DAFTAR PUSTAKA
Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta.
C. Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta: Gramedia
Kane S.A. 2005. Introduction To Physics In Modern Medicine. Taylor and
Francis: New York, USA
Meredith, W.J and Massey, J.B.1977. Fundamental Physics of Radiology.
Third Edition: Chicago
Buzug, M. Thorsten.2008. Computed Tomography From Photon Statistics to Modern Cone-Beam CT: Springer-Verlag Berlin Heidelberg
MDCTA Practical Approach-Springer.2006. Principles of Contrast Medium
Delivery and Scan Timing in MDCT
Bushbergh T. Jerrold . 2002. The Essential Physic of Medical Imaging.Second
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dibagian Radiologi RSU. Bunda Thamrin Medan
dengan menggunakan pesawat CT Scan 128 slice
3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah:
a. Pesawat CT Scan 128 slice
Merk : GE Optima 660
Tipe : 2120785-2
Nomor seri : 80186BI0
Kondisi Maksimum : 600kV/140mA
b. Injector Medrad Stellant, terdiri dari:
- 2 tabung syringes
- 1 komputer unit control
c. Kontras media Iopamiro 370mg I/ml
d. NaCl ( Natrium Chlorida )
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pasien dengan kasus
3.3 Diagram Alir Penelitian
MULAI
Persiapan Alat dan Bahan
Posisi Pasien, pilih protocol Run Off Lower pada CT 128 slice
Injeksi Kontras Media melalui pembuluh darah vena dengan
alat Injektor Medrad
Analisis Data. Rekonstruksi matriks, Rekonstruksi
algorithm
Membandingkan kualitas
Gambar
Kesimpulan
33
3.4. Prosedur Penelitian 3.4.1 Persiapan Pasien
- Periksa laboratorium kadar ureum dan creatinin.
- Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan
- Cek riwayat asma, alergi dan penyakit lain.
- Pasien harus dilakukan skin test ( tes alergi di kulit ).
3.4.2 Prosedur pemeriksaan pasien 1. Diinput data pasien
2. Masukkan kontras media Iopamiro dan NaCl pada tabung syringes
3. Atur flowrate dan volume kontras media pada computer unit control injector
sesuai berat badan pasien.
4. Pasien ditempatkan pada meja pemeriksaan
5. Pada monitor work station operator dipilih protocol Run Off Lower
6. Tekan tombol move kemudian tekan ekspose
7. Scanogram muncul pada monitor.
8. Mengatur range objek sesuai pemeriksaan
9. Tekan tombol move kemudian ditekan ekspose
10. Lakukan tes injeksi untuk melihat lancar atau tidaknya kontras media masuk
ke dalam pembuluh darah
12. Tekan tombol expose dan start pada computer control unit maka kontras
media akan masuk ke pembuluh darah sesuai dengan volume dan flowrate
yang sudah diatur.
13. Proses scanning akan berjalan pada potongan axial akan muncul pada monitor.
14. Scanning selesai, pasien keluar dari ruang pemeriksaan.
3.4.3 Prosedur Analisis Data
1. Dipilih data pasien dari Image Works
2. Dipilih menu reformat kemudian disesuaikan dengan yang diinginkan.
4. Cutting / potong gambar yang menghalangi analisa pembuluh darah.
5. Atur kondisi window width dan window light sesuai dengan kebutuhan agar
analisa pembuluh darah lebih terlihat jelas.
6. Ukur Hu ( Hounsfield unit ) pembuluh darah arteri diberbagai tempat
7. Kumpulkan semua data dan bandingkan sesuai berat badan, volume dan
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian
1. Karakteristik Sampel
Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 5 pasien. Penelitian ini dilakukan
di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan. Teknik penentuan sampel yang
digunakan pada penelitian ini dengan cara penentuan sampel mempertimbangkan
kriteria – kriteria tertentu yang telah dibuat sesuai tujuan penelitian. Berikut
adalah karakteristik sampel berdasarkan variabel terkontrol yang telah ditentukan
pada penelitian ini, antara lain
a. Umur
Tabel 4.1. Karakteristik sampel berdasarkan umur
No Kategori Usia Frekuensi
1 Dewasa – Muda 25-45 2
2 Dewasa – Tua 46-75 3
Tabel 4.1 ini menjelaskan bahwa jumlah sampel seluruhnya ada 5 pasien
dengan rincian 2 pasien berumur 25 – 46 tahun dalam kategori dewasa – muda
dan 3 pasien berumur 46 – 75 tahun dalam kategori dewasa – tua.
b. Berat Badan
Tabel 4.2. Karakteristik sampel berdasarkan berat badan
No Kategori Berat badan Frekuensi
1 Sedang 50 – 65 2
2 Tinggi 66 – 75 3
Tabel 4.2 ini menjelaskan bahwa jumlah sampel seluruhnya ada 5 pasien
dengan rincian 2 pasien memiliki berat badan 50 – 65 kg dalam kategori sedang
2. Hasil Uji Perbedaan Contras Enhancement pada penggunaan scan time dan volume kontras media fase arteri pada pemeriksaan CT Angiography Run Off Lower
Citra axial pada CT Angiography Run Off Lower yang sudah didapat dari
masing – masing pasien dilakukan pengukuran pada titik Region of Interest (ROI)
untuk mengetahui nilai CT Number dari titik tersebut. Berikut adalah nilai CT
Number ( Hu ) pada masing – masing durasi penyuntikan kontras dan volume yg
berbeda.
