• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seleksi Kekeringan pada Beberapa Varietas Batang Bawah Jeruk secara In vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Seleksi Kekeringan pada Beberapa Varietas Batang Bawah Jeruk secara In vitro"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

SELEKSI KEKERINGAN PADA BEBERAPA VARIETAS

BATANG BAWAH JERUK SECARA

IN VITRO

DIAH RAHMI ADIYANTI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Seleksi Kekeringan pada Beberapa Varietas Batang Bawah Jeruk secara In vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing skripsi dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Diah Rahmi Adiyanti

NIM A24080186

(4)

ABSTRAK

DIAH RAHMI ADIYANTI. Seleksi Kekeringan pada Beberapa Varietas Batang Bawah Jeruk secara In vitro. Dibimbing oleh MEGAYANI SRI RAHAYU dan ASEP SETIAWAN.

Cekaman kekeringan dapat disimulasi dengan menurunkan potensial air dalam media melalui penambahan polietilen glikol (PEG). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan beberapa varietas batang bawah jeruk secara in vitro. Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor pertama yaitu perlakuan penambahan PEG dalam media MS+2 mg l-1 NAA, terdiri atas 4 taraf: 0 g l-1 setara 0% (0 bar) , 20 g l-1 setara 2% (-0.12 bar), 40 g l-1 setara 4% (-0.32 bar), dan 60 g l-1 setara 6% (-0.59 bar). Faktor kedua yaitu varietas batang bawah jeruk yang terdiri dari 3 taraf : Rough Lemon (RL), Kunci-10, dan Nipis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penambahan PEG memberi pengaruh nyata terhadap penurunan rataan tinggi, rataan jumlah daun, rataan jumlah akar, dan rataan panjang akar pada ketiga varietas yang diuji. Ketiga varietas yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan respon pertumbuhan yang sama pada akhir pengamatan minggu ke-8. Varietas Kunci-10 dan Nipis cenderung lebih stabil dalam kondisi cekaman kekeringan dibandingkan varietas Rough Lemon.

Kata kunci: cekaman, Kunci-10, Nipis, PEG, Rough Lemon

ABSTRACT

DIAH RAHMI ADIYANTI. In Vitro Drought Selection in Some Citrus Rootstock Varieties. Supervised by MEGAYANI SRI RAHAYU and ASEP SETIAWAN.

Drought stress could be simulated by decreasing the water potensial media through polyethylene glycol (PEG) addition. The objective of this experiment was to explain the effect of drought stress to some citrus rootstocks growth under in vitro conditions. The experiment used a factorial completely randomized design (CRD). The first factor was PEG addition which consist of four level: 0 g l-1 PEG is equivalent to 0% (0 bar), 20 g l-1 PEG is equivalent to 2% (-0.12 bar), 40 g l-1 PEG is equivalent to 4% (-0.32 bar), 60 PEG g l-1 is equivalent to 6% (-0.59 bar). The second factor was citrus rootstock varieties, which consist of Rough Lemon, Kunci-10, and Nipis. The result showed that all of the parameters decreased with the increasing of osmotic stress by PEG. Three varieties showed same response toward PEG addition on the last week of observation. Kunci-10 and Nipis have more stability under drought stress simulation rather than Rough Lemon.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

SELEKSI KEKERINGAN PADA BEBERAPA VARIETAS

BATANG BAWAH JERUK SECARA

IN VITRO

DIAH RAHMI ADIYANTI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Seleksi Kekeringan pada Beberapa Varietas Batang Bawah Jeruk secara In vitro

Nama : Diah Rahmi Adiyanti NIM : A24080186

Disetujui oleh

Ir Megayani Sri Rahayu, MS Pembimbing I

Dr Ir Asep Setiawan, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan, kesabaran, dan hidayah sehingga penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul Seleksi Kekeringan terhadap Beberapa Varietas Batang Bawah Jeruk secara In Vitro ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad shallalhu ‘alaihi wassalam serta kepada keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun berdasarkan pada penelitian yang telah dilaksanakan di laboratorium Bioteknologi Kultur Jaringan Tanaman, Departemen Agronomi Hortikultura IPB, Darmaga Bogor mulai bulan Februari 2012 hingga Januari 2013.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada segenap pihak yang telah berperan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Bapak Basuki Jokosudarmanto, Ibu Satukah, Haryo Adiono Dharmawan serta keluarga besar Sudiman Padmowiardjo yang telah memberikan doa, kasih sayang, motivasi, dan semangat.

2. Ir. Megayani Sri Rahayu, MS sebagai dosen pembimbing akademik sekaligus dosen pembimbing pertama, serta Dr. Ir. Asep Setiawan, MS sebagai dosen pembimbing kedua, yang telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi selama kegiatan penelitian dan penyelesaian skripsi.

3. Dr. Tatiek Kartika Suharsi, MS sebagai dosen penguji yang telah memberi saran dan masukan untuk penulisan skripsi.

4. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (BALITJESTRO). 5. Rekan-rekan Laboratorium Kultur Jaringan yang telah memberikan bimbingan

dan bantuan teknis selama berjalannya penelitian.

6. Teman-teman Indigenous 45, Hasrat, Galuh, Indra, Bunga, Tri, Izza. Keluarga besar OMDA Malang Raya, BEM FAPERTA 2010 “Kabinet Bersinar”, BEM KM IPB 2011 “Kabinet IPB Bersahabat”, BEM KM IPB 2012 “Kabinet Berkarya” atas kebersamaan, keceriaan, dan kontribusi bagi alamamater IPB. 7. Kontingen PEKSIMIDA IPB 2012, Tim Pameran PIMNAS Yogyakarta 2012

dan segenap official PKM IPB 2012-2013 serta dosen pendamping atas pengalaman dan prestasi yang telah diukir bersama.

8. Sahabat serta adik-adik IPB Farmers Student Club dan IPB Student Agripark Crew atas kerja sama dan semangatnya.

Semoga penelitian ini berguna dan bermanfaat bagi pertanian Indonesia dan semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Agustus 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL i

DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR LAMPIRAN iii

PENDAHULUAN 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Tanaman Jeruk 2

Syarat Tumbuh 4

Varietas Batang Bawah Jeruk 4

Cekaman Kekeringan dengan PEG 5

METODE PENELITIAN 7

Tempat dan Waktu Penelitian 7

Bahan Penelitian 7

Peralatan Penelitian 7

Metode Penelitian 7

Prosedur Percobaan 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Kondisi Umum 10

Tinggi Tanaman 12

Jumlah Daun 14

Jumlah Akar 17

KESIMPULAN DAN SARAN 24

Kesimpulan 24

Saran 25

DAFTAR PUSTAKA 25

LAMPIRAN 28

(10)

DAFTAR TABEL

1 Perbedaan visual kecambah vegetatif dan kecambah generatif 3 2 Hasil analisis ragam pengaruh penambahan PEG dan varietas terhadap

rataan pertambahan tinggi tanaman jeruk 12 3 Pengaruh penambahan PEG terhadap rataan pertambahan tinggi

tanaman jeruk 12

4 Interaksi PEG dan varietas tanaman jeruk batang bawah terhadap rataan

pertambahan tinggi (cm) 13

5 Hasil analisis ragam pengaruh penambahan PEG dan varietas

terhadap rataan pertambahan daun tanaman jeruk 14 6 Pengaruh penambahan PEG terhadap rataan pertambahan daun

tanaman jeruk (helai) 15

7 Pengaruh varietas terhadap rataan pertambahan daun tanaman jeruk

(helai) 16

8 Interaksi PEG dan varietas tanaman jeruk batang bawah terhadap rataan

pertambahan daun (helai) 16

9 Hasil analisis ragam pengaruh penambahan PEG dan varietas terhadap

rataan jumlah akar tanaman jeruk 18

10 Pengaruh penambahan PEG terhadap rataan jumlah akar tanaman jeruk

(buah) 18

11 Pengaruh varietas terhadap rataan jumlah akar tanaman jeruk (buah) 19 12 Interaksi PEG dan varietas tanaman jeruk batang bawah terhadap rataan

jumlah akar (buah) 20

13 Hasil analisis ragam pengaruh penambahan PEG dan varietas terhadap

rataan panjang akar tanaman jeruk (cm) 22

14 Pengaruh media terhadap rataan panjang akar tanaman jeruk (cm) 22 15 Pengaruh varietas terhadap rataan panjang akar tanaman jeruk (cm) 23 16 Interaksi PEG dan varietas tanaman jeruk batang bawah terhadap rataan

panjang akar (cm) 24

DAFTAR GAMBAR

1 Varietas jeruk batang bawah yang digunakan dalam penelitian 10 2 Tahapan penyediaan bahan tanam dalam penelitian 11

3 Kontaminasi eksplan 11

4 Eksplan tidak membentuk akar 17

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Komposisi media Murashige dan Skoog 29

2 Hasil sidik ragam rataan pertambahan tinggi 32

3 Hasil sidik ragam rataan pertambahan daun 33

(12)
(13)
(14)
(15)

1

PENDAHULUAN

Jeruk merupakan tanaman buah yang berasal dari wilayah subtropis Asia, tetapi dapat tumbuh dan berbuah di negara tropis, salah satunya Indonesia. Tanaman jeruk banyak dijumpai baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, dan umumnya menjadi komoditas unggulan daerah tersebut. Tanaman jeruk telah lama dikembangkan di Indonesia sejak ratusan tahun lalu. Buah yang dihasilkan memiliki cita rasa yang khas dan menyegarkan sehingga banyak diminati masyarakat luas. Buah jeruk tidak hanya dikonsumsi sebagai buah segar tetapi juga sebagai produk pangan olahan dan bahan baku industri. Buah jeruk mengandung banyak vitamin dan mineral yang baik bagi kesehatan serta harganya sangat terjangkau.

