• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa e-Banking Dalam Meningkatkan Pelayanan Perbankan Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Utama USU Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa e-Banking Dalam Meningkatkan Pelayanan Perbankan Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Utama USU Medan"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Pustaka

Anwari, Achmad, 2010. Praktek Perbankan di Indonesia, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta

Kasmir, 2012. Dasar-Dasar Perbankan, Penerbit Raja Grafindo, Jakarta Kottler, Philip, 2000. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan,

Implementasi, dan Pengendalian, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Selatan

Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjo, 2008. Manajemen Perbankan Teori dan

Aplikasi, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta

Mohammad Abdul Mukhyi, 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat

Nasabah Menggunakan Internet Banking, Penerbit Raja Grafindo,

Jakarta

Rangkuti, Freddy, 2009. Pengaruh Budaya, Sosial, Pribadi dan Psikologi

Terhadap Keputusan Nasabah dalam Memilih Bank, Penerbit PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Supriyono, Maryanto, 2010. Pengaruh Kualitas Jasa Internet Banking

Terhadap Kepuasan Konsumen, Penerbit Andi, Yogyakarta

Tjiptono, Fandi, 2012. Pemasaran Jasa, Penerbit Bayumedia, Malang Tjiptono, Fandi, 2013. Manajemen Jasa, Penerbit Bayumedia, Yogyakarta Umar, Husein, 2010. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa, Penerbit Ghalia

Indonesia, Jakarta

(2)

BAB III

PEMBAHASAN

A. Perbankan

Bagi masyarakat yang hidup di negara-negara maju, seperti negara-negara

Eropa, Amerika dan Jepang, mendengar kata bank dalam rangka memenuhi

semua kebutuhan keuangan mereka.Bank dijadikan sebagai sudah bukan

merupakan barang yang asing.Bank sudah merupakan mitra dalam rangka

memenuhi semua kebutuhan keuangan mereka.Bank dijadikan sebagai tempat

untuk melakukan berbagai transaksi yang berhubungan dengan keuangan seperti,

tempat pengamanan uang, melakukan investasi, pengiriman uang, melakukan

pembayaran atau melakukan penagihan.

Peranan bank sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara.Bank

dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian suatu negara.Oleh karena itu

kemajuan suatu bank disuatu negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara

yang bersangkutan.Semakin maju suatu negara, maka semakin besar peranan

perbankan dalam mengendalikan negara tersebut.Artinya keberadaan dunia

perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya.

1. Definisi Bank

Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan

usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali

dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan

(3)

keuangan dimana kegiatannya apakah hanya menghimpun dana atau hanya

menyalurkan dana atau kedua-duanya.

Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 yang dimaksud dengan

bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kemasyarakat dalam bentuk kredit dan atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga

keuangan yang kegiatannya adalah:

A. Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan,

maksudnya dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang atau

berinvestasi bagi masyarakat. Tujuan utama masyarakat menyimpan uang

biasanya adalah untuk kemanan uangnya. Sedangkan tujuan kedua adalah

untuk melakukan investasi dengan harapan memperoleh bunga.

B. Menyalurkan dana kemasyarakat,maksudnya adalah bank memberikan

pinjaman (kredit) kepada masyarakat yang mengajukan permohonankepada

bank dan masyarakat harus melunasi dana pinjaman tersebut sesuai dengan

bunga yang telah ditentukan pihak bank.

C. Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang (transfer),

penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota (clearing),

penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar negeri

(inkaso), letter of credit (L/C), safe deposit box, bank garansi, bank notes,

travellers cheque dan jasa lainnya.

2. Fungsi Bank

(4)

keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan

kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan

jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Dari definisi tersebut dapat

disimpulkan tiga fungsi bank dalam pembangunan ekonomi, yaitu:

A. Agent of trust yaitu lembaga yang landasannya kepercayaan. Dasar utama

kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam penghimpunan

dana maupun dalam penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan

dananya di bank apabila dilandasi dengan kepercayaan.

B. Agent of development yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk

pembangunan ekonomi. Kegiatan perekonomian masyarakat di sector moneter

dan sector rill tidak dapat dipisahkan. Kedua sector tersebut selalu berinteraksi

dan saling mempengaruhi. Sector rill tidak akan dapat berkinerja dengan baik

apabila sector moneter tidak berkinerja dengan baik. Kegiatan bank tersebut

memungkinkan masyarakat melakukan kegitan investasi, kegiatan distribusi,

serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan ini tidak

dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan ini tidak

lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian.

C. Agent of servies yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan

ekonomi. Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran

dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada

masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan

perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa

pengiriman uang, penitipan barang berharga, dan penyelesaian tagihan.

3. Jenis-Jenis Bank

(5)

dan Bank Perkreditan Rakyat.

a. Bank Sentral

Merupakan bank yang mengatur berbagai kegiatan yang berkaitan dengan

dunia perbankan dan dunia keuangan disuatu negara.Disetiap negara hanya ada

satu bank sentral yang dibantu oleh cabang-cabangnya.Indonesia memiliki Bank

Sentral yaitu Bank Indonesia yang merupakan bank yang dapat membuat uang

kartal baik dalam bentuk kertas ataupun logam. Bank Indonesia memiliki

tugas-tugas sebagai Bank Sentral Indonesia yaitu:

1. Mengatur peredaran uang di Indonesia (Bank Sirkulasi).

2. Sebagai tempat penyimpanan terakhir (Lender of the last resort).

3. Mengatur perbankan Indonesia (Bank to Bank).

4. Mengatur perkreditan.

5. Menjaga stabilitas mata uang.

6. Mengajukan pencetakan / penambahan mata uang rupiah, dan lain-lain.

b. Bank Umum

Merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional

dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran.Tetapi lepas dari itu Bank Umum merupakan suatu

lembaga profit yang tujuan utamanya adalah mencari keuntungan. Bank umum

menawarkan berbagai layanan produk dan jasa kepada masyarakat dengan fungsi

seperti menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam berbagaibentuk,

memberi kredit pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan, jual beli valuta

asing/valas, menjual jasa asuransi, jasa giro, jasa cek, menerima penitipan barang

(6)

Sentral adalah Bank Sentral dapatUangKartal sedangkan Bank Umum hanya

dapat menerbitkan Uang Giral.

c. Bank Perkreditan Rakyat

Merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional

atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran. Serta Bank Perkreditan Rakyat juga merupakan

bank penunjang yang memilik keterbatasan wilayah operasional dan dana yang

dimiliki dengan layanan yang terbatas pula seperti memberikan kredit pinjaman

dengan jumlah yang terbatas, menerima simpanan masyarakat umum,

menyediakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, penempatan dana dalam

sertifikat bank indonesia, deposito berjangka, sertifikat/ surat berharga, tabungan,

dan lain sebagainya.

Pada Bank Perkreditan Rakyat, sistem yang digunakan hampir sama

dengan sistem yang digunakan pada koperasi yaitu dengan cara bagi hasil pada

setiap bulannya kepada setiap anggotanya. Serta yang membedakan Bank

Perkreditan Rakyat dengan Bank Umum yaitu pada Bank Umun dapat

menerbitkan Uang Giral sedangkan untuk BPR tidak dapat menerbitkan Uang

Giral baik itu dalam bentuk rekening atau giro. Usaha Bank Perkreditan Rakyat

meliputi usaha untuk menghimpun dan menyalurkan dana dengan tujuan

mendapatkan keuntungan. Keuntungan Bank Perkreditan Rakyat diperoleh dari

pendapatan bunga.

4. Jenis Bank Berdasarkan Kepemilikannya

a. Bank Milik Pemerintah

(7)

modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank dimiliki

oleh pemerintah pula. Contohnya Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri.

Selain itu ada juga bank milik pemerintah daerah yang terdapat di daerah tingkat I

dan tingkat II masing-masing provinsi. Contoh Bank DKI, Bank Jateng, dan

sebagainya.

b. Bank Milik Swasta Nasional

Bank swasta nasional adalah bank yang seluruh atau sebagian besar

modalnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh

swasta, begitu pula pembagian keuntungannya juga dipertunjukkan untuk swasta

pula.Contohnya Bank Muamalat, Bank Danamon, Bank Central Asia, Bank

Lippo, Bank Niaga, dan lain-lain.

c. Bank Milik Asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik

swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar

negeri.Contohnya ABN AMRO bank, City Bank, dan lain-lain.

