• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efektifitas Distribusi Beras Miskin (Raskin)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Efektifitas Distribusi Beras Miskin (Raskin)"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFEKTIFITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN

(RASKIN)

(

Studi Kasus : Desa Sitalasari Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun)

SKRIPSI

JUNIATI BAKKARA 090304076 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS EFEKTIFITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN

(RASKIN)

(

Studi Kasus : Desa Sitalasari Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun) SKRIPSI

OLEH:

JUNIATI BAKKARA 090304076 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh, Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si.

NIP.19630928 199802 2 001 NIP.19721118 199802 2 001 Emalisa, SP. MSi.

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

JUNIATI BAKKARA (090304076) dengan judul skripsi “Analisis Efektifitas Distribusi Beras Miskin (RASKIN)” Studi kasus penelitian dilakukan di desa Sitalasari, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun. Penelitian dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si., dan Ibu Emalisa, S.P., M.Si. Penelitian ini dilakukan di desa Sitalasari, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara yang ditentukan secara purposive. Metode penelitian yang digunakan adalah metode acak sederhana (Simple Random Sampling). Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian adalah Analisis Deskriptif dan menggunakan persamaan matematis.

Dari hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Mekanisme penentuan RTS di Desa Sitalasari Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun adalah : Pendataan oleh PPLSBPS - Kantor Camat Siantar meneruskan nama-nama penerima ke daerah - Kepala Desa/Lurah mengadakan musdes bersama para penerima dan tidak penerima yang menerima RASKIN – Kantor Camat Siantar menerima laporan hasil mudes – Bupati Simalungun mengesahkan hasil mudes tersebut. Sesuai yang telah disepakti dalam musyawarah desa bahwa yang tidak terdaftar juga mendapatkan jumlah beras RASKIN yang sama dengan catatan yang diutamakan adalah mereka yang sudah terdaftar dan pemilik Kartu Identitas Penerima (KIP).

2. Mekanisme pendistribusian beras RASKIN di desa Sitalasari : Bupati Simalungun mengeluarkan SPA – BULOG menerima SPA dari bupati dan mengeluarkan SPPB/DO dan diserahkan kepada kepala gudang – Gudang perberasan mengeluarkan RASKIN sebanyak pagu RASKIN yang tertera pada SPPB/DO dan menyerahkan langsung kepada kepala desa disaksikan oleh pihak kecamatan – RASKIN di bagikan kepada RTS - Laporan hasil pembagian beras RASKIN dan pelunasan kepada pihak kecamatan - pelaporan pelunasan kepada Sub Divre Pematangsiantar

3. Program pendistribusian beras RASKIN memberikan surplus kepada penerima RASKIN sebesar Rp 32.942/KK yang mana jauh berada di atas total harga yang dibayarkan untuk memperoleh RASKIN dengan kuantitas 9,6 Kg/KK.

4. Tingkat keefektifan program pendistribusian beras RASKIN yaitu sebesar 64% menyatakan distribusi RASKIN tepat sasaran, 0% menyatakan distribusi RASKIN tepat jumlah, harga, waktu, 87,5% menyatakan distribusi RASKIN tepat mutu dan 64% menyatakan distribusi RASKIN tepat administrasi. Total persentase keefektifan pendistribusian RASKIN adalah 35,91% hal ini dapat disimpulkan bahwa program pendistribusian di desa Sitalasari sangat tidak efektif.

(4)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Masalah ketahanan pangan masih menjadi isu strategis yang perlu mendapat perhatian dan prioritas dari semua pihak. Ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan sektor pertanian karena merupakan sumber pangan pokok.

Seiring meningkatnya jumlah penduduk setiap tahunnya membuat meningkatnya konsumsi beras. Pertumbuhan penduduk tersebut diikuti pertumbuhan jumlah penduduk miskin yang juga meningkat. Hasil pendataan Badan Pusat Statistik Sumatera Utara Maret tahun 2013 jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1.339.200 orang.

Beras menjadi konsumsi utama hampir setiap rumah tangga, baik dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, ekonomi menengah dan ekonomi menengah ke atas. Dalam hal pemenuhan konsumsi utama, ini menjadi sebuah masalah bagi rumah tangga di Sumatera Utara khususnya di simalungun bagi rumah tangga miskin. Selain harga beras yang setiap tahunnya semakin lama semakin meningkat hal ini juga menajdi salah satu permasalahan bagi rumah tangga miskin untuk memenuhi kebutuhan pokoknya dalam pemenuhan konsumsi beras.

Permasalahan ini setiap tahunnya menjadi agenda bagi pemerintah, maka pemerintah mempunyai komitmen tinggi dalam mewujudkan ketahanan pangan bagi rakyatnya, komitmen yang tinggi tersebut diwujudkan dalam bentuk

(5)

didasari oleh pertimbangan bahwa beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.

Salah satu programnya adalah bidang kebijakan perberasan. Kebijakan perberasan sebelum tahun 1998 adalah Operasi Pasar Khusus (OPK). Pada saat munculnya program OPK, Indonesia memang belum memiliki model bantuan pangan yang mantap seperti di negara-negara maju. Oleh karena itu maka pola OPK dianggap menjadi alternatif yang paling rasional. Setiap tahunnya, OPK dievaluasi dan terus dilakukan penyempurnaan. Pada tahun 2002 OPK berubah menjadi Beras untuk Keluarga Miskin (RASKIN). Program Kebijakan RASKIN adalah bagian dari upaya Pemerintah Indonesia untuk memberdayakan masyarakat dengan menanggulangi masalah kemiskinan secara terpadu. RASKIN merupakan perkembangan dari Kebijakan OPK yang bertujuan untuk lebih menjelaskan arti Program sehingga diharapkan dapat mempermudah pelaksanaan di lapangan (BULOG, 2006).

(6)

timbangan standar. Keenam, ada biaya tambahan, harga RASKIN yang semestinya Rp 1.600/kg, terpaksa harus dibayar lebih karena ada biaya tambahan seperti untuk biaya administrasi, ongkos angkut, dan lainnya. Ketujuh, kesalahan data, akibat tidak adanya koordinasi antara pemerintah baik dari pusat, provinsi, kabupaten dampai desa, jumlah orang miskin yang didata lebih besar dari yang sebenarnya, sehingga RASKIN yang dibagikan kurang. Kedelapan, menunggak setoran pembayaran, akibat tunggakan hasil penjualan RASKIN di suatu daerah yang tidak disetorkan ke BULOG, maka BULOG tidak mau menyalurkan lagi jatah RASKIN sebelum tunggakan dilunasi. Hal ini tentu amat merugikan penerima manfaat RASKIN, karena mereka membeli secara kontan, sedangkan urusan penyetoran uang hasil pembelian tidak diketahui (Musawa, 2009).

Permasalahan RASKIN hampir selalu menjadi sorotan dikarenakan sampai saat ini program tersebut masih dilaksanakan guna membantu pemenuhan kebutuhan akan pangan beras bagi rumah tangga miskin.

(7)

Tabel 1. Daftar Pagu RASKIN Kecamatan se–Kabupaten Simalungun Tahun 2012

NO KECAMATAN / NAGORI Jumlah RTS

Penerima Manfaat

Sumber : Badan Urusan Logistik, 2013

(8)

dengan total penerimaan pagu RASKIN sebesar 47.625 Kg selama 8-10 kali penyaluran dalam setahun. Pendataan rumah tangga miskin dilaksanakan dengan tujuan khusus untuk memfasilitasi pemerintah guna memungkinkan penyaluran RASKIN untuk rakyat miskin, dimana pendataan rumah tangga miskin di Desa Sitalasari dilakukan oleh tim survei PLSBPS yang dilaksanakan selama tiga tahun sekali. Jumlah RTS di Desa Sitalasari yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah rumah tangga miskin mengakibatkan berkurangnya jumlah RASKIN yang diterima oleh RTS.

Melihat permasalahan diatas penelitian ini dilakukan terkait dengan masalah keefektifan dalam hal pendistribusian RASKIN di Kabupaten Simalungun. Hal ini sangat diperlukan bagi para pengelola program RASKIN dalam mengevaluasi dan menilai efektifitas pelaksanaan program RASKIN.

Kajian menelaah tentang program subsidi RASKIN di Kabupaten Simalungun masih sangat terbatas, khususnya di Desa Sitalasari Kecamatan Siantar. Oleh karena itu penelitian ini bermaksud untuk mengisi keterbatasan tersebut dengan lebih memfokuskan kajian pada masalah keefektifan pelakasanaan distribusi RASKIN di daerah tersebut.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana mekanisme penentuan Rumah Tangga Sasaran (RTS) penerima manfaat RASKIN di daerah penelitian?

(9)

3. Berapa surplus konsumen yang diterima oleh tiap Rumah Tangga Sasaran (RTS) penerima RASKIN?

4. Bagaimana tingkat efektifitas program distribusi beras miskin di daerah penelitian (tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat mutu, tepat administrasi, dan tepat waktu)?

Tujuan Penelitian

Dari permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme penentuan Rumah Tangga Sasaran

(RTS) penerima beras RASKIN di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme distribusi RASKIN di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui berapa surplus konsumen yang diterima oleh tiap penentuan Rumah Tangga Sasaran (RTS) pemerima RASKIN.

