• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hubungan Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Pada Kegiatan Pengolahan Tanah di PT Laju Perdana Indah, Sumatera Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Hubungan Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Pada Kegiatan Pengolahan Tanah di PT Laju Perdana Indah, Sumatera Selatan"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

ANALYSIS RELATIONSHIP PHYSICAL AND MECHANICAL

PROPERTIES ACTIVITY IN SOIL TILLAGE AT PT LAJU

PERDANA INDAH SITE KOMERING EAST OKU, SOUTH

SUMATRA

Trya Adheshi Holqi and Gatot Pramuhadi

Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Engineering and Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, Po Box 220, Bogor, West Java,

Indonesia.

Phone 62 813 73688066, e-mail: trya_faradhes@yahoo.com

ABSTRACT

Plants can grow and get maximum production on the optimal soil conditions. Plant growth and application of agricultural machinery is affected by soil physical and mechanical properties. Processing of land to achieve the ideal conditions for plants to grow. The purpose of this study is to analyze the relationship between physical and mechanical properties of soil cultivation and processing methods to determine the most effective ground. Processing methods applied are common plowing methods and methods Trash In Corporation. The results showed that methods Trash In Corporation created a density of soil at a depth of 20-30 cm after ridgering. While the usual method of plowing is not very effective to achieve weight mean diameter. From the land preparation results can be analyzed that the soil moisture content increases with increasing soil depth, this is caused because of evaporation due to heat of the sun. From the sample data before tilling the soil shear strength of the relationship visible soil depth, the deeper the soil sample then sliding the power factor will be reduced due to declining soil density at depth intervals deeper and deeper. Data on average cohesion and friction angle obtained in the shear strength test was obtained from the percentage factor of clay and sand fraction, increasingly clay fraction then the value will be greater cohesion as well as sand fraction greater the friction angles obtained in .

.

(2)

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Tebu merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat penting posisinya untuk perekonomian suatu negara sebagai bahan baku industri gula pasir. Tebu dapat dibudidayakan pada lahan sawah (sistem reynoso) atau pada lahan kering (tebu lahan kering). Budidaya tebu lahan kering di Indonesia umumnya dilakukan pada kebun-kebun hak guna usaha (HGU) yang dimiliki oleh pabrik-pabrik gula (Pramuhadi 2005). Kegiatan budidaya tebu lahan kering dibedakan atas lima kegiatan utama yaitu penyiapan lahan (pengolahan tanah pertama, pengolahan tanah kedua, dan pembuatan alur tanam (kairan)), penyiapan bibit, pananaman, pemeliharaan tanaman (irigasi, pemupukan, penyulaman, pembumbunan, dan pengendalian gulma), serta pemanenan. Kegiatan-kegiatan budidaya tebu lahan kering tersebut sangat dituntut untuk dilaksanakan secara efektif dan efisien agar dapat mencapai keuntungan yang maksimum.

Luas area lahan perkebunan tebu pada umumnya sangat besar, sehingga sebagian besar pengolahan tanahnya dilakukan secara mekanis menggunakan alat dan mesin pertanian (traktor dan alat pengolahan tanah). Kegiatan pengolahan tanah memegang peranan penting bagi tanaman tebu terutama untuk diperolehnya keadaan tanah yang baik sehingga tanaman dapat tumbuh dengan memiliki perakaran yang baik sehingga memungkinkan unsur-unsur hara dan air diserap secara optimal dan pertumbuhan tanaman tebu yang kokoh dan tahan rebah.

Iqbal et al. (2006) diacu dalam Isron (2009) menyatakan bahwa dengan adanya intensitas lintasan traktor, dapat mengakibatkan peningkatan nilai densitas tanah (bulk density). Peningkatan nilai densitas tanahini mengindikasikan adanya peningkatan kepadatan tanah yang disebabkan pemampatan partikel-partikel tanah dimana ruang pori tanah semakin kecil. Secara aktual, hasil pengolahan tanah dengan ukuran bongkah tanah yang lebih kecil sangat diharapkan sehingga dihasilkan tanah dengan porositas yang lebih tinggi dan densitas tanah rendah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman maksimum. Plaster (1992) menjelaskan bahwa porositas tanah meningkat pada tekstur tanah yang lebih halus.

Pada dasarnya, pengolahan tanah berfungsi untuk menyediakan lingkungan tumbuh yang sesuai untuk tempat bibit, perkecambahan akar, dan peningkatan hasil panen. Dengan tanpa melihat metode pengolahan tanahnya, pengolahan tanah mempunyai tiga tujuan dasar: (a) pengontrolan gulma, (b) perubahan sifat fisik tanah, dan (c) manajemen sisa-sisa hasil panen (Plaster, 1992). Dengan demikian, tindakan pengolahan tanah yang efektif pada budidaya tebu lahan kering diperlukan agar diperoleh kondisi sifat fisik tanah optimum sehingga akan dihasilkan pertumbuhan dan produksi tebu maksimum. Sifat fisik tanah yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tebu diantaranya ditentukan oleh densitas tanah (bulk density) dan diameter berat rata-rata bongkah tanah (mean weight diameter) hasil pengolahan tanah. Hardjowigeno (2003) menyebutkan bahwa salah satu fungsi dari penentuan dari densitas tanah adalah untuk evaluasi terhadap kemungkinan akar menembus tanah, karena pada tanah-tanah dengan densitas tinggi, akar tanaman tidak dapat menembus lapisan tanah tersebut. Gill dan Berg (1967) diacu dalam Isron (2009) menjelaskan bahwa penentuan diameter bobot rata-rata bongkah tanah dapat dilakukan dengan cara pengayakan. Metode ini menunjukkan jumlah relatif bongkah tanah pada masing-masing kelas ukuran ayakan (mesh).

(3)

maksimum dan densitas optimum. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagi acuan dalam penerapan metode pengolahan tanah yang paling efektif dan dapat menghasilkan produktifitas tebu maksimum (tertinggi).

B.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan sifat fisik dan mekanik tanah hasil pengolahan tanah dan menentukan metode pengolahan tanah yang efektif di PT Laju Perdana Indah, Sumatera Selatan.

C.

Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai acuan dalam penerapan metode pengolahan tanah yang paling efektif yang dapat menghasilkan produktifitas tebu maksimum (tertinggi).

D. Hipotesis

(4)

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Sifat Fisik Tanah

1. Tekstur Tanah

Menurut Haridjadja (1980) tekstur tanah adalah distribusi besar butir-butir tanah atau perbandingan secara relatif dari besar butir-butir tanah. Butir-butir tersebut adalah pasir, debu dan liat. Gabungan dari ketiga fraksi tersebut dinyatakan dalam persen dan disebut sebagai kelas tekstur. Pada umumnya tanah asli merupaka campuran dari butiran-butiran yang mempunyai ukuran yang berbeda-beda (Braja 1993).

Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Kelas tekstur tanah dikelompokkan berdasarkan perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat. Tanah-tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah-tanah bertekstur liat mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi (Hardjowigeno 1995). Dalam sistem klasifikasi tanah berdasarkan tekstur, tanah diberi nama atas dasar komponen utama yang dikandungnya, misalnya lempung berpasir (sandy clay), lempung berlanau (silty clay), dan seterusnya (Braja 1993).

Sifat fisik dan kesuburan tanah sanggat dipengaruhi oleh tekstur tanah. Dari segi fisis tanah, tekstur berperan pada struktur, rumah tangga, air dan udara serta suhu tanah. Dalam segi kesuburan, tekstur memegang peranan penting dalam pertukaran ion, sifat penyangga, kejenuhan basa dan sebagainya. Fraksi liat merupakan fraksi yang paling aktif sedangkan kedua fraksi yang lain disebut kurang aktif (Haridjadja 1980). Braja (1993) menyatakan bahwa kelas tekstur dapat ditetapkan dengan menggunakan diagram segi tiga tekstur menurut USDA dalam Gambar 1. Sistem ini didasarkan pada ukuran batas dari butiran tanah yang meliputi:

(5)

Gambar 1. Diagram segitiga tekstur tanah dan sebaran besaran butiran

Fraksi pasir terdiri dari pecahan-pecahan batu dengan berbagai ukuran dan bentuk. Butiran-butiran pasir hampir selalu terdiri dari satu macam zat mineral, terutama kwartz (Wesley 1973). Partikel-partikel pasir memiliki ukuran yang jauh lebih besar dan memiliki luas permukaan yang kecil (dengan berat yang sama) dibandingkan dengan partikel-partikel debu dan liat. Oleh karena luas permukaan pasir adalah kecil, maka peranannya dalam ikut mengatur sifat-sifat kimia tanah adalah kecil sekali. Disamping itu, disebabkan fraksi pasir itu memiliki luas permukaan yang kecil, tetapi memiliki ukuran yang besar, maka fungsi utamanya adalah sebagai penyokong tanah dalam disekelilingnya terdapat partikel debu dan liat yang lebih aktif. Kecuali terdapat dalam jumlah yang lebih kecil, maka jika semakin tinggi persentase pasir dalam tanah, makin banyak ruang pori-pori diantara partikel tanah semakin dapat memperlancar gerakan udara dan air (Hakim 1986) diacu dalam Irfan (2011).

