PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DALAM KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI
DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh FITRI AGISTA P
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
55
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab hasil penelitian dan
pembahasan, kesimpulan yang dioeroleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan pajak pertambahan nilai atas kegiatan membangun sendiri memiliki dasar dalam pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan No.
163/PMK.03/2012. Tentang Batasan Dan Tata Cara Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri, alasan penerapan
pajak PPN KMS ialah pemerataan dan menambah potensi pajak demi peningkatan penerimaan Negara. Pelaksanaan pengenaan PPN KMS di kota Bandar Lampung, antara lain :
a. Penentuan objek pajak, berdasarkan kriterian objek pajak PPN KMS yaitu luas bangunan 200 m2, yang di bangun tanpa jasa kontruksi;
b. Penentuan tarif PPN KMS objek Pajak, yang bersifat self assessment; c. Penentuan saat terutangnya pajak pertambahan nilai atas KMS dimulai
pada saat bangunan dibangun sampai dengan bangunan selesai dan tidak
lebih dari 2 tahun dalam pembangunan secara bertahap.
d. Objek pajak wajib setor nilai pajak yang sudah ditetapkan ke ke kas
56
e. Objek pajak wajib melaporkan penyetoran pajak pertambahan nilai atas
KMS ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Teluk Betung dengan mempergunakan lembar kertas ketiga Surat Setoran Pajak paling lama
akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
Sanksi yang diberikan oleh KPP Pratama Bandar Lampung adalah sanksi
berupa teguran dan himbauan, dimana sanksi teguran dilakukan apabila wajib pajak tidak membayar PPN KMS dan sanksi himbauan diberikan apabila wajib pajak memiki terhutangnya PPN KMS.
2. Fakto-faktor yang menjadi penghambat penerapan PPN atas KMS, antara
lain :
1.Banyak wajib Pajak yang tidak mengetahui peraturan pajak mengenai
pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan membangun sendiri sehingga mereka baru mengetahui setelah adanya teguran atau himbauan untuk membayar dari Kantor Pajak.
2.Wajib pajak menginginkan Kantor pajak menyosialisasikan adanya pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan membangun sendiri
sehingga masyarakat tahu untuk membangun bangunan lebih dari 200 M2 dikenakan PPN.
3. Luas wilayah yang tidak terjangkau seperti daerah-daerah pedalaman
yang melakukan kegiatan membangun sendiri seluas 200M2.
4. Surat teguran untuk bangunan biasanya baru diberikan setelah bangunan
setengah jadi (50 % s/d 75 %).
57
6. Wajib pajak tidak melakukan penyetoran sesuai dengan peratuaran yang telah
ditetapkan, penyetoran setiap bulannya diakumulasikan sampai bangunan selesai;
58
5.2 Saran
1. KPP Pratama Teluk Betung seharusnya mengadakan penyuluhan dan sosialisasi tetang adanya pelaksanaan PPN KMS di Kota Bandar Lampung agar masyarakat sadar dan memahami serta dapat mematuhi aturan yang
berlaku.
2. Petugas perpajakan berkewajiban untuk menyediakan informasi perpajakan, sejelas dan selengkap mungkin, agar wajib pajak tidak
mengalami kekagetan-kekagetan terkait PPN KMS.
59
DAFTAR PUSTAKA
Literatur :
Ahmadi, Wiratmi. 2006. Perlindungan Hukum Bagi Wajib Pajak dalam
Penyelesaian Sengketa Pajak. PT. Rafika Aditama. Bandung.
Anantasia, D dan Lilis.S. 2010. Perpajakan Indonesia. Andi Yogyakarta. Yogyakarta
Andrian, Sutedi. 2011. Hukum Pajak. Sinar Gravika. Jakarta
Brotodihardjo, R. Santoso. 2010. Pengantar Ilmu Hukum Pajak Edisi Keempat. PT. Rafika. Bandung.
Marsyahrul, Tony. 2005. Pengantar Perpajakan. PT.Grasindo. Jakarta.
Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sukardji, 2007. Pokok-pokok Pajak Pertambahan Nilai Indonesia. PT. Raja Gravindo Persada. Jakarta.
. 2008. Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai. PT. Raja Gravindo Persada. Jakarta.