4. Untuk menganalisis tingkat efektifitas program distribusi beras miskin (tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat mutu, tepat administrasi, dan tepat waktu) di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam kajian program subsidi RASKIN terkait dengan keefektifan pelaksanaan program tersebut bagi Rumah Tangga Sasaran (RTS) penerima RASKIN.

(10)

RASKIN khususnya di desa Sitalasari Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.

(11)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Beras memiliki urutan utama dari jenis bahan pangan yang dikonsumsi. Hampir seluruh penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai bahan pangan utama. Beras juga merupakan nutrisi penting dalam struktur pangan, karena itu peranan beras memiliki peranan strategis dalam kehidupan bangsa Indonesia (Tarigan, 1997). Pangan pokok umumnya banyak mengandung karbohidrat sehingga berfungsi sebagai sumber kalori utama. Di Indonesia, di antara bahan pangan berkabohidrat, yaitu padi-padian, umbi-umbian dan sagu. Beras merupakan sumber kalori yang terpenting bagi sebagian besar penduduk. Beras diperkirakan menyumbangkan kalori sebesar 6-80 persen dan protein 45-55 persen bagi rata-rata penduduk (Sawit, 1994).

Besarnya perhatian pemerintah terhadap ekonomi perberasan ini didasari oleh pertimbangan bahwa beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Oleh sebab itu pihak yang paling perlu diperhatikan dalam penentuan kebijakan pangan, terutama kebijakan perberasan adalah konsumen. Beras masih menjadi sumber pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Partisipasi konsumsi beras diberbagai wilayah adalah diatas besaran 90 persen. Kepentingan konsumen perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan dibidang perberasan di Indonesia (Harianto, 2001).

(12)

Golongan miskin menggunakan bagian terbesar dari pendapatan untuk memenuhi kebutuhan makanan, dimana untuk keluarga-keluarga di negara berkembang sekitar dua pertiganya (Suhardjo, 1996).

Hal ini juga diperkuat oleh Nainggolan (2005), yang mengatakan bahwa perbandingan kualitas konsumsi masyarakat perkotaan dan pedesaan menunjukkan bahwa masyarakat perkotaan memiliki kualitas konsumsi yang lebih baik. Kondisi ini mengindikasikan perlunya fokus masyarakat desa sebagai target perbaikan/peningkatan kualitas konsumsi sehingga mampu menaikkan rata-rata kualitas konsumsi secara nasional.

Sebab masalah rawan pangan yang dialami sebagian besar penduduk desa semakin meningkat khususnya pada saat ini. Banyak masyarakat miskin yang tidak mampu membeli beras pada harga pasar yang dinilai cukup mahal. Menyadari sulitnya akses penduduk miskin terhadap beras yang disediakan melalui pasar bebas, mulai Juli 1998 pemerintah menerapkan kebijakan baru berupa Target Subsidi Harga Beras yang dikenal dengan OPK (Saifullah, 2001). Kemudian berganti nama menjadi RASKIN yang dikelola oleh BULOG. Saat ini pemasaran beras dilakukan oleh BULOG terbanyak adalah untuk menunjang program OPK/RASKIN yang menyerap sekitar 75 persen cadangan beras BULOG. Sisanya disalurkan ke pasar umum karena umumnya petani menjual gabah di waktu panen dan pada waktu tidak panen mereka akan membeli lagi dari pasar (Sulaksono, 2003).

(13)

penurunan konsumsi kalori 7 persen sampai 8 persen dan konsumsi protein 15 persen hingga 16 persen dari kemungkinan yang terjadi akibat rawan pangan di masyarakat. Dari segi efisiensi program, model kebijakan OPK pembiyaannya lima kali lebih efisien dibandingkan dengan program sejenis yang diterapkan di beberapa negara. Dengan alasan ini pulalah pemerintah mempertahankan program ini yang sekarang dikenal dengan RASKIN (Sulaksono, 2003).

RASKIN adalah bagian dari Program penanggulangan kemiskinan, yaitu kegiatan perlindungan sosial berbasis keluarga dalam pemenuhan kebutuhan beras bagi masyarakat kurang mampu (Anonimus, 2008).

Rumah Tangga Sasaran Penerima RASKIN

Rumah Tangga Sasaran Penerima RASKIN adalah Rumah Tangga Miskin di Desa/Kelurahan yang berhak menerima RASKIN dan terdaftar dalam Daftar Penerima Manfaat (DPM) yang ditetapkan oleh kepala desa/lurah sebagai hasil Musyawarah desa/Kelurahan dan disahkan oleh camat sesuai hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLSBPS) (Pedum, 2013).

Mekanisme Penetapan Rumah Tangga Sasaran (RTS) Penerima RASKIN Adapun mekanisme penetapan Rumah Tangga Sasaran Penerima RASKIN menurut BPS adalah sebagai berikut :

a. RTS yang berhak mendapatkan RASKIN adalah RTS yang terdaftar dalam PPLSBPS, sebagai RTS Penerima RASKIN di Desa/Kelurahan.

(14)

1) Melakukan verifikasi nama RTS hasil PPLSBPS yang sudah meninggal, tidak layak atau pindah alamat keluar Desa/Kelurahan. Untuk kepala RTS yang meninggal dunia diganti oleh salah satu anggota rumah tangganya. Sedangkan untuk Rumah Tangga tunggal, RTS yang pindah alamat dan Rumah Tangga yang tidak layak lagi maka digantikan oleh Rumah Tangga miskin yang dinilai layak.

2) Rumah Tangga miskin yang dinilai layak untuk menggantikan RTS pada butir 1 di atas adalah diprioritaskan kepada Rumah Tangga miskin yang memiliki anggota Rumah Tangga lebih besar terdiri dari balita dan anak usia sekolah,kepala Rumah Tangganya perempuan, kondisi fisik rumahnya kurang layak huni,berpenghasilan lebih rendah dan tidak tetap.

3) Pelaksanaan Mudes/Muskel dapat dilaksanakan sepanjang tahun berjalan sesuai dengan kebutuhan.

4) Hasil verifikasi Mudes/Muskel dimasukkan dalam daftar RTS RASKIN sesuai model DPM yang ditetapkan oleh Kepala Desa/Lurah dan disahkan oleh Camat. Selanjutnya RTS RASKIN hasil verifikasi diberikan kartu Raskin sebagai identitas penerima Raskin.

5) Hasil verifikasi RTS RASKIN dilaporkan oleh Camat kepada Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota.

(15)

7) Perubahan jumlah RTS RASKIN di setiap Desa/Kelurahan tidak diperbolehkan mengubah pagu wilayah setempat (Bulog, 2012).

Adapun kriterianya dapat dilihat pada Tabel 2, berikut : Tabel 2. Kriteria penentuan Rumah Tangga Miskin

No Kriteria

1 Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang

2 Jenis dinding tempat tinggal dari bambu / rumbia / kayu berkualitas rendah / tembok tanpa diplester

3 Tidak memiliki fasilitas buang air besar / bersama-sama dengan rumah tangga lain

4 Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik

5 Sumber air minum berasal dari sumur / mata air tidak terlindung / sungai /air hujan

6 Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar / arang / minyak tanah

7 Hanya mengkonsumsi daging / susu / ayam satu kali dalam seminggu

8 Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun

9 Hanya sanggup makan sebanyak satu / dua kali dalam sehari

10 Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas / poliklinik

11 Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan luas lahan 500 m2 buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan

12 Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah / tidak tamat SD/ hanya SD

13 Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Sumber: BULOG 2012

(16)

rumah tangga miskin tersebut memenuhi minimal 9 kriteria dari 14 kriteria yang ada.

Mekanisme Pelaksanaan Distribusi RASKIN

Berdasarkan Pedum RASKIN Tahun 2013 mekanisme pelaksanaan distribusi RASKIN adalah :

1. Bupati/ Walikota mengajukan Surat Permintaan Alokasi (SPA) kepada Kadivre berdasarkan alokasi pagu RASKIN dan rumah tangga miskin penerima RASKIN dimasing-masing kecamatan/kelurahan/desa.

2. SPA yang tidak dapat dilayani sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan, maka pagu dapat direlokasikan ke daerah lain dengan menerbitkan SPA baru yang menunjuk pada SPA yang tidak dapat dilayani.

3. Berdasarkan SPA, Kadivre menerbitkan Surat Perintah Pengiriman Beras (SPPB) untuk masing-masing kecamatan/kelurahan/desa kepada Satuan Kerja (SATKER) RASKIN. Apabila terdapat tunggakan Harga Penjualan Beras (HPB) pada periode sebelumnya maka penerbitan SPPB periode berikutnya ditangguhkan sampai ada pelunasan.

(17)

5. Serah terima beras RASKIN dari SATKER RASKIN kepada pelaksana distribusi di titik distribusi dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima (BAST) yang merupakan pengalihan tanggungjawab.

