• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Risiko Produksi Buncis Mini pada PD Pacet Segar, Kabupaten Cianjur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Risiko Produksi Buncis Mini pada PD Pacet Segar, Kabupaten Cianjur"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN RISIKO PRODUKSI BUNCIS MINI

PADA PD PACET SEGAR, KABUPATEN CIANJUR

MARISA IBELA GUSTIANI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

MARISA IBELA GUSTIANI. Pengelolaan Risiko Produksi Buncis Mini pada PD Pacet Segar, Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh YANTI NURAENI MUFLIKH.

Salah satu komoditas penting dari subsektor hortikultura dan berpeluang untuk dikembangkan adalah sayuran. Buncis mini merupakan salah satu komoditas sayuran yang jumlah produksinya cenderung meningkat setiap tahunnya. Kegiatan budidaya buncis mini tidak terlepas dari adanya risiko produksi. PD Pacet Segar merupakan salah satu perusahaan yang mengusahakan buncis mini di Kabupaten Cianjur. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber risiko produksi buncis mini, menganalisis kemungkinan terjadinya risiko dan dampak dari sumber risiko produksi buncis mini terhadap penerimaan, serta menganalisis alternatif strategi yang tepat untuk mengatasi risiko produksi buncis mini. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis risiko. Penelitian ini dikaji menggunakan data primer dan data sekunder, kedua data tersebut bersifat kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian, sumber-sumber risiko produksi buncis mini yang ditemukan adalah perubahan cuaca, kualitas benih, penyakit, serta adanya serangan hama. Perubahan cuaca merupakan sumber risiko yang kemungkinan terjadi dan dampaknya paling besar. Hasil pemetaan risiko menunjukan bahwa terdapat dua macam penanganan strategi yaitu strategi preventif dan mitigasi.

Kata kunci : Buncis mini, risiko produksi, sumber risiko

ABSTRACT

MARISA IBELA GUSTIANI. Risk Management of Mini Bean Production in PD Pacet Segar, Cianjur Regency. Supervised by YANTI NURAENI MUFLIKH.

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Risiko Produksi Buncis Mini pada PD Pacet Segar Kabupaten Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Marisa Ibela Gustiani NIM H34114020

(4)

PENGELOLAAN RISIKO PRODUKSI BUNCIS MINI

PADA PD PACET SEGAR, KABUPATEN CIANJUR

MARISA IBELA GUSTIANI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)
(6)

Judul Skripsi : Pengelolaan Risiko Produksi Buncis Mini pada PD Pacet Segar, Kabupaten Cianjur

Nama : Marisa Ibela Gustiani

NIM : H34114020

Disetujui oleh

Yanti Nuraeni Muflikh, SP., M. Agribuss Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengelolaan Risiko Produksi Buncis Mini pada PD Pacet Segar, Kabupaten Cianjur, sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Alih Jenis Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan hasil penelitian penulis yang dilaksanakan di PD Pacet Segar, Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yang dilaksanakan sejak bulan Maret hingga Mei 2013.

Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih secara tertulis sebagai bentuk penghargaan kepada kedua orang tua serta kedua adik tercinta yang telah memberikan dukungan, doa, dan materi yang mengantarkan penulis pada satu titik menuju masa depan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Yanti Nuraeni Muflikh, SP., M.Agribuss sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Ibu Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM dan Ibu Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji utama dan dosen penguji akademik yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini, Bapak Dr. Amzul Rifin, SP., MA. sebagai dosen evaluator kolokium yang telah memberikan saran sebelum penulis turun lapang. Penghargaan tak lupa penulis sampaikan kepada Ibu/Bapak dosen yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis, keluarga besar PD Pacet Segar yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan penelitian dan telah membantu selama pengumpulan data, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013

(8)
(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR LAMPIRAN v

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 9

Manfaat Penelitian 9

Ruang Lingkup Penelitian 9

TINJAUAN PUSTAKA 10

Sumber-Sumber Risiko Agribisnis 10

Metode Analisis Risiko 11

Strategi Penanganan Risiko 12

KERANGKA PEMIKIRAN 13

Kerangka Pemikiran Teoritis 13

Konsep Risiko 13

Sumber dan Jenis Risiko 15

Manajemen Risiko 16

Teknik Pemetaan 17

Kerangka Pemikiran Konseptual 18

METODE PENELITIAN 20

Lokasi dan Waktu Penelitian 20

Jenis dan Sumber Data 20

Metode Pengumpulan Data 20

Metode Analisis Data 21

Analisis Deskriptif 21

Metode Pengukuran Risiko 22

Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko 23

Analisis Dampak Risiko 24

Pemetaan Risiko 25

Penanganan Risiko 26

HASIL DAN PEMBAHASAN 27

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan 27

Lokasi Perusahaan 29

Struktur Organisasi Perusahaan 29

Deskripsi Kegiatan Bisnis 31

Deskripsi Sumber Daya Perusahaan 34

Identifikasi Sumber-Sumber Risiko 35

(10)

Analisis Dampak Risiko Produksi 45

Pemetaan Risiko Produksi 49

Alternatif Strategi Penanganan Risiko Produksi 51

SIMPULAN DAN SARAN 55

DAFTAR PUSTAKA 57

(11)

DAFTAR TABEL

1 Nilai PDB hortikultura di Indonesia tahun 2008-2012 1 2 Perkembangan nilai ekspor dan impor produk hortikultura segar 2 3 Jumlah penduduk Indonesia tahun 1980, 1990, 1995, 2000, 2010, dan 2012 3 4 Produksi sayuran di Indonesia tahun 2009 – 2012 3 5 Tingkat konsumsi buncis mini di Indonesia tahun 2008-2012 4 6 Produksi buncis mini di Jawa Barat tahun 2009 – 2012 5 7 Produksi buncis mini di PD Pacet Segar tahun 2011 – 2013 7

8 Pola tanam buncis mini di PD Pacet Segar 7

9 Analisis probabilitas sumber risiko perubahan cuaca 41 10 Analisis probabilitas sumber risiko kualitas benih 42

11 Analisis probabilitas sumber risiko penyakit 43

12 Analisis probabilitas sumber risiko serangan hama 44 13 Hasil perhitungan probabilitas sumber-sumber risiko produksi budidaya 45 14 Analisis dampak sumber risiko perubahan cuaca 46

15 Analisis dampak sumber risiko kualitas benih 47

16 Analisis dampak sumber risiko penyakit 47

17 Analisis dampak sumber risiko hama 48

18 Nilai VaR dari masing-masing sumber risiko produksi buncis 48 19 Status risiko untuk setiap sumber risiko produksi buncis mini pada

PD Pacet Segar 49

DAFTAR GAMBAR

1 Risk-Uncertainty Continuum 14

2 Proses pengelolaan risiko perusahaan 16

3 Peta risiko 17

4 Langkah pemikiran operasional penelitian Pengelolaan Risiko Produksi

Buncis Mini pada PD Pacet Segar 19

5 Penanganan risiko (preventif) 26

6 Penanganan mitigasi risiko 27

7 Struktur organisasi PD Pacet Segar tahun 2013 30

8 Hasil pemetaan sumber-sumber risiko 50

9 Penanganan risiko dengan strategi preventif 53

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Dokumentasi di lokasi penelitian 59

2 Kuesioner Penelitian Pengelolaan Risiko Produksi Buncis Mini

pada PD Pacet Segar, Kabupaten Cianjur 62

(13)
(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian telah ikut mendukung kehidupan ekonomi masyarakat melalui sub sektor tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Sektor pertanian perlu didukung pengembangannya sebagai penggerak perekonomian, agar sektor ini memiliki peluang berkembang lebih besar. Indonesia sebagai salah satu negara yang beriklim tropis mempunyai potensi dan kesempatan yang cukup besar untuk memanfaatkan peluang usaha di bidang hortikultura, mengingat masih tersedia lahan yang luas dan masih minimnya sentuhan teknologi (Hanindita, 2008). Pada sektor pertanian, hortikultura menempati posisi yang penting sebagai produk yang berpotensi untuk dikembangkan karena bernilai komersial tinggi dan mempunyai peran strategis dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Keragaman produk hortikultura di Indonesia juga mulai meningkat. Banyak jenis dan varietas baru ditanam untuk memenuhi permintaan pasar akan berbagai macam jenis produk hortikultura. Seiring dengan kemajuan perekonomian, pendidikan, peningkatan pemenuhan untuk kesehatan dan lingkungan menyebabkan permintaan produk hortikultura semakin meningkat.

Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dan berpotensi besar untuk dikembangkan. Subsektor ini merupakan salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat, memiliki peran penting dalam kegiatan perdagangan, serta dalam penyerapan tenaga kerja. Subsektor hortikultura terdiri dari sayuran, buah-buahan, florikultura, dan biofarmaka yang memberikan banyak manfaat bagi penggunanya. Komoditas sayuran, buah-buahan, dan biofarmaka merupakan sumber vitamin, mineral, serta pemenuhan kebutuhan akan serat untuk kesehatan. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Hortikultura, nilai PDB dari subsektor hortikultura cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat pada data yang disajikan dalam Tabel 1 :

Tabel 1 Nilai PDB hortikultura di Indonesia tahun 2008-2012 (milyar)

Komoditas Nilai PDB (Rp) pertumbuhan (%) Rata-rata

2008 2009 2010 2011 2012 (*)

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2012 (diolah) Keterangan :

(*)

Angka sementara

(15)

pertumbuhan paling tinggi yaitu 15.93 persen. Komoditas sayuran memiliki pertumbuhan sebesar 5.43 persen yang merupakan nilai terbesar kedua setelah komoditas biofarmaka. Kontribusi dari kelompok buah-buahan adalah sebesar 0.69 persen sedangkan untuk kelompok florikultura memiliki nilai PDB yang cenderung menurun. Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif, baik untuk mengisi kebutuhan pasar domestik maupun internasional mengingat potensi permintaan pasarnya baik di dalam maupun di luar negeri besar dan nilai ekonominya yang tinggi. Selain itu, potensi dari subsektor hortikultura dapat dilihat dari peningkatan nilai impor setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 :

Tabel 2 Perkembangan nilai ekspor dan impor produk hortikultura segar di Indonesia tahun 2011-2012 (US$)

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2012 (diolah) Keterangan :

(*)

Angka sementara

Berdasarkan informasi pada Tabel 2, laju pertumbuhan nilai impor komoditas sayuran dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 16.78 persen dan diikuti oleh penurunan nilai ekspornya. Makna dari nilai ekspor dan impor produk hortikultura segar tersebut mengindikasikan beberapa kemungkinan seperti permintaan konsumen dalam negeri belum terpenuhi seluruhnya oleh produsen sayuran dalam negeri sehingga pemerintah harus mendatangkan sayuran dari negara lain, konsumen domestik cenderung lebih menyukai produk luar negeri karena kualitasnya yang lebih baik, atau ketidakmampuan petani dalam negeri dalam memproduksi atau membudidayakan komoditas tersebut, terjadinya gagal panen, serta terjadinya penurunan produksi yang disebabkan oleh beberapa hal seperti serangan hama dan penyakit, pengaruh faktor alam, ataupun penguasaan teknologi pertanian yang masih minim (Yamin, 2012). Oleh karena itu, komoditas-komoditas hortikultura perlu dikembangkan selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat juga karena berpotensi dalam meningkatkan penghasilan petani.

(16)

Kementrian pertanian menyatakan bahwa pada tahun 2012 tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap sayuran adalah sebesar 40 kilogram per kapita per tahun sedangkan ahli buah tropika IPB menyatakan bahwa tingkat konsumsi masyarakat Indonesia pada tahun 2012 terhadap buah-buahan hanya sebesar 35.8 kilogram per kapita per tahun1, dengan kata lain bahwa masyarakat Indonesia mengkonsumsi sayuran cenderung lebih banyak dibandingkan buah-buahan. Kondisi tersebut disebabkan karena sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi sayuran sebagai menu pelengkap nasi sebagai makanan pokok sehingga posisi sayuran lebih penting dibandingkan dengan konsumsi buah-buahan. Pengetahuan masyarakat terhadap manfaat sayuran serta perubahan pola konsumsi dan tingkat kesejahteraan masyarakat juga dapat membuka peluang akan meningkatnya permintaan sayuran.Selain itu konsumsi masyarakat pun akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah penduduk Indonesia tahun 1980, 1990, 1995, 2000, 2010, dan 2012 (juta jiwa)

No Tahun Jumlah penduduk

1 1980 147.49

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012

Setiap daerah di Indonesia memiliki komoditas sayuran unggulan yang disesuaikan dengan letak geografis daerah tersebut yang dapat dikembangkan bagi kesejahteraan masyarakat sekitar. Beberapa jenis sayuran yang diproduksi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4 :

Tabel 4 Produksi sayuran di Indonesia tahun 2009 – 2012 (ton)

Komoditas Tahun Pertumbuhan

(17)

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa produksi sayuran di Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah produksi sayuran yang cenderung meningkat setiap tahunnya walaupun dengan persentase pertumbuhan yang berbeda-beda untuk setiap jenis sayuran tersebut. Kementerian Pertanian mengungkapkan standar konsumsi sayuran yang direkomendasikan oleh Food and Agricultural Organization (FAO) adalah sebesar 65.75 kilogram per kapita per tahun, sedangkan tingkat konsumsi sayuran masyarakat Indonesia pada tahun 2012 hanya sebesar 40 kilogram per kapita per tahun2. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan budidaya sayuran di Indonesia sangat prospektif karena tingkat konsumsi sayuran masyarakat Indonesia masih dapat terus meningkat.

Buncis mini merupakan salah satu komoditas sayuran yang jumlah produksinya cenderung meningkat setiap tahunnya walaupun pertumbuhannya sangat kecil jika dibandingkan dengan komoditas lainnya seperti yang tertera pada Tabel 4. Pertumbuhan produksi buncis mini pada tahun 2012 di Indonesia meningkat sebesar 0.16 persen, dari jumlah produksi 336 494 ton pada tahun 2011 menjadi 337 041 ton pada tahun 2012. Walaupun komoditas buncis mini bukan salah satu sayuran unggulan, tetapi komoditas tersebut banyak dicari oleh negara lain seperti Singapura salah satunya. Adanya peluang untuk mengekspor buncis mini ke Singapura adalah sebanyak satu sampai dua ton perhari akan tetapi Indonesia baru bisa memenuhi 20 persen dari total permintaan3.

Buncis mini merupakan tanaman yang berumur pendek dan hanya tumbuh di dataran menengah (500-900 m dpl) sampai dataran tinggi (1 000-1 500 m dpl). Budidaya buncis mini tampaknya menjadi pilihan potensial bagi petani, selain tidak banyak yang mengusahakannya, harga jual buncis mini pun relatif tinggi. Prospek dari sayuran buncis mini ini dapat dilihat dari tingkat konsumsi buncis mini di Indonesia pada Tabel 5.

Tabel 5 Tingkat konsumsi buncis mini di Indonesia tahun 2008-2012 No Tahun Tingkat konsumsi per kapita per tahun (kilogram)

1 2008 0.89

2 2009 0.94

3 2010 0.83

4 2011 0.83

5 2012 0.89

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012

Berdasarkan informasi pada Tabel 5, rata-rata pertumbuhan tingkat konsumsi buncis mini mulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 yaitu sebesar 0.26 persen. Tingkat konsumsi buncis mini diperkirakan akan terus meningkat karena kebutuhan pemenuhan gizi masyarakat. Target pasar untuk buncis mini ini adalah pasar modern. Saat ini, keberadaan petani yang

2

Prabowo HE. 2010. Tingkat Konsumsi Sayuran Masih Rendah.http;//kesehatan.kompas.com/read /2010/06/11/0820874/Tingkat.Konsumsi.Sayuran.Masih.Rendah [diakses pada 28 April 2013]

3

(18)

membudidayakan buncis mini telah menyebar di seluruh wilayah Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6 :

Tabel 6 Produksi buncis mini di Jawa Barat tahun 2009 – 2012 (ton)

Kabupaten/Kota

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, 2012 (diolah) Keterangan :

(*) Angka sementara

Berdasarkan informasi pada Tabel 6, Kabupaten Cianjur merupakan salah satu sentra produksi buncis mini di Jawa Barat karena kondisi alam kawasan ini mendukung untuk kegiatan budidaya buncis mini. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Pertanian Jawa Barat, produksi buncis di Kabupaten Cianjur cenderung meningkat setiap tahunnya mulai dari tahun 2009 hingga tahun 2012. Kabupaten Cianjur merupakan daerah produksi buncis mini yang pertumbuhannya paling besar diantara daerah lainnya di Jawa Barat yaitu mencapai 138.65 persen.

