• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis besarnya pengaruh penyaluran, pertumbuhan, kualitas, dan penghapusan kredit terhadap laba: studi kasus Bank Jabar Banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis besarnya pengaruh penyaluran, pertumbuhan, kualitas, dan penghapusan kredit terhadap laba: studi kasus Bank Jabar Banten"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS BESARNYA PENGARUH PENYALURAN,

PERTUMBUHAN, KUALITAS, DAN

PENGHAPUSAN KREDIT TERHADAP LABA

(Studi Kasus Bank Jabar Banten)

Oleh

FITRIYAH SAMSIATI

H24061729

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ii

Pertumbuhan, Kualitas, dan Penghapusan Kredit Terhadap Laba (Studi Kasus Bank Jabar Banten). Di bawah bimbingan BUDI PURWANTO

Bank Jabar Banten cabang Bogor merupakan bank yang salah satu kegiatannya adalah menyalurkan kredit kepada debitur. Resiko yang dapat terjadi dengan adanya penyaluran kredit kepada debitur yaitu kredit bermasalah. Penyaluran kredit yang dilakukan oleh Bank Jabar Banten cabang Bogor menggunakan sistem manajemen resiko dan analisa kredit yang merupakan tanggung jawab bank khususnya bagian supervisi kredit. Meskipun sudah menerapkan sistem manajemen resiko dan analisa kredit dalam penyaluran kreditnya terhadap debitur, tetapi masih terdapat kredit yang bermasalah yang pada tahap tertentu memerlukan kebijakan penghapusan kredit.

Tujuan penelitian ini yaitu 1) Mengetahui pengaruh penyaluran kredit terhadap laba. 2) Mengetahui pengaruh pertumbuhan dan kualitas kredit terhadap laba. 3) Mengetahui dampak penghapusan kredit terhadap perbaikan kualitas kredit pada tahun-tahun berikutnya.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2010, di bank Jabar Banten Cabang Bogor di Jl Kapten Muslihat No 11-13 Bogor. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data diolah menggunakan minitab 16 dan dianalisis dengan regresi linear sederhana, regresi linear berganda, uji simultan (uji F), dan uji parsial (uji T).

Hasil analisis menunjukkan bahwa penyaluran kredit berpengaruh positif terhadap laba. Hal ini dapat dibuktikan dengan besarnya nilai R square yaitu 89 persen (sebesar 89 persen keragaman dari laba dapat dijelaskan oleh penyaluran kredit dan sebesar 11 persen dijelaskan oleh faktor lain) dan dengan persamaan hasil regresi P = 136446 + 0.00408 D. Dapat disimpulkan bahwa apabila bank ingin mendapatkan laba sebesar Rp 4.080,00 dari bunga kredit, bank harus menyalurkan kreditnya kepada masyarakat sedikitnya Rp 1.000.000,00.

Laba kredit selain dipengaruhi oleh penyaluran kredit juga dipengaruhi oleh kualitas kredit. R square yang diperoleh sebesar 74,7 persen yang berarti bahwa sebesar 74,7 persen dari laba dapat dijelaskan oleh kualitas kredit dan sebesar 25,3 persen dijelaskan oleh faktor lain selain kualitas kredit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mendapatkan laba kredit sebesar Rp 84.503.505,00 kemungkinan akan terjadi kredit bermasalah sedikitnya sebesar satu persen.

(3)

i

ANALISIS BESARNYA PENGARUH PENYALURAN,

PERTUMBUHAN, KUALITAS, DAN

PENGHAPUSAN KREDIT TERHADAP LABA

(Studi Kasus Bank Jabar Banten)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

FITRIYAH SAMSIATI

H24061729

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

ii

Judul Skripsi : Analisis Besarnya Pengaruh Penyaluran, Pertumbuhan, Kualitas, dan Penghapusan Kredit Terhadap Laba (Studi Kasus Bank Jabar Banten)

Nama : Fitriyah Samsiati NIM : H24061729

Menyetujui Pembimbing,

(Ir. Budi Purwanto, ME) NIP 196307051994031003

Mengetahui Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc) NIP 196101231986011002

(5)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Magetan pada tanggal 13 Januari 1987. Penulis merupakan anak keempat dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Paing dan Ibu Patemi.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri I Kiringan pada tahun 2000, lalu melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Kawedanan pada tahun 2003 kemudian melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Magetan dan masuk dalam program IPA hingga akhirnya lulus pada tahun 2006. Tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) dan diterima sebagai mahasiswi Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dengan program minor Ilmu Konsumen pada tahun 2007.

(6)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi berjudul ”Analisis Besarnya Pengaruh Penyaluran,

Pertumbuhan, Kualitas, dan Penghapusan Kredit Terhadap Laba (Studi Kasus Bank Jabar Banten) ” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Laba merupakan pendapatan bagi Bank Jabar Banten. Pendapatan terbesar tersebut berasal dari penyaluran kredit. Penyaluran kredit disalurkan kepada masyarakat dalam berbagai macam bentuk. Kredit yang disalurkan tersebut dapat mendorong terjadinya kredit bermasalah. Apabila kredit bermasalah semakin menumpuk, bank perlu melakukan penghapusan kredit untuk meningkatkan kinerja perkreditan bank. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada penyaluran, pertumbuhan, kualitas, dan penghapusan kredit terhadap laba.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Budi Purwanto selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan segenap tenaga, waktu dan pikiran untuk membimbing dalam penyusunan skripsi ini.

Atas restu dan hidayah dari Allah SWT skripsi ini tidak akan tersusun dan penulis panjatkan segala puji dan syukur atas kehadiratNya. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca. Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan dan mohon maaf apabila masih banyak kekurangan.

Bogor, Maret 2011

(7)

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Allah SWT yang telah memberikan kelancaran, kemudahan dalam penyusunan skripsi ini dan semoga Allah tetap memberikan berkahnya kepada penulis sampai akhir hayat nanti.

2. Bapak, ibu, dan keluarga yang senantiasa memberikan kasih sayang, doa yang tulus, kesabaran, dan dukungannya baik moril maupun materil yang tak terhingga.

3. Ir. Budi Purwanto, ME sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan wawasan yang sangat luas selama menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Pramono dan Ibu Yusrina selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penyempurnaan pembuatan skripsi.

5. Bapak Asep selaku Pimpinan Seksi administrasi dan Pelayanan Umum, Bapak Yadi selaku staff supervisi, Bapak Dedy Supena selaku manager Supervisi, dan seluruh staf Bank Jabar Banten cabang Bogor yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian serta memberikan informasi demi terselesaikan skripsi ini.

6. Sari, Rani, dan temen-temen wisma bintang yang telah memberikan semangat, dukungan, dan motivasi.

7. Keyko, monmon, yanti, joko, mas wahyu, sisi selaku teman sebimbingan, terima kasih atas dukungan, motivasi dan kerjasamanya selama ini.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pahala atas kebaikannya.

(8)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... ..v

DAFTAR ISI ...vi

2.1.3 Peran Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank ... ... 8

2.2. Kredit ... ... 9

2.2.1 Pengertian Kredit ... ... 9

2.2.2 Fungsi dan Tujuan Kredit ... ... 9

2.2.3 Jenis-jenis Kredit ... ... 10

2.3. Penyaluran Kredit ... ... 12

2.3.1 Perencanaan Penyaluran Kredit ... ... 12

2.3.2 Prosedur Umum Penyaluran Kredit ... ... 12

2.3.3 Prinsip-prinsip Pemberian Kredit ... ... 13

a Prinsip 5C ... ... 14

b Prinsip 7P... ... 15

c Prinsip 3R ... ... 16

2.4. Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) ... ... 16

2.5. Penghapusan Kredit ... ... 19

2.6. Pendapatan dan Rentabilitas Bank ... ... 22

2.6.1 Pendapatan Bank ... ... 22

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... ... 27

(9)

vii

3.4.2 Analisis Pengaruh Pertumbuhan dan Kualitas Kredit

Terhadap Laba ... ... 29

3.4.3 Analisis Pengaruh Penghapusan Kredit Terhadap Kualitas Kredit ... ... 29

3.4.4 Uji Klasik ... ... 30

3.4.5 Analisis Uji Simultan (uji F) ... ... 32

3.4.6 Analisis Uji Parsial (uji T) ... ... 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ... ... 34

4.2. Hasil Regresi Linear ... ... 36

4.2.1 Analisis Pengaruh Penyaluran Kredit Terhadap Laba ... ... 36

4.2.2 Analisis Pengaruh Pertumbuhan dan Kualitas Kredit Terhadap Laba ... ... 37

4.2.3 Analisis Pengaruh Penghapusan Kredit Terhadap Kualitas Kredit ... ... 38

4.3. Implikasi Manajerial ... ... 38

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... ... 40

2. Saran ... ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... ... 42

(10)

viii

DAFTAR TABEL

No Halaman 1. Besarnya pembentukan penyisihan ... ... 19 2. Perhitungan cadangan yang wajib dibentuk ... ... 20

