• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di MA AL-AZHAR Andong Kabupaten Boyolali - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Model Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di MA AL-AZHAR Andong Kabupaten Boyolali - Test Repository"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MA AL-AZHAR KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : SITI NURJANAH

NIM: 111-14-256

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)

MODEL KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MA AL-AZHAR KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : SITI NURJANAH

NIM: 111-14-256

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

اوُتوُأ َنيِذَّلا َنِم اًبِعَلَو اًوُزُه ْمُكَنيِد اوُذََّتَّا َنيِذَّلا اوُذِخَّتَ ت لا اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ اَي

٧٥ َينِنِمْؤُم ْمُتْنُك ْنِإ َهَّللا اوُقَّ تاَو َءاَيِلْوَأ َراَّفُكْلاَو ْمُكِلْبَ ق ْنِم َباَتِكْلا

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu,

orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir

(8)

PERSEMBAHAN

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat serta kariniaNya skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Ibu tercinta Mulyati, yang do‟anya selalu menyertai saya, senantiasa

membimbing, menasehati, mendo‟akan dan mencurahkan segala kasih

sayangnya.

2. Keluarga besar saya, Mbahyi, Mbahko, bulek Siti Khoiriyah, Paklek Supriyo, serta saudara-saudara saya, dek Khotib, mbak Tini, mas Panut,

dek Arif, dek Tatak, dek Arum, dek Ta‟ul, dan dek Keisya atas do‟a

dukungannya sehingga skripsi ini dapat selesai.

3. Ibu Dra. Nur Hasanah, M.Pd. yang telah meluangkan waktu dan membimbing saya hingga skripsi ini selesai.

4. Sahabat-sahasabatku kost ALFA-AFA, alpek, kembar, Atika, Ika, Mendes dan seluruh teman-teman seangkatan PAI 2014 yang selalu menyemangati

dan mendo‟akan saya.

5. Seseorang yang selalu ada dalam do‟a saya, yang selalu memberikan

dukungan dan semangat.

(9)

KATA PENGANTAR

dengan menyebut Nama Allah SWT, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji Syukur kehadirat Allah AWT. Yang telah memberikan hidayah dan karuniaNya, sehingga penulias dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Model Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam Di MA AL-AZHAR Andong Kabupaten Boyolali.”

Tidak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurah terhadap Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang selalu setia dan menjadikan suri tauladan dalam bentuk yang sebaik-baik pada kehidupan kita di zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang.

Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan, dorongan serta bimbingan dari pihak-pihak tertentu yang telah berkenan membantu dan memberikan dorongan baik baik moril maupun materiil. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati,M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Bapak Rovi‟in. M.Ag. selaku dosen Pembimbing Akademik.

(10)

6. Bapak C Kusnan, S.Ag. selaku kepala sekolah MA AL-AZHAR Andong Boyolali.

7. Bapak dan ibu dosen yang telah membekali berbakai ilmu pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga sehingga saya dapat menyelesaikan jenjang pendidikan SI.

Akhirnya penulis berharap, semoga jasa dan bantuannya yang tela diberikan menjadi amal baik dan mendapat balasan dari Allah SWT. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan dari aspek yang dimiliki oleh penulis sendiri. Demikian kritik dan saran selalu penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis serta para pembaca pada umumnya. Aamiin.

Salatiga,10 Juli 2018

(11)

ABSTRAK

Nurjanah, Siti. 2018. Model Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di MA AL-AZHAR Andong Kabupaten Boyolali. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Nur Hasanah, M. Pd.

Kata Kunci : Model Kepemimpinan Kepala Sekolah, Mutu Pendidikan Agama Islam.

Madrasah Aliyah AL-AZHAR Andong kabupaten Boyolali merupakan salah satu Madrasah Aliyah yang cukup berhasil dalam membina para guru dan siswanya dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam, dalam suatu lembaga pendidikan, kepala sekolah memiliki peran yang sangat menentukan maju mundurnya sebuah lembaga pendidikan, dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya pendidikan agama Islam, kepala sekolah harus mengetahui segala perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam lembaganya. Kepala sekolah harus mampu menghasilkan peserta didik yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta beriman dan takwa kepada Allah SWT.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Bagaimanakah model kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam di MA AL-AZHAR Andong kabupaten Boyolali? Apa faktor yang menunjang dan menghambat keberhasilan untuk meningkatkan mutu pendidikan agama islam di MA AL-AZHAR Andong kabupaten Boyolali? Penelitian ini menggunakan pendekatan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan melalui metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dilapangan kemudian disusun dengan memilih dan menyederhanakan data. Selanjutnya dilakukan penyajian data untuk ditarik kesimpulan.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... I LEMBAR BERLOGO... Ii

JUDUL... iii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING... Iv HALAMAN PENGESAHAN ... V PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... vi

MOTTO... vii

PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR... Ix ABSTRAK...…... xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL DAN BAGAN... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Penegasan istilah ... 7

F. Sistematika Penulisan... 9

(13)

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah... 11

a. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah... 11

b. Model Kepemimpinan dalam Pendidikan... 14

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan Kepala Sekolah... 19

2. Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam... 27

a. Pengertian Mutu Pendidikan Agama Islam... 27

b. Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam... 29

3. Faktor Penunjang dan Penghambat Keberhasilan Mutu Pendidikan Agama Islam... 34

a. Faktor Penunjang Peningkatan Mutu Pendidikan Islam di Sekolah... 34

b. Faktor Penghambat Mutu Pendidikan Agama Islam di Sekolah... 35

B. Penelitian Terdahulu... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 41

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 41

C. Sumber Data... 42

D. Prosedur Pengumpulan Data... 42

E. Analisis Data... 44

(14)

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA

A. Latar Belakang Obyek Penelitian... 47

1. Sejarah Perkembangan MA AL-AZHAR Andong... 47

2. Keadaan Guru, Pegawai Kantor dan Siswa... 49

3. Sarana Prasarana... 55

4. Prestasi Siswa MA AL-AZHAR Andong... 57

5. Visi dan Misi... 58

B. Analisis Data 1. Model Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di MA AL-AZHAR Andong, Kabupaten Boyolali... 61

2. Faktor Penunjang dan Penghambat Keberhasilan dalam Meningkatan Mutu Pendidikan Adama Islam di MA AL-AZHAR Andong Kabupaten Boyolali... 66

BAB VPENUTUP A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 70

(15)

Daftar Bagan dan Tabel

(16)

Daftar Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Penulis

2. Surat Ijin Penelitian

3. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 4. Surat Pengajuan Dosen Pembimbing 5. Lembar Konsultasi

6. Laporan SKK

7. Pedoman Wawancara 8. TranskipWawancara 9. RPP

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu upaya dari pemerintah dalam membangun bangsa yang berkualitas. Dengan adanya pendidikan dapat membentuk watak, sikap, maupun pengetahuan siswa. Pendidikan akan semakin berkembang pesat apabila orang-orang disekitar kita peduli dengan pendidikan, terutama orang tua dan keluarga dalam mendidik anaknya itu sangatlah berpengaruh dan masyarakat sebagai motivasi untuk cita-cita dalam mewujudkan perubahan terhadap kemajuan zaman yang semakin modern, terutama peran tenaga pendidik yang selalu sabar dan ikhlas dalam membimbing peserta didiknya untuk memperoleh pendidikan.

Salah satu keberhasilan dalam pendidikan pasti adanya campur tangan dengan para tenaga pendidik contohnya dilembaga pendidikan sekolah merupakan sarana yang penting untuk menunjang proses belajar mengajar bagi peserta didik untuk mendapat pendidikan.

(18)

rendahnya mutu suatu sekolah akan dibedakan oleh kepemimpinan di sekolah.

Upaya sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan pasti ada peran kepala sekolah demi mewujudkan pendidikan. Menurut Mulyasa (2010: 4) menyebutkan bahwa secara khusus kepemimpinan di sekolah mempunyai penekanan pada pentingnya posisi kepemimpinan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas sekolah. Kepemimpinan berlangsung interaksi individu atau kelompok (siswa, guru, kepala sekolah, orang tua, masyarakat dan karyawan). Muara besar dari interaksi tersebut adalah terbentuknya budaya organisasi sekolah yang kuat sehingga pendidikan dapat berlangsung dengan efektif dan efesien.

Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan khususnya pendidikan agama Islam, kepala sekolah harus mengetahui segala perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam lembaganya. Adanya tenaga mengajar yang profesional dan tidak profesional dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan akan mempengaruhi proses belajar mengajar, karena mereka harus mampu mewujudkan tujuan pendidikan dan juga menghasilkan peserta didik yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

(19)

bisa dibilang bermutu. Indikatornya adalah lingkungan sekolah yang aman dan tertib, seolah yang memiliki tujuan dan target yang ingin dicapai, sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat, adanya pengembangan staff sekolah yang terus menerus sesuai dengan tuntutan iptek dan adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik dan administratif serta memanfaatkan hasilnya untuk penyempurnaan atau perbaikan mutu pendidikan.

Sesuai dengan pembahasan diatas, mengenai pentingnya meningkatkan mutu pedidikan di sekolah, maka yang mempunyai peranan penting adalah kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan Agama Islam di sekolah, dan mengingat titik berat pendidikan untuk masa yang akan datang adalah meningkatkan mutu dan perluasan kesempatan belajar, maka proses kegiatan belajar dan mengajar perlu mendapat perhatian yang serius, untuk itu dalam membina profesionalisme guru, terutama keilmuan dan kedisplinan, maka yang dibutuhkan peran kepala sekolah.

(20)

yang menunjukkan hal tesebut dapat penulis ketahui salah satunya yaitu dari para siswa-siswinya memperoleh nilai UAMBN (ujian akhir madrasah berstandar nasional) cukup baik. Begitu juga di MA AL-AZHAR andong untuk mengembangkan minat dan bakat siswa-siswi upaya kepala sekolah banyak menambahkan beberapa kegiatan ekstrakurikuler dari bidang keagamaan maupun di luar keagamaan. Contohnya dari segi keagamaan

seperti diadakannya kajian putri setiap hari jum‟at bagi perempuan. Kajian

putri yaitu dimana semua siswi dan guru yang tidak menjalankan ibadah

sholat jum‟at berkumpul dalam satu gedung yang sama. Kegiatan yang dilakukan dalam kajian putri yaitu seperti kajian islami yang mana

(21)

Banyak juga kegiatan yang dilakukan oleh sekolahan di luar keagamaan, seperti, kepramukaan yang meraih banyak prestasi, dan juga menjahit yang dapat disalurkan di berbagai konfeksi, dan beberapa cabang olahraga lainnya serta beberapa ekstrakulikuler lainnya di luar bidang keagamaan

Terkait dengan gambaran tentang prestasi mutu di MA AL-AZHAR andong kabupaten boyolali ini peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Model Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di MA AL-AZHAR Andong Kabupaten Boyolali”.

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimanakah model kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di MA AL-AZHAR Andong, kabupaten Boyolali?

2. Apa faktor yang menunjang dan menghambat keberhasilan untuk meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di MA AL-AZHAR Andong, kabupaten Boyolali?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latarbelakang masalah dan rumusan tersebut di atas maka pembahasan ini bertujuan untuk:

(22)

2. Untuk mengetahui faktor yang menunjang dan menghambat dan keberhasilan untuk meningaktkan mutu Pendidikan Agama Islam di MA AL-AZHAR Andong, kabupaten Boyolali.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai smbangan pikiran bagi perkembangan ilmu pendidikan, khususnya dalam aspek program kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan agama islam di sekolah.

2. Secara Praktis a. Bagi sekolah

Diharapkan dapat menjadi maksukkan bagi kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan dalam menentukan kebijakan-kebijakan guna meningkatkan mutu pendidikan agama islam di MA AL-AZHAR andong, boyolali.

b. Bagi peneliti

Sebagai media pembelajaran yang sangat berharga dalam rangka memperoleh pengalaman dan penerapan ilmu pengetahuan yang peneliti peroleh.

c. Bagi Umum

(23)

E. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahan persepsi dan lebih mengarahkan pembaca dalam memahami judul skripsi ini peneliti merasa perlu untuk menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul tersebut. Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengarui orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi (Sulistiyorini,2009: 168-169). Kepemimpinan pendidikan juga berarti sebagai bentuk kemampuan dalam proses mempengaruhi, menggerakkan, memotivasi, mengkoordinir orang lain yang ada hubungannya dengan ilmu penidikan dan pengajaran agar supaya kegiatan yang dijalankan dapat lebih efektif dan efesien dalam pencapaian tujuan penidikan dan pengajaran (Wahjosumijo, 2002: 33).

Sedangkan kepala sekolah adalah pemimpin tertinggi disekolah. Pola kepemimpinan sangat berpengaruh, bahkan sangat menentukan terhadap kemajuan sekolah. Pada saat menjadi guru, tugas pokoknya adalah mengajar dan membimbing siswa untuk mempelajari mata pelajaran tertentu. Adapun kepala sekolah tugas pokoknya adalah

“memimpin” dan “mengelola” guru beserta stafnya untuk bekerja

(24)

Dengan demikian kepala sekolah adalah kemampuan seseorang dalam mempimpin dan mengambil keputusan, mempengaruhi, memotivasi, membimbing, memerintah, mengawasi, melarang, menghukum, dan bekerja sama serta membina bawahannya untuk bekerja dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Mutu Pendidikan agama Islam

Mulyasa, dalam Umiarso & Imam Gojali (2010: 27) mengemukakan bahwa peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan dibidang pendidikan nasional dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia secara menyeluruh.

Bagi setiap institusi, mutu adalah agenda utama an meningkatkan mutu merupakan tugas yang paling penting. Walaupun demikian, ada sebagian orang yang menganggap mutu sebagai sebuah konsep yang penuh dengan teka-teki. Mutu dianggap sebagai suatu hal yang membigungkan dan sulit untuk diukur. Mutu dalam pandangan seseorang terkadang bertentangan dengan mutu dalam pandangan orang lain, sehingga tidak aneh jika ada dua pakar yang tidak memiliki kesimpulan yang sama tentang bagaimana cara menciptakan institusi yang baik (sallis, 2006: 29).

(25)

dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak (Zakiah Darajat, 2011: 86).

Jadi mutu peniikan agama Islam adalah kemampuan lembaga penidikan dalam mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin agar memmpunyai lulusan menjadi muslim yang berkualitas.

F. Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini diuraikan dalam bentuk bab-bab yang berdiri sendiri-sendiri namun saking berhubungan antara satu bab dengan yang lainnya karena keseluruhan bab merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Dari masing-masing bab tersebut terdiri dari masing-masing sub bab yang saling behubungan. Dengan diharapkan terbentuk sistem penulisan dan pembahasan yang sistematis.

BAB I : PENDAHULUAN

(26)

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Berisi tentang landasan teori dan kajian penelitian terdahulu yang menjelaskan tentang model kepemimpinan kepala sekolah dan mutu pendidikan Agama Islam.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisi tentang, jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data analisis data, dan mengecekan keabsahan data.

BAB IV : PAPARAN DAN ANALISIS DATA

Berisi tentang paparan data yang disajikan dengan topik sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian dan hasi analisis data.

BAB V : PENUTUP

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Landasan Teori

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah

a. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah

Menurut Sutrisno sebagaimana yang dikutip Mulyasa (2002: 107) pengertian kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok alam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. Pendapat ini didukung oleh Robbins (2001: 39) bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan.

Sulistiyorini (2009: 168-169) menyebutkan dalam bukunya bahwa kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap tujuan organisasi. Sutisna (1993) merumuskan kepemimpinan sebagai

“proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam

usaha kearah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu”. Sementara

soepardi (1998) mendifinisikan kepemimpinan sebagai

“kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi,

(28)

manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan adminitrasi

secara efektif dan efesien”.

