AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK ETANOL DAUN
SURIAN (
Toona sinensis
) PADA TIKUS BETINA
Sprague Dawley
YANG DIINDUKSI 7,12-DIMETILBENZ(
α
)ANTRASENA
NINA BIN HATIM
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
NINA BIN HATIM. Aktivitas Antikanker Ekstrak Etanol Daun Surian (
Toona
sinensis)
pada Tikus Betina Galur
Sprague-Dawley
yang Diinduksi
7,12-Dimetilbenz(
α
)Antrasena. Dibimbing oleh SYAMSUL FALAH dan POPI ASRI
KURNIATIN.
iii
ABSTRACT
NINA BIN HATIM. Anticancer Activity of Surian (
Toona sinensis)
Leaf Ethanol
Extract in Sprague Dawley Female Rat Induced by
7,12-Dimetilbenz(
α
)Antrasena. Under the supervision of SYAMSUL FALAH and
POPI ASRI KURNIATIN.
AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK ETANOL DAUN
SURIAN(
Toona sinensis
) PAD A TIKUS BETINA
Sprague-Dawley
YANG DIINDUKSI 7,12-DIMETILBENZ(
α
)ANTRASENA
NINA BIN HATIM
G84080086
Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biokimia
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
v
Judul Skripsi : Aktivitas Antikanker Ekstrak Etanol Daun Surian (
Toona
sinensis)
Pada Tikus Betina galur
Sprague-Dawley
Yang
Diinduksi 7,12-Dimetilbenz(
α
)Antrasena
Nama
: Nina Bin Hatim
NIM
:
G84080086
Disetujui
Komisi Pembimbing
Diketahui
Tanggal Lulus:
Popi Asri Kurniatin,S.Si. Apt., M.Si.
Anggota
Dr. Syamsul Falah, S.Hut., M.Si
Ketua
PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT atas segala karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini berjudul Aktivitas Antikanker Ekstrak
Etanol Daun Surian (
Toona sinensis)
Pada Tikus Betina galur
Sprague-Dawley
Yang Diinduksi 7,12-Dimetilbenz(
α
)Antrasena. Kegiatan penelitian ini dilakukan
dari bulan Februari hingga Juni 2012, bertempat di Laboratorium Penelitian
Biokimia dan Laboratorium Hewan Coba Biokimia, FMIPA, IPB.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian penelitian ini, terutama kepada Dr. Syamsul Falah, S.Hut.,
M.Si selaku ketua pembimbing dan Popi Asri Kurniatin,S.Si. Apt., M.Si selaku
anggota pembimbing dalam memberikan saran, kritik, dan bimbingannya serta
orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa, dukungan, motivasi, dan
semangat bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih kepada
Pemda Maluku Tenggara yang membiayai pendidikan penulis selama di IPB dan
Dikti yang telah membiayai penelitian ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih orang-orang tercinta, Ayah,
Mama, ka Ona dan Ari, kepada rekan selama penelitian Aji, Edwin, Isul dan Yoan
atas kerjasama yang diberikan. Selain itu kepada rekan Biokimia 44, 45, 46,
Balsyuk, Brenda, Iciq, Adit, Naso, Udit, Rian, Aros, Dita, Echa, Ulan,
teman-teman Alaska, Yuli, Ipar, Chrisye, Chika, Adnan, Winda, Yaya, Tatut dan Odha
yang telah memberikan bantuan, kritik, dan saran bagi penulis. Semoga penelitian
ini mampu memberikan informasi dan manfaat bagi yang memerlukan.
Bogor, Juni 2012
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tual, Maluku Tenggara pada tanggal 17 September
1989 dari ayah Awat Bin Hatim dan ibu Dici Bugis. Penulis merupakan anak
kedua dari enam bersaudara. Pendidikan penulis dimulai dari SDN Islamic
Village Tangerang dan melanjutkan pendidikan ke Tsanawiyah Negeri Tual.
Penulis lulus tahun 2007 dari SMAN 1 Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara
dan pada tahun 2008 masuk IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD).
Penulis memilih mayor Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN ... 1
TINJAUAN PUSTAKA ... 1
Surian (
Toona sinensis
Roem) ... 1
Kanker Payudara ... 2
7,12-Dimethylbenz(
α
)antrasena sebagai Karsinogen ... 3
Doxorubicin sebagai Obat Antikanker ... 4
Tikus
Sprague-Dawley
sebagai Hewan Coba ... 5
BAHAN DAN METODE ... 5
Alat dan Bahan ... 5
Metode ... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 7
Ekstrak Daun Surian ... 7
Pengaruh Induksi DMBA terhadap Pembentukan Kanker Payudara ... 7
Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Surian terhadap Perkembangan Kanker
Payudara ... 9
SIMPULAN DAN SARAN ... 10
Simpulan ... 10
Saran ... 10
DAFTAR PUSTAKA ... 10
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Pohon surian ... 2
2 Metabolit aktif dari DMBA ... 4
3 Struktur senyawa doxorubicin ... 5
4 Pengaruh perlakuan terhadap bobot badan ... 8
5 Pengaruh perlakuan terhadap jumlah nodul kanker payudara ... 9
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
Ekstraksi sampel
T.sinensis ... 14
2 Rancangan
percobaan...
15
3 Rendemen ekstrak daun surian ... 16
4 Perhitungan
dosis
doxorubicin
...
17
5 Perhitungan
dosis
DMBA
...
18
6 Pengaruh perlakuan terhadap jumlah nodul kanker payudara ... 19
7 Pengaruh
perlakuan
terhadap bobot badan tikus SD... 20
8 Pengaruh perlakuan terhadap diameter kanker payudara pada tikus ... 23
9 Pengaruh perlakuan terhadap volume kanker payudara pada tikus ... 27
PENDAHULUAN
Kanker merupakan masalah utama kesehatan tidak hanya di negara maju namun juga di negara berkembang. World Cancer Report melaporkan berdasarkan data The International Agency for Research on Cancer
tahun 2010, menyatakan kanker merupakan penyebab kematian nomor satu didunia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (Global Cancer Statistics, WHO 2010) menunjukkan bahwa tahun 2008 terdapat 24.6 juta penderita kanker, 12.7 juta kasus baru, dan 6.7 juta kematian akibat kanker jadi jika diprediksikan pada tahun 2030 akan ada 20-26 juta kasus kanker baru dan 13-17 juta kematian akibat kanker. Pada tahun 2011 diperkirakan sebanyak 230480 kasus baru kanker payudara ganas dan 57650 kanker payudara tidak ganas terjadi pada perempuan di Amerika Serikat. Selain itu, sebanyak 2140 kasus baru kanker payudara ganas juga terjadi pada pria. Sekitar 39520 perempuan di Amerika Serikat pada tahun 2011 diramalkan meninggal dunia akibat kanker payudara. Tingkat kematian akibat kanker payudara pada perempuan di Amerika Serikat lebih tinggi dibandingkan dengan kanker lainnya di samping kanker paru-paru (America Cancer Society 2012).
Kanker dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda, bergantung pada lokasinya dan karakter dari keganasan dan metastasisnya. Diagnosis kanker dilakukan dengan pemeriksaan makroskopik jaringan yang diperoleh dengan biopsi. Beberapa usaha pengobatan terhadap kanker telah dilakukan secara intensif, yaitu dengan pembedahan, kemoterapi dan radioterapi, namun belum mampu secara efektif menanggulangi kanker. Meskipun pengobatan dengan cara-cara tersebut cukup menolong penderita kanker yang terdeteksi dini dan belum mengalami metastasis (Ganiswara 1995). Kegagalan yang sering terjadi dalam pengobatan kanker utamanya melalui kemoterapi, dikarenakan rendahnya selektifitas anti kanker dan belum jelasnya proses karsinogenesis. Kendala lain yang dihadapi dalam pengobatan kanker adalah mahalnya biaya pengobatan.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penelitian dan pengembangan obat kanker menjadi sangat penting untuk terus dilakukan. Upaya penemuan senyawa kemorepresif dalam rangka pengobatan kanker, merupakan strategi baru yang menjanjikan. Senyawa kemorepresif dapat berupa bahan makanan ataupun senyawa kimia baik natural (fitokimia) atau sintetik. Upaya ini merupakan
alternatif yang mudah dan murah untuk pengobatan kanker.
Surian diduga memiliki potensi sebagai antikanker. Beberapa penelitian menyebutkan tentang potensi ekstrak tanaman surian sebagai obat antikanker. Ekstrak daun tanaman surian mempunyai efek dalam pengaturan siklus sel dan apoptosis (Hsu et al.
2010). Ekstrak daun surian dilaporkan mampu menghambat pertumbuhan sel kanker prostat dan agen anti-proliferasi dalam sel kanker melalui pembangkitan spesies oksigen reaktif (ROS) (Chen et al 2009). Penelitian ini bertujuan menentukan dan menguji aktivitas antikanker ekstrak daun surian terhadap tikus betina galur Sprague-Dawley yang diinduksi 7,12-dimetilbenz(α)antrasena. Hipotesis penelitian ini adalah ekstrak daun surian memiliki aktivitas antikanker. Penelitian ini diharapkan memberi informasi tentang pengaruh ekstrak daun surian terhadap aktivitas antikanker.
