LAMPIRAN 3
HASIL PENGUJIAN REGRESI LOGISTIK
GET
FILE='D:\lia\lidya\skripsi\SKRIPSI excel\olah data.sav'. DATASET NAME DataSet0 WINDOW=FRONT.
DESCRIPTIVES VARIABLES=GCAO ADTR DER LN_SIZE PRIOR /SAVE
/STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX.
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 56 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 56 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 56 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
Dependent Variable
Encoding
Original
Value Internal Value
0 0
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 65.151 -.929
2 65.085 -1.004
3 65.085 -1.006
4 65.085 -1.006
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 65.085
c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter
estimates changed by less than .001.
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
GCAO Percentage
Correct
0 1
Step 0 GCAO 0 41 0 100.0
1 15 0 .0
Overall Percentage 73.2
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables ADTR .351 1 .554
DER 1.004 1 .316
LN_SIZE 2.907 1 .088
PRIOR 15.937 1 .000
Overall Statistics 20.258 4 .000
Block 1: Method = Enter
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant ADTR DER LN_SIZE PRIOR
Step 1 1 46.767 -.954 -.243 .049 -.061 2.150
2 44.351 -1.122 -.604 .068 -.095 2.799
3 44.171 -1.114 -.793 .075 -.112 3.024
4 44.170 -1.109 -.814 .075 -.114 3.049
5 44.170 -1.109 -.814 .075 -.114 3.049
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 65.085
d. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than
.001.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square Df Sig.
Step 1 Step 20.915 4 .000
Block 20.915 4 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 44.170a .312 .454
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 5.293 7 .624
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
GCAO = 0 GCAO = 1
Total Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 6 5.798 0 .202 6
2 6 5.653 0 .347 6
3 5 5.610 1 .390 6
4 6 5.534 0 .466 6
5 5 5.426 1 .574 6
6 5 5.284 1 .716 6
7 2 3.072 4 2.928 6
8 4 2.352 2 3.648 6
Classification Tablea
Observed
Predicted
GCAO Percentage
Correct
0 1
Step 1 GCAO 0 35 6 85.4
1 4 11 73.3
Overall Percentage 82.1
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a ADTR -.814 1.392 .342 1 .559 .443 .029 6.783 DER .075 .045 2.796 1 .095 1.078 .987 1.178
LN_SIZE -.114 .143 .638 1 .424 .892 .674 1.181
PRIOR 3.049 .845 13.015 1 .000 21.094 4.025 110.550
Constant -1.109 2.041 .295 1 .587 .330
a. Variable(s) entered on step 1: ADTR, DER,
LN_SIZE, PRIOR.
Correlation Matrix
Constant ADTR DER LN_SIZE PRIOR
Step 1 Constant 1.000 -.127 -.028 -.940 -.356
ADTR -.127 1.000 .061 .097 -.101
DER -.028 .061 1.000 -.152 .345
LN_SIZE -.940 .097 -.152 1.000 .094
Step number: 1
DAFTAR PUSTAKA
Sawir, Agnes. 2003. “Analisis kinerja keuangan dan perencanaan keuangan perusahaan”. Jakarta: PT Gramedia pustaka utama.
Agoes, Sukrisno. 2000. Auditing (Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik). Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Altman, E dan McGough, T., 1974. Evaluation of A Company as A Going concern. Journal of Accountancy. December. 50-57.
Chen, K.C. and B.K. Church. 1992. Default on Debt Obligations and The Issuance of Going-Concern Report. Auditing : Journal Practice and Theory, 30-49.
Danang, 2014. Auditing Pemeriksaan Akuntansi, Edisi pertama, CAPS, Yogyakarta.
DeAngelo, L.E, 1981. Auditor Size and audit quality. Journal of Accounting & Economics.
Diyanti, Fitri. 2010. Effect of Debt Default, turn over auditors and size its going to Acceptance of Audit Opinion Concern. Skripsi. Universitas Gunadarma, Depok.
Doris, Arta Amaya. 2011. Pengaruh Going Concern, Kualitas Audit dan
Pertumbuhan Perusahaan terhadap Pemberian Opini Audit Wajar dengan Pernyataan Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Erlina, 2011. Metode Penelitian : Untuk Akuntansi, USU PRESS, Medan.
Financial Accounting Standars Board “Statement of Financial Accounting
Concept No.1: Objective of Financial Reporting by Business Enterprises”. (Stamford Conn, 1978).
Ghozali, Imam 2004, Model Persamaan Struktural, Konsep dan Aplikasi dengan Program AMOS Ver. 5.0, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
_______, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariant dengan Program SPSS, Edisi Keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar N, 2003. Basic Econometrics, 4th edition. McGraw-Hill.
Ikatan Akuntan Indonesia, 1994. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.
_______. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Salemba Empat, Jakarta.
Indriantoro dan Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.
Januarti, Indira. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia).
Simposium Nasional Akuntansi XII (6): 1-26.
Junaidi, dan Jogiyanto Hartono. 2010. Faktor Nonkeuangan pada Opini Going Concern. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto: 13-15 Oktober.
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku Petunjuk Teknik Penulisan dan Penulisan Skripsi”. Medan.
Kasmir, 2008. “Analisis Laporan Keuangan”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Mulyadi, 2002. Auditing, Edisi Keenam, Salemba Empat, Jakarta.
Mutchler, J.F. 1984. “Auditor’s Perceptions of Going Concern Opinion Decision”. Auditing : A Journal of Practice & Theory. Spring. pp 17-30
_______. 1985. “ A Multivariate Analysis of The Auditor’s Going Concern Opinion Decision”. Journal of Accounting Research. Autumn. pp 668-682.
Ramadhany, Alexander, 2004, “Analisis Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Mengalami Financial Distress Di Bursa Efek Jakarta”. Tesis S2. Universitas Diponegoro. Semarang.
Sembiring, Oktaviana. 2011. Pengaruh Likuiditas, Leverage, Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, terhadap Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Sumatera Utara Medan.
Setiawan, S. 2006. Opini Going Concern dan Prediksi Kebangkrutan Perusahaan. Jurnal Ilmiah Akuntansi, V (1), 59-67.
Solikah, B, 2007, “Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going concern”, Skripsi, Universitas Negeri Semarang.
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kesepuluh, CV. Alfabeta, Bandung.
Syahrul, 2000. “ Kamus Istilah Akuntansi”. Pustaka. Bandung.