Abdul Munir (2008: 32) juga mengemukakan dalam bukunya bahwa Kim dan Maubourgne mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu kemampuan untuk menginspirasi kepercayaan dan dukungan kepada orang-orang yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan dari lembaga.

Menurut Sudarwan Danim (2010: 145) mendefinisikan kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan menjadi kepala sekolah. sedangkan menurut Daryanto (2011: 136) kepala sekolah ialah pemimpin yang proses kehadirannya dapat dipilih secara langsung, ditetapkan oleh yayasan, atau ditetapkan oleh pemerintah.

Menurut Abdur Rouf (2016: 67) pemimpin haruslah memiliki semangat, daya dorong, atau energi besar untuk mencapai visinya. Spirit seorang pemimpin dapat digambarkan sebagai nyala api, yang dapat dibagikan kepada pengikutnya tanpa mengurangi energi di dalam diri sang pemimpin

(29)

jam, tempat tinggal anak yang pada umumnya pada masa perkembangan, dan lembaga pendidikan dan tempat yang berfungsi mempersiapkan anak untuk menghadapi hidup (Vaitzal, 2004: 253).

Deni dan Halimah (2008: 67) juga menyebutkan dalam bukunya bahwa kepala sekolah adalah pemimpin tertinggi disekolah. Pola kepemimpinan sangat berpengaruh, bahkan sangat menentukan terhadap kemajuan sekolah. Pada saat menjadi guru, tugas pokoknya adalah mengajar dan membimbing siswa untuk mempelajari mata pelajaran tertentu.

Beberapa pendapat tersebut, secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah jabatan fungsional yang yang diberikan oleh lembaga yang menaungi sekolah, bisa yayasan, kementrian pendidikan nasional, kementrian agama, atau lainnya, baik melalui mekanisme pemilihan, penunjukkan, maupun yang lainnya kepada seseorang. Penetapan kepala sekolah oleh lembaga-lembaga ini tentu dengan pertimbangan matang, khususnya berkaitan dengan kualifikasi yang dibutuhkan agar mampu menjalakan tugas dan tanggung jawab besarnya dalam memimpin sekolah ( Jamal Makmur Asmani: 2012: 18).

(30)

ketrampilan tersebut adalah ketrampilan konseptual, yaitu ketrampilan untuk memahami dan mengoperasikan organisasi, ketrampilan manusiawi, yaitu ketrampilan untuk bekerja sama, memotivasi dan memimpin, ketrampilan teknik yaitu ketrampilan alam menggunakan pengetahuan, metoe, teknik serta perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu.

Dengan demikian kepala sekolah adalah kemampuan seseorang dalam mempimpin dan mengambil keputusan, mempengaruhi, memotivasi, membimbing, memerintah, mengawasi, melarang, menghukum, dan bekerja sama serta membina bawahannya untuk bekerja dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

b. Model Kepemimpinan dalam pendidikan

Tipe-tipe atau model kepemimpinan yang akan diuraikan dibawah ini adalah tipe-tipe yang berkaitan dengan sifat dan watak pribadi seorang pemimpin. Di dalam praktik ternyata tipe-tipe itu bervariasi adanyan. Tergantung pada situasi kematangan bawahan (terpimpin) yang akan dibinanya. Karena kepemimpinan sangat berpengaruh sekali pada mutu pendidikan, menurut beberapa ahli model atau tipe kepemimpinan dibagi menjadi beberapa macam: 1) Kepemimpinan otokratik

(31)

seseorang yang paling berkuasa. Pemimpin bertinak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan bawahan semata-mata sebagai pelaksana keutusan, perintah dan bahkan kehendak pemimpin. Pemimpin ini memanang dirinya lebih dalam segala hal, dibandingkan dengan bawahannya. Perintah pemimpin tidak boleh di bantah, karena i pandang sebagai satu-satunya yang paling benar (Kartono, 2003: 80).

2) Kepemiminan Pseudo-demokratis

Seorang pemimpin yang bersifat Pseudo-demokratis

sering memakai “topeng”. Ia pura-pura memperlihatkan sifat demokratis dalam kepemimpinan. Ia memberi hak dan kuasa kepada guru-guru untuk menetapkan dan memutuskan sesuatu, tetapi sesungguhnya ia bekerja dengan perhitungan. Ia mengatur siasat agar kemauannya terwujud kelak.

Ia ingin memberi kesan, bahwa ia sungguh-sungguh memperhatikan pendapat dan saran itu, tetapi sebenarnya dia licik sekali dan bermanipulasi sedemikian rupa sehingga pendapatnyalah yang harus disetujui dan diterima rapat. Jika ada guru-guru, yang tidak dapat menyetujui pendapat, mereka tidak berani bereaksi dan menentangnya. Sebagai akibatnya, setiap tahun ada guru yang meminta pindah kesekolah lain.

Demikianlah sifat seorang pemimpin yang “Pseudo

(32)

otokratis, tetapi dalam kepemimpinannya ia memberi kesan demokratis.

3) Kepemimpinan Laissez-Faire

Pemimpin ini perpandangan bahwa umumya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.

4) Kepemimpinan Demokratis

(33)

5) Kepemimpinan Karismatik

Dalam kepemimpinan karismatik memiliki energi, daya tarik dan wibawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia memiliki pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal- pengawal yang bisa dipercaya. Sampai sekarang pun orang tidak mengetahui benar sebab-sebabnya mengapa seseorang itu memiliki karisma besar. Dia dianggap mempunyai kekuatan ghaib dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Dia banyak memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepribadian pemimpin itu memancarkan pengaruh daya tarik yang teramat besar.

6) Kepemimpinan Peternalistis

(34)

7) Kepemimpinan Militeristis

Tipe ini bersifat kemiliteran, namun hanya gaya iuran saja yang mencontoh militeran. Tetapi jika dilihat lebih seksama, tipe ini mirip sekali dengan kepemimpinan otoriter. Sifat-sifat pemimpin mileteristis antara lain ialah:

a) lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, terhadap bawahannya sangat keras, otoriter, kaku, dan seringkali kurang bijaksana.

b) Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.

c) Sangat menyayangi formlitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran berlebihan.

d) Tidak mengehendaki saran, usulan, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahnya.

e) Komunikasi yang berlangsung satu arah. 8) Kepemimpinan Populistis

Kepemimpinan populis berpegang teguh pada niai-nilai masyarakat yang tradisional, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembai sikap nasionalisme. 9) Kepemimpinan Administratif/Eksekutif

(35)

teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efsien dalam pemerintahan.

10)Kepemimpinan Task Oriented

Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (task oriented) adalah gaya kepemimpinan yang lebih menaruh

perhatian pada struktur tugas, penyusunan rencana kerja, penetapan pola organisasi, metode kerja dan prosedur mencapai tujuan.

11)Kepemimpinan People Oriented

Kepemimpinan yang lebih menaruh perhatian pada sejawatan, kepercayaan, penghargaan, kehangatan, dan hubungan antara pemimpin dan anggota (Sulistiyorini, 2009: 192).

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi kepemimpinan Kepala Sekolah

(36)

jawab kepala sekolah, banyak syarat yang diajukan para pakar jika seseorang ingin menjadi kepala sekolah.

Menurut Khusnudlo (2000: 3) kualitas dan perilaku kepala sekolah mencakup hal-hal berikut:

1) Visi yang kuat tentang masa depan sekolah, dan dorongan terhadap semua staf untuk berkarya menuju berwujudan visi tersebut.

2) Harapan yang tinggi terhadap perestasi murid dan kinerja staf. 3) Pengamatan terhadap guru di kelas dan pemberian balikan

positif dan konstruktif dalam rangka pemecahan masalah dan peningkatan pembelajaran.

4) Dorongan untuk memanfaatkan waktu pembelajaran secara efesien dan merancang prosedur untuk mengurangi kekacauan. 5) Memanfaatkan sumber-sumber material dan personil secara

kreatif.

6) Pemantauan terhadap prestasi murid secara individual dan kolektif dan memanfaatkan informasi untuk membimbing perencanaan instruksional.