6. Pelaksana Distribusi menyerahkan beras kepada rumah tangga miskin penerima manfaat RASKIN (Bulog, 2012).

Landasan Teori Efektifitas

Efektifitas adalah pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Efektifitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya indikator yang telah ditetapkan yaitu tepat jumlah, waktu, sasaran, harga, administrasi dan mutu. Jika kegiatan mendekati indikator berarti makin tinggi Efektifitasnya. Untuk peningkatan efektifitas ditingkat RTS pemerintah menerapkan sistem manajemen yang baik, manajemen waktu dan pengelolaan. Dalam perhitungan persentase efektifitas, dikategorikan efektif apabila mencapai minimal satu persen dan maksimal seratus persen. (Sugiyono, 2010).

Selain itu skala dan klasifikasi pengukuran kinerja instansi pemerintah yang disajikan dalam Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Skala dan Klasifikasi Pengukuran Efektifitas Kinerja Instansi Pemerintah

Kinerja Kriteria

(18)

Berdasarkan Tabel 3 di atas, untuk pendistribusian RASKIN yang dilakukan oleh BULOG kepada RTS apabila hasilnya menunjukkan persentase yang semakin besar dapat dikatakan bahwa pendistribusian RASKIN semakin efektif. Demikian sebaliknya, semakin kecil hasilnya persentase maka menunjukkan pendistribusian RASKIN semakin tidak efektif.

Distribusi

Menurut Philip Khotler (2005) saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi.

Pengertian Harga dan Penetapan Harga Harga

Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba. Selain itu secara tidak langsung harga juga mempengaruhi biaya. Harga sering sekali digunakan sebagai indikator nilai apabila harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang dan jasa.

(19)

Penetapan Harga

Menurut Philip Khotler (2005) Penetapan harga adalah keputusan mengenai harga-harga yang akan diikuti oleh suatu jangka waktu tertentu (mengenai perkembangan pasar).

Penetapan harga yang sesuai dan tepat akan membuat konsumen bertahan dengan produk tersebut karena sesuai dengan daya beli konsumen, dengan demikian secara tidak langsung dapat mempengaruhi realisasi penjualan.

Harga Pemerintah (Patokan) adalah harga yang ditetapkan oleh pemerintah. Misalnya, harga RASKIN, harga dasar padi, gula, terigu dan lain sebagainya.

Harga RASKIN di titik distribusi yang ditetapkan BULOG yaitu sebesar Rp 1.600/Kg. Namun, harga tersebut dapat berbeda jika telah berada ditangan penerima RASKIN. Harga dapat berkisar antara Rp 2.000-2.500/liter (bukan kilogram) karena untuk biaya angkut/transportasi dari titik distribusi ke penerima manfaat, serta ditetapkan beberapa kriteria diantaranya membebankan biaya ongkos kirim RASKIN kepada warga miskin, uang jaga malam selama beras berada didalam gudang, uang pikul serta uang SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) (Sulaksono, 2003).

Harga ditingkat retail (rumah tangga) atau harga aktual adalah diwakili oleh harga di lembaga distribusi ditambah dengan biaya distribusi dan keuntungan lembaga penyalur dan yang diperkirakan mencerminkan tingkat efektifitas diperkirakan.

Secara sitematis harga ditingkat retail dapat diperoleh dari : Harga jual produsen = Harga Beli + Laba

(20)

Dimana :

Pp : Harga jual produsen Pb : Harga beli produsen π : Laba (keuntungan)

Perbedaan harga dapat di perloeh dari :

Selisih harga Konsumen - Produsen = Harga beli Konsumen – Harga jual Produsen

∆P = Pk – Pp

Dimana :

∆P : Selisih harga Konsumen- Produsen Pk : Harga Konsumen

Pp : Harga Produsen (Soekartawi,2010)

Surplus konsumen merupakan pencerminan suatu keuntungan lebih (surplus) yang

dinikmati oleh konsumen karena adanya selisih harga antara harga patokan

dengan harga jual barang tersebut.Surplus konsumen dihitung dari perbedaan

harga dikalikan dengan kuantitas pembeliannya, dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

Sk : Surplus Konsumen Pa : Harga tertinggi dipasar Pk : Harga Kesimbangan

Q : Jumlah yang diperjualbelikan (Daniel, 2002). ��= ( �� − �� ) ��

(21)

Efektifitas Distribusi RASKIN

Kefektifan distribusi RASKIN (Bulog, 2013), dapat dinilai melalui indikator keberhasilan program RASKIN yaitu :

1. Tepat Sasaran Penerima RASKIN

Raskin hanya di berikan kepada RTS penerima manfaat yang terdaftar dalam daftar penerima manfaat (DPM).

2. Tepat Jumlah

Jumlah RASKIN yang merupakan hak penerima manfaat adalah sebanyak 15 kg/RTM/bulan selama 12 bulan.

3. Tepat Mutu

Mutu RASKIN yang diperoleh oleh RTS adalah mutu beras sesuai dengan kriteria mutu RASKIN dari BULOG.

4. Tepat Harga

Harga RASKIN adalah sebesar Rp 1.600/Kg netto di titik distribusi. 5. Tepat Waktu

Waktu pelaksanaan distribusi RASKIN kepada RTS penerima manfaat sesuai dengan rencana distribusi.

6. Tepat Administrasi

Terpenuhinya persyaratan administrasi secara benar (yakni memiliki KIP sebagai identitas RTS).

(22)

dipersentasekan. Apabila Persentase ˃80% maka dianggap efektif pendistribusian RASKIN yang diterima oleh RTS.

Kerangka Pemikiran

Distribusi RASKIN merupakan proses penyaluran beras kepada penduduk miskin yang telah terdata sebagai masyarakat yang berhak menerima beras RASKIN. Beras yang didistribusikan ke masing-masing titik distribusi berasal dari gudang penyimpanan perum BULOG dan yang akan disalurkan kepada pelaksana distribusi ditingkat kelurahan/desa di titik distribusi yaitu kepala desa/lurah. RTS yang menerima RASKIN harus sudah terdata terlebih dahulu sebagai rumah tangga yang berhak atas RASKIN yang dibagikan.

Harga RASKIN yang telah ditetapkan pemerintah adalah Rp 1.600/Kg namun, harga tersebut bisa berbeda di terima oleh rumah tangga penerima RASKIN di titik distribusi, karena dibebankan biaya distribusi. Hal tersebut menimbulkan perbedaan harga ditingkat pemerintah dan rumah tangga.

Alur pendistribusian RASKIN dikatakan efektif jika keenam indikator tersebut terpenuhi sesuai standar ketetapan BULOG serta mekanisme pendistribusian berjalan sesuai dengan ketentuan standar mekanisme pendistristribusian RASKIN. Apabila persentase ke enam indikator tersebut ˃80% maka program

pendistribusian RASKIN di Desa Sitalasari dikatakan efektif.

(23)

KERANGKA PEMIKIRAN

ALUR DISTRIBUSI RASKIN

Keterangan :

: menyalurkan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Program Distribusi RASKIN

Hipotesis Penelitian

1. Ada surplus konsumen yang diterima oleh tiap rumah tangga sasaran penerima RASKIN.

2. Program pendistribusian RASKIN di daerah penelitian efektif.

TIDAK EFEKTIF

EFEKTIF KURANG

EFEKTIF

BULOG

RASKIN

KEPALA DESA /

PELAKSANA DISTRIBUSI

RUMAH TANGGA SASARAN PENERIMA RASKIN

SANGAT EFEKTIF SANGAT

(24)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive (secara sengaja) yaitu di Desa Sitalasari Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. Penentuan daerah penelitian dilakukan dengan pertimbangan bahwa daerah penelitian adalah salah satu desa yang telah mendapat program RASKIN selama 15 tahun.

Metode Pengambilan Sampel

Populasi dari penelitian ini yaitu semua rumah tangga miskin yang memperloeh RASKIN di Desa Sitalasari yaitu sebanyak 160 KK penerima yang terdaftar sebagai RTS dan 90 KK yang tidak terdaftar sebagai RTS tetapi menerima beras RASKIN. Pengambilan sampel dilakukan dengan acak sederhana (Simple Random Sampling) dengan penentuan besaran sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Slovin menentukan ukuran sampel suatu populasi dengan formula :

Dimana : n = sampel; N = populasi;

d = nilai presisi 85% atau sig. = 0.15

Maka jumlah sampel yang diteliti adalah sebanyak: �= �

(25)

Tabel 4. Jumlah Populasi Penerima RASKIN di Desa Sitalasari

Hal ini bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat proses penelitian. Besar sampel tersebut diasumsikan dapat mewakili populasi.

Metode Pengumpulan Data

(26)

Tabel 5. Tabel Jenis Data Yang dibutuhkan dan metode Pengumpulannya NO Tujuan Penelitian Data Yang

dibutuhkan

Metode Peng. Data

Sumber Data

1 Untuk mengetahui jumlah pagu

Dokumentasi BULOG

2 Untuk mengetahui mekanisme

3 Untuk mengethaui tingkat keefektifan

Data primer diperoleh langsung dari angket dan wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan daftar kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga/ instansi seperti BPS Sumatera Utara, Kantor Bulog Sumatera Utara, Kantor Bulog Sub Drive Pematangsiantar, Kantor Kecamatan Siantar, Kantor Kepala Desa Sitalasari serta literatur yang mendukung penelitian.