5. Bentuk-Bentuk Produk Perbankan

Beberapa bentuk produk perbankan berupa pemberian kredit, pemberian

jasa pembayaran dan peredaran uang, serta bentuk jasa perbankan lainnya. Untuk

penjelasannya sebagai berikut:

a. Pemberian kredit dengan berbagai macam bentuk jaminan atautanggungan

misalnya tanggunganefek.

b. Memberikan jasa-jasa dalam lalu-lintas pembayaran dan peredaran uang yang

terdiri:

(8)

2) Lalulintas pembayaran luar negeri seperti pembukaan L/C (Letterof

Credit) yaitu surat jaminan bank untuk transaksi ekspor-impor.

c. Jasa-jasa perbankan lainnya yang meliputi:

1) Jual-beli cek perjalanan (travellers cheque).

2) Jual-beli uang kertas (bank note).

3) Mengeluarkan kartu kredit (Credit Card).

4) Jual-beli valuta asing.

5) Pembayaran listrik, telepon, gaji, pajak.

6) Menyiapkan kotak pengaman simpanan (safe deposite box).

d. Bentuk-bentuk simpanan di Bank.

1) Giro adalah suatu istilah perbankan untuk suatu cara pembayaran yang

hampir merupakan kebalikan dari sistem cek, berupa surat perintah untuk

memindahbukukan sejumlah uang dari rekening seseorang kepada

rekening lain yang ditunjuk surat tersebut.

2) Deposito Berjangka adalah simpanan pada bank yang penarikannya hanya

dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu.

3) Sertifikat Deposito adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya

dapat diperdagangkan.

4) Tabungan adalah simpanan masyarakat yang penarikannya dapat

dilakukan oleh sipenabung sewaktu-waktu pada saat dikehendaki dan

menurut syarat-syarat tertentu yang telah ditetapkan oleh bank.

B. Pelayanan Perbankan

Industri Perbankan merupakan industri kepercayaan. Bank juga memberikan

(9)

kebutuhan dan kepuasan kepada nasabah. Pelayanan merupakan salah satu upaya

bank agar selalu diminati dan diingat oleh nasabahnya.

Program pelayanan kepada nasabah merupaka upaya bank untuk memberikan

pelayanan terbaik, sehingga nasabah nyaman untuk melakukan transaksi dengan

bank tersebut sehingga pada akhirnya akan tercipta nasabah yang loyal terhadap

bank tersebut.Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam penerapan standar layanan

didalam lingkungan kerja di industri perbankan, maka diperlukan penerapan

standar layanan di industri perbankan.

1. Standar Layanan Perbankan

Standar layanan perbankan sangat penting mengingat industri perbankan

berkembang semakin pesat seiring dengan kebutuhan nasabah yang juga

meningkat dan kompleks serta membutukan standar penampilan, layanan,

pengetahuan dan keterampilan mengenal produk dan jasa yang ditawarkan

oleh bank. Secara umum, standar layanan perbankan yang harus dipenuhi,

meliputi:

a. Penampilan diri

Standar penampilan dibutuhkan untuk menumbuhkan kepercayaan

nasabah kepada bank, sehingga nasabah dapat terlayani dengan baik dan

membuat nasabah puas dengan standar layanan.Standar penampilan petugas

perbankan meliputi standar dalam berpakaian dan tampilan fisik.

Dalam pelayanan prima (Servis Excellent) diperlukan suatu standar

penampilan bagi petugas maupun perusahaan.Standar penampilan petugas

(10)

bagi perusahaan, meningkatkan pelayanan menjaga kepuasan

pelanggan.Pelanggan merupakan aset yang sangat berharga dan harus tetap

dipertahankan.

Standar dapat diartikan sebagai suatu “ukuran” yang disepakati,

sedangkan penampilan pribadi betugas mempunyai pengertian sebagai

penampilan (performance) dan diri seseorang dan merupakan cerminan

organisasi atau perusahaan yang dapat dilihat dan dirasakan oleh pihak

lain. Jadi, standar penampilan pribadi merupakan penampilan diri

seseorang, organisasi atau perusahaan yang sesuai dengan standar yang

berlaku baik dilingkungan pribadi, lingkungan masyarakat dan lingkungan

kerja.

Penampilan pribadi ini sangat berkaitan dengan citra atau

image.Penampilan pribadi yang positif bagi perusahaan atau organisasi.

Hal ini juga akan membangun atau meningkatkan kepercayaan pelanggan.

Bahkan, penampilan pribadi yang baik akan menumbuhkan rasa percaya

diri bagi pelaksana organisasi maupun karyawan suatu perusahaan.

Sebaliknya, penampilan pribadi yang buruk tentu akan menurunkan citra

dari perusahaan atau organisasi tersebut.

Dalam melaksanakan standar penampilan pribadi berkaitan dengan

faktor-faktor atau kegiatan-kegiatan berikut:

1. Memelihara personal hygiene, lingkungan dan perusahaan.

2. Memelihara presentasi atau penampilan pribadi.

3. Mengidentifikasi sikap tubuh, intonasi suara yang baik.

(11)

disimpulkan standar penampilan pribadi sudah dijalankan dengan baik.

Dalam melayani nasabah, petugas bank dituntut untuk berpenampilan

menarik, karena penampilan adalah hal pertama yang dilihat oleh nasabah.

Secara umum, penampilan prima yang dapat ditampilkan pegawai bank

antara lain:

1. Wajar, yaitu: Bersikap ramah, bertindak wajar atau tidak dibuat-buat,

disertai dengan intonasi suara yang baik.

2. Dalam hal berpakaian harus rapi, serasi dan bersih, dan tidak

menggunakan aksesoris dan make-up yang berlebihan.

3. Selalu memberi sambutan berupa senyuman dan mengucapkan salam

ketika bertemu atau berpisah dengan nasabah, termasuk ucapan

terimah kasih.

4. Selalu bersikap optimis dan tidak pesimis serta tidak ragu-ragu dalam

bertindak, sehingga mampu memberikan layanan yang optimal kepada

nasabah.

5. Bersikap dan berlaku yang baik, gesit, mudah bergaul, dan cepat

tanggap namun tidak over acting di depan nasabah atau tamu yang

pada akhirnya dapat membuat nasabah jengkel.

6. Mendengar nasabah dengan baik dan sopan santun dalam melayani.

Hal tersebut diharapkan dapat membuat nasabah merasa dihargai oleh

karyawan bank.

7. Memberikan perhatian dalam menghadapi nasabah, sehingga nasabah

merasa memperoleh perhatian serius.

(12)

akan menumbuhkan kenyamanan, perolehan solusi bagi nasabah

merasa ringan dalam proses penyelesaian masalah yang dihadapi.

9. Meningkatkan kedisiplinan pegawai.

b. Kebersihan dan Kerapian Ruang Kerja

Ruang kerja pada umumnya tempat berlangsungnya proses pekerjaan.

Standar kebersihan dan kerapian ruang kerja dapat mendukung

kenyamanan dalam memberikan layanan.Ruang kerja yang bersih, rapih

dan nyaman memberikan efek kepuasan dan kenyamanan bagi

nasabah.Upaya penataan ruang kerja perlu dilakukan karena berkaitan

dengan pihak internal dan eksternal sehingga dapat mencapai kondisi yang

memuaskan kedua belah pihak. Manfaat yang akan diperoleh antara lain:

1. Menciptakan lingkungan kerja yang bersih, higenis, aman dan

menyenangkan bagi semua orang.

2. Meningkatkan semangat dan moralitas karyawan bank.

3. Meminimalisir pemborosan yaitu dengan mengurani kegiatan

misalnya: Mencari-cari peralatan kerja, mempermudah gerak kerja,

serta mengurangi kelelahan karna harus mencari berkas atau dokumen.

4. Membantu karyawan dalam menegakan disiplin pribadi. Karyawan

yang memiliki disiplin pribadi selalu melaksanakan tugas dengan

cepat, tepat dan akurat.

c. Pengetahuan atas Produk dan Jasa Perbankan

Pengetahuan atas produk dan jasa perbankan yang dilayani dimana

pegawai bank bekerja, harus dikuasai secara penuh, minimal sesuai dengan

(13)

perbankan. Sebagai contoh, seseorang customer service setidaknya

menguasai pengetahuan perihal produk funding seperti tabungan, giro,

pinjaman, e-banking, dan seorang teller setidaknya menguasai perihal

transaksi setoran tunai, penarikan tunai, dan pemindahbukuan.

d. Standar Layanan Perbankan dalam Berkomunikasi dengan Nasabah

Komunikasi yang baik kepada nasabah dapat membangun pesan

positif dari nasabah terhadap bank.Hal tersebut mampu menciptakan

keuntungan bagi kelangsungan usaha bank tersebut.Salah satu aspek yang

harus dikomunikasikan dengan baik kepada nasabah adalah terkait dengan

aspek perlindungan kepada nasabah terkai dengan tranparasi informasi

produk bank.Kondisi tersebut harus didukung dengan terbitnya, Peraturan

Bank Indonesia (PBI) tentang transparasi produk bank dan penggunaan

data nasabah dimana salah satu dasar aturan ini adalah dalam rangka

menghindari bank dari resiko reputasi.