(37)

setiap hari. Lebih-lebih pada saat pemerintahan orde baru berkuasa, kebijakan sentralisasi semakin melegitimasi para kepala sekolah sebagai sosok yang kebal kritik, sehingga menutup kreativitas, produktivitas, dan inovasi pendidikan di sekolah. Sampai saat inipun, budaya konservatif ini tidak dijamin hilang deri lingkungan pendidikan islam, jika tidak ada upaya dari para sarjana tarbiyah.

(38)

Adapun Blumerg (1980) menekankan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah berkaitan erat dengan kompetensi manajerial dan kepemimpinan pendidikan. Berdasarkan uraian tersebut maka bisa diambil suatu kesmpulan bahwa peran dan tanggung jawab kepala sekolah pada hakekatnya erat dengan administrasi atau manajemen pendidikan, kepemimpinan pendidikan, dan supervisi pendidikan.

Knootz menyebutkan bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu:

1) Mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri pada guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing.

2) Memberikan bimbingan dan pengarahan pada guru, staf dan para siswa serta memberikan dorongan memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan.

Menurut Stoner dalam bukunya “management”, ada delapan fungsi seorang manajer yang perlu dilaksanakan dalam suatu organisasi yaitu bahwa para manajer:

1) Bekerja dengan atau melalui orang lain.

2) Bertanggung jawab dan bisa mempertanggung jawabkan. 3) Dengan waktu dan sumber yang terbatas mampu menghadapi

(39)

4) Berfikir secara leaistik dan konseptual. 5) Adalah juru penengah.

6) Adalah seorang politisi. 7) Adalah seorang diplomat.

8) Mengambil keputusan yang sulit.

Kedelapan fungsi manajer yang di kemukakan oleh Stoner tersebut tentu saja berlaku bagi setiap manajer dan organisasi apapun, termasuk kepala sekolah. Sehingga kepala sekolah yang berperan mengelola kegiatan sekolah harus mampu mewujudkan kedelapan fungsi dalam perilaku sehari-hari walaupun pada pelaksanaannya sangat dipegaruhi oleh faktor-faktor sumber daya manusia, seperti para guru, staf, siswa, dan orangtua siswa, dana, sarana sera suasana dan faktor lingkungan dimana sekolah itu berada.

Selanjutnya B. Suryabroto (2004:188) menjelaskan implikasi tugas supervisor tersebut beberapa hal yang per dilakukan kepala sekolah sebagai pemimpin adalah:

1) Mengetahui keadaan/kondisi guru dalam latar belakang kehidupan lingkungan dan sosial ekonominya, hal ini penting untuk tindakan kepemimpinannya.

2) Merangsang semangat kerja guru dengan berbagai cara.

(40)

4) Meningkatkan partisipasi guru dalam kehidupan sekolah. 5) Membina rasa kekeluargaan dilingkungan sekolah antar kepala

sekolah, guru, dan pegawai.

6) Mempercepat hubungan sekolah dengan masyarakat khususnya orang tua murud.

Daryanto (2011: 136) mengajukan tiga syarat menjadi kepala sekolah:

1) Akseptabilitas. Yaitu dukungan yang riil dari komunitas yang dipimpinnya. Artinya, keberadaanya diterima dan didukung secara bulat. Yakni kelayakan seorang pemimpin untuk diakui dan diterima keberadaanya oleh mereka yang dipimpin.

2) Kapabilitas. Kapabiltas menyangkut aspek kompetensi (kemampuan) untuk mmenjalankan kepemimpinan. Kepala sekola harus mampu mengelola sumber daya dari orang-orang yang dipimpinnya agar tidak menimbulkan konflik.

3) Integritas. Yakni komitmen moral dan rinsip berpegang teguh pada aturan main yang telah di sepakati sesuai peraturan dan norma yang semestinya berlaku. Integritas juga menyangkut konsistensi dalam memegang teguh aturan main atau norma-norma yang berlaku di dalam dunia pendidikan.

(41)

perkembangan teknologi dan juga inovasi digital yang bergerak semakitn pesat, maka muncullah model kepemimpinan dengan istilah kepemimpinan Visioner sebagaimana yang dituliskan oleh Mulyono(2009: 122-123) kepala sekolah visioner adalah kepala sekolah yang mempunyai jangkauan masa depan yang jauh, penuh ide, gagasan dan pemikiran besar untuk mengembangkan kualitas pendidikan.

Barbara Brown, seperti yang dikutip mulyono (2009: 122-123) mengajukan 10 kompetensi pemimpin Visioner, yaitu:

1) Visualizing

Pemimpin visioner mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang hendak dicapai dan kapan hal itu dicapai. 2) Futuristic thinking

Pemimpin visioner tidak hanya memikirkan dimana posisi bisnis saat ini, tetapi lebih memikirkan dimana posisi yang diinginkan pada masa yang akan datang.

3) Showing Foresight

(42)

4) Proactive Planning

Pemimpin visioner menetapkan sasaran dan strategi yang spesifik untuk memcapai sasaran tersebut.

5) Creative Thinking

Dalam menghadapi tantangan, pemimpin visioner berusaha mencari alternatif jalan eluar yang baru dengan mempertahankan isu, peluang, dan masalah.

6) Taking Risks

Pemimpin visioner berani mengambil resiko dan menganggap kegagalan sebagai peluang, bukan kemunduran. 7) Proces Alignment

Pemimpin visioner mengetahui bagaimana cara menghubungkan sasaran dirinya dengan sasaran organisasi. 8) Continuous Learding

Pemimpin visioner harus mampu secara teratur pengambil bagian dalam pelatihan dan berbagai jenis pengembangan lainnya, baik di dalam maupun diluar organisasi.

9) Coalting Building

Pemimpin visioner menyadari bahwa dalam rangka mencapai sasaran dirinya, ia harus menciptakan hubungan yang harmonis, baik kedalam maupun keluar negeri.

(43)

Pemimpin visioner mengetahui bahwa perubahan adalah suatu bagian yang penting bagi pertemuan dan pengembangan.

Dengam dikemukakannya pemikiran pakar diatas mampu memperluas serta lebih memantapkan wawasan kepala sekolah, sehingga lahirlah pola pikir kepemimpinan yang Visioner yang mampu mewujudkan sekolah yang unggul didalam persaingan dunia pendidikan di era modern sekarang ini.

2. Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Mutu Pendidikan Agama Islam

Mutu atau lebih sering disebut dengan istilah kualitas merupakan gambaran karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan pihak pengguna. Berkaitan dengan pihak sekolah. Mutu pendidikan senantiasa merajuk pada spesifikasi pelayanan pendidikan yang sesuai dengan tujuan atau manfaat dari pendidikan itu sendiri. Makna mutu pendidikan adalah pihak pengguna jasa pendidikan, namun demikian bukan berarti bahwa mutu pendidikan ini tidak memiliki standar. Spesifikasi layanan pendidikan di sekolah senantiasa berpedoman pada standar pendidikan yang telah di tetapkan pemerintah ( mulyana, 2018: 192).

(44)

arti normtif, mutu ditentukan berdsarkan pertimbangan intrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan kriteria ektrinsik pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik tenaga kerja yang terlatih. Adapun dalam arti deskriptif, mutu ditentukan berdasarkan keadaan senyatanya misalnya hasil tes prestasi siswa. Dengan demikian, mutu pendidikan adalah drajat keunggulan dalam pengelolaan pendidikan secara efektif dan efesien untuk melahirkan keunggulan akademis dan ekstra kurukuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan pembelajaran tertentu.

Sedangkan Jerome S. Arcaro (2005: 7) dalam bukunya mengatakan dari filosofi Dr. Deming cenderung menempatkan mutu dalam artian yang manusiawi. Ketika pekerja sebuah perusahaan berkomitmen pada pekerjaan untuk dilaksanakan dengan baik dan memiliki proses manajerial yang kuat untuk bertindak, maka mutu pun akan mengalir dengan sendirinya.