37
Gambar 4.2 Pembuluh darah Lower ekstremitas setelah diinjeksi kontras media
Gambar 4.3 ROI vs Time
39
Gambar 4.5 Pembuluh darah Lower ekstremitas setelah diinjeksi kontras media
41
Gambar 4.6 ROI vs Time
Gambar 4.7 Pasien 3, Lower Ekstremitas sebelum di injeksi kontras media
Keterangan : Pasien 3 dengan berat badan 69 kg, umur 58 tahun, volume kontras media yang akan diinjeksikan 138ml, flowrate 2,5 ml/s, durasi scan 55 second. Pada gambar diatas hanya terlihat gambaran tulang ekstremitas bawah
43
Gambar 4.8 Pembuluh darah Lower ekstremitas setelah diinjeksi kontras media
Gambar 4.9 Gambar ROI vs Time
45
Gambar 4.10 Pasien 4, Lower Ekstremitas sebelum di injeksi kontras media Keterangan : Pasien 4 dengan berat badan 73 kg, umur 70 tahun, volume kontras media yang akan diinjeksikan 146ml, flowrate 2,5 ml/s, durasi scan 57 second. Pada gambar diatas hanya terlihat gambaran tulang ekstremitas bawah
Gambar 4.11 Pembuluh darah Lower ekstremitas setelah diinjeksi kontras media
47
Gambar 4. 12 Gambar ROI vs Time
Gambar 4.13 Pasien 5, Lower Ekstremitas sebelum di injeksi kontras media
Keterangan : Pasien 5 dengan berat badan 70 kg, umur 56 tahun, volume kontras media yang akan diinjeksikan 140ml, flowrate 2,5 ml/s, durasi scan 56 second. Pada gambar diatas hanya terlihat gambaran tulang ekstremitas bawah
49
Gambar 4.14 Pembuluh darah Lower ekstremitas setelah diinjeksi kontras media
Gambar 4.15 Gambar ROI vs Time
51
Berikut merupakan tabel dari hasil penelitian yang dilakukan pada 4 pasien dengan pemeriksaan CT Angiography
Tabel 4.3 Nilai CT Number ( Hu )
Gambar 4. 17 Kurva peningkatan Volume kontras media yang akan diinjeksikan berdasarkan Berat badan
Dari hasil penelitian diketahui adanya perbedaan Hounsfield Unit (Hu)
dengan penggunaan durasi dan volume yang berbeda. Nilai CT Number
didapatkan melalui pengukuran region of interest ( ROI ) pada aorta bervariasi
akibat durasi dan volume yang berbeda. Dari penelitian tersebut terbukti bahwa
semakin muda usia pasien, semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
Hu. Pada usia 50 – 74 tahun semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk
53
- Pemberian kontras media dikatakan optimal jika gambar pembuluh darah
mencapai nilai Hu pada arteri tersebut >150.
- Untuk pemeriksaan CT Angiografi Run Off Lower, volume media kontras dapat dirumuskan :
Volume Media kontras = (Waktu Delay Scan + Waktu Scan ) x Flowrate .
Hal ini dilakukan dengan harapan akan mendapatkan penyangatan media kontras
yang maksimum/optimal.
B. Saran
- Untuk menjaga kestabilan puncak penyangatan media kontras pada pasien gemuk, yang harus dilakukan adalah cara memperbesar flowrate pada saat
penyuntikan kontras media dan dengan menambahkan volume (ml) dan/atau
konsentrasi (mg/ml)..
- Penggunaan media kontras dengan flowrate yang cepat membuat semakin cepat penyebaran media kontras untuk mencapai puncak penyangatan kontras media
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. ANATOMI
Arteri merupakan pembuluh yang bertugas membawa darah menjauhi
jantung. Tujuannya adalah sistemik tubuh, kecuali arteri pulmonalis yang
membawa darah menuju paru untuk dibersihkan dan mengikat oksigen. Arteri
terbesar yang ada dalam tubuh adalah aorta, yang keluar langsung dari ventrikel
kiri jantung.
Aorta yang keluar keluar dari ventrikel kiri jantung sebagai aorta
ascendens. Kemudian, aorta ascendens mengalami percabangan yaitu arcus aorta
sebelum melanjutkan diri sebagai aorta descendens. Peredaran darah ekstremitas
bawah disuplai oleh arteri femoralis, yang merupakan kelanjutan dari arteri iliaka
eksterna (suatu cabang arteri iliaka communis, cabang terminal dari aorta
abdominalis). Selanjutnya arteri femoralis memiliki cabang yaitu arteri profunda
femoris, sedangkan arteri femoralis sendiri tetap berlanjut menjadi arteri poplitea.
Arteri profunda femoris sendiri memiliki empat cabang arteri perfontrantes. Selain
itu juga terdapat artei circumflexa femoris lateral dan arteri circumflexa femoris
medial yang merupakan percabangan dari arteri profunda femoris. Arteri poplitea
akan bercabang menjadi arteri tibialis anterior dan arteri tibialis posterior. Arteri
tibialis anterior akan berlanjut ke dorsum pedis menjadi arteri dorsalis pedis yang
dapat diraba di antara digiti 1 dan 2. Arteri tibialis posterior akan membentuk
cabang arteri fibular/peroneal, dan arteri tibialis posterior pedis sendiri tetap
berjalan hingga ke daerah plantar pedis dan bercabang menjadi arteri plantaris
medial dan arteri plantaris lateral. Keduanya akan membentuk arcus plantaris
yang mendarahi telapak kaki. Sedangkan di daerah gluteus, terdapat arteri gluteus
superior, arteri gluteus inferior dan arteri pudenda interna. Ketiganya merupakan
16
Gambar 2.1: Pembuluh darah Arteri Lower Ekstremitas
Vena merupakan pembuluh yang mengalirkan darah dari sistemik kembali
ke jantung (atrium dextra), kecuali vena pulmonalis yang berasal dari paru menuju
atrium sinistra. Semua vena sistemik akan bermuara pada vena cava superior dan
vena cava inferior.