(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Total penyaluran kredit tahun 2002-2009 ... 2

2. Tingkat pertumbuhan kredit tahun 2002-2009 ... 3

3. Non Performing Loan (NPL) tahun 2002-2009 ... 4

4. Nilai penghapusan kredit tahun 2002-2009 ... 4

5. Nilai laba tahun 2002-2009 ... 5

6. Prosedur penyaluran kredit oleh bank kepada nasabah ... 13

7. Prinsip pemberian kredit ... 14

8. Faktor-faktor penyebab kredit bermasalah ... 17

(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman 1. Rekap data bulanan Bank Jabar Banten periode tahun 2002-2009 ... 45 2. Kolektibilitas kredit Bank Jabar Banten periode 2002-2009 ... 51 3. Struktur organisasi Bank Jabar Banten ... 52 4. Uji klasik persamaan analisis pengaruh penyaluran kredit

terhadap laba ... 53 5. Uji klasik persamaan analisis pengaruh pertumbuhan

dan kualitas kredit terhadap laba ... 55 6. Uji klasik persamaan analisis pengaruh penghapusan kredit

(13)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, dalam pelaksanaan kegiatan usahanya dapat secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Dana bank bersumber dari dana pihak kesatu yang berasal dari modal sendiri yaitu modal dari para pemegang saham, dana pihak kedua yang berasal dari pinjaman pihak luar bank, dan dana pihak ketiga berasal dari simpanan masyarakat. Dana bank tersebut dialokasikan untuk memenuhi ketentuan likuiditas wajib minimum atau giro wajib minimum, ditempatkan ke dalam noncash liquid assets ( asset likuid yang bukan kas), penyaluran kredit (loan), investasi portofolio, dan penanaman dalam bentuk aktiva tetap.

Kegiatan utama bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit yang diberikan atau penanaman dalam bentuk lain. Menghimpun dana masyarakat berarti bank mampu membayar bunga atas dana yang dihimpun dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dan memperoleh pendapatan. Melalui proses kegiatan tersebut, uang masyarakat yang disimpan pada bank akan menjadi lebih banyak dan bank dapat meningkatkan usahanya karena memperoleh laba. Walaupun bank memperoleh laba, tetapi setiap penyaluran kredit oleh bank mengandung resiko sebagai akibat ketidakpastian dalam pengembaliannya. Perkembangan pemberian kredit yang paling tidak menggembirakan bagi pihak bank adalah apabila kredit yang diberikannya ternyata menjadi kredit bermasalah. Besarnya kredit yang bermasalah ditunjukkan dalam nilai Non Performing Loan (NPL). Semakin besar NPL berarti resiko kredit semakin tinggi. Solusi terhadap kredit bermasalah tersebut, bank perlu melakukan penghapusbukuan (write off) untuk meningkatkan kinerja perkreditan bank.

(14)

sebelumnya. Bank Indonesia (BI) mencatat NPL per Desember 2010 sebesar 3,0 persen atau turun 30 bps dibanding Desember 2009 yang sebesar 3,3 persen (www.vibiznews.com). Walaupun rasio NPL yang menurun, perbankan tetap perlu mengendalikan kreditnya terhadap debitur dengan cara memperketat pemberian kredit atau mengendalikan penentuan kelayakan kredit kepada debiturnya. Tata kelola kredit oleh bank yang baik sangat menentukan terhadap besarnya resiko kredit bermasalah yang dapat diminimalisir oleh bank.

Bank Jabar Banten merupakan bank yang kegiatan utamanya adalah penyaluran kredit kepada masyarakat. Kredit yang dilakukan oleh Bank Jabar Banten disalurkan kepada kredit yang bersifat produktif dan konsumtif. Penyaluran kredit Bank Jabar Banten pada tahun 2002 sampai 2009 mengalami kenaikan terus menerus (Lampiran 1).

Gambar 1 Total penyaluran kredit tahun 2002-2009 (sumber: Bank Indonesia 200-

2009)

Adanya peningkatan penyaluran kredit ini, Bank Jabar Banten dapat melihat pertumbuhan kredit yang sudah dilakukan. Pertumbuhan kredit dari tahun 2002 sampai 2009 mengalami kenaikan dan pelambatan. Pertumbuhan kredit pada tahun 2004 sebesar 36,20 persen atau mengalami kenaikan sebesar 8,67 persen dari tahun 2003 yang hanya sebesar 27,53 persen. Jika dibandingkan tahun 2004, pertumbuhan kredit tahun 2005 dan tahun 2006 mengalami pelambatan. Tahun 2005 mengalami pelambatan pertumbuhan

0

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

(15)

3

kredit sebesar 13,4 persen dari tahun 2004 dan tahun 2006 mengalami pelambatan pertumbuhan kredit sebesar 23,63 persen pada dari tahun 2004 atau mengalami pelambatan sebesar 10,23 persen dari tahun 2005. Setelah mengalami pelambatan, Bank Jabar Banten mulai menambah jumlah penyaluran kreditnya kepada masyarakat sehingga pertumbuhan penyaluran kredit mulai mengalami kenaikan kembali sebesar 3,96 persen pada tahun 2007 dan naik lagi tahun 2009 sebesar 10,24 persen dari tahun 2008 (Lampiran 1).

Gambar 2 Tingkat pertumbuhan kredit tahun 2002-2009 (sumber: Bank Indonesia

2002 2009)

Adanya pertumbuhan kredit yang mengalami kenaikan dan pelambatan ini juga mendorong terjadinya kredit bermasalah. Kredit bermasalah pada bank mencakup kredit pada kolektibilitas kurang lancar, diperhatikan, dan macet yang ditunjukan oleh nilai Non Performing Loan (NPL). Pertumbuhan kredit yang fluktuatif ini juga mendorong persentase NPL yang fluktuatif juga. Kredit yang disalurkan Bank Jabar Banten ini memiliki persentase terbesar pada kolektibilitas lancar yaitu sebesar 98,57 persen, sedangkan kredit yang termasuk pada NPL yang memiliki persentase terbesar adalah kolektibilitas macet yaitu sebesar 0,38 persen. Kolektibilitas kurang lancar memiliki persentase 0,15 persen dan kolektibilitas diragukan memiliki persentase 0,13 persen (Lampiran 2).

0

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

(16)

Gambar 3 Non Performing Loan (NPL) tahun 2002-2009 (sumber: Bank Indonesia

2002-2009)

Kolektibilitas kredit macet yang termasuk dalam NPL ini memiliki persentase yang paling besar dibandingkan kolektibilitas yang lain, maka Bank Jabar Banten melakukan penghapusan kredit untuk meningkatkan kinerja perkreditan bank. Oleh karena itu, jumlah penghapusan kredit yang dilakukan oleh Bank Jabar Banten mengalami kenaikan yang eksponensial mulai dari tahun 2002 sampai 2009.

Gambar 4 Nilai penghapusan kredit tahun 2002-2009 (sumber: Bank Indonesia

2002-2009)

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

N

2000 2002 2004 2006 2008 2010

(17)

5

Walaupun Bank Jabar Banten ini melakukan penghapusan yang terus meningkat dari tahun ke tahun, tetapi laba yang diperoleh terus meningkat dan laba yang diperoleh lebih banyak berasal dari pendapatan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan.