Garvin dan Davis menyebutkan bahwa mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk. Manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen (Aris Nurbawani, 2009: 1).

Menurut Mujamil (2007: 206) mutu pendidikan adalah

(45)

sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan

belajar seoptimal mungkin”.

Begitu pula dengan arti dari mutu pendidikan agama Islam, hanya saja ada sedikit tambahan yaitu bagaimana sekolah dapat mengembangkan dan menyeimbangkan kemampuannya dan hasil dari pendidikan, agar kedepannya mempunyai lulusan yang menjadi muslim yang berkualitas. Dalam arti, peserta didik mampu mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan ketramplan hidup yang berperspektif islam. pemahaman manusia berkualitas dan khasanah pemiikiran islam sering disebut sebagai insan kamil yang mempunyai sifat-sifat antara lain manusia yang selaras (jasmani dan rohani, duniawi dan rukhawi), manusia moralis

(sebagai individu dan sosial), manusia nazhar dan i‟tibar ( kritis,

berjihad, dinamis, bersikap ilmiyah, dan berwawasan ke depan), serta mejadi manusia yang memakmurkan bumi ( Muhaimin, 2005: 201). Mutu dibidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan (PAKEM)

b. Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam

(46)

perbedaan sudut pandang antara pakar satu dengan pakar lainnya. Sebagian orang, bahkan pada umumnya para orang tua megatakan bahwa kenyamanan sekolah itu merupakan salah satu tolak ukur terbaik, pihak lain berpendapat bahwa hasil belajar atau hasil akademik yang menunjukkan sekolah tersebut menunjukkan sekolah yang baik karena menurut pendaat ini dari buahnya anda mengenali mereka, dan sebagian orang mengemukakan bahwa ada beberapa ciri atau tolak ukur yang memperlihatkan mutu suatu sekolah (Cyiril Poster, 2000: 101)

Cyril merangkum pendapat mutu dari sudut pandang yang berbeda menggunakan tolak ukur yang berbeda. Sebagian orang menggunakan tolak ukur berdasarkan kondisi sekolah, sebagian lain menggunakan tolak ukur prestasi hasil belajar, dan pendapat yang lebih luas menyatakan tolak ukur mutu pendidikan perlu ditinjau dari berbagai tolak ukur yang relevan.

Pandangan ketiga diperkuat dengan pandangan mujamil

yang menyatakan bahwa “Lembaga pendidikan dikatakan bermutu

jika input, proses, dan hasilnya dapat memenuhi persyaratan yang

ditutut oleh pengguna jasa pendidikan” (Mujamil Qomar, 2007:

(47)

Menurut Usman “Output dinyatakan bermutu apabila hasil belajar akademik dan nonakademik siswa tinggi. Outcome dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat tersera di dunia kerja, gaji wajar, semua pihak mengakui kehebatannya lulusannya dan merasa puas (Husaini Usman, 2006: 411).

Konteks pendidikan berada dengan organisasi lain karena sifatnya yang intangible, pendidikan mengharapkan hasil/produk bukan semata-mata keluaran secara kuantitatif, akan tetapi outcome atau hasil yaitu lulusan yang bermanfaat di lingkungan sesuai proses yang dialkukan. Output pendidikan merupakan fokus dari ikhtiar pendidikan, dan input menjadi masukan yang penting bagi output, tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana

mendayagunakan input sekolah tersebut yang terkait dengan individu-individu dan sumber-sumber lain yang ada di sekolah. Hal ini menjelaskan kedudukan komponen-komponen tersebut bahwa output memiliki tingkat kepentingan tertinggi. Proses memliki tingkat kepentingan satu tingkat lebih rendah dari output, dan input memiliki kepentingan dua tingkat lebih rendah dari output (Aan Komariah, 2005: 2)

(48)

lingkungan juga merupakan tempat berasalnya masukan (input) sekolah. Input sekolah adalah segala masukan yang dibutuhkan sekolah untuk terjadinya pemrosesan guna mendapatkan output yang diharapkan. Rohiat menambahkan bahwa input pendidika adalah segala hal yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses (Rohiat, 2010: 52)

Untuk mencapai mutu yang tinggi memang bukan pekerjaan yang mudah. Menurut Denim, dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukkan, proses luaran dan dampaknya.

Mutu masukkan (Input) dapat dilihat dari beberapa sisi. Diantaranya:

1) Kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia seperti kepala sekolah, guru, staf tata usaha, dan siswa.

2) Memenuhi atau tidaknya kriteria masukkan material yang berupa alat peraga, buku-buku, kurikulum, sarana serta prasarana sekolah, dan lain-lain.

3) Memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa perangkat lunak, seperti peraturan, struktur organisasi.

4) Mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan, seperti visi, motivasi, ketekunan, dan cita-cita.

(49)

mentranformasikan multijenis masukan untuk mencapai nilai derajat nilai tambah tertentu bagi siswa. Hal-hal yang termasuk dalam kerangka mutu proses pendidikan adalah derajat kesehatan, keamanan, kedisiplinan, keakraban, saling menghormati kepuasan, dan lain-lain dari subjek selama memberikan serta menerima layanan. Hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan akademik dan ekstrakurikuler pada siswa yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu. Keunggulan akademik dinyatakan dengan nilai yang dicapai oleh siswa. Sementara keunggulan ekstrakurikuler dinatakan dengan aneka jenis keterampilan yang diperoleh siswa selama mengikuti program ekstrakurikuler. Diluar kerangka itu, mutu luaran juga dilihat dari nilai-nilai hidup yang dianut, moralitas, dorongan untuk maju, dan lain-lain yang diperoleh oleh siswa selama menjalani pendidikan. Mutu sekolah juga bisa dilihat dari tertib administrasi. Salah satu tertib administrasi adalah adanya mekanisme kerja yang efektif dan efesien, baik vertikal mupun horisontal (Sudarwan Denim, 2007: 53-54).

(50)

input dan proses, keefektifan proses. Sistem input yang berkualitas

tentu dapat menghasilkan output yang berkualitas pula.

Outcome merupakan keuntungan atau manfaat yang

dirasakan oleh siswa, yang menjadi keluaran (Output) pendidikan, maupun bagi stakheholders pendidikan secara luas. Pada fase berikutnya outcome akan menghasilkan dampak bagi masyarakat. Dengan kata lain, pendidikan yang bermutu akan menghasilkan outcome yang baik dan tentunya akan memiliki dampak yang baik

pula.

3. Faktor Menunjang Dan Penghambat Keberhasilan Mutu Pendidikan Islam Di Sekolah

a. Faktor Penunjang Peningkatan Mutu Pendidikan Islam Di Sekolah

Adapun komponen yang terkait dengan mutu pendidikan yang menjadi fokus perhatian kepala sekolah adalah sebagai berikut (Sri Minarti, 2011: 354) :

1) Siswa, meliputi kesiapan dan motivasi belajarnya.

2) Guru, meliputi kemampuan profesional moral dan kerjanya. 3) Kurikulum, meliputi relevansi konten dan poerasionalisasi

(51)

4) Sarana dan prasarana, meliputi kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran.

5) Masyarakat, meliputi orang tua/wali siswa, pengguna lulusan, dan perguruan tinggi.

6) Partisipasi dalam membangun program-program pendidikan. Dari sini, dapat diketahui jika ternyata banyak sekali komponen mutu pendidikan yang harus diperhatikan secara seruis oleh kepala sekolah, karena semua komponen tersebut tidak bisa dipisahkan, saling terkait satu dengan yang lain.

b. Faktor Penghambat Mutu Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dalam meningkatkan mutu pendidikan disuatu lembaga pendidikan. Maka pasti ada problem-problem yang dihadapi, sehingga dapat menghambat upaya peningkatan mutu pendidikan. Adpun faktor yang biasanya dihadapi dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah:

a. Pendidik

(52)

pertama, krisis krisis etika dan moral anak abngsa, dan kedua, tantangan masyarakat global.

