ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENANGANAN RISIKO KREDIT MACET PADA KENDARAAN
BERMOTOR (BPRS AL SALAAM CABANG CINERE)
SKRIPSI
Diajukan sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE,Sy)
Disusun Oleh :
MUHAMMAD FACHRYZA
(1110046100219)
PRODI MUAMALAT
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
v
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, yang senantiasa
melimpahkan curahan rahmat dan kasih sayang yang tiada hentinya kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta Salam tidak lupa penulis
curahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para
pengikut-Nya.
Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan, untuk itu dengan segala
kerendahan hati penulis akan menerima setiap pandangan dan saran yang terkait
dengan skripsi ini dengan hati terbuka.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis memperoleh bantuan, bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kerendahan hati, penulis
ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A, selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. H. Ah. Azharudin Lathif, M.Ag, MH. Bapak Abdurrauf, M.A, selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Muamalat.
3. Bapak Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.PD, S.E. atas kesediaannya memberikan
waktu kepada penulis untuk membimbing dan mengarahkan dengan penuh
perhatian dan kesabaran.
4. Ibu Yuke Rahmawati, MA, Penasehat Akademik yang telah memberikan
vi
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan
untuk memberikan ilmunya kepada penulis selama bangku kuliah.
6. Bapak Azwar selaku Pimpinan BPRS Al Salaam Cabang Cinere yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengadakan riset.
7. Bapak Zulfikar Zulkarnain dan para staf BPRS Al Salaam Cabang Cinere dalam
memberikan data- data yang berkaitan dengan skripsi ini.
8. Kepala Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.
9. Kedua orang tuaku tercinta, bapak Royani dan Ibu Mardiyah Orang-orang nomor
satu di hati saya, motivasi terbesar saya. Serta adik-adiku tercinta, Rahmah,
Risqia, dan Alia. Terima kasih atas setiap doa’nya, setiap dukungannya. Berkat
doa dan motivasi mereka penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
10. Untuk orang-orang terdekatku, terima kasih atas dukungan, semangat dan
keceriaannya yang meyakinkan penulis untuk tidak berhenti dan selalu
melakukan yang terbaik.
11. Teman-teman terdekatku yang selalu membantu dalam mengerjakan skripsi dan
memotivasi saya. Nurfadillah, Dian Thalia, Fitri, Fajar, Arif, Noval, Syarifah
vii
12. Teman-teman yang selalu mendukung secara langsung dan tidak langsung baik
moril maupun materil, teman seperjuangan dikampus, Syam, Riyan, Aziz,
Hilman, Ari, Fahmi, Ilham, Yafi, Nisrina, Nurul, dan lain-lain.
13. Teman-teman futsal team Syariah dan Hukum
14. Teman-teman kelas PS E 2010 Fakultas Syariah dan Hukum
15. Teman-teman KKN Tunas
16. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah
memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat lulus menjalani
perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hingga akhir.
Akhirnya semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan karunia, limpahan
rahmat dan berkat-Nya atas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, dan
penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan
pihak-pihak yang memerlukan.
Ciputat, 28 Mei 2015 M
viii DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN………iii
KATA PENGANTAR...x
DAFTAR ISI………...vii
ABSTRAK………...iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah………...8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………..9
D. Kerangka Konseptual………...10
E. Sistematika Penulisan………...10
BAB II LANDASAN TEORI A. Review Study Terdahulu………..12
B. Tinjauan Umum Murabahah………..14
C. Konsep Pembiayaan Murabahah……….21
D. Manajemen Risiko Pembiayaan dan Analisis kelayakan Pembiayaan………25
ix
A. Metodologi Penelitian……….38
1. Jenis Penelitian………..38
2. Tempat dan Waktu……….…………39
3. Jenis data………39
4. Teknik Pengumpulan Data……….40
5. Teknik Analisis Data………..40
B. Gambaran Umum Objek Penelitian………...43
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pembahasan………..56
B. Analisis Kelayakan Pembiayaan Kendaraan Bermotor Pada BPRS Al Salaam……….59
C. Kasus Bermasalah Pembiayaan Murabahah Pada Produk Pembiayaan Kendaraan Sepeda Motor……….62
D. Penangan kredit macet pada pembiayaan kendaraan bermotor di BPRS Al Salaam cabang Cinere………...66
E. PENYEABAB PEMBIAYAAN BERMASALAH…………...68
F. Faktor Ekstern Nasabah………69
G. Gejala Dini Pembiayaan Bermasalah………....70
H. Strategi Collection Langsung………71
I. Proses Penangan Pembiayaan Bermasalah………71
x
K. Syarat dan Proses Litigasi……….75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………...78
B. Saran……….79
DAFTAR PUSTAKA………..81
xi ABSTRAK
Muhammad Fachryza, 1110046100219, “ Analisis Kelayakan Pembiayaan Murabahah dan Penanganan Risiko Kredit Macet Pada Kendaraan Bermotor ( BPRS Al Salaam Cabang Cinere )” Strata 1. Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Syarif Hidayatulah Jakarta 2015.
BPRS Al Salaam merupakan lembaga keuangan syariah yang melandaskan kebersamaan ( solidarity corporate ) yang tetap menjunjung tinggi profesioalisme. Lembaga keuangan syariah ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian nasional. Salah satu pembiayaan yang terdapat di BPRS Al Salaam yaitu pembiayaan kendaraan bermotor. Prosedur pada pembiayaan kendaraan bermotor, analisis kelayakan pada pembiayaan kendaraan bermotor kasus pembiayaan bermasalah dan penanganan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan bermotor di BPRS Al Salaam.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data yang digunakan dalam skripsi ini yaitu data primer yaitu diambil dari wawancara serta data sekunder berupa studi kepustakaan dan dokumen lainnya. Adapun objek yang diteliti adalah prosedur pembiayaan kendaraan bermotor, analisis kelayakan dan penangan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan bermotor di BPRS Al Salaam.