, 2009. Pajak Pertambahan Nilai. Edisi kelima. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Peraturan Prundang-Undangan
60
2. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, tentang Pajak Pertambahan Nilai
3. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 39/PMK.03/2010 tentang Batasan dan Tata cara Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 tentang Batasan dan Tata Cara Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri
PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DALAM KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI DI KOTA BANDAR LAMPUNG
SKRIPSI
Oleh FITRI AGISTA P
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ... 5
1.2.1 Rumusan Masalah... 5
1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Kegunaan Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak ... 8
2.1.1 Macam-macam Pajak Pusat ... 9
2.1.2 Macam-macam Pajak Daerah ... 9
2.1.3 Asas Pemungutan Pajak ... 10
2.1.4 Hambatan Pemungutan Pajak ... 11
2.2 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 12
2.2.1 Subjek Pajak ... 15
2.2.2 Objek Pajak... 16
2.2.3 Rumus Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 18
2.2.4 Sistem Pemungutan Pajak ... 18
2.3 Dasar Hukum PPN KMS ... 20
2.4 Pajak Pertambahan Nilai PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri (KMS) ... 21
2.4.1 Pengertian Kegiatan Membangun Sendiri ... 21
2.4.2 Tarif Dasar Pengenaan PPN atas KMS ... 22
2.4.3 Saat dan tempat pajak serta penyetoran dan pelaporan PPN Atas KMS ... 22
2.4.4 Hal yang perlu diperhatikan dalam penyetoran PPN atas KMS ... 24
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Masalah ... 25
3.1.1 Pendekatan Normatif ... 25
3.1.2 Pendekatan Empiris ... 25
3.2 Sumber Data ... 25
3.2.1 Data Primer ... 26
3.2.2 Data Skunder ... 26
3.3.1 Prosedur Pengumpulan Data ... 27
3.3.2 Prosedur Pengolahan Data ... 28
3.4 Analisis Data ... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Teluk Betung ... 30
4.1.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Teluk Betung ... 30
4.1.2 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Teluk Betung dalam Angka ... 32
4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Teluk Betung ... 32
4.1.4 Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Teluk Betung ... 33
4.1.5 Tugas dan Fungsi Instansi ... 38
4.2 Pelaksanaan Pemungutan PPN atas KMS di Kota Bandar Lampung ... 40
4.2.1 Pelaksanaan Pemungutan PPN atas KMS ... 41
4.2.1.1 Ruang Lingkup PPN atas KMS ... 43
4.2.1.2 Pengenaan PPN atas KMS ... 43
4.2.2 Pengawasan PPN atas KMS ... 45
4.3 Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Pemungutan PPN atas KMS ... 52
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 55
KATA PENGANTAR
Bissmillahirohmannirhim.
Puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT atas karunia dan hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul “ Pelaksanaan Pemungutan
Pajak Pertambahan Nilai dalam Kegiatan Membangun Sendiri di Kota Bandar Lampung “.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum
Universitas Lampung. Terselesainya skripsi ini tak luput dari bantuan, dukungan, dan bimbingan berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Dr. Yuswanto, S.H, M.Hum., sebagai pembimbing I (satu) yang telah memberikan waktu, saran, dan bimbingan.
2. Ibu Marlia Eka Putri, S.H, M.H., sebagai pembimbing II (dua) yang telah memberikan waktu, saran, dan bimbingan.
3. Ibu Nurmayani, S.H, M.H., sebagai pembahas I (satu) yang telah memberikan
masukan dan kritik yang membangun.
4. Ibu Eka Deviani, S.H, M.H., sebagai pembahas II (dua) yang telah
memberikan masukan dan kritik yang membangun.
5. Bapak Ahmad Syofyan, S.H, M.H., sebagai Pembimbing Akademik yang telah memberikan waktu, dan saran.
6. Ibu Upik Hamidah, S.H. M.H., sebagai Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara Universitas Lampung.
8. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum khususnya Bagian Hukum
Administrasi Negara Universitas Lampung, yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti dalam menyelesaikan studi di Fakultas Hukum
Unila.
9. Seluruh staf T.U. Fakultas Hukum Khususnya Bagian Hukum Administrasi
Negara Universitas Lampung.
10.Semua guru- guruku dari TK, SD, SMP, SMA. Terimakasih atas semua ilmu pengetahuan yang telah diberiakan peneliti.
11.Bapak Reza Fidi Rizkiana sebagai Subbagian Umum di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Teluk Betung, atas bantuan selama peneliti melakukan
penelitian.
12.Bapak Atang Darmawan sebagai Seksi Ekstensifikasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Teluk Betung, atas bantuan selama peneliti melakukan
penelitian.
13.Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H., terimakasih atas ilmu dan bantuannya kepada peneliti selama peneliti melakukan penelitian.
14.Ayah dan Ibuku tercinta H. Parman dan Hj. Sri Puji Astuti, Masku Yudi Afriansyah, Mbak Iparku Elinda Safitri S.Kep, Ponakan tersayang Keenan
Adelio Perkasa, yang telah memberikan doa serta dukungannya baik moril dan materil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
15.Noviyanto, seseorang yang sangat Special yang telah membarikan motivasi,
16.Keluarga besar khusus nya Mbah Sumadi, Lek Tati, Lek Sis, Lek Tun, Mbak
Siti, Mbak Erna, Mas Eki, terimakasih telah memberikan dukungan dan doa kepada peneliti untuk menyelesaikan sekripsi ini.
17. Saudara- saudaraku Cucu Kartini, Eka Indah Yulianti, Firda Tri Lestari, Ririn Regilia Putri, dan Viveeke Rizkiananda, Terimakasih atas jasa-jasa dan
pengorbanan kalian, kenangan manis dan sedih kita takkan pernah terlupakan. 18.Teman-teman seperjuangan bagian Hukum Administrasi Negara yang telah
banyak membantu dalam penyusunan sekripsi ini, “ Abi Zuliansyah, S.H.,
Amillia Rahayu, S.H., Dewi Ambasador, S.H., Iis Priatun, S.H., Eka Purnama, S.H., Mardotillah, S.H., Maharani Nurdin, S.H., Hendra Prasetiyo, Anissa Toriki ” trimakasih atas bantuan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
19.Teman – teman Fakultas Hukum “ Lia Aprillia, Gesta Aldilla M, Dian Anggraeni, Eva Rahmaniyah, Elsha Venca, Diantri Puspa ” terimakasih telah
menjadi teman terbaik selama berada di Fakultas Hukum.