Arcus vena dorsalis yang berada di daerah dorsum pedis akan naik melalui
vena saphena magna di bagian anterior medial tungkai bawah. Vena saphena
magna tersebut akan bermuara di vena femoralis. Sedangkan vena saphena parva
yang berasal dari bagian posterior tungkai bawah akan bermuara pada vena
poplitea dan berakhir di vena femoralis. Vena tibialis anterior dan vena tibialis
posterior juga bermuara pada vena poplitea. Dari vena femoralis, akan berlanjut
cava inferior. Selain itu terdapat juga vena glutea superior, vena glutea inferior
dan vena pudenda interna di daerah gluteus, yang bermuara ke vena iliaca interna.
Gambar 2.2: Pembuluh darah Vena Lower Ekstremitas
2. 2 PATOLOGI
Trombus merupakan suatu unsur benda yang tersusun dari unsur-unsur
darah didalam pembuluh darah atau jantung sewaktu masih hidup. Unsur-unsur
tersebut adalah trombosit, fibrin, eritrosit, dan leukosit. Adanya trombus ini dapat
menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah.
Trombus terbentuk melalui proses yang dinamakan dengan trombosis.
18
sehingga nantinya terbentuk massa yang menonjol ke dalam saluran pembuluh
darah yang dikenal dengan trombus.
Macam-Macam Trombus
- Occlusive trombus, yaitu trombus yang menyebabkan lumen (isi)
pembuluh tersumbat.
- Propagating trombus, yaitu massa yang dibentuk sepanjang pembuluh
yang tersumbat. Trombus ini merupakan perpanjangan dari occlusive
trombus.
- Saddle/riding trombus merupakan trombus yang memanjang dan masuk
kedalam cabang pembuluh
- Mural/parietal trombus adalah trombus yang hanya berupa bercak yang
melekat pada dinding pembuluh darah dan tidak menyebabkan
penyumbatan pembuluh darah.
- Pedinculated trombus adalah trombus mural dalam jantung yang
bertangkai panjang
2. 3 KONTRAS MEDIA
Kontras media adalah suatu bahan atau media yang dimasukkan kedalam
tubuh pasien untuk membantu pemeriksaan radografi, sehingga media yang
dimasukkan tampak lebih radioopaque atau lebih radiolucent pada organ tubuh
yang akan diperiksa
Kontras media digunakan untuk membedakan jaringan-jaringan yang tidak
dapat terlihat dalam radiografi. Selain itu kontras media juga untuk
memperlihatkan bentuk anatomi dari organ atau bagian tubuh yang diperiksa serta
untuk memperlihatkan fungsi organ yang diperiksa.
Syarat-syarat Bahan Kontras Media :
2. Dalam konsentrasi yang rendah telah dapat membuat perbedaan densitas yang
cukup.
3. Mudah cara pemakaiannnya.
4. Secara ekonomi tidak mahal dan mudah diperoleh dipasaran.
5. Mudah dikeluarkan dari dalam tubuh/larut sehingga tidak mengganggu organ
tubuh yang lain
Jenis bahan kontras dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
a) Bahan kontras negatif terdiri dari O2 (oksigen) dan CO2 (karbon dioksida).
b) Bahan kontras positif yang terdiri dari turunan barium sulfat (BaSO4) dan
turunan iodium (I).
2.4 Sinar-X
Sinar- X merupakan gelombang elektromagnetik, dimana dalam proses
terjadinya memiliki energi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut didasarkan
pada energi kinetik elektron. Sinar-X yang terbentuk ada yang memiliki energi
rendah sekali sesuai dengan energi elektron pada saat timbulnya sinar-X. Juga ada
yang berenergi tinggi, yakni berenergi sama dengan energi kinetik elektron pada
saat menumbuk target anode.
Terbentuknya sinar-X dapat terjadi apabila partikel bermuatan, elektron
misalnya, mengalami perlambatan yang diakibatkan adanya interaksi dengan
suatu material. Sinar-X yang terbentuk dengan cara demikian disebut sebagai
sinar-X bremsstrahlung. Sinar-X bremsstrahlung memiliki energi yang tinggi,
yang besarnya sama dengan energi kinetik partikel bermuatan pada awal
terjadinya perlambatan.
Selain itu sinar-X juga dapat terbentuk melalui proses perpindahan
elektron dari tingkat energi tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih rendah.
20
merupakan besaran energi yang khas untuk setiap jenis atom. Sehingga sinar-X
yang terbentuk disebut sinar-X karakteristik.
Pada dasarnya pesawat sinar-X terdiri dari tiga bagian utama, yaitu tabung
sinar-X, sumber tegangan tinggi yang mencatu tegangan listrik pada kedua
elektrode dalam tabung sinar-X, dan unit pengatur bagian pesawat sinar-X.
Tabung pesawat sinar-X yang biasanya terbuat dari bahan gelas yang terdapat
filamen. Filamen tersebut berfungsi sebagai katode dan target yang berfungsi
sebagai anode.
Gambar 2.3. Skema Tabung Pesawat Sinar-X
Gambar diatas menunjukkan skema dari tabung pesawat sinar-X, tabung
tersebut dibuat hampa udara agar elektron yang berasal dari filamen tidak
terhalang oleh molekul udara sewaktu menuju ke anode. Filamen yang di panasi
oleh arus listrik berfungsi sebagai sumber elektron. Makin besar arus filamen,
akan makin tinggi suhu filamen dan berakibat makin banyak elektron dibebaskan
persatuan waktu.