TINJAUAN PUSTAKA
Surian (Toona sinensis Roem)
Surian (Toona sinensis Roem) merupakan tumbuhan yang tumbuh secara alami di Korea Selatan, Korea Utara, India, Myanmar, Malaysia, dan Indonesia. Tanaman ini banyak dijumpai di hutan-hutan primer maupun sekunder, dan ditemukan di sepanjang sungai, bukit dan lereng-lereng dengan ketinggian 1200–2700 m di atas permukaan laut (Dharmawati 2002). T. sinensis mempunyai nama umum surian, di daerah Jawa dikenal dengan nama surian sabrang, di daerah Karo dikenal dengan nama ingul batu, dan di daerah Sunda dikenal dengan surian beureum atau ki beureum (Heyne 1987).
Surian merupakan keluarga tanaman Meliaceae dengan ordo Sapindales. Surian adalah tanaman spermatophyte yang termasuk ke dalam divisi Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) dan class Magnoliopsida dengan
subclass Rosidae. Pohon surian berukuran sedang sampai besar, dapat mencapai tinggi 25 m, diameter batangnya dapat mencapai 70 cm, kulit batangnya berwarna coklat dengan tekstur permukaan yang licin. Daun surian berbentuk oval dengan panjang 10-15 cm. Musim bunga tanaman ini dua kali dalam setahun yaitu sekitar bulan Februari hingga Maret dan September hingga Oktober (Djam’an 2002). Surian menghasilkan bunga
Gambar 1 Pohon surian (Ichsan 2011)
berwarna putih atau merah jambu pucat (Dharmawati 2002).
Tanaman surian merupakan komoditas tanaman kayu rakyat yang paling populer di Jawa Barat. Surian banyak memiliki kegunaan mulai dari daun, kayu, akar, kulit, hingga buahnya. Surian memiliki pertumbuhan yang cepat, mudah tumbuh di berbagai tempat juga harga jualnya cukup tinggi untuk mendukung pendapatan petani. Kayunya sangat keras, berwarna kemerahan, bernilai tinggi, serta memiliki sifat kayu yang baik. Banyak digunakan untuk pembuatan furnitur atau perabotan rumah (Djam’an 2002). Secara empiris, masyarakat di Indonesia telah menggunakan kulit, serbuk akar, dan daunya sebagai obat tradisional (Zuhud et al. 2003). Beberapa bagian pohon, terutama kulit dan akarnya sering digunakan untuk ramuan obat, yaitu diare. Kulit dan buah surian dapat digunakan untuk menghasilkan minyak atsiri. Selain itu, petani menggunakan daun surian beureum untuk menghalau hama serangga tanaman. Pohon surian beureum berperan sebagai pengusir serangga (repellent) dan dapat digunakan sebagai insektisida (Djam’an 2002).
Surian memiliki banyak komponen bioaktif yang dapat berperan sebagai antioksidan, antikanker, dan antidiabetes. Daun tanaman surian sering digunakan secara tradisional untuk mengobati disentri, dermatitis, dan enteritis (Hsu et al. 2010). Komponen fitokimia yang terkandung dari hasil ekstrak daun surian diantaranya adalah
β-karoten, lutein, askorbat, α-tokoferol, dan komponen fenolik seperti asam galat dan metil galat (Cheng et al. 2009). Di Taiwan,
Toona sinensis umum digunakan sebagai makanan untuk para vegetarian. Hasil penapisan fitokimia simplisia daun surian
menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid, tanin dan steroid/triterpenoid yang penting sebagai antioksidan (Djam’an 2002).
Ekstrak air daun tanaman surian memiliki efek antiproliferasi terhadap sel premyelocytic
manusia dengan cara menginduksi apoptosis (Hsu et al. 2010). Suplemen ekstrak daun, akar, dan kulit kayu tanaman ini dilaporkan mampu meningkatkan kemampuan memahami dan mengingat pada mencit yang diduga akibat mekanisme pertahanan antioksidan (Cheng et al. 2009). Jiang et al.
(2007) juga melaporkan bahwa daun tanaman surian memiliki aktivitas antioksidan yang cukup tinggi dengan pemutusan aktivitas radikal bebas DPPH dan lipid peroksida.
Kanker Payudara
Kanker dianggap suatu kelompok penyakit seluler dan genetik karena dimulai dari satu sel yang telah mengalami mutasi DNA sebagai komponen dasar gen. Sel-sel yang mengalami kerusakan genetik tidak peka lagi terhadap mekanisme regulasi siklus sel sehingga akan terus melakukan proliferasi tanpa kontrol (Silalahi 2006). Kanker adalah pertumbuhan sel-sel yang abnormal. Sel-sel kanker sangat cepat membelah meskipun ruang dan nutrisi terbatas. Kanker sangat heterogen, yaitu lebih dari 100 jenis kanker telah diketahui saat ini dan dalam setiap organ terdapat berbagai subtipe kanker. Beberapa kanker bersifat familial (keturunan), sedangkan lainnya bersifat sporadik (Nowell
et al. 2004).
3
mendorong intensifnya akan topik ini, terutama pada aspek pengobatannya. Ada beberapa mekanisme umum yang memicu tumbuhnya kanker. Sayangnya, etiologi (penyebab penyakit) kanker dalam suatu kasus sulit diketahui secara pasti karena banyaknya faktor yang mempengaruhi pembentukkan, perkembangan, dan tingkat keganasan kanker payudara. Sebanyak 80% kanker yang menyerang penduduk Amerika Serikat disebabkan gaya hidup (minum-minuman keras, merokok, dan diet) serta bahan karsinogen yang terdapat di lingkungan (Dimarcio 1994). Beberapa faktor yang berperan diantaranya adalah keberadaan gen
p53, gen BRCA1 dan gen BRCA2 (Hahn & Payne 2003). Faktor lain yang berperan dalam memicu kanker payudara adalah keberadaan hormon estrogen yang abnormal, onkogen (gen pemicu pembelahan sel secara berlebih), hilangnya gen supresor untuk tumor, dan keberadaan bahan karsinogen (Warren et al.
2002). Penuaan, riwayat keluarga penderita kanker payudara, kehamilan pada usia lebih dari 35 tahun, menstruasi dini atau menopause yang terlambat, konsumsi lemak jenuh, dan penumpukan lemak berlebih (di paha serta pinggul) juga merupakan faktor penanda resiko penyakit ini (Hahn & Payne 2003).
Keberadaan kanker payudara ditandai dengan adanya benjolan, perubahan ukuran, kulit yang kemerahan, keberadaan areola (lingkaran hitam di sekitar puting susu), ruam, pengencangan atau pelonggaran payudara, perbedaan ukuran kedua payudara, dan rasa sakit di daerah payudara (Tjidarbumi 2002). Deteksi penyakit ini dapat dilakukan melalui pemeriksaan mandiri payudara, pemeriksaan fisik oleh dokter, mamografi, rotgen, MRI (magnetic resonance imaging), biopsi, pencitraan inframerah digital (PID), pemeriksaan darah, pencitraan PET (Positron Electron Transmission), dan pemeriksaan genetik (Hahn & Payne 2003). Kanker payudara berdasarkan rekomendasi Komisi Gabungan Amerika dapat dibagi menjadi empat stadium mulai dari stadium satu (yang paling ringan) hingga empat. Klasifikasi didasarkan atas diameter kanker, metastasis, kondisi kulit, dan banyaknya nodul kanker (Tjidarbumi 2002).
Pengobatan kanker dapat dibagi menjadi tiga, yakni terapi radiasi, operasi, dan terapi adjuvan (pendamping). Terapi adjuvan dapat dibagi menjadi terapi hormonal, kemoterapi, dan imunoterapi (Hahn & Payne 2003). Efek samping pengobatan kanker beragam, mulai dari kerontokan rambut, pusing, mual,
penurunan kemampuan pertahanan tubuh, hingga kematian. Penelitian yang ada terus mencoba mencari pengobatan yang efektif dengan efek samping yang minimal. Pengobatan kemoterapi ditujukan untuk menghancurkan sel kanker sehingga ukuran kanker mengecil dan kemunculannya setelah pengobatan dapat dicegah. Doxorubicin merupakan salah satu obat kemoterapi yang umum digunakan untuk menangani berbagai jenis kanker. Imunoterapi merupakan upaya penggunaan senyawa tertentu untuk memicu kerusakan sel kanker oleh sistem pertahanan tubuh. Herceptin (trastuzumab) merupakan obat imunoterapi yang banyak digunakan dengan target spesifik, yakni memblokade protein Her2/neu (Lewis 2003). Protein Her2/neu merupakan reseptor yang berfungsi mendorong pembelahan sel. Terapi hormonal merupakan jenis terapi yang digunakan untuk pasien dengan kanker payudara jenis estrogen positive receptor (ER+).
7,12-Dimethylbenz(α)antrasena Sebagai Karsinogen
7,12–dimethylbenz(α)antrhacene (DMBA) merupakan senyawa prokarsinogen dengan rumus empiris C20H16 dan memiliki berat
molekul 256.34 g/mol. DMBA berbentuk padat, berwarna kuning kehijau-hijauan. Struktur kimia DMBA adalah 4 macam cincin aromatik yang berikatan khas struktur polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH) dengan tiga cincin aromatik dan 2 subtituen metil. (Sigma-Aldrich 2007).