Buncis mini sudah mulai banyak dibudidayakan di Kecamatan Pacet, sejak tahun 2000. PD Pacet Segar yang berlokasi di Jalan Raya Ciherang Nomor 48, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu perusahaan yang membudidayakan buncis mini. Daerah ini cocok untuk kegiatan budidaya buncis karena letak geografisnya yang sesuai dengan syarat tumbuh buncis. Kecamatan Pacet terletak diantara ketinggian 900 sampai 1 400 mdpl dengan jenis tanah latosol, andosol, dan regosol4. Jenis tanah ini cocok untuk kegiatan budidaya buncis mini karena memiliki drainase yang baik. Jenis buncis yang diusahakan oleh PD Pacet Segar adalah buncis mini tipe tegak varieras Le 14 yang merupakan salah satu jenis sayuran buncis dengan umur panen lebih muda dibandingkan jenis buncis pada umumnya. Buncis mini memiliki dua tipe pertumbuhan, yaitu tipe merambat dan tegak. Buncis mini dengan tipe merambat memerlukan turus setinggi kurang lebih dua meter dalam pertumbuhannya, sedangkan untuk buncis mini dengan tipe tegak pada umumnya berbentuk semak dengan tinggi sekitar 30 centimeter (Setianingsih 2002).

4

(19)

Buncis mini memiliki ukuran yang lebih kecil dengan bentuk polong yang lurus, serta belum memiliki tonjolan biji pada polongnya. Pemilihan PD Pacet Segar ini dikarenakan luasan lahan yang digunakan untuk budidaya buncis mini ini paling luas di Desa Ciherang. Selain itu, perusahaan juga selalu melakukan pencatatan mengenai hasil panen yang diperoleh walaupun pencatatannya belum begitu rapi.

Secara umum, kegiatan produksi komoditas hortikultura khususnya untuk kelompok sayuran memiliki risiko yang berasal dari berbagai jenis sumber. Begitu pula yang terjadi pada kegiatan usaha budidaya sayuran di PD Pacet Segar. Buncis mini merupakan komoditas unggulan pada perusahaan ini dibandingkan dengan komoditas lainnya. Luas panen, jumlah produksi, dan produktivitas buncis di PD Pacet Segar mengalami perkembangan yang fluktuatif. Beberapa faktor dapat menyebabkan penurunan produksi buncis mini seperti adanya serangan hama penyakit, sedangkan peningkatan jumlah produksi buncis mini disebabkan oleh bertambahnya permintaan. Adanya fluktuasi produksi tersebut, maka diidentifikasi PD Pacet Segar menghadapi risiko produksi dalam membudidayakan buncis mini. Fluktuasi produksi buncis mini yang terjadi akan mempengaruhi jumlah penerimaan PD Pacet Segar, meskipun harga jual buncis mini ini relatif stabil atau tidak mengalami fluktuasi harga karena perusahaan telah terikat kontrak dengan ICDF (International Cooperation Development Fund) untuk menjual buncis mini tersebut sehingga harga relatif tetap sesuai dengan kesepakatan. Risiko produksi yang terjadi tersebut perlu diperhitungkan, karena risiko akan memberikan dampak kerugian perusahaan. Kerugian perusahaan dapat diminimalisir ketika kemungkinan terjadinya risiko produksi dapat diantisipasi, sehingga dampak yang mungkin ditimbulkan juga dapat diminimalisir.

Perumusan Masalah

(20)

berfluktuasi. Data produksi dan produktivitas buncis mini sepuluh periode terakhir dapat dilihat pada Tabel 7 :

Tabel 7 Produksi buncis mini di PD Pacet Segar tahun 2011 – 2013

Waktu

Sumber : PD Pacet Segar, 2013

Berdasarkan data pada Tabel 7, produksi dan produktivitas buncis mini pada PD Pacet Segar mengalami fluktuasi dalam sepuluh periode terakhir (Januari 2012 – Mei 2013). Namun pada kenyataannya produktivitas buncis mini pada PD Pacet Segar mengalami penurunan pada musim tanam tertentu. Budidaya buncis mini pada PD Pacet Segar dilakukan dengan menggunakan pola tanam tertentu. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar panen dapat kontinu setiap dua hari sekali. Proses pemanenan dilakukan setalah tanaman berumur 45 hari dan dapat dipanen secara kontinu selama 30 hari. Setelah itu lahan produksi didiamkan (diberakan) selama 15 hari sebelum dilakukan penanaman selanjutnya. Pemanenan pada kondisi normal dilakukan sebanyak 15 kali penen. Pola tanam buncis mini ini dapat dilihat pada Tabel 8 berikut :

Tabel 8 Pola tanam buncis mini di PD Pacet Segar

(21)

Keterangan : pada Tabel 8 dilakukan dengan membagi lahan tersebut menjadi dua bagian, yaitu lahan a dan lahan b yang masing-masing lahan memiliki luas 5 000 meter2. Penanaman benih buncis mini pada lahan b dilakukan setelah benih buncis mini pada lahan a, yang telah ditanam sebelumnya, mulai memasuki waktu panen yaitu hari ke-46 setelah tanam sehingga pada saat buncis mini pada lahan a telah habis dipanen, pihak perusahaan dapat melakukan panen untuk pada lahan b, dan begitu seterusnya untuk menjaga ketersediaan produk.

Fluktuasi produksi yang disajikan pada Tabel 7 menunjukkan adanya risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan. Penilaian risiko buncis mini dilakukan dengan melihat nilai variance, standar deviation, dan coefficient variation. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai variance yaitu sebesar 80 558 346 240 000 dan nilai standar deviation diperoleh sebesar 8 975 430. Nilai coefficient variation yang diperoleh sebesar 0.22, dapat dilihat bahwa nilai variance yang diperoleh dari penilaian risiko produksi buncis mini ini berbanding lurus dengan nilai standard deviation yaitu jika nilai variance tinggi maka nilai standard deviation juga akan tinggi.

Penilaian risiko produksi yang lebih baik adalah dengan menggunakan coefficient variation karena telah menggunakan ukuran yang sama yaitu risiko untuk setiap return yang diperoleh perusahaan. Semakin besar coefficient variation maka semakin besar risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Kegiatan usaha budidaya buncis mini ini memiliki risiko produksi yang cukup tinggi yaitu dengan nilai coefficient variation sebesar 0.22. Nilai tersebut memiliki arti bahwa setiap satu kilogram hasil buncis mini yang diperoleh akan menghadapi risiko sebanyak 0.22 kilogram pada saat terjadinya risiko produksi. Sedangkan nilai coefficient variation untuk tanaman buncis pada umumnya (non mini) yaitu sebesar 0.12 (Widasari 2012), artinya bahwa risiko produksi yang dihadapi pada produksi buncis mini lebih besar jika dibandingkan dengan risiko produksi buncis pada umumnya (non mini).

Risiko produksi yang dihadapi memiliki dampak bagi perusahaan yaitu akan mempengaruhi pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis terhadap peluang dan dampak dari sumber risiko tersebut terhadap pendapatan perusahaan. Berdasarkan kondisi yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apa saja sumber-sumber risiko produksi buncis mini pada PD Pacet Segar?

2. Berapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan dampak dari sumber-sumber risiko produksi buncis mini terhadap penerimaan PD Pacet Segar? 3. Bagaimana alternatif strategi yang tepat untuk mengatasi risiko produksi

(22)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi buncis mini pada PD

Pacet Segar.

2. Menganalisis kemungkinan terjadinya risiko dan dampak dari sumber-sumber risiko produksi buncis mini terhadap penerimaan PD Pacet Segar.

