• Tidak ada hasil yang ditemukan

RAK Dit. Bina Oblik dan Perbekkes 2015 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RAK Dit. Bina Oblik dan Perbekkes 2015 2019"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

dan karunia-Nya sehingga Rencana Aksi Kegiatan (RAK) Direktorat Bina

Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan ini dapat diselesaikan dengan baik.

RAK ini mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019, Rencana Strategis (Renstra)

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015-2019, Rencana Kerja

Kementerian/Lembaga (Renja-KL) Tahun Anggaran 2016, serta Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 dan perubahannya dalam Peraturan

Menteri Kesehatan nomor 35 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Kesehatan. RAK ini dibuat sebagai bentuk upaya dalam menjabarkan rencana

pengembangan program dan kegiatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan.

RAK ini berguna sebagai panduan dan acuan dalam manajemen Direktorat Bina

Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, mulai dari perencanaan program dan kegiatan,

pelaksanaan dan pengendalian, pengorganisasian, pembiayaan, serta monitoring dan

evaluasi pencapaian program dan kegiatan. RAK merupakan salah satu komponen dalam

penilaian akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah. Selain itu, RAK juga dapat digunakan

sebagai sumber informasi mengenai kontribusi dan dukungan Direktorat Bina Obat Publik

dan Perbekalan Kesehatan pada program-program Kementerian Kesehatan dalam

mewujudkan visi dan misi Presiden Republik Indonesia, yaitu “Terwujudnya Indonesia

yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong”.

Kami menyadari RAK Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan ini

belum sempurna. Untuk itu masukan berupa saran dan kritik yang membangun sangat kami

harapkan demi sempurnanya penyusunan RAK ini di masa yang akan datang.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ……….…….……. 1

Kata Pengantar ………..…….… 2

Daftar Isi ……….……… 3

Daftar Tabel ………..………. 4

Daftar Gambar …..………..……… 5

Daftar Lampiran ………..………... 6

BAB I : PENDAHULUAN ………..………...………… 7

A. Latar Belakang ………….……….… 7

B. Tujuan……….………...….. 8

C. Sistematika Penyajian ……….…... 8

BAB II : PERKEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN ………. 10

A. Kondisi Umum, Potensi dan Permasalahan ……….………… 10

B. Keadaan Yang Ingin Dicapai ………. 17

BAB III : KEBIJAKAN DAN STRATEGI ………..……... 18

BAB IV : RENCANA AKSI KEGIATAN ………..…...…. 19

A. Pencapaian Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2010-2014 ……….. 19

B. Indikator Kinerja Kegiatan dan Target Tahun 2015-2019 ………..… 19

C. Tata Laksana Indikator Kinerja Kegiatan Tahun 2015-2019 ………. 19

D. Kegiatan Pendukung Indikator Kinerja Kegiatan Tahun 2015-2019……….. 23

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Pemenang Tenaga Kefarmasian Pengelola Obat Berprestasi Tahun

2011-2014 ……….…… 15

Tabel 2 Sasaran dan Target Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Bina Obat Publik

dan Perbekalan Kesehatan ……….……….……. 20

Tabel 3 Definisi Operasional dan Cara Perhitungan Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan ……….. 20 Tabel 4 Daftar Item Obat dan Vaksin Indikator Persentase Ketersediaan Obat dan

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Komposisi Pegawai Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan Berdasarkan Pendidikan ………..…… 11

Gambar 2 Struktur Organisasi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan ... 12 Gambar 3 Realisasi e-Purchasing Tahun 2013-2014 ... 13

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Contoh Perhitungan dan Format Pelaporan Indikator Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas ... 26 Lampiran 2 Bobot Penilaian, Contoh Perhitungan dan Formulir Pelaporan Indikator

Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar ………....

27 Lampiran 3 Formulir Rekapitulasi Indikator Persentase Instalasi Farmasi

Kabupaten/Kota yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan

Vaksin Sesuai Standar Untuk Provinsi ………..……….……… 29

(7)

BAB

I

PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak

dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu dan

terjangkau seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28.

Pasal tersebut menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,

bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat dan

memperoleh pelayanan kesehatan. Hal tersebut diperkuat oleh Undang-Undang Nomor

36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012

tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN), serta berbagai peraturan

perundang-undangan yang lain, baik sebagai kerangka regulasi maupun sebagai landasan dalam

perencanaan program dan kegiatan. Pembangunan di bidang kesehatan selaras dengan

misi Presiden Republik Indonesia yang keempat, yaitu “Mewujudkan kualitas hidup

manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera”, karena hanya manusia yang

sehatlah yang mampu untuk mandiri dan berdaulat.

Subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan yang tercantum di

dalam SKN menjelaskan bahwa pemerintah menjamin keamanan, khasiat, manfaat, dan

mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan melalui pembinaan, pengawasan,

dan pengendalian secara profesional, bertanggung jawab, independen, transparan, dan

berbasis bukti ilmiah. Subsistem tersebut merupakan tatanan yang menghimpun

berbagai upaya yang menjamin ketersediaan, pemerataan, serta mutu obat dan

perbekalan kesehatan secara terpadu dan saling mendukung dalam rangka tercapainya

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Dalam pelayanan kesehatan, obat dapat menyelamatkan kehidupan dan

meningkatkan kualitas kesehatan. Akses terhadap obat, terutama obat esensial

merupakan salah satu hak asasi manusia, sehingga penyediaan obat esensial

merupakan kewajiban bagi pemerintahan di semua level, baik Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang

Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 merupakan

acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan dalam kurun

waktu lima tahun bagi seluruh stakeholders jajaran kesehatan baik di Pusat maupun

(8)

Kementerian Kesehatan terdapat 12 sasaran strategis yang akan dicapai dalam periode

2015-2019. Sasaran yang terkait dengan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

adalah sasaran keempat, yaitu meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan

farmasi dan alat kesehatan dengan sasaran yang akan dicapai pada tahun 2019 adalah:

1. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas sebesar 90%;

2. Jumlah bahan baku obat, obat tradisional serta alat kesehatan yang diproduksi di

dalam negeri sebanyak 35 jenis, dan

3. Persentase produk alat kesehatan dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat

sebesar 83%.

Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran tersebut adalah

peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan, dengan keluaran

tersedianya obat, vaksin dan perbekalan kesehatan yang bermutu, merata dan

terjangkau di pelayanan kesehatan pemerintah. Adapun indikator pencapaian keluaran

tersebut pada tahun 2019 adalah:

a. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas sebesar 90%;

b. Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melaksanakan manajemen

pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar sebesar 75%.

Berdasarkan hal tersebut, maka disusun Rencana Aksi Kegiatan (RAK)

Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2015–2019 yang

merupakan suatu proses penyiapan infrastruktur di bidang pengendalian harga obat,

penyediaan, pengelolaan, dan pemantauan serta evaluasi program obat publik dan

perbekalan kesehatan dalam rangka mewujudkan pelayanan prima di bidang kesehatan.

B. TUJUAN

RAK ini disusun dengan tujuan agar tersedianya dokumen perencanaan yang

dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan di Direktorat Bina Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan dalam kurun waktu lima tahun, yaitu tahun

2015-2019, sehingga tercapai kinerja yang lebih baik sesuai dengan indikator kinerja yang

sudah ditetapkan dengan target capaian yang diukur setiap tahun hingga akhir periode

Renstra Kementerian Kesehatan.

C. SISTEMATIKA PENYAJIAN

RAK Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2015–2019

(9)

BAB I. PENDAHULUAN, terdiri dari latar belakang, tujuan, serta sistematika

penyajian.

BAB II. PERKEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN, menguraikan kondisi

umum, potensi dan permasalahan serta keadaan yang ingin dicapai.

BAB III. KEBIJAKAN DAN STRATEGI, membahas kebijakan yang dipakai untuk

melaksanakan kegiatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

selama lima tahun dan strategi yang digunakan dalam pencapaian indikator kinerja

kegiatan.

BAB IV. RENCANA AKSI KEGIATAN, terdiri dari pencapaian RAK periode tahun

2010-2014, indikator kinerja kegiatan dan target 2015-2019 berikut tata laksananya,

serta kegiatan pendukung indikator kinerja kegiatan.

BAB V. PENUTUP, yang berisi rekomendasi pencapaian indikator kinerja kegiatan

(10)

BAB II

PERKEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN

A. KONDISI UMUM, POTENSI DAN PERMASALAHAN

1. Struktur Organisasi, Tugas Pokok, dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:

1144/MENKES/PER/VIII/2010 dan perubahannya dalam Peraturan Menteri

Kesehatan nomor 35 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Kesehatan RI, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mempunyai

tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang obat publik dan perbekalan kesehatan.

Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut di atas, Direktorat Bina Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang analisis dan standardisasi harga obat,

penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta

pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan;

2. Pelaksanaan kegiatan di bidang analisis dan standardisasi harga obat,

penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta

pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan;

3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang analisis

dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan

perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan

perbekalan kesehatan;

4. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan

kebijakan di bidang pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan.

Bagan struktur organisasi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan dapat dilihat pada gambar 2.

2. Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber daya manusia di lingkungan Direktorat Bina Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan hingga akhir tahun 2015 berjumlah 39 orang dengan rincian

(11)

a. Menurut Jabatan:

 Jabatan Struktural = 14 orang

 Jabatan Fungsional Umum = 25 orang b. Menurut Golongan:

 Golongan II = 3 orang

 Golongan III = 26 orang

 Golongan IV = 10 orang

c. Menurut Pendidikan:

 S2 non apoteker = 2 orang

 S2 dan Apoteker = 6 orang

 Apoteker = 18 orang

 Dokter gigi = 1 orang

 Sarjana Farmasi = 1 orang

 Sarjana Ekonomi = 2 orang

 Sarjana Sosial = 1 orang

 Sarjana Komputer = 1 orang

 D3 Farmasi = 4 orang

 D3 Manajemen Informatika = 1 orang

 SMA = 2 orang

(12)
(13)

3. Kondisi umum, potensi dan permasalahan yang terjadi di Direktorat Bina Obat Publik

dan Perbekalan Kesehatan pada akhir Tahun 2014 adalah sebagai berikut :

a. Penerapan e-Katalog Obat

Sesuai Peraturan Presiden RI Nomor 70 tahun 2012 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah, sejak tahun 2013 penetapan harga obat untuk pengadaan

pemerintah dilaksanakan melalui lelang harga satuan (e-katalog), dengan harapan agar

pengadaan obat lebih transparan, efektif, efisien dan akuntabel dalam rangka menjamin

tersedianya obat yang aman, bermutu dan berkhasiat. Obat-obat yang masuk ke dalam

e-katalog adalah obat-obat yang terdapat di dalam Formularium Nasional (Fornas).

Dengan telah terbangunnya sistem e-katalog obat, maka Kementerian / Lembaga

/ Dinas / Instansi (K/L/D/I) dapat langsung memanfaatkan sistem e-katalog obat dalam

pengadaan obat dengan prosedur e-purchasing. Pengadaan obat berdasarkan

e-katalog telah dilaksanakan sejak tahun 2013 untuk 196 item obat dalam 327 sediaan

generik, dan melibatkan kurang lebih 29 industri farmasi.

Tahun 2014, Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mulai diberlakukan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014

tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, pelayanan obat

untuk peserta JKN pada fasilitas kesehatan mengacu pada daftar obat yang tercantum

dalam Fornas dan harga obat yang tercantum dalam katalog obat. Oleh karena itu,

e-katalog obat terus dikembangkan menyesuaikan dengan Fornas. Sampai dengan

Oktober 2014, sejumlah 724 sediaan obat telah ditayangkan dalam e-katalog obat dan

melibatkan 77 industri farmasi.

(14)

b. Pengelolaan Obat di Provinsi dan Kabupaten/Kota

Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan membutuhkan dukungan

berbagai pihak, baik diselenggarakan oleh Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

Wujud dari dukungan tersebut dapat berupa kegiatan, anggaran dan komitmen.

Anggaran yang diperlukan dapat berasal dari APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota,

APBN dan Dana DAK sub bidang pelayanan kefarmasian.