Dalam menunaikan tugasnya guru pada umumnya akan menghadapi bermacam-macam kesulitan, kesulitan-kesulitan tersebut adalah:

1) Kesulitan dalam menghadapi adanya perbedaan individual, baik itu perbedaan IQ, watak, juga perbedaan back ground. 2) Kesulitan dalam memilih metode yang tepat.

3) Kesulitan dalam megadakan evaluasi dan kesulitan dalam melaksanakan rencana yang telah ditentukan, karena kadang-kadang kelebihan waktu atau kekurangan waktu(Zuharini dan Abdul Ghofir, 2004: 104).

4) Sekolah sering berganti-ganti guru disebabkan mereka mengajar sebagai pekerjaan sambilan atau sekedar waktu penantian untuk pengangkatan sebagai pegawai negeri, menanti nikah, dan ada juga yang memang pegawi negeri. 5) Ketidaksesuaian antara keahlian dan mata pelajaran yang

diajarkan, oleh karena itu, sering terjadi mata pelajaran agama ditugasi untuk mengajar mata pelajaran umum. b. Peserta didik

(53)

setia. Kita lihat betapa mereka gembira mendengar bel istirahat atau bel pulang telah berdering, mereka seakan-akan terbebas dari sebuah penjara. Kita juga tidak bisa menyalahkan mereka jika hasil studi mereka tidak memuaskan.

Dengan demikian perbdaan yang ada disetiap peserta didik, seperti perbedaan IQ, back ground, maupun watak daat menjadi problem jika gurunya tidak memperhatikan hal tersebut. Maka dari itu seorang pendidik haruslah benar-benar faham akan kebutuhan dan keinginan peserta didik.

c. Kepala Sekolah

Banyak sekali kekurangan-kekurangan yang ada di sekolah, seperti kurang lengkapnya sarana prasarana, tenaga pengajar yang tidak profesional, kesejahteraan guru yang masih rendah, dan lain sebagainya. Jika manajer dalam sekolah dijabat oleh orang-orang yang tidak memiliki keahlian mengatur da tidak memiliki visi yang jelas tentu akan menghambat upaya pengemangan dan peningkatan mutu pendidikannya.

d. Sarana prasarana

(54)

kenyataan yang sering dihadapi oleh lembaga pendidikan adalah mengenai kurang lengkapnya sarana prasarana pendidikan. Padahal hal tersebut sangat penting sekali dalam proses belajar mengajar.

B. Penelitian Terdahulu

1. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh Anip Andiani Mahasiswa (2015, STAIN SALATIGA )

yang berjudul “Hubungan Antara Efektifitas Kepemimpinan Kepala

Sekolah Dengan Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Di SMK

Sudirman Uangaran Tahun 2015”. Berdasarkan hasil analisis uji data

dari kedua variabel dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Variasi efektifitas kepemimpinan kepala sekolah di SMK Islam Sudirman Ungaran Tahun 2015 berdasarkan hasil persentasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah mampu memimpin dengan sangat baik dan efektif.

b. Variasi upaya peningkatan mutu pendidikan di SMK Islam Sudirman Ungaran tahun 2015 berdasarkan hasil persentasi di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa upaya peningkatan mutu pendidikan terealiasasi dengan baik.

(55)

kuat. Artinya jika efektifitas kepemimpinan kepala sekolah sangat baik maka upaya peningkatan mutu pendidikan di SMK Islam Sudirman Ungaran juga baik.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Zubaidah (2009, UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta) yang berjudul “Upaya Kepala Sekolah Dalam

Meningkatkan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Di

SLTP 2 Krangan Rembang Jawa Tengah” dapat di ambil kesimpulan

yaitu upaya yang dilakukan kepla sekolah dala meningkatkan profesionalisme guru yaitu dengan pembinaan, pertemuan individu, menciptakan nuansa kebersamaan dan kekeluargaan, pengiriman guru dalam dalam kegiatan akademik berupa penataran, seminar, MGMP, serta pengawasan langsung yang dilakukan dalam bentuk inpeksi langung, mengadakan pengamatan maupun laporan. Sedangkan pengawasan tidak langsung melalui kontrol mekanis, misalnya dalam bentuk laporan lisan maupun tidak lisan dan lainnya.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Heru Utawan (2014, IAIN TULUNGAGUNG) yang berjudul “Upaya Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam Kelas VII di SMPN 1 Ngantru

Tulungagung” di ambil kesimpulan yaitu Upaya guru dalam

(56)

dengan profesi, upaya guru dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam terkait kerjasama dengan orang tua, dan upaya guru dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam terkait dengan akhlak siswa.

Dari ketiga penelitian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian yang dilakukan penulis memiliki perbedaan dengan hasil penelitian di atas. Penelitian ini lebih menyoroti tentang model kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam, disamping itu lokasi dan subjek peneliti juga juga berbeda dengan penelitian-penelitian diatas.

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Oleh karena itu pendekatan yang dilakukan melalui pendekatan kualitatif.

Maksudnya dalam penelitian deskriftif kualitatif data yang dikumpulkan bukan berupa angka melainkan data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo dan dokumen resmi lainnya sehingga menjadi tujuan dalam penelitian deskriftif kualitatif ingin menggambarkan dan menginteraksikan objek sesuai apa adanya.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MA AL-AZHAR Andong kabupaten Boyolali. karena menurut pengetahuan saya dari observasi awal yang saya dilakukan, Madrasah Aliyah AL-AZHAR andong terlihat cukup berhasil membina para guru dan siswanya dalam peningkatan mutu pendidikan agama Islam disekolah.

2. Waktu Penelitian

(58)

C. Sumber Data

Sumber data adalah subek dari mana asal data penelitian ini diperoleh. Apabila peneliti misalnya menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data tersebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan, baik tulisan maupun lisan.

Berdasarkan sumbernya data dibagi menjadi:

1. Data primer: data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan narasumber. Data yang diperoleh dari responden harus diolah lagi. Sumber data langsung langsung memberikan data kepada pengumpul data.

2. Data sekunder: data yang di dapat dari arsip sekolah, catatan lapangan, buku-buku sebagai teori, dan lain sebagainya.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang cukup dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberpa teknik pengumpulan data, yaitu:

1. Wawancara

(59)

Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang:

a. Bagaimanakah model kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di MA AL-AZHAR Andong, kabupaten Boyolali .

b. Apa faktor yang penunjang dan penghambat keberhasilan untuk meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di MA AL-AZHAR Andong, kabupaten Boyolali.

Dalam hal ini peneliti mewawancarai pihak yang bersangkutan diantaranya kepala sekolah, guru, dan siswa.

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek peneliti (winarta, 2014: 75).

Observasi ini dugunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan situasi dari kondisi MA AL-AZHAR Andong kabupaten Boyolali serta pengamatan terhadap visi dan misi sekolah.

3. Dokumentasi

(60)

E. Analisis Data

Menurut miles dan faisal dalam winarta (2014: 34-35) analisis dilakukan selama pengumpulan data dilapangan dan setelah semua data terkumpul dengan teknik analisis model interaktif: analisis berlangsung secara bersama-sama dengan proses pengumpulan data dengan alur tahapan sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh ditulis dalam laporan atas data yang terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh direduksi, dirangkuman,dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting. Data hasil mengihtiarkan dan memilih-milih berdasarkan satuan konsep tema, dan katagori tertentu akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data sebagai tambahan atas sebelumnyayang diperoleh jika diperlukan.

2. Penyajian Data

Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok permasalah dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat pola-pola hubungan satu data dengan data lainnya.

(61)

akan menjelaskan bahwa dalam melakukan analisis data kualitatif dapat dilakukan bersamaan dengan pengambilan data, proses tersebut akan berlangsung secara terus menerus samai data yang ditemukan jenuh.

