RESPONSIBILITY
(CSR)
(Studi Kasus: Peserta Seminar di Kampus IPB)
Oleh
ANDRIAN DUTA EL AMIN
H24070069
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
MSIG Indonesia Melalui Corporate Social Responsibility (CSR) ( Studi Kasus:
Peserta Seminar di Kampus IPB). Di bawah bimbingan Edward H. Siregar.
Dunia usaha semakin menyadari bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan
pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan
(corporate value) yang direfleksikan hanya dalam kondisi keuangannya saja,
namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. Hal itu pula
yang terjadi pada industri asuransi di Indonesia. Perumusan strategi bisnis dilakukan tidak hanya mengacu pada aspek teknis saja, melainkan juga harus mempertimbangkan aspek etika bisnis. PT. Asuransi MSIG Indonesia merancang dan menerapkan berbagai program CSR sebagai wujud kepeduliannya terhadap masyarakat dan lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1). Mengetahui karakteristik peserta seminar pada kegiatan CSR pendidikan yang dilakukan MSIG; (2). Menganalisa sikap peserta terhadap penerapan kegiatan CSR pendidikan yang dilakukan MSIG; (3). Mengidentifikasi kategori kegiatan CSR pendidikan MSIG; (4) Menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh pada pencitraan MSIG melalui kegiatan CSR pendidikan. Penelitian dilakukan di Kantor PT. Asuransi MSIG Indonesia, Jakarta dan dilaksanakan pada bulan Februari 2011. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada peserta seminar MSIG di IPB dan interview langsung kepada manajer, serta data sekunder yang diperoleh dari studi pustaka dan internet yang relevan dengan topik
penelitian. Penentuan sampel dilakukan secara purposive dengan sampel sebanyak
100 responden. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan dengan uji
Product Moment Pearson dan teknik Cronbach’s Alpha. Alat analisis yang
digunakan adalah Analisis Deskriptif, Analisis Chi-square dan Analisis Faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program CSR pendidikan tentang
seminar manajemen risiko termasuk dalam kategori Corporate Social Marketing
(CSM). Berdasarkan hubungan antara karakteristik (Jenis Kelamin, Usia, dan
Tingkat Pendidikan) dengan persepsi citra perusahaan mempunyai Asymp Sig
lebih besar sama dengan nilai alfa 0,05 maka H0 diterima. Artinya karekteristik
(Jenis Kelamin, Usia, dan Tingkat Pendidikan) tidak ada hubungan dengan persepsi citra perusahaan.
RESPONSIBILITY
(CSR)
(Studi Kasus: Peserta Seminar di Kampus IPB)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian tugas akhir
untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
ANDRIAN DUTA EL AMIN
H24070069
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Peserta Seminar di Kampus IPB)
Nama : Andrian Duta El Amin
NIM : H24070069
Menyetujui,
Pembimbing
(Drs. Edward H. Siregar, SE, MM.) NIP : 19570622 198601 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen
(Dr. Ir. Jono M Munandar, M.Sc) NIP : 19610123 198601 1 002
iv
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 04 November 1989 yang
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Ruslan Ali dan Sukasri
Andriani. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Kebon
Pedes I Bogor pada tahun 2001. Lalu, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 5 Bogor dan kemudian di Sekolah Menengah
Atas Kornita pada tahun 2004. Pada tahun 2007, penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun
2008, penulis diterima pada mayor Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi
dan Manajemen dengan supporting course.
Selama masa perkuliahan, penulis juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan
yaitu sebagai Panitia Sportakuler 2009, Panitia Banking Goes to Campus (BGTC)
2009, Panitia Seminar “Risk Management” (PT. Asuransi MSIG Indonesia dan
IPB) 2010 dan Staff Direktorat POB Center of Management (COM@) pada tahun
2009-2010. Selain itu, penulis juga pernah melakukan penelitian dan magang di
beberapa perusahaan: PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dan
PT. Asuransi MSIG Indonesia.
Dalam rangka menyelesaikan studi di FEM, IPB, penulis melakukan
penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “Kajian Citra Perusahaan PT.
Asuransi MSIG Indonesia Melalui Kegiatan Corporate Social Responsibility
(CSR)(Studi Kasus : Peserta Seminar di Kampus IPB)”, di bawah bimbingan Drs.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji senantiasa penulis panjatkan hanya kepada Allah
SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga
dapat menyelesaikan skripsi berjudul Kajian Citra Perusahaan PT. Asuransi
MSIG Indonesia Melalui Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR)(Studi
Kasus : Peserta Seminar di Kampus IPB) sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mengandung kekurangan,
sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan untuk bahan
perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Juni 2011
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayahNya yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis, terutama dalam
penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, dan kerjasama dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Drs. Edward H. Siregar, SE, MM. sebagai pembimbing skripsi yang
telah memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan dengan penuh
kesabaran kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. W.H. Limbong, MS. dan Bapak Dr. Ir. Jono Munandar,
M.Sc. Selaku dosen penguji skripsi yang bersedia meluangkan waktunya
menjadi penguji dalam ujian skripsi dan memberikan bimbingan, serta saran
dalam penulisan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Jono Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen, FEM
IPB.
4. Bapak Bambang, Ibu Santi, Ibu Tanti dan seluruh pihak manajemen PT
Asuransi MSIG Indonesia yang telah memberikan kemudahan dalam
penelitian.
5. Kedua orang tua tercinta (H. Ruslan Ali dan Sukasri Andriani), mba yang
baik (Mita Yustikawati, SP), abang terbaik (Imam Prasetio Utomo, S) dan
adik tersayang (Imam Zarkasyi) yang selalu mendoakan, memberikan
motivasi, bantuan moril dan materiil selama penyusunan skripsi.
6. Bapak R Dikky Indrawan, SP, MM., Ibu Ratih Maria Dewi, SP, MM dan
Bapak Alim Setiawan S, STP, MSi selaku dosen pendamping dalam
penjajakan ke PT. Asuransi MSIG Indonesia.
7. Seluruh dosen dan staf tata usaha Departemen Manajemen FEM IPB yang
sangat membantu terlaksananya perolehan ilmu dan penelitian penulis.
8. Sahabat sekaligus saudara tercinta (Dani, Fikhy, Chris, Gerry, Uki, Yodia,
vii
mengajarkan pengalaman kebersamaan dan saling membantu dalam suka dan
duka.
9. Sahabat sekaligus tetangga rumah (Pildasi dan Panji) yang selalu memberikan
kesenangan dan kegembiraan.
10. Teman sebimbingan (Lucky Yanuar) yang telah bersama-sama menghadapi
semua rintangan dan saling menguatkan.
11. Teman-teman satu tempat penelitian (Astri, Ratih, Elis, Adi dan Vera).
12. Seluruh teman-teman Manajemen 44 dan Mahasiswa IPB lain yang selalu
mendoakan dan memberikan semangat.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan oleh
semua pihak baik yang tersebutkan maupun yang tidak tersebut hingga
penyusunan skripsi ini selesai pada waktunya. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan skripsi ini,
semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.
