SKRIPSI
ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN PENGUSAHA UMK MENGAKSES KREDIT PERBANKAN
DI KABUPATEN LANGKAT
OLEH
ERWINA PRATIWI 110523006
PROGRAM STUDI STRATA-I EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana tingkat kemampuan pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) mengakses kredit perbankan di Kabupaten Langkat.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan data primer.Cara pengumpulan data dengan menggunakan wawancara dan kuisioner. Metode yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini dengan menggunakan program SPSS 16.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kabupaten Langkat mengetahui kredit perbankan merupakan tempat untuk meminjam modal. Namun kurangnya informasi mengenai kredit perbankan sehingga mereka memilih untuk mencari dana usaha dari yang lain. Para pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kabupaten Langkat yang tidak mengikuti kredit perbankan sangat banyak, yakni mencapai 81 persen. Hal ini sangat disayangkan karena bagi para pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) masih sangat kekurangan. Sehingga mereka masih banyak yang mencari dana usahanya dari yang lain.
ABSTACT
This study aimstoanalyzehow theentrepreneur's ability levelMicro and Small Industry(UMK) to accessbank creditin Langkat. The method was usedin this researchisdescriptivemethodby usingprimary data. The data was
collectedthrough interviewsandquestionnaires. The method that was
usedinanalyzing this study is by using SPSS16.0.Result of study
showedthatentrepreneursMicro and Small Industry(UMK) in
Langkatknowwherebank creditis the placeto borrowcapital. However,the lackof
informationregardingbank creditso that
theychoosetoseekfundsfromotherbusinesses.Entrepreneur’sMicro and Small
Industry(UMK) in Langkatthatdo notfollowsomanybankcredits, which
reached81percent.This is very unfortunatebecausefor entrepreneursMicro and Small Industry(UMK) are stillverydeficient. So there are still many employerswhoseek fundingfromotherbusinesses.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
hikmat dan hidayah kepada penulis, sehingga penulis dapat mengerjakan dan
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Tingkat Kemampuan
Pengusaha UMK Mengakses Kredit Perbankan di Kabupaten Langkat”.Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan do’a
dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Ibunda dan Ayah Tercinta yang selalu ada buat saya dari kecil hingga
sekarang.
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum SE, M.Ec, Ac, Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Bapak Drs. Syahrir Hakim
Nasution, M.Si selakuKetua dan Sekretaris Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan
5. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan masukan dan bantuan kepada penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utarayang telah membagi ilmunya kepada
saya
7. Seluruh Staf Akademik Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara
8. Rekan-rekan mahasiswa stambuk 2011 Program Ekstensi Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar nantinya
dapat menjadi lebih baik.Akhirnya penulis memohon agar Allah SWT
memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dan semua pihak
yang telah memberikan bantuannya selama ini.
Medan, Januari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
2.3 Kerangka Konseptual ………. 23
2.4 Hipotesis ……… 25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ……… 26
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ……… 27
3.3 Batasan Operational ……… 27
3.4 Definisi Operational ……… 28
3.5 Skala Pengukuran Operasional ……….. 28
3.6 Populasi dan Sampel ……… 29
3.6.1 Populasi Penelitian ……… 29
3.7 Jenis dan Sumber Data ……… 31
3.8 Metode Pengumpulan Data ……… 32
3.9 Uji Validitas dan Reabilitas ……… 32
3.9.1 Uji Validitas ……… 32
3.9.2 Uji Reabilitas ……….. 37
3.10 Teknik Analisis ……….. 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Wilayah Penelitian ……….. 40
4.1.1 Letak Geografis ………... 40
4.1.2 Iklim ………. 40
4.1.3 Demografis ……….. 41
4.1.4 Keadaan Mata Uang Pencarian dan Potensi Wilayah……… 43
4.2 Karakteristik Responden ………. 44
DAFTAR TABEL
No Tabel Judul Halaman
3.1 Hasil Uji Validitas………. 34
3.2 Case Processing Summary……… 35
3.3 Reliability Statistics……….. 35
3.4 Korelasi Item-Total Statistics……… 36
3.5 Hasil Uji Validitas Corrected Item-Total Correlation……… 37
3.6 Reliability Statistics Cronbach’s Alpha ……….. 38
3.9 Item-Total Statistics……….. 38
4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan………… 42
4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin……… 43
4.3 Data Responden Berdasarkan Usia………. 44
4.4 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………… 45
4.5 Data Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan…. 46 4.6 Data Responden Berdasarkan Jenis Usaha………….. 47
4.7 Frekuensi Jawaban Responden……… 48
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian……….. 55
2 Data Pribadi Responden……… 57
3 Tabulasi Hasil Survei Terhadap Responden…………. 62
4 Hasil Uji Validitas ……… 65
5 Hasil Uji Validitas Correlation ……… 67
6 Hasil Uji Reliabilitas……….. 67
7 Usia……… 68
8 Jenis Kelamin……… 70
9 Tingkat Pendidikan……… 70
10 Jenis Usaha………. 71
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana tingkat kemampuan pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) mengakses kredit perbankan di Kabupaten Langkat.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan data primer.Cara pengumpulan data dengan menggunakan wawancara dan kuisioner. Metode yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini dengan menggunakan program SPSS 16.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kabupaten Langkat mengetahui kredit perbankan merupakan tempat untuk meminjam modal. Namun kurangnya informasi mengenai kredit perbankan sehingga mereka memilih untuk mencari dana usaha dari yang lain. Para pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kabupaten Langkat yang tidak mengikuti kredit perbankan sangat banyak, yakni mencapai 81 persen. Hal ini sangat disayangkan karena bagi para pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) masih sangat kekurangan. Sehingga mereka masih banyak yang mencari dana usahanya dari yang lain.
ABSTACT
This study aimstoanalyzehow theentrepreneur's ability levelMicro and Small Industry(UMK) to accessbank creditin Langkat. The method was usedin this researchisdescriptivemethodby usingprimary data. The data was
collectedthrough interviewsandquestionnaires. The method that was
usedinanalyzing this study is by using SPSS16.0.Result of study
showedthatentrepreneursMicro and Small Industry(UMK) in
Langkatknowwherebank creditis the placeto borrowcapital. However,the lackof
informationregardingbank creditso that
theychoosetoseekfundsfromotherbusinesses.Entrepreneur’sMicro and Small
Industry(UMK) in Langkatthatdo notfollowsomanybankcredits, which
reached81percent.This is very unfortunatebecausefor entrepreneursMicro and Small Industry(UMK) are stillverydeficient. So there are still many employerswhoseek fundingfromotherbusinesses.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada saat sekarang ini, perekonomian Indonesia sudah mulai mengalami
peningkatan yang cukup besar jika dibandingkan dengan Negara-negara
tetangga.Baik di sektor barang maupun di sektor jasa. Perkembangan ini dapat
kita ukur dari pertumbuhan ekonomi secara nasional pada tahun 2012 sebesar
6,23% meskipun telah mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni sebesar
6,5%. Namun di sisi lain, perekonomian Indonesia merupakan perekonomian
yang cukup rapuh jika dibandingkan dengan Negara-negara tetangga seperti
Malaysia, Singapura dan Thailand. Jika kita review kembali pada tahun
1997/1998, maka Usaha Mikro dan Kecil (UMK) masih tahan terhadap krisis
yang melanda Negara-negara berkembang terutama Indonesia.