Bagan 3.1 Model Teknik Analisis Data

Sumber: Miles dan Huberman dalam Sugiyono

Bagian nanalsis data model interaktif Miles dan Huberman di atas menjelaskan bahwa dalam melaukan analisis data kualitatif dapat dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Proses yang bersamaan tersebut meliputi redksi tata, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

3. Penyimpulan dan verifikasi

Kegiatan penyimpulan merupan langkah lebih lanjut dari kegiatan reduksi dan penyajian data. Data yang sudah direduksi dan disajikan secara sistematis akan disimpulkan sementara. Kesimpulan yang diperoleh pada tahap awal biasanya kurang

Pengum

pulan

Reduksi

Penyajian

(62)

dan memiliki dasar yang kuat. Kesimpulan sementara perlu diverifikasi.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam pelaksanaanya peneliti membandingkan data informan primer dengan informan lain, sehingga data benar-benar dapat diuji kebenarannya. Ada dua macam triangulasi yang digunakan yaitu:

1. Triangulasi Sumber data

Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2014: 241).

2. Triangulasi Metode

(63)

BAB IV

PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA

A. Latar Belakang Obyek Penelitian

1. Sejarah perkembangan MA AL-AZHAR Andong

MA Al Azhar Andong Boyolali di Kacangan dengan status Swasta berdiri tahun 1971 yang didirikan oleh tokoh Kyai Pondok Pesantren Zumrotutu Tholibin Andong yaitu :

a. Ky.H. Jumeri b. Ky.H. Ali Hasan

c. Ky.H. Mahmud Mahsun d. Ky.H.Musa Zaidi e. Ky.H. Ahmad Zarkasi f. Ky.H. Ahmad Sajidan g. Ky.H.Thowaf Muslim

Semula tempat pembelajaran di dukuh Magersari dekat Pasar Kacangan, Kemudian oleh Pengurus Pendiri MA Al Azhar dinotariskan pada tanggal 18 Desember 1975 No Notaris 31 dengan SK Men.Keh RI No YA7/20/23/1975 Tanggal 24 Nopember 1975 dengan susunan Pengurus :

(64)

c. Sekertaris : Ky.H. Ali Hasan

d. Bendahara : Ky.H. Muhamad Maksun e. Anggota : - Ky.H. Ahmad Sagidan

Ky.H. Musa Syardi

Atas gagasan para pengurus, pembelajaran di pindah di lingkungan Pondok Pesantren bertempat di dukuh Karang Joho Rt 19 Rw 07 Mojo Andong Boyolali, dengan Kepala Madrasah Ky.H. Muhammad.

Selanjutnya oleh Kepala Madrasah yang Pertama Ky.H.Muhammad MA Al Azhar Andong didaftarkan ke Departemen Agama dengan piagam No 1.5/9.C/59/PP.MA/80 Tanggal 25 Nopember 1980, dan di Akreditasi Tanggal 1 Juli 1996 status

“Diakui”. Kemudian baru bisa menguji sendiri yang awalnya

menggabung di MAN Boyolali.Lima tahun berikutnya di Akreditasi

lagi Tanggal 27 Juni 2005 dengan peringkat Akreditasi “B”.

(65)

Nopember 2011 memiliki Predikat Akreditasi “A” nilai Kumulatif 87

dengan Jumlah murid 312 dan 11 kelas Paralel.

Pada Tahun 2015 kepala MA Al Azhar yang kedua Drs.H.Suparman, M.PdI Purna Bakti/Pensuin Kemudian di Jabat oleh Drs.Kusnan, S.Ag sampai sekarang, dengan 13 kelas Paralel jumlah murid 428, terdapat penambahan program yaitu program unggulan dan progrram Vokasi/Ketrampilan. Selanjutnya pada tahun 2016 di

Akreditasi dengan Predikat “A” nilai Kumulatif 90.

Pada tahun 2017 mengalami peningkatan jumlah kelas dan jumlah siswa. Jumlah siswa meningkat 25% dari 428 menjadi 506 siswa. Begitu juga kelas dari 13 kelas menjadi 15 kelas Paralel.

2. Keadaan Guru, Pegawai Kantor dan Siswa a. Data Guru

(66)

Di MA Al Azhar Andong ini mempunya tenaga penddidik atau dengan jumlah 35 guru yang berasal atau lulusan dari berbagai Universitas baik negeri maupun swasta. Selain itu, para pendidik yang mengajar di MA Al Azhar Andong ini sudah sesuai dengann latar belakang pendidikannya.

Adapun data jumlah pendidik/guru di MA Al Azhar Andong dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1

Daftar Nama-Nama Pendidik Ma Al Azhar T.A 2017/2018

No NAMA MATA PELAJARAN

1 C Kusnan, S.Ag Aqidah Akhlak

2 Syaifudin Iskandar, S.PdI

Akidah Akhlak Akhlak

3 Siti Masruroh, S.PdI Al Qur‟an Hadis

4 Nurmilah, S.PdI Fiqih

5 Sakinatun Nisak HS, S.PdI Ilmu Kalam

6 Sakinatun Nisak Hajar S, S.PdI

SKI

Bahasa Arab

8 Muh Hanif Mughoyat, S.PdI

Bahasa Arab Hadis 9 Nanik Hastuti, S.Pd PKn

(67)

11 Joko Santoso, S.Pd Bahasa Indonesia

12 Nailis Sa‟adah, S.Pd Matematika

13 Siti Rohmawati, S.Pd Matematika

14 Tri Wulandari, S.Pd

Kimia Matematika TIK

15 Ahmad Taufik K, S.Pd M.Sc Kimia 16 Ahmad Taufik K, S.Com TIK

17 Farida Nur Khasanah, S.Pd Bahasa Inggris

18 Faizal Zaini, S.PdI

Penjasorkes, Pendidikan Seni 19 Rizki Wahyu Utomo, S.Pd Penjasorkes

20 Erni Setyaningsih, S.Pd

Bahasa Jawa, Pendidikan Seni 21 Misrotun Ali Khotimah, S.Pd Fisika

22 Reni Sulistianti, S.Pd Biologi 23 Eko Puji Putranto, S.Pd Geografi 24 Yuni Praptiningsih, S.Pd Ekonomi 25 Ani Solikah, S.Pd Sosiologi

26 Hery Cahyono, S.Pd

(68)

28 Drs. Nasoha

Aswaja Kitab Kuning

29 Nurul Azmi Safitri, S.Pd

Fiqih

Al Qur‟an

Tafsir

30 Lyna Hidayatul Khasanah, S.Pd

Sejarah Indonesia,

32 Fahrudin Syahroni Bahasa Inggris

33 Hidayatum Mualim

35 Khusnul Khotimah, S.Pd BP/BK

b. Data Pegawai Kantor

(69)

Boyolali yang memiliki pegawai untuk membantu memperlancar penyelenggaraan pendidikan.

Adapun jumlah karyawan/karyawati MA Al Azhar Andong Boyolali pada periode 2016-2017 adalah 10 orang. Dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2

Daftar Nama-Nama Pegawai Kantor Ma Al Azhar Adong Boyolali

NO NAMA JABATAN

1 Mujiyanto Kepala Urusan Tata

Usaha

2 Nurmilah, S.Pd

Pengelola BMN/Arsiparis Kepegawaian 3 Farida Nur Khasanah, S.Pd Pajak/BMN

4 Siti Masruroh, S.PdI

8 Nadhiroh Staff Perpustakaan

9 Nanang Ihsanudin Satpam

(70)

c. Data Siswa

Siswa merupakan komponen utama dalam terjadinya belajar mengajar di sebua lembaga pendidikan.Dengan tanpa adanya siswa, sebuah lembaga pendidikan tidak dapat berjalan mencapai tujuan pendidikan.Maka di MA Al Azhar Andong Boyolali ini dapat kita lihat jumlah siswanya sebagaia berikut:

Tabel 4.3

Daftar Jumlah Siswa Siswi

Ma Al Azhar Andong Tahun Pelajaran 2017/2018

No Kelas

Jumlah Siswa

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 X MIA 1 11 25 36

2 X MIA 2 10 26 36

3 X IIS1 20 16 36

4 X IIS2 19 17 36

5 X IIS 3 13 22 35

6 X AGAMA 10 26 36

7 XI MIA 1 12 21 33

8 XI MIA 2 9 27 36

9 XI IIS 1 14 24 38

10 XI IIS 2 18 22 40

(71)

12 XII MIA 9 20 29

13 XII IIS 1 12 16 28

14 XII IIS 2 10 16 26

15 XII AGAMA 10 16 26

Jumlah 188 318 506

3. Sarana Prasarana

Sarana dan prasana juga merupakan berperan penting dalam terselenggaranya sebuah lembaga pendidikan. Untuk itu sebuah keharusan pengurus sarana dan prasarana MA Al Azhar Andong Boyolaliuntuk mengupayakan ketersediaan, pemeliharaan dan pengembangan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan.