Bogor, Juni 2011
viii
1.5.Ruang Lingkup Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.5 Cara Pandang Perusahaan Terhadap CSR... 12
2.1.6 Prinsip-prinsip CSR ... 12
2.2.Citra Perusahaan... 14
2.3.Jasa... 15
2.4.Asuransi... 15
2.4.1 Asuransi Kerugian... 16
2.5. Penelitian Terdahulu yang Relevan... 16
III. METODE PENELITIAN 3.1.Kerangka Pemikiran Penelitian ... 18
3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian... 20
3.3.Jenis dan Sumber Data... 20
3.4.Metode Pengambilan Sampel... 20
3.5.Metode Pengumpulan Data... 21
3.5.1 Uji Validitas ... 21
ix
3.6.Metode Pengolahan Data ... 23
3.6.1 Analisis Deskriptif ... 23
3.6.2 Analisis Tabulasi Silang dengan Chisquare... 24
3.6.3 Analisis Faktor ... 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 28
4.1.1 Profil Perusahaan... 28
4.1.2 Sejarah Perusahaan... 29
4.1.3 Visi dan Misi... 30
4.1.4 Nilai-Nilai Utama... 31
4.1.5 Penghargaan dan Prestasi... 31
4.1.6 Struktur Organisasi... 32
4.1.7 Produk-Produk Perusahaan... 34
4.1.8 Program CSR... 36
4.2. Karakteristik Responden... 39
4.3. Pencarian Informasi Khusus ... 43
4.4. Sikap Peserta Seminar Dalam Program CSR Pendidikan MSIG 44 4.5. Persepsi Peserta Terhadap Citra MSIG... 49
4.6. Identifikasi Kegiatan CSR Pendidikan MSIG... 50
4.7. Analisis Atribut-Atribut yang Dipentingkan Oleh Responden Terhadap Citra MSIG... 52
4.8. Implikasi Manajerial ... 58
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 60
2. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62
x
No. Halaman
1. Jenis kegiatan CSR di Indonesia berdasarakan jumlah kegiatan dan
dana (2004)... 3
2. Tingkat kesesuaian penggunaan analisis faktor dengan harga KMO... 26
3. Skor Kriteria Citra Perusahaan MSIG... 50
4. Kategori dan benefit program CSR MSIG... 51
5. Faktor-faktor yang dipentingkan oleh responden... 52
6. Nilai ekstraksi faktor-faktor yang dipentingkan oleh peserta seminar
MSIG... 53
7. Nilai ekstraksi atribut-atribut pada faktor tanggung jawab sosial... 54
8. Nilai ekstraksi atribut-atribut pada faktor tata kelola perusahaan dan
kualitas manajemen ... 56
9. Nilai ekstraksi atribut-atribut pada faktor keunggulan dan hubungan
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Kerangka pemikiran penelitian ... 18
2. Karakteristik responden peserta seminar berdasarkan jenis kelamin ... 40
3. Karakteristik responden peserta seminar berdasarkan usia... 41
4. Karakteristik responden peserta seminar berdasarkan wilayah tempat
tinggal... 42
5. Karakteristik responden peserta seminar berdasarkan pendidikan
terakhir... 42
6. Sumber informasi pertama kali peserta mengetahui PT. Asuransi
MSIG Indonesia... 43
7. Berapa kali peserta mengikuti seminar PT. Asuransi MSIG
Indonesia... 44
8. Informasi yang diinginkan peserta mengikuti seminar PT. Asuransi
MSIG Indonesia... 44
9. Pengetahuan peserta seminar terhadap program CSR pendidikan
MSIG... 45
10. Sikap peserta mengenai hubungan sosial program CSR bidang
pendidikan... 45
11. Sikap peserta mengenai peningkatan wawasan dan nama baik
universitas... 46
12. Sikap peserta mengenai program CSR pendidikan MSIG peduli pada
peningkatan pengetahuan dan pendidikan... 46
13. Sikap peserta mengenai program CSR pendidikan MSIG yang menunjukan tata kelola perusahaan dan kualitas manajemen yang
bertanggung jawab ... 47
14. Sikap peserta mengenai pihak internal maupun eksternal perusahaan yang telah ikut serta memelihara dan meningkatkan pendidikan
masyarakat ... 47
15. Sikap peserta mengenai program CSR pendidikan yang dilakukan
MSIG membuat namanya lebih dikenal masyarakat... 48
16. Sikap peserta mengenai hubungan emosional program CSR bidang
pendidikan ... 48
17. Sikap peserta mengenai keunggulan program CSR bidang
pendidikan dalam peningkatan pendidikan mahasiswa... 49
18. Sikap peserta mengenai program CSR bidang pendidikan dapat
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Kuesioner penelitian... 65
2. Hasil uji validitas kuesioner... 68
3. Hasil uji reliabilitas kuesioner... 69
4. Hasil tabulasi silang antara karakteristik responden dengan persepsi
citra perusahaan... 70
5. Hasil analisis faktor ... 73
1) Media Indonesia, CSR, antara Profit dan Harmonisasi Masyarakat, Hal 13, 21 Desember 2010
1.1 Latar Belakang
Dunia saat ini sedang menghadapi krisis global, tidak hanya bersumber
pada krisis ekonomi yang semakin hari semakin terasa dampaknya, tapi juga
terjadinya krisis lingkungan, sosial, pangan, dan energi. Dunia usaha pun
makin menyadari bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung
jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan
(corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja, tetapi
juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya (Wibisono, 2007).
Menghadapi masalah tersebut, perusahaan harus dengan serius
memperhatikan aspek sosial dan lingkungan. Penerapan corporate social
responsibility (CSR) pada perusahaan merupakan jalan atau upaya
perusahaan agar tumbuh secara berkelanjutan (sustainable) dan mengurangi
dampak krisis yang terjadi sekarang ini.
Hasil survey “The Millenium Poll on CSR” yang dilakukan oleh
Environic International (Toronto), Conference Board (New York) dan Princes
of Wales Busines Leader Forum (London) dimana dari 25.000 responden di
23 negara menunjukkan bahwa dalam membentuk opini perusahaan, 60%
mengatakan bahwa etika bisnis, praktek terhadap karyawan, dampak terhadap
lingkungan, tanggung jawab perusahaan akan paling berperan, sedangkan
40% menyatakan citra perusahaan dan brand image yang paling
mempengaruhi kesan mereka (Prasetya, 2010).
CSR dalam perusahaan merupakan pendekatan yang mengintegrasikan
kepedulian sosial di dalam operasi bisnis dan interaksi dengan stakeholder
berdasarkan prinsip kemitraan dan kesukarelaan. Jadi, CSR merupakan
strategi bisnis jangka panjang yang dicapai tidak hanya melalui pertumbuhan
dan laba, tapi juga harus sejalan dengan kesejahteraan masyarakat, kelestarian
lingkungan, dan perbaikan kualitas hidup.1)
Banyak perusahaan telah merubah paradigma mereka tentang dunia
usaha yang mengejar keuntungan finansial semata, bahwa keuntungan
menyadari bahwa jika perusahaan ingin tetap bertahan atau eksis dan masih
ingin diterima oleh masyarakat, perusahaan harus memiliki tanggung jawab
sosial.
Hal itu pula yang terjadi pada industri asuransi di Indonesia. Semakin
meningkatnya persaingan di sektor asuransi menuntut perusahaan-perusahaan
asuransi agar senantiasa meningkatkan kinerja dan keunggulan
kompetitifnya. Perumusan strategi bisnis dilakukan tidak hanya mengacu
pada aspek teknis saja, melainkan juga harus mempertimbangkan aspek etika
bisnis.
CSR memberikan keuntungan dan manfaat bagi perusahaan dalam
pengembangan lingkungan atau community development agar mempunyai
hubungan yang baik dan hidup harmonis dengan masyarakat. CSR juga dapat
memberikan manfaat secara langsung maupun tidak langsung bagi
perusahaan. Manfaat langsung dapat dirasakan dari hal-hal terkait dengan
profit atau bisnis maupun operasional, sedangkan manfaat tidak langsung
terkait dengan branding, reputasi, dan citra dari perusahaan tersebut.
Dampak dari pelakasanaan program CSR adalah munculnya sikap
positif dari masyarakat berupa muculnya citra positif terhadap perusahaan.