UMK memegang peran penting dalam pembangunan ekonomi, namun
terdapat maslaah yang dihadapi kelompok usaha ini. Menurut Primiana (2009),
permasalahan terletak pada lemahnya prinsip-prinsip dasar dalam pengembangan
usaha-usaha komersial uang dimiliki oleh UMK. Masalah utama yang dihadapi
UMK adalah keterbatasan akses untuk mendapatkan sumber modal dan rendahnya
kesempatan mendapatkan peluang usaha.Selain itu, permasalahan UMK terkait
juga dengan aspek produksi, pemasaran, kesempatan kerja dan teknologi.
Salah satu kendala dalam perkembangan usaha mikro adalah keterbatasan
UKM menyatakan kesulitan permodalan, kemudian diikuti oleh kepastian pasar
25,90% dan kesulitan bahan baku 15,40%. Dalam kondisi yang demikian
kelompok ini akan sangat sulit keluar dari permasalahan yang biasanya sudah
berjalan lama tersebut, kecuali bila ada intervensi dari pihak lain.
Pemberdayaan UMK sangat penting dan strategis untuk menopang
struktur perekonomian Indonesia ke depan. Secara umum UMK memiliki
kedudukan yangsangat potensial dalam perekonomian nasional, namun
kenyataannya masih banyakmasalah yang menghadang dalam pengembangan
UMK.Dalam hal ini adalah kelemahan akses pada informasi dan perluasan
pangsapasar, kelemahan akses dan pemupukan modal, kelemahan akses pada
informasi dan teknologi, kelemahan dalam manajemen organisasi, sertakelemahan
dalam pembentukan jaringan usaha dan kemitraan.
Semuanya ini tidak lain adalah karena lemahnya Sumber Daya Manusia
(SDM) yang akhirnya berdampak terhadap daya saing UMK jika dibandingkan
dengan pengusaha yang lebih besar. Kondisi ini tentunya harus diperbaiki agar
pengusaha UMK ini lebih berkembang sehingga dapat bersaing dengan adanya
pasar global ASEAN pada tahun 2015 medatang. Oleh karena itu, seharusnya
UMK ini harus mendapat perhatian yang lebih besar lagi dengan cara memberikan
kucuran dana oleh lembaga-lembaga keuangan yang ada. Di Indonesia, UMK
adalah tulang punggung ekonomi Indonesia. Jumlah UMK hingga 2011 mencapai
sekitar 52 juta. UMK di Indonesia sangat penting bagi ekonomi karena
lembaga keuangan sangat terbatas baru 25% atau 13 juta pelaku UMK yang
mendapat akses ke lembaga keuangan.
Suatu hal yang wajar apabila pemilik dana dalam memberikan pendanaan
kepada pihak lain dengan sangat hati-hati, sebab siapapun dalam melepaskan
dananya berharap bahwa dana itu aman, dalam arti dana tersebut dijamin akan
kembali dan sekaligus memperoleh keuntungan daripadanya. Tanpa adanya saling
mengenal tidak mungkin pemilik dana memberikannya kepada pihak lain.
UKM seringkali tidak melakukan pembukuan atau membuat pembukuan
yang sangat sederhana, dimana berbagai biaya tidak diperhitungkan dengan jelas
seperti :
1. Tidak dilakukan penyusutan terhadap aktiva tetap,
2. Tidak memperhitungkan biaya tenaga kerja pribadi atau keluarga,
3. dan Tidak memisahkan asset perusahaan dengan kekayaan pribadi.
Kondisi ini akan menimbulkan kesulitan kepada pihak pemilik dana untuk
melakukan kelayakan usaha.Kelayakan dari usaha yang akan dibiayai merupakan
suatu pegangan bagi sumber permodalan (pemilik modal) untuk menentukan
apakah akan mendanai usaha tersebut atau tidak.
Oleh karena itu kemampuan menyusun studi kelayakan menjadi sangat
penting, sebab mungkin saja sebenarnya usaha yang akan dibiayai itu sangat
potensial dan akan mampu memberikan keuntungan yang besar, akan tetapi
karena penyajian dalam studi kelayakannya tidak menggambarkan potensi ril
kalau usaha itu dibiayai, maka sumber permodalan tidak mau memberikan
keuntungan yang besar, tapi kalau kelayakan usahanya tidak mampu meyakinkan
sumber permodalan, maka usaha itu tidak akan didanai.
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010 yang ada di Badan
Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Kabupaten Langkat adalah 966.133 orang
yang terdiriatas 486.567 laki-laki dan 479.566 perempuan dengan beragam mata
pencaharian. Jumlah pelaku usaha mikro dan kecil sebanyak 87.332 atau sekitar
98,73 persen, dari jumlah total 88.458 usaha di Kabupaten Langkat. Melihat
tingginya jumlah usaha mikro di Kabupaten Langkat berarti usaha mikro di
Kabupaten Langkat telah berkembang.Perkembangan usaha mikro di Kabupaten
Langkat tidak terlepas dari pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah ataupun
swasta dalam bentuk pemberian bantuan modal usaha yang di salurkan melalui
berbagai koperasi bukan kredit perbankan.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis bermaksud untuk melakukan
penelitian dengan judul “ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN PENGUSAHA UMK MENGAKSES KREDIT PERBANKAN DI KABUPATEN LANGKAT”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengetahuan pengusaha UMK terhadap kredit perbankan di
Kabupaten Langkat?
2. Apa kendala pengusaha UMK dalam mengakses kredit perbankan di
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pengetahuan pengusaha UMK dalam mengakses
kredit perbankan di Kabupaten Langkat.
2. Untuk mengetahui kendala apa yang dihadapi pengusaha UMK dalam
mengakses kredit perbankan di Kabupaten Langkat.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan kepada perbankan yang akan menyalurkan kredit
kepada pengusaha UMK khususnya di Kabupaten Langkat.
2. Sebagai bahan studi dan wawasan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dan
mahasiswi khususnya di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,
terutama bagi mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin
melakukan penelitian selanjutnya.
3. Untuk memperkaya wawasan ilmiah dan non-ilmiah Penulis dalam
disiplin ilmu yang Penulis tekuni serta mengaplikasikannya secara
kontekstual dan tekstual.
4. Sebagai bahan masukan bagi kalangan akademisi dan peneliti yang tertarik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Menurut UU No.20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengahdisebutkan bahwa Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang
perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Sedangkan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badanusaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yangdimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang ini.
Menurut UU No. 20 Tahun 2008 Pasal 1 ayat (1) Usaha Mikro adalah
usahaproduktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Adapun kriteria usaha mikro dapat dilihat pada Pasal 6 ayat (1),
disebutkan bahwa:
1. Usaha mikro memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tigaratus
Sedangkan dalam Pasal 1 ayat (2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha
kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.
