• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh superstructure dan base terhadap tokoh utama dalam novel The Street Lawyer

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh superstructure dan base terhadap tokoh utama dalam novel The Street Lawyer"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Utama dalam Novel The Street Lawyer‖ adalah asli karya saya dan belum

pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Komputer Indonesia maupun di perguruan tinggi lainnya. 2. Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya sendiri tanpa

bantuan pihak lain, kecuali atas arahan pembimbing.

3. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataaan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaraan dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi.

Bandung, 28 Januari 2014 Yang membuat pernyataan,

(3)
(4)

TOKOH UTAMA DALAM NOVEL THE STREET LAWYER PENYUSUN : DIKI MIHARJA

NIM : 63708007

Bandung, 16 Januari 2014 Mengetahui,

Dekan Fakultas Sastra

Prof. Dr. H. Moh. Tadjuddin M.A. NIP: 4127.20.03.004

Pembimbing I

Dr. Juanda NIP: 4127.20.03.007

Pembimbing II

Nenden Rikma Dewi, S.S., M.Hum. NIP: -

Ketua Program Studi Sastra Inggris

(5)
(6)

Nama : Diki Miharja

Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 25 September 1988

Alamat : Jln. Moch Rhamdan Gg. Ancol Kawung no.67A No. Telepon : 089685150930

1 1996 - 2002 SDN Lengkong Besar 105/1 Bandung 2 2002 - 2005 SMP-N 33 Bandung

3 2005 - 2008 SMK Prakarya Internasional Bandung 4 2008 - Now Universitas Komputer Indonesia

C. Pendidikan Non-formal

No Year Seminar/Achievement

1 2008 Participant of Mentoring of English Conversation Club in English Department UNIKOM (Certified)

2 2009 Participant of Story Telling Contest (Certified)

3 2009 Copywriting as a Creative Thinking Seminar and Workshop (Certified)

4 2009 English Leadership Internal Training of Education (Certified)

5 2010 Translating and Interpreting Workshop (Certified)

(7)

7 2011 Feminist, Feminine, and Text Seminar (Certified) 8 2011 Diskusi Ilmiah Bahasa dan Budaya (Certified)

9 2011 Public Lecture of “Strategi Politik Luar Negeri Indonesia” (Certified)

10 2011 The Seminar and Workshop of Semiotics in Literature and Media (Certified)

11 2011 Copywriting Linguistics on Media Seminar (Certified) 12 2011

Public Lecture of “Manifestasi Kearifan Lokal Indonesia – Jepang Terhadap Arus Globalisasi: Tinjuan dari Aspek Sosial Budaya” (Certified)

13 2011 Building Confidence in Delivering Public Speech Seminar (Certified)

14 2012 “Kreatif Menulis, Rejeki Tak Akan Habis” Talkshow (Certified)

(8)

SKRIPSI

diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Program Studi Sastra Inggris Fakultas Sastra Universitas Komputer Indonesia

DIKI MIHARJA 63708007

PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS

FAKULTAS SASTRA

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Selain itu, saya juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait secara langsung, di antaranya:

1. Prof. Dr. H. Moh. Tadjuddin, M.A. Dekan Fakultas Sastra UNIKOM. 2. Dr. Juanda, Ketua Program Studi Sastra Inggis UNIKOM, dan sebagai

Pembimbing Pertama. Terimakasih karena telah membimbing saya selama proses penulisan skripsi ini.

3. Nenden Rikma Dewi, S.S., M.Hum. Pembimbing Kedua. Terimakasih karena telah meluangkan banyak waktunya selama proses bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

4. Asih Prihandini, S.S., M.Hum. Dosen Wali. Terimakasih karena telah menjadi panutan bagi saya khususnya dan umumnya bagi teman-teman yang lain.

5. Retno Purwani Sari, S.S., M.Hum. Koordinator Skripsi. 6. Nungki Heriyati, S.S., MA. Dosen Sastra Inggris 7. Tatan Tawami, S.S., M.Hum. Dosen Sastra Inggris. 8. M. Rayhan Bustam, S.S., Dosen Sastra Inggris.

(10)

Saya berharap penelitian ini dapat berguna khususnya bagi diri saya sendiri, umumnya bagi seluruh pembaca. Saya pun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, besar harapan saya agar pembaca dapat memberikan saran serta masukannya sebagai bentuk kontribusi dalam penulisan skripsi ini.

Bandung, 27 Januari 2014

(11)

xi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERSETUJUAN PERBAIKAN LEMBAR BUKTI KEPEMILIKAN HALAMAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK ...………... vii

ABSTRACT ...………... viii

KATA PENGANTAR ………... ix

DAFTAR ISI ……..………..…... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Rumusan Masalah……….………... 4

1.3Tujuan Penelitian ………….………... 4

1.4 Manfaat Penelitian ………... 5

1.5Kerangka Teori ………... 5

BAB II: KAJIAN TEORI 2.1 Relation of Production dalam Hubungannya dengan Sejarah Manusia ………. 8

2.2 Relations of Production Penyebab Eksploitasi ……… 15

(12)

BAB III: OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian……….…….. 21

3.2 Metode Penelitian……….….... 21

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ………... 21

3.2.2 Teknik Analisis Data………... 22

3.3 Sinopsis ……… 24

BAB IV: PEMBAHASAN 4.1 Michael Sebagai Bagian dari Base …...……... 26

4.1.1 Hubungan Owning-Owned ………... 33

4.1.2 Hubungan Oppressing-Oppressed …………..………... 35

4.2 Michael Sebagai Bagian dari Superstructure ...……. 39

4.2.1 Hubungan Oppressing-Oppressed …………..………... 46

4.2.2 Hubungan Owning-Owned ……….... 50

BAB V: SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan………... 51

5.2 Saran………... 53

DAFTAR PUSTAKA SYNOPSIS

LAMPIRAN

(13)

55

Daftar Pustaka

Burawoy, Michael. 1974. Race, Class and Colonialsm. Jamaica: Unversity of the West Indies

Eagleton, Terry. 1996, Literary Theory: an introduction – 2nd. UK: Blackwell Publishing.

Engels, Friedrich. and Karl Marx. 1846. The German Ideology. USA: Progress Publisher.

Engels, Friedrich. and Karl Marx. 1848. Manifesto of the Communist Party. Moscow: USSR.

Endraswara, Suwardi. 2006. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Grisham, John. 1998. The Street Lawyer, 1st ed. New York: Doubleday. McMahon, Mary. 2013. What is the “American Dream‖?. Melalui

<http://www.wisegeek.org/what-is-the-american-dream.htm> 29/11/2013 Minderop, Albertine.2011. Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

(14)

1 1.1Latar Belakang

Dalam sebuah sistem sosial, seorang majikan memiliki kekuasaan penuh atas bawahannya, hal ini dapat dilihat dari posisinya sebagai seorang atasan ataupun majikan. Karena kedudukan yang dia punya lebih tinggi, orang yang memiliki kekusaaan tersebut sering melakukan tindak pemaksaan. Tindak pemaksaan yang dimaksud adalah sebuah tindakan melakukan pengeksploitasian terhadap bawahannya.

Sebagai contoh dapat dilihat dari lingkungan sebuah pekerjaan di suatu perusahaan. Orang yang bekerja di bawah kekuasaan si pemilik perusahaan, atau yang disebut juga dengan pekerja, diibaratkan sebagai sebuah properti. Maksud dari properti di sini adalah alat bagi orang yang berkuasa dalam perusahaan tersebut untuk mendapatkan keuntungan.

(15)

2

Misalnya, ketika seorang pandai besi membuat sebuah pedang dalam sebuah guild—serikat kerja. Keahlian dia sebagai komoditi dalam membuat pedang dieksploitasi oleh pemilik guild tersebut. Sementara itu pemilik guild sendiri menjual pedang-pedang yang dibuat oleh pandai besi tadi untuk mendapatkan keuntungan. Di lain pihak, pandai besi itu sendiri dibayar dengan hanya diberikan makanan secukupnya. Ketika pandai besi tersebut berkeinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya, seperti kebutuhan akan pakaian, obat-obatan ataupun tempat tinggal, dia harus bekerja lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhannya ini. Jika dibandingkan dengan pemberian yang diberikan oleh pemilik guild terhadapnya, kerja kerasnya tersebut tidak sebanding dengan keuntungan yang dia peroleh dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

Fenomena seperti di atas terkadang tercermin dalam kehidupan masyarakat hingga sampai saat ini, khususnya dalam lingkungan pekerjaan ataupun yang sifatnya berkaitan dengan mata pencaharian. Orang-orang yang mempunyai kekuasaan dalam lingkungan suatu pekerjaan akan menggunakan kekuasaannya tersebut untuk mendapatkan keuntungan dari posisi yang dimiliknya dengan cara mengeksploitasi bawahannya. Dalam hal ini seorang atasan menjadi superstructure, sedangkan bawahan ataupun pekerjanya itu sendiri adalah base.

