• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Kode Etik Pustakawan Dalam Melakukan Pelayanan TerhadapPengguna Pada Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Kode Etik Pustakawan Dalam Melakukan Pelayanan TerhadapPengguna Pada Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ernawan, Erni R. 2007. Business Ethics. Bandung: Alfabeta.

Hermawan S, Rachman Dan Zen, Zulfikar. 2006. Etika Kepustakawanan: Suatu

Pendekatan Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia.Jakarta: Sagung

Seto.

Kamus Bisnis. 2014. Kode Etik. <Http://Kamusbisnis.Com/Arti/Kode-Etik/> Diakses Tanggal 16 Juni 2015.

Diakses Tanggal 01 Juni 2015

Tanggal 01 Juni 2015

Diakses Tanggal 01 Juni 2015

Diakses Tanggal 13 Juni 2014

Tanggal 14 Juni 2015

Juni 2015

Diakses

(2)

Sirkulasi/Fungsi-Dan-Tugas-Layanan-Sirkulasi (

Mbonuong, Risno . 2013 . Implementasitasi Kode Etik Pustakawan Dalam Meningkatkan Kualitas Kinerja Pelayanan Pustakawan Di Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sulawesi Utara

Diakses Pada Tanggal 03 Juni 2015)

Peni, Amrih. 2012 . Persepsi Pustakawan Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia: Studi Kasus Di Perpustakaan Universitas Indonesia: Feb Ui

Perpustakaan Perguruan Tinggi, 2004. : Buku Pedoman. Jakarta : Departemen Pendidikan

Rismayeti, 2013. Perpustakaan Perguruan Tinggi : Pedoman, Pengelolaan Dan Standardisasi ( Tulisan Dimuat Di Jurnal Ilmu Budaya Vol. 9 No.

2 Februari 2013)

Rahayuningsih. 2007. Pengelolaan Perpustakaan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Sutarno, Ns. , 2006. Perpustakaan Dan Masyarakat. Jakarta : Sagung Seto, 2006 Simorangkir, O.P. 2003. Etika : Bisnis, Jabatan, Dan Perbankan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Soepardan, Suryani Dan Hadi, Dadi Anwar. 2007. Etika Kebidanan Dan Hukum Kesehatan.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Egc.

Suwarno, Wiji. 2010. Ilmu Perpustakaan & Kode Etik Pustakawan. Jogjakarta: Arruss Media. --- . 2010. Pengantar Dasar Kepustakaan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Surat Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara No. 132 Tahun 2002 Tentang Jabatan Fungsional Pustakawan Dan Angka Kreditnya.

(3)

BAB III

PENERAPAN KODE ETIK PUSTAKAWAN DALAM MELAKUKAN PELAYANAN TERHADAP PENGGUNA PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA (UMSU)

3.1 Sejarah Singkat Perpustakaan Muhammadiyah Sumatera Utara

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) tidak dapat dipisahkan dengan sejarah berdirinya kampus UMSU pertama pada tanggal 27 Februari 1957, yang berlokasi di jalan Gedung Arca no 53 Medan. Seiring dengan berkembangnya dunia perguruan tinggi serta daya tampung jumlah mahasiswa yang semakin bertambah, UMSU kembali membangun kampus kedua yang berlokasi di Jalan, Demak no. 3 Medan

Pada tahun 1982, pusat penyelenggaraan akademik UMSU serta gedung rektorat yang sebelumnya berada pada kampus pertama pindah kekampus tiga, yang berlokasi Jalan, Kapten Mukhtar Basri no. 3 Medan.

Sejalan dengan program sentralisai terhadap layanan di UMSU, sejak tahun 1994 perpustakaan mempunyai fasilitas gedung dan ruangan tersendiri, juga merubah sistem layanan yang pada awalnya berada di fakultas-fakultas, melebur dan terpadu menjadiPerpustakaan UMSU.

(4)

3.1.1 Visi Dan Misi Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

a. Visi

Menjadi pusat keunggulan dalam penyelenggaraan dan pengembanga keislaman, ilmu pengetahuan dan profesionalitas, kesenian dan teknologi berwawasan global.

b. Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian pembinaan nilai-nilai hidup islami.

2. Mengembangkan kebebasan berfikir ilmiah yang dijiwai dengan semangat ketauhidan.

3. Mengembangkan jiwa kemandirian dalam berbagai ilmu pengetahuan,

4. Keahlian/ketrampilan, teknologi dan seni,

5. Menyelenggarakan kegiatan dakwah islam sebagai bagian integral dari tujuan Muhammadiyah

3.1.2 Tujuan Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara 1. Terwujudnya Intelektual yang beriman, berakhlak mulia, percaya pada diri

sendiri serta dapat beramal sesuai dengan bidang ilmu dengan ikhlas demi terwujudnya masyarakat utama yang diridhai oleh Allah SWT.

2. Terwujudnya manusia yang berkualitas secara intelektual, spiritual dan emosional menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dari/atau seni berdasarkan pada semangat nasionalisme, moral, sistem nilai dan budaya bangsa. Yang mendukung peningkatan dayasaing bangsa.

3. Terwujudnya intelektual yang memiliki kemampuan berbahasa dan berkomunikasi dalam rangka penyetaraan dalam pergaulan global.

4. Terwujudnya intelektual dalam berbagai bidang yang berjiwa wirausaha dan memiliki keuanggulan kompetitif.

(5)

3.2 Waktu Pelayanan Perpustakaan

Waktu pelayanan Perpustakaan UMSU Medan adalah sebagai berikut: Senin-Jum’at : Pukul 08:00 s/d 21:00 Wib

Sabtu : Pukul 09:00 s/d 20:00 Wib

Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa jam buka Perpustakaan UMSU memiliki 2 (dua) shif dan sudah cukup memadai dengan jumlah pengunjung perpustakaan. Dilihat dari pengunjung yang berkisar 400 orang/hari dan biasanya perpustakaan melakukan pelayanan sirkulasi sebanyak 135 orang/hari. Jam buka perpustakaan juga dianggap sudah memadai karena pelayanan sirkulasi bisa dilakukan malam hari dan UMSU juga mempunyai jam perkuliahan pada malam hari. Jadi mahasiswa yang jam perkuliahannya pada malam hari dapat memanfaatkan fasilitas dan layanan perpustakaan.

3.3 Struktur Organisasi Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Dalam menjalankan segala jenis kegiatan dalam suatu organisasi atau lembaga sangat diperlukan adanya struktur organisasi yang jelas, termasuk dalam hal ini struktur organisasi UMSU Medan.

Dengan adanya struktur organisasi yang jelas, maka akan diketahui jenjang jabatan dan Bertanggung jawab serta jenis kegiatan serta hubungan kerja dari masing-masing bagian atau unit kerja yang ada.

Tugas perpustakaan tertuang dalam struktur organisasi yang terdiri dan beberapa bagian yaitu:

1. Sub.bagian tata usaha 2. Divisi pengatalogan

3. Divisi perawatan dan layanan pengguna

Adapun tugas masing-masing sub bagian tersebut adalah sebagai berikut:

(6)

pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat dengan memperhatikan keseimbangan koleksi dan menentukan jenis koleksi.

2. Bagian pengolahan, mengatalog dan mengklasifikasi bahan pustaka serta membuat kelengkapan dan bahan pustakan tersebut hingga bahan pustaka tersebut siap untuk dimanfaatkan pengguna.

3. Bagian perawatan, upaya untuk menjaga keselamatan buku dari kerusakan sehingga dapat dimanfaatkan dalam waktu panjang.

4. Layanan pengguna, melaksanakan layanan sirkulasi, referensi dan deposit. 5. Teknologi Informasi dan komunikasi, layanan Automasi, layanan online

dalam perpustakaan adalah untuk peningkatan mutu layanan perpustakaan.

Saat ini seluruh kegiatan perpustakaan dilayani oleh 18 staff yang tediri dari (Kepala perpustakaan, wakil kepala perpustakaan dan staff ahli), 2 orang tenaga fungsional pustakawan dan 16 orang pegawai.

(7)
[image:7.595.107.568.90.399.2]

Gambar 1. Struktur organisasi perpustakaan UMSU

3.3. Pelayanan Untuk Pengguna

(8)

3.3.1 Pelayanan Sirkulasi

Salah satu pelayanan yang terdapat di Perpustakaan UMSU adalah pelayanan sirkulasi. Kegiatan pelayanan sirkulasi antara lain: keanggotaan, peminjaman, pengembalian, perpanjangan, sanksi, penagihan, dan bebas pinjam bahan pustaka.

3.3.1.1 Keanggotaan

Setiap perpustakaan menentukan siapa saja yang berhak menjadi anggota perpustakaan. Demikian juga halnya dengan Perpustakaan UMSU menerapkan bahwa yang berhak menjadi anggota perpustakaan adalah mahasiswa yang telah mendaftarkan diri di UMSU automatis akan terdaptar sebagai pengguna di Perpustakaan UMSU. Saat ini jumlah pengguna adalah 14.590 orang yang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan pegawai. Tabel keanggotaan adalah sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara

Untuk menjadi anggota perpustakaan, pengguna harus mendaftar dengan mengisi formulir pendaftaran anggota perpustakaan UMSU adalah sebagai berikut:

a. Terdaftar sebagai mahasiswa UMSU Medan.

b. Menyerahkan pasphoto 2 lembar dengan ukuran 2 x 3 cm .

c. Fotokopi kartu mahasiswa/kuitansi uang kuliah terakhir atau bukti identitas diri yang menunjukkan mahasiswa UMSU Medan.

d. Anggota mengisi formulir yang telah disediakan.

e. Membayar biaya pendaftaran sebesar Rp.8.000,- (Delapan Ribu Rupiah) bagi mahasiswa UMSU.