Ganewati (1997) menyatakan bahwa Usaha Mikro dan Kecil
berdasarkanperdagangan dan investasi dapat dikelompokkan menjadi empat
kelompok yaitu:
1. Usaha mikro dan kecil yang sudah go global, yaitu usaha mikro dan kecilyang
telah menjalankan kegiatan internasional secara sangat luas, meliputi kawasan
global seperti Asia, Eropa atau Amerika Utara.
2. Usaha mikro dan kecil yang sudah internationalized, yaitu usaha mikro dan
kecil yang menjalankan satu kegiatan internasional, misalnya ekspor.
3. Usaha Mikro dan Kecil potensial, yaitu usaha mikro dan kecil yang memiliki
potensi menjalankan kegiatan internasional.
4. Usaha Mikro dan Kecil yang beroriantasi domestik, yaitu usaha mikro dan kecil
yang menjalankan usaha secara domestik.
2.1.1. Ciri-Ciri Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Ciri-ciri usaha mikromenurut Keputusan Menteri Keuangan
No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003:
2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat.
3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak
memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha; Sumber daya
manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai.
4. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.
5. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah
akses ke lembaga keuangan non bank.
6. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP.
2.1.2. Jenis-Jenis Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Sektor-sektor Usaha Mikro dan Kecil (UMK) meliputi berbagai sektor
bisnis, seperti sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor
industri manufaktur, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel
dan restoran, sektor transportasi dan telekomunikasi, sektor keuangan, penyewaan
dan jasa, dan jasa-jasa lainnya. Sektor industri terbagi lagi menjadi beberapa
bagian, yakni makanan, minuman, tembakau, tekstil, pakaian jadi, kayu dan
produk-produk kayu, kertas percetakan dan publikasi, serta kimia termasuk
pupuk.Adapula produk-produk dari karet, semen dan produk-produk mineral non
logam, produk-produk dari besi dan baja, alat-alat transportasi, mesin dan
peralatannya, serta olahan-olahan lainnya.(Dikutip dari jurnal Peranan Kredit
Langkat (Studi Kasus Bank BRI Unit Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat)
oleh Ary Sofwan).
2.1.3. Peran Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Usaha mikro dan kecil selain memiliki peran penting dalam penyerapan
tenaga kerja, usaha mikro dan kecil juga sebagai mediasi proses industrialisasi
suatu negara. Anderson (dikutip Sulistyastuti, 2004) membangun suatu tipologi
untuk tahap-tahap industrialisasi suatu negara.
Noer Soestrisno (2004) menjelaskan usaha mikro dan kecil memiliki peran
penting dalam perkembangan ekonomi yang ditunjukkan oleh sejumlah indicator
sebagai berikut:
1. Ketika pertumbuhan ekonomi mencapai 4,8 persen tahun 2000 dimana Usaha
Besar (UB) belum bangkit, banyak pakar memperkirakan hal tersebut
kontribusi dari usaha mikro dan kecil selain dari sektor ekonomi.
2. Hasil survei 1998 ketika awal krisis terhadap 225 ribu usaha mikro dan kecil di
seluruh Indonesia menunjukkan bahwa hanya 4 persen saja usaha mikro dan
kecil menghentikan bisnisnya, 64 persen tidak mengalami perubahan omzet, 31
persen omzetnya menurun, dan bahkan 1 persen justru berkembang.
3. Technical Assistant ADB pada tahun 2001 juga melakukan survei terhadap 500
usaha mikro dan kecil di Medan dan Semarang yang memberikan hasil bahwa
78 persen usaha mikro dan kecil menjawab tidak terkena dampak krisis
2.1.4. Azas-Azas Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Menurut UU No. 20 Tahun 2008 pasal 3 Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka
membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang
berkeadilan. Perbedaan UKM dengan perusahaan yang berskala besar salah
satunya dari asas. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah berasaskan:
1. Kekeluargaan;
2. Demokrasi ekonomi;
3. Kebersamaan;
4. Efisiensi berkeadilan;
5. Berkelanjutan;
6. Berwawasan lingkungan;
7. Kemandirian;
8. Keseimbangan kemajuan; dan
9. Kesatuan ekonomi nasional.
2.1.5. Permasalahan Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Perkembangan usaha mikro dan kecil di Indonesia tidak lepas dari
berbagai macam masalah. Tingkat intensitas dan sifat dari masalah-masalah
tersebut tidak bisa berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang
dilayani, tetapi juga berbeda antar wilayah atau lokasi, antar sentra, antar sektor
atau subsektor atau jenis kegiatan, dan antar unit usaha dalam kegiatan atau sektor
Meski demikian masalah yang sering dihadapi oleh usaha mikro dan
kecilmenurut Tambunan (2002) adalah:
1. Kesulitan pemasaran
Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi
perkembangan usaha mikro dan kecil.Salah satu aspek yang terkait dengan
masalah pemasaran adalah tekanan-tekanan persaingan, baik pasar domestic
dari produk serupa buatan usaha besar dan impor, maupun di pasar ekspor.
2. Keterbatasan Financial
Usaha mikro dan kecil, khususnya di Indonesia menghadapi dua masalah
utama dalam aspek financial :mobilitas modal awal (star-up capital) dan akses
ke modal kerja, financial jangka panjang untuk investasi yang sangat
diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang.
3. Keterbatasan SDM
Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala serius bagi banyak
usaha mikro dan kecil di Indonesia, terutama dalam aspek-aspek
enterpreunership, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk,
engineering design, quality control, organisasi bisnis, akuntansi, data
processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Keterbatasan ini
menghambat usaha mikro dan kecil Indonesia untuk dapat bersaing di pasar
domestik maupun pasar internasional.
4. Masalah bahan baku
Keterbatasan bahan baku juga sering menjadi salah satu kendala serius bagi
kecil di Indonesia. Keterbatasan ini dikarenakan harga baku yang terlampau
tinggi sehingga tidak terjangkau atau jumlahnya terbatas.
5. Keterbatasan teknologi
Usaha mikro dan kecil di Indonesia umumnya masih menggunakan
teknologilama atau tradisional dalam bentuk mesin-mesin tua atau alat-alat
produksiyang sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya
membuatrendahnya total factor productivity dan efisiensi di dalam proses
produksi,tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat.
Menurut Lestari (2007) untuk memenuhi kebutuhan permodalan, UMK
paling tidak menghadapi empat masalah, yaitu:
1. Masih rendahnya atau terbatasnya akses UMK terhadap berbagai informasi,
layanan, fasilitas keuangan yang disediakan oleh keuangan formal, baik bank,
maupun non bank misalnya dana BUMN, ventura.
2. Prosedur dan persyaratan perbankan yang terlalu rumit sehingga pinjaman
yang diperoleh tidak sesuai kebutuhan baik dalam hal jumlah maupun waktu,
kebanyakan perbankan masih menempatkan agunan material sebagai salah satu
persyaratan dan cenderung mengesampingkan kelayakan usaha.