Citra positif dari masyarakat terhadap perusahaan akan muncul jika
masyarakat sudah melihat dan merasakan manfaat dari program CSR yang
dilaksanakan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa citra adalah salah satu aspek penting
dalam melakukan kegiatan usaha. Citra muncul dari opoini-opini publik
tentang apa saja yang telah dilakukan perusahaan untuk masyarakat sekitar.
Kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh perusahaan kepada masyarakat akan
semakin meningkatkan citra perusahaan dilingkungan bisnis maupun
lingkungan sosial. Oleh karena itu, citra yang baik adalah citra yang terbentuk
dalam hubungan dengan semua stakeholder.
Berdasarkan riset Swa (2006) atas 45 perusahaan di Indonesia,
menunjukkan bahwa CSR bermanfaat dalam memelihara dan meningkatkan
citra perusahaan (37,38 persen), hubungan baik dengan masyarakat (16,82
2009). Distribusi kegiatan CSR di Indonesia pada tahun 2004 dikelompokkan
Sumber: Saidi, Zaim dan Abidin (2004)
PT Asuransi Mitsui Sumitomo Insurance Group (MSIG) Indonesia
merupakan perusahaan multinasional yang bergerak di bidang asuransi. PT
Asuransi MSIG Indonesia menyadari bahwa perusahaan tidak lagi dapat
berpijak pada nilai perusahaan dalam sisi keuangan saja, namun PT Asuransi
MSIG Indonesia ikut memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. PT
Asuransi MSIG Indonesia memiliki tujuan yaitu memberikan kontribusi pada
pembangunan masyarakat yang dinamis, membantu mengamankan masa
depan yang berkelanjutan bagi dunia dengan membawa keamanan dan
keselamatan melalui asuransi global dan usaha jasa keuangan. MSIG
didorong oleh komitmen dan tanggung jawab untuk orang di sekitarnya -
pelanggan, karyawan, perantara, mitra bisnis, investor dan pemasok.
Sehingga MSIG mengidentifikasi tujuh prinsip kunci berdasarkan tanggung
jawab kepada orang-orang dan institusi yang mendukung mereka, yaitu:
masyarakat lokal dan masyarakat internasional, lingkungan, karyawan, mitra
kerja, pemegang saham, perantara dan pelanggan (PT. Asuransi MSIG
Indonesia, 2011).
Terdapat tiga bidang aktivitas CSR di MSIG, yaitu : bidang pendidikan,
melaksanakan program-program pada bidang CSR di atas, MSIG menghargai
setiap individu dan kelompok masyarakat. Untuk tumbuh dan berkembang,
maka dengan CSR ini MSIG dapat memberikan apa yang dibutuhkan
masyarakat atau individu yang terkait dengan program ini. Tanggung jawab
sosial merupakan aspek yang diperhitungkan selain aspek finansial.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian berjudul : “KAJIAN CITRA
PERUSAHAAN PT. ASURANSI MSIG INDONESIA MELALUI KEGIATAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
”
(Studi Kasus : Peserta Seminar di Kampus IPB).1.2 Perumusan Masalah
PT. Asuransi MSIG Indonesia mempunyai komitmen untuk membuat
perbedaan positif bagi masyarakat dimana MSIG beroperasi secara proaktif
mengambil inisiatif dalam melaksanakan program CSR yang berkelanjutan
dan MSIG menanamkan CSR ke dalam aktivitas sehari-hari perusahaan untuk
untuk meningkatkan kesadaran perusahaan untuk tercapainya usaha yang
berkelanjutan.
MSIG bercita-cita atau memiliki tujuan yaitu untuk mendapatkan
kepercayaan atau simpati dari masyarakat sekitar kepada perusahaan
sehingga dapat memperkuat reputasi atau citra positif MSIG agar terus
memberikan kontribusi kepada masyarakat dan memenuhi kewajiban sebagai
perusahaan yang baik (PT. Asuransi MSIG Indonesia, 2011).
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka
permasalahan yang diteliti adalah :
1. Bagaimanakah karakteristik peserta seminar pada kegiatan CSR
pendidikan MSIG ?
2. Bagaimanakah sikap peserta terhadap penerapan CSR pendidikan yang
dilakukan MSIG ?
3. Bagaimanakah pesepsi peserta terhadap penerapan CSR pendidikan yang
dilakukan MSIG ?
4. Faktor-faktor manakah yang paling utama dalam mencitrakan MSIG
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang
ingin dicapai adalah :
1. Mengetahui karakteristik peserta seminar pada kegiatan CSR pendidikan
yang dilakukan MSIG.
2. Menganalisa sikap peserta terhadap penerapan kegiatan CSR pendidikan
yang dilakukan MSIG.
3. Menganalisa persepsi peserta terhadap penerapan kegiatan CSR
pendidikan yang dilakukan MSIG.
4. Menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh pada pencitraan MSIG
melalui kegiatan CSR pendidikan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan sebagai berikut :
1. Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbang saran positif
bagi perusahaan untuk mengetahui kebaikan dan kelemahan yang mungkin
terjadi dalam penerapan program CSR. Serta untuk mengadakan
perbaikan-perbaikan yang mungkin diperlukan dalam upaya meningkatkan pencitraan
perusahaan melalui program CSR.
2. Peneliti
Sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian tugas akhir untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
3. Pihak Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sebagai
alat perbandingan untuk melakukan penelitian ini lebih lanjut khususnya
mengenai CSR.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Membatasi pembahasan masalah pada kajian citra perusahaan melalui
kegiatan program CSR yang dilakukan oleh PT. Auransi MSIG Indonesia.
Tiga program CSR yang diadakan oleh PT. Asuransi MSIG Indonesia, yaitu :
program CSR pendidikan yang dilakukan PT. Asuransi MSIG Indonesia yaitu
4
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Corporate Social Responsibility
Definisi CSR menurut World Business Council on Sustainable
Development adalah komitmen dari bisnis atau perusahaan untuk berperilaku
etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan,
sekaligus meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas
lokal dan masyarakat luas (Wibisono, 2007). Tanggung jawab sosial
perusahaan berarti bahwa perusahaan mampu bertanggung jawab terhadap
semua kegiatannya yang mempengaruhi manusia, komunitas mereka dan
lingkungan. Hal tersebut berdampak pada kesejahteraan manusia dan
masyarakat.
Salah satu definisi tanggung jawab sosial yang digunakan Indonesia
Business Links (IBL) adalah strategi bisnis yang melihat bahwa kepentingan
bisnis jangka panjang dicapai dengan laba dan pertumbuhan, sejalan dengan
kesejahteraan masyarakat, perlindungan lingkungan dan peningkatan hidup
manusia. Sedangkan menurut Wibisono (2007), CSR merupakan tanggung
jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis,
meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang
mencakup aspek ekonomi sosial dan lingkungan dalam rangka mencapai
tujuan pembangunan berkelanjutan.
2.1.1 Aktivitas Utama Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Kotler dan Lee (2005) menyebutkan enam kategori program CSR.
Pemilihan program alternatif CSR yang akan dilaksanakan oleh
perusahaan sangat bergantung kepada tujuan pelaksanaan CSR yang
ingin dicapai perusahaan. Keenam jenis program CSR terseubt adalah :
a. Cause promotions, perusahaan menyediakan dana atau sumber daya
lainnya yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap suatu masalah sosial atau untuk mendukung
pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat, atau perekrutan
b. Cause Related Marketing, perusahaan memiliki komitmen untuk
menyumbangkan persentase tertentu dari penghasilannya untuk
suatu kegiatan sosial berdasarkan besarnya penjualan produk.