Elektron-elektron yang dibebaskan oleh filamen tertarik menuju anode
karena adanya beda potensial yang besar antara katode dan anode (potensial
katode beberapa puluh hingga beberapa ratus KV atau MV lebih rendah
dibandingkan potensial anode). Selanjutnya elektron-elektron tersebut akan
menumbuk bahan target yang umumnya bernomor atom dan bertitik cair tinggi
2.5 CT Scan
CT Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-X, komputer dan
televisi. Prinsip kerjanya yaitu berkas sinar-X yang terkolimasi dan adanya
detektor. Didalam komputer terjadi proses pengolahan dan perekonstruksian
gambar dengan menerapkan prinsip matematika atau yang lebih dikenal dengan
rekonstruksi algoritma. Setelah proses pengolahan selesai maka data yang telah
diperoleh berupa data digital yang selanjutnya diubah menjadi data analog untuk
ditampilkan kelayar monitor. Gambar yang ditampilkan dalam layar monitor
berupa informasi anatomis irisan tubuh. Pada CT Scan prinsip kerjanya hanya
dapat men-scaning tubuh dengan irisan melintang tubuh. Namun dengan
memanfaatkan teknologi komputer maka gambaran axial yang telah didapatkan
dapat direformat kembali sehingga didapatkan gambaran koronal, sagital, oblik,
diagonal bahkan bentuk 3 dimensi dari obyek tersebut.
2.5.1. Generasi Pertama
Generasi pertama CT Scan ini menggunakan single tube yang
menghasilkan berkas pensil yang kecil dengan lebar beberapa milimeter. Tube dan
detektor dipasang dengan arah berlawanan pada satu gantry dan berkas sinar
mengarah langsung ke detector. Proses scan dilakukan dengan menggerakkan tube
ke samping ke seluruh daerah kepala kemudian gantry berputar 1o dan proses
tersebut berulang sebanyak 180 kali. Proses scan untuk satu slice adalah sekitar 5
22
2.5.2. Generasi Kedua
Pada generasi ini yang berbeda dari generasi sebelumnya adalah tube
menggunakan berkas sinar kipa s, karena berkas sinar kipas mencakup bagian
kepala lebih luas sehingga perputaran gantry bisa lebih besar yaitu 10o – 30o
sehingga waktu yang di butuhkan pun berkurang sekitar 15 detik.
2.5.3 Generasi Ketiga
Generasi ini dikenalkan pada tahun 1976, sejak dikenalkan generasi ini
telah mengurangi gerak linier dengan berkas sinar yang cukup lebar untuk
menangkap gambaran objek yang diperiksa. Tube dan detektor bergerak 360o
mengelilingi objek sehingga mengurangi waktu pemeriksaan.
2.5.4 Generasi Keempat
Generasi ini hampir sama seperti generasi ketiga tetapi detektornya tetap
tidak bergerak hanya tube yang berputar mengelilingi pasien.
2.5.5 Generasi Kelima
Tidak menggunakan tube adalah perbedaan yang mencolok pada generasi
ini. Pada generasi ini sinar x dihasilkan dari electron yang menumbuk tungsten
yang membentuk kurva. Sinar x bergerak mengikuti kurva tungsten 180o dan
detector yang fix menangkap berkas sinar tersebut
2.5.6. Generasi Keenam
Generasi ini di sebut sebagai helical scan. Karena bentuk lintasan saat
melakukan scan seperti spiral. Helical merupakan pengembangan dari generasi
ketiga. Karena saat melakukan scan sinar x beroperasi terus menerus sehingga
kapasitas panas tube dari helical scan lebih besar. Secara keseluruhan helical scan
memberikan keuntungan dengan 1 detik 1 putaran membuat pemeriksaan lebih
cepat.
2.5.7. Generasi Ketujuh
Generasi ini merupakan pengembangan dari generasi sebelumnya yaitu
helical CT scan. Generasi ke tujuh ini biasa di sebut multirow atau multislice,
pada multislice dapat beroperasi sebagai axial maupun helical, helical pada single
2.5.8 Komponen dasar CT-Scan
CT-Scan mempunyai 2 komponen utama yaitu scan unit dan operator konsul. Scan unit biasanya berada di dalam ruang pemeriksaan sedangkan konsul
letaknya terpisah dalam ruang kontrol. Scan unit terdiri dari 2 bagian yaitu meja
pemeriksaan (couch) dan gantry.
2.5.9 Bagian – bagian dari scan unit : 2.5.9.1 Gantry
Di dalam CT-Scan, pasien berada di atas meja pemeriksaan dan meja
tersebut bergerak menuju gantry. Gantry ini terdiri dari beberapa perangkat yang
keberadaannya sangat diperlukan untuk menghasilkan suatu gambaran, perangkat
keras tersebut antara lain tabung sinar-X, kolimator, dan detektor.
• Tabung sinar-X
Berdasarkan stukturnya tabung X sangat mirip dengan tabung
sinar-X konvensional namun perbedaannya terletak pada kemampuannya untuk
menahan panas dan output yang tinggi. Panas yang cukup tinggi disebabkan
karena perputaran anoda yang tinggi dengan elektron-elektron yang
menumbuknya. Ukuran fokal spot yang kecil (kurang dari 1 mm) sangat
dibutuhkan untuk menghasilkan resolusi yang tinggi.
• Kolimator
Kolimator berfungsi untuk mengurangi radiasi hambur, membatasi jumlah
sinar yang sampai ke tubuh pasien serta untuk meningkatkan kualitas gambar.
CT-Scan menggunakan 2 buah kolimator yaitu pre pasien kolimator dan pre detektor
kolimator.