3. Tingkat bunga yang dibebankan dirasakan masih tinggi.
4. Kurangnya pembinaan, khususnya dalam manajemen keuangan, seperti
perencanaan keuangan, penyusunan proposal dan lain sebagainya.
2.1.6. Kelebihan dan Kelemahan Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Kelebihan dari Usaha Mikro dan Kecil adalah dapat menjadi dasar
meningkatkan ekonomi kerakyatan / padat karya (lapangan usaha dan lapangan
kerja) yang berorientasi pada ekspor dan substitusi impor (struktur industri dan
perolehan devisa). Selain itu Usaha Mikro dan Kecil (UMK) aman bagi perbankan
dalam member kredit karena bergerak dibidang usaha yang cepat
menghasilkan.Usaha Mikro dan Kecil juga mampu memperpendek rantai
distribusi, lebih fleksibel dan ada abilitas dalam pengembangan
usaha.(Sumber:www.wikipedia.org)
Adapun kekurangan dari Usaha Mikro dan Kecil adalah rendahnya
kemampuan Sumber Daya manusia (SDM) dalam kewirausahaan dan manajerial
yang menyebabkan munculnya ketidakefisienan dalam menjalankan proses usaha.
Terdapat pula masalah keterbatasan keuangan yang menyulitkan dalam
pengembangan berwirausaha.Ketidakmampuan aspek pasar, keterbatasan
pengetahuan produksi dan teknologi, sarana dan prasarana, dan ketidakmampuan
menguasai informasi juga merupakan kekurangan yang sering dialamai dalam
Usaha Mikro dan Kecil. Usaha Mikro dan kecil juga tidak didukung kebijakan dan
regulasi yang memadai, serta pelakuan dari pelaku usaha besar yang tidak
terorganisasi dalam jaringan dan kerja sama, sehingga sering tidak memenuhi
standar dan tidak memenuhi kelengkapan aspek legalitas.
(Sumber:www.wikipedia.org).
2.2. Definisi Kredit
Menurut Moh. Tjoekam (1999 : 1), kata “kredit” berasal dari bahasa Latin
Sedangkan menurut Thomas Suyatno (1993 : 12), istilah “kredit” berasal
dari bahasa Yunani yaitu credere juga yang berarti kepercayaan (truth atau faith).
Ada beberapa pengertian kredit secara universal menurut Undang- Undang
Perbankan Indonesia, yaitu :
“ Penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain
dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan (Undang-undang
Perbankan No. 14 / 1967)”.
“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan (Undang- undang Perbankan No. 7 / 1992)”.
“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Undang- undang Perbankan No.
10 / 1998)”.
Dari rumusan tersebut dapat diketahui bahwa kredit merupakan perjanjian
pinjam meminjam uang antara bank sebagai kreditur dengan nasabah sebagai
debitur.Selain itu, sistem pemberian kredit didasarkan juga atas keyakinan bank
memperoleh keyakinan tersebut, makasebelum memberikan kredit, bank harus
melakukan penilaian dengan seksama terhadap watak, kemampuan, modal agunan
dan prospek usaha dari debitur.
Definisi kredit menurut para ahli antara lain:
1. Menurut Kent seperti dikutip oleh Hasibuan (2007:12), Kredit adalah hak
untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran
pada waktu yang di minta, atau pada waktu yang akan dating karena
penyerahan barang-barang sekarang.
2. Menurut PAPI revisi 2001 dalam Rinaldy (2009:29), Kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau
pembagian hasil keuntungan. Termasuk dalam pengertian kredit dalam
restrukturisasi, dan pembelian surat berharga debitur yang dilengkapi dengan
note purchase agreement atau NPA.
3. Menurut Hariyani (2010:10), Kredit yang diberikan oleh bank didasarkan atas
kepercayaan sehingga pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan
kepada nasabah.
Dari pengertian yang dikemukan beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa
debitur akan mengembalikan pinjaman berserta bunganya sesuai perjanjian yang
2.2.1. Jenis-Jenis Kredit
Menurut Ismail ( 2010: 99-108 ) kredit dibedakan menjadi beberapa jenis,
yaitu :
1. Kredit dilihat dari Tujuan Penggunaan
a. Kredit Investasi,merupakan kredit yang diberikan oleh bank kepada
debitur untuk pengadaan barang-barang modal yang mempunyai nilai
ekonomis lebih dari satu tahun.
b. Kredit Modal Kerja, merupakan kredit yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan modal kerja yang biasanya habis dalam satu siklus usaha.
c. Kredit Konsumtif, merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah
untuk membeli barang dan jasa untuk keperluan pribadi dan tidak untuk
digunakan keperluan usaha.
2. Kredit dilihat dari Jangka Waktunya
a. Kredit Jangka Pendek, merupakan kredit yang diberikan dengan jangka
waktu maksimal satu tahun.
b. Kredit Jangka Menengah, merupakan kredit yang diberikan dengan
jangka waktu antara satu tahun sampai tiga tahun.
c. Kredit Jangka Panjang, merupakan kredit yang jangka waktunya lebih
dari tiga tahun.
3.Kredit dilihat dari Cara Penarikannya
a. Kredit Sekaligus, yaitu kredit yang dicairkan sekaligus sesuai dengan
b. Kredit Bertahap, yaitu kredit yang pencairannya tidak sekaligus, akan
tetapi secara bertahap 2,3,4 kali pencairan dalam masa kredit.
c. Kredit rekening Koran, yaitu kredit yang penyediaan dananya dilakukan
melalui pemindahbukuan.
4. Kredit dilihat dari Sektor Usaha
a. Sektor Industri, yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah yang
bergerak dalam sektor industri.
b. Sektor Perdagangan,yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah yang
bergerak dalam bidang perdagangan.
c. Sektor Pertanian, Peternakan, Perikanan, dan Perkebunan, yaitu kredit
yang diberikan dalam rangka meningkatkan hasil di sektor
pertanian,perkebunan, peternakan, dan perikanan.
d. Sektor Jasa, Sebagaimana tersebut dibawah ini yang dapat diberkan
kredit oleh bank antara lain: Jasa Pendidikan, Jasa Rumah Sakit, Jasa
Angkutan, dan Jasa Lainnya.
e. Sektor Perumahan, yaitu kredit yang diberikan kepada debitur yang
bergerak dibidang pembangunan perumahan.
5. Kredit dilihat dari Segi Jaminan
a. Kredit dengan Jaminan (secured loan), merupakan kredit yang didukung
dengan jaminan (agunan)
b. Kredit Tanpa Jaminan (unsecured loan), merupakan kredit yang
diberikan kepada debitur tanpa didukung adanya jaminan dan diberikan
Contoh Kredit Tanpa Agunan.
Kredit Tanpa Agunan atau yang disingkat dengan nama KTA atau
dikenal juga dengan nama Pinjaman Tanpa Agunan adalah merupakan
sebuah produk perbankan yang memberikan fasilitas pinjaman kepada
peminjam tanpa adanya sebuah aset yang dijadikan jaminan atas
pinjaman tersebut. (Tanpa Agunan Tetap Bisa Kredit, Safir Senduk,
diakses 20 Januari 2011). Kredit jenis ini diberikan dengan melihat
prospek usaha, karakter serta loyalitas si calon debitur selama
berhubungan dengan bank yang bersangkutan.