Kegiatan ini biasanya didasarkan kepada penjualan produk tertentu,
untuk jangka waktu tertentu, serta untuk aktivitas derma tertentu.
c. Corporate Social Marketing, perusahaan mengembangkan dan
melaksanakan kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat
dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan keselamatan publik,
menjaga kelestarian lingkungan hidup, serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
d. Corporate Philantropy, perusahaan memberikan sumbangan
langsung dalam bentuk derma untuk kalangan masyarakat tertentu.
Sumbangan tersebut biasanya pemberian uang secara tunai, paket
bantuan, atau pelayanan secara cuma-cuma.
e. Community Volunteering, perusahaan mendukung serta mendorong
karyawan, para pemegang franchise atau rekan pedagang eceran
untuk menyesihkan waktu mereka secara sukarela guna membantu
organisasi-organisasi masyarakat lokal maupun masyarakat yang
menjadi sasaran program.
f. Social Responsible Business Practices, perusahaan melakasanakan
aktivitas bisnis melampaui aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh
hukum serta melaksanakan investasi yang mendukung kegiatan
sosial dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan komunitas dan
memelihara lingkungan hidup.
2.1.2 Prinsip Dasar
Menurut Wibisono (2007) pandangan bahwa tujuan ekonomi dan
sosial terpisah dan bertentangan merupakan pandangan yang keliru.
Perusahaan tidak berfungsi secara terpisah dari masyarakat sekitarnya.
Faktanya, kemampuan perusahaan untuk bersaing sangat tergantung
pada keadaan lokasi di mana perusahaan itu beroprasi. CSR merupakan
kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal
a. Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mecari keuntungan
ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroprasi dan
berkembang.
b. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap
kesejahteraan manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan
program CSR seperti pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar
perusahaan, pendiri sarana pendidikan dan kesehatan, penguatan
kapasitas ekonomi lokal, dan ada yang merancang berbagai skema
perlindungan social warga setempat.
c. Planet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan
berkelanjutan keragaman hayati. Beberapa program CSR yang
berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan lingkungan
hidup, penyediaan saran air bersih, perbaikan pemukiman,
pengembangan pariwisata (ekoturisme).
2.1.3 Model CSR
Berbagai model CSR diterapkan oleh perusahaan di Indonesia.
Ternyata terdapat empat model atau pola CSR yang umum di terapkan
yaitu ( Saidi dan Abidin, 2004) :
a. Keterlibatan langsung
Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan
menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan
sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas
ini perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya,
seperti corporate secretary atau public affair manager atau menjadi
bagian dari tugas pejabat public relation.
b. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan
Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau
grupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim
diterapkan di perusahaanperusahaan di negara maju. Biasanya,
perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang
c. Bermitra dengan pihak lain
Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan
lembaga sosial/organisasi non-pemerintah (Ornop). Instansi
pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola
dana maupun dalam melaksanakan kegiatas sosialnya.
d. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium
Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung
suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu.
Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada
pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”.
Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh
perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara proaktif mencari
mitra kerjasama dari lembaga operasional.
Sedangkan menurut Wibisono (2007) ada dua pola yang
umumnya digunakan perusahaan dalam melakukan kegiatan (CSR):
a. Self managing
Pola keterlibatan secara langsung dan melalui yayasan atau
organisasi sosial perusahaan. Kelebihannya adalah pelaksanaan
kegiatan lebih sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan, lebih
mudah di kontrol dan dimonitor, lebih efisien untuk kegiatan yang
bersifat jangka pendek dan perusahaan dapat belajar langsung
merancang program CSR. Kekurangan self managing diantaranya
adalah keterampilan karyawan umumnya masih kurang,
membutuhkan sumber daya khusus dengan jumlah yang cukup dan
berpotensi untuk membengkaknya anggaran.
b. Outsourching
Outsourching Memiliki dua pola, pertama bermitra dengan pihak
lain, LSM, instansi pemerintah, universitas, media massa, dan lain
sebagainya. Pola kedua dengan bergabung atau mendukung kegiatan
bersama baik yang jangka pendek atau jangka panjang. Kelebihan
pola outsourching adalah perusahaan bisa memilih mitra profesional
dengan kapasitas khusus dan kinerja program dapat dengan mudah
dievaluasi. Sedangkan kekurangannya yaitu anggaran yang
dikeluarkan perusahaan relatif lebih besar, seringkali perusahaan
tidak dapat mengikuti perkembangan secara langsung dan diperlukan
mekanisme kontrol yang baik.
2.1.4 Manfaat CSR
Dari segi perusahaan terdapat berbagai manfaat yang dapat
diperoleh dari aktivitas CSR (Susanto, 2009) :
a. Mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas
yang diterima perusahaan.
b. Perlindungan dan membantu perusahaan meminimalkan dampak
buruk yang diakibatkan suatu krisis.
c. Ketertiban dan kebanggaan karyawan.
d. Memperbaiki dan mempererat hubungan perusahaan.
e. Meningkatkan jumlah penjualan.
f. Insentif-insentif lainnya.
Sedangkan menurut Wibisono (2007) mengungkapkan ada
sepuluh manfaat penerapan CSR, yakni :
a. Mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan brand image
perusahaan.
b. Layak mendapatkan social license to operate.
c. Mereduksi resiko bisnis perusahaan.
d. Melebarkan akses sumber daya.
e. Membentangkan akses menuju market.
f. Mereduksi biaya.
g. Memperbaiki hubungan dengan stakeholder.
h. Memperbaiki hubungan dengan regulator.
i. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.
2.1.5 Cara Pandang Perusahaan Terhadap CSR
Cara perusahaan memandang CSR atau alasan perusahaan
menerapkan CSR bisa di klasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu
(Wibisono, 2007) :
a. CSR dipraktekkan lebih karena faktor eksternal (external driven),
sekadar basa-basi dan keterpaksaan. Motivasi pelakasanaan CSR
adalah untuk mendongkrak citra perusahaan (reputation driven).
b. Upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance). CSR di
implementasikan karena memang ada regulasi hukum, dan aturan
yang memaksanya.
c. Bukan lagi sekedar compliance tapi beyond compliance alias
compliance plus. CSR diimplementasikan karena memang ada
dorongan yang tulus dari dalam (internal driver).
2.1.6 Prinsip-prinsip CSR
Warhust dalam Wibisono (2007) mengajukan prinsip-prinsip
CSR sebagai berikut :
a. Prioritas korporat
Mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas tertinggi
korporat dan penentu utama pembangunan berkelanjutan.
b. Manajemen terpadu
Mengintegrasikan kebijakan, program dan praktek ke dalam setiap
kegiatan bisnis sebagai satu unsur manajemen dalam semua fungsi
manajemen.
c. Proses perbaikan
Secara berkesinambungan memperbaiki kebijakanm program dan
kinerja sosial korporat, berdasar temuan riset mutakhir dan
memahami kebutuhan sosial serta menerapkan kriteria sosial
tersebut secara internasional.
d. Pendidikan Karyawan
Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta memotivasi
e. Pengkajian
Melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai kegiatan atau
proyek baru dan sebelum menutup satu fasilitas atau meninggalkan
lokasi pabrik.
f. Produk Dan Jasa
Mengembangkan produk dan jasa yang tak berdampak negatif
secara sosial.
g. Informasi Publik
Memberikan informasi dan (bila diperlukan) mendidik pelanggan,
distibutor dan publik tentang penggunaan yang aman, transportasi,
penyimpangan dan pembuangan produk, dan begitu pula dengan
jasa.
h. Fasilitas Dan Operasi
Mengembangkan, merancang dan mengoprasikan fasilitas serta
menjalankan kegiatan yang mempertimbangkan temuan kajian
dampak sosial.