(16)

sehingga membuat dirinya tidak berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya, khususnya dengan orang-orang yang membutuhkan. Akan tetapi hal tersebut berubah ketika terjadi peristiwa penyanderaan yang dilakukan oleh seorang tunawisma terhadap Michael beserta kedelapan rekan kerjanya di kantor perusahaan tempatnya mereka bekerja. Penyanderaan tersebut dipicu oleh penggusuran tanah yang dilakukan perusahaan Michael, Drake & Sweeney, sehingga mengakibatkan beberapa orang kehilangan tempat tinggal mereka.

Setelah kejadian penyanderaan tersebut berakhir, dan Michael mengetahui kebenaran yang menimpa tunawisma tersebut, dari sana timbul keinginan untuk menolong para tunawisma. Posisi Michael, perusahaan Drake & Sweeney dan para tunawisma berkaitan dengan relations of production—sebuah gagasan Karl Marx (1818) mengenai hubungan antara satu individu dengan individu lain atau kelompok yang menghasilkan sebuah produk.

Hubungan tersebut merupakan sebuah hubungan antara pekerja dan majikan. Hal tersebut dijelaskan Marx dalam pembahasannya mengenai society— masyarakat, “They are real individuals, their activity and the material conditions under which they live, both those which they find already existing and those produced by their activity(1846:6). Oleh karena itu, hubungan yang dijalin antara

pekerja dan majikan tersebut membuahkan sebuah kegiatan yang menghasilkan sebuah produk.

(17)

4

dengan tokoh utama. Keterkaitannya itu dipaparkan ketika Michael diposisikan sebagai base ataupun ketika dia diposisikan sebagai superstructure.

Dengan demikian penelitian ini dilakukan untuk memperlihatkan bahwa perubahan tokoh itu dapat dianalisis juga dengan menggunakan gagasan mengenai relation of production. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis mengangkat

judul "Pengaruh Superstructure dan Base Terhadap Tokoh Utama dalam Novel The Street Lawyer".

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang, berikut adalah masalah-masalah yang diangkat dalam penelitian ini:

1. Pengaruh apa saja yang dialami oleh Michael ketika berada pada posisi base?

2. Pengaruh apa saja yang dialami oleh Michael ketika berada pada posisi Supertsructure?

3. Bentuk relation of productions apa saja yang diperlihatkan melalui base dan superstructure dalam novel the street lawyer?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Memaparkan pengaruh yang terjadi pada saat tokoh utama berada pada posisi base.

(18)

3. Memaparkan bentuk relation of production yang diperlihatkan melaui base dan superstructure dalam novel the street lawyer.

1.4Manfaat Penelitian

Penulis berharap dengan dilakukannya penelitian ini dapat menjadi sebuah referensi dalam kajian penelitian sastra, khususnya mengenai istilah superstructure dan base dalam relation of production. Selain itu penulis juga berharap bahwa penelitian ini dapat memberikan sebuah pemaparan bagaimana relations of production bekerja.

1.5 Kerangka Teori

Gambar 1.1. Superstructure dan Base dalam Relation of Production

Superstructure

Relation of Production

Base

(19)

6

Kerangka teori di atas adalah sebuah proses bagaimana sebuah relation of production bekerja dalam lingkungan sebuah pekerjaan. Orang-orang yang berposisi sebagai superstructure mengeksploitasi tenaga kerjanya, mereka yang berposisi sebagai base, untuk bekerja dan mendapatkan keuntungan dari produk yang dibuat pekerjanya tersebut.

Sementara itu superstructure dan base sendiri adalah gagasan yang digunakan Marx(1818) & Engels(1820) untuk menunjukkan kondisi keberadaan dan bentuk suatu negara dalam sebuah struktur ekonomi masyarakat. Pengertian mengenai Superstructure sendiri adalah,‖They are who own the means of social production and employers of wage labour(1848:3) sedangkan base, They are who have not means of production, selling their labor power in other to live

(1848: 3).

Istilah relations of production dapat diartikan sebagai sebuah hubungan antara satu individu dengan individu lain atau kelompok yang menghasilkan sebuah produksi. Seperti yang dikatakan Marx dalam Communist Manifesto:

“The relationship between Freeman and slave, patrician and

plebeian, lord and serf, guild-master and journeyman, in a word, oppressor and oppressed, stood in constant opposition to one another(1848:3).

Hubungan tersebut merupakan sebuah hubungan antara pekerja dan majikan. Lebih lanjut lagi Marx dan Engels menjelaskan dalam pembahasannya mengenai society—masyarakat, “They are real individuals, their activity and the material conditions under which they live, both those which they find already existing and those produced by their activity(1846:6). Maksudnya adalah karena

(20)

mulai hidup dalam berkelompok ataupun ketika mereka sudah mulai hidup bersosialisasi, tentunya ada aktivitas/kegiatan yang dikerjakan. Dari kegiatan tersebutlah sehingga menjadi sebuah produk. Dalam hal ini orang-orang yang berposisi sebagai superstructure-lah yang memiliki tanah, alat produksi serta tenaga kerja/pekerja. Sementara itu pekerjanya itu sendiri tidak memiliki tanah ataupun alat-alat produksi, sehingga mereka menjualtenaga kerjanya untuk mendapatkan upah.

Relasi seperti employee—pekerja dan employer—majikan ataupun oppressing oppressed seperti inilah yang dimaksud. Seperti yang dikatakan Marx, "Every form of society has been based, as we have already seen, on the antagonism of oppressing and oppressed classes". Hal tersebut menjadikan sebuah perbedaan dalam sistem sosial yang membuat salah satu kelas the rulling one—kelas yang dominan/kelas yang mendominasi kelas lain. Perbedaan tersebut melahirkan sebuah pengeksploitasian, “The act of living, partly or wholly, on the

(21)

8

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Relation of Production dalam Hubungannya dengan Sejarah Manusia

Istilah relations of production merupakan hubungan antara satu individu dengan individu lain ataupun kelompok yang menghasilkan suatu produksi. Individu yang dimaksud di sini tentunya adalah hubungan antara manusia dengan satu sama lainnya. Karena itu Marx menempatkan manusia sebagai pusat atas dasar pemikirannya. Menurutnya manusia berbeda dengan binatang. Manusia memiliki sifat kemanusiaan ataupun yang biasa disebut dengan karakteristik manusia. Seperti halnya manusia butuh makan, minum, pakaian, rumah, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Dari karakteristik inilah sehingga manusia dapat dibedakan dengan binatang. Menurut Marx sendiri:

“Men can be distinguished from animals by consciousness, by

religion or anything else you like. They themselves begin to distinguish themselves from animals as soon as they begin to produce their means of subsistence, a step which is conditioned by their physical organization. (1846:6)”

(22)

Secara historis, Marx menyebutkan 3 dasar pokok dalam menyangkut ciri khas manusia. Pertama karena manusia itu sendiri exist—ada dan mampu menciptakan sejarah. “The first premise of all human existence and, therefore, of all history, the premise, namely, that men must be in a position to live in order to be able to "make history"(1846:10)”. Awalnya manusia hidup secara berindividu. Manusia membutuhkan makan, minum, rumah dan pakaian dan banyak hal lainnya. Hal tersebut diperlukan untuk mempertahankan hidup setiap masing-masing individu. Maka dari itu manusia mulai mencari cara memproduksi bahan untuk memenuhi kebutuhannya tersebut.

Kemudian, manusia bergerak ke titik dasar kedua, dimana setelah manusia memenuhi kebutuhan pokoknya tersebut, kebutuhan pemuas diciptakan. “The second point is that the satisfaction of the first need (the action of satisfying, and the instrument of satisfaction which has been acquired) leads to new needs

(1846:10)”. Karena sifat manusia yang fleksibel dan berubah seiring waktu,

manusia menciptakan bahan untuk memuaskan diri mereka sendiri sehingga melahirkan kebutuhan baru. Seperti lahirnya sebuah keyakinan, kepercayaan ataupun idealisme-idealisme.

