i
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN BERBANTU
GUIDED NOTE TAKING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN
HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SMP
Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
oleh
Marfungah Ichmawati 4201411125
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO:
1. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh
jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS.Al-Baqarah: 216)
2. “Aku memang cuma punya dua tangan ketika ingin berbuat kebaikan, tapi
Allah Yang Mahakaya akan mengirimkan jutaan tangan untuk membantuku”
(Saptuari Sugiharto)
PERSEMBAHAN:
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Ibu Rasikem dan Bapak Achmad Muhadi tercinta,
terimakasih atas semua do‟a, pengorbanan dan kasih
sayang yang tiada akhir
2. Mas Rusiwan, mba Sarinah, mba Sartinah, mba Suwarni, mba Sumirah, mba Suryati, dan mba Sobing terimakasih atas do‟a, motivasi dan semangat yang selalu diberikan 3. Keluarga perantauanku Lilik, Ayu, Dhyta, Ika, Ellen, mba
Resi, mba Tika, Lastri, Detha, Heny, Zuni, Syifa, Septi, Imas, Wike, teman-teman dekatku, kos Astagfirullah terimakasih atas persahabatan, perhatian, dan semangat yang kalian berikan
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Model Pembelajaran Time Token Berbantu Guided Note Taking
untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Kognitif Siswa SMP” sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.
Pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang
2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin
untuk melaksanakan penelitian.
3. Ketua Jurusan Fisika yang telah memberikan kelancaran dalam penyusunan skripsi.
4. Prof. Drs. Nathan Hindarto, Ph.D., Dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat dan motivasi dalam persiapan penelitian, penelitian, maupun dalam penulisan skripsi ini.
5. Prof. Dr. Susilo, M.S., Dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat dan motivasi dalam persiapan penelitian, penelitian, maupun dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen Fisika FMIPA yang telah membagi ilmu dan
vi
7. Drs. Al Bekti Wisnu Tomo, MM., Kepala SMP Negeri 29 Semarang yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 29 Semarang.
8. Gregorius Suyanto, S.Pd., Guru IPA SMP Negeri 29 Semarang yang telah berkenan membantu dan bekerjasama dalam penelitian.
9. Siswa-siswi kelas VII E, VII F, dan VIII E SMP Negeri 29 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015 atas partisipasinya menjadi subjek penelitian.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis selama penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya, lembaga, masyarakat dan pembaca pada umumnya.
vii ABSTRAK
Ichmawati, Marfungah. 2015. Implementasi Model Pembelajaran Time Token Berbantu Guided Note Taking untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Kognitif Siswa SMP. Skripsi. Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Prof. Drs. Nathan Hindarto, Ph.D dan Prof. Dr. Susilo, M.S.
viii ABSTRACT
Ichmawati, Marfungah. 2015. Implementation Time Token Learning Models Assisted Guided Note Taking to Improve Activity and Cognitive Learning Achievement of Junior High School Students. Scripts. Department of Physics Faculty of Mathematic and Natural Science Universitas Negeri Semarang. Prof. Drs. Nathan Hindarto, Ph.D and Prof. Dr. Susilo, M.S. Keywords: activeness, cognitive learning achievement, guided note taking, time token
ix DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul . ... i
Pernyataan Keaslian Tulisan ... ii
Pengesahan ... iii
Motto dan Persembahan ... iv
Kata Pengantar ... v
Abstrak ... vii
Daftar Isi ... ix
Daftar Tabel ... xiii
Daftar Gambar ... xiv
Daftar Lampiran ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Batasan Masalah ... 6
1.6 Penegasan Istilah ... 6
1.7 Sistematika Penulisan Skripsi ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif ... 9
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token ... 12
2.3 Guided Note Taking ... 15
2.4 Aktivitas ... 18
2.5 Hasil Belajar Kognitif ... 20
2.6 Tinjauan Materi Gerak ... 23
x
Halaman
2.6.2 Kelajuan dan Kecepatan ... 24
2.6.3 Gerak Lurus ... 25
2.6.4 Gerak Lurus dalam Kehidupan Sehari-hari ... 30
2.7 Kerangka Berpikir ... 31
2.8 Hipotesis ... 33
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 35
3.2 Penentuan Subyek Penelitian ... 35
3.2.1 Populasi ... 35
3.2.2 Sampel ... 36
3.3 Variabel Penelitian ... 36
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 36
3.5 Prosedur Penelitian ... 37
3.6 Instrumen Penelitian ... 39
3.6.1 Tahap Persiapan Uji Coba ... 39
3.6.2 Tahap Pelaksanaan Uji Coba ... 40
3.6.2.1 Validitas ... 40
3.6.2.2 Daya Pembeda Soal ... 40
3.6.2.3 Tingkat Kesukaran ... 43
3.6.2.4 Uji Reliabilitas Soal ... 44
3.7 Teknik Analisis Data ... 45
3.7.1 Analisis Data Awal ... 45
3.7.1.1 Uji Homogenitas ... 46
3.7.1.2 Uji Normalitas ... 46
3.7.2 Analisis Data Akhir ... 47
3.7.2.1 Uji Normalitas ... 47
3.7.2.2 Analisis Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa ... 48
3.7.2.3 Uji Peningkatan N-Gain ... 49
xi
Halaman
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ... 51
4.1.1 Analisis Data Hasil Uji Coba Soal ... 51
4.1.1.1 Validitas ... 51
4.1.1.2 Reliabilitas Soal ... 52
4.1.1.3 Tingkat Kesukaran ... 52
4.1.1.4 Daya Beda ... 53
4.1.1.5 Penentuan Instrumen ... 54
4.1.2 Analisis Tahap Awal ... 54
4.1.2.1 Uji Normalitas Awal ... 55
4.1.2.2 Uji Homogenitas ... 55
4.1.3 Analisis Tahap Akhir ... 55
4.1.3.1 Uji Normalitas ... 56
4.1.3.2 Analisis Hasil Belajar Siswa ... 56
4.1.3.3 Analisis Keaktifan Siswa ... 57
4.1.3.4 Analisis Uji Peningkatan ... 59
4.1.3.5 Analisis Data Angket ... 59
4.2 Pembahasan ... 60
4.2.1 Pelaksanaan Model Pembelajaran Time Token berbantu Guided Note Taking ... 61
4.2.2 Keaktifan Siswa ... 63
4.2.3 Hasil Belajar Kognitif ... 67
4.2.4 Angket Tanggapan Siswa ... 70
4.2.5 Kelemahan dalam Penelitian ... 72
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 74
xii
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif ... 11
4.1 Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba ... 52
4.2 Hasil Analisis Reabilitas Soal Uji Coba ... 52
4.3 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba ... 53
4.4 Hasil Analisis Daya Beda Soal Uji Coba ... 53
4.5 Penentuan Instrumen ... 54
4.6 Data Awal Sampel ... 55
4.7 Hasil Analisis Uji Normalitas ... 56
4.8 Data Nilai Pretest-Postest Kelas Eksperimen ... 56
4.9 Rata-rata Nilai Keaktifan Siswa Tiap Aspek ... 57
4.10 Keaktifan Siswa Tiap Pertemuan ... 58
4.11 Hasil Analisis Uji Gain ... 59
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Lintasan yang ditempuh Adi ... 24
2.2 Contoh hasil percobaan pada ticker timer untuk menyelidiki gerak lurus beraturan ... 27
2.3a Grafik hubungan antara jarak dengan waktu pada GLB ... 27
2.3b Grafik hubungan antara kecepatan dengan waktu pada GLB ... 27
2.4 Hasil ketikan ticker timer untuk GLBB dipercepat ... 29
2.5a Grafik hubungan antara jarak dengan waktu pada GLBB dipercepat .... 29
2.5b Grafik hubungan antara kecepatan dengan waktu pada GLBB dipercepat ... 29
2.5c Grafik hubungan antara percepatan dengan waktu pada GLBB dipercepat ... 29
2.6 Hasil ketikan ticker timer untuk GLBB diperlambat ... 30