Tamba, Revol, Ulung. 2009. Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit dan Opini Audit terhadap Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Widyantari, Ayu. 2011. Opini Audit Going Concrn dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi: Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Universitas Udayana, Denpasar.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
desain kausal. Menurut Sugiyono (2007: 30) desain kausal adalah penelitian yang
bertujuan menganalisis hubungan sebab akibat antara variabel independen
(variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang
dipengaruhi). Adapun yang menjadi variabel independen di dalam penelitian ini
adalah kualitas audit, leverage, ukuran perusahaan, dan opini audit tahun
sebelumnya. Variabel dependennya adalah opini audit going concern.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Erlina (2011), populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap
yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik
tertentu, yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu
yang berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi penelitian ini adalah
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tahun 2009-2012.
Menurut Sugiyono (2007: 73), sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi. Teknik pengambilan sampel
sampel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan pertimbangan dan kriteria
tertentu.
Adapun kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah :
1. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama tahun 2009-2012.
2. Sampel yang diambil adalah perusahaan pertambangan yang telah terdaftar
(listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebelum 1 Januari 2009.
3. Mengalami rugi bersih setelah pajak sekurang-kurangnya satu periode laporan
keuangan (satu tahun) selama periode pengamatan (2009 – 2012).
Tabel 3.1
Daftar Populasi dan Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel
Setelah melakukan teknik purposive sampling, maka perusahaan yang
lolos uji dalam penelitian ini adalah sebanyak 14 perusahaan dari 38 perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan 4 tahun
pengamatan. Sehingga total sampel penelitian berjumlah 56 sampel dengan
perhitungan 14 perusahaan dikalikan dengan 4 tahun pengamatan. www.idx.co.id
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
data sekunder dengan mengambil data dari situs resmi Bursa Efek Indonesia
berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan pertambangan yang
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah
metode dokumentasi. Dengan metode dokumentasi, peneliti melakukan
pengumpulan data sekunder berupa laporan keuangan yang telah diaudit dan
laporan tahunan dengan mendownloadnya melalui situ
3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua variabel
yaitu sebagai berikut :
3.5.1 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 1999:63).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit going concern.
Opini audit going concern merupakan opini audit modifikasi yang dalam
pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian
signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan
operasinya (SPAP, 2001). Opini audit going concern dalam penelitian ini
diukur dengan skala nominal yang merupakan variabel dummy, dimana
kategori 1 diberikan kepada perusahaan yang menerima opini audit going
concern sedangkan kategori 0 diberikan kepada perusahaan yang tidak
menerima opini audit going concern. Hasil pengukuran ini disajikan dalam
3.5.2 Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahan variabel dependen atau variabel terikat
(Sugiyono, 2007). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kualitas audit, leverage, ukuran perusahaan dan opini audit
tahun sebelumnya.
3.5.2.1 Kualitas Audit
Kualitas audit diproksikan dengan menggunakan ukuran
KAP. Ukuran KAP ini dibedakan menjadi dua yaitu KAP yang
berafiliasi dengan kantor akuntan publik besar yang berlaku
universal yang dikenal dengan The big four dan KAP yang tidak
berafiliasi dengan The big four. Variabel ini diukur dengan
menggunakan skala nominal yang merupakan variabel dummy,
dimana kategori perusahaan yang menggunakan jasa KAP The big
four diberi nilai dummy 1 dan kategori perusahaan yang
menggunakan jasa selain KAP yang berafiliasi dengan KAP The
big four diberi nilai dummy 0.
3.5.2.2 Leverage
Leverage adalah kemampuan perusahaan utuk membayar
utang dengan ekuitas. Leverage diproksikan dengan menggunakan
sejauh mana modal perusahaan dapat menutupi utang yang berasal
dari kreditur. Hasil perhitungan DER disajikan dalam skala rasio.
3.5.2.3 Ukuran Perusahaan
Besar kecilnya ukuran perusahaan dapat didasarkan pada
total nilai asset, total penjualan, kapitulasi pasar, jumlah tenaga
kerja dan sebagainya. Nilai item-item tersebut berbanding lurus
dengan ukuran perusahaan. Jika nilainya besar maka semakin besar
pula ukuran perusahaan tersebut. Proksi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan Ln total asset yang
dimiliki. Hasil perhitungan Ln total asset disajikan dalam skala
rasio.
3.5.2.4 Opini Audit Tahun Sebelumnya
Opini audit tahun sebelumnya merupakan opini audit
going concern yang diberikan oleh auditor independen terhadap
laporan keuangan pada periode sebelumnya. Auditee yang
menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya akan
dianggap memiliki masalah kelangsungan hidupnya, sehingga
semakin besar kemungkinan bagi auditor untuk mengeluarkan
opini audit going concern pada tahun berjalan. Dalam penelitian ini
opini auditor diukur dengan menggunakan skala nominal yang
opini going concern dari auditor diberi nilai dummy 1 dan kategori
yang mendapat opini non going concern diberi nilai dummy 0.
Tabel 3.2
Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Penelitian Variabel
Penelitian
Definisi
Operasional Parameter Skala
Opini Audit
Variabel dummy, kategori 1 diberikan kepada perusahaan
yang menerima opini audit going concern sedangkan kategori 0 diberikan kepada
perusahaan yang tidak menerima opini audit going
concern.
Variabel dummy, kategori 1 jika KAP termasuk dalam kategori KAP The Big Four,
dan 0 jika tidak termasuk kategori KAP The Big Four
Nominal
Logaritma Natural (Ln) dari total asset
Variabel dummy, kategori 1 jika perusahaan menerima opini audit going concern dan 0 jika
tidak menerima opini audit going concern
Nominal
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analsis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan
variabel-variabel dalam penelitian yang mencakup jumlah sampel, nilai
rata-rata (mean), nilai maksimum, nilai minimum dan standar deviasi.
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah kualitas audit,
leverage, ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan opini
audit going concern.
3.6.2 Pengujian Data
Pengujian data untuk penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik.
Namun karena pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
metode regresi logistik (logistic regression) dimana variabel bebasnya
merupakan campuran antara antara variabel kontinyu (metrik) dan
kategorial (non-metrik) sehingga sudah tidak berdistribusi normal, maka
pada uji asumsi klasik tidak lagi memerlukan uji normalitas dan uji
heterokedastisitas pada variabel bebasnya (Ghozali, 2006). Pada penelitian
ini regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh kualitas audit,
leverage, ukuran perusahaan, dan opini audit tahun sebelumnya terhadap
opini auditor going concern. Uji asumsi klasik yang digunakan hanya uji
regresi logistik mengabaikan heteroscedasity, artinya variabel dependen
tidak memerlukan homoscedacity untuk masing-masing variabel
independennya.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan
berikut ini:
3.6.2.1 Uji Multikolonieritas
Uji ini dilakukan yang betujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel bebasnya. Jika variabel bebas
saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar
sesama variabel bebas sama dengan nol (Ghozali, 2004). Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model
regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation
factor (VIF). Sebagai dasar acuannya dapat disimpulkan :
1. Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel
independen dalam model regresi.