(23)

10

awal dari hubungan sosial dimulai, sampai ketingkat yang lebih luas nantinya. Ketiga tahapan tersebut tidak terjadi secara terpisah, melainkan secara bersamaan sehingga terjalin hubungan satu dengan yang lainnya.

Ketika manusia sudah mulai hidup bermasyarakat ataupun berkelompok. Tentunya ada kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang tersebut. Maksud dari kegiatan disini tentunya kegiatan yang menghasilkan sebuah produksi. Hal ini pulalah yang menunjukkan bahwa manusia bergantung pada hidup berorganisasi karena setiap manusia tidak dapat hidup tanpa berinteraksi dengan orang lain, sehingga mereka tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Manusia dapat mengembangkan potensi mereka dan mencapai prestasi mereka hanya dalam masyarakat di mana mereka tinggal. Seperti yang dijelaskan Marx:

"By social we understand the co-operation of several individuals, no matter under what conditions, in what manner and to what end. It follows from this that a certain mode of production, or industrial stage, is always combined with a certain mode of co-operation, or social stage, and this mode of co-operation is itself a "productive force". 1846:11)

Kegiatan yang melibatkan manusia, khususnya dalam hidup bersosialisasi, pada akhirnya membentuk ide-ide manusia ataupun sistem yang terjalin erat dengan aktivitas material dan hubungan material dengan orang lain—social system. Kegiatan-kegiatan tersebut kemudian menghasilkan alat-alat produksi dan ide-ide baru.

(24)

memungkinkan untuk membuat sistem baru. Menurut Marx ada beberapa tahapan dalam perubahan sistem sosial dalam sejarah manusia berdasarkan division of labor—pembagian kerja, diantaranya:

1. Tribal

Tahapan dimana alat dan teknik sangat primitif dan masih bergantung dengan kondisi alam sekitar. Dalam tahap ini orang-orang masih bergantung pada sifat kemanusiannya. Karena tahapan ini masih bergantung dengan kondisi alam sekitar, produksi yang dihasilkan pun masih sangat rendah sehingga memungkinkan bagi seseorang kekurangan akan memenuhi kebutuhan hidupnya. “It corresponds to the undeveloped stage of production, at which a people lives by

hunting and fishing, by the rearing of beasts or, in the highest stage, agriculture

(1846:7)”. Struktur sosial yang ada juga masih terbilang rendah. Tidak ada

kelebihan yang bisa orang lain ambil dan manfaatkan, sehingga belum pula adanya pengeksploitasian antar manusia, karena sistem yang digunakan masih bersifat limited—terbatas. Lebih lanjut Marx menjelaskan:

“In the latter case it presupposes a great mass of uncultivated stretches of land. The division of labour is at this stage still very elementary and is confined to a further extension of the natural division of labour existing in the family. The social structure is, therefore, limited to an extension of the family; patriarchal family chieftains, below them the members of the tribe, finally slaves.” (1846:7)

(25)

12

“The first form, of which lies in the family, where wife and children are the slaves of the husband. This latent slavery in the family, though still very crude, is the first property, but even at this early stage it corresponds perfectly to the definition of modern economists who call it the power of disposing of the labour-power of others.(1846:12)

Inilah mengapa hubungan dalam keluarga disebut sebagai awal dari hubungan sosial dimulai.

2. Ancient Communal/State Ownership

Seiring tumbuhnya populasi manusia dan kebutuhan pun meningkat, teknik dan alat yang digunakan dalam Tribal dianggap tidak lagi ekonomis, sehingga dibutuhkan teknik dan alat yang baru, yaitu dengan memiliki kepimilikan pribadi, contohnya dengan melakukan penjajahan. Marx menjelaskan,

“The second form is the ancient communal and State ownership which proceeds especially from the union of several tribes into a city by agreement or by conquest, and which is still accompanied by slavery (1846:7)”.

(26)

bekerja untuk menghindari hukuman) tidak mampu lagi menggunakan alat-alat baru dan teknik yang memadai. Seperti yang dijelaskan oleh Marx::

“If antiquity started out from the town and its little territory, the Middle Ages started out from the country. This different starting-point was determined by the sparseness of the population at that time, which was scattered over a large area and which received no large increase from the conquerors (1846:7)”.

Maka pemilik budak tersebut memberikan pengetahuannya (dapat mengenai alat ataupun teknik baru yang digunakan) agar budak-nya memiliki keahlian dan mengeksploitasi hasil kerjanya tersebut. Misal, dalam bidang pertanian, ketika seorang petani bekerja pada seorang tuan tanah. Hasil dari pertaniannya tersebut seluruhnya menjadi milik si tuan tanah. Selain itu, bagi orang yang memilki tanahnya sendiri diberikan minat menggunakan alat-alat yang lebih memadai oleh si tuan tanah tadi. Akan tetapi setengah dari hasil bumi/panen yang dihasilkan harus diserahkan kepada si pemilik alat tersebut.

Dalam tahap ini tejadi perubahan untuk kelas yang dieksploitasi dari slave menjadi serf. Serf adalah budak-budak tawanan perang yang dibebaskan dan dipekerjakan pada lahan tertentu untuk diolah oleh seorang tuan tanah.

4. Capital

(27)

14

produktif, dari sini mulai tumbuhlah industi-industri. Seperi yang dijelaskan Marx:

Meantime the markets kept ever growing, the demand ever rising. Even manufacturer no longer sufficed. Thereupon, steam and machinery revolutionized industrial production. The place of manufacture was taken by the giant, Modern Industry. (1848:4)

Budak-budak yang dulunya bekerja mengelola tanah, kini posisi mereka digantikan dengan keberadaan mesin-mesin baru. Untuk itu dalam rangka memenuhi penghidupannya tersebut mereka menjadi buruh-buruh pekerja pada industri-industri yang berkembang pada saat itu. Mereka bekerja dua kali lebih berat dari sebelumnya karena tidak mau kalah dengan mesin-mesin yang bekerja secara otomatis. Dalam tahapan ini lahirlah kelas pekerja ataupun orang-orang yang bekerja hanya untuk mendapatkan upah.

Setelah melihat perkembangan sejarah manusia, pada dasarnya relation of production terbentuk dari dorongan kebutuhan hidup manusia itu sendiri, Dalam arti sebuah proses pencarian kehidupan. Seperti yang disampaikan Marx:

“The relationship between Freeman and slave, patrician and

plebeian, lord and serf, guild-master and journeyman, in a word, oppressor and oppressed, stood in constant opposition to one another(1848:3).

(28)

kebutuhan dirinya, ketika mereka sudah mulai hidup dalam berkelompok ataupun ketika mereka sudah mulai hidup bersosialisasi, tentunya ada aktivitas/kegiatan yang dikerjakan. Dari kegiatan tersebutlah sehingga menjadi sebuah produk.

2.2 Relations of Production Penyebab Eksploitasi

Hubungan seperti owning—majikan dan owned—pekerja ataupun oppressing oppressed merupakan beberapa bentuk sebuah hubungan atas dasar pengeksploitasian, “The act of living, partly or wholly, on the work of others.‖

(Buroway: 1974). Hal tersebut membuat sebuah perbedaan dalam sistem sosial yang membuat salah satu kelas the rulling one—kelas yang dominant, kelas yang mendominasi kelas lain. Dominant disini maksudnya adalah kelas yang dianggap lebih upper hand—superior dibanding kelas lain, “The class which is dominant material force in a class society is at the same time the class which is the dominant intellectual force” (1846:8). Maksudnya disini adalah karena merekalah

yang memiliki tanah/tempat sebuah produk dibuat, alat produksi serta tenaga kerja/pekerja, sementara itu para pekerja yang bekerja pada orang-orang tersebut tidak memiliki tanah/fasilitas ataupun alat-alat produksi, sehingga mereka menjual tenaga kerjanya untuk mendapatkan penghasilan/upah.