Menurut Wesley (1973), debu merupakan bahan peralihan antara liat dan pasir halus. Fraksi ini kurang plastis dan lebih mudah ditembus air daripada liat dan memperlihatkan sifat dilatasi yang tidak terdapat pada liat. Luas pernukaan debu lebih besar dari luas permukaan pasir per gram, tingkat pelapukan debu dan pembebasan unsur-unsur hara untuk diserap akar lebih besar dari pasir. Partikel-partikel debu terasa licin sebagai tepung dan kurang melekat. Tanah yang mengandung fraksi debu yang tinggi dapat memegang air tersedia untuk tanaman

(6)

2. Densitas Tanah

Densitas tanah basah atau wet-bulk density didefinisikan sebagai padatan tanah (massa total) dibagi dengan volume total tanah (Kalsim dan Sapei 2003). Massa total akan bervariasi dengan jumlah air yang ada dalam tanah, sehingga densitas tanah kering atau dry-bulk density

(Db) umumnya digunakan dan didefinisikan sebagai massa kering tanah oven (Mk) pada suhu 105oC selama 24 jam dibagi dengan volume total (Vt) tanah (Kalsim dan Sapei 2003). Untuk selanjutnya, istilah densitas tanah yang digunakan berarti merujuk pada dry-bulk density.

Berdasarkan hasil penelitian Iqbal et al. (2006) diacu dalam Isron (2009) yang menyatakan bahwa perlakuan intensitas lintasan traktor memberikan pengaruh nyata terhadap nilai densitas tanah pada taraf α = 0.05, di mana semakin meningkat intensitas lintasan roda traktor maka nilai densitas tanah cenderung meningkat. Kecenderungan kenaikan densitas tanah disebabkan oleh tekanan yang berasal dari roda traktor mendesak air dan udara, sehingga daerah yang dipengaruhi tekanan menjadi lebih padat dan secara langsung dapat meningkatkan densitas tanah. Pada umumnya densitas tanah berkisar antara 1.1–1.6 g/cm3

. Akan tetapi ada juga beberapa jenis tanah yang mempunyai densitas tanah kurang dari 0.85 g/cm3. Menurut Pramuhadi (2005), pertumbuhan dan produksi tebu maksimum serta pertumbuhan gulma minimum terjadi pada kisaran densitas tanah 1.2 –1.3 g/cm3

. Mengukur densitas tanah (Db). Menurut Kalsim dan Sapei (2003) densitas tanah dapat dihitung dengan persamaan:

Db = Mk/Vt = (Mt-Mw)/Vt

Di mana:

Db = Densitas tanah (g/cm3) Mk = Massa kering tanah (g) Vt = Volume tanah (cm3) Mw = Massa wadah (g)

Mt = Massa wadah + massa tanah kering (g)

Pada suatu usaha pemadatan tanah yang tetap, densitas tanah merupakan fungsi kadar air tanah. Densitas tanah meningkat mulai dari meningkatnya kadar air tanah dan mencapai puncak yang disebut sebagi kadar air optimum, selanjutnya menurun seiring dengan meningkatnya kadar air tanah (Hillel 1980).

Menurut McKyes (1985), kekuatan tanah dan sifat mekanik tanah lainnya akan berubah dengan adanya proses pemadatan. Kohesi tanah akan meningkat dengan pola logaritmik dan sudut geser dalam tanah akan meningkat dengan pola linier seiring kenaikan densitas tanah. Peningkatan kekuatan tanah akibat meningkatnya densitas ini tidak hanya menyebabkan kekuatan dan energi yang diperlukan untuk pemotongan (pengolahan) tanah menjadi meningkat, akan tetapi juga akan menghambat pertumbuhan akar tanaman.

(7)

3. Porositas

Porositas adalah proporsi ruang pori (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara (Plaster 1992). Porositas dapat ditentukan dengan menempatkan tanah kering oven pada sebuah panci air hingga seluruh ruang kosong terisi air. Perbedaan berat antara tanah kering oven dan tanah basah jenuh disebut total ruang pori. Secara umum porositas dapat dihitung dengan persamaan:

100

x

Vt

Mk

Mb

Pt

Dimana:

Pt = Porositas tanah (%)

Mb = Massa basah jenuh tanah sebelum dikering-ovenkan (g) Mk = Massa kering tanah setelah dikering-ovenkan (g) Vt = Volume tanah (cm3)

Porositas juga dapat ditentukan dari densitas tanah (Db) dan densitas partikel (Dp). Jika tidak ada ruang pori, maka Db akan sama dengan Dp. Rasio Db dan Dp akan sama dengan 1. Semakin banyak ruang pori, semakin kecil densitas tanah dan rasio Db/Dp. Pada kenyataannya, perbandingan Db/Dp adalah hanya prosentase fraksi padatan tanah. Jika salah satu prosentase berkurang dari 100%, perbedaannya adalah pada prosentase ruang pori. Untuk menghitungnya, biasanya dapat diasumsikan bahwa Dp adalah 2.65 gram/cm3. Persamaan berikut juga dapat digunakan untuk menghitung nilai porositas (Plaster 1992):





100

%

x

100

Dp

Db

Pt

100

65

,

2

%

100

Db

x

Pt

4. Diameter Berat Rata-rata Bongkah Tanah

Jumlah pecahan tanah akibat implemen pengolahan dapat ditentukan dengan ayakan tanah. Pengayakan memberikan metode sederhana untuk mengukur rata-rata ukuran bongkah tanah dan jumlah tanah relatif pada setiap kelas ukuran. Representasi yang sering digunakan adalah diameter berat bongkah tanah rata-rata atau mean weight diameter, MWD

Lal dan Shukla (2004) diacu dalam Isron (2009) menjelaskan bahwa ukuran partikel adalah sifat fisik tanah yang penting, karena mempengaruhi total porositas, ukuran pori, dan luas permukaan. Distribusi ukuran partikel menunjukkan ukuran kuantitatif dari ukuran partikel tanah yang merupakan fraksi solid. Analisa ukuran tanah merupakan percobaan (2)

(8)

tunggal, pengujian hanya bisa dengan penggolongan ukuran tanah melalui pendekatan selang ukuran antara dua ayakan (Bowles 1970).

Penggolongan ukuran dilakukan dengan menumpuk satu rangkaian ayakan pada ukuran lobang ayakan dari yang paling besar di puncak ke lobang paling kecil, dan pengayakan dilakukan pada sejumlah tanah yang diketahui kuantitasnya melalui tumpukan. Hal ini dilakukan dengan cara menempatkan materi di bagian atas ayakan dan digoncangkan untuk memisahkan partikel-partikel menjadi ukuran diameter yang lebih kecil dari ayakan teratas ke alas/panci (Bowles 1970).

B.

Sifat Mekanik Tanah

1. Kadar Air Tanah

Kadar air tanah adalah jumlah air tanah yang tekandung dalam pori-pori tanah dalam suatu massa tanah tertentu. Kadar air tanah dapat berubah-ubah pada tiap kedalaman karena merupakan bagian tanah yang tidak stabil. Perubahan kadar air tanah tersebut dapat menyebabkan perubahan nilai tahanan penetrasi dan densitas (bulk density)tanah. Menurut Hardjowigeno (1995), air di dalam tanah dibagi menjadi air gravitasi, kapiler dan higroskopis. Menurut Hakim et al (1986) cara yang biasa digunakan untuk menyatakan kadar air dalam tanah adalah dalam persen terhadap bobot tanah kering. Bobot tanah lembab tidak dipakai karena bergelonjak dengan kadar airnya. Kadar air juga dapat dinyatakan dalam persen volume, yaitu persentase volume air terhadap volume tanah.

Cara penetapan kadar air tanah dapat digolongkan kedalam cara gravimetrik, tegangan dan hisapan, hambatan listrik (blok tahanan), serta pembauran neutron (neutron scattering). Cara gravimetrik merupakan cara yang paling umum dipakai. Pada cara penentuan kadar air ini, sejumlah tanah basah dikeringkan dalam oven pada suhu antara 100oC sampai 110oC untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah basah (Hakim et al 1986). Secara umum kadar air tanah dapat dihitung dengan persamaan:

KA = mb-ma

ma

x 100%

(4)

dimana :

KA = Kadar air (%) mb = massa tanah awal (g) ma = massa tanah akhir (g)

2. Kekuatan Tanah

(9)

Kekuatan tanah tergantung pada gaya-gaya yang bekerja diantara butir-butirnya. Kekuatan geser tanah adalah salah satu parameter kekuatan tanah yang merupakan fungsi dari kohesi dan gesekan ƒ c, tan ө)), sedangkan kohesi sendiri merupakan fungsi dari interaksi gaya tarik-menarik antara partikel liat itu sendiri. Kekuatan geser tanah dapat dianggap terdiri atas bagian yang bersifat kohesi yang tergantung pada jenis tanah, kepadatan butirnya, dan bagian yang mempunyai sifat gesekan (frictional) yang sebanding dengan tegangan efektif yang bekerja pada bidang geser (Wesley 1973).

Menurut McKyes (1985), perancangan alat dan mesin pengolahan tanah yang efektif dan efisien dimulai dengan analisis dasar mengenai kekuatan geser tanah. Hal ini bertujuan untuk memprediksikan kekuatan dan energi yang dibutuhkan alat dan mesin tersebut untuk memotong tanah dengan efektif dan efisien. Proses pemotongan tanah mengakibatkan keruntuhan material tanah. Keruntuhan mekanik ini biasanya tejadi pada bagian permukaan perpecahan dalam (internal rupture surface) tanah dan bagian tanah yang bersentuhan dengan alat pemotong tanah.