Kebijakan Obat Nasional (KONAS) Tahun 2006 menyebutkan bahwa

keberadaan gudang farmasi Kabupaten/Kota diubah namanya menjadi Instalasi Farmasi

Kabupaten/Kota (IFK). Kebijakan tersebut bersinergi dan mendukung langsung terhadap

peningkatan kapasitas institusi pengelola obat di Kabupaten/Kota. Selain itu, terbitnya

kebijakan mengenai pengelolaan obat terpadu (one gate policy) memberikan stimulasi

kepada para pengelola program dan pengelola obat, untuk melakukan manajemen

pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan yang baik dan benar.

Pencapaian kinerja bidang pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan

tahun 2010-2014 diukur dengan indikator persentase IFK sesuai standar. Penilaian

terhadap indikator tersebut mencakup unsur Sumber Daya Manusia (Porsi 40%), Sarana

dan Prasarana (Porsi 40%), dan Anggaran Operasional (Porsi 20%) yang

dioperasionalkan menjadi subkomponen dan pembobotan. Pengertian IFK yang sesuai

standar adalah IFK yang mempunyai skor minimal 60% (passing grade) berdasarkan

penilaian terhadap semua unsur di atas. Peningkatan kapasitas IFK menjadi salah satu

tolak ukur kinerja Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mengingat

pentingnya pemenuhan infrastruktur penyimpanan dan manajemen pengelolaan obat

dan perbekalan kesehatan.

Tenaga kefarmasian sebagai salah satu tenaga kesehatan memiliki peranan

penting dalam memberikan pelayanan kefarmasian di sarana pelayanan kesehatan.

Ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang cukup dan bermutu di sarana

pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh kemampuan tenaga kefarmasian pengelola

obat di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota. Keberhasilan pengelolaan obat

dan perbekalan kesehatan di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota merupakan

wujud dari kinerja tenaga kefarmasian pengelola obat, disamping ketersediaan sarana

dan prasarana serta dukungan anggaran operasional. Selain itu, ditentukan dari

kemampuan melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi pengelolaan obat dan

perbekalan kesehatan.

Untuk meningkatkan kinerja pengelola obat dan perbekalan kesehatan di

Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota, perlu diberikan penghargaan (reward)

atas prestasi kerjanya. Dalam memberikan penghargaan tersebut, maka dilakukan

(15)

kepribadian, kemampuan pengelolaan obat, kesiapan institusi dan pengembangan diri

pengelola obat. Pemberian penghargaan tersebut sudah dimulai sejak tahun 2011 dan

dilakukan saat acara puncak peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN). Data

pemenang tenaga kefarmasian pengelola obat berprestasi dari tahun 2011–2014 dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tahun Data Pemenang Tenaga Kefarmasian Pengelola Obat Berprestasi

Nama Daerah Asal Nama Daerah Asal Nama Daerah Asal

2011 Gita Fitrahwati, SKM, M.Kes

Tabel 1. Data Pemenang Tenaga Kefarmasian Pengelola Obat Berprestasi Tahun 2011-2014

c. Pelayanan dan Pengelolaan Obat Untuk Kesehatan Haji

Penyelenggaraan ibadah haji dilaksanakan setiap tahun. Berdasarkan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah

Haji, salah satu kewajiban pemerintah adalah melakukan pelayanan kesehatan yang

diperlukan oleh Jemaah Haji. Pembinaan dan pelayanan kesehatan ibadah haji, baik

pada saat persiapan maupun pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji dilaksanakan

oleh Kementerian Kesehatan.

Pengelolaan obat dan alat kesehatan dalam penyelenggaraan ibadah haji

dikoordinir oleh Kementerian Kesehatan, khususnya oleh Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Pengelolaan obat dan alat kesehatan haji yang

diilaksanakan dimulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian,

penggunaan, pencatatan dan pelaporan, serta monitoring dan evaluasi. Petugas yang

melaksanakan pengelolaan obat dan alat kesehatan haji yaitu tenaga farmasi yang

bertugas sebagai Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) pada musim haji, baik yang

bertugas di Depo Pusat, Daerah Kerja (Daker) Jeddah, Daker Mekkah, Daker Madinah,

Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI), maupun sektor. Sedangkan di kloter dikelola

(16)

Dalam persiapan dan pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji, Direktorat Bina

Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sebagai unit teknis Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan turut berperan aktif memberikan pelatihan bagi

petugas haji yang mengelola obat dan alat kesehatan haji, mengadakan vaksin haji dan

umrah, obat dan perbekalan kesehatan, menerima obat dan perbekalan kesehatan di

Arab Saudi, mengisi dan mendistribusikan tas kloter, mengkoordinir pengelolaan obat

dan perbekalan kesehatan di Arab Saudi, serta melaksanakan stock opname obat dan

perbekalan kesehatan di Arab Saudi.

d. Perkembangan e-Logistik

Informasi ketersediaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) merupakan

aspek yang penting dalam pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan baik di tingkat

Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Informasi yang tersedia hendaknya merupakan

informasi yang akurat, tepat dan cepat sehingga dapat digunakan untuk semua pihak

yang membutuhkan. Berkaitan dengan hal tersebut, Direktorat Bina Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan telah mengembangkan aplikasi ketersediaan obat di tingkat

Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota yang dinamakan Sistem e-Logistik yang digunakan

dalam manajemen pengelolaan dan pemantauan ketersediaan obat di Instalasi Farmasi.

Sistem e-Logistik adalah aplikasi pengelolaan obat dan BMHP di Instalasi

Farmasi Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mendukung pelaporan, pencatatan,

dan pengelolaan obat dan BMHP. Tujuan dari sistem e-Logistik yaitu :

a. Memastikan ketersediaan obat dan BMHP di daerah

b. Meningkatkan efektifitas pemantauan ketersedian obat dan BMHP di daerah

c. Mempermudah realokasi obat dari daerah yang berlebih ke daerah yang kekurangan

sehingga obat dan BMHP dapat diserap dengan optimal.

(17)

Modul e-Logistik terdiri dari :

1) Manajemen Profil Kabupaten/Kota

2) Manajemen Logistik

3) Laporan Rutin

Pada tahun 2014 telah dilakukan upaya untuk perbaikan dan pengembangan sistem

e-Logistik antara lain:

1) Updating master data obat dan perbekalan kesehatan.