3.3.1.2 Peminjaman

(9)

Adapun prosedur peminjaman bahan pustaka pada Perpustakaan UMSU adalah sebagai berikut:

1. Pengguna mencari dan mengambil bahan pustaka yang dibutuhkan dari rak buku.

2. Pengguna mencatat nama, nomor induk mahasiswa (NIM), nomor registrasi buku pada buku daftar peminjaman.

3. Pengguna memberikan kartu tanda mahasiswa pada petugas lalu petugas mencatat nomor induk mahasiswa (NIM) pengguna yang ingin meminjam. 4. Kemudian bahan pustaka yang dipilih dan akan dipinjam diserahkan

kepada petugas layanan sirkulasi.

5. Petugas mencatat nomor registrasi buku yang akan dipinjam oleh pengguna perpustakaan dan menstempel buku pada slip pengembalian tanggal bahan pustaka yang dipinjam akan dikembalikan.

6. Petugas menyerahkan bahan pustaka tersebut kepada peminjam.

Jangka waktu peminjaman buku selama 1 (satu) minggu dan dapat diperpanjang hanya sekali, masa perpanjang 1 (satu ) minggu, berikut ini tabel daftar jumlah buku yang dapat dipinjam mahasiswa.

3.3.1.3Pengembalian

Tidak semua pengunjung perpustakaan senang membaca diperpustakaan sehingga mereka harus meminjam buku yang mereka butuhkan. Buku yang dipinjam pengguna harus dikembalikan ke Perpustakaan tepat waktunya, agar pengguna yang lain dapat menggunakan bahan pustaka tersebut. Hal ini berhubungan erat dengan jumlah bahan pustaka yang dimiliki Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Perpustakaan yang memiliki koleksi terbatas, pada umumnya pengembalian yang tepat waktunya merupakan hal yang sangat penting. Dengan demikian perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan penggunanya.

(10)

1. Pengguna datang sendiri ke bagian pelayanan sirkulasi untuk menyerahkan bahan pustaka yang dipinjamnya.

2. Petugas meminta kartu tanda mahasiswa (KTM).

3. Petugas memeriksa taggal kembali pada lembar tanggal kembali dibuku. 4. Petugas memcocokkan nomor induk mahasiswa dan nomor registrasi buku

pada komputer layanan sirkulasi.

5. Petugas mengelompokkan bahan pustaka yang:

a. Berdasarkan nomor klasifikasi masing-masing buku untuk disusun. b. Rusak tetapi masih dapat diperbaiki disisihkan untuk dapat

diperbaiki kembali.

3.3.1.4 Perpanjangan

Perpanjangan dapat dilakukan jika bahan pustaka tersebut telah habis masa pinjamnya. Apabila pengguna masih membutuhkan bahan pustaka tersebut maka dapat dilakukan perpanjangan. Perpustakaan UMSU Medan memberlakukan bahan pustaka hanya sekali saja.

Prosedur masa perpanjangan bahan pustaka Perpustakaan UMSU adalah sebagai berikut:

1. Pengguna membawa bahan pustaka yang ingin diperpanjang kepada petugas layanan sirkulasi.

2. Petugas meminta kartu tanda mahasiswa, dan mencocokkan nomor induk mahasiswa dan nomor registrasi bahan pustaka.

3. Petugas menstempel kembali tanggal pengembalian yang baru pada lembar pengembalian bahan pustaka.

4. Petugas menyerahkan kembali bahan pustaka yang sudah diperpanjang. 5. Jangka waktu perpanjangan bahan pustaka 1 (satu) minggu setelah

perpanjangan.

(11)

3.3.1.5 Pemberian Sanksi

Pemberian sanksi merupakan pelayanan sirkulasi yang berupa kegiatan pemeriksaan atas pelanggaran yang dilakukan pengguna beserta pemberian sanksinya. Pada umumnya pemberian sanksi diberikan kepada anggota perpustakaan yang melakukan pelanggaran atas peraturan yang ditetapkan perpustakaan. Adapun pelanggaran yang sering dilakukan anggota Perpustakaan UMSU Medan diantaranya:

1. Keterlambatan atas pengembalian bahan pustaka. 2. Mengembalikan bahan pustaka dalam keadaan rusak. 3. Menghilangkan bahan pustaka

Adapun sanksi-sanksi yang diberikan kepada pengguna yang melakukan pelanggaran peraturan perpustakaan adalah sebagai berikut:

1. Apabila buku (bahan pustaka) rusak /hilang dapat diganti dengan buku yang sama atau mengganti dengan uang seharga buku tersebut.

2. Untuk buku yang terlambat dikembalikan dari batas waktu yang telah ditentukan dapat dikenakan denda Rp 500/hari/judul.

3. Pemberian sanksi akademik akan diberikan dengan tindakan penahanan surat bebas pinjam bahan pustaka bagi pengguna yang masih mempunyai masalah pada Perpustakaan UMSU.

3.3.1.6 Penagihan

Penagihan merupakan pelayanan sirkulasi yang berupa kegiatan meminta kembali bahan pustaka yang telah dipinjam pengguna, jika batas waktu peminjaman sudah habis. Petugas akan melakukan penagihan pada pengguna yang terlambat melakukan mengembalikan bahan pustaka.

(12)

Adapun prosedur penagihan pada Perpustakaan UMSU adalah sebagai berikut:

1. Petugas memeriksa keterlambatan penagihan atas dasar tanggal tertera pada buku daftar peminjaman bahan pustaka.

2. Petugas membuat surat tagihan rangkap 2 (dua), kopi pertama untuk diberikan kepada yang tertagih dan kopi kedua disimpan sebagai pertinggal.

3. Jika surat tidak diindahkan maka perpustakaan melakukan penagihan dengan cara menempelkan surat tagih dimading fakultas tertagih.

4. Bila buku yang ditagih dikembalikan, petugas menyelesaikan proses pengembaliannya sesuai dengan proses pengembalian.

3.3.1.7 Bebas Pinjam

Bagi mahasiswa yang telah menyelesaikan studi akademik, dan menuju jenjang wisuda harus memiliki surat keterangan bebas pustaka. Surat keterangan bebas pinjam diberikan sebagai bukti bahwa tidak ada lagi pinjaman bahan pustaka yang belum dikembalikan ke perpustakaan.

Prosedur pengurusan surat bebas pinjam pada Perpustakaan UMSU Medan adalah sebagai berikut:

1. Anggota perpustakaan meminta surat bebas pinjam ke bagian sirkulasi sesuai dengan keperluannya.

2. Petugas sirkulasi terlebih dahulu memeriksa kartu peminjaman apakah masih ada bahan pustaka yang belum dikembalikan. Jika mahasiswa tersebut sudah mengembalikan semua bahan pustaka yang dipinjam, maka petugas memberikan formulir surat bebas pustaka yang masih kosong untuk diisi identitas mahasiswa yang memerlukannya. Petugas menerima kembali surat yang telah diisi tersebut untuk ditanda tangani oleh kepala perpustakaan dan dibubuhi cap perpustakaan.

3.3.2 Pelayanan Referensi

(13)

dibaca ditempat saja oleh pengguna akan tetapi dapat difoto copy oleh penggunanya.

Pada umumnya koleksi referensi berguna untuk tujuan penelitian dan penulisan karya ilmiah atau untuk mendapatkan informasi secara ringkas dan umum. Tidak seperti koleksi lain yang pembahasannya lebih dalam dan luas layaknya buku teks lainnya.

Tabel 3.1 Jumlah Koleksi Referensi

No Jenis Koleksi

Referensi

Jumlah Judul Jumlah Eksemplar

1. Ensiklopedi 10 50

2. Kamus 10 30

3. Buku Pedoman 20 15

4 Indek 25 34

5. Who’s who 10 20

6. Bibliografi 9 15

7. Biografi 5 11

8. Atlas 11 20

9. Direktori 10 11

10. Map 35 25

11. Buku Tahunan 40 105

Jumlah 185 367

3.3.3 Pelayanan Komputer

Informasi merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh pengguna setiap waktunya. Pada perpustakaan selain berupa buku teks Perpustakaan UMSU Medan menyediakan layanan komputer agar pengguna dapat menelusuri informasi yang lebih luas melalui internet. Untuk keseluruhan komputer yang disediakan berjumlah 8 unit.