2. Jika nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10, maka dapat
disimpulkan bahwa ada multikolonieritas antar variabel
3.6.2.2 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 atau sebelumnya (Ghozali, 2006).
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mendeteksi maslaah autokorelasi diantaranya dilakukan dengan uji
Durbin Watson (Wahid, 2004 : 89) yaitu :
a. 1,65 < DW < 2,35 berarti tidak terjadi autokorelasi.
b. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 berarti tidak dapat
disimpulkan
c. DW < 1,21 atau DW > 2,79 berarti terjadi autokorelasi.
3.6.3 Pengujian Model
Pengujian model yang digunakan adalah :
3.6.3.1 Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah
dihipotesiskan telah fit atau tidak dengan data. Hipotesis yang
digunakan untuk menilai model fit adalah:
H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
Dari hipotesis ini, agar model fit dengan data maka H0
harus diterima dan Ha ditolak. Statistik yang digunakan
berdasarkan pada fungsi Likelihood. Likelihood (L) dari model
adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan
menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan
hipotesis alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Dengan
alpha (α) 5%, cara menilai model fit ini adalah sebagai berikut :
1. Jika nilai -2LogL < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha
diterima, yang berarti bahwa model fit dengan data.
2. Jika nilai -2LogL > 0,05 maka H0 diterima dan Ha
ditolak, yang berarti bahwa model tidak fit dengan data.
Adanya pengurangan nila antara 2LogL awal (initial
-2LL function) dengan nilai -2LogL pada langkah berikutnya
menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data
(Ghozali, 2005). Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan
pengertian “Sum of Square Error” pada model regresi, sehingga
penurunan Log Likelhood menunjukkan model regresi yang
semakin baik.
3.6.3.2 Menilai Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodnes of Fit Test. Model ini
perbedaaan antara model dengan data empiris sehingga model
dapat dikatakan fit. Adapun hipotesis untuk menilai kelayakan
model ini adalah:
Ho : Tidak ada perbedaan antara model dengan data
Ha : Ada perbedaan antara model dengan data
Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of fit
lebih besar dari pada 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak
dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau
dapat dikatakan model diterima karena sesuai dengan data
observasinya (Ghozali, 2006).
3.6.3.3 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabilitas variabel-variabel independen mampu
memperjelas variabilitas variabel dependen. Nilai Koefisien
determinasi merupakan modifikasi dari koefisien Nagel Karke
untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 sampai 1. Hal
ini dilakukan dengan cara membagi nilai Nagel Karke R2 dengan
nilai maksimumnya. Nilai Koefisien determinasi dapat
3.6.4 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan analisis
multivariant dengan menggunakan regresi logistik. Tujuan pengujian
dengan menggunakan model regresi logistik dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen. Kriteria pengujiannya menggunakan tingkat
kepercayaan sebesar 95 % atau taraf signifikasi 5% (α = 0,05). Model
regresi logistik yang digunakan untuk pengujian hipotesis penelitin ini
adalah :
GCAO = α + β1 ADTR + β2 DER + β3 SIZE + β4 PRIOP + ε
Keterangan:
GCAO : Opini audit going concern (variabel dummy, 1 jika opini
audit going concern, 0 jika opini audit non going
concern)
α : Konstanta
ADTR : Reputasi auditor yang menjadi proksi dari kualitas audit
(variabel dummy, 1 untuk auditor yang tergabung dalam
KAP The Big Four dan 0 untuk yang bukan)
DER : Leverage yang diproksikan dengan Debt to Equity
Ratio, total hutang dibagi total ekuitas
SIZE : Ukuran perusahaan yang diukur dengan natural log total
PRIOP : Opini tahun sebelumnya (variabel dummy, 1 jika opini
audit going concern, 0 jika opini audit non going
concern)
β1, β2, β3, β4 : Koefisien Regresi
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif berguna untuk mengetahui karakteristik sampel yang
digunakan dalam penelitian. Untuk melihat data statistik secara umum, peneliti
menggunakan descriptive untuk variabel yang diukur dengan skala rasio dan
frequency untuk variabel yang diukur dalam skala nominal.
Penelitian ini menggunakan perusahaan pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia sebagai sampel penelitian. Berdasarkan kriteria sampel dan
prosedur penyampelan yang telah dilakukan diperoleh 14 perusahaan dengan 56
sampel dalam tahun pengamatan 2009-2012. Data yang digunakan dalam
penelitian ini diambil dari laporan auditor independen dan laporan keuangan
perusahaan. Berikut ini ditampilkan data statistik dari seluruh sampel yang telah
terpilih.
TABEL 4.1 Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
GCAO 56 0 1 .27 .447
ADTR 56 0 1 .11 .312
DER 56 -4.4100 60.2200 3.772679E0 9.4059462
LN_SIZE 56 8.03 18.18 13.6430 2.74109
PRIOR 56 0 1 .32 .471
Valid N
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dideskripsikan beberapa hal berikut yaitu:
a. Jumlah seluruh sampel penelitian adalah 14 perusahaan dengan 56 unit
analisis yaitu 56 sampel dikali (N) empat tahun penelitian. Dengan 2
variabel yang memiliki skala rasio yaitu, debt to equity ratio (DER)
sebagai variabel independen kedua (X2), dan ukuran perusahaan (SIZE)
sebagai variabel independen ketiga (X3).
b. Variabel independen kedua, yaitu debt to equity ratio (DER) memiliki
nilai minimum sebesar -4.4100 dan nilai maksimum 60.2200 dengan
rata-rata adalah 3.772679E0. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan
perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai DER positif. Nilai
standar deviasi sebesar 9.4059462 menunjukkan bahwa tidak ada sampel
yang memiliki nilai DER yang bersifat ekstrim.
c. Variabel independen ketiga, yaitu ukuran perusahaan (SIZE) memiliki
nilai minimum sebesar 8.03 dan maksimum sebesar 18.18 dengan nilai
rata-rata 13.6430. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan
yang menjadi sampel mempunyai nilai SIZE positif. Nilai standar deviasi
sebesar 2.74109 menunjukkan bahwa tidak ada data yang bersifat ekstrim.