i. Penelitian
Melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial bahan baku,
produk, proses, emisi dan limbah yang terkait dengan kegiatan
usaha dan penelitian yang menjadi sarana untuk mengurangi
dampak negatif.
j. Prinsip Pencegahan
Memodifikasi manufaktur, pemasaran atau penggunaan produk
atau jasa, sejalan dengan penelitian mutakhir, untuk mencegah
dampak sosial yang bersifat negatif.
k. Kontraktor dan Pemasok
Mendorong penggunaan produk atau jasa, sejalan dengan
penelitian mutakhir, untuk mencegah dampak sosial yang bersifat
l. Siaga menghadapi darurat
Menyusun dan merumuskan rencana menghadapi keadaan darurat,
dan bila terjadi keadaan berbahaya berkerja sama dengan layanan
gawat darurat, instansi berwenang dan komunitas lokal.
m. Transfer best practice
Berkontribusi pada pengembangan dan transfer praktik bisnis yang
bertanggung jawab secara sosial pada semua industri dan sektor
publik.
n. Memberi Sumbangan
Sumbangan untuk usaha bersama, pengembangan kebijakan publik
dan bisnis, lembaga pemerintah dan lintas departemen pemerintah
serta lembaga pendidikan yang akan meningkatkan kesadaran
tentang tanggung jawab sosial.
o. Keterbukaan
Menumbuhkembangkan keterbukaan dan dialog dengan pekerja
dan publik, mengantisipasi dan memberi respons terhadap potensial
hazard, dan dampak operasi, produk, limbah atau jasa.
p. Pencapaian dan Pelaporan
Mengevaluasi kinerja sosial, melaksanakan audit sosial secara
berkala dan mengkaji pencapaian berdasarkan kriteria korporat dan
peraturan perundang-undangan dan menyampaikan informasi
tersebut pda dewan direksi, pemegang saham, pekerja dan publik.
2.2 Citra Perusahaan
Susanto (2009) Citra perusahaan adalah asosiasi yang terbentuk antara
perusahaan dengan sekumpulan atribut (positif dan negatif) yang paling
menonjol yang kemudian diberi makna dalam benak para stakeholder.
Sedangkan dalam News of Perhumas (2004) disebutkan bahwa terdapat
beberapa aspek dalam membentuk citra dan reputasi perusahaan, antara lain :
a. Kemampuan finansial.
b. Mutu produk dan pelayanan.
c. Fokus dan hubungan dengan pelanggan.
e. Tata kelola perusahaan dan kualitas manajemen.
f. Inovasi.
g. Tanggung jawab sosial dan lingkungan.
h. Reliability.
i. Penegakan Good Corporate Governance (GCG).
2.3 Jasa
Lovelock dan Wright (2005) mendefinisikan jasa sebagai tindakan atau
kinerja yang menciptakan manfaat bagi pelanggan dengan mewujudkan
perubahan yang diinginkan dalam diri atau atas nama penerima. Produk jasa
harus disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan, ditentukan harga yang
realistis, didistribusikan melalui saluran yang aman, dan secara aktif
dipromosikan ke pelanggan.
Lovelock dan Wright (2005) juga menjelaskan delapan hal mendasar
yang membedakan jasa dengan barang fisik, yaitu:
a. Pelanggan tidak memperoleh kepemilikan atas jasa.
b. Produk jasa bersifat tidak berwujud.
c. Pelanggan lebih terlibat dalam proses produksi.
d. Orang lain dapat menjadi bagian dari produk.
e. Adanya keragaman yang lebih besar dalam input dan output operasional.
f. Banyak jasa sulit dievaluasi pelanggan.
g. Umumnya tidak mempunyai persediaan.
h. Faktor waktu relatif lebih penting.
i. Sistem pemberian dapat menggunakan saluran fisik maupun elektronik.
2.4 Asuransi
Definisi asuransi bisa diberikan dari berbagai sudut pandang, yaitu dari
sudut pandangan ekonomi, hukum, bisnis, sosial, ataupun berdasarkan
pengertian matematika (Darmawi, 2006).
a. Sudut pandang ekonomi, asuransi merupakan suatu metode untuk mengurangi risiko dengan jalan memindahkan dan mengkombinasikan
ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan.
c. Sudut pandang bisnis, asuransi adalah sebuah perusahaan yang usaha utamanya menerima/menjual jasa, pemindahan risiko dari pihak lain, dan
memperoleh keuntungan dengan berbagi risiko.
d. Sudut pandang sosial, asuransi didefinisikan sebagai organisasi sosial yang menerima pemindahan risiko dan mengumpulkan dana dari
anggota-anggotannya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada
masing-masing anggota tersebut.
e. Sudut pandang matematika, asuransi merupakan aplikasi matematika dalam memperhitungkan biaya dan faedah pertanggungan risiko.
2.4.1 Asuransi Kerugian
Perusahaan asuransi kerugian adalah perusahaan asuransi yang
memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian,
kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga,
yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti. Produk asuransi kerugian
yang pada umumnya ditawarkan industri asuransi dapat digolongkan
atas: asuransi kebakaran, asuransi transportasi, dan asuransi aneka.
2.5 Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Jatmiko (2011) melakukan studi mengenai Kajian Citra Perusahaan
Melalui Kegiatan Corporate Social Responsibility pada Bank “X” Bogor.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kategori kegiatan CSR
pada Bank X dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada
pencitraan pada Bank X. Mengidentifikasikan kegiatan CSR Bank X, untuk
melihat termasuk ke dalam kategori apakah kegiatan CSR yang dilakukan
oleh Bank X tersbut dan menganalisa faktor-faktor yang paling berpengaruh
dalam membentuk citra Bank X melalui kegiatan CSR.
Prasetya (2010) melakukan studi mengenai Analisis Pengaruh
Corporate Social Responsibility “Lifebouy Berbagi Sehat” Terhadap
Loyalitas Konsumen dan Citra Perusahaan Unilever Indonesia (Studi Kasus
Kota Bogor). Alat analisis yang digunakan adalah analisis Pearson untuk
mengukur besaran hubungan yang terjadi dan regresi sederhana untuk
pula posisi brand awareness produk Lifebouy serta efktifitas iklan TV CSR
“Lifebouy Berbagi Sehat” dengan menggunakan analisis CRI.
Prabowo (2009) penelitian dengan judul Kajian Efektifitas Program
Corporate Social Responsibility Yayasan Unilever Indonesia. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui Program CSR Unilever apakah yang paling
efektif bagi masyarakat, beserta faktor yang mempengaruhinya alat analisis
yang digunakan korelasi Rank Spearman dan analisis deskriptif. Dengan
III.
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Tujuan
Perkembangan industri asuransi di Indonesia berkembang dengan pesat,
membuat perusahaan-perusahaan asuransi di Indonesia merasakan persaingan
yang sangat ketat. Hal ini membuat perusahaan asuransi mulai sulit untuk
mendapatkan keuntungan/profit yang maksimal. Oleh karena itu PT. Asuransi
MSIG Indonesia menyadari jika tetap ingin dirasakan keberadaannya dan
diterima oleh masyarakat, maka harus memiliki tanggung jawab sosial
(Corporate Social Responsibility), tidak hanya mementingkan keuntungan
finansial semata.
PT. Asuransi MSIG Indonesia memiliki tiga bidang aktivitas CSR,
meliputi : lingkungan, pendidikan, dan sosial. Penelitian digunakan untuk
menganalisa faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam membentuk citra
PT. MSIG melalui kegiatan CSR di bidang pendidikan yaitu tentang seminar
umum ke universitas. Penganalisaan citra MSIG terhadap program CSR
pendidikan dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada para responden
yang terpilih menjadi sampel.