Updating master data obat dan perbekalan kesehatan diperlukan untuk

menjadi fondasi dalam pengembangan e-Logistik. Sumber data obat dan perbekalan

kesehatan dapat berasal dari beberapa sumber dengan variasi yang berbeda.

2) Penguatan Tim Pengelola e-Logistik Pusat.

Dalam tim pengelola e-Logistik di pusat, dibutuhkan tim yang solid. Oleh

karena itu penguatan level di pusat harus diutamakan terlebih dahulu agar sosialisasi

di daerah dapat berjalan dengan baik. Selain itu, dibutuhkan administrator e-Logistik

yang mempunyai tugas untuk memantau data yang masuk ke bank data, serta help

desk untuk membantu keluhan dan permasalahan yang terjadi di daerah.

3) Uji coba software baru e-Logistik sistem di beberapa Provinsi..

Dengan melaksanakan uji coba, masukan dan diskusi terkait fungsi, manfaat

dan kemudahan penggunaan dapat dilihat dan segera di follow up untuk

penyempurnaan aplikasi e-Logistik.

B. KEADAAN YANG INGIN DICAPAI

Tahun 2019 adalah tahun akhir periode Renstra 2015-2019. Keadaan yang ingin dicapai

dari pelaksanaan kegiatan peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan

adalah:

1. Tersedianya obat dan vaksin di Puskesmas mencapai minimal 90%.

2. Instalasi Farmasi Kabupaten Kota yang melaksanakan manajemen pengelolaan obat dan

(18)

BAB III

KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Kebijakan, strategi serta upaya yang akan dilakukan Direktorat Bina Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan untuk mencapai target indikator kinerja kegiatan antara lain:

1. Melakukan advokasi kepada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk meningkatkan

alokasi anggaran obat, vaksin dan perbekalan kesehatan sesuai dengan kebutuhan daerah.

2. Melakukan sosialisasi dan advokasi terhadap penyelenggara pelayanan kesehatan dan

penyedia obat (produsen dan distributor) mengenai kebijakan penyediaan obat dengan

menggunakan e-katalog obat, sehingga proses pengadaan dapat berjalan dengan lancar.

3. Pengendalian harga obat, regulasi terkait jaminan ketersediaan dan keterjangkauan obat,

pengadaan buffer stok serta obat dan vaksin program, penerapan kebijakan pengelolaan obat

satu pintu, peningkatan kapasitas SDM Farmasi di Pusat dan Daerah, penerapan wilayah bebas

korupsi, pengalokasian anggaran distribusi dan dekonsentrasi, pembekalan manajemen

pengelolaan obat dan vaksin, penyusunan pedoman pengelolaan obat khusus untuk DTPK,

pemberian bantuan pembangunan dan renovasi IFK dari DAK untuk meningkatkan mutu

penyimpanan obat, serta peningkatan koordinasi lintas program dan lintas sektor.

4. Melakukan advokasi kepada Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk memenuhi

kebutuhan tenaga kefarmasian dan melakukan Training Of Trainer (TOT) tentang manajemen

(19)

BAB IV

RENCANA AKSI KEGIATAN

A. PENCAPAIAN RENCANA AKSI KEGIATAN DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN

PERBEKALAN KESEHATAN TAHUN 2010 – 2014

Pada periode tahun 2010-2014, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

telah meraih kemajuan dalam manajemen logistik obat dan perbekkes. Ketersediaan obat dan

vaksin telah mencapai 100,51% di tahun 2014 dari semula 82% di tahun 2010. Instalasi Farmasi

Kabupaten/Kota yang memenuhi standar juga telah meningkat menjadi 87,53% di tahun 2014

dari semula 32,8% di tahun 2010. Persentase penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan

kesehatan pemerintah mencapai 85,90% di tahun 2014 dari semula 81,59% di tahun 2011. Hal

ini menjadi pendukung bagi pelayanan kesehatan, untuk menjamin tersedianya obat, vaksin,

dan perbekalan kesehatan dalam jumlah dan jenis sesuai kebutuhan.

Tantangan yang harus diantisipasi dalam periode tahun 2015-2019 adalah disparitas

ketersediaan obat antar wilayah, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Salah satu penyebab terjadinya

hal ini adalah belum optimalnya pemanfaatan sistem informasi terkait manajemen logistik, misal.

e-logistik, pemantauan e-purchasing, sampai dengan pengendalian harga obat. Ketersediaan

obat dan vaksin akan dipantau sampai ke tingkat Puskesmas. Selain itu, kualitas manajemen

logistik obat dan perbekalan kesehatan juga menjadi perhatian, mengingat semakin banyak

pihak yang menyadari arti penting pengelolaan obat satu pintu (one gate policy). Dengan

demikian, menjadi hal yang prioritas untuk meningkatkan manajemen logistik obat dan

perbekalan kesehatan, terutama di sektor publik.

B. INDIKATOR KINERJA KEGIATAN DAN TARGET TAHUN 2015-2019

Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 menjelaskan bahwa sasaran dari

kegiatan peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan adalah tersedianya

obat, vaksin dan perbekalan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau di pelayanan

kesehatan pemerintah. Untuk dapat mencapai sasaran tersebut secara terarah maka

ditetapkan indikator kinerja kegiatan (IKK) dan target yang dapat dilihat pada tabel dua.

C. TATALAKSANA INDIKATOR KINERJA KEGIATAN TAHUN 2015-2019

1. Definisi Operasional (DO)

Untuk menyamakan persepsi dalam operasionalisasi pencapaian indikator kinerja

kegiatan, maka dirumuskan Definisi Operasional (DO) dari masing-masing indikator yang

(20)

KEGIATAN SASARAN IKK TARGET

Tabel 2. Sasaran dan Target Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

NO INDIKATOR KINERJA URAIAN

1 Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas

Definisi Operasional :

Tersedianya obat dan vaksin indikator di Puskesmas untuk program pelayanan kesehatan dasar.

Pemantauan dilaksanakan terhadap 20 item obat indikator.

