• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hasil Pemeriksaan Trombus pada Peripheral Lower dengan Teknik Run Off Lower CT Scan 128 Slice

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Hasil Pemeriksaan Trombus pada Peripheral Lower dengan Teknik Run Off Lower CT Scan 128 Slice"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia: Jakarta.

C. Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta: Gramedia

Kane S.A. 2005. Introduction To Physics In Modern Medicine. Taylor and

Francis: New York, USA

Meredith, W.J and Massey, J.B.1977. Fundamental Physics of Radiology.

Third Edition: Chicago

Buzug, M. Thorsten.2008. Computed Tomography From Photon Statistics to Modern Cone-Beam CT: Springer-Verlag Berlin Heidelberg

MDCTA Practical Approach-Springer.2006. Principles of Contrast Medium

Delivery and Scan Timing in MDCT

Bushbergh T. Jerrold . 2002. The Essential Physic of Medical Imaging.Second

(2)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dibagian Radiologi RSU. Bunda Thamrin Medan

dengan menggunakan pesawat CT Scan 128 slice

3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah:

a. Pesawat CT Scan 128 slice

Merk : GE Optima 660

Tipe : 2120785-2

Nomor seri : 80186BI0

Kondisi Maksimum : 600kV/140mA

b. Injector Medrad Stellant, terdiri dari:

- 2 tabung syringes

- 1 komputer unit control

c. Kontras media Iopamiro 370mg I/ml

d. NaCl ( Natrium Chlorida )

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pasien dengan kasus

(3)

3.3 Diagram Alir Penelitian

MULAI

Persiapan Alat dan Bahan

Posisi Pasien, pilih protocol Run Off Lower pada CT 128 slice

Injeksi Kontras Media melalui pembuluh darah vena dengan

alat Injektor Medrad

Analisis Data. Rekonstruksi matriks, Rekonstruksi

algorithm

Membandingkan kualitas

Gambar

Kesimpulan

(4)

33

3.4. Prosedur Penelitian 3.4.1 Persiapan Pasien

- Periksa laboratorium kadar ureum dan creatinin.

- Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan

- Cek riwayat asma, alergi dan penyakit lain.

- Pasien harus dilakukan skin test ( tes alergi di kulit ).

3.4.2 Prosedur pemeriksaan pasien 1. Diinput data pasien

2. Masukkan kontras media Iopamiro dan NaCl pada tabung syringes

3. Atur flowrate dan volume kontras media pada computer unit control injector

sesuai berat badan pasien.

4. Pasien ditempatkan pada meja pemeriksaan

5. Pada monitor work station operator dipilih protocol Run Off Lower

6. Tekan tombol move kemudian tekan ekspose

7. Scanogram muncul pada monitor.

8. Mengatur range objek sesuai pemeriksaan

9. Tekan tombol move kemudian ditekan ekspose

10. Lakukan tes injeksi untuk melihat lancar atau tidaknya kontras media masuk

ke dalam pembuluh darah

12. Tekan tombol expose dan start pada computer control unit maka kontras

media akan masuk ke pembuluh darah sesuai dengan volume dan flowrate

yang sudah diatur.

13. Proses scanning akan berjalan pada potongan axial akan muncul pada monitor.

14. Scanning selesai, pasien keluar dari ruang pemeriksaan.

3.4.3 Prosedur Analisis Data

1. Dipilih data pasien dari Image Works

2. Dipilih menu reformat kemudian disesuaikan dengan yang diinginkan.

(5)

4. Cutting / potong gambar yang menghalangi analisa pembuluh darah.

5. Atur kondisi window width dan window light sesuai dengan kebutuhan agar

analisa pembuluh darah lebih terlihat jelas.

6. Ukur Hu ( Hounsfield unit ) pembuluh darah arteri diberbagai tempat

7. Kumpulkan semua data dan bandingkan sesuai berat badan, volume dan

(6)

35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian

1. Karakteristik Sampel

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 5 pasien. Penelitian ini dilakukan

di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan. Teknik penentuan sampel yang

digunakan pada penelitian ini dengan cara penentuan sampel mempertimbangkan

kriteria – kriteria tertentu yang telah dibuat sesuai tujuan penelitian. Berikut

adalah karakteristik sampel berdasarkan variabel terkontrol yang telah ditentukan

pada penelitian ini, antara lain

a. Umur

Tabel 4.1. Karakteristik sampel berdasarkan umur

No Kategori Usia Frekuensi

1 Dewasa – Muda 25-45 2

2 Dewasa – Tua 46-75 3

Tabel 4.1 ini menjelaskan bahwa jumlah sampel seluruhnya ada 5 pasien

dengan rincian 2 pasien berumur 25 – 46 tahun dalam kategori dewasa – muda

dan 3 pasien berumur 46 – 75 tahun dalam kategori dewasa – tua.

b. Berat Badan

Tabel 4.2. Karakteristik sampel berdasarkan berat badan

No Kategori Berat badan Frekuensi

1 Sedang 50 – 65 2

2 Tinggi 66 – 75 3

Tabel 4.2 ini menjelaskan bahwa jumlah sampel seluruhnya ada 5 pasien

dengan rincian 2 pasien memiliki berat badan 50 – 65 kg dalam kategori sedang

(7)

2. Hasil Uji Perbedaan Contras Enhancement pada penggunaan scan time dan volume kontras media fase arteri pada pemeriksaan CT Angiography Run Off Lower

Citra axial pada CT Angiography Run Off Lower yang sudah didapat dari

masing – masing pasien dilakukan pengukuran pada titik Region of Interest (ROI)

untuk mengetahui nilai CT Number dari titik tersebut. Berikut adalah nilai CT

Number ( Hu ) pada masing – masing durasi penyuntikan kontras dan volume yg

berbeda.