Tabel 4.2 Statistics
GCAO ADTR PRIOR
N Valid 56 56 56
Missing 0 0 0
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dideskripsikan bahwa jumlah data yang valid
(sah untuk diproses) adala 56 buah sedangkan data yang hilang (missing) adalah
nol, artinya semua data telah diproses.
Tabel 4.3
Kualitas Audit (ADTR)
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 50 89.3 89.3 89.3
1 6 10.7 10.7 100.0
Total 56 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dideskripsikan bahwa variabel independen
pertama yaitu kualitas audit merupakan variabel nominal yang menggunakan
variabel dummy, dimana perusahaan yang diaudit oleh KAP berafiliasi dengan big
four diberi kode “1” sedangkan perusahaan yang diaudit oleh KAP tidak
berafiliasi dengan Big Four (non big four) dibei kode “0”, memiliki data valid
karena seluruhnya telah diproses. Perusahaan yang diaudit oleh KAP berafiliasi
dengan big four sebanyak 6 perusahaan atau 10,7 % sedangkan yang diaudit oleh
KAP tidak berafiliasi dengan big four ( KAP non big four ) sebanyak 50
Tabel 4.4
Opini Audit Tahun Sebelumnya (PRIOR)
Frequency Percent
Sumber: Hasil Output SPSS
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dideskripsikan bahwa variabel independen
keempat, yaitu opini audit tahun sebelumnya merupakan skala nominal yang
menggunakan variabel dummy, dimana perusahaan yang menerima opini audit
going concern (GCAO) pada tahun sebelumnya diberi kode “1” sedangkan
perusahaan yang menerima opini audit non going concern (NGCAO) tahun
sebelumnya diberi kode “0”, memiliki nilai valid karena semua data diproses.
Perusahaan yang menerima opini audit going concern tahun sebelumnya sebanyak
18 perusahaan atau 32,1% sedangkan yang tahun sebelumnya menerima opini
audit non going concern sebanyak 38 perusahaan atau 67,9%.
Tabel 4.5
Opini Audit Going Concern (GCAO)
Frequency Percent
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dideskripsikan bahwa variabel dependen, yaitu
opini audit going concern (GCAO), merupakan skala nominal yang menggunakan
variabel dummy, dimana perusahaan yang menerima opini audit going concern
diberi kode “1” sedangkan perusahaan yang menerima opini audit non going
concern diberi kode “0”, memiliki nilai data valid karena semua data diproses.
Perusahaan yang menerima opini audit going concern sebanyak 15 perusahaan
atau 26,8% sedangkan perusahaan yang menerima opini audit non going concern
sebanyak 41 perusahaan atau 73,2%.
4.2 Pengujian Data
4.2.1 Uji Multikoliniearitas
Uji ini digunakan untuk situasi dimana adanya korelasi
variabel-variabel independen antara satu dengan yang lainnya. Tujuannya adalah
untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi
antara variabel bebas (independen). Apabila terjadi korelasi antar
variabel-variabel tersebut berarti terjadi problem multikolinearitas (multikol).
Sedangkan variabel yang baik adalah variabel yang tidak memiliki
problem multikolinearitas. Uji multikolineritas disini dilakukan dengan
melihat besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerence. Jika angka
tolerance mempunyai angka > 0,10 maka variabel tersebut tidak
Tabel 4.6 a. Dependent variable: GCAO
Sumber: Hasil Output SPSS
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dideskripsikan bahwa tidak ada gejala mulikoliniearitas antar variabel independen dalam penelitian ini. Pada
tabel ini dapat dilihat bahwa tidak ada nilai tolerance yang kurang dari
0,10 dan tidak ada nilai VIF yang lebih besar dari 10. Hal ini terjadi bahwa
tidak ada masalah multikoliniearitas antara independennya.
4.2.2 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ada korelasi penggangu pada periode tahun berjalan dengan
kesalahan penggangu pada periode sebelumnya. Uji yang digunakan untuk
melihat autokorelasi dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
a. 1,65 < DW < 2,35 tidak terjadi autokorelasi
b. 1,21 < DW atau 2,35 < DW < 2,79 tidak dapat disimpulkan
c. DW < 1,21 atau DW > 2,79 terjadi autokorelasi
Tabel 4.7 Uji Autokolerasi
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .601a .362 .312 .371 2.194
a. Predictors: (Constant), PRIOR, ADTR, DER, LN_SIZE b. Dependent Variable: GCAO
Sumber: Hasil Output SPSS
Dari tabel 4.7 (watson) dapat dilihat dari nilai tabel
durbin-watson (DW) sebesar 2.194. Dengan analisis 1.65 < 2.194 < 2.35. Hal ini
berarti tidak terjadi autokorelasi pada regresi dan residualnya random.
4.3 Pengujian Model
4.3.1 Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall
Model Fit)
Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesakan
telah fit atau tidak dengan data dilakukan pengujian dengan hipotesis :
H0: Model yang dihipotesiskan fit dengan data
Ha: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara - 2Log
pada akhir (block number = 1). Nilai -2 Log Likelihood awal pada block
number = 0, ditunjukkan melalui tabel berikut :
Tabel 4.8 Tabel likehood block 0
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients Constant
Step 0 1 65.151 -.929
2 65.085 -1.004
3 65.085 -1.006
4 65.085 -1.006
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 65.085
c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Nilai -2LogL akhir pada block number = 1, dapat ditunjukkan
melalui tabel berikut:
Tabel 4.9 Tabel likehood block 1
Iteration
-2 Log likelihood
Coefficients
Constant ADTR DER LN_SIZE PRIOR Step 1 1 46.767 -.954 -.243 .049 -.061 2.150
2 44.351 -1.122 -.604 .068 -.095 2.799 3 44.171 -1.114 -.793 .075 -.112 3.024 4 44.170 -1.109 -.814 .075 -.114 3.049 5 44.170 -1.109 -.814 .075 -.114 3.049 a. Method: Enter
b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 65.085
d. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.