Hasil penelitian ini prosedur pembiayaan kendaraan bermotor nasabah secara lisan atau tulisan mengajukan pembiayaan kendaraan bermotor kepada BPRS Al Asaalam. Kemudian BPRS menindaklanjuti dan meminta dokumen nasabah yang kemudian dilanjutkan untuk analisis kelayakan. BPRS melakukan analisis kelayakan, dalam hal ini Character, Capacity, Capital, Colleteral, Condition dan Penanganan pembiayaan, Lancar ( monitoring usaha, stock, proyek dll ), Kurang lancar ( surat pembritahuan, teguran, kunjungan ) ( preventif : reschedule, resruktur, rekondisi ), Diragukan ( surat teguran, peringatan, kunjungan ) (reschedule, resruktur, rekondisi ), Macet ( penagihan, offset jaminan, eksekusi, dll)
Kata Kunci : Pembiayaan, analisis kelayakan dan kredit macet
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank sebagai salah satu lembaga keuangan memiliki fungsi sebagai perantara
keuangan (financial intermediary), artinya lembaga yang kegiatannya
menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan ke
masyarakat yang kekurangan dana. Kegiatan bank menghimpun dana disebut
dengan funding, sementara kegiatan dana menyalurkan kemasyarakat oleh bank
disebut dengan financing atau lending (pendanaan atau peminjaman).1
Selain menjalankan fungsinya sebagai perantara keuangan antara pihak
surplus dan pihak defisit dana, bank sebagai suatu lembaga keuangan juga
berperan menyediakan sebuah fasilitas modal dan memberikan kredit dan jasa
dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran.2 Perkembangan perbankan syariah
pada era reformasi ditandai oleh dengan disetujuinya Undang- undang. No. 10
tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum
serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikandan diimplementasikan oleh bank
syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank
konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri
1
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h. 41. 2
Ahmad Anwari, Bank Rekan Terpercaya dalam Usaha Anda (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), h. 1.
secara total menjadi bank syariah.3 Perbankan syariah merupakan bagian dari
konsep yang lebih luas didalam ekonomi Islam, dimana tujuannya sebagaimana
dianjurkan oleh para ulama, adalah memberlakukan sistem nilai dan etika Islam
ke dalam lingkunan ekonomi.4 Dengan adanya dasar acuan seperti ini, maka
keuangan dan perbankan syariah bagi kebanyakan umat tidak hanya sebagai
sebuah transaksi yang bersifat komersial.
Setelah lahirnya UU No.10 Tahun 1998 yang mengatur seraca rinci landasan
hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan
oleh bank syariah, dan juga menganjurkan adanya dual banking system. Yaitu
adanya bank konvensional yang konversi menjadi Bank Umum Syariah, dan juga
menganjurkan setiap bank konvensional memliki Unit Usaha Syariah, Hal
tersebut memberikan respon yang cukup baik dari masyarakat. Eksistensi bank
syariah semakin diperkuat dengan adanya UU No. 21 tahun 2008 tentang
perbankan syariah pada tanggal 17 juni 2008, sehingga memperkuat kedudukan
bank syariah dalam perbankan nasional.
Selain berfungsi sosial, bank syariah juga mempunyai fungsi yang sama
dengan bank konvesional, yaitu sebagai lembaga yang berfungsi menghimpun
dana masyarakat dan menyalurkan dana masyarakat melalui pembiayaan.
3
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Depok: Gema Insani ,2001), h. 26
4
Perluasan lembaga keuangan pembiayaan disambut baik oleh pemerintah,
yaitu dengan adanya Kepres No 61 Tahun 1998, dimana dalam Kepres ini
didalamnya terdapat landasan operasional yang jelas. Adapun beberapa jenis
usaha dalam lebaga pembiayaan diantaranya adalah sewa guna usaha (leasing),
modal ventura (venture capital), piutang, (factoring), pembiayaan konsumen
(consumers finance), dan perdagangan surat berharga.5
Dalam perkembangan selanjutnya, landasan hukum perusahan pembiayaan
semakin kuat dengan Peraturan Menter Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006
tentang perusahaan pembiayaan, yang menjelaskan bahwa: “Perusahan
pembiayaan adalah badan usaha diluar bank dan lembaga keuangan bukan bank
yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang
usaha lembaga pembiayaan”.6
Peraturan Menteri Keuangan inilah yang membuat posisi lembaga
pembiayaan memiliki peluang yang besar dalam mengembangkan dan
menguatkan lembaga pembiayaan di Indonesia. Sistem keuangan Islam yang
bebas dari prinsip bunga diharapkan mampu menjadi alternatif terbaik dalam
mencapai kesejahteraan masyarakat. Penghapusan sistem bunga ini memiliki
dampak makro yang cukup baik bagi perkembangan ekonomi Indonesia, hal ini
5
Ade Arthesa & Edie Handiaman, Bank & Lembaga Keuangan Bukan Bank (Jakarta: PT. Indeks, 2006), h.248.