(8)

37

Gambar 4.2 Pembuluh darah Lower ekstremitas setelah diinjeksi kontras media

(9)

Gambar 4.3 ROI vs Time

(10)

39

(11)

Gambar 4.5 Pembuluh darah Lower ekstremitas setelah diinjeksi kontras media

(12)

41

Gambar 4.6 ROI vs Time

(13)

Gambar 4.7 Pasien 3, Lower Ekstremitas sebelum di injeksi kontras media

Keterangan : Pasien 3 dengan berat badan 69 kg, umur 58 tahun, volume kontras media yang akan diinjeksikan 138ml, flowrate 2,5 ml/s, durasi scan 55 second. Pada gambar diatas hanya terlihat gambaran tulang ekstremitas bawah

(14)

43

Gambar 4.8 Pembuluh darah Lower ekstremitas setelah diinjeksi kontras media

(15)

Gambar 4.9 Gambar ROI vs Time

(16)

45

Gambar 4.10 Pasien 4, Lower Ekstremitas sebelum di injeksi kontras media Keterangan : Pasien 4 dengan berat badan 73 kg, umur 70 tahun, volume kontras media yang akan diinjeksikan 146ml, flowrate 2,5 ml/s, durasi scan 57 second. Pada gambar diatas hanya terlihat gambaran tulang ekstremitas bawah

(17)

Gambar 4.11 Pembuluh darah Lower ekstremitas setelah diinjeksi kontras media

(18)

47

Gambar 4. 12 Gambar ROI vs Time

(19)

Gambar 4.13 Pasien 5, Lower Ekstremitas sebelum di injeksi kontras media

Keterangan : Pasien 5 dengan berat badan 70 kg, umur 56 tahun, volume kontras media yang akan diinjeksikan 140ml, flowrate 2,5 ml/s, durasi scan 56 second. Pada gambar diatas hanya terlihat gambaran tulang ekstremitas bawah

(20)

49

Gambar 4.14 Pembuluh darah Lower ekstremitas setelah diinjeksi kontras media

(21)

Gambar 4.15 Gambar ROI vs Time

(22)

51

Berikut merupakan tabel dari hasil penelitian yang dilakukan pada 4 pasien dengan pemeriksaan CT Angiography

Tabel 4.3 Nilai CT Number ( Hu )

(23)

Gambar 4. 17 Kurva peningkatan Volume kontras media yang akan diinjeksikan berdasarkan Berat badan

Dari hasil penelitian diketahui adanya perbedaan Hounsfield Unit (Hu)

dengan penggunaan durasi dan volume yang berbeda. Nilai CT Number

didapatkan melalui pengukuran region of interest ( ROI ) pada aorta bervariasi

akibat durasi dan volume yang berbeda. Dari penelitian tersebut terbukti bahwa

semakin muda usia pasien, semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai

Hu. Pada usia 50 – 74 tahun semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk

(24)

53

- Pemberian kontras media dikatakan optimal jika gambar pembuluh darah

mencapai nilai Hu pada arteri tersebut >150.

- Untuk pemeriksaan CT Angiografi Run Off Lower, volume media kontras dapat dirumuskan :

Volume Media kontras = (Waktu Delay Scan + Waktu Scan ) x Flowrate .

Hal ini dilakukan dengan harapan akan mendapatkan penyangatan media kontras

yang maksimum/optimal.

B. Saran

- Untuk menjaga kestabilan puncak penyangatan media kontras pada pasien gemuk, yang harus dilakukan adalah cara memperbesar flowrate pada saat

penyuntikan kontras media dan dengan menambahkan volume (ml) dan/atau

konsentrasi (mg/ml)..

- Penggunaan media kontras dengan flowrate yang cepat membuat semakin cepat penyebaran media kontras untuk mencapai puncak penyangatan kontras media

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. ANATOMI

Arteri merupakan pembuluh yang bertugas membawa darah menjauhi

jantung. Tujuannya adalah sistemik tubuh, kecuali arteri pulmonalis yang

membawa darah menuju paru untuk dibersihkan dan mengikat oksigen. Arteri

terbesar yang ada dalam tubuh adalah aorta, yang keluar langsung dari ventrikel

kiri jantung.

Aorta yang keluar keluar dari ventrikel kiri jantung sebagai aorta

ascendens. Kemudian, aorta ascendens mengalami percabangan yaitu arcus aorta

sebelum melanjutkan diri sebagai aorta descendens. Peredaran darah ekstremitas

bawah disuplai oleh arteri femoralis, yang merupakan kelanjutan dari arteri iliaka

eksterna (suatu cabang arteri iliaka communis, cabang terminal dari aorta

abdominalis). Selanjutnya arteri femoralis memiliki cabang yaitu arteri profunda

femoris, sedangkan arteri femoralis sendiri tetap berlanjut menjadi arteri poplitea.

Arteri profunda femoris sendiri memiliki empat cabang arteri perfontrantes. Selain

itu juga terdapat artei circumflexa femoris lateral dan arteri circumflexa femoris

medial yang merupakan percabangan dari arteri profunda femoris. Arteri poplitea

akan bercabang menjadi arteri tibialis anterior dan arteri tibialis posterior. Arteri

tibialis anterior akan berlanjut ke dorsum pedis menjadi arteri dorsalis pedis yang

dapat diraba di antara digiti 1 dan 2. Arteri tibialis posterior akan membentuk

cabang arteri fibular/peroneal, dan arteri tibialis posterior pedis sendiri tetap

berjalan hingga ke daerah plantar pedis dan bercabang menjadi arteri plantaris

medial dan arteri plantaris lateral. Keduanya akan membentuk arcus plantaris

yang mendarahi telapak kaki. Sedangkan di daerah gluteus, terdapat arteri gluteus

superior, arteri gluteus inferior dan arteri pudenda interna. Ketiganya merupakan

(26)

16

Gambar 2.1: Pembuluh darah Arteri Lower Ekstremitas

Vena merupakan pembuluh yang mengalirkan darah dari sistemik kembali

ke jantung (atrium dextra), kecuali vena pulmonalis yang berasal dari paru menuju

atrium sinistra. Semua vena sistemik akan bermuara pada vena cava superior dan

vena cava inferior.