Perhitungan :

Menghitung persentase ketersediaan obat/ vaksin Puskesmas dengan menggunakan rumus berikut:

Jumlah kumulatif item obat indikator

yang tersedia di (n) Puskesmas x 100% Jumlah (n) Puskesmas yang melapor X

Jumlah total item obat indikator

2 Persentase instalasi farmasi Kabupaten/ Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar

Definisi Operasional :

Instalasi Farmasi Kab/Kota (IFK) yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin atau manajemen pengelolaan obat sesuai standar dengan skor minimal 70.

Perhitungan :

Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin atau manajemen pengelolaan obat sesuai standar (S) dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Jumlah IF Kab/Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan

vaksin sesuai standar x 100%

Jumlah IF Kab/Kota seluruh Indonesia

(21)

2. Batasan dan Ketentuan

a. Indikator Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas

1) Dasar Pemilihan Puskesmas dan Kabupaten/Kota

Puskesmas yang terpilih sebagai sampel berjumlah 1.328 Puskesmas dan

tersebar di 34 Provinsi di Indonesia. Puskesmas tersebut ditetapkan berdasarkan

metode proportional random sampling berbasis Provinsi sesuai jumlah dan rasio

Puskesmas perawatan dan non perawatan.

2) Dasar Pemilihan Item Obat dan Vaksin Indikator

Obat dan vaksin yang dipilih sebagai obat dan vaksin indikator merupakan

obat dan vaksin pendukung program kesehatan ibu, kesehatan anak,

penanggulangan penyakit, serta obat pelayanan kesehatan dasar yang banyak

digunakan dan terdapat di dalam Formularium Nasional. Item obat dan vaksin

indikator dapat dilihat pada tabel 4.

NO NAMA OBAT BENTUK SEDIAAN

1 Albendazol Tablet

2 Amoxicillin 500 mg Tablet

3 Amoxicillin Syrup

4 Deksametason Tablet

5 Diazepam 5 mg/mL Injeksi

6 Epinefrin (Adrenalin) 0,1% (sebagai HCL) Injeksi 7 Fitomenadion (Vitamin K) Injeksi

8 Furosemid 40 mg Tablet

9 Garam oralit Serbuk

10 Glibenklamid Tablet

11 Kaptopril Tablet

12 Magnesium Sulfat 20 % injeksi

13 Metilergometrin Maleat 0,200 mg-1 ml injeksi 14 Obat Anti Tuberculosis dewasa Tablet

15 Oksitosin injeksi

16 Parasetamol 500 mg Tablet

17 Tablet Tambah Darah Tablet

18 Vaksin BCG injeksi

19 Vaksin TT injeksi

20 Vaksin DPT/ DPT-HB/ DPT-HB-Hib injeksi

(22)

3) Contoh Perhitungan dan Formulir Pelaporan

Contoh perhitungan dan format pelaporan dapat dilihat pada lampiran satu.

4) Mekanisme Pelaporan

 Periode pencatatan data di Puskesmas dilakukan pada tanggal 25 setiap bulannya. Jika tanggal 25 jatuh pada hari libur, maka pencatatan dilakukan pada

hari kerja berikutnya.

 Puskesmas melaporkan data ketersediaan obat dan vaksin indikator ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota paling lambat tanggal satu bulan berikutnya.

 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi paling lambat tanggal lima bulan berjalan.

 Dinas Kesehatan Provinsi melaporkan ke Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan paling lambat tanggal sepuluh bulan berjalan melalui

email obat.publik@kemkes.go.id atau fax ke 021-521 4872 atau melalui surat.

Pelaporan selain melalui email/fax/surat, dapat disampaikan melalui media

komunikasi lainnya.

b. Indikator Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang Melakukan

Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar

1) Kriteria

Skor total minimal yang digunakan sebagai standar adalah 70. Penilaian

meliputi porsi sumber daya (60%) dan porsi manajemen pengelolaan (40%).

2) Bobot Penilaian, Contoh Perhitungan dan Formulir Pelaporan

Bobot penilaian, contoh perhitungan dan formulir pelaporan dapat dilihat pada

lampiran dua.

3) Mekanisme Pelaporan

 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi

berupa hasil perhitungan Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang

Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar paling

lambat tanggal 1 Mei atau 1 Oktober setiap tahun. Sedangkan Dinas Kesehatan

Provinsi melaporkan ke Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

berupa data rekapitulasi IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan

Vaksin Sesuai Standar di wilayahnya paling lambat tanggal 1 Juni atau 1

November setiap tahun melalui email obat.publik@kemkes.go.id atau melalui fax

ke 021-5214872 atau melalui surat, dengan menggunakan formulir pada

(23)

 Apabila ada perubahan data Instalasi Farmasi, maka Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota mengirimkan laporan untuk periode berikutnya dan apabila tidak

ada perubahan data Instalasi Farmasi maka Kabupaten/Kota tidak perlu

mengirimkan laporan untuk periode berikutnya.

 Dinas Kesehatan Provinsi dapat melakukan verifikasi atas penilaian dan skor

yang diberikan oleh Kabupaten/Kota.

D. KEGIATAN PENDUKUNG INDIKATOR KINERJA KEGIATAN TAHUN 2015-2019

Kegiatan peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan didukung

dengan lima keluaran yang dituangkan dalam dokumen Kertas Kerja Tahunan dan Rencana

Kerja Kementerian/Lembaga sebagai berikut :

1. NSPK Bidang Obat Publik dan Perbekalan kesehatan

2. Paket Penyediaan Obat dan Vaksin Program Kesehatan

3. Tata Kelola Obat dan Perbekalan Kesehatan

4. Data dan Informasi Publik Bidang Obat dan Perbekalan Kesehatan

5. Layanan Umum

Masing-masing keluaran tersebut memiliki komponen kegiatan beserta anggaran yang

(24)

BAB V

PENUTUP

Rencana Aksi Kegiatan (RAK) Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

periode 2015-2019 adalah panduan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Bina Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk periode lima tahun. Dokumen perencanaan ini mengacu

pada rencana strategis dan sasaran yang telah ditetapkan pada tingkat Kementerian Kesehatan.