6
dapat dilihat dengan banyaknya lembaga keuangan yang menggunakan prinsip
syariah dalam menjalankan kegiatannya.7
Untuk mewujudkan sistem keuangan yang adil dan efisien, maka setiap tipe
lapisan masyarakat harus terwadahi keinginannya dalam berinvestasi dan
berusaha, sesuai dengan kemampuan dan keinginan mereka. Lembaga
pembiayaan harus memfasilitasi hal tersebut guna menampung seluruh keinginan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan sumber dana yang mereka
inginkan. Disamping itu, peran dan kinerja perbankan tidak akan optimal tanpa
didukung oleh sistem keuangan yang tangguh (robust financial system). Sistem
keuangan yang tangguh harus mampu menghindari dan memecahkan masalah
keuangan yang dihadapi, yaitu potensi adanya risiko sistemik ketidak stabilan
sistem keuangan (sistemik risk), potensi adanya risiko bank run, resiko kelebihan
atau kekurangan likuiditas perbankan, dan risiko terhadap buruknya pelayanan
yang diberikan oleh bank. Dengan alasan itulah, maka diperlukan institusi–
institusi pendukung dalam sistem keuangan, seperti lembaga pembiayaan yang
ada saat ini.8
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah didefinisikan sebagai penyediaan
uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu. Berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
7
Ade & Edia, Bank & Lembaga, h. 5 8
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.9 Secara umum sistem pembiayaan syariah adalah
sama seperti halnya pada pembiayaan konvensional, yaitu perusahaan
pembiayaan syariah menyediakan pembiayaan seperti sewa guna usaha, ajak
piutang, pembiayaan konsumen, usaha kredit.10 Pembiayaan syariah dalam
melakukan kegiatan pembiayaan harus berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara perusahaan pembiayaan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan pembiayaan tersebut dalam jangka waktu yang
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil dengan akad-akad syariah yang lainnya
seperti Mudharabah, Musyarakah, Ijarah, Salam, Istisna dan Murabahah.11
Lembaga pembiayaan syariah harus mampu bersaing dengan lembaga
pembiayaan lainnnya yang masih didominasi oleh pembiayaan konvensional yang
telah eksis. Lembaga pembiayaan syariah merupakan salah satu lembaga
keuangan bukan bank di Indonesia yang mempunyai aktivitas membiayai
kebutuhan masyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif. Menurut
peraturan mentri keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang perusahaan
pembiayaan adalah badan usaha diluar bank dan lembaga keuangan bukan bank
9
Adiwarman Karim A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan keuangan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), h. 78
10
Ade Arthesa & Edia Handiman, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (Jakarta: PT. Indeks, 2006), h. 247
11
yang harus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang
usaha lembaga pembiayaan.
Dalam pemberian pembiayaan diperlukan analisa kelayakan pembiayaan oleh
bank syariah dengan tujuan agar bank tersebut yakin bahwa pembiayaan yang
diberikan benar-benar aman dalam arti uang yang disalurkan pasti kembali. Bank
harus lebih selektif dan hati-hati dalam menyalurkan dana ke masyarakat, agar
bank tidak mengalami kerugian dikemudian hari.
Risiko timbul karna adanya ketidak pastian, yang berarti kondisi itu
menyebabkan timbulnya risiko karena mengakibatkan keragu-raguan dalam
meramalkan kemungkinan terhadap hasil-hasil yang akan terjadi dimasa
medatang. Agar risiko tidak menghalangi kegiatan perusahaan, maka harus
dimanajemen dengan sebaik-baiknya, secara spesifikasi risiko-risiko yang
dihadapi akan menyebabkan bervariasinya tingkat keuntungan bank meliputi
risiko likuiditas adalah risiko yang berkaitan dengan ketidak mampuan bank
dalam memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo. Risiko likuiditas dapat
dikatagorikan sebagai risiko likuditas pasar dan risiko likuiditas pendanaan, risiko
pembiayaan murabahah adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak nasbah
(counterparty) dalam memenuhi kewajibannya. Tidak biasa memperoleh kembali cicilan pokok atau bunga dari pinjaman yang diberikan atau investasi yang sedang
oleh bank. Salah satu fungsional modal adalah meliputi para penyimpan dana
terhadap kerugian yang terjadi pada bank.12
Manajemen risiko merupakan suatu cara, metode atau ilmu pengetahuan yang
mempelajari berbagai jenis risiko, bagaimana pula mengaturnya dan mengelola
risiko tersebut dengan tujuan agar terhindar dari risiko.13
Jika penyaluran dana tersebut mengalami kerugian maka pihak bank dalam
kegiatan operasionalnya akan terganggu. Jika pembiayaan sudah mengalami
penunggakan pembayaran, pihak bank harus siaga memantau usaha nasabah agar
tidak terjadi lagi penunggakan dibulan berikutnya. Pembiayaan ini harus
ditangani agar tidak menjadi pembiayaan bermasalah (macet) yang nantinya
menimbulkan kerugian bagi pihak bank.
Berdasarkan paparan diatas yang telah dibahas tersebut, maka penulis merasa
tertarik untuk membahas dan meneliti permasalahan penyaluran pembiayaan yang
dianggap bermasalah, yang tentunya tidak boleh menyimpang dari peraturan yang
ditetapkan Bank Indonesia dan Syariat Islam. Oleh karena itu, dalam penulisan
skripsi ini, penulis mengangkat judul “Analisis Kelayakan Pembiayaan
Murabahah dan Penanganan Risiko Kredit Macet pada kendaraan bermotor ”. ( studi pada BPRS Al Salaam Cinere ).
12
Muhammad Firdaus et al, Konsep dan Implementasi Bank Syariah (Jakarta : Renaisan, 2005), cet- 1, h. 15
13
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus, maka penulis memberikan batasan, yaitu
dengan cara bagaimana BPRS khusunya BPRS Al Salaam cabang Cinere
memberikan pembiayaan murabahah yang hanya difokuskan pada
pembiayaan kendaraan bermotor.
2. Identifikasi Masalah
a. Apa yang dimaksud Pembiayaan Kendaraan Bermotor?
b. Bagaimana manajemen strategi penghimpunan dana BPRS Al Salaam?
c. Bagaimana manajemen strategi pembiayaan dana BPRS Al Salaam?
d. Bagaimana prosedur pembiayaan kendaraan bermotor di BPRS Al Salaam
Cabang Cinere ?
e. Bagaimana analisis kelayakan pembiayaan kendaraan bermotor di BPRS
Al Salaam Cabang Cinere ?
f. Bagaimana penangan kredit macet pada pembiayaan kendaraan bermotor
di BPRS Al Salaam cabang Cinere ?