e. Standar Penanganan Keluhan Nasabah

Pengaduan nasabah adalah ungkapan ketidak puasan nasabah yang

disebabkan oleh adanya potensi kerugian financial pada nasabah yang

diduga karena kesalahan atau kelalaian bank. Oleh karena itu, mengatasi

keluhan nasabah harus dengan cara yang positif. Ketika terjadi keluhan

maka kemungkinan yang dirasakan oleh penyampai keluhan yang tidak

memuaskan nasabah bisa mendorong terjadinya situasi atau kondisi yang

semakin mengecewakan.Penanganan keluhan harus serius, cepat dan

tuntas. Terhadap beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam

(14)

1. Empati kepada keluhan.

2. Kecepatan memberikan tanggapan.

3. Permintaan maaf.

4. Kredibilitas.

5. Perhatian.

Sebagaimana ketentuan yang diatur dalam peraturan bank, bank

berkewajiban melakukan penanganan atas pengaduan nasabah, termasuk

penyelesaian dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.Standarisasi

penyelesaian pengaduan nasabah ini merupakan salah satu bentuk

peningkatan pelindungan konsumen dalam rangka menjamin hak-hak

konsumen dalam berhubungan dengan bank. Untuk menyelesaikan

pengaduan, bank wajib menetapkan kebijkan dan memiliki prosedur

tertulis meliputi, berbagai hal, seperti berikut:

1. Penerimaan pengaduan.

2. Penanganan dan penyelesaian pengaduan.

3. Pemantauan pengaduan dan penyelesaian pengaduan.

C. Jasa Perbankan

Jasa sering dipandang sesuatu yang rumit.Sebenarnya pembedaan secara tegas

antar barang dan jasa sering kali sukar dilakukan.Hal ini dikarenakan pembelian

suatu barang seringkali disertai dengan jasa-jasa tertentu.Menurut Kotler, jasa

adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak

kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan

(15)

produk fisik.Jasa adalah “kegiatan yang dapat diidentifikasikan secra tersendiri

yang hakekatnya bersifat tak teraba (intangible),yang merupakanpemenuhan

kebutuhan dan tidak harus terikat pada penjualan produk atau jasa lain”.

Zeithaml dan Bitner dalamLupiyoadi, Jasa adalah suatu kegiatan ekonomi

yang outputnya bukan produk, dikonsumsi bersamaan dengan waktu produksi dan

memberikan nilai tambah (seperti kematian, hiburan, santai, sehat) serta bersifat

tidak berwujud.Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa jasa

merupakan suatu kegiatan atau kinerja yang tidak berwujud dan jasa tidak

menimbulkan kepemilikan barang secara fisik.

1. Karakteristik dan Klasifikasi Jasa

Ada empat karakteristik pokok pada jasa yang membedakannya dengan

barang. Keempat karakteristik tersebut meliputi :

a. Intangibility

Jasa berbeda dengan barang.Jika barang merupakan suatu objek, alat, atau

benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, kinerja (performance), atau usaha.Bila

barang dapat dimiliki, maka jasa hanya dapat dikonsumsi tetapi tidak dapat

dimiliki.Jasa bersifat intangible, artinya tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium,

atau didengar sebelum dibeli. Konsep intangible ini sendiri memiliki dua

pengertian, yaitu:

1. Sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasa.

2. Sesuatu yang tidak mudah didefinisikan, diformulasikan, atau

dipahami.

(16)

memanfaatkan, atau menyewa jasa tersebut. Pelanggan tersebut tidak lantas memiliki jasa yang dibelinya.Oleh karena itu untuk mengurangi ketidakpastian, para pelanggan memperhatikan tanda-tanda atau bukti kualitas jasa tersebut. Mereka akan menyimpulkan kualitas jasa dari tempat (place), orang (people), peralatan (equipment), bahan-bahan komunikasi (communicationmaterials), simbol, dan harga yang mereka amati. Kesimpulan yang diambil para pelanggan akan banyak dipengaruhi oleh atribut-atribut yang digunakan perusahaan jasa, baik atribut yang bersifat objektif dan dapat dikuantitatifkan maupun atribut yang sangat subyektif dan bersifat perceptual.

b. Inseparability

Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi.Sedangkan

jasa biasanya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi

secara bersamaan.Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan merupakan ciri

khusus dalam pemasaran jasa.Keduanya mempengaruhi hasil (outcome) dari jasa

tersebut.Dalam hubungan penyedia jasa dan pelanggan ini, efektivitas individu

yang menyampaikan jasa (contact- personnel) merupakan unsur penting.

c. Variability

Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan nonstandardizedoutput, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Ada tiga faktor yang menyebabkan variabilitas kualitas jasa (Bovee, Houstondan Thill), yaitu kerjasama atau partisipasi pelanggan, dan beban kerja perusahaan. Para pembeli jasa sangat peduli terhadap variabilitas yang tinggi ini dan seringkali mereka meminta pendapat orang lain sebelum memutuskan untuk memilih penyedia jasa. Dalam hal ini penyedia jasa dapat menggunakan tiga pendekatan dalam pengendalian kualitasnya, yaitu:

1) Melakukan investasi dalam seleksi dan pelatihan personil yang baik.

(17)

3) Memantau kepuasan pelanggan melalui sistem saran dan keluhan, survey

pelanggan, dan comparison shopping, sehingga pelayanan yang kurang baik

dapat dideteksi dan dikoreksi.

d. Perishability

Menurut Stanton, Etzel, dan Walker, ada pengecualian dalam karakteristik

perishability dan penyimpanan jasa. Dalam kasus tertentu, jasa bisa disimpan,

yaitu dalam bentuk pemesanan, peningkatan permintaan akan suatu jasa pada saat

permintaan sepi, dan penundaan penyampaian jasa. Dengan demikian hal ini bisa

dianggap sebagai suatu bentuk penyimpanan.

2. Kualitas Jasa

Definisi menurut Kotler dalam Tjiptono adalah setiap tindakan atau kinerja

yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak

berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikian sesuatu. Produksinya mungkin

saja terkait atau nungkin juga tidak terkait dengan produk fisik.Menurut Wyckof

dalam Tjiptono, kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan

pengendalian atas keunggulan yang diharapkan tersebut untuk memenuhi

keinginan pelanggan.Kualitas Jasa dikenal sebagai satu faktor yang penting di

dalam perbankan, dan “SERVQUAL” sediakan suatu teknologi untuk mengukur

dan memenangi kwalitas jasa” (Buttle dalam Baumann, Burton, Elliott, dan Kehr).

Jasa yang ditawarkan ke pasar dapat dibedakan menjadi lima kategori (Tjiptono)

yaitu:

1) Produk fisik murni: penawaran semata-mata hanya terdiri atas produk fisik,

tanpa ada jasa atau pelayaan yang menyertai produk tersebut.

2) Produk fisik dengan jasa pendukung: pada kategori ini penawaran terdiri atas

(18)

daya tarik dengan satu atau beberapa jasa untuk meningkatkan daya tarik pada

konsumennya.

3) Hybrid: penawaran terdiri dari barang dan jasa yang sama besar porsinya.

4) Jasa utama yang didukung dengan barang dan jasa minor: penawaran terdiri

atas suatu jasa pokok bersama-sama dengan jasa tambahan (pelengkap)

dan/atau barang-barang pendukung.

5) Jasa murni: penawaran hampir seluruhnya berupa jasa.

a. Klasifikasi Jasa

Klasifikasi jasa dapat dilakukan berdasarkan tujuh kriteria (Evans dan

Berman dalam Tjiptono) yaitu:

1) Segmen Pasar

Berdasarkan segmen pasar, jasa dapat dibedakan menjadi jasa kepada

akhir dan jasa kepada konsumen organisasional. Perbedaan utama antara kedua

segmen tersebut adalah alasan dalam memilih jasa, kuantitas jasa yang dibutuhkan

dan kompleksitas pengerjaan jasa tersebut.

2) Tingkat Keberwujudan (Intangibility)

Kriteria ini berhubungan dengan tingkat keterlibatan produk fisik dengan

konsumen. Berdasarkan kriteria ini, jasa dapat dibedakan menjadi tiga macam

yaitu:

a) Rented Goods Service

Dalam jenis ini, konsumen menyewa dan menggunakan produk-produk

tertentu berdasarkan tarif tertentu selama jangka waktu tertentu pula.

b) Owned Goods Service

(19)

ditingkatkan kinerjanya atau dipelihara oleh perusahaan jasa. Jenis jasa ini

juga termasuk perubahan bentuk pada produk jasa yang dimiliki konsumen.

c) Non Goods Service

Karakteristik khusus pada jenis adalah jasa personal yang bersifat intangibility

(tidak berbentuk produk khusus) yang ditawarkan kepada pelanggan.