3. Menganalisis alternatif strategi yang tepat untuk mengatasi risiko produksi buncis mini yang dihadapi oleh PD Pacet Segar.

Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan memberikan manfaat untuk berbagai pihak terkait, diantaranya :

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak PD Pacet Segar dalam mengambil keputusan bisnis, sehingga perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat.

2. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya, sehingga penelitian selanjutnya dapat menganalisis lebih dalam lagi khususnya penulisan ilmiah mengenai analisis usahatani buncis mini.

3. Menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam bidang agribisnis.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian mengenai analisis risiko produksi buncis mini yang dilakukan adalah :

1. Komoditas yang dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah buncis mini yang di usahakan di PD Pacet Segar.

2. Data yang digunakan merupakan data primer berupa hasil wawancara dan diskusi langsung dengan pihak PD Pacet Segar dan data sekunder berupa data produksi buncis mini pada Januari 2012 sampai dengan Mei 2013. 3. Kajian masalah yang diteliti difokuskan pada analisis risiko produksi serta

alternatif strategi penanganan risiko.

(23)

TINJAUAN PUSTAKA

Sumber-Sumber Risiko Agribisnis

Penelitian mengenai analisis risiko dalam suatu usaha telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti. Hal ini menandakan bahwa risiko merupakan hal yang penting untuk diperhitungkan dalam menjalankan suatu usaha, sehingga penting untuk dikaji, ditelusuri, dan dipelajari sumber-sumber risiko yang ada pada usaha tersebut, kemudian melakukan pengukuran risiko untuk mengetahui dampak, dan menentukan alternatif strategi penanganan risiko tersebut, terutama dalam sektor agribisnis yang merupakan usaha dengan makhluk hidup sebagai objek usaha yang sangat membutuhkan penanganan risiko yang efektif.

Berdasarakan hasil penelitian Yamin (2012), sumber-sumber risiko produksi yang terjadi pada budidaya tomat cherry adalah yaitu perubahan cuaca, serangan hama, penyakit, kualitas bibit, dan sumber daya manusia. Menurut Widasari (2012), sumber-sumber risiko produksi pada budidaya buncis dan wortel antara lain karena adanya ketidakpastian cuaca dan iklim, hama penyakit tanaman, dan kurangnya skill tenaga kerja. Sedangkan sumber risiko harga muncul karena adanya fluktuasi harga sayuran di pasaran serta adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran sayuran. Cher (2011) dalam penelitiannya memaparkan bahwa risiko produksi yang dihadapi oleh PT Masada Organik Indonesia dalam mengusahakan beberapa jenis komoditi sayuran organiknya disebabkan karena adanya beberapa sumber risiko. Sumber-sumber risiko produksi tersebut adalah cuaca yang sulit diprediksi, tingginya kelembaban akibat timbulnya kabut, serta adanya hama dan penyakit tanaman.

Sumber-sumber risiko produksi yang diidentifikasi oleh Situmeang (2011) dalam penelitiannya terhadap petani cabai merah keriting Pondok Menteng antara lain hama dan penyakit, kondisi cuaca dan iklim, tenaga kerja dan kondisi tanah. Semua risiko tersebut akan mempengaruhi hasil produksi sehingga menyebabkan kerugian. Jamilah (2010) melakukan penelitian mengenai Risiko Produksi Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat dan menyebutkan bahwa sumber-sumber risiko produksi yang teridentifikasi antara lain faktor iklim dan cuaca, pengaruh hama dan penyakit tanaman, tingkat kesuburan lahan, efektivitas penggunaan input, serta keterampilan tenaga kerja yang kurang.

(24)

Metode Analisis Risiko

Pengukuran risiko dilakukan untuk mengukur pengaruh sumber-sumber risiko terhadap suatu kegiatan bisnis melalui penggunaan suatu alat analisis tertentu. Salah satu alat analisis yang digunakan dalam pengukuran risiko adalah koefisien variasi (coefficient variation), ragam (variance), dan simpangan baku (standard deviation). Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain, jika nilai ketiga indikator tersebut semakin kecil maka risiko yang dihadapi kecil. Ketiga alat analisis ini digunakan oleh Widasari (2012), Cher (2011), Situmeang (2011), dan Jamilah (2010) dalam penelitiannya. Berbeda dengan Yamin (2012), yang menggunakan perhitungan rata-rata kejadian berisiko, standart deviation, z-score, probabilitas, dan VaR. Setelah dilakukan perhitungan VaR, selanjutnya dilakukan pemetaan terhadap sumber-sumber risiko yang akhirnya muncul strategi penanganan terhadap risiko yang dihadapi.

Menurut Widasari (2012), hasil analisis risiko pada pola spesialisasi jika dilihat dari tingkat produktivitas dapat dijelaskan bahwa tomat memiliki risiko produksi lebih besar dibandingkan buncis, karena tomat lebih rentan terhadap hama dan penyakit. Apabila dilihat berdasarkan tingkat harga, tomat juga memiliki tingkat risiko lebih tinggi dibandingkan tingkat risiko pada buncis, karena tomat memiliki sifat mudah rusak dan busuk sehingga pada umumnya diperlukan penanganan lebih agar tomat tidak mudah rusak.

(25)

Situmeang (2011), memperoleh perhitungan coefficient variation besaran risiko yang dihadapi oleh petani Pondok Menteng dalam usahatani cabai merah keriting yaitu 0.5, artinya untuk setiap satu kilogram cabai merah keriting yang dihasilkan akan mengalami risiko sebesar 0.5 kg pada saat terjadi risiko produksi. Berdasarkan hasil penelitian Jamilah (2010), yang menggunakan analisis risiko seperti variance, standard deviation, dan coefficient variation mengatakan bahwa analisis risiko produksi dilakukan berdasarkan nilai produktivitas dan pendapatan bersih petani dari kegiatan yang dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa dari return produktivitas, risiko produksi wortel di kawasan agropolitan Cianjur sebesar 0.26 atau 26 persen. Artinya, untuk setiap satu satuan hasil produksi yang diperoleh petani wortel, maka risiko (kerugian) yang dihadapi adalah sebesar 0.26 satuan atau 26 persen. Sementara itu, risiko produksi yang dihadapi petani bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur adalah sebesar 0.29 atau 29 persen. Artinya, untuk setiap satu satuan hasil produksi yang diperoleh petani bawang daun, maka risiko (kerugian) yang dihadapi adalah sebesar 0.29 satuan atau 29 persen. Nilai ini diperoleh dari hasil penilaian risiko yang menggunakan ukuran coefficient variation.

Berbeda dengan Yamin (2012), yang menghitung probabilitas serta dampak adanya risiko. Sumber risiko yang disebabkan oleh perubahan cuaca memiliki probabilitas dan dampak yang paling besar, yaitu 44 persen dan Rp9 722 492 dan sumber risiko sumber daya manusia memiliki probabilitas dan dampak paling kecil, yaitu 6.8 persen dan Rp198 339. Oleh karena itu dalam manajemen risiko, setelah mengidentifikasi sumber risiko dan melakukan pengukuran risiko maka dilakukan penanganan terhadap risiko.

Alat analisis yang banyak digunakan dalam pengukuran risiko produksi adalah coefficient variation, variance dan standard deviation. Namun dalam pengukuran probabilitas dan dampak dari sumber risiko digunakan alat analisis Z-score dan VaR. Berdasarkan referensi penelitian terdahulu, peneliti akan menggunakan alat analisis z-score dan VaR lalu setelah itu dilakukan pemetaan sumber-sumber risiko produksi buncis mini pada peta risiko dan dilanjutkan dengan perumusan alternatif strategi untuk menangani risiko produksi yang terjadi sehingga tujuan dari penelitian ini dapat terjawab.

Strategi Penanganan Risiko

(26)

disarankan untuk mengurangi risiko harga adalah dengan melakukan integrasi vertikal dan mengganti jenis sayuran.