• Detektor
Selama eksposi berkas sinar-X (foton) menembus pasien dan mengalami
perlemahan (atenuasi). Sisa-sisa foton yang telah teratenuasi kemudian ditangkap
oleh detektor. Ketika detektor-detektor menerima sisa-sisa foton tersebut, foton
24
akan berakibat kualitas gambar lebih optimal. Ada 2 tipe detektor yaitu solid state
dan isian gas.
2.5.9.2 Meja pemeriksaan (couch)
Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk memposisikan pasien. Meja ini
biasanya terbuat dari fiber karbon. Dengan adanya bahan ini maka sinar-X yang
menembus pasien tidak terhalangi jalannya untuk menuju ke detektor. Meja ini
harus kuat dan kokoh mengingat fungsinya untuk menopang tubuh pasien selama
meja bergerak ke dalam gantry.
2.5.9.3 Sistem konsul
Konsul tersedia dalam berbagai variasi. Model yang lama masih
menggunakan dua sistem konsul yaitu untuk pengoperasian CT Scan sendiri dan
untuk perekaman dan untuk pencetakan gambar. Model yang terbaru sudah
memakai sistem satu konsul dimana memiliki banyak kelebihan dan banyak
fungsi. Bagian dari sistem konsul yaitu, sistem kontrol, sistem pencetak gambar,
dan sistem perekaman gambar.
2.6. Parameter CT Scan
Dalam CT Scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi
dan output gambar yang optimal. Adapun parameternya adalah :
2.6.1. Slice thickness
Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari obyek yang diperiksa. Nilainya dapat dipilh antara 1 mm-10 mm sesuai dengan keperluan
klinis. Ukuran yang tebal akan menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah
sebaliknya ukuran yang tipis akan menghasilkan detail yang tinggi. Jika ketebalan
2.6.2 Range
Range adalah perpaduan/kombinasi dari beberapa slice thickness.
Pemanfaatan range adalah untuk mendapatkan ketebalan irisan yang berbeda pada
satu lapangan pemeriksaan.
2.6.3 Faktor eksposi
Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap eksposi
meliputi tegangan tabung (KV), arus tabung (mA) dan waktu eksposi (s).
Besarnya tegangan tabung dapat dipilih secara otomatis pada tiap-tiap
pemeriksaan.
2.6.4 Field of View (FOV)
FOV adalah diameter maksimal dari gambaran yang akan direkonstruksi.
Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang 12-50 cm. FOV yang kecil
akan meningkatkan resolusi karena FOV yang kecil mampu, mereduksi ukuran
pixel, sehingga dalam rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti. Namun bila
ukuran FOV lebih kecil maka area yang mungkin dibutuhkan untuk keperluan
klinis menjadi sulit untuk dideteksi.
2.6.5 Gantry Tilt
Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan
gantry (tabung sinar-X dan detektor). Rentang penyudutan antara -25 sampai +25 derajat. Penyudutan gantry bertujuan untuk keperluan diagnosa dari
masing-masing kasus yang dihadapi. Disamping itu bertujuan untuk mengurangi dosis
radiasi terhadap organ-organ yang sensitif.
2.6.6 Rekonstruksi matriks
Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture element
26
berukuran 512 x 512 yaitu 512 baris dan 512 kolom. Rekonstruksi matriks
berpengaruh terhadap resolusi gambar. Semakin tinggi matriks yang dipakai maka
semakin tinggi resolusinya.
2.6.7. Rekonstruksi Algorithm
Rekonstruksi algorithm adalah prosedur metematis yang digunakan dalam
merekonstruksi gambar. Penampakan dan karakteristik dari gambar CT Scan
tergantung pada kuatnya algorithma yang dipilih. Semakin tinggi resolusi
algorithma yang dipilih maka semakin tinggi resolusi gambar yang akan
dihasilkan. Dengan adanya metode ini maka gambaran seperti tulang, soft tissue,
dan jaringan-jarringan lain dapat dibedakan dengan jelas pada layar monitor.
2.6.8. Window width
Window width adalah rentang nilai computed tomography yang dikonversi menjadi gray levels untuk ditampilkan dalam TV monitor. Setelah komputer
menyelesaikan pengolahan gambar melalui rekonstruksi matriks dan algorithma
maka hasilnya akan dikonversi menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama
nilai computed Tomography. Nilai ini mempunyai satuan Hu (Hounsfield Unit).
2.6.9. Window level
Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada karakteristik
perlemahan dari struktur obyek yang diperiksa. Window level menentukan
densitas gambar yang akan dihasilkan.
2.7 MSCT
Perkembangan teknologi di bidang kedokteran terus melesat. Demikian
juga dengan teknologi Computed Tomography Scan (CT Scan) yang juga telah
berkembang menjadi sebuah metode pencitraan medis yang sangat diperlukan
sekitar tahun 1971 CT Scan masih menggunakan satu detektor atau Mono Slice
(irisan) sehingga belum bisa membaca dengan baik bagian dalam tubuh manusia.
Barulah pada tahun 2000-an, tercipta Multi Slice CT Scan atau biasa disebut
MSCT yang memiliki irisan berlapis banyak, di antaranya jenis 4, 8, 16, 32, 40,
dan 64 slice. Alat ini memiliki kecepatan rotasi yang lebih tinggi sehingga dapat
merekonstruksi irisan gambar semakin baik.
Awal tahun 2000 alat ini hanya menggunakan 4 slice atau detektor (light
speed plus). Setahun kemudian baru menggunakan delapan detektor (light speed ultra). Pada akhir tahun 2002 alat ini menggunakan 16 detektor (light speed pro) dan pada akhir 2004 menggunakan 64 detektor. Bahkan hingga tahun ini
teknologinya terus berkembang pesat hingga 128 slice yang berarti menggunakan
128 detektor.