3) Ketrampilan Penyedia Jasa

Berdasarkan tingkat ketrampilan penyedia jasa terdiri atas professional

service dan non-professional service. Pada jasa yang memerlukan keterampilan

tinggi dalam proses operasinya, pelanggan cenderung sangat selektif dalam

memilih penyedia jasa. Sebaliknya jika tidak memerlukan keterampilan yang

tinggi, seringkali loyalitas pelanggan rendah karena penawarannya sangat banyak.

4) Tujuan Organisasi Jasa

Berdasarkan tujuan organisasi, jasa dapat dibagi menjadi commercial

service atau profit service dan non profit service.

5) Regulasi

Dari aspek regulasi, jasa dapat dibagi menajdi regulated service (misalnya

pialang, angkutan umum dan perbankan) dan nonregulated service (misalnya

makelar, katering dan jasa pengecatan rumah).

6) Tingkat Intensitas Karyawan

Berdasarkan intensitas karyawan, jasa dapat dikelompokkan menjadi dua

macam yaitu equipment-based service dan people-based service.People-based

service biasanya ditemukan pada perusahaan yang memerlukan banyak tenaga

(20)

penggunaan mesin dan peralatan yang canggih yang dapat dikendalikan dan

dipantau secara otomatis atau semi otomatis.

7) Tingkat Kontak Penyedia Jasa dan Pelanggan

Berdasarkan tingkat kontak ini, secara umum jasa dapat dibagi menjadi

high contact service dan low contact service.Pada jasa yang tingkat kontak dengan

pelanggannya tinggi, ketrampilan interpersonal karyawan harus diperhatikan oleh

perusahaan jasa.Sebaliknya pada jasa yang tingkat kontak dengan pelanggannya

rendah, justru keahlian teknis karyawan yang paling penting.

b. Proses Jasa

Tjiptono mendefinisikan proses jasa sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan secara berulang-ulang dan bersama-sama untuk mentransformasi input yang disediakan pemasok menjadi output yang diterima oleh pelanggan. Output merupakan apa yang dihasilkan oleh aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berulang-ulang dan bersama-sama tersebut

merupakan kombinasi dari sebagian atau keseluruhan faktor sumber daya manusia, mesin, bahan baku, metode, ukuran dan lingkungan.

Fokus dari proses adalah usaha untuk menghasilkan output dengan input

tertentu. Semakin besar rasio output terhadap input, maka semakin produktif suatu

operasi.

c. Dimensi Kualitas Jasa

Kualitas pelayanan merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan oleh

produsen/penyedia jasa dikarenakan adanya persaingan yang ketat, kemajuan

teknologi dan konsumen yang semakin kritis menuntut pihak penyedia jasa atau

(21)

Zeithaml mengelompokkan dimensi kualitas jasa menjadi lima dimensi kualitas

jasa:

1) Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai

dengan janji yang ditawarkan;

2) Responsiveness, yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam membantu

pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap, yang meliputi

kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam

menangani transaksi, dan penanganan keluhan pelanggan/pasien;

3) Assurance, meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap produk

secara tepat, kualitas keramahan, perhatian dan kesopanan dalam memberikan

pelayanan, keterampilan dalam memberikan informasi, kemampuan dalam

memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan

kemampuan dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan;

4) Empathy, yaitu perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada

pelanggan, seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan

karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan, dan usaha perusahaan

untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya;

5) Tangibles, meliputi penampilan fasilitas fisik, seperti gedung dan ruangan

front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapian, dan kenyamanan

ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi, dan penampilan karyawan.

David Garvin dalam Umar mengembangkan dimensi kualitas ke delapan

dimensi yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan strategis terutama bagi

perusahaan:

(22)

b. Features, yaitu karakteristik pelengkap atau tambahan;

c. Reliability (kehandalan), yaitu kemungkinan tingkat kegagalan pemakaian;

d. Conformance (kesesuaian), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi

memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya;

e. Durability (daya tahan), yaitu berapa lama produk dapat terus digunakan;

f. Serviceability, yaitu meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan,

kemudahan dalam pemeliharaan dan penanganan keluhan yang memuaskan;

g. Estetika, yaitu menyangkut corak, rasa dan daya tarik produk;

h. Perceived, yaitu menyangkut citra dan reputasi produk serta tanggung jawab

perusahaan terhadapnya.

d. Manfaat kualitas jasa

Secara ringkas manfaat kualitas jasa yang superior adalah sebagai berikut:

a. Loyalitas pelanggan yang lebih besar.

b. Pangsa pasar yang lebih besar.

c. Harga saham yang lebih tinggi.

d. Harga jual yang lebih tinggi.

e. Produktivitas yang lebih besar.

Semua manfaat di atas pada gilirannya mengarah pada peningkatan daya

saing berkelanjutan dalam peningkatan daya saing berkelanjutan dalam organisasi

yang mengupayakan pemenuhan kualitas yang bersifat customer-driven.

4. Layanan Jasa

(23)

ada tiga kata yang bisa mengacu pada istilah tersebut, yakni jasa, layanan dan

servis. Sebagai jasa, service umumnya mencerminkan produk tidak berwujud fisik

(intangible) atau sektor industri spesifik, seperti pendidikan, kesehatan,

telekomunikasi, transportasi, asuransi, perbankan, perhotelan, konstruksi,

perdagangan, rekreasi, dan seterusnya. Sebagai istilah layanan, istilah service

menyiratkan segala sesuatu yang dilakukan pihak tertentu (individu maupun

kelompok) kepada pihak lain. Salah satu contohnya dalah layanan pelanggan

(customer service).Sementara itu, kata servis lebih mengacu konteks reparasi,

misalnya servis sepeda motor, servis peralatan elektronik, dan seterusnya.

Faktor utama yang membedakan untuk perusahaan-perusahaan jasa adalah kualitas layanan pelanggan.Para pelanggan semakin piawai dalam permintaaan mereka dan semakin menuntut standar layanan yang lebih tinggi.Banyak perusahaan jasa besar telah terjaga dari kebutuhan untuk memperbaiki layanan pelanggan guna bersaing dalam lingkungan jasa yang sangat kompetitif saat ini. Kegiatan pemasaran jasa harus dapat mendekatkan pengguna atau pelanggan, mengkaji peluang-peluang pasar, menetapkan posisi jasa pada segmen pasar dan pasar sasaran atas dasar kebutuhan akan jasa tersebut, serta merumuskan bauran pemasaran. Dalam wawancara antara Kotler dan Mazur pada akhir tahun 1991 mengenai cakupan bauran pemasaran, Kotler memperkenalkan paradigma pengguna berupa konsep 4C menggantikan paradigma penjual 4P. Konsep 4C ini sangat bermanfaat bagi profesional informasi.Kotler menemukakan pandangannya bahwa pemasaran saat ini penekanannya lebih diarahkan pada pengguna daripada para penjual/penyedia jasa.

a. Perencanaan strategi suatu pusat informasi meliputi dan mencakup keseluhan

visi dan misi dan sasaran pusat informasi yang bersangkutan. Di dalam setiap

(24)

mendukung pencapaian keseluruhan untuk mempertemukan kemampuan pusat

informasi dengan setiap peluang dan kesempatan yang baik.

b. Proses manajemen pemasaran dapat dikelompokan dalam beberapa kategori

salah satunya adalah pengembangan bauran pemasaran. Dengan kata lain

bauran pemasaran adalah seperangkat alat dan teknik yang digunakan oleh

organsasi dalam rangka memasarkan produk-produknya untuk mendapatkan

suatu keuntungan.

c. Bauran pemasaran adalah suatu set variabel pemasaran yang bisa

dikendalikan, berpadu secara kuat untuk menghasilkan reaksi yang diinginkan

oleh target pasar. Variabel pemasaran untuk pusat informasi dapat

digolongkan ke dalam 4 grup variabel yang menurut Kotler dikenal dengan 4C

yaitu:

1. Pengguna (Client)

Untuk dapat terus hidup, pusat informasi harus selalu mencari cara baru

dalam menawarkan nilai baru kepada penggunanya. Dengan demikian kita harus

hati-hati menganalisa mereka dan lingkungannya, sehingga peluang yang muncul

dapat dimanfaatkan.Karena tidak semua peluang cocok untuk pusat informasi.

Peluang pemasaran harus dipertemukan antara sasaran organisasi dan sumber

daya yag dimiliki. Sebagai contoh layanan informasi bisnis tinggal menghubungi

pusat informasi, kemudian dalam waktu cepat informasi tersebut sudah diterima

oleh mereka.Walaupun peluang ini cukup menarik, tapi tidak semua pusat

informasi dapat masuk ke bisnis tersebut. Karena untuk masuk ke bisnis tersebut

diperlukan sumber daya, dana, dan keahlian yang khusus.