Gambar 2. Skema keruntuhan tanah pada proses pemotongan tanah(McKyes 1985) Gaya-gaya yang menghasilkan keruntuhan tanah adalah gesekan dan kohesi yang sesuai dengan hukum Coulomb:

= c + tanө (5) dimana :

= Kekuatan tanah terhadap geseran kgf/cm2 ) c = Kohesi tanah (kgf/cm2)

= Tekanan normal terhadap bidang geser (kgf/cm2 ) ө = Sudut gesekan dalam o

)

Kekuatan geser tanah dari benda uji yang diperiksa di laboratorium, biasanya dilakukan dengan besar beban yang ditentukan terlebih dahulu dan dikerjakan dengan menggunakan tipe peralatan khusus. Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya kekuatan geser tanah yang diuji di laboratorium adalah :

a. Kandungan mineral dan butiran tanah b. Bentuk partikel

(10)

Menurut Hardiyatmo (1992) ada beberapa cara untuk menentukan kekuatan geser tanah, yaitu pengujian kekuatan geser langsung (direct shear test), pengujian triaksial (triaxial test), pengujian tekan bebas (unconfined compression test), dan pengujian baling-baling (vane shear test). Pada pengukuran kekuatan geser tanah menggunakan metode uji geser langsung, contoh tanah yang akan diuji diberikan tekanan normal yang konstan serta tegangan pori yang selalu tetap nol (Wesley 1973). Menurut Hardiyatmo (1992) terdapat beberapa batasan ataupun kekurangan dalam pengujian kekuatan geser langsung, yaitu: a. Tanah benda uji dipaksa untuk mengalami keruntuhan (failure) pada bidang yang telah

ditentukan sebelumnya.

b. Distribusi tegangan pada bidang keruntuhan tidak seragam. c. Tekanan air pori tidak dapat diukur.

d. Deformasi yang diterapkan pada benda uji hanya terbatas pada gerakan maksimum sebesar alat geser langsung dapat digerakkan.

e. Pola tegangan pada kenyataannya adalah sangat kompleks dan arah dari bidang-bidang tegangan utama berotasi ketika regangan geser ditambah.

f. Drainase tidak dapat dikontrol.

g. Luas bidang kontak antara tanah di kedua setengah bagian kotak geser berkurang ketika pengujian berlangsung, akan tetapi pengaruhnya sangat kecil pada hasil pengujian, sehingga dapat diabaikan.

C.

Pengolahan Tanah

Pengelolahan tanah merupakan bagian proses terberat dari keseluruhan proses budidaya, di mana proses ini mengkonsumsi energi sekitar 1/3 dari keseluruhan energi yang dibutuhkan dalam proses budidaya pertanian. Cara pengolahan tanah akan berpengaruh terhadap hasil pengolahan dan konsumsi energinya.

Pengolahan tanah meliputi primary tillage (pengolahan tanah primer) dan secondary

(pengolahan tanah sekunder). Plowing (pembajakan) merupakan pengolahan tanah primer tillage

dan kegiatan pengolahan tanah selanjutnya merupakan pengolahan tanah sekunder yang biasanya berupa harrowing (penggaruan).

Metode pengolahan tanah untuk tebu lahan kering meliputi kegiatan-kegiatan : (1) pengelolahan tanah dalam (subsoiling) , (2) pembajakan tanah (plowing), (3) penggaruan tanah

(harrowing) dengan kedalaman 20-30 cm, dan (4) pembuatan alur tanam (furrowing).

(11)

METODELOGI PENELITIAN

A.

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di lahan hak guna usaha (HGU) DIV II PT PG Laju Perdana Indah site OKU dan Laboratorium Fisika dan Mekanika Tanah, FATETA IPB. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli 2011 hingga September 2011.

B.

Alat dan Bahan

1.

Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Pengambilan Contoh Tanah:

1) Cangkul 2) Ring Sampler

3) Plastik wadah contoh tanah 4) Sekop kecil (kored) b. Pengukur kadar air:

1) Wadah (cawan) contoh tanah 2) Neraca elektronik

3) Mesin pengering (Oven) c. Pengukur MWD

1) Sekop kecil (kored)

2) Saringan ukuran 0.7 cm, 1.2 cm, 2 cm, 4 cm. d. Uji Pemadatan Tanah (Uji Proctor):

1) Mold dengan diameter 10 cm, volume 1 liter 2) Base Plate

3) Collar

4) Reamer 2.5 kg 5) Neraca elektronik

(12)

Gambar 3. Alat uji pemadatan tanah (Uji Proctor) e.Uji Geser Langsung:

1) Peralatan uji geser langsung (Direct Shear Apparatus) 2) Peralatan pembuat contoh tanah (Trimmer)

3) Peralatan pengukur kadar air

Gambar 4. Alat uji geser langsung (Direct Shear Apparatus)

2.

Bahan

(13)

C.

Metode Pengolahan Tanah

Ada dua metode pengolahan tanah yang diterapkan pada 3 lahan percobaan ini, yaitu metode pengolahan yang baru diterapkan di PT LPI yang diberi nama metode Trash In Corporation yang diterapkan pada lahan A ( 35C72 blok C4/8) dan lahan B (48C82 blok C5/9), bagan alir pengolahannya dapat dilihat pada gambar 5. Sedangkan lahan C (57C72 blok C6/8) diterapkan metode pengolahan tanah yang biasa diterapkan sebelumnya di PT LPI, bagan alir pengolahannya dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 5. Diagram alir metode Trash In Corporation

Bakar seresah

Harrowing I

Furrowing Plowing I

Plowing II

Harrowing II

Brushing

Harrowing I

Furrowing Giant Harrowing I

Giant Harrowing II

(14)

1. Pengolahan Tanah dengan Metode Biasa

Metode biasa terdiri atas plowing 1, harrowing 1, plowing 2, dan harrowing 2.

Plowing (pembajakan) merupakan pengolahan tanah primer, sedangkan harrowing

(penggaruan) merupakan pengolahan tanah sekunder. Setelah pengolahan tanah sekunder, kegiatan selanjutnya adalah penanaman (planting) baik secara manual (manual planting)

maupun mekanis (mechanical planting). Jika penanaman dilakukan secara manual, maka kegiatan land preparation berakhir pada kegiatan ridging dan pemupukan basalt secara mekanis. Namun jika penanaman dilakukan secara mekanis, maka tidak perlu dilakukan

ridging dan pemupukan basalt secara mekanis. 1.1. Plowing 1

Plowing 1 (pembajakan pertama) dilakukan setelah kegiatan land clearing. Tujuan dari pembajakan pertama adalah untuk memotong, mengangkat, dan membalik tanah dan bertujuan untuk mengurangi kekuatan tanah, membalikkan perakaran tebu (pada lahan RPC), menutup vegetasi dan dan mengatur agregat tanah. Alat yang digunakan di PT LPI untuk pembajakan pertama dan kedua adalah disc plow (bajak piring), yakni implemen traktor yang mempunyai 4 disc dengan diameter masing-masing 28 inci dan jarak antar disc sebesar 40 cm. Pada bagian ujung bajak terdapat disc datar dengan diameter 24 inci yang berfungsi sebagai roda pembantu untuk mengatur kedalaman pengolahan dan menstabilkan pengoperasian pembajakan sehingga operasi dapat begerak lurus. Disc angle bajak sebesar 15o dan tilth angle sebesar 35o. Besarnya sudut ini dapat menentukan kedalaman dan tenaga yang dibutuhkan dalam pembajakan selain dari pengaruh penetrasi dari implemen.

Spesifikasi traktor yang digunakan pada pembajakan pertama adalah traktor dengan daya 90 hp. Transmisi yang digunakan adalah dengan kecepatan putar 1900 rpm dan kecepatan maju sekitar 3-4 km/jam. Setelah pembajakan pertama selesai, lahan ’diklantang’, yaitu dibiarkan selama satu sampai dua minggu sebelum digaru (harrow). Tujuannya adalah agar perakaran (tunggul) tebu dan gulma yang berada di permukaan tanah mengering. Selain itu ’klantang’ bertujuan agar bongkahan tanah hasil plowing

cukup kering sehingga mudah dihancurkan pada saat harrowing. Kegiatan plowing 1

dapat dilihat di Gambar 7.

(15)

1.2. Harrowing 1

Kegiatan Harrowing 1 (penggaruan pertama) dilakukan setelah Plowing 1. Tujuan Harrowing 1 adalah agar agregat tanah menjadi lebih kecil. Harrowing 1

termasuk pengolahan tanah sekunder (secondary tillage). Kegiatan ini dilakukan untuk menghancurkan bongkahan tanah hasil Plowing 1 sehingga diperoleh tekstur tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tebu. Selain itu, harrowing juga bertujuan untuk meratakan tanah serta memotong rumput dan perakaran yang berada di permukaan tanah.

Harrowing 1 di PT LPI menggunakan traktor dengan daya 150 Hp dengan transmisi 3B dan kecepatan pitar 1900 rpm. Implemen yang digunakan adalah heavy-duty disc harrow Heavy-heavy-duty disc harrow memiliki 20 scalloped disc yang disusun dua gang secara offset. Diameter scalloped disc yang digunakan yaitu 28 inci dengan jarak antar disc 30 cm. Harrow ini melakukan aksi ganda pada pengoperasiannya dengan kedalaman pengolahan sebesar 25 cm dan lebar olah rata-rata 310 cm. Setelah

Harrowing 1 selesai, dilakukan peng-„klantangan’-an selama tiga hari, selanjutnya dilakukan plowing 2

. Kegiatan

harrowing I dapat dilihat di Gambar 8.

Gambar 8. Kegiatan Harrowing I

1.3. Plowing 2 dan Harrowing 2

Plowing 2 (pembajakan kedua) adalah kegiatan pengolahan tanah primer untuk kedua kalinya pada lahan budi daya. Kegiatan ini dilakukan setelah harrowing 1. Pada

harrowing 1, tidak semua tanah hasil plowing 1 tergaru. Tanah yang tergaru kedalamannya hanya sekitar 25 cm. Tujuan dari plowing 2 adalah untuk membalik tanah yang sudah tergaru pada harrowing 1 ke bagian bawah dan mengangkat tanah yang belum tergaru pada harrowing 1 yang kemudian akan digaru kembali. Plowing 1

dilakukan setelah harrowing 1. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk memperhalus tekstur tanah serta menimbun rumput, sampah, dan perakaran yang telah kering tertimbun oleh tanah.