Keberhasilan pelaksanaan RAK ini sangat ditentukan oleh kesiapan kelembagaan,

ketatalaksanaan, sumber daya manusia dan ketersediaan anggaran, serta komitmen semua

pimpinan dan staf Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Tidak kalah pentingnya

bahwa keterlibatan para pemangku kepentingan utama baik dalam bentuk koordinasi, partisipasi

maupun pemberdayaan juga sangat besar peranannya dalam keberhasilan pelaksanaan RAK ini.

Selanjutnya untuk menjaga keselarasan dan konsistensi dalam pelaksanaannya, akan

dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala. Apabila diperlukan, dapat dilakukan

perbaikan/revisi penyesuaian muatan pada RAK ini, termasuk indikator kinerjanya yang

dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang berlaku dan tanpa mengubah peran dan fungsi yang

optimal dalam pencapaian pelayanan kesehatan yang prima, merata dan terjangkau dengan

mengacu kepada Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.

(25)
(26)

LAMPIRAN 1

CONTOH PERHITUNGAN DAN FORMAT PELAPORAN INDIKATOR PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN DI PUSKESMAS

6 Epinefrin (Adrenalin) injeksi

0,1% (sebagai HCL) Ampul 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0

7 Fitomenadion (Vitamin K) injeksi Ampul

1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

13 Metilergometrin Maleat inj

0,200 mg-1 ml Ampul 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1

20 Vaksin DPT/ DPT-HB/ DPT-HB-Hib Vial

1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1

Jumlah item obat indikator yang

tersedia di Puskesmas 20 16 15 13 18 19 17 18 20 15 18 16 19 17

Jumlah Puskesmas yang melapor 14

Jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di Puskesmas

241

Persentase Ketersediaan

Obat/Vaksin di Puskesmas = (241/(14*20))*100%

= 86.07%

Satuan

Ketersediaan Ada / Tidak

Provinsi Aceh Provinsi Sulawesi Barat Provinsi Kalimantan Timur

Kab Aceh Timur Kota Banda Aceh Kab Mamuju Kab Mamasa Kab Berau

(27)

LAMPIRAN 2

BOBOT PENILAIAN, CONTOH PERHITUNGAN DAN FORMULIR PELAPORAN INDIKATOR PERSENTASE INSTALASI FARMASI KABUPATEN/KOTA YANG MELAKUKAN MANAJEMEN PENGELOLAAN OBAT DAN VAKSIN

SESUAI STANDAR

KABUPATEN/KOTA : ……….

No Perhitungan Skor Skor

1

a. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) 5

b. Seksi Farmasi 3 3

c. Lain-lain/Selain a dan b 1

2

2.1. Penanggung Jawab Instalasi Farmasi (Bobot = 7,5)

- Apoteker 5 5

-2

- Tenaga Lainnya 1

2.2. Jumlah Sumber Daya Manusia (Bobot = 7,5)

- > 7 Orang 4

- 4-7 Orang 3 3

- < 4 Orang 1

3

a. Tersedia biaya untuk ketiganya 5 5 b. Tersedia dua jenis biaya operasional 4

c. 3

1) Administrasi 1 1

2) Penyimpanan Umum 1 1

3) Tempat Penyimpanan Khusus 1 1

4) Area Karantina 1

5) Area Distribusi/Penyerahan 1

4.2.

b. Kendaraan roda dua 1

4.4. Pengaman

a. Alarm 1 1

b. Teralis 1 1

c. Alat Pemadam Api Ringan/ Kebakaran 1 1

d. Pagar 1 1

e. Pintu ganda (non besi dan besi) 1 1

4.5

a. Rak 1 1

b. 1

c. Lemari Khusus Narkotika/ Psikotropika 1

d. Lemari Es 1 1

e. 1

f. Pallet 1 1

g. Air Conditioning 1 1

h. Generator Set (Genset) 1 1

i. Trolley/ Kereta Dorong 1 1

j. Termometer ruangan 1 1

k. Exhause Fan 1 1

26

=4,5+7,5+5,63 +7,5+22,29=47 ,42

Total Skor Sumber Daya (A) = Jumlah Skor No. 1 s.d. Skor No. 4 (Komponen) Sarana dan Prasarana (Bobot = 30)

Skor = Jumlah subtotal skor x 30 35

=(26X30)/35=2 2,29

Luas Gudang

Cukup ( Dapat menyimpan seluruh obat yang dikel

Administrasi dan Pengolah Data

Kendaraan roda empat / Sarana transportasi air

Penyimpanan

Cold Chain

Handpallet (Pallet dorong dengan mesin)

Skor = subtotal skor x 7,5 4

Biaya Lain-lain, contoh : biaya jaringan/modem Skor = subtotal skor x 7,5

5

=(5X7.5)/5= 7,5

Tersedia hanya satu jenis biaya operasional

Struktur Organisasi (Bobot = 7,5)

Skor = subtotal skor x 7,5 5

=(3X7.5)/5

=4,5

Sumber Daya Manusia (Bobot = 15)

Skor = subtotal skor x 7,5 5

=(5X7.5)/5= 7,5

Tenaga Teknis Kefarmasian (Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi)

Komponen Subskor

(28)

1

a. 2 2

b. 1 1

c. 1 1

4

2 Penerimaan (Bobot = 5)

a. 2 2

a. Tersedia SOP Distribusi Obat 2 2

b. Tersedia petugas distribusi 1 1

c. Tersedia jadwal distribusi 1 1

d. 1 1 d. Sistem E-logistik dilaksanakan dengan baik 1 e. Stok opname dilakukan secara periodik 1

f. 1 1

a. Tersedia SOP Pemusnahan 2

b. Tersedia SK Tim Pemusnahan Obat 1

c. 1

Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi ke Puskesmas

Melaksanakan Pertemuan Koordinasi dengan Puskesmas

Total Skor Pengelolaan (B) = Jumlah Skor No. 1 s.d. Skor No. 8 (Komponen)

Maka Persentase Indikator = Total Skor Sumber Daya (A) + Total Skor Pengelolaan (B) Pemusnahan (Bobot = 5)

Skor = jumlah subskor x 5

5 0

Terlaksananya pemusnahan obat rusak/kadaluarsa Tersedia Berita Acara Pemusnahan Obat.