Permintaan buah jeruk meliputi konsumsi untuk obat, buah segar, produk pangan olahan, maupun produk turunan lainnya. Pemerintah telah mencanangkan program pengembangan usaha tani jeruk untuk dapat mencukupi konsumsi dalam negeri, pemenuhan bahan baku industri, substitusi impor, dan mengisi peluang ekspor (Supriyanto et al. 2007). Agroindustri berbasis jeruk seperti olahan minyak atsiri dari kulit jeruk, gula tetes, alkohol, dan pektin dari buah jeruk sudah mulai dikembangkan di beberapa negara Amerika dan Eropa (Rukmana 2003). Komoditas jeruk sangat menjanjikan keuntungan bagi petani lokal karena permintaannya yang diprediksi akan terus meningkat di masa yang akan datang.

Data Badan Pusat Statistika (2011) menunjukkan tanaman jeruk yang banyak dikembangkan di Indonesia antara lain jeruk Siam (60.6%), jeruk Keprok (36.7%), jeruk Pamelo (1.7%), dan jeruk Manis (1.0%). Data BPS (2011) juga menunjukkan produksi jeruk nasional sebesar 1 818 949 ton, turun 11.14% dari

produksi tahun 2010 serta nilai impor mencapai 85 352 866 US$ pada Januari -

Maret. Luas areal pertanaman jeruk mencapai 80 000 Ha, tersebar di wilayah sentra produksi seperti Garut, Tawangmangu, Batu, Bali, Selayar, Pontianak dan Medan.

Tanaman jeruk yang dibudidayakan di Indonesia hampir seluruhnya berasal dari bibit okulasi. Okulasi merupakan metode perbanyakan vegetatif dengan menggabungkan dua jenis tanaman jeruk yang berbeda karakter yaitu batang atas dan batang bawah. Batang atas merupakan tanaman jeruk varietas komersial, sementara batang bawah merupakan varietas yang memiliki pertumbuhan vegetatif yang vigor. Batang bawah memiliki peranan penting karena mempengaruhi vigor tanaman, produksi, kualitas, serta ketahanan terhadap penyakit dan lingkungan tertentu. Pemilihan batang bawah sebagai materi okulasi tentu berdasarkan kriteria khusus. Umumnya batang bawah yang bagus adalah yang memiliki pertumbuhan akar yang kuat, kokoh, ekstensif, dan adaptasi baik di lingkungan suboptimum. Karakter tersebut akan sangat menentukan kemampuan batang bawah dalam mendukung kehidupan tanaman jeruk budidaya dalam penyediaan hara dan air selama pertumbuhan dan produksi.

(16)

2

sentra produksi jeruk di Indonesia adalah Japansche Citroen (JC) dan Rough Lemon (RL).

Upaya peningkatan produksi jeruk nasional dapat dilakukan melalui penambahan areal tanam (ekstensifikasi). Menurut Kajian Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2005), dari segi kesesuaian lahan pengembangan pertanaman jeruk dapat dilakukan di 10 propinsi dengan luas mencapai 5 651 388 Ha. Program ini dilakukan pada lahan-lahan kering dan pasang surut di sentra produksi utama seperti Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, serta di beberapa wilayah kabupaten Timor Tengah Selatan - Nusa Tenggara Timur.

Rencana ekstensifikasi perlu didukung informasi mengenai potensi dan sifat varietas batang bawah, baik yang sudah maupun belum banyak digunakan. Penelitian ini dilakukan untuk menguji batang bawah jeruk yang diharapkan memiliki sifat adaptasi dan ketahanan di lingkungan kering.

Menurut Sirait (2004), seleksi secara in vitro untuk sifat ketahanan terhadap cekaman kekeringan dengan menggunakan polietilen glikol (PEG) mempunyai keunggulan, antara lain waktu seleksi lebih singkat, tidak membutuhkan ruang yang luas, mudah dikontrol dan tidak dibatasi oleh musim. Keunggulan PEG lainnya yaitu tidak menyebabkan perubahan genetik pada tanaman, karena PEG

merupakan senyawa osmotikum (penurun potensial kimia air). Tanah dalam

kondisi kapasitas lapang mempunyai potensial osmotik 0,33 bar. Penggunaan larutan PEG 6000 konsentrasi 5–20% diharapkan dapat menciptakan potensial osmotik yang setara dengan kondisi tanah kapasitas lapang dan titik kelembaban kritis (Rahayu et al. 2005)

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh cekaman kekeringan pada pertumbuhan beberapa varietas batang bawah jeruk secara in vitro. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi mengenai potensi varietas batang bawah jeruk yang tahan terhadap cekaman kekeringan. Hipotesis penelitian ini yaitu terdapat varietas batang bawah jeruk yang diuji paling tahan terhadap cekaman kekeringan.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Jeruk

Tanaman jeruk (Citrus sp.) adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali.

(17)

3

Batang bawah jeruk diperbanyak secara komersial dengan biji. Biji tanaman jeruk mempunyai sifat poliembrioni, artinya dari satu buah benih jeruk yang ditanam dapat tumbuh menjadi lebih dari satu varietas kecambah jeruk. Kecambah generatif berasal dari pertemuan sel jantan dan betina yang membentuk zigot.

Kecambah vegetatif atau disebut juga semaian nuselar berasal dari embrio yang terbentuk dari sebuah atau sekelompok sel pada nusellus maupun integument. Jumlah kecambah generatif dalam satu benih hanya ada satu, sementara kecambah vegetatif dapat lebih dari satu. Kecambah vegetatif mempunyai sifat yang sama dengan induk, sehingga baik untuk digunakan sebagai bibit, perbedaan fisik kecambah vegetatif dan generatif diuraikan pada Tabel 1. Produktivitas pohon hasil okulasi batang bawah yang berasal dari kecambah vegetatif dapat meningkat, sementara yang berasal dari kecambah generatif dapat berkurang hingga 11% dari potensi hasil.

Tabel 1. Perbedaan fisik kecambah vegetatif dan generatif pada poliembrioni jeruk batang bawah

No.

Uraian Kecambah vegetatif Kecambah generatif

1 Bentuk Selalu bercabang

Tidak/sedikit bercabang

5 Tepi daun Bergerigi/ berombak Sedikit berombak 6 Warna daun Hijau tua, pucuk kekuningan

(18)

4

Syarat Tumbuh

Faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman jeruk adalah iklim, varietas tanah, serta ketinggian dari permukaan laut. Jeruk memerlukan 9 bulan basah (musim hujan), dengan curah hujan 1000 – 3000 mm/th (Masyarakat Jeruk Indonesia 2004). Bulan basah diperlukan untuk proses perkembangan bunga dan buah. Jeruk sangat memerlukaan air yang cukup terutama pada bulan Juli-Agustus.

Tanaman jeruk memerlukan temperatur optimal tumbuh antara 25-30ºC, namun dapat tumbuh normal hingga 38ºC. Tanaman jeruk tumbuh optimal tanpa naungan, dengan kelembaban optimum untuk pertumbuhan sekitar 70-80%. Tanah Andosol dan Latosol sangat sesuai untuk budidaya jeruk, dengan derajat keasamaan tanah 5.5-6.5. Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan sekitar 30ºC. Jeruk dapat tumbuh dengan baik di wilayah dataran sedang hingga tinggi (± 500 mdpl), pada tanah yang berdrainase baik, solum tanah minimum 50 cm, serta kaya bahan organik dengan tekstur yang tidak terlalu liat (Djaenudin et al. 2005).

Pertumbuhan dan produktivitas tanaman jeruk dipengaruhi juga oleh kualitas lahan antara lain salinitas, alkalinitas, dan toksisitas unsur hara (alumunium dan pyrit), oleh karena itu kesesuaian lahan menjadi sangat penting.

Varietas Batang Bawah Jeruk Rough Lemon (Citrus jambhiri Lush.)

Rough Lemon (Citrus jambhiri Lush.) merupakan varietas batang bawah unggul yang telah dilepas Menteri Pertanian melalui SK Keputusan Menteri No.2533/Kpts/SR.120/5/2011 (Menteri Pertanian 2011). Rough Lemon merupakan hasil persilangan antara Citrus medica var.lemon dengan Citrus aurantium

subsp.sinensis. Varietas Rough Lemon dipilih sebagai batang bawah karena memiliki produktivitas tinggi, kompatibel dengan berbagai jenis batang atas, ukuran buah besar, tanaman vigor, mampu beradaptasi dengan baik pada tanah berpasir, pertumbuhannya cepat, sistem perakarannya ekstensif sehingga dapat beradaptasi pada kondisi kekeringan. Rough Lemon beradaptasi baik pada dataran medium dengan ketinggian 400 - 800 mdpl.

Rough lemon juga toleran terhadap alkalinitas dan salinitas tanah. Rough Lemon sensitif terhadap Phytophtora dan Nematoda. Pohon jeruk dengan batang bawah Rough lemon menghasilkan pohon-pohon yang kokoh dengan sistem perakaran yang baik. Produksi jeruk dapat meningkat di tahun-tahun awal. Pohon dengan umur lebih dari 15 tahun mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan produksi. Pada umur 20 tahun tanaman akan menunjukkan penurunan hasil yang signifikan. Pada kondisi lingkungan yang optimum pohon dapat bertahan hingga 40 tahun dengan laju penurunan hasil yang lambat.

(19)

5

Kunci-10

Varietas Kunci-10 berasal dari Muaro Sijunjung , Koleksi Balitbu Solok. Dalam rangka usaha meningkatkan produksi jeruk, batang bawah varietas unggul memiliki peranan penting. Varietas ini telah dilepas oleh Menteri Pertanian RI melalui SK Keputusan Menteri No.120/Kpts/TP.240/2/2001 (Menteri Pertanian 2001). Kunci-10 merupakan varietas batang bawah potensial, namun demikian belum dikenal luas oleh petani jeruk lokal.