Tabel diatas menunjukkan bahwa -2LogL awal pada block number
= 0, yaitu model hanya memasukkan konstanta yang dapat dilihat pada
step 2 memperoleh nilai sebesar 65.085. Kemudian pada tabel berikutnya
dapat dilihat nilai -2LogL setelah masuknya beberapa variabel independen
pada model sehingga nilai -2LogL akhir pada step 5 menunjukkan nilai
44.170. Selisih antara nilai -2LogL awal dengan nilai -2LogL akhir adalah
sebesar 20.915 (65.085-44.170). Adanya pengurangan nilai antara -2LogL
awal dengan nilai -2LogL akhir menunjukkan bahwa model yang
4.3.2 Menilai Kelayakan Model Regresi
Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan
menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test yang diukur
dengan nilai Chi-Square. Probabilitas signifikansi yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikansi (α) 5%. Hipotesis
untuk menilai kelayakan model regresi berikut ini:
Ho : Tidak ada perbedaan antara model dengan data
Ha : Ada perbedaan antara model dengan data.
Tabel 4.10
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 5.293 7 .624
Sumber: Hasil Output SPSS
Tabel 4.10 menunjukkan hasil pengujian Hosmer and Lameshow.
Hasil pengujian statistik menunjukkan probabilitas signifikan sebesar
5.293, nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari α 0,05. Hal ini
berarti model regresi layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya,
karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi
dengan klasifikasi yang diamati, atau dapat dikatakan model mampu
memprediksi nilai observasinya.
4.3.3 Koefisien Determinasi
variabilitas variabel dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik
dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square
dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda
(Ghozali,2006). Nilai ini didapat dengan cara membagi nilai Cox & Snell
R Square dengan nilai maksimumnya.
Tabel 4.11
Tabel Nagelkerke R Square
Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 44.170a .312 .454
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.
Sumber: Hasil Output SPSS
Tabel 4.11 menunjukkan nilai Nagelkerke R Square. Dilihat dari
hasil output pengolahan data nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar
0.454 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan
oleh variabel independen adalah sebesar 45.4%, sisanya sebesar 54,6 %
(100%-45.4%) dijelaskan variabilitas variabel-variabel lain di luar model
penelitian.
4.4 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji
pengaruh variabel independen yaitu Kualitas Audit (ADTR), leverage (DER),
opini going concern. Metode regresi logistik dapat dilihat dalam tabel-tabel
dibawah ini:
Tabel 4.12
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 56 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 56 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 56 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Sumber: Hasil Output SPSS
Berdasarkan tabel 4.12 maka diperoleh hasil analisa sebagai berikut
a. Jumlah sampel pengamatan sebanyak 56 sampel, dan seluruh sampel
telah diperhitungkan kedalam pengujian hipotesis
b. Tidak ada variabel dependen yang dikeluarkan (missing) dengan nilai
variabel dummy : 1 untuk opini going concern dan 0 untuk opini non
going concern.
c. Metode yang digunakan adalah metode enter dimana dengan metode
ini seluruh variabel independen disertakan dalam pengolahan data untuk
mengetahui variabel mana yang berpengaruh terhadap variabel
dependen.
dengan regresi logistic cukup dengan melihat Variabel in the Equation, pada
kolom significant dibandingkan dengan tingkat kealpahan 0,05 (5%). Apabila
tingkat signifikansi < 0,05 maka hipotesis diterima.
Tabel 4.13 Uji Koefisien Regresi Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1a ADTR -.814 1.392 .342 1 .559 .443 .029 6.783
DER .075 .045 2.796 1 .095 1.078 .987 1.178 LN_SIZE -.114 .143 .638 1 .424 .892 .674 1.181 PRIOR 3.049 .845 13.015 1 .000 21.094 4.025 110.550 Constant -1.109 2.041 .295 1 .587 .330
a. Variable(s) entered on step 1: ADTR, DER, LN_SIZE, PRIOR.
Sumber: Hasil Output SPSS
Tabel 4.13 diatas telah menunjukkan hasil pengujian dengan regresi
logistik pada tingkat signifikansi 5%. Dari pengujian dengan regresi logistik
diatas maka diperoleh persamaan regresi logistik berikut :
���� = -1.109 - 0.814 ADTR + 0.075 DER – 0.114 SIZE + 3.049
PRIOR + ε
Konstanta sebesar -1.109 menyatakan bahwa jika tidak memperhitungkan
nilai kualitas audit, leverage, debt to equity ratio, dan opini audit tahun
sebelumnya, maka kemungkinan penerimaan opini going concern adalah sebesar
Tabel 4.14 Hasil Hipotesis
N0 Hipotesis Beta Sig Kesimpulan
1 H1 -0.814 0.559 Tidak Didukung
2 H2 0.075 0.095 Tidak didukung
3 H3 -0.114 0.424 Tidak Didukung
4 H4 3.049 0.000 Didukung
Berdasarkan tabel 4.14 maka diperoleh hasil uji regresi logistik. Hasil
pengujian hipotesis adalah
H1 : Kualitas Audit berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Kualitas Audit pada tabel di atas menunjukkan koefisien
negatif sebesar -0.814 dengan tingkat signifikansi 0.559 > 0.05 yang
berarti H1 tidak dapat didukung atau kualitas audit berpengaruh
negatif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit
going concern.
H2 : Leverage berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Debt to equity ratio pada tabel di atas menunjukkan
koefisien positif sebesar 0.075 dengan tingkat signifikansi 0.095 >
0.05 yang berarti H2 tidak dapat didukung atau pertumbuhan
perusahaan berpengaruh negatif dan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap opini audit going concern.
H3 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Ukuran perusahaan pada tabel di atas menunjukkan
0.05 yang berarti H3 tidak dapat didukung atau ukuran perusahaan
berpengaruh positif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
opini audit going concern.
H4 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Opini audit tahun sebelumnya pada tabel
di atas menunjukkan koefisien positif sebesar 3.049 dengan tingkat
signifikansi 0 < 0.05 yang berarti H4 dapat didukung atau opini audit
tahun sebelumnya berpengaruh positif dan berpengaruh secara
signifikan terhadap opini audit going concern .
4.5 Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.5.1 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Opini Going
Concern
Variabel Kualitas Audit memiliki koefisien negatif sebesar -0.814
dengan tingkat signifikansi 0.559 yang nilainya lebih besar dari tingkat
signifikansi 0.05 (5%), sehingga dapat disimpulkan kualitas audit
berpengaruh negatif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
penerimaan opini audit going concern.