Gambar 5 Nilai laba tahun 2002-2009 (sumber: Bank Indonesia 2002-2009)

Adanya gambaran di atas perlu diteliti mengenai pengaruh maupun penyebab meningkatnya laba pada Bank Jabar Banten.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan kondisi keuangan pada latar belakang seperti di atas ada beberapa masalah yang dapat dirumuskan :

1. Apakah penyaluran kredit mempengaruhi laba ?

2. Apakah pertumbuhan dan kualitas kredit mempengaruhi laba?

3. Apakah penghapusan kredit berdampak perbaikan kualitas kredit pada tahun-tahun berikutnya ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui pengaruh penyaluran kredit terhadap laba

2. Mengetahui pengaruh pertumbuhan dan kualitas kredit terhadap laba 3. Mengetahui dampak penghapusan kredit terhadap perbaikan kualitas

kredit pada tahun-tahun berikutnya

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

(18)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Memberikan solusi antisipasi meningkatnya pemberian kredit yang tidak terkontrol yang akan terjadi di masa datang

2. Memberikan solusi antisipasi meningkatnya kredit bermasalah yang akan terjadi di masa datang

3. Dapat membantu menentukan arah kebijakan dalam penyaluran kredit yang akan datang

1.5. Batasan Penelitian

(19)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bank

2.1.1. Pengertian Bank

Bank berasal dari kata Italia branco yang artinya bangku. Bangku inilah yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang telah diubah dengan Undang-undang No.10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank umum adalah bank yang melaksankan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak meberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

(20)

2.1.2. Fungsi Bank

Fungsi umum bank adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of services.

Agent of trust

Bank sebagai lembaga keuangan yang landasannya adalah kepercayaan.  Agent of development

Bank sebagai lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi.

Agent of services

Bank sebagai lembaga yang memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat.

2.1.3. Peran Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank

Bank dan lembaga bukan bank mempunyai peran yang penting dalam sistem keuangan, yaitu :

 Pengalihan asset (asset transmutation) yaitu bank dan lembaga keuangan bukan bank berperan sebagai pengalih asset yang likuid dari unit surplus kepada unit defisit.

 Transaksi (transaction) yaitu bank dan lembaga keuangan bukan bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa.

 Likuiditas (liquidity) yaitu bank dan lembaga keuangan bukan bank menyalurkan likuiditas kepada pihak yang memerlukan tambahan likuiditas, dengan cara menyalurkan dana dari pihak yang mengalami kelebihan likuiditas.

(21)

9

2.2. Kredit

2.2.1. Pengertian Kredit

Menurut Suyatno et al. (2004), istilah “kredit” berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan (truth atau faith). Oleh karena itu dasar pemberian kredit adalah kepercayaan. Seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan.

Kredit menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain dalam hal pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan.

Menurut Suyatno, et al (2004) mengatakan bahwa kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang diminta, atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barang-barang sekarang.

2.2.2. Fungsi dan Tujuan Kredit

Menurut Hasibuan (2008), fungsi kredit bagi masyarakat antara lain: 1. Menjadi motivator dan dinamisator peningkatan kegiatan perdagangan

dan perekonomian

2. Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat 3. Memperlancar arus barang dan arus uang

4. Meningkatkan hubungan internasional (L/C, CGI, dan lain-lain) 5. Meningkatkan produktivitas dana yang ada

6. Meningkatkan daya guna barang

7. Meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat 8. Memperbesar modal kerja perusahaan

9. Meningkatkan income per capita (IPC) masyrakat

(22)

1. Memperoleh pendapatan bank dari benga kredit

2. Memanfaatkan dan memproduktifkan dana-dana yang ada 3. Melaksanakan kegiatan operasional bank

4. Memenuhi permintaan kredit dari masyarakat 5. Memperlancar lalu lintas pembayaran

6. Menambah modal kerja perusahaan

7. Meningkatkan penadpatan dan kesejahteraan masyarakat 2.2.3. Jenis-jenis Kredit

Berdasarkan Hasibuan (2008), jenis-jenis kredit dibedakan berdasarkan pendekatan yang dilakukan, yaitu:

a) Berdasarkan tujuan/kegunaannya

Kredit konsumtif yaitu kredit yang digunakan untuk kebutuhan sendiri bersama keluarga

Kredit modal kerja (kredit perdagangan) yaitu kredit yang dipergunakan untuk menambah modal usaha debitur

Kredit investasi yaitu kredit yang digunakan untuk investasi prodiktif, tetapi baru akn menghasilkan dalam jangka waktu yang relatif lama

b) Berdasarkan jangka waktu

Kredit jangka pendek yaitu kredit yang jangka waktunya paling lama satu tahun saja

Kredit jangka menengah yaitu kredit yang jangka waktunya antara satu sampai tiga tahun

Kredit jangka panjang yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun

c) Berdasarkan macamnya

Kredit aksep yaitu kredit yang diberikan bank yang pada hakekatnya hanya merupakan pinjaman uang biasa sebanyak plafon kredit

(23)

11

Kredit pembeli yaitu pembayarn telah dilakukan kepada penjual, tetapi barangnya diterima belakangan atau pembelian dengan uang muka

d) Berdasarkan sektor perekonomian

Kredit pertanian yaitu kredit yang diberikan kepada perkebunan, peternakan, dan perikanan

Kredit perisdustrian yaitu kredit yang diberikan kepada beraneka macam industry kecil, menengah, dan besar

Kredit pertambangan yaitu kredit yang disalurkan kepada beraneka macam pertambangan

Kredit ekspor impor yaitu kredit yang diberikan kepada eksportir dan importir beraneka macam barang

Kredit koperasi yaitu kredit yang diberikan kepda jenis-jenis koperasi

Kredit profesi yaitu kredit yang diberikan kepada beraneka macam profesi

e) Berdasarkan agunan/jaminan

Kredit agunan orang yaitu kredit yang diberikan dengan jaminan seseorang terhadap debitur bersangkutan

Kredit agunan efek yaitu kredit yang diberikan dengan jaminan efek-efek dan surat berharga

Kredit agunan barang yaitu kredit yang diberikan dengan jaminan barang tetap, barang bergerak, dan logam mulia

Kredit agunan dokumen yaitu kredit yang diberikan dengan jaminan dokumen transaksi, seperti letter of credit (L/C)

f) Berdasarkan golongan ekonomi

Golongan ekonomi lemah yaitu kredit yang disalurkan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah seperti KUK, KUT, dan lainnya Golongan ekonomi menengah dan konglomerat yaitu kredit yang kepada pengusaha menengah dan besar

(24)

Kredit rekening Koran (kredit perdagangan) yaitu kredit yang dapat ditarik dan dilunasi setiap saat, besarnya sesuai kebutuhan, penarikannya dengan cek, bilyet giro, atau pemindahbukuan, pelunasannya dengan setoran-setoran

Kredit berjangka yaitu kredit yang penarikannya sekaligus sebesar plafonnya.

2.3. Penyaluran Kredit

2.3.1. Perencanaan Penyaluran Kredit

Perencanaan penyaluran kredit harus dilakukan secara realistis dan objektif, agar pengendalian dapat berfungsi dan tujuan tercapai. Perencanaan penyaluran kredit didasarkan pada keseimbangan antara jumlah, sumber, dan jangka waktu dana agar tidak menimbulkan masalah terhadap tingkat kesehatan dan likuiditas bank.

Rencana penyaluran kredit harus seimbang dengan rencana penerimaan dana, harus diperhitungkan secara terpadu oleh perencana secara baik dan benar, dan rencana penyaluran kredit harus ada pedoman tentang prosedur, alokasi, dan kebijaksaannya (Hasibuan, 2008).

2.3.2. Prosedur Umum Penyaluran Kredit

(25)

13

Perbaikan

Tidak

Ya

Gambar 6 Prosedur penyaluran kredit oleh bank kepada nasabah (diolah dari Suyatno et al. 2004)

2.3.3. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit

Saat bank memberikan kredit kepada masyarakat, bank harus memiliki beberapa prinsip agar kredit yang diberikan tepat sasaran dan diharapkan nasabah dapat menepati kesepakatan yang sudah dijanjikan. Menurut Hasibuan (2008), penentuan plafon kredit ditetapkan secara obyektif atas hasil analisis asas 5C, 7P, dan 3R yang dilakukan oleh analis kredit.