Arcus vena dorsalis yang berada di daerah dorsum pedis akan naik melalui

vena saphena magna di bagian anterior medial tungkai bawah. Vena saphena

magna tersebut akan bermuara di vena femoralis. Sedangkan vena saphena parva

yang berasal dari bagian posterior tungkai bawah akan bermuara pada vena

poplitea dan berakhir di vena femoralis. Vena tibialis anterior dan vena tibialis

posterior juga bermuara pada vena poplitea. Dari vena femoralis, akan berlanjut

(27)

cava inferior. Selain itu terdapat juga vena glutea superior, vena glutea inferior

dan vena pudenda interna di daerah gluteus, yang bermuara ke vena iliaca interna.

Gambar 2.2: Pembuluh darah Vena Lower Ekstremitas

2. 2 PATOLOGI

Trombus merupakan suatu unsur benda yang tersusun dari unsur-unsur

darah didalam pembuluh darah atau jantung sewaktu masih hidup. Unsur-unsur

tersebut adalah trombosit, fibrin, eritrosit, dan leukosit. Adanya trombus ini dapat

menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah.

Trombus terbentuk melalui proses yang dinamakan dengan trombosis.

(28)

18

sehingga nantinya terbentuk massa yang menonjol ke dalam saluran pembuluh

darah yang dikenal dengan trombus.

Macam-Macam Trombus

- Occlusive trombus, yaitu trombus yang menyebabkan lumen (isi)

pembuluh tersumbat.

- Propagating trombus, yaitu massa yang dibentuk sepanjang pembuluh

yang tersumbat. Trombus ini merupakan perpanjangan dari occlusive

trombus.

- Saddle/riding trombus merupakan trombus yang memanjang dan masuk

kedalam cabang pembuluh

- Mural/parietal trombus adalah trombus yang hanya berupa bercak yang

melekat pada dinding pembuluh darah dan tidak menyebabkan

penyumbatan pembuluh darah.

- Pedinculated trombus adalah trombus mural dalam jantung yang

bertangkai panjang

2. 3 KONTRAS MEDIA

Kontras media adalah suatu bahan atau media yang dimasukkan kedalam

tubuh pasien untuk membantu pemeriksaan radografi, sehingga media yang

dimasukkan tampak lebih radioopaque atau lebih radiolucent pada organ tubuh

yang akan diperiksa

Kontras media digunakan untuk membedakan jaringan-jaringan yang tidak

dapat terlihat dalam radiografi. Selain itu kontras media juga untuk

memperlihatkan bentuk anatomi dari organ atau bagian tubuh yang diperiksa serta

untuk memperlihatkan fungsi organ yang diperiksa.

Syarat-syarat Bahan Kontras Media :

(29)

2. Dalam konsentrasi yang rendah telah dapat membuat perbedaan densitas yang

cukup.

3. Mudah cara pemakaiannnya.

4. Secara ekonomi tidak mahal dan mudah diperoleh dipasaran.

5. Mudah dikeluarkan dari dalam tubuh/larut sehingga tidak mengganggu organ

tubuh yang lain

Jenis bahan kontras dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :

a) Bahan kontras negatif terdiri dari O2 (oksigen) dan CO2 (karbon dioksida).

b) Bahan kontras positif yang terdiri dari turunan barium sulfat (BaSO4) dan

turunan iodium (I).

2.4 Sinar-X

Sinar- X merupakan gelombang elektromagnetik, dimana dalam proses

terjadinya memiliki energi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut didasarkan

pada energi kinetik elektron. Sinar-X yang terbentuk ada yang memiliki energi

rendah sekali sesuai dengan energi elektron pada saat timbulnya sinar-X. Juga ada

yang berenergi tinggi, yakni berenergi sama dengan energi kinetik elektron pada

saat menumbuk target anode.

Terbentuknya sinar-X dapat terjadi apabila partikel bermuatan, elektron

misalnya, mengalami perlambatan yang diakibatkan adanya interaksi dengan

suatu material. Sinar-X yang terbentuk dengan cara demikian disebut sebagai

sinar-X bremsstrahlung. Sinar-X bremsstrahlung memiliki energi yang tinggi,

yang besarnya sama dengan energi kinetik partikel bermuatan pada awal

terjadinya perlambatan.

Selain itu sinar-X juga dapat terbentuk melalui proses perpindahan

elektron dari tingkat energi tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih rendah.

(30)

20

merupakan besaran energi yang khas untuk setiap jenis atom. Sehingga sinar-X

yang terbentuk disebut sinar-X karakteristik.

Pada dasarnya pesawat sinar-X terdiri dari tiga bagian utama, yaitu tabung

sinar-X, sumber tegangan tinggi yang mencatu tegangan listrik pada kedua

elektrode dalam tabung sinar-X, dan unit pengatur bagian pesawat sinar-X.

Tabung pesawat sinar-X yang biasanya terbuat dari bahan gelas yang terdapat

filamen. Filamen tersebut berfungsi sebagai katode dan target yang berfungsi

sebagai anode.

Gambar 2.3. Skema Tabung Pesawat Sinar-X

Gambar diatas menunjukkan skema dari tabung pesawat sinar-X, tabung

tersebut dibuat hampa udara agar elektron yang berasal dari filamen tidak

terhalang oleh molekul udara sewaktu menuju ke anode. Filamen yang di panasi

oleh arus listrik berfungsi sebagai sumber elektron. Makin besar arus filamen,

akan makin tinggi suhu filamen dan berakibat makin banyak elektron dibebaskan

persatuan waktu.