Kunci-10 memiliki karakter fisik yang baik, sebagai batang bawah varietas ini memiliki pengaruh terhadap batang atas khususnya pada Keprok Siem. Tanaman hasil okulasi menunjukkan penampilan arsitektur tanaman berbetuk payung, kokoh, dan cebol (dwarf). Bibit hasil okulasi Kunci-10 sangat sesuai untuk tanaman bah dalam pot dan pertanian periurban.

Pohon hasil sambungan dengan varietas Kunci-10 memiliki bentuk percabangan sedikit dan menyebar. Tinggi tanaman dapat mencapai 3 meter, dengan diameter batang 10 cm. Aroma buah tidak terlalu kuat, kadar asam sitrat cukup tinggi mencapai 15.5% dengan kadar air lebih dari 90%. Kandungan vitamin C lebih rendah dibanding JC ataupun RL, yaitu 35.90 mg/100g (RL 41.4 mg/ 100g, JC 43.3 mg/100g). Jumlah biji per buah varietas Kunci-10 lebih banyak ±8 biji/ buah, hal ini mempermudah dalam pengadaan seedling batang bawah.

Umur produksi jeruk dengan batang bawah Kunci-10 dapat mencapai 6 tahun. Ketahanan terhadap kondisi kekeringan toleransi sedang. Kunci-10 mampu beradaptasi sedang pada tanah asam dan tanah lempung, dari segi ketahanan terhadap hama penyakit varietas ini cukup toleran terhadap Phythoptora

sp., virus Tristeza. Saat ini Kunci-10 masih tersebar di beberapa daerah yaitu Sawah Lunto dan Solok.

Jeruk Nipis(Citrus aurantifolia Swingle.)

Pohon jeruk nipis berukuran relatif kecil, berkayu dan bercabang banyak, serta dapat mencapai tinggi 1.5 – 3.5 meter. Sistem perakarannya menyebar ke semua arah dan cukup dalam. Percabangan akar relatif banyak, namun kurang memiliki akar rambut, sehingga untuk pertumbuhan optimal jeruk nipis menghendaki keadaan tanah (media) subur, kaya bahan organik dan cukup air.

Jeruk nipis memiliki kemampuan adaptasi yang cukup baik. Pada prinsipnya hampir semua varietas tanah cocok untuk penanaman jeruk nipis. Namun paling baik adalah tanah pasir yang mengandung liat dalam keadaan cukup subur, gembur, aerasi dan drainasenya baik dengan pH antara 5.5-6.0.

Jeruk Nipis merupakan varietas asli Indonesia. Nipis umumnya dikenal masyarakat sebagai tanaman jeruk yang hanya menghasilkan buah yang konsumsinya hanya sebatas manfaat sebagai obat tradisional saja. Nipis merupakan varietas yang cenderung cepat berbuah, mudah dibudidayakan, banyak dan sangat mudah dijumpai di sekitar kita, namun demikian belum dilakukan penelitian mengenai potensinya sebagai batang bawah. [komunikasi singkat dengan pihak Balitjestro].

Cekaman Kekeringan dengan PEG

(20)

6

stomata daun menutup akibat penurunan turgiditas sel penjaga sehingga terjadi hambatan masuknya CO2 dan menurunkan aktivitas fotosintesis.

Tanaman yang toleran terhadap cekaman kekeringan memiliki mekanisme mempertahankan turgor agar tetap di atas nol sehingga potensial air jaringan tetap rendah dibandingkan potensial air eksternal sehingga tidak terjadi plasmolisis (Jones dan Turner 1980). Salah satu mekanisme ketahanan terhadap cekaman kekeringan lainnya yaitu kemampuan mengontrol transpirasi. (Pitono et al. 2008).

PEG merupakan agen penyeleksi yang bersifat osmotikum (menurunkan

potensial air). Potensial air (Ψ) adalah potensial kimia air dalam suatu sistem atau

bagian sistem yang dinyatakan dalam satuan tekanan dan dibandingkan dengan potensial kimia air murni (pada tekanan atmosfer dan suhu yang sama), potensial kimia air murni bernilai nol (Salisbury dan Ross 1995). Jika potensial kimia air tertentu kurang dari potensial kimia air murni, maka potensial airnya akan bernilai negatif. Cekaman air pada tanaman terjadi saat potensial air bernilai negatif. Air dapat menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pertumbuhan sel merupakan respon awal ditunjukkan terhadap cekaman air.

Penggunaan polietilen glikol (PEG) untuk menginduksi cekaman kekeringan pada tanaman sudah banyak diterapkan. PEG dengan berat molekul 6000 paling tepat digunakan untuk menginduksi cekaman kekeringan pada tanaman karena mampu mengurangi potensial air pada larutan nutrisi tanpa menyebabkan keracunan (Rahayu 2007). Senyawa polietilen glikol (PEG) merupakan senyawa yang dapat menurunkan potensial osmotik larutan melalui aktivitas matriks sub-unit etilena oksida yang mampu mengikat molekul air dengan ikatan hidrogen (Rahayu et al. 2005).

Penambahan PEG ke dalam media kultur diharapkan dapat menciptakan kondisi cekaman karena ketersediaan air bagi tanaman menjadi berkurang. Menurut Short et al. (1987) menyatakan bahwa kultur in vitro PEG dapat menginduksi cekaman kekeringan dan berkorelasi positif dengan yang terjadi di lapang atau rumah kaca. Konsentrasi PEG 10, 20 dan 30% merupakan konsentrasi yang biasa digunakan untuk simulasi cekaman kekeringan dilapang (Salisbury dan Ross 1995).

Penggunaan PEG sebagai senyawa penyeleksi in vitro telah banyak digunakan untuk penapisan kekeringan pada tanaman semusim antara lain: pada kedelai (Widoretno 2002), dan pada kacang tanah (Rahayu 2005,2007). Hasil penelitian Kurkani dan Deshpande (2007) penggunaan 4 konsentrasi PEG 0, 20, 40, 60 g/l mampu menapis tanaman tomat terhadap kekeringan berkisar 60 g/l.

(21)

7

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2012 hingga Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bahan Penelitian

Bahan tanaman jeruk yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, Kota Batu, Jawa Timur. Batang bawah yang digunakan yaitu Rough Lemon, Kunci 10, dan Nipis. Eksplan yang digunakan merupakan stek yang berasal dari tunas kecambah vegetatif biji jeruk yang disemai dalam media in vitro.

Bahan lain yang digunakan dalam penelitian yaitu media Murashige-Skoog (MS), sukrosa, agar-agar, HCL, KOH, polietilen glikol (PEG), NAA, dan air steril. Bahan penyeteril (sterilan) antara lain bakterisida, fungisida, sodium hiploklorit, Alkohol 70% dan 96%, serta klorox. Media perlakuan merupakan modifikasi MS penuh (MS0) yang ditambahkan dengan NAA dan PEG sebagai senyawa penyeleksi.

Peralatan Penelitian

Peralatan yang digunakan adalah Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), autoklaf, timbangan analitik, cawan petri, gelas ukur, mikropipet, alat tanam (pinset, gunting, dan skalpel), pH meter, botol kultur, peralatan gelas, bunsen dan

sprayer.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dan terdiri dari dua faktor.

Faktor pertama yaitu konsentrasi PEG yang terdiri dari 4 taraf : P1 : MS + 2 mg/l NAA + 0 g/l PEG setara dengan 0% (0 bar)

P2 : MS + 2 mg/l NAA + 20 g/l PEG setara dengan 2% (-0.12 bar) P3 : MS + 2 mg/l NAA + 40 g/l PEG setara dengan 4% (-0.32 bar) P4 : MS + 2 mg/l NAA + 60 g/l PEG setara dengan 6% (-0.59 bar)

Faktor kedua yaitu varietas batang bawah jeruk, terdiri dari 3 taraf : V1 : Rough Lemon

V2 : Kunci-10 V3 : Nipis

(22)

8

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan varietas media ke-i, varietas ke-j µ = rataan umum

αj = pengaruh konsentrasi atau penambahan PEG taraf ke-i βk = pengaruh perlakuan varietas taraf ke-j

(αβ)ij = Interaksi antara penambahan PEG taraf ke-i dengan varietas taraf ke-j

εij = Pengaruh galat perlakuan media ke-i, varietas ke-j

Penelitian terdiri atas 12 kombinasi perlakuan dengan 14 ulangan. Masing-masing ulangan terdiri atas satu satuan percobaan yang terdiri dari satu botol dengan satu eksplan di dalamnya. Data pengamatan diuji menggunakan uji F pada taraf nyata (α) 5%. Perlakuan yang menunjukkan pengaruh berbeda nyata akan diuji lanjut menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%.

Prosedur Percobaan

Sterilisasi Alat

Sterilisasi dilakukan terhadap peralatan tanam dan botol kultur. Semua alat tanam (gunting, pisau, pinset), cawan petri, botol kultur direndam dalam larutan desinfektan selama 30 menit, dicuci bersih dengan air mengalir, dan dikeringkan. Kemudian peralatan tersebut disetrilisasi dalam autoklaf dengan suhu 121°C, tekanan 0.1 bar selama 60 menit. Sebelum alat digunakan alat dipanaskan dalam oven selama 24 jam.

Sterilisasi Bahan Tanam

Buah jeruk diekstraksi untuk memisahkan biji jeruk dari daging buah. Sterilisasi biji dilakukan dua kali, di luar dan dalam laminar air flow cabinet

(LAFC). Sterilisasi pertama dengan merendam biji selama 10 menit dalam larutan sabun, lalu direndam dengan larutan desinfektan selama 15 menit. Biji dibilas dengan air mengalir kemudian ditiriskan dan dikeringanginkan.