Penilaian responden dinilai secara deskriptif. Penilaian atau pengujian
deskriptif ini dimaksudkan untuk menjelaskan mengenai karakteristik
responden yang merupakan sampel dari populasi peserta seminar yang
dilakukan MSIG serta melakukan uji Chi Square untuk melihat apakah
masing-masing karakteristik responden tersebut memiliki pengaruh terhadap
jawaban yang diberikan. Selanjutnya mengidentifikasikan kegiatan CSR
MSIG. Identifikasi ini dilakukan untuk melihat termasuk dalam kategori
apakah kegiatan CSR yang dilakukan oleh MSIG tersbut. Kemudian
menganalisa faktor-faktor yang palingg berpengaruh dalam membentuk citra
MSIG melalui kegiatan CSR.
Pada akhir dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan serta implikasi
manajerialnya yang dimaksudkan untuk menyimpulkan hasil kegiatan
penelitian serta beberapa masukan kepada pihak MSIG atas kegiatan CSR
yang dijalankannya agar lebih baik lagi dalam upaya meningkatkan citra
perusahaannya melalui kegiatan CSR.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di sekitar wilayah kampus IPB Dramaga Bogor
dan PT. Asuransi MSIG Indonesia yang berlokasi di Gedung Summitmas II,
lantai 15 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 61-62 Jakarta. Waktu penelitian
dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2011.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
adalah data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Data primer diperoleh langsung dari mahasiswa berupa jawaban terhadap
pertanyaan dalam kuesioner, dan wawancara kepada peserta dan pihak
manajemen PT MSIG Asuransi Indonesia. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari studi kepustakaan dengan cara mempelajari dan menelaah
buku-buku, majalah, internet, jurnal, dan artikel-artikel yang berhubungan
dengan penelitian.
3.4 Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel atau contoh pada penelitian ini
berdasarkan penarikan sampel non probabilitas (non probability sampling),
sehingga semua unsur populasi belum tentu memiliki peluang yang sama
untuk dipilih menjadi anggota contoh. Teknik non probability sampling yang
digunakan adalah metode quota sampling. Ukuran sampel yang dibutuhkan
dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin (Umar, 2003) :
Keterangan :
N = Jumlah sampel
n = Ukuran sampel (responden)
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian yang masih bisa ditolerir sebesar 10%
Berdasarkan data mengenai jumlah peserta seminar MSIG, maka
jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
n = = 96,3946869 = 100 peserta
3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Uji Validitas
Uji validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat
kesahihan suatu alat ukur atau instrumen (kuesioner). Validitas
menunjukkan sejauh mana alat dapat mengukur apa yang ingin diukur
(Umar, 2003). Uji validitas diketahui dengan cara menghitung nilai
korelasi (r) antara data pada masing-masing pernyataan dengan skor
total memakai rumus teknik korelasi Product Moment Pearson sebagai
berikut :
Keterangan :
= Koefisien validitas yang dicari
n = Jumlah responden
X = Skor masing-masing pertanyaan X
Y = Skor masing-masing pertanyaan Y
Pengujian validitas diolah dengan menggunakan Software
Statistical Package For Social Science (SPSS) versi 16. Uji validitas
dilakukan terhadap 30 responden dimana bila diperoleh r hitung lebih
besar dari r tabel yang ditentukan yaitu sebesar 0, 361 maka kuesioner
dinyatakan sah (valid) dan dapat digunakan.
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi
product moment Pearson, untuk kuesioner tingkat kepentingan. Dengan
menggunakan jumlah responden sebanyak 30, maka nilai r tabel pada
tingkat signifikan (α) 0,05 adalah 0,361. Diperoleh r hitung lebih besar
dari r tabel, maka pertanyaan pada kuesioner mempunyai validitas
konstruk atau terdapat konsistensi internal dalam pertanyaan dan layak
digunakan. Berdasarkan uji validitas dapat diketahui bahwa kuesioner
dinyatakan valid. Hasil lengkap uji validitas kuesioner dapat dilihat
3.5.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas (keandalan) adalah suatu nilai yang menunjukkan
konsistensi suatu alat ukur didalam mengukur gejala yang sama (Umar,
2003). Kuesioner reliabel adalah kuesioner yang apabila dicobakan
secara berulang-ulang kepada kelompok yang sama akan menghasilkan
data yang sama (Simamora, 2004). Uji reliabilitas data kuesioner
dilakukan dengan menggunakan perhitungan metode Cronbach’s Alpha
dengan rumus :
Dimana :
Reliabilitas instrumen
Banyak butir pertanyaan
Jumlah ragam total
Jumlah ragam butir
Rumus untuk mencari nilai ragam adalah :
Dimana :
Ragam
Jumlah contoh (responden)
Nilai skor yang dipilih
Pengujian reliabilitas diolah dengan menggunakan Software SPSS
versi 16. Uji reliabilitas dilakukan terhadap 30 responden dimana
reliabilitas variabel dikatakan baik apabila memiliki nilai Cronbach’s
Alpha lebih dari 0,60.
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik Alfa
Cronbach digunakan pada pengujian kuesioner yang menggunakan
skala likert dari 1 sampai 5. Kuesioner dalam penelitian ini dinyatakan
reliabel karena memiliki nilai Alfa Cronbach lebih dari 0,6. Hasil
3.6 Metode Pengolahan Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan program
Software Microsoft Excel 2007 dan Statistical Package For Social Science
(SPSS) versi 16. SPSS merupakan program khusus untuk menangani masalah
pengolahan data statistik yang berfungsi untuk mendistribusikan informasi
hasil pengolahan data. Dalam penelitian ini Software SPSS digunakan untuk
mengolah data dari analisis faktor.
3.6.1 Analisis Deskriptif
Statistika deskriptif dapat digunakan untuk mengetahui
karakteristik variabel-variabel yang berkaitan, mengestimasi berapa
besar jumlah kelompok, mengetahui persepsi konsumen terhadap suatu
produk tertentu, mengetahui berapa besar pengaruh variabel dan
mengetahui prediksi spesifik (Rangkuti, 2003). Statistika deskriptif
digunakan untuk menganalisis karakteristik, sikap dan persepsi
responden terhadap kegiatan CSR pendidikan. Langkah awal dalam
analisis statistik deskriptif adalah membuat tabel frekuensi sederhana
berdasarkan jawaban responden. Data tentang karakteristik responden
dan sikap responden dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama,
ditabulasikan kemudian dipersentasekan. Persentase terbesar
merupakan faktor dominan dari masing-masing atribut yang diteliti.
Analisis deskriptif untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
persepsi responden terhadap kegiatan CSR pendidikan. Untuk
memperoleh kesimpulan atau informasi dari data, berikut
langkah-langkah dalam pengolahan dan analisisnya:
1. Berikan skor pada setiap jawaban sesuai dengan bobot pada skala
Likert.
2. Lakukan tabulasi atau perhitungan dari skor-skor nilai yang telah
ditentukan sebelumnya.
3. Lakukan pengkategorian dari hasil tabulasi dengan rumus:
Keterangan :
RS = Rentang skala
M = Angka tertinggi dalam pengukuran
N = Angka terendah dalam pengukuran
B = banyaknya kelas
Skala kriteria : 1,00 – 1,80 = sangat tidak baik
1,81 – 2,60 = kurang baik
2,61 – 3,40 = cukup baik
3,41 – 4,20 = baik
4,21 – 5,00 = sangat baik
4. Masukkan nilai tersebut ke dalam rentang skala yang telah
ditentukan, maka informasi persepsi responden terhadap kegiatan
CSR pendidikan akan diperoleh.