Ditolak Keputusan

Atas permohona

n kredit Permohonan kredit

Diterima

(26)

Gambar 7 Prinsip Pemberian Kredit (diolah dari Hasibuan, 2008) pemohon kredit dapat diperoleh dengan cara mengumpulkan informasi dari referensi nasabah dan bank-bank lain tentang perilaku, kejujuran, pergaulan, dan ketaatan dalam memenuhi pembayaran kredit.

b) Capacity

(27)

15

c) Capital

Calon debitur dianalisis mengenai besar dan struktur modalnya yang terlihat dari neraca lajur perusahaan calon debitur.

d) Collateral

Jaminan yang diberikan pemohon kredit mutlak harus dianalisis secara yuridis dan ekonomis apakah layak dan memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh bank.

e) Condition of economi

Kondisi perekonomian pada umumnya dan bidang usaha pemohon kredit pada khususnya.

b. Prinsip 7P

Prinsip 7P ini lebih menitikberatkan pada sifat nasabah dan prospek perusahaan yang dijalankan oleh nasabah.

a) Personality (kepribadian)

Sifat dan perilaku calon debitur yang mengajukan permohonan kredit yang digunakan sebagai dasar pertimbangan kredit.

b) Party

Mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi-klasifikasi tertentu berdasarkan modal, karakter, dan loyalitasnya. Setiap klasifikasi nasabah akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

c) Purpose (tujuan)

Tujuan dan penggunaan kredit oleh calon debitur apakah untuk kegiatan konsumtif atau sebagai modal kerja.

d) Prospect

Prospek perusahaan di masa datang, apakah akan menguntungkan (baik) atau merugikan (jelek).

e) Payment (pembayaran)

(28)

f) Profitability

Digunakan untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah mendapatkan laba.

g) Protection

Bertujuan agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. c. Prinsip 3R

Prinsip 3R ini lebih menitikberatkan pada perusahaan calon nasabah yang mencakup penilaian atas hasil yang akan dicapai perusahaan nasabah, memperhitungkan kemampuan, jadwal, dan jangka waktu pembayaran kredit, dan memperhitungkan besarnya kemampuan perusahaan calon debitur untuk menghadapi resiko.

a) Returns

Penilaian atas hasil yang akan dicapai perusahaan calon debitur setelah memperoleh kredit.

b) Repayment

Memperhitungkan kemampuan, jadwal, dan jangka waktu pembayaran kredit oleh calon debitur , tetapi perusahaannya tetap berjalan.

c) Risk bearing ability

Memperhitungkan besarnya kemampuan perusahaan calon debitur untuk menghadapi resiko, apakah perusahaan calon debitur resikonya besar atau kecil.

2.4. Kredit Bermasalah (Non Performing loan)

(29)

17

Menurut Kasmir (2004), kemacetan suatu fasilitas kredit disebabkan oleh 2 faktor yaitu dari pihak bank dan dari pihak nasabah.

Gambar 8. Faktor-faktor penyebab kredit bermasalah (Kasmir, 2004)

Menurut Tangkilisan (2003), mengemukakan bahwa kredit macet disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Adapun faktor internal penyebab timbulnya kredit macet yaitu kebijakan kredit yang ekspansif, penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan, itikad kurang baik dan pemilik, pengurus atau pegawai bank, serta lemahnya sistem informasi kredit macet. Faktor eksternal penyebab timbulnya kredit macet adalah kegagalan usaha debitur, musibah terhadap debitur atau terhadap kegiatan usaha debitur, pemanfaatan iklim persaingan

unsur kesengajaan NPL

pihak analisis kredit kurang teliti dalam mengecek kebenaran dan keaslian dokumen maupun salah dalam melakukan perhitungan dengan rasio-rasio yang ada, kolusi dari pihak analisis kredit dengan pihak debitur

Nasabah

Bank

Artinya nasabah sengaja tidak mau membayar kewajibannya kepada bank.

unsur tidak sengaja

(30)

perbankan yang tidak sehat oleh debitur, serta menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit.

Kredit bermasalah juga dapat disebabkan oleh adanya fraud. Fraud (kecurangan) merupakan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam dan atau luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau kelompiknya yang secara langsung merugikan pihak lain (Infokum, 2008). Menurut Suhermadi (2006), fraud sebagai suatu tindakan kesengajaan untuk mengunakan sumber daya perusahaan secara tidak wajar dan salah menyajikan fakta untuk memperoleh keuntungan pribadi.

Unsur-unsur fraud (kecurangan) sebagai berikut : a) Harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation) b) Dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present) c) Fakta bersifat material (material fact)

d) Dilakukan secara sengaja atau perhitungan (make-knowingly or recklessly)

e) Dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak bereaksi

f) Pihak yang dirugikan harus bereaksi (acted) terhadap salah pernyaan tersebut (misrepresentation)

g) Yang merugikannya (detriment)

The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) atau Asosiasi Pemeriksaan Kecurangan Bersertifikat, membagi fraud dalam tiga jenis atau tipologi berdasarkan perbuatan yaitu :

a) Penyimpangan atas asset (asset misappropriation)

Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian asset atau harta perusahaan atau pihak lain.

b) Pernyataan palsu (fraudulent statement)

(31)

19

keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window dressing.

c) Korupsi (Corruption)

Jenis fraud ini paling sulit dideteksi karena menyangkut kerjasama dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, yang termasuk di dalamnya penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah (illegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi (economic extortion).

2.5. Penghapusan Kredit

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 204/KMK.04/2000 tentang perubahan ketiga atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 80/KMK.04/1995 tentang Besarnya Dana Cadangan yang Boleh Dikurangkan sebagai Biaya pada pasal 1B ayat 2 bahwa besarnya dana cadangan sebagai berikut :

Tabel 1. Besarnya Pembentukan Penyisihan

No Kategori kredit Cadangan yang Wajib Dibentuk

1. Lancar 0,5 % (setengah perseratus) dari kredit yang digolongkan lancar.

2. Kurang Lancar 3 % (tiga perseratus) dari kredit yang digolongkan kurang lancar setelah dikurangi dengan nilai agunan yang dikuasai.

3. Diragukan 50 % (lima puluh perseratus) dari kredit yang digolongkan diragukan setelah dikurangi dengan nilai agunan yang dikuasai

(32)

Menurut Dendawijaya (2000), berdasarkan ketentuan Bank Indonesia dalam Surat Keputusan Direksi BI No. 31/148/KEP/DIR tanggal 12 November 1998, setiap bank umum wajib membentuk cadangan khusus yang ditujukan guna menampung kemungkinan kerugian yang terjadi akibat penurunan kualitas aktiva produktif. Cadangan ini dibentuk dengan menyisihkan sebagian laba dan merupakan persetujuan pemegang saham bank yang dilakukan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS bank). perhitungan cadangan dilakukan sebagai berikut :

Tabel 2. Perhitungan Cadangan yang Wajib Dibentuk

No Kategori kredit Cadangan yang Wajib Dibentuk 1. Lancar 0% x besarnya rekening dalam kategori

tersebut 2. Perhatian

Khusus

5% x besarnya rekening dalam kategori tersebut

3. Kurang Lancar 15% x besarnya rekening dalam kategori tersebut

4. Diragukan 50% x besarnya rekening dalam kategori tersebut

5. Macet 100% x besarnya rekening dalam kategori tersebut

Jumlah APYD Jumlah dari seluruh nilai di atas

Besarnya nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang pada penyisihan tersebut setingi-tingginya :

1. 100 persen dari nilai agunan yang bersifat likuid yaitu uang kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas, serta giro, deposito, dan tabungan pada bank yang bersangkutan.

2. 75 persen dari nilai agunan lainnya atau sebesar nilai yang ditetapkan oleh perusahaan penilai.

(33)

21

Pajak, Wajib Pajak dapat membebankan penghapusan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih sebagai biaya dengan syarat :

1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial 2. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri

atau Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN), atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang (perjanjian restrukurisasi utang usaha) antara kreditur dan debitur yang bersangkutan

3. Telah diumumkan dalam penerbitan umum atau khusus

4. Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak

Saat akan membentuk penyisihan aktiva produktif, sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan penyertaan yang dicatat dengan Equity Method tidak termasuk di dalamnya. Agar pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif dan penghapusbukuan aktiva yang diklasifikasikan dapat dilakukan dengan baik, maka bank wajib memiliki pedoman tertulis tentang hal tersebut. Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Dalam pedoman tertulis tersebut perlu secara jelas dicantumkan nama pejabat yang berwenang melakukan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif dan penghapusbukuan aktiva yang diklasifikasikan.

2. Mengadministrasikan kredit dan aktiva produktif lainnya yang telah dihapusbukukan secara teratur dan melaporkan secara berkala kepada dewan komisaris atau badan pengawas yang bersangkutan.

3. Usaha penagihan kredit dan pencairan aktiva produktif lainnya tersebut pada no 2 tetap harus dilakukan.

(34)

kredit yang diberikan. Oleh sebab itu, apabila pembentukan penyisihan aktiva produktif oleh bank lebih besar dari yang diperkenankan untuk dibebankan sebagai biaya pada suatu tahun, maka kelebihan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif tersebut harus disisihkan dari laba tahun buku yang bersangkutan setelah dikurangi pajak.