20. Teman KKN Desa Pesawaran Indah tahun 2014 “ Nafisah, Fadil, Bang Adi, dan Nita “ terimakasih atas bantuan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi
21.Almamater UNILA tercinta.
Semoga kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada peneliti akan mendapat rahmat dan amal ibadah dari ALLAH SWT, Amin. Dalam penulisan ini tentunya
masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu segala saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan oleh penulis. Akhir kata penulis berharap Sekripsi ini mendatangkan manfaat bagi pembaca, amin…….
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah…… dengan ridha-Mu ya Allah….. Amanah ini telah selesai, sebuah langkah usai sudah.
Cita-cita telah ku gapai, namun itu bukan akhir dari perjalanan ku, melainkan awal dari sebuah perjalanan.
Ayah….. ibu
Tiada cinta yang paling suci selain kasih sayang Ayah dan Ibuku Setulus hatimu Ibu, searif arahanmu Ayah
Doamu hadirkan keridhaan untukku, Petuahmu tuntunkan jalanku Pelukmu berkahi hidupku, diantara perjuangan dan tetesan doa malammu
Dan sebait doa telah merangkul diriku, Menuju hari depan yang cerah Kini diriku telah selesai dalam studiku
Dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridhaan-Mu ya Allah, Kupersembahkan karya kecil ini, untuk cahaya hidup, yang senantiasa ada saat
suka maupun duka, selalu setia mendampingi, yang termulia, Ayahku……dan Ibuku……
Terimakasih atas cintanya, perhatian, kasih syang dan dukungan yang tak ternilai dalam hidupku
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gisting Tanggamus pada tanggal 09 Maret 1993, sebagai anak kedua dari dua bersaudara, dari
keluarga Bapak H. Parman dan Ibu Hj. Sri Puji Astuti.
Pendidikan yang telah diselesaikan adalah Taman Kanak –
kanak (TK) Aisyah Gisting diselesaikan tahun 1999; Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah 1 Gisting diselesaikan tahun 2005; Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negri 1 Gisting diselesaikan tahun 2008; Sekolah Menengah Atas (SMA) Printis 2 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2011.
Pada tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung dan mengambil minat Hukum Administrasi Negara. Penulis melakukan
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu sumber utama pendapatan Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan Negara. Peran pajak bagi Negara di Indonesia
dibedakan dalam dua fungsi utama yaitu fungsi anggaran (budgetair) dan fungsi mengatur (regulered). Dalam fungsi anggaran (budgetair).1 Pajak adalah salah
satu sumber pendapatan Negara, untuk menjalankan tugas-tugas rutin Negara dan melaksanakan pembangunan. Pajak merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh masyarakat baik pribadi maupun badan dari pendapatan atau penghasilannya
kepada pemerintah yang ditujukan untuk kegiatan pembangunan di segala bidang.
Sementara Hukum pajak adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan
menyerahkannya kembali kepada masyarakat melalui kas Negara, sehingga hokum pajak tersebut merupakan hokum publik yang mengatur hubungan Negara dan orang-orang atau badan badan hokum yang berkewajipan membayar pajak,
1
2
serta bagian dari tata tertib hukum yang mengatur hubungan penguasa dengan
warganya.2
Hukum pajak dibedakan atas hukum pajak materil dan hukum pajak formal. Hukum pajak materil, memuat ketentuan-ketentuan tentang siapa yang dikenakan
pajak dan siapa siapa yang dikecualikan dengan pajak berapa yang harus dibayar. Hukum pajak formal, memuat ketentuan-ketentuan bagaimana mewujudkan hukum
pajak materil menjadi kenyataan. Dengan demikian hukum pajak menerangkan ;3 1. siapa-siapa wajib pajak dan apa kewajiban mereka terhadap pemerintah; 2. objek-objek apa yang dikenakan pajak;
3. cara penagihan;
4. cara mengajukan keberatan dan sebagainya.
Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Dasar Hukum Pajak yang tertinggi
adalah Pasal 23A Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, bahwa “pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan Undang-Undang.”Asas Undang-undang Pajak yang Universal adalah
Undang-undang pajak harus berdasarkan keadilan dan pemerataan dalam pemikul beban pajak sesuai dengan kemampuan rakyat, nondiskriminasi, menjamin kepastian
hukum, serta mengatur adanya hak dan kewajiban yang seimbang antara rakyat dan Negara. Hak-hak wajib pajak harus dijaga dan benar-benar dihormati dan
2
Adrian,Sutedi. Hukum Pajak. 2011.Sinar Grafika. Jakarta , hlm. 6.
3
3
dalam menjalankan hukum pajak, pemerintah tidak boleh bersikap
sewenang-wenang atau otoriter.4
Pajak yang berlaku di Indonesia dapat digolongkan menjadi beberapa jenis yang ditinjau dari cara pemungutanya, dibagi dua :
1. Pajak langsung adalah pajak yang dibebankan harus ditanggung oleh wajib pajak sendiri, dan tidak boleh dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Perseroan (PPs), Pajak Kekayaan, Pajak deviden, Pajak bunga deposito, Pajak Kendaraan Bermotor (BKB), Bea Balik Nama (BBN), dan sebagainya.
2. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pemungutannya dapat dialihkan kepada orang lain. Contoh : Pajak penjualan (PPn), Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), Cukai, Pita Rokok, Pajak Tontonan, Bea Matrai, Bea Masuk (Pajak Impor), Pajak Ekspor dan sebagainya.