Metode Analisis Data

(27)

Masalah ketiga di analisis dengan menggunakan metode penghitungan surplus konsumen (rumah tangga). Surplus konsumen dihitung dari perbedaan harga dikalikan dengan kuantitas pembeliannya, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Dimana :

Sk : Surplus Konsumen Pa : Harga tertinggi dipasar Pk : Harga Kesimbangan

Q : Jumlah yang diperjualbelikan

Masalah keempat di analisis dengan metode deskriptif, dengan membandingkan

harga ditingkat retail (rumah tangga) dengan harga dilembaga distribusi ditambah

dengan biaya distribusi dan keuntungan lembaga penyalur RASKIN. Secara

sistematis dapat dinotasikan dalam rumus sebagai berikut :

Dimana :

Prt : Harga di tingkat retail (rumah tangga) (Rp) Pi : Harga ditingkat lembaga distribusi (Rp) t : Biaya distribusi (Rp)

π : Keuntungan oleh penyalur (Rp). Prt = Pi + t + π

(28)

Selanjutnya, untuk melihat perbedaan harga patokan dengan harga tingkat retail

(rumah tangga) dipergunakan dengan menghitung selisih kedua harga tersebut,

yaitu :

Dimana :

∆P : Perbedaan Harga (Rp)

Prt : Harga ditingkat retail (rumah tangga) (Rp) Pp : Harga patokan pemerintah (Rp).

Maka apabila hasil ∆P menunjukkan :

∆P = 0 maka tidak terdapat perbedaan harga ditingkat retail (rumah tangga) dengan harga patokan Pemerintah.

∆P < 0 maka terdapat perbedaan harga, dimana harga Patokan Pemerintah lebih tinggi di bandingkan harga ditingkat retail (rumah tangga).

∆P > 0 maka terdapat harga, dimana harga ditingkat retail (rumah tangga) lebih tinggi di bandingkan harga Patokan Pemerintah.

Definisi Dan Batasan Operasional Definisi

Untuk menjelaskan dan menghidari kesalahpahaman dalam penelitian maka dibuat defenisi:

1. RASKIN merupakan subsidi beras yang diperuntukkan bagi keluarga miskin sebagai upaya dari pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan pada keluarga miskin.

2. Distribusi RASKIN adalah proses penyaluran beras dari pemerintah kepada penduduk miskin (rumah tangga sasaran) dengan jatah 15kg/KK dengan harga

(29)

tebus adalah Rp 1600/Kg dan sistem pembayaran RASKIN adalah cash and carry (tunai dan bawa pulang).

3. Mekanisme pendistribusian RASKIN adalah alur distribusi dari BULOG ke kepala desa hingga ke rumah tangga penerima RASKIN sesuai dengan aluryang telah ditetapkan.

4. Rumah Tangga Sasaran Penerima RASKIN adalah rumah tangga yang menerima manfaat program distribusi RASKIN di desa Sitalasari.

5. Perbedaan harga adalah perbedaan harga yang diterima oleh penerima RASKIN dibandingkan dengan harga yang ditetapkan oleh pemerintah/BULOG.

6. Efektifitas adalah menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya indikator yang telah ditetapkan yaitu tepat jumlah, waktu, sasaran, harga, administrasi dan mutu.

Batasan Operasional

Adapun batasan operasional penelitian ini adalah :

1. Penelitian dilakukan di Desa Sitalasari Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.

2. Yang menjadi responden adalah rumah tangga miskin yang menerima RASKIN di Desa Sitalasari.

(30)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

PENGGUNAAN SAMPEL

Deskripsi Desa Sitalasari

Desa Sitalasari terletak di Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun. Jarak Desa Sitalasari ke ibukota Kecamatan Siantar 8,5 Km, jarak dri ibukota Kabupaten Simalungun 26 Km. Secara administrasi Desa Siatalasari mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah utara berbatasan dengan Desa Laras Dua - Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pardamean - Sebelah timur berbatasan dengan Desa Nusa Harapan - Sebelah barat berbatasan dengan Desa Lestari Indah

Desa Sitalasari terdiri dari 6 dusun, dengan perincian sebagai berikut: 1. Dusun Sidorejo 2. Dusun Jeruk

3. Dusun Sawo 4. Dusun Manggis 5. Dusun Semangka 6. Dusun Jambu

Kondisi Penduduk

(31)

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Sitalasari Tahun 2012

No Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa)

Persen tase (%) 1 0 - 1 Tahun 125 3,09 2 2 - 4 Tahun 270 6,68 3 5 - 6 Tahun 114 2,82

4 7 - 12 Tahun 319 7,89

5 13 - 15 Tahun 150 3,71

6 16 - 18 Tahun 215 5,32

7 19 - 25 Tahun 497 12,29

8 26 - 35 Tahun 391 9,67

9 36 - 45 Tahun 578 14,29

10 46 - 50 Tahun 216 5,34

11 51 - 60 Tahun 463 11,45 12 ˃ 60 Tahun 706 17,45

Total 4044 100,00

Sumber: Kantor Kepala Desa Sitalasari Tahun 2013

(32)

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Desa Sitalasari Tahun 2012

Sumber: Kantor Kepala Desa Sitalasari Tahun 2013

Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa mayoritas mata pencaharian penduduk di Desa Sitalasari adalah petani yaitu 885 jiwa atau (21,88 %). Sumber daya yang tersedia baik dari alam maupun manusia yang paling mendukung adalah sektor pertanian sehingga pekerjaan dari sektor ini yang paling banyak untuk dikembangkan.

Pendidikan merupakan hal utama bagi penduduk untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan sumber manusia. Dalam proses pendidikan dapat diperoleh terapan dari nilai-nilai moral dan etika serta pengetahuan untuk mencapai tujuan pembangunan. Pendidikan terdiri dari dua jenis yaitu pendidikan formal dan pendidikan non-formal. Pendidikan formal didapat masyarakat dari instansi resmi seperti sekolah maupun universitas yang bersifat resmi sedangkan pendidikan non-formal diperoleh masyarakat dari pengalaman-pengalaman, penyuluhan-penyuluhan, adat istiadat maupun tradisi masyarakat setempat. Pendidikan non formal ini bersifat tidak resmi yagn dapat diperoleh dari siapa saja.

N o

(33)

Keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan formal dapat dilihat pada Tabel 8 berikut :

Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Terakhir di Desa Sitalasari Tahun 2012

No Tingkat Pendidikan Formal Jumlah Penduduk (Jiwa)

7 Tidak/Belum bersekolah 870 21,51

Jumlah 4044 100,00

Sumber: Kantor Kepala Desa Sitalasari Tahun 2013

Tabel 8 menunjukkan bahwa pendidikan penduduk secara formal sangat bervariasi. Namun distribusi penduduk paling banyak yaitu penduduk pada tingkat pendidikan SMA/SLTA yaitu dengan jumlah penduduk 1.700 jiwa (53,56%). Sebagian besar penduduk lainnya berada pada tingkat pendidikan SMP/ SLTP maupun SD. Penduduk yang melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi yakni yang melanjutkan ke pendidikan akademi (D1-D3) berjumlah 263 jiwa (8,29%) dan sarjana (S1-S3) berjumlah 184 jiwa (5,80%). Dari 4044 jumlah penduduk yang ada di Desa Sitalasari, penduduk yang tidak bersekolah dan tidak menyelesaikan pendidikannya sebanyak 870 jiwa.

Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya

(34)

masyarakat terjalin dengan erat. Perekonomian masyarakat sebagian berasal dari pertanian. Kebudayaan yang mendominasi adalah kebudayaan Batak Toba.

Saran dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangungan. Sarana dan prasarana di Desa Sitalasari cukup memadai. Kondisi sarana dan prasarana yang cukup memadai didukung dengan kondisi jalan yang sudah diaspal sehingga petani tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh sarana produksi dan penjulan hasil produksi. Sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Sitalasari sudah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan maupun keagamaan. Keadaan sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel 9 berikut:

Tabel 9. Sarana dan Prasarana di Desa Sitalasari Tahun 2012

No Keterangan Jumlah

(unit)

Sumber: Kantor Kepala Desa Sitalasari Tahun 2013

(35)

Karasteristik Sampel

Karasteristik sampel yang dimaksud di sini adalah meliputi karakteristik sosial dan ekonomi masyarakat yang menerima RASKIN yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, ukuran keluarga, pendapatan serta pekerjaan. Dari sampel ini juga dilihat bagaimana kefektifan dalam penyaluran beras miskin tersebut, bagaimana proses pendistribusian, apakah sesuai dengan pedoman umum yang telah ditetapkan dalam pendistribusian RASKIN atau terdapat penyelewengan-penyelewengan yang terjadi dalam pendistribusian.