(14)

1. Pengguna melapor ke operator untuk pemakaian komputer. 2. Batas pemakaian komputer hanya 1 jam.

3. Apabila memakai koneksi internet tidak boleh membuka facebook atau sejenisnya

3.3.4 Pelayanan Pendidikan Pengguna

Pada Perpustakaan UMSU Medan pendidikan pengguna dilakukan agar mampu mendidik untuk lebih mengetahui dan mengenalkan kepada pengguna atau mahasiswa tentang karakteristik perpustakaan. Dengan adanya pendidikan pengguna maka mahasiswa atau pengguna dapat mengenal dan mengetahui apa yang ada di perpustakaan yang terdiri dari koleksi, fasilitas, dan jasa perpustakaan, mendidik pengguna dalam memanfaatkan sumber-sumber tersebut secara tepat dan mendidik untuk menjadi mahasiswa atau pengguna yang tertib dan bertanggunag jawab. Tujuan dari kegiatan yang diselenggarakan langsung di ruangan perpustakaan adalah untuk meningkatkan kualitas pemanfaatan fasilitas yang ada di perpustakaan.

3.3.5Pelayanan Fotocopy

Perpustakaan UMSU Medan menyediakan pelayanan fotocopy bagi koleksi yang tidak dapat dipinjam seperti layanan referensi. Layanan ini juga berguna untuk pengguna luar yang tidak dapat meminjam buku yang dibutuhkan namun dapat memperolehnya dengan memfotocopy bahan pustaka yang mereka inginkan dengan perlembar fotocopy sebesar Rp 500.

3.4 Kode Etik Pustakawan Terhadap Pengguna

(15)

Pustakawan perpustakaan berperan aktif dalam melakukan tugas sebagai pembawa perubahan dan meningkatkan kecerdasan masyarakat untuk mengantisipasi perkembangan dan perubahan di masa depan.

3.4.1 Kewajiban Pustakawan Terhadap Pengguna

Dalam melakukan pelayanan terhadap pegguna pustakawan UMSU melakukan beberapa hal yaitu sebagai berikut :

1. Pustakawan selalu melaksanakan pelayanan perpustakaan dan informasi kepada setiap pemusataka secara tepat dan akurat sesuai dengan prosedur pelayanan perpustakaan.

2. Pustakawan UMSU sudah memahami kode etik karena Pustakawan UMSU sudah melaksanakan tugas dengan baik, pustakawan dapat membedakan tugas profesi dengan kepentingan pribadi, Pustakawan UMSU juga sudah bekerja secara profesional dan Pustakawan UMSU sudah mengetahui bahwa mereka harus bersikap sopan dan bijaksana dalam melayani pemustaka.

3. Selain itu pustakawan juga sangat melindungi kerahasian dan privasi menyangkut informasi yang ditemui atau dicari dari bahan pustaka yang dipinjam pengguna perpustakaan dan juga berusaha menciptakan citra perpustakaan yang baik di mata pengguna. Tujuannya juga agar pengguna dan masyarakat lebih nyaman jika berkunjung ke perpustakaan UMSU. Dengan itu pustakawan atau pegawai UMSU terus meningkatkan dan memperluas pengetahuan agar lebih bisa membantu pengguna dalam menemukan informasi.

(16)

ramah dalam memberikan pelayanan kepada pengguna perpustakaan. Tidak hanya dengan pengguna antar sesama pustakawan mereka juga bersikap baik sopan dan ramah.mereka juga menerapkan sistem kerjasama terhadap antar pustaka. Selain itu, antar sesama pustakawan mereka sangat menjaga nama baik masing-masing dan martabat rekan kerja. Hal ini tidak hanya berlaku di dalam perpustakaan tetapi diluar ikatan dinas perpustakaan. pustakawan juga memisahkan antara kepentingan pribadi dengan kegiatan didalam perpustakaan.

5. Selain itu pustakawan atau pegawai juga ikut aktif dan ikut bertanggung jawab terhadap pengembangan perpustakaan, serta mereka juga ikut berusaha mengembangkan perpustakaan sesuai dengan perkembangan teknologi. Guna agar menambah kualitas perpustakaan agar pengguna puas dengan semua pelyanan yang ada.

6. Pustakawan dan pihak perpustakaan juga menyediakan ruangan baca yang sangat nyaman untuk digunkan oleh pengguna. Dan juga dilengkapi dengan tempat penitipan tas yang nyaman. Ini dibuat agar pengguna lebih nyaman jika ke perpustakaan UMSU.

3.4.2 Kewajiban Pustakawan Terhadap Profesi

Dalam kewajiban pustakawan terhadap profesi pustakawan di perpustakaan universitas muhammadiyah melakukan berbagai hal yaitu :

1. Pustakawan UMSU dapat melaksanakan anggaran dasar dan anggaran ruah tangga.

2. Pustakawan selalu memegang prinsip kebebasan intelektual serta menjauhkan diri dari usaha sensor sember baan perpustakaan dan informasi.

3. Pustakaan juga saling menghormati hak intelektual yang berkaitan dengan bahan perpustakaan dan informasi.

(17)

3.4.3 Kewajiban Pustakawan Terhadap Ketersedian Koleksi

Dalam ketersedian koleksi, kewajiban pustakawan diperpustakaan UMSU yaitu:

1. Turut menentukan judul buku atau koleksi lain dalam pengadaan koleksi. 2. Memantau dan melakukan pengecekan fisik terhadap koleksi yang sudah

ada .

3. Pustakawan harus selektif dalam menyajikan koleksi bahan pustaka yang akan disajikan untuk pengguna dan masyarakat yang dilayani.

4. Selain mengembangkan koleksi cetak, pustakawan dituntut untuk mengetahui dan menngembangkan koleksi dalam bentuk digital.

5. Membuat kebijakan tentang aturan pembaharuan koleksi.

3.4.4 Implementasi Kode Etik pustakawan

Implementasi kode etik pustaka diperlukan guna untuk meningkatkan kinerja kualitas dan pelayanan perpustakaan diantaranya yaitu :

1. Pustakawan menjaga martabat dan moral serta tanggung jawab dan pengabdian kepada instansi pqerpustakaan UMSU.

2. Pustakawan mengabdi kepada pengguna misalnya dalam hal pencarian informasi dan melindungi hak-hak privasi lainnya.

3. Pustakawan harus saling menghormati antara sesama pustakawan dan saling melindungi privasi antara sesama pustakawan

4. Pustakawan juga harus mengontrol diri dari hal-hal yang menyipang . 5. Pustakawan juga harus menambah pengetahuan dan informasi-informasi

yang lain guna untuk menambah wawasan pustakawan dan dapat juga membantu penggua dalam mencari infomasi.

(18)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah penulis peroleh dari hasil observasi Perpustakaan UMSU Medan, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelayanan untuk pengguna perpustakaan UMSU terdiri dari pelayanan sirkulasi, pelayanan referensi, pelayanan computer, pelayanan pendidikan pengguna dan pelayanan fotocopy.

2. Pelayanan sirkulasi pada Perpustakaan UMSU Medan meliputi kegiatan keanggotaan, peminjaman, pengembalian, perpanjangan, pemberian sanksi, penagihan dan bebas pinjam.

3. Pelayanan referensi pada Perpustakaan UMSU Medan bersifat pelayanan sistem terbuka, pengguna dapat mengambil sendiri buku di rak. Koleksi referensi tidak dapat dipinjamkan akan tetapi dapat difotokopi.

4. Pelayanan komputer pada Perpustakaan UMSU Medan dilakukan agar pengguna dapat menelusuri informasi lebih cepat dan luas melalui internet.

5. Jam buka perpustakaan UMSU sudah memadai karena perpustakaan juga buka sampai malam hari sehingga mahasiswa yang jam kuliahnya malam hari dapat memanfaatkan fasilitas dan pelayanan perpustakaan.

6. Pustakawan selalu melaksanakan pelayanan perpustakaan dan informasi kepada setiap pengguna secara efektif dan efisien sesuai dengan prosedur pelayanan perpustakaan.

(19)

8. Perpustakaan umsu belum memanfaatkan teknologi informasi untuk mengakses koleksi buku atau koleksi referensi secara menyeluru.

9. Pustakawan telah memahami dan mentaati penerapaan etika profesi dalam melayani pengguna.

4.2 Saran

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis di Perpustakaan UMSU Medan, maka saran yang dapat dikemukan adalah sebagai berikut ;

1. Jumlah koleksi yang ada di Perpustakaan UMSU Medan perlu ditambah agar memenuhi kebutuhan pengguna perpustakaan.

2. Pada Perpustakaan UMSU Medan pelayanan pendidikan pengguna lebih ditingkatkan kepada mahasiswa baru agar memanfaatkan kemudahan pelayanan perpustakaan.

3. Pustakawan seharusnya lebih siap lagi saat banyak pengguna atau pengunjung yang datang keperpustakaan.

4. Perpustakaan seharusnya menambah ruangan baca dan meja baca untuk pengguna agar lebih nyaman ketika ke pperpustakaan.

5. Menambah jumlah pegawai agar menambah kinerja yang baik untuk pengguna.

(20)

Bab II Kajian Teoritis

2.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah ruang atau gedung yang digunakan untuk menyimpan buku-buku, jurnal-jurnal, riset penelitian dan lain sebagainya. Dari pengetahuan tersebut kita dapat dua unsur utama perpustakaan adalah ruangan dan buku . Sedangkan yang dimaksud perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang terdapat dalam lingkungan pendidikan tinggi misalnya universitas, perpustakaan akedemik dan perpustakaan fakultas, sekolah tinggi, institut dan lembaga perguruan tinggi lainnya.