Tanda positif pada koefisien kualitas audit menunjukkan bahwa
perusahaan cenderung memperoleh opini going concern ketika
menggunakan jasa KAP big four, sementara perusahaan yang
going concern. Argumen ini didasari anggapan bahwa auditor berkualitas
tinggi akan mampu mendeteksi karakteristik perusahaan yang tidak bagus
dan menyampaikannya kepada publik, jadi dapat dikatakan perusahaan
yang menggunakan jasa KAP big four adalah perusahaan yang cenderung
memiliki kinerja dan karateristik yang baik, sehingga pendapat yang
mereka terima adalah cenderung pendapat wajar tanpa pengecualian,
sementara perusahaan dengan kinerja dan karakteristik yang tidak baik
cenderung menggunakan KAP non big four dengan harapan bahwa KAP
non big four tidak dapat mendeteksi kinerja dan karakteristik mereka yang
tidak baik tersebut, sedangkan disisi lain auditor berusaha menjaga
reputasinya dengan selalu bekerja secara objektif.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Widyantari (2011)
dimana variabel skala auditor (Big Four and Non Big Four) tidak
berpengaruh signifikan atas kemungkinan penerimaan opini going
concern. Bukti tersebut juga konsisten dengan penelitian Sembiring
(2011), bahwa kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan opini going concern, artinya bahwa auditor akan tetap
memberikan opini going concern apabila perusahaan tersebut meragukan
dalam kelangsungan usahanya baik auditor big four maupun non big four.
4.5.2 Pengaruh Leverage terhadap Opini Going Concern
Variabel Leverage yang diproksikan dengan debt to equity ratio
signifikansi 0.095 yang nilainya berada diatas nilai signifikansi 0.05 (5%) ,
sehingga dapat disimpulkan variabel ini tidak berpengaruh negatif dan
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit going concern.
Rasio leverage tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit
going concern. Hal ini disebabkan karena rasio leverage yang digunakan
untuk melihat bagaimana perusahaan menjalankan usaha dengan dana
yang diperoleh dari kreditur dan memenuhi kewajiban dengan
menggunakan modal yang ada.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Tampubolon (2011) dan sembiring (2011) yang menemukan bahwa
leverage tidak berpengaruh terhadap penerbitan opini going concern.
Namun penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Widyantari
(2011) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh terhadap penerbitan
opini going concern.
4.5.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Opini Going
Concern
Variabel ukuran perusahaan menunjukkan nilai koefisien negatif
sebesar -0.114 dengan signifikansi sebesar 0.424dan lebih besar dari 0.05
(5%) artinya variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan opini audit going concern. Maka, besar atau kecilnya aset
yang dimiliki perusahaan tidak berpengaruh terhadap baik atau tidaknya
4.5.4 Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Opini Going Concern
Variabel opini audit menunjukkan nilai koefisien positif 3.049
dengan tingkat signifikansi 0.000 lebih kecil dari 0.05 (5%). Artinya opini
audit yang diterima pada tahun sebelumnya secara signifikan berpengaruh
positif terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern pada tahun
berikutnya.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Sembiring (2011). Penelitian dari Sembiring (2011) menemukan bukti bahwa
opini going concern yang diterima pada tahun sebelumnya mempengaruhi
keputusan auditor untuk menerbitkan kembali opini going concern. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Muthcler (1985) bahwa
perusahaan yang menerima opini going concern pada tahun sebelumnya lebih
cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Hal ini
disebabkan oleh pemberian opini going concern tersebut yaitu hilangnya
kepercayaan dari publik akan keberlanjutan usaha auditee termasuk dari
investor, kreditur, dan konsumen sehingga akan semakin mempersulit
manajemen perusahaan untuk dapat memperbaiki keterpurukan pada tahun
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat
diambil kesimpulan sebagi berikut :
1. Kualitas audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan
opini going concern. Hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa ukuran
KAP untuk memeriksa laporan keuangan suatu entitas tidak menjadi
pertimbangan auditor dalam menerbitkan opini going concern.
2. Leverage yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Hasil
penelitian ini mendeskripsikan bahwa leverage tidak menjadi
pertimbangan auditor dalam menerbitkan opini going concern.
3. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
penerimaan opini going concern. Hasil penelitian ini mendeskripsikan
bahwa ukuran perusahaan tidak menjadi pertimbangan auditor dalam
menerbitkan opini going concern.
4. Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap
penerimaan opini going concern. Hasil penelitian ini mendeskripsikan
bahwa auditor akan mempertimbangkan opini audit going concern yang
telah diterima tahun sebelumnya dalam menyatakan opini going concern
5.2 Keterbatasan
Keterbatasan penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini hanya menggunakan 4 variabel, yaitu 2 variabel keuangan
(debt to equity ratio (DER) dan ukuran perusahaan) serta 2 variabel non
keuangan (kualitas audit dan opini audit tahun sebelumnya).
2. Periode penelitian hanya 4 (empat) tahun sehingga belum bisa melihat
kecenderungan (trend) penerbitan opini audit going concern oleh auditor
dalam jangka panjang.
5.3 Saran
Dengan berbagai telaah dan analisa yang telah peneliti lakukan, serta berdasarkan keterbatasan dari peneliti, maka untuk penyempurnan penelitian
selanjutnya. Adapun saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
1. Bagi peneliti yang akan datang, dapat memasukkan variabel tambahan
seperti rasio keuangan yang lain atau faktor-faktor lain seperti audit lag,
debt default, sehingga mampu mendeskripsikan penerbitan opini going
concern.
2. Dapat memperpanjang tahun pengamatan sehingga dapat melihat
kecenderungan (trend) penerbitan opini audit going concern dalam jangka
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Opini Audit
Proses akhir dari pekerjaan audit yang dilaksanakan oleh seorang
auditor adalah mengkomunikasikan penilaiannya tentang tingkat
kewajaran penyajian laporan keuangan yang disusun manajemen sesuai
dengan standar akuntansi keuangan. Penyampaian hasil penilaian ini
disajikan secara tertulis dengan menggunakan format yang ditetapkan
dalam standar profesional akuntan publik. Dalam laporan tersebut harus
dimuat salah satu pendapat auditor berkenaan dengan tingkat kewajaran
penyajian laporan keuangan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum (standar akuntansi keuangan) berdasarkan audit yang
dilaksanakannya.
Proses audit akan menghasilkan sebuah laporan audit. Menurut IAI
(1994) pengertian laporan audit adalah
suatu sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat, sebagai pihak yang independen, auditor tidak dibenarkan untuk memihak kepentingan siapapun dan untuk tidak mudah dipengaruhi, serta harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan memiliki suatu kepentingan dengan kliennya.