(25)

membeli. Misalnya informasi seperti apa yang dibutuhkan oleh pengguna, berapa

lama mereka mau menunggu untuk mendapatkan informasi tersebut, berapa harga

yang mereka mau bayar untuk setiap lembar informasi yang diberikan, dan lain

sebagainya.

Suatu pusat informasi umumnya mempunyai keterbatasan dalam melayani

penggunanya, misalnya karena jumlah pengguna yang terlalu besar.Penyebaran

pengguna yang terlalu luas atau tidak merata maupun perbedaan

keinginan/persyaratan yang ditetapkan oleh masing-masing pengguna.Oleh karena

itu suatu pusat informasi hendaknya mampu mengidentifikasikan segmen pasar

yang paling menguntungkan baginya, melalui strategi STP (Segmenting,

Targeting, and Positioning).

2. Harga (Cost)

Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh pengguna untuk

mendapatkan produk. Dengan kata lain seseorangakan membeli barang kita jika

pengorbanan yang dikeluarkan (uang dan waktu) sesuai dengan manfaat yang

diperoleh dari produksi tersebut. Jika hal ini dikaitkan dengan produk layanan,

maka seseorang akan datang ke tempat kita jika waktu atau dana yang

dikorbankan untuk mendapatkan produk layanan kita sesuai dengan produk

layanan yang ditawarkan.

Harga dan kebijaksanaan harga adalah elemen yang paling banyak

diperdebatkan dalam pemasaran.Harga adalah satu-satunya variabel strategi

pemasaran yang berkaitan dengan pemasukan, bagaimanapun harga

mendatangkan masalah tersendiri.Condous menyarankan, “apabila pengenaan

(26)

dengan kemampuan pengguna.”Dalam hal pemasaran jasa, kreatifitas dan

keahlian manajemen paling banyak dibutuhkan dalam masalah penetapan

harga.Ciri-ciri yang dimiliki jasa menyebabkan dampak yang penting dalam

penetapan harga.Ciri-ciri yang dimiliki jasa menyebabkan dampak yang penting

dalam penetapan harga.Hal yang menarik sekali adalah bahwa para penjual kerap

kali mengetahui permintaan in-elastis.Oleh karena itu mereka menetapkan harga

yang paling tinggi. Akan tetapi mereka lalai bertindak yang sebaliknya, jika

menghadapi permintaan yang elastis, walaupun harga lebih rendah akan

menaikkan penjualan unit, pendapatan total, penggunaan fasilitas dan mungkin

juga naiknya laba bersih.

3. Kenyamanan (Convenience)

Kenyamanan adalah suatu kegiatan yang ditujukan agar pengguna mudah untuk

mendapatkan produk kita.Kenyamanandapat dilihat dari tempat atau lokasi, waktu

serta usaha minimal yang terjadi pada saat transaksi.Itulah konvenien dapat

diartikan sebagai dekatnya rumah pembeli, mudah dicapainya oleh alat-alat

transportasi, atau dekatnya dengan tempat dimana pembeli bekerja serta suasana

pelayanan itu sendiri. Untuk bidang jasa convenien ini ada pertimbangan yang

paling efektif untuk masalah kenyaamanan ini yaitu lokasi, umumnya pengguna

ingin menempatkan jasa dengan usaha dan waktu yang minimal serta suasana

yang kondusif untuk terjadinya suatu transaksi. Sistem penyajian jasa ditentukan

oleh dua komponen pokok. Pertama komponen interaksi, kedua komponen

geogafis. Perlu tidaknya interaksi fisik antara petugas dengan pengguna dan

pelanggan akan menentukan perlu tidaknya mereka datang ke tempat jasa diproses

(27)

Sedangkan komponen geografis akan menentukan sebaran outlet tempat pusat

informasi dalam melayani pengguna dan pelanggannya, yaitu apakah hanya di

satu tempat atau di beberapa lokasi. Pemilihan sistem pelayanan jasa akan

mempunyai implikasi manajemen yang sangat penting dan barang tentu akan

mempengaruhi cara pemasaran jasa.

Implikasi tersebut adalah tinggi rendahnya kenyamanan pengguna dalam

menerima jasa, salah satunya dipengaruhi oleh perlu atau tidaknya mereka itu

mendatangi pusat informasi di suatu tempat tertentu. Pelayanan jasa yang

dilakukan di beberapa outlet bisa membuat pengguna dan pelanggan lebih mudah

dalam mengakses jasa, akan tetapi masalah yang mungkin timbul adalah

berkenaan dengan pengawasan kualitas, khususnya bila pusat informasi ingin

mempertahankan konsistensi cara penyampaian layanan jasanya.

Lokasi atau distribusi layanan cenderung dibatasi bangunan atau tempat.

Padahal bisa saja layanan juga bermakna ‘dimana’ dan ‘kapan’ layanan tersebut

dapat digunakan pengguna jasa informasi. Dengan semakin beragamnya teknologi

informasi dan komunikasi, maka tempat atau saluran distribusi akan semakin

mudah diterapkan dan yang perlu diingat bahwa semua saluran disribusi dan

fasilitas komunikasi tersebut diterapkan dalam rangka memperlancar pelayanan

bagi pengguna jasa informasi. Dalam hal pelayanan, Parasuraman et.al,

memberikan 10 standar kualitas pelyanan yang baik. Kesepuluh kualitas

pelayanan tersebut adalah:

a. Reliability, yaitu konsistensi pelayanan sesuai dengan apa yang telah

dijanjikan kepada para penggunanya.

b. Reponsiveness, yaitu keinginan dan kesiapan staf dalam memberikan

(28)

c. Competence, yaitu memilki keterampian dan pengetahuan untuk memberikan

pelayanan.

d. Access, yaitu kemudahan untuk didekati maupun dihubungi.

e. Courtesy, yaitu kesopanan, hormat, penuh pertimbangan, keramahtamahan

staf.

f. Communication, yaitu penyampaian informasi kepada para pengguna dengan

bahasa yang dapat mereka pahami.

g. Credibility, yaitu dapat dipercaya, jujur dan memberikan daya tarik tersendiri

pada pengguna.

h. Security, yaitu terbebas dari bahaya, resiko, maupun keraguan.

i. Undesrtanding/knowing the customer, yaitu usaha untuk memahami

kebutuhan pengguna.

j. Tangibles, yaitu bukti nyata pelayanan.

4. Komunikasi (Communication)

Hovland mendefinisikan komunikasi “sebagai proses dimana seseorang

(komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (bisanya lambang-lambang

dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang-orang lain

(komunikan)”. Definisi Hovland tersebut menunjukan bahwa tujuan komunikasi

adalah mempelajari dan meneliti perubahan sikap dan pendapat akibat informasi

yang disampaikan seseorang kepada orang lain atau efek dari suatu komunikasi.

Sejalan dengan pemikiran Hovlad, Lasswll menerangkan proses dan

fungsi komunikasi, bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan

komuikasi ialah dengan menjawab pertanyaan:Who Says What In Which Channel

ToWhom With What Effect? Kesamaan dengan definisi Hovlad ialah selain unsur-unsur

(29)

Banyak strategi komunikasi yang dapat diterapkan oleh para

pemasar.Salah satunya menurut De Saez adalah strategi komunikasi yang dapat

digunakan di pusat informasi adalah strategi komunikasi AIDA (Awareness,

Interest, Decission Action). Pada tahap Awareness, pihak pusatinformasi harus

sebisa mungkin menarik perhatian pengguna dan pelanggan untuk mengetahui

siapa yang dimiliki dan dapat ditawarkan oleh pusat informasi. Hal ini bisa

dilakukan berbagai cara, misalnya dengan menyebarkan leaflet,booklet,

menyelenggarakan pameran, publikasi baik di media cetak maupun media

eletronik, kerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan dengan mengadakan

ceramah, seminar, dan lain-lain yang tujuannya agar para pengguna dan

pelanggan sadar akan sesuatu yang ditawarkan oleh pusat informasi. Dimulainya

komunikasi dengan membangkitkan perhatian akan merupakan awal suksesnya

komunikasi. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul

dengan upaya menumbuhkan minat (Interest), yang merupakan derajat yang lebih

tinggi perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik

tolak bagi timbulnya hasrat (Desire), yang merupakan derajat yang lebih tinggi

perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan suatu kegiatan

yang diharapkan komunikator.Dari rasa ketertarikan tersebut perlu diadakan

kegiatan lanjutan demonstrasi berupa ajakan yang mengarah pada atau

pengambilan keputusan (Decission) untuk melakukan atau mengikuti kegiatan

yang ditawarkan oleh pusat informasi tersebut, inilah yang disebut tahap Action

atau tindakan.