2.7a Grafik hubungan antara jarak dengan waktu pada GLBB diperlambat ... 30
2.7b Grafik hubungan antara kecepatan dengan waktu pada GLBB diperlambat ... 30
2.7c Grafik hubungan antara percepatan dengan waktu pada GLBB diperlambat ... 30
2.8 Kerangka berpikir implementasi model pembelajaran time token berbantu guided note taking ... 33
4.1 Grafik rata-rata nilai keaktifan siswa tiap aspek ... 57
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Silabus ... 78
2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 85
3 Lembar Diskusi Siswa Gerak ... 107
4 Lembar Diskusi Siswa Gerak Lurus Beraturan ... 109
5 Lembar Kegiata Siswa Gerak Lurus Berubah Beraturan ... 111
6 Data Nilai Ujian Akhir Semester Gasal Kelas VII E, VII F ... 114
7 Uji Normalitas Kelas Sampel ... 115
8 Uji Homogenitas Sampel ... 116
9 Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 117
10 Soal Uji Coba ... 119
11 Kunci Jawaban Soal Uji Coba ... 125
12 Hasil Analisis Uji Coba ... 127
13 Uji Reliabilitas ... 133
14 Kisi-kisi Soal Pretest ... 135
15 Soal Pretest ... 137
16 Kunci Jawaban Soal Pretest ... 142
17 Kisi-kisi Soal Posttest ... 144
18 Soal Posttest ... 146
19 Kunci Jawaban Soal Posttest ... 151
20 Data Nilai Pretest dan Posttest ... 153
21 Uji Normalitas Data Pretest ... 155
22 Uji Normalitas Data Posttest ... 156
23 Rubrik Penilaian Aktivitas Siswa ... 157
24 Analisis Aktivitas Siswa ... 159
25 Uji Gain Hasil Belajar Kognitif ... 169
26 Uji Gain Keaktifan Siswa ... 170
27 Lembar Angket Tanggapan Siswa ... 172
xvi
Lampiran Halaman
29 Lembar Guided Note Taking ... 175
30 Kartu Berbicara Time Token ... 195
31 SK Skripsi ... 196
32 Surat Ijin Observasi ... 197
33 Surat Ijin Penelitian ... 198
34 Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 199
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak berupa perubahan pendekatan dalam pengajaran. Pengajaran baru lebih menitik beratkan penggunaan metode yang lebih banyak memberikan peluang bagi siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar (Hamalik, 20014: 12). Guru berperan sebagai pengelola dan fasilitator dalam proses belajar mengajar agar kemampuan siswa dapat berkembang secara maksimal dan tujuan pembelajaran tercapai.
Metode diskusi dan presentasi sering dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran IPA di SMP Negeri 29 Semarang. Teknik diskusi memproses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah sehingga semua aktif dan tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja (Roestiyah, 2012: 5). Berdasarkan hasil observasi dan data dari angket kuesioner pembelajaran IPA diperoleh data bahwa tidak semua anak aktif dalam kegiatan diskusi selama pembelajaran, hanya anak tertentu yang ikut aktif. Anak tidak ikut aktif karena mengandalkan teman satu kelompoknya, atau sibuk berbicara dengan temannya.
tertentu yang aktif. Masih ada kesenjangan antara siswa yang sangat aktif sehingga mendominasi pembelajaran dan siswa yang diam sama sekali.
Kegiatan pembelajaran di kelas masih membuat siswa mencatat materi yang disampaikan. Mencatat dapat meningkatkan daya ingat sebab pikiran manusia tidak dapat menyimpan segala sesuatu yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan (Hamid, 2011: 159). Sebagian besar siswa suka mencatat karena membantu siswa mengingat pelajaran, namun kegiatan mencatat membutuhkan waktu yang lama sehingga pembelajaran kurang efektif dan efisien. Terbukti dengan kurangnya waktu untuk menyelesaikan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang ada. Aktivitas belajar mengajar tidak terlepas dari kemampuan kognitif siswa. Kemampuan siswa dalam menguasai materi bisa terlihat dari hasil belajar kognitif. Hasil belajar kognitif siswa di SMP Negeri 29 Semarang masih belum memuaskan yang ditunjukkan dengan masih banyaknya anak yang mendapat nilai di bawah KKM saat ulangan harian maupun ulangan tengah semester.
3
gender, karakter), dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi (Suyanto, 2009: 51).
Pada model kooperatif tipe Time Token setiap siswa diberi sejumlah „kupon berbicara” dimana seluruh kupon itu harus digunakan. Model ini digunakan untuk
melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Jadi selain berdiskusi untuk memahami konsep metode ini secara tidak langsung dapat mendorong seluruh siswa untuk aktif dalam pembelajaran sehingga tidak ditemukan lagi kesenjangan antara siswa yang sangat aktif dan siswa yang kurang aktif.
Metode pembelajaran Guided Note Taking atau catatan terbimbing yaitu salah satu metode pendukung dari pengembangan metode pembelajaran kooperatif. Pada metode Guided Note Taking guru menyiapkan sebuah handout atau skema yang digunakan selama proses belajar mengajar berlangsung. Metode Guided Note Taking diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dan membantu dalam mencatat materi yang disampaikan guru selama proses pembelajaran.
Penelitian Arini, dkk tentang pembuatan catatan terbimbing (Guided Note-Taking) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa menghasilkan data bahwa penerapan Guided Note Taking dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan tata nama senyawa SMA N 2 Siak Hulu pada semester 1 tahun pelajaran 2010/2011.
Penggabungan antara model pembelajaran kooperatif tipe Time Token dan Guided Note Taking diharapkan dapat menjadi suatu model yang efektif untuk meningkatkan keaktifan siswa baik aktivitas visual, lisan, mendengarkan, gerak, maupun menulis. Keaktifan siswa yang meningkat diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dan penjelasan di atas mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Time Token Berbantu
Guided Note Taking untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Kognitif Siswa SMP”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijabarkan, maka rumusan masalah penelitian adalah:
5
1.3
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan beberapa masalah yang telah dipaparkan maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis implementasi model pembelajaran Time Token berbantu Guided Note Taking dalam meningkatkan keaktifan siswa SMP dalam pembelajaran IPA.
2. Menganalisis implementasi model pembelajaran Time Token berbantu Guided
Note Taking dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa SMP.
1.4
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Siswa
a. Mendorong siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran fisika b. Meningkatkan hasil belajar kognitif siswa
c. Memberikan pengalaman belajar yang menarik pada siswa 2. Bagi Guru
Memberikan inovasi pembelajaran baru yang dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar kognitif siswa
3. Bagi Sekolah
a. Memberikan informasi sebagai rujukan dalam melakukan pengembangan atau menentukan kebijakan dalam memajukan dunia pendidikan
4. Bagi Mahasiswa
a. Dapat digunakan sebagai referensi, acuan, masukan, dan bahan
pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya
b. Dapat memperoleh pengalaman melakukan analisis dan pengembangan
strategi dalam proses pembelajaran
1.5
Batasan Masalah
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap permasalahan dalam penelitian ini perlu diperhatikan batasan-batasan masalah sebagai berikut:
1. Penelitian terbatas pada siswa kelas VII SMP Negeri 29 Semarang. 2. Penelitian terbatas pada materi gerak kelas VII SMP.