Perpustakaan perguruan tinggi juga disebut dengan perpustakaan khusus. Karena, umumnya perpustakaan perguruan tinggi khusus melayani kebutuhan akedemik masing – masing baik untuk kebutuhan mahasiswa, dosen serta hasil – hasil karya mahasiswa dan dosen,

Sedangkan menurut Sulistiyo Basuki 1991:51 menyembutkan bahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi , badan bawahannya, maupun lembaga yang berfaliasi denga perguruan tinggi, dengan tujuan utma membatu perguruan tinggi mencapai tujuan yakni tri darma perguruan tinggi (pendidika, penelitia dan pengabdian masyarakat

Perpustakaan perguruan tinggi adalah ”Perpustakaan yang diselenggarakan oleh lembaga dalam melaksanakan tujuannya dan memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai Tri Dharma Perguruan Tinggi”. Perpustakaan tersebut berada di lingkungan kampus (Sutarno 2006: 35).

Menurut Rahayuningsih (2007:7) Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang melayani para mahasiswa, dosen, dan karyawan suatu perguruan tinggi tertentu (akademi, universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik).

(21)

tercetak dan terekam, mengelolana dengan cara khusus guna memenuhi kebutuhan intelektual para penggunanya melalui cara interaksi pengetahuan.

Menurut Syahrial-Pamuntjak (2000:5) perpustakaan perguruan tinggi adalah, “perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan tinggi, baik yang berupa perpustakaan universitas, perpustakaan fakultas, perpustakaan akademi, perpustakaan sekolah tinggi”. Badan standarisasi nasional (sni 7330:2009) mendifinisikan perpustakaan perguruan tinggi adalah, ”perpustakaan yang bertujuan memenuhi kebutuhan informasi pengajar dan mahasiswa di perguruan tinggi”.

Menurut Sutarno (2003: 35) mendefinisikan sebagai berikut: perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang berada dalam suatu perguruan tinggi dan yang sederajat yang berfungsi mencapai tri dharma perguruan tinggi, sedangkan penggunanya adalah seluruh civitas akademika.

2.1.1 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Secara umum tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah menunjang tri dharma perguruan tinggi, yaitu penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat secara khusus membantu para dosen dan mahasiswa, serta tenaga kependidikan di perguruan tinggi itu dalam proses pembelajaran.

Menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000:4), “Tujuan dari Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah membantu Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam menjalankan program pengajaran”.

Sedangkan dalam Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004: 32) disebutkan bahwa: sebagai unsur penunjang perguruan tinggi, perpustakaan merumuskan tujuannya sebagai berikut :

1. Mengadakan buku, dan pustaka lainnya untuk dipakai oleh dosen, mahasiswa dan staf lainnya bagi kelancaran program pengajaran di perguruan tinggi.

(22)

3. Mengusahakan, menyimpan dan merawat pustaka yang bernilai sejarah yang dihasilkan oleh sivitas akademika.

4. Menyediakan sarana bibliografi untuk menunjang pemakaian pustaka 5. Menyediakan tenaga yang cakap serta penuh dedikasi untuk melayani

kebutuhan pengguna perpustakaan, dan bila perlu, mampu memberikan pelatihan pengguna pustaka.

6. Bekerjasama dengan perpustakaan lain untuk mengembangkan program perpustakaan.

Sedangkan Menurut Rahayuningsih (2007:2) tujuan perpustakaan didirikan adalah:

1. Mengumpulkan bahan pustaka, yaitu secara terus-menerus menghimpun sumber informasi yang relevan untuk dikoleksi.

2. Mengolah atau memproses bahan pustaka berdasarkan suatu sistem tertentu.

3. Menyimpan dan memelihara, yaitu mengatur, menyusun, dan memelihara, agar koleksi rapi, bersih, awet, utuh, lengkap, dan mudah diakses.

4. Menjadi pusat informasi, sumber belajar, penelitian, preservasi, rekreasi, dan kegiatan ilmiah lainnya.

5. Menjadi agen perubahan dan agen kebudayaan dari masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang.

Sebagai unsur penunjang perguruan tinggi dalam mencapai visi dan misinya, perpustakaan perguruan tinggi memiliki tujuan, menurut Sulistyo-Basuki (1993 : 52) tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah:

1. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi , lazimnya staf pengajar dan mahasiswa. Sering pula mencakup tenaga kerja administrasi perguruan tinggi.

2. Menyediakan bahan pustaka (referensi) pada semua tingkatan akademis, artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga ke mahasiswa pasca sarjana dan pengajar.

(23)

4. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis pemakai.

5. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan perguruan tinggi juga lembaga indusri lokal.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tujuan dari perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai penyedia jasa pelayanan informasi yang meliputi pengumpulan, pelestarian, pengolahan, pemanfaatan dan penyebaran informasi sehingga dapat dimanfaatkan pengguna, penyediaan fasilitas yang mendukung dalam memenuhi kebutuhan informasi civitas akademika, pemberian berbagai jasa informasi serta pengembangan mutu perguruan tinggi pada tempatnya bernaung.

Tujuan Perpustakaan menurut Hasugian (2009:80) adalah, ”Untuk memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi.”

2.1.2 Fungsi Perpustakaan Perguruaan Tinggi

Agar tujuannya dapat terlaksana, perpustakaan perguruan tinggi harus menjalankan fungsinya dengan baik.Adapun fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi menurut Yuven (2010:1) adalah:

1. Lembaga pengelola sumber-sumber informasi. 2. Lembaga pelayanan dan pendayagunaan informasi. 3. Wahana rekreasi berbasis ilmu pengetahuan.

4. Lembaga pendukung pendidikan (pencerdas bangsa). 5. Lembaga pelestari hasanah budaya bangsa.

Sedangkan fungsi perpustakaan perguruan tinggi menurut Direktorat jenderal pendidikan tinggi (2004: 3) Adalah sebagai berikut :

(24)

pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

2. Fungsi informasi perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi.

3. Fungsi riset perpustakaan mempersembahkan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Koleksi pendukung penelitian di perpustakaan perguruan tinggi adalah menghasilkan karya-karya penelitian yang dapat di aplikasikan untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang.

4. Fungsi rekreasi, perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan.

5. Fungsi publikasi perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh warga erguruan tingginya yakni sivitas akademika dan staf non-akademik

6. Fungsi deposit perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.

7. Fungsi interpretasi perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya. Sesuai dengan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa perpustakaan perguruan tinggi dengan fungsinya dapat mendukung program pendidikan, pengajaran, serta penelitian dengan menyediakan informasi yang dibutuhkan dan melaksanakan tri dharma perguruan tinggi. Menurut Buku Manajemen Perpustakaan Sutarno (2006:54), fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi sebagai berikut:

a. Pengkajian kebutuhan pemakai dalam hal informasi dan bahan pustaka b. Penyediaan bahan pustaka yang diperkirakan diperlukan, melalui

pembelian, langganan, tukar-menukar, penggandaan, penerbitan dan lain-lain.

(25)

d. Penyimpanan dan pemeliharaan koleksi e. Pendayagunaan/pemberdayaan koleksi

f. Pemberian layanan kepada masyarakat dengan sistem yang mudah, cepat, dan tepat serta sederhana.

g. Pemasyarakatan perpustakaan.

h. Pengkajian dan pengembangan atas semua aspek kepustakawanan

i. Menjalin kerja sama dengan perpustakaan lain dalam rangka pemanfaatan bersama koleksi sarana prasarana

j. Pelaksanaan koordinasi dengan berbagai pihak-pihak dan mitra kerja lainnya.

k. Administrasi perpustakaan, seperti kepegawaian, ketatausahaan, keuangan, dan kerumahtanggaan (Perpusnan RI,2001).

Dalam melaksanakan tujuannya, perpustakaan perguruan tinggi juga manjalankan fungsinya yaitu fungsi edukasi, fungsi informasi, fungsi riset, fungsi rekreasi, fungsi publikasi, fungsi deposit, dan fungsi interpretasi.

2.1.3 Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi

Secara umum tugas perpustakaan peruruan tinggi ialah melayani keperluan para mahasiswa dari tingkatan persiapan sampai kepada mahasiswa yang sedang menghadapi ujian sarjana dan menyusun skripsi, para staf dalam persiapan bahan perkuliahan serta para penelitian yang bergabung dalam perguruan tinggi yang bersangkutan serta melakukan tugas rutin untuk pengadaan, mengelola, dan merawat pustaka. Sjahrijal-Pamuntjak (2000:5)

Menurut buku pedoman umum pengelolaan koleksi perpustakaan perguruan tinggi, bahwa tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah:

1. Mengikuti perkembangan perkuliahan dan menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pengajaran.

2. Menyediakan pustaka yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam rangka studinya.

(26)

4. Memutakhirkan koleksi dengan mengikuti terbitan-terbitan yang baru baik terbitan cetak maupun tidak tercetak.

5. Menyediakan fasilitas yang memungkinkan pengguna mengakses perpustakaan lain maupun pangkalan-pangkalan data melalui jaringan lokal (intranet) maupun global (internet) dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi yang diperlukan.