6. Kredit dilihat dari Jumlahnya
a.Kredit UMKM, merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha
dengan skala usaha sangat kecil.
b. Kredit UKM, merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha
dengan batasan antara Rp 50.000.000,- dan tidak melebihi Rp
350.000.000,-
c. Kredit Korporasi, merupakan kredit yang diberikan kepada debitur
dengan jumlah besar dan diperuntukkan kepada debitur besar (korporasi).
2.2.2. Unsur-Unsur Kredit
Unsur-unsur kredit harus diperhatikan dalam pemberian fasilitas kredit.
Menurut Kasmir (2002:75-76) terdapat lima unsur-unsur kredit, yaitu:
a. Kepercayaan
Keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang,
b. Kesepakatan
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing
pihak menandatangani hak dan kewajiannya masing-masing.
c. Jangka Waktu
Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah
disepakati.
d. Resiko
Resiko kerugian dapat terjadi akibat dua hal yaitu resiko kerugian yang
diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu
dan resiko kerugian yang diakibatkan oleh hal-hal yang tidak disengaja
seperti musibah dan bencana alam.Dan hal ini menjadi tanggungan si
pemberi kredit.
e. Balas Jasa
Keuntungan atas pemberian kredit atau jasa yang dikenal sebagai bunga
bagi bank konvensional. Sedangkan bagi bank Syariah balas jasa ditentukan
dengan system hasil bagi.
2. 2. 3 Fungsi Kredit
Fungsi kredit bagi masyarakat menurut Hasibuan (2008: 88), antara lain:
1. Menjadi motivator dan dinamisator peningkatan kegiatan perdagangan
dan perekonomian.
2. Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat.
5. Meningkatkan produktifitas dana yang ada.
6. Meningkatkan daya guna (utility) barang.
7. Meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat.
8. Memperbesar modal kerja perusahaan.
9. Meningkatkan income percapital (IPC) masyarakat.
10.Mengubah cara berpikir atau bertindak masyarakat untuk lebih ekonomis.
2.2.4. Tujuan Kredit
Menurut Suyatno (2007: 15) menyatakan bahwa tujuan kredit yang
diberikan oleh suatu bank, khususnya bank pemerintah yang akan
mengembangkan tugas sebagai agent of development adalah untuk:
1. Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan.
2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya
guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.
3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat
memperluas usahanya.
Sedangkan Kasmir (2008: 100) mengemukakan tujuan pemberian suatu
kredit, yaitu :
1. Untuk mencari keuntungan.
Bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut.Hasil
tersebut terutama dalam bentuk Bunga yang diterima oleh bank sebagai
balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.
Untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana
investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka
pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.
3. Untuk membantu pemerintah.
Bahwa, dengan banyaknya kredit yang disalurkan oleh bank-bank, hal ini
berarti dapat meningkatkan pembangunan disegala sector, khususnya
disektor ekonomi.
2.2.5. Prinsip-Prinsip Kredit
Adapun prinsip-prinsip pemberian kredit konsep 5C menurut
Siamat(1995) sebagai berikut:
1. Character (Watak)
Watak atau sifat seseorang, dalam hal ini calon debitur.
2. Capacity (Kemampuan)
Untuk melihat kemampuan nasabah dalam membayar kredit yang
dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta
kemampuannya mencari laba.
3. Capital (Modal)
Untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah
terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.
4. Collateral (Jaminan)
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
5. Condition (Keadaan)
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang
dan untuk masa yang akan dating sesuai sector masing-masing.
Menurut Abdulkadir dan Rilda (2000: 61) Apabila Bank menerima
permohonankredit dari nasabah, bank perlu melakukan analisis kredit terlebih
dahulu. Analisis kredit meliputi:
a. Latar belakang nasabah/ perusahaan nasabah.
b. Prospek usaha yang akan dibiayai.
c. Jaminan yang diberikan.
d. Hal-hal lain yang ditentukan oleh bank.
Atas dasar hasil analisis kredit, bank memberikan pertimbangan dengan
hati-hati apakah permohonan nasabah tersebut layak untuk dikabulkan.
2.2.6. Kebijakan Kredit
Menurut Muljono (2007:20) dalam menetapkankebijaksanaan perkreditan
tersebut harus diperhatikan 3 (tiga) asaspokok yaitu :
1. Asas likuiditas
Asas likuiditas adalah suatu asas yang mengharuskan bank untuk tetap dapat
menjaga tingkat likuiditasnya, karena suatu bank yang tidak likuid
akibatnya akan sangat parah yaitu hilangnya kepercayaan dari para
nasabahnya atau dari masyarakat luas. Suatu bank dikatakan likuid apabila
memenuhi kreteria antara lain :
a. Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang akan
b. Bank tersebut memiliki assets lainnya yang dapat dicairkan
sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya.
c. Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash assets
baru melalui berbagai bentuk utang.
2. Asas solvabilitas
Asas solvabilitas, usaha pokok perbankan yaitu menerima simpanan dana
dari masyarakat dan disalurkan dalam bentuk kredit.
3. Asas rentabilitas
Asas rentabiltas, sebagaimana halnya pada setiap kegiatan usaha akan selalu
mengharapkan untuk memperoleh laba, baik untuk mempertahankan
eksistensinya maupun untuk keperluan mengembangkan dirinya.
2. 3 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa sejauh mana pengetahuan Pengusaha
UMK
Kredit
Perbankan Pengusaha UMK Pengetahuan
terhadap Kredit Perbankan
pengusaha UMK mempunyai kendala-kendala saat mengakses kredit
perbankan.Pengusaha UMK mempunyai kendala dalam modal usahanya dan tidak
mengetahui kredit perbankan dapat digunakan sebagai modal usaha.Sementara
pihak perbankan kurang begitu dekat dengan pengusaha UMK sehingga pihak
penbankan dan pengusaha UMK tidak terjalin kerjasama.
Menurut Andang (2007), permasalahan Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
dapat dikategorikansebagai berikut:
1. Permasalahan yang bersifat klasik dan mendasar pada UMKM (basic
problems), antara lain berupa permasalahan modal, bentuk badan hokum yang
umumnya non formal, sumber daya manusia (SDM), pengembangan produk
dan akses pemasaran;
2. Permasalahan lanjutan (advanced problems), antara lain pengenalan dan
penetrasi pasar ekspor yang belum optimal, kurangnya pemahaman terhadap
desain produk yang sesuai dengan karakter pasar, permasalahan hokum yang
menyangkut hak paten, prosedur kontrak penjualan serta peraturan yang
berlaku di negara tujuan ekspor;
3. Permasalahan antara (intermediate problems), yaitu permasalahan dari instansi
terkait untuk menyelesaikan masalah dasar agar mampu menghadapi persoalan
lanjutan secara lebih baik. Permasalahan tersebut antara lain dalam hal
2.4. Hipotesis
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Pengusaha UMK tidak mengetahui tentang kredit perbankan untuk modal
usahanya di Kabupaten Langkat.