Elektron-elektron yang dibebaskan oleh filamen tertarik menuju anode

karena adanya beda potensial yang besar antara katode dan anode (potensial

katode beberapa puluh hingga beberapa ratus KV atau MV lebih rendah

dibandingkan potensial anode). Selanjutnya elektron-elektron tersebut akan

menumbuk bahan target yang umumnya bernomor atom dan bertitik cair tinggi

(31)

2.5 CT Scan

CT Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-X, komputer dan

televisi. Prinsip kerjanya yaitu berkas sinar-X yang terkolimasi dan adanya

detektor. Didalam komputer terjadi proses pengolahan dan perekonstruksian

gambar dengan menerapkan prinsip matematika atau yang lebih dikenal dengan

rekonstruksi algoritma. Setelah proses pengolahan selesai maka data yang telah

diperoleh berupa data digital yang selanjutnya diubah menjadi data analog untuk

ditampilkan kelayar monitor. Gambar yang ditampilkan dalam layar monitor

berupa informasi anatomis irisan tubuh. Pada CT Scan prinsip kerjanya hanya

dapat men-scaning tubuh dengan irisan melintang tubuh. Namun dengan

memanfaatkan teknologi komputer maka gambaran axial yang telah didapatkan

dapat direformat kembali sehingga didapatkan gambaran koronal, sagital, oblik,

diagonal bahkan bentuk 3 dimensi dari obyek tersebut.

2.5.1. Generasi Pertama

Generasi pertama CT Scan ini menggunakan single tube yang

menghasilkan berkas pensil yang kecil dengan lebar beberapa milimeter. Tube dan

detektor dipasang dengan arah berlawanan pada satu gantry dan berkas sinar

mengarah langsung ke detector. Proses scan dilakukan dengan menggerakkan tube

ke samping ke seluruh daerah kepala kemudian gantry berputar 1o dan proses

tersebut berulang sebanyak 180 kali. Proses scan untuk satu slice adalah sekitar 5

(32)

22

2.5.2. Generasi Kedua

Pada generasi ini yang berbeda dari generasi sebelumnya adalah tube

menggunakan berkas sinar kipa s, karena berkas sinar kipas mencakup bagian

kepala lebih luas sehingga perputaran gantry bisa lebih besar yaitu 10o – 30o

sehingga waktu yang di butuhkan pun berkurang sekitar 15 detik.

2.5.3 Generasi Ketiga

Generasi ini dikenalkan pada tahun 1976, sejak dikenalkan generasi ini

telah mengurangi gerak linier dengan berkas sinar yang cukup lebar untuk

menangkap gambaran objek yang diperiksa. Tube dan detektor bergerak 360o

mengelilingi objek sehingga mengurangi waktu pemeriksaan.

2.5.4 Generasi Keempat

Generasi ini hampir sama seperti generasi ketiga tetapi detektornya tetap

tidak bergerak hanya tube yang berputar mengelilingi pasien.

2.5.5 Generasi Kelima

Tidak menggunakan tube adalah perbedaan yang mencolok pada generasi

ini. Pada generasi ini sinar x dihasilkan dari electron yang menumbuk tungsten

yang membentuk kurva. Sinar x bergerak mengikuti kurva tungsten 180o dan

detector yang fix menangkap berkas sinar tersebut

2.5.6. Generasi Keenam

Generasi ini di sebut sebagai helical scan. Karena bentuk lintasan saat

melakukan scan seperti spiral. Helical merupakan pengembangan dari generasi

ketiga. Karena saat melakukan scan sinar x beroperasi terus menerus sehingga

kapasitas panas tube dari helical scan lebih besar. Secara keseluruhan helical scan

memberikan keuntungan dengan 1 detik 1 putaran membuat pemeriksaan lebih

cepat.

2.5.7. Generasi Ketujuh

Generasi ini merupakan pengembangan dari generasi sebelumnya yaitu

helical CT scan. Generasi ke tujuh ini biasa di sebut multirow atau multislice,

pada multislice dapat beroperasi sebagai axial maupun helical, helical pada single

(33)

2.5.8 Komponen dasar CT-Scan

CT-Scan mempunyai 2 komponen utama yaitu scan unit dan operator konsul. Scan unit biasanya berada di dalam ruang pemeriksaan sedangkan konsul

letaknya terpisah dalam ruang kontrol. Scan unit terdiri dari 2 bagian yaitu meja

pemeriksaan (couch) dan gantry.

2.5.9 Bagian – bagian dari scan unit : 2.5.9.1 Gantry

Di dalam CT-Scan, pasien berada di atas meja pemeriksaan dan meja

tersebut bergerak menuju gantry. Gantry ini terdiri dari beberapa perangkat yang

keberadaannya sangat diperlukan untuk menghasilkan suatu gambaran, perangkat

keras tersebut antara lain tabung sinar-X, kolimator, dan detektor.

• Tabung sinar-X

Berdasarkan stukturnya tabung X sangat mirip dengan tabung

sinar-X konvensional namun perbedaannya terletak pada kemampuannya untuk

menahan panas dan output yang tinggi. Panas yang cukup tinggi disebabkan

karena perputaran anoda yang tinggi dengan elektron-elektron yang

menumbuknya. Ukuran fokal spot yang kecil (kurang dari 1 mm) sangat

dibutuhkan untuk menghasilkan resolusi yang tinggi.

• Kolimator

Kolimator berfungsi untuk mengurangi radiasi hambur, membatasi jumlah

sinar yang sampai ke tubuh pasien serta untuk meningkatkan kualitas gambar.

CT-Scan menggunakan 2 buah kolimator yaitu pre pasien kolimator dan pre detektor

kolimator.

• Detektor

Selama eksposi berkas sinar-X (foton) menembus pasien dan mengalami

perlemahan (atenuasi). Sisa-sisa foton yang telah teratenuasi kemudian ditangkap

oleh detektor. Ketika detektor-detektor menerima sisa-sisa foton tersebut, foton

(34)

24

akan berakibat kualitas gambar lebih optimal. Ada 2 tipe detektor yaitu solid state

dan isian gas.

2.5.9.2 Meja pemeriksaan (couch)

Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk memposisikan pasien. Meja ini

biasanya terbuat dari fiber karbon. Dengan adanya bahan ini maka sinar-X yang

menembus pasien tidak terhalangi jalannya untuk menuju ke detektor. Meja ini

harus kuat dan kokoh mengingat fungsinya untuk menopang tubuh pasien selama

meja bergerak ke dalam gantry.