DMBA merupakan senyawa karsinogen spesifik untuk eksperimental kanker payudara dan kanker kulit pada hewan percobaan, tetapi bukan merupakan karsinogen direct. Aktivitas karsinogenik dari DMBA terjadi melalui aktivasi metabolisme (biotransformasi) untuk menghasilkan karsinogenesis (Gambar 2). Jalur metabolisme DMBA melalui aktivasi enzim sitokrom P450 membentuk proximate carcinogen dan ultimate carcinogen
(Dandekar et al 1986).
Sitokrom P-450 dan microsomal epoxide hydrolase (mEH) memetabolisme DMBA menjadi dua metabolit yaitu metabolit elektrofilik dan metabolit yang mampu membentuk DNA adduct (DNA yang berikatan dengan senyawa karsinogenik). sitokrom P-450 CYP1B1 mengoksidasi DMBA menjadi 3,4-epoxides yang diikuti dengan hidrolisis epoxides oleh mEH membentuk metabolit proximate carcinogenic
Gambar 2 Metabolit aktif dari DMBA. (Smith et al 2000)
menjadi metabolit ultimate carcinogenic
(DMBA-3,4-diol-1,2 epoxide).
Seperti yang terlihat pada Gambar 2, metabolit aktif dari DMBA adalah DMBA-3,4-diol-1,2 epoxides yang mampu membentuk DNA adduct. Metabolit DMBA yang membentuk DNA adduct menentukan mutasi dalam gen dan mampu mengendalikan siklus sel, sehingga mendorong pembelahan sel kanker. Senyawa epoxide tersebut nantinya akan berikatan secara kovalen dengan gugus amino eksosiklik deoksiadenosin (dA) atau deoksiguanosin (dG) pada DNA. Interaksi ini (DNA adduct) dapat menginduksi mutasi pada gen-gen penting sehingga menyebabkan iniasi kanker (Hakkak et al 2005) Kemampuan metabolit DMBA yang merupakan ultimate carcinogen berikatan dengan DNA salah satunya menyebabkan mutasi somatik dari onkogen Harvey Ras-1 pada kodon 61 kanker payudara dan kanker kulit (Dandekar et al
1986).
Doxorubicin Sebagai Obat Antikanker
Doxorubicin yang memiliki nama dagang Adriamycin merupakan antibiotik golongan antrasiklin yang banyak digunakan untuk terapi berbagai macam jenis kanker seperti leukemia akut, kanker payudara, kanker tulang dan ovarium (Childs et al 2002). Molekul penyusun obat ini mulanya diekstraksi dari Streptomyces peucetius galur
caesius. Obat ini digunakan lewat pemberian secara suntikan intra vena. Struktur doxorubicin dapat dilihat pada Gambar 3.
Berbagai penelitian mengenai mekanisme kerja doxorubicin telah dilakukan. Antibiotik antrasiklin seperti doxorubicin memiliki mekanisme aksi sitotoksik melalui empat mekanisme yaitu penghambatan topoisomerase II, interkalasi DNA sehingga mengakibatkan penghambatan replikasi DNA dan RNA, pengikatan membran sel yang menyebabkan aliran dan transport ion, dan
pembentukan radikal bebas semiquinon dan radikal bebas oksigen melalui proses yang tergantung besi dan proses reduktif yang diperantarai enzim (Bruton et al 2005).
Doxorubicin dapat berinterkalasi dengan DNA, secara langsung akan mempengaruhi transkripsi dan replikasi. Doxorubicin mampu membentuk komplek tripartit dengan topoisomerase II dan DNA. Topoisomerase II adalah suatu enzim yang bekerja mengikat DNA dan menyebabkan utas gandanya berpisah pada ujung 3′fosfat sehingga memungkinkan penukaran utas dan pelurusan DNA superkoil. Pelurusan utas ini diikuti dengan penyambungan utas DNA oleh topoisomerase II. Topoisomerase ini sangat penting fungsinya dalam replikasi dan perbaikan DNA. Pembentukan kompleks tripartit tersebut akan menghambat penyambungan kembali utas DNA, menyebabkan penghambatan daur sel terhenti di fase G1 dan G2 serta memacu terjadinya apoptosis (Gewirtz 1999). Adanya gangguan pada sistem perbaikan utas ganda DNA akan memicu kerusakan sel. Doxorubicin memiliki gugus quinon yang mampu menghasilkan radikal bebas baik pada sel normal maupun sel kanker (Gewirtz 1999).
Ada beberapa dosis yang digunakan dalam pengobatan. Dosis itu antara lain pemberian infus 60 mg/m² selama 48-96 jam, pengobatan 5-15 mg/m² per minggu dengan total kurang dari 20 mg, dan terapi tiga minggu dengan dosis 20 mg/m² per minggu. Dosis yang digunakan dalam penelitian adalah 20 mg/m² per minggu untuk pemberian selama tiga minggu. Berdasarkan petunjuk pemakaian obat, efek samping penggunaan obat antara lain mual, muntah, alopecia (kerontokan rambut), gangguan irama jantung, dan
Gambar 3
Tikus Sp
Hewan dikembangb hewan uji c berbagai m dikarenakan genetik yan murah serta Tikus meru aktivitasnya Tikus me merupakan h persilangan. untuk penel
Evans dan Animal 200 Tikus pa sebagai kin kelas Mam Muridae, su Spesies R Sprague Da Kelebihanny kemudahan usia 53-65 150-199 g (L
Tikus S umum digun toksikologi, analisis per dengan nam merupakan Harlan Ind berlainan st albino. K ketenangan Dalam pen yang digun dikarenakan bahan kar kelenjar pay Russo 2003
3 Struktur sen (Smith et a
prague-Dawle Coba
coba merup biakkan untuk coba. Tikus se macam penelit n tikus me ng unik, muda
a mudah untu upakan hewa a pada malam emiliki berb
hasil pembiak . Galur yang litian adalah n Sprague-D
7). ada penelitian ngdom Anima malia, ordo ub-Famili Mu attus norve awley (Myres ya terletak p penanganan. hari memilik Lenoir et al. 2 SD merupaka nakan dalam reproduksi, rilaku (Ace A
ma latin Ra
hasil persilan dustries Inc. train sehingga Kelebihannya dan kemu nelitian karsin nakan antara n pada umur rsinogen ter yudara paling 3). Tikus ga
nyawa doxorub
l 2000)
ey Sebagai He a pakan hewan k digunakan ering digunak tian medis. emiliki karak ah berkemban uk mendapat an yang me m hari (noc
bagai galur kan sesama je
g sering dig galur Wistar Dawley
(SD)
n ini diklasifi alia, filum Ch
Rodentia, urinae, Genus
egicus, Galu s & Armitage ada ketenang . Tikus betin ki berat pada
2005). an jenis tiku
penelitian m , farmakolog Animal 2007)
attus norvegi
ngan yang di terhadap tiku a menghasilka terletak udahan pena nogesis, umu 50-60 hari. r tersebut, pe
rhadap dife g optimal (R alur SD ini
bicin ewan n yang sebagai an pada Hal ini kteristik ng biak, tkannya. lakukan cturnal). yang enis atau gunakan r,
Long-)
(Ace ikasikan hordata, famili s Rattusur/Strain e 2004). gan dan na pada kisaran us yang mengenai gi, dan ). Tikus
icus ini lakukan us yang an tikus pada anganan. ur tikus Hal ini engaruh erensiasi Russo & hanya bergantung p sebesar 5 g/ 1 secara ad l
mL/100 g B untuk pemeli 22 C deng gelap/terang.
BAH
Bahan ya ini adalah 2
Sprague Daw
surian, dim etanol 70 (carboxymeth
Doxorubicin, aquades, air m peralatan bed
Alat-alat rotavapor, sy
spatula, timb
magnetic stirr
tangan karet plastik, jangk oven, dan per
Ekstraksi Da Penyiapan memaserasi s etanol 70% Maserasi ters sambil sese diperoleh di saring. Ma menggunakan diperoleh sam Penyiapan S Ekstrak dalam CMC Campuran ek didiamkan, k mengendap.
Pengkondisia
Semua t dalam kandan untuk menyer kondisi kand diberikan pak
libitum. Ala kasar dan dil kali. Pencaha (dari jendela)
Pengelompok
Tikus bet
ada suplai pa 100 g BB/har
libitum (beba BB/hari. Kon iharaan tikus gan perlakuan
HAN DAN M
Alat dan Ba
ang digunaka 20 ekor tikus
wley umur 27 metilbenz(α)an 0 %, la
hylcellulose
pakan tiku minum isi ula dah, dan kertas yang d
yringe 1 mL bangan hewa
rer,masker (s (sekali paka ka sorong, al ralatan bedah.