3. Perumusan Masalah
Masalah peneliti pun dirumuskan dalam beberapa pertayaaan sebagai berikut:
a. Bagaimana prosedur pembiayaan kendaraan bermotor di BPRS Al Salaam
Cabang Cinere ?
b. Bagaimana analisis kelayakan pembiayaan kendaraan bermotor di BPRS
c. Bagaimana penangan kredit macet pada pembiayaan kendaraan bermotor
di BPRS Al Salaam cabang Cinere ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui prosedur pembiayaan kendaraan bermotor di BPRS Al
Salaam Cabang Cinere.
b. Mengetahui dan analisis kelayakan pembiayaan kendaraan bermotor di
BPRS Al Salaam Cabang Cinere.
c. Memahami penangan kredit macet pada pembiayaan kendaraan bermotor
di BPRS Al Salaam cabang Cinere.
2. Manfaat Penelitian
Secara lebih spesifik manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah:
a. Manfaat bagi penulis : hasil penelitian ini di harapkan berguna bagi
kehidupan pelajar dan mahasiswa serta untuk menambah wawasan lebih
kepada penulis tentang produk BPRS Al Salaam cabang Cinere khususnya
pada pembiayaan murabahah pada pembiayaan kendaraan bermotor
b. Manfaat bagi BPRS Al Salaam : dapat menjadi solusi bagi pihak BPRS
dalam pembiayaan murabahah yang baik dan tepat guna serta tidak
bertentangan dengan nilai syariah berdasarkan teori-teori yang ada juga
dapat menjadi bahan evaluasi serta masukan untuk lebih memajukan
c. Manfaat bagi akademis : dapat menambah pengetahuan tentang
Pembiayaan murabahah dalam aspek perhitungan serta risiko. Dapat
menjadi referensi awal bagi akademis yang akan melanjutkan penelitian
yang serupa dengan penelitian ini, baik dilakukan di lokasi yang sama
maupun di lokasi yang berbeda.
D. Kerangka Konseptual
E. Sistematika Penulisan Skripsi BAB I PENDAHULUAN
yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Konsep dan Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Inisiasi, Ientifikasi, & analisa
Persetujuan, Pengikatan, & Pecarian
Pengadministrasian, Pembinaan & Pengawasan
yang meliputi: Review Studi Terdahulu, Tinjauan Umum Murabahah, Konsep
Pembiayaan Murabahah, Manajemen Risiko dan Analisis Kelayakan
Pembiayaan.
BAB III GAMBARAN UMUM BPRS AL-SALAM
yang meliputi: Sejarah Singkat dan Perkembangannya, Visi dan Misi, Struktur
Organisasi, Produk dan Jasa.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Meliputi, prosedur pembiayaan kendaraan bermotor, analisis kelayakan pada
pembiayaan kendaraan bermotor, kasus pembiayaan bermasalah pada pembiayaan
kendaraan bermotor dan penanganan kredit macet pada pembiayaan kendaraan
bermotor di BPRS Al Asaalam.
BAB V PENUTUP
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Review Study Terdahulu
Untuk menjaga nilai keaslian (orisinalitas) dalam penelitian kali ini, maka
perlu disajikan penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan judul yang
penulis ajukan. Berikut ini adalah penelitian-penelitaian yang pernah dilakukan
berkaitan dengan materi yang dibahas.
Usman Chalid, 2005, dengan judul “Manajemen pembiayaan murabahah pada bank syariah” (studi kasus Bank Syariah Mandiri cabang Pondok Indah).
Dalam penelitian ini menjelaskan bagaimana manajemen pembiayaan
murabahah dilakukan bank syariah mandiri serta menjelaskan perinsip yang
diterapkan bank syariah mandiri dalam manajemen pembiayaan murabahah, dari
penelitian ini dapat diketahui bagaimana manajemen pembiayaan murabahah
dilakukan yaitu sebelum dilakukan penandatanganan pembiayaan murabahah
terlebih dahulu terpenuhi prosedur persyaratan legalitas dan administrasi dari
nasabah. Selain itu, manajemen yang diterapkan Bank Syariah Mandiri telah
seseuai dengan perinsip Islam, karena kegiatan yang dilakukan untuk pencapaian
tujuan pembiayaan murabahah selalu berdasarkan konsep dan norma-norma yang
diterapkan oleh Allah SWT. Dan dalam melakukan tindakan-tindakan tersebut
dilatar belakangi oleh konsep amal sholeh seperti melakukan perencanaan yang
matang, dan terarah untuk menghindari kekeliruan yang dapat merugikan,
menggunakan konsep pembagian kerja yang didasarkan ada kemampuan fisik,
ilmu dan teknologi yang dimiliki oleh masingmasing karyawan dan memeliahara
nilai-nilai kemuliaan manusia.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data
deskriptif dan tertulis dengan informasi dari yang terlibat dalam objek dilapangan.
Sedangkan pengumpulan data yang berkenaan dengan penelitian ini adalah
menggunakan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.
Churmah, 2003 dengan judul skripsi “upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah dalam rangka meningkatkan aktifitas perbankan syariah” (studi kasus
Bank Muamalat).
Penelitian ini menjelaskan mengenai penyaluran atas dana pembiayaan Bank
Muamalat tidak diberikan batasan-batasan mengenai sektor yang akan dibiayai.
Bank Muamalat memberikan untuk semua sektor usaha yang sesuai dengan yang
telah ditetapkan bank indonesia, yaitu melalui penyaluran yang produktif untuk
keperluan yang konsumtif. Selain itu juga menjelaskan faktor-faktor penyebab
pembiayaan bermasalah yang terjadi di bank muamalat dapat berasal dari dua
faktor yaitu internal dan eksternal. Untuk faktor internal yang berasal dari debitur
adalah dikarenakan pihak debitur belum memenuhi pengalaman dalam bidang
keuangan dan pengelolaan bermasalah. Penyebab lain adalah unsur kesengajaan
permohonan dan pihak bank pun tidak mencermatinya. Sedangkan penyebab
eksternal yaitu akibat bencana alam seperti banjir, kebakaran dan kerusuhan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan
dan penelitian lapangan dengan cara kualitatif yang deskriptif.