Komunikasi bukanlah sesuatu yang dapat diabaikan oleh pusat informasi.

(30)

suatu bentuk komunikasi, yaitu menginformasikan kepada target audiens tentang

alternatif tindakan, konsekuensi positif dari pemilihan tertentu dan motivasi untuk

bertindak (dan kadang melanjutkan untuk bertindak) dengan cara tertentu.

Komunikasi pemasaran di pusat informasi dalam penelitian ini adalah pada proses

yang dilakukan sehari-hari oleh para petugas informasi dengan para penggunanya.

Karena jika kita hanya mengandalkan evaluasi dari kegiatan komunikasi yang

berbentuk periklanan atau publikasi-publikasi lainnya seringkali kita mendapatkan

gambaran sukses yang semu, karena begitu kegiatan periklanan atau publikasi

atau ekshibisi usai maka sampai disitu pulalah kesuksesan itu diraih.Kualitas

layanan pelanggan mengandung pengertian pada upaya produsen untuk dapat

memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya

untuk mengimbangi harapan pelanggan dalam pelayanan perbankan.Dalam

literatur pemasaran, layanan pelanggan seringkali dilihat sebagai bagian dari

unsur bauran pemasaran “place” (tempat) dan dikaitkan dengan komponen

distribusi dan logistik dari unsur tersebut. Pandangan ini mengenai layanan

pelanggan sebagai hasil fungsi distribusi dan logistik berupaya menjelaskan

signifikansinya dalam hal cara jasa disampaikan dan sejauh mana pelanggan puas

dalam pelayanan perbankan, khususnya dalam konteks reliabilitas dan kecepatan

penyampaian.

Namun, kami beranggapan, bahwa beberapa argumen mendukung pilihan

layanan pelanggan sebagai unsur bauran pemasaran yang lebih luas dan terpisah.

Argumen-argumen ini meliputi:

a. Harapan pelanggan yang berubah. Dalam hampir setiap pasar, pelanggan kini

(31)

puluhtahun yang lalu.

b. Semakin pentingnya layanan pelanggan. Seiring berubahnya harapan

pelanggan, para pesaing memandang layanan pelanggan sebagai senjata

kompetitif yang dipakai untuk mendiferensiasikan penjualan mereka.

Persoalan dan pentingnya layanan pelanggan telah dibahas oleh banyak

penulis.

c. Kebutuhan akan strategi hubungan (relationship strategy). Untuk memastikan

bahwa strategi layanan pelanggan yang dapat menciptakan proposisi nilai bagi

pelanggan diformulasikan, dilaksanankan dan dikendalikan, perlu kiranya

memberi peran sentral pada layanan pelanggan dan bukan sekedar bagian dari

berbagai unsur bauran pemasaran.

D. Electronic Banking

Konsepsi "e-service/layanan elektronik" muncul pada pertumbuhan

internet.Awalnya perusahaan mengembangkan keberadaan online untuk

pengurangan biaya yang dapat diperoleh dari otomatisasi.Meskipun efisiensi

perusahaan diperoleh dari penjualan online(e-commerce) kegagalan mereka untuk

fokus pada kebutuhan pelanggan dan keinginan menghasilkan kinerja pelayanan

online yang buruk.Akibatnya, beberapa penyedia web mulai berkonsentrasi pada

pelanggan dan layanan yang mereka berikan secara online. De Ruyter

mendeskripsikan elektronik-jasa sebagai ”layanan pelanggan konten-berpusat dan

berbasis internet, didorong oleh pelanggandengan tujuan untuk memperkuat

hubungan pelanggan penyedia layanan”.

Meskipun keunikan jasa keuangan dalam hal kompleksitas mereka yang

(32)

dalamtransformasi yang signifikan, dengan saluran distribusi yang berubah dari

sentuhan yang relatif tinggi, pertemuan berorientasi interpersonal untuk interaksi

teknologi tinggi.

E-Banking didefinisikan sebagai penghantaran otomatis jasa dan produk

bank secara langsung kepada nasabah melalui elektronik, saluran komunikasi

interaktif.E-Banking meliputi sistem yang memungkinkan nasabah bank, baik

individu ataupun bisnis, untuk mengakses rekening, melakukan transaksi bisnis,

atau mendapatkan informasi produk dan jasa bank melalui jaringan pribadi atau

publik, termasuk internet.Nasabah dapat mengakses e-Banking melalui piranti

pintar elektronis seperti komputer/PC, PDA, ATM, atau telepon.

Marilah kita telah satu persatu saluran dari e-Banking yang telah

diterapkan bank-bank di Indonesia sebagai berikut:

1. ATM, Automated Teller Machine atau Anjungan Tunai Mandiri.

Ini adalah saluran e-Banking paling populer yang kita kenal.Setiap kita

pasti mempunyai kartu ATM dan menggunakan fasilitas ATM. Fitur tradisional

ATM adalah untuk mengetahui informasi saldo dan melakukan penarikan tunai.

Dalam perkembangannya, fitur semakin bertambah yang memungkinkan untuk

melakukan pemindahan pembukuan antar rekening, pembayaran (kartu kredit,

listrik, dan telepon), pembelian (voucher dan tiket), dan yang terkini transfer ke

bank lain (dalam satu switching jaringan ATM). Selain bertransaksi melalui

mesin ATM, kartu ATM dapat pula digunakan untuk berbelanja di tempat

perbelanjaan, berfungsi sebagai kartu debit.Bila kita mengenal ATM sebagai

mesin untuk mengambil uang, belakangan muncul pula ATM yang dapat

(33)

2. Phone Banking.

Ini adalah saluran yang memungkinkan nasabah untuk melakukan

transaksi dengan bank via telepon.Pada awalnya lazim diakses melalui telepon

rumah, namun seiring dengan makin populernya telepon genggam/HP, maka

tersedia pula nomor akses khusus via HP bertarif panggilan flat dari manapun

nasabah berada.Pada awalnya, layanan Phone Banking hanya bersifat informasi

yaitu untuk informasi jasa/produk bank dan informasi saldo rekening serta

dilayani oleh Customer ServiceOperator/CSO.Namun profilnya kemudian

berkembang untuk transaksi pemindahbukuan antar rekening, pembayaran (kartu

kredit, listrik, dan telepon), pembelian (voucher dan tiket), dan transfer ke bank

lain; serta dilayani oleh Interactive Voice Response (IVR). Fasilitas ini boleh

dibilang lebih praktis ketimbang ATM untuk transaksi non tunai, karena cukup

menggunakan telepon/HP di manapun kita berada, kita bisa melakukan berbagai

transaksi, termasuk transfer ke bank lain.

3. Internet Banking.

Ini termasuk saluran terbaru e-Banking yang memungkinkan nasabah

melakukan transaksi via internet dengan menggunakan komputer/PC atau PDA.

Fitur transaksi yang dapat dilakukan sama dengan Phone Banking yaitu informasi

jasa/produk bank, informasi saldo rekening, transaksi pemindah bukuan antar

rekening, pembayaran (kartu kredit, listrik, dan telepon), pembelian (voucher dan

tiket), dan transfer ke bank lain. Kelebihan dari saluran ini adalah kenyamanan

bertransaksi dengan tampilan menu dan informasi secara lengkap tertampang di

(34)

4. SMS/m-Banking.

Saluran ini pada dasarnya evolusi lebih lanjut dari PhoneBanking, yang

memungkinkan nasabah untuk bertransaksi via HP dengan perintah SMS.Fitur

transaksi yang dapat dilakukan yaitu informasi saldo rekening, pemindahbukuan

antar rekening, pembayaran (kartu kredit, listrik, dan telepon), dan pembelian

voucher.Untuk transaksi lainnya pada dasarnya dapat pula dilakukan, namun

tergantung pada akses yang dapat diberikan bank. Saluran ini sebenarnya

termasuk praktis namun dalam prakteknya sedikit merepotkan karena nasabah

harus menghapal kode-kode transaksi dalam pengetikan sms, kecuali pada bank

yang melakukan kerjasama dengan operator seluler, menyediakan akses banking

menu Sim Tool Kit (STK) pada simcard nya.

Di balik kemudahan e-Banking tersimpan pula risiko, untuk itu diperlukan

pengaman yang baik. Lazimnya untuk ATM, nasabah diberikan kartu ATM dan

kode rahasia pribadi (PIN) sedangkan untuk Phone Banking,Internet Banking,

danSMS/m-Banking, nasabah diberikan kode pengenal (userid) dan PIN. Sebagai

pengaman tambahan untuk internet banking, pada bank tertentu diberikan piranti

tambahan untuk mengeluarkan PIN acak/random.Sedangkan untuk SMS Banking,

nasabah diminta untuk meregistrasikan nomor HP yang digunakan.Dengan

beragamnya kemudahan transaksi via eBanking, kini pilihan ada di tangan kita

untuk memanfaatkannya atau tidak.