Situmeang (2011) dalam penelitiannya memaparkan bahwa strategi pengelolaan risiko tanaman cabai merah keriting yang dilakukan meliputi dua hal yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif yaitu dengan melakukan perawatan secara rutin dan terencana mulai dari penyemaian sampai panen. Strategi mitigasi yakni diversifikasi tidak begitu menguntungkan karena dari hasil perhitungan portofolio besaran risiko yang dihasilkan sama yaitu sebesar 0.5. Sedangkan rekomendasi strategi penanganan risiko yang disarankan Cher (2011) untuk mengurangi terjadinya risiko produksi pada usaha sayuran organik PT Masada Organik Indonesia adalah dengan melakukan pengembangan diversifikasi produksi dan menjalin kemitraan produksi dengan petani sekitar.

Alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk menangani masalah risiko produksi menurut Jamilah (2010) dalam penelitiannya adalah dengan melakukan penyiraman pada musim kemarau dilakukan sesuai kebutuhan untuk tanaman wortel. Penyiraman juga harus dilakukan pada bedengan sebelum benih wortel disebar. Penyiraman pada musim kemarau untuk bawang daun dilakukan minggu sekali pada pagi atau sore hari. Aternatif lain untuk mengatasi cuaca adalah pengunaan mulsa plastic untuk tanaman bawang daun. Menerapkan pengendalian hama secara terpadu (PHT). Meningkatkan kesuburan lahan dengan cara pemupukan dan merotasikan pola tanam yang tepat. Menggunakan variabel input yang sesuai menurut aturan. Meningkatkan pengembangkan sumberdaya manusia dengan cara mengikuti pelatihan dan penyuluhan budidaya wortel. Selain itu, petani pemilik sebaiknya melakukan pengawasan dan menunjukkan contoh yang baik serta memberi koreksi terhadap tenaga kerja yang menggarap lahannya. Melakukan diversifikasi dengan cara tumpang sari.

Alternatif strategi penanganan risiko buncis mini ini dirumuskan setelah diperoleh nilai z-score dan VaR, maka selanjutnya dilakukan pemetaan sumber-sumber risiko pada peta risiko dan dilanjutkan dengan perumusan alternatif strategi untuk menangani risiko produksi tersebut. Berdasarkan penelitian terdahulu diketahui bahwa strategi pengelolaan risiko yang dapat digunakan untuk menangani risiko produksi adalah dengan strategi preventif dan mitigasi.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Konsep Risiko

(27)

usaha tersebut. Ada banyak pendapat mengenai risiko yang dapat membantu pembaca untuk memahami konsep risiko dengan dengan lebih jelas. Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, hal ini sesuai dengan pendapat Kountur (2004), yaitu ketidakpastian itu terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi menyangkut apa yang akan terjadi. Ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dapat berdampak merugikan atau menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang dihadapi berdampak menguntungkan disebut dengan istilah kesempatan, sedangkan ketidakpastian yang berdampak merugikan dikenal dengan istilah risiko. Kountur mendefinisikan risiko sebagai suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak merugikan.

Robinson dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan dalam bisnis. Pada umumnya peluang suatu kejadian dalam kegiatan bisnis dapat ditentukan oleh pembuat keputusan berdasarkan data historis atau pengalaman selama mengelola kegiatan usahanya. Risiko pada umumnya berdampak negatif terhadap pelaku bisnis. Ketidakpastian menunjukan peluang suatu kejadian yang tidak dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan. Sedangkan menurut Harwood, et al. (1999), risiko menunjukan kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian bagi pelaku bisnis yang mengalaminya.

Darmawi (2005), risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga. Dengan kata lain bahwa penggunaan kata ‘kemungkinan’ tersebut sudah menunjukan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko. Adanya ketidakpastian dapat menimbulkan risiko. Menurut Kountur (2008), ada tiga unsur penting dari suatu kejadian yang dianggap sebagai risiko, yaitu: (1) Merupakan suatu kejadian, (2) Kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan, jadi bisa terjadi dan bisa tidak, (3) Jika sampai terjadi, maka akan menimbulkan kerugian. Gambaran mengenai risiko dan ketidakpastian dapat dilihat dalam suatu kontinum seperti Gambar 1 berikut :

Peluang dan hasil diketahui Peluang dan hasil tidak diketahui

Gambar 1

Risk-Uncertainty Continuum

Sumber : Debertin, 1986 (dalam modul perkuliahan risiko, unpublish)

Gambar 1 menunjukan bahwa pada kontinum sebelah kiri menggambarkan kejadian yang berisiko dimana peluang dan hasil dari suatu kejadian dapat diketahui oleh pengambil keputusan. Di sisi lain pada kontinum yang terletak di sebelah kanan menggambarkan kejadian ketidakpastian dimana peluang dan hasil dari suatu kejadian tidak diketahui oleh pengambil keputusan.

(28)

Sumber dan Jenis Risiko

Menurut Harwood et al. (1999), terdapat beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi oleh petani, yaitu :

1. Risiko Produksi

Sumber risiko yang berasal dari kegiatan produksi diantaranya adalah gagal panen, rendahnya produktivitas, kerusakan barang yang ditimbulkan oleh serangan hama dan penyakit, perbedaan iklim dan cuaca, kesalahan sumberdaya manusia, dan masih banyak lagi.

2. Risiko Pasar atau Harga

Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya adalah barang tidak dapat dijual yang diakibatkan ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan, dan lain-lain. Sementara itu risiko yang ditimbulkan oleh harga antara lain harga dapat naik akibat dari inflasi.

3. Risiko Kebijakan

Risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan antara lain adanya kebijakan-kebijakan tertentu yang keluar dari dalam hal ini sebagai pemegang kekuasaan pemerintah yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha. Dalam artian kebijakan tersebut membatasi gerak dari usaha tersebut. Contohnya adalah kebijakan tarif ekspor.

4. Risiko Finansial

Risiko yang ditimbulkan oleh risiko finansial antara lain adalah adanya piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha terhambat, perputaran barang rendah, laba yang menurun akibat dari krisis ekonomi dan sebagainya.

Kountur (2008) mengelompokan jenis risiko berdasarkan sudut pandang penyebab dan dari sudut pandang akibat. Pengelompokan risiko berdasarkan sudut pandang penyebabnya dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu :

1. Risiko keuangan merupakan jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi dan keuangan seperti perubahan harga, perubahan mata uang, dan perubahan tingkat suku bunga.

2. Risiko operasional merupakan jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor operasional seperti faktor manusia, teknologi, dan alam.

Risiko yang dilihat dari sudut pandang akibat dikelompokan menjadi dua kelompok besar, yaitu :

1. Risiko spekulatif adalah jenis risiko yang dihadapi perusahaan yang dapat memberikan dua kemungkinan, yakni kemungkinan merugikan atau sebaliknya memberikan keuntungan.

(29)

Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Oleh karena itu perlu terlebih dahulu memahami tentang konsep-konsep yang dapat memberi makna, cakupan yang luas dalam rangka memahami proses manajemen tersebut. (Darmawi 2005)

Cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko merupakan definisi manajemen risiko menurut Kountur (2008). Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajemen menggunakan berbagai sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan adanya penanganan risiko yang baik, segala kemungkinan kerugian yang dapat menimpa perusahaan dapat diminimalkan sehingga biaya menjadi lebih kecil dan pada akhirnya perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Selanjutnya Kountur mengatakan dalam menangani risiko yang ada dalam perusahaan diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah proses pengelolaan risiko. Proses manajemen atau pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi perusahaan, kemudian mengukur risiko-risiko yang telah teridentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi dari risiko tersebut. Tahap berikutnya yaitu dengan menangani risiko-risiko tersebut yang selanjutnya dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana manajemen risiko telah diterapkan. Proses pengelolaan risiko perusahaan dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini :

Gambar 2 Proses pengelolaan risiko perusahaan

Sumber : Kountur, 2008

Menurut Kountur (2008), berdasarkan peta risiko dapat diketahui cara penanganan risiko yang tepat untuk dilaksanakan. Terdapat dua strategi penanganan risiko, yaitu:

1. Preventif

Preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: (a) membuat atau memperbaiki sistem, (b) mengembangkan sumber daya manusia, dan (c) memasang atau memperbaiki fasilitas fisik.