Arah pengolahan plowing 2 sebaiknya tidak sejajar dengan arah plowing 1,

(16)

pengamatan didapat besarnya lebar pengolahan adalah 190 cm dengan kedalaman sebesar 28 cm.

Kegiatan harrowing 2 dilakukan setelah plowing 2. Harrowing 2 bertujuan untuk menggemburkan kembali tanah yang telah dibajak pada plowig 2 serta untuk menghancurkan akar dan sampah yang belum hancur pada saat Harrowing 1. Spesifikasi traktor yang digunakan sama dengan harrowing 1, sedangkan implement

yang digunakan yaitu jenis heavy-duty disc harrow. Setelah harrowing 1,

kegiatan selanjutnya dalah planting (penanaman). Namun jika penanaman dilakukan secara manual (manual planting), maka pengolahan tanah masih berlanjut dengan kegiatan ridging (pembuatan alur tanam) dan basalt dressing (pemupukan basalt). 1.4. Ridging

Ridging adalah kegiatan pembuatan baris (row) tanam atau biasa disebut ‘juring’, dengan cara membentuk bedengan (ridge) pada petak lahan yang sudah dilakukan harrowing 2. Kegiatan ini sangat penting dalam budi daya tebu lahan kering dan hanya dilakukan pada petak lahan yang akan ditanam secara manual. Di PT LPI, alat yang digunakan untuk ridging disebut ridger.

Ridger adalah implemen yang terdiri dari dua wing (sayap), pengoperasiannya ditarik oleh traktor untuk tanaman single row maupun double row. Untuk tanaman

single row, jarak antar wing adalah 1.5 m, dimana sebelumnya adalah 1.3 m. Perubahan standar ini dikarenakan jarak tanam (jarak antar row) 1.3 m sudah tidak sesuai dengan spesifikasi traktor atau pun alsintan lain yang digunakan oleh perusahaan.

Pengoperasian ridger ini dilakukan secara overlap, karena operator membutuhkan satu juring sebagai patokan ban traktor untuk membuat juring lainnya. Implemen ini ditarik oleh traktor berdaya 150 hp. Sebelum ridging dilakukan, operator harus memperhatikan kondisi lahan dan konturnya. Pembuatan baris tanam harus mengikuti garis kontur untuk menghindari terjadinya erosi ataupun run off saat hujan. Untuk elevasi lahan yang tidak terlalu curam, bedengan dibuat dengan sudut sekitar 25o sedangkan untuk elevasi lahan yang curam, bedengan dibuat dengan sudut sekitar 45o.

Untuk lahan yang mempunyai elevasi yang berbeda dalam satu petak maka dilakukan pemotongan atau pembagian lahan mejadi beberapa bagian. Misalnya satu petak lahan mempunyai dua elevasi yang berbeda, maka diambil titik tengah dari kedua elevasi tersebut kemudian di buat jalan kecil sebagai pemisah. Dari pembagian tersebut dibuat baris tanam sesuai dengan kontur pada setiap bagian dalam satu petakan. Tetapi jika ingin memperkecil biaya operasi, maka dibuatlah arah ridging yang berkelok (bahkan membentuk huruf S atau V) sesuai dengan kontur yang ada. Namun operator

yang menjalankannya harus memiliki keahlian dan keterampilan yang tinggi. Kegiatan

(17)

. Gambar 9. Kegiatan Ridging

1. Pengolahan Tanah dengan Metode Trash Incorporation

Secara garis besar kegiatan, pengolahan tanah dengan metode trash in corporation

sama dengan metode pengolahan tanah biasa. Namun ada sedikit perbedaan perlakuan pada pengolahan tanah primer. Pada metode trash in corporation, pengolahan tanah primer tidak menggunakan disc plow, melainkan giant harrow atau sering disebut rome harrow. Rome harrow adalah implemen yang terdiri dari 10 scalloped disc harrow berukuran 32 atau 36 inci, dengan 5 disc di gang depan dan 5 disc di gang belakang disusun secara offset. Standar operasional rome harrow adalah 0.5 ha/jam/unit.

Rome harrow dibuat dengan tujuan untuk memotong dan menghancurkan trash

(sampah, seresah sisa tebangan) pada lahan RPC, sekaligus membalik dan memotong tanah seperti halnya disc plow. Dengan adanya program green cane, sisa sampah dari pemanenan tidak boleh dibakar dan dibuang, namun diolah dan dicampur dengan tanah pada lahan RPC. Hal ini bertujuan untuk memperkaya unsur hara dan mikroorganisme di dalam tanah. Oleh karena itu, pengolahan tanah primer dengan metode ini tidak menggunakan disc plow.

(18)

Gambar 10. Kegiatan pembajakan dengan implement Giant harrow

D.

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini melakukan pengukuran sifat fisik dan mekanik tanah, khususnya densitas, diameter berat rata-rata bongkah tanah (MWD), kekuatan geser tanah, kadar air optimum dan densitas maksimum. Pengukuran dilakukan pada saat sebelum dan sesudah pengolahan tanah. Bagan alir rancangan penelitian dapat dilihat pada Gambar 11.

1. Sebelum Pengolahan Tanah

(19)

Gambar 11. Diagram alir rancangan penelitian 2.

Sete

lah Pengolahan Tanah

Kombinasi pengolahan tanah I, pengolahan tanah II, dan pembuatan alur tanam yang akan diterapkan adalah pengolahan tanah I-pengolahan tanah I-prengolahan tanah II-pengolahan tanah II-kair. Metode ini sesuai dengan metode standar yang dipakai pada budidaya tebu lahan kering oleh PT PG Laju Perdana Indah site OKU . Bajak I menggunakan implemen bajak piring dengan disc 28 inch dan rome harrow dan bajak II menggunakan implement heavy duty disc harrow, sedangkan pengkairan menggunakan

furrower (kair).

Lokasi yang berbeda

Kondisi sifat fisik tanah

(densitas kekuatan geser awal berbeda dan mungkin tekstur tanah yang berbeda)

Diaplikasikan 2 metode pengolahan tanah yang berbeda

Sifat fisik tanah

(densitas,kekuatan geser dan ukuran bongkah tanah) hasil pengolahan tanah berbeda

Jika ditanami tebu

Memberikan hasil produktivitas tebu (TCH) bervariasi

Dapat digunakan untuk merencanakan metode pengolahan tanah paling efektif dan efisien

(20)

Gambar 12. Petak lahan penelitian dan titik pengambilan sampel

Pengukuran dan pengambilan contoh tanah setiap petak lahan dilakukan pada 5 titik yang telah ditentukan pada tanah hasil pengolahan tanah (bajak I, bajak II, dan kair). Pengukuran densitas tanah dilakukan pada tiga selang kedalaman, tergantung kedalaman standar pada masing-masing kegiatan pengolahan tanah yang diharapkan oleh pihak PG. Kedalaman standar hasil pengolahan tanah bajak I yang diharapkan oleh pihak PG sebesar 30 cm, sehingga selang kedalaman pengambilan sampel adalah pada selang (0-10 cm), (10-20 cm), dan (20-30 cm). Pengambilan sampel tanah hasil pengolahan tanah bajak II dan kair dilakukan pada selang kedalaman (0-10cm), (10-20 cm), dan (20-30 cm) karena kedalaman standar pengolahan tanahnya sebesar 30 cm. Pengambilan sampel tanah untuk mengukur diameter berat rata-rata bongkah tanah pada kedalaman tertentu (misalnya 15 cm) dari permukaan tanah. Khusus untuk pengkairan, pengambilan sampel tanah diambil dari guludan, di mana dianggap permukaan tanah 0 cm adalah pada permukaan guludan.

E.

Prosedur Pengukuran

1. Pengukuran Densitas Tanah (Bulk Density)

a) Contoh tanah diambil dari setiap titik dengan menggunakan ring sampel, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik.

b) Mengukur massa wadah (Mw)

c) Mengukur volume tanah, Vt (sama dengan volume wadahnya, Vw). d) Contoh tanah dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 24 jam.

e) Contoh tanah dimasukkan ke dalam desikator hingga suhunya mencapai suhu ruang agar tidak mempengaruhi massanya.

f) Menimbang massa kering tanah (Mk) + massa wadah (Mw), dan dianggap sebagai Mt g) Mengukur densitas tanah (Db). Menurut Kalsim dan Sapei (2003) densitas tanah dapat

dihitung dengan persamaan:

Db = Mk/Vt = (Mt-Mw)/Vt Di mana:

Db = Densitas tanah (g/cm3) Mk = Massa kering tanah (g) Vt = Volume tanah (cm3) Mw = Massa wadah (g)

Titik Pengambilan sampel

(21)

Mt = Massa wadah + massa tanah kering (g)

2. Pengukuran Diameter Berat Rata-Rata Bongkah Tanah

a) Bongkah-bongkah tanah hasil pengolahan tanah diambil menggunakan sekop pada kedalaman tertentu (misal pada kedalaman 15 cm).

b) Bongkah tanah dijaga agar tidak rusak strukturnya.

c) Bongkah tanah disaring menggunakan saringan kawat bersusun dengan cara digoyang sebanyak 25 kali dengan sudut 20o terhadap permukaan tanah.

d) Tanah yang tertahan pada masing-masing saringan ditimbang massanya. e) Diameter berat rata-rata bongkah tanah dihitung dengan persamaan (Isron 2009)

MWD = ∑ Wi di / W

Di mana:

MWD = Diameter berat rata-rata bongkah tanah (cm) Wi = Bobot tanah tertahan pada saringan ke-i (g) di = Diameter saringan ke-i (cm)