Metode aun Surian (B
n sampel serbuk daun su
dengan p sebut dilakuk ekali diaduk ipisahkan me serat selanj n rotary e
mpel yang berb
ampel Uji
serbuk daun -Na 0.5% s kstrak dikocok karena kecen
an Hewan Co
tikus SD m ng percobaan ragamkan cara dang percob kan komersia as tikus bera lakukan pengg ayaan menggu ) dengan suhu
kkan Hewan
tina sehat seju
akan tikus kom ri dan pember
as), sekitar ndisi ideal ru ini adalah suh n 12 jam
METODE
ahan
an dalam pen s putih betina 7 hari, ekstrak ntrasena (DM
arutan CM
natrium) s, minyak ja ang, label, ala s saring Whatm digunakan
dan 3 mL, v
an, neraca an sekali pakai),
ai), wadah s lat-alat gelas,
e
BPOM 2004)
dilakukan d urian kering d erbandingan kan selama 2 k. Maserat
enggunakan jutnya dipek
evaporator s bentuk serbuk
surian dila ebelum digu k apabila sudah
derungannya
oba
mengalami ad selama dua m a hidup, maka baan. Semua al dan air sec
asal serbuk g gantian semin unakan cahaya
ruang.
Coba
umlah 20 ekor
5
mersial rian air 10-12 uangan hu 20-siklus nelitian a galur k daun MBA), MC-Na 0.5%, agung, at tulis, mann. adalah vortex, nalitik, sarung ilinder ,tissue, dengan dengan 1:10. 24 jam yang kertas katkan sampai k. arutkan nakan. h lama untuk daptasi minggu an, dan tikus ara adgergaji nggu 2 a alami
5 kelompok. Setiap kelompok berisi 4 ekor tikus. Kelompok perlakuan tersebut adalah tikus kelompok perlakuan normal, kontrol negatif, kontrol positif, dosis 1 dan dosis 2.
Uji Aktivitas Anti Kanker
Tikus kelompok normal. Kelompok normal adalah kelompok tikus yang tidak diberikan DMBA, tidak diberi doxorubicin, dan tidak diberikan ekstrak daun surian. Tikus pada kelompok ini diberi pakan standar dan air secara ad libitum selama masa penelitian.
Tikus kelompok kontrol negatif.
Kelompok kontrol negatif merupakan kelompok perlakuan dimana tikus diinduksi dengan DMBA. Tikus tidak diberikan doxorubicin maupun ekstrak daun surian. Tikus diberikan pakan standar dan air secara
ad libitum.
Tikus kelompok kontrol positif.
Kelompok kontrol positif merupakan kontrol pembanding dimana tikus diinduksi dengan DMBA dan diberi obat kanker, yakni doxorubicin dengan dosis 10 µg/Kg BB per setiap kali penyuntikan secara intra vena
melalui pembuluh darah ekor (Lampiran 4). Doxorubicin diberikan 3 kali, yakni pada hari ke- 2, ke-9, dan ke-16 (terhitung semenjak kanker payudara pertama kali terdeteksi).
Tikus kelompok dosis. Kelompok dosis adalah kelompok tikus yang diinduksi dengan DMBA dan selanjutnya diberi perlakuan berupa pemberian secara oral ekstrak daun surian. Setiap tikus dalam kelompok ini diberikan pakan standar dan air secara ad libitum, namun tidak diberikan doxorubicin. Kelompok dosis 1 diberi ekstrak daun surian dengan dosis 500 mg/ Kg BB/ hari dan kelompok dosis 2 diberi ekstrak daun surian dengan dosis 750 mg/ Kg BB/ hari. Ekstrak daun surian belum diberikan pada saat kemunculan kanker payudara (pada hari ke-1 masa perlakuan) yang terasa dengan ujung jari pada saat palpasi. Ekstrak baru mulai diberikan secara oral pada hari berikutnya (hari ke-2). Ekstark daun surian diberikan sekali setiap hari selama 30 hari (mulai hari ke-2 hingga hari ke-31 masa perlakuan). Tikus mengalami nekropsi pada hari ke-32 setelah kanker payudara muncul.
Pemberian 7,12-imethylbenz(α)antrasena Dosis DMBA. Senyawa DMBA diberikan pada tikus kontrol negatif, kontrol positif, dosis 1 dan dosis 2. Total jumlah DMBA yang diberikan adalah sebanyak 25 mg/100g BB/ tikus (Lampiran 5). Pemberian dibagi menjadi 1 kali induksi. Senyawa DMBA diberikan secara intra gastrol (melalui rongga perut).
Penimbangan dan pemberian DMBA dilakukan secara hati-hati. Personel yang berada di ruangan timbang dan kandang harus menggunakan alas kaki tertutup, sarung tangan, jas lab tangan panjang, dan kacamata untuk mencegah kontak antara karsinogen dengan kulit. Alat-alat yang dipakai berulang direndam dalam larutan detoxifier selama satu hari kemudian dicuci menggunakan sabun. Meja dan daerah lain tempat melakukan kegiatan pembuatan DMBA disemprot dengan
detoxifier, lalu alkohol dan dilap hingga bersih. Detoxifier dibuat dengan melarutkan 2% Na2S2O3 dalam bufer fosfat pH 8.0. Bufer
fosfat didapat lewat pencampuran 16.73 g K2HPO4 dan 0.523 g KH2PO4 dalam air
hingga tepat 1 L.
Palpasi Kanker dan Penimbangan Tikus
Setiap tikus (secara bergantian) mengalami palpasi, yakni proses perabaan yang dilakukan dengan menggunakan jari pada sepanjang bagian dada. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan benjolan yang menjadi indikasi adanya kanker payudara. Identifikasi harus dilakukan dengan hati-hati untuk membedakan kanker payudara dengan tonjolan tertentu yang memang merupakan bentuk alami morfologi tubuh tikus. Hal ini memerlukan pengetahuan morfologi tikus yang cukup baik. Perabaan dikerjakan dengan memakai sarung tangan karet untuk menjaga keselamatan. Pekerjaan kemudian dilanjutkan dengan menimbang bobot badan tikus menggunakan timbangan hewan. Kedua proses ini dilakukan secara teratur setiap Senin dan Kamis untuk semua tikus. Palpasi tambahan bagi semua tikus dilakukan juga pada hari Sabtu untuk mengidentifikasi kanker payudara yang tidak muncul di hari Senin dan Kamis.
7
akan dicatat nomor letaknya berdasarkan letak segmen terdekat. Pengamatan kondisi kanker payudara ini dilakukan setiap hari selama 32 hari terhitung semenjak kanker payudara pertama kali terdeteksi. Bulu-bulu yang berada didekat kanker payudara dipangkas agar kanker payudara dapat diukur dengan akurat. Infeksi luka kulit akibat pemangkasan bulu dapat dicegah dengan mengoleskan Chloramphenicol pada bagian yang terluka.
Diameter kanker payudara diukur menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0.05 mm. Pengukuran diameter setiap lingkar kanker payudara dilakukan sebanyak dua kali. Volume kanker payudara (v) setiap palpasi dapat dihitung menggunakan rumus yang berikut V = 4/3p.(d1).(d2), dengan V = volume kanker payudara, p = 22/7, serta d1 dan d2= diameter kanker payudara pada dua kali pengukuran, dengan d1> d2 (Veena et al
2006).
Parameter Uji
Data pengamatan meliputi jumlah nodul, diameter, serta bobot badan. Data yang digunakan pada tiap tikus adalah data total volume kanker payudara dan rerata volume kanker payudara. Nilai total volume kanker payudara didapat dari penjumlahan volume kanker payudara tikus (untuk setiap nodul kanker payudara yang muncul dalam 1 kelompok) pada setiap hari selama 30 hari perlakuan. Rerata volume kanker payudara merupakan volume rata-rata dari setiap nodul kanker payudara yang muncul pada setiap hari dalam rentang 30 hari masa perlakuan. Masa perlakuan menggambarkan saat dimana kanker payudara mulai muncul (terhitung sebagai hari ke-1) hingga saat tikus dibedah (hari ke-30). Masa penelitian merupakan waktu yang dipakai selama penelitian, mulai dari ekstraksi hingga saat semua tikus dinekropsi (baik memiliki kanker payudara maupun tidak memiliki kanker payudara).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstrak Daun Surian
Ekstraksi serbuk surian dilakukan dengan menggunakan metode maserasi. Pelarut yang digunakan dalam proses maserasi adalah etanol 70%. Penggunaan etanol sebagai pelarut disebabkan beberapa hal di antaranya, kepolaran, toksisitas, dan mudah diperoleh. Sifat dari pelarut etanol yang tidak beracun menyebabkan etanol ditetapkan standar sebagai pelarut yang aman oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM 2005).
Etanol yang memiliki LD50 sebesar 9000
mg/Kg untuk pemberian oral pada tikus (Acros Organics NV 2008). Melalui pertimbangan toksisitas (LD50), etanol digunakan sebagai pelarut dalam proses ekstraksi.
Metode maserasi dilakukan selama 1 x 24 jam. Rendemen yang dihasilkan dari suatu proses ekstraksi akan meningkat seiring dengan peningkatan waktu ekstraksi. Hal ini disebabkan semakin lama waktu ekstraksi, semakin lama waktu kontak antara pelarut dan bahan baku sehingga proses penetrasi pelarut ke dalam sel bahan (sampel) akan semakin baik yang menyebabkan semakin banyaknya senyawa yang berdifusi keluar sel.
Rendemen ekstrak rata-rata dari 5 kali ulangan yang dilakukan diperoleh hasil dari penelitian ini yakni rendemen surian sebesar 9.95%. Rendemen ekstrak daun surian dari hasil penelitian ini lebih kecil jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh Rahmawan (2011), yakni 13.11%. Rendemen yang lebih tinggi ini disebabkan menggunakan pelarut etanol absolut , ukuran serbuknya 40-60 mess, dan diadakan pengulangan maserasi hingga diperoleh larutan yang bening, sedangkan ekstrak daun surian pada penelitian ini menggunakan pelarut etanol 70%, ukuran serbuknya tidak ditentukan dan tidak dilakukan pengulangan maserasi.