3. Dalam penelitian keaktifan yang diteliti adalah bertanya, berpendapat, mencatat, berdiskusi, dan presentasi.
1.6
Penegasan Istilah
Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran mengenai sejumlah istilah yang ada pada penelitian ini, maka peneliti perlu menjelaskan istilah-istilah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Time Token
7
2. Guided Note Taking
Guided Note Taking (catatan terbimbing) adalah metode pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk membangun stock of knowledge peserta didik agar metode ceramah yang dibawakan guru mendapat perhatian siswa. Catatan terbimbing berupa handout dari materi ajar yang disampaikan dengan mengosongi sebagian poin-poin yang penting sehingga terdapat bagian-bagian yang kosong dalam handout tersebut.
3. Hasil Belajar Kognitif
Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja (Sudjono, 2010: 6). Ranah kognitif menitik beratkan pada proses intelektual. Menurut Bloom, hasil belajar yang mencakup kemampuan kognitif adalah pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), menerapkan (application), analisa, sintesa, dan evaluasi (Jihad & Haris, 2013: 16-17).
4. Keaktifan
1.7
Sistematika Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi ini secara garis besar terdiri dari tiga bagian yaitu: 1. Bagian awal
Bagian awal skripsi terdiri dari halaman judul, persetujuan bimbingan, pengesahan kelulusan, pernyataan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.
2. Bagian isi
Bagian isi skripsi terdiri dari hal-hal berikut ini:
a. Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.
b. Bab II Landasan Teori. Landasan teori berisi teori-teori yang mendasari
penelitian, kerangka berpikir, dan hipotesis.
c. Bab III Metode Penelitian. Bab ini berisi tentang desain penelitian, subyek penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data, prosedur penelitian, instrumen penelitian, dan analisis data awal.
d. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini berisi tentang hasil
yang diperoleh dalam penelitian dan pembahasannya.
e. Bab V Penutup. Bab ini berisi simpulan dan saran dari penelitian. 3. Bagian Akhir
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Model Pembelajaran Kooperatif
Persaingan antar siswa sering terjadi dalam kelas. Persaingan dapat memberikan pengaruh yang merusak namun jika diatur dengan baik maka persaingan di antara para pesaing yang sesuai dapat menjadi sarana yang baik untuk memotivasi orang melakukan yang terbaik.
Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mengatasi masalah persaingan dalam kelas. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran (Slavin, 2010: 4). Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar (Huda, 2013: 32). Model Pembelajaran kooperatif merupakan model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda (Amri & Ahmadi, 2010: 67). Dari beberapa definisi dan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) adalah salah satu model pembelajaran yang membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda untuk bekerja sama memahami materi yang diajarkan.
kooperatif dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting yaitu prestasi akademis, toleransi terhadap keanekaragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Arends, 2008: 5).
Tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Terdapat lima unsur dalam pembelajaran kooperatif yaitu:
1. Saling ketergantungan positif (Positive interpendence))
Unsur ini menunjukkan dalam pembelajaran kooperatif terdapat dua tanggung jawab dalam kelompok. Pertama mempelajari bahan yang ditugaskan dalam kelompok, kedua memastikan bahwa semua angota kelompok mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
2. Tanggung jawab perseorangan (Personal responsibility)
Setelah mengikuti belajar kelompok setiap siswa harus dapat meneyelesaikan masalah yang sama.
3. Interaksi promotif (Face to face promotive interaction)
Interaksi promotif penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Dapat tercapai jika siswa mampu saling membantu secara efektif, saling memberi informasi, memproses informasi, merumuskan, dan mengembangkan argumen secara bersama-sama untuk menyelesaikan masalah, serta saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.
4. Komunikasi antar anggota (Interpersonal skill)
11
5. Pemrosesan kelompok (Group processing)
Pemrosesan kelompok dapat mengidentifikasi tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan anggota kelompok. Terdapat dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan (Huda, 2010: 58-61).
Menurut Suprijono (2012: 65) sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Perilaku Guru
Fase 1: Present goal and set
Menyampaikan tujuan dan memersiapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik agar siap belajar
Fase 2: Present information Menyajikan informasi
Mepresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal atau dengan teks
Fase 3: Organze students into learning teams
Mengorganisir peserta didik kedalam tim-tim belajar
Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien
Fase 4: Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya Fase 5: Test of the materials
Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran
atau setiap kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6: Provide recognition
Memberikan pengakuan atau penghargaan
2.2
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Time Token
Proses pembelajaran yang demokratis adalah proses pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek. Menurut Arends sebagaimana dikutip oleh Huda (2014: 239), strategi pembelajaran time token merupakan salah satu contoh kecil dari penerapan pembelajaran demokratis di sekolah. Dalam pembelajaran demokratis yang menjadi titik perhatian utama selama proses belajar adalah aktivitas siswa. Dengan kata lain siswa selalu dilibatkan dalam kegiatan belajar secara aktif sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan mengajak siswa untuk mencari solusi secara bersama-sama pada setiap permasalahan yang ditemui dalam pembelajaran.
Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif ditandai oleh proses yang demokratis dan peran aktif siswa. Salah satu tujuan penting dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan keterampilan sosial dan kolaborasi kepada siswa. Time token adalah contoh struktur untuk mengajarkan keterampilan sosial. Time token adalah kegiatan khusus yang mengajarkan partisipasi. Bila ada kelompok dalam pembelajaran kooperatif dengan beberapa orang mendominasi pembicaraan dan beberapa orang pemalu dan tidak pernah mengatakan apa-apa, time token dapat membantu mendistribusikan partisipasi dengan lebih merata (Arends, 2008: 15). Model time token digunakan Arends tahun 1998 untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali (Ngalimun, 2014: 178).
13
mengembangkan keterampilan sosial agar tidak ada siswa yang mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali (Suyatno, 2009: 76). Guru memberikan sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada setiap siswa. Satu kupon digunakan untuk satu kesempatan berbicara. Sebelum berbicara siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu kepada guru. Siswa yang sudah berbicara dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh berbicara lagi sedangkan siswa yang masih memegang kupon harus berbicara sampai semua kuponnya habis.
Pendekatan pembelajaran diperlukan agar siswa dapat belajar secara efektif. Model pembelajaran time token merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang berbasis komunikasi (Huda, 2014: 215). Pembelajaran berbasis komunikasi memungkinkan siswa untuk mampu membaca dan menulis dengan baik, belajar dengan orang lain, menggunakan suatu media, dapat menerima informasi, serta menyampaikan informasi.
Sintak dari model pembelajaran Time Token adalah sebagai berikut: 1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar.
2. Guru mengondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 siswa.
3. Guru memberi tugas pada masing-masing kelompok.
4. Guru memberi lima kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa.
Siswa dapat tampil lagi setelah bergantian dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh berbicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus berbicara sampai kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga semua anak berbicara.
6. Guru memberikan nilai dalam pembelajaran (Huda, 2014: 240). Model Time Token memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut: 1. Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasi.
2. Menghindari dominasi siswa yang pandai berbicara atau yang tidak berbicara sama sekali.
3. Membantu siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.
4. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara). 5. Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat.
6. Menunbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi, memberikan masukan, dan memiliki sikap keterbukaan terhadap kritik . 7. Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
8. Mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang dihadapi.
9. Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.
Model Time Token juga memiliki beberapa kekurangan sebagai berikut: 1. Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja.
15
3. Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dalam pembelajaran karena semua siswa harus berbicara satu persatu sesuai jumlah kupon yang dimilikinya.
4. Kecenderungan untuk sedikit menekan siswa yang pasif dan membiarkan
siswa yang aktif untuk tidak berpartisipasi lebih banyak di kelas. (Huda, 2014: 241).
2.3
Guided Note Taking
Mencatat merupakan salah satu aktivitas belajar. Mencatat dapat meningkatkan daya ingat siswa. Catatan yang baik dan efektif akan membantu mengingat poin kunci secara detail, memahami konsep-konsep utama, dan melihat kaitannya (Hamid, 2011: 160).
Guided Note Taking merupakan salah satu metode pendukung dari pengembangan metode pembelajaran kooperatif. Metode catatan terbimbing adalah metode pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk membangun stock of knowledge siswa. Metode ini dikembangkan agar membantu guru saat menyampaikan materi untuk mendapatkan perhatian dari siswa (Suprijono, 2012: 105).
Jacobs dalam penelitiannya tentang “A Comparison of Two Note Taking
Methods in Secondary English Clasroom” membandingkan dua metode catatan
pembelajaran di kelas yang terlihat dari peningkatan nilai pretest dan posttest karena siswa dapat belajar informasi baru yang semakin mudah dipahami.
Penelitian berjudul “Implementing Guided Note Taking To Improve Student
Learning Of Energy Saving Construction Techniques” yang dilakukan oleh
LoPiccolo menghasilkan data bahwa kelompok yang menggunakan guided notes daya ingatnya meningkat rata-rata 25,71 % lebih besar dibandingkan kelompok dimana siswa membuat catatan sendiri.
Metode Guided Note Taking mengharuskan guru menyiapkan suatu bagan, skema atau yang lain untuk membantu peserta didik dalam membuat catatan ketika guru menyampaikan materi pelajaran. Ada banyak bentuk atau pola yang dapat dibuat untuk strategi guided note taking, salah satunya dan yang paling sederhana adalah mengisi titik-titik (Zaini, Munthe, & Aryani, 2008: 32).
17
Bagian yang dikosongkan pada handout akan mendorong siswa mencatat selagi guru mengajar. Poin-poin penting yang dikosongkan pada teknik catatan terbimbing akan mendorong peserta didik lebih besar daripada jika handout pengajar yang lengkap diberikan (Silberman, 2007: 108).
Menurut Mutaqien (2009) metode pembelajaran guided note taking memiliki kelebihan yaitu sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran ini cocok untuk kelas besar dan kecil.
2. Metode pembelajaran ini dapat digunakan sebelum, selama berlangsung, atau sesuai kegiatan pembelajaran.
3. Metode pembelajaran ini cukup berguna untuk materi pengantar.
4. Metode pembelajaran ini sangat cocok untuk materi-materi yang mengandung fakta-fakta, sila-sila, rukun-rukun atau prinsip-prinsip dan definisi-definisi. 5. Metode pembelajaran ini mudah digunakan ketika peserta didik harus
mempelajari materi yang bersifat menguji pengetahuan kognitif.
6. Metode pembelajaran ini cocok untuk memulai pembelajaran sehingga peserta didik akan terfokus perhatiannya pada istilah dan konsep yang akan dikembangkan dan yang berhubungan dengan mata pelajaran untuk kemudian dikembangkan menjadi konsep atau bagan pemikiran yang lebih ringkas. 7. Metode pembelajaran ini dapat digunakan beberapa kali untuk merangkum
bab-bab yang berbeda.
9. Metode pembelajaran ini dapat dimanfaatkan untuk menilai kecenderungan seseorang terhadap suatu informasi tertentu.
10. Metode pembelajaran ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif, karena memberikan kesempatan mengembangkan diri, fokus pada handout dan materi ceramah serta diharapkan mampu memecahkan masalah sendiri dengan menemukan (discovery) dan bekerja sendiri.
Selain itu juga memiliki kelemahan yaitu sebagai berikut:
1. Jika guided note taking digunakan sebagai metode pembelajaran pada setiap materi pelajaran, maka guru akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2. Kadang-kadang sulit dalam pelaksanaan karena guru harus mempersiapkan handout atau perencanaan terlebih dahulu, dengan memilah bagian atau materi mana yang harus dikosongkan dan pertimbangan kesesuaian materi dengan kesiapan siswa untuk belajar dengan metode pembelajaran tersebut.
3. Guru-guru yang sudah terlanjur menggunakan metode pembelajaran lama sulit beradaptasi pada metode pembelajaran baru.
4. Menuntut para guru untuk lebih menguasai materi lebih luas lagi dari standar yang telah ditetapkan.
2.4
Aktivitas
19
yang aktif, maka ia akan memiliki ilmu atau pengetahuan yang dipelajarinya dengan baik (Slameto, 2010: 36). Penerimaan pelajaran yang melibatkan aktivitas siswa sendiri akan memberi kesan yang tidak cepat berlalu, tetapi dipikirkan, diolah, kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda.
Rasdi dan Maman (20002: 9) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan pendidikan, seorang guru harus mampu untuk beralih dari pembelajaran instruksional. Peran guru dalam pembelajaran istruksional yaitu guru memiliki tugas dalam menciptakan, memperbaiki, dan memelihara sistem atau organisasi kelas sehingga individu dalam memanfaatkan kemampuan, bakat, dan energinya pada tugas-tugas individual menuju pembelajaran yang bersifat transaksional, yaitu pendidikan yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam pembelajaran. Raka Joni (1990) dalam C. Asri Budiningsih (2005: 55) mengatakan bahwa studen aktive learning yang didalamnya menempatkan siswa sebagai pusat pelaksanaan pembelajaran merupakan landasan yang kokoh dalam mewujudkan manusia dengan karakteristik di masa depan.
Aktivitas belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai hasil belajar yang lebih maksimal. Dimyati & Mudjiono (2009: 51) menyatakan bahwa aktivitas belajar meliputi aktivitas fisik, mental, dan emosional. Aktivitas fisik meliputi membaca, mendengarkan, menulis, memperagakan, dan mengukur. Aktifitas mental meliputi mengingat kembali isi pelajaran pertemuan sebelumnya, menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah yang dihadapi, menyimpulkan hasil percobaan, mengambil keputusan, percaya diri. Aktivitas emosional meliputi menaruh minat, berani, gembira, gugup, tenang, dan lain-lain.
Aktivitas belajar banyak macamnya. Paul D. Dierich sebagaimana dikutip oleh Hamalik (2014: 90-91) membagi aktivitas belajar menjadi 8 kelompok, sebagai berikut: (a) aktivitas visual, (b) aktivitas lisan, (c) aktivitas mendengarkan, (d) aktivitas menulis, (e) aktivitas menggambar, (f) aktivitas motorik, (g) aktivitas mental, dan (h) aktivitas emosional.
Aktivitas dalam penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Paul D. Dierich yang dikutip oleh Hamalik (2014: 90-91) tetapi disesuaikan dengan penerapan model pembelajaran Time Token berbantu Guided Note Taking. Aktivitas siswa yang diukur selama pembelajaran terdiri dari aktivitas bertanya, mengemukakan pendapat, menulis, berdiskusi, dan presentasi.