(29)

16

Gambar 2.1. Proses Produksi

Gambar di atas merupakan pemahaman saya terhadap gagasan Marx mengenai proses produksi berjalan hingga menghasilkan sebuah keuntungan. Commodity merupakan suatu hal yang dihasilkan dari proses produksi untuk

selanjutnya dilakukan proses exchange—pertukaran, sedangkan proses pertukaran sendiri dapat di termpuh dengan melalui cara barter ataupun dengan melalui cara transaksi jual beli. Hal ini perlu ditekankan karena dalam proses produksi seperti di atas, barang yang dihasilkan tersebut bukan digunakan untuk memenuhi kebutuhan si penghasil/pembuat barang itu sendiri melainkan untuk dilakukannya proses pertukaran ataupun yang disebut juga proses pencarian keuntungan. Misalnya ketika seorang petani beras menanam beras kepada seorang tuan tanah untuk selanjutnya beras tersebut dimanfaatkan bagi keluarganya sendiri. Petani tersebut tidak terlibat dalam proses pencarian keuntungan. Akan tetapi jika beras

Production

Commodity

Exchange

Barter Selling and

Buying

(30)

tersebut dijual ataupun ditukar dengan barang lain, maka petani tersebut terlibat dalam proses pencarian keuntungan. Hal inilah yang menjadi alasan terjadinya pengeksploitasian.

2.3 Hubungan Superstructure dan base dalam Relations of Production

Superstructure

maintain and legitimates base

Base Obey and work for superstructure

Gambar 2.2. Hubungan Superstructure dan Base

Gambar di atas merupakan hasil pemahaman saya terhadap gagasan Marx mengenai hubungan superstructure dan base. Menurut Marx, Superstructur adalah who own the means of social production and employers of wage labour(1848:3), sedangkan base, who have not means of production, selling their labor

power in other to live(1848: 3). Superstructure sebagi pihak yang dominan memiliki kewajiban untuk mengurus, menjaga, mengatur, membiayai, memfasilitasi base. Superstructure sebagai pihak dominant yang memiliki tanah/tempat terjadinya proses produksi, alat produksi serta para tenaga kerja/pekerja. Sedangkan base sebagai pihak yang dominated memiliki kewajiban

Dominant

(31)

18

untuk bekerja dan mengikuti apapun yang diperintahkan superstructure, karena base tidak memiliki tanah ataupun alat-alat produksi, sehingga mereka menjual tenaga kerjanya untuk mendapatkan upah. Maka dari itu, dilihat dari posisinya dalam relations of production, orang-orang yang di posisikan ke dalam superstructure posisinya di anggap lebih tinggi.

Dalam struktur ekonomi masyarakat, pembahasan mengenai superstructure dan juga base mengacu pada kesejahteraan setiap individu, sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa posisi seseorang dapat berubah dari yang asalnya dia dominant berubah menjadi yang dominated ataupun sebaliknya. Kondisi ini sejalan dengan pernyataan Marx, “It has but established new classes, new conditions of oppression, new forms of struggle in place of the old ones”

(1848:30). Maksud dari pernyataan Marx tersebut adalah perubahan dalam suatu sistem ekonomi dalam masyarakat dapat disebabkan karena adanya perubahan kelas yang ada pada saat itu, serta perbedaan yang terjadi antara kelas yang dominant dan yang dominated. Oleh karena itu, hal ini pulalah yang menunjukkan bahwa dalam pembahasan mengenai superstructure dan base orang yang menjadi bagian dari superstructure dapat ditentukan ataupun dilihat dari sudut pandang seseorang yang dianggap lebih dominant.

Berkaitan dengan hal ini pula, Marx lebih lanjut menjelaskan, “Each step in the development of the bourgeoisie was accompanied by a corresponding

(32)

kemahiran seseorang dalam segi politik dan ekonomi yang dimiliki. Sebagai contoh, seorang dokter yang bekerja di sebuah rumah sakit besar. Posisinya menjadi base ketika dia berhadapan dengan kepala rumah sakit misalnya. Hal tersebut dapat dilihat dari posisi kepala rumah sakit sebagai seorang boss ataupun sebagai pemilik daripada rumah sakit tersebut. Akan tetapi di mata masyarakat, pekerjaannya sebagai seorang dokter saja sudah dianggap membanggakan. Dengan demikian dalam lingkungan masyarakat, dokter tersebut diposisikan sebagai superstructure. Marx lebih lanjut mengemukakan:

The bourgeoisie has stripped of its halo every occupation hitherto honored and looked up to with reverent awe. It has converted the physician, the lawyer, the priest, the poet, the man of science, into its paid wage laborers.‖ (1848:5)

Pernyataan ini dapat dipahami bahwa pekerjaan seperti dokter, pengacara, penulis puisi ataupun ahli bahasa dianggap sebagai sebuah pekerjaan golongan orang-orang dominant. Mengingat jenjang pendidikan yang telah dilalui oleh dokter tersebut hingga sampai tahapan dia menjadi seorang dokter. Dilihat dari faktor ekonomi, tentunya biaya yang telah dikeluarkan oleh dokter tersebut selama mengenyam pendidikan tentunya tidaklah sedikit. Itulah mengapa menurut Marx pekerjaan seperti dokter, pengacara, ahli bahasa, dianggap sebagai sebuah pekerjaan yang membanggakan.

(33)

20

(34)

21 3.1 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah pengaruh dari base dan superstructure yang dialami oleh Michael dalam novel The Street Lawyer. Hal tersebut dipaparkan ketika Michael diposisikan sebagai base maupun superstructure. Perubahan karakter ini diteliti dengan menggunakan gagasan dari Marx mengenai relations of production antara base dan superstructure. Hal tersebut dapat diketahui dari faktor ekonomi, sosial maupun politik.

3.2 Metode Penelitian

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Menurut Nazir (2005) “Metode penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik, sehingga dapat lebih mudah untuk difahami dan disimpulkan‖. Metode ini berfokus pada data yang diambil secara langsung dari sumber kemudian dianalisis, dijelaskan, ataupun dipaparkan sesuai dengan subyek yang diteliti.

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data

(35)

22

(2006), studi kasus itu adalah mempelajari secara intensif seorang individu atau kelompok yang dipandang mengalami kasus tertentu dengan mengungkap semua variable yang dapat menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari berbagai aspek.

Berdasarkan hal tersebut, berikut adalah tahap-tahap yang saya ambil dalam proses pengumpulan data:

1. Membaca novel

Novel yang dipilih dalam penelitian ini adalah The Street Lawyer. Novel ini dibaca secara seksama agar saya dapat mengetahui pengaruh apa saja yang terjadi pada diri tokoh utama dalam novel, baik ketika dia diposisikan sebagai base maupun superstructure.

2. Pemilihan Data

Dalam tahap ini, data yang dipilih adalah data yang menunjukkan gejala ataupun fenomena yang berhubungan dengan base dan superstructure dalam novel the street lawyer.

3. Mengklasifikasi Data

Sebagai tahap akhir dalam pengumpulan data, saya mengklasifikasikan setiap data yang telah dipilih sebelumnya, lalu mengelompokkan data-data tersebut menjadi dua bagian. Satu bagian menunjukkan bahwa data tersebut menunjukkan base dan bagian lain menunjukkan superstructure. 3.2.2 Teknik Analisis Data

(36)

baik melalui tokoh lain yang ada pada novel (showing) maupun dari narasi yang diberikan oleh pengarang itu sendiri (telling). Berdasarkan teknik tersebut, setiap data yang muncul dan menunjukkan base ataupun superstructure dikelompokkan. Kemudian, data yang telah dipilih dijabarkan dan dianalisis menggunakan gagasan Marx mengenai relation of production.

Contoh Analisis:

Data yang menunjukkan ketika Michael diposisikan sebagai bagian dari base:

“Drake and Sweeney, like most large firms, treats their workers as

a boot camp. I worked fifteen hours a day, six days a week.” (1988:32).

Sebagaimana mestinya sebuah perusahaan besar dengan banyak pekerja, tentunya perusahaan tersebut memiliki caranya sendiri dalam mempekerjakan para pekerjanya. Salah satunya dengan mengatur para pekerjanya tersebut. Pengaturan terhadap pekerja ini bertujuan untuk mendapatkan kepercayaan dari para kliennya. Maka dari itu, pihak perusahaan menuntut para pekerjanya untuk dapat bekerja di bawah tekanan dan tuntutan yang besar.

(37)

24

yang sedang mengikuti pelatihan keras. Hal ini memperlihatkan bahwa Michael dioposisikan sebagai base dalam lingkungan pekerjaan.

3.3 Sinopsis

Novel The Street Lawyer yang ditulis oleh John Grisham adalah sebuah novel yang menceritakan tentang perjalanan seorang pengacara sukses dalam sebuah lembaga hukum besar, Michael Brock, yang akhirnya menjadi pekerja sosial karena ia menyadari arti pentingnya hidup bersosialisasi terutama dengan orang-orang sekitar, khususnya dengan orang-orang yang membutuhkan.