2. Pengusaha UMK mempunyai kendala saat mengakses kredit perbankan di
Kabupaten Langkat.
3. Kurang terjalinnya kerjasama antara pengusaha UMK dan pihak perbankan di
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut terdapat empat hal yang
perlu difahami lebih lanjut yaitu: cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan
(Sugiyono, 2009).
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriftif.Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya
untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosialatau hubungan antara
fenomena yang diuji (Sukmadinata, 2006:72).
Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas tentang
subjekpenelitian dan akan menggunakan pertanyaan who dalam menggali
informasi yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan
gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah
proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal
atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan
seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan
seperangkat tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Langkat dengan berkecamatan
Bahorok, Sei Bingai, Binjai, Hinai, Batang Serangan, Gebang, Pangkalan Susu,
Pematang Jaya, Kuala, Selesai, Stabat, Secanggang, Sawit Seberang, Babalan,
Berandan Barat, Sirapit, Besitang, Salapian, Kutambaru,Wampu, Tanjung Pura,
Padang Tualang, dan Sei Lepan.
Dimana penelitian ini dikhususkan kepada pengusaha Usaha Mikro dan
Kecil (UMK).Karena di Kabupaten Langkat terdapat pengusaha UMK yang
kurang berminat menggunakan kredit perbankan dalam modal usaha maupun
untuk mengembangkan usahanya.Pengusaha UMK lebih tertarik menggunakan
kredit pada koperasi atau menjual ternak dan kebun untuk modal usahanya.
Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 9 Desember 2013 sampai 11
Januari 2014. Di mana penelitian ini akan memberikan kuesioner pada para
pengusaha UMK dan melakukan beberapa pertanyaan (wawancara) kepada para
pengusaha UMK.
3.3. Batasan Operasional
Batasan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan
pengusa Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dalam mengakses kredit perbankan untuk
modal usaha dan pengembangan usahanya di Kabupaten Langkat.Dimana
pengusaha UMK ada yang mengakses kredit perbankan dan tidak mengakses
kredit perbankan serta pernah menggunakan kredit perbankan sebagai modal
3.4. Definisi Operasional
1. Usaha Mikro dan Kecil (UMK) merupakan kegiatan usaha yang mampu
memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas
kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan
peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan
berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional.
2. Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau
mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan
ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati.
3.5. Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif.Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang
bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan
induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian
kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian
sesuai dengan fakta di lapangan.Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk
memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan
pembahasan hasil penelitian.
Dalam penelitian ini Penulis menggunakan SPSS 16.0 untuk mengolah data
3.6. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dan sampel penelitian harus didefinisikan secara jelas, karena
hasil analisis statistika sangat tergantung dari ruang lingkup dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi dan sampel.
3.6.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009).Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pengusaha UMK yang terdapat di Kabupaten
Langkat.Seluruh pengusaha UMK di Kabupaten Langkat berjumlah 966.133
pengusaha.
3.6.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2009). Karena populasi pengusaha UMK di Kabupaten
Langkat sangat banyak sehingga peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi disebabkan keterbatasan biaya, tenaga dan waktu peneliti, maka
penelitian ini hanya menggunakan sampel yang diambil dari populasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Probability
Sampling. Menurut sugiyono (2009) Probability Sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
Jumlah penduduk di Kabupaten Langkat adalah sebanyak 966.133
orang.Penduduk di Kabupaten Langkat sebagian besar adalah pengusaha yang
tersebar di 23 kecamatan dengan berbagai macam jenis usaha. Jumlah sampel
didapat melalui perhitungan Slovin sebagai berikut :
n = �
1+��2………...………(3.1)
Dimana :
n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi
e = Tingkat kesalahan yang bias ditolerir (10%)
n = �
1+��2
n = 966.133
1+966.133(10%)2
n =966.133
9662,34
n = 99,98
Dari rumus di atas, jumlah sampel minimum dalam penelitian ini adalah
berjumlah 100 orang.Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Langkat dengan
Kecamatan Bahorok, Sei Bingai, Binjai, Hinai, Batang Serangan, Gebang,
Seberang, Babalan, Berandan Barat, Sirapit, Besitang, Salapian,
Kutambaru,Wampu, Tanjung Pura, Padang Tualang, dan Sei Lepan.
3.7. Jenis dan Sumber Data
Studi kasus pada penelitian ini adalah di Kabupaten Langkat.Jadi data
yang diperoleh adalah hasil survey yang dilakukan di Kabupaten
Langkat.Pengumpulan data dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
bahan-bahan yang relevan dan akurat.Penelitian ini menggunakan data primer dan
data sekunder.Untuk mendukung penelitian ini diperlukan data yang valid dan
aktual. Data tersebut dibedakan menjadi :
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden
dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan (quesioner) dan/atau
dengan wawancara langsung kepada para pengusaha UMK di Kabupaten
Langkat.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupkan data yang diperoleh dari pihak atau instansi yang
terkait dengan penelitian ini, dalam hal ini adalah Badan Pusat
Statistik.Selain itu, informasi data juga diperoleh melalui buku-buku
referensi, media internet serta bacaan lainnya yang berhubungan dengan
3.8. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau
sipewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide (panduan wawancara).
2. Kuesioner
Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data melaui formulir-formulir yang
berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang
atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan
informasi yang diperlukan oleh peneliti.
3. Dokumentasi
Dokumentasi, yaitu dengan menelaah dan mengkaji setiap data yang
terdapat pada usaha mikro yang diteliti dan pada sumber lainnya yang
mendukung penelitian ini.
3.9.Uji Validitas dan Reliabilitas 3.9.1. Uji Validitas
Uji validitas adalah untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu
daftar pertanyaan dengan variabel.Uji ini dilakukan untuk mengukur data yang
telah didapat setelah penelitian.Macam validitas umumnya digolongkan dalam
kriteria (criterion-related validity) dan validitas konstruk. Pada penelitian ini akan
dibahas hal menyangkut validitas untuk menguji apakah pertanyaan-pertanyaan
itu telah mengukur aspek yang sama. Untuk itu dipergunakanlah validitas
konstruk.
Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel/item
dengan skor total variabel. Cara mengukur validitas konstruk yaitu dengan
mencari korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total
menggunakan rumus teknik korelasi pearson’s product moment. Yaitu:
r =
�∑ � − ∑ � (∑ �){�∑ �2−(∑ �)2}{�∑ �2−(∑ �)2}
………(3.2)
Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total
diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai kritik. Selanjutnya, jika
nilai koefisien korelasi product moment dari suatu pertanyaan tersebut sama
dengan atau lebih besar dari nilai tabel kritik, maka pertanyaan tersebut signifikan
(rhitung≥ ttabel).
Uji validitas Item dapat dilakukan dengan menggunakan software SPSS
16.0. untuk proses ini, akan digunakan Uji Korelasi Pearson Product Moment.