Dari jenis pajak tersebut di atas yang tentu saja hal ini dapat menambah pendapatan Negara salah satunya adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang
merupakan salah satu pajak yang menyumbangkan pendapatan Negara. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan salah satu jenis pajak yang di pungut oleh
Pemerintah Pusat berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah.Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada dasarnya meliputi seluruh penyerahaan barang dan jasa. Nilai terhadap barang dan jasa
4
4
tertentu, hal tersebut dimaksudkan untuk mendorong kegiatan ekonomi dan
kestabilitas sosial.5Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada pihak pedagang atau produsen sehingga muncul istilah Pengusaha Kena
Pajak yang disingkat PKP.Dalam perhitungan PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal istilah pajak keluaran dan pajak masukan. Pajak keluaran adalah PPN
yang dipungut ketika PKP menjual produknya, sedangkan pajak masukan adalah PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh, atau membuat produknya.6Ada pula Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Kegiatan Membangun
Sendiri (KMS). Kegiatan Membangun Sendiri adalah kegiatan membangun bangunan yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh pribadi
atau badan, yang hasilnya digumakan sendiri atau digunakan pihak lain. 7
Kemudian dalam Peraturan Mentri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 4 dijelaskan mengenai bangunan yang dimaksud dalam Peraturan Mentri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 3 yaitu bangunan tersebut
berupa satu atau lebih konstruksi teknik yang ditanam atau diletakan secara tetap pada satu kesatuan tanah dan/atau perairan dengan kriteria sebagai berikut :
a. Kontruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan sejenis,dan/atau baja.
b. Diperuntungkan bagi timpat tinggal dan tempat kegiatan usaha.
c. Luas keseluruhan paling sedikit 200 m2 (dua ratus meter persegi)
5
Untung, Sukardi. Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai. 2008. PT. Raja Gravindo Persada.Jakarta, hlm. 5
6
Untung, Sukardi. Pokok-Pokok Pajak Pertambahan Nilai Indonesia.2007. PT. Raja Gravindo Persada.Jakarta, hlm. 23.
7
5
Jadi kegiatan membangun sendiri (KMS) akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) apabila memenuhi definisi dan kriteria sebagaimana yang dijelaskan diatas.
Maka berdasarkan uraian diatas peneliti sangat tertarik untuk mengadakan suatu peneitian dengan judul “Pelaksanaan Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai
dalam Kegian Membangun Sendiri di Kota Bandar Lampung”.
1.2Rumusan Masalah dan RuangLingkup 1.2.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah;
1. bagaimanakah Pelaksanaan Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dalam Kegiatan Membagun Sendiri (KMS) di Kota Bandar Lampung ?
2. apa sajakah yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan Pajak Pertambahan
Nilai dalam Kegiatan Membangun Sendiri di Kota Bandar Lampung ?
1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi dengan ruang lingkup pembahasan, yaitu kajian dibidang
Hukum Administrasi Negara mengenai Pemungutan Pajak pada umumnya membahas bagaimana pelaksanaan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dalam Kegiatan Membangun Sendiri (KMS) dan faktor apakah yang menjadi
6
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan pelaksanaan penelitian ini antara lain adalah ;
1. untuk mengetahui pelaksanaan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
dalam Kegiatan Membangun Sendiri (KMS) di Kota Bandar Lampung;
2. untuk mengetahui apa saja faktor penghambat pelaksanaan Pajak Pertambahan
Nilai dalam Kegiatan Membangun Sendiri (KMS) untuk pemenuhan ke Kas Negara di Kota Bandar Lampung.
1.4Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu Hukum di bidang Hukum Administrasi Negara, yaitu tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dalam
Kegiatan Membangun Sendiri (KMS) di Kota Bandar Lampung. 2. Kegunaan Praktis
a. Kegunaan penelitian ini sebagai informasi bagi pihak terkait khususnya
masyarakat lebih memahami bagaimanakah Pengaturan Hukum Pajak Pertambahan Nilai dalam Kegiatan Membangun Sendiri dan faktor
penghambat pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai dalam Kegiatan Membangun Sendiri di Kota Bandar Lampung, serta Memberikan tambahan literatur dan sumber bacaan, sehingga dapat menjunjung ilmu
pengetahuan di bidang Hukum Administrasi Negara dalam lingkup Pajak Pertambahan Nilai dalam Kegiatan Membangun Sendiri di Kota Bandar
Lampung.
7
sebagai upaya pemenuhan ke Kas Negara di Kota Bandar Lampung dan
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pengertian Pajak
Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya dari
sektor privat kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Secara umum pajak
adalah iuran rakyat kepaa kas Negara berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi
barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.1
Sedangkan pengertian pajak berdasarkan Pasal 1 Undang-undang No. 14 Tahun 2002 tentang pengadilan pajak disebutkan bahwa pajak adalah semua jenis pajak
yang dipungut oleh pemerintah pusat, termasuk bea masuk dan cukai dan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan perundang-undangan yang
berlaku2.
Dari pengertian pajak di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat lima unsur dalam pengertian pajak yaitu :
1. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang.
1
Andrian, Sutedi.Hukum Pajak. 2011. PT. Sinar Gravika.Jakarta, hlm. 2 2
9
2. Sifatnya memaksa.
3. Tidak ada kontraprestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar pajak.
4. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah, baik pembangunan maupun rutin.