Pengaruh Induksi DMBA terhadap Bobot Badan dan Pembentukan kanker payudara
Bobot badan adalah salah satu respon yang mengambarkan perkembangan tikus. Gambar 4 menunjukkan tidak adanya perbedaan berarti antara kecenderungan peningkatan bobot badan antara kelompok yang diberikan ekstrak (dosis 1 dan dosis 2) terhadap kelompok perlakuan lain (normal, kontrol positif dan kontrol negatif). Kelompok perlakuan dosis 1 dan dosis 2 menunjukan adanya kenaikan bobot badan namun cenderung fluktuatif, berbeda dengan kelompok perlakuan lain (normal, kontrol positif dan kontrol negatif). keadaan ini tingkat stres yang dialami tikus kelompok dosis 1 dan dosis 2 ekstrak daun surian jauh lebih tinggi dibandingkan tikus kontrol negatif dan kontrol positif. Stres dapat menyebabkan penurunan nafsu makan yang berakibat lebih lanjut terhadap ketidakstabilan bobot badan.
Gambar 4 Pengaruh perlakuan terhadap perkembangan bobot badan
Induksi DMBA dilakukan dengan dosis 25 mg/Kg BB tikus secara i.g. (intra gastric). Induksi dilakukan setelah masa adaptasi, nodul kanker payudara pertama muncul pada saat tikus berumur 106 hari (76 hari setelah induksi). Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuratif, yaitu pemberian ekstrak daun surian dilakukan setelah muncul nodul kanker payudara. Akibatnya, data waktu muncul nodul kanker payudara tidak bisa dijadikan variabel pengamatan seperti halnya pada penelitian in vivo dengan pendekatan preventif (sampel uji diberikan sebelum dilakukan induksi DMBA).
Prosedur penggunaan DMBA pada model
in vivo secara oral akan pembentukan pembuluh darah dan pembuluh kelenjar yang mengelilingi jaringan kanker payudara. Hal ini lebih menyerupai kondisi yang sebenarnya terjadi pada kanker yang diderita manusia (Motoyama et al. 2008). Manna et al.(2007) menyatakan bahwa pemberian DMBA secara oral menghasilkan model kanker payudara yang muncul dari epitel sel duktal dengan aspek morfologi histogenesis seperti pada kanker payudara manusia. Model ini juga menyerupai patogenesis (proses pembentukan penyakit) pada manusia, dimana paparan karsinogen berasal dari asupan makan dan minum, bukan karena interaksi fisik
karsinogen dengan kulit (topikal). Namun pemilihan Prosedur penggunaan DMBA pada model in vivo secara oral tidak dilakukan disebabkan keterbatasan DMBA yang tersedia, mahalnya harga DMBA dan sulit diperoleh.
Respon jumlah nodul untuk setiap perlakuan dapat diamati pada Gambar 5. Jumlah nodul merupakan variabel yang dapat dibandingkan tiap kelompok perlakuan. Tikus kelompok kontrol positif memiliki jumlah nodul terendah dan tidak mengalami perubahan pada awal dan akhir perlakuan dibandingkan dengan tikus kelompok lain. Tikus kelompok positif diberi obat doxorubicin yang secara klinis terbukti efektif menekan pertumbuhan kanker payudara. Kenyataan ini juga menggambarkan ekstrak daun suriantidakmampu menekan metastasis yang ditandai jumlah nodul kanker payudara yang lebih banyak dan bertambah pada akhir perlakuan. Pemberian ekstrak daun surian pada tikus kelompok dosis 2 memiliki jumlah nodul lebih tinggi dibandingkan tikus kelompok kontrol negatif dan dosis 1. Jumlah total nodul kanker payudara pada awal perlakuan untuk tikus dosis 1 adalah 7 nodul, sementara pada tikus kontrol negatif dan dosis 1 adalah masing-masing 6 nodul. Akhir perlakuan jumlah nodul untuk ketiga 0
50 100 150 200 250
0 5 10 15 20 25 30 35
bobot
badan
(gram)
hari ke‐
9
Gambar 5 Pengaruh perlakuan terhadap jumlah nodul kanker payudara
kelompok ini mengalami kenaikan menjadi 6 nodul, 8 nodul dan 9 nodul untuk masing-masing kelompok yaitu kontrol negatif, dosis 1 dan dosis 2.
Rendahnya laju pertumbuhan jumlah nodul tikus kelompok kontrol negatif dibandingkan dengan tikus kelompok dosis 1 dan dosis 2 dapat diduga akibat rendahnya stress yang diterima. Stres oleh Lyman dan Burstein (2007) dinyatakan sebagai faktor yang membuat pengobatan kanker tidak efektif. Hal ini dapat dimengerti bila tikus kelompok pemberian ekstrak daun surian (kelompok dosis 1 dan dosis 2) harus diberi ekstrak daun surian setiap hari hingga sebanyak 2.5 mL sedangkan tikus kelompok kontrol negatif tidak dicekok dengan aquades. Patut diduga bila stres (akibat prosedur penelitian) menyebabkan kanker lebih ganas dengan memicu metastasis, yang dapat dilihat dari peningkatan jumlah nodul. Penurunan jumlah nodul berarti penurunan laju metastasis (penyebaran kanker), salah satu tolak ukur dalam menilai keberhasilan suatu obat dalam menekan keganasan kanker.
Pengaruh Pemberian Ekstrak daun surian terhadap Perkembangan Kanker
Penelitian ini menganalisis perkembangan kanker payudara pada tikus sebagai gambaran pengaruh pemberian ekstrak daun surian terhadap aktivitas antikanker. Perkembangan volume kanker payudara rata-rata yang terukur pada awal perlakuan adalah dari kelompok kontrol negatif, kelompok dosis 1, dan dosis 2 secara berurutan adalah 10.210 cm3, 9.093 cm3dan 9.851 cm3 kemudian meningkat menjadi 36.042 cm3, 34.930 cm3dan 33.131cm3 (Gambar 6). Volume kanker payudara ketiga kelompok ini meningkat sebesar 253%, 284%, dan 236% (Lampiran 9). Dalam kata lain kelompok yang
menerima asupan ektrak surian dalam perlakuannya tidak mengalami penurunan volume kanker payudara.
Jika dilihat perkembangan volume kanker payudara yang terus meningkat selama masa perlakuan pada kelompok perlakuan dosis 1 dan kelompok dosis 2 dan tidak berbeda jauh bila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif maka dapat dikatakan ekstrak daun surian dengan pelarut etanol tidak memiliki aktivitas sebagai antikanker .
Kelompok doxorubicin digunakan sebagai kontrol positif untuk mengobati kanker dalam penelitian Ranasasmita (2008). Doxorubicin, senyawa antibiotik antrasiklin, merupakan obat yang secara luas digunakan dalam kemoterapi berbagai jenis kanker. Mekanisme kerja senyawa ini sangat kompleks dan belum diketahui secara terperinci. Secara umum, doxorubicin berinteraksi dengan berinterkalasi (menyisip) dalam DNA dan menghambat biosintesis makromolekul. Kondisi ini lebih lanjut akan menghambat kerja topoisomerase II yang berfungsi menguraikan utas DNA untuk persiapan proses transkripsi. Doxorubicin membuat kompleks topoisomerase II tetap stabil meski telah mengudarkan pilinan ganda DNA. Hal ini membuat proses replikasi terhenti dengan sulit mengudarnya pilinan ganda DNA. Senyawa ini juga menghambat kerja reverse trankriptase. Senyawa dapat bekerja pada membran sel. (Smith et al 2000). Aktivitas antikanker dari kelompok ini, yang ditunjukkan melalui penurunan volume kanker payudara yaitu 8.468 cm3 menjadi 2.030 cm3 atau mengalami penurunan volume sebesar 76% (Lampiran 9). Hasil ini sesuai dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa doxorubicin memiliki aktivitas antikanker. Ranasasmita (2008) melaporkan bahwa pemberian doxorubicin dapat
5 6 6
7 5 7 8 9 0 2 4 6 8 10
Kontrol positif Kontrol negatif Dosis 1 Dosis 2
menurunkan volume kanker payudara pada tikus yang diinduksi DMBA.
Ekstrak daun surian diketahui mengandung senyawa β-karoten, lutein, askorbat, α-tokoferol, asam galat dan metil galat (Cheng et al. 2009). Asam galat yang terkandung dalam ekstrak daun surian merupakan golongan senyawa fenolik yang diketahui memiliki aktivitas antikanker. Penelitian Chen et.al (2009) melaporkan isolat asam galat dari ekstrak daun surian mampu menghambat pertumbuhan sel kanker prostat
in vitro melalui pembangkitan reactive oxygen species (ROS).