Sedangkan menurut Mahmudin (2006:2), tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut:

1. Sebagai pusat kegiatan belajar yang berfungsi

a. Membantu program pendidikan pada umumnya sesuai dengan tujuan lembaga di atasnya sesuai dengan misi dan visi lembaga tersebut. Mengembangkan kemampuan pengunjung menggunakan sumber informasi.

b. Membantu pengguna dalam menyediakan informasi dan memperkaya pengetahuan.

2. Membantu memperluas pengetahuannya tentang suatu bidang pelajaran. 3. Mengembangkan minat, kemampuan dan kebiasaan membaca yang

menuju kebiasaan belajar mandiri.

4. Membiasakan pengunjung untuk mencari informasi di perpustakaan, kemahiran dalam mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan. 5. Perpustakaan sebagai tempat belajar seumur hidup.

2.1 Pustakawan

Pustakawan adalah orang yang mengelola sebuah perpustakaan besert isinya memiliki buku, dokumen danmateri non buku yang merepakan koleksi perpustakaan dan menyediakaan informasi dan jasa peminjaman guna memenuhi kebutuhan pemakai (Sulystio-Basuki, 2008)

Sedangkan Sk menpan no. 132 tahun 2002 tentang jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya, memberi batasan pengertian pustakawan sebagai berikut:

(27)

melakukan kegiatan kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi instansi pemerintah dan atau unit tertentu lainnya”.

Berdasarkan undang-undang RI nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan dalam pasal 1 ayat (8) dinyatakan bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.

2.2.1 Peranan Pustakawan

Peranan pustakawan dalam melaksanakan profesinya sebagai pustakawan sangat beragam, misalnya pada lembaga pendidikan seperti di perguruan tinggi pustakawan dapat pula berperan sebagai dosen atau peneliti. Menurut Hermawan dan Zen (2006:57) pustakawan memainkan berbagai peran (peran ganda) yaitu:

1. Edukator

Sebagai edukator (pendidik), pustakawan dalam melaksanaka tugasnya harus berfungsi dan berjiwa sebagai pendidik. Sebagai pendidik ia harus melakukan fungsi pendidikan yaitu mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik adalah mengembangan kepribadian, mengajar adalah mengembangkan kemampuan berfikir, dan melatih adalah membina dan mengembangkan keterampilan. Oleh karenanya, pustakawan harus memiliki kecakapan mengajar, melatih dan mengembangkan, baik para pegawai ataupun pengguna jasa yang dilayaninya.

2. Manajer

(28)

yang tersedia di perpustakaan, baik yang berupa sumber daya manusia, sumber daya informasi, dana, termasuk saranan dan prasarana.

3. Administrator

Sebagai administrator pustakawan harus mampu menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi program perpustakaan, serta dapat melakukan analisis atas hasil yag telah dicapai, kemudian melakukan upaya-upaya perbaikan untuk mencapai hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, seorang pustakawan harus mempunyai pengetahuan yang luas di bidang organisasi, sistem dan prosedur kerja. Dengan pengetahuan itu diharapka pustakawan memilk kemampuan dalam menafsirkan prosedur kedalam kegiatan-kegiatan nyata, sehingga akan dapat meningkatkan kualitas kerja, berdaya guna, berhasil guna, dan tepat guna.

4. Supervisior

Sebagai supervisior pustakawan harus;

a. Dapat melaksanakan pembinaan profesional, untuk mengembangkan jiwa kesatuan dan persatuan antar sesama pustakawan, sehingga dapat menumbuhkan dan peningkatan semangat kerja, dan kebersamaan;

b. Dapat menigkatkan prestasi, pengetahuan dan keterampilan, baik rekan-rekan sejawat masyarakat pengguna yang dilayaninya;

c. Mempunyai wawasan yang luas, pandangan jauh ke depan, memahami beban kerja, hambatan-hambatan, serta bersikap sabar, tetapi tegas, adil, obyektif dalam melaksanakan tugasnya; dan d. Mampu berkoordinasi, baik dengan sesama pustakawan maupun

dengan para pembinanya dalam menyelesaikan berbagai persoalan dan kendala, sehingga mampu meningkatkan kinerja unit organisasinya.

2.3 Pengertian Profesi

(29)

training atau pengalaman lain, atau diperoleh melalui keduanya, sehingga penyandang profesi dapat membimbing atau memberi nasihat/saran atau juga melayani orang lain dalam bidangnya sendiri. Profesi dapat dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi (moral) yang mendalam (keraf,1998)

Naagarazan (2006) mendefinisikan profesi sebagai any

occuption/job/vocation that requires advanced expertise (skill and knowledge),

self-regulation, and concerted service to the public good. Yaitu profesi sebagai

pekerjaan yang memerlukan pengembangan keahlian (keterampilan dan pengetahuan), pengaturan diri dan diselenggarakan berdasarkan keputusan bersama untuk melayani masyarakat dengan baik.

Sedangkan menurut Soekarman (2004) menyatakaan bahwa profesi adalah sejenis pekerjaan atau lapangan pekerjaan yang untuk melaksanakannya dengan baik memerlukan keterampilan atau keahlian khusus yang diperoleh dari pendidikan atau pelatihan sesuai dengan perkembangan bidang pekerjaan atau lapangan pekerjaan yang bersangkutan.

2.3.1 Ciri – Ciri Profesi

Istilah profesi selalu menyangkut dengan pekerjaan tetapi tidak semua pekerjaan dapat disebut profesi, untuk mencegah kesimpang siuran tentang profesidan pekerjaan berikut ini dikemukakan ciri-ciri dari profesi

Menurut Notoatmodjo (2010:36) mengemukakan suatu profesi sekurang-kurangnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mengikuti Pendidikan Sesuai Standar Nasional Artinya orang yang termasuk dalam profesi bersangkutan harus telah menyelesaikan pendidikan profesi tersebut.

(30)

3. Mengutamakan Kepentingan Masyarkat dari Pada Keuntungan Materi dalam menjalankan tugasnya seorang profesional tidak didasarkan pada kepentingan materi semata-mata, tetapi harus mengutamakan kepentingan masyarakat.

4. Pekerjaanya Legal (Melalui Perizinan) Untuk menjalankan tugas, harus terlebih dahulu memperoleh izin praktik dari yang berwenang.

5. Anggota-Anggotanya Belajar Sepanjang Hayat seorang anggota profesi mempunyai kewajiban untuk selalu meningkatkan profesinya melalui belajar terus-menerus. Seorang profesional tidak boleh berhenti belajar untuk memelihara dan meningkatkan profesionalitasnya.

6. Anggota-anggotanya Bergabung dalam Suatu Organisasi Profesi seseorang yang sudah memperoleh pengakuan profesi atau lulus dari pendidikan profesi diwajibkan untuk menjadi anggota organisasi profesi yang bersangkutan.

Sejalan hal diatas Arifin (2006:1) juga mengutarakan bahwa secara umum terdapat tiga ciri suatu profesi yaitu:

1. Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki sebuah profesi.

2. Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan.

3. Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat, dengan kata lain profesi berorientasi memberikan jasa untuk kepentingan umum dari pada kepentingan sendiri.

2.3.2 Profesi Pustakawan

Menurut Hermawan dan Zen (2006:68) pustakawan dapat dianggap sebagai profesi karena sebagian kriteria sudah dimiliki yaitu:

(31)

Pendidikan formal dilakukan pada tingkat universitas baik untuk program diploma, sarjana atau pasca sarjana.

2. Memiliki organisasi profesi, yaitu pustakawan di indonesia sejak tahun 1973 memiliki organisasi ikatan pustakawan indonesia (IPI), congress of

southeast asia librarians (CONSAL) untuk tingkat regional dan

international federation of library association and institutions (IFLA)

untuk tingkat internasional.

3. Memiliki kode etik, pustakawan indonesia yang menjadi acuan moral bagi anggota dalam melaksanakan profesi.

4. Memiliki majalah ilmiah sebagai sarana pengemban ilmu serta komunikasi antar anggota seprofesi.

5. Memiliki tunjagan profesi, meskipun belum memadai, pustakawan di indonesia medapatkan tunjangan fungsional seperti halnya guru, dosen, peneliti.

2.4 Etika Dan Kode Etik

Etika berasal dari bahasa asing yaitu ethic(s) bahasa inggris atau ethica dalam bahasa latin, ethique dalam bahasa prancis , ethikos dalam bahasa greek. Yang artinya kebiasaan-kebiasaan terutama yang berkaitan dengan tingkah laku manusia. Etika (ethics) mempunyai pengertian standart dan tingkah laku atau perilaku manusia yang baik, yakni tindakan yang tepat yang harus dilaksanakan oleh manusia yang sesuai dengan ketentuan moral pada umumnya .

Pengertian etika menurut Ernawan (2007:2) adalah, “ajaran atau ilmu tentang adat kebiasaan yang berkenaan dengan kebiasaan baik atau buruk, yang diterima umum mengenai sikap, perbuatan, kewajiban, dan sebagainya”.

Sedangkan menurut Rindjin (2004) menyatakan bahwa etos mempunyai banyak arti tetapi yang utama adalah beraeti kebiasaan, akhlak atau watak. Ia menyatakan pula bahwa etika mempunyai 3 makna yaitu :

(32)

2. Etika dalam bentuk jamak, berarti adat istiadat yaitu norma-norma yang dianut oleh kelompok golongan atau masyarakat tertentu mengenai perbuatan baik dan buruk.