(72)

Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki MA Al Azhar Andong Boyolali dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4

Daftar Jumlah Sarana Prasarana

Ma Al Azhar Andong Boyolali Tahun Pelajaran 2017/2018

No Jenis Jumlah

1 R. Kepala Sekolah 1

2 R. Guru 1

3 R. Tata Usaha 1

4 R.BK 1

5 R. Teori/Kelas 15

6 R. Pertemuan 1

7 Lab. Komputer 1

8 Lab. Bahasa 1

9 Lab. Fisika/Kimia 1

10 R. Otomotif 1

11 Gudang 1

12 Masjid 1

13 Perpustakaan 1

14 Pos Satpam 1

15 R. Organisasi Kesiswaan 1

16 UKS 1

17 R. Toilet Guru 2

18 R. Toilet Siswa 6

19 Lapangan Upacara 1

(73)

4. Prestasi Siswa MA Al Azhar Andong

Madrasah Aliyah Al Azhar Andong Boyolali ini merupakan satusatunya MA yang ada di Kecamatan Andong dan merupakan Madrasah yang sudah membuka bergai jurusan kelas didalamnya. Sebagai lembaga pendidikan Swasta, MA Al Azhar Andong Boyolali mampu bersaing dengan sekolah lainya dalam segala bidang perlombaan baik di lingkup kecamatan, maupun tingkat kabupaten. Adapun prestasi-prestasi siswa yang telah diraih sebagai berikut: a. Bidang Akademik :

1) Juara III Kompetisi Sains Madrasah (KSM) Mapel Geografi se Kab.Boyolali. atas Nama Mustika Ayu Afifah

2) Juara I MTQ Putra se Kecamatan Andong Boyolali. Atas Nama M Falahudin.

3) Juara I MTQ Putrise Kecamatan Andong Boyolali. Atas Nama Anisaul Aziziah.

4) Juara II Murotal Putra se Kecamatan Andong Boyolali. Atas Nama Andi Muhammad Nur Kholik

5) Juara II Tahfidz Putra 5 Juz se Kecamatan Andong Boyolali. Atas Nama M Lukman Hakim

6) Juara I Tahfidz Putri 5 Juz se Kecamatan Andong Boyolali. Atas Nama Indana Zulfa.

(74)

1) Juara III Hasta Karya Putra dalam Rangka LK2PP XII Se-Eks Karesidenen Surakarta.

2) Juara III Tekpram Putri dalam Rangka LK2PP XII Se-Eks Karesidenen Surakarta.

3) Juara I Bulutangkis Tunggal Putra dalam Rangka Aksioma Tingkat Ka.Boyolali Tahun 2017.

4) Juara I Bulutangkis Tunggal Putri dalam Rangka Aksioma Tingkat Ka.Boyolali Tahun 2017.

5) Juara I Kaligrafi Putri dalam Rangka Aksioma Tingkat Ka.Boyolali Tahun 2017.

6) Juara III Madrasah Singer Putra dalam Rangka Aksioma Tingkat Ka.Boyolali Tahun 2017.

7) Juara II Futsal dalam Rangka Aksioma Tingkat Ka.Boyolali Tahun 2017.

5. Visi dan Misi a. Visi

“Terwujudnya Akhlaqul karimah cerdas, Berprestasi, Trampil dan

Berwawasan IPTEK yang dilandasi IMTAQ”.

b. Misi

1) Menanamkan aqidah ahlussunah waljama‟ah melalui

pengalaman ajaran agam islam.

(75)

3) Memotivasi siswa dan mengembangkan pengetahuan di bidang

Struktur Organisasi Ma Al Azhar Andong Boyolali Tahun Pelajaran 2017/2018

Guru Tetap Wakil Kepala Bagian Kesiswaan

5 Ahmad Yazid Makhfi, S.PdI

NIP. --- Guru Tetap

(76)

6 Eko Puji Putranto, S.Pd

NIP --- Guru Tetap

Wakil Kepala Bagian Humas

7 Farida Nur Khasanah, S.Pd

NIP --- Guru Tetap Bendahara BOS

10 Fajar Endro Purnomo, S.Pd

NIP --- Guru Tetap

Koordinator BP / BK

11 Khusnul Khoimah, S.Pd

NIP --- Guru Tetap

(77)

15 Syaifudin Iskandar, S.PdI

Guru Tetap Seksi Pramuka

20

21 Muh Hanif Mughoyat, S.PdI NIP. ---

Guru Tetap Seksi Pembina Osis

22 Erni Setyaningsih, S, S.Pd NIP. --- observasi, interview, dan dokumentasi pada uraian ini akan kami sajikan uraian analisis data sesuai dengan rumusan masalah penelitian dan tujuan penelitian diantaranya sebagai berikut :

(78)

Dalam meningkatkan mutu pendidikan Agama Islam model kepemimpinan yang ideal adalah dengan menggunakan semua model yang sebaik mungkin pada saat situasi yang mendukung dan memenuhi kebutuhan kinerja kepemimpinan itu sendiri. Berdasarkan pada observasi lapangan yang penulis lakukan di MA AL-AZHAR Andong terlihat bahwa kepemipinan kepala sekolah di MA AL-AZHAR Andong secara keseluruhan cenderung kearah demokratik.

Seperti halnya yang dikatakan oleh Sutikno (2014: 35) tipe demokratik adalah tipe pemimpin yang demoktratis, dan bukan karena dipilihnya sipemimpin secara demokratis. Adapun ciri-ciri dari tipe kepemimpinan demokratik yaitu:

a. Dimana pemimpin bersedia menerima dan menghargai saran-saran, pendapat dan nasehat dari staf dan bawahan melalui forum musyawarah untuk mencapai kata sepakat.

b. Kepemimpinan demokratik adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis, dan terarah.

c. Kegiatan-kegiatan pengendalian dilaksanakan secara tertib dan tanggung jawab.

d. Pembagian tugas disertai perlimpahan wewenang dan tanggung jawab yang jelas, memungkinkan setiap anggota berpartisipasi secara aktif.

Gambar

Tabel 4.1 Daftar Nama-Nama Pendidik
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.5

Referensi

Dokumen terkait

2. Sebuah prosedur langkah demi langkah yang pasti untuk menyelesaikan sebuah masalah disebut : a. Proses b. Program c. Algoritma d. Prosesor e.

Iradat Konsultan yang sedang berjalan adalah adanya pertukaran data yang tidak efisien antara gedung kantor pusat dan kantor cabang yang belum terhubung secara fisik,

Salah satu metode yang banyak digunakan dalam mengukur estimasi ukuran dari perangkat lunak adalah Function Point Analysis (FPA) [2][3].. FPA pertama kali dikenalkan

Sebagai implementasi penggunaan analisis SEM dengan variabel moderasi, dalam penelitian ini menggunakan variabel moderasi struktur desentralisasi untuk mengetahui pengaruh

1) tidak bertentangan dengan materi pokok yang diatur dalam batang tubuh. 2) tidak memperluas, mempersempit atau menambah pengertian norma yang ada dalam batang tubuh. 3) tidak

Tidak terdapat perbezaan yang signifikan terhadap pencapaian pelajar yang mengikuti pendekatan pengajaran berasaskan paduan kitar pembelajaran dan pemetaan konsep berbanding

Persaingan ketat antara perusahaan asuransi dalam meningkatkan penjualan polisnya menyebabkan perusahaan sulit meningkatkan meningkatkan penjualan polisnya, oleh karena itu yang