2.5.9.3 Sistem konsul

Konsul tersedia dalam berbagai variasi. Model yang lama masih

menggunakan dua sistem konsul yaitu untuk pengoperasian CT Scan sendiri dan

untuk perekaman dan untuk pencetakan gambar. Model yang terbaru sudah

memakai sistem satu konsul dimana memiliki banyak kelebihan dan banyak

fungsi. Bagian dari sistem konsul yaitu, sistem kontrol, sistem pencetak gambar,

dan sistem perekaman gambar.

2.6. Parameter CT Scan

Dalam CT Scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi

dan output gambar yang optimal. Adapun parameternya adalah :

2.6.1. Slice thickness

Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari obyek yang diperiksa. Nilainya dapat dipilh antara 1 mm-10 mm sesuai dengan keperluan

klinis. Ukuran yang tebal akan menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah

sebaliknya ukuran yang tipis akan menghasilkan detail yang tinggi. Jika ketebalan

(35)

2.6.2 Range

Range adalah perpaduan/kombinasi dari beberapa slice thickness.

Pemanfaatan range adalah untuk mendapatkan ketebalan irisan yang berbeda pada

satu lapangan pemeriksaan.

2.6.3 Faktor eksposi

Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap eksposi

meliputi tegangan tabung (KV), arus tabung (mA) dan waktu eksposi (s).

Besarnya tegangan tabung dapat dipilih secara otomatis pada tiap-tiap

pemeriksaan.

2.6.4 Field of View (FOV)

FOV adalah diameter maksimal dari gambaran yang akan direkonstruksi.

Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang 12-50 cm. FOV yang kecil

akan meningkatkan resolusi karena FOV yang kecil mampu, mereduksi ukuran

pixel, sehingga dalam rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti. Namun bila

ukuran FOV lebih kecil maka area yang mungkin dibutuhkan untuk keperluan

klinis menjadi sulit untuk dideteksi.

2.6.5 Gantry Tilt

Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan

gantry (tabung sinar-X dan detektor). Rentang penyudutan antara -25 sampai +25 derajat. Penyudutan gantry bertujuan untuk keperluan diagnosa dari

masing-masing kasus yang dihadapi. Disamping itu bertujuan untuk mengurangi dosis

radiasi terhadap organ-organ yang sensitif.

2.6.6 Rekonstruksi matriks

Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture element

(36)

26

berukuran 512 x 512 yaitu 512 baris dan 512 kolom. Rekonstruksi matriks

berpengaruh terhadap resolusi gambar. Semakin tinggi matriks yang dipakai maka

semakin tinggi resolusinya.

2.6.7. Rekonstruksi Algorithm

Rekonstruksi algorithm adalah prosedur metematis yang digunakan dalam

merekonstruksi gambar. Penampakan dan karakteristik dari gambar CT Scan

tergantung pada kuatnya algorithma yang dipilih. Semakin tinggi resolusi

algorithma yang dipilih maka semakin tinggi resolusi gambar yang akan

dihasilkan. Dengan adanya metode ini maka gambaran seperti tulang, soft tissue,

dan jaringan-jarringan lain dapat dibedakan dengan jelas pada layar monitor.

2.6.8. Window width

Window width adalah rentang nilai computed tomography yang dikonversi menjadi gray levels untuk ditampilkan dalam TV monitor. Setelah komputer

menyelesaikan pengolahan gambar melalui rekonstruksi matriks dan algorithma

maka hasilnya akan dikonversi menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama

nilai computed Tomography. Nilai ini mempunyai satuan Hu (Hounsfield Unit).

2.6.9. Window level

Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada karakteristik

perlemahan dari struktur obyek yang diperiksa. Window level menentukan

densitas gambar yang akan dihasilkan.

2.7 MSCT

Perkembangan teknologi di bidang kedokteran terus melesat. Demikian

juga dengan teknologi Computed Tomography Scan (CT Scan) yang juga telah

berkembang menjadi sebuah metode pencitraan medis yang sangat diperlukan

(37)

sekitar tahun 1971 CT Scan masih menggunakan satu detektor atau Mono Slice

(irisan) sehingga belum bisa membaca dengan baik bagian dalam tubuh manusia.

Barulah pada tahun 2000-an, tercipta Multi Slice CT Scan atau biasa disebut

MSCT yang memiliki irisan berlapis banyak, di antaranya jenis 4, 8, 16, 32, 40,

dan 64 slice. Alat ini memiliki kecepatan rotasi yang lebih tinggi sehingga dapat

merekonstruksi irisan gambar semakin baik.

Awal tahun 2000 alat ini hanya menggunakan 4 slice atau detektor (light

speed plus). Setahun kemudian baru menggunakan delapan detektor (light speed ultra). Pada akhir tahun 2002 alat ini menggunakan 16 detektor (light speed pro) dan pada akhir 2004 menggunakan 64 detektor. Bahkan hingga tahun ini

teknologinya terus berkembang pesat hingga 128 slice yang berarti menggunakan

128 detektor.

2.8 Prinsip Dasar dan Teknik Penyuntikan Media Kontras pada pemeriksaan MSCT

Perkembangan CT Scan yang demikian pesat baik dari spatial resolution

maupun temporal resolution memungkinkan teknik pemeriksaan CT Scan seperti

CT Angiografi dan Cardiac CTA menjadi pemeriksaan rutin.

Perkembangan ini membuat penggunaan kontras media menjadi lebih efisien dan

flexibel. Diperlukan strategi dan teknik yang tepat untuk dapat mengoptimalkan

penggunaan media kontras sehingga mendapatkan hasil pemeriksaan yang

optimal.

Beberapa faktor penting yang mempengaruhi penyangatan media kontras

dapat dikelompokan menjadi 2 kategori:

1. Faktor Pasien

(38)

28

2.8.1 Faktor Pasien

Yang paling berpengaruh adalah “body weight” (berat badan pasien) dan

“cardiac output” (cardiovascular circulation time). Faktor yang lain tapi sedikit

pengaruhnya adalah tinggi, gender, umur, akses vena, fungsi ginjal, dan variasi

patologis yang ada pada pasien.).