2.8 Prinsip Dasar dan Teknik Penyuntikan Media Kontras pada pemeriksaan MSCT
Perkembangan CT Scan yang demikian pesat baik dari spatial resolution
maupun temporal resolution memungkinkan teknik pemeriksaan CT Scan seperti
CT Angiografi dan Cardiac CTA menjadi pemeriksaan rutin.
Perkembangan ini membuat penggunaan kontras media menjadi lebih efisien dan
flexibel. Diperlukan strategi dan teknik yang tepat untuk dapat mengoptimalkan
penggunaan media kontras sehingga mendapatkan hasil pemeriksaan yang
optimal.
Beberapa faktor penting yang mempengaruhi penyangatan media kontras
dapat dikelompokan menjadi 2 kategori:
1. Faktor Pasien
28
2.8.1 Faktor Pasien
Yang paling berpengaruh adalah “body weight” (berat badan pasien) dan
“cardiac output” (cardiovascular circulation time). Faktor yang lain tapi sedikit
pengaruhnya adalah tinggi, gender, umur, akses vena, fungsi ginjal, dan variasi
patologis yang ada pada pasien.).
Faktor yang paling mempengaruhi waktu pencapaian puncak penyangatan
media kontras adalah Cardiac output (cardiovascular circulation time). Jika
Cardiac Output diturunkan, sirkulasi media kontras akan melambat, yang akan
mengakibatkan keterlambatan pencapaian puncak enhancement pada arteri atau
parenchyma.
2.8.2 Teknik Penyuntikan Media Kontras
Yang berhubungan dengan faktor tersebut adalah sebagai berikut :
• Durasi Penyuntikan (Vol/FR),
• Flowrate (ml/s),
• Volume kontras media (ml),
• Konsentrasi (mg/ml)
• Penggunaan Saline Flushing (NaCl)
a. Durasi Penyuntikan kontras (Injection Duration)
Durasi penyuntikan kontras media ditentukan oleh perbandingan volume
media kontras dengan flowrate penyuntikan, yang dapat dirumuskan sebagai
berikut :
{injection duration = contrast volume ÷ injection rate}
Faktor durasi ini sangat mempengaruhi puncak dan waktu pencapaian
penyangatan media kontras. Durasi penyuntikan pendek/cepat (low volume and/or
high injection rate) menyebabkan cepat tercapainya puncak penyangatan kontras media pada fase arterial dan parenchymal. Durasi penyuntikan panjang/lama (high
b. Injection Rate/Flow Rate
Dalam pemberian (penyuntikan) media kontras diperlukan teknik
kecepatan atau flow media kontras yang tepat untuk mendapatkan puncak
penyangatan yang optimal terutama untuk pemeriksaan CT Angiografi. Karena
alasan inilah pemeriksaan CT Angiografi membutuhkan flowrate yang lebih
tinggi dibandingkan pemeriksaan CT rutin.
c. Volume
Ketika Injection rate (Flowrate) ditingkatkan pada jumlah volume media
kontras yang sama, puncak penyangatan media kontras akan meningkat dan
waktu pencapaiannya lebih cepat. Tidak hanya meningkatkan penyangatan
kontras media pada arteri saja tapi dengan flowrate yang tinggi juga akan
memberikan informasi/gambar yang menampilkan vase arteri dan vase vena pada
saat bersamaan dengan baik
Penyuntikan dengan kecepatan tinggi perbedaan penyangatan media
kontras beberapa phase sangat mencolok memungkinkan pengambilan scan
dengan phase yang berbeda-beda (multi phase) misal pada pemeriksaan abdomen
(Liver, Pancreas dan Ginjal) deteksi kelainan lebih baik.
d. Concentration (Konsentrasi Media Kontras)
Konsentrasi media kontras akan mempengaruhi puncak penyangatan
media kontras dan waktu pencapaiannya pada pemeriksaan arterial , tapi untuk
pemeriksaan Liver/hepar hal ini tidak berpengaruh. Pada pemeriksaan CT Angio
dianjurkan memakai media kontras dengan konsentrasi 300 mgl/ml ke atas. Saat
ini di Indonesia terdapat 350 mgl/l dan 370 mgl/l.
e. Saline Flush (Pemberian NaCl)
Penggunaan NaCl (saline) selain untuk membilas (flushing) media kontras
30
tangan) untuk dapat di distribusikan ke sistem pusat peredaran darah. Penggunaan
NaCl (Saline) juga dapat menambah puncak penyangatan media kontras dan
efesiensi penggunaan media kontras. Selain juga dapat mengurangi adanya artifact
kontras media di daerah vena cava superior (untuk pemeriksaan pulmonum
emboli).
2.9 Kualitas Citra Radiografi 2.9.1 Densitas Radiografi
Densitas film adalah ukuran tingkat kegelapan dari suatu film. Secara teknik,
hal ini disebut transmitted density yang terjadi pada film berbahan dasar
transparan yang diukur sejak saat cahaya ditransmisikan melewati film. Densitas
merupakan fungsi logaritma yang menjelaskan suatu perbandingan dari dua
pengukuran,secara spesifik merupakan perbandingan antara intensitas cahaya
yang masuk ke film (I0) terhadap intensitas cahaya yang keluar melewati film (It).
D=log I0 It
Densitas film diukur dengan alat yang disebut densitometer. Secara sederhana,
densitometer memiliki sensor fotoelektrik (photoelectric sensor) yang dapat
menghitung banyaknya cahaya yang ditransmisikan melewati selembar film. Film
diletakkan di antara sumber cahaya dengan sensor dan pembacaan densitas
dilakukan oleh instrumen.