2.6. Pendapatan dan Rentabilitas Bank

2.6.1 Pendapatan Bank

Pendapatan bank adalah jika jumlah penghasilan yang diterima lebih besar daripada jumlah pengeluaran (biaya) yang dikeluarkan (Hasibuan, 2008). Laba merupakan tujuan dari kegiatan utama bank, alasannya sebagai berikut (Simorangkir, 2004) :

a. Dengan laba yang cukup dapat dibagi keuntungan kepada pemegang saham dan atas persetujuan pemegang saham sebagian dari laba disisihkan sebagai cadangan. Semakin besar cadangan yang dimiliki akan meningkatkan kredibilitas (tingkat kepercayaan) bank dimata masyarakat.

b. Laba merupakan penilaian ketrampilan pimpinan. Pimpinan bank yang cakap dan trampil umumnya dapat mendatangkan keuntungan yang lebih besar daripada pimpinan yang kurang cakap.

c. Meningkatkan daya tarik bagi pemilik modal (investor) untuk menanamkan modalnya dengan membeli saham yang dikeluarkan/ditetapkan oleh bank.

Pendapatan bank merupakan hal yang penting karena pendapatan bank : a. Dapat menjamin kontinuitas berdirinya bank

b. Dapat membayar deviden pemegang saham bank

c. Dapat membayar dan meningkatkan kompensasi karyawan d. Merupakan tolok ukur tingkat kesehatan bank

e. Merupakan tolok ukur baik atau buruknya manajemen bank f. Dapat meningkatkan daya saing bank bersangkutan

(35)

23

Adapun sumber-sumber pendapatan bank besaral dari : a. Bunga kredit yang disalurkan oleh bank yang bersangkutan b. Ongkos-ongkos lalu lintas pembayaran

c. Penjualan buku cek, bilyet giro, setoran, dan bilyet deposito d. Sewa safe deposits box

e. Komisi dan provisi f. Jual beli valas

g. Penjualan inventaris yang telah disusust habis h. Call money market

i. Agio saham, dan lain-lain

Menurut Simorangkir (2004), unsur pendapatan bank tergantung pada jasa yang ditawarkan oleh bank. Bank memberikan pinjaman, melakukan investasi portofolio, melakukan pengiriman uang, dan sebagainya. Hasil jasa-jasa itu bank memperoleh pendapatan yang terdiri dari :

a. Bunga pinjaman

b. Fees atau kompensasi atas jasa yang diberikan oleh bank c. Keuntungan atas investasi portofolio

Bunga pinjaman merupakan unsur atau komponen pendapatan yang paling besar. Hasil yang diterima sekitar 75 persen dari bunga pinjaman, sedangkan 25 persen berasal dari pemdapatan jasa lainnya. Unsur-unsur pendapatan yang lain, yaitu fees dan hasil penyertaan (investasi portofolio). Saat mengadakan diversifikasi pendapatan, pendapatan dari fees dan penyertaan dapat merupakan kompensasi yang menutup resiko yang bukan dari pinjaman.

2.6.2. Rentabilitas Bank

Rentabilitas bank adalah suatu kemapuan bank untuk memperoleh laba yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Bank Indonesia memiliki kondisi rentabilitas perbankan di Indonesia didasarkan pada dua indikator, yaitu : a. Return On Asset (ROA) atau tingkat pengembalian asset

(36)

ROA adalah perbandingan laba sebelum pajak selama 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha (periode sama) atau dihitung dengan rumus :

Menurut kerangka penilaian kesehatan bank, BI akan mendapatkan skor maksimum 100 apabila bank memiliki ROA sebesar 1,5 persen. Penurunan efisiensi perbankan dapat terjadi karena dipengaruhi meningkatnya cadangan penghapusan kredit dan pembayaran bunga pada sisi profit margin dan menurunnya pendapatan bunga pada sisi assets utilization.

BOPO dirumuskan sebagai rasio biaya operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap pendapatan operasional pada periode yang sama. Saat penilaian kesehatan bank umum, BI memberikan nilai maksimum 100 apabila BOPO mencapai angka 80 persen.

2.7. Penelitian Terdahulu

Penelitian Bhakti (2009), melaporkan mengenai analisis diskriminan klasifikasi pola pengembalian kredit sektor pertanian pada PT Bank XYZ. Penelitian ini membuktikan dalam meminimalkan resiko gagal bayar pada sektor budidaya pertanian, Internal Credit Risk Rate (ICRR) dapat digunakan sebagai filter awal dan outputnya dijadikan sebagai pengganti proposal kredit. Hasil analisis diskriminan mencerminkan ketepatan prediksi untuk membedakan antar kelas (kolektibilitas lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet) sebesar 80,4 persen.

Penelitian Rohaeni (2009), melaporkan mengenai analisis pengaruh dana pihak ketiga dan kredit bermasalah terhadap laba pada PT Bank X Tbk. Penelitian ini diperoleh selama periode 1999-2007, deposito memiliki kontribusi yang besar terhadap total dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh PT Bank X sebesar 56,50 persen. Hasil regresi diperoleh dana pihak ketiga mempunyai pengaruh positif terhadap laba dan diperoleh koefisien sebesar 0,0440, artinya bahwa kenaikan dana pihak ketiga sebesar satu satuan akan meningkatkan laba sebesar 0,0440. Non Performing Loan (NPL) mempunyai pengaruh negatif terhadap laba dan memiliki koefisien 1,13E+08.

(37)

25

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Fungsi pokok perbankan adalah menarik dan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya sebagai kredit kepada masyarkat. Karena itu, perbankan menempati posisi yang strategis dalam pembangunan dan perekonomian negara serta dalam pembagian pendapatan di dalam masyarakat. Dalam kebijakan pemberian kreditnya perbankan memegang peranan yang sangat penting karena turut serta menentukan pembagian pendapatan masyarakat dan corak masyarakat di masa yang akan datang (Suharto, 1991). Aktivitas bank dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat tidak lepas dari kredit bermasalah.

Banyak faktor yang mempengaruhi adanya kredit bermasalah diantaranya faktor internal dan faktor eksternal baik dari pihak bank maupun pihak nasabah. Adanya kredit bermasalah akan berpengaruh terhadap NPL (Non Performing Loan). Untuk meminimalisir adanya kredit bermasalah, bank harus menganalisis calon debitur yang akan menerima kreditnya, salah satunya melalui analisis 5C (character, capacity, capital, collateral, condition of economy). Meskipun calon debitur sudah di analisis pada saat pengajuan kredit tetapi pada saat pembayaran angsuran kepada bank debitur banyak yang kurang tepat waktu dalam pembayarannya, sehingga mempengaruhi kualitas kreditnya.

(38)

penghapusan secara administratif. Penghapusan ini akan mempengaruhi laba dan cadangan yang dimiliki oleh bank.

Untuk melihat pengaruh penyaluran dan pertumbuhan kredit yang diberikan bank, kualitas kredit dan penghapusan kredit terhadap laba bank, maka dalam penelitian ini akan menggunakan analisis regresi berganda. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi input alternatif dalam peningkatan profitabilitas bank. Adapun alur sebab akibat dari permasalahan diatas dapat dilihat pada gambar 9.

+

-

+

+ +

Keterangan :

Hub. Matematik Hub. Fungsional (+/-) Pengaruh

Gambar 9. Kerangka Pemikiran

Penyaluran

Pertumbuhan kredit

NPL

Laba Penghapusan

Kredit

(39)

27

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Bank Jabar Banten yang berlokasi di Jl. Naripan No 12-14 Bandung. Pemilihan tempat dilaksanakan secara purposive. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2010. 3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang diambil pada penleitian ini bersumber pada data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan observasi langsung. Data sekunder diperoleh dari data internal perusahaan dan studi kepustakaan (buku-buku dan literatur yang relevan, laporan-laporan yang masuk ke perusahaan, buku-buku, koran, jurnal, internet, dan sebagainya). 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini data yang diperoleh akan dianalisis dengan metode statistik yaitu dengan menggunakan metode analisis regresi linier sederhana dan regresi linear berganda yang diolah dengan menggunakan Minitab 16.

Menurut Priyatno (2008), analisis regresi dapat dibedakan menjadi regresi linier sederhana dan regresi berganda. Analisis regresi sederhana berguna untuk menganalisis hubungan linier antara satu variabel independen dengan satu dependen. Jika parameter dari suatu hubungan fungsional antara satu peubah tidak bebas dengan lebih dari satu peubah bebas maka digunakan adalah regresi linier berganda. Analisis linier berganda menjelaskan seberapa jauh suatu peubah mempengaruhi peubah yang lainnya.