2.1.1 Macam-Macam Pajak Pusat
Pajak-pajak Pusat yang dikelola oleh Direktorat Jendral Pajak meliputi :
1. Pajak Penghasilan (PPh).
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM). 4. Bea Materai.
5. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
6. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
2.1.2 Macam-Macam Pajak Daerah
Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah baik Propinsi maupun
Kabupaten/Kota antara lain meliputi :3 1. Pajak Propinsi
a. Pajak Kendaraan Bermontor dan Kendaraan di Atas Air.
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air. c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
3
10
d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan.
2. Pajak Kabupaten/ Kota
a. Pajak Hotel. b. Pajak Restoran.
c. Pajak Hiburan. d. Pajak Reklame.
e. Pajak Penerangan Jalan.
f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C. g. Pajak Parkir.
2.1.3 Asas Pemungutan Pajak
Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu memegang teguh asas-asas
pemungutan dalam memilih alternatif pemungutanya, sehingga terdapat keserasian pemungutan pajak dengan tujuan dan asas yang masih diperlukan lagi yaitu pemahaman atas perlakuan pajak tertentu. Asas-asas pemungutan pajak
sebagaimana dikemukakan oleh Adam Smith dalam buku An Inguiri into the
Nature and Cause of the Wealth of Nations menyatakan bahwa pemungutan pajak
hendaknya didasarkan pada asas-asas berikut ;
1. Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan
11
dimaksutkan bahwa setiap Wajib Pajak menyumbangkan uang pengeluaran
pemerintah sebanding dengan kepentingannya dan manfaat yang diminta.
2. Certaity
Pendapatan pajak tidak ditentukan sewenang-wenang.Oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengatahui secara jalas dan pasti besarnya pajak yang terutang,
kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.
3. Convenience
Kapan wajib pajak ini harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan
saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak. Sebagai contoh: pada saat-saat Wajib Pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan pajak ini disebut pay as you earn.
4. Economy
Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban
pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang ditanggung Wajib Pajak.
2.1.4 Hambatan Pemungutan Pajak
Hambatan terhadap pemungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi ;
1. Perlawanan Pasif
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan antara lain;
Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.
Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat.
12
2. Perlawanan aktif meliputi semua usaha perbuatan secara langsung diajukan
kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Bentuknya antara lain ;
Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar
undang-undang.
Tax evasion, Usaha meringankan pajak dengan cara melanggar
undang-undang (menggelapkan pajak).
2.2Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah Pajak yang dikenakan atas setiap
pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. Dalam bahasa Inggris, PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau
Goods and Services Tax (GST). PPN termasuk jenis pajak tidak langsung,
maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak
menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung.4
Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada pihak pedagang atau produsen sehingga muncul istilah Pengusaha Kena Pajak yang disingkat PKP.
Dalam perhitungan PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal istilah pajak keluaran dan pajak masukan. Pajak keluaran adalah PPN yangdipungut ketika PKP menjual produknya, sedangkan pajak masukan adalah PPN yang dibayar ketika
PKP membeli, memperoleh, atau membuat produknya.
4
13
Indonesia menganut sistem tarif tunggal untuk PPN, yaitu sebesar 10 %. Dasar
hukum utama yang digunakan untuk penerapan PPN di Indonesia adalah Undang-Undang No. 8 Tahun 1983 berikut perubahannya, yaitu Undang-Undang-Undang-Undang No. 11
Tahun 1994, Undang-Undang No. 18 Tahun 2000, dan Undang-Undang No. 42 Tahun 2009.
PPN merupakan pajak yang dikenakan pada transaksi yang terjadi atas penyerahan
barang dan jasa kena pajak di Indonesia.Nilai PPN ditambahkan pada harga pokok barang dan jasa yang diperjual belikan. Karena PPN merupakan pajak tidak langsung, maka yang menyetor pajak tersebut bukanlah penanggung, melainkan
penjual (pihak yang menyerahkan barang dan jasa tersebut). Penanggung merupakan pihak pembeli atau penyewa serta pembayar transaksi barang dan
jasa.Dengan demikian, penanggung dapat berupa konsumen komersil (non-korporat), atau pelanggan bisnis.
Berikut adalah beberapa istilah yang berhubungan dengan PPN ;
1. masa Pajak : jangka waktu yang diberikan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu
periode tertentu. Umumnya satu masa pajak adalah satu bulan. 2. BKP : Barang Kena Pajak.
3. JKP : Jasa Kena Pajak.
4. PPnBM : Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
5. Daerah Pabean : wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat,
14
6. PKP : Pengusaha Kena Pajak.
7. DPP : Dasar Pengenaan Pajak yaitu harga jual pokok sebelum dikenakan pajak. 8. Nilai ekspor : merupakan nilai (uang) atas barang yand diekspor termasuk
semua biaya yang terkandung di dalamnya.
9. Nilai impor : nilai (uang) atas barang yang diimpor yang menjadi dasar
penghitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai.
10.SPT Masa PPN 1111 adalah formulir terbaru terbitan tahun 2011 yang digunakan untuk melaporkan PPN.
11.SPT Masa PPN 1111Dm adalah formulir terbaru terbitan tahun 2011 yang digunakan untuk melaporkan PPN khusus PPN masukan yang menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan pajak masukan, biasanya digunakan bagi
PKP yang melakukan transaksi (penyerahan) kendaraan bermotor bekas atau emas perhiasan.