M. Zaenal Muttaqin (2011) dalam skripsi yang berjudul “strategi penyelesaian
pembiayaan bermasalah sebagai upaya meminimalkan pembiayaan bermasalah
pada Bank Muamalat Indonesia (BMI) cabang BSD Tanggerang”,
Dalam penelitian ini disebutkan dalam pelaksanaan pengawasan pembiayaan
pada BMI cabang BSD Tanggerang telah tersusun cukup baik, hal ini bisa dilihat
dari kegiatan pengawasan yang dilakukan terhadap proses pertimbangan pra
pemberian pembayaran pembiayaan mudharabah, pelaksanaan pengawasan pasca
pemenuhan pembiayaan dan penyelesaian pembiayaan bermasalah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan penelitian
kepustakaan dan penelitian lapangan dengan cara kualitatif deskriptif. Dalam
penelitian ini penulis akan membahas tentang analisis kelayakan dan penangan
pembiayaan kendaraan bermotor pada akad murabahah. Dan bagaimana resiko
yang dihadapi oleh pihak Bank Muamalat dalam mengatasinya.
B. Tinjauan Umum Murabahah
1. Pengertian Murabahah
Murabahah didefinisikan oleh para fuquha penjualan biaya/harga pokok (cost) barang tersebut ditambah dengan mark-up atau margin
harus memberi tahu pembeli mengenai harga pembelian produk dan
menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya (cost)
tersebut.14 Margin keuntungan merupakan selisih harga jual dikurangi harga
asal yang merupakan pendapatan atau keutungan bagi penjual, akad ini
merupakan salah satu bentuk , karena dalam murabahah ditentukan berapa
rate of profit-nya (keuntungan yang ingin diperoleh).15
Murabahah adalah satu jenis jual beli yang dibenarkan oleh syariah dan
merupakan implementasi muamalat tijariah (interaksi bisnis).16 Pada
murabahah, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi sementara pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh ataupun dicicil. Untuk
pembayaran secara cicilan, di Malaysia lebih dikenal dengan istilah BBA
(Bai’ Bistaman „Ajil). Secara istilah, sebenarnya transaksi yang dilakukan
dengan pembayaran tangguh disebut bai al-muajjal, sedangkan dicicil disebut
bai; ut-taksid.17 Ketentuan yang harus dipenuhi dalam jual beli murabahah meliputi hal-hal berikut:
a. Jual beli murabahah harus dilakukan atas barang yang telah dimiliki/hak
kepemilikan telah berada ditangan penjual. Artinya bahwa keuntungan dan
14
Wiroso, Jual Beli Murabahah (Yogyakarta: UII Press, Vol, 1. 2005), h.13. 15
A. Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keungan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Vol. 3. 2004), h. 113.
16
Ah. Lathif Azharuddin, Fiqh Muamalat (jakarta: UIN Jakarta Press, cet, 1. 2005) h.118. 17 Zulkifli Sunarto,
risiko barang tersebut ada pada penjual sebagai konsekuensi dari
kepemilikan yang timbul dari akad yang sah.
b. Adanya kejelasan informasi mengenai besarnya modal (harga
pembelian/kulakan) dan biaya-biaya lain yang lazim dikeluarkan dalam
jual beli (capital outlay) pada suatu komoditi, semuanya harus diketahui
oleh pembeli saat akad dan ini merupakan salah satu syarat sah
murabahah.
c. Ada informasi yang jelas tentang keuntungan baik nominal maupun
persentase sehingga diketahui oleh pembeli sebagai salah satu syarat sah
murabahah.
d. Dalam sistem murabahah, penjual boleh menetapkan syarat kepada
pembeli untuk menjamin kerusakan yang tidak tampak pada barang, tetapi
lebih baik syarat seperti itu tidak ditetapkan, karena pengawasan barang
merupakan kewajiban penjual untuk menjaga kepercayaan.
e. Transaksi pertama (antara penjual dan pembeli pertama) haruslah sah, jika
tidak sah maka tidak boleh jual beli secara murabahah (antara pembeli
pertama yang menjadi penjual kedua dengan pembeli murabahah), karena
murabahah adalah jual beli dengan harga pertama disertai tambahan
keutungan.18 Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI Nomor: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang
18 Ah.Lathif Azharuddin,
murabahah, pada bagian pertama tentang ketentuan umum murabahah dalam bank syariah:
1) Melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2) Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariah islam.
3) Membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya.
4) Bank membeli barang yang dibutuhkan oleh nasabah atas nama bank
sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas dengan riba.
5) Bank harus menyampaikan semuanya yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakuakan secara hutang.
6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)
dengan harga jual senilai dengan harga beli plus ditambah
keuntungannya. Dalam hal ini bank harus memberitahukannya secara
jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang
diperlukan.19
Secara konsep bank syariah dapat menjalankan usaha supermarket atau
[image:28.612.107.536.121.527.2]perdagangan yang dijalankan dengan prinsip murabahah. Untuk memberikan
gambaran yang jelas tentang cangkupan transaksi murabahah dapat dilihat dalam
gambar berikut:20
Alur Pembiayaan Murabahah
19
Indonesia, Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang Murabahah, No. 04/DSNMUI/IV/2000, bagian pertama angka 1 s/d 6.
20
Murabahah dalam gambar diatas dibagi menjadi dua macam, yaitu murabahah tanpa pesanan, maksudnya disini adalah ada yang pesan atau tidak, ada yang beli atau tidak bank syariah menyediakan barang dagangannya.