2. Mitigasi

Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Strategi mitigasi dilakukan

(30)

untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah:

a) Diversifikasi. Cara menempatkan aset di beberapa tempat sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki.

b) Penggabungan (merger). Menekankan pola penanganan risiko pada kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain.

c) Pengalihan Risiko. Cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Cara ini bermaksud jika terjadi kerugian pada perusahaan maka yang menanggung kerugian tersebut adalah pihak lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengalihkan risiko ke pihak lain, diantaranya melalui asuransi, leasing, outsourcing, dan hedging.

Teknik Pemetaan

Pemetaan risiko terkait dengan dua dimensi yaitu probabilitas terjadinya risiko dan dampaknya bila risiko tersebut terjadi. Probabilitas yang merupakan dimensi pertama menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi tingkat kemungkinan risiko terjadi, semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkikan risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya probabilitas dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Dimensi kedua yaitu dampak, merupakan tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi jika risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak suatu risiko, maka semakin perlu mendapat perhatian khusus. Sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko maka semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya untuk menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya dimensi dampak dibagi menjadi tiga tingkat yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Pembagian matriks pada pemetaan risiko dapat dilihat pada Gambar 3 berikut :

Gambar 3 Peta risiko

Sumber : Kountur, 2008

Probabilitas (%)

Dampak (Rp) Besar

Sedang

Kecil

Kecil Sedang Besar

Kuadran 1 Kuadran 2

(31)

Berdasarkan pada Gambar 3, terdapat empat kuadran utama pada peta risiko. Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian yang tinggi, namun dengan dampak yang rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kuadran II merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Pada kuadran II merupakan kategori risiko yang masuk ke dalam prioritas utama. Bila risiko-risiko pada kuadran II terjadi akan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan.

Kuadran III merupakan risiko dengan tingkat probabilitas kejadian yang rendah dan mengandung dampak yang rendah pula. Risiko-risiko yang muncul pada kuadran III cenderung diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut. Walaupun demikian, manajemen tetap perlu untuk memonitor risiko yang masuk dalam kuadran III karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk dalam kuadran III dapat pindah ke kuadran lain bila ada perubahan ekternal maupun internal yang signifikan. Kuadran IV merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian antara rendah sampai sedang, namun dengan dampak yang tinggi. Artinya, risiko-risiko dalam kuadran IV cukup jarang terjadi tetapi apabila sampai terjadi maka akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dan target perusahaan.

Kerangka Pemikiran Konseptual

Buncis mini merupakan salah satu komoditas pertanian yang potensial untuk dikembangkan, khususnya bagi PD Pacet Segar karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Namun dalam pelaksanaan proses produksinya menghadapi risiko, salah satunya adalah risiko produksi. Risiko produksi tersebut salah satu indikasinya adalah dari adanya fluktuasi produksi buncis mini. Sementara itu, faktor-faktor yang terindikasi sebagai sumber risiko produksi diantaranya adalah pengaruh perubahan cuaca, serangan hama dan penyakit, kualitas benih buncis mini, serta kesalahan sumber daya manusia. Sumber-sumber risiko produksi tersebut belum dapat dipastikan dapat menggambarkan keseluruhan sumber risiko produksi yang mungkin terdapat dalam usaha budidaya buncis mini yang dijalankan oleh PD Pacet Segar. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang benar-benar terdapat pada usaha ini.

(32)

z-score, sedangkan pengukuran dampak risiko dilakukan dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR).

Hasil analisis ini akan menunjukkan status risiko, sehingga dapat diketahui risiko produksi mana yang lebih penting untuk lebih dahulu dilakukan penanganan risikonya. Hasil analisis probabilitas dan dampak risiko produksi tersebut selanjutnya dipetakan pada peta risiko yang akan menunjukkan sebaran sumber risiko produksi terhadap peta untuk kemudian ditentukan strategi penanganan risiko yang tepat untuk mengendalikan sumber-sumber risiko tersebut. Hasil analisis terhadap risiko produksi tersebut selanjutnya diajukan kepada pihak PD Pacet Segar sebagai bahan rekomendasi. Langkah pemikiran operasional penelitian secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 4 berikut :

Keterangan :

Garis yang menyatakan hubungan pengaruh

Garis yang menyatakan alat analisis

Gambar 4 Langkah pemikiran operasional penelitian Pengelolaan Risiko Produksi Buncis Mini pada PD Pacet Segar

Adanya fluktuasi produktivitas buncis mini

(33)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PD Pacet Segar milik Alm. Bapak H. Mastur Fuad yang beralamat di Jalan Raya Ciherang Nomor 48 Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa PD Pacet Segar ini merupakan salah satu produsen buncis mini di Kabupaten Cianjur. Selain itu, sejak perusahaan berdiri sampai sekarang belum ada penelitian mengenai analisis risiko produksi buncis mini, sehingga penelitian ini akan menjadi menarik. Pengumpulan data ini dilakukan pada PD Pacet Segar mulai dari bulan Maret sampai dengan Mei 2013.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, kedua data ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data pimer diperoleh dari hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak PD Pacet Segar, yaitu pemilik dan Kasie pengadaan dan budidaya. Informasi mengenai PD Pacet Segar dan alternatif strategi yang diambil untuk menangani risiko produksi diperoleh langsung dari pemimpin perusahaan, sedangkan untuk memperoleh informasi mengenai teknik budidaya buncis mini dilakukan wawancara dengan bagian produksi. Data primer berisikan mengenai teknik pengelolaan risiko atau manajemen risiko yang dilakukan oleh perusahaan. Data sekunder diperoleh dari buku, artikel, skripsi, jurnal, serta data-data instansi terkait yang mendukung penelitian seperti Badan Pusat Statistik, Dirjen Hortikultura, Departemen Pertanian, internet, dan literatur yang relevan dengan penelitian.

Metode Pengumpulan Data

(34)

produksi kesepuluh (Februari sampai Mei 2013) merupakan hasil pengamatan langsung peniliti di lokasi penelitian. Kegiatan wawancara dilakukan dengan pihak perusahaan yaitu bagian produksi melalui pengajuan beberapa pertanyaan secara langsung dengan menggunakan kuesioner penelitian dan berdiskusi untuk mendapatkan berbagai informasi yang diperlukan dalam penelitian, seperti mengenai risiko yang biasanya dihadapi oleh PD Pacet Segar dalam proses budidaya buncis mini. Sedangkan untuk memperoleh data sekunder, teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur dan mencari data yang bersumber dari internet. Data primer dan data sekunder yang telah didapatkan kemudian diolah dan dianalisis untuk mengetahui probabilitas dan dampak dari setiap sumber risiko produksi. Proses pengambilan data dan penentuan responden dilakukan dengan metode purposive dengan pertimbangan responden memiliki kapabilitas dalam memberikan data-data yang akurat. Responden merupakan pihak yang berhubungan dan mengetahui dengan jelas mengenai produksi buncis mini dan risiko yang dihadapi PD Pacet Segar, yaitu pemilik dan Kasie pengadaan dan budidaya.

Metode Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang diperoleh dijadikan sebagai acuan pada penelitian ini. Kedua data ini akan diolah dan dianalisis melalui beberapa metode analisis yang digunakan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis risiko. Analisis risiko digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang kedua, yaitu menganalisis seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan dampak risiko produksi pada usaha budidaya buncis mini, data untuk analisis ini menggunakan data kuantitatif. Selain itu juga dilakukan pengukuran risiko menggunakan metode perhitungan variance, standar deviation, dan coefficient variation. Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama dan ketiga, yaitu menganalisis sumber-sumber risiko yang ada pada budidaya buncis mini dan alternatif manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko yang dihadapi. Adapun data yang digunakan untuk analisis ini adalah data kualitatif.

Analisis Deskriptif

(35)

Metode Pengukuran Risiko

Peluang dalam menghadapi risiko pada setiap periode bernilai sama. Pengukuran peluang diperoleh dari frekuensi kejadian setiap periode produksi yang dibagi dengan periode waktu dan secara sistematis dapat dituliskan :

P = Keterangan :

P = Peluang

f = Frekuensi kejadian T = Periode waktu

Expected return adalah jumlah dari nilai-nilai yang diharapkan terjadi peluang masing-masing dari suatu ketidakpastian. Rumus Expected return dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995) :

EŘi = ∑ .