12.Pajak Pemasukan : adalah Pajak Pertambahan Nilai yang ditanggung PKP saat
membeli barang atau jasa kena pajak, dan merupakan pajak terutang penjual yang harus dilaporkan oleh penjual.
13.Pajak Pengeluaran : adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang PKP, dan diperoleh saat PKP menyerahkan/menjual barang atau jasa kena pajak. Pajak ini merupakan tanggungan pembeli/pelanggan, dan merupakan kewajiban PKP
untuk menyetor dan melaporkannya kepada kantor pajak setempat.
15
Berdasarkan Pasal 2 angka 2 UU No. 28 Tahun 2007 , Setiap Wajib Pajak
sebagai Pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal
atau tempat kedudukan Pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
2.2.1 Subjek Pajak
Subjek Pajak adalah istilah dalam peraturan perundang-undangan perpajakan untuk perorangan (pribadi) atau organisasi (kelompok) berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.Seseorang atau suatu badan merupakan subjek pajak, tapi bukan berarti orang atau badan itu punya kewajiban pajak. Kalau dalam peraturan perundang-undangan perpajakan tertentu seseorang
atau suatu badan dianggap subjek pajak dan mempunyai atau memperoleh objek pajak, maka orang atau badan itu jadi punya kewajiban pajak dan disebut wajib
pajak. Yang termasuk subjek pajak adalah ;5 1. pemikul beban Pajak
Pasal 4 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 Tentang
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 (“PP No. 1Tahun 2012”) mengatur bahwa pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak
bertanggung jawab secara renteng (tanggung jawab kepada pihak berikutnya secara berurutan) atas pembayaran Pajak Pertambahan Nilai. Namun demikian, ketentuan tersebut tidak diberlakukan dalam hal ;
5
16
a. pajak yang terutang tersebut dapat ditagih kepada penjual barang atau
pemberi jasa;
b. pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak dapat
menunjukkan bukti telah melakukan pembayaran pajak kepada penjual barang atau pemberi jasa.
2. Penanggung Jawab Pembayaran Pajak Terutang ke Kas Negara
Pasal 2 ayat (1) PP No. 1 Tahun 2012 mengatur bahwa Pengusaha yang melakukan kegiatan-kegiatan sebagaimana disebutkan dalam Bagian Kedua – Nomor 2 artikel ini (Objek Pajak), kecuali pengusaha kecil yang batasannya
ditetapkan oleh Menteri Keuangan, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Pengusaha yang sudahdikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak tersebut wajib memungut, menyetor dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang.6
2.2.2 Objek Pajak
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009
tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah dikenakan atas kegiatan-kegiatan antara lain ;7
1. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha;
2. impor Barang Kena Pajak;
6
Untung,Sukardi.Pokok-Pokok Pajak Pertambahan Nilai Indonesia. 2007. Raja Grafindo. Jakarta, hlm. 65.
7
17
3. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;
4. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; 5. ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Paja.
Pengecualian Objek Pajak
Berdasarkan Pasal 4A ayat (2) dan (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagai berikut ;
1. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya;
2. barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, seperti
beras, jagung dan kedelai;
3. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,
warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi
di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering; dan
4. uang, emas batangan dan surat berharga.
Sementara itu, jenis jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah jasa tertentu dalam kelompok jasa antara lain sebagai berikut:
1. jasa pelayanan kesehatan medik; 2. jasa pelayanan sosial;
18
2.2.3 Rumus Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai 1. Dasar Pengenaan Pajak
Pasal 9 ayat (1) PP No. 1 Tahun 2012 mengatur bahwa dasar pengenaan pajak
untuk menghitung Pajak Pertambahan Nilai yang terutang, meliputi jumlah: a. harga jual;
b. harga penggantian; c. nilai impor;
d. nilai ekspor;
e. nilai lain (misalnya untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran)
2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai
Pasal 7 UU No. 8 tahun 1983 mengatur bahwa tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen). Selain itu, tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0%
(nol persen) diterapkan atas:
1. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud; 2. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud;
3. ekspor Jasa Kena Pajak.
2.2.4 Sistem Pemungutan Pajak
Berkenaan dengan sistem pemungutan pajak, terdapat beberapa sistem, yakni
sebagai berikut :8
1. Self Assessment
Self Assesment adalah suatu sistem pemungutan pajak yang wajib pajak
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan
8
19
undang-undang perpajakan. Dalam tata cara ini kegiatan pemungutan pajak
diletakkan kepada aktivitas masyarakat sendiri, yang wajib pajak diberi kepercayaan untuk:
a. Menghitung sendiri pajak yang terutang.
b. Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang.
c. Membayar sendiri jumlah pajak yang harus dibayar.
d. Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang.