Penelitian ini mengunakan metode laba kredit yang dipengaruhi oleh penyaluran, pertumbuhan, kualitas, dan penghapusan kredit. Metode terssebut sudah diujicoba, tetapi tidak memenuhi semua syarat uji klasik seahingga metode dipecah menjadi tiga metode yang lebih sederhana.

(40)

Metode yang kedua yaitu laba yang dipengaruhi oleh pertumbuhan dan kualitas kredit. Pertumbuhan dan kualitas kredit dapat memberikan pengaruh secara langsung ke laba bunga, tetapi dalam penelitian ini kualitas kredit dicerminkan oleh Non Performing Loan (NPL). Metode yang ketiga yaitu penghapusan kredit tahun sebelumnya (t-1) mempengaruhi kualitas kredit pada waktu (t). Apabila penghapusan memberikan pengaruh positif terhadap kualitas kredit (dapat meningkatkan kinerja bank), maka secara tidak langsung penghapusan kredit berpengaruh terhadap laba.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan bank Jabar Banten tahun 2002 sampai 2009. Data yang digunakan dalam pengolahan data yaitu rata-rata pertahun, karena data untuk perbulan maupun data total pertahun tidak memenuhi syarat uji klasik.

3.4.1. Analisis Pengaruh Penyaluran Kredit Terhadap Laba

Analsis ini menggunakan metode yang pertama yaitu laba dipengaruhi oleh penyaluran kredit. Kredit yang disalurkan kepada masyarakat akan dikembalikan dalam bentuk pokok, bunga pokok, dan biaya-biaya kredit, sehingga bank memperoleh pendapatan dari bunga kredit tersebut. Apabila bank menyalurkan kredit lebih banyak ke masyarakat, bunga yang diperoleh juga meningkat sehingga pendapatan bank juga meningkat.

Variabel yang digunakan dalam analisis ini adalah laba dan penyaluran kredit. Laba sebagai variabel bebas. Laba yang digunakan dalam analisis ini adalah laba bunga yang diperoleh dari pendapatan bunga dari kredit dikurangi dengan beban/biaya bunga. Satuan laba dan penyaluran kredit menggunakan rupiah, persamaanya yaitu :

P = a + bD ………..………...(2)

Keterangan : P = laba a = konstanta

(41)

29

3.4.2. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Dan Kualitas Kredit Terhadap Laba

Analsis ini menggunakan metode yang kedua yaitu laba dipengaruhi oleh pertumbuhan dan kualitas kredit. Pertumbuhan kredit akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang peningkatan jumlah kredit yang disalurkan. Apabila pertumbuhan kredit yang meningkat mendorong pendapatan yang diperoleh bank juga meningkat, tetapi dengan adanya pertumbuhan kredit yang meningkat juga mendorong adanya kredit bermasalah. Kredit bermasalah ini dapat menurunkan pendapatan bank.

Variabel yang digunakan dalam analisis ini adalah laba dan pertumbuhan dan kualitas kredit. Laba sebagai variabel bebas. Laba yang digunakan dalam analisis ini adalah laba bunga yang diperoleh dari pendapatan bunga dari kredit dikurangi dengan beban/biaya bunga. Satuan laba menggunakan rupiah, pertumbuhan dan kualitas kredit menggunakan persen.

Model regresi yang menggunakan satuan-satuan pengukuran yang berbeda (Rp dan %) sudah sesuai dengan syarat-syarat regresi yang memungkinkan dilakukan analisis dengan satuan-satuan variabel-variabel yang berbeda-beda. Persamaan analisis sebagai berikut : P = a + bG + cQ………..…………...………..………(3)

Keterangan : P = Laba a = Konstanta

b = koefisien regresi G c = koefisisen regresi Q G= Pertumbuhan kredit Q= kualitas kredit

(42)

NPL yang semakin menurun ini akan berdampak positif terhadap kualitas kredit yaitu memperbaiki kualiatas kredit.

Variabel yang digunakan dalam analisis ini adalah penghapusan dan kualitas kredit. Kualitas kredit sebagai variabel tidak bebas. Kualitas kredit dicerminkan oleh NPL yang berasal dari jumlah kolektibilitas kredit kurang lancar, diragukan, dan macet dikurangi total penyaluran kredit. Penghapusan kredit tahun sebelumnya merupakan variabel bebas. Satuan kualitas kredit adalah persen dan penghapusan kredit menggunakan rupiah.

Model regresi yang menggunakan satuan-satuan pengukuran yang berbeda (Rp dan %) sudah sesuai dengan syarat-syarat regresi yang memungkinkan dilakukan analisis dengan satuan-satuan variabel-variabel yang berbeda-beda. Persamaan analisis sebagai berikut :

Qt = a + bWt-1………..…(4)

Keterangan : Q = kualitas kredit a = konstanta

b = koefisien regresi Wt-1 Wt-1= penghapusan 3.4.4. Uji Klasik

Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi oleh model regresi. Oleh karena itu diperlukan pengujian asumsi yang meliputi uji normlaitas, uji autokorelasi, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas.

1. Uji Normalitas

(43)

31

data residual. Uji normalitas dapat dilihat dengan melihat nilai statistic Kolmogorov Smirnov (KS) ada uji normalitas residual. Jika nilai statistic KS lebih kecil disbanding nilai tabel KS dan nilai p-value lebih besar dari α, maka asumsi kenormalan terpenuhi sehingga model regresi yang telah dibuat dapat digunakan.

2. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah antarvariabel independen yang terdapat dalam model regresi memiliki hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelai sempurna atau mendekati sempurna di antara variabel bebasnya. Konsekuensi adanya mulitikolinieritas adalah koefisien korelasi variabel tidak tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar atau tak terhingga (Priyatno, 2008)

Ada beberapa metode uji multikolinieritas, yaitu :

a. Dengan membandingkan nilai koefisien determinasi individual (r2) dengan nilai determinasi secara serentak (R2).

b. Dengan melihat nilai tolerance dan inflation factor (VIF) pada model regresi.

3. Uji Autokorelasi

Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota observasi yang disususn menurut waktu atau tempat. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi autokorelasi. Metode pengujian menggunakan uji Durbin Watson (DW test). Model regresi dikatakan tidak terdapat autokorelasi apabila nilai Durbin Watson berkisar 1,55 sampai 2,46 (untuk n < 15) (Priyatno, 2008).

4. Uji Heteroskedastisitas

(44)

Spearman’s rho, melihat pola titik-titik pada grafik regresi, uji Park, dan uji Glejser (Priyatno, 2008).

3.4.5. Analisis Uji Simultan (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimaksud dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Langkah-langkah uji statistik F

1. Merunuskan hipotesis a. H0: β1 = 0

Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model yang sama dengan nol. Artinya, semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

b. H1: β1 ≠ 0

Hipotesis alternatifnya (H1), tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol. Artinya, paling sedikit terdapat satu variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

2. Menentukan F tabel

a. Fα (k-1, n-k)

b. Taraf nyata (α) = 0,05 ; yaitu tingkat kesalahan yang masih

dapat ditolerir.

c. Derajat bebas pembilang = k d. Derajat bebas penyebut = n-(k+1)

3. Menentukan F hitung yang diperoleh dari hasil regresi 4. Membandingkan F hitung dengan F tabel

a. Jika statistik hitung (angka F output) > statistik tabel (F tabel) atau F hitung < -F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.

b. Jika –F tabel < statistik hitung (angka F output) < statistik tabel (F tabel) maka H1 ditolak.

(45)

33

hipotesis kesesuaian model dengan data yang ada. Hipotesis yang digunakan sama dengan hipotesis uji F, dengan daerah penolakan p-value < α.

3.4.6. Analisis Uji Parsial (Uji t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi-variasi terikat. Langkah-langkah uji statsitik t adalah :

1. Merumuskan hipotesis a. H0: β1 = 0

Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu

parameter (β1) sama dengan nol. Artinya suatu variabel independen

bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

b. H1: β1≠ 0

Hipotesis alternatifnya (H1), parameter suatu variabel tidak sama dengan nol. Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

2. Menentukan tabel t

a. Menentuakn besarnya t tabel : t(α/2, dƒ)

b. Taraf nyata (α) = 0,05 ; yaitu tingkat kesalahan yang masih dapat

ditolerir.

c. Derajat bebas (df) = n-k

3. Menentukan t hitung yang diperoleh dari hasil regresi melalui program minitab.

4. Membandingkan t hitung dengan t tabel

a. Jika statistik hitung (angka t output) > statistik tabel (t tabel) atau t hitung < -t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.