2.5
Hasil Belajar Kognitif
21
ketercapaian setiap kemampuan dasar baik kognitif, afektif, maupun psikomotor, yang diperoleh siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu (Jihad & Haris, 2013: 64).
Menurut Bloom hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif menitik beratkan pada proses intelektual. Bloom mengemukakan domain kognitif sebagai berikut:
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan pengingatan bahan-banah yang telah dipelajari mulai dari fakta, teori, dan informasi yang bermanfaat. Contohnya seperti istilah umum, fakta khusus, metode, prosedur, konsep, dan prinsip.
2. Pemahaman
Pemahaman merupakan jenjang setingkat di atas pengetahuan yang meliputi penerimaan dalam komunikasi secara akurat, menempatkan hasil komunikasi dalam bentuk penyajian yang berbeda, mereorganisasikan secara singkat tanpa merubah pengertian dan dapat mengeksporasikan. Contohnya seperti memahami fakta dan prinsip, menafsirkan bahan lisan, menerjemahkan bahan verbal ke rumus matematika.
3. Penerapan (aplikasi)
4. Analisis (pengkajian)
Analisis dalah kemampuan untuk merinci bahan menjadi bagian-bagian supaya struktur organisasinya mudah dipahami, meliputi identifikasi bagian-bagian, mengenali prinsip-prinsip organisasi. Contoh menyadari asumsi-asumsi, menyadari logika dalam pemikiran, membedakan fakta dan inferensi. 5. Sintesis
Sintesis adalah kemampuan mengkombinasikan bagian-bagian menjadi suatu keseluruhan baru yang menitikberatkan pada tingkah laku kreatif dengan cara memformulasikan pola dan struktur baru. Contohnya menulis cerita, menyusun rencana eksperimen, menggunakan bahan-bahan untuk memecahkan masalah.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah kemampuan untuk mempertimbangkan nilai bahan untuk maksud tertentu berdasarkan kriteria internal dan kriteria eksternal. Contohnya mempertimbangkan konsistensi bahan tertulis, membuat kesimpulan berdasarkan data, menilai suatu pekerjaan berdasarkan kriteria internal atau eksternal (Hamalik, 2014: 80).
23
Soal pengetahuan lebih menuntut peserta didik dalam mengingat sesuatu (hafalan). Soal ranah C2 (pemahaman) menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti materi yang telah diajarkan dan tidak sekedar hafalan. Soal pemahaman menuntut jawaban berupa pernyataan atau contoh dari suatu konsep dengan bahasa sendiri. Soal ranah C3 (penerapan) menuntut peserta didik untuk mengimplementasikan prinsip konsep dalam situasi tertentu dan umumnya belum pernah disampaikan guru di kelas. Soal ranah C4 (analisis) menuntut peserta didik untuk menggunakan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat, dan menemukan hubungan sebab akibat (Kemendikbud, 2014: 48-49).
2.6
Tinjauan Materi Gerak
2.6.1 Gerak
Gerak adalah perubahan posisi atau kedudukan suatu benda terhadap benda lain yang ditetapkan sebagai acuan. Suatu benda dikatakan bergerak jika posisi atau kedudukannya berpindah terhadap suatu acuan. Titik-titik yang dilalui benda ketika bergerak disebut lintasan. Lintasan benda ada yang lurus, berbentuk melingkar, parabola, atau tidak beraturan. Gerak yang lintasannya lurus disebut gerak lurus.
Ketika kamu menaiki bus yang melaju dengan cepat, pohon dan gedung yang ada diluar mobil seolah-olah bergerak mendekatimu. Padahal buslah yang bergerak menjauhi pohon dan gedung yang ada di luar bus tersebut. Gerak pohon dan gedung yang ada diluar bus disebut gerak semu. Jadi gerak semu adalah gerak suatu benda yang tampak seolah-olah bergerak padahal benda tersebut diam.
2.6.2 Kelajuan dan Kecepatan 1. Jarak dan perpindahan
Jarak adalah panjang lintasan yang ditempuh oleh suatu benda tanpa memperhatikan arah. Perpindahan adalah perubahan kedudukan yang diukur dari titik awal sampai titik akhir yang dicapai suatu benda dengan memerhatikan arah geraknya.
[image:40.595.168.322.531.616.2]Misalkan Adi berjalan ke barat dari titik A menuju titik B sejauh 4 km, kemudian Andi berjalan ke timur menuju titik C sejauh 3 km seperti terlihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1: Lintasan Yang Ditempuh Adi
Berarti Adi sudah berjalan menempuh jarak dari A-B-C sejauh 7 km, sedangkan perpindahannya dari titik A ke C sejauh 1 km ke barat.
A B
C
4 km
25
2. Kelajuan
Kelajuan adalah hasil bagi antara jarak yang ditempuh dengan selang waktu yang diperlukan
Keterangan: kelajuan ( ⁄) jarak (m)
selang waktu (sekon)
Kelajuan rata-rata menyatakan jarak total yang ditempuh dibagi waktu total yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tersebut.
3. Kecepatan
Kecepatan adalah hasil bagi antara perpindahan dengan selang waktu yang ditempuh.
⃗
Keterangan:
perpindahan (m) selang waktu (sekon)
Kecepatan suatu benda dapat berubah setiap waktu. Kecepatan rata-rata didefinisikan sebagai hasil bagi antara perpindahan total yang ditempuh benda dengan selang waktu total untuk menempuh perpindahan tersebut.
̅
2.6.3 Gerak Lurus
Gerak lurus adalah gerak yang lintasannya berupa garis lurus.
1. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Benda yang bergerak dengan kecepatan tetap dikatakan melakukan gerak lurus beraturan. Jadi, syarat benda bergerak lurus beraturan apabila gerak benda menempuh lintasan lurus dan kelajuan benda tidak berubah.
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak suatu benda pada lintasan yang lurus di mana pada setiap selang waktu yang sama, benda tersebut menempuh jarak yang sama. Persamaan GLB, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut.
atau
27
kecepatan (m/s) perpindahan (m) waktu (s)
Alat yang digunakan untuk menyelidiki gerak lurus beraturan adalah ticker timer. Jika benda yang melakukan gerak lurus beraturan diselidiki dengan ticker timer akan diperoleh ketikan pada kertas pita seperti pada Gambar 2.2.
arah gerak troli ticker timer
Gambar 2.2: Contoh Hasil Percobaan Pada Ticker Timer Untuk Menyelidiki Gerak Lurus Beraturan
Grafik hubungan antara jara dan waktu serta kecepatan dan waktu pada GLB dapat dilihat pada Gambar 2.3 sebagai berikut.
(a) (b)
Gambar 2.3: Grafik Hubungan Pada GLB: (a) Jarak (s) terhadap Waktu (t), (b) Kecepatan (v) terhadap Waktu (t)
2. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak suatu benda yang menempuh lintasan lurus dengan kecepatan yang mengalami perubahan yang
t (s) v (ms-1)
[image:43.595.171.492.463.598.2]sama setiap sekon. Karena GLBB mengalami perubahan kecepatan, maka pada GLBB terdapat percepatan atau perlambatan.
a. Percepatan
Percepatandidefinisikan sebagai perubahan kecepatan tiap waktu. Perubahan kecepatan adalah selisih antara kecepatan akhir dan kecepatan awal. Secara matematis, persamaan percepatan dapat didefinisikan sebagai berikut.