Penyediaan barang pada murabahah ini tidak terpengaruhi atau terikat langsung
dengan ada tidaknya pesanan atau pembeli. Murabahah berdasarkan pesanan,
maksudnya bank syariah baru akan melakukan transaksi murabahah atau jual beli
apabila ada nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan barang baru
dilakukan jika ada pesanan. dalam hal ini pihak penjual boleh meminta
pembayaran hamish ghadiyah, yakni uang tanda jadi ketika ijab-kabul.21
Murabahah berdasarkan pesanan dibedakan menjadi dua yaitu:
21 A.Karim Adiwarman,
Bank Islam Analisis Fiqh dan Keungan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Vol.3. 2007), h.115.
Berdasarkan pesanan Jenis
Tidak mengikat Mengikat
Tunai Tangguh
Murabahah
a) Murabahah berdasarkan pesanan yang bersifat terikat, maksudnya apabila barang (produk) sudah dipesan maka nasabah harus membelinya.
b) Murabahah berdasarkan pesanan dan berdasarkan tidak mengikat, maksudnya walaupun nasabah sudah memesan barang, tetapi nasabah tidak terikat,
nasabah dapat menerima atau membatalkan barang tersebut.22
Sehingga dalam teknik pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai
atau dicicil. Dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam
harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda. Murabahah muajjal dicirikan
dengan adanya penyerahan barang diawal akad dan pembayaran kemudian
(setelah awal akad), baik dalam bentuk angsuran maupun dalam bentuk lump sum
(sekaligus).23
Dalam realisasi dalam perbankan syari’ah pada pembiayaan murabahah
nasabah mendapatkan sebuah dispensasi (potongan) apabila nasabah ini
mempercepat pembayaran cicilan dan melunasi piutang murabahah sebelum jatuh
tempo.24 Seperti yang tertera dalam Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (DSN-MUI) Nomor: 46/DSN-MUI/II/2005 tentang Potongan
Tagihan Murabahah, pada bagian pertama poin pertama yaitu LKS boleh
memberikan potongan dari total kewajiban pembayaran kepada dalam transaksi
(akad) murabahah yang telah melakukan kewajiban pembayaran cicilanya dengan
22
Wiroso, Jual Beli Murabahah (Yogyakarta: UII Press, Vol, 1. 2005), h.38. 23
A.Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keungan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Vol.3. 2007), h.115.
24
tepat waktu dan / atau nasabah yang mengalami penurunan kemampuan
pembayaran.25
2. Landasan Hukum
“...Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. ( QS.
AL-Baqarah/ 1 : 275 )26
3. Rukun Murabahah
a. Penjual (bai’) b. Pembeli (musytari’) c. Barang/objek (mabi’) d. Harga (tsaman) e. Ijab qabul (sighat).27 f. saksi
4. Syarat Murabahaha.
a. Syarat yang berakad diantaranya:
1) Cakap hukum
25
Indonesia, Fatwa Dewa “yari’ah Nasio al te ta g Poto ga Tagiha Murabahah, No.46/DSN-MUI/II/2005, bagian pertama angka 1.
26
Al- Quran 27 Zulkifli Sutarno,
2) Sukarela (ridha), tidak dalam keadaan dipaksa/ terpaksa/ dibawah tekanan.
b. Objek yang diperjual belikan
1) Tidak termasuk yang diharamkan atau dilarang
2) Bermanfaat
3) Penyerahannya dari penjual kepembeli dapat dilakukan
4) Merupakan hak milik penuh yang berakad
5) Sesuai dengan spesifikasi antara yang serahkan penjual dan yang
diterima pembeli
c. Akad sighat
1) Harus jelas dan disebutkan secara spesifikasi dengan siapa berakad.
2) Antara ijab qabul (serah terima) harus selaras baik dalam spesifikasi
barang maupun harga yang disepakati.
3) Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan
transaksi pada hal atau kejadian yang akan datang.
4) Tidak membatasi jangka waktu.
C. Konsep Pembiayaan Murabahah
1. Pengertian pembiayaan murabahah
Salah satu skim fiqih yang paling popular digunakan oleh perbankan
syariah adalah skim jual beli murabahah. Transaksi murabahah ini lazim
digunakan oleh Rasulullah Saw. Dan para sahabatnya. Secara sederhana,
keuntungan yang disepakati. Misalnya, seseorang membeli barang kemudian
menjualnya kembali dengan keuntungan tertentu. Beberapa besar keuntungan
tersebut dapat
dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau dalam persentase dari harga
pembeliannya, misalnya 10% atau 20%.28
Jadi singkatnya, murabahah adalah akad jual beli barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan (Margin) yang disepakati oleh
penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty
contracts, karena dalam murabahah ditentukan beberapa required rate of profit-nya (Keuntungan yang ingin diperoleh).29
Karena dalam definisinya disebut adanya “keuntungan yang disepakati”,
karakteristik murabahah adalah si penjual harus memberi tahu pembeli
tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang
ditambahkan pada biaya tersebut.30
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan.
Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian barang
setelah ada pemesanan dari nasabah, dan dapat bersifat mengikat atau tidak
mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya (bank dapat
meminta uang muka pembelian pada nasabah).
28
Ibnu Abidin, Rad al-Mukhtar „alal Ardh al-Mukhtar, VI, hlm. 19-50: al-Kurtubi, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid, II, hlm. 211.
29
A. Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keungan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Vol. 3. 2004), h. 113.
30
Dalam kasus jual beli biasa, misalnya seseorang ingin membeli barang
tertentu dengan spesifikasi tertentu, sedangkan barang tersebut belum ada
pada saat pemesanan, maka si penjual akan mencari dan membeli barang yang
sesuai dengan spesifikasinya, kemudian menjualnya kepada si pemesanan.
Contoh si Fulan ingin membeli mobil dengan perlengkapan tertentu yang
harus dicari, dibeli, dan dipasang pada mobil pesanannya oleh dealer mobil.