(46)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum

PT. Pembangunan Daerah (BPD) Jawa Barat (Jabar) dan Banten dengan sebutan Bank Jabar Banten merupakan merupakan bank umum milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Banten bersama-sama dengan pemerintah kota/kabupaten se-Jawa Barat dan Banten. Dasar pendiriannya adalah Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia (RI) Nomor 33 Tahun 1960 tentang Penentuan Perusahaan di Indonesia Milik Belanda yang Dinasionalisasi.

Salah satu perusahaan milik Belanda yang berkedudukan di Bandung

yang dinasionalisasi adalah NV Denis (De Erste Nederlansche Indische

Shareholding), bergerak di bidang bank hipotek. Sebagai tindak lanjut dari

PP Nomor 33 Tahun 1960, Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Akta

Notaris Noezar Nomor 152 Tanggal 21 Maret 1961 dan Nomor 184 Tanggal

13 Mei 1961 serta dikukuhkan dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur

Provinsi Jawa Barat Nomor 7/GKDH/BPD/61 Tanggal 20 Mei 1961

mendirikan PT Bank Karya Pembangunan dengan modal dasar untuk pertama

kali berasal dari kas daerah sebesar Rp2.500.000.

Sebagai upaya untuk menyempurnakan kedudukan hukum Bank Karya

Pembangunan Daerah Jabar, dikeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi

Jawa Barat Nomor 11/PDDPRD/72 Tanggal 27 Juni 1972 tentang

Kedudukan Hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat sebagai

perusahaan daerah (PD) yang berusaha di bidang perbankan. Selanjutnya,

melalui Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 1/DP-040/PD/1978 Tanggal 27

Juni 1978, nama PD Bank Karya Pembangunan Daerah Jabar diubah menjadi

BPD Jabar.

Seiring kebutuhan nasabah maka pada tahun 1992 aktivitas BPD Jabar

ditingkatkan menjadi bank umum devisa berdasarkan SK. Direksi Bank

Indonesia (BI) Nomor 25/84/KEP/DIR Tanggal 2 November 1992.

Selanjutnya, berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 1995, bank ini mempunyai

(47)

35

Mengikuti perkembangan perekonomian dan perbankan, berdasarkan

Perda Nomor 22 Tahun 1998 dan Akta Pendirian Nomor 4 Tanggal 8 April

1999 berikut Akta Perbaikan Nomor 8 Tanggal 15 April 1999 yang telah

disahkan oleh Menteri Kehakiman RI pada tanggal 16 April 1999, bentuk

hukum Bank Jabar diubah dari PD menjadi perseroan terbatas (PT).

Untuk memenuhi permintaan masyarakat akan jasa layanan perbankan

yang berlandaskan syariah, sesuai dengan izin BI Nomor 2/18/ DpG/DPIP

Tanggal 12 April 2000, sejak tanggal 15 April 2000, Bank Jabar menjadi

BPD pertama di Indonesia yang menjalankan dual banking system, yaitu

memberikan layanan perbankan dengan sistem konvensional dan sistem

syariah.

Agar lebih leluasa melaksanakan ekspansi usaha, berdasarkan hasil

rapat umum pemegang saham (RUPS) tanggal 16 April 2001, disetujui

peningkatan modal dasar Bank Jabar menjadi Rp1 triliun. Selanjutnya,

berdasarkan hasil keputusan RUPS yang diselenggarakan pada tanggal 14

April 2004 dengan Akta Nomor 10 Tanggal 14 April 2004, modal dasar Bank

Jabar dinaikkan dari Rp1 triliun menjadi Rp2 triliun.

Melihat perkembangan yang terus meningkat dan prospek usaha yang

terus membaik, pada RUPS tanggal 5 April 2006 ditetapkan bahwa modal

dasar Bank Jabar naik dari Rp2 triliun menjadi Rp4 triliun. Pada bulan

November 2007, menyusul dikeluarkannya SK. Gubernur BI Nomor

9/63/kep.gbi/2007 tentang Perubahan Izin Usaha Atas Nama PT BPD Jabar

Menjadi Izin Usaha Atas Nama PT BPD Jabar dan Banten, dilaksanakan

penggantian call name dari Bank Jabar menjadi Bank Jabar Banten. PT Bank

Jabar Banten Cabang Bogor diresmikan pada tanggal 6-8-1986 oleh

Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat Bapak Yogie S.M.

Bank Jabar Banten memiliki sebuah visi yaitu ” Menjadi 10 Bank

Terbesar di Indonesia dan Berkinerja Baik”. Untuk mencapai visi tersebut

(48)

Misi-misi Bank Jabar Banten adalah :

1. Penggerak dan pendorong laju perekonomian daerah.

2. Melaksanakan penyimpanan uang daerah.

3. Salah satu sumber pendapatan asli daerah.

Untuk mendukung kinerja bank agar berjalan dengan lancar, bank memiliki struktur organisasi yang sesuai dengan pembagian tugasnya masing-masing. Perubahan struktur organisasi Bank Jabar Banten terus menerus mengalami penyempurnaan sesuai dengan dinamika volume pekerjaan dan perkembangan Bank Jabar Banten. Penerapan struktur organisasi yang ada, belum dapat mendukung akselerasi dari berbagai bidang. Diharapkan dengan pengembangan struktur organisasi dapat membantu Bank Jabar Banten dalam memenuhi harapan dan target atas rencana jangka pendek dan jangka menengah yang akan mengakselerasi ekspansi kredit maupun dana dengan tetap menjaga profitabilitas yang optimal dengan memperkuat delivery channel, sehingga pencapaian visi dapat diraih dengan baik.

Pengembangan struktur organisasi diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan Bank Jabar Banten yang semakin berkembang, baik dari sisi volume maupun aktivitas bisnis. Pengembangan struktur organisasi bertujuan untuk meningkatkan akselerasi ekspansi bisnis. Pengembangan struktur organisasi yang lebih fokus terhadap aktivitas bisnis, dengan tetap memperhatikan aktivitas supporting yang harus dilakukan dengan baik (Lampiran 3).

4.2. Hasil Regresi Linier

4.2.1.Analisis Pengaruh Penyaluran Kredit Terhadap Laba

(49)

37

Hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yaitu penyaluran kredit berpengaruh positif terhadap laba. Hasil uji klasik diperoleh bahwa model ini

memenuhi uji normalitas pada α = 5 persen karena p value yang diperoleh

0,150. Memenuhi uji autokorelasi pada α = 5 persen karena p value yang diperoleh 0,537, memenuhi uji heterokedastisitas pada α = 5 persen karena p value yang diperoleh 0,406. Model memenuhi syarat uji F dan uji T pada α = 1 persen karena p value yang diperoleh 0,000 denga R square 89 persen (Lampiran 4).

Hasil dugaan persamaan regresi linier sederhana diperoleh persamaan P = 136446 + 0.00408 D, dapat disimpulkan bahwa setiap kenaikan Rp 1.000.000,00 dari penyaluran akan meningkatkan laba sebesar Rp 4.080,00 dan sebesar 136446 adalah bagian dari laba yang tidak dapat dijelaskan oleh faktor penyaluran. Dari koefisien determinasi diperoleh sebesar 89.0 persen dapat dikatakan bahwa 89.0 persen keragaman dari laba dapat dijelaskan oleh faktor penyaluran. Sebesar 11 persen sisanya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.

Berdasarkan hasil penelitian di atas yaitu apabila bank ingin mendapatkan laba sebesar Rp 4.080,00 dari bunga kredit, bank harus menyalurkan kreditnya kepada masyarakat sedikitnya Rp 1.000.000,00

4.2.2. Analisis Pengaruh Pertumbuhan dan Kualitas Kredit Terhadap Laba.

Bank menyalurkan kredit kapada masyarakat dalam jumlah yang berbeda-beda tiap tahunnya. Selesih penyaluran kredit akan diketahui pertumbuhan kredit yang telah disalurkan. Pertumbuhan kredit akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang peningkatan jumlah kredit yang disalurkan. Apabila pertumbuhan kredit yang meningkat, mendorong pendapatan yang diperoleh bank juga meningkat, tetapi dengan adanya pertumbuhan kredit yang meningkat juga mendorong adanya kredit bermasalah. Kredit bermasalah ini dapat menurunkan pendapatan bank.