Ekstrak daun surian dengan pelarut etanol diduga tidak mengandung asam galat atau komponen asam galat yang diekstraksi terlalu
[image:20.595.114.496.267.579.2]kecil sehingga tidak cukup untuk menekan pertumbuhan kanker payudara pada tikus. Penelitian Chen et al (2009) tidak mengunakan ekstrak daun surian kasar melainkan mengunakan asam galat yg telah diisolasi dari ekstrak daun surian. Selain itu, pada penelitian Chen et al (2009) dilakukan fraksinasi pada tingkat ekstraksi daun surian sehingga senyawa-senyawa bioaktif yang mungkin terambil dengan pelarut selain etanol akan terbawa. Fraksinasi tersebut meliputi lima tahapan berbeda yang akan menghasilkan lima ekstrak yang berbeda pula.Pada penelitian Chen et al (2009) juga uji aktivitas antikanker juga dilakukan secara in vitro yaitu pada sel kanker prostat manusia.
Gambar 6 Pengaruh perlakuan terhadap perkembangan volume kanker payudara
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pemberian ekstrak etanol daun surian dosis 500 mg/Kg BB dan dosis 750 mg/Kg BB tidak memiliki aktivitas antikanker pada tikus yang diinduksi DMBA.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan berkaitan dengan optimasi ekstraksi daun surian untuk memperoleh rendemen yang lebih tinggi sehingga diharapkan memiliki aktivitas antikanker yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Acros Organics NV. 2008. Material safety datasheet methyl alcohol. http://avogadro.chem.iastate.edu/MS DS/methanol.htm [20 Mei 2012].
American Cancer Society. 2012. Breast Cancer Facts & Figures 2011-2012
[terhubung berkala].
http://www.who.int/about/copyright/ en/ [10 Maret 2012].
0 5 10 15 20 25 30 35 40
0 5 10 15 20 25 30 35
volume
tumor
(cm
3)
hari ke‐
11
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2004. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: BPOM RI.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005. Gerakan Nasional Minum Temulawak. Jakarta : BPOM RI.
Bruton L., Lazo JS, Parker KL. 2005.
Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics, 11th Edition, McGrawHill, Lange.
Chen et al. 2009. Gallic acid, a major component of Toona sinensis leaf extracts, contains a ROS-mediated anti-cancer activity in human prostate cancer cells. j.canlet 5:40.
Cheng et al. 2009. Analysis of antioxidant activity and antioxidant constituents of Chinese toon. Journal of Functional Food 1: 253–259.
Childs AC, Phaneuf SL, Dirks AJ, Phillips T, Leeuwenburgh. 2002. Doxorubicin treatment in vivo causes cytochrome c release and cardiomyocyte apoptosis, as well as increased mitochondrial efficiency, superoxide dismutase activity, and bcl-2:bax ratio. Cancer Research 62:4592-4598.
Dandekar S, Sukumar S, Zarbl H, Young L, Cardiff R. 1986. Specific activation of the cellular Harvey-ras oncogene in dimethylbenzanthracene-induced mouse mammary tumors. Mol Cell Biol 6:4104–4108.
Dharmawati FD. 2002. Informasi Singkat Benih. Bogor: Balai Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Pembenihan.
Djam’an DF. 2002. Toona sinensis (Blume) Roem. Bogor: Indonesian Forest Seed Project.
Ganiswara SG. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Gewirtz DA. 1999. A critical evaluation of the mechanisms of action proposed for the antitumor effects of the anthracycline antibiotics adriamycin
and daunorubicin. Biochem. Pharmacol 57:727-741.
Hahn DB, Payne WA. 2003. Focus on Health. New York: Mc-Graww Hill.
Hakkak et al. 2005. Obesity promotes 7,12-dimethylbenz(a)anthracene-induced mammary tumor development in female zucker rats. Breast Canc Res
7: 627-633.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan
Hsu et al. 2010. Toona sinensis extracts induced cell cycle arrest in the
human lung large cell carcinoma. J.
Med Sci 26:68–75
Jiang SH et al. 2007. Antioxidant properties of the extract and subfractions from old leaves of Toona sinensis Roem (Meliaceae). Food Biochemistry 33: 425-441.
Lenoir V et al. 2005. Preventive and curative effect of melatonin on mammary carcinogenesis induced by dimethylbenz [α]anthracene in the female Sprague-Dawley rat. Breast Canc Res 7: 470-476.
Lewis R. 2003. Human Genetics: Concepts and Application. New York: McGraw-Hill.
Lyman GH, Burstein HJ. 2007 Breast Cancer: Translational Therapeutic Strategies. New York: Informa.
Manna S, Chakraborty T, Damodaran S, Samanta K, Rana B, Chatterjee M. 2007. Protective role of fish oil (Maxepa) on early events of rat mammary carcinogenesis by modulation of DNA-protein crosslinks, cell proliferation and p53 expression. Canc Cell Int 7: 6.
Motoyama J et al. 2008. Hyperthermic treatment of DMBA-induced rat mammary cancer using magnetic nanoparticles. Bio Mag Res Tech 6:2
Nowell SA, Ahn J, Ambrosone CB. 2004. Gene-nutrient interaction in cancer etiology. Nutr Rev 62 : 427-434.
Artemia salina Leach [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Ranasasmita R. 2008. Aktivitas antikanker ekstrak etanol daun aglaia elliptica
blume pada tikus betina yang diinduksi 7,12-dimetilbenz(α)antrasena [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Russo J, Russo IH. 2003. Mammary tumor induction in animals as a model for human breast cancer. Di dalam:
Allison MR, editor. The Cancer Handbook. New York: Nature Press.
Sigma-Aldrich. 2007. 7,12-Dimethylbenz[α] anthracene.
http://www.sigmaaldrich.com. [26
April 2012]
Silalahi J. 2006. Antioksidan dalam diet dan karsinogenesis. Cermin Dunia Kedokteran 153:39-42.
Smith AD et al. 2000. Oxford Dictionary of Biochemistry and Molecular Biology.
Revised Ed. London: Oxford University Pr.
Tjindarbumi D, Mangunkusumo R. 2002. Cancer in Indonesia, present and future. Jpn J Clin Oncol 32: 17-21.
Veena K, Shanthi P, Achdanam P. 2006. Anticancer effect of Kalpaamruthaa on mammary carcinoma in rats with reference to glycoprotein components, lysosomal and marker enzymes. Biol Pharm Bull 29: 565- 569.
Warren BS et al. 2002. Phytoestrogen and
Breast Cancer.
http://www.envirocancer.cornell.edu [25 April 2012]
World Health Organization. 2010. Global Cancer Statistics. [terhubung berkala].
http://www.who.int/about/copyright/ en/ [10 Maret 2012].
13
Lampiran 1 Ekstraksi Sampel
T.sinensis
(BPOM 2004)
Residu Filtrat
Penguapan pelarut dengan penguap vakum putar
Ekstrak etanol daun surian Serbuk daun surian
Ekstraksi dengan etanol 70%
Residu Filtrat
Penguapan pelarut dengan penguap vakum putar
Ekstrak etanol daun surian Serbuk daun surian
15
Lampiran 2 Rancangan Penelitian
Kontrol Normal (I)
Kontrol Negatif (II)
Kontrol Positif (III)
Dosis 1 (IV) Dosis 2(V) Tikus sejumlah 20 ekor
Adaptasi hewan uji
Induksi DMBA pada kelompok II, III, IV dan V
Perlakuan : Kelompok I diberi pakan standar Kelompok II diberi pakan standar
Kelompok III diberi pakan standar dan diinjeksi doxorubicin
Kelompok IV diberikan pakan standar dan dicekok ekstrak daun surian 1 Kelompok IV diberikan pakan standar dan dicekok ekstrak daun surian 2
Nekropsi dan pengambilan kanker payudara
Lampiran 3 Rendemen ekstrak daun surian
Ulangan
Bobot sampel (g)
Bobot ekstraksi (g) Rendemen (%)
1 100 9.85
9.85
2 100 10.12 10.12
3 100 9.94
9.94
4 100 9.93
9.93
5 100 9.89
9.89
17
Lampiran 4 Perhitungan dosis doxorubicin pada tikus SD
Dosis doxorubicin
Dosis rekomendasi doxorubicin (PT.Ferron Par Pharmaceutical, Jakarta)
= 20 mg/m
2luas permukaan tubuh
Penduduk Indonesia yang umumnya memiliki BB 60 Kg dan tinggi badan 165 cm
akan memiliki luas permukaan tubuh 1.66 m
2(Ranasasmita 2008)
Dosis 20 mg/m2 obat yang diterima = 1.66 m
2x 20 mg/ m
2= 33.2 mg/m
2/ 60Kg
= 0.55 mg/Kg BB
Konversi dosis ke tikus
= 0.018* x 0.55 mg/Kg BB
= 0.0099 mg/Kg BB tikus
= 0.00198 mg/ 200 g BB tikus
= 1.98
μ
g/ 200 g BB
˜ 2.0
μ
g/ 200 g BB
Sediaan doxorubicin = 10 mg/ 5mL
= 2 mg/mL
= 2
μ
g/
μ
L
Pengenceran
pencampuran 5
μ
L doxorubicin dan 45
μ
L akuabidestilata
Dosis injeksi
10
μ
L campuran doxorubicin/ 200 g BB tikus
Lampiran 5 Perhitungan dosis DMBA pada tikus SD
Larutan DMBA konsentrasi 2.5 mg DMBA/mL = 125 mg DMBA .
50 mL minyak jagung
Dosis pemberian DMBA = 25 mg DMBA/Kg BB.