Sterilisasi kedua dilakukan dalam LAFC. Tahap ini diawali dengan merendam biji dalam Klorox 30% selama 30 menit, bilas dalam aquades steril, dilanjutkan dengan merendam biji dalam Klorox 20% selama 20 menit, kemudian bilas dalam aquades steril, dan terakhir merendam biji selama 10 menit dalam Klorox 10%, setelah itu bilas dalam air steril sebanyak 3 kali.

Pembuatan Media

(23)

9

pemadat ditambahkan ke dalam larutan media dan dimasak hingga mendidih, lalu dituang ke dalam botol kultur steril. Botol yang telah berisi media dimasukkan ke dalam autoklaf selama 30 menit dengan tekanan 17.5 psi. Media yang telah steril disimpan dalam ruang kultur.

Media MS0 merupakan media pemeliharaan. Pembuatan media MS0 diawali dengan menyiapkan larutan stok A, B, C, D, E, F seperti dalam Lampiran 1. Pembuatan larutan stok bertujuan untuk mempermudah proses pembuatan media dalam jumlah banyak. Stok A, B, C, D, E, F, myo inositol dan vitamin dipipet dan dimasukkan dalam gelas. Larutan ditera hingga mencapai volume 1 liter dengan aquades. Larutan MS0 dihomogenkan dengan magnetic stirer dan diukur hingga pH mencapai 5.8. Pengukuran pH dilakukan dengan meggunakan kertas lakmus indikator, dan dengan bantuan buffer basa (NaOH) jika pH terlalu asam, buffer asam (HCl) jika pH terlalu basa. Sebanyak 30 g/l gula, dan 7g/l agar ditambahkan dalam media, lalu larutan MS0 dimasak hingga mendidih dan dituang dalam botol kultur yang telah steril. Selanjutnya media dimasukkan dalam autoklaf selama 30 menit dengan tekanan 17.5 psi. Media yang telah steril disimpan dalam ruang kultur.

Media perlakuan yang digunakan yaitu media dasar MS0 yang ditambah dengan 2 mg/l NAA dan polietilen glikol (PEG 6000) sesuai taraf perlakuan, dengan penambahan agar 7-10.5 g/l. NAA adalah zat pengatur tumbuh sintetik dari golongan auksin yang berfungsi merangsang pembentukan akar. PEG adalah senyawa yang bersifat osmotikum yang memiliki kemampuan menurunkan potensial air dalam media. Media yang telah masak dimasukkan ke dalam botol kultur steril dan disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121⁰ C dan tekanan 17.5 psi selama 30 menit.

Pengecambahan dan Pemeliharaan Tunas

Biji steril yang telah dikupas kulit kerasnya (testa) ditanam dalam media prekondisi. Media prekondisi digunakan untuk mengetahui tingkat kesterilan bahan tanam sebelum dijadikan eksplan penelitian. Setiap botol ditanami empat sampai lima biji jeruk. Kultur selanjutnya disimpan dalam ruang gelap untuk memperceat proses pengecambahan. Biji jeruk mulai berkecambah pada minggu ke-4.

Penanaman Eksplan

Pekerjaan menanam berlangsung dalam LAFC yang telah disterilkan. Sterilisasi dilakukan dengan menyemprot LAFC dengan alkohol 70% disekeliling sisi laminar. Penanaman dilakukan dengan tangan yang bersih dan steril. Eksplan yang disubkultur dalam media perlakuan merupakan stek dengan satu sampai dua daun. Stek disubkultur ke dalam media MS0 untuk pembesaran, hingga jumlah buku bertambah sampai pada jumlah kebutuhan eksplan. Eksplan merupakan stek yang memiliki kurang lebih satu hingga dua mata tunas aksilar. Eksplan ditanam dengan posisi vertikal, setiap botol terdiri atas satu eksplan.

Pemeliharaan

(24)

10

pengamatan. Karet penutup yang kendor selalu diganti agar botol tetap tertutup rapat dan menghindari peluang kontaminasi. Tanaman yang terkontaminasi diturunkan dan dikeluarkan dari ruang kultur agar tidak menjadi sumber kontaminan.

Pengamatan

Peubah diamati mulai 0-8 minggu setelah kultur (MSK), peubah tersebut yaitu:

1.Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur menggunakan penggaris mulai permukaan media hingga ujung pucuk tanaman (titik tumbuh). Data yang diolah merupakan nilai

pertambahan tinggi eksplan setiap minggu (Δt minggu ke-n)

2.Jumlah daun

Daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna. Data yang diolah merupakan jumlah pertambahan daun.

3.Jumlah akar

Setiap akar yang muncul dihitung jumlah total untuk setiap eksplan. Data yang diolah adalah data jumlah akar setiap minggu.

4.Panjang akar

Panjang akar dihitung menggunakan penggaris. Akar yang yang telah diukur dibubuhi tanda. Akar tesebut yang selalu diukur panjangnya hingga 8 MSK, satu akar untuk setiap eksplan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian yang telah dilaksanakan bertujuan untuk menjelaskan pengaruh cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan beberapa varietas batang bawah jeruk secara in vitro. Penelitian ini memanfaatkan senyawa penyeleksi yaitu polietilen glikol (PEG) sebagai pengatur cekaman kekeringan. Senyawa PEG merupakan senyawa osmotikum, yaitu senyawa yang dapat mengakibatkan penurunan potensial air. PEG merupakan polimer yang bersifat stabil, non ionik, dan larut dalam air. Varietas batang bawah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rough Lemon (Gambar 1A), Kunci-10 (Gambar 1B), dan Nipis (Gambar 1C).

B

A C

(25)

11

Eksplan yang digunakan merupakan stek yang berasal dari kecambah biji jeruk yang disemai dalam media in vitro seperti pada Gambar 2A. Biji jeruk bersifat poliembrioni, menghasilkan kecambah vegetatif dan kecambah zigotik (Gambar 2B). Eksplan dalam penelitian ini merupakan stek tunas tanpa pucuk yang memiliki 1-2 helai daun seperti ditunjukkan pada Gambar 2C.

Gambar 2 Tahapan penyediaan bahan tanam dalam penelitian A. Pengecambahan biji jeruk in vitro B. Kecambah jeruk in vitro

C. Eksplan stek jeruk

Gambar 3 menunjukkan kondisi ekspan selama penelitian, pada minggu kedua pengamatan (2 MSK) dijumpai beberapa tanaman yang mengalami kontaminasi. Kontaminasi dapat terjadi karena beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal berasal dari bahan tanam yang kurang steril, sementara faktor eksternal antara lain alat, lingkungan tanam. Kontaminasi tidak hanya dijumpai pada minggu awal saja, tetapi dijumpai hingga 8 MSK. Kontaminan tersebut diantaranya berasal dari golongan cendawan dan bakteri, seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3B dan 3C. Cendawan dan bakteri yang banyak dijumpai umumnya muncul dari pinggir dinding botol, kemudian menyebar ke permukaan media.

Kontaminasi diduga terjadi akibat mikroorganisme seedborne dalam jaringan tanaman. Dugaan lain yaitu suhu ruang kultur yang tidak stabil, sehingga mikroorganisme dapat berkembang optimum selama pemeliharaan. Botol dan alat tanam harus dipastikan berada tepat di depan bunsen yang menyala saat menanam eksplan, hal ini dimaksudkan agar mikroorganisme dapat mati akibat uap panas yang berasal dari bunsen.

Gambar 3 Kontaminasi eksplan

A. Eksplan steril B. Eksplan terkontaminasi cendawan B. C. Eksplan terkontaminasi bakteri

C B

A

C

(26)

12

Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman merupakan salah satu peubah dalam penelitian ini. Tinggi tanaman dihitung dari permukaan media hingga ujung pucuk tanaman. Pengukuran dilakukan setiap satu minggu sekali. Data yang diolah merupakan rata-rata pertambahan tinggi tanaman jeruk, bukan tinggi yang sesungguhnya.

Pengamatan peubah tinggi tanaman dilakukan sejak 1 hingga 8 MSK.Tabel 2 menunjukkan bahwa penambahan PEG berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada 1, 4, dan 6 MSK. Perbedaan varietas batang bawah jeruk tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jeruk pada 1-8 MSK. Interaksi antara penambahan PEG dan perbedaan varietas terhadap pertambahan tinggi tanaman jeruk berpengaruh nyata pada 3 dan 6 MSK.

Penambahan PEG memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman jeruk, diduga karena sifat PEG sebagai senyawa osmotikum yang mengakibatkan penurunan potensial air sehingga menghambat penyerapan hara oleh tanaman.

Tabel 2 Hasil analisis ragam pengaruh penambahan PEG dan varietas terhadap rataan pertambahan tinggi tanaman jeruk

Keterangan : **) berpengaruh sangat nyata p≤0.01 ; *) berpengaruh nyata p≤0.05 ; tn=tidak nyata; KK= Koefisien keragaman; data di transformasi (x+0.5)1/2 sebelum diolah

menggunakan SAS

Tabel 3 menunjukkan rataan pertambahan tinggi tanaman jeruk pada media tanpa PEG (P1) memiliki nilai rataan tertinggi yaitu 0.12 cm. Rataan tinggi tersebut secara statistik berbeda nyata dengan perlakuan penambahan PEG 2%, 4%, dan 6%. Rataan tinggi tanaman jeruk cenderung mengalami penurunan seiring peningkatan konsentrasi PEG. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi PEG dalam media nyata menghambat pertumbuhan tinggi tanaman sejak konsentrasi PEG terendah yaitu 2%. Kondisi penurunan terus berlangsung hingga akhir pengamatan (8 MSK).

