TPB3 dengan cara tidak direndam + disemprot, yaitu mengalami peningkatan daya tumbuh sebesar 4% pada benih dengan tingkat viabilitas awal 62% dan 5% pada benih dengan tingkat viabilitas awal 90%. Pada aplikasi tersebut, baik pada benih dengan tingkat viabilitas awal 62% maupun 90% potensi tumbuh maksimum masing-masing mengalami peningkatan sebesar 5%.

Tabel 4. Pengaruh Aplikasi Beberapa Isolat Methylobacterium spp dan Viabilitas Awal Benih terhadap Tolok Ukur Keserempakan Tumbuh Bibit Cabai Besar

Jenis Isolat TD-J7 TD-TPB3 TD-J7+TD-TPB3 Viabilitas 62% 90% 62% 90% 62% 90%

Aplikasi ---%--- Kontrol 75.0 88.0 76.0 89.0 79.0 90.0 Rendam+Semprot 73.0 81.0 76.0 89.0 63.0 85.0 Rendam+Tidak Semprot 83.0 91.0 65.0 92.0 72.0 93.0 Tidak Rendam+Semprot 73.0 86.0 81.0 95.0 78.0 85.0 Rata-Rata 76.0b 86.5a 74.5b 91.3a 73.0b 88.3a

(51)

Tabel 5. Pengaruh Aplikasi Beberapa Isolat Methylobacterium spp dan Viabilitas Awal Benih terhadap Tolok Ukur Daya Tumbuh Bibit Cabai Besar Jenis Isolat TD-J7 TD-TPB3 TD-J7+TD-TPB3 Viabilitas 62% 90% 62% 90% 62% 90% nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT

Tabel 6. Pengaruh Aplikasi Beberapa Isolat Methylobacterium spp dan Viabilitas Awal Benih terhadap Tolok Ukur Potensi Tumbuh Maksimum Bibit Cabai Besar

Jenis Isolat TD-J7 TD-TPB3 TD-J7+TD-TPB3 Viabilitas 62% 90% 62% 90% 62% 90% nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT

Menurut Sadjad (1993) nilai keserempakan tumbuh yang tinggi mengindikasikan vigor kekuatan absolut yang tinggi, sebab suatu lot yang menunjukkan pertumbuhan serempak dan kuat akan memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi.

Berdasarkan tolok ukur keserempakan tumbuh, daya tumbuh, dan potensi tumbuh maksimum, isolat Methylobacterium spp strain TD-J7 dan TD-TPB3 pada masing-masing aplikasi tersebut di atas merupakan teknik aplikasi terbaik.

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp dan Viabilitas Awal Benih terhadap Vigor Benih Cabai Besar
Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp Strain TD-J7, TD-TPB3, dan Kombinasi TD-J7+TD-TPB3 dan Viabilitas Awal Benih terhadap Vigor Bibit Cabai Besar
Gambar Lampiran 1. Pengaruh  Semprot dan tidak Semprot Methylobacterium spp Strain TD-J7 terhadap Performansi Daun Bibit Cabai Besar
Gambar Lampiran 2. Pengaruh  Semprot dan tidak Semprot Methylobacterium spp Strain TD-TPB3 terhadap Performansi Daun Bibit Cabai Besar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut hasil dari penelitian yang telah dilakukan di PT Continental, dapat disimpulkan bahwa PT Continental memiliki visi keluarga beker- jasama antara saudara

Disamping itu orang tua dapat melihat kegiatan anak di laboratorium, di bengkel, dan di kebun (Soetopo, dan Soemanto 1989, hlm. Kunjungan orang tua siswa ke sekolah

Jika diamati dengan seksama, didapat analogi antara deret bertingkat dan Opeasi Beda dengan operasi pengintegralan dan operasi diferensial, dimana deret bertingkat analog

Dalam rangka memberikan kepastian dan perlindungan hukum terhadap pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di daerah, Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu telah menerbitkan

Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa di SD Muhammadiyah 6 Gadung yang memiliki karakteristik yang bebeda, yang mana

Diharapkan agar pihak pimpinan dalam perusahaan PT Sumbertaman Keramika Industri untuk lebih mengapresiasi hasil prestasi kerja bagi karyawan yang telah mencapai target

[r]

Perjanjian gadai terjadi karena adanya kesepakatan dari kedua belah pihak, yakni pihak pemberi gadai (pemilik benda) dengan pihak penerima gadai (pemegang gadai), di mana dalam