Pengembangan Kompetensi (Bobot = 5)

Skor = jumlah subskor x 5

4 =(4X5)/4 = 5 Melaksanakan Peningkatan Kapasitas SDM Puskesmas

Melaksanakan Bimbingan Teknis ke Puskesmas

Supervisi dan Evaluasi (Bobot = 5)

Skor = subskor x 5

4 =(4X5)/4 = 5 Tersedia SOP Supervisi dan Evaluasi

Tersedia Laporan Evaluasi terhadap Obat

Tersedia dokumen hasil supervisi periode sebelumnya.

Pencatatan dan Pelaporan (Bobot = 5)

Skor = jumlah subskor x 5 8

=(6X5)/8 =

3,75

Tersedia SOP Pencatatan dan Pelaporan

Tersedia kartu stok obat untuk setiap item obat dan diisi dengan benar

Tersedia Dokumen Dinamika Logistik Obat/ Laporan Mutasi Obat setiap bulan

Tersedia catatan tersendiri untuk obat rusak/ kadaluarsa Verifikasi data LPLPO Puskesmas dilakukan

Pengelompokan dilakukan secara jenis peruntukkan (program dan non program), bentuk sediaan dan alfabetis

Dilakukan pengamatan mutu obat secara organoleptis dan dicatat dalam buku catatan penyimpanan obat

Distribusi (Bobot = 5)

Skor = jumlah subskor x 5

6 =(6X5)/6= 5 Tersedia dokumen penyerahan/pengiriman obat dan

perbekalan kesehatan

Tersedia sarana untuk repacking obat seperti kardus, plastik obat dsb

Penyimpanan (Bobot = 5)

Skor = jumlah subskor x 5

10 =(8X5)/10 = 4 Tersedia SOP Penyimpanan Obat

Ruang penyimpanan terlihat bersih dan rapi

Ruang penyimpanan bebas dari binatang pengerat dan serangga.

Ventilasi, sirkulasi udara dan penerangan gudang cukup memadai.

Obat rusak/expired disimpan terpisah

Penataan stok memperhatikan tanggal kadaluwarsa Tersedia ruang yang cukup untuk bergerak

Skor = jumlah subskor x 5

6 =(6X5)/6= 5 Tersedia SOP Penerimaan Obat

Tersedia Buku Penerimaan Obat

Tersedia petugas yang diberi tanggung jawab

Petugas memeriksa kesesuaian antara obat yang diterima dengan item obat yang dikirim yang tercatat pada dokumen pengiriman

Petugas memeriksa kondisi kemasan dan tanggal kadaluwarsanya

Pengelolaan (B)

Perencanaan (Bobot = 5)

Skor = jumlah subskor x 5

4 =(4X5)/4= 5 Tersedia SOP Perencanaan Obat

(29)

LAMPIRAN 3

(30)

LAMPIRAN 4

MATRIKS RENCANA KEGIATAN DAN KERANGKA PENDANAAN DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN TAHUN 2015-2019

KINERJA ALOKASI ANGGARAN (dalam Juta Rupiah)

2015 2016 2017 2018 2019

OUTPUT 1:

NSPK Bidang Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

Anggaran : 2,915.29 5,413.30 5,792.20 6,197.70 6,631.50

KOMPONEN : - Penyusunan dan Evaluasi Harga Obat 188.1 565.6 605.2 647.6 692.9

- Evaluasi dan Perencanaan Monitoring Harga

Obat

340.4 1,117 1,194.8 1,278.4 1,367.9

- Monitoring Harga Obat di Apotek dan Rumah

Sakit

312.5 759 812.2 869.1 929.9

- Penerapan e-Catalogue 652.5 1,887.0 2,019.1 2,160.4 2,311.6

- Penetapan Harga Obat dalam Sistem

e-Catalogue

342.5 594.8 636.4 681.0 728.7

- Penerapan Sistem e-Monev e-Catalogue 1,020.1 206.8 221.3 236.8 253.3

- Evaluasi Pengadaan dan Penerimaan Obat,

Perbekalan Kesehatan dan Vaksin

59.1 283.4 303.2 324.5 347.2

OUTPUT 2:

Paket Penyediaan Obat dan Vaksin Program Kesehatan

Anggaran : 1,504,224.7 2,842,783.20 3,041,778.00 3,254,702.50 3,482,531.70

KOMPONEN : - Pengadaan Obat, Vaksin dan Perbekalan

Kesehatan

(31)

- Koordinasi Penyusunan Perencanaan Kebutuhan Obat Bagi FKTP

- 1,005.3 1,075.7 1,151.0 1,231.5

- Penyusunan Rencana Kebutuhan Obat Program

Kesehatan Nasional

66.1 903.4 966.6 1,034.3 1,106.7

- Penyusunan Rencana Kebutuhan Obat dan

Perbekkes Haji

143.7 270.1 289.0 309.2 330.9

- Bimbingan Teknis Penerapan Aplikasi Sistem

e-Logistik

300.0 541.7 579.6 620.2 663.6

- Penerapan Sistem e-Logistik 306.6 844.3 903.4 966.6 1,034.3

- Evaluasi Ketersediaan Obat di FKTP - 185.3 198.3 212.1 227.0

- Penerapan e-Logistic & e-Catalogue (DEKON) 717.0 3,117.6 3,335.8 3,569.3 3,819.2

- Monitoring Ketersediaan Obat dan Vaksin

(DEKON)

1,276.3 3,119.9 3,338.3 3,572.0 3,822.0

- Harmonisasi & Integrasi Perencanaan

Kebutuhan Obat (RKO), Pengelolaan Obat Satu Pintu (One Gate Policy) (DEKON)

2,890.3 4,285.5 4,585.5 4,906.5 5,249.9

OUTPUT 3:

Tata Kelola Obat dan Perbekalan Kesehatan

Anggaran : 11,780.64 18,456.60 19,748.60 21,131.00 22,610.10

KOMPONEN : - Bimbingan Teknis Manajemen Pengelolaan

Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Sektor Pemerintah

(32)