Secara keseluruhan akan disajikan rekapitulasi karakteristik distribusi masyarakat yang mendapat RASKIN seperti yang tertera pada Tabel 10 berikut :

Tabel 10. Distribusi Sampel menurut Kelompok umur di Desa Sitalasari Tahun 2012

Sumber : Analisis Data Lampiran 1 dan 2

(36)

menurut tingkat pendidikan di Desa Sitalasari seperti tertera pada Tabel 11 berikut ini :

Tabel 11. Distribusi Sampel menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012 No Tingkat

Sumber : Analisis Data Lampiran 1 dan 2

(37)

Tabel 12. Distribusi Sampel menurut Jumlah Ukuran Keluarga Tahun 2012

Sumber : Analisis Data Lampiran 1 dan 2

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa jumlah ukuran keluarga sampel RTS adalah 1-7 orang dengan rata-rata 3 orang dan jumlah ukuran keluarga sampel Non-RTS adalah 1-7 orang dengan rata-rata 4 orang. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki jumlah tanggungan yang sedang. Jumlah tanggungan akan berpengaruh terhadap jumlah konsumsi.

Tabel 13. Distribusi Sampel menurut Pekerjaan Kepala Keluarga Tahun 2012

Sumber : Analisis Data Lampiran 1 dan 2

(38)

berjumlah 2 orang (5,71%), Mocok-mocok berjumlah 9 orang (25,71%), Karyawan berjumlah 2 orang (5,71%), dan pekerjaan lain-lain seperti buruh cuci, juruwarta, najir mesjid, tukang jahit, tukang pijat, rohaniawan, penjaga kuburan, dan pembantu rumah tangga berjumlah 16 orang (45,71%). Komposisi pekerjaan masyarakat yang termasuk non-RTS adalah Wiraswasta/pedagang berjumlah 3 orang (10,00%), Petani/buruh/peternak berjumlah 4 orang (13,33%), Tukang becak/supir berjumlah 1 orang (3,33%), Mocok-mocok berjumlah 12 orang (40,00%), Karyawan berjumlah 1 orang (3,33%), pekerjaan lain-lain seperti buruh cuci, pembantu rumah tangga berjumlah 7 orang (23,33%) dan yang tidak bekerja berjumlah 2 orang (6,67%). Masyarakat yang mendapat beras RASKIN rata-rata tidak memiliki lahan mereka hanya bekerja sebagai buruh/tenaga upahan harian dan mocok-mocok, yang artinya, hari ini mereka bekerja, besok belum tentu mereka bekerja sehingga penghasilan mereka setiap bulannya tidak tetap.

Tabel 14. Distribusi Sampel menurut Pendapatan Keluarga Tahun 2012 No Pendapatan

Sumber : Analisis Data Lampiran 1 dan 2

(39)

>Rp 600.000 perbulannya dengan jumlah rata-rata Rp 551.666,67 perbulannya. Ini dapat dikategorikan bahwa nilai pendapatan berada sangat jauh di bawah Upah

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan terhadap masyarakat yang mendapat beras RASKIN di Desa Sitalasari Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang menerima RASKIN lalu diacak secara sederhana untuk ditetapkan sebagai sampel 35 KK yang terdaftar sebagai RTS dan 30 KK yang tidak terdaftar sebagai RTS tetapi menerima RASKIN. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan pendistribusian beras RASKIN di Desa Sitalasari Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun ditinjau dari segi ketepatan sasaran penerima RASKIN, ketepatan jumlah, ketepatan mutu, ketepatan harga, ketepatan waktu, ketepatan administrasi para penerima RASKIN.

Mekanisme Penentuan Rumah Tangga Sasaran Penerima RASKIN di Desa Sitalasari

(41)

PPLSBPS (Pendataan)

Kantor CamatSiantar (Penerimaan dan meneruskan)

Kepala desa/ Lurah (Musyawarah desa)

Kantor Camat Siantar (meneruskan)

Bupati Simalungun (Pengesahan) Keterangan :

: alur/ urutan/ mekanisme

Gambar 2. Mekanisme penentuan Rumah Tangga Sasaran di Desa Sitalasari

Mekanisme penentuan RTS di Desa Sitalasari berdasarkan penelitian terlihat seperti pada Gambar 2 di atas, dimana PPLSBPS akan melakukan pendataan lalu nama hasil pendataan diserahkan kepada pihak kecamatan, dan pihak kecamatan akan mengirimkan nama hasil pendataan PPLSBPS tersebut langsung ke Desa Sitalasari. Kemudian akan dilakukan verifikasi data oleh pihak desa melalui musywarah desa dan setelah itu diserahkan kembali ke pihak kecamatan dan pihak kecamatan akan meneruskannya kepada bupati untuk disahkan.

(42)

BPS Tahun 2011. Apalagi dalam bab “Penetapan Rumah Tangga Sasaran” tidak disebutkan bahwa penerima manfaat harus rumah tangga miskin. Tidak adanya ketentuan tersebut dapat dijadikan dasar pembenaran petugas pelaksana untuk membagikan beras RASKIN tidak hanya kepada RTM atau bahkan dibagikan rata, asal keputusannya diambil secara musyawarah desa.

Musyawarah di Desa Sitalasari pelaksanaannya belum optimal, kurang melibatkan masyarakat, dan umumnya tidak bertujuan untuk mempertajam sasaran. Kondisi tersebut sejalan dengan temuan lapangan yang menunjukkan bahwa musyawarah di Desa Sitalsari hanya dilakukan untuk menyepakati pembagian beras RASKIN secara merata kepada seluruh rumah tangga.

Mekanisme Pendistribusian RASKIN di Desa Sitalasari

(43)

Bupati Simalungun (Mengesahkan SPA)

BULOG

(mengeluarkan SPPB/DO)

Gudang RASKIN

(Penyerahan beras sesuai pagu RASKIN)

Kantor Camat Siantar

(saksi penyerahan RASKIN digudang RASKIN)

Kepala desa/ Pelaksana distribusi (menyalurkan langsung)

Rumah Tangga Sasaran

Keterangan :

: alur/ urutan/ mekanisme

Gambar 3. Mekanisme pendistribusian RASKIN di Desa Sitalasari

(44)

selanjutnya pihak kelurahan yang akan menjemput langsung RASKIN tersebutdan membagikannya langsung kepada Rumah Tangga Sasaran.

Berdasarkan Juklak Junis pendistribusian Program RASKIN (2013) :

1. Bupati Simalungun mengajukan Surat Permintaan Alokasi (SPA) RASKIN kepada Kasub. Divre Pematangsiantar berdasarkan alokasi beras per kelurahan/desa/kecamatan yang telah ditetapkan selalui SK Bupati.

2. Berdasarkan SPA tersebut Kasub. Divre menerbitkan SPPB /DO beras per kecamatan kepada Satgas RASKIN (masa berlaku SPPB/DO selama satu bulan)

3. Atas dasar SPPB/DO tersebut, kepala gudang melayani distribusi beras kepada Satgas RASKIN sesuai dengan ketentuan pergudangan yang berlaku dilingkungan Perum Bulog.

4. Satgas RASKIN Sub Divre Pematangsiantar mengangkut dan menyerahkan beras RASKIN kepada pelaksana distribusi akhir di titik distribusi. Dalam rangka kelancaraan pelaksanaan pendistribusian ini Satgas RASKIN Sub Divre Pematangsiantar mengikuti aparat Pemda/Petugas kecamatan (Pelaksana di Titik distribusi) untuk menyaksikan di gudang.

(45)

surat pernyataan berhutang oleh petugas yang dijamin oleh Camat/Kades/Lurah

6. Pelaksanaan pendistribusian beras RASKIN dari titik distribusi kepada keluarga sasaran penerima manfaat merupakan tanggungjawab pemerintah Kabupaten Simalungun.

7. Apabila distribusi kepada penerima RASKIN tidak habis disalurkan pada bulan yang bersangkutan, maka sisa beras tersebut dapat disalurkan kepada penerima manfaat paling lambat bulan berikutnya.

8. Terhadap distribusi yang ditunda pada bulan tertentu karena tunggakan HPB RASKIN dapat dilayani setelah HPB dilunasi.

9. SPA bulan tertentu yang belum selesai terlayani sebagian atau dari seluruhnya, apabila akan dialokasikan kembali pada bulan tertentu atau tanpa perubahan, dapat dilayani kembali dengan SPA tersebut, kecuali apabila ada perubahan lokasi yang diajukan maka harus menerbitkan SPA baru dengan merujuk pada SPA lama dan sisa yang belum terlayani. SPA untuk pelaksanaan tersebut dipisahkan dengan SPA rutin berjalan. Hal ini dapat berubah sesuai dengan kesepakatan bersama melalui musyawarah desa masing-masing dititik distribusi.

(46)

Surplus konsumen yang diterima oleh RTS

Surplus konsumen menunjukkan keuntungan yang diperoleh konsumen karena mereka membeli suatu komoditi. Keuntungan tersebut diperoleh oleh konsumen karena harga yang berlaku pada kondisi keseimbangan lebih rendah daripada harga yang mereka harus bayarkan.