Tranksaksi murabahah melalui pesanan ini adalah sah dalam fiqih Islam,
antara lain dikatakan oleh Imam Muhammad ibnul-Hasan Al-Syaibani, Imam
Syafi’i dan Imam Ja’far Al-Shiddiq.
Dalam murabahah melalui pesanan ini, si penjual beoleh meminta
pembayaran Hamish ghadiyah¸ yakni uang tanda jadi ketika ijab-kabul. Hal ini sekadar untuk menunjukan bukti keseriusan si pembeli. Bila kemudian
sipenjual telah membeli dan memasang berbagai perlengkapan di mobil
pesanannya, sedangkan si pembeli membatalkannya, Hamish ghadiya ini
dapat digunakan untuk menutup kerugian si dealer mobil. Bila jumlah hamish
ghadiyah-nya lebih kecil dibandingkan jumlah kerusakan yang harus ditanggung oleh si penjual, penjual dapat meminta kekurangannya.
Sebaliknya, bila berlebih, si pembeli berhak atas kelebihan itu.31
2. Manfaat dan Risiko Pembiayaan Murabahah
31 A.Karim Adiwarman,
Sesuai dengan sifat bisnis (tijarah), transaksi bai’al-murabahah memiliki
beberapa manfaat, demikian juga risko yang harus diantisipasi. Bai’al
-murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah satunya
adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual
dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem bai’almurabahah juga
sangat sederhana.Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di
bank syariah. Diantara kemungkinan risiko yang harus diantisipasi antara lain
sebagai berikut :
a. gagalatau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar angsuran.
b. pergerakan harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang dipasar
naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa
mengubah harga jual beli tersebut.
c. Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah
karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga
nasabah tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungin
dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi
barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank telah
menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang tersebut
akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai risiko
untuk menjualnya kepada pihak lain.
bebas melakukan apapun terhadap asset miliknya tersebut, termasuk untuk
menjualnya. Jika terjadi demikian, risiko untuk default akan besar.32
Secara umum, aplikasi perbankan dari bai’ al-murabahah dapat
digambarkan dalam skema berikut ini
Akad jual beli
Bayar
Beli barang kirim
D. Manajemen Risiko Pembiayaan dan Analisis Kelayakan Pembiayaan
1. Manajemen risiko
Manajamen risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang
digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan
risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. Hal ini terkait dengan definisi
umum risiko, yaitu pada setiap usaha/kegiatan selalu terdapat kemungkinan
tidak tercapainya suatu tujuan atau selalu terdapat ketidakpastian atas
keputusan apapun yang telah diambil.33
32
Muha ad “yafi’i A to io, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Depok,Gema Insani ,2001) ,h.107
33 Prof. Dr. H. Veithzal Rifai,S.E., M.M., M.B.A. dan Rifki Ismail, S.E., M.Ec. , Ph. D.
Islamic Risk Management For Islamic Bank ( Jakarta, Gramedia pustaka utama, 2013), h. 64
Nasabah Negosisi dan
persyratan Bank
Manajemen risiko dikatakan pula sebagai “suatu kegiatan yang dilakukan untuk menanggapi risiko yang telah diketahui (melalui rencana analisis risiko
atau bentuk observasi lain) dalam rangka meminimalisi konsekuensi buruk
yang mungkin muncul.” Dalam hal ini risiko dijabarkan dalam bentuk rencana
atau prosedur yang reaktif. Manajemen risiko bermakna semua rangkaian
kegiatan yang berhubungan dengan risiko, dimana didalamnya termasuk
perencanaan (planning), penilaian (assesment) atau identifikasi dan analisis,
penanganan (handling), dan pemantauan (monitoring) risiko. Manajemen
risiko merupakan serangkaian prosedur yang digunakan untuk
mengidentifikasikan, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang
timbul dari kegiatan usaha bank, meliputi produk barang dan jasa perbankan,
baik pada bank konvesional maupun bank berdasarkan prinsip syariah.34
2. Fungsi dan Tujuan Manajemen Risiko
Manajemen didalam suatu badan usaha, baik industri, niaga dan jasa, tidak
terkecuali jasa perbankan, didorong oleh motif mendapatkan keuntungan
(profit). Untuk mendapatkan keuntungan yang besar manajemen haruslah diselenggarakan dengan efisien. Sikap ini harus dimiliki oleh setiap
pengusaha dan manajer dimana pun mereka berada, baik dalam organisasi
bisnis, pelayanan publik maupun organisasi sosial kemasyarakatan. 35
34
Ibid h.65 35 Zainul Arifin,
Fungsi dari manajemen risiko terbagi menjadi 4 yaitu :36
a. Menetapkan arah dan risiko keinginan dengan mengkaji ulang secara
berkala dan menyetujui batas risiko yang mengikuti perubahan strategi
perusahaan.
b. Menetapkan batas umumnya mencakup pemberian kredit, penempatan
non-kredit, manajemen kekayaan, perdagangandan kegiatan lain.
c. Menetapkan kecukupan prosedur atau prosedur pemeriksaan (audit) untuk
memastikan adanya integrasi pengukuran risiko, kontrol sistem pelaporan,
dan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang berlaku.
d. Menetapkan metodologi untuk mengelola risiko dengan menggunakan
sistem pencatatan dan pelaporan yang terintegrasi dengan sistem
komputerisasi segingga dapat diukur dan dipantau sumber risiko utama
terhadap organisasi bank. Tentang Fungsi-fungsi manajemen tidak hanya
sesuai dengan yang disebutkan diatas unsur-unsur dari manajemen
dilengkapi dengan perencanaan yang baik harus dilakukan dengan
kegiatan yang meliputi:37
1) Forecasting (peramalan) adalah suatu peramalan usaha yang
sistematis, yang paling mungkin memperoleh sesuatu dimasa yang
akan datang dengan dasar penaksiran dan menggunakan perhitungan
36
Prof. Dr. H. Veithzal Rifai,S.E., M.M., M.B.A. dan Rifki Ismail, S.E., M.Ec. , Ph. D., Islamic Risk Management For Islamic Bank ( Jakarta, Gramedia pustaka utama, 2013), h.83
37 Zainul Arifin,
yang rasional atas fakta yang ada. Fungsi perkiraan adalah memberi
informasi sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
2) Objective (tujuan) adalah nilai yang akan dicapai atau diinginkan oleh
seseorang atau badan usaha. Untuk mencapai tujuan dia bersedia
memberi pengorbanan atau usaha yang wajar agar nilai-nilai itu
terjangkau.