3. Etika adalh studi tentang prinsip-prinsip prilaku yang baik dan yang buruk.

kode etik dilihat dari segi asal-usul kata terdiri dari dua kata yaitu kode dan etik, dalam bahasa inggris terdapat berbagai makna dari kata code diantaranya tingkah laku, prilaku, peraturan perundang-undangan, dan kata etik bermakna sejumlah aturan moral atau prinsip prilaku untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah.

Menurut Simorangkir (2003:87) kode etik adalah, “persetujuan bersama, yang timbul dari diri para anggota itu sendiri untuk lebih mengarahkan perkembangan mereka, sesuai dengan nilai-nilai ideal yang diharapkan”. Jadi kode etik adalah hasil murni yang sesuai dengan aspirasi profesi suatu kelompok tertentu, demi untuk kepentingan bersama dan kerukunan.

Pendapat lain pengertian kode etik menurut Soepardan (2007:38) adalah, “seperangkat prinsip etik yang disusun atau dirumuskan oleh anggota-anggota kelompok profesi, yang merupakan cermin keputusan moral dan dijadikan standar dalam memutuskan dan melakukan tindakan profesi”.

Dalam kamus bisnis (2014:1) pengertian kode etik adalah, “seperangkat aturan yang jelas dan tertulis sebagai pedoman bagi para manajer, karyawan, dan agen dari suatu organisasi dalam berperilaku”.

Pengertian kode etik juga dikemukakan oleh Suwarno (2010:92) yaitu, “sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan apa yang baik bagi profesional.

1.4.1 Tujuan Kode Etik

Pada dasarnya tujan kode etik suatu organisasi profesi menurut Hermawan dan Zen (2006:84) adalah untuk :

1. Menjaga martabat dan moral profesi

(33)

dipelihara adalah moral. Profesi yang mempunyai martabat dan moral yang tinggi, sudah pasti akan mempunyai citra atau image yang tinggi pula di masyarakat. Untuk itu, profesi membuat kode etik yang akan mengatur sikap dan tingkah laku anggotanya, mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Oleh karena itu kode etik profesi sering disebut juga sebagai kode kohormatan profesi, jika kode etik dilanggar maka nama baik profesi akan tercemar, berarti merusak martabat profesi.

2. memelihara hubungan antar profesi

Kode etik juga dimaksudkan untuk memelihara hubungan antar anggota. Dalam kode etik diatur hak dan kewajiban kepada antar sesama anggota profesi. Satu sama lain saling hormat menghormati dan bersikap adil, serta berusaha meningkatkan kesejahteraan bersama. Dengan adanya aturan tersebut diharapkan mampu mendukung keberhasilan bersama.

3. Memelihara hubungan anggota profesi

Dalam kode etik dirumuskan tujuan pengabdian profesi, sehingga anggota profesi mendapat kepastian dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Oleh karena itu, biasanya kode etik merumuskan ketentuan bagaimana anggota profesi melayani masyarakat. Dengan adanya ketentuan itu, para anggota profesi dapat meningkatkan pengabdiannya kepada tuhan yang maha esa, bangsa dan tanah air serta kemanusiaan.

4. meningkatkan mutu profesi

Untuk meningkatkan mutu profesi, kode etik juga memuat kewajiban agar para anggota profesinya berusaha untuk memelihara dan meningkatkan mutu profesi. Selain itu, kode etik juga mengatur kewajiban agar para anggotanya mengikuti perkembangan zaman. Setiap anggota profesi berkewajiban memelihara dan meningkatkan mutu profesi, yang pada umumnya dilakukan dalam wadah organisasi profesi.

(34)

profesi, seperti hal profesi pustakawan adalah melayani masyarakat. Melalui kode etik yang dimiliki, dapat melindungi pemakai jasa. Ketika ada anggota profesi melakukan sesuatu yang tidak patut dilakukan sebagai pekerja profesional, maka kode etik adalah rujukan bersama

Sejalan dengan pendapat Hermawan dan Zen, pendapat lain tujuan dari kode etik menurut Soepardan (2007:40) menyatakan bahwa tujuan kode etik adalah sebagai berikut:

1. Menjunjung Tinggi Martabat dan Citra Profesi

Image pihak luar atau masyarakat terhadap satu profesi perlu dijaga

untuk mencegah pandangan merendahkan atau meremehkan profesi tersebut. Oleh karena itu, setiap kode etik profesi akan melarang berbagai bentuk tindakan atau kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia luar sehingga kode etik disebut juga “kode kehormatan”.

2. Menjaga dan Memelihara Kesejahteraan Para Anggota

Kesejahteraan yang dimaksud adalah kesejahteraan material dan spiritual atau mental. Berkenaan dengan kesejahteraan material, kode etik umumnya menetapkan larangan-larangan bagi anggotanya untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode etik juga menciptakan peratuan-perauran yang mengatur tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur para anggota profesi ketika berinteraksi dengan sesama anggota profesi.

3. Meningkatkan Pengabdian Para Anggota Profesi

Kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian profesinya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketetuan-ketentuan yang perlu dilakukan oleh para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.

(35)

Kode etik juga memuat norma-norma serta anjuran agar profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu, kode etik juga mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi.

5. Melindungi masyarakat pemakai

Profesi, seperti hal profesi pustakawan adalah melayani masyarakat. Melaluikode etik yang dimiliki dapat melindungi pemakai jasa. Ketika ada anggota profesi melakukan sesuatu yang tidak patut dilakukan sebagai pekerjaan profesional, maka kode etik adalah rujukan bersama.

Sedangkan menurut Ernawan (2007:125) tujuan kode etik dibuatnya kode etik adalah “menjujung martabat profesi atau memelihara kesejahteraan para anggotanya dengan mengadakan larangan-larangan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang akan merugikan kesejahteraan para anggotanya” sehingga maksudnya yang terkandung dalam perbentukan kode etik yaitu:

a. Menjaga dan meningkatkan kualitas moral. b. Menjaga dan meningkatkan keterampilan teknis.

c. Melindungi kesejahteraan material dari para pengemban profesi.

2.4.2 Fungsi Kode Etik

Menurut Julia (2013:3) ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik yaitu:

1. Kode etik memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

(36)

3. Kode etik mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi dilain instansi atau perusahaan.

Pendapat lain fungsi kode etik yang dikemukakan oleh Ernawan (2007: 125) yaitu:

1. Menguatkan kepercayaan masyarakat terhadap suatu profesi, karena setiap klien mempunyai kepastian bahwa kepetingannya akan terjamin.

2. Sarana kontrol sosial.

3. Pengemban patokan yang lebih tinggi. 4. Pencegah kesalahpahaman dan konflik.

Sedangkan Soepardan dan Hadi mengemukakan (2007:39) kode etik berfungsi sebagai berikut:

1. Memberi panduan dalam membuat keputusan tentang masalah etik. 2. Menghubungkan nilai atau norma yang dapat diterapkan dan

dipertimbangkan dalam memberi pelayanan. 3. Merupakan cara untuk mengevaluasi diri.

4. Menjadi landasan untuk memberi umpan balik bagi teman sejawat. 5. Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang nilai

moral.

6. Menginformasikan kepada profesional tentang nilai dan standar profesi

1.4.2 Implementasi Kode Etik

Ada dua implementasi kode etik yaitu 1. Nilai-Nilai Kode Etik Pustakawan

(37)

tergabung dalam suatu organisasi profesi, IPI, yang kemudian dijadikan sebagai pedoman sikap tingkah laku dalam melaksanakan tugas profesinya. Ini artinya kode etik memiliki nilai-nilai yang telah disepakati oleh anggota profesi dan disosialisasikan kepada pustakawa untuk dipahami dan dilaksanakan.Nilai-nilai menurut Hatch (1997) merupakan konsep yang hidup didalam pikiran manusia dalam suatu kelompok yang dianggap memiliki makna untuk dijadikan sebagai pedoman hidup. Nilai-nilai ini yang kemudian menentukan benar, slah,baik, atau buruk. Personal yang perlu digali adalah persoalan nilai-nilai yang terkandung dalam kode etik itu.

2. Usaha/Tindak Implementasi

Usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan berdasarkan sesuatu yang telah direncanakan. Menurut Searchcrm (2009) implementasi adalah pelaksanaan, menindaklanjuti suatu rencana, suatu metode,atau desain ke dalam suatu tindakan

1.5 Kode Etik Pustkawan

Menurut Hermawan dan Zen kode etik adalah pegangan atau pedoman yang ditaati dan diperlukan oleh anggota profesi agar kepercayaan para klien tidak disalah gunakan.Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.

(38)

Dalam kode etik Pustakawan tersebut dijelaskan bahwa pustakawan adalah seseorang yang dalam memiliki pendidikan bidang perpustakaan, dokumentasi, dan informasi sekurang-kurangnya tingkat pendidikan profesional dan atau berkualifikasi setingkat yang diakui oleh Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) dan berkarya dalam bidang perpustakaan, dokumentasi, dan informasi sesuai metodologi keilmuan yang diperolehnya.