Keterangan:
percepatan (m/s2)
kecepatan mula-mula (m/s) kecepatan akhir (m/s) waktu (s)
Perpindahan yang dialami oleh benda yang mengalami percepatan adalah: ⁄
Keterangan:
perpindahan (m)
percepatan (m/s2)
kecepatan mula-mula (m/s) waktu (s)
b. Gerak Lurus Berubah Beraturan Dipercepat
29
mengalami percepatan secara teratur atau tetap. Jika dilakukan percobaan menggunakan ticker timer maka benda yang dipercepat akan menghasilkan tanda ketikan yang jaraknya semakin besar dan perubahannya secara teratur seperti terlihat pada Gambar 2.4.
arah gerak troli ticker timer
Gambar 2.4: Hasil Ketikan Ticker Timer untuk GLBB Dipercepat
Grafik hubungan antara kecepatan dengan waktu , grafik hubungan antara jarak dengan waktu , serta grafik hubungan antara percepatan dengan waktu pada gerak lurus berubah beraturan dipercepat dapat dilihat pada Gambar 2.5.
[image:45.595.140.488.421.537.2]
Gambar 2.5: Grafik Hubungan Pada GLBB Dipercepat : (a) , (b) , (c)
c. Gerak Lurus Berubah Beraturan Diperlambat
Gerak lurus berubah beraturan diperlambat adalah gerak lurus yang mengalami pengurangan kecepatan secara tetap. Pada gerak lurus berubah beraturan percepatannya bernilai negatif.
arah gerak troli ticker timer
Gambar 2.6: Hasil Ketikan Ticker Timer untuk GLBB Diperlambat
Grafik hubungan jarak terhadap waktu , grafik hubungan kecepatan terhadap waktu , dan grafik hubungan pelambatan terhadap waktu
pada gerak lurus berubah beraturan diperlambat dapat dilihat pada Gambar 2.7 berikut.
(a) (b) (c)
Gambar 2.7: Grafik GLBB Diperlambat: (a) Jarak terhadap Waktu , (b) Kecepatan terhadap Waktu , (c) Perlambatan terhadap Waktu
2.6.4 Gerak Lurus Dalam Kehidupan Sehari-hari
Gerak lurus dapat kamu temukan dalam perstiwa sehari-hari, baik gerak lurus beraturan (GLB) maupun gerak lurus berubah beraturan (GLBB).
1. Benda yang bergerak lurus beraturan (GLB)
Gerak lurus berubah beraturan (GLB) dalam kenyataannya jarang terjadi dan sulit dilakukan. Dalam hal mengemudi mobil biasanya gerak lurus beraturan hanya berlangsung sesaat. Hal ini sulit bagi pengemudi untuk bergerak lurus dengan kecepatan tetap.
(m)
(s)
(ms-1)
(s)
(ms-2)
[image:46.595.146.523.318.459.2]31
2. Benda yang begerak lurus berubah beraturan (GLBB) a. GLBB dipercepat
1) Gerak benda yang jatuh bebas 2) Gerak mobil yang digas
3) Gerak benda meluncur dari puncak bidang miring 4) Gerak atlet terjun payung dari pesawat terbang b. GLBB diperlambat
1) Gerak benda yang dilempar vertikal ke atas 2) Mobil dikurangi kecepatannya dengan direm 3) Sepeda bergerak menanjak
4) Gerak bola yang menggelinding di atas pasir
2.7
Kerangka Berpikir
Pengajaran saat ini lebih menitik beratkan pada pemberian peluang bagi siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar. Siswa menjadi pusat pada proses pembelajaran (student center) Teknik diskusi yang sering dilakukan dalam pembelajaran fisika di SMP Negeri 29 Semarang belum mampu membuat seluruh siswa aktif dalam kegiatan diskusi. Kegiatan presentasi yang dilakukan setelah diskusi belum mampu merangsang seluruh siswa untuk aktif bertanya, menyampaikan pendapat, ataupun menyanggah sehingga keaktifan siswa dalam kegiatan belajar masih rendah.
Akibatnya hasil belajar kognitif siswa masih belum memuaskan. Banyak siswa yang mendapat nilai dibawah KKM.
Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di sekolah tidak pernah lepas dari kegiatan mencatat. Mencatat dapat meningkatkan daya ingat siswa. Tidak semua siswa mau mencatat. Siswa yang rajin mencatat selalu mencatat semua materi yang disampaikan guru. Hal ini membuat pembelajaran kurang efisien dan membutuhkan waktu lebih lama dalam penyampaian materi.
Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi pembelajaran yaitu dengan model pembelajaran Time Token dan lembar kerja Guided Note Taking. Model pembelajaran Time Token merupakan model pembelajaran yang digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial sehingga seluruh siswa aktif dalam pembelajaran. Lembar kerja Guided Note Taking berisi materi dan latihan soal yang sudah dirancang sedemikian rupa agar memudahkan siswa dalam belajar.
33
3. 4.
5.
6.
7. 8.
Gambar 2.8: Kerangka Berpikir Implementasi Model Pembelajaran Time Token Berbantu Guided Note Taking
2.8
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Model pembelajaran Time Token berbantu Guided Note Taking dapat meningkatkan keaktifan siswa
Teknik diskusi dan presentasi dalam pembelajaran fisika tidak dapat mengaktifkan seluruh siwa
Kegiatan pembelajaran tidak pernah lepas dari kegiatan mencatat yang membuat pembelajaran kurang efisien
guru kurang memahami masalah siswa pada materi yang diajarkan
Pembelajaran kurang efisien, siswa kurang aktif dan hasil belajar kognitif rendah
Model pembelajar Time Token
Model pembelajar Guided Note Taking
Pembelajaran efektif, siswa aktif mencatat
Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran
Model Pembelajaran Time Token berbantu Guided Note Taking
[image:49.595.117.507.108.582.2]2. Model pembelajaran Time Token berbantu Guided Note Taking dapat
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang dikaji yaitu mengenai “Implementasi
Model Pembelajaran Time Token berbantu Guided Note Taking untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Kognitif Siswa” maka penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen menggunakan desain Pre-Experimental Design dengan tipe One-Group Pretest-Posttest Design.
Desain Penelitian
Keadaan Awal Perlakuan Keadaan Akhir
O1 X O2
Keterangan :
O1 = Pemberian pretest pada kelas eksperimen O2 = Pemberian posttest pada kelas eksperimen
X = Pembelajaran menggunakan model pembelajaran Time Token berbantu Guided Note Taking
3.2
Penentuan Subyek Penelitian
3.2.1 PopulasiPopulasi dalam penelitian ini adalah kelas VII SMP Negeri 29 Semarang tahun ajaran 2014/ 2015.
3.2.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian yaitu teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sample yang digunakan dalam penelitian adalah kelas VII E dan kelas VII F SMP Negeri 29 Semarang tahun ajaran 2014/ 2015. Pemilihan sampel ini didasarkan atas saran dari guru mata pelajaran IPA yang mengampu kedua kelas tersebut. Selain guru pengampu mata pelajaran IPA yang sama, kelas VII E dan VII F memiliki nilai rata-rata yang tidak jauh berbeda. Kelas VII E berjumlah 32 siswa dengan jumlah laki-laki 16 siswa dan perempuan 16 siswa. Kelas VII F berjumlah 32 siswa dengan jumlah laki-laki 14 siswa dan perempuan 18 siswa. 3.3 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan yaitu:
a. Variabel Bebas : pembelajaran menggunakan model pembelajaran Time Token berbantu Guided Note Taking.
b. Variabel Terikat : keaktifan dan hasil belajar kognitif siswa. 3.4 Metode Pengumpulan Data
37
a. Metode Observasi
Metode observasi berupa pencarian masalah belajar yang masih sering dialami siswa baik di lingkungan sekolah dan kelas. Selain itu metode observasi digunakan untuk menilai keaktifan siswa saat kegiatan belajar. b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi berupa surat-surat, gambar atau foto dan catatan lain yang berhubungan dengan penelitian. Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai nama-nama siswa anggota populasi dan data nilai Ujian Akhir Semester Gasal.
c. Metode Tes
Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Metode tes yang digunakan adalah pretest dan posttest.
d. Metode Angket
Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai pembelajaran dengan model pembelajaran Time Token berbantu Guided Note Taking yang diberikan pada siswa di akhir seluruh pertemuan kegiatan pembelajaran.
3.5 Prosedur Penelitian a. Tahap Persiapan
1) Melakukan observasi mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan di sekolah untuk mendukung penelitian dan merumuskan masalah
3) Menyusun instrumen penelitian yang terdiri dari: a) Lembar kerja Guided Note Taking
b) Silabus dan RPP
c) Paket soal pretest dan posttest yang digunakan untuk uji coba d) Lembar observasi penilaian keaktifan
e) Angket tanggaan siswa terhadap pembelajaran menggunakan model pembelajaran Time Token berbantu Guided Note Taking.
4) Menghitung normalitas dan homogenitas nilai UAS Semester Gasal b. Tahap Uji Coba
1) Melakukan uji coba paket soal pretest dan posttest pada siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Semarang
2) Memberi skor dan menganalisis hasil uji coba soal untuk menentukan
instrumen yang akan digunakan pada akhir penelitian c. Tahap Pelaksanaan Penelitian
1) Melaksanakan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberi perlakuan.
2) Melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Time Token berbantu Guided Note Taking tentang materi gerak sesuai dengan RPP yang telah dibuat.
3) Melaksanakan penilaian keaktifan siswa berdasarkan lembar observasi penilaian keaktifan pada saat pembelajaran berlangsung.
39
3.6 Intrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen (alat yang dibuat peneliti untuk memperoleh data) adalah :
a. Lembar Kerja Guided Note Taking
Lembar kerja ini digunakan untuk membantu guru dalam menyampaikan materi gerak.
b. Instrumen tes (soal pretest dan posttest)
Soal pretest dan posttest berupa soal pilihan ganda dan soal uraian yang hasilnya digunakan untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa baik sebelum diberi perlakuan maupun sesudah diberi perlakuan.
c. Angket Tanggapan
Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui tanggapan atau respon siswa terhadap pembelajaran fisika yang diungkapkan dalam bentuk angket.
3.6.1 Tahap persiapan uji coba 1) Menetapkan materi yang diuji.
Bahan yang diujikan adalah materi bidang studi IPA kelas VII materi gerak. 2) Menentukan alokasi waktu yang digunakan untuk mengerjaka soal uji coba
yaitu 60 menit.
4) Menentukan tipe soal
Bentuk soal yang digunakan adalah obyektif dan bertipe pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban, dengan satu jawaban benar diantara jawaban-jawaban dalam pilihan yang disediakan serta soal uraian.
5) Menentukan komposisi jenjang soal
Komposisi jenjang soal dari perangkat pengumpul data pada penelitian ini sesuai dengan Taksonomi Bloom C1, C2, C3, C4.
6) Menyusun kisi-kisi
Kisi-kisi tes disusun dengan mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan .
7) Menyusun butir tes
Setelah kisi-kisi dibuat, langkah selanjutnya membuat soal. 3.6.2 Tahap Pelaksanaan Uji Coba Soal
Sebelum dilakukan penelitian pada kelas sampel, instrumen diuji coba terlebih dahulu pada kelas yang telah melampaui materi gerak.
3.6.2.1 Validitas
Validitas soal pretest dan postest dalam penelitian ini ada dua macam yaitu validitas isi soal dan validitas butir soal.
1) Validitas Isi Soal
41
2) Validitas Butir Soal
Untuk mengukur validitas butir soal dalam penelitian ini digunakan rumus koefisien korelasi point biseral yaitu:
√
Keterangan:
rpbis = koefisien korelasi point biseral
Mp = rerata skor siswa yang menjawab benar Mt = rerata skor siswa total
p = proporsi siswa yang menjawab benar q = proporsi siswa yang menjawab salah (1 – p) St = standar deviasi dari skor total
(Suharsimi, 2012: 79)
Hasil perhitungan rpbis dikoreksi ke dalam thit dengan rumus:
√ √
Jika ttabel< thit dengan dk = (n–2) maka butir soal valid.
3.6.2.2 Daya Pembeda Soal
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung besarnya daya beda soal adalah :
1) Membagi siswa yang mengikuti tes menjadi dua yaitu kelas atas dan kelas bawah dengan sistem belah tengah.
2) Mengurutkan skor yang diperoleh siswa mulai dari skor teratas sampai skor terbawah.
3) Menghitung indeks diskriminasi soal diambil dari buku Suharsimi (2012: 213)
untuk soal pilihan ganda dengan rumus :
Keterangan: D = Daya beda
JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar Klasifikasi daya pembeda sebagai berikut:
0,0 < D 0,2 daya pembeda jelek 0,2 < D 0,4 daya pembeda cukup 0,4 < D 0,7 daya pembeda baik
43
Bila D negatif, semua jenjang tidak baik. Butir soal yang mempunyai D negatif sebaiknya dibuang (Suharsimi, 2012).
Rumus untuk mengetahui daya pembeda soal uraian adalah sebagai berikut:
Klasifikasi daya pembeda sebagai berikut: 0,0 < D 0,2 soal tidak dipakai/ dibuang 0,2 < D 0,3 soal diperbaiki
0,3 < D 0,4 soal diterima tetapi perlu diperbaiki 0,4 < D ≤ 1,0 soal diterima
(Rusilowati, 2014).
3.6.2.3 Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran yang besarnya antara 0,00 – 1,00. Tingkat kesukaran soal pilihan ganda dapat dihitung dari rumus :
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
soal dengan 0,30 < P 0,70 adalah soal sedang; soal dengan 0,70 < P 1,00 adalah soal mudah.
Rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran soal uraian adalah sebagai berikut:
Klasifikasi tingkat kesukaran soal uraian adalah sebagai berikut: soal dengan 0,00 < P 0,30 adalah soal sukar;
soal dengan 0,30 < P 0,70 adalah soal sedang; soal dengan 0,70 < P 1,00 adalah soal mudah (Rusilowati, 2014).
3.6.2.4 Uji Reliabilitas Soal
Reliabilitas soal adalah ketepatan suatu tes apabila diteskan pada objek yang sama (Suharsimi, 2012). Untuk mengetahui reliabilitas soal pilihan ganda, maka digunakan KR – 21 :
[ ] [ ]
Jika r11> rtabel maka tes tersebut dikatakan reliabel Keterangan :
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan n = banyaknya butir soal
M = skor rata-rata
45
Harga r11 yang dihasilkan dikonsultasikan dengan rtabel. Harga r11 yang diperoleh diterima jika memenuhi kriteria r11> rtabel.
Pengujian reliabilitas untuk jenis data essay menggunakan teknik Alfa Cronbach. Rumus koeisien Alfa Cronbach sebagai berikut:
{ ∑
}
Keterangan:
= mean kuadrat antar subyek ∑ = mean kuadrat kesalahan
varians total
Rumus untuk varians total dan varians item:
∑ ∑ (∑ )
Keterangan:
jumlah kuadrat seluruh skor item jumlah kuadrat subyek
(Sugiyono, 2011: 365). 3.7 Teknik Analisis Data 3.7.1 Analisis Data Awal
3.7.1.1 Uji homogenitas
Langkah-langkah perhitungan adalah sebagai berikut: a) Menghitung S2 dari masing-masing kelas.
b) Menghitung varians gabungan dari semua kelas dengan rumus: ∑
∑
c) Menghitung harga satuan B dengan rumus:
( ) ∑
d) Menghitung nilai statis chi-kuadrat χ2 dengan rumus:
{ ∑ }
Keterangan:
Si2 = variansi masing-masing kelompok S2 = variansi gabungan
B = koefisien Bartlett
ni = jumlah siswa dalam kelas
Kriteria pengujian : Ho diterima jika X2hitung≤ X2tabel(1-a) (k-1), dimana X2 (1-a) (k-1) didapat dari daftar distribusi chi kuadrat dengan peluang (1-(1-a) dan dk=(k-1) (Sudjana, 2005: 263).
3.7.1.2 Uji Normalitas
47
∑
Keterangan:
2 = chi kuadrat
Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan k = banyak kelas interval (Sudjana, 2005 : 273)
Nilai dibandingkan dengan nilai dengan taraf signifikan 5% jika
maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. 3.7.2 Analisis Data Akhir
Data yang digunakan dalam analisis data akhir adalah data nilai postest siswa.
3.7.2.1 Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui data akhir yang dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-kuadrat dengan rumus:
∑
Keterangan:
2 = chi kuadrat
(Sudjana, 2005 : 273)
Membandingkan harga chi kuadrat data dengan tabel chi kuadrat dengan taraf
signifikan 5% kemudian menarik kesimpulan, jika maka data
berdistribusi normal.
3.7.2.2 Analisis Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa
1. Tes
Analisis tes hasil belajar siswa bertujuan untuk mengetahui kemampuan hasil belajar kognitif siswa.
(Depdiknas, 2014: 51) 2. Lembar Observasi
Penskoran lembar observasi dilakukan dengan rating. Pemberian skor menggunakan interval 1-4. Skor rata-rata setiap aspek penilaian dikonversikan kedalam analisis data kualitatif. Langkah-langkahnya sebagai berikut :
Menghitung presentasi data dengan rumus
Menurut Suharsimi dan Cepi (2009: 35) kriteria kuantitatif penilaian keaktifan sebagai berikut:
80% 100% = sangat aktif 60% 80% = aktif
49
0 20% = tidak aktif
3.7.2.3 Uji Peningkatan N-Gain
Menurut Savinainen & Scott sebagaimana dikutip oleh Wiyanto (2008: 8) untuk mengetahui peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari satu siklus ke siklus berikutnya digunakan faktor Hake sebagai berikut:
� � �
Keterangan:
� = peningkatan siswa dari siklus awal ke siklus akhir
= rata-rata nilai postest
� = rata-rata nilai pretest
Klasifikasi faktor � sebagai berikut: � 0,3 Peningkatan jelek
0,3 < � 0,7 Peningkatan sedang � > 0,7 Peningkatan tinggi
3.7.2.4 Analisis Data Angket
1) Validitas
Validitas angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk atau validitas bangun pengertian dengan meminta bantuan dari ahli yang relevan atau pertimbangan ahli yaitu dosen pembimbing.
pada masing-masing butir pada lembar pengisian angket. Adapun penskoran untuk masing-masing butir pernyataan pada angket tanggapan siswa sebagai berikut.
Pernyataan Positif Skor Jawaban
SS S TS STS
Keterangan :
SS : Sangat Setuju diberi skor 4
S : Setuju diberi skor 3
TS : Tidak Setuju diberi skor 2 STS : Sangat Tidak Setuju diberi skor 1
Presentase nilai yang diperoleh tiap aspek dari angket dihitung dengan rumus:
Keterangan : P = Presentase
F = frekuensi yang sedang dicari atau skor yang diperoleh N = Number of cases atau skor maksimal
Kategori respon yang diberikan siswa terhadap suatu asek dicocokkan dengan kriteria positif menutut Khabibah (2006) dalam Wulandari dan Waryanto (2012) :
85% ≤ respon = sangat positif (sangat tinggi)
70% ≤ respon < 85% = positif (tinggi)
50% ≤ respon < 70% = kurang posistif (kurang tinggi)
74
BAB V
PENUTUP
5.1
Simpulan
1. Implementasi model pembelajaran Time Token berbantu Guided Note Taking dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Besarnya peningkatan hasil belajar kognitif siswa sebesar 63% .
2. Implementasi model pembelajaran Time Token berbantu Guided Note Taking dapat meningkatkan keaktifan siswa. Besarnya peningkatan keaktifan siswa dengan implementasi model pembelajaran Time Token berbantu Guided Note Taking sebesar 56 %.
5.2
Saran
1. Saat pembelajaran berlangsung, siswa menyalahgunakan kartu berbicara yang diberikan oleh guru untuk bermain sehingga guru hendaknya bersikap lebih tegas agar siswa dapat menggunakan kartu berbicara sesuai dengan fungsinya.
2. Guru hendaknya dapat mengalokasikan waktu dengan baik karena saat
DAFTAR PUSTAKA
Amri, S., I. Akhmadi. 2012. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Arends, I. 2008. Learning To Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arini, Islamias, & Noer, A.M. 2010. Pembuatan Catatn Terbimbing (Guided Note taking) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Tata Nama Senyawa di Kelas X SMAN 2 Siak Hulu. 1-10.
Boch, F., & Piolat, A. 2005. Note taking and learning: a summary research. The WAC Journal. 16: 101-113.
C. Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Daryanto, & M. Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.
Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Fanani, H. & J. A. Pramukantoro. 2013. Pengaruh Teknik Pembelajaran Kooperati Tipe Time Token Arends Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Diklat Dasar-Dasar Kelistrikan Di SMKN 1 Sidoarjo. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. 2 (2): 829-836.
Hamalik, O. 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: PT Bumi Aksara.
Hamid, M. 2011. Metode Edu Tainment. Yogyakarta: Diva Press.
Huda, M. 2010. Cooperatif Learning.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Huda, M. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jacobs, K. 2008. A Comparison of Two Note Taking Methods in a Secondary English Classroom. Proceedings of the 4th Annual GRASP Symposium, Wichita State University. 119-120.
76
Kemendikbud. 2014. Panduan Penilaian Pencapaian Kompetensipeserta Didik Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Kemendikbud.
LoPiccolo, O. S. 2009. Implementing Guided Note Taking To Improve Student Learning Of Energy Saving Construction Techniques. ASEE Middle Atlantic Regional Conference Farmingdale State College, SUNY. April 29-30.
Mutaqien, Z. 2009. Kelebihan dan Kelemahan Guided Note Taking. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Purwanto, N. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Silberman, M. 2007. Active Learning 101Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Siswoyo, R. E. & M. Rachman. 2002. Managemen Kelas. Semarang: IKIP Semarang Press.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, R. E. 2010. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
Suharsimi, A. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Suharsimi, A. & Cepi, S. 2009. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito.
Sugiyono. 2010a. Metode Penelitian Pendidikan Pendekat