W = Bobot tanah total bongkah tanah tertahan seluruh saringan (g)

3. Uji Pemadatan Tanah

Prosedur uji pemadatan tanah menggunakan metode Standard Proctor adalah: a. 3 kg contoh tanah lolos ayakan ϕ 4.76 mm dimasukkan ke dalam wadah

b. Tanah dipadatkan dengan membuat 3 lapisan, masing-masing lapisan diberikan tekanan dengan reamer sebanyak 25 kali ketukan

c. Bagian tepi atas tanah dipotong d. Ukur Bulk Density tanah dengan cara:

1) Timbang berat mold + base plate (m1)

2) Timbang berat mold + base plate + tanah padat (m2) 3) Hitung kadar air contoh tanah (w)

4) Hitung densitas basah ρt 5) Hitung densitas kering ρd

6) Hitung densitas jenuh tanah ρs dengan menggunakan persamaan:

ρs = ρw

S1 100w

dimana : ρw = densitas air ( ≈ 1 g/cm3 ) GS = specific gravity ( ≈ 2.7 )

w = kadar air contoh tanah (%) e. Kadar air tanah diubah dengan cara:

1) Tanah dikeluarkan dengan alat extruder

2) Tanah dihancurkan kembali 3) Ditambahkan air

(7)

(22)

4. Uji Kekuatan Geser Langsung Tanah

Prosedur uji kekuatan geser tanah menggunakan metode Uji Kekuatan Geser Langsung (Direct Shear Test) adalah:

a) Buat contoh tanah dengan menggunakan Trimmer

b) Ukur berat, dimensi dan kadar air contoh tanah

c) Letakkan / masukkan contoh tanah ke dalam kotak geser d) Pasang kotak geser ke peralatan geser

e) Set pengukur beban R dengan deformasi δ = 0 f) Beri beban normal

g) Pemberian beban normal minimal ada tiga macam, yaitu 0.5 kgf/cm2, 1.0 kgf/cm2, dan 1.5 kgf/cm2, supaya dapat dibuat kurva garis lurus dalam kurva terhadap .

h) Beri beban geser dengan laju pembebanan 1% / menit

i) Catat beban R pada setiap deformasi δ sebesar 20 skala, dengan nilai k = 0.2693 kgf/skalaR

j) Hitung kekuatan geser dengan rumus :

=

R .k

=

R .k 1/4 D2

k) Dari ketiga kurva hubungan terhadap diperoleh max pada tiap kurva. Buat kurva hubungan max terhadap , sehingga diperoleh suatu garis lurus, dan didapatkan nilai kohesi c dan sudut gesek dalam Φ

(23)

Gambar 13. Bagan alir prosedur penelitian untuk menentukan efektivitas pengolahan tanah Diameter bobot bongkah tanah rata-rata

MWD=∑ Wi di /W

Porositas P=[1-(Db/DPT)]x100% Densitas partikel

tanah (DPT)

Densitas tanah Db = Mk/Vt

Bobot tanah total (bobot tanah tertahan seluruh

saringan (W))

Ukuran bongkah tanah rata-rata tertahan di setiap

saringan (di)

Bobot kering Tanah (Mk)

Volume Tanah (Vt)

Bobot tanah tertahan disetiap

saringan(Wi)

Kekuatan geser tanah

Uji Proctor

Densitas maksimum, Kadar air optimum

pemadatan Uji Geser

Langsung

Efektivitas pengolahan tanah Areal tebu lahan kering (3 petak lahan

replanting cane )

Pengujian kinerja traktor dan implemen (Bajak, Garu, Kair) Pengambilan contoh

tanah

Traktor roda empat Implement pengolahan

tanah

Uji homogenitas sifat fisik tanah

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Kondisi Umum Wilayah Penelitian

PT Laju Perdana Indah Site Komering terletak di kecamatan Cempaka Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Propinsi Sumatera Selatan. Luas lahan perkebunan PT Laju Perdana Indah adalah 37.500 hektar yang terdiri dari lahan bersertifikat Hak Guna Usaha (HGU) sekitar 21.500 hektar dan sisanya masih berupa ijin lokasi. Dari keseluruhan lahan tersebut, baru sekitar 8000 hektare saja yang telah ditanami tebu yang terbagi dalam tiga wilayah (region), yaitu region 1 yang berpusat di Sungai Balak, region 2 yang berpusat di Gohong, dan region 3 yang berpusat di Abaka. Dari jalan Lintas Timur Sumatera yaitu R-9 berjarak ± 25 km untuk menuju kantor Sungai Balak dengan waktu tempuh ± 30 menit. Jenis traktor dan implement yang digunakan pada pengolahan tanah di PT LPI dapat dilihat pada tabel 1

Tabel 1. Spesifikasi Traktor yang Digunakan Dalam Pengolahan Tanah

Nama Traktor Tipe A Traktor Tipe B Traktor Tipe C

Daya (hp) 150 150 90

Panjang (mm) 4630 4700 4037

Lebar (mm) 1974 2104 1777

Tinggi (mm) 3011 - 2889

Diameter roda belakang

Belakang kanan (mm) 1750 1640 1530

Belakang kiri(mm) 1750 1640 1530

Tabel 2. Spesifikasi Implement yang Digunakan Dalam Pengolahan Tanah

Nama Bajak Piring Garu Garu Kair

Tipe Standar Giant harrow Heavy Duty Harrow Ridgid Swing

Jumlah Bottom 4 10 22 -

Diameter piringan (mm) 711.2 812.8 711.2 -

Panjang (mm) 2930 5750 5570 2460

Lebar (mm) 1530 1680 2630 1150

(25)

Gambar 14. Data Curah Hujan Wilayah II HGU PT LPI site OKU tahun 2011 Tabel 3. Persentase fraksi pasir, debu, dan liat

Petak Persentase fraksi (%) Kelas Tekstur

Pasir Debu Liat

Lahan A (35C72 blok C5/7) 63.55 12.12 24.33 Lempung liat berpasir Lahan B (48C82 blok C5/9) 63.55 10.10 26.35 Lempung liat berpasir Lahan C (57C72 blok C6/8) 61.53 10.10 28.37 Lempung liat berpasir

Hasil analisis tekstur terhadap contoh tanah DIV II PT LPI yang dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah, Divisi Riset and Development PT LPI, menunjukkan bahwa ketiga sample tanah tersebut diklasifikasikan bertekstur lempung liat berpasir. Tanah jenis ini mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan air dan menyerap unsur haranya tinggi. Dari hasil Uji Homogenitas Tanah pada lampiran 5 Sebelum Pengolahan Tanah (Kondisi Awal) diketahui bahwa contoh tanah DIV II PT LPI seragam ditiap titik sample pengambilan datanya. Kondisi lahan A, B,dan C sebelum pengolahan tanah adalah lahan tebu RPC ( replanting cane) atau lahan yang akan ditanam kembali dengan bibit tebu yang baru setelah tanaman ratoon III.

B.

Hubungan Sifat Fisik dan Mekanik Tanah

Pengolahan Tanah dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman melalui perubahan sifat fisik dan mekaniknya namun juga dapat menimbulkan masalah kerusakan tanah. Dari hubungan sifat fisik dan mekanik tanah hasil pengolahan tanah dapat dianalisis apakah perlakuan beberapa kegiatan pengolahan tanah dapat disimpulkan efektif dalam memperbaiki tanah untuk pertumbuhan tanaman atau justru dapat menimbulkan kerusakan tanah dengan menciptakan kepadatan. Data perubahan sifat fisik tanah akibat pengolahan tanah dapat dilihat pada tabel 4

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

C

u

rah

h

u

jan

(mm/

h

ar

i)

Tanggal

Data Curah Hujan Wilayah II HGU Tahun 2011

(26)

Tabel 4. Nilai densitas rata-rata (g/cm3), Porositas (%) dan MWD

Lokasi Petak

Metode Pengolahan

Tanah

BD rata-rata (g/cc) Porositas (%)

MWD 0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm 0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm Lahan A (35C72 blok C5/7) Sebelum

Pengolahan 1.53 1.5 1.33 42.26 43.35 49.75 - Giant Harrow I 1.35 1.34 1.37 49.20 49.47 48.14 1,5064 Giant Harrow II 1.31 1.39 1.37 50.70 47.41 48.26 0,8795 Harrow I 1.22 1.18 1.38 54.05 55.52 48.09 0,8239 Harrow II 1.11 1.21 1.34 57.96 54.46 49.31 0,8053 Kair 1.04 1.04 1.32 60.94 60.87 50.32 0,6476

Lahan B (48C82 blok

C5/9

Sebelum

Pengolahan 1.33 1.63 1.42 49.90 38.58 46.34 - Giant Harrow I 1.29 1.53 1.62 51.34 42.34 38.69 1,4991 Giant Harrow II 1.15 1.55 1.54 56.58 41.68 41.89 0,9660 Harrow I 1.10 1.25 1.20 58.59 52.96 54.70 0,8552 Harrow II 1.03 1.07 1.07 61.28 59.72 59.71 0,8516

Lahan C (57C72 blok

C6/8)

Sebelum

Pengolahan 1.56 1.27 1.16 41.24 52.17 56.26 - Bajak I 1.24 1.21 1.57 53.16 54.42 40.87 1,5704 Bajak II 1.10 1.19 1.55 58.33 55.18 41.65 1,2759 Harrow I 1.15 1.05 1.19 56.74 60.37 55.01 1,1489 Harrow II 1.03 1.02 1.09 61.15 61.54 58.98 0,9982 Kair 0.98 0.98 1.15 62.90 62.91 56.79 0,9838