3.6.2 Analisis Tabulasi Silang Dengan Chi Square
Tabulasi silang adalah teknik untuk membandingkan atau melihat
hubungan antara dua peubah atau lebih, dengan cara menghitung
presentase responden untuk setiap kelompok. Uji Chi-Square dilakukan
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara citra perusahaan
dengan karakteristik responden. Dengan kata lain, teknik ini digunakan
untuk melihat apakah hubungan yang sistematik antara kedua variabel
(Rangkuti, 2003). Hipotesis yang digunakan adalah :
H0 : tidak ada hubungan antara dua variabel
H1 : ada hubungan antara dua variabel
Pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai
chi-square hitung dengan nilai chi-square tabel. Hipotesis nol ditolak
jika chi-Square hitung lebih besar atau sama dari nilai chi-Square tabel.
Dengan demikian, hipotesis nol diterima jika nilai chi-Square hitung
lebih kecil dari nilai chi-Square tabel. Tingkat kepercayaan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 90 %. Rumus chi-square
= nilai sel yang diamati (observed)
= nilai sel yang diharapkan (ekspetasi)
Χ² = nilai chi-square
3.6.3 Analisis Faktor
Analisis yang digunakan untuk mengetahui atribut-atribut yang
dipentingkan oleh peserta seminar program CSR pendidikan MSIG
adalah analisis faktor. Analisis faktor termasuk pada interdependence
techniques, yang berarti tidak ada variabel dependen ataupun variabel
independen. Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan
antar sejumlah variabel-variabel yang saling independen satu dengan
yang lain, sehingga dapat dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel
yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal (Santoso, 2005).
Menurut Simamora (2005) terdapat dua metode dasar analisis
faktor, yaitu principal component analysis dan common factor analysis.
Pricipal component analysis menggunakan total varians dalam
analisisnya. Metode ini menghasilkan faktor yang memiliki specific
variance dan error variance yang paling kecil. Common factor analysis
mengekstrak faktor hanya berdasarkan common variance. Metode ini
dapat dipakai apabila tujuan utama sebuah penelitian adalah untuk
mengetahui dimensi-dimensi laten atau konstruksi yang mendasari
variabel-variabel asli.
Menurut Wibisono (2000), Prinsip kerja analisis faktor adalah
dari n variabel yang diamati dimana beberapa variabel mempunyai
korelasi, maka dapat dikatakan bahwa variabel tersebut memiliki p
faktor umum (common factor) yang mendasari korelasi antar variabel
dan juga m faktor unik (unique factor) yang membedakan tiap variabel.
Faktor umum dilambangkan dengan F1, F2, F3, F4,...,Fm dan faktor
yang digunakan untuk setiap variabel independen X1 adalah sebagai
berikut:
Dimana :
Xi = variabel independen ke-i
Fj = faktor kesamaan ke-j
Ui = faktor unik ke-i
Aij = koefisien faktor kesamaan
Bi = koefisien faktor unik
Menurut Santoso (2005), Analisis faktor meliputi proses sebagai
berikut :
1. Menentukan variabel apa saja yang akan dianalisis.
2. Menguji variabel-variabel yang akan ditentukan, dengan
menggunakan metode Barlett test of sphericity. Untuk menguji
kesesuaian pemakaian analisis faktor, digunakan metode
Kaiser-Meyer-Olkin (KMO). Menurut Kaiser dalam Wibisono (2000),
tingkat kesesuaian harga KMO dijelaskan pada Tabel 2. KMO
adalah uji yang nilainya berkisar antara 0 sampai 1. Apabila nilai
indeks tinggi (berkisar antara 0,5 sampai 1,0), analisis faktor layak
dilakukan. Sebaliknya, apabila nilai KMO dibawah 0,5 maka
analisis faktor tidak layak dilakukan (Suliyanto, 2005). Untuk
menentukan apakah proses pengambilan sampel sudah memadai
atau tidak digunakan pengukuran Measure of Sampling Adequacy
(MSA). Angka MSA berkisar antara 0 sampai 1, dengan kriteria:
a. MSA=1, variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel
yang lain.
b. MSA>0,5, variabel masih dapat diprediksi dan dapat dianalisis
lebih lanjut.
c. MSA<0,5,variabel tidak dapat diprediksi dan tidak dapat
Tabel 2. Tingkat Kesesuaian Penggunaan Analisis Faktor Dengan Harga KMO
Harga KMO Tingkat kesesuaian penggunaan analisis faktor
0.9 Sangat memuaskan
0.8 Memuaskan
0.7 Harga menengah
0.6 Cukup
0.5 Kurang memuaskan
< 0.5 Tidak Diterima
3. Melakukan proses factoring, yaitu menurunkan satu atau lebih
faktor dari variabel-variabel yang telah lolos pada uji variabel
sebelumnya.
4. Melakukan proses factor rotation atau rotasi terhadap faktor yang
telah terbentuk. Tujuan rotasi untuk memperjelas variabel yang
masuk ke dalam faktor tertentu.
5. Interpretasi atas faktor yang terbentuk, khususnya member nama
atas faktor yang terbentuk tersebut yang dianggap dapat mewakili
variabel-variabel anggota faktor tersebut.
6. Validasi hasil faktor untuk mengetahui apakah faktor yang
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum perusahaan
4.1.1 Profil Perusahaan
PT. Asuransi MSIG Indonesia, anggota dari MS&AD Insurance
Group, sebelumnya dikenal sebagai PT. Asuransi Mitsui Summitomo
Indonesia merupakan salah satu perusahaan asuransi umum patungan
terbesar di Indonesia yang telah beroperasi di Indonesia selama lebih
dari 30 tahun dan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
MSIG adalah nama baru merek group yang baru-baru ini
diluncurkan yang sudah lebih dari 100 tahun berkecimpung dalam
bisnis asuransi umum di Asia Pasifik, Amerika dan Eropa, termasuk 16
wilayah di kawasan Asia. Perusahaan induknya di Jepang telah
menerima berbagai penghargaan dan dinilai memiliki posisi keuangan
yang kuat, mencangkup peringkat AA untuk kategori Financial
Strength dari Standards & Poors.
Pada tahun 2004, MSIG memperluas cakupannya di Asia dengan
mengakuisisi perusahaan asuransi umum Aviva Pic. Pada tahun 2005,
MSIG mengakuisisi Mingtai Fire & Marine Insurance yang merupakan
persahaan asuransi umum terbesar kedua di Taiwan. Beberapa
perusahaan yang diakuisisi telah beroperasi di Asia lebih dari 100
tahun. Sebagai dampak dari pertumbuhan yang dramatis di Asia, MSIG
juga memperkuat pelayanannya melalui kantor pusat regionalnya di
Singapura.
Dari tahun ke tahun, dibawah manajemen yang kuat dan dinamis,
Perseroan telah mengalami perkembangan yang baik. Produksi tahunan
pun mengalami kenaikan yang stabil dan posisi perusahaan di dalam
Pasar Industri Asuransi di Indonesia pun ikut meningkat.
Untuk meningkatkan pelayanan dan mempererat hubungan
dengan para nasabah, MSIG telah mendirikan kantor cabang dan
perwakilan di Surabaya, Denpasar, Palembang, dan Bekasi. MSIG
menyediakan produk asuransi terbaik dan pelayanan yang luas dengan
lainnya. Hal ini merupakan komitmen utama perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan perusahaan maupun individu.
4.1.2 Sejarah Perusahaan
PT. Asuransi MSIG Indonesia merupakan perusahaan patungan
antara Mitsui Sumitomo Insurance Company Limited (didirikan di
Jepang) dan Bapak Rudy Wanandi.
Sebelum perusahaan didirikan, tahun 1970 PT. Maskapai
Asuransi Indonesia telah menjalin hubungan kerja dengan Taisho
Marine and Fire Indurance Co., Ltd. Pertumbuhan perekonomian
Indonesia juga berdampak pada perkembangan dunia perasuransian.