Jadi laporan audit berisi tentang opini auditor yang merupakan
dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
Opini yang terdapat dalam laporan audit sangat penting sekali
dalam proses audit ataupun proses atestasi lainnya karena opini tersebut
merupakan informasi utama yang dapat diinformasikan kepada pemakai
informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang
diperolehnya.
Laporan yang diterbitkan oleh auditor dapat dibagai kedalam 2
kategori yaitu:
(1) laporan audit standar, dan
(2) laporan audit yang menyimpang dari standar.
Opini audit merupakan pernyataan auditor terhadap kewajaran
laporan keuangan dari entitas yang telah diaudit. Kewajaran ini
menyangkut materialitas, posisi keuangan, dan arus kas. Opini audit
diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap sehingga auditor dapat
memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan
keuangan yang diauditnya
Opini Auditor terdiri atas 5 jenis (Mulyadi, 2002 :416) yaitu :
1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diberikan jika auditor
menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar
dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip
dengan pendapat wajar tanpa pengecualian diterbitkan oleh
auditor jika kondisi berikut ini terpenuhi :
a. Semua laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan
perubahan ekuitas, dan laporan arus kas terdapat dalam
laporan keuangan.
b. Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat
dipenuhi oleh auditor.
c. Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor
telah melaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan untuk melaksanakan tiga standar pekerjaan
lapangan.
d. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum di Indonesia.
e. Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk
menambah paragraf penjelasatau modifikasi kata-kata
dalam laporan audit.
2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas
(Unqualified Opinion with Explanatory Language)
Auditor dapat menambahkan suatu paragraf penjelas (atau
bahasa penjelas yang lain) dalam laporan audit, meskipun tidak
mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan
keuangan keuangan auditan. Paragraf penjelas dicantumkan
utama ditambahkannya suatu paragraf penjelas atau modifikasi
kata-kata dalam laporan audit baku adalah:
a. Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima
umum.
b. Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas.
c. Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip
akuntansi yang dikeluarkanoleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan.
d. Penekanan atas suatu hal
e. Laporan audit yang melibatkan auditor lain.
3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee
menyajikan secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal
yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum
di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan.
Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam
keadaan :
a. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya
pembatasan terhadap lingkupaudit.
b. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi
penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan
4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)
Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan
keuangan auditee tidak menyajikan secara wajar laporan
keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
5. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)
Pernyataan tidak memberikan pendapat apabila auditor
memberikan pendapa atas laporan keuangan uang diaudit.
Pendapat ini juga diberikan apabila auditor dalam kondisi tidak
independen dalam hubungannya dengan klien.
2.1.2 Going Concern
Going concern adalah adalah salah satu konsep yang paling
penting yang mendasari pelaporan keuangan (Gray & Manson, 2000).
Berdasarkan SPAP (PSA 30 SA Seksi 341.1) menyatakan bahwa going
concern merupakan kelangsungan hidup entitas dan dapat dipakai sebagai
asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya
informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan.
Menurut Altman dan McGough (1974) masalah going concern
terbagi dua, yaitu :
1. Masalah keuangan yang meliputi kekurangan likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana.
Going concern adalah suatu keadaan dimana sebuah perusahaan
dapat tetap beroperasi dan dipengaruhi oleh keadaan financial dan non
financial. Sebuah perusahaan dapat terancam tidak dapat beroperasi lagi
apabila gagal dalam mempertahankan going concern. Hal ini biasanya
disebabkan oleh manajemen perusahaan yang buruk, kecurangan
ekonomis, dan perubahan kondisi ekonomi seperti meningkatnya inflasi
akibat suku bunga yang tinggi, nilai tukar mata uang merosot.
2.1.3 Opini Audit Going Concern
Opini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh
auditor untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (IAI,2001;SA
Seksi 341). Opini audit going concern sangat diperlukan oleh para
pemakai laporan keuangan karena para pemakai laporan keuangan
menganggap pengeluaran opini audit going concern ini sebagai prediksi
kebangkrutan suatu perusahaan. Auditor harus bertanggung jawab
terhadap opini audit going concern yang dikeluarkannya, karena akan
mempengaruhi keputusan para pemakai laporan keuangan (Setiawan,
2006). Sebagai contoh, ketika seorang investor akan melakukan investasi,
sebelumnya ia perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan terutama
menyangkut tentang kelangsungan hidup perusahaan tersebut, dan dengan
adanya pengeluaran opini audit opini going concern dapat membantu para
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi auditor dalam
menerbitkan opini audit going concern atau pertimbangan atas kondisi dan
peristiwa (SPAP, 2011 : 341.3) adalah sebagai berikut :
1. Trend negatif, misalnya kerugian operasi yang berulang kali, kekurangan modal kerja, arus kas negatif, rasio keuangan penting yang jelek.
2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, misalnya kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru atau sebagian besar aktiva.
3. Masalah intern, misalnya pemogokkan kerja, ketergantungan besar atas suksesnya suatu proyek
4. Masalah ekstern, misalnya pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang atau masalah-masalah lain yang mengancam kemampuan perusahaan untuk beroperasi, kehilangan franchise, lisensi atau paten yang penting, kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat bencana yang tidak diasuransikan seperti gempa bumi, banjir ataupun kekeringan.
2.1.4 Kualitas Audit
Kualitas audit adalah probabilitas dimana seorang auditor
menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam
sistem akuntansi kliennya (De Angelo, 1981). Laporan auditor berperan
penting bagi pengguna laporan keuangan dalam mengambil keputusan,
karena hal tersebut maka seorang auditor dituntut untuk menghasilkan
kualitas yang baik. Bagi auditor yang memiliki klien yang lebih banyak
dalam industri yang sama akan mempunyai pemahaman yang lebih dalam
sebab itu, auditor akan membutuhkan pengembangan keahlian yang lebih
daripada auditor pada umumnya.
Ada 4 (empat) hal yang dianggap mempunyai hubungan dengan
kualitas audit menurut Deis dan Giroux (1992) yaitu:
1. Jangka waktu auditor dalam melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), apabila auditor melakukan audit pada klien yang sama dalam jangka waktu yang lama maka kualitas audit yang dihasilkan semakin rendah.
2. Jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan menjaga reputasinya
3. Kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka aka nada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar
4. Review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga.
Para peneliti memiliki hipotesis bahwa KAP yang besar akan
berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan
KAP yang kecil (Deis dan Giroux, 1992). Ukuran kantor Akuntan Publik
(KAP) dibedakan menjadi dua yaitu KAP yang berafiliasi dengan KAP
Big four dan KAP Non Big Four. Umumnya KAP The Big Four memiliki
kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP Non Big Four.