Tabel 5. Perubahan Densitas, Porositas dan MWD hasil pengolahan tanah

Lokasi Petak

Metode Pengolahan

Tanah

Selisih BD (g/cc) Selisih PT (%) Kedalaman Olah (cm) 0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm 0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm Lahan A (35C72 blok C5/7)

Giant Harrow I 30 0.18 0.10 -0.04 -6.94 -0.12 1.61 Giant Harrow II 30 0.04 0.05 0.00 1.50 2.06 -0.12 Harrow I 15 0.09 0.21 -0.01 -3.35 -8.11 0.17 Harrow II 15 0.11 0.03 0.04 -3.91 1.06 -1.22

Kair 30 0.07 0.17 0.02 -2.98 -6.41 -1.01

Lahan B (48C82

blok C5/9

Giant Harrow I 30 0.04 0.10 -0.02 -1.44 -3.76 7.65 Giant Harrow II 30 0.14 0.02 0.08 -5.24 0.66 -3.20 Harrow I 15 0.05 0.30 0.34 -2.01 -11.28 -12.81 Harrow II 15 0.07 0.18 -0.13 -2.69 -6.76 -5.01 Lahan C

(57C72 blok C6/8)

Bajak I 30 0.32 0.06 -0.41 -11.92 -2.25 15.39 Bajak II 30 0.14 0.02 0.02 -5.17 -0.76 -0.78 Harrow I 15 0.05 0.14 0.30 1.59 5.19 -13.36 Harrow II 15 0.12 0.03 0.10 -4.41 1.17 -3.97

(27)

Gambar 15. Grafik Perubahan Nilai Densitas Lahan A (35C72 blok C5/7)

Gambar 16. Grafik Perubahan Nilai Densitas Lahan B (48C82 blok C5/9)

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8

0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm

Sebelum Pengolahan Giant Harrow I

Giant Harrow II

Harrow I

Harrow II

Kair

Lahan A (35C72 blok C5/7)

Densi ta s (g /c c) 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8

0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm

Sebelum Pengolahan Giant Harrow I

Giant Harrow II

Harrow I

Harrow II

Lahan B (48C82 blok C5/9)

Den sita s (g /cc) 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 Sebelum Pengolahan Bajak I Bajak II Harrow I Harrow II Kair

Lahan C (57C72 blok C6/8)

Densi

ta

s

(g

(28)

Gambar 18. Perubahan selisih Densitas pada setiap pengolahan tanah pada lahan A

Gambar 19. Perubahan selisih Densitas pada setiap pengolahan tanah pada lahan B

Gambar 20. Perubahan selisih Densitas pada setiap pengolahan tanah pada lahan C

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada kebun A terjadi penurunan nilai densitas tanah akibat perlakuan pengolahan tanah. Penurunan nilai densitas nyata terjadi setelah pembajakan primer dan skunder hingga pengkairan pada selang kedalaman 0-10 cm, namun pada selang kedalaman 10-20 cm dan 20-30 cm densitas tanah sempat naik pada saat bajak II dan harrow I.

-0,4 -0,3 -0,2 -0,1 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 Giant Harrow I Giant Harrow II

Harrow I Harrow II Kair

0-10 cm

10-20 cm

20-30 cm

Peningkatan Densitas (g/cc)

Penurunan Densitas (g/cc)

-0,4 -0,3 -0,2 -0,1 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 Giant Harrow I Giant Harrow II

Harrow I Harrow II

0-10 cm

10-20 cm

20-30 cm

Peningkatan Densitas (g/cc)

Penurunan Densitas (g/cc)

-0,4 -0,3 -0,2 -0,1 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5

Bajak I Bajak II Harrow I Harrow II Kair

0-10 cm

10-20 cm

20-30 cm

Peningkatan Densitas (g/cc)

(29)

Hal ini disebabkan karena implement yang bajak 1 yang digunakan berupa giant harrow atau

rome harrow yang memiliki beban yang lebih berat dari bajak piring biasa, sehingga secara tidak langsung juga memberikan effek pemadatan ke tanah. Dari data densitas sebelum pengolahan tanah terlihat pada selang kedalaman 20-30 cm lebih kecil nilainya dari pada selang kedalaman 0-10 dan 10-20 cm dikarenakan persentase ruang pori-pori tanah atau porositas yang kecil sehingga ruang pori-pori tanah tersebut lebih sedikit atau lebih padat akibat adanya desakan dari beban yang terjadi diatas lahan tersebeut. Tetapi dari gambar 18 dianalisis bahwa metodeTrash in Corporation yang diterapkan ternyata lebih efektif dari pada metode pembajakan yang diterapkan di lahan C, hal ni dilihat dari selisih peningkatan dan penurunan densitas yang terjadi hingga perlakuan pengolahan tanah terakhir yang dierapkan ke lahan tersebut.

Nilai densitas tanah pada kebun B cenderung sama dengan lahan A, yaitu densitas tanah yang diharapkan turun secara nyata ternyata sempat mengalami kenaikan pada selang 10-20 cm dan 20-30 cm saat kegiatan bajak II dan harrow I. Hal ini disebabkan karena implement yang bajak 1 yang digunakan berupa giant harrow atau rome harrow yang memiliki beban yang lebih berat dari bajak piring biasa, sehingga secara tidak langsung juga memberikan effek pemadatan ke tanah.

Pada dasarnya, dengan kegiatan pengolahan tanah ini diharapkan akan menurunkan densitas tanah dan meningkakan ruang pori-pori tanah, sehingga memudahkan akar-akar tebu menembus tanah melalui ruang pori tersebut, terutama untuk bibit yang perakarannya masih muda (lemah). Kecenderungan kenaikan densitas tanah setelah pengkairan pada kebun A disebabkan oleh tekanan yang berasal dari roda traktor mendesak air dan udara, sehingga daerah yang dipengaruhi tekanan roda menjadi lebih padat dan secara langsung dapat meningkatkan densitas tanah.

Data kebun C menunjukkan bahwa intensitas pengolahan tanah dari bajak I, bajak II,

harrow 1, harrow II, dan kair menurunkan nilai densitas tanah pada setiap kedalaman olah. Hal ini disebabkan karena metode yang diterapkan pada lahan ini adalah metode pembajakan lama PT LPI, yaitu pembajakan tanahnya menggunakan bajak piring yang memiliki bobot lebih ringan dari pada pembajakan pada lahan A dan B dengan metode Trash in Corporation yang menggunakan implemen rome harrow.

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8

Lahan A Lahan B Lahan C

Bajak I

Bajak II

Harrow I

Harrow II

Kair

Lahan

M

WD

(cm

(30)

Diameter berat rata-rata bongkah tanah (MWD) dapat diartikan sebagai diameter rata-rata berat bongkah tanah hasil perlakuan pengolahan tanah, atau massa tingkat konsentrasi diameter tanah hasil pengolahan tanah. Pengujiannya dilakukan dengan menggunakan ayakan bertingkat dengan mesh 4 cm, 2 cm, 1.2 cm, 0.7 cm, dan panci. Selang kedalaman yang diambil samplenya hanya pada selang kedalaman 0-15 cm, dikarenakan kedalaman pembajakan efektif di lahan LPI hanya sampai kedalaman 15 cm

Dari gambar 15 terlihat penurunan MWD yang drastis pada lahan A dan B, sedangkan pada lahan C penurunan MWDnya tidak terlalu drastis. Hal ini disebabkan karena metode pengolahan tanah yang diterapkan pada lahan A dan B adalah metode trash in corporation dimana implemen bajak yang digunakan berupa rome harrow yang memiliki 10 disc 32 inch yang disusun scaloped sehingga memiliki daya penetrasi yang lebih besar ke tanah, sehingga dapat memecah bongkahan tanah lebih kecil. Berbeda dengan lahan C yang menggunakan metode pengolahan tanah biasa yang pembajakannya menggunakan bajak piring 28 inch yang daya penetrasinya tidak sebesar rome harrow sehingga penurunan MWDnya tidak terlalu drastis

Gambar 22. Grafik hubungan BD dengan MWD

Gambar 23. Grafik hubungan PT dengan MWD

Dari gambar 22 di hasilkan grafik hubungan antara densitas tanah dengan diameter berat rata-rata, dimana hubungannya adalah semakin rendah densitas tanah maka semakin

y = 1,9666x - 1,6319 R² = 0,8581

0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6

0 1 2

Hubungan BD dengan MWD

Bulk Density (g/cc)

M

WD

(cm

)

y = -0,0529x + 3,6195 R² = 0,8694

0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6

0 20 40 60 80

Hubungan PT dengan MWD

Porositas (%)

M

WD

(cm

(31)

rendah juga diameter berat rata-rata. Berbanding terbalik dengan yang di tunjukan pada gambar 23 yang menunjukan semakin besarnya persentase porositas tanah maka semakin besar ukuran diameter berat bongkah rata-rata

Pengujian pemadatan tanah dilakukan untuk mencari hubungan kadar air dan berat volume, serta untuk mengevaluasi tanah agar memenuhi persyaratan kepadatan.. Selain itu, pengujian ini juga dapat digunakan untuk mengetahui nilai kadar air optimum contoh tanah yang dapat menghasilkan berat volume kering atau densitas (bulk density) maksimum contoh tanah. Pengujian pemadatan tanah terhadap contoh tanah (A ,B, C) dilakukan dengan metode Standard Proctor, sehingga diperoleh hasil pengamatan seperti yang tersaji dalam Lampiran 11. Pada pengujian ini digunakan beberapa asumsi seperti densitas air ρw) sebesar 1 g/cc .

Pemadatan tanah diperoleh dengan uji Proctor terhadap ketiga sampel tanah yang digunakan dalam penelitian. Pengujian ini dilakukan untuk memperoleh hubungan antara kadar air dengan berat volume kering tanah (dry bulk density) yang nantinya akan digunakan untuk mementukan kadar air optimum dan berat volume kering maksimum.