Tabel 3 Pengaruh penambahan PEG terhadap rataan pertambahan tinggi tanaman jeruk (cm)

(27)

13

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suwirmen (2011) yang menyatakan bahwa penambahan PEG 2-3% sebagai senyawa pengatur cekaman kekeringan menyebabkan tunas aksilar sangat sulit untuk terinisisasi pembentukannya, hal tersebut diduga karena penurunan potensial air mengakibatkan terhambatnya sintesis sitokinin dalam tanaman. Sitokinin banyak dijumpai pada jaringan tanaman yang sedang aktif membelah khususnya bagian ujung akar, jika proses pembelahan sel akar terhambat maka akan terhambat pula biosintesis sitokinin dalam tanaman.

Interaksi antara varietas dan konsentrasi PEG tersaji dalam Tabel 4. Data dalam Tabel 4 menunjukkan bahwa pada minggu ke-3 peningkatan konsentrasi PEG tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap rataan tinggi tanaman. Rough Lemon cenderung mengalami peningkatan rataan tinggi seiring peningkatan konsentrasi PEG meskipun secara statistik tidak berbeda nyata dengan kontrol (0%). Kunci-10 mengalami penurunan rataan tinggi seiring peningkatan konsentrasi PEG, namun secara statistik perlakuan kontrol 0% PEG berbeda nyata dengan 6% PEG. Penurunan rataan tinggi yang terjadi pada Kunci-10 di minggu ke-3 sangat nyata jika dibandingkan dengan dua varietas lainnya. Sementara itu varietas Nipis menunjukkan respon pertumbuhan yang stabil terhadap kondisi cekaman hingga akhir pengamatan.

Konsentrasi PEG dan perbedaan varietas tidak menunjkkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap rataan pertambahan tinggi tanaman pada minggu ke-6 (Tabel 4). Ketiga varietas cenderung menunjukkan respon negatif terhadap konsentrasi PEG pada akhir pengamatan (8 MSK). Rataan pertambahan tinggi menurun seiring meningkatnya konsentrasi PEG, meskipun secara statistika angka tersebut tidak berbeda nyata. Varietas Nipis cenderung menunjukkan respon pertumbuhan yang stabil, dilanjutkan dengan Rough Lemon dan Kunci-10 pada kondisi cekaman yang disimulasi melalui penambahan PEG.

Tabel 4 Interaksi PEG dan varietas tanaman jeruk batang bawah terhadap rataan pertambahan tinggi (cm)

Keterangan : Rataan yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5% ; P1 : 0 g/l PEG setara 0% (0 bar) P2 : 20 g/l PEG setara 2% (-0.12 bar) P3 : 40 g/l PEG setara 4% (-0.32 bar) P4 : 60 g/l PEG setara 6% (-0.59 bar)

Varietas Media Pengamatan (MSK)

(28)

14

Penambahan PEG diduga mengganggu proses penyerapan air dan garam mineral oleh sel-sel yang berinteraksi langsung dengan media tanam. Menurut penelitian El Rahman (2007) penambahan PEG pada media pembentukan tunas mengakibatkan penghambatan pertumbuhan tunas pucuk dan penurunan bahkan terhambatnya pembentukan tunas baru secara progresif. Hal tersebut juga dikemukakan Haghighatnia et al. (2011), bahwa peningkatan cekaman kekeringan nyata menurunkan tinggi dan diameter batang tanaman jeruk.

Varietas Rough Lemon cenderung mengalami peningkatan rataan pertambahan tinggi seiring dengan meningkatnya konsentrasi PEG meskipun tidak berbeda nyata. Kondisi tersebut diduga karena Rough Lemon memiliki kemampuan adaptasi yang lebih cepat dibanding varietas lainnya. Dugaan tersebut didasarkan atas penelitian Bhusal et al. (2002) yang mengemukakan bahwa varietas Rough Lemon cenderung mampu tumbuh dengan baik pada lingkungan cekaman kekerigan.

Jumlah Daun

Jumlah daun merupakan salah satu peubah yang diamati dalam penelitian pada 0-8 MSK. Eksplan yang digunakan memiliki jumlah daun yang tidak seragam. Jumlah daun pada saat 0 MSK merupakan data awal sebelum pengamatan dimulai. Tunas pada tanaman adalah tunas lateral yang berkembang menjadi daun baru. Daun baru yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna. Data yang diolah merupakan pertambahan jumlah daun tanaman jeruk. Pengamatan dan pengukuran dilakukan setiap satu minggu sekali.

Analisis ragam pada Tabel 5 menjukkan bahwa secara keseluruhan baik perlakuan penambahan PEG maupun perbedaan varietas tidak memberikan pengaruh yang nyata pada peubah pertambahan jumlah daun tanaman jeruk. Tanaman hanya menunjukkan respon akibat perlakuan pada minggu-mingu tertentu saja, demikian juga dengan interaksi yang terjadi. Penambahan PEG tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun tanaman jeruk sejak 1-7 MSK. Penambahan PEG berpengaruh sangat nyata pada 8 MSK. Perbedaan varietas tanaman jeruk batang bawah tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun hingga 8 MSK. Pengaruh varietas terhadap jumlah daun hanya ditunjukkan pada 1 MSK. Interaksi yang nyata antar kedua faktor terhadap peubah hanya ditemukan pada 7 MSK.

Tabel 5 Hasil analisis ragam pengaruh penambahan PEG dan varietas terhadap rataan pertambahan jumlah daun tanaman jeruk

Sumber keragaman Pengamatan (MSK)

Keterangan : **) berpengaruh sangat nyata p≤0.01 ; *) berpengaruh nyata p≤0.05 ; tn=tidak nyata; KK= Koefisien keragaman; data ditransformasi (x+2)1/2 sebelum diolah

(29)

15

Tabel 6 menunjukkan bahwa penambahan PEG berkorelasi negatif terhadap pertambahan daun. Rataan pertambahan jumlah daun tertinggi yaitu sebesar 0.21 helai daun terdapat pada perlakuan tanpa penambahan PEG (P1) minggu ke-8 pengamatan. Nilai pada P1 (0% PEG) secara statistik tidak berbeda nyata dengan perlakuan penambahan 2% PEG (P2), namun demikian pada taraf konsentrasi terendah (2% PEG) rataan pertambahan jumlah daun mulai mengalami penurunan. Perlakuan 4% PEG (P3) secara statistik tidak berbeda nyata dengan perlakuan 6% PEG (P4) pada peubah jumlah daun yang diamati pada 8 MSK. Namun demikian pada 8 MSK rataan pertambahan jumlah daun menunjukkan angka nol yang berarti pada minggu tersebut tidak terjadi pertambahan jumlah daun.

Tabel 6 Pengaruh penambahan PEG terhadap rataan pertambahan daun tanaman jeruk (helai)

Keterangan : Rataan yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5% P1 : 0 g/l PEG setara 0% (0 bar) P2 : 20 g/l PEG setara 2% (-0.12 bar) P3 : 40 g/l PEG setara 4% (-0.32 bar) P4 : 60 g/l PEG setara 6% (-0.59 bar)

Semakin tinggi konsentrasi PEG yang ditambahkan dalam media, pembentukan daun baru semakin terhambat. Idris dan Mansyurdin (2011) menyatakan dalam penelitiannya bahwa cekaman kekeringan yang dialami oleh tanaman mengakibatkan penurunan jumlah sel yang menyusun organ daun akibat terhentinya aktivitas pertumbuhan dan perkembangan daun. Hal senada dikemukakan oleh Rahayu et al. (2005) bahwa dampak negatif cekaman osmotik adalah penurunan sintesis dinding sel, sintesis protein, pembentukan protoklorofil dan pembelahan sel yang mengakibatkan terhambatnya pertambahan jumlah daun. Selain itu, menurut penelitian Widiastoety dan Nurmalinda (2010) dalam jaringan daun yang mengalami tekanan osmotik terdapat akumulasi asam absisat (ABA) dalam jaringan tanaman yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.

Perbedaan varietas memberikan pengaruh terhadap rataan pertambahan jumlah daun pada 1 MSK seperti tersaji dalam Tabel 7. Rataan pertambahan jumlah daun varietas Rough Lemon berbeda nyata dengan varietas Kunci-10 dan Nipis. Rataan pertambahan jumlah daun tertinggi pada 1 MSK terdapat pada varietas Rough Lemon yaitu sebesar 0.23 helai daun, sedangkan varietas Kunci-10 memiliki rataan pertambahan jumlah daun yang tidak berbeda nyata dengan varietas Nipis yaitu sebesar 0.02 helai daun.

(30)

16

peubah pertambahan daun dapat menjadi salah satu parameter ketahanan tanaman hortikultura tahunan terhadap kekeringan pada penelitian ini.

Tabel 7 Pengaruh varietas terhadap rataan pertambahan daun tanaman jeruk (helai)

Keterangan : Rataan yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%,

Interaksi antara PEG dan varietas ditunjukkan pada minggu ke-7 (Tabel 8). Rataan jumlah daun varietas Rough Lemon mengalami peningkatan pada perlakuan 4% dan 6% PEG dibandingkan dengan kontrol (0% PEG). Perlakuan 4% tidak berbeda nyata dengan 6% PEG, demikian juga dengan 0% tidak berbeda nyata dengan 2% PEG. Berdasarkan peubah rataan pertambahan jumlah daun, varietas Kunci-10 dan Nipis menunjukkan respon yang lebih stabil terhadap cekaman kekeringan yang diberikan, sementara varietas Rough Lemon justru menunjukkan peningkatan rataan pertambahan jumlah daun yag berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Namun demikian secara statistika ketiga varietas yang diuji memiliki tingkat stabilitas yang sama terhadap cekaman kekeringan dalam penelitian ini hingga minggu ke-8 (8 MSK).

