• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - LAK Dit. Bina Usaha dan Pelaku Distribusi 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - LAK Dit. Bina Usaha dan Pelaku Distribusi 2016"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Laporan Kinerja merupakan suatu bentuk ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas dan lengkap tentang capaian kinerja yang disusun berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Selain itu, Laporan Kinerja ini bertujuan untuk mendorong instansi pemerintah melaksanakan Good Governance, karena Laporan Kinerja merupakan dasar untuk mengukur kinerja instansi pemerintah secara transparan, sistematik dan dapat dipertanggungjawabkan, memberikan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dengan instansi pemerintah, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Laporan Kinerja juga menjadi kebutuhan bagi instansi pemerintah dalam melakukan pemantauan kesesuaian orientasi pelaksanaan tugas dan fungsi dengan pencapaian visi-misi pemerintah, serta tujuan dan sasaran organisasi secara menyeluruh.

Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi sebagai instansi pemerintah dibawah Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan dan juga sebagai unsur penyelenggara Negara diwajibkan menetapkan target kinerja dan melakukan pengukuran kinerja yang telah dicapai serta menyampaikan Laporan Kinerja. Penyusunan Laporan Kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi tahun 2016 bertujuan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi dalam satu tahun anggaran agar dapat diambil suatu tindakan perbaikan atau antisipasi apabila ditemukan adanya penyimpangan terhadap perencanaan kinerja. Pada akhirnya, proses pelaksanaan program dan kegiatan dapat berjalan baik dan selaras dengan tujuan dan sasaran strategis Kementerian Perdagangan. Oleh karena itu, substansi penyusunan Laporan Kinerja didasarkan pada hasil-hasil capaian indikator kinerja pada Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi.

(2)

2

dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 mewajibkan setiap instansi pemerintah menyusun laporan kinerja dan laporan keuangan untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan sesuai tugas dan fungsinya, termasuk pengelolaan sumber daya dengan didasarkan suatu perencanaan strategis. Pertanggungjawaban dimaksud dilaporkan kepada pemberi mandat, pimpinan masing-masing instansi, lembaga pengawasan dan penilai akuntabilitas, dan akhirnya disampaikan kepada Presiden. Sebagai tindak lanjut dari penetapan dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014, tanggal 18 Agustus 2015 Kementerian Perdagangan telah menetapkan Pedoman Penyusunan Dokumen SAKIP di lingkungan Kementerian Perdagangan yang tertuang dalam Surat

Keputusan Menteri Perdagangan “Penyusunan laporan kinerja bertujuan untuk

memantau kesesuaian orientasi pelaksanaan tugas dan fungsi dengan pencapaian visi-misi pemerintah, serta tujuan dan sasaran Kementerian Perdagangan”, Nomor 794 Tahun 2015 yang merupakan revisi dari Kepmendag Nomor 1011 Tahun 2012.

B. PERAN STRATEGIS DAN STRUKTUR ORGANISASI

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No: 57/M-DAG/PER/8/2012 tentang Perubahan Atas Permendag No. 31/M-DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan, maka Direktorat Bina Usaha Perdagangan mengemban tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang usaha perdagangan.

Guna menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana tersebut di atas, susunan organisasi Direktorat Bina Usaha Perdagangan terdiri dari :

1.Subdit Kelembagaan dan Penguatan Usaha

(3)

3

2.Subdit Usaha Dagang Asing dan Keagenan

Subdirektorat Usaha Dagang Asing dan Keagenan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, kriteria, dan penyiapan pemberian bimbingan teknis serta evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan usaha dagang asing dan keagenan.

3.Subdit Jasa Perdagangan

Subdirektorat Jasa Perdagangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang jasa perdagangan.

4.Subdit Informasi Perusahaan

Subdirektorat Informasi Perusahaan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, kriteria, dan penyiapan pemberian bimbingan teknis serta evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang informasi perusahaan

5.Subdit Pelaku Pasar

Subdirektorat Pelaku Pasar mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, kriteria, dan penyiapan pemberian bimbingan teknis serta evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang pelaku pasar.

6.Subbag Tata Usaha

(4)

4

Struktur organisasi Direktorat Bina Usaha Perdagangan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.2 - Struktur Organisasi Bina Usaha Perdagangan

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No: 08/M-DAG/PER/2/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan, terjadi perubahan nomenklatur semula Direktorat Bina Usaha Perdagangan

menjadi Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi yang mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervise, serta evaluasi dan pelaporan di bidang pembinaan usaha perdagangan dan pelaku distribusi.

Guna menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana tersebut di atas, susunan organisasi Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi terdiri dari :

1.Subdirektorat Distribusi Langsung dan Waralaba

(5)

5

prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang distribusi langsung dan waralaba.

2.Subdirektorat Distribusi Tidak Langsung

Subdirektorat Distribusi Tidak Langsung mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, evaluasi dan pelaporan di bidang distribusi tidak langsung.

3.Subdirektorat Jasa Perdagangan Distribusi dan Bisnis

Subdirektorat Jasa Perdagangan Distribusi dan Bisnis mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta evaluasi dan pelaporan di bidang jasa perdagangan distribusi dan bisnis.

4.Subdirektorat Perdagangan Melalui Sistem Elektronik

Subdirektorat Perdagangan Melalui Sistem Elektronik mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta evaluasi dan pelaporan di bidang perdagangan melalui sistem elektronik.

5.Subdirektorat Informasi Perusahaan

Subdirektorat Informasi Perusahaan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta evaluasi dan pelaporan di bidang informasi perusahaan.

6.Subbagian Tata Usaha

(6)

6

Struktur organisasi Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi dapat dilihat pada tabel berikut :

Komposisi pegawai Direktorat Bina Usaha Perdagangan Tahun 2016 berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada table berikut :

SLTP SLTA D3 S1 S2

Jumlah 1 6 1 16 16

Tabel 1.1 - Komposisi pegawai berdasarkan pendidikan

C. ANALISIS PERKEMBANGAN ISU STRATEGIS

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi menghadapi situasi dan kondisi lingkungan yang berkembang dinamis, baik internal maupun eksternal. Beberapa hal yang cukup strategis dan berpengaruh terhadap pencapaian Kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi.

Permasalahan internal, yaitu minimnya jumlah Sumber Daya Manusia (SDM). Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi terdiri dari 5 Subdit, 10 Seksi dan 1 Sub

(7)

7

Bagian Tata Usaha dengan jumlah pegawai sebanyak 40 Orang. Menurut analisa beban kerja (ABK) 2016, idealnya Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi memiliki jumlah pegawai sebanyak 58 Orang.

Permasalahan eksternal antara lain :

1. Perlunya harmonisasi kebijakan dan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah mengenai kebijakan waralaba untuk hal-hal antara lain : penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW) terutama penerbitan STPW yang penerbitannya diserahkan kepada Pemerintah Daerah, implementasi kebijakan waralaba, dan pembinaan dan pengawasan usaha waralaba.

2. Masih terdapat beberapa kasus perdagangan dengan sistem penjualan langsung yang tidak sesuai dengan peraturan yang ada, sehingga diperlukan koordinasi antara instansi teknis terkait (misal : OJK, BI, Dinas yang membawahi perdagangan di tingkat Provinsi maupun Kab/Kota, PTSP).

3. Kurangnya pemahaman aparatur daerah terhadap kebijakan jasa perdagangan khususnya di bidang Perusahaan Perantara Perdagangan Properti (P4) yang mengakibatkan pelaku usaha yang bukan dibidang P4 dikenakan kewajiban perijinan P4.

4. Pelaku usaha toko swalayan yang kurang kooperatif ketika dilakukan pengawasan di lapangan.

5. Banyak Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang tidak memiliki data toko swalayan dan pusat perbelanjaan di daerahnya.

6. Belum semua Pemerintah Kabupaten/Kota menerbitkan Izin Usaha Toko Swalayan (IUTS) sesuai ketentuan.

7. Keterbatasan Sumber Daya Manusia di daerah masih kurang terhadap pemahaman teknologi informasi sehingga menjadi hambatan dalam pengimplementasian penjualan secara elektronik dan pengimplementasian SIPO.