Pemadatan tanah dilakukan bertahap dengan melakukan manipulasi kadar air pada sampel tanah. Berat volume kering tanah (dry bulk density) dalam hal ini densitas yang diperoleh pada mulanya akan turun dan berikutnya akan naik hingga mencapai maksimum. Setelah mencapai titik maksimum ia akan turun, hal ini berjalan dengan bertambahnya kadar air. Kadar air pada densitas maksimum ini adalah kadar air optimum yang merupakan nilai kadar air yang terbaik untuk mencapai densitas terbesar atau kepadatan maksimum. Hasil uji Proctor sample tanah PT LPI dapat dilihat pada lampiran 11.Berikut adalah gambar dry bulk density masing-masing contoh tanah .

Gambar 24. Densitas tanah A (35C72 blok C5/7)

y = -7E-05x3 + 0.003x2 - 0.026x + 1.475

R² = 0.834

1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 2,2 2,4 2,6

0 10 20 30 40

Densitas jenuh

Densitas Kering

Kadar Air (%)

Densi

ta

s

T

a

na

h (

g

/cc)

BD maksimum

(32)

Gambar 25. Densitas tanah B (48C82 blok C5/9)

Gambar 26. Densitas tanah C (57C72 blok C6/8)

Kurva-kurva tersebut menampilkan hubungan penambahan kadar air tanah dengan densitas tanah (densitas kering tanah dan densitas jenuh tanah). Kurva-kurva tersebut mengikuti pola fungsi polynomial pangkat tiga. Pada kurva densitas kering tanah, fungsi tersebut dapat digunakan untuk mencari kadar air optimum pada densitas kering tanah maksimum dengan cara mencari nilai (x) untuk kadar air optimum dan nilai (y) untuk densitas kering maksimum pada turunan pertama persamaan tersebut yang bernilai nol y‟=0).

Dalam hal pengaruh penambahan air terhadap perubahan densitas, pada tanah yang memiliki fraksi pasir yang tinggi densitas tanah tidak akan berubah terlalu jauh jika dibandingkan dengan tanah yang fraksi pasirnya rendah, hal ini diakibatkan karena fraksi debu dan fraksi liat akan lebih sulit dipadatkan dalam kondisi basah. Dengan demikian tanah yang memiliki fraksi debu dan liat akan lebih sulit untuk dilalui mesin pertanian jika dalam keadaan basah

y = -7E-05x3 + 0.003x2 - 0.025x + 1.435

R² = 0.713

1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 2,2 2,4 2,6

0 10 20 30 40

Densitas jenuh

Densitas Kering

Kadar Air (%)

Den sita s T a n a h ( g /cc) KA optimum BD maksimum

y = -7E-05x3 + 0.003x2 - 0.025x + 1.435

R² = 0.713

1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 2,2 2,4 2,6

0 10 20 30 40

Densitas jenuh

Densitas Kering

Kadar Air (%)

(33)

Tabel 6. Kadar air optimum dan densitas maksimum contoh tanah

Contoh Tanah Kadar Air Optimum (%)

Densitas Maksimum (g/cc)

Lahan A (35C72 blok C5/7) 23.25 1.61

Lahan B (48C82 blok C5/9) 23.51 1.59

Lahan C (57C72 blok C6/8) 23.51 1.59

Tabel 6 menunjukkan nilai densitas maksimum dan kadar air optimum untuk masing-masing contoh tanah. Densitas maksimum contoh tanah yang diperoleh berkisar antara 1.595798831 s.d. 1.612422031g/cc. Densitas maksimum paling besar terjadi pada contoh tanah 35C72 blok C5/7 dan paling kecil terjadi pada contoh tanah 57C72 blok C6/8. Dari hasil uji Proctor diperoleh nilai kadar air optimum rata-rata sebesar 23.42 % dan densitas maksimum rata-rata sebesar 1.59 g/cc, sehingga di lapangan perlu dihindari kondisi kadar air dan densitas tanah tersebut karena akan berpotensi menciptakan pemadatan tanah maksimum.

Dari data yang diperoleh dari densitas yang terukur dilapangan terlihat bahwa densitasnya berada dibawah densitas maksimum pada uji pemadatan tanah (uji Proctor). Namun densitas maksimum pada uji Proctor tidak berhubungan terhadap densitas yang terjadi pada hasil pengolahan tanah,hal ini karena densitas pada hasil pengolahan tanah terjadi bukan karena hasil pemadatan, tetapi merupakan hasil dari pengolahan tanah.

(34)

Tabel 7. Kekuatan geser. kohesi dan sudut geser dalam Pengujian Kadar Air (%) BD Rata-rata (g/cc)

Kuat Geser (kgf/cm2)

pada Kohesi

(kg/cm2)

Sudut Gesek Dalam (o)

0.5 1 1.5

Lahan A 0-10 cm 8.49 1.53 0.3886 0.6572 0.8640 0.161 25.40 Lahan A 10-20 cm 9.09 1.50 0.5239 0.6572 0.7811 0.396 14.41 Lahan A 20-30 cm 8.47 1.33 0.5906 0.9326 0.9002 0.498 14.27 Lahan B 0-10 cm 8.41 1.33 0.4658 0.7335 0.9002 0.265 23.46 Lahan B 10-20 cm 10.57 1.63 0.4534 0.6192 0.8650 0.234 22.34 Lahan B 20-30 cm 11.93 1.42 0.4287 0.7926 1.0079 0.163 30.07 Lahan C 0-10 cm 8.05 1.56 0.9421 0.8478 1.4575 0.567 27.24 Lahan C 10-20 cm 11.10 1.27 0.4382 0.8221 1.1050 0.121 33.66 Lahan C 20-30 cm 12.15 1.16 0.5125 0.7706 0.9040 0.337 21.35

y = 0,475x + 0,161 R² = 0,997

y = 0,257x + 0,396 R² = 0,999 y = 0,309x + 0,498

R² = 0,836

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

0 0,5 1 1,5 2

Lahan A 0-10 cm

Lahan A 10-20 cm

Lahan A 20-30 cm

Tekanan Normal (kg/cm2

)

K ek ua ta n G eser (k g f/cm 2)

y = 0,434x + 0,265 R² = 0,992

y = 0,411x + 0,234 R² = 0,995 y = 0,579x + 0,163

R² = 0,991

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

0 0,5 1 1,5 2

Lahan B 0-10 cm Lahan B 10-20 cm

Lahan B 20-30 cm

Tekanan Normal (kg/cm2 )

K ek ua ta n G eser (k g f/cm 2)

Gambar 27. Kekuatan geser sample tanah A (35C72 blok C5/7)

(35)

Gambar 29. Kekuatan geser sample tanah C (57C72 blok C6/8)

Data yang diperoleh pada percobaan kekuatan geser ini terdapat dua data yang menyimpang, yaitu data lahan lahan A pada kedalaman 20-30 cm dan lahan C kedalaman 0-10 cm. Data kekuatan geser yang diperoleh pada kedalaman tersebut seharusnya terus naik disetiap penambahan beban, namun yang terjadi tidak demikian. Data kekuatan geser lahan A 20-30 cm sempat naik pada beban 1kg/cm2 namun turun ketika diberi beban 1.5kg/cm2 begitu juga yang terjadi pada lahan C 0-10 cm terjadi penurunan kekuatan geser ketika sample diberikan beban 1kg/cm2 lalu naik kembali ketika diberi beban 1.5 kg/cm2. Hal ini di sebabkan karena ring sample tanah yang digunakan untuk mengambil tanah utuh di PT LPI mengalami kerusakan pada bagian penutupnya karena terbentur ketika di bawa dari lokasi penelitian ke Bogor, sehingga tanah yang ada di dalam ring sample tidak begitu padat lagi.

Gambar 30. Hubungan kekuatan geser tanah lahan A terhadap densitas tanah

y = 0,515x + 0,567 R² = 0,800

y = 0,667x + 0,121 R² = 0,997 y = 0,391x + 0,337

R² = 0,986

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6

0 0,5 1 1,5 2

Lahan C 0-10 cm

Lahan C 10-20 cm

Lahan C 20-30 cm

Tekanan Normal (kg/cm2

)

K ek ua ta n G eser (k g f/cm 2) 0,0 0,4 0,8 1,2 1,6 2,0 2,4

1,33 1,5 1,53

(36)

Gambar 31.Hubungan kekuatan geser tanah lahan B terhadap densitas tanah

Gambar 32. Hubungan kekuatan geser tanah lahan C terhadap densitas tanah

Menurut Holmes J.W dan Marshall T.J (1988) menyatakan bahwa kekuatan geser tanah cenderung meningkat dengan meningkatnya densitas tanah. Dari gambar 30 terlihat hubungan yang terjadi antara kekuatan geser lahan A terhadap densitas berbanding terbalik terhadap pernyataan tersebut, dari gambar tersebut terlihat bahwa pada densitas 1.33 g/cc kekuatan gesernya lebih besar dari pada tanah dengan densitas 1.5 dan 1.53 g/cc yang cenderung meningkat kekuatan gesernya. Hal ini dikarenakan karena tanah pada sample dengan densitas 1.33 g/cc tersebut telah terguncang dan tidak utuh lagi. Namun pada lahan B dan C terbukti bahwa kekuatan geser akan meningkat seiring dengan meningkatnya densitas tanah. Dari hukum Coulomb di jelaskan bahwa kekuatan geser atau akan meningkat seiring dengan meningkatnya atau Tekanan normal, pernyataan tersebut terbukti dengan grafik kekuatan geser tersebut yang meningkat ketika tekanan normal yang diberikan bertambah. Namun pada kondisi yang sebenarnya di lahan untuk meningkatkan tegangan geser untuk mencapai kondisi mekanisasi yang optimal maka tekanan normal pada hukum Coulomb tersebut diubah menjadi ground pressure.