2.5.1 Tujuan Kode Etik Pustakawan

Kode etik dapat pula sebagai jaminan profesi terhadap pengguna jasa pustakawan. Menurut Hermawan dan Zen (2006:99) ada beberapa tujuan dari kode etik pustakawan yaitu untuk :

1. Meningkatkan pengabdian pustakawan kepada tuhan yang maha esa, bangsa dan negara.

2. Menjaga martabat pustakawan adalah tugas anggota untuk selalu menjaga martabat dan kehormatan pustakawan dengan berlandaskan niai-nilai moral yang dianut oleh masyarakat.

3. Meningkatkan mutu profesi pustakawan; untuk dapat memberikan layanan kepustakawan terhadap masyarakat, maka anggota profesi berkewajiban untuk meningkatkan mutu profesi dan anggota melalui berbagai kegiatan, baik melalui pendidikan formal, non-formal atau informal.

4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan, terutama layanan informasi kepada masyarakat; mendapatkan informasi, adalah merupakan hak setiap orang, maka pustakawan sebagai pekerja informasi harus berupaya agar kuantitas dan kualitas informasi yang diberikan selalu meningkat sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Pada dasarnya tujuan kode etik suatu organisasi profesi adalah untuk : 1. Menjaga martabat dan moral profesi

(39)

dilanggar maka nama baik profesi akan tercemar. Oleh karena itu kepada pelanggar harus diberi sanksi.

2. Memelihara hubungan anggota profesi

Dalam kode etik diiatur hak dan kewajiban antar anggota profesi. Sehingga akan timbul sikap saling menghormati adil serta berusaha meningkatkan kesejahteraan bersama.

3. Meningkatkan pengabdian anggota profesi

Dalam kode etik dirumuskan tujuan pengabdian profesi sehingga anggota profesi mendapat kepastian dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Dengan adanya ketentuan itu para anggota profesi dapat meningkatkan pengapdianya pada tuhan yang maha esa, bangsa dan tanah air, dan kemasyarakatan.

4. Meningkatkan mutu profesi

Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat kewajiban agar para anggota profesinya berusaha untuk memelihara dan meningkatkan mutu profesi.

5. Melindungi masyarakat pemakai

Profesi, seperti hal profesi pustakawan adalah melayani masyarakat. Melalui kode etik yang dimiliki, dapat melindungi pemakai jasa. Ketika ada anggota profesi melakukan sesuatu yang tidak patut dilakukan sebagai pekerja profesional, maka kode etik adalah rujukan bersama. Masyarakat pemakai dapat dilindungi jika terjadi kegiatan malpraktik.

Tujuan kode etik pustakawan yang tertuang dalam kode etik pustakawan Indonesia Pasal 2 adalah:

1. Membina dan membentuk karakter pustakawan.

2. Mengawasi tingkah laku pustakawan dan sarana kontrol sosial

3. Mencegah timbulnya kesalahpahaman dan konflik antara anggota dengan masyarakat.

(40)

2.5.2 Manfaat Kode Etik Pustakawan

Kode etik memberikan manfaat terhadap profesi, anggota dan masyarakat, menurut Hermawan dan Zen (2006:101) memberikan penjelasan secara rinci manfaaat kode etik adalah sebagai berikut :

1. Manfaat bagi profesi

a. Dasar formal dari suatu organisasi yang profesional.

b. Sebagai indikator bahwa pekerjaan pustakawan adalah matang dan bertanggung jawab.

c. Kode etik akan membantu anggota memiliki standar kinerja.

d. Sebagai alat kontrol masuknya anggota ke dalam profesi atau asosiasi. e. Meyakinkan hubungan layanan perpustakaan dan informasi yang disajikan

terhadap kebutuhan masyarakat yang harus dilayani.

f. Menyediakan manajemen layanan perpustakaan informasi yang baik dan efektif.

g. Mendorong para pustakawan untuk memahami tanggung jawab individual untuk melibatkan diri dan mendukung assosiasi profesi mereka.

2.Manfaat bagi anggota

a. Anggota profesi memiliki tuntutan moral dalam melaksanakan tugas profesinya.

b. Menjamin hak pustakawan dan pekerja informasi untuk berpraktik. c. Dapat memelihara kemampuan, keterampilan, dan keahlian para anggota. d. Dapat memperbaiki kinerja yang dapat mengangkat citra, status dan

reputasi.

e. Perbaikan kesejahteraan dan apresiasi.

f. Dapat menghilangkan keragu-raguan dan kebingungan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam hubungan dengan pemakai, pustakawan dan atasan.

3. Manfaat bagi masyarakat

a. Meningkatkan mutu layanan terhadap masyarakat.

(41)

d. Menjamin hak akses pemakai terhadap informasi yang diperlukannya. e. Menjamin kebenaran, keakuratan, dan kemutakhiran setiap informasi yang

diberikan.

f. Melindungi pemakai dari beban lebih informasi (information overload). g. Memelihara kualitas dan standar pelayanan.

2.5.3 Kinerja Pustakawan

Dalam meningkatkan kinerja dan kualitas layanan pustakawan dituntut bersikap profesional. Sikap profesionalisme tenaga pustakawan yang perlu diperhatikan adalah kepribadian pustakawan, kompetensi pustakawan, dan kecakapan pustakawan. Melihat kebutuhan tersebut, tuntutan bagi pustakawan adalah menjadi tenaga pustakawan ideal. Ukuran ideal yang disyaratkan yaitu apabila pustakawan memenuhi persyaratan, seperti yang tercantum dalam kode etik pustakawan (Hermawan, Rahman, 2006)

1. Aspek profesional,

meliputi hal mengenai pustakawan yang harus mempunyai pendidikan formal ilmu pengetahuan, pustakwan dituntut gemar membaca, terampil, kreatif, cerdas, tanggap, berwawasan luas, berorientasi kedepan, mampu menyerap ilmu, obyektif (berorientasi pada data), tetapi memerlukan disiplin ilmu tertentu di pihak lain, berwawasan lingkungan, mentaati etika profesi pustakwan, mempunyai motivasi tinggi, berkarya di bidang kepustakawanandan mampu melaksanakan penelitian dan penyuluhan.

2. Aspek kepribadian dan perilaku,

(42)

2.5.4 Kualitas Pustakawan kualitas pustakawan yaitu :

a. Pustakawan mengadakan pembinaan disekolah, perguruan tinggi, instansi pemerintah/swasta, lembaga dan organisasi masyarakat, b. Pustakawan mengikuti pengabdian pada masyarakat dan penelitian

ilmiah,

c. Pustakawan ikut serta dalam proses belajar mengajar,

d. Pustakawan terus menerus mempelajari dan mengikuti perkembangan teknologi serta meletakkan dasar perekonomiannya pada pengelolaan informasi,

e. Pustakawan ikut serta membantu menyediakan literatur kepada peneliti,

f. Pustakawan proaktif mencari solusi minat baca masyarakat melalui display koran pengumuman yang diletakan lingkungan kantor, taman, dan lingkungan perkampungan,

g. Pustakawan harus mampu memimpin dan menyusun program organisasi IPI yang berorientasi kepada anggotanya.

2.6 Pengertian Pelayanan

Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri. Seperti halnya Menurut Kotler (2008, 83) pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. pada umumnya pelayanan yang bertaraf tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih sering.

2.6.1 Pelayanan Perpustakaan Perguruan Tinggi

(43)

Perguruan tinggi yang berkualitas, baik negeri maupun swasta tentunya memiliki perpustakaan, dimana perpustakaan tersebut memiliki pelayanan perpustakaan.

Definisi pelayanan perpustakaan dalam buku Perpustakaan perguruan Tinggi : Buku Pedoman (2004, 71) dinyatakan bahwa:

Layanan perpustakaan adalah pemberian informasi dan fasilitas perpustakaan kepada pengguna melalui layanan perpustakaan. Melalui layanan perpustakaan pengguna dapat memperoleh hal berikut:

1. Informasi yang dibutuhkan secara optimal dari berbagai media 2. Manfaat berbagai alat bantu penelusuran yang tersedia

Adapun menurut Undang-Undang No 43 Tahun 2007 pasal 14 mengenai pelayanan perpustakaan, bahwa :

1. Layanan perpustakaan dilakukan secara prima dan berorientasi bagi kepentingan pemustaka.

2. Setiap perpustakaan menerapkan tata cara layanan perpustakaan berdasarkan standar nasional perpustakaan.

3. Setiap perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

4. Layanan perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan melalui pemanfaatan sumber daya perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan pemustaka.

5. Layanan perpustakaan diselenggarakan sesuai dengan standar nasional perpustakaan untuk mengoptimalkan pelayanan kepada pemustaka.

6. Layanan perpustakaan terpadu diwujudkan melalui kerja sama antarperpustakaan.

(44)

2.6.2 Jenis Pelayanan Perpustakaan

Jenis pelayanan pengguna yang diberikan perpustakaan akan menentukan mutu dari pelayanan perpustakaan tersebut. Menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004:71), jenis-jenis layanan pengguna adalah sebagai berikut: 1. Pelayanan sirkulasi

2. Pelayanan referensi 3. Layanan multimedia

(45)

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang masalah

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi yang berfungsi menyediakan dan menyebarluaskan informasi guna membantu perguruan tinggi tersebut mencapai tujuannya yakni Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat).