Faktor yang paling mempengaruhi waktu pencapaian puncak penyangatan

media kontras adalah Cardiac output (cardiovascular circulation time). Jika

Cardiac Output diturunkan, sirkulasi media kontras akan melambat, yang akan

mengakibatkan keterlambatan pencapaian puncak enhancement pada arteri atau

parenchyma.

2.8.2 Teknik Penyuntikan Media Kontras

Yang berhubungan dengan faktor tersebut adalah sebagai berikut :

• Durasi Penyuntikan (Vol/FR),

• Flowrate (ml/s),

• Volume kontras media (ml),

• Konsentrasi (mg/ml)

• Penggunaan Saline Flushing (NaCl)

a. Durasi Penyuntikan kontras (Injection Duration)

Durasi penyuntikan kontras media ditentukan oleh perbandingan volume

media kontras dengan flowrate penyuntikan, yang dapat dirumuskan sebagai

berikut :

{injection duration = contrast volume ÷ injection rate}

Faktor durasi ini sangat mempengaruhi puncak dan waktu pencapaian

penyangatan media kontras. Durasi penyuntikan pendek/cepat (low volume and/or

high injection rate) menyebabkan cepat tercapainya puncak penyangatan kontras media pada fase arterial dan parenchymal. Durasi penyuntikan panjang/lama (high

(39)

b. Injection Rate/Flow Rate

Dalam pemberian (penyuntikan) media kontras diperlukan teknik

kecepatan atau flow media kontras yang tepat untuk mendapatkan puncak

penyangatan yang optimal terutama untuk pemeriksaan CT Angiografi. Karena

alasan inilah pemeriksaan CT Angiografi membutuhkan flowrate yang lebih

tinggi dibandingkan pemeriksaan CT rutin.

c. Volume

Ketika Injection rate (Flowrate) ditingkatkan pada jumlah volume media

kontras yang sama, puncak penyangatan media kontras akan meningkat dan

waktu pencapaiannya lebih cepat. Tidak hanya meningkatkan penyangatan

kontras media pada arteri saja tapi dengan flowrate yang tinggi juga akan

memberikan informasi/gambar yang menampilkan vase arteri dan vase vena pada

saat bersamaan dengan baik

Penyuntikan dengan kecepatan tinggi perbedaan penyangatan media

kontras beberapa phase sangat mencolok memungkinkan pengambilan scan

dengan phase yang berbeda-beda (multi phase) misal pada pemeriksaan abdomen

(Liver, Pancreas dan Ginjal) deteksi kelainan lebih baik.

d. Concentration (Konsentrasi Media Kontras)

Konsentrasi media kontras akan mempengaruhi puncak penyangatan

media kontras dan waktu pencapaiannya pada pemeriksaan arterial , tapi untuk

pemeriksaan Liver/hepar hal ini tidak berpengaruh. Pada pemeriksaan CT Angio

dianjurkan memakai media kontras dengan konsentrasi 300 mgl/ml ke atas. Saat

ini di Indonesia terdapat 350 mgl/l dan 370 mgl/l.

e. Saline Flush (Pemberian NaCl)

Penggunaan NaCl (saline) selain untuk membilas (flushing) media kontras

(40)

30

tangan) untuk dapat di distribusikan ke sistem pusat peredaran darah. Penggunaan

NaCl (Saline) juga dapat menambah puncak penyangatan media kontras dan

efesiensi penggunaan media kontras. Selain juga dapat mengurangi adanya artifact

kontras media di daerah vena cava superior (untuk pemeriksaan pulmonum

emboli).

2.9 Kualitas Citra Radiografi 2.9.1 Densitas Radiografi

Densitas film adalah ukuran tingkat kegelapan dari suatu film. Secara teknik,

hal ini disebut transmitted density yang terjadi pada film berbahan dasar

transparan yang diukur sejak saat cahaya ditransmisikan melewati film. Densitas

merupakan fungsi logaritma yang menjelaskan suatu perbandingan dari dua

pengukuran,secara spesifik merupakan perbandingan antara intensitas cahaya

yang masuk ke film (I0) terhadap intensitas cahaya yang keluar melewati film (It).

D=log I0 It

Densitas film diukur dengan alat yang disebut densitometer. Secara sederhana,

densitometer memiliki sensor fotoelektrik (photoelectric sensor) yang dapat

menghitung banyaknya cahaya yang ditransmisikan melewati selembar film. Film

diletakkan di antara sumber cahaya dengan sensor dan pembacaan densitas

dilakukan oleh instrumen.

2.9.2 Kontras Radiografi

Kontras radiografi merupakan derajat densitas perbedaan antara dua area

pada gambar radiografi. Kontras memudahkan identifikasi ciri-ciri yang berbeda

(41)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sistem peredaran darah di dalam tubuh manusia secara garis besar terbagi

menjadi tiga yaitu jantung, pembuluh darah, dan saluran limfe. Pembuluh darah

terbagi atas tiga bagian yaitu pembuluh darah arteri, vena, dan kapiler. Pembuluh

darah berfungsi sebagai sistem transportasi darah di dalam tubuh yang membawa

darah dari jantung ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung.

Perkembangan CT Scan yang demikian pesat baik dari spatial resolution

maupun temporal resolution memungkinkan teknik pemeriksaan CT Scan seperti

CT Angiografi dan Cardiac CTA menjadi pemeriksaan rutin. Perkembangan ini

membuat penggunaan kontras media menjadi lebih efisien dan flexibel.

Diperlukan strategi dan teknik yang tepat untuk dapat mengoptimalkan

penggunaan media kontras sehingga mendapatkan hasil pemeriksaan yang

optimal. Oleh karena itu diagnosa dini merupakan salah satu tindakan yang

dilakukan untuk mengetahui lebih awal dan bagaimana penanggulangannya.

1.2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana memperlihatkan gambaran radiografi trombus dengan CT

Scan 128 slice?