Keterangan :

EŘi = Expected return buncis mini

Pij = Peluang dari suatu kejadian 1,2,3,...n

Rij = Return (Jumlah produksi dan harga jual buncis mini)

Alat analisis yang digunakan untuk mengukur sejauh mana risiko yang dihadapi dalam menjalankan usaha budidaya buncis mini terhadap pendapatan yang diperoleh perusahaan adalah sebagai berikut :

a) Variance

Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995) :

= ∑ ( −EŘi)2 Keterangan :

= Variance dari return buncis mini Pij = Peluang dari suatu kejadian 1,2,3,...n Rij = Return dari buncis mini

EŘi = Expected return dari buncis mini

(36)

b) Standard Deviation (Simpangan Baku)

Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance. Semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Rumus standard deviation adalah sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995) :

= Keterangan :

= Variance buncis mini

= Standard deviation buncis mini

c) Coefficient Variation (Koefisien Variasi)

Coefficient variation diukur dari rasio standard deviation dengan return yang diharapkan (expected return). Semakin kecil nilai coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Rumus coefficient variation adalah (Elton dan Gruber, 1995) :

CVi = / Eři

Keterangan :

CV = Coefficient variation buncis mini = Standard deviation buncis mini EŘi = Expected return buncis mini

Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko

Menurut Kountur (2008), risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan besarnya dampak risiko terhadap perusahaan. Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko akan terjadi. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah metode nilai standar atau z-score. Metode ini dapat digunakan apabila ada data historis dan berbentuk kontinus (desimal). Pada penelitian ini, yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi adalah data produksi buncis mini pada sepuluh periode terakhir. Langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko menggunakan metode nilai standar atau z-score dan aplikasinya pada budidaya buncis mini ini adalah:

1) Menghitung rata-rata kejadian berisiko (penurunan produksi buncis mini) Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata penurunan produksi buncis mini adalah:

(37)

Keterangan :

= Nilai rata-rata dari kejadian berisiko xi = Nilai per periode kejadian berisiko n = Jumlah data

2) Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko

Keterangan :

s = Standar deviasi dari kejadian berisiko xi = Nilai per periode dari kejadian berisiko = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko n = Jumlah data

3) Menghitung nilai standar (z-score)

Keterangan :

z = Nilai z-score dari kejadian berisiko

x = Batas risiko yang dianggap masih dalam taraf normal = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko

s = Standar deviasi dari kejadian berisiko

Jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal dan sebaliknya jika nilai z-score positif, maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi z (normal). Pada penelitian ini, penetapan angka untuk batas normal setiap sumber risiko ditentukan oleh pihak perusahaan berdasarkan nilai rata-rata kehilangan produksi dari jumlah produksi yang dihasilkan setiap periode produksi buncis mini.

4) Mencari kemungkinan terjadinya risiko produksi

Setelah nilai z-score dari budidaya buncis mini diketahui, maka selanjutnya dapat dicari kemungkinan terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari Tabel distribusi z (normal) sehingga dapat diketahui berapa persen kemungkinan terjadinya keadaan dimana produksi buncis mini yang merupakan kejadian merugikan (profit negatif).

Analisis Dampak Risiko

Metode yang paling efektif digunakan dalam mengukur dampak risiko adalah VaR (Value at Risk). VaR adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi

x

x

x

= ∑ ( )

(38)

dalam rentang waktu tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Analisis ini dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan budidaya buncis mini. Kejadian yang dianggap merugikan berupa penurunan produksi sebagai akibat dari terjadinya sumber-sumber risiko. Dalam menghitung VaR terlebih dahulu dihitung jumlah penurunan produksi buncis mini setiap periode. Jumlah penurunan tersebut (dari batas normal) kemudian dikalikan dengan harga yang terjadi pada periode yang sama dan dikali berat rata-rata yang terjadi pada periode yang sama. Setelah didapat angka kerugian dari masing-masing periode kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya, setelah itu dicari berapa besar nilai standar deviasi atau penyimpangan. Proses terakhir menetapkan batas toleransi dan mencari nilai VaR. Menurut Kountur (2008), nilai VaR dapat dihitung dengan rumus berikut :

Keterangan :

VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian berisiko = Nilai rata-rata kerugian akibat kejadian berisiko

z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5 persen s = Standar deviasi kerugian akibat kejadian berisiko

n = Banyaknya kejadian berisiko

Pemetaan Risiko

Tahapan selanjutnya yang harus dilakukan setelah diketahui nilai kemungkinan terjadinya risiko produksi serta dampaknya adalah melakukan pemetaan risiko untuk mengetahui risiko mana yang harus ditangani terlebih dahulu. Menurut Kountur (2008), sebelum dapat menangani risiko, hal yang terlebih dahulu perlu dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran mengenai posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak.

Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dibagi menjadi dua bagian, yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan kecil. Dampak risiko juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu dampak besar dan dampak kecil. Batas antara probabilitas atau kemungkinan besar dan kecil ditentukan oleh manajemen, tetapi pada umumnya risiko yang probabilitasnya 20 persen atau lebih dianggap sebagai kemungkinan besar, sedangkan kurang dari 20 persen dianggap sebagai kemungkinan kecil (Kountur 2008). Pada penelitian ini, penentuan batas tengah untuk sumbu vertikal (probabilitas) dan sumbu horizontal (dampak) ditentukan oleh pihak perusahaan berdasarkan pengalaman selama menjalankan usaha budidaya buncis mini dan berdasarkan rata-rata pada setiap periode produksi.

Penempatan risiko pada peta risiko didasarkan atas perkiraan posisinya berada dimana dari hasil perhitungan probabilitas dan dampak. Hal yang dapat dilakukan untuk mengetahui posisi risiko tersebut adalah dengan melakukan perhitungan status risiko. Status risiko hanya menggambarkan urutan risiko dari

= x + z ( s

√n)

(39)

kejadian yang paling berisiko sampai dengan yang paling tidak berisiko. Status risiko dapat dihitung menggunakan rumus berikut ini :

Penanganan Risiko

Berdasarkan hasil pemetaan risiko, maka selanjutnya dapat ditetapkan strategi penanganan risiko yang sesuai. Terdapat dua strategi yang dapat dilakukan untuk menangani risiko, yaitu:

1. Pencegahan Risiko (Preventif)

Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang berada pada kuadran satu dan dua. Menurut Kountur (2008), Penanganan risiko dengan menggunakan strategi preventif, maka risiko yang ada pada kuadran satu akan bergeser menuju kuadran tiga dan risiko yang berada pada kuadran dua akan bergeser menuju kuadran empat. Penanganan risiko menggunakan strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 5 berikut :

Gambar 5 Penanganan risiko (preventif)

Sumber : Kountur, 2008

2. Mitigasi Risiko

Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalkan dampak risiko yang terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan dengan menggunakan strategi mitigasi dapat bergeser ke kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran dua bergeser ke kuadran satu dan risiko yang berada pada kuadran empat bergeser ke kuadran tiga. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan metode diversifikasi, penggabungan, dan pengalihan risiko (Kountur 2008). Mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 6 berikut :

Kuadran 4 Probabilitas (%)

Besar

Sedang

Kecil

Besar Sedang

Kecil

Dampak (Rp)

Kuadran 1 Kuadran 2

Kuadran 3

(40)