Tata cara ini berhasil dengan baik kalau masyarakat sendiri mempunyai
pengetahuan dan disiplin pajak yang tinggi. Ciri-ciri sistem Self Assessment adalah:
a. Adanya kepastian hukum.
b. Sederhana penghitungannya.
c. Mudah pelaksanaan
d. Lebih adil dan merata.
e. Penghitungan pajak dilakukan oleh wajib pajak. 2. Official Assessment
Official Assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak, yang aparatur
perpajakan menentukan sendiri (di luar wajib pajak) jumlah pajak yang
terhutang. Dalam sistem ini inisiatif dan kegiatan dalam menghitung dan pemungutan pajak sepenuhnya ada pada aparatur perpajakan. Sistem ini akan berhasil dengan baik kalau aparatur perpajakan baik kualitas maupun
20
3. Witholding System
Witholding System adalah suatu sistem pemungutan pajak, yang penghitungan
besarnya pajak yang terutang oleh seorang wajib pajak dilakukan oleh pihak
ketiga oleh pemerintah ( semi self assessment )
2.3 Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dalam Kegiatan Membangun Sendiri (KMS)
Latar belakang diadakannya PPN dalam KMS adalah sebagai satu cara dari pemerintah untuk melakukan kegiatan pemerataan antara masyarakat yang memiliki penghasilan dan kemampuan lebih dengan masyarakat menengah
kebawah dengan presentase pajak yang berbeda sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku yang digunakan untuk kesejahteraan seluruh
rakyat. Pelaksanaan PPN dalam KMS berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan No. 163/PMK.03/2012 tentang Batasan Dan Tata Cara Pengenaan PPN dalam KMS. Peraturan yang digunakan sebelumnya KMK 554/KMK.04/2000 stdd KMK
320/KMK.03/2002 yang diubah dengan Peraturan Mentri Keuangan No. 39/PMK.03/2010 tentang Batasan dan Tata Cara Pengenaan PPN dalam KMS dan
untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam PPN KMS diubah kembali dengan Peraturan Mentri Keuangan No. 163/PMK.03/2012. Dasar Hukum PPN dalam KMS pada Pasal 16C UU PPN, bahwa Pajak Pertambahan Nilai dikenakan
atas Kegiatan Membangun Sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau
21
2.4 Pajak Pertambahan Niai atas Kegiatan Membangun Sendiri 2.4.1 Pengertian Kegiatan Membangun Sendiri
Pengertian Kegiatan Membangun Sendiri yang dikutip dari Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 3 adalah “Kegiatan membangun
bangunan yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang
pribadi atau badan, yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain”.
Kemudian dalam Peraturan Mentri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 4 dijelaskan mengenai bangunan yang dimaksud dalam Peraturan Mentri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 3 yaitu bangunan tersebut
berupa satu atau lebih konstruksi teknik yang ditanam atau diletakan secara tetap pada satu kesatuan tanah dan/atau perairan dengan kriteria sebagai berikut :
1. Kontruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan sejenis,dan/atau baja.
2. Diperuntungkan bagi timpat tinggal dan tempat kegiatan usaha.
3. Luas keseluruhan paling sedikit 200 m2 (dua ratus meter persegi)
Jadi Kegiatan Membangun Sendiri akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) apabila memenuhi definisi dan kriteria sebagaimana yang dijelaskan tersebut.9
9
22
2.4.2 Tarif dan Dasar Pengenaan PPN atas KMS Tarif dan dasar Pengenaan Pajak meliputi ;
a. kegiatan membangun sendiri dikenakan PPN sebesar 10 % (sepuluh persen)
dari Dasar Pengenaan Pajak.
b. dasar Pengenaan Pajak atas kegiatan membangun sendiri adalah 40% (empat
puluh persen) dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan atau dibayarkan untuk membangun bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah.
c. termasuk dalam pengertian jumlah biaya yang dikeluarkan dan atau dibayarkan
untuk membangun sendiri adalah juga jumlah PPN yang dibayar atas perolehan bahan dan jasa untuk kegiatan membangun sendiri tersebut.
Dasar Pengenaan Pajak atas perhitungan PPN Kegiatan Membangun Sendiri diatas
hanyalah pembelian bahan baku material bangunan dan biaya upah pekerja dalam rangka pembangunan rumah tersebut, hal ini sesuai dengan Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 3 ayat 2 yang menyebutkan
bahwa “Dasar Pengenaan Pajak atas kegiatan membangun sendiri adalah 20% (dua
puluh persen) dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah”
2.4.3 Saat dan Tempat Pajak serta Penyetoran dan Pelaporan PPN atas KMS
1. Saat dan Tempat Pajak
23
b. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara bertahap dianggap
merupakan satu kesatuan kegiatan sepanjang tenggang waktu antara tahapan-tahapan tersebut tidak lebih dari 2 (dua) tahun.
c. Tempat pajak terutang atas kegiatan membangun sendiri adalah di tempat bangunan tersebut didirikan.
2. Penyetoran Dan Pelaporan
a. PPN yang terutang sebesar 10% x 40% dari seluruh biaya yang dikeluarkan dan atau dibayarkan pada setiap bulannya, harus disetorkan seluruhnya dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atas nama orang pribadi
atau badan yang melaksanakan kegiatan membangun sendiri ke Kantor Pos atau Bank Persepsi paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah
berakhirnya masa pajak.
b. Dalam hal kegiatan membangun sendiri dilakukan oleh PKP, PPN yang tercantum dalam SSP tersebut tidak dapat dikreditkan dengan Pajak
Keluaran, karena pembayaran PPN tersebut merupakan pembayaran PPN untuk kegiatan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan PKP yang
bersangkutan.
c. Orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri wajib melaporkan pada KPP di tempat bangunan tersebut berada dengan
mempergunakan SSP lembar ketiga bukti setoran PPN paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
24
2.4.4 Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam Penyetoran PPN atas KMS Mengacu pada Peraturan Mentri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 5,7, dan 8 terdapat hal yang harus diperhatikan dalam penyetoran PPN atas Kegiatan
Membangun Sendiri yaitu :10
1. Dalam hal tempat bangunan yang didirikan berada di wilayah kerja Kantor
Pelayanan Pajak Pertama tempat orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri terdaftar, kolom NPWP yang tercantum pada Surat Setoran Pajak diisi dengan NPWP orang pribadi atau badan tersebut.