Setiap item akan diuji relasinya dengan skor total variabel. Setelah melakukan
pengolahan data dengan bantuan SPSS 16.0 maka correlations dari item dengan
Dari hasil analisis diperoleh nilai skor item dengan skor total.Nilai ini
kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. R tabel diperoleh dari taraf
signifikansi 5% dengan uji 2 sisi dan n=30, maka diperoleh r tabel sebesar 0,361.
Tabel 3.1: Hasil Uji Validitas
Sumber: Data Diolah dengan SPSS 16.0
Selanjutnya yang dilakukan adalah Corrected Item-Total Correlation.
Analisis ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item
dengan skor total dan melakukan koreksi terhadap nilai koefisien korelasi yang
overestimasi. Hal ini dikarenakan agar tidak terjadi koefisien item total yang
overestimasi (estimasi nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya). Atau dengan
cara lain, analisis ini menghitung korelasi overestimasi (estimasi nilai yang lebih
tinggi dari sebenarnya). Atau dengan cara lain, analisis ini menghitung korelasi
tiap item dengan skor total (teknik bivariate personal ), tetapi skor total di sini
Setelah dilakukan analisis dengan bantuan software SPSS 16.0, maka
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.2 Ringkasan Validitas
Keterangan N %
Valid Tidak
30 0
100 0
Total 30 100
Sumber: Data Diolah dengan SPSS 16.0
Tabel 3.3 Reliabilitas Statistik Cronbach's
Alpha
N (Banyak Item)
0,618 30
Tabel 3.4
Korelasi Item-Total Statistik
Mean Item Varians Item Korelasi Item-Total Cronbach's Alpha Item
Dari hasil output bias dilihat pada Corrected Item – Total Correlation,
inilah nilai korelasi yang diperoleh. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan r
tabel sebesar 0,361.
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Corrected Item – Total Correlation
No
Sumber: Data Diolah Dengan SPSS 16.0
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, nampak bahwa 7 item yang
memiliki skor korelasi yang lebih besar dan korelasi yang lebih standart, maka
dapat dikatakan bahwa hanya 7 item yang valid dan dapat digunakan pada tahap
penelitian selanjutnya.
3.9.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas (keandalan) adalah ukuran suatu kestabilan dan konsisten
responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan daftar
pertanyaan.Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan metode korelasi
akan ditentukan reliabilitasnya.Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung
indeks reliabilitas yaitu dengan teknik alpha cronbach dengan rumus sebagai
berikut:
α = �−�1 (1- ∑��
�� ) ………... (3.3)
Setelah dilakukan uji reliabilitas dengan bantuan program SPSS 16.0,
maka diperoleh hasil output sebagai berikut:
Tabel 3.6
Reliability Statistics Cronbach’s Alpha
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.720 .723 11
Sumber: Data Diolah Dengan SPSS 16.0
Tabel 3.7
Dari hasil analisis diperoleh nilai Alpha sebesar 0,720, sedangkan nilai r
kritis (uji 2 sisi) pada signifikansi 5% dengan n=30 diperoleh 0,361. Maka dapat
disimpulkan bahwa item-item instrument penelitian tersebut telah reliabel.
3.10. Teknik analisis
Setelah data berhasil dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adlaah
melakukan analisis terhadap data tersebut.Analisis ini dilakukan untuk mengkaji
dan mengolah data yang telah terkumpul sehingga diperoleh suatu kesimpulan
yang bermanfaat sesuai dengan tujuan penelitian.
Pengolahan dan penganalisaan data yang dilakukan dengan menggunakan
pendekatan kualitatif menekankan pada segi pengamatan langsung secara
partisipatif dari penelitian. Dengan demikian dapat diungkapakan
fenomena-fenomena yang terjadi serta hal-hal yang melatar belakanginya yang pada
akhirnya akan menghasilkan gambaran yang jelas, terarah dan menyeluruh dari
masalah yang menjadi objek penelitian. Oleh karena analisa dari penelitian
kualitatif tidak mendasarkan interpretasi datanya pada perhitungan-perhitungan
seperti analisa data penelitian kuantitatif, maka analisa data terletak pada
kemampuan nalar peneliti dalam menghubungkan data, fakta, dan informasi yang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Wilayah Penelitian 4.1.1. Letak Geografis
Kabupaten Langkat merupakansalah satu daerah yang berada diSumatera
Utara. Secara geografisKabupaten Langkat berada pada 3°14’– 4° 13’ Lintang
Utara, 97°52’ –98° 45’ Bujur Timur dan 4 – 105 mdari permukaan laut.Kabupaten
Langkat menempatiarea seluas ± 6.263,29 Km2 (626.329Ha) yang terdiri dari 23
Kecamatandan 240 Desa serta 37 KelurahanDefinitif. Area Kabupaten Langkat
disebelah Utara berbatasan denganKabupaten Aceh Tamiang dan SelatMalaka, di
sebelah Selatan berbatasandengan Kabupaten Karo, di sebelah Barat berbatasan
dengan KabupatenAceh Tenggara / Tanah Alas, dan disebelah Timur berbatasan
denganKabupaten Deli Serdang.Berdasarkan luas daerahmenurut kecamatan di
KabupatenLangkat, luas daerah terbesar adalahkecamatan Bahorok dengan
luas1.101,84 km2 atau 17,59 persen diikutikecamatan Batang Serangan
denganluas 899,38 km2 atau 14,36 persen.Sedangkan luas daerah terkecil
adalahkecamatan Binjai dengan luas 42,05km2 atau 0,67 persen dari total
luaswilayah Kabupaten Langkat.
4.1.2. Iklim
Seperti umumnya daerah-daerahlainnya yang berada di kawasan
tropis.Sehingga daerah inimemiliki 2 musim yaitu musim kemaraudan musim
hujan.Musim kemarau danmusim hujan biasanya ditandai dengansedikit
banyaknya hari hujan dan volumecurah hujan pada bulan terjadinya musim.
Indikator iklim di wilayah Kabupaten Langkat ini adalah sebagai berikut:
Musim Kemarau : Februari s/d Agustus
Musim Hujan : September s/d Januari
Curah hujan rata-rata 2.205,43 mm/tahun
Suhu rata-rata 28 derajat celcius - 30 derajat celcius
4.1.3. Demografis
Kabupaten Langkat adalah sebuah kabupaten yang terletak di Sumatera
Utara.Ibu kotanya berada di Stabat.Luas Kabupaten Langkat adalah 6.272 km²
dan berpenduduk sejumlah 902.986 jiwa (2000) dengankepadatan penduduk
sebesar 144,17jiwa per Km².