Yang menarik dalam novel ini dan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan skripsi ini adalah ketika perubahan sikap Michael yang awalnya dia mendedikasikan hidupnya tersebut demi mencari harta kekayaan, posisi, serta menjalani hidup sebagai an American Dream. Pada akhirnya ia memilih menjadi pekerja soial sebagai seorang Street Lawyer.

Michael merasa jengah dengan pola hidup yang selalu dikejar-kejar oleh waktu, persaingan antar pekerja yang tidak ada habisnya, serta kritik dan permohonan para klien yang menuntut kasusnya untuk segera diselesaikan. Michael menyadari bahwa keputusannya yang lebih memilih membantu orang-orang yang membutuhkan tersebut dapat berdampak pada penghasilannya. Baginya penghasilan yang akan diperolehnya nanti, ketika menjadi seorang street lawyer, sebanding dengan kebebasan yang akan dimilikinya kelak, seperti yang dinyatakan olehnya berikut “Think how much fun it would be to work without

(38)
(39)

26

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Michael Sebagai Bagian dari Base

Dalam novel The Street Lawyer, perusahaan Drake&Sweeney, tempat Michael Brock bekerja, merupakan salah satu lembaga hukum besar di dunia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pekerja yang bekerja di lembaga hukum tersebut, seperti yang disampaikan oleh Michael dalam pernyataannya berikut, "Drake & Sweeney had eight hundred lawyers in the offices around the world"(1998:14).

Perusahaan ini dibagi menjadi beberapa divisi, seperti: antitrust division—divisi yang menentang penggabungan industri-industri ataupun yang dikenal dengan monopoli industri, real estate division—divisi yang menangani proyek pembangunan mewah, tax division—divisi yang menangani masalah perpajakan, divorce division—divisi yang menangani masalah perceraian. Michael sendiri bekerja dalam divisi antitrust. Menurutnya dalam divisi ini dia merasakan sulit dan lamanya dalam proses penyelesaian kasus yang diterima. Michael menjelaskan kesulitannya tersebut ketika dia harus ikut ambil bagian dalam kasus yang dia terima dari kliennya:

“Antitrust cases are long and arduous, with files so thick they require boxes,and what was the point anyway? One billion dollar-corporation fighting another.(1998: 79)

Data di atas menunjukkan kesulitan yang dialami Michael selama menjadi seorang antitrust lawyer. Dalam data tersebut, Michael menyebutkan “Antitrust

(40)

divisi antitrust adalah divisi yang menangani kasus-kasus penentangan penggabungan industri-industri/monopoli industri. Misalnya, proses terjadinya merger terhadap suatu perusahaan bukanlah suatu perkara yang mudah sebab merger itu berkaitan dengan permasalahan seperti ekonomi dan politik antara perusahaan-perusahaan besar yang saling bersaing satu dengan yang lainnya. Hal tersebut dapat dilihat dari ditaruhkannya uang yang jumlahnya hingga mencapai milyaran dolar,“what was the point anyway? One billion dollar-corporation fighting another”.

Setiap persoalan yang menyangkut permasalahan keuangan, apalagi dengan jumlah yang besar, penyelesaiannya pun tentunya tidak akan semudah membalikkan telapak tangan. Tugas Michael adalah memastikan pekerjaan yang diberikan kepadanya tersebut berjalan sebaik mungkin. Akan tetapi, apabila Michael salah langkah dalam setiap mengambil keputusan ataupun lalai dalam menangani kasus yang dia hadapi, kepercayaan terhadap perusahaan Michael bisa saja hilang dan pada akhirnya berimbas pula pada diri Michael sendiri. Misalnya, pihak perusahaan tidak akan memberikan gaji atau hanya akan memotong gaji Michael sebagai sebuah sanksi. Lebih buruknya lagi bila pihak perusahaan harus mengambil keputusan untuk memecat Michael, karena menilai kemampuannya tidak kompeten dan dapat digantikan oleh orang yang lebih mampu.

(41)

28

menyatakannya dalam pernyataan berikut “with files so thick they require boxes”.

Berkas–berkas yang dimaksud tentunya merupakan berkas-berkas berharga yang bernilai hingga milyaran dollar. Untuk itu Michael harus pandai dalam mengatur setiap pekerjaannya, seperti, merapihkan ataupun menyusun bahan kerjaannya tersebut dengan sebaik mungkin. Hal itu dilakukan lebih kepada faktor efisiensi kerja dari setiap pekerjaan yang harus dia kerjakan. Sebagaimana lazimnya kasus bernilai milyaran dollar lainnya, unsur politik dan ekonomi sangat berkaitan erat dalam pekerjaan ini sehingga Michael harus berhati–hati dalam setiap langkah yang harus ditempuhnya. Nama baik perusahaan kepada klien menjadi pertaruhan jika Michael gagal dalam mengambil langkah politis dalam bernegosiasi.

Karena beratnya beban yang ditanggung Michael, terkadang dia mengeluhkan kesehariannya tersebut selama bekerja di perusahaan Drake&Sweeney. Michael menyatakannya sebagai berikut:

“Drake and Sweeney, like most large firms, treats their workers as

a boot camp. I worked fifteen hours a day, six days a week.” (1998:31).

(42)

bagi para calon-calon perwira atau tentara berlatih baik fisik maupun mental. Pada data tersebut, Michael menyiratkan bahwa kelelahan yang dialaminya baik secara mental maupun fisik di perusahaan Drake & Sweeney diibaratkan seperti seorang perwira yang sedang mengikuti pelatihan keras.

Ibarat seorang perwira pula, Michael sebagai seorang pekerja tidak mampu berbuat banyak selain mematuhi peraturan yang diberikan oleh pihak perusahaan serta tuntutan yang begitu besar terhadap dirinya. Hal tersebut dapat dilihat dari kebiasaan yang paling terkecil dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini dapat diketahui melalui pernyataannya berikut:

“As young workaholic, I did not need alarm clocks, especially forMonday mornings, when I faced an entire week of challenges. I was up at five, eating cereal at five-thirty.”(1998:98).

(43)

30

perusahaan sehingga dia harus bergelut dengan waktu. Peraturan dan tuntutan dari perusahaannya ini telah menjadikan Michael sebagai seorang pekerja keras, bahkan cenderung menjadi seorang workaholic.

Dalam dunia kapitalis, orang-orang yang bekerja di bawah kekuasaan orang-orang yang dominan diibaratkan sebagai sebuah properti atau alat. Hal itu dapat dilihat juga dari kondisi Michael selama bekerja di perusahaan Drake&Sweeney. Pada kalimat, “As young workaholic, I did not need alarm

clocks, especially for Monday mornings”. Pernyataan tersebut merupakan salah

satu kebiasaan yang selalu dilakukan oleh Michael secara terus menerus sehingga menyebabkan dirinya menjadi seorang yang workaholic. Hubungan kapitalisme dengan kebiasaan Michael ini adalah kondisi Michael selama bekerja di perusahaan tersebut dapat diibaratkan sebagai sebuah robot. Sebagaimana sebuah robot atau mesin dapat bekerja ataupun bergerak karena adanya masukan data yang telah dibuat oleh pembuat robot tersebut sebelumnya. Secara tidak langsung, kenyataan bahwa Michael menjadi seorang yang workaholic pada awalnya untuk memenuhi tuntutan dari pihak perusahaan kepadanya, ini terjadi karena tuntutan yang diberikan kepadanya begitu besar sehingga Michael harus bersungguh-sungguh dalam menjalankan setiap kegiatan kerjanya.

(44)

Selain Michael harus bergelut dengan waktu, tuntutan yang besar serta beban pekerjaan yang ditanggungnya, Michael juga harus dihadapkan dengan persaingan antar para pekerjalainnya. Michael menjelaskan hal itu ketika dia diantar oleh istrinya berangkat kerja:

“Claire drove me to the office, where at six-forty. I was not

surprised to see my Lexus parked among several other imports. The lot was never empty. We had people who slept at the office.‖ (1998:36)

Data di atas menunjukkan bahwa tidak hanya saja Michael yang disibukkan dengan kegiatan kerja yang harus dijalani, akan tetapi pekerja lainnya yang masih satu profesi dengan dirinya merasakan hal yang sama. Seperti pada saat dia akan berangkat kerja. Ketika sampai di parkir perusahaan pada pukul 06.40 pagi, Michael sudah tidak merasa heran lagi jika tempat parkir perusahaan tersebut sudah dipenuhi mobil-mobil mewah lainnya. Dia menyebutkan, “The lot was never empty. We had people who slept at the office‖. Pada pernyataan ini dia bermaksud memperlihatkan adanya unsur persaingan yang terjadi antara satu pekerja dengan pekerja lainnya. Mereka rela hingga harus bermalam di dalam kantor karena beban pekerjaan yang diberikan kepada para pekerja tersebut. Selain karena alasan beban pekerjaan yang diberikan, hal ini pula membuktikan persaingan yang terjadi diantara mereka. Mereka ingin menunjukkan siapa yang lebih baik diantara satu sama lainnya.

(45)

32

menjalankan tugasnya, perusahaan Drake&Sweeney tidak segan-segan memecat pekerjanya saat itu juga. Hal tersebut disampaikan oleh Michael ketika dia mengunjungi salah satu perusahaan kecil yang masih bergerak dalam bidang hukum untuk mencari informasi mengenai tunawisma yang melakukan penyanderaan terhadap dirinya beserta kedelapan rekan kerjanya.

“A fierce Hispanic woman stopped typing after watching me for a moment. "You looking for somebody?" she asked. It was more of a challenge than a request. A receptionist at Drake & Sweeney would be fired on the spot for such a greeting.” (1998:41).

Data di atas menunjukkan bagaimana perusahaan Drake & Sweeney sangat ketat dalam mempekerjakan para pekerjanya, terutama dalam hal mentaati peraturan yang diberlakukan terhadap para pekerjanya. Hal tersebut diperlihatkan oleh Michael dengan membandingkan sikap dari seorang resepsionis yang bekerja di perusahaan Drake & Sweeney dengan perusahaan lain. “It was more of a challenge than a request. A receptionist at Drake & Sweeney would be fired on

the spot for such a greeting”. Pernyataan Michael tersebut ingin memperlihatkan

(46)

Apabila dilihat dari beban pekerjaan, tuntutan besar yang diberikan, serta peraturan yang begitu ketat dari perusahaan Drake & Sweene, Michael berada dalam posisi base. Kondisi ini dapat dilihat dari posisinya sebagai pekerja dalam lingkungan pekerjaan. Michael menjadi pihak yang didominasi atas perusahaan tersebut.

Jika Michael termasuk kedalam bagian dari base, dilihat dari posisinya sebagai pekerja, pihak perusahaan dan para klien yang menggunakan jasanya berada dalam posisi superstructure. Pada saat Michael berhadapan dengan perusahaan Drake & Sweeney maka pihak perusahaan menjadi superstructure, dan konsep owning dan owned berlaku dalam hubungan mereka. Akan tetapi jika Michael sudah berhadapan dengan seorang klien, maka klien tersebut menjadi superstructure, dan hubungan yang berlaku di antara keduanya adalah oppressing

dan oppressed.

4.1.1 Hubungan Owning-Owned

(47)

34

perusahaan bertanggung jawab atas pemberian upah kerja, mengurus, menjaga, serta memfasilitasi para pekerjanya. Karena alasan tersebut, maka pihak perusahaan memiliki power—kekuasaaan terhadap para pekerjanya dengan menuntut para pekerjanya tersebut untuk dapat bekerja di bawah tekanan dan tuntutan yang besar demi kepuasan dan kepercayaan dari klien:

The elevator stopped, and I stepped off, this time without anyone behind me. I took a long breath and flipped a light switch. Nothing had happened. The conference table and chairs were in perfect order. The Oriental rug upon which Mister died had been replaced with an even prettier one. A fresh coat of paint covered the walls. Even the bullet hole in the ceiling above Rafter's spot was gone. The powers that be at Drake & Sweeney had spent some dough the previous night to make sure the incident never occurred. There simply couldn't be any trace of street trash in our pristine offices.(1998: 37)

Data diatas merupakan salah satu contoh kekuasaan yang diperlihatkan oleh perusahaan Drake & Sweeney dengan menyulap kondisi dalam ruangan divisi antitrust yang sehari sebelumnya isi dalam ruangan tersebut kacau balau.“The powers that be at Drake & Sweeney had spent some dough the

previous night to make sure the incident never occurred”. Hal tersebut diutarakan

oleh Michael yang merasa heran saat dia kembali bekerja sehari setelah kejadian penyanderaan terhadap dirinya terjadi. Dia heran dengan kondisi ruangan divisi antitrust yang sebelumnya kacau balau kini menjadi rapih ditambah dengan perlengkapan barang–barang mewah lainnya. Selain itu dia heran juga dengan sikap orang–orang dalam perusahaan yang diam seribu bahasa menyangkut peristiwa tersebut, seperti dalam pernyataannya berikut, “not a single word had

(48)

pekerjanya untuk tidak berbicara banyak soal peristiwa penyanderaan yang terjadi. Kejadian penyanderaan tersebut, menurut sudut pandang perusahaan, dapat merusak nama baik perusahaan. Oleh karena itu, pihak perusahaan menutup mulut para pekerjanya dengan kekuatan politik yang kuat serta kedudukan tinggi, sehingga pihak perusahaan dapat membuat kejadian tersebut seolah tidak pernah terjadi.

Keputusan pihak perusahaan untuk memperbaiki ataupun mengganti kondisi ruangan divisi antitrust serta menutup mulut para pekerjanya tersebut merupakan langkah–langkah yang digunakan untuk mempertahankan nama baik perusahaan di mata para kliennya. Keputusan itu diambil oleh pihak perusahaan untuk kembali menarik hati para kliennya sehingga tidak berpaling pada perusahaan lain.Berdasarkan hal itu, dilihat dari setiap keputusan yang diambil, orang–orang yang diposisikan sebagai bagian dari superstructure, khususnya dalam hubungan owning-owned, cenderung dan/atau ingin tetap mempertahankan posisinya sebagai golongan yang paling berkuasa.

4.1.2. Hubungan Oppressing-Oppressed

(49)

36

base di hadapan para konsumennya. Hal semacam ini muncul sebagai salah satu fenomena yang terdapat dalam novel “The Street Lawyer‖.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka seorang klien yang diibarakatkan sebagai seorang konsumen dianggap sebagai bagian dari superstructure. Menyadari kondisi semacam itu, Michael menunjukkan perbedaan posisi antara klien dan dirinya

Because I'm a lawyer and live by the clock, I checked my watch so that whatever happened could be duly recorded. I had nonstop meetings throughout the afternoon, important conferences with important people.(1998:15)

Data di atas menunjukkan bahwa kehadiran seorang klien tentunya tidak bisa dianggap sebelah mata. Seperti ketika dia harus mencatat setiap pertemuan– pertemuan penting yang akan dijalaninya sebagaimana pernyataannya, “I had nonstop meetings throughout the afternoon, important conferences with important

people”. Pernyataannya ini membuktikan bahwa ketika Michael sudah

dihadapkan dengan seorang klien, dia harus bersungguh – sungguh dalam menjalankan setiap pekerjaannya. Salah satunya dengan memberikan perhatian lebih terhadap kliennya, misalnya, ketika Michael diminta untuk mengikuti pertemuan dengan para kliennya tersebut, Michael harus mampu menepati setiap pertemuan dengan tepat waktu. Hal tersebut dilakukan tentunya agar klien merasa nyaman dengan perhatian yang diberikan perusahaan Drake & Sweeney.

(50)

menekan—oppressing—pihak perusahaan agar kasusnya terselesaikan. Pihak perusahaan dalam hal ini, kemudian menjadi bagian dari base. Perubahan posisi perusahaan Drake & Sweeney yang semula berada dalam posisi superstructure menjadi base disebabkan karena munculnya faktor rulling class/the rulling one, ataupun kelas yang dianggap lebih dominan dibanding kelas lain.

Dalam bab II telah dijelaskan, kondisi perusahaan Drake & Sweeney ini sejalan dengan pernyataan Marx bahwa perubahan dari superstructure ke base ataupun sebaliknya dalam sebuah sistem ekonomi dalam masyarakat dapat ditentukan ataupun dilihat dari sudut pandang seseorang yang dianggap lebih dominan. Dalam artian faktor politik dan juga ekonomi yang menentukan. Hal ini terjadi sebagaimana telah dipaparkan pada penjelasan sebelumnya bahwa hubungan antara Michael dengan perusahaan Drake & Sweeney sebagai pihak kepemilikan jasa di posisikan sebagai bagian dari superstructure. Akan tetapi jika pihak perusahaan telah memiliki seorang klien maka pihak perusahaan berubah menjadi base. Hal tersebut disebabkan karena adanya faktor dominan tadi, bahwa seorang klien adalah orang yang membeli jasa yang ditawarkan oleh pihak perusahaan. Dengan demikian, posisi seorang klien dapat menjadi lebih tinggi dibanding perusahaan Drake & Sweeney ketika klien diibaratkan sebagai seorang konsumen.

(51)

38

mendelegasikan pekerjaan yang diinginkan klien kepada mereka. Tindakan ini dilakukan sebagai bentuk politik dalam hubungan owning-owned sebelumnya. Adapun Michael sebagai seorang pekerja yang harus menyelesaikan permasalahan kliennya tersebut.

Seperti yang sudah dijelaskan di awal pembahasan, sebagai seorang antitrust lawyer Michael harus mampu mengatasi beban serta tuntutan besar yang diberikan kepada dirinya. Waktu yang dia punya dihabiskan oleh pertemuan– pertemuan penting dengan orang–orang yang diposisikan sebagai superstructure. Sebagai pihak yang ditekan—oppressed—baik oleh pihak perusahaan maupun klien, mau tidak mau Michael harus dapat membiasakan dirinya dengan lingkungan seperti itu. Kebiasaan hidup di sekitar orang–orang superstructure ini membuat dirinya tidak berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya. Sikapnya yang arogan dan memandang rendah terhadap orang lain diperlihatkan Michael seperti berikut:

"Excuse me!" a nasty voice called from behind. "Would you like to pay for that?" I kept walking. He approached from the rear and yelled, "Hey, pal!" I stopped long enough to pull a five dollar bill from my pocket and throw it at his feet, hardly looking at him. (1998:90)

(52)

pull a five dollarbill from my pocket and throw it at his feet, hardly looking at

him”. Melalui pernyataannya tersebut, Michael menunjukkan dirinya berada

dalam posisi superstructure sebab dia membandingkan dirinya dengan laki-laki yang meminta-minta uang tersebut. Dia mendeskripsikan dirinya sebagai seorang yang rapi dan terdidik di banding laki-laki tersebut. Akan tetapi, sikapnya ini hanya menjadi pelampiasan bahwa pada nyatanya dia adalah seorang base.

Bagaimanapun juga, posisi Michael dapat berubah seperti yang dialami oleh perusahaan Drake & Sweeney. Perubahan posisi Michael dari base menjadi superstructure dapat dilihat dari kekuatan dalam segi politik maupun ekonomi yang dimilikinya.

4.2 Michael Sebagai Bagian dari Superstructure

Analisis terhadap perubahan posisi Michael dari base ke superstructure. dapat dilihat dari profesionalisme kerja Michael. Hal ini dilakukan melalui analisis pada sudut pandang orang yang melihat posisi Michael sebagai pekerja di perusahaan Drake & Sweeney yang dianggap membanggakan.

(53)

40

masyarakat dan memperlihatkan bahwa dirinya termasuk kedalam bagian superstructure.

Seperti yang sudah djelaskan sebelumnya bahwa seseorang dapat dikatakan base maupun superstructure dapat dilihat dari segi politik maupun ekonomi yang dimilikinya. Dalam artian, ketika Michael berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya, seperti keluarga, teman, kerabat, dan masyarakat di luar lingkungan pekerjaan. Mereka beranggapan bahwa pekerjaannya sebagai seorang pengacara dianggap membanggakan, terlepas dari bagaimana Michael dieksploitasi oleh perusahaan Drake & Sweeney ketika Michael menjadi base dalam lingkungan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat dari percakapan Michael dengan seorang pemilik sebuah perusahaan kecil ketika dia mencari pembenaran/informasi mengenai seorang tunawisma yang melakukan penyanderaan terhadap dirinya sebagai berikut:

I handed him my gold-embossed Drake & Sweeney card, which he studied with a deep frown. Then he gave it back to me, and said, "Slumming, aren't you?"

"No," I said, taking the card. "What do you want?"

"I come in peace. Mr. Hardy's bullet almost got me." "You were in the room with him?"

"Yep."

He took a deep breath and lost the frown. He pointed to the only chair on my side.

"Have a seat. But you might get dirty." (1998:42)

(54)

kecil tersebut. Kehadiran Michael membuat laki-laki pemilik perusahaan kecil itu kaget dan bertanya-tanya maksud kedatangannya tersebut. Setelah mengetahui akar permasalahan yang terjadi, laki-laki itu mempersilakan Michael untuk duduk dengan menyatakan "Have a seat. But you might get dirty”. Penekanan dalam ucapannya yang mengatakan, “But you might get dirty” memperlihatkan bahwa laki-laki pemilik perusahaan kecil tersebut merendah kepada Michael. Sikapnya ini dikarenakan oleh dia menyadari posisinya sebagai perusahaan kecil tidak dapat dibandingkan dengan perusahaan Drake & Sweeney yang besar. Dengan demikian, hal ini menunjukkan bahwa posisi Michael dianggap lebih tinggi darinya.

(55)

42

percakapan antara keduanya terlihat seperti sedang bercanda, teman Michael itu sebenarnya merasa iri akan keberhasilan yang telah dicapainya:

"What does your wife do?" he asked, making light conversation. "She's a surgical resident at Georgetown."

"You guys'll have it made, won't you? You'll be a partner in a big firm, she'll be a surgeon. Another American dream."(1998:74)

Data di atas menunjukkan bahwa pekerjaan Michael sebagai seorang pengacara dianggap sebagai sebuah pekerjaan yang membanggakan dan sangat menjanjikan. Dalam artian pekerjaannya tersebut banyak diidamkan oleh setiap orang. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan temannya yang mengatakan bahwa Michael sebagai “Another American dream‖. Menurut Mary McMahon (2013) istilah American dream dalam pengertian secara umum adalah sebuah gagasan yang menunjukkan bahwa di Amerika, seseorang dapat mencapai sebuah kesuksesan serta berpotensi mendapatkan kebahagian hidup di dunia dengan usaha kerja keras. Kesuksesan ataupun kebahagian yang dimaksud dapat di dasari oleh pencarian bentuk kesetaraan, kemakmuran dalam segi material maupun perubahan hidup ke arah yang lebih baik.

Hubungan antara pernyataan teman Michael mengenai “American Dream

(56)

yang berkenaan dengan kemakmuran secara materi inilah mengundang rasa iri teman Michael tersebut.

Posisi Michael sebagai superstructure yang berpenghasilan tinggi disebabkan oleh kemampuan yang dimilikinya sebagai seorang pengacara. Dia sangat memahami hal-hal yang berkenaan dengan permasalahan politik, hukum, maupun ekonomi sehingga dia dianggap memiliki kualifikasi sebagai seorang pengacara. Kondisi Michael ini dapat merujuk pada pernyataan Marx mengenai perubahan posisi dari base menjadi superstructure ataupun sebaliknya. Perubahan tersebut dapat dilihat dari kekuatan dalam segi politik maupun ekonomi yang dimiliki Michael serta peristiwa yang dialaminya menjadi bukti bahwa profesinya sebagai seorang pengacara di mata masyarakat diposisikan sebagai bagian dari superstructure. Kondisi semacam ini membuat Michael merasa lebih tinggi dari

kebanyakan masyarakat dan bersikap arogan.

(57)

44

selama ini dicarinya. Hal ini disebabkan oleh karena Michael masih belum dapat melupakan peristiwa penyanderaan yang dilakukan oleh seorang tunawisma beberapa waktu lalu. Dia ingin mencari tahu alasan tunawisma tersebut melakukan penyanderaan terhadap dirinya.

“We sat in the middle of the pack, at a folding table with street people at our elbows. He, Mordecai Green, was able to eat and chat as if everything was fine; I wasn't. I played with my soup, which, thanks to Miss Dolly, was really quite good, but I couldn't get beyond the fact that I, Michael Brock, an affluent white boy from Memphis and Yale and Drake & Sweeney, was sitting among the homeless in the basement of a church in the middle of Northwest D.C.” (1998:71)

Data di atas menunjukkan ketidakpercayaan Michael sebagai seorang terdidik yang bekerja di sebuah perusahaan ternama dan besar datang mengunjungi sebuah tempat penampungan bagi para tunawisma yang menurutnya tabu untuk dikunjungi. Dalam tuturannya yang mengatakan bahwa dia adalah,

an affluent white boy from Memphis and Yale and Drake & Sweeney” dapat

dipahami bahwa Michael dibesarkan di Memphis; dia adalah lulusan dari Universitas Yale yang terkenal dengan predikat sebagai universitas dalam bidang hukum terbaik, serta sebagai seorang yang dapat bekerja di salah satu perusahaan besar dan ternama seperti Drake & Sweeney.

(58)

yang mampu membeli ataupun menyewa rumah di sana membuktikan bahwa orang-orang tersebut termasuk dari kalangan orang-orang dominant. Oleh karena itu, menurutnya berada di antara para tunawisma dirasakannya menjadi hal yang tabu.

Sikapnya ini dinyatakan melalui tuturannya seperti di atas yang mengatakan “I couldn't get beyond the fact that I, Michael Brock, was sitting among the homeless in the basement of a church in the middle of Northwest

D.C.”. Sikap yang ditunjukkan Michael ini disebabkan karena dia terbiasa hidup

dalam lingkungan orang-orang dominant, sehingga ketika dia masuk ke dalam lingkungan yang dirasakan asing olehnya. Dengan kata lain, jika tempat yang dikunjunginya tersebut dianggapnya tidak layak untuk dihuni, Michael cenderung merendahkan orang-orang yang ada di dalamnya. Seperti yang dinyatakan oleh Michael berikut.

“My parents were in their early sixties. Dad was an airline pilot

for thirty years. Mom had been a bank manager. They worked hard, saved well, and provided a comfortable upper-middle-class home for us. My two brothers and I had the best private schools we could get into.” (1998:55)

(59)

46

Memphis dalam pernyataan sebelumnya. Dalam pernyataan ini terlihat bahwa Yale sebagai sekolah swasta terbaik dan Memphis sebagai kota tempat tinggal orang tua Michael yang memberikan anak-anaknya kenyamanan di dalam rumah. Hal ini menjadi alasan atas sikap Michael yang cenderung memandang rendah para tunawisma dilihat dari segi ekonomi yang dimiliki olehnya.

Kondisi ini semakin memperjelas bahwa Michael kurang bersosialisasi dengan orang-orang yang membutuhkan karena dia terbiasa hidup di sekeliling orang-orang dominant baik di dalam maupun di luar lingkungan pekerjaan. Jika dikaitkan dengan kedatangan Michael ke tempat penampungan yang dianggapnya sebagai tempat tabu untuk dikunjungi olehnya. Hal ini terjadi karena Michael merasakan posisi dirinya lebih tinggi daripada para tunawisma yang berada di sana.

4.2.1 Hubungan Oppressing-Opppressed

(60)

"You see, Michael, the homeless have no voice. No one listens, no one cares, and they expect no one to help them. So when they try to use the phone to get benefits due them, they get nowhere. They are put on hold, permanently. Their calls are never returned. They have no addresses. The bureaucrats don't care, and so they screw the very people they're supposed to help. A seasoned social worker can at least get the bureaucrats to listen, and maybe look at the file and maybe return a phone call. But you get a lawyer on the phone, barking and raising hell, and things happen. Bureaucrats get motivated. Papers get processed. No address? No problem. Send the check to me; I'll get it to the client." (1998:87)

Data di atas menunjukkan kondisi para tunawisma yang ditindas oleh para penguasa. Mereka tidak mempunyai keberanian untuk menyampaikan aspirasi-aspirasi ataupun keluhan-keluhannya tersebut. Meskipun pada saat mereka mempunyai keberanian untuk berbicara, pada akhirnya mereka hanya akan dipandang sebelah mata oleh para penguasa. Para penguasa cenderung melihat permasalahan yang mereka alami sebagai sebuah permasalahan kecil, meskipun pada nyatanya permasalahan sekecil apapun tidak pernah dipenuhi oleh para penguasa. Hal ini menunjukkan bahwa para tunawisma tersebut berada dalam lingkungan masyarakat yang diposisikan sebagai base.

Melalui pernyataan“You spend years on the streets, soaked with booze, stoned on crack, sleeping in the cold, getting kicked around by cops and punks, it

makes you crazy” (1989:44), tergambar jelas kehidupan para tunawisma sebagai

(61)

48

diposisikan sebagai base dalam lingkungan pekerjaan. Meskipun Michael seorang yang kaya dan terdidik, pada nyatanya di hadapan perusahaan Drake & Sweeney dia menjadi orang yang dominated. Dalam hal ini petugas keamanan ataupun orang-orang yang diposisikan lebih tinggi dari para tunawisma tersebut sebagai golongan orang-orang yang dominant karena mereka ini memiliki kekuatan ataupun kekuasaan untuk menindas orang lain. Seperti pernyataan Marx yang mengatakan bahwa perubahan base dan superstructure dapat dilihat dari faktor politik dan juga ekonomi yang lebih advance dalam setiap kelasnya.

Maka dari itu, dengan adanya seorang pengacara yang membela mereka, setidaknya para penguasa tersebut menyadari posisi mereka di mata hukum dan memenuhi permintaan para tunawisma. Mengetahui hal ini, timbul rasa iba dalam diri Michael. Dia pun mulai belajar akan pentingnya hidup bersosialisasi dengan orang-orang di luar lingkungannya. Hal pertama yang dilakukan Michael sebagai bukti dari keberpihakkannya pada orang-orang dominated adalah keputusannya untuk meninggalkan perusahaan Drake & Sweeney,

And so my once promising career at Drake & Sweeney sputtered to an end. I skipped my own retirement party. At the age of thirty-two I was freed from the shackles of corporate servitude, and the money. (1998:106)

(62)

sosial Michael terhadap para tunawisma yang untuk makan saja mereka tidak bisa apalagi untuk membuat sebuah pesta mewah. Maka dari itu, di dasari oleh rasa sosial yang tumbuh dalam diri Michael, dia melewati pesta perpisahannya tersebut.

Beratnya beban pekerjaan yang harus dikerjakan dan tuntutan besar yang diberikan kepadanya selama menjadi base, menyadarkan dirinya bahwa pekerjaannya selama ini merupakan sebuah bentuk perbudakan. Oleh karena itu, dia mengambil keputusan untuk keluar dari perusahaan Drake & Sweeney dan terbebas dari lingkaran perbudakan yang ada di sana. Seperti pernyataan Michael di atas yang mengatakan “I was freed from the shackles of corporate servitude, and the money. Michael menganggap dirinya tidak lagi dibebani pekerjaan yang akan mengganggu kehidupan pribadinya. Dia menuturkan hal tersebut melalui pernyataan berikut:

No more labor with a time clock wrapped around my throat. No more eighty-hour weeks because my ambitious colleagues might be doing eighty-five. No more brown-nosing those above me. No more nightmares about getting the partnership door slammed in my face.(1998:119)

Gambar

Gambar 1.1. Superstructure dan Base dalam Relation of Production
Gambar 2.1. Proses Produksi
Gambar 2.2. Hubungan Superstructure dan Base

Referensi

Dokumen terkait

1) Kualitas produk yang ditawarkan oleh Flaminggo Collection mempunyai kualitas yang sangat baik di bandingkan toko baju lainnya, dimana Flaminggo Collection harus

Pelaksanaan postest dilakukan setelah diberikan perlakuan yang berbeda kepada kedua kelas tersebut, yaitu kelas VIIIA yang diajarkan dengang model pembelajaran

Salah satu bentuk struktur data yang berisi kumpulan data yang tersusun secara sekuensial, saling bersambungan, dinamis adalah senarai berkait ( linked list

Adapun kendala-kendala umum yang ditemui PKBM-PKBM di Kabupaten Karimun dalam penyelenggaraan program-programnya, antara lain: kurangnya sarana dan prasarana

X : Perlakuan (treatment) yang diberikan (Variabel independen) Sugiyono (2013: 75). Penelitian ini akan dilaksanakan pengukuran yang dilakukan sebelum diberi perlakuan berupa

pada saat fase matang (mature) di Selat Makassar menjelang masuk ke pesisir timur Kalimantan Timur yang menunjukkan bahwa kasus MCC yang terjadi di Selat Makassar

Skripsi yang berjudul “Uji Kepekaan (Sensitivity Test) Bakteri Penyebab Mastitis pada Kambing Peranakan Etawa (PE) di Beberapa Kecamatan Kabupaten Banyuwangi

Melalui eksperimen ini akan diketahui fraksi volume kristal superkonduktor yang terbentuk pada setiap variasi kadar molar dopan Pb yang digunakan dalam