Surplus konsumen bagi setiap unit beras RASKIN yang dikonsumsi adalah selisih antara harga beras dipasar jika dibeli konsumen beras RASIN yang diperjualbelikan. dapat dilihat dari perhitungan berikut ini :

= ( 8946−2083 ) � 9,6

2

= Rp 32.942,4 = Rp 32.942

Dari perhitungan di atas diketahui bahwa harga beras yang dikonsumsi oleh rumah tangga miskin yaitu dibeli seharga Rp 8.946/Kg yang merupakan hasil rata-rata yang diambil dari 65 sampel. Harga tersebut merupakan harga yang seharusnya mereka bayarkan jika tidak ada subsidi pangan berupa beras RASKIN. Harga beras tersebut berkisar antara Rp 8.750/Kg hingga Rp9.375/Kg. Sehingga diperoleh rata-rata sebesar Rp 8.946/Kg. Sedangkan harga RASKIN yang harus mereka korbankan untuk memperoleh RASKIN yaitu, sebesar Rp 1.600/Kg. Kuantitas RASKIN yang diterima setiap kepala keluarga sama yaitu sebnayak 9.6/Kg/KK.

Berdasarkan data tersebut diperoleh surplus bagi RTS yang membeli RASKIN dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga beras yang dibeli di

(47)

pasar/ di warung yaitu sebesar Rp Rp 32.942/KK. Nilai tersebut merupakan keuntungan yang diterima oleh penerima beras RASKIN dengan adanya subsidi pemerintah dibidang pangan yaitu beras RASKIN. RASKIN yang diberikan dengan harga Rp 2.083/Kg, setidaknya dapat meringankan beban warga yang kurang mampu. Ini dapat dimaklumi dengan harga beras dipasar rata-rata senilai Rp 8.946/Kg.

Surplus yang diperoleh penerima beras RASKIN menunjukkan terjadinya kelebihan kepuasan yang dinikmati oleh penerima beras RASKIN. Kelebihan kepuasan ini muncul dari adanya perbedaan antara kepuasan yang diperoleh penerima RASKIN dalam mengkonsumsi sejumlah beras dengan pembayaran yang harus dikeluarkannya untuk memperoleh beras tersebut. Kepuasan yang diperoleh oleh penerima beras RASKIN selalu lebih besar daripada pembayaran yang mereka keluarkan.

Tingkat Efektifitas program distribusi beras miskin Ketepatan Sasaran

Berdasarkan ketetapan Pemerintah bahwa yang menjadi penerima RASKIN adalah RTS yang terdaftar sesuai dengan nama hasil survei PPLS BPS dan memiliki kriteria rumahtangga miskin minimal 9 dari ke 14 kriteria yang ada dan nantinya akan dikeluarkan Kartu Identitas Penerima (KIP) sebagai bukti pada saat pengambilan beras RASKIN di titik distribusi.

(48)

Tabel 15. Jumlah RTS, Jumlah RTM dan Total Penerima beras RASKIN di Desa Sitalasari

Rumah Tangga Jumlah

KK

Sumber: Kantor Kepala Desa Sitalasari Tahun 2013

Dari Tabel 15 dapat diketahui bahwa jumlah RTM di Desa Sitalasari sebanyak 250 KK, jumlah RTS sebanyak 160 KK dan jumlah Non-RTS sebanyak 90 KK, namun sesuai dengan hasil keputusan musyawarah desa bersama para RTS disepakati bahwa yang berhak menerima beras RASKIN di Desa Sitalasari adalah seluruh RTM yang datang ke balai desa ketika pembagian beras RASKIN yaitu sebanyak 250 KK sehingga pembagian di sama ratakan kepada setiap RTM. Kriteria terhadap rumah tangga dikatakan miskin tidak tersosialisasi dengan baik. Aparat desa harus tahu betul bahwa kriteria rumah tangga miskin yang ditetapkan pemerintah adalah 14 kriteria rumahtangga miskin dimana minimalnya 9 kriteria terpenuhi. Jika masyarakat tidak termasuk dalam kriteria tersebut, maka dia tidak bisa digolongkan rumah tangga miskin dan dia tidak berhak menerima RASKIN.

Ketepatan Jumlah

(49)

Tabel 16. Pagu beras RASKIN di Desa Sitalasari Tahun 2012 -2013 Jumlah Pagu RASKIN

2400 Kg

Jumlah RTM di Desa Sitalasari

250 KK

Jumlah RTS di Desa Sitalasari 160 KK Jumlah beras RASKIN yang

diterima oleh RTM dan RTS yang datang pada saat pembagian

2400 Kg : 250 KK = 9.6 Kg

Sumber: Analisis data Tabel 14

Dari Tabel 16 diatas dapat diketahui bahwa jumlah pagu RASKIN setiap jadwal pembagiannya sebanyak 2400 Kg. Di Desa Sitalasari total jumlah penerima beras RASKIN adalah 250 KK dengan jumlah beras yang diterima oleh masing-masing rumahtangga sebanyak 6 tumbak/KK atau 1 tumbak = 1,6 Kg maka totalnya 9.6 Kg/KK.

Sesuai dengan ketetapan BULOG bahwa jumlah RASKIN yang berhak diterima oleh RTS sebanyak 15 Kg/KK. Bila dibandingkan sesuai dengan jumlah yang ditetapkan oleh pemerintah tentulah jumlah ini jauh dari standar jumlah yang seharusnya di terima oleh rumah tangga sesuai dengan ketetapan, namun hal ini terjadi dikarenakan kesepakatan dengan para penerima yang terdaftar dan yang tidak terdaftar dalam musyawarah desa untuk mengurangi kecemburuan dalam hal penerimaan RASKIN maka diambil kebijakan dan diputuskan melalui musywarah desa bahwa jumlah beras yang akan di terima disama ratakan jumlahnya untuk tiap-tiap rumah tangga.

Ketepatan Harga

(50)

Harga jual RASKIN bagi rumah tangga di titik distribusi yang ditetapkan oleh pemerintah adalah sebesar Rp 1600/Kg dengan maksud agar dapat meringankan beban pengeluaran untuk pangan bagi warga kurang mampu atau keluarga miskin terutama dalam hal pemenuhan konsumsi beras.

Harga tersebut berbeda setelah sampai ketangan RTS dikarenakan terdapat biaya tambahan seperti biaya angkut, upah menimbang, dan lain sebagainya yang harus ditanggung oleh rumahtangga miskin yang menerima/menebus beras RASKIN. Totalitas biaya dan keuntungan dari pendistribusian RASKIN di Desa Sitalasari dapat dilihat pada Tabel 17 berikut :

Tabel 17. Totalitas Biaya dan Keuntungan dari Pendistribusian RASKIN di Desa Sitalasari

Sumber: Analisis data Lampiran 3

(51)

Harga RASKIN yang dibayarkan penerima RASKIN merupakan harga ditingkat lembaga distribusi dengan biaya distribusi dan keuntungan yang diperoleh dalam penyaluran RASKIN yang dapat dilihat dari hasil perhitungan di bawah ini : Prt = Pi + t + π

= 1600 + 187,5 + 295,5

= Rp 2083

Perbedaan harga diketahui dengan menghitung selisih antara harga tingkat rumah tangga dengan harga patokan pemerintah yaitu :

∆P = Prt – Pi

= Rp 2083 – Rp 1600 = Rp 483

Nilai ∆P > 0 : terdapat perbedaan harga, dimana harga ditingkat retail (rumah tangga) lebih tinggi dibandingkan dengan harga patokan pemerintah.

Jika dilihat dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa keuntungan yang diperoleh oleh pelaksana distribusi lebih besar dari biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses pendistribusian. Seharusnya dalam pendistribusian beras bersubsidi ini keuntungan yang diambil dapat diminimkan atau ditiadakan. Sehingga perbedaan harga yang terjadi tidak terlalu besar dan tidak memberatkan penerima RASKIN. Jika penerima RASKIN dibebankan biaya-biaya dan keuntungan dalam pendistribusian, program ini bukan merupakan suatu bentuk bantuan.

(52)

begitu harga yang diterima oleh masyarakat miskin akan tetap murah yaitu Rp 1600/Kg.

Ketapatan Mutu

Berdasarkan hasil wawancara dengan para penerima RASKIN mengenai mutu beras yang diperoleh oleh RTS, mutu beras yang diterima sesuai dengan kriteria mutu beras Bulog.

Kriteria beras yang ditetapkan oleh Bulog adalah yang layak untuk dikonsumsi dengan kriteria sebagai berikut :

Persyaratan Kualitatif : a. Bebas hama dan penyakit

b. Bebas bau apek, asam atau bau asing lainnya c. Bebas dari campuran bekatul (kulit sekam padi)

(53)

Ketepatan Administrasi

Tepat administrasi yang dimaskudkan disini adalah kelengkapan identitas para penerima RASKIN di Desa Sitalasari dimana sesuai dengan keputusan pemerintah, bahwa yang menjadi penerima beras RASKIN adalah RTS yang terdaftar dan memiliki Kartu Indentitas Penerima (KIP), yang mana pada setiap jadwal pembagian RASKIN KIP wajib dibawa dan pencatatan nomor kartunya sebagai bukti bahwa yang bersangkutan memang telah mengambil haknya yang dicatatkan kedalam formulir daftar penerima yang akan dilaporkan kepada pihak kecamatan.