Dukungan pemerintah melalui peraturan perundang-undangan telah
meberi kesempatan dalam pembentukan perusahaan patungan.
PT. Asuransi Insindon Taisho didirikan pada tanggal 22 Oktober
1975, dan mulai beroperasi sejak tanggal 1 April 1976. Pada awalnya,
Modal Dasar berjumlah Rp. 750 juta dan 70% saham dimiliki oleh
Taisho Marine and Fire Insurace Co., Ltd, sedangkan sisanya sebesar
30% dimiliki oleh PT. Maskapai Asuransi Indonesia.
Pada tahun 1983, komposisi permodalan menjadi 51% pihak
Indonesia dan 49% pihak Jepang. Tetapi sejak Desember 1990 Modal
Dasar telah dinaikkan menjadi Rp. 15 miliar dimana 79,6% dari modal
dipegang oleh pihak Jepang sedangkan sisanya sebesar 20,4% oleh
pihak Indonesia. Pada tanaggal 16 Desember 1999, Modal Dasar
ditingkat menjadi Rp. 40 miliar dengan komposisi modal yang sama.
Pada tanggal 1 April 1996, nama perusahaan PT. Asuransi
Insindo Taisho telah diubah menjadi PT. Asuransi Mitsui Marine
Indonesia mengikuti induk perusahaan dari Taisho Marine and Fire
Insurance Co., Ltd. Sejak tanggal 21 Desember 2001 pemilikan saham
PT. asuransi Mitsui Marine Indonesia menjadi 80% pihak Jepang dan
20% pihak Indonesia.
Sejak tanggal 1 April 2003, nama perusahaan PT. Asuransi Mitsui
Marine Indonesia telah diubah menjadi PT. Asuransi Mitsui Sumitomo
portofolio bisnis PT. Asuransi Sumitomo Marine and Pool ke PT.
Asuransi Mitsui Marine Indonesia.
Dengan penggambungan induk perusahaan pada 1 Oktober 2001
dimana nama perusahaan induk berubah menjadi Mitsui Sumitomo
Insurance Co., Ltd, dan 28% PT. Pool Asuransi Indonesia.
Terhitung sejak tanggal 22 November 2002 komposisi saham
berubah menjadi 100% dimiliki oleh Mitsui Sumitomo Insurance Co.,
Ltd. Pada tanggal 31 Maret 2003 PT. Asuransi Sumitomo Marine and
Pool mengalihkan portofolio bisnis termasuk karyawannya kepada PT.
Asuransi Mitsui Marine Indonesia.
Pada tanggal 1 April 2003 PT. Asuransi Sumitomo Marine and
Pool telah dibubarkan oleh perusahaan induknya. Perusahaan Aviva
Insurance di Indonesia berintegrasi ke PT. Asuransi Mitsui Sumitomo
Indonesia mengikuti akusisi perusahaan Aviva Insurance di Asia oleh
Mitsui Sumitomo Insurance Co,. Ltd. Jepang. Sejak tanggal 1 April
2008, nama perusahaan PT. Asuransi Mitsui Sumitomo Indonesia
berubah menjadi PT. Asuransi MSIG Indonesia.
4.1.3 Visi dan Misi Visi :
Menjadi perusahaan ternama dan terpandang baik di lingkup
industri perasuransian maupun ditengah masyarakat secara umum.
Misi :
Melalui usaha asuransi dan jasa keuangan, MSIG berkomitmen
terhadap hal-hal berikut:
1. Memberikan jaminan keamanan baik kepada individu mapun usaha
di dunia, serta memberikan kontribusi yang berkelanjutan dalam
pengembangan masyarakat.
2. Menyediakan produk dan pelayanan yang berkualitas, serta
memenuhi kepuasan pelanggan.
3. Mengembangkan bisnis secara berkesinambungan untuk memenuhi
harapan para pemegang saham serta membangun kepercayaan
4.1.4 Nilai-Nilai Utama
a. Fokus konsumen
Terus berjuang untuk menyediakan sekuritas dan kepuasaan pada
pelanggan.
b. Integritas
Memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan penuh integrasi
dan rasa percaya diri.
c. Kerja sama
Kerja sama terhadap sudut pandang yang berbeda dan bekerja
sebagai kelompok.
d. Inovasi
Menghargai pendapat para pelanggan dan melakukan pembaharuan
secara berkesinambungan.
e. Profesionalisme
Bertanggung jawab sebagai professional dan meraih tujuan dengan
kepercayaan diri dan rasa bangga.
4.1.5 Penghargaan dan Prestasi
Beberapa bentuk prestasi dan penghargaan yang telah diperoleh
PT. Asuransi MSIG Indonesia dari beberapa pihak, menunjukan bahwa
PT. Asuransi MSIG Indonesia memiliki keunggulan dalam industri
bisnis. Berikut adalah bentuk prestasi dan penghargaan yang diperoleh
PT. Asuransi MSIG Indonesia :
1. Peringkat kelima (5) perusahaan asuransi berpredikat sangat baik
oleh majalah Infobank pada tahun 2007 dengan kualifikasi “Sangat baik”. Penilaian tersebut didasarkan pada kinerja keuangan
perusahaan di tahun 2006. PT. Asuransi MSIG menempati posisi
kelima (5) dari 18 perusahaan asuransi kerugian dengan penghasilan
premi bruto lebih dari Rp 200 miliyar.
2. Peringkat kedua (2) sebagai asuransi terbaik oleh majalah media
Asuransi, sebagai peringkat kedua (2) dari 11 perusahaan kerugian
terbaik tahun 2007, yang memiliki modal sendiri lebih dari Rp 250
3. Peringkat ketujuh (7) sebagai perusahaan asuransi terbaik oleh
majalah investor. PT. Asuransi MSIG Indonesia menduduki
peringkat ketujuh (7) dari 20 perusahaan asuransi kerugian dengan
jumlah aset lebih dari Rp 200 miliyar hingga Rp 1 triliun.
Berdasarkan premi bersih di tahun 2007, perseroan masuk dalam
sepuluh (10) besar asuransi kerugian dengan pencapaian premi neto
Rp 269,118 juta.
4. Peringkat keempat (4) perusahaan asuransi berpredikat sangat baik
oleh majalah InfoBank. Dikelas Rp 200 juta rupiah ke atas,
perseroan menduduki peringkat keempat (4) dari 18 perusahaan
(nilai 89,05). Berdasarkan kinerja pada Desember 2007, perseroan
dinobatkan sebagai sepuluh (10) besar perusahaan asuransi kerugian
terbaik di beberapa kelas.
5. Peringkat kelima (5) sebagai asuransi terbaik oleh majalah media
asuransi pada tahun 2008 dari 13 perusahaan asuransi kerugian yang
dinominasikan.
6. Peringkat keempat (4) sebagai perusahaan asuransi berpredikat
“Sangat baik” oleh majalah Infobank pada tahun 2009. Penilaian ini
didasarkan pada kinerja keuangan perusahaan di tahun 2008.
Perseroan menempati posisi keempat (4) dari 10 perusahaan asuransi
kerugian dengan aset lebih dari Rp 500 miliyar.
7. Peringkat ketiga (3) sebagai asuransi terbaik oleh majalah Media
asuransi pada tahun 2009.
8. Asuransi terbaik pada tahun 2009 oleh penghargaan Indonesia
Business and Company Award (IBCA).
9. Direktur PT. Asuransi MSIG Indonesia menerima penghargaan dari
International Professional Award (IPA) pada tahun 2009, yang
hanya diberikan kepada pengusaha terbaik di Indonesia sebagai