Perpustakaan juga sebagai salah satu pusat informasi bertugas menyediakan koleksi yang mutakhir dan relevan dengan kebutuhan pemakai serta menyediakan fasilitas, mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan layanan informasi untuk dapat dimanfaatkan oleh pemustaka secara efektif dan efisien. Melimpahnya informasi dalam berbagai jenis maupun bentuk media, mengharuskan pustakawan untuk melakukan perubahan terhadap perpustakaan yang peranannya sebagai mediator informasi, fasilitator, dan pendamping pendidik.

(46)

Dengan kondisi tersebut merupakan tantangan bagi pustakawan dalam memberikan kontribusi kinerja yang memuaskan sesuai dengan harapan pengguna. Kinerja merupakan kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan.

Kinerja yang dilakukan oleh para pustakawan menyangkut juga pelayanan yang diberikan kepada pustakawan pada satu lembaga perpustakaan. Karena keberhasilan dari suatu perpustakaan tidak lepas dari pelayanan yang baik kepada pemustaka.

Pelayanan pustakawan yang seharusnya mencerminkan kode etik pustakawan yaitu yang pertama adalah harus bersikap sopan, ramah, melayani dengan wajah ceria dan komunikatif kepada pemustaka; yang kedua adalah pustakawan dalam memberikan pelayanan kepada pemustaka harus mampu bersikap luwes, kemudian berusaha mengetahuai kemauan dari pemustaka; yang ketiga adalah memberikan pelayanan sampai tuntas, kemudian menjamin kerahasiaan informasi yang dicari oleh pemustaka , sehingga upaya tersebut akan benar-benar terwujud dan pustakawan diharapkan mengimplementasikan kode etik pustakawan dalam memberikan pelayanan.

Kode Etik dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku.kode etik pustakawan mengatur dan sebagai pedoman kerja bagi pustakawan. Tujuan kode etik pustakawan adalah agar pustakawan profesional dalam memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemustaka.

(47)

dimaksud berupa norma atau aturan yang harus dipatuhi oleh setiap pustakawan untuk menjaga kehormatan, martabat, citra dan profesionalitas.

Kode etik adalah seperagkat standar aturan tingkah laku, yang berupa norma-norma yang dibuat oleh organisasi profesi yang diharapkan dapat menuntun anggotanya dalam menjalankan peranan dan tugas profesinya dalma masyarakat. (Hermawan dan Zen 2006:63)

Berdasarkanpengamatan awal pustakawan perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara sudah bersikap ramah dan sopan dalam melayani pengguna di lingkungan perpustakaan universitas muhammadiyah sumatera utara namun belum semaksimal.

Pelayanan pengguna adalah suatu tugas penting dalam penyelenggaraan suatu perpustakaan, dimana pelayanan pengguna adalah suatu unit kegiatan yang mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan, informasi, dan pengarahan hingga pengguna dapat menelusur dan mempelajari informasi yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan. Dapat dikatakan bahwa suatu perpustakaan dapat dianggap bermutu apabila dapat memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pengguna. Perpustakaan perguruan tinggi merupakan bagian penting dari komponen pendidikan yang tidak dapat dipisahkan keberadaannya dari lingkungan perguruan tinggi. Perpustakaan UMSU Medan adalah salah satu perpustakaan yang menggunakan sistem layanan terbuka. Dimana semua pengguna perpustakaan bebas untuk berkunjung dan para pengguna juga dapat melihat langsung koleksi-koleksi bahan pustaka yang ada di perpustakaan tersebut.

(48)

1.2 Rumusan masalah

Berawal dari latar belakang penulisan yang sudah dikemukakan maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana cara pustakawan melayani pengguna di perpustakaan Universitas Muhammadiyah sumatera.

1.3 Tujuan penelitian

Adapun tujuan penulis ingin dicapai penulis dalam penulisan kertas karya ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah pelayanan pustakawan terhadap pengguna 2. Untuk mengetahui bagaimana cara penerapan kode etik terhadap pengguna

1.4 Ruang lingkup

Adapun ruang lingkup penulisan kertas karya ini meliputi aspek yang berhubungan dengan penerapan kode etik pustakawan dalalam melakukan pelayanan pengguna di perpustkaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (Umsu)

1.5 Metode pengumpulan data

Metode penulisan kkertas karya merupakan cara untuk memperoleh data maupun informasi yang dibutuhkan . Pada dasarnya penulis dalam penulisan kertas karya ini menggunakan dua metode yaitu :

1. Penelitian kepustakaan ( library research)

Berupa dari buku-buku, literatur dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan penulisan kertas karya ini .

2. Penelitian lapangan ( field research )

(49)

Penerapan Kode Etik Pustakawan Dalam Melakukan Pelayanan

Terhadap Pengguna Pada Perpustakaan Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU)

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar ahli madya (A.Md) dalam bidang studi perpustakaan dan

informasi

Kertas Karya

Oleh :

122201073

Siti Sabrina

Program Studi Perpustakaan

Departemen Ilmu Perpustakaan Dan Informasi

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

(50)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya

:penerapan kode etik pustakawan

dalam melakkan pelayanan terhadap

pengguna pada perpustakaan

universitas muhammadiyah sumatera

utara (UMSU)

Oleh

: Siti Sabrina

NIM

: 122201073

PROGRAM STUDI D-III PERPUSTAKAAN

Ketua Jurusan

: Dra. Zaslina Zainuddin, M.Pd

NIP

: 19570407 198603 2 001

Tanda Tangan

:_________________

(51)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Kertas Karya

:Penerapan kode etik pustakawan

dalam melakkan pelayanan terhadap

pengguna pada perpustakaan

universitas muhammadiyah sumatera

utara (UMSU)

Oleh

: Siti Sabrina

NIM

: 122201073

Dosen Pembimbing

: Dra. Eva Rabita, M.Hum

NIP

:195603311986032001

Tanda Tangan

: ________________

Tanggal

: ________________

Dosen Pembaca

: Hotlan Siahaan, S.Sos, M.I.Kom

NIP

: 19780331 200501 2 003

Tanda Tangan

: ________________

(52)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini. Kertas karya ini berjudul “Penerapan Kode Etik Pustakawan Dalam Melakukan Pelayanan TerhadapPengguna Pada Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara”yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Program Studi Ilmu Perpustakaan D-III Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini masih jauh dari sempurna serta masih sangat sederhana, namun di balik kesederhanaannya penulis sangat bahagia sekali karena dapat menyelesaikan kertas karya ini.

Sejak penulis memasuki perkuliahan hingga terwujudnya kertas karya ini, penulis banyak mendapat bimbingan, dorongan serta bantuan dari berbagai pihak, baik berupa moril maupun material. Maka pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Zaslina Zainuddin, M.Pd, selaku Ketua Jurusan D-III Perpustakaan 3. Ibu Dra. Eva Rabita, M.Hum selaku dosen Pembimbing yang telah

memberikan arahan kepada penulis

4. Ibu Hotlan Siahaan S,Sos., M.I.Kom selaku dosen Pembaca yang telah memberikan arahan kepada penulis.

5. Seluruh staf pengajar beserta staf Administrasi Program Studi D-III Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan.

(53)

7. Untuk Ibu saya Suriani Damanik yang telah membatu serta mendoakan saya dan memotivasi saya sampai selesai kertas karya ini dan selalu memberi semangat dan doa dalam menyelesaikan kertas karya ini.

8. Untuk Muhammad Yusuf AZ yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis

9. Untuk kakak saya Dewi Hartati Siregar S.E yang telah memberi masukan kepada saya untuk menyelesaikan kertas karya ini.

10.Untuk seluruh keluarga saya yang telah membantu menyelesaikan kertas karya ini.

11.Untuk seluruh teman-teman Stambuk 2012 Program Studi Diploma III Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini memiliki banyak kekurangan baik dari segi ini, bahasa, maupun penulisannya. Maka dari itu penulis mengharapkan tanggapan, kritikan dan saran yang bersifat membantu demi kesempurnaan kertas karya ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga kertas karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2015 Penulis, Siti Sabrina

Gambar

Gambar 1. Struktur organisasi perpustakaan UMSU

Referensi

Dokumen terkait

menjadi pengguna adalah civitas akademika yang terdiri dari mahasiswa, dosen/ staf pengajar, serta karyawan yang telah mendaftar menjadi anggota perpustakaan, sedangkan pengguna

Ince Herawati Saragih : Pelayanan Sirkulasi Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Medan, 2005... Ince Herawati Saragih : Pelayanan Sirkulasi Perpustakaan

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penerapan kode etik pustakawan pada perpustakaan Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara (BPAD)

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penerapan kode etik pustakawan pada perpustakaan Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara (BPAD)

umumnya dan kebutuhan pengguna perpustakaan pada khususnya. Tugas pustakawan adalah melayani pemustaka dengan baik. Maka dalam kode etik ini, pustakawan dituntut

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa pelayanan perpustakaan adalah kegiatan pelayanan yang diberikan kepada pengguna dalam memberikan informasi yang berkaitan

Pustakawan adalah bagian dari masyarakat, sekaligus sebagai abdi masyarakat dalam hal pelayanan informasi. Kaitannya dengan pelayanan ini, kode etik menghendaki agar

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sikap pustakawan tentang Asta Etika pustakawan dalam memberikan pelayanan kepada pengguna di Perpustakaan Umum Kota Padang