Tabel 8 Interaksi penambahan PEG dan varietas terhadap rataan pertambahan daun tanaman jeruk batang bawah (helai)

Keterangan : Rataan yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5% ; P1 : 0 g/l PEG setara 0% (0 bar) P2 : 20 g/l PEG setara 2% (-0.12 bar) P3 : 40 g/l PEG setara 4% (-0.32 bar) P4 : 60 g/l PEG setara 6% (-0.59 bar)

Rataan pertambahan jumlah daun tertinggi ditunjukkan oleh varietas Rough Lemon, dilanjutkan berturut-turut oleh varietas Nipis dan Kunci-10. Varietas

Varietas Pengamatan (MSK)

1 2 3 4 5 6 7 8

Rough Lemon 0.23a 0.20 0.16 0.11 0.09 0.12 0.11 0.12

Kunci-10 0.02b 0.05 0.06 0.04 0.00 0.11 0.02 0.02

Nipis 0.02b 0.13 0.15 0.07 0.13 0.06 0.05 0.13

(31)

17

Rough Lemon cenderung memiliki rataan pertambahan daun paling banyak dibanding dua varietas lainnya, namun demikian Rough Lemon memiliki kepekaan yang tinggi terhadap cekaman kekeringan, sebaliknya varietas Kunci-10 dan Nipis memiliki pertumbuhan dan respon yang cenderung stabil. Menurut Bhusal et al

(2002) Rough Lemon merupakan varietas batang bawah yang telah dievaluasi memiliki tingkat adaptasi cekaman air paling tinggi.

Jumlah Akar

Pertumbuhan akar diawali dengan pembengkakan di sekitar pangkal batang. Bengkakan tersebut merupakan kumpulan sel yang belum terorganisir dan berspesialisasi disekeliling pangkal batang. Proses inisiasi akar berlangsung pada 1-2 MSK. Batang yang membengkak mulai membentuk tonjolan-tonjolan dan berdiferensiasi menjadi akar, kondisi tersebut dapat diamati saat 3 MSK. Beberapa tanaman hanya menunjukkan pembengkakan pada pangkal batang dan tidak berdiferensiasi membentuk akar hingga 8 MSK seperti pada Gambar 5.

Gambar 4 Eksplan tidak membentuk akar

Akar adalah salah satu bagian pokok dari tanaman. Akar merupakan organ utama yang langsung berinteraksi dengan media tumbuh tanaman. Organ tersebut berfungsi untuk memperkuat berdirinya tumbuhan, menyerap dan mengangkut air serta zat makanan yang larut dalam air dari dalam tanah. Proses inisiasi akar dibagi menjadi 3 bagian yang umumnya disebut zona, yaitu zona pembelahan sel, zona pemanjangan (elongasi), dan zona diferensiasi.

Penambahan PEG pada 3 MSK tidak memberikan pengaruh nyata terhadap rataan jumlah akar, demikian juga dengan perbedaan varietas (Tabel 9). Tanaman jeruk menunjukkan respon pertumbuhan akar yang berbeda-beda, baik dalam varietas yang sama ataupun antar varietas. Penambahan PEG dan perbedaan varietas berpengaruh sangat nyata terhadap rataan jumlah akar pada 4-8 MSK. Penambahan PEG dan varietas menunjukkan interaksi sangat nyata pada 4 MSK.

(32)

18

Tabel 9 Hasil analisis ragam pengaruh penambahan PEG dan varietas terhadap rataan jumlah akar tanaman jeruk

Keterangan : **) berpengaruh sangat nyata p≤0.01 ; *) berpengaruh nyata p≤0.05 ; tn=tidak nyata; KK= Koefisien keragaman; data ditransformasi (x+6)1/2 sebelum diolah

menggunakan SAS

Tabel 10 menunjukkan bahwa penambahan PEG dalam media kultur memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap rataan jumlah akar tanaman jeruk. Rataan jumlah akar terbanyak ditunjukkan oleh perlakuan tanpa penambahan PEG (P1) yaitu sebesar 5.8 buah, nilai tersebut berbeda nyata terhadap perlakuan dengan penambahan 2, 4, dan 6 % PEG pada minggu ke-4 pengamatan. Meski secara statistik nilai rataan jumlah akar pada 2, 4, dan 6% PEG tidak berbeda nyata, namun demikian Tabel 10 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi PEG rataan jumlah akar semakin berkurang.

Tabel 10 Pengaruh penambahan PEG terhadap rataan jumlah akar tanaman jeruk (buah)

Keterangan : Rataan yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5% P1 : 0 g/l PEG setara 0% (0 bar) P2 : 20 g/l PEG setara 2% (-0.12 bar) P3 : 40 g/l PEG setara 4% (-0.32 bar) P4 : 60 g/l PEG setara 6% (-0.59 bar)

Rataan jumlah akar terbanyak pada 5 MSK ditunjukkan pada perlakuan tanpa penambahan PEG (P1) yaitu sebesar 8.3 buah (Tabel 10). Penurunan rataan jumlah akar mulai terjadi pada penambahan 2% PEG (P2) yaitu sebesar 5.0 buah. Perlakuan 4% PEG (P3) secara statistik menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata dengan 2% PEG (P2) namun demikian terjadi penurunan rataan jumlah akar dari 3.3 menjadi 2.7. Demikian halnya dengan perlakuan 6% PEG yang meskipun terjadi penurunan rataan jumlah akar, namun secara statistik tidak berbeda nyata dengan perlakuan 4% PEG.

Kondisi serupa terjadi pada 6, 7, dan 8 MSK (Tabel 10). Meskipun secara statistika perlakuan 2, 4, dan 6 % PEG tidak berbeda nyata namun penurunan rataan jumlah akar terjadi seiring dengan peningkatan konsentrasi PEG yang

(33)

19

diberikan. Penambahan PEG mengakibatkan terhambatnya pembentukan akar, semakin tinggi konsentrasi PEG maka semakin sedikit akar yang berhasil diinisiasi oleh tanaman.

Penambahan PEG dalam media in vitro mengakibatkan terjadinya penghambatan pertumbuhan yang ditunjukkan dengan menurunnya pertambahan tinggi tunas, jumlah akar, dan jumlah daun (Rahayu et al. 2005). Hassanein (2010) mengemukakan melalui penelitiannya bahwa tingkat cekaman osmotik berkorelasi negatif terhadap jumlah akar yang terbentuk, semakin tanaman berada dalam kondisi tercekam maka semakin berkurang jumlah akar yang dapat dibentuk.

Tabel 11 menunjukkan bahwa varietas Rough Lemon menunjukkan rataan jumlah akar yang lebih bayak dibandingkan dengan Nipis dan Kunci-10 yaitu 3.8, meskipun secara statistika Rough Lemon tidak berbeda nyata dengan varietas Nipis yaitu 3.3 buah. Rough Lemon dan Nipis cenderung memiliki pembentukan akar yang sama pada lingkungan tumbuh yang sama secara statistika. Kunci-10 cenderung memiliki rata-rata pembentukan akar yang rendah dibandingkan kedua varietas lain, namun memiliki tingkat stabilitas yang tinggi sejak 4-8 MSK.

Tabel 11 Pengaruh varietas terhadap rataan jumlah akar tanaman jeruk (buah)

Varietas Pengamatan (MSK)

4 5 6 7 8

Rough Lemon 3.8a 4.8a 6.3a 6.7a 7.5a

Kunci-10 1.3b 2.6b 3.5b 3.9b 4.4b

Nipis 3.3a 4.4a 5.7a 6.4a 6.9a

Keterangan : Rataan yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%,

Tanaman dibekali informasi genetik yang menentukan arah dan karakter morfologinya. Morfologi tanaman sangat berkaitan dengan mekanisme adaptasi dan bertahan tanaman pada lingkungan optimum hingga suboptimum. Faktor genetik tersebut umumnya berinteraksi dengan faktor lingkungan tumbuh tanaman. Tanaman melakukan beberapa strategi yang dimulai saat fase perkecambahan dan pertumbuhan awal vegetatif untuk menghadapi cekaman kekeringan dengan membentuk formasi akar yang dalam dan akar yang banyak agar meningkatkan jangkauan tanaman terhadap penyerapan air dalam tanah (Dubrovsky dan Go´mezlomeli 2003).

Rough Lemon dapat beradaptasi dengan baik pada tanah berpasir, pertumbuhan akar cepat, dengan perakaran yang ekstensif sehingga mampu beradaptasi pada kondisi dengan ketersediaan air di bawah normal. Rough Lemon dewasa yang disambung dengan varietas komersial menunjukkan karakter yang toleran terhadap cekaman kekeringan, salinitas, dan kesesuaian rentang pH yang cukup luas (Sugiyarto 1995).

(34)

20

varietas Rough Lemon. Perlakuan kontrol 0% menunjukkan rataan jumlah akar sebanyak 5.29 , sementara itu pada perlakuan konsentrasi PEG tertinggi yaitu 6% rataan jumlah akar turun hingga 1.79 buah.

Varietas Kunci-10 menunjukkan respon cekaman kekeringan paling stabil dibanding dua varietas lainnya pada penelitian ini. Rataan jumlah akar pada varietas ini memiliki nilai terkecil sejak minggu awal pengamatan, namun demikian secara statistika penurunan rataan yang terjadi pada 0, 2, 4, dan 6% PEG tidak berbeda nyata hingga akhir pengamatan (8 MSK).