2. Berapa jumlah volume dan flowrate kontras media untuk

memperlihatkan gambaran trombus pada CT Scan 128 slice?

1.3.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Untuk melihat gambaran radiografi trombus pada peripheral lower

menggunakan kontras media pada CT Scan 128 slice untuk menegakkan

(42)

14

1.4. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi sesuai dengan judul yaitu “ Analisis Hasil

Pemeriksaan Trombus pada Periperal Lower dengan Teknik Run Off Lower CT

Scan 128 Slice” untuk mengetahui bagaimana distribusi kontras media di

peripheral lower.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian tersebut adalah bagaimana memperlihatkan

pembuluh darah yang baik melalui injeksi kontras media dengan

memperhitungan volume, flowrate dan durasi scan.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari bab-bab yang memuat

beberapa sub-bab. Untuk memudahkan pembacaan dan pemahaman maka skripsi

ini dibagi menjadi beberapa bab yaitu:

- BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalahan, batasan masalah,

tujuan penelitian dan sistematika penulisan dari skripsi ini.

- BAB II Teori dasar, berisi landasan-landasan teori sebagai hasil dari studi

literatur yang berhubungan dengan pemeriksaan trombus pada periperal lower

menggunakan CT Scan 128 slice.

- BAB III Tempat penelitian, alat dan bahan penelitian, diagram alir penelitian,

prosedur penelitian, jadwal penelitian.

- BAB IV Hasil dan Pembahasan penelitian

(43)

ABSTRAK

Penelitian ini membahas mengenai tingkat keberhasilan dalam melakukan pemeriksaan CT Scan Angiograhy Run off Lower untuk memperlihatkan trombus. Dalam penelitian ini dilakukan pada 5 orang pasien yang disuntikkan kontras media dengan memperhitungkan berat badan, flowrate, volume kontras dan durasi scan. Pada penelitian ini pada usia 50 – 74 tahun semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Hu, semakin muda usia pasien, semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Hu

Kata kunci : CT 128 slice, kontras media, injector unit, thrombus, flowrate, durasi scan.

(44)

7

ABSTRACT

This study discusses the success rate in performing a CT scan Angiograhy Run off Lower to show thrombus . In this study conducted in 5 patients who injected contrast media by taking into account weight , flowrate , volume and duration of the scan contrast . In this study, at the age of 50-74 years more and more time is needed to reach Hu , the younger the age of the patient , the less time is needed to reach Hu

(45)

ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN TROMBUS PADA

PERIPHERAL LOWER DENGAN TEKNIK RUN OFF LOWER

CT SCAN 128 SLICE

SKRIPSI

140821017

BERTI MONO ADEVENTI GAJAH

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETUAHUAN

ALAM

(46)

2

PERNYATAAN

ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN TROMBUS PADA PERIPHERAL LOWER DENGAN TEKNIK RUN OFF LOWER CT SCAN 128 SLICE

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa

kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2016

BERTI MONO ADEVENTI GAJAH

(47)

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL

ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN TROMBUS PADA

PERIPHERAL LOWER DENGAN TEKNIK RUN OFF LOWER

CT SCAN 128 SLICE

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

(Prof. DR. Timbangen Sembiring, MS)

NIP: 196212231991031002 NIP: 195705031983031003 (Drs. Aditia Warman, M.Si)

Disahkan oleh :

Ketua Departemen Fisika FMIPA USU

(48)

4

PERSETUJUAN

Judul : Analisis Hasil Pemeriksaan Trombus pada

Peripheral Lower dengan Teknik Run Off Lower

CT Scan 128 Slice

Kategori : Skripsi

Nama : Berti Mono Gajah Gajah

Nim : 140821017

Program Studi : SARJANA (S1) FISIKA

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, Juli 2016

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

(Prof. DR. Timbangen Sembiring, MS)

NIP: 196212231991031002 NIP: 195705031983031003 (Drs. Aditia Warman, M.Si)

Diketahui/Disetujui oleh Departemen Fisika FMIPA USU,

(49)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan Karunia Nyalah sehingga skripsi ini dengan judul “ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN TROMBUS PADA PERIPHERAL LOWER DENGAN TEKNIK RUN OFF LOWER CT SCAN 128 SLICE” dapat selesai dengan baik.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Kerista Sebayang, MS selaku Dekan FMIPA Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Marhaposan Situmorang selaku Kepala Jurusan Fisika

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. DR. Timbangen Sembiring, MS selaku dosen pembimbing

utama yang memberikan panduan serta perhatian kepada penulis untuk

menyempurnakan Skripsi ini.

4. Bapak Drs. Aditia Warman, MSi selaku dosen pembimbing II.

5. Seluruh Dosen / Staf Pengajar pada program studi Fisika Ekstensi.

6. Kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan serta doa

agar selalu dipermudah langkah dalam menyelesaikan studi ini.

7. Seluruh staf radiologi RSU Bunda Thamrin dan teman-teman

seperjuangan di Fisika Ekstensi Angkatan 2014.

(50)

6

ABSTRAK

Penelitian ini membahas mengenai tingkat keberhasilan dalam melakukan pemeriksaan CT Scan Angiograhy Run off Lower untuk memperlihatkan trombus. Dalam penelitian ini dilakukan pada 5 orang pasien yang disuntikkan kontras media dengan memperhitungkan berat badan, flowrate, volume kontras dan durasi scan. Pada penelitian ini pada usia 50 – 74 tahun semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Hu, semakin muda usia pasien, semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Hu

Kata kunci : CT 128 slice, kontras media, injector unit, thrombus, flowrate, durasi scan.