Sex Ratio Kabupaten Langkat adalah sebesar 101,46 yang artinya jumlah
penduduk laki-laki 1,46 persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk
perempuan. Sex ratio terbesar terdapat di Kecamatan Brandan Barat yakni sebesar
105,89 yang berarti jumlah penduduk laki-laki 5,89 persen lebih banyak
dibandingkan jumlah penduduk perempuan dan yang terkecil terdapat di
Kecamatan Stabat yakni sebesar 97,95 yang berarti jumlah penduduk perempuan
Sedangkan laju pertumbuhanpenduduk Kabupaten Langkat padatahun
2000 dibandingkan tahun 1990 adalahsebesar 1,07 persen. Kabupaten Langkat
terdiri dari 23 kecamatan, yaitu:
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan No. Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Bohorok 19.971 19.855 39.826
Jumlah 486.567 479.566 966.133
Sumber: www.langkatkab.go.id
Jumlah penduduk KabupatenLangkat per jenis kelamin lebih
penduduklaki-laki sebesar 486.567 jiwa, sedangkanpenduduk perempuan sebanyak479.566 jiwa
dengan rasio jenis kelaminsebesar 101,46 persen.
Penduduk Kabupaten Langkatmayoritas bersuku Jawa (56,87persen),
diikuti dengan suku Melayu(14,93 persen), Karo (10,22 persen), Tapanuli/Toba
(4,50 persen), Madina( 2,54 persen) dan lainnya (10,94 persen).
Sedangkan agama yang dianut pendudukKabupaten Langkat mayoritas
agamaIslam (90,00 persen), Kristen Protestan(7,56 persen), Kristen Katholik
(1,06persen), Budha (0,95 persen), dan Hindu(0,09 persen) dan lainnya (0,34
persen).
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
No.
Rentang usia
Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011
laki-laki Perempuan laki-laki Perempuan laki-laki Perempuan
1 0-14 175.441 172.309 158.448 149.788 162.394 142.749
2 15-55 313.606 315.396 285.254 282.652 278.965 287.512
3 55 + 39.650 41.565 43.974 47.419 45.208 49.305
Total 528.697 529.270 487.676 479.859 486.567 479.566
Sumber: BPS Kabupaten Langkat
4.1.4. Keadaan Mata Pencaharian dan Potensi Wilayah
Pada umumnya Kabupaten Langkat memiliki potensi sebagai lahan
pertanian.Sehingga Mata pencarian utama penduduk Kabupaten Langkat adalah
sebagai petani dan nelayan.Hasil utama pertanian dan perkebunan yang utama di
PDRB Kabupaten Langkat AtasDasar Harga Berlaku (ADHB) pada tahun
2009 sebesar Rp.13.243.635,27 juta.Sektor pertanian kembali sebagaikonstributor
utama dengan peranmencapai 48,70 persen. Selanjutnyasetelah sektor pertanian
diikuti oleh sektor industri pengolahan sebesar 14,09 persen,kemudian sektor
pertambangan danpenggalian sebesar 11,57 persen,selanjutnya di ikuti oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran sebesar11,42 persen. Sementara
sektor-sektorlainnya hanya memberikan totalkonstribusi sebesar 14,22 persen
terhadapperekonomian di Kabupaten Langkat.
4.2. Karakteristik Responden
Karaktersitik responden yang dimaksudkan di sini adalah data yang
menjadi keterangan pribadi seorang responden.Responden dalam penelitian ini
adalah seluruh pengusaha UMK yang terdapat di Kabupaten Langkat.Baik yang
menggunakan jasa perbankan (kredit) maupun tidak.
4.2.1. Usia Responden
Klasifikasi usia responden dapat digunakan untuk melihat bagaimana usia
pengusaha mempengaruhi dalam menggunakan kredit atau tidak untuk usahanya.
Karakteristik responden berdasarkan usia diklasifikasikan menjadi empat
kelas. Kelas yang paling banyak menjadi responden adalah kelas yang berusia
31-40 tahun yakni sebanyak 42 persen.Disusul kelas yang berusia 41-50 tahun
sebanyak 37 persen. Hal ini wajar karena pada usia 31-50 merupakan usia yang
sangat produktif untuk berusaha. Selanjutnya diikuti oleh responden yang berusia
21-30 tahun sebanyak 14 persen dan yang terakhir kelas yang berusia 51-60 tahun
sebanyak 7 persen.
4.2.2. Jenis Kelamin Responden
Perbandingan jenis kelamin responden ini dapat digunakan untuk
mengetahui perbandingan antara laki-laki dan perempuan sebagai responden.
Melalui tabel 4.3 akan diperlihatkan perbandingan dalam jumlah frekuensi dan
persentase para pengusaha UMK yang menjadi responden dalam penelitian ini
yang telah diolah dengan bantuan software SPSS. Dari jumlah responden 100
sebagai sampel penelitian yaitu sebanyak 44 persen adalah laki-laki dan 56 persen
perempuan.Dari jumlah ini dapat dilihat bahwa para pengusaha UMK lebih
banyak perempuan daripada laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 4.3
di bawah ini:
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)
L 44 44
P 56 56
4.2.3. Tingkat Pendidikan Responden
Jenjang pendidikan setiap responden pasti berbeda.Dari tabel 4.4 di bawah
ini dapat dilihat bahwa pengusaha UMK yang menjadi responden mayoritas
berpendidikan SMA yakni sebesar 31 persen.Disusul dengan lulusan SMP sebesar
23 persen.Serta yang lulusan SD dan yang Tidak Sekolah masing-masing 10
persen dan 8 persen.Sementara responden yang lulusan D3/D4 dan S1 (Perguruan
Tinggi) hanya 18 persen dan 10 persen. Hal ini sejalan dengan apa yang berlaku di
Negara berkembang bahwa bagi lulusan Perguruan Tinggi masih mencari kerja
untuk menjadi pegawai dan tidak menciptakan lapangan pekerjaan.
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persen (%)
D3/D4 18 18.0
S1 10 10.0
SD 10 10.0
SMA 31 31.0
SMP 23 23.0
TIDAK SEKOLAH 8 8.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Primer
4.2.4. Jenis Usaha Responden
Para pengusaha UMK ini menjual berbagai macam produk, baik barang
maupun jasa.Dalam hal ini mereka melihat peluang yang ada di daerahnya
masing-masing. Di bawah ini disajikan data responden penelitian ini menurut
Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Usaha Jenis Usaha Frekuensi Persen (%)
Elektronik 17 17.0
Dari tabel di atas terlihat bahwa jenis usaha yang paling dominan digeluti
oleh para pengusaha adalah jenis usaha kuliner yakni sebesar 42 persen. Hal ini
dikarenakan bisnis ini bias berjalan dengan lancar meskipun banyak
kompetitornya. Hal ini membuktikan konsumen atau peminat produk kuliner
sangat banyak.Dari masyarakat bawah hingga masyarakat atas.
Selanjutnya yang paling banyak digeluti oleh penguasah UMK ini adalah
menjual hasil bumi yakni sebesar 19 persen.Karena tidak bisa dipungkiri bahwa
Langkat merupakan daerah pertanian.Sehingga mereka banyak menjual hasil
pertanian mereka. Selanjutnya disusul oleh jenis usaha elektronik, fashion,
klontong, mebel, otomotif dan transfortasi masing-masing sebesar 17 persen, 9
persen, 6 persen, 4 persen, 2 persen dan 1 persen.
4.3. Analisis Data
Penyajian dan analisis deskriftif yang berkaitan dengan pengetahuan