Hasil penelitian diperoleh bahwa pertumbuhan kredit tidak berpengaruh nyata terhadap laba, sedangkan kualitas kredit berpengaruh

nyata pada laba pada α = 5 persen karena p value yang diperoleh 0,016

(50)

84503504 Q, yang berarti bahwa untuk mendapatkan laba dari kredit sebesar Rp 84.503.505,00 kemungkinan akan terjadi kredit bermasalah sedikitnya sebesar 1 persen.

4.2.3. Analisis Pengaruh Penghapusan Kredit Terhadap Kualitas Kredit Analsis ini menggunakan metode yang ketiga yaitu kualitas kredit dipengaruhi oleh penghapusan kredit. Penghapusan kredit yang dilakukan tahun sebelumnya akan berpengaruh negatif terhadap NPL, sehingga jika penghapusan kredit dilakukan akan menurunkan NPL. NPL yang semakin menurun ini akan berdampak positif terhadap kualitas kredit yaitu memperbaiki kualiatas kredit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghapusan kredit berpengaruh

nyata terhadap kualitas kredit pada α = 5 persen dengan R square 70 persen

yang artinya bahwa sebesar 70 persen dari keragaman dari kualiats kredit dapat dijelaskan oleh faktor penghapusan tahun sebelumnya. Sebesar 30.0 persen sisanya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model (lampiran 6).

Persamaan regresi yang diperoleh yaitu Qt = 0.176 + 0.00000020 Wt-1 yaitu apabila bank ingin menurunkan NPL satu persen diperlukan penghapusan kredit sedikitnya Rp 5.000.000.000.000,00. Hasil penelitian ini signifikan dan positif tetapi tidak efektif untuk dilaksanakan

4.3. Implikasi Manajerial

Bank sebagai lembaga yang menyalurkan kredit kepada masyarakat baik kepada perorangan maupun lembaga. Bank Jabar Banten merupakan salah satu bank yang kegiatan utamanya adalah menyalurkan kredit kepada calon debitur. Untuk mnyalurkan kredit kepada calon debitur, bank harus menganalisis terlebih dahulu calon debitur agar kredit yang disalurkan dapat kembali sesuai kesepakatan. Setelah kredit disalurkan kepada debitur, bank tetap harus mengontrol kredit yang disalurkannya agar pengembalian kredit yang disalurkan tepat waktu.

(51)

39

maka laba bank akan semakin besar pula. Walaupun bank memperoleh pendapatan yang lebih besar dari kredit, bank harus memperhatikan kualitas kreditnya karena semakin banyak jumlah kredit yang disalurkan dapat mendorong timbulnya kredit bermasalah yang justru akan mengurangi laba.

(52)

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa penyaluran kredit berpengaruh positif terhadap laba. Hal ini dapat dibuktikan dengan besarnya nilai R square yaitu 89 persen (sebesar 89 persen keragaman dari laba dapat dijelaskan oleh penyaluran kredit dan sebesar 11 persen dijelaskan oleh faktor lain) dan dengan persamaan hasil regresi P = 136446 + 0.00408 D. Dapat disimpulkan bahwa apabila bank ingin mendapatkan laba sebesar Rp 4.080,00 dari bunga kredit, bank harus menyalurkan kreditnya kepada masyarakat sedikitnya Rp 1.000.000,00.

Laba kredit selain dipengaruhi oleh penyaluran kredit juga dipengaruhi oleh kualitas kredit. R square yang diperoleh sebesar 74,7persen yang berarti bahwa sebesar 74,7 persen dari laba dapat dijelaskan oleh kualitas kredit dan sebesar 25,3 persen dijelaskan oleh faktor lain selain kualitas kredit. Dari hasil penelitian bahwa untuk mendapatkan laba dari kredit sebesar Rp 84.503.505,00 kemungkinan akan terjadi kredit bermasalah sedikitnya sebesar satu persen.

Kredit bermasalah yang timbul akibat adanya penyaluran kredit dapat diperbaiki dengan melakukan penghapusan kredit, hal ini terbukti pada hasil penelitian ini. Koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 70 persen (sebesar 70 persen keragaman dari kualitas kredit dapat dijelaskan oleh penghapusan kredit dan sebesar 30 persen dijelaskan oleh faktor lain). Hasil penelitian diperoleh bahwa apabila bank ingin menurunkan NPL sebesar satu persen diperlukan penghapusan kredit sedikitnya Rp 5.000.000.000.000,00, artinya meskipun berpengaruh positif secara nyata tetapi tidak efektif untuk dilaksanakan.

2. Saran

(53)

41

konsumtif maupun kredit produktif, akan terlihat kredit kredit mana yang lebih banyak disalurakn dan kredit yang lebih banyak menghasilkan laba. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai macam-macam kredit yang disalurkan oleh suatu bank, proporsi setiap jenis kredit, dan besar jenis kredit dalam menghasilkan laba.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. NPL Perbankan 2010 Terendah Sepanjang Sejarah.. www.VIBIZnews.com. [3 Maret 2011]

Bank Indonesia. 2002. Statistik Perbankan Indonesia 2002. Jakarta. . 2003. Statistik Perbankan Indonesia 2003. Jakarta.

Bhakti, Y. 2009. Analisis Diskriminan Dalam Klasifikasi Pola Pengembalian Kredit Sektor Pertanian (Studi Kasus PT Bank XYZ). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Dendawijaya, 2000. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia, Jakarta. Hasibuan, M.S.P. 2008. Dasar-Dasar Perbankan. PT Bumi Aksara, Jakarta.

Infokum. 2008. Fraud (Kecurangan): Apa dan Mengapa?. www.JDIH.bpk.go.id. [23 febuari 2011].

Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Priyatno, D. 2008. 5 Jam Belajar Olah Data Dengan SPSS 17. ANDI, Yogyakarta. Poernomo, H. 2001. Keputusan Dirjen Pajak-KEP-238/PJ./2001-Opera.

www.ORTax.org. [12 januari 2011].

Rivai, V. dan A.P. Veithzal. 2005. Credit Management Handbook. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Rohaeni, H. 2009. Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga Dan Kredit Bermasalah Terhadap Laba (Studi Kasus PT Bank X). Skripsi pada Departemen Manajemen,, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Simorangkir, O.P. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank. Ghalia Indonesia, Bogor.

Sudibyo, B. 2000. Keputusan Menteri Keuangan-204/KMK.04/2000-Opera. www.ORTax.org. [12 Januari 2011].

Suhermadi, B. 2006. Management Fraud. http://internal.dsuc.co.id/management-fraud. [23 Febuari 2011].

(55)

43

(56)

Gambar

Gambar 1 Total penyaluran kredit tahun 2002-2009 (sumber: Bank Indonesia 200-
Gambar 2 Tingkat pertumbuhan kredit tahun 2002-2009 (sumber: Bank Indonesia
Gambar 3  Non Performing Loan (NPL) tahun 2002-2009 (sumber: Bank Indonesia 2002-2009)
Gambar 5 Nilai laba tahun 2002-2009 (sumber: Bank Indonesia 2002-2009)
+6

Referensi

Dokumen terkait

alasan kenapa peneliti mengambil anak-anak di Desa Junjung Kecamatan Sumbergempol sebagai responden karena, Ada beberapa anak-anak yang bermain game online Mobile

Abelson (1987) mengacu pada pengertian turnover intention menurut Abelson (1987) yang membagi turnover intention menjadi empat yaitu pikiran untuk keluar, keinginan untuk

Bahagian ini adalah untuk menjawab persoalan kajian kedua iaitu, “Apakah tahap gaya pembelajaran reflektif pelajar tingkatan dua di Sekolah Menengah Kebangsaan Bukit Gambir dalam

Filtrat toksin asam fusarat dari kultur Foc pada konsentrasi 60 dan 40% dapat digunakan VHEDJDL PHGLD GDODP SHQJXMLDQ NHWDKDQDQ SLVDQJ WLQJNDW LQ YLWUR 6HPDNLQ WLQJJL

Bagaiamana strategi DPC PDIP Bantul dalam memenangkan paslon nomor urut 2 setelah mengetahui beberapa kadernya tidak mendukung pasangan calon yang menjadi keputusan

Tahap ketiga adalah skrining aktivitas selulolitik secara kuantitatif pada empat isolat bakteri terpilih yang diwali dengan pembuatan pola pertumbuhan, produksi ekstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persebaran kerusakan jalan terhadap jenis tanah di lokasi penelitian dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis yang