2. Dalam hal tempat bangunan didirikan berada di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang berbeda dengan Kantor Pelayanan Pajak tempat
orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri terdaftar, Surat Setoran Pajak diisi dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Kolom NPWP diisi dengan :
1) Angka 0 (nol) pada 9 (Sembilan) digit pertama;
2) Angka kode Kantor Pelayanan Pajak Pertama yang wilayah kerjanya meliputi tempat bangunan tersebut didirikan pada 3 (tiga) digit
berikutnya;
3) Angka 0 (nol) pada 3 (tiga) digit terakhir.
10
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Masalah
Untuk membahas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dalam Kegiatan Membangun
Sendiri (KMS) di Kota Bandar Lampung, maka cara pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dalam dua cara yaitu:
3.1.1 Pendekatan Normatif
Pendekatan normatif dilakukan dengan cara mengkaji dan menelaah, mengutip dan mempelajari ketentuan atau peraturan – peraturan perundang – undangan dan literatur yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang diteliti.
3.1.2 Pendekatan Empiris
Pendekatan Empiris yaitu pendekatan masalah melalui penelitian lapangan untuk mengetahui secara langsung bagaimana penerapan perundang-undangan yang
mengatur tentang Pajak Pertambahan Nilai dalam Kegiatan Membangun Sendiri di Kota Bandar Lampung berdasarkan fakta yang ada.
3.2 Sumber Data
26
3.2.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan mengadakan studi lapangan dengan melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang mengetahui
mengenai persoalan yang sedang diteliti yaitu, pihak-pihak yang berwenang dalam Pajak Pertambahan Nilai dalam Kegiatan Membangun Sendiri.
3.2.2 Data Sekunder
data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka terhadap bahan hukum yang terdiri :
1. Bahan Hukum Primer
Yaitu hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat seperti peraturan perundang-undangan dan peraturan-peraturan lainnya, antara lain :
a. Undang-undang No. 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
b. Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-undang No. 8 tahun 1983.
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 tentang Batasan dan
Tata Cara Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri.
d. Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai Pasal 16 c
2. Bahan Hukum Sekunder
Yaitu bahan hukum yang bersumber dari buku-buku hukum dan tulisan-tulisan hukum lainnya. Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer yang
27
sekunder yang bersumber dari buku-buku ilmu hukum dan tulisan–tulisan
hukum lainnya.Sedangkan data primer adalah data yang diperoleh dari penelitian lapangan yang bersumber dari hasil wawancara dengan responden
yang terlibat langsung atau berhungan dengan pembahasan dan penelitian ini. Selain itu terdapat pula data tersier yang berupa bahan-bahan hukum sekunder
seperti kamus hukum dan kamus bahasa.
2. Bahan Hukum Tersier
Yaitu bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan bahan buku sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum
lainya.Bahan hukum yang di perlukan oleh penulis adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum. Dalam hal ini buku-buku serta
situs-situs yang ada di internet.
3.3 Prosedur Pengumpulan Data dan Prosedur Pengolahan Data 3.3.1 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang diperlukan untuk membantu dalam proses penelitian,
maka penelitian menggunakan dua macam pengumpulan data yaitu :
1. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara
membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai literatur yang ada hubungannya dengan materi penelitian, berupa buku-buku, peraturan
28
2. Studi Lapangan
Studi Lapangan adalah data primer yang di dapat yaitu dengan cara wawancara dengan Tanya jawab langsung kepada informa yang ada di Kantor Pelayanan
Pajak ( KPP ) Pertama Teluk Betung.
3.3.2 Prosedur Pengolahan Data
Setelah data yang diperlukan untuk proses penelitian didapat maka dilakukan
langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut : 1. Identifikasi
Identifikasi data yaitu mencari dan menetapkan data yang berhubungan dengan
Pajak Pertambahan Nilai dalam Kegiaan Membangun Sendiri di Kota Bandar Lampung.
2. Editing
Editing yaitu meneliti kembali data yang diperoleh dari keterangan para responden maupun dari kepustakaan, hal ini perlu untuk mengetahui apakah
data tersebut sudah cukup dan dapat dilakukan untuk proses selanjutnya. Semua data yang diperoleh kemudian disesuaikan dengan permasalahan yang
ada dalam penulisan ini, editing dilakukan pada data yang sudah terkumpul diseleksi dan diambil data yang diperlukan.
3. Klasifikasi Data
Klasifikasi data yaitu menyusun data yang diperoleh menurut kelompok yang
29
Sistematisasi data yaitu penyusunan data secara teratur sehingga dalam data
tersebut dapat dianalisa menurut susunan yang benar dan tepat.
3.4 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara analisis deskriptif kualitatif, yiatu dengan cara
menguraikan secara terperinci hasil penelitian dalam bentuk kalimat–kalimat sehingga di peroleh gambaran yang jelas dari jawaban permasalahan yang di bahas
dan kesimpulan atas permasalahan tersebut. Penarikan kesimpulan dari analisis menggunakan cara berfikir deduktif, yaitu cara berfikir dalam menarik kesimpulan dari hal–hal yang umum menuju hal-hal yang khusus merupakan jawaban dari