Rataan jumlah akar terus meningkat sejak minggu awal hingga akhir pengamatan. Data minggu ke-8 pengamatan menunjukkan bahwa secara statistika ketiga varietas menunjukkan respon penurunan rataan tinggi yang sama dan tidak berbeda nyata secara statistika seperti disajikan dalam Tabel 12. Meskipun ketiga varietas tidak berbeda nyata namun tampak bahwa Rough Lemon cenderung memiliki pembentukan akar dan jumlah terbanyak, sebaliknya dengan varietas Kunci-10. Varietas Kunci-10 menunjukkan tingkat kestabilan yang tinggi dibanding dua varietas lainnya.

Tabel 12 Interaksi penambahan PEG dan varietas terhadap rataan jumlah akar tanaman jeruk batang bawah (buah)

Menurut penelitian Neumann et al. (1988) Penurunan potensial air sebesar ≤ –0.1 MPa (±0.32 bar) menyebabkan penurunan secara nyata pertumbuhan sel (pembesaran sel), serta pertumbuhan akar dan pucuk. Hal yang sama dikemukakan Ahmad et al (2007) dalam penelitiannya bahwa pembentukan dan pertumbuhan akar semakin menurun akibat semakin tingginya cekaman air yang terjadi.

Gambar 6 menunjukkan perbedaan penampilan dan kemampuan pembentukan akar ketiga varietas yang diuji pada 8 MSK. Varietas Rough Lemon memiliki pembentukan akar yang lebih banyak, tersebar merata dan panjang (Gambar 6B). Varietas Nipis memiliki pembantukan akar yang cukup banyak dan panjang namun sebarannya kurang begitu merata (Gambar 6F). Varietas Kunci-10

(35)

21

memiliki pembentukan akar yang lambat dibandingkan dengan dua varietas lainnya (Gambar 6D). Varietas Kunci-10 memiliki akar yang relatif pendek, sedikit, dan tidak menyebar.

Gambar 5 Pertumbuhan eksplan pada 8 MSK :

A. Penampilan Rough Lemon B. Pembentukan akar Rough Lemon C. Penampilan Kunci-10 D. Pembentukan akar Kunci-10

E. Penampilan Nipis F. Pembentukan akar Nipis

Panjang Akar

Pengamatan panjang akar pada penelitian ini dilakukan setiap minggu. Akar yang sejak awal diamati diberikan tanda, karena akar tersebut yang akan diamati hingga 8 MSK. Pertumbuhan akar belum dapat diamati pada 0 - 1 MSK.

Tabel 13 menujukkan penambahan PEG dan perbedaan varietas terhadap pertumbuhan panjang akar pada 2 – 8 MSK memperlihatkan pengaruh yang sangat nyata. Interaksi kedua faktor dijumpai pada minggu ke 2, 3, 5 dan 6 MSK, namun interaksi sangat nyata hanya ditunjukkan pada 2 MSK.

A B

C D

(36)

22

Tabel 13 Hasil analisis ragam pengaruh penambahan PEG dan varietas terhadap rataan panjang akar tanaman jeruk

Pengamatan

Keterangan : **) berpengaruh sangat nyata p≤0.01 ; *) berpengaruh nyata p≤0.05 ; tn=tidak nyata; KK= Koefisien keragaman; data ditransformasi (x+3)1/2 sebelum diolah

menggunakan SAS

Tabel 14 menunjukkan bahwa pengaruh konsentrasi PEG dalam media berbanding terbalik terhadap rataan panjang akar tanaman jeruk 2-8 MSK. Rataan panjang akar pada 2-8 MSK tertinggi ditunjukkan pada perlakuan tanpa penambahan PEG (P1), karena pada perlakuan ini tanaman tidak mengalami hambatan dalam pertumbuhannya. Perlakuan 2% PEG berbeda nyata terhadap kontrol (tanpa PEG) pada 2-8 MSK. Penambahan 4% PEG dalam media juga tidak menunjukkan respon panjang akar yang berbeda nyata dengan penambahan 2% PEG. Penambahan PEG 6% menunjukkan respon panjang akar yang berbeda nyata dengan 4 % PEG pada 2, 5, 6 dan 7 MSK. Meskipun secara statistik perbedaan konsentrasi 2, 4, dan 6% PEG tidak berbeda nyata terhadap kontrol namun angka pada Tabel 14 menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi PEG mengakibatkan penurunan rataan panjang akar tanaman jeruk. Hambatan pertumbuhan akar diduga terjadi akibat kurangnya nutrisi pertumbuhan yang mampu diserap dari media akibat penambahan PEG. PEG merupakan penghambat penyerapan air dan zat makanan akibat penurunan potensial air (Suwirmen 2011).

Tabel 14 Pengaruh media terhadap rataan panjang akar tanaman jeruk (cm)

Keterangan : Rataan yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5% P1 : 0 g/l PEG setara 0% (0 bar) P2 : 20 g/l PEG setara 2% (-0.12 bar) P3 : 40 g/l PEG setara 4% (-0.32 bar) P4 : 60 g/l PEG setara 6% (-0.59 bar)

Tabel 15 menunjukkan pengaruh varietas terhadap pertumbuhan panjang akar tanaman jeruk. Pada minggu awal pengamatan (2-3 MSK) rataan panjang akar tanaman jeruk tertinggi ditunjukkan oleh varietas Rough Lemon yaitu 0.18 cm dan 0.40 cm. Rataan panjang akar Rough Lemon berbeda nyata dengan Kunci-10 dan Nipis, akan tetapi varietas Kunci-10 tidak berbeda nyata dengan varietas Nipis.

(37)

23

Tabel 15 Pengaruh varietas terhadap rataan panjang akar tanaman jeruk (cm)

Keterangan : Rataan yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%,

Rataan panjang akar tertinggi masih ditunjukkan oleh varietas Rough Lemon yaitu sebesar 0.65 cm pada minggu ke-4 pengamatan. Panjang akar Rough Lemon berbeda nyata terhadap varietas Kunci-10 dan Nipis. Varietas Nipis menunjukkan rataan panjang akar yang berbeda nyata terhadap Kunci-10, Nipis memiliki akar yang lebih panjang dibandingkan dengan Kunci-10.

Kondisi yang sama terjadi pada 5-7 MSK. Rataan panjang akar Rough Lemon berbeda nyata dengan rataan panjang akar varietas Kunci-10 dan varietas Nipis. Rough Lemon memiliki akar yang lebih panjang dibanding Nipis. Varietas yang memiliki rataan panjang akar terkecil adalah Kunci-10.

Rataan panjang akar Rough Lemon sebesar 1.97 cm dan Nipis 1.66 cm pada miggu ke-8 pengamatan. Kedua varietas memiliki rataan panjang akar yang tidak berbeda nyata meskipun secara agronomi varietas Rough Lemon memiliki rata-rata akar yang lebih panjang jika dibandingkan dengan Nipis. Dari ketiga varietas yang diuji, Kunci-10 cenderung memiliki rataan panjang akar paling kecil.

Tabel 16 menunjukkan pada minggu ke-2 pengamatan varietas Rough Lemon menunjukkan pertumbuhan akar lebih cepat dibanding dua varietas lainnya. Rataan panjang akar varietas Rough Lemon pada perlakuan 0% PEG sebesar 0.48cm, Kunci-10 sebesar 0.1 cm dan Nipis 0.14 cm. Namun demikian varietas Rough Lemon menunjukkan penurunan rataan panjang akar yang berbeda nyata dibanding dua varietas lain akibat perlakuan PEG. Pada minggu yang sama varietas Kunci-10 dan Nipis cenderung menunjukkan pertumbuhan akar yang lebih lambat meskipun keduanya tidak berbeda nyata. Varietas Kunci-10 dan Nipis cenderung memiliki pertumbuhan akar lebih stabil pada kondisi cekaman dilihat dari besarnya penurunan.

Kondisi yang tidak berbeda nyata juga ditunjukkan pada 3, 4, 5, dan 6 MSK. Respon kestabilan ditunjukkan oleh varietas Kunci-10. Varietas ini memiliki pertumbuhan akar relatif lambat, namun demikian varietas ini lebih menampakkan respon pertumbuhan akar yang stabil seiring peningkatan cekaman.

Pemilihan varietas batang bawah yang akan digunakan bergantung pada kondisi lingkungan atau areal pertanaman. Pada daerah-daerah gambut atau pasang surut yang memiliki air tanah dangkal membutuhkan batang bawah dengan sistem perakaran tidak terlalu dalam. Sementara varietas yang memiliki sistem perakaran dalam lebih sesuai digunakan pada daerah dengan air sebagai faktor pembatas, karena penetrasi akar yang panjang dan dalam diharapkan mampu mendukung pertumbuhan tanaman jeruk hingga masa produksi.

Pertumbuhan rataan panjang akar terpanjang ditunjukkan oleh varietas Rough Lemon hingga minggu ke-6. Namun demikian varietas Rough Lemon cenderung menunjukkan respon yang tidak stabil jika dibandingkan dengan

Varietas Pengamatan (MSK)

2 3 4 5 6 7 8

Rough Lemon 0.18a 0.40a 0.65a 0.91a 1.24a 1.55a 1.97a

Kunci-10 0.04b 0.11b 0.18c 0.21c 0.28c 0.48c 0.74b

(38)

24 tanaman, namun dapat menjadi pemicu bagi mekanisme fisiologi lainnya yang lebih mudah untuk diamati,misalnya turgiditas sel. Cekaman air mengakibatkan penurunan tekanan turgor sel yang mengakibatkan penurunan pertumbuhan. Hasil penelitian sejalan dengan beberapa penelitian terdahulu, cekaman air mengakibatkan penurunan panjang akar kedelai (Widoretno 2002), panjang akar batang bawah jeruk (Bhusal et al. 2002), panjang akar kacang tanah (Rahayu et al.