Hal ini dikarenakan KAP The Big Four memiliki reputasi yang lebih baik,
tenaga kerja yang lebih terampil dan kompeten, dan juga cenderung
mengungkapkan masalah-maslah yang ada karena lebih siap menghadapi
risiko proses pengadilan.
Berdasarkan pengklasifikasian dari Ikatan Akuntan Indonesia
1. Purwantoro, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young.
2. Osman Bing Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche
Tohmatsu
3. Siddharta dan Widjaja berafiliasi dengan KPMG
4. Haryanto Sahari dan Rekan berafiliasi dengan Price Waterhouse
Cooper.
2.1.5 Leverage
Rasio leverage adalah rasio yang mengukur seberapa jauh
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya.
Seberapa besar perusahaan menggunakan utang dari luar untuk pendanaan
perusahaan tersebut dapat dilihat dari rasio leverage. Chen dan Church
(1992) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktiva yang lebih
kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan. Hal
ini menyebabkan perusahaan lebih berpeluang mendapatkan opini audit
going concern.
Rasio leverage yang digunakan untuk penelitian ini adalah Debt to
Equity Ratio (DER). Debt to equity Ratio (DER) adalah rasio yang
menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan
perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan
tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya (Agnes Sawir, 2003:13).
Semakin rendah DER perusahaan maka kondisi perusahaan semakin baik.
Debt to Equity Ratio = Total Hutang
2.1.6 Ukuran Perusahaan
Menurut Ferry dan Jones (dalam Suianto, 2001), ukuran
perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang
ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan
dan rata-rata total aktiva. Dengan kata lain, ukuran perusahaan merupakan
ukuran besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan.
Mutchler (1985) menyatakan bahwa auditor lebih sering
mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil. Auditor
mempercayai bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan
kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil. Hal ini
dikarenakan perusahaan besar memiliki manajemen yang lebih baik
sehingga pihak kreditor akan lebih bisa percaya untuk memberikan kredit
kepada perusahaan besar.
2.1.7 Opini Audit Tahun Sebelumnya
Opini audit sebelumnya adalah opini audit yang diterima auditee
pada tahun sebelumnya atau satu tahun sebelum tahun penelitian (Solikah,
2007). Opini audit tahun sebelumnya dikelompokkan menjadi dua yaitu
auditee dengan opini going concern (GCAO) dan tanpa opini going
concern (NGCAO).
Mutchler (1984) menyatakan bahwa perusahaan yang menerima
menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Solikah (2007) dalam
penelitiannya melakukan pengujian terhadap pengaruh ketersediaan
informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, dengan
menggunakan discriminant analysis yang memasukan tipe opini audit
tahun sebelumnnya mempunyai akurasi prediksi paling tinggi, yaitu
89,9%.
Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhany (2004) memperkuat
bukti bahwa adanya hubungan positif yang signifikan antara opini audit
going concern tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun
berjalan. Apabila auditor mengeluarkan opini audit going concern pada
tahun sebelumnya, maka semakin besar kemungkinan auditor
mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berikutnya.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah rangkuman tinjauan penelitian terdahulu yang
berhubungan dengan penelitian ini :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Penulis Judul Variabel Hasil Penelitian 1 Tamba audit, opini audit Variabel dependen: opini audit going concern
No Penulis Judul Variabel Hasil Penelitian dam opini audit tahun sebelmnya memiliki ratio, debt to total assets, kualitas debt default to total assets, dan kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
Peneliti terdahulu yang menggunakan variabel opini audit tahun
sebelumnya membukt ikan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern baik pada perusahaan manufaktur
maupun pertambangan. Dalam penelitian Tamba (2009) dan Sembiring (2011) menunjukkan bahwa rasio debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap
penerimaan opini going concern. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Widyantari (2011) yang menyatakan bahwa debt to equity
ratio berpengaruh positif terhadap penerimaan opini going concern.
Tamba (2009) juga menggunakan kualitas audit sebagai variabel bebasnya
terhadap pemberian opini going concern dimana hasilnya menunjukkan bahwa
kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Doris (2011) yang juga menggunakan
kualitas audit menyatakan bahwa kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan opini audit going concern.
Diyanti (2010) menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel
bebasnya dan mengungkapkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh
signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian tersebut
membuktikan bahwa dengan ukuran perusahaan yang semakin besar maka
perusahaan dapat menjamin kelangsungan usahanya. Sebaliknya Junaidi dan
Hartono (2010) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak menunjukkan
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
2.3.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian teoritis, maka variabel independen dalam
penelitian ini adalah kualitas audit, leverage, ukuran perusahaan, opini
audit tahun sebelumnya dan variabel dependennya adalah opini audit
going concern. Hubungan antara variabel dependen dan variabel
independen dapat dilihat dalam kerangka berikut ini :
Gambar 2.1
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah
kualitas audit, leverage, ukuran perusahaan dan opini audit tahun Kualitas Audit
Opini Audit Going Concern
sebelumnya dan yang menjadi variabel dependennya adalah opini audit
going concern. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen dan tidak
dapat mengetahui pengaruhnya secara simultan karena hasil pengujian
dengan metode regresi logistik hanya ada pengujian secara parsial.
Pemilihan auditor independen dengan kualitas audit yang baik
cenderung menghasilkan opini audit yang berkualitas tinggi sehingga para
investor maupun pengguna laporan keuangan lebih mempercayai
informasi yang terdapat dalam laporan keuangan yang telah diaudit oleh
auditor tersebut. Oleh karena itu, KAP yang besar dan memiliki reputasi
yang baik cenderung melakukan prosedur audit yang lengkap dalam
pengumpulan bukti audit sehingga opini audit going concern dapat
diterapkan.
Leverage menggambarkan kemampuan sebuah perusahaan
membiayai kewajiban-kewajibannya dan diproksikan dengan debt to
equity ratio (DER). Semakin tinggi DER perusahaan berarti perusahaan
memiliki banyak utang dan modal tidak dapat menutupi utang tersebut
maka kondisi perusahaan tersebut semakin buruk dan perusahaan lebih
berpeluang mendapatkan opini audit going concern.
Ukuran perusahaan merupakan ukuran yang digunakan oleh
perusahaan dalam menentukan besarnya perusahaan baik itu perusahaan
kecil atau perusahaan besar dan dapat diproksikan berdasarkan asset,