Contoh perhitungan:
Asumsi BB tikus = 200 g = 0.2 Kg
19
Lampiran 6 Pengaruh perlakuan terhadap jumlah nodul kanker payudara
Kelompok perlakuan no tikus nodul awal nodul akhir
Kontrol positif 1 1 1
2 1 1 3 1 1 4 2 2
Jumlah 5 5
Kontrol negatif 1 1 1
2 2 2 3 2 3 4 1 1
Jumlah 6 7
Dosis 1 1 1 1
2 1 2 3 2 3 4 2 2
Jumlah 6 8
Dosis 2 1 2 3
2 2 2 3 1 1 4 2 3
Lampiran 7 Pengaruh perlakuan terhadap bobot badan tikus SD
Hari Perlakuan
Normal (g) Kontrol positif (g)
1 2 3 4 1 2 3 4
1 134 134 210 170 162 160 174 150
2 134 136 208 170 162 160 174 150
3 136 136 206 172 160 158 172 150
4 132 136 201 176 160 156 172 148
5 140 140 190 178 162 156 174 150
6 140 146 190 180 164 154 174 150
7 142 150 186 184 172 154 172 152
8 142 148 186 188 186 152 172 154
9 144 150 188 188 194 156 176 156
10 144 150 188 188 206 158 188 164
11 144 150 190 188 210 154 192 170
12 146 152 190 188 210 154 194 172
13 146 150 188 188 214 156 194 174
14 144 154 190 190 214 156 200 182
15 144 154 192 194 216 154 200 180
16 146 154 192 194 216 158 196 184
17 146 154 192 192 216 160 198 186
18 146 156 194 194 218 160 212 200
19 144 156 194 196 218 162 212 200
20 146 158 194 196 218 166 218 202
21
Lanjutan
Hari Perlakuan
Dosis 1 (g) Dosis 2 (g)
1 2 3 4 1 2 3 4
1 172 148 178 152 164 160 164 112
2 176 157 186 158 180 172 172 116
3 176 160 186 162 182 180 176 116
4 168 164 192 170 190 184 180 118
5 168 168 194 176 192 184 186 118
6 176 168 196 170 200 186 186 118
7 184 166 192 174 194 184 184 120
8 192 172 192 173 198 184 186 124
9 196 180 194 182 202 186 184 128
10 200 182 194 188 206 188 186 128
11 204 182 196 188 208 184 186 130
12 208 184 194 188 208 186 184 132
13 208 184 200 186 210 184 188 128
14 210 186 200 188 214 188 188 128
15 212 186 204 192 216 190 190 130
16 212 188 202 196 218 194 192 130
17 214 188 202 214 214 198 192 130
18 214 188 212 212 216 194 190 132
19 216 194 214 214 216 196 194 132
20 216 196 219 214 218 198 194 134
Lanjutan
Hari Perlakuan
Kontrol negatif (g)
1 2 3 4
1 168 144 166 150
2 168 144 160 150
3 166 150 158 150
4 164 160 156 148
5 160 162 130 146
6 160 162 126 144
7 154 170 132 152
8 158 180 144 160
9 164 194 154 166
10 186 186 158 168
11 188 188 160 172
12 200 188 162 172
13 212 190 164 172
14 212 192 160 174
15 200 196 164 174
16 214 196 168 176
17 214 214 168 180
18 216 218 172 180
19 218 216 174 180
20 220 218 176 178
23
Lampiran 8 Pengaruh perlakuan terhadap diameter kanker payudara pada tikus
Hari Perlakuan
Kontrol Positif (cm)
d1 d2 d3 d4 (1) d4 (2)
1 1.31 1.31 1.42 1.34 0.92
2 1.33 1.31 1.45 1.42 0.94
3 1.33 1.31 1.5 1.43 0.94
4 1.32 1.3 1.51 1.45 0.98
5 1.3 1.32 1.48 1.38 1
6 1.32 1.31 1.32 1.14 1.02
7 1.31 1.31 1.36 1.2 1.05
8 1.28 1.31 1.38 1.21 1.02
9 1.28 1.31 1.34 1.15 1
10 1.28 1.31 1.28 1.11 0.98
11 1.27 1.31 1.12 1.13 0.94
12 1.26 1.28 1.12 1.1 0.9
13 1.26 1.28 1.1 1.09 0.88
14 1.26 1.27 1 0.98 0.88
15 1.26 1.25 1.12 0.96 0.82
16 1.27 1.25 1 0.88 0.82
17 1.27 1.25 1 0.89 0.79
18 1.26 1.24 1.11 0.81 0.75
19 1.25 1.24 1.16 0.75 0.72
20 1.25 1.24 1.12 0.72 0.73
21 1.25 1.2 1 0.73 0.7
22 1.22 1.14 1.03 0.71 0.66
23 1.12 1.13 0.98 0.7 0.53
24 1.19 1.09 0.91 0.64 0.42
25 1.2 1.03 0.83 0.55 0.4
26 1.17 0.95 0.87 0.49 0.3
27 1.21 0.86 0.81 0.35 0.22
28 1.17 0.77 0.78 0.27 0.19
29 0.94 0.74 0.72 0.14 0.17
30 0.95 0.71 0.7 0.12 0.17
Lanjutan
Hari Perlakuan
Kontrol negatf (cm)
d1 d2 (1) d2 (2) d3 (1) d3 (2) d3 (3)
1 1.43 1.35 1.25 1.31 1.21
2 1.43 1.35 1.25 1.41 1.23
3 1.43 1.35 1.24 1.41 1.25
4 1.44 1.36 1.26 1.41 1.27
5 1.44 1.36 1.27 1.4 1.27
6 1.43 1.36 1.27 1.43 1.26
7 1.43 1.36 1.27 1.4 1.25 0.62
8 1.43 1.39 1.29 1.43 1.28 0.65
9 1.44 1.39 1.29 1.43 1.3 0.68
10 1.43 1.45 1.31 1.43 1.32 0.69
11 1.44 1.47 1.33 1.43 1.31 0.69
12 1.44 1.47 1.38 1.43 1.33 0.71
13 1.44 1.47 1.38 1.44 1.35 0.75
14 1.45 1.53 1.4 1.45 1.37 0.79
15 1.47 1.59 1.4 1.45 1.39 0.83
16 1.48 1.59 1.42 1.45 1.4 0.84
17 1.48 1.64 1.44 1.45 1.44 0.85
18 1.48 1.67 1.44 1.47 1.48 0.88
19 1.5 1.59 1.52 1.47 1.52 0.92
20 1.51 1.66 1.53 1.47 1.56 0.92
21 1.55 1.7 1.52 1.98 1.56 0.98
22 1.72 1.72 1.55 1.56 1.63 1.05
23 1.77 1.75 1.56 1.59 1.64 1.1
24 1.82 1.78 1.58 1.64 1.69 1.16
25 1.94 1.73 1.63 1.69 1.71 1.2
26 2.01 1.76 1.65 1.81 1.79 1.23
27 2.13 1.74 1.72 1.92 1.83 1.28
28 2.34 1.81 1.78 2.13 1.92 1.36
29 2.56 1.81 1.77 2.25 1.98 1.41
30 2.79 2.12 1.98 2.37 2.03 1.58
25
Lanjutan
Hari Perlakuan
Dosis 1 (cm)
d1 d2 (1) d2 (2) d3 (1) d3 (2) d3 (3) d4 (1) d4 (2)
1 1.52 1.03 1.79 0.63 1.31 1.22
2 1.52 1.09 1.79 0.66 1.33 1.22
3 1.59 1.09 1.79 0.61 1.35 1.23
4 1.56 1.12 1.83 0.65 1.38 1.24
5 1.56 1.18 1.87 0.68 1.45 1.27
6 1.59 1.22 1.94 0.69 1.39 1.25
7 1.6 1.28 1.89 0.72 0.59 1.4 1.28
8 1.65 1.3 1.89 0.75 0.62 1.45 1.31 9 1.61 1.25 1.74 0.79 0.65 1.48 1.35 10 1.65 1.28 1.86 0.8 0.65 1.51 1.37 11 1.68 1.25 1.85 0.82 0.64 1.54 1.37 12 1.7 1.3 0.47 1.89 0.84 0.68 1.58 1.39 13 1.75 1.35 0.61 1.9 0.85 0.7 1.51 1.42 14 1.75 1.43 0.72 1.88 0.89 0.74 1.52 1.45 15 1.72 1.49 0.83 1.87 0.89 0.77 1.56 1.49 16 1.72 1.51 0.95 1.9 0.9 0.82 1.62 1.53 17 1.83 1.6 1.38 1.95 0.91 0.84 1.62 1.53 18 1.82 1.65 1.45 2 0.93 0.83 1.7 1.59 19 1.76 1.71 1.52 2.05 0.93 0.88 1.72 1.6 20 1.62 1.78 1.68 2.01 0.95 0.92 1.78 1.63 21 1.89 1.78 1.7 2.09 1.03 1.09 1.72 1.65 22 1.9 1.84 1.71 2.23 1.06 1.17 1.78 1.66 23 1.92 1.82 1.74 2.33 1.11 1.26 1.81 1.68 24 1.98 1.88 1.75 2.45 1.15 1.38 1.85 1.72 25 2.11 1.86 1.74 2.45 1.23 1.43 1.87 1.75 26 2.34 1.89 1.77 2.5 1.27 1.49 1.87 1.74 27 2.54 1.98 1.8 2.43 1.27 1.52 1.85 1.77 28 2.56 2.11 1.83 2.59 1.31 1.6 1.89 1.79 29 2.58 2.27 1.89 2.75 1.33 1.66 1.91 1.82 30 2.66 2.38 1.94 2.88 1.37 1.69 1.96 1.84