2.9.2 Kontras Radiografi
Kontras radiografi merupakan derajat densitas perbedaan antara dua area
pada gambar radiografi. Kontras memudahkan identifikasi ciri-ciri yang berbeda
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Sistem peredaran darah di dalam tubuh manusia secara garis besar terbagi
menjadi tiga yaitu jantung, pembuluh darah, dan saluran limfe. Pembuluh darah
terbagi atas tiga bagian yaitu pembuluh darah arteri, vena, dan kapiler. Pembuluh
darah berfungsi sebagai sistem transportasi darah di dalam tubuh yang membawa
darah dari jantung ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung.
Perkembangan CT Scan yang demikian pesat baik dari spatial resolution
maupun temporal resolution memungkinkan teknik pemeriksaan CT Scan seperti
CT Angiografi dan Cardiac CTA menjadi pemeriksaan rutin. Perkembangan ini
membuat penggunaan kontras media menjadi lebih efisien dan flexibel.
Diperlukan strategi dan teknik yang tepat untuk dapat mengoptimalkan
penggunaan media kontras sehingga mendapatkan hasil pemeriksaan yang
optimal. Oleh karena itu diagnosa dini merupakan salah satu tindakan yang
dilakukan untuk mengetahui lebih awal dan bagaimana penanggulangannya.
1.2. Perumusan Masalah
1. Bagaimana memperlihatkan gambaran radiografi trombus dengan CT
Scan 128 slice?
2. Berapa jumlah volume dan flowrate kontras media untuk
memperlihatkan gambaran trombus pada CT Scan 128 slice?
1.3.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk melihat gambaran radiografi trombus pada peripheral lower
menggunakan kontras media pada CT Scan 128 slice untuk menegakkan
14
1.4. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi sesuai dengan judul yaitu “ Analisis Hasil
Pemeriksaan Trombus pada Periperal Lower dengan Teknik Run Off Lower CT
Scan 128 Slice” untuk mengetahui bagaimana distribusi kontras media di
peripheral lower.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian tersebut adalah bagaimana memperlihatkan
pembuluh darah yang baik melalui injeksi kontras media dengan
memperhitungan volume, flowrate dan durasi scan.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari bab-bab yang memuat
beberapa sub-bab. Untuk memudahkan pembacaan dan pemahaman maka skripsi
ini dibagi menjadi beberapa bab yaitu:
- BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalahan, batasan masalah,
tujuan penelitian dan sistematika penulisan dari skripsi ini.
- BAB II Teori dasar, berisi landasan-landasan teori sebagai hasil dari studi
literatur yang berhubungan dengan pemeriksaan trombus pada periperal lower
menggunakan CT Scan 128 slice.
- BAB III Tempat penelitian, alat dan bahan penelitian, diagram alir penelitian,
prosedur penelitian, jadwal penelitian.
- BAB IV Hasil dan Pembahasan penelitian
ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai tingkat keberhasilan dalam melakukan pemeriksaan CT Scan Angiograhy Run off Lower untuk memperlihatkan trombus. Dalam penelitian ini dilakukan pada 5 orang pasien yang disuntikkan kontras media dengan memperhitungkan berat badan, flowrate, volume kontras dan durasi scan. Pada penelitian ini pada usia 50 – 74 tahun semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Hu, semakin muda usia pasien, semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Hu
Kata kunci : CT 128 slice, kontras media, injector unit, thrombus, flowrate, durasi scan.
7
ABSTRACT
This study discusses the success rate in performing a CT scan Angiograhy Run off Lower to show thrombus . In this study conducted in 5 patients who injected contrast media by taking into account weight , flowrate , volume and duration of the scan contrast . In this study, at the age of 50-74 years more and more time is needed to reach Hu , the younger the age of the patient , the less time is needed to reach Hu
ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN TROMBUS PADA
PERIPHERAL LOWER DENGAN TEKNIK RUN OFF LOWER
CT SCAN 128 SLICE
SKRIPSI
140821017
BERTI MONO ADEVENTI GAJAH
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETUAHUAN
ALAM
2
PERNYATAAN
ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN TROMBUS PADA PERIPHERAL LOWER DENGAN TEKNIK RUN OFF LOWER CT SCAN 128 SLICE
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2016
BERTI MONO ADEVENTI GAJAH
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL
ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN TROMBUS PADA
PERIPHERAL LOWER DENGAN TEKNIK RUN OFF LOWER
CT SCAN 128 SLICE
Disetujui oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
(Prof. DR. Timbangen Sembiring, MS)
NIP: 196212231991031002 NIP: 195705031983031003 (Drs. Aditia Warman, M.Si)
Disahkan oleh :
Ketua Departemen Fisika FMIPA USU
4
PERSETUJUAN
Judul : Analisis Hasil Pemeriksaan Trombus pada
Peripheral Lower dengan Teknik Run Off Lower
CT Scan 128 Slice
Kategori : Skripsi
Nama : Berti Mono Gajah Gajah
Nim : 140821017
Program Studi : SARJANA (S1) FISIKA
Departemen : FISIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di
Medan, Juli 2016
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
(Prof. DR. Timbangen Sembiring, MS)
NIP: 196212231991031002 NIP: 195705031983031003 (Drs. Aditia Warman, M.Si)
Diketahui/Disetujui oleh Departemen Fisika FMIPA USU,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan Karunia Nyalah sehingga skripsi ini dengan judul “ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN TROMBUS PADA PERIPHERAL LOWER DENGAN TEKNIK RUN OFF LOWER CT SCAN 128 SLICE” dapat selesai dengan baik.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Kerista Sebayang, MS selaku Dekan FMIPA Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Marhaposan Situmorang selaku Kepala Jurusan Fisika
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. DR. Timbangen Sembiring, MS selaku dosen pembimbing
utama yang memberikan panduan serta perhatian kepada penulis untuk
menyempurnakan Skripsi ini.