(51)

ABSTRACT

This study discusses the success rate in performing a CT scan Angiograhy Run off Lower to show thrombus . In this study conducted in 5 patients who injected contrast media by taking into account weight , flowrate , volume and duration of the scan contrast . In this study, at the age of 50-74 years more and more time is needed to reach Hu , the younger the age of the patient , the less time is needed to reach Hu

(52)

8

Daftar Gambar vii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.6 Sistematika Penelitian ……….2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...3

2.1 Anatomi ... 3

2.2 Patologi ... 5

2.3 Kontras Media ... 6

2.4 Sinar X ... 7

2.5 CT Scan ... 9

2.5.1 Generasi Pertama ... 9

(53)

2.5.3 Generasi Ketiga ... 10

2.5.4 Generasi Keempat ... 10

2.5.5 Generasi Kelima ... 10

2.5.6 Generasi Keenam ... 10

2.5.7 Generasi Ketujuh ... 10

2.5.8 Komponen Dasar CT Scan ... 11

2.5.9 Bagian dari Scan Unit ... 11

2.5.9.1 Gantry ... 11

2.5.9.2 Meja Pemeriksaan ... 12

2.5.9.3 Sistem Konsul ... 12

2.6 Parameter Ct Scan ... 12

2.6.1 Slice Thickness ... 12

2.6.2 Range ... 13

2.6.3 Faktor Eksposi ... 13

2.6.4 Field of View ... 13

2.6.5 Gantry Tilt ... 13

2.6.6 Rekonstruksi Matriks ... 13

2.6.7 Rekonstruksi Algorithm ... 14

2.6.8 Window width ... 14

2.6.9 Window Level ... 14

2.7 MSCT ... 14

(54)

10

2.8.2 Teknik Penyuntikan Media Kontras ... 16

a. Durasi Penyuntikan Kontras ( Injection Duration )………….16

b. Injection Rate / Flow rate ... 17

c. Volume ... 17

d. Concentration ( Konsentrasi Media Kontras ) ... 17

e. Saline Flush ... 17

2.9 Kualitas Citra Radiografi ... 18

2.9.1 Densitas Radiografi ... 18

2.9.2 Kontras Radiografi ... 18

BAB III METODE PENELITIAN... 19

3.1 Tempat Penelitian... 19

3.2 Alat Dan Bahan Penelitian ... 19

3.2.1 Peralatan ... 19

3.2.2 Bahan ... 19

3.3 Diagram Alir Penelitian ... 20

3.4 Prosedur Penelitian... 21

3.4.1 Persiapan pasien ... 21

3.4.2 Prosedur pemeriksaan pasien ... 21

3.4.3 Prosedur Analisis Data ... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian... 23

1 Karakteristik Sampel ... 23

(55)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 41

(56)

12

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Gambar Pembuluh Darah Arteri Lower Ekstremiti ... 4

Gambar 2.2 Gambar Pembuluh Darah Vena Lower Ekstremiti ... 5

Gambar 2.3 Skema Tabung Pesawat Sinar X ... 8

Gambar 2.4 CT Scan Generasi Pertama ... 9

Gambar 4.1 Gambar Radiografi pasien 1 sebelum injeksi ... 24

Gambar 4.2 Gambar Radiografi pasien 1 setelah injeksi ... 25

Gambar 4.3 Gambar ROI vs Time pasien 1 ... 26

Gambar 4.4 Gambar Radiografi pasien 2 sebelum injeksi ... 27

Gambar 4.5 Gambar Radiografi pasien 2 setelah injeksi ... 28

Gambar 4.6 Gambar ROI vs Time pasien 2 ... 29

Gambar 4.7 Gambar Radiografi pasien 3 sebelum injeksi ... 30

Gambar 4.8 Gambar Radiografi pasien 3 setelah injeksi ... 31

Gambar 4.9 Gambar ROI vs Time pasien 3 ... 32

Gambar 4.10 Gambar Radiografi pasien 4 sebelum injeksi ... 33

Gambar 4.11 Gambar Radiografi pasien 4 setelah injeksi ... 34

Gambar 4.12 Gambar ROI vs Time pasien 4 ... 35

Gambar 4.13 Gambar Radiografi pasien 5 sebelum injeksi ... 36

Gambar 4.14 Gambar Radiografi pasien 5 setelah injeksi ... 37

Gambar 4.15 Gambar ROI vs Time pasien 5 ... 38

Gambar 4.16 Kurva Peningkatan Waktu Pencapaian Hu berdasarkan Usia..39

Gambar

 Gambar
Tabel 4.1. Karakteristik sampel berdasarkan umur
Gambar 4.1 Lower Ekstremitas sebelum di injeksi kontras media
Gambar 4.2 Pembuluh darah Lower ekstremitas setelah  diinjeksi kontras media
+7

Referensi

Dokumen terkait

- Penderita tidak demam atau tanpa gejala klinis lainnya,tapi - Penderita tidak demam atau tanpa gejala klinis lainnya,tapi.. Pengobatan malaria vivaks/ovale resisten

Populasi dari penelitian ini adalah bidan dan dukun bayi yang melakukan kemitraan di Puskesmas Pangkalan Kasai Kecamatan seberida Kabupaten Indragiri Hulu, serta

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Robbins dan Judge (2008), fakta menunjukkan bahwa organisasi yang mempunyai karyawan yang memiliki

Metoda : Penelitian eksperimental dengan pre-post test dilakukan pada 24 tikus Sprague dawley jantan hiperkolesterolemia yang dikelompokkan menjadi 4 kelompok

Dalam Iingkup ini perilaku etik identik dengan kepercayaan atau trust. Dalam Iingkup mikro terdapat rantai relasi di mana supplier, perusahaan, konsumen,

Ada kalanya cairan obat seperti tingtur atau ekstrak cair digunakan sebagai sumber obat dalam  pembuatan sirup. Banyak tingtur dan ekstrak seperti itu mengandung bahan-bahan

Pemberian campuran limbah sawit dan dedak fermentasi dengan Pleurotus ostreatus sampai taraf 24% didalam ransum puyuh masih bisa digunakan, hal ini dapat dilihat dengan

Tabel 4.9 Korelasi Tingkat Kebahagiaan Dengan Tingkat Kepuasaan Hidup Correlations Tingkat Kepuasan Tingkat Kebahagiaan Spearman's rho Tingkat Kepuasan Correlation Coefficient