Lanjutan
Hari Perlakuan
Dosis 2 (cm)
d1 (1) d1 (2) d1 (3) d2 (1) d2 (2) d3 d4 (1) d4 (2)
d4 (3)
1 1.12 1.01 1.1 0.67 1.42 1.36 1.27 2 1.12 1.01 1.15 0.68 1.42 1.36 1.28 3 1.12 1.03 1.5 0.67 1.43 1.25 1.31 4 1.15 1.02 1.54 0.73 1.48 1.27 1.36 5 1.16 1.05 1.54 0.75 1.56 1.29 1.39 6 1.15 1.07 1.57 0.79 1.49 1.28 1.34 7 1.1 1.08 1.58 0.8 1.58 1.25 1.33 8 1.05 1.05 1.55 0.83 1.66 1.25 1.29 9 1.09 1.09 1.55 0.85 1.7 1.34 1.34 10 1.17 1.13 0.44 1.55 0.87 1.76 1.36 1.38 11 1.19 1.17 0.44 1.53 0.88 1.76 1.29 1.4 12 1.17 1.19 0.47 1.55 0.91 1.7 1.36 1.45 0.34 13 1.13 1.19 0.53 1.55 0.94 1.72 1.34 1.47 0.37 14 1.19 1.13 0.65 1.54 0.95 1.77 1.43 1.49 0.39 15 1.21 1.18 0.69 1.54 0.98 1.74 1.41 1.55 0.44 16 1.24 1.21 0.75 1.54 0.99 1.71 1.41 1.59 0.48 17 1.3 1.25 0.87 1.53 1.03 1.75 1.4 1.58 0.52 18 1.35 1.27 0.95 1.55 1.05 1.8 1.43 1.62 0.57 19 1.35 1.29 0.95 1.53 1.03 1.88 1.43 1.64 0.64 20 1.37 1.3 0.99 1.53 1.08 1.84 1.4 1.64 0.7 21 1.34 1.3 1.02 1.6 1.13 2.05 1.37 1.67 0.72 22 1.35 1.32 1.02 1.74 1.24 2.12 1.41 1.69 0.75 23 1.38 1.35 1.05 1.76 1.17 2.2 1.62 1.72 0.77 24 1.44 1.33 1.04 1.85 1.19 2.26 1.78 1.73 0.79 25 1.47 1.37 1.09 1.8 1.23 2.31 1.83 1.74 0.83 26 1.58 1.37 1.11 1.89 1.25 2.48 1.95 1.77 0.88 27 1.64 1.4 1.17 1.98 1.25 2.59 1.94 1.79 0.93 28 1.65 1.47 1.17 2 1.27 2.63 2.13 1.83 0.96 29 1.67 1.48 1.18 2.12 1.29 2.77 2.18 1.86 0.99 30 1.69 1.54 1.23 2.34 1.34 2.8 2.29 1.87 1.03
27
Lampiran 9 Pengaruh perlakuan terhadap volume kanker payudara pada tikus
Hari ke Kontrol positif (cm
3
) Kontrol negatif (cm3)
V1 V2 V3 V4 V1 V2 V3 V4 1 7.185 7.185 8.442 11.061 8.561 14.172 13.314 4.793 2 7.406 7.185 8.802 12.141 8.561 14.172 14.658 5.252 3 7.406 7.185 9.420 12.261 8.561 14.068 14.865 5.731 4 7.295 7.075 9.546 12.823 8.681 14.390 15.076 5.830 5 7.075 7.295 9.170 12.160 8.681 14.496 14.959 5.441 6 7.295 7.185 7.295 9.797 8.561 14.496 15.208 5.634 7 7.185 7.185 7.744 10.645 8.561 14.496 16.357 5.830 8 6.859 7.185 7.973 10.486 8.561 15.056 17.190 5.830 9 6.859 7.185 7.518 9.724 8.681 15.056 17.573 5.929 10 6.859 7.185 6.859 9.179 8.561 15.987 17.849 5.929 11 6.753 7.185 5.252 9.045 8.681 16.453 17.739 6.029 12 6.647 6.859 5.252 8.457 8.681 17.020 18.078 6.130 13 6.647 6.859 5.066 8.216 8.681 17.020 18.667 6.542 14 6.647 6.753 4.187 7.263 8.802 18.006 19.273 6.542 15 6.647 6.542 5.252 6.674 9.047 18.790 19.776 6.967 16 6.753 6.542 4.187 6.057 9.170 19.026 19.962 7.518 17 6.753 6.542 4.187 5.929 9.170 19.942 20.509 7.295 18 6.647 6.437 5.158 5.102 9.170 20.358 21.460 9.801 19 6.542 6.437 5.634 4.525 9.420 20.257 22.263 9.295 20 6.542 6.437 5.252 4.401 9.546 21.337 22.779 9.801 21 6.542 6.029 4.187 4.283 10.058 21.772 30.623 10.320 22 6.231 5.441 4.442 3.934 12.386 22.444 25.928 10.987 23 5.252 5.346 4.021 3.228 13.116 23.010 26.911 11.816 24 5.929 4.974 3.467 2.453 13.868 23.717 28.852 11.816 25 6.029 4.442 2.884 1.936 15.757 23.654 30.229 12.676 26 5.731 3.778 3.169 1.382 16.915 24.367 33.464 14.640 27 6.130 3.096 2.747 0.716 18.994 25.061 36.314 15.757 28 5.731 2.482 2.547 0.456 22.925 26.981 42.172 18.639 29 3.699 2.293 2.170 0.203 27.438 26.832 45.932 21.007 30 3.778 2.110 2.051 0.181 32.589 35.230 51.221 25.130
Jumlah 193.052 178.434 163.880 194.719 360.391 587.669 709.199 284.904
Lanjutan
Hari ke Dosis 1 (cm
3
) Dosis 2 (cm3)
V1 V2 V3 V4 V1 V2 V3 V4 1 9.673 4.442 15.076 7.185 9.523 6.945 8.442 14.496 2 9.673 4.974 15.238 7.406 9.523 7.473 8.442 14.603 3 10.584 4.974 14.972 7.630 9.693 11.299 8.561 13.726 4 10.189 5.252 15.790 7.973 9.893 12.160 9.170 14.496 5 10.189 5.830 16.576 8.802 10.249 12.284 10.189 15.056 6 10.584 6.231 17.750 8.089 10.330 12.933 9.295 14.377 7 10.718 6.859 18.583 8.206 9.949 13.131 10.452 13.947 8 11.398 7.075 18.920 8.802 9.232 12.943 11.537 13.509 9 10.852 6.542 17.057 9.170 9.948 13.083 12.099 15.035 10 11.398 6.859 18.933 9.546 11.888 13.227 12.969 15.717 11 11.816 6.542 18.859 9.929 12.470 13.043 12.969 15.173 12 12.099 8.000 19.845 10.452 12.585 13.525 12.099 17.030 13 12.822 9.188 20.190 9.546 12.451 13.758 12.386 17.138 14 12.822 10.732 20.406 9.673 13.044 13.708 13.116 18.493 15 12.386 12.179 20.439 10.189 13.952 13.950 12.676 19.193 16 12.386 13.324 21.320 10.987 14.922 14.032 12.242 19.872 17 14.021 18.691 22.341 10.987 16.786 14.242 12.822 19.790 18 13.868 20.201 23.252 12.099 18.161 14.674 13.565 20.909 19 12.969 21.915 24.458 12.386 18.376 14.242 14.797 21.537 20 10.987 25.081 24.237 13.265 19.037 14.684 14.174 21.518 21 14.955 25.365 27.704 12.386 18.949 16.064 17.594 21.705 22 15.114 26.417 31.255 13.265 19.281 19.113 18.817 22.636 23 15.434 26.543 34.534 13.716 20.219 18.700 20.263 25.856 24 16.413 27.619 38.640 14.329 20.616 20.258 21.384 28.408 25 18.639 27.160 40.026 14.640 21.879 19.899 22.340 29.580 26 22.925 28.072 42.214 14.640 23.468 21.497 25.750 32.278 27 27.011 29.978 41.147 14.329 25.197 22.955 28.085 32.792 28 27.438 32.660 45.987 14.955 26.176 23.499 28.959 36.874 29 27.868 36.529 50.604 15.273 26.676 25.784 32.124 38.484 30 29.623 39.472 54.541 16.084 28.221 30.442 32.823 41.037
29
Lampiran 10 Persentase perubahan volume kanker payudara
Kelompok volume awal volume akhir % perubahan
Kontrol positif 8,468 2,030 76.023
Kontrol negatif 10,210 36,043 -253.005
dosis 1 9,094 34,930 -284.105
dosis 2 9,852 33,131 -236.302
Keterangan : tanda (-) menyatakan terjadi penambahan volume kanker payudara.
% perubahan = [(V
awal– V
akhir)/ V
awal]
x 100%
= (8.468 – 2.030)/8.468 x100%
=
76.023
%