Selain itu juga kelengkapan administrasi titik distribusi dalam hal pemenuhan berkas tata cara pembagian dan laporan akhir setelah pembagian beras RASKIN dan tidak lupa juga masalah administrasi pembayaran uang beras RASKIN oleh pelaksana distribusi beras RASKIN kepada pihak Pemda atau pihak kecamatan dengan mengisi formulir laporan pembagian beras RASKIN.

Ketepatan Waktu

(54)

Tabel 18. Jadwal Pembagian Beras RASKIN di Desa Sitalasari No Pembagian Tanggal Pembagian

1 I 7 September 2012

Sumber Kantor Kepala Desa Sitalasari

Dari Tabel 18 dapat diketahui bahwa dihitung mulai dari Bulan September Tahun 2012 sampai Bulan Oktober Tahun 2013, sebanyak 2 kali Desa Sitalasari tidak mendapatkan jatah RASKIN yakni pada Bulan Februari dan Juli dikarenakan tidak adanya beras yang datang dari BULOG ke Desa Sitalasari sedangkan mulai dari Bulan Januari tahun 2013 sampai Bulan Oktober tahun 2013 Desa Sitalasari RASKIN sudah dibagikan sebanyak 7 kali, bila 2 bulan ke depannya Desa Sitalasari mendapatkan jatah RASKIN maka dalam Tahun 2013 ini Desa Sitalasari hanya mendapatkan 9 kali jatah RASKIN.

Bila dibandingkan dengan kriteria dari pemerintah sendiri bahwa pembagian beras RASKIN adalah minimal 9 kali dan maksimal 12 kali dalam setahun pembagian RASKIN di Desa Sitalasari sangat minim sekali.

(55)

yang terisolasi sering pula RASKIN mengalami keterlambatan atau bisa juga dikarekan dari provinsi jatah beras yang belum diantar ke kantor BULOG daerah .

Perhitungan Persentase Indikator Keefektifan Pendistribusian RASKIN di Desa Sitalasari

Dalam mencapai tujuan program pendistribusian RASKIN yang telah ditetapkan, efektifitas pendistribusian RASKIN yang dinilai berdasarkan keenam indikator di atas. Adapun perhitungan persentase indikator keefektifan pendistribusian RASKIN seperti pada tabel 19 berikut:

Tabel 19. Persentase Tingkat Keefektifan Distribusi Beras Miskin No Indikator Sumber: Analisis data lampiran 1,2,3,4,5,6,7

Dari Tabel 19 di atas dapat dilihat hasil penelitian terhadap keenam indikator yang menunjukkan tingkat efektifitas pendistribusian beras RASKIN diperoleh nilai dengan rata-rata sebesar 35,91%.

(56)
(57)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Mekanisme penentuan RTS di Desa Sitalasari Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun adalah : Pendataan oleh PPLSBPS - Kantor Camat Siantar meneruskan nama-nama penerima ke daerah - Kepala Desa/Lurah mengadakan musdes bersama para penerima dan tidak penerima yang menerima RASKIN – Kantor Camat Siantar menerima laporan hasil mudes – Bupati Simalungun mengesahkan hasil mudes tersebut. Sesuai yang telah disepakti dalam musyawarah desa bahwa yang tidak terdaftar juga mendapatkan jumlah beras RASKIN yang sama dengan catatan yang diutamakan adalah mereka yang sudah terdaftar dan pemilik Kartu Identitas Penerima (KIP).

(58)

3. surplus konsumen yang diterima oleh tiap penerima RASKIN sebesar Rp 32.942/KK yang mana jauh berada di atas total harga yang dibayarkan untuk memperoleh RASKIN dengan kuantitas 9,6 Kg/KK. 4. Total persentase keefektifan pendistribusian RASKIN adalah 35,91% hal

ini dapat disimpulkan bahwa program pendistribusian di desa Sitalasari sangat tidak efektif.

Saran

Kepada Penerima RASKIN Non-RTS

a. Sebaiknya mengajukan diri pada saat PPLSBPS mengadakan pendataan rumah tangga miskin agar terdaftar secara resmi sebagai penerima RASKIN.

Kepada Pemerintah Daerah dan Pusat

a. Sebaiknya dilakukan pendataan keluarga miskin oleh aparat paling rendah misalnya ketua RT/RW/GAMOT yang dapat mengamati dan menilai langsung kemiskinan warga mereka sehingga lebih tepat sasaran.

b. Anggaran distribusi RASKIN sebaiknya dimasukkan dalam anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sehingga rakyat miskin dapat menerima dengan harga murah yaitu Rp 1.600/Kg.

(59)

Kepada Aparat Desa dan Kepala Desa

a. Untuk aparat desa dan kepala desa sebaiknya keuntungan yang diperoleh sebagai jasa yang diberikan tidak perlu terlalu besar atau ditiadakan karena akan semakin memberatkan rumah tangga miskin dalam menebus RASKIN.

Kepada Peneliti Selanjutnya

(60)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1994. Budidaya Tanaman Jeruk. Kanisius, Yogyakarta Bambang. 1996. Budidaya Jeruk Bebas Penyakit. Kanisius, Jakarta.

Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. P.T. Bumi Aksara, Jakarta. Hadisapoetro. 1973. Pembangunan Pertanian. FP UGM Press. Yogyakarta

Hendro, S. 2000. Prospek Berkebun Buah. Penebar Swadaya, Jakarta. Joesoer. 1993. Penuntun Berkebun Jeruk. Bhratara, Jakarta

Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta. ________. 1997. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta. Prawirokusumo, Soeharto., 1990, Ilmu Usaha Tani, BPFE, Yogyakarta.

Rahardi, F. Y. H. Indriani dan Haryono. 1993. Argribisnis Tanaman Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rahim, A., Hastuti, D.R.D. 2008. Pengantar, Teori, dan Kasus Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya. Depok.

Reinjntjes, C., B, Haverkosy dan W. Bayer. 2003. Pertanian Untuk Masa Depan. Kanisius, Yogyakarta.

Rukmana, R. 2012. Usahatani Jeruk. Kanisius, Yogyakarta. Soekartiwi. 2002. Ilmu usaha Tani. Penerbit UI, Jakarta.

_________. 1989. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

_________. 1995. Pembangunan Pertanian. Manajemen PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Soelarso. 1996. Budidaya Jeruk. Kanisius, Yogyakarta. Soeriatmaja. 1983. Usaha Tani. Depdikbud, Jakarta

Suratiyah, K. 2008. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta.

(61)
(62)

Lampiran 1. Karakteristik Sosial Ekonomi RTS yang Menerima RASKIN No

No. KIP Nama Umur

(Tahun) Pendidikan Pekerjaan

Ukuran Keluarga (orang)

Pendapatan (Rp/Bulan) 1 120916001200069 Hasiholan Simanjuntak 44 SMA Mocok-mocok 4 500000

(63)

21 120916001200113 Saiful 54 SMP Tukang Pijat 2 500000

22 120916001200116 Wasisto 54 SMP Pedagang 2 500000

23 120916001200133 Roy Nasution 34 SMA Mocok-mocok 3 600000

24 120916001200086 Ilham Chandra 52 SMA Juruwarta 6 750000

25 120916001200021 Jul Padli 46 SMP Mocok-mocok 3 400000

26 120916001200087 Rosmauli Sumbayak 46 SMP Pedagang 1 400000

27 120916001200079 Dosni Hutabarat 75 SMA Rohaniawan 1 300000

28 120916001200077 Lamsihar Hutabarat 52 SMA PRT 2 400000

29 120916001200071 Rosmina 55 SMP PRT 3 400000

30 120916001200024 Boiman 56 STM Karyawan 5 700000

31 120916001200089 Raja Balimun 46 SMA Pedagang 5 600000

32 120916001200090 Charmiden Naibaho 70 STM Mocok-mocok 2 450000

33 120916001200067 Khairuddin Tampubolon 58 SMP Mocok-mocok 4 500000

34 120916001200155 Freddy Simbolon 36 SMA Mocok-mocok 2 450000

35 120916001200008 Rumina Sagala 65 SMA Tukang Jahit 2 500000

Jumlah

1767

117 18650000

(64)
(65)

21 Bonar Edison Hasibuan 54 SD Supir 4 750000 22 Tanim Purba 49 SD Mocok-mocok 5 450000 23 Risman Tobing 48 SMA Mocok-mocok 5 600000 24 Syaiful Chaniago 56 SD Mocok-mocok 5 500000 25 Saut Purba Siboro 55 SD Mocok-mocok 4 650000 26 Agus Sholeh 35 STM Tukang 3 700000 27 Mangara Gultom 52 SMA Buruh cuci 3 450000 28 Zainal Nur 48 SMA Wiraswasta 4 750000 29 Budi Syahputra 37 SMA Mocok-mocok 6 600000 30 Sakimin 52 SD Buruh Tani 5 700000

Jumlah 1493 111 16550000

(66)
(67)