0,0 0,4 0,8 1,2 1,6 2,0 2,4

1,33 1,42 1,63

K e k ua ta n G e se r ( k g f/c m 2) Densitas (g/cc) 0,5 1 1,5

0,0 0,4 0,8 1,2 1,6 2,0 2,4

1,16 1,27 1,56

(37)

Tabel 7. Rata-rata nilai sifat fisik dan mekanik tanah

Pengujian

Kadar Air (%)

Porositas (%)

BD Rata-rata (g/cc)

Kuat Geser (kgf/cm2)

pada Kohesi

(kg/cm2)

Sudut Gesek Dalam (o) 0,5 1 1,5

Kedalaman 0-10 cm 8.32 44.47 1.473 0.599 0.746 1.074 0.331 25.37 Kedalaman 10-20 cm 10.25 44.70 1.467 0.472 0.700 0.917 0.250 23.47 Kedalaman 20-30 cm 10.85 50.78 1.303 0.511 0.832 0.937 0.333 21.90

Gambar 33. Hubungan antara kadar air rata-rata terhadap kedalaman tanah

Gambar 34. Hubungan antara densitas rata- rata terhadap kedalaman tanah

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00

0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm

Kedalaman (cm)

K

a

da

r

Air

Ra

ta

-ra

ta

(

%)

1,20 1,25 1,30 1,35 1,40 1,45 1,50

0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm

Kedalaman (cm)

Densi

ta

s

Ra

ta

-ra

ta

(

g

(38)
[image:38.595.168.472.85.291.2]

Gambar 35. Hubungan antara porositas rata-rata terhadap kedalaman tanah

Gambar 36. Hubungan antara kuat geser terhadap tekanan normal

Dari tabel 7dapat dianalisis bahwa kadar air akan meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman tanah, hal ini disebabkan karena faktor penguapan akibat cuaca panas matahari. Densitas rata-rata tanah sebelum pengolahan tanah pada selang kedalaman yang semakin dalam akan berkurang dikarenakan terjadi kepadatan pada selang kedalaman 0-20 cm. Dari gambar 44 dapat dianalisis bahwa semakin besar tekanan normal maka semakin besar kekuatan geser tanah tersebut pada tiap selang kedalaman, selain itu meningkatnya kekuatan geser sample tanah tersebut juga dipengaruhi oleh faktor densitas tanah dan kadar air tanah tersebut. Data rata-rata kohesi dan sudut gesek dalam yang diperoleh pada uji kuat geser ini diperoleh dari faktor persentase fraksi liat dan pasir, semakin tinggi fraksi liat maka nilai kohesinya akan semakin besar begitu juga dengan semakin besarnya fraksi pasir makan semakin besar sudut gesek dalam yang diperoleh.

43,00 44,00 45,00 46,00 47,00 48,00 49,00 50,00 51,00 52,00

0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm

Kedalaman (cm) P o ro sit a s Ra ta -ra ta (%)

y = 0,4752x + 0,3311 R² = 0,981

y = 0,4452x + 0,2511 R² = 0,9999

y = 0,426x + 0,334 R² = 0,9669

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

0 0,5 1 1,5 2

Kedalaman 0-10 cm Kedalaman 10-20 cm Kedalaman 20-30 cm

Tekanan Normal (kgf/cm2)

(39)

KESIMPULAN

A.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian di kebun DIV II PT LPI Site OKU Timur, Sumatera Selatan ini dapat disimpulkan bahwa:.

1. Densitas tanah dan diameter bobot rata-rata hasil pengolahan tanah berkurang akibat meningkatnya intensitas pengolahan tanah

2. Kekuatan geser tanah akan meningkat seiring dengan meningkatnya densitas tanah

3. Metode Giant Harrow 1- Giant Harrow II- Garu I- Garu II- Kair lebih efektif dibanding metode Bajak I- Bajak II- Garu I- Garu II- Kair dilihat dari nilai densitas dan MWDnya 4. Hasil uji Proctor diperoleh nilai kadar air optimum rata-rata sebesar 23.42% dan densitas

maksimum rata-rata sebesar 1.59 g/cc, sehingga di lapangan perlu dihindari karena akan berpotensi menciptakan pemadatan maksimum

B.

Saran

1. PT LPI Sumatera Selatan bisa menerapkan metode Trash in Corporation dibeberapa petak lahan karena dengan mengaplikasikan metode ini dapat diperoleh nilai diameter bobot rata-rata (MWD) hasil pengolahan tanah yang lebih kecil dibanding metode Bajak I - Bajak II - Garu I - Garu II - Kair

(40)

ANALISIS HUBUNGAN SIFAT FISIK DAN MEKANIK TANAH

PADA KEGIATAN PENGOLAHAN TANAH DI PT LAJU

PERDANA INDAH, SUMATERA SELATAN

SKRIPSI

TRYA ADHESHI HOLQI

F14070001

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Braja MD, Endah N, Mochtar IB. 1993. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid I. Jakarta : Penerbit Airlangga.

Bowles JE. 1970. Engineering Properties of Soil and Their Measurement. Edisi ke -4. New York : McGraw-Hill, Inc

Gonggo D. 2011. Kekuatan Geser Tanah Pada Berbagai Dosis Penambahan Pupuk Organik Granul. [Skripsi]. Bogor: Fateta IPB.

Hakim N, Nyakpa MY, Lubis AM, Nugroho SG, Diha MA, Hong GM, Bailey HH. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.

Hardiyatmo HC. 1992. Mekanika Tanah I. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Hardjowigeno S. 1995. Ilmu Tanah. Bogor: Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Haridjadja, O. 1980. Pengantar Fisika Tanah. Bogor: Staf Dept Ilmu Tanah IPB.

Hillel D. 1980. Soil and Water, Physical, Principles and Process. New York, USA: Academic Press. Irfan A. 2011. Analisis Kekuatan Geser Tanah pada Berbagai Tekstur Tanah [Skripsi]. Bogor: Fateta

IPB.

Isron. 2009. Perubahan Sifat Fisik Tanah Hasil Pengolahan Tanah Pada Budidaya Tebu lahan Kering di PG Pesantren Baru, Kediri.[Sripsi]. Bogor: Fateta IPB.

Kalsim DK., Sapei A. 2003. Fisika Lengas Tanah. Bogor : Jurusan Teknik Pertanian, Fateta IPB. McKyes E. 1985. Soil Cutting and Tillage. Amsterdam, Netherlands: Elsevier Science Publisher. Marshall TJ dan Holmes JW. 1988. Soil Physics. Cambridge, England: Cambridge University Press. Plaster JW. 1992. Soil Science & Management. 2nd ed. New York, USA: Delmar Publisher Inc. Pramuhadi G. 2005. Pengolahan Tanah Optimum Pada Budidaya Tebu Lahan Kering [Disertasi].

Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

(42)

ANALISIS HUBUNGAN SIFAT FISIK DAN MEKANIK TANAH

PADA KEGIATAN PENGOLAHAN TANAH DI PT LAJU

PERDANA INDAH, SUMATERA SELATAN

SKRIPSI

TRYA ADHESHI HOLQI

F14070001

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(43)

ANALYSIS RELATIONSHIP PHYSICAL AND MECHANICAL

PROPERTIES ACTIVITY IN SOIL TILLAGE AT PT LAJU

PERDANA INDAH SITE KOMERING EAST OKU, SOUTH

SUMATRA

Trya Adheshi Holqi and Gatot Pramuhadi

Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Engineering and Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, Po Box 220, Bogor, West Java,

Indonesia.

Phone 62 813 73688066, e-mail: trya_faradhes@yahoo.com

ABSTRACT

Plants can grow and get maximum production on the optimal soil conditions. Plant growth and application of agricultural machinery is affected by soil physical and mechanical properties. Processing of land to achieve the ideal conditions for plants to grow. The purpose of this study is to analyze the relationship betw

Gambar

Gambar 36. Hubungan antara kuat geser terhadap tekanan normal
Gambar 1. Diagram segitiga tekstur tanah dan sebaran besaran butiran
Gambar 3. Alat uji pemadatan tanah (Uji Proctor)
Gambar 6. Diagram alir metode Pengolahan tanah lama PT LPI
+7

Referensi

Dokumen terkait

dari dari kendala tersebut adalah tidak adanya buku pegangan guru dan siswa, sehingga dalam pembelajaran akuntansi sendiri guru masih mencari materi dari internet,

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sekretaris mempunyai fungsi:.. 26 1) Penyusunan program dan kegiatan kesekretariatan. 2)

• Programmer Programmer tidak tahu tidak tahu di bagian memori yang di bagian memori yang mana program akan ditaruh pada saat dieksekusi • Pada saat program dieksekusi dimungkinkan..

Luaran yang diharapkan dari kegiatan ini, yaitu melalui usaha gelas lukis dengan kreasi pengunjung dapat menarik pengunjung baik pengunjung dari dalam (UNNES) maupun dari

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan fungsi actuating Kantor Urusan Agama (KUA) Gunrur Demak dalam pembinaan agama di Desa Tlogoweru (perspektif manajemen

Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, misalnya dalam meneliti sejauh mana tingkatan penjualan maka sumber data yang diambil,

Pada penelitian Washlina Marisha Sarah (2012) yang berjudul “Sistem Informasi Berbasis Web pada Car rental Prabu Transport Yogyakarta” dengan latar belakang

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, untuk memperjelas penelitian yang dilakukan dan untuk mendapatkan hasil yang