Gambar 6 Penanganan mitigasi risiko

Sumber : Kountur, 2008

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Pacet Segar merupakan perusahaan dagang (PD) yang bergerak dalam bidang agribisnis dimana kegiatan bisnis yang dijalankannya yaitu kegiatan budidaya dan pemasaran komoditas hortikultura, khususnya sayuran segar. PD Pacet Segar didirikan oleh Alm. Bapak H. Mastur Fuad pada tahun 1970. Pada awalnya PD Pacet Segar merupakan suatu usaha dengan skala kecil. Kegiatan budidaya sayuran dilakukan pada sebidang lahan seluas 400 meter2 yang dikelola secara kekeluargaan. Seiring dengan perjalanan waktu, pada tahun 1975 PD Pacet Segar bergabung dengan petani-petani sekitar dan membentuk suatu kelompok tani bersama yang memiliki anggota sebanyak 20 orang. Kelompok tani bersama tersebut dibentuk atas anjuran dan binaan dari Dinas Pertanian Pangan Dati II Cianjur. Tujuan dengan bergabungnya PD Pacet Segar dengan petani-petani tersebut adalah untuk menjalin kerjasama diantara sesama petani sayuran, baik dalam aspek budidaya, pasca panen, maupun pemasaran sebagai upaya peningkatan produksi dan mutu sayuran yang dihasilkan agar lebih menguntungkan. PD Pacet Segar memiliki visi yaitu, menjangkau kesejahteraan khalayak banyak, meningkatkan kesejahteraan petani dan konsumen, meningkatkan pendapatan para petani. Sedangkan misi yang senantiasa dilakukan oleh PD Pacet Segar yaitu memberikan pelayanan terbaik untuk konsumen, mengutamakan kualitas produk secara optimal dan menjadikan karyawan sebagai bagian dari perusahaan. Modal awal yang digunakan untuk mendirikan PD Pacet Segar berjumlah Rp5 000 000 yang berasal dari dalam keluarga. Aset awal yang dimiliki perusahaan berupa lahan kebun milik pribadi seluas 400 meter² yang

Kuadran 4 Probabilitas (%)

Besar

Sedang

Kecil

Besar Sedang

Kecil

Dampak (Rp)

Kuadran 1 Kuadran 2

(41)

digunakan untuk menanami jenis sayuran lokal. Seiring dengan perkembangan perusahaan, lahan kebun yang dimiliki meningkat menjadi empat hektar, dengan jenis sayuran yang diusahakan seperti wortel, buncis mini, tomat cherry, selada, selada air, timun pickle, dan kucai.

Pada tahun 1980, PD Pacet Segar mulai menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan, diantaranya dengan PT Brassica dan CV Mekar. Kerja sama yang terjalin tersebut, mempermudah PD Pacet Segar dalam memasarkan sayurannya ke sebagian daerah yang ada di Jakarta, seperti Pasar Mayestik, Pasar Blok M, Pasar Cikini, dan lain-lain. Pada tahun 1983, PD Pacet Segar dapat menembus Pasar Swalayan yaitu PT HERO Supermarket di Jakarta. Pada saat itu PD Pacet Segar ditetapkan sebagai pemasok tetap sampai dengan tahun 2008. Saat itu belum banyak pengusaha lokal yang dapat memasukan produknya ke pasar swalayan, sehingga PD Pacet Segar selain memasok sayuran segar, juga memasok sayuran olahan seperti timun asinan. Pada tanggal 1 September 1991 dalam acara yang di prakarsai oleh Dapertemen Perdagangan dan AP3I (Asosiasi Pusat Pertokoan dan Pembelanjaan Indonesia ) di Jakarta, PD Pacet Segar menandatangani kontrak kerjasama dengan PT Fine Food Corporation (PT FFCo), dalam pembuatan sayuran acar. Selain itu PD Pacet Segar melakukan kerjasama lebih lanjut dengan HIPPI dan HERO Supermarket itu dikukuhkan dengan ditandatanganinya pada tanggal 5 September 1991 di JDC (Jakarta Design Center), kerjasama ini ditandai dengan penyerahan dua buah traktor oleh PT HERO Supermarket kepada PD Pacet Segar.

Seiring dengan peningkatan penjualan produk sayuran, PD Pacet Segar sering mengikuti kegiatan pameran untuk lebih memperkenalkan produk sayuran yang dihasilkannya. Melalui kegiatan pameran tersebut, akhirnya PD Pacet Segar menjadi ” Tenant of Incubator of Agribusiness ” IPB pada tahun 1995. Selama kurang lebih empat tahun, PD Pacet Segar berada dalam pengawasan PIAA-IPB untuk memperoleh bimbingan manajemen, pemasaran, adiministrasi dan keuangan. Melalui PIAA-IPB inilah Pacet Segar mendapat perhatian dari lembaga keuangan seperti BNI dan Telkom. Pada tanggal 31 Januari 1995 PD Pacet Segar mendaftarkan usahanya pada Dinas Perdagangan Kabupaten Cianjur, sehingga badan hukum yang dimilki perusahaan berupa PD Pacet Segar dengan nomor : SIUP 003/10.7/PM/B/I/1995. Hal ini ditujukan untuk mengantisipasi perusahaan dengan harapan memperoleh kemajuan usaha yang lebih baik. Pada tanggal 28 Januari 1995 PD Pacet Segar tercatat dalam sertifikat keanggotaan pada Inkubator Agribisnis dan Agroindustri Institut Pertanian Bogor. Adanya kontrak kerjasama PD Pacet Segar dengan beberapa perusahaan membawa pengaruh yang baik. Hal ini terbukti dengan banyaknya tawaran kerja sama dengan pihak-pihak perusahaan besar. PD Pacet Segar terus melakukan pengembangan pemasaran, selain HERO yang menjadi pasar utama, pada saat ini perusahaan juga melakukan kerja sama dengan Makro yang ditandai dengan adanya penandatangan kontrak kerjasama pada tanggal 27 November 1997.

(42)

awalnya jangka waktu pembayan yang disepakati adalah dua minggu setelah barang dikirim, namun pada kenyataannya pembayaran diundur sampai tiga bulan. Hal ini menyebabkan perputaran uang dalam bisnis sedikit tersendat, sehingga PD Pacet Segar memutuskan untuk menghentikan kerjasama dengan Swalayan dan Mc Donald. Pada tahun 2008, PD Pacet Segar hanya mendistribusikan sayuran segar yang dihasilkan ke ICDF (International Cooperation Development Fund) Bogor, industri pengolahan (PD Pusaka Tani), dan pasar tradisional.

Lokasi Perusahaan

PD Pacet Segar berada di Jalan Raya Ciherang Nomor 48 Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Wilayah ini merupakan daerah dataran tinggi yang termasuk ke dalam kawasan Gunung Gede Pangrango. Desa Ciherang terletak pada ketinggian 1 100 m dpl, dengan topografi berbukit 82 persen, landai 18 persen dan tingkat kemiringan 50 sampai 60 persen. Wilayah dataran tinggi Kecamatan Pacet merupakan daerah bersuhu antara 16.30 sampai 24.20 oC, serta kelembaban udara 66 persen. Curah hujan 3 402 mm per tahun dengan hari hujan 263 hari per tahun. Jenis tanah adalah Andosol dengan pH 5.5 sampai 6.2 sehingga daerah ini merupakan daerah sentra produksi pertanian khususnya sayuran.

Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar

Tabel 1 Nilai PDB hortikultura di Indonesia tahun 2008-2012 (milyar)
Tabel 4  Produksi sayuran di Indonesia tahun 2009 – 2012 (ton)
Tabel 5 Tingkat konsumsi buncis mini di Indonesia tahun 2008-2012
Tabel 6  Produksi buncis mini di Jawa Barat tahun 2009 – 2012 (ton)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, sang penguasa alam semesta, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga

1) Memberikan pemahaman yang lebih baik bagi para peternak dalam mencegah penyakit khususnya yang disebabkan oleh cacing dan menjaga kesehatan hewan ternak.

Rancangan Wisata Bahari Berbasis Budidaya Ikan Kerapu ini merupakan pengembangan pariwisata di Kabupaten Tuban yang bersifat pemanfaatan lingkungan khususnya ekologi

Menimbang, bahwa dalam pertimbangan dan putusannya Majelis Hakim tingkat pertama dalam Rekonvensi menolak gugatan Penggugat Rekonvensi untuk seluruhnya, menurut

Dari analisa kriteria kapal pada tabel - tabel diatas yang mengacu pada peraturan IMO menerangkan bahwa hasil perhitungan stabilitas untuk KMP Jatra III pada

presiden dapat diberhentikan pada masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul DewanPerwakilan Rakyat baikapabila terbukti telah melakukan perlanggaran hukum

Simpulan yang diperoleh adalah: (1) rata-rata kemampuan literasi matematis siswa lebih dari sama dengan nilai KKM; (2) kemampuan literasi matematis siswa pada

Dalam penelitian ini, yang akan diteliti adalah hubungan terpaan film “KING” dengan motif berprestasi atlet bulutangkis junior PB.. Suryanaga