20 Suryanto 96.17 48.17 41.67 186.01

21 Saiful 96.17 48.17 41.67 186.01

22 Wasisto 96.17 48.17 41.67 186.01

23 Roy Nasution 96.17 48.17 41.67 186.01 24 Ilham Chandra 96.17 48.17 41.67 186.01

25 Jul Padli 96.17 48.17 41.67 186.01

26 Rosmauli Sumbayak 96.17 48.17 41.67 186.01 27 Dosni Hutabarat 96.17 48.17 41.67 186.01 28 Lamsihar Hutabarat 96.17 48.17 41.67 186.01

29 Rusmina 96.17 48.17 41.67 186.01

30 Boiman 96.17 48.17 41.67 186.01

31 Raja Balimun 96.17 48.17 41.67 186.01 32 Chermiden Naibaho 96.17 48.17 41.67 186.01 33 Chairuddin Tampubolon 96.17 48.17 41.67 186.01 34 Freddy Simbolon 96.17 48.17 41.67 186.01 35 Rumia Sagala 96.17 48.17 41.67 186.01 36 Erwin Napitupulu 96.17 48.17 41.67 186.01 37 Abdulles Sitepu 96.17 48.17 41.67 186.01 38 Tamainta Purba 96.17 48.17 41.67 186.01 39 Marina br.Sinambela 96.17 48.17 41.67 186.01

40 Musinem 96.17 48.17 41.67 186.01

41 Monang Silaen 96.17 48.17 41.67 186.01

42 Jaimin 96.17 48.17 41.67 186.01

(68)

44 Panut 96.17 48.17 41.67 186.01 45 Binsar Toga Purba 96.17 48.17 41.67 186.01

46

Lamsaruddin

Hutagalung 96.17 48.17 41.67 186.01

47 Tumiran 96.17 48.17 41.67 186.01

48 Remat 96.17 48.17 41.67 186.01

49 Subiran 96.17 48.17 41.67 186.01

50 Selamat Nurdin 96.17 48.17 41.67 186.01

51 Sini 96.17 48.17 41.67 186.01

52 Ramidi 96.17 48.17 41.67 186.01

53 Watem 96.17 48.17 41.67 186.01

54 Persis Lumbangaol 96.17 48.17 41.67 186.01 55 Rianim Sinaga 96.17 48.17 41.67 186.01 56 Bonar Edison Hasibuan 96.17 48.17 41.67 186.01 57 Tanim Purba 96.17 48.17 41.67 186.01 58 Risman Tobing 96.17 48.17 41.67 186.01 59 Syaiful Chaniago 96.17 48.17 41.67 186.01 60 Saut Purba Siboro 96.17 48.17 41.67 186.01 61 Agus Sholeh 96.17 48.17 41.67 186.01 62 Mangara Gultom 96.17 48.17 41.67 186.01 63 Zainal Nur 96.17 48.17 41.67 186.01 64 Budi Syahputra 96.17 48.17 41.67 186.01

65 Sakimin 96.17 48.17 41.67 186.01

(69)

Lampiran 4. Harga beras yang dibeli di Pasar/warung dan Harga RASKIN No Nama Harga beras RASKIN yang

dibeli (kg)

Harga beras yang dibeli di pasar (RP/Kg)

1 Hasiholan Simanjuntak 2083 9375

2 Nani Sarini 2083 8750

3 H.Pandiangan 2083 9375

4 M.Lubis 2083 8750

5 Hotmawati br. Damanik 2083 9375

6 Samsul Hilal 2083 8750

7 Jahuba Sitanggang 2083 8750

8 Rahmad Nasution 2083 8750

9 Suwarno 2083 9375

10 Hengki Silaen 2083 8750

11 Mesnan 2083 9375

12 B.Sitohang 2083 8750

13 Siren 2083 8750

14 Abdul Rohim 2083 9375

15 Eka Santoso 2083 8750

16 Guarsi 2083 8750

17 Nurbayani Siregar 2083 8750

18 Iskandar Sitompul 2083 8750

19 Wasiman 2083 8750

(70)

21 Saiful 2083 8750

22 Wasisto 2083 8750

23 Roy Nasution 2083 9375

24 Ilham Chandra 2083 9375

25 Jul Padli 2083 8750

26 Rosmauli Sumbayak 2083 8750

27 Dosni Hutabarat 2083 8750

28 Lamsihar Hutabarat 2083 8750

29 Rusmina 2083 8750

30 Boiman 2083 9375

31 Raja Balimun 2083 8750

32 Chermiden Naibaho 2083 8750

33 Chairuddin Tampubolon 2083 9375

34 Freddy Simbolon 2083 8750

35 Rumia Sagala 2083 8750

36 Erwin Napitupulu 2083 9375

37 Abdulles Sitepu 2083 9375

38 Tamainta Purba 2083 8750

39 Marina br.Sinambela 2083 9375

40 Musinem 2083 8750

41 Monang Silaen 2083 8750

42 Jaimin 2083 9375

43 Parjo 2083 8750

(71)

45 Binsar Toga Purba 2083 8750 46 Lamsaruddin Hutagalung 2083 8750

47 Tumiran 2083 9375

48 Remat 2083 8750

49 Subiran 2083 8750

50 Selamat Nurdin 2083 8750

51 Sini 2083 8750

52 Ramidi 2083 8750

53 Watem 2083 9375

54 Persis Lumbangaol 2083 8750

55 Rianim Sinaga 2083 8750

56 Bonar Edison Hasibuan 2083 9375

57 Tanim Purba 2083 9375

58 Risman Tobing 2083 8750

59 Syaiful Chaniago 2083 8750

60 Saut Purba Siboro 2083 8750

61 Agus Sholeh 2083 8750

62 Mangara Gultom 2083 8750

63 Zainal Nur 2083 9375

64 Budi Syahputra 2083 8750

65 Sakimin 2083 8750

Jumlah 72905 581875

(72)
(73)

19 120916001200002 Wasiman 15 9,6 20 120916001200131 Suryanto 6 9,6 21 120916001200113 Saiful 12 9,6 22 120916001200116 Wasisto 9 9,6 23 120916001200133 Roy Nasution 4 9,6 24 120916001200086 Ilham Chandra 5 9,6 25 120916001200021 Jul Padli 10 9,6 26 120916001200087 Rosmauli Sumbayak 7 9,6 27 120916001200079 Dosni Hutabarat 5 9,6 28 120916001200077 Lamsihar Hutabarat 6 9,6 29 120916001200071 Rusmina 12 9,6 30 120916001200024 Boiman 5 9,6 31 120916001200089 Raja Balimun 5 9,6 32 120916001200090 Chermiden Naibaho 14 9,6 33 120916001200067 Chairuddin Tampubolon 9 9,6 34 120916001200155 Freddy Simbolon 2 9,6 35 120916001200008 Rumia Sagala 10 9,6

Jumlah 273 336

(74)
(75)

19 Persis Lumbangaol 3 9,6 20 Rianim Sinaga 4 9,6 21 Bonar Edison Hasibuan 4 9,6 22 Tanim Purba 4 9,6 23 Risman Tobing 5 9,6 24 Syaiful Chaniago 3 9,6 25 Saut Purba Siboro 4 9,6 26 Agus Sholeh 3 9,6 27 Mangara Gultom 5 9,6 28 Zainal Nur 5 9,6 29 Budi Syahputra 4 9,6

30 Sakimin 5 9,6

Jumlah 133 288

Gambar

Tabel 1. Daftar Pagu RASKIN Kecamatan se–Kabupaten Simalungun Tahun
Tabel 3. Skala dan Klasifikasi Pengukuran Efektifitas Kinerja Instansi Pemerintah
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Program Distribusi RASKIN
Tabel 4. Jumlah Populasi Penerima RASKIN di Desa Sitalasari
+7

Referensi

Dokumen terkait

STUDIA ISLAMIKA (ISSN 0215-0492) is a journal published by the Center for the Study of Islam and Society (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (STT DEPPEN No.. It specializes

Peneltian ini bertujuan untuk mengkaji aspek biologi jengkerik yang meliputi daur hidup, lama hidup dan morfologi, jumlah dan daya tetas telur , serta daya mangsa A /ongipennis

Dalam pembahasan penelitian yang dilakukan ini berdasarkan permasalahan anak kelompok B TK ABA Sabrang 2 Delanggu Klaten yang sudah diselesaikan dan sudah mencapai tujuan dan

&gt; untuk indosata trialnya seperti gambar dibawah, maka masuk ke emas, masuk ke containment (MOM Based) dan rubah portD ke data 2 (jika 1

Jagung inbrida dengan tingkat toleransi kekeringan dan pemupukan N medium-toleran dapat digunakan sebagai tetua dalam pembentukan jagung hibrida atau sintetik unggul yang toleran

Berkurangnya jumlah beras yang diterima masyarakat tidak lepas dari pemerataan penerima Raskin yang sudah di sepakati dalam Musyawarah Desa yang menetapkan bahwa

Berdasarkan hasil analisis dan perancangan yang dilakukan dihasilkan Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerima Beras untuk Keluarga Miskin (RASKIN) pada Kelurahan

Titik Distribusi (TD) adalah tempat atau lokasi penyerahan beras Raskin dari Satker Raskin kepada Pelaksana Distribusi Raskin di Tingkat desa/kelurahan, atau lokasi lain