3) Policies (kebijakan) dapat berarti rencana kegiatan (plan of action)
atau juga dapat diartikan sebagai suatu pedoman pokok (guiding
principles) yang diadakan oleh suatu badan usaha untuk menentukan
kegiatan yang berulang-ulang.
4) Programmes (program) adalah sederetan kegiatan yang digambarkan
untuk melaksanakan policies. Program itu merupakan rencanan
kegiatan yang dinamis yang biasanya dilaksanakan sercara bertahap,
dan terikat dengan ruang (place) dan waktu (time). Program itu harus
merupakan suatu kesatuan yang terkait erat dan tidak dapat dipisahkan
dengan tujuan yang telah ditentukan dalam organisasi (closely
integrated).
5) Schedules (jadwal) adalah pembagian program yang harus
diselesaikan menurut urut-urutan waktu tertentu. Dalam keadaan
terpaksa schedules dapat berubah, tetapi program dan tujuan tidak
6) Prosedur adalah suatu gambaran sifat atau metode untuk
melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan. Perbedaannya dengan
program adalah: program menyatakan apa yang harus dikerjakan,
sedangkan prosedur berbicara tentang bagaimana melaksanakannya. g.
Budget adalah suatu taksiran atau perkiraan biaya yang harus
dikeluarkan oleh pendapatan yang diharapkan diperoleh dimasa yang
akan datang. Dengan demikian, budget dinyatakan dalam waktu, uang,
material dan unitunit yang melaksanakan pekerjaan guna memperoleh
hasil yang diharapkan.
3. Proses manajemen pada risiko kredit dan analisis kelayakan pembiayaan
murabahah
Pengertian dari risiko kredit dalah risiko dimana nasabah atau debitur
atau counterpart tidak mampu memenuhi kewajiban keuangannya sesuai
kontrak atau kesepakatan yang telah dilakukan. Definisi ini dapat diperluas
yaitu bahwa risiko kredit adalah risiko yang timbul dikarenakan kualitas
kredit semakin menurun. Memang penurunan kualitas kredit dimaksud belum
tentu berimplikasi pada terjadinya kegagalan, namun paling tidak
kemungkinan terjadinya kegagalan akan semakin besar. Hal-hal yang
termasuk dalam Risiko kredit adalah :38
38 Ahza Anwari / Tuesday, 11 May 2010 12:29
[image:40.612.105.538.92.627.2]a. Lending Risk (risiko kredit), yaitu risiko akibat nasabah / debitur tidak mampu melunasi fasilitas yang telah diberikan oleh bank, baik berupa
fasilitas kredit langsung maupun tidak langsung (cash loan maupun non
cash loan)
b. Counterparty Risk, (rekanan risiko) risiko dimana counterpart tidak bisa melunasi kewajibannya ke bank baik sebelum tanggal kesepakatan maupun
pada saat tanggal kesepakatan.
c. Issuer Risk, (penerbit risiko) risiko dimana penerbit suatu surat berharga tidak bisa melunasi kepada bank sejumlah nilai surat berharga yang
dimiliki bank.
Ada beberapa prinsip-prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan yaitu
dengan analisis 5C, analisis 7P. Kedua prinsip ini 5C dan 7P memiliki
persamaan, yaitu apa-apa yang terkandung dalam 5C dirinci lebih lanjut
dalam prinsip 7P dan didalam prinsip 7P lebih terinci juga jangkauan
analisisnya lebih luas dari 5C. Prinsip pemberian kredit dengan analisis 5C
dapat dijelaskan sebagai berikut:39
a. Character (karakter), adalah sifat watak seseorang dalam hal ini calon debitur. Tujuannya adalah memberikan keyakinan kepada bank bahwa
sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar
39 Ahza Anwari / Tuesday, 11 May 2010 12:29
terpecaya. Character merupakan ukuran untuk menilai “kemauan” nasabah membayar kreditnya.
b. Capacity (kapasitas), untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kreditnya yang dihubungkan dengan kemampuan mengelola
bisnis serta kemampuan mencari laba.
c. Capital (modal), untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.
d. Colleteral (jaminan), merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik.
e. Condition (keadaan), dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk dimasa yang akan datang seseuai sektor
masing-masing. Sementara itu penilaian dengan 7P adalah sebagai berikut
:40
1) Personality (kepribadian), yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa
lalunya.
2) Party (kelompok), yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klafikasi tertentu atau golongan-golongan berdasarkan modal, loyalitas
serta karakternya.
3) Perpose (tujuan), yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.
40
4) Prospect (harapan), yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak.
5) Payment (pembayaran), yaitu merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber
mana saja dana untuk pengembalian kredit yang diperoleh.
6) Profitability (keuntungan), untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.
7) Protection (perlndungan), tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank, tetapi melalui suatu perlindungan.
Analisis 5C dan 7P harus disempurnakan dengan 1S yaitu Syariah
Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha yang akan dibiayai
benar-benar usaha yang tidak melanggar syariah dan sesuai dengan fatwa
DSN.41
Seperti halnya bank konvesional, bank Islam juga menghadapi risiko
pembiayaan yang menyalurkan dananