“
ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENANGANAN RISIKO KREDIT PADA KENDARAAN BERMOTOR”(Studi pada Bank Muamalat cabang Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur) SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Disusun Oleh :
Fadlurrachman Hakim NIM : 208046100034
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
..A}[ALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAIY MURABAHAIT DAN
PENAI\GAI\AN RISIKO KREDIT PADA KEI\DARAAN BERMOTOR'
_(Studi Pada Bank Muar*ralat Cabang Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur) SKRIPSI
Diajukan Untuk frIemenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
.t, ni
Oleh:
Fadlurrachman llakim
NIM 208046100036
KONSENTRASI PERBANKAIY SYARIAH
PROGRAM STTIDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKT'LTAS SYARIATI DA.IY HUKUM
UIN SYARIF XIIDAYATULLAH JAKARTA
I434rI&013rvr
I
I
1
I
I
l
I Yuke
PENGESAIIAN PAhIITIA UJIAN
skripsi
yang berjudul "Analisis Kelayakan pembiayaan lwurabahah Dan Penanganann Risiko Kredit Pada Kendaraar Bermotor,' telahdi ujikan
dalam sidang munaqasah Fakulas Sryr,"h dan Hukum UIN Syarif Hidayatutlah Jakarta padatanggal 214l-2014. Skripsi
ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untukmempcroleh gslar Sarjana Program Sfiata
I
(Sl)
pada Program Study Muamalat :(Ekonomilslam).
Jakarta,
2l
lanuari 2Al 4195505051 98203 t0I2
PANITIA UJIAN MUNAQASAH
Ketua P-rof. Dr H. Muhamnrad Arniqr Suma S.H.. M"A."..M.M. NrP. r955050s t98203 t0r2
Sekretaris
Pernbirnbing
Penguji
I
Mufidph. SHI
Yukp Rahrnawati. S.Aq.. MA NrP. 197s0903?007012023
Drs.H. Bprhaquddin Yusuf. MM
NIP. 1954061 81981 103 1005
Mulrnin Rouf, S.Ag.. MA
NrP, I 97407252AU1 2 100 I
iv
1.
Skripsiini
merupakanhasil
karyaasli
saya yang diajukan untuk memenuhi salah s,atu persyaratan memperoleh gelar strataI
di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisanini
telah sayacantumkan sesuai aengl; ketentuan yang berlaku
di
Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersediarnenerima sanksi yang berlaku
di
Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.
v
ABSTRAK
Fadlurrachman Hakim. NIM 208046100034 “Analisis Kelayakan
Pembiayaan Murabahah Dan Penanganan Risiko Kredit Pada Kendaraan
Bermotor”. Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Perbankan Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta/2014, (X + 82 halaman + 11 Lampiran).
Pembiayaan murabahah pada Bank Muamalat Indonesia. Pembiayaan
merupakan suatu fasilitas yang diberikan bank syariah pada masyarakat yang ingin melakukan pembiayaan. Pembiayaan ini merupakan fungsi bank yang terpenting dalam melaksanakan penggunaan pendanaanya. Tingkat keberhasilan pembiayaan ini tergantung dari bagaimana bank menyeleksi nasabah yang ingin melakukan pembiayaan.
Penelitian ini berjudul Analisis Kelayakan Pembiayaan Murabahah Dan
Penanganan Risiko Kredit Pada Kendaraan Bermotor. Bertujuan untuk
mengetahui operasional pembiayaan Murabah kepada nasabah yang akan
mengajukan pembiayaan kendaraan bermotor. Penelitian ini menggunakan analitis-deskriptif, yaitu penelitian yang bermaksud mendeskripsikan fenomena yang terjadi di lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara, kuisioner, observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukan , pertama¸mengetahui sistem perhitungan
dari akad murabahah pada pembiayaan Kendaraan bermotor. Kedua untuk
mengetahui penanganan yang diberikan Bank Muamalat apabila terjadinya nasabah yang bermasalah.
Kata Kunci :Pembiayaan Murabahah pada kendaraan bermotor di Bank
Muamalat Indonesia cabang Kupang.
vi
rahmat-Nya-lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam rangka memenuhi
persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Syariah pada Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta
segenap keluarga, sahabat dan bahkan umatnya. Insyaallah dan mudah-mudahan kita
ada didalamnya.
Dalam skripsi ini penulis mencoba menyusun hasil pengamatan pada Bank
Muamalat Indonesia cabang Kupang. Berdasarkan pada data-data yang ada dari hasil
pengamatan, serta hasil bimbingan pihak Bank Muamalat. Selama proses skripsi ini,
penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk kemajuan yang
lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat
dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT. Amin.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan skripsi ini terutama kepada:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM., Dekan Fakultas
vii
2. Euis Amalia, M.Ag dan Mu’min Rauf, MA. Ketua dan Sekretaris Prodi
Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Yuke Rahmawati, S.Ag.,MA. Dosen Pembimbing yang telah berkenan
memberikan waktu, petunjuk, serta arahan selama penyusunan skripsi ini
dan atas kesabaran Beliau dalam membimbing.
4. Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA. Selaku Dosen Penasehat Akademik Penulis.
5. Mufidah SH. selaku sekretaris program Non Reguler Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Direksi Bank Muamalat cabang Kupang atas kesempatan yang diberikan
kepada penulis untuk dapat melaksanakan penelitian pada Bank Muamalat
cabang Kupang.
7. Khoirul Faiq, Akhmad Kholil, dan Adi Untoro yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan serta memberi data dalam penyusunan skripsi
saya ini.
8. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Ibu, Bapak dan keluarga saya yang senantiasa memberikan dukungan material dan
moral (Orang tua saya adalah motivasi terbesar saya dalam menyelesaikan skripsi
ini dengan cepat, maka skripsi ini saya dedikasikan untuk orang tua saya).
10.Teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah Non Reguler Angkatan 2008.
yang telah memberikan pertemanan yang sangat berkesan selama saya menjalani
viii
dan ukhuwah yang terindah dan tak terlupakan.
12.Nanda Ayu Asmarani atas doa dan pengorbanannya dalam membantu proses
berjalannya skripsi ini.
13.Sahabat-sahabat saya dan juga orang-orang di sekitar saya yang peduli serta turut
membantu dan mendukung saya dalam menyusun skripsi ini. Semoga Allah SWT
senantiasa memberikan balasan atas seluruh kebaikan yang telah diberikan
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas semua kebaikan
pihak-pihak yang telah membantu saya. Semoga skripsi ini dapat
memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta, 21 Januari 2014
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
ABSTRAK………. ... v
KATA PENGANTAR………. vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
D. Metode Penelitian ... 11
E. Kerangka Konsep ... 13
F. Sistematika Penulisan ... 16
BAB II LANDASAN TEORI A. Review Study Terdahulu ... 18
B. Tinjauan Umum Murabahah ... 21
C. Konsep Pembiayaan Murabahah ... 28
x
C. Struktur Organisasi ... 48
D. Produk dan Jasa ... 53
BAB IV ANALISIS KELAYAKAN
A. Karakteristik Pembiayaan Murabahah Bank Muamalat Cabang
Kupang ... 62
B. Alur Perolehan Pembiayaan Kendaraan Bermotor Bank Muamalat
Cabang Kupang ... 65
C. Pendapatan Margin Pihak Bank Muamalat Dalam Akad
Murabahah ... 71
D. Faktor-Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah ... 74
E. Langkah-Langkah Penyelesaian Pembiayaan yang Bermasalah .... 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 80
B. Saran-Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 83
xi
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Skema 2.1 Alur Pembiayaan Murabahah ... 24
Skema 2.2 Skema Bai’ al-Murabahah ... 32
[image:11.612.144.528.180.533.2]Skema 3.1 Organization Chart Of PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk ... 51
Tabel 3.2 Struktur Organisasi Bank Muamalat Cabang Kupang 2013 ... 52
Skema 4.1 Alur Proses Perolehan Pembiayaan Murabahah ... 65
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bunga dalam ekonomi modern merupakan sebuah tantangan penting
dalam penalaran Islam, yaitu adanya bunga, yang juga semakin kehilangan
arti pentingnya. Telah terkenal bahwa Islam melarang pembiayaan dengan
adanya sistem bunga sebagai pembayaran yang ditentukan di muka atas dana
pinjaman. Terlepas dari maksud atau hasil penggunaanya. Bahkan Islam
menggairahkan pembagian keuntungan yang ditentukan kemudian di antara
peminjam dan pemberi pinjaman.1.
Bunga itu telah dilarang dalam kitab-kitab suci Yahudi dan Kristen.
Batas-batas bunga yang ditetapkan oleh perjanjian lama tidak ditaati oleh
orang-orang Yahudi, dan Gereja Katolik Roma melarang bunga selama
Gereja itu berkuasa. Kitab Islam, Kitab Suci Al-quran, telah melarang bunga
dengan sangat keras. Umat Islam mentaati batas-batas yang ditetapkan dalam
Al- Quran secara agama dan secara politik selama mereka tetap berkuasa di
dunia.2
Sistem keuangan dan perbankan Islam merupakan bagian dari konsep
yang lebih luas didalam ekonomi Islam, dimana tujuannya sebagaimana
dianjurkan oleh para ulama, adalah memberlakukan sistem nilai dan etika
1
Mahmudunnasir Syed, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), h. 555.
2
2
Islam ke dalam lingkunan ekonomi.3 Dengan adanya dasar acuan seperti ini,
maka keuangan dan perbankan Islam bagi kebanyakan umat tidak hanya
sebagai sebuah transaksi yang bersifat komersial.
Pandangan Islam dalam transaksi finansial itu dipandang banyak
kalangan muslim sebagai sebuah kewajiban. Kemampuan lembaga keuangan
Islam menarik minat investor dangan sukses bukan hanya tergantung pada
tingkat kemampuan lembaga itu menghasilkan keuntungan, tetapi juga pada
pandangan bagaiman lembaga tersebut secara sunguh-sunguh memperhatikan
batas-batas yang digariskan oleh Islam itu sendiri.4
Dalam upaya merealisasikan nilai-nilai ekonomi Islam dalam aktifitas
nyata masyarakat adalah dengan mendirikan lembaga-lembaga keuangan
yang berdasarkan syariah Islam. Di antara lembaga jenis keuangan yang ada,
yaitu BMT, Koperasi, BPRS, Asuransi, dan juga perbankan. Perbankan
merupakan sektor yang besar pengaruhnya dalam aktifitas masyarakat
modern.5
Bank sebagai salah satu lembaga keungan memiliki fungsi sebagai
perantara keuangan (financial intermediary), artinya lembaga yang
kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan
menyalurkan ke masyarakat yang kekurangan dana. Kegiatan bank
menghimpun dana disebut dengan funding, sementara kegiatan dana
3
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet,2006), h. 12.
4
Ibid.
5
menyalurkan kemasyarakat oleh bank disebut dengan financing atau lending.6
Selain menjalankan fungsinya sebagai perantara keuangan antara pihak
surplus dan pihak minus dana, bank sebagai suatu lembaga keuangan juga
berperan menyediakan sebuah fasilitas modal dan memberikan kredit dan jasa
dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran.7
Sistem Keuangan Islam memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah
yang sesuai syari’ah untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem
bunga (riba). Prinsip muamalah yang diperkenalkan itu berupa prinsip Bagi
Hasil lahir sebagai pengganti prinsip bunga sekaligus sebagai salah satu
solusi alternatif untuk menjawab persoalan pertentangan antara bunga bank
dengan riba. Dengan demikian, kerinduan umat Islam Indonesia yang
mendambakan kehadiran sistem lembaga keuangan yang sesuai dengan
tuntutan kebutuhan yang tidak hanya sebatas finansial namun juga tuntutan
moralitasnya serta yang ingin melepaskan diri dari persoalan riba telah
menjawab dengan lahirnya Bank Islam.8
Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh
ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah
sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Para tokoh yang terlibat dalam
kajian tersebut adalah Karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawam Rahardjo,
A.M. Saefuddin, M. Amien Azis, dan lain-lain.9 Perkembangan perbankan
syariah pada era reformasi ditandai oleh dengan disetujuinya Undang-undang
6
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h. 41.
7
Ahmad Anwari, Bank Rekan Terpercaya dalam Usaha Anda, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), h. 1.
8
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,2005)h.2.
9
4
No. 10 tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci
landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikandan
diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut juga
memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang
syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah.10
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki
prospek yang baik dalam kegiatan ekonomi, hal ini dapat dilihat dengan
semakin banyaknya lembaga keuangan bank dan non bank yang berkembang
dengan baik. Pengembangan keuangan Indonesia juga ditandai dengan
adanya diversifikasi produk keuangan, yaitu dengan bermunculannya
lembaga pembiayaan oleh bank yang dapat dijadikan alternatif dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat akan pembiayaan yang diinginkan.
Semakin berkembangnya lembaga keuangan yang menawarkan pembiayaan
alternatif bagi dunia usaha serta kebutuhan masyarakat indonesia dalam
sistem perekonomian Indonesia.
Perluasan lembaga keuangan pembiayaan disambut baik oleh
pemerintah, yaitu dengan adanya Kepres No 61 Tahun 1998, dimana dalam
Kepres ini didalamnya terdapat landasan operasional yang jelas. Adapun
beberapa jenis usaha dalam lebaga pembiayaan diantaranya adalah sewa guna
usaha (leasing), modal ventura (venture capital), piutang, (factoring),
10Muhammad Syafi’i Antonio,
pembiayaan konsumen (consumers finance), dan perdagangan surat
berharga.11
Melihat karakteristik pembiayaan jenis usaha yang beragam, maka
perusahan pembiayaan yang melakukan lebih dari satu kegiatan sering
disebut dengan multifinance company.12
Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar sukses dalam
persaingan adalah berusaha mencapai tujuan dengan mempertahankan dan
meningkatkan pelanggan. Mempertahankan pelanggan berarti perusahaan
harus mampu memuaskan apa yang dibutuhkan dan diinginkan pelanggannya
melebihi apa yang diberikan pesaing, sedangkan meningkatkan pelanggan
berarti perusahaan harus dapat menangkap setiap peluang yang ada melalui
strategi pemasarannya untuk mendapat pelanggan baru.13
Dalam perkembangan selanjutnya, landasan hukum perusahan
pembiayaan semakin kuat dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
84/PMK.012/2006 tentang perusahaan pembiayaan, yang menjelaskan
bahwa: “Perusahan pembiayaan adalah badan usaha diluar bank dan lembaga
keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang
termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan”.14
11
Ade Arthesa & Edie Handiaman, Bank & Lembaga Keuangan Bukan Bank, (Jakarta: PT. Indeks, 2006)., h.248.
12
Andi Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana 2009)., h.332.
13
Taktik Suryani , Perilaku Konsumen Implikasi pada strategi pemasaran (Yogyakarta , graha ilmu 2008 ) h 2.
14
6
Peraturan Menteri Keuangan inilah yang membuat posisi lembaga
pembiayaan memiliki peluang yang besar dalam mengembangkan dan
menguatkan lembaga pembiayaan di Indonesia.
Sistem keuangan Islam yang bebas dari prinsip bunga diharapkan
mampu menjadi alternatif terbaik dalam mencapai kesejahteraan masyarakat.
Penghapusan sistem bunga ini memiliki dampak makro yang cukup baik bagi
perkembangan ekonomi Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya
lembaga keuangan yang menggunakan prinsip syariah dalam menjalankan
kegiatannya.15
Untuk mewujudkan sistem keuangan yang adil dan efisien, maka setiap
tipe lapisan masyarakat harus terwadahi keinginannya dalam berinvestasi dan
berusaha, sesuai dengan kemampuan dan keinginan mereka. Lembaga
pembiayaan harus memfasilitasi hal tersebut guna menampung seluruh
keinginan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan sumber dana yang
mereka inginkan. Disamping itu, peran dan kinerja perbankan tidak akan
optimal tanpa didukung oleh sistem keuangan yang tangguh (robust financial
system). Sistem keuangan yang tangguh harus mampu menghindari dan
memecahkan masalah keuangan yang dihadapi, yaitu potensi adanya risiko
sistemik ketidak stabilan sistem keuangan (sistemik risk), potensi adanya
risiko bank run, resiko kelebihan atau kekurangan likuiditas perbankan, dan
risiko terhadap buruknya pelayanan yang diberikan oleh bank. Dengan alasan
15
itulah, maka diperlukan institusi–institusi pendukung dalam sistem keuangan,
seperti lembaga pembiayaan yang ada saat ini.16
Setelah lahirnya UU No.10 Tahun 1998 yang mengatur seraca rinci
landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan
diimplementasikan oleh bank syariah, dan juga menganjurkan adanya dual
banking system. Yaitu adanya bank konvensional yang konversi menjadi
Bank Umum Syariah, dan juga menganjurkan setiap bank konvensional
memliki Unit Usaha Syariah, Hal tersebut memberikan respon yang cukup
baik dari masyarakat. Eksistensi bank syariah semakin diperkuat dengan
adanya UU No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah pada tanggal 17
juni 2008, sehingga memperkuat kedudukan bank syariah dalam perbankan
nasional.
Selain berfungsi sosial, bank syariah juga mempunyai fungsi yang
sama dengan bank konvesional, yaitu sebagai lembaga yang berfungsi
menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan dana masyarakat melalui
pembiayaan.
Dalam perbankan konvesional penyaluran dana kepada nasabah selalu
dalam bentuk uang yang kemudian terserah bagi nasabah debitur untuk
memakainya. Sedangkan diberikannya pembiayaan, diperlukan analisa
kelayakan pembiayaan oleh bank syariah dengan tujuan agar bank tersebut
yakin bahwa pembiayaan yang diberikan benar-benar aman dalam arti uang
yang disalurkan pasti kembali. Bank harus lebih selektif dan hati-hati dalam
16
8
menyalurkan dana ke masyarakat, agar bank tidak mengalami kerugian
dikemudian hari. Jika penyaluran dana tersebut mengalami kerugian maka
pihak bank dalam kegiatan operasionalnya akan terganggu.
Jika pembiayaan sudah mengalami penunggakan pembayaran, pihak
bank harus siaga memantau usaha nasabah agar tidak terjadi lagi
penunggakan dibulan berikutnya. Pembiayaan ini harus ditangani agar tidak
menjadi pembiayaan bermasalah (macet) yang nantinya menimbulkan
kerugian bagi pihak bank.
Pembiayaan dengan prinsip jual-beli ditunjukan untuk memiliki barang,
sedangkan yang menggunakan prinsip sewa ditunjukan untuk mendapatkan
jasa. Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerja sama yang ditunjukan
guna mendapatkan barang dan jasa sekaligus.17
Dilihat dari kategori diatas pembiayaan adalah suatu proses, mulai dari
analisis kelayakan pembiayaan sampai kepada realisasinya. Namun
realisasinya pembiayaan bukanlah tahap terakhir dari proses pembiayaan
perlu adanya pemantauan terhadap nasabah yang telah disetujui, karena
berguna untuk mengurai risiko dari kegagalan pembiayaan murabahah
bermasalah dikemudian hari, karena setiap pengusaha berbeda karakternya,
ada yang bisa mencapai kesuksesan besar dan ada juga yang rugi dalam
menjalankan usahanya yang pada akhirnya mereka tidak bisa mengembalikan
modal yang dibiayai oleh bank syariah, pemantauan ini berguna untuk
17
menjaga uang nasabah investor yang telah mengamanahkannya ke bank
syariah untuk dikelola.
Berdasarkan paparan diatas yang telah dibahas tersebut, maka penulis
merasa tertarik untuk membahas dan meneliti permasalahan penyaluran
pembiayaan yang dianggap bermasalah, yang tentunya tidak boleh
menyimpang dari peraturan yang ditetapkan Bank Indonesia dan Syariat
Islam. Oleh karena itu, dalam penulisan skripsi ini, penulis mengangkat judul
“Analisis Kelayakan Pembiayaan Murabahah dan Penanganan Risiko Kredit
pada kendaraan bermotor ” (Studi pada Bank Muamalat Cabang Kupang ,
Provinsi Nusa Tenggara Timur).
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus, maka penulis memberikan
batasan, yaitu dengan cara bagaimana bank syariah khusunya Bank
Muamalat cabang Kupang memberikan kelayakan dan penanganan
pembiayaan terutama dalam akad murabahah yang hanya difokuskan
pada pembiayaan kendaraan bermotor.
2. Perumusan Masalah
Masalah peneliti pun dirumuskan dalam beberapa pertayaaan
sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme operasional dan pembiayaan pada akad
10
2. Peranan manajemen risiko yang digunakan oleh Bank Muamalat
dalam mengantisipasi pembiayaan yang bermasalah pada
kendaraan bermotor?
3. Bagaimana perhitungan margin oleh Bank Muamalat cabang
Kupang dalam pembiayaan murabahah pada kendaraan bermotor ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis kelayakan dan penanganan pembiayaan yang
bermasalah pada kendaraan dalam akad murabahah.
2. Untuk mengetahui seberapa besar keuntungan bagi Bank Muamalat
cabang Kupang dalam pembiayaan murabahah ini.
3. Mengetahui bagaimana penanganan dan pengelolaan manajemen
risiko dalam pembiayaan murabahah.
2. Manfaat Penelitian
Secara lebih spesifik manfaat yang di harapkan dari penelitian ini
adalah :
1. Manfaat bagi penulis : hasil penelitian ini di harapkan berguna bagi
kehidupan pelajar dan mahasiswa serta untuk menambah wawasan
lebih kepada penulis tentang produk Bank Muamalat cabang
Kupang khususnya pada pembiayaan murabahah pada pembiayaan
2. Manfaat bagi Bank Muamalat : dapat menjadi solusi bagi pihak
Bank dalam pembiayaan murabahah yang baik dan tepat guna serta
tidak bertentangan dengan nilai syariah berdasarkan teori-teori
yang ada juga dapat menjadi bahan evaluasi serta masukan untuk
lebih memajukan pembiayaan tersebut.
3. Manfaat bagi akademisi : dapat menambah pengetahuan tentang
Pembiayaan murabahah dalam aspek perhitungan serta resiko.
Dapat menjadi referensi awal bagi akademis yang akan
melanjutkan penelitian yang serupa dengan penelitian ini, baik
dilakukan di lokasi yang sama maupun di lokasi yang berbeda.
D. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode empiris-kualitatif-deskriptif,
yaitu suatu pendekatan yang mencoba menggambarkan keadaan obyek
yang sedang diteliti secara apa adanya.
2. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan dan
didukung oleh data literatur.
3. Sumber Data
a. Primer: data pokok yang didapat dari responden (pihak Bank
Muamalat) berupa hasil wawancara.
b. Sekunder: data literatur yang terkait dengan penelitian ini
12
4. Teknik pengumpulan data
Penelitian ini berbentuk studi kasus (case study) dan bersifat
mencari penjelasan tentang “Analisis Kelayakan Pembiayaan
Murabahah dan Penanganan Risiko Kredit pada Kendaraan Bermotor”.
Untuk meneliti secara cermat masalah ini, maka ada beberapa
teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian, yaitu:
a. Observasi
Dalam penelitian ini melakukan sebuah pengamatan langsung ke
Bank Muamalat Indonesia untuk mendapatkan sebagian data dalam
melakukan penulisan ilmiah ini.
b. Wawancara
Dalam tahap selanjutnya pun penulis melakukan sebuah wawancara
langsung kepada salah satu narasumber yang berada di dalam lingkup
Bank Muamalat, agar mendapatkan data yang lebih akurat dalam
memperoleh data untuk penyusunan karya ilmiah ini.
c. Studi Dokumentasi
Hal ini dilakukan untuk menjadi data pendukung dalam
pembahasan karya ilmiah ini, dimana akan mendapatkan data-data
terdahulu khususnya yang bersangkutan dengan pembiayaan murabahah
d. Studi Pustaka.
Dilakukan untuk mendapat data tambahan yang bersumber dari
buku yang mendukung karya ilmiah ini yang berhunbungan dengan
pembiayaan ini, karena menjadi salah satu persyaratan.
5. Teknik pengelolaan data
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan
data dan informasi berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh di lapangan
mengenai strategi pemasaran produk.
6. Teknik penulisan laporan
Teknik penulisan laporan dalam penelitian ini mengacu pada buku
pedoman penulisan skripsi yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1428/2012 M.
E. Kerangka Konseptual 1. Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah Islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya
mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang
menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam.
Falsafah dasar beroperasinya bank syariah yang menjiwai seluruh
hubungan transaksinya adalah efesiensi, keadilan, dan kebersamaan.
Efisiensi mengacu pada prinsip saling membantu secara sinergis untuk
14
Pandangan Islam dalam transaksi finansial itu dipandang banyak
kalangan muslim sebagai sebuah kewajiban. Kemampuan lembaga
keuangan Islam menarik minat investor dangan sukses bukan hanya
tergantung pada tingkat kemampuan lembaga itu menghasilkan
keuntungan, tetapi juga pada pandangan bagaimana lembaga tersebut
secara sungguh-sungguh memperhatikan batas-batas yang digariskan oleh
Islam itu sendiri.18
Dalam upaya merealisasikan nilai-nilai ekonomi Islam dalam
aktifitas nyata masyarakat adalah dengan mendirikan lembaga-lembaga
keuangan yang berdasarkan syariah Islam. Di antara lembaga jenis
keuangan yang ada, yaitu BMT, Koperasi, BPRS, Asuransi, dan juga
perbankan. Perbankan merupakan sektor yang besar pengaruhnya dalam
aktifitas masyarakat modern.19
2. Pembiayaan Murabahah
Murabahah didefinisikan oleh para fuquha penjualan biaya/harga
pokok (cost) barang tersebut ditambah dengan mark-up atau margin
keuntungan yang disepakati. Karakteristik murabahah adalah bahwa
penjual harus membeli tahu pembeli mengenai harga pembelian produk
dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya (cost)
tersebut.20 Margin keuntungan merupakan selisih harga jual dikurangi
harga asal yang merupakan pendapatan atau keutungan bagi penjual, akad
18
Mahmudunnasir Syed, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), h. 555.
19
Tim Pengembangan Perbankan Syariah: Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah, (Jakarta: Djambatan, 2001), h. 10.
20
ini merupakan salah satu bentuk natural certainly contracts, karena dalam
murabahah ditentukan berapa recuired rate of profit-nya (keuntungan
yang ingin diperoleh).21
Murabahah adalah satu jenis jual beli yang dibenarkan oleh syariah
dan merupakan implementasi muamalat tijariah (interaksi bisnis).22 Pada
murabahah, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi sementara
pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh ataupun dicicil. Untuk
pembayaran secara cicilan, di Malaysia lebih dikenal dengan istilah BBA
(Bai’ Bistaman „Ajil). Secara istilah, sebenarnya transaksi yang dilakukan
dengan pembayaran tangguh disebut bai al-muajjal, sedangkan dicicil
disebut bai; ut-taksid.23
3. Manajemen Risiko
Risiko muncul ketika terdapat lebih dari satu kemungkinan hasil
(output), dan hasil yang paling akhir ini tidak dapat diketahui. Risiko dapat
didefinisikan sebagai perubahan atau perbedaan hasil yang tidak
diharapkan. Risiko bisa diukur dengan standar deviasi dari hasil historis.
Meskipun semua bisnis mengandung ketidak pastian, lembaga keuangan
menghadapi jenis-jenis risiko yang secara alami muncul dari aktivitas yang
mereka jalankan. Tujuan dari setiap lembaga keuangan adalah untuk
memaksimalkan profit dan nilai tambah bagi pemegang saham dengan
21
A. Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keungan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Vol. 3. 2004), h. 113.
22
Ah. Lathif Azharuddin, Fiqh Muamalat, (jakarta: UIN Jakarta Press, cet, 1. 2005) h.118.
23
16
menawarkan berbagai bentuk layanan keuangan, terutama dengan
mengelola risiko.24
Terminologi atau istilah “Manajemen” penggunaan perkataan
tersebut dalam kamus bahasa indonesia disamakan dengan perkataan
“pengelolaan dan/atau pengendalian sejumlah manusia yang harus bekerja
sama didalam sebuah organisasi”. Menurut Stoner yang menyatakan
bahwa: “Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan kegiatan anggota organisasi dan
mempergunakan sumber-sumber daya organisasi lainnya, agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.25
Jadi manajemen risiko adalah suatu proses yang digunakan oleh
perusahaan dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan
meminimalkan pengaruh yang merugikan dari suatu risiko dengan
mengidentifikasi, memantau, mengevaluasi, dan mengendalikan risiko
teresebut dan menerapkan sebuah metode pengendalian efektif.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
BAB I PENDAHULUAN yang meliputi: Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Kerangka Konsep dan Sistematika Penulisan.
24
Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, Manajemen risiko lembaga keuangan syariah,(Jakarta: Bumi aksara, 2008), h. 9
25
BAB II LANDASAN TEORI yang meliputi: Review Studi Terdahulu,
Tinjauan Umum Murabahah, Konsep Pembiayaan Murabahah,
Manajemen Risiko dan Analisis Kelayakan Pembiayaan.
BAB III GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT yang meliputi:
Sejarah Singkat dan Perkembangannya, Visi dan Misi, Struktur
Organisasi, Produk dan Jasa.
BAB IV ANALISA KELAYAKAN yang meliputi: Karakteristik
Pembiayaan Murabahah Bank Muamalat Cabang Kupang,
Pendapatan Margin Pihak Bank Muamalat Dalam Akad
Murabahah, Faktor-Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah,
Langkah-Langkah Penyelesaian Pembiayaan yang Bermasalah.
BAB V PENUTUP yang meliputi: Kesimpulan dan Saran dari hasil
[image:28.595.132.516.220.533.2]18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Review Study Terdahulu
Untuk menjaga nilai keaslian (orisinalitas) dalam penelitian kali
ini, maka perlu disajikan penelitian-penelitian terdahulu yang terkait
dengan judul yang penulis ajukan. Berikut ini adalah penelitian-penelitaian
yang pernah dilakukan berkaitan dengan materi yang dibahas.
Usman Chalid, 2005, dengan judul “Manajemen pembiayaan
murabahah pada bank syariah” (studi kasus Bank Syariah Mandiri cabang
Pondok Indah).
Dalam penelitian ini menjelaskan bagaimana manajemen
pembiayaan murabahah dilakukan bank syariah mandiri serta menjelaskan
perinsip yang diterapkan bank syariah mandiri dalam manajemen
pembiayaan murabahah, dari penelitian ini dapat diketahui bagaimana
manajemen pembiayaan murabahah dilakukan yaitu sebelum dilakukan
penandatanganan pembiayaan murabahah terlebih dahulu terpenuhi
prosedur persyaratan legalitas dan administrasi dari nasabah. Selain itu,
manajemen yang diterapkan Bank Syariah Mandiri telah seseuai dengan
perinsip Islam, karena kegiatan yang dilakukan untuk pencapaian tujuan
pembiayaan murabahah selalu berdasarkan konsep dan norma-norma yang
diterapkan oleh Allah SWT. Dan dalam melakukan tindakan-tindakan
tersebut dilatar belakangi oleh konsep amal sholeh seperti melakukan
dapat merugikan, menggunakan konsep pembagian kerja yang didasarkan
pada kemampuan fisik, ilmu dan teknologi yang dimiliki oleh
masing-masing karyawan dan memeliahara nilai-nilai kemuliaan manusia.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan
data deskriptif dan tertulis dengan informasi dari yang terlibat dalam objek
dilapangan. Sedangkan pengumpulan data yang berkenaan dengan
penelitian ini adalah menggunakan penelitian kepustakaan dan penelitian
lapangan.
Churmah, 2003 dengan judul skripsi “upaya penyelesaian
pembiayaan bermasalah dalam rangka meningkatkan aktifitas perbankan
syariah” (studi kasus Bank Muamalat).
Penelitian ini menjelaskan mengenai penyaluran atas dana
pembiayaan Bank Muamalat tidak diberikan batasan-batasan mengenai
sektor yang akan dibiayai. Bank Muamalat memberikan untuk semua
sektor usaha yang sesuai dengan yang telah ditetapkan bank indonesia,
yaitu melalui penyaluran yang produktif untuk keperluan yang konsumtif.
Selain itu juga menjelaskan faktor-faktor penyebab pembiayaan
bermasalah yang terjadi di bank muamalat dapat berasal dari dua faktor
yaitu internal dan eksternal. Untuk faktor internal yang berasal dari debitur
adalah dikarenakan pihak debitur belum memenuhi pengalaman dalam
bidang keuangan dan pengelolaan bermasalah. Penyebab lain adalah unsur
kesengajaan debitur memberikan data-data yang tidak benar pada saat
20
Sedangkan penyebab eksternal yaitu akibat bencana alam seperti banjir,
kebakaran dan kerusuhan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kepustakaan dan penelitian lapangan dengan cara kualitatif yang deskriptif
M. Zaenal Muttaqin (2011) dalam skripsi yang berjudul “strategi
penyelesaian pembiayaan bermasalah sebagai upaya meminimalkan
pembiayaan bermasalah pada Bank Muamalat Indonesia (BMI) cabang
BSD Tanggerang”,
Dalam penelitian ini disebutkan dalam pelaksanaan pengawasan
pembiayaan pada BMI cabang BSD Tanggerang telah tersusun cukup
baik, hal ini bisa dilihat dari kegiatan pengawasan yang dilakukan
terhadap proses pertimbangan pra pemberian pembayaran pembiayaan
mudharabah, pelaksanaan pengawasan pasca pemenuhan pembiayaan dan
penyelesaian pembiayaan bermasalah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan cara kualitatif
deskriptif.
Dalam penelitian ini penulis akan membahas tentang analisis
kelayakan dan penangan pembiayaan kendaraan bermotor pada akad
murabahah. Dan bagaimana resiko yang dihadapi oleh pihak Bank
B. Tinjauan Umum Murabahah
1. Pengertian Murabahah
Murabahah didefinisikan oleh para fuquha penjualan
biaya/harga pokok (cost) barang tersebut ditambah dengan mark-up
atau margin keuntungan yang disepakati. Karakteristik murabahah
adalah bahwa penjual harus memberi tahu pembeli mengenai harga
pembelian produk dan menyatakan jumlah keuntungan yang
ditambahkan pada biaya (cost) tersebut.1 Margin keuntungan
merupakan selisih harga jual dikurangi harga asal yang merupakan
pendapatan atau keutungan bagi penjual, akad ini merupakan salah
satu bentuk natural certainly contracts, karena dalam murabahah
ditentukan berapa recuired rate of profit-nya (keuntungan yang ingin
diperoleh).2
Murabahah adalah satu jenis jual beli yang dibenarkan oleh
syariah dan merupakan implementasi muamalat tijariah (interaksi
bisnis).3 Pada murabahah, penyerahan barang dilakukan pada saat
transaksi sementara pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh
ataupun dicicil. Untuk pembayaran secara cicilan, di Malaysia lebih
dikenal dengan istilah BBA (Bai’ Bistaman „Ajil). Secara istilah,
1
Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta: UII Press, Vol, 1. 2005), h.13.
2
A. Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keungan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Vol. 3. 2004), h. 113.
3
22
sebenarnya transaksi yang dilakukan dengan pembayaran tangguh
disebut bai al-muajjal, sedangkan dicicil disebut bai; ut-taksid.4
Ketentuan yang harus dipenuhi daalam jual beli murabahah
meliputi hal-hal berikut:
1. Jual beli murabahah harus dilakukan atas barang yang telah
dimiliki/hak kepemilikan telah berada ditsngan penjual. Artinya
bahwa keuntungan dan risiko barang tersebut ada pada penjual
sebagai konsekuensi dari kepemilikan yang timbul dari akad yang
sah.
2. Adanya kejelasan informasi mengenai besarnya modal (harga
pembelian/kulakan) dan biaya-biaya lain yang lazim dikeluarkan
dalam jual beli (capital outlay) pada suatu komoditi, semuanya
harus diketahui oleh pembeli saat akad dan ini merupakan salah
satu syarat sah murabahah.
3. Ada informasi yang jelas tentang keuntungan baik nominal maupun
persentase sehingga diketahui oleh pembeli sebagai salah satu
syarat sah murabahah.
4. Dalam sistem murabahah, penjual boleh menetapkan syarat kepada
pembeli untuk menjamin kerusakan yang tidak tampak pada
barang, tetapi lebih baik syarat seperti itu tidak ditetapkan, karena
pengawasan barang merupakan kewajiban penjual untuk menjaga
kepercayaan.
4
5. Transaksi pertama (antara penjual dan pembeli pertama) haruslah
sah, jika tidak sah maka tidak boleh jual beli secara murabahah
(antara pembeli pertama yang menjadi penjual kedua dengan
pembeli murabahah), karena murabahah adalah jual beli dengan
harga pertama disertai tambahan keutungan.5
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI Nomor: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang
murabahah, pada bagian pertama tentang ketentuan umum murabahah
dalam bank syariah:
1. Melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari;ah islam.
3. Membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang
telah disepakati kualifikasinya.
4. Bank membeli barang yang dibutuhkan oleh nasabah atas nama
bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas dengan riba.
5. Bank harus menyampaikan semuanya yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakuakan secara hutang.
6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)
dengan harga jual senilai dengan harga beli plus ditambah
keuntungannya. Dalam hal ini bank harus memberitahukannya
5
24
secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang
diperlukan.6
Secara konsep bank syariah dapat menjalankan usaha
supermarket atau perdagangan yang dijalankan dengan prinsip
murabahah. Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang
cangkupan transaksi murabahah dapat dilihat dalam gambar berikut:7
Skema 2.1
Alur Pembiayaan Murabahah
Murabahah dalam gambar diatas dibagi menjadi dua macam,
yaitu murabahah tanpa pesanan, maksudnya disini adalah ada yang
pesan atau tidak, ada yang beli atau tidak bank syariah menyediakan
barang dagangannya. Penyediaan barang pada murabahah ini tidak
terpengaruhi atau terikat langsung dengan ada tidaknya pesanan atau
pembeli. Murabahah berdasarkan pesanan, maksudnya bank syariah
6
Indonesia, Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang Murabahah, No. 04/DSN-MUI/IV/2000, bagian pertama angka 1 s/d 6.
7
Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta: UII Press, Vol, 1. 2005), h.37.
Murabahah
Berdasarkan Pesanan
Tunai
Jenis
Tidak Mengikat
Tanpa Pesanan
Tangguh
baru akan melakukan transaksi murabahah atau jual beli apabila ada
nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan barang baru
dilakukan jika ada pesanan. dalam hal ini pihak penjual boleh meminta
pembayaran hamish ghadiyah, yakni uang tanda jadi ketika ijab-kabul.8
Murabahah berdasarkan pesanan dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Murabahah berdasarkan pesanan yang bersifat terikat, maksudnya
apabila barang (produk) sudah dipesan maka pesan harus
membelinya.
b. Murabahah berdasarkan pesanan dan berdasarkan tidak mengikat,
maksudnya walaupun nasabah sudah memesan barang, tetapi
nasabah tidak terikat, nasabah dapat menerima atau membatalkan
barang tersebut.9
Sehingga dalam teknik pembayaran murabahah dapat dilakukan
secara tunai atau dicicil. Dalam murabahah juga diperkenankan adanya
perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda.
Murabahah muajjal dicirikan dengan adanya penyerahan barang diawal
akad dan pembayaran kemudian (setelah awal akad), baik dalam bentuk
angsuran maupun dalam bentuk lump sum (sekaligus).10
Dalam realisasi dalam perbankan syari’ah pada pembiayaan
murabahah nasabah mendapatkan sebuah dispensasi (potongan) apabila
nasabah ini mempercepat pembayaran cicilan dan melunasi piutang
8
A.Karim Adiwarman,“Bank Islam Analisis Fiqh dan Keungan”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Vol.3. 2007), h.115.
9
Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta: UII Press, Vol, 1. 2005), h.38.
10
26
murabahah sebelum jatuh tempo.11 Seperti yang tertera dalam Fatwa
Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
Nomor: 46/DSN-MUI/II/2005 tentang Potongan Tagihan Murabahah,
pada bagian pertama poin pertama yaitu LKS boleh memberikan
potongan dari total kewajiban pembayaran kepada dalam transaksi
(akad) murabahah yang telah melakukan kewajiban pembayaran
cicilanya dengan tepat waktu dan/atau nasabah yang mengalami
penurunan kemampuan pembayaran.12
2. Landasan Hukum
اَبِرّلا َمَرَحَو َعْيَ بلْا ُها َلَحَاَو
“...padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...”(QS. Al-Baqarah/1:275)ْﻞﻘﻢﻠﺴﻮ ْﻴﻠ ﷲﻰﻠﺼْﻲ ﻠ ﻦ
:
ﺔﻜ ﺮ ﻠْ ٌﻦﻬْﻴﻔ ﺚ ﺜ
:
ﺔﻀﺮ ﻘﻤﻠ ﻮ ﻞﺠ ﻰﻠ ْﻴ ْﻠ
ْﻴ ْﻠﻠ ﺖْﻴ ْﻠﻠﺮْﻴ ﺸ ﺮ ْﻠ ﻄْﻠﺨﻮ
(
ْﻴﻬﺼْﻦ ْ ﺠ ﻤﻦْ ﻮﺮ
)
“...Nabi bersabda ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jerawut untuk keperluan rumah tanggga, bukan untuk
dijual...” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib)
3. Rukun dan Syarat
Rukun Murabahah
a. Penjual (bai’)
b. Pembeli (musytari’)
c. Barang/objek (mabi’)
d. Harga (tsaman)
11Hasbi Ramli, “Teori Dasar Akuntansi Syariah”,
(Jakarta: Renaisan, 2005),h. 52.
12
e. Ijab qabul (sighat)13
Syarat Murabahah
a. Syarat yang berakad diantaranya:
1. Cakap hukum
2. Sukarela (ridha), tidak dalam keadaan dipaksa/terpaksa/
dibawah tekanan.
b. Objek yang diperjualbelikan
1. Tidak termasuk yang diharamkan atau dilarang
2. Bermanfaat
3. Penyerahannya dari penjual kepembeli dapat dilakukan
4. Merupakan hak milik penuh yang berakad
5. Sesuai dengan spesifikasi antara yang serahkan penjual dan
yang diterima pembeli
c. Akad sighat
1. Harus jelas dan disebutkan secara spesifikasi dengan siapa
berakad.
2. Antara ijab qabul (serah terima) harus selaras baik dalam
spesifikasi barang maupun harga yang disepakati.
3. Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan
keabsahan transaksi pada hal atau kejadian yang akan datang.
4. Tidak membatasi jangka waktu.
13 Zulkifli Sutarno, “
28
C. Konsep Pembiayaan Murabahah
1. Pengertian pembiayaan murabahah
Salah satu skim fiqih yang paling popular digunakan oleh
perbankan syariah adalah skim jual-beli murabahah. Transaksi
murabahah ini lazim digunakan oleh Rasulullah Saw. Dan para
sahabatnya. Secara sederhana, murabahah berarti suatu penjualan
barang serharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati.
Misalnya, seseorang membeli barang kemudian menjualnya kembali
dengan keuntungan tertentu. Beberapa besar keuntungan tersebut dapat
dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau dalam persentase dari
harga pembeliannya, misalnya 10% atau 20%.14
Jadi singkatnya, murabahah adalah akad jual beli barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan (Margin) yang disepakati
oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk
natural certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan
beberapa required rate of profit-nya (Keuntungan yang ingin
diperoleh).15
Karena dalam definisinya disebut adanya “keuntungan yang
disepakati”, karakteristik murabahah adalah si penjual harus memberi
14
Ibnu Abidin, Rad al-Mukhtar „alal Ardh al-Mukhtar, VI, hlm. 19-50: al-Kurtubi,
Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid, II, hlm. 211.
15
tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah
keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut.16
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan.
Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian
barang setelah ada pemesanan dari nasabah, dan dapat bersifat mengikat
atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya
(bank dapat meminta uang muka pembelian pada nasabah).
Dalam kasus jual beli biasa, misalnya seseorang ingin membeli
barang tertentu dengan spesifikasi tertentu, sedangkan barang tersebut
belum ada pada saat pemesanan, maka si penjual akan mencari dan
membeli barang yang sesuai dengan spesifikasinya, kemudian
menjualnya kepada si pemesanan. Contoh si Fulan ingin membeli mobil
dengan perlengkapan tertentu yang harus dicari, dibeli, dan dipasang
pada mobil pesanannya oleh dealer mobil. Tranksaksi murabahah
melalui pesanan ini adalah sah dalam fiqih Islam, antara lain dikatakan
oleh Imam Muhammad ibnul-Hasan Al-Syaibani, Imam Syafi’i dan
Imam Ja’far Al-Shiddiq.
Dalam murabahah melalui pesanan ini, si penjual beoleh meminta
pembayaran hamish ghadiyah¸ yakni uang tanda jadi ketika ijab-kabul.
Hal ini sekadar untuk menunjukan bukti keseriusan si pembeli. Bila
kemudian sipenjual telah membeli dan memasang berbagai perlengkapan
di mobil pesanannya, sedangkan si pembeli membatalkannya, hamish
16
30
ghadiya ini dapat digunakan untuk menutup kerugian si dealer mobil.
Bila jumlah hamish ghadiyah-nya lebih kecil dibandingkan jumlah
kerusakan yang harus ditanggung oleh si penjual, penjual dapat meminta
kekurangannya. Sebaliknya, bila berlebih, si pembeli berhak atas
kelebihan itu.17 Dalam murabahah berdasarkan pesanan yang bersifat
mengikat, pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya. Pembayaran
murabahah dapat dilakukan secara tunai ataupun cicilan. Dalam
murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga barang
untuk cara pembayaran yang berbeda. Murabahah muajjal dicirikan
dengan adanya penyerahan barang diawal akad dan pembayaran
kemudian (setelah akad awal), baik dalam bentuk angsuran maupun
dalam bentuk lump sum (sekaligus).
2. Manfaat dan Risiko Pembiayaan Murabahah
Sesuai dengan sifat bisnis (tijarah), transaksi bai’al-murabahah
memiliki beberapa manfaat, demikian juga risko yang harus diantisipasi.
Bai’al-murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah
satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli
dari penjual dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem bai’al
-murabahah juga sangat sederhana.Hal tersebut memudahkan penanganan
administrasinya di bank syariah. Diantara kemungkinan risiko yang harus
diantisipasi antara lain sebagai berikut.
17
a. Default atau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar
angsuran.
b. Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang
dipasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank
tidak bisa mengubah harga jual beli tersebut.
c. Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh
nasabah karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam
perjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya. Karena
itu, sebaiknya dilindungin dengan asuransi. Kemungkinan lain
karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda
dengan yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani kontrak
pembelian dengan penjualnya, barang tersebut akan menjadi
milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai risiko untuk
menjualnya kepada pihak lain.
d. Dijual; karena bai’ al-murabahah bersifat jual beli dengan
utang, maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi
milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun terhadap aset
miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi
demikian , risiko untuk default akan besar. 18
Secara umum, aplikasi perbankan dari bai’ al-murabahah dapat
digambarkan dalam skema berikut ini.
18Muhammad Syafi’i Antonio,
32
Skema 2.2
Skema Bai’ al-Murabahah
2. Akad jual beli
6 . Bayar 5. Terima barang
1. Beli barang 4. Kirim
3. Cara Perhitungan MarginPihak Bank Dalam Akad Murabahah
Pembiayaan murabahah digunakan dalam kondisi dimana bank
tidak memiliki objek yang diinginkan pembeli, skim ini biasanya
digunakan untuk membantu pembeli untuk pengadaan objek tertentu
dimana pembeli tidak memiliki kemampuan finansial yang cukup untuk
melakukan pembayaran secara tunai.
Contoh kasus:
Bapak Urfan berniat membeli mobil untuk keperluan pribadi
pribadi seharga Rp 120 juta, padahal pada saat itu dia hanya memiliki
dana Rp 30 juta. Untuk mengatasi permasalahannya, bapak Urfan pergi
ke Bank Syari’ah untuk mencari solusi. Bagaimana skim yang akan
diterima oleh Bapak Urfan?
(asumsi: ekspektasi keuntungan Bank Syariah adalah 12%/th) Bank
1. Negosiasi dan Persyaratan
Nasabah
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, bank syari’ah memberikan
solusi dengan skim Bai’ al-murrabahah sebagai berikut:19
Perhitungan Bank:
Harga mobil = Rp 120 juta
Porsi nasabah = Rp 30 juta -
Porsi bank = Rp 90 juta
Margin keuntungan bank = Rp 90 juta x 12%/th x 2 th
= Rp 21,6 juta
Skim untuk nasabah:
Harga beli mobil = Rp 120 juta
Margin keuntungan bank = Rp 21,6 juta +
Harga jual bank = Rp 141, 6 juta
Angsuran pertama = Rp 30 juta -
Sisa angsuran = Rp 111,6 juta
Angsuran per bulan = Rp 4.650.000
D. Manajemen Risiko Pembiayaan dan Analisis Kelayakan Pembiayaan 1. Manajemen risiko
Manajamen risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi
yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. Hal ini
terkait dengan definisi umum risiko, yaitu pada setiap usaha/kegiatan
19
34
selalu terdapat kemungkinan tidak tercapainya suatu tujuan atau selalu
terdapat ketidakpastian atas keputusan apapun yang telah diambil.20
Manajemen risiko dikatakan pula sebagai “suatu kegiatan yang
dilakukan untuk menanggapi risiko yang telah diketahui (melalui rencana
analisis risiko atau bentuk observasi lain) dalam rangka meminimalisi
konsekuensi buruk yang mungkin muncul.” Dalam hal ini risiko
dijabarkan dalam bentuk rencana atau prosedur yang reaktif. Manajemen
risiko bermakna semua rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan
risiko, dimana didalamnya termasuk perencanaan (planning), penilaian
(assesment) atau identifikasi dan analisis, penanganan (handling), dan
pemantauan (monitoring) risiko. Manajemen risiko merupakan
serangkaian prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasikan,
mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari
kegiatan usaha bank, meliputi produk barang dan jasa perbankan, baik
pada bank konvesional maupun bank berdasarkan prinsip syariah.21
2. Fungsi dan Tujuan Manajemen Risiko
Manajemen didalam suatu badan usaha, baik industri, niaga dan
jasa, tidak terkecuali jasa perbankan, didorong oleh motif mendapatkan
keuntungan (profit). Untuk mendapatkan keuntungan yang besar
manajemen haruslah diselenggarakan dengan efisien. Sikap ini harus
dimiliki oleh setiap pengusaha dan manajer dimana pun mereka berada,
20
Prof. Dr. H. Veithzal Rifai,S.E., M.M., M.B.A. dan Rifki Ismail, S.E., M.Ec. , Ph. D.,
Islamic Risk Management For Islamic Bank ( Jakarta, Gramedia pustaka utama, 2013) h. 64
21
baik dalam organisasi bisnis, pelayanan publik maupun organisasi sosial
kemasyarakatan. 22
Fungsi dari manajemen risiko terbagi menjadi 4 yaitu :23
1. Menetapkan arah dan risk appetite dengan mengkaji ulang
secara berkala dan menyetujui risk exposure limits yang
mengikuti perubahan strategi perusahaan.
2. Menetapkan limit umumnya mencakup pemberian kredit,
penempatan non-kredit, asset liability management, trading dan
kegiatan lain seperti derivatif dan lain-lain.
3. Menetapkan kecukupan prosedur atau prosedur pemeriksaan
(audit) untuk memastikan adanya integrasi pengukuran risiko,
kontrol sistem pelaporan, dan kepatuhan terhadap kebijakan dan
prosedur yang berlaku.
4. Menetapkan metodologi untuk mengelola risiko dengan
menggunakan sistem pencatatan dan pelaporan yang terintegrasi
dengan sistem komputerisasi segingga dapat diukur dan
dipantau sumber risiko utama terhadap organisasi bank.
Tentang Fungsi-fungsi manajemen tidak hanya sesuai dengan yang
disebutkan diatas unsur-unsur dari manajemen dilengkapi dengan
perencanaan yang baik harus dilakukan dengan kegiatan yang meliputi:24
22
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet,2006), h. 12
23
Prof. Dr. H. Veithzal Rifai,S.E., M.M., M.B.A. dan Rifki Ismail, S.E., M.Ec. , Ph. D.,
Islamic Risk Management For Islamic Bank ( Jakarta, Gramedia pustaka utama, 2013) h.83
24
36
a. Forecasting adalah suatu peramalan usaha yang sistematis,
yang paling mungkin memperoleh sesuatu dimasa yang
akan datang dengan dasar penaksiran dan menggunakan
perhitungan yang rasional atas fakta yang ada. Fungsi
perkiraan adalah memberi informasi sebagai dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
b. Objective atau tujuan adalah nilai yang akan dicapai atau
diinginkan oleh seseorang atau badan usaha. Untuk
mencapai tujuan dia bersedia memberi pengorbanan atau
usaha yang wajar agar nilai-nilai itu terjangkau.
c. Policies dapat berarti rencana kegiatan (plan of action) atau
juga dapat diartikan sebagai suatu pedoman pokok (guiding
principles) yang diadakan oleh suatu badan usaha untuk
menentukan kegiatan yang berulang-ulang.
d. Programmes adalah sederetan kegiatan yang digambarkan
untuk melaksanakan policies. Program itu merupakan
rencanan kegiatan yang dinamis yang biasanya
dilaksanakan sercara bertahap, dan terikat dengan ruang
(place) dan waktu (time). Program itu harus merupakan
suatu kesatuan yang terkait erat dan tidak dapat dipisahkan
dengan tujuan yang telah ditentukan dalam organisasi
e. Schedules adalah pembagian program yang harus
diselesaikan menurut urut-urutan waktu tertentu. Dalam
keadaan terpaksa schedules dapat berubah, tetapi program
dan tujuan tidak berubah.
f. Procedures adalah suatu gambaran sifat atau metode untuk
melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan. Perbedaannya
dengan program adalah: program menyatakan apa yang
harus dikerjakan, sedangkan prosedur berbicara tentang
bagaimana melaksanakannya.
g. Budget adalah suatu taksiran atau perkiraan biaya yang
harus dikeluarkan oleh pendapatan yang diharapkan
diperoleh dimasa yang akan datang. Dengan demikian,
budget dinyatakan dalam waktu, uang, material dan
unit-unit yang melaksanakan pekerjaan guna memperoleh hasil
yang diharapkan.
3. Proses manajemen pada risiko kredit dan analisis kelayakan pembiayaan murabahah
Pengertian dari risiko kredit dalah risiko dimana nasabah atau
debitur atau counterpart tidak mampu memenuhi kewajiban keuangannya
sesuai kontrak atau kesepakatan yang telah dilakukan. Definisi ini dapat
diperluas yaitu bahwa risiko kredit adalah risiko yang timbul dikarenakan
38
dimaksud belum tentu berimplikasi pada terjadinya default, namun paling
tidak kemungkinan terjadinya default akan semakin besar. Hal-hal yang
termasuk dalam Risiko kredit adalah :25
A. Lending Risk, yaitu risiko akibat nasabah/debitur tidak mampu
melunasi fasilitas yang telah diberikan oleh bank, baik berupa
fasilitas kredit langsung maupun tidak langsung (cash loan maupun
non cash loan)
B. Counterparty Risk, risiko dimana counterpart tidak bisa melunasi
kewajibannya ke bank baik sebelum tanggal kesepakatan maupun
pada saat tanggal kesepakatan.
C. Issuer Risk, risiko dimana penerbit suatu surat berharga tidak bisa
melunasi kepada bank sejumlah nilai surat berharga yang dimiliki
bank.
Ada beberapa prinsip-prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan
yaitu dengan analisis 5C, analisis 7P. Kedua prinsip ini 5C dan 7P
memeliki persamaan, yaitu apa-apa yang terkandung dalam 5C dirinci
lebih lanjut dalam prinsip 7P dan didalam prinsip 7P lebih terinci juga
25
Ahza Anwari / Tuesday, 11 May 2010 12:29
jangkauan analisisnya lebih luas dari 5C. Prinsip pemberian kredit dengan
analisis 5C dapat dijelaskan sebagai berikut:26
1. Character, adalah sifat watak seseorang dalam hal ini calon
debitur. Tujuannya adalah memberikan keyakinan kepada bank
bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit
benar-benar terpecaya. Character merupakan ukuran untuk menilai
“kemauan” nasabah membayar kreditnya.
2. Capacity (Capability), untuk melihat kemampuan calon nasabah
dalam membayar kreditnya yang dihubungkan dengan kemampuan
mengelola bisnis serta kemampuan mencari laba.
3. Capital, untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang
dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.
4. Colleteral, merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik
yang bersifat fisik maupun non fisik.
5. Condition, dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi
ekonomi sekarang dan untuk dimasa yang akan datang seseuai
sektor masing-masing.
Sementara itu penilaian dengan 7P adalah sebagai berikut :27
1. Personality yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau
tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya.
26
Kasmir,S.E.,MM. Manajemen Perbankan (Jakarta,PT Raja Grafindo Persada,2008) h. 91-92
27
40
2. Party yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klafikasi
tertentu atau golongan-golongan berdasarkan modal, loyalitas
serta karakternya.
3. Perpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam
mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan
nasabah.
4. Prospect yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan
datang apakah menguntungkan atau tidak.
5. Payment yaitu merupakan ukuran bagaimana cara nasabah
mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana
saja dana untuk pengembalian kredit yang diperoleh.
6. Profitability untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah
dalam mencari laba.
7. Protection tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang
dikucurkan oleh bank, tetapi melalui suatu perlindungan.
Analisis 5C dan 7P harus disempurnakan dengan 1S yaitu Syariah
Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha yang akan
dibiayai benar-benar usaha yang tidak melanggar syariah dan sesuai
dengan fatwa DSN.28
Seperti halnya bank konvesional, bank Islam juga menghadapi risiko
pembiayaan yang menyalurkan dananya kemasyarakat. Risiko pembiayaan
atau sering disebut pula default risk merupakan suatu risiko akibat
28
Hafsah freya/ Friday, diakses pada 18 Jan 2013 08:40 dari http://freyacatatanku.
kegagalan atau ketidak mampuan nasabah (pengusaha) mengembalikan
pinjaman/pembiayaan yang diterima dari bank sesuai dengan jangka waktu
yang ditentukan atau dijadwalkan. Ketidakmampuan nasabah memenuhi
perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak secara teknis keadaan
tersebut merupakan default. Untuk mengantisipasi risiko pembiayaan
aktivitas manajemen risiko yang telah ditetapkan untuk bank Islam pada
produk murabahah dijelaskan sebagai berikut:29
Bank membeli barang atau komoditi khusus, kemudian dijual
kembali kepada nasabah dengan harga pokok ditambah dengan margin
yang telah disepakati bersama. Khusus untuk transaksi murabahah dengan
pesanan yang sifatnya mengikat, risiko yang dihadapi bank Islam hampir
sama dengan risiko dengan bank konvesional. Sedangkan dalam transaksi
murabahah tanpa pesanan atau dengan pesanan yang sifatnya tidak
mengikat nasabah untuk membeli, menyebabkan bank menghadapi dua
risiko. Pertama, tidak ada jaminan bagi bank islam seandainya pembeli
membatalkan transaksi. Kedua, bank Islam akan mengalami risiko
kerugian, dikarenakan menurunnya nilai barang tersebut akibat cacat atau
rusak selama masa penyimpanan.30
4.Identifikasi risiko dan antisipasinya
Identifikasi risiko yang dilakukan dalam bank Islam tidak hanya
mencak