1. Jenis-Jenis Teknologi e-Banking Yang Telah Digunakan

Adapun beberapa jenis-jenis teknologi e-Banking dapat dilihat dibawah ini.

(35)

setoran, cek saldo, atau pemindahan dana.

b) Computer banking. Layanan bank yang bisa diakses oleh nasabah melalui

koneksi internet ke pusat pusat data bank, untuk melakukan beberapa layanan

perbankan, menerima dan membayar tagihan, dan lain-lain.

c) Debit (or check) card. Kartu yang digunakan pada ATM atau terminal

point-of-sale (POS) yang memungkinkan pelanggan memperoleh dana yang

langsung didebet (diambil) dari rekening banknya.

d) Direct deposit. Salah satu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh organisasi

(misalnya pemberi kerja atau instansi pemerintah) yang membayar sejumlah

dana (misalnya gaji atau pensiun) melalui transfer elektronik. Dana ditransfer

langsung ke setiap rekening nasabah.

e) Direct payment (also electronic bill payment). Salah satu bentuk pembayaran

yang mengizinkan nasabah untuk membayar tagihan melalui transfer dana

elektronik. Dana tersebut secara elektronik ditransfer dari rekening nasabah ke

rekening kreditor. Direct payment berbeda dari preauthorized debit dalam hal

ini, nasabah harus menginisiasi setiap transaksi direct payment.

f) Electronic bill presentment and payment (EBPP). Bentuk pembayaran

tagihan yang disampaikan atau diinformasikan ke nasabah atau pelanggan

secara online, misalnya melalui email atau catatan dalam rekening bank.

Setelah penyampaian tagihan tersebut, pelanggan boleh membayar tagihan

tersebut secara online juga jika berkenan. Pembayaran tersebut secara

elektronik akan mengurangi saldo simpanan pelanggan tersebut.

g) Electronic check conversion. Proses konversi informasi yang tertuang dalam

cek (number rekening, jumlah transaksi, dll) ke dalam format elektronik agar

(36)

h) Electronic fund transfer (EFT). Perpindahan “uang” atau “pinjaman” dari

satu rekening ke rekening lainnya melalui media elektronik.

i) Payroll card. Salah satu tipe “stored-value card” yang diterbitkan pemberi

kerja sebagai pengganti cek yang memungkinkan pegawainya mengakses

pembayaraannya pada terminal ATM atau Point of Sales.

j) Preauthorized debit (or automatic bill payment). Bentuk pembayaran yang

mengizinkan nasabah untuk mengotorisasi pembayaran rutin otomatis yang

diambil dari rekening banknya pada tanggal-tangal tertentu dan biasanya

dengan jumlah pembayaran tertentu (misalnya pembayaran listrik, tagihan

telpon). Dana secara elektronik ditransfer dari rekening pelanggan ke rekening

kreditor (misalnya PLN atau PT Telkom).

k) Prepaid card. Salah satu tipe Stored-value card yang menyimpan nilai

moneter di dalamnya dan sebelumnya pelanggan sudah membayar nilai

tersebut ke penerbit kartu.

l) Smart card. Salah satu tipe stored-value card yang didalamnya tertanam satu

atau lebih chips atau microprocessors sehingga bisa menyimpan data,

melakukan perhitungan, atau melakukan proses untuk tujuan khusus

(misalnya validasi PIN, otorisasi pembelian, verifikasi saldo rekening, dan

menyimpan data pribadi).

m) Stored-value card. Kartu yang di dalamnya tersimpan sejumlah nilai moneter,

melalui pembayaran sebelumnya oleh pelanggan atau melalui simpanan yang

diberikan oleh pemberi kerja atau perusahaan lain. Untuk single-purpose

stored value card, penerbit (issuer) dan penerima (acceptor) kartu adalah

(37)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam

bab-bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Sistem pelayanan e-Banking yang diberikan oleh Bank Negara Indonesia

Kantor Cabang Utama USU Medan sudah baik dikarenakan banyaknya

nasabah saat ini yang menggunakan e-Banking untuk melakukan

transaksi-transaksi kepada Bank. Hal tersebut sangat mempermudah nasabah untuk

melakukan transaksi secara efektif dan efisien.

2. Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Utama USU Medan menyediakan

layanan e-Banking hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya fasilitas

teknologi e-Banking yang telah digunakan, seperti: Automated teller machine

(ATM), Computer banking, Debit (or check) card, Direct deposit, Direct

payment (also electronic bill payment), Electronic bill presentment and

payment (EBPP), Electronic check conversion, Electronic fund transfer

(EFT), Payroll card, Preauthorized debit, Prepaid card, Smart card,

Stored-value card.

3. Kualitas pelayanan Bank Negara Indonesia juga ditingkatkan melalui Standar

Layanan Perbankan. Secara umum, Standar Layanan Perbankan yang harus

dipenuhi, seperti: Penamplan diri, Kebersihan dan kerapian ruang kerja,

Berkomunikasi dengan baik, Standar penanganan keluhan nasabah,

(38)

B. Saran

Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat penulis berikan untuk

kebaikan dan kemajuan dalam meningkatkan pelayanan e-Banking pada Bank

BNI KCU USU Medan:

1. Oleh karena produk perbankan yang menggunakan e-Banking adalah produk

pendanaan khususnya tabungan, maka semestinya menajemen Bank Negara

Indonesia KCU USU Medan dan atau manajemen Bank Negara Indonesia

secara umum dapat membuka layanan e-Banking untuk produk lainnya

seperti contoh pada produk pendanaan giro, deposito dan atau pada produk

penyaluran dana (kredit) lainnya.

2. Oleh karena e-Banking merupakan layanan pelanggan online yang

memudahkan nasabah untuk melakukan transaksi sebaiknya pihak

manajemen bank melakukan perbaikan pada jaringan online dengan

melakukan investasi pada inti jaringan seperti server cadangan.

3. Untuk meningkatkan kepuasan nasabah dalam pemanfaatan e-Banking,

makan manajemen Bank Negara Indonesia KCU USU Medan harus

mempunyai komitmen yang sungguh-sungguh dalam meningkatkan dan

menjaga kualitas layanan e-Banking. Hal ini dapat dilakukan dengan

memperhatikan kualitas yang dibutuhkan oleh nasabah (tangible, reliability,

responsiveness, assurance dan empathy). Dan perlu adanya peningkatan

sosialisasi serta penyuluhan kepada nasabah yang belum menggunakan

karena sangat membantu mempermudah transaksi yang dibutuhkan oleh

(39)

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

A. Sejarah Bank Negara Indonesia

Sejarah berdirinya Bank Negara Indonesia atau lebih dikenal dengan Bank

BNI 46 erat hubungannya dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Perjalanan

Bank BNI diawali pada tahun 1946 yaitu pada tanggal 5 Juli berdasarkan

Undang-Undang NO. 2 Tahun 1946 dengan nama Bank Negara Indonesia sebagai Bank Sentral

tepatnya setahun setelah kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1946, tepatnya pada

pelaksanaan Konferensi Meja Bundar (KMB) antara Indonesia-Belanda, Bank

BNI berubah menjadi Bank Umum. Pada mulanya kehadiran Bank BNI dimaksudkan

untuk bertindak selaku Bank Sentral yang bertanggung jawab dalam menerbitkan

dan mengelola mata uang rupiah. Kemudian pada tanggal 15 September 1950 Bank

BNI mulai diizinkan pemerintah untuk menjadi Bank Devisa.

Dengan dikeluarkannya Ketetapan Presiden No.17 tahun 1965 tentang

integrasi bank-bank pemerintah, BNI berubah menjadi Bank Negara Unit III.

Selanjutnya dalam perkembangannya, menurut Undang-Undang NO. 18 tahun 1968,

BNI diubah menjadi BNI 46 (Bank Negara Indonesia 1946) kemudian mencatat

kemajuan yang pesat hingga akhirnya BNI berubah status menjadi Bank Komersil

pada tahun 1968, dengan fokus pelayanan dan pengembangan sektor industri di

Indonesia, BNI secara bertahap memainkan peranan penting dalam pembangunan

ekonomi di Indonesia. Seiring perjalanan waktu, BNI semakin mengembangkan

keahliannya dikancah perbankan Indonesia dan menjadi salah satu bank

(40)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia NO.19 tahun 1992,

nama BNI diubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero). Selanjutnya BNI mulai

go public dan pada tahun 1996 Bank BNI menawarkan saham perdananya kepada

masyarakat dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek

Surabaya. Penawaran perdana ini memungkinkan Bank BNI untuk memperkuat modalnya,

sehingga semakin mengukuhkan posisi Bank BNI di Industri Perbankan Indonesia. Namun

krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1998 telah mengubah wajah perbankan

Indonesia. Sebagaimana layaknya bank-bank lainnya di Indonesia, BNI juga terkena

imbas dari keterpurkan ekonomi pada masa itu, sehingga perlu direkapitulasi oleh

pemerintah. Program rekapitulasi ini berhasil diselesaikan pada tahun 2000, sehingga

memungkinkan BNI memiliki pondasi yang kokoh untuk mendukung pertumbuhannya

di masa datang.