- Pedoman Pengelolaan Sediaan Farmasi, Vaksin dan BMHP di Puskesmas

- 495.3 530.0 567.1 606.8

- Operasional Instalasi Farmasi Pusat 312.8 137.1 146.7 157.0 168.0

- Stock Opname Obat Buffer Stock Pusat 84.8 209.6 224.3 240.0 256.8

- Penerimaan dan Stok Opname Obat dan

Perbekkes Haji di Arab Saudi

1,059.4 1,130.5 1,209.6 1,294.3 1,384.9

- Pemilihan Tenaga Kefarmasian Berprestasi

dalam Pengelolaan Obat dan Perbekkes Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota

224.1 279.7 299.3 320.2 342.6

- Pedoman Pengelolaan Obat Haji di Arab Saudi

dan Embarkasi

- 392.7 420.2 449.6 481.1

- Pedoman TOT Manajemen Pengelolaan Obat

Terpadu di Kabupaten/Kota

- 957.4 1,024.4 1,096.1 1,172.9

- Advokasi Manajemen Pengelolaan Obat dan

Vaksin Terpadu di Instalasi Farmasi kepada Mahasiswa Program Profesi Apoteker

- 370.7 396.6 424.4 454.1

- Advokasi Peningkatan Kapasitas Institusi dalam

Management Supply Chain Sediaan Farmasi, Vaksin dan BMHP

(33)

- Sosialisasi Standar Pengelolaan Sediaan Farmasi, Vaksin dan BMHP

- 560.7 600.0 641.9 686.9

- Biaya Distribusi Obat dan Perbekalan

Kesehatan

2,619.9 3,613.4 3,866.3 4,137.0 4,426.6

- Pembekalan Tenaga Kefarmasian dalam

Pengelolaan Obat dan Vaksin di IF Kab/Kota (DEKON)

500.7 2,401.3 2,569.4 2,749.3 2,941.7

- Biaya Pengelolaan dan Pengemasan Kembali

Obat Program di Provinsi (DEKON)

6,606.6 6,340.5 6,784.3 7,259.3 7,767.4

OUTPUT 4:

Data dan Informasi Publik Bidang Obat dan Perbekalan Kesehatan

Anggaran : 1,526.4 8,015.60 8,576.70 9,177.10 9,819.50

KOMPONEN : - Penyusunan Program dan Rencana Kerja Dit.

Bina Obat Publik dan Perbekkes

89.0 184.2 197.1 210.9 225.7

- Penyusunan Laporan Tahunan 36.6 137.8 147.4 157.8 168.8

- Penyusunan Dokumen Kegiatan Direktorat Bina

Obat Publik dan Perbekkes dalam rangka mendukung Reformasi Birokrasi

- 92.9 99.4 106.4 113.8

- Evaluasi Program Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan

257.5 625.8 669.6 716.5 766.6

- Pemantauan dan Evaluasi Capaian Indikator

Kinerja

73.7 503.7 539.0 576.7 617.1

- Rapat Konsultasi Teknis Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan

(34)

- Pemantauan Program Obat Publik dan perbekalan Kesehatan

393.4 1,047.7 1,121.0 1,199.5 1,283.5

- Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja 44.4 138.2 147.9 158.2 169.3

- Bimbingan Wilayah Dit. Bina Obat Publik dan

Perbekkes

- 2,955.6 3,162.5 3,383.9 3,620.8

- Evaluasi Kebijakan Pemenuhan Obat dan

Perbekalan Kesehatan

- 296.0 316.7 338.9 362.6

- Pemantauan Pasar Obat dan Perbekalan

Kesehatan

- 987.2 1,056.3 1,130.3 1,209.4

- Evaluasi Data Pasar Obat dan Perbekalan

Kesehatan

- 32.6 34.9 37.3 39.9

OUTPUT 5:

Layanan Umum

Anggaran : 3,982.9 6,636.80 7,101.40 7,598.50 8,130.40

KOMPONEN : - Operasional dan Pemeliharaan Kantor 2,018.3 2,431.3 2,601.5 2,783.6 2,978.5

- Peralatan dan Mesin 351.6 230.1 246.2 263.4 281.9

- Penyusutan Berkas 15.7 46.4 49.6 53.1 56.8

- Koordinasi Kerja Bidang Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan

763.4 1,500.0 1,605.0 1,717.4 1,837.6

- Peningkatan Kinerja Pegawai Dit. Bina Obat

Publik dan Perbekkes

440.5 446.6 477.9 511.3 547.1

- Penyelesaian Administrasi Perbendaharaan

Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekkes

63.8 97.2 104.0 111.3 119.1

(35)

- Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Luar Negeri

222.1 1,604.4 1,716.7 1,836.9 1,965.5

- Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia

Dalam Negeri

33.7 159.7 170.9 182.8 195.6

6,636.8 7,101.4 7,598.5 8,130.4

(36)

Gambar

Gambar 1. Komposisi Pegawai Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Berdasarkan Pendidikan
Gambar 2. Struktur Organisasi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Gambar 3. Realisasi e-Purchasing Tahun 2013-2014
Tabel 1. Data Pemenang Tenaga Kefarmasian Pengelola Obat Berprestasi  Tahun 2011-2014
+3

Referensi

Dokumen terkait

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan

Sasaran Kegiatan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan adalah Meningkatnya Pengendalian Pra dan Pasca Pemasaran Alat Kesehatan dan Perbekalan

Gambar 16. Dokumentasi Kegiatan Pembekalan Teknis Pengelolaan Obat dan Perbekkes Tahun 2015 di Semarang, Jawa Tengah.. Laporan Akuntabilitas Kinerja Dit. Bina Obat Publik dan

Kesehatan c.q. Direktorat Pelayanan Kefarmasian setiap tiga bulan.. Grafik Capaian Indikator Persentase Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas pada Tahun 2016. Tabel

Berkaitan dengan hal tersebut, Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan telah membangun dan mengembangkan aplikasi e-Logistik, yaitu aplikasi

Persentase jumlah item obat indikator yang tersedia di puskesmas Persentase IFK yang melaksanakan pengelolaan obat sesuai standar. Persentase

Definisi Konsep dan Definisi Operasional Penelitian Konstruk Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional Indikator Instrumen Skala Kebijakan Publik Rangkain keputusan,

Persentase indikator tingkat pengetahuan Indikator Persentase % Definisi ISPA 90,76 Gejala ISPA 92,03 Faktor penyebab 89,13 Golongan obat 77,54 Efek samping obat 83,15