8. Kurangnya dukungan dari Kepala Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kabupaten/Kota dalam mengimplementasian SIPO.

(8)

8

10.Dengan adanya pengalihan wewenang penerbitan perijinan dari Dinas yang membidangi sektor perdagangan di daerah kepada PTSP, menimbulkan potensi permasalahan koordinasi yang kurang maksimal terutama terkait dengan pelaporan penerbitan perijinan dan non perijinan. Hal ini berimbas kepada sulitnya pemerintah pusat mendapatkan data dan informasi mengenai perijinan dan non perijinan tersebut.

11.Masih ada usulan atau masukan subtansi perpajakan untuk transaksi e-commerce dari Kementerian Keuangan yang masih membutuhkan

pembahasan lebih lanjut dengan Kementerian/Lembaga terkait.

12.UKM belum memiliki pengetahuan yang cukup mengenai perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

(9)

9

BAB II

PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA

A.RENCANA STRATEGIS

Perencanaan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi mengacu kepada Rencana Strategis Ditjen Perdagangan Dalam Negeri dan Rencana Strategis Kementerian Perdagangan tahun 2015 – 2019. Hal ini dikarenakan Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi tidak mempunyai rencana strategis sendiri.

Rencana Strategis Kementerian Perdagangan, 2015-2019 merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, yang disusun sebagai implementasi pelaksanaan kebijakan dan program bagi pembangunan perdagangan selama periode 2015-2019, yang menjadi tugas pokok dan fungsi Kementerian Perdagangan. Rencana Strategis ini disusun dengan mempertimbangkan perkembangan lingkungan strategik, baik di lingkungan internal maupun lingkungan eksternal yang saling berpengaruh dalam penyelenggaraan pembangunan perdagangan. Kementerian Perdagangan berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional, pengendalian inflasi, peningkatan penerimaan devisa dari ekspor, penciptaan lapangan kerja, dan pengembangan ekonomi regional. Secara singkat rencana strategis tersebut dapat dikemukakan dalam perumusan visi, misi tujuan, dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Renstra dimaksud dalam kurun waktu 2015-2019 sebagai berikut :

VISI

Pemerintahan periode 2015-2019 berkeyakinan bahwa bangsa Indonesia mampu bertahan apabila dipandu oleh suatu ideologi yaitu Pancasila dan Trisakti. Adapun Trisakti dijabarkan dalam: 1) Kedaulatan dalam politik, 2) Berdikari dalam ekonomi, dan 3) Kepribadian dalam kebudayaan. Dengan Trisakti sebagai dasar merupakan pembangunan Indonesia dalam 5 (lima) tahun kedepan, maka visi pemerintahan tahun 2015 - 2019 adalah sebagai berikut:

”Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”

(10)

10

MISI

Selanjutnya, untuk menjembatani visi dan misi pemerintah dalam melaksanakan Agenda Pembangunan Nasional, Kementerian Perdagangan memiliki 3 (tiga) misi dalam membangun sektor perdagangan, yaitu: 1. Meningkatkan pertumbuhan kinerja perdagangan luar negeri yang berkelanjutan.

2. Meningkatkan perdagangan dalam negeri yang bertumbuh dan berkualitas.

3. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik di sektor perdagangan.

Dalam melaksanakan visi dan misi pemerintah, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri (Ditjen PDN) mengemban amanah:

1.Peningkatan surplus neraca perdagangan yang bertumbuh dan berkelanjutan.

2.Penguatan konsumsi dalam negeri yang bertumbuh dan berkualitas. 3.Tata kelola reformasi birokrasi/pemerintahan yang baik di sektor

perdagangan.

TUJUAN

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi tersebut, ditetapkan beberapa program utama yang diusung Ditjen PDN periode 2015−2019 sebagai berikut :

1. Peningkatan pelayanan perizinan/non-perizinan sektor perdagangan dalam negeri melalui penyederhanaan prosedur dan waktu, serta harmonisasi kebijakan perdagangan dalam negeri.

2. Stabilisasi harga bahan pokok yang terkendali, agar kemampuan/daya beli masyarakat terjaga.

3. Penurunan disparitas harga bahan pokok antar provinsi.

4. Peningkatan kontribusi sektor perdagangan besar dan eceran terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

5. Pengembangan sarana distribusi perdagangan dalam mendukung kinerja logistik nasional.

6. Peningkatan penggunaan produk dalam negeri dan perubahan pola konsumsi.

Tujuan dan

(11)

11

SASARAN

Dari tujuan tersebut maka Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi menetapkan sasaran kinerja yang hendak dicapai seperti yang tertuang di dalam Sasaran Strategis Ditjen PDN Tahun 2015 antara lain :

1. Meningkatnya Pelayanan dan Kemudahan Berusaha Bidang PDN;

2. Kontribusi PDB Sub Sektor Perdagangan terhadap PDB Nasional Tanpa Migas.

Adapun dari sasaran tersebut, ditetapkanlah indikator kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi yang hendak dicapai dan dijadikan tolak ukur keberhasilan sasaran dalam perencanaan strategis ini antara lain :

1. Terintegrasinya layanan perijinan perdagangan dalam negeri di daerah dengan sistem informasi Kemendag;

2. Jumlah Pemberi/Penerima Waralaba Baru;

3. Jumlah Pelaku Usaha Jasa yang Bersertifikat;

4. Jumlah Pembinaan/Bimbingan Teknis di Bidang Kelembagaan dan Pelaku Usaha

5. Persentase Barang Produksi Dalam Negeri yang diperdagangkan di Toko Swalayan;

6. Jumlah Penyusunan Rekomendasi Peraturan Terkait Kebijakan Usaha Perdagangan.

(12)

12

Dalam melakukan perubahan Renstra ini, Kementerian Perdagangan senantiasa berkoordinasi dengan para pemangku

kepentingan, berpegangan kepada RPJPN 2005−2025 yang telah

dielaborasi dalam RPJMN 2015−2019 dan secara aktif melakukan analisis terhadap kekuatan dan potensi yang dimiliki serta tantangan dan permasalahan yang dihadapi, sehingga dapat dihasilkan sebuah rencana strategis yang komprehensif, optimis tetapi dapat diimplementasikan, dan berkesinambungan dengan RPJPN. Adapun Kontrak Kinerja pada Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Sasaran Indikator Kinerja Target

Terlaksananya perdagangan dalam negeri di daerah dengan sistem informasi Kemendag Jumlah Pelaku Usaha Jasa yang

Bersertifikat

Jumlah Pembinaan/Bimbingan Teknis di Bidang Pelaku Usaha Distribusi

Persentase Barang Produksi Dalam Negeri yang diperdagangankan di Toko Swalayan

10 Pelaku

Tabel 2.1 - Tabel Indikator Kinerja

Dari keenam Indikator Kinerja tersebut, Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi telah menentukan Indikator Kinerja Utama (IKU) yaitu:

1. Terintegrasinya layanan perijinan perdagangan dalam negeri di daerah dengan sistem informasi Kemendag

2. Jumlah Pemberi/Penerima Waralaba Baru

3. Jumlah Pelaku Usaha Jasa yang Bersertifikat

4. Jumlah Pembinaan/Bimbingan Teknis di bidang Pelaku Usaha Distribusi

(13)

13

6. Jumlah Penyusunan Rekomendasi Peraturan terkait Kebijakan Usaha

Perdagangan

KEBIJAKAN DAN PROGRAM

Untuk merealisasikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka dapat dicapai dengan cara mengembangkan kebijakan, program dan kegiatan secara optimal. Dimana hal tersebut dituangkan dalam formulir Rencana Strategis dan Rencana Kinerja.

Kebijakan merupakan ketentuan-ketentuan yang bersifat taktis strategis yang diambil dan ditetapkan untuk dijadikan pedoman dan petunjuk bagi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi. Kebijakan yang ditetapkan untuk mendorong dan memfokuskan pada usaha mencapai tujuan dan sasaran. Kebijakan untuk Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi yang selengkapnya dapat dilihat dalam Renstra Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri 2015-2019.