Seiring dengan diselesaikannya program rekapitulasi, Bank BNI melakukan

restrukturisasi operasional secara menyeluruh untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas. Selain itu BNI juga menerapkan praktek perbankan yang penuh kehati-hatian

Serta Good Corporate Governance (GCG). Untuk mengantisipasi

perkembanganlingkungan usaha dan perubahan kebutuhan masyarakat akan pelayanan

jasa keuangan, BNI senantiasa melakukan penyesuain atas produk dan jasa yang

ditawarkan untuk value yang lebih baik. Sebagai bukti kepedulian terhadap berbagai

tuntutan diatas, BNI antara lain memperoleh sertifikat Y2K Complience dalam

menghadapi masalah tahun 2000 (Y2K problem) atau yang lebih dikenal dengan

millennium bug.

Bank BNI (Persero) Tbk merupakan bank yang membuka cabang diluar negeri.

(41)

Hongkong, Tokyo, New York, dan London. Ini didukung 883 jaringan Bank

koresponden di luar negeri dan 74 koresponden dalam negeri. Dengan dukungan

masyarakat dan kepercayaan nasabah, Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk kini hadir

dengan 700 cabang di seluruh Indonesia dalam usaha mendukung pelayanan yang

professional dari 10.200 orang pegawai terhadap nasabahnya, lebih dari 2.000 ATM,

kurang dari 4.000 ATM link dan lebih dari 500.000 ATM Cirrus yang tersebar

diseluruh Indonesia.

B. Visi dan Misi Bank BNI

a. Visi BNI

Menjadi bank yang unggul, terkemuka dan terdepan dalam layanan

dan kinerja. BNI berupaya menjadi Bank yang unggul dalam bidang

human capital yang berkualitas, proses bisnis internal yang memberi nilai

bagi nasabah melalui improvement dan inovasi melalui produk/jasa yang

beragam dan terpadu, serta pengelolaan perbankan berkualitas dengan

risiko terukur. Terkemuka adalah menjadi bank pilihan utama dengan

kualitas layanan terbaik yang pada akhirnya akan menjadikan BNI

terdepan dalam hal kinerja keuangan yang berkualitas dibandingkan peers

sehingga memberikan kualitas investasi yang memuaskan bagi pemangku

kepentingan.

b. Misi BNI

1. Memerikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah kepada

seluruh nasabah, dan selaku mitra pillihan utama (the bank choice).

(42)

3. Menciptakan kondisi terbaik bagi karyawan sebagai tempat

kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi.

4. Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan

dan sosial.

5. Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan

yang baik.

C. Struktur Organisasi

Dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan, salah satu syarat yang harus

diperhatikan adalah struktur organisasi yang baik dan tersusun rapi guna

melancarkan kegiatan operasional perusahaan. Dengan demikian, kejelasan

struktur organisasi berarti memperjelas job spesification setiap bagian atau setiap

karyawan yang dapat membantu mereka agar dapat melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya dengan baik. Oleh karena, itu dapatlah dikatakan bahwa

struktur organisasi merupaka suatu proses mengidentifikasi dan mengelompokkan

pekerjakan yang dilaksanakan, menentukan wewenang dan tanggung jawab, serta

menetapkan hubungan-hubungan untuk memungkinkan orang mau bekerja sama

secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan pekerjaan. Maka untuk

merealisasikan tujuan tersebut dalam suatu organisasi, perlu disusun suatu struktur

organisani.

Struktur organisasi Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Utama USU

Medan adalah struktur organisasi fungsional. Struktur organisasi Bank Negara

Indonesia Kantor Cabang Utama USU Medan terbagi atas beberapa bagian. Hal ini

dapat dilihat pada bagan struktur organisasi Bank Negara Indonesia KCU USU

(43)
(44)

D. Uraian Pekerjaan

Bank Negara Indonesia KCU USU Medan memiliki pembagian tugas,

wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan bagiannya masing-masing.

1. Pimpinan Cabang

Bertugas dan bertanggung jawab dalam memimpin Bank Negara Indonesia KCU

USU Medan.

2. Branch Quality Assurance (BQA)

Merupakan pengawas internal Bank Negara Indonesia KCU USU Medan.

3. Bidang Pembinaan Kantor Layanan (PBY)

Bidang Pembinaan Kantor Layanan meliputi :

a) Administrasi Cabang (ASC)

Memiliki tugas mengelola administrasi keuangan cabang, mengelola

administrasi transaksi DN & Kliring, mengelola administrasi kredit (khusus

untuk booking office SKC, SKK, SKM, KPI & Multifinance KSN),

mengelola logistik, menyelenggarakan administrasi umum, mengelola

kepegawaian Cabang Utama dan Kantor Layanan, dan mengkompilasi tindak

lanjut hasil temuan Audit KCU-KLN.

b)Kantor Layanan dan Kantor Kas

Bertugas melayani Informasi mengenai produk/jasa bank, melayani semua jenis

transaksi kas/tunai & pemindahan, melayani transaksi Produk jasa LN &

penukaran valuta asing, mengelola transaksi dana dan jasa, dan mengelola

administrasi surat dan dokumen yang masuk.

c) Bidang Pelayanan Nasabah (PBN)

(45)

(PUT)dan Pelayanan Nasabah (PNC).

Pelayanan Uang Tunai (PUT) bertugas melayani semua jenis transaksi kas/tunai

dan pemindahan, melayani kegiatan eksternal payment point, dan mengelola kas

ATM. Pelayanan Nasabah (PNC) bertugas mengelola transaksi produk dana

(giro, tabungan, deposito, simponi), melayani penerbitan kartu, melayani

transaksi pencairan bunga deposito, melayani informasi transaksi produk dana, jasa

dan kredit, melayani transaksi kiriman uang, melayani nasabah custodian,

melayani transasi LN, mengelola sistem penerimaan/antrian nasabah, dan

mengelola pelaksanaan layanan untuk kenyamanan nasabah.

d)Bidang Penjualan Cabang (JUC)

Bidang Penjualan Cabang (JUC) hanya terdiri dari satu unit yaitu marketing

(Penjualan) Bertugas menjual produk dan jasa BNI, melakukan ekstensif dan

intensif, melakukan penelitian potensi ekonomi dan menyusun peta bisnis regional.

E. Kinerja Usaha Terkini

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk memiliki beberapa kinerja usaha

terkini yaitu laba sebelum pencadangan BNI naik 72%, laba bersih BNI naik 315%,

biaya operasional turun 2,7%, kredit tumbuh 26%, dana pihak ketiga (DPK) naik 12% dan

rasio profitabilitas meningkat.

1. Laba sebelum pencadangan BNI naik 72%

Mengawali tahun 2011, hampir semua indikator kinerja BNI mengalami

pertumbuhan positif. Dibandingkan Triwulan I 2010, aset BNI tumbuh 24%, seiring

dengan kenaikan kredit sebesar 29% dan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 30%.

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan peningkatan kadar zirkon dari pasir zirkon menggunakan Dry Magnetic Separator dan High Gradient Magnetik Separator.. Bahan baku yang digunakan

Zainal Arifin, S.Pd selaku guru BK di MTsN Banjar Selatan 1 yang telah meluangkan waktu dan tenaga sebagai subjek penelitian, serta telah berkenan memberikan kesempatan

Tabel 3. Definisi Operasional dan Cara Perhitungan Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekkes.. Indikator Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin

Salah satu hambatan pada anak autis adalah permasalahan aspek minat untuk mengadakan hubungan dengan teman-teman, sering kali terdapat hambatan karena ketidak mampuan

Hal ini sejalan dengan literatur Dwidjoseputro (1989) yang mengatakan bahwa Kalium merupakan hara esensial yang diperlukan tanaman bawang merah setelah unsur nitrogen

Lyginant pacien- tus, kuriems sužalota plonoji ar storoji žarna, su kita grupe pacientų, kuriems sužalotas skrandis, pastarojoje nustatytas didesnis ISS (angl. Skrandžio plyšimo

Perbedaannya adalah dalam hal ini, semua portfolio dengan medium size mempunyai abnormal return negatif yang signifikan dibawah 5%, sesuai dengan penjelasan hasil rata-rata

[r]