2005), panjang akar andalas (Suwirmen 2011), rata-rata panjang akar Pelargonium

(Hassanein 2010), dan panjang akar jeruk Volkameriana (Haghighatnia et al. 2011).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Ketiga varietas batang bawah jeruk yang diuji (Rough Lemon, Kunci-10, dan Nipis) mampu bertahan hidup pada tingkat cekaman kekeringan PEG 2-6%. Semakin tinggi konsentrasi PEG pertumbuhan tanaman semakin tertekan, kondisi tersebut dibuktikan dengan penurunan rataan tinggi, jumlah dan, jumlah akar, dan panjang akar dalam penelitian ini. Berdasarkan pengamatan terhadap peubah yang telah dilakukan, penkuran tinggi dan jumlah daun kurang sesuai untuk mengevaluasi respon batang bawah jeruk pada simulasi cekaman kekeringan

(39)

25

dengan PEG. Pertumbuhan akar varietas Nipis dan Kunci-10 cenderung lebih sedikit, dan pendek namun lebih stabil di bawah kondisi cekaman dibanding varietas Rough Lemon. Ketiga varietas menunjukkan respon pertumbuhan yang sama pada akhir pengamatan minggu ke-8. Varietas Rough Lemon cenderung memiliki kemampuan adaptasi lebih tinggi, pertumbuhan akar lebih banyak, menyebar dan panjang, namun demikian varietas ini tidak stabil dan cenderung lebih peka terhadap cekaman kekeringan.

Saran

Penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan untuk mengetahui beberapa peubah yang belum dapat dijelaskan. Beberapa peubah yang bersifat kualitatif dapat ditambahkan untuk mengevaluasi sifat ketahanan batang bawah. Peubah tinggi dan jumlah daun kurang efektif dalam mengevaluasi sifat ketahanan batang bawah jeruk pada kondisi cekaman kekeringan. Pada penelitian berikutnya taraf konsentrasi PEG dapat ditingkatkan dengan pendekatan antara cekaman kekeringan di lapang dan in vitro serta penggunaan varietas batang bawah yang lebih beragam.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Sharma PS, Srivastava PS. 2007. In Vitro Selection of NaHCO Tolerant Cultivars of Morus alba (Local and Sujanpuri) in Response to Morphological and Biochemical Parameters. Hort.Sci.

34(3):114-122.

BPPT. 2000. Budidaya Jeruk. Kantor Deputi Menegristek Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: 16 hal.

Badan Pusat Statistika. 2011. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jeruk. http://www.bps.go.id.[diunduh 18 Nopember 2011 ]

Bhusal RC, Mizutani, Rutto. 2002. Selection of Rootstock for Flooding and Drought Tolerance in Citus Species. Pakistan Journal of Biological Science. 5(5):509-512.

Djaenudin D, Marwan H, Subagyo, Mulyani A dan Suharta N. 2005. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Versi 3. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Jakarta[ID]:Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.

Dubrovsky JG, Go´mez-lomeli LF. 2003. Water defisit accelerates determinate developmental program of the primary root and does not affect lateral root initiation in a sonorant desert cactus (Pachycereus pringlei, cactaceae).

American J. Botany (90): 823–831.

El-Rahman. 2007. Micropopagation and Biochemichal Genetics Marker Detection for Drought and Salt Tolerance of Pear Rootstock. Australian Journal of Basic and Applied Science. 1(4):625-636.

(40)

26

Rootstock under Drougth Stress. World Applied Science Journal. 13(5):1077-1084.

Hassanein. 2010. Establishment of Efficient in vitro Method for Drought Tolerance Evaluation in Pelargonium. Journal of Horticultural Science & Ornamental Plants. 2(1):08-15.

Idris M, Mansyurdin. 2011. Tanggapan fisiologis somaklonal andalas (morus macroura miq. Var. Macroura) pada peningkatan Kandungan polietilena glikol dalam medium seleksi Cekaman kekeringan in vitro. Skripsi. Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas.USU Press. Padang.

Jones MM, Turner NC. 1980. Osmotic adjusment in expanding and fully expanded leaves of sunflower in reponse to drought deficit. Prociding Indian Nat Sci. Acad 3(57) : 228-304.

Kurkani M, Deshpande U. 2007. In vitro screening of tomato genotypes for drought resistance using polyethylene glycol. African Journal of Biotechnology. 6(6):691-696.

Masyarakat Jeruk Indonesia. 2004. Varietas Batang Bawah Jeruk dan Sifatnya. [diunduh 12 Maret 2011]. Tersedia pada: http://citrus-Indonesia.com.ng

Menteri Pertanian. 2001. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 120 Tahun 2001 tentang Pelepasan Jeruk Batang Bawah Kunci-10-97 sebagai Varietas Unggul dengan Nama Kunci-10. Jakarta [ID]: Kementerian Pertanian. Menteri Pertanian. 2011. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 2533 Tahun 2011

tentang Pelepasan Jeruk Batang Bawah Rough Lemon sebagai Varietas Unggul. Jakarta [ID]: Kementerian Pertanian.

Neumann G, Peter M, Elizabeth VV, Robert CC.1988. Salinity stress inhibits bean leaf expantion by reducing turgor, not wall extensibility. Plant Physiol. 88:233-237.

Pitono J, Nurhayati H, Setiawan. 2008. Seleksi ketahanan terhadap stres kekeringan pada tiga nomor somaklon nilam di lapangan. Laporan Teknis penelitian TA. Balitro. Bogor[ID]. 201-212 hal.(Tidak dipublikasikan) Puslitbangtan. 2005. Pospek Pengembangan Agribisnis: Tinjauan dan Kesesuaian

Lahan. Bogor

Rahayu ES, Guhardja E, Ilyas S, Sudarsono. 2005. Polietilena glikol (PEG) dalam media in vitro menyebabkan kondisi cekaman yang menghambat tunas kacang tanah (Arachis hypogea L.).Berk.Penel. Hayati. 11:39-48.

Rahayu ES. 2007. Induksi variasi somaklonal dan seleksi in vitro menggunakan PEG untuk identifikasi varian kacang tanah yang toleran cekaman kekeringan. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 162 hal.

Rukmana R, Yuniarsih Y. 2003. Usaha Tani Jeruk Keprok. Semarang[ID]: Aneka Ilmu.

Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung[ID]: Penerbit ITB. 241 hal.

(41)

27

Sirait B. 2004. Penanda galur jagung (Zea Mays L.) penanda toleran aluminium (Al) pada berbagai cekaman Al. Bidang Ilmu Pertanian (2): 1-8.

Sugiyarto M. 1995. Deskripsi Beberapa Varietas Batang Bawah dan Varietas Jeruk Komersial. Balai Penelitian Hortikultura Solok. Solok[ID]. 20 hal.

Supriyanto A, Agustian A, Triwiratno A, dan Winarno M. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jeruk Edisi 2. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta[ID]. 64 Hal

Suwirmen. 2011. Produksi Bibit Pohon Andalas (Morus macroura Miq.) secara In Vitro dalam Upaya Pelestarian Maskot Flora Sumatera Barat. Laporan Research Grand Technological and Profesional Skill Development Sector Project (TPSDP) BatchIII/2006 Universitas Andalas. Padang.

Tewary PK, Sharma A, Raghunath MK, Sarkar A. 2000. In Vitro Response of Promosing Mulberry (Morus sp.) Genotypes for Tolerance to Salt and Osmotic Stresses. Plant Growth Regulation 30 (1) : 17-21.

Widiastoety D, Nurmalinda. 2010. Pengaruh suplemen nonsintetik terhadap pertumbuhan planlet anggrek vanda. Jur.Hort. 20(1):60-66.

Gambar

Tabel 1. Perbedaan fisik kecambah vegetatif dan generatif pada poliembrioni jeruk batang bawah
Gambar 2 Tahapan penyediaan bahan tanam dalam penelitian
Tabel  4  Interaksi PEG dan varietas tanaman jeruk batang bawah terhadap rataan  pertambahan tinggi (cm)
Tabel 6 Pengaruh penambahan PEG terhadap rataan pertambahan daun tanaman jeruk (helai)
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN BERUPA : Alat pengolahan KELAPA ditargetkan 7 unit telah melampaui target sampai dengan tahun 2014 yang mencapai 8 unit, Pengolahan KAKAO di targetkan 5

Ialah kapal yang dibangun untuk mengangkut muatan umum (General Cargo), Ialah kapal yang dibangun untuk mengangkut muatan umum (General Cargo), yaitu muatan yang

- Peserta didik mampu menguji hasil konfigurasi VLAN pada cisco dengan terampil.. Alat,Media dan

• Cara Pembuatan : jumlah produk yang direncanakan untuk satu kali pembuatan lengkap dengan jumlah bahan baku yang digunakan, semua tahap pembuatan/prosedur operasional standar

Menyatakan bahwa tugas akhir dengan judul “ANALISIS DUKUNGAN DAPODIKDAS TERHADAP MANAJEMEN SEKOLAH (STUDI KASUS : SDN CIMAHI MANDIRI 1 KOTA CIMAHI)” tidak terdapat karya

Kedua pemimpin sudah menunjukkan keinginan mereka untuk hubungan yang lebih baik namun, upaya normalisasi hubungan tidaklah semudah dibayangkan mengingat hubungan

Optimasi ekstraksi dengan UAE dilakukan terhadap variabel waktu ekstraksi dan kuantitas pelarut.Sedangkan pada metode UMAE, optimasi dilakukan terhadap variabel

Abstrak: Pendidikan merupakan suatu atau cara untuk memanusiakan manusia, yang tentunya didalam poresnya harus ada sistem yang terorganisir agar hasil nantinya