(14)

14

z

Tabel 2.2 - Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Perdagangan Dalam Negeri 2015-2019

B.

RENCANA KINERJA TAHUNAN DIREKTORAT BINA USAHA DAN

PELAKU DISTRIBUSI

Secara umum rencana kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi tahun 2016 merupakan penjabaran lebih lanjut dari Renstra Kementerian Perdagangan tahun 2015-2019 yang diselaraskan dengan Renstra Ditjen Perdagangan Dalam Negeri 2015-2019. Hal tersebut merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan yang akan dicapai selama tahun 2016. Oleh karena itu, rencana kinerja ini harus diwujudkan melalui pengelolaan dan dukungan sumber daya yang tersedia. Berikut adalah tabel rencana kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi tahun 2016:

(15)

15

Pengembangan Kelembangan Dan Pelaku Usaha Perdagangan

Uraian Indikator Target SATUAN

Terlaksananya

Tabel 2.3 - Rencana Kinerja

Untuk mencapai rencana kinerja tersebut di atas, maka secara detail Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi melaksanakan kegiatan sebagai berikut :

1. Identifikasi Pelaku Usaha

2. Temu Usaha Antara Pemasok dan Toko Swalayan

3. Dalam Rangka Pengawasan Toko Swalayan

4. Perumusan/Penyusunan Kebijakan di Bidang Jasa Perdagangan

5. Penyempurnaan Kebijakan Perpasaran

6. Perumusan/Penyusunan Kebijakan di Bidang E-Commerce

7. Penyusunan/Penyempurnaan Kebijakan di Bidang Perdagangan Langsung Waralaba

(16)

16

9. Deseminasi Peraturan Jasa Perdagangan

10.Deseminasi Kebijakan Distribusi Tidak Langsung

11.Penilaian Kegiatan Usaha Sistem Waralaba dan Penjualan Langsung

12.Pembinaan dan Pendampingan Pelaku Usaha Jasa Perdagangan

13.Pembinaan dan Pendampingan Pelaku Usaha Perdagangan Melalui Sistem Elektronik

14.Pengawasan Jasa Perdagangan, Distribusi dan Bisnis

15.Sosialisasi dan Penjaringan Penghargaan Waralaba Indonesia

16.Seleksi Penghargaan Waralaba Indonesia

17.Penilaian dan Penjurian Penghargaan Waralaba Indonesia

18.Penyerahan Penghargaan Waralaba Indonesia

19.Pengawasan Distribusi Langsung dan Waralaba

20.Sinergy Kebijakan Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi dengan Daerah

21.Fasilitasi UKM Waralaba/Potensial Waralaba dan Partisipasi Klinik Bisnis pada Expo di Dalam dan Luar Negeri

22.World Franchise Summit Indonesia 2016 (WFSI 2016)

23.Pengembangan dan Perluasan Sistem Informasi Perusahaan Online (SIPO)

24.Optimalisasi Implementasi SIPO

25.Pelayanan Informasi Perusahaan dan Pendaftaran Kartu Manual Garansi

26.Verifikasi dan Pengolahan Data Keagenan/Distributor dan P3A

(17)

17

Rencana Aksi Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi di Tahun 2016 sesuai dengan kontrak kinerja Direktur Bina Usaha dan Pelaku Distribusi pada triwulan ke 1, yaitu persiapan dari segi teknis maupun administratif dalam rangka pelaksanaan kegiatan di Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi. Pada triwulan ke 2, Direktorat menargetkan telah melaksanakan kegiatan sosialisasi, Focus Group Discussion (FGD), Diseminasi, Temu Usaha dengan daerah serta beberapa kegiatan yang sifatnya sinergi dengan stakeholders di daerah. Triwulan ke 3, Direktorat menargetkan finalisasi/penyelesaian rumusan kebijakan menjadi Permendag/PP/Perpres serta pelaksanaan sosialisasi kebijakan baru tersebut. Target triwulan ke 4, Direktorat menargetkan menyelesaikan seluruh kegiatan yang ada, baik yang sifatnya teknis maupun administratif.

Sasaran Indikator Kinerja Satuan Target Anggaran

(1) (2) (3) (4) (5)

Pelaku Usaha 10 1.008.939.000

Rancangan kebijakan di

bidang usaha perdagangan Rancangan 4 5.582.509.000

Pelaku Jasa di bidang perdagangan yang mendapat pembinaan

Pelaku 186 12.653.295.000

Daerah yang layanan perijinannya sudah terintegrasi dengan sistem informasi Kemendag

Kab/Kota 40 1.551.073.0001

Layanan Perijinan dan Non Perijinan kepada pelaku usaha

Pelaku Usaha

Terdaftar 200 587.804.000

Layanan Perkantoran Bulan

Layanan 12 5.196.380.000

(18)

18

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A.

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN DIREKTORAT BINA USAHA DAN PELAKU

DISTRIBUSI TAHUN 2016

Sebagai pelaksanaan dari Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/05/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah, maka Kementerian Perdagangan telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU). Untuk hal itu Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi telah mengimplementasikan ke dalam Indikator Kinerja Tahun 2016 yang lebih lanjut dituangkan ke dalam kontrak kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Tahun 2016, serta memperhatikan kebutuhan stakeholders.

Menurut Badan Pusat Statistik, Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan gambaran kemampuan suatu negara untuk menciptakan output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu. Dalam penyusunan laporan ini, digunakan data PDB yang diperoleh melalui pendekatan sektoral, yaitu data PDB yang merupakan hasil penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya. Ruang lingkup perhitungan PDB dalam laporan ini meliputi PDB sektor Perdagangan Besar dan Eceran.

Sasaran dari indikator kinerja ini ditujukan untuk mendukung sasaran dari indikator kinerja Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri yaitu terjadinya peningkatan pertumbuhan PDB pada sektor perdagangan.

Kinerja perdagangan, selain dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dunia, juga dipengaruhi oleh dinamika ekonomi Indonesia. Dinamika ekonomi Indonesia mempengaruhi kinerja perdagangan melalui berbagai mekanisme, antara lain: stabilitas makro, kondisi sarana dan prasarana, kebijakan iklim usaha dan investasi, serta kebijakan perdagangan dalam dan luar negeri. Secara kualitas, semakin pentingnya sektor perdagangan terlihat dari kegiatan-kegiatan yang lebih mengedepankan kegiatan usaha perdagangan untuk mendukung sektor lain seperti sektor industri, telekomunikasi, transportasi, pertanian, kehutanan, perikanan,

Capaian

(19)

19

turisme, pertambangan, dan lain-lain. Dukungan kegiatan tersebut memberikan pengaruh yang positif terhadap meningkatnya kontribusi sektor perdagangan dalam pembangunan ekonomi secara nasional. Kegiatan-kegiatan ini antara lain meliputi perbaikan pelayanan publik, peningkatan iklim usaha, pembangunan/revitalisasi pasar tradisional, peningkatan kelancaran distribusi bahan kebutuhan pokok dan barang strategis, penurunan disparitas harga antar provinsi serta stabilisasi harga dengan harga yang layak untuk konsumsi masyarakat.

Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi menetapkan beberapa indikator kinerja untuk tahun 2016, antara lain:

No. Indikator Kinerja Satuan Target 2016 Capaian 2016 Capaian (%)

1 Terintegrasinya layanan perijinan perdagangan dalam negeri di daerah dengan sistem informasi Kemendag

Daerah 40 Kab/

Kota 56 140

2 Jumlah Pemberi/Penerima Waralaba

Baru Pelaku 20 59 295

3 Jumlah Pelaku Usaha Jasa yang

Bersertifikat Pelaku 200 150 75

4 Jumlah Pembinaan/Bimbingan Teknis

di Bidang Pelaku Usaha Distribusi Pelaku 20 42 210

5 Persentase Barang Produksi Dalam Negeri yang diperdagangkan di Toko Swalayan

Persen 65 88 135

6 Jumlah Penyusunan Rekomendasi Peraturan Terkait Kebijakan Usaha Perdagangan

Rancangan 4 10 250

Rata-rata 184

(20)

20

No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi

2014 2015 2016 2014 2015 2016

Tabel 3.2 - Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Tahun 2014 sampai dengan Tahun 2016

Jika melihat dari tabel di atas terjadi peningkatan kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi tercermin dari jumlah capaian yang dihasilkan telah melebihi target yang ditetapkan. Hal ini mengindikasikan bahwa Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi ikut mendukung program pengembangan perdagangan dalam negeri khususnya pengembangan pelaku usaha perdagangan dan distribusi.

Disamping itu berdasarkan tabel tersebut di atas bahwa Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi sangat serius dalam melaksanakan pelayanan publik tercermin dari tingkat pelayanan yang lebih baik. Peningkatan kualitas pelayanan publik merupakan salah satu indikator tercapainya good governance. Kementerian Perdagangan berkewajiban mewujudkan good governance melalui pelayanan prima dibidang perizinan dan non perizinan di sektor perdagangan, guna mendorong pertumbuhan investasi yang lebih kondusif. Dalam hal penerbitan perizinan dan non perizinan, kecepatan dan kepastian waktu penerbitan merupakan suatu hal yang penting bagi pelaku usaha, karena bagi pelaku usaha waktu mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan.

(21)

21

nasional. Oleh karena itu, penentuan target pertumbuhan tahunan sektor perdagangan besar dan eceran selain mengacu pada kondisi periode 5 tahun lalu, juga mengacu pada target pertumbuhan tahunan PDB nasional yang telah ditentukan oleh pemerintah. Sasaran dari indikator kinerja ini ditujukan untuk mendukung sasaran dari indikator kinerja Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri yaitu terjadinya peningkatan pertubuhan PDB pada sektor perdagangan untuk tahun 2016 sebesar 6.9%.

Metodologi pengukuran pencapaian dalam indicator kinerja secara umum digunakan dua jenis rumus yang tersedia yaitu rumus I dan II, dipakai dengan mempertimbangkan karakteristik komponen realisasi yang dihadapi. Adapun rumus pengukuran capaian kinerja secara umum dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Rumus I

Rencana – (Realisasi – Rencana)

x 100% Rencana

Tabel 3.3 - Rumus Pengukuran Capaian Kinerja Secara Umum

Penggunaan rumus I akan tepat digunakan apabila kondisi capaian realisasi mencerminkan semakin tinggi/rendah realisasi, menunjukan pencapaian kinerja yang semakin baik/buruk, hubungan baik/buruk realisasi capaian menunjukan hubungan linear. Sedangkan rumus II akan tepat digunakan apabila kondisi capaian realisasi mencerminkan semakin tinggi/rendah realisasi menunjukan pencapaian kinerja yang semakin buruk/baik atau mempunyai hubungan terbalik.

B. Analisis dan Evaluasi Capaian Kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku

Distribusi Tahun 2016

Analisis dan evaluasi kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi berisikan penjabaran hasil capaian kinerja menurut indikator-indikator yang tertuang dalam kontrak kinerja secara terperinci meliputi pengukuran target dan realisasi, membandingkan dengan capaian tahun lalu, serta mengulas kembali capaian Indikator Kinerja. Keenam indikator kinerja tersebut dapat menggambarkan keberhasilan pencapaian kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi pada tahun 2015 yang berdasarkan realisasi dan rata-rata capaiannya yaitu sebesar 184 %. Adapun pencapaian dari masing-masing indikator dapat dijabarkan sebagai berikut :

(22)

22

Indikator ini dimaksudkan untuk mengukur kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi dalam mendorong penerapan aplikasi Sistem Informasi Perusahaan Online (SIPO) oleh instasi-instansi penerbit perijinan perdagangan dalam negeri di daerah sehingga informasi perusahaan dapat diakses secara luas oleh masyarakat secara cepat dan mudah.

Selama periode 2015-2019, ditargetkan jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan pelayanan perizinan perdagangan dalam negeri yang terintegrasi secara online dengan Kementerian Perdagangan mengalami peningkatan mulai dari 40 Kabupaten/Kota pada tahun 2016 hingga menjadi 200 Kabupaten/Kota pada tahun 2019. Di tahun 2015 target kinerja untuk indikator ini adalah sebanyak 40 Kabupaten/Kota dan terealisasi sebanyak 45 Kabupaten/Kota sedangkan untuk tahun 2016, target 40 Kabupaten/Kota telah tercapai sebanyak 40 Kabupaten/Kota.

Pada tahun 2013 Kementerian Perdagangan telah membangun aplikasi Sistem Informasi Perusahaan Online (SIPO) yang dapat menghimpun data-data SIUP, TDP, STPW dan IUTM secara online dari kantor-kantor instansi penerbit tingkat kabupaten/kota (PTSP) untuk disimpan secara terpusat di database Kementerian Perdagangan. Pembangunan SIPO dimaksudkan untuk menyediakan data dan informasi tentang usaha dan perusahaan di tingkat nasional secara cepat dan akurat bersumber dari penerbitan SIUP, TDP, STPW dan IUTM serta untuk memberikan kemudahan bagi instansi penerbit dalam menyampaikan pelaporannya.

Pada tahun 2016, Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi telah melaksanakan Kegiatan Pengembangan dan Perluasan SIPO. Kegiatan pengembangan SIPO meliputi pembuatan modul penerbitan Tanda Daftar Gudang (TDG), penambahan hak akses petugas loket, pembuatan modul penerbitan SIUP dan TDP simultan, pembuatan fitur lihat cetakan dan hasil upload scan sertifikat perizinan pada menu tracking administrator, pembuatan fitur rekapitulasi penerbitan, pembaruan dan penghapusan SIUP dan TDP berdasarkan bentuk perusahaan serta penambahan data master KBLI 2015. Perluasan SIPO mencakup kegiatan integrasi SIPO (proses membangun saluran koneksi database dari sistem milik daerah ke aplikasi SIPO, kegiatan ini diperuntukkan bagi PTSP kabupaten/kota yang sudah memiliki sistem aplikasi penerbitan perizinan) dan kegiatan asistensi SIPO (kegiatan ini diperuntukkan bagi PTSP kabupaten/kota yang belum memiliki aplikasi penerbitan perizinan sehingga digunakan aplikasi SIPO).

Indikator Kinerja 1:

Terintegrasinya layanan perijinan perdagangan

(23)

23

Hingga tahun 2016, jumlah PTSP yang diimplementasikan sebanyak 104 PTSP kabupaten/kota baik melalui proses integrasi maupun kegiatan asistensi. Pada tahun 2016, kegiatan pengembangan dan perluasan SIPO telah dilaksanakan sebanyak 40 (empat puluh) PTSP kabupaten/kota. Kegiatan ini terdiri dari proses pengintegrasian data di 20 (dua puluh) PTSP kabupaten/kota dan kegiatan asistensi untuk 20 (dua puluh) PTSP kabupaten/kota, Kab/kota yang telah melakukan proses pengintegrasian data SIPO pada tahun 2016 adalah sebagai berikut :

1.BPMPPT Kota Tasikmalaya 2.BPPTPM Kota Bogor 3.BPMPPT Kota Banjar 4.KPPT Kab. Brebes 5.BPMP2T Kab. Boyolali 6.BPMPT Kab. Cilacap 7.BPPT Kab. Karanganyar 8.BPPTPM Kab. Demak 9.BPMPP Kab. Banyumas 10.KPPT Kab. Pemalang 11.BPMPPT Kab. Magelang 12.KPMPT Kab. Purworejo 13.BPTPM Kab. Sragen 14.BPMPT Kab. Kendal 15.BPMPT Kab. Sukoharjo 16.KPPT Kota Blitar 17.KPPT Kab. Magetan 18.KPMP Kab. Probolinggo 19.KPPM Kab. Sampang 20.BPPT Kab. Banyuwangi

Kegiatan asistensi dilakukan di Kementerian Perdagangan bagi 20 (dua puluh) PTSP kabupaten/kota yang terdiri dari:

1.BPPMPB Kab. Dharmasraya 2.BPMPPT Kab. Kudus

3.BPPTPM Kota Salatiga 4.BPPT Kota Tidore

(24)

24

7.BPPTPM Kab. Padang Lawas Utara

8.BPMPPT Kab. Belitung 9.KPPTPM Kab. Pasaman 10. BPMPPTSP Kab. Kerinci 11. KPMPT Kab. Sekadau

12. BPPMPPT Kab. Belitung Timur 13. KPT Kab. Tanah Laut

14. BPMPTSP Kab. Pulau Morotai 15. BPPTPM Kab. Padang Lawas 16. Sekda Kab. Mahakam Ulu 17. Kota Bontang

18. Kab. Gunung Mas 19. Kab. Semarang 20. Kab. Bogor

Implementasi yang telah berjalan hingga saat ini tentunya tidak selalu berjalan baik. Terkadang ada beberapa persoalan yang menyebabkan terhentinya aliran data penerbitan SIUP, TDP, STPW, dan IUTM. Salah satu persoalan yang terjadi adanya pelimpahan wewenang penerbitan yang sebelumnya berada di Dinas yang terkait Perdagangan menjadi di Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) sebagaimana diatur Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Hal-hal tersebut perlu diselesaikan dengan segera agar aliran data yang bersumber dari aplikasi SIPO dapat diteruskan. Di sisi lain pihak PTSP sebagai penerbit SIUP, TDP, STPW, dan IUTM masih belum memahami secara baik kebijakan-kebijakan yang terkait penerbitan perijinan dimaksud.

(25)

25

Implementasi SIPO diharapkan juga dapat memberikan gambaran secara lebih detil tentang struktur usaha di Indonesia dan dapat digunakan sebagai bahan rumusan kebijakan secara nasional.

Indikator ini dimaksudkan untuk mengukur kinerja Dit. Bina Usaha dan Pelaku Distribusi dalam meningkatkan kinerja sektor perdagangan dalam negeri melalui upaya mendorong pemanfaatan sistem perdagangan waralaba yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi pada PDB perdagangan dalam negeri melalui penciptaan lapangan kerja dan total konsumsi. Target untuk indikator ini adalah sebanyak 20 (dua puluh) dengan realisasi sebanyak 59 (lima puluh sembilan) Surat tanda Pendaftaran Waralaba (STPW). Banyaknya penerbitan STPW (dalam hal ini melebihi target dari 20 menjadi 59) karena upaya yang dilakukan oleh Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi, selain melalui kegiatan-kegiatan Fasilitasi pada Pameran Waralaba baik di dalam dan luar negeri serta Penghargaan Waralaba Indonesia yang berhasil menjaring banyak pelaku usaha Business Opportunity di seluruh Indonesia. Selain itu, melalui Sosialisasi Penghargaan Waralaba Indonesia berhasil menjaring minat pelaku usaha untuk mengurus legalitas usaha waralaba atau STPW. Jumlah STPW yang sudah diterbitkan oleh Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi adalah sebagai berikut:

No. Tahun

Pemberi Waralaba

Penerima Waralaba

Pemberi Lanjutan

Penerima

Lanjutan Jumlah Penerbitan LN DN LN DN LN DN LN DN

1. 2014 18 8 17 - 2 - - - 45 2. 2015 16 14 3 - 1 - - - 34 3. 2016 17 30 11 - 1 - - - 59 Tabel 3.4 - Data penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW) periode 2014 s/d 2016

Indikator ini dimaksudkan untuk mengukur kinerja Dit. Bina Usaha dan Pelaku Distribusi dalam mendorong penerapan standar bagi tenaga jasa sehingga usaha jasa perdagangan secara nasional memiliki daya saing yang baik. Sehubungan Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi tidak mengeluarkan sertifikat tenaga jasa, maka keberhasilan indikator ini diukur dari banyaknya izin usaha yang dikeluarkan di bidang jasa perdagangan, khususnya Surat Izin Usaha Jasa Survey (SIUJS) dan Surat

Indikator Kinerja 2:

Jumlah Pemberi/Penerima Waralaba Baru

(26)

26

Izin Usaha Perusahaan Perantara Perdagangan Properti (SIU-P4). Hal ini dikarenakan kedua izin tersebut mensyaratkan pelaku usaha untuk memiliki tenaga jasa yang tersertifikasi dalam jumlah tertentu, yaitu 2 (dua) orang untuk perusahaan perantara perdagangan property dan 5 (lima) orang untuk perusahaan jasa survey. Target untuk indicator ini adalah 200 (dua ratus) pelaku usaha dengan realisasi sebanyak 150 pelaku usaha, sehingga capaian indikator ini adalah 75%. Realisasi tersebut terdiri dari 90 (sembilan puluh) SIUJS dan 60 (enam puluh) SIU-P4.

Pelaksanaan kegiatan pembinaan dan bimbingan teknis di bidang kelembagaan dan pelaku usaha dimaksudkan untuk mendorong masyarakat terutama dunia usaha untuk menaati ketentuan-ketentuan yang berlaku sehingga dapat tercipta tertib berusaha dan iklim usaha yang sehat untuk melindungi masyarakat dari kegiatan-kegiatan perdagangan yang tidak baik. Kegiatan pembinaan dan bimbingan teknis yang dilaksanakan selama tahun 2016 sebanyak 42 (empat puluh dua) dengan rincian sebagai berikut:

1. Penilaian dan Pengawasan Kegiatan Usaha Sistem Waralaba dan Penjualan Langsung sebanyak 6 daerah, yaitu: Lombok, Surabaya, Medan, Batam, Semarang, Yogyakarta.

2. Pembinaan dan Pendampingan Pelaku Usaha Jasa Perdagangan sebanyak 2 daerah, yaitu: Padang dan Surabaya.

3. Pembinaan dan Pendampingan Pelaku Usaha Perdagangan Melalui Sistem Elektronik sebanyak 3 daerah, yaitu: Malang, Denpasar, Mataram

4. Sosialisasi dan Penjaringan Penghargaan Waralaba Indonesia sebanyak 8 daerah, yaitu: Bandung, Banjarmasin, Denpasar, Jakarta, Palembang, Semarang, Surabaya, Yogyakarta.

5. Seleksi Penghargaan Waralaba Indonesia sebanyak 7 daerah, yaitu: Solo, Semarang, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Palembang.

6. Penilaian dan Penjurian Penghargaan Waralaba Indonesia sebanyak 1 kali di Jakarta.

7. Penyerahan Penghargaan Waralaba Indonesia sebanyak 1 kali di Jakarta.

8. Pengawasan Distribusi Langsung dan Waralaba sebanyak 4 daerah, yaitu: Bandung, Indramayu, Denpasar, Medan.

Indikator Kinerja 4:

Jumlah Pembinaan/Bimbingan Teknis di Bidang

(27)

27

9. Fasilitasi UKM Waralaba/Potensial Waralaba dan Partisipasi Klinik Bisnis pada Expo

di Dalam Negeri sebanyak 5 daerah, yaitu: Jakarta, Bandung, Makassar, Semarang, Surabaya.

10.World Franchise Summit Indonesia 2016 di Jakarta.

11.Sinergy Kebijakan Direktorat Bina Usaha Perdagangan dengan Daerah sebanyak 4 daerah (kali), yaitu: Kepulauan Riau (Batam), Nusa Tenggara Barat (Lombok), Papua Barat (Sorong) dan Jakarta.

Indikator ini dimaksudkan untuk mengukur kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi dalam mendorong penggunaan produksi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan domestik/nasional. Target untuk indikator ini pada tahun 2016 adalah sebesar 65%. Berdasarkan dari hasil Kegiatan survey dan pembinaan dalam rangka pengawasan yang dilakukan pada 66 (enam puluh enam) Toko Swalayan di 14 kab/kota, yaitu Balikpapan, Banda Aceh, Palembang, Yogyakarta, Denpasar, Surabaya, Semarang, Bogor, Pekanbaru, Serang, Karawang, Banjarmasin, Kupang dan Malang didapatkan data bahwa rata-rata toko swalayan yang telah disurvey telah memperdagangkan barang produksi dalam negeri sebesar 88,07%, mengingat kewajiban penyediaan barang produksi dalam negeri baru efektif per September 2016. Rincian dari kegiatan survey di 14 kab/kota dapat dijabarkan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 3.5 - Data Presentase Barang Produksi Dalam Negeri yang Diperdagangkan Di Toko Swalayan No Lokasi Jumlah Toko Swalayan Yang

Disurvey (66 Toko Swalayan)

Persentase (%) Penggunaan Produk Dalam Negeri

1. SURABAYA 5 93.60 %

2. SEMARANG 5 92.00 %

3. BANDA ACEH 4 89.25 %

4. PALEMBANG 6 87.50 %

5. YOGYAKARTA 5 83.00 %

6. BALI 4 96.25 %

7. BOGOR 4 95.25 %

8. SERANG 4 84.75 %

9. BANJARMASIN 6 95.50 %

10. BALIKPAPAN 5 94.40 %

Indikator Kinerja 5:

Persentase Barang Produksi Dalam Negeri yang

(28)

28

Tabel 3.5 Lanjutan - Data Presentase Barang Produksi Dalam Negeri yang Diperdagangkan Di

Toko Swalayan

Indikator ini dimaksudkan untuk mengukur kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi dalam mendorong peningkatan iklim usaha yang sehat melalui rekomendasi peraturan yang mendukung peningkatan kinerja perdagangan domestik. Target untuk indikator ini di tahun 2016 adalah 4 rekomendasi dengan realisasi 9 rekomendasi/rancangan peraturan. Rincian realisasi indikator ini di tahun 2016 adalah sebagai berikut.

1.Rancangan Revisi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 32/M-DAG/PER/8/2008 tentang penyelenggaraan kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung telah melalui FGD sebanyak 2 kali dengan para pemangku kepentingan seperti Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia, YLKI, BPOM, Kementerian Perindustrian, Kementerian Kesehatan serta instansi/lembaga terkait. Saat ini draft Permendag dimaksud telah berada di Biro Hukum.

2.Rancangan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Perusahaan Perantara Perdagangan Properti.

Rapermendag in disusun untuk menggantikan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 33/M-DAG/PER/8/2008 tentang Perusahaan Perantara Perdagangan Properti sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 107/M-DAG/PER/12/2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 33/M-DAG/PER/8/2008 tentang Perusahaan Perantara Perdagangan Properti, dengan menyesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 7 No Lokasi Jumlah Toko Swalayan Yang

Disurvey (66 Toko Swalayan)

Persentase (%) Penggunaan Produk Dalam Negeri

11. PEKANBARU 3 83.33 %

12. KUPANG 4 93.50 %

13. SURAKARTA 3 96.00 %

14. MALANG 4 95.75 %

15. BATAM 4 47.50 %

RATA – RATA 88.07 %

Indikator Kinerja 6:

Jumlah Penyusunan Rekomendasi Peraturan terkait

(29)

29

Tahun 2014 tentang Perdagangan. Hal-hal baru yang diatur dalam Rapermendag ini adalah :

a. Perizinan SIU-P4 secara online melalui portal http://sipt.kemendag.go.id; dan

b. Pemohon SIU-P4 yang belum memiliki Tenaga Ahli yang telah memiliki Sertifikat Kompetensi Perantara Perdagangan Properti dapat mengajukan permohonan SIU-P4 dengan menggunakan sertifikat pelatihan yang diterbitkan oleh asosiasi perusahaan perantara perdagangan properti dengan batas waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak Rapermendag berlaku. Selanjutnya pemohon SIU-P4 harus menyesuaikan SIU-P4 yang dimiliki dengan ketentuan Rapermendag tersebut paling lambat 6 (enam) bulan sejak Rapermendag berlaku.

3.Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Tenaga Jasa Survei Komoditas Perdagangan.

Tujuan dari pembentukan RSKKNI ini adalah untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja di bidang jasa survei di Indonesia agar menjadi tenaga kerja yang profesional dan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja di Indonesia. Rapermendag ini terdiri dari 45 unit kompetensi dan telah melalui tahap verifikasi. Pada tahun 2017, pembahasan RSKKNI difokuskan pada pra konvensi dan konvensi, sebelum kemudian ditetapkan oleh Menteri Perdagangan dalam bentuk Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia (KKNI). Rancangan Standar Kompetensi ini mengatur lebih lanjut Pasal 20 ayat (1) UU Nomor 7 Tahun

2014 tentang Perdagangan yang menyatakan ”Penyedia Jasa yang bergerak di

bidang Perdagangan Jasa wajib didukung tenaga teknis yang kompeten sesuai dengan ketentuan perundang-undangan”. Selain itu, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional, standar kompetensi ini akan menjadi acuan bagi Lembaga Diklat Profesi dalam mengembangkan program pelatihan berbasis kompetensi serta Lembaga Sertifikasi Profesi dalam rangka sertifikasi profesi.

4.Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional di Bidang Tenaga Jasa Ritel

(30)

30

standar kompetensi ini juga mengatur lebih lanjut Pasal 20 ayat (1) UU Nomor

7 Tahun 2014 tentang Perdagangan yang menyatakan ”Penyedia Jasa yang

berggerak di bidang Perdagangan Jasa wajib didukung tenaga teknis yang kompeten sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional, standar kompetensi ini juga akan menjadi acuan bagi Lembaga Diklat Profesi dalam mengembangkan program pelatihan berbasis kompetensi serta Lembaga Sertifikasi Profesi dalam melaksanakan uji kompetensi dalam rangka sertifikasi profesi di bidang ritel di Indonesia. Rancangan standar kompetensi ini terdiri dari 86 unit kompetensi. Pada tahun 2017, pembahasan RSKKNI difokuskan pada verifikasi, prakonvensi dan konvensi, sebelum kemudian ditetapkan.

5.Permendag Nomor 14/M-DAG/PER/3/2016 tentang Perubahan atas Permendag Nomor 77/M-DAG/PER/12/2013 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan dan Tanda Daftar Perusahaan secara simultan bagi perusahaan perdagangan. Permendag ini disusun untuk mendukung pencapaian peringkat kemudahan berusaha (ease of doing bussiness) di Indonesia dengan pokok-pokok pikiran sebagai berikut:

a. Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) paling lama 2 (dua) hari kerja sejak berkas diterima lengkap dan benar. Peraturan ini mengubah lama penerbitan SIUP dan TDP simultan dari 3 (tiga) hari menjadi 2 (dua) hari kerja.

b. Adapun untuk penolakan apabila berkas tidak lengkap dan benar menjadi 1 (satu) hari sejak berkas diterima dari sebelumnya 3 (tiga) hari kerja.

c. Penyatuan formulir isian pendaftaran SIUP dan TDP simultan dari sebelumnya menggunakan format isian dari masing-masing perijinan.

d. Penggunaan aplikasi SIPO pada penerbitan SIUP dan TDP simultan.

(31)

31

pendelegasian kewenangan penerbitan Tanda Daftar Perusahaan dengan kriteria tertentu menggunakan aplikasi SIPO.

7. Rancangan Permendag tentang Izin Usaha Perdagangan. Rancangan tersebut sebagai turunan dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.

8. Rancangan Perpres (RPerpres) Tentang Pengembangan, Penataan Dan Pembinaan Pasar Rakyat, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Swalayan. RPerpres telah melalui beberapa tahapan pembahasan di internal Kementerian Perdagangan, anggota Forum Komunikasi, antar kementerian/lembaga serta harmonisasi di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Sekretariat Negara. RPerpres disusun dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 13 ayat (3) dan Pasal 14 ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. RPerpres juga dilakukan dalam rangka memberikan pedoman bagi penyelenggaraan pasar rakyat, pusat perbelanjaan dan toko swalayan, serta norma-norma keadilan, perlindungan terhadap pasar rakyat, saling menguntungkan dan tanpa tekanan dalam hubungan antara pemasok barang dengan toko swalayan serta pengembangan kemitraan dengan usaha kecil, sehingga tercipta tertib persaingan usaha dan keseimbangan antara kepentingan produsen, pemasok, toko swalayan dan konsumen.

Inti dari pengaturan lebih lanjut dari RPerpres, yaitu agar dunia usaha sektor ritel, sarana distribusi dan konsumsi domestik dapat menggeliat sehingga dapat mendorong perekonomian nasional namun dengan tetap memberikan perlindungan kepada pasar rakyat dan toko-toko eceran tradisional. Hal ini sangat terkait dengan perubahan acuan pengaturan pendirian pasar rakyat, pusat perbelanjaan dan Toko Swalayan yang semula harus mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) termasuk peraturan zonasi diubah menjadi mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) atau peraturan zonasi.

(32)

32

Perdagangan Melalui Sistem Elektronik. Pelaku usaha yang telah terdaftar sebagai Pelaku Usaha Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik akan mendapatkan Nomor Identitas Pendaftaran Secara Elektronik yang dapat dicantumkan dan/atau digunakan sebagai identitas hukum. Pemberian nomor identitas ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi dalam rangka mengidentifikasi siapa saja pelaku usaha e-commerce di Indonesia.

Penyusunan Permendag ini dilakukan melalui rapat dan FGD dengan para pemangku kepentingan, antara lain dengan asosiasi, pelaku usaha, pakar, dan instansi teknis terkait lainnya.

10.Permendag Nomor 22/M-DAG/PER/3/2016 tentang Ketentuan Umum Distribusi Barang. Permendag ini mengatur tentang ketentuan distribusi dari berbagai Pelaku Usaha Distribusi Perdagangan yang meliputi Produsen, Distributor/Sub Distributor, Agen/Sub Agen, Grosir, Perkulakan, Pengecer, Waralaba, Importir.

C. Akuntabilitas Keuangan Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi

Capaian Kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Tahun 2016 secara keseluruhan belum optimal. Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi mendapat alokasi anggaran dalam DIPA APBN (DIPA awal) sebesar Rp. 30.780.000.000,- (tiga puluh milyar tujuh ratus delapan puluh juta rupiah), kemudian direvisi pemotongan menjadi Rp. 26.580.000.000,- (dua puluh enam milyar lima ratus delapan puluh juta rupiah). Dari total anggaran sebesar Rp 26.580.0000,- dilakukan self blocking sehingga anggaran menjadi Rp. 23.962.299.000,- dan hanya terserap sebesar Rp. 22.024.985.513,- (dua puluh dua milyar dua puluh empat juta sembilan ratus delapan puluh lima ribu lima ratus tiga belas rupiah) atau sebesar 82,84% dari pagu anggaran yang tersedia dengan sisa anggaran sebesar Rp. 4.555.014.487,- atau 17.16%. Penyerapan (realisasi) keuangan di bawah 90% dikarenakan hal-hal sebagai berikut:

1. Adanya sisa lelang dari kegiatan direktorat.

2. Adanya sisa anggaran dari perjalanan dinas karena biaya perjalanan dinas sudah dilakukan secara at cost.

3. Adanya penghematan anggaran kegiatan dan dilakukan self blocking.

Apabila dibandingkan dengan tahun 2015 Direktorat Bina Usaha dan Pelaku

Distribusi mendapat alokasi anggaran dalam DIPA APBN (DIPA awal) sebesar Rp. 28.018.028.000 (dua puluh delapan milyar delapan belas juta dua puluh delapan

ribu rupiah), kemudian direvisi penghematan menjadi Rp. 23.111.135.000 (dua

Penyerapan anggaran Direktorat Bina Usaha dan Pelaku

(33)

33

puluh tiga milyar seratus sebelas juta seratus tiga puluh lima ribu rupiah). Dari total anggaran tersebut dapat direalisasi sebesar Rp. 19.387.982.414 (sembilan belas milyar tiga ratus delapan puluh tujuh juta sembilan ratus delapan puluh dua ribu

empat ratus empat belas rupiah) atau sebesar 83,85% dengan sisa anggaran sebesar Rp. 3.723.152.586 (tiga milyar tujuh ratus dua puluh tiga juta seratus lima puluh

dua ribu lima ratus delapan puluh enam rupiah) atau 16,15%. Sehingga jika dibandingkan tahun 2015, pada tahun 2016 terjadi penurunan penyerapan anggaran sebesar 0,99%.

Perbandingan anggaran dan realisasinya untuk tahun 2015 dan tahun 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

No. Keterangan 2015

(Rp)

2016

(Rp)

1 Pagu Awal 28.018.028.000 30.780.000.000

2 Pagu Revisi 23.111.135.000 26.580.000.000

3 Realisasi 19.387.982.414 22.024.985.513

4 Prosentasi 83,85% 82,86%

Tabel 3.6 - Perbandingan Anggaran Tahun 2015 dan Tahun 2016

Untuk mencapai Indikator Kinerja yang telah ditetapkan pada tahun 2016, maka diperlukan tersedianya anggaran yang memadai dengan penggunaan yang se-efisien mungkin. Alokasi anggaran pada Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

NO. SASARAN IKU PAGU

Pelaku Usaha Toko Swalayan yang Memasarkan Barang Hasil Produksi Dalam Negeri

1.008.939.000 837.936.740 83,05 171.002.260

Rancangan Kebijakan di Bidang Usaha Perdagangan

5.582.509.000 4.493.543.154 80,49 1.088.965.846

Pelaku Usaha dan Aparatur di Bidang Perdagangan yang Mendapat Pembinaan

12.653.295.000 10.237.580.307 80,86 2.415.714.693

Daerah yang Layanan Perijinannya sudah Terintegrasi dengan Sistem Informasi Kemendag

1.551.073.000 1.433.115.750 92,39 117.957.250

Layanan Perijinan dan Non Perijinan Kepada Pelaku Usaha

587.804.000 381.217.338 64,85 206.586.662

Realisasi

(34)

34

Realisasi anggaran pada Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Tahun 2016 yang terdistribusi menurut kegiatan pada Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi, rincian anggaran dan realisasinya dapat terlihat pada tabel berikut ini :

NO KEGIATAN PAGU

1.008.939.000 837.936.740 83,05 171.002.260

2. Rancangan Kebijakan di

Bidang Usaha Perdagangan 5.582.509.000 4.493.543.154 80,49 1.088.965.846

3. Pelaku Usaha dan Aparatur di Bidang Perdagangan yang Mendapat Pembinaan

12.653.295.000 10.237.580.307 80,86 2.415.714.693

4. Daerah yang Layanan Perijinannya sudah

Terintegrasi dengan Sistem Informasi Kemendag

1.551.073.000 1.433.115.750 92,39 117.957.250

5.

Layanan Perijinan dan Non Perijinan Kepada Pelaku Usaha

587.804.000 381.217.338 64,85 206.586.662

6. Layanan Perkantoran 5.196.380.000 4.641.592.224 89,32 554.787.776

T O T A L 26.580.000.000 22.024.985.513 82,86 4.555.014.487

Tabel 3.8 - Realisasi Anggaran Dit. Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Menurut Output Kegiatan Tahun 2016

Keterangan : Pagu yang digunakan merupakan Pagu setelah direvisi.

Berdasarkan tabel di atas, dapat kami sampaikan bahwa pagu kegiatan yang terbesar adalah Output Jumlah Pelaku Usaha dan Aparatur di Bidang Perdagangan yang Mendapat Pembinaan sebesar Rp. 12.653.295.000,- atau sekitar 47,6% dari total anggaran Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi.

Capaian realisasi anggaran pada Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi untuk Tahun 2016 adalah sebesar 82,86%. Berdasarkan tabel diatas, capaian realisasi anggaran yang terkait dengan masing-masing output indikator kinerja pada Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi sebesar 83,05% untuk Pelaku Usaha Toko Swalayan yang Memasarkan Barang Hasil Produksi Dalam Negeri; 80,49% untuk Rancangan Kebijakan di Bidang Usaha Perdagangan; 80,86% untuk Pelaku Usaha dan

(35)

35

Aparatur di Bidang Perdagangan yang Mendapat Pembinaan; 92,39% untuk Daerah yang Layanan Perijinannya Sudah Terintegrasi dengan Sistem Informasi Kemendag; 64,85% untuk Layanan Perijinan dan Non Perijinan Kepada Pelaku Usaha, dan 89,32% untuk Layanan Perkantoran. Berdasarkan realisasi anggaran diatas, dapat kami sampaikan bahwa Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi mengalokasikan anggaran secara efektif dan efisien untuk indikator kinerja utama.

Berdasarkan jenis belanja, anggaran terbagai kedalam 2 (dua) bagian, yaitu belanja barang dan belanja modal. Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi mendapat alokasi anggaran untuk tahun 2016 sebesar Rp. 26.580.000.000,- yang terealisasi sebesar Rp. 21.938.188.713,-. Dari dana yang terealisasi, belanja barang dialokasikan sebesar Rp 25.819.908.000,- dan terealisasi sebesar Rp 21.186.206.153,- sehingga dana yang tersisa sebesar Rp 4.633.701.847. Sedangkan belanja modal dialokasikan sebesar Rp 760.092.000,- dan terealisasi sebesar Rp 751.982.560,- sehingga dana yang tersisa sebesar Rp 8.109.440,-.

Berdasarkan jenis belanja, anggaran terbagai kedalam 2 (dua) bagian, yaitu belanja barang dan belanja modal. Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi mendapat alokasi anggaran untuk tahun 2016 sebesar Rp. 26.580.000.000,- yang terealisasi sebesar Rp. 22.024.985.513,-. Dari dana yang terealisasi, belanja barang dialokasikan sebesar Rp 25.819.908.000,- dan terealisasi sebesar Rp 21.186.206.153,- sehingga dana yang tersisa sebesar Rp 4.633.701.847. Sedangkan belanja modal dialokasikan sebesar Rp 760.092.000,- dan terealisasi sebesar Rp 751.982.560,- sehingga dana yang tersisa sebesar Rp 8.109.440,-.

Alokasi anggaran Direktorat Bina Usaha

(36)

36

BAB IV

PENUTUP

Tata kelola pemerintahan yang baik dapat terwujud dan berkelanjutan apabila terdapat kerjasama yang intensif antara semua pihak yang terlibat di dalam implementasi program dan kerja sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang ada.

Pada tahun 2016, Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi telah melaksanakan berbagai kegiatan dengan output yang mendukung pencapaian indikator kinerja utama yang dimiliki Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi. Sebagian besar dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik dan dapat diselesaikan pada tahun 2016 walaupun dari hasil yang didapat memang tidak sesuai dengan yang direncanakan, namun diharapkan hal ini dapat menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan kinerja pada tahun yang akan datang.

Kegiatan-kegiatan yang mendukung indikator kinerja kegiatan yang dimiliki Direktorat Bina Usaha Perdagangan telah berjalan dengan sangat baik, tercermin dari semua target indikator kinerja kegiatan telah terealisasi lebih dari 100%. Berikut tabel yang menggambarkan pencapaian indikator kinerja utama yang dimiliki Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi beserta prosentase pencapaiannya.

No. Indikator Kinerja Satuan Target 2016

Capaian 2016

Capaian (%)

1 Pelaku Usaha Toko Swalayan yang Memasarkan Barang Hasil Produksi Dalam Negeri Persen 65 88 135

2 Rancangan Kebijakan di Bidang Usaha Perdagangan Rancanga 4 10 250

3 Pelaku Usaha dan Aparatur di Bidang

Perdagangan yang Mendapat Pembinaan Pelaku 186 234 126

4

Daerah yang Layanan Perijinannya Sudah Terintegrasi dengan Sistem Informasi Kemendag

Kab/Kota 40 56 140

5 Layanan Perijinan dan Non Perijinan kepada Pelaku Usaha Pelaku Usaha Terdaftar 200 500 250

6 Layanan Perkantoran Bulan Layanan 12 12 100

(37)

37

Sesuai dengan fungsi laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) sebagai wujud pertanggungjawaban kinerja kepada para pemangku kepentingan (stakeholders), maka informasi dan analisis kinerja yang diungkapkan dalam laporan ini tidak terbatas pada sasaran yang capaian kinerjanya mencapai target yang sudah ditetapkan, tetapi juga mencakup informasi kinerja dari sasaran yang tidak memenuhi target disertai penjelasannya. Oleh karena itu, dalam laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Bina Usaha Perdagangan ini, secara umum dijelaskan mengenai informasi dan analisis pencapaian kinerja tahun 2016.

Penetapan kinerja tahun 2016, mengandung program dan sasaran yang ingin dicapai, dengan mengacu kepada Rencana Strategis (Renstra) Ditjen Perdagangan Dalam Negeri dan Rencana Strategis Kementerian Perdagangan tahun 2015–2019. Untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan, maka informasi yang disampaikan dalam LAKIP ini juga meliputi analisis, yang bertujuan mengidentifikasi umpan balik guna perbaikan kinerja dimasa mendatang. Beberapa umpan balik yang dapat digunakan sebagai strategi untuk perbaikan kinerja Direktorat Bina Usaha Perdagangan dimasa mendatang antara lain :

❖ Penyusunan program dan sasaran yang akan dicapai hendaknya disusun secara

realistis dengan indikator yang jelas berdasarkan prinsip efisiensi dan efektivitas pencapaian sasaran, serta tetap mengacu kepada Renstra Ditjen Perdagangan Dalam Negeri dan Rencana Strategis Kementerian Perdagangan tahun 2015–2019;

❖ Penyusunan program dan sasaran yang hendak dicapai perlu disertai dengan

analisis biaya dan manfaat (cost and benefit analysis), guna mengetahui suatu program layak atau tidak untuk dilaksanakan;

❖ Perlu disusun jadwal pelaksanaan yang jelas untuk setiap program agar dapat

dilaksanakan sesuai dengan sasaran dan indikator yang telah ditetapkan;

❖ Mendayagunakan seluruh potensi dan sumber daya Direktorat Bina Usaha dan

Pelaku Distribusi secara optimal untuk mewujudkan sasaran yang hendak dicapai.

Strategi pemecahan masalah tersebut di atas, kiranya dapat dilaksanakan di tahun-tahun mendatang guna lebih meningkatkan kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi, terutama dalam rangka mewujudkan visi dan misi Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri secara khusus dan Kementerian Perdagangan secara umum melalui tugas pokok dan fungsi yang menjadi tanggung jawab Direktorat.

(38)

Gambar

Tabel 1.2 - Struktur Organisasi Bina Usaha Perdagangan
tabel berikut :
Tabel 2.1 - Tabel Indikator Kinerja
Tabel 2.2 - Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Perdagangan Dalam Negeri  2015-2019
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan tentang Pengesahan Rencana Kerja Satuan Kerja

Kemudian penelitian menurut Sanjaya & Sipahutar (2019) dengan judul “Pengaruh Current Ratio, Debt to Asset Ratio dan Total Asset Turnover terhadap Return on

beberapa perusahaan tidak dipicu oleh besarnya ukuran perusahaan, melainkan dipicu oleh tujuan perusahaan yang lebih bersifat untuk mendapatkan dana investasi yang

Tembakau Mengapa Sulit Menyusun dan Menerapkan Undang-undang/Peraturan yang Berkaitan dengan Tembakau (integritas dan kapasitas Kepemimpinan dalam penyusunan dan.

o Algoritma yang waktu eksekusinya dalam orde eksponensial (2 n ), dengan n adalah jumlah masukan yang diproses.. o Sebuah komputer yang mampu menjalankan program dengan

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini diharapkan untuk dapat mengetahui apakah adanya pengaruh penerapan model pembelajaran TGT (Team Games

Analisis Semantik adalah proses setelah melewati proses scanning dan parsing. Pada tahap ini dilakukan pengecekan pada struktur akhir yang telah diperoleh dan diperiksa

Semua sukarelawan dicatat saturasi oksigen (kadar oksigen di tubuh), end tidal CO2 (kadar karbondioksida di saluran pernafasan), tekanan darah dan laju jantung