4. Bapak Drs. Aditia Warman, MSi selaku dosen pembimbing II.
5. Seluruh Dosen / Staf Pengajar pada program studi Fisika Ekstensi.
6. Kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan serta doa
agar selalu dipermudah langkah dalam menyelesaikan studi ini.
7. Seluruh staf radiologi RSU Bunda Thamrin dan teman-teman
seperjuangan di Fisika Ekstensi Angkatan 2014.
6
ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai tingkat keberhasilan dalam melakukan pemeriksaan CT Scan Angiograhy Run off Lower untuk memperlihatkan trombus. Dalam penelitian ini dilakukan pada 5 orang pasien yang disuntikkan kontras media dengan memperhitungkan berat badan, flowrate, volume kontras dan durasi scan. Pada penelitian ini pada usia 50 – 74 tahun semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Hu, semakin muda usia pasien, semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Hu
Kata kunci : CT 128 slice, kontras media, injector unit, thrombus, flowrate, durasi scan.
ABSTRACT
This study discusses the success rate in performing a CT scan Angiograhy Run off Lower to show thrombus . In this study conducted in 5 patients who injected contrast media by taking into account weight , flowrate , volume and duration of the scan contrast . In this study, at the age of 50-74 years more and more time is needed to reach Hu , the younger the age of the patient , the less time is needed to reach Hu
8
Daftar Gambar vii
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.6 Sistematika Penelitian ……….2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...3
2.1 Anatomi ... 3
2.2 Patologi ... 5
2.3 Kontras Media ... 6
2.4 Sinar X ... 7
2.5 CT Scan ... 9
2.5.1 Generasi Pertama ... 9
2.5.3 Generasi Ketiga ... 10
2.5.4 Generasi Keempat ... 10
2.5.5 Generasi Kelima ... 10
2.5.6 Generasi Keenam ... 10
2.5.7 Generasi Ketujuh ... 10
2.5.8 Komponen Dasar CT Scan ... 11
2.5.9 Bagian dari Scan Unit ... 11
2.5.9.1 Gantry ... 11
2.5.9.2 Meja Pemeriksaan ... 12
2.5.9.3 Sistem Konsul ... 12
2.6 Parameter Ct Scan ... 12
2.6.1 Slice Thickness ... 12
2.6.2 Range ... 13
2.6.3 Faktor Eksposi ... 13
2.6.4 Field of View ... 13
2.6.5 Gantry Tilt ... 13
2.6.6 Rekonstruksi Matriks ... 13
2.6.7 Rekonstruksi Algorithm ... 14
2.6.8 Window width ... 14
2.6.9 Window Level ... 14
2.7 MSCT ... 14
10
2.8.2 Teknik Penyuntikan Media Kontras ... 16
a. Durasi Penyuntikan Kontras ( Injection Duration )………….16
b. Injection Rate / Flow rate ... 17
c. Volume ... 17
d. Concentration ( Konsentrasi Media Kontras ) ... 17
e. Saline Flush ... 17
2.9 Kualitas Citra Radiografi ... 18
2.9.1 Densitas Radiografi ... 18
2.9.2 Kontras Radiografi ... 18
BAB III METODE PENELITIAN... 19
3.1 Tempat Penelitian... 19
3.2 Alat Dan Bahan Penelitian ... 19
3.2.1 Peralatan ... 19
3.2.2 Bahan ... 19
3.3 Diagram Alir Penelitian ... 20
3.4 Prosedur Penelitian... 21
3.4.1 Persiapan pasien ... 21
3.4.2 Prosedur pemeriksaan pasien ... 21
3.4.3 Prosedur Analisis Data ... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian... 23
1 Karakteristik Sampel ... 23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41
5.1 Kesimpulan ... 41
5.2 Saran ... 41
12
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Gambar Pembuluh Darah Arteri Lower Ekstremiti ... 4
Gambar 2.2 Gambar Pembuluh Darah Vena Lower Ekstremiti ... 5
Gambar 2.3 Skema Tabung Pesawat Sinar X ... 8
Gambar 2.4 CT Scan Generasi Pertama ... 9
Gambar 4.1 Gambar Radiografi pasien 1 sebelum injeksi ... 24
Gambar 4.2 Gambar Radiografi pasien 1 setelah injeksi ... 25
Gambar 4.3 Gambar ROI vs Time pasien 1 ... 26
Gambar 4.4 Gambar Radiografi pasien 2 sebelum injeksi ... 27
Gambar 4.5 Gambar Radiografi pasien 2 setelah injeksi ... 28
Gambar 4.6 Gambar ROI vs Time pasien 2 ... 29
Gambar 4.7 Gambar Radiografi pasien 3 sebelum injeksi ... 30
Gambar 4.8 Gambar Radiografi pasien 3 setelah injeksi ... 31
Gambar 4.9 Gambar ROI vs Time pasien 3 ... 32
Gambar 4.10 Gambar Radiografi pasien 4 sebelum injeksi ... 33
Gambar 4.11 Gambar Radiografi pasien 4 setelah injeksi ... 34
Gambar 4.12 Gambar ROI vs Time pasien 4 ... 35
Gambar 4.13 Gambar Radiografi pasien 5 sebelum injeksi ... 36
Gambar 4.14 Gambar Radiografi pasien 5 setelah injeksi ... 37
Gambar 4.15 Gambar ROI vs Time pasien 5 ... 38
Gambar 4.16 Kurva Peningkatan Waktu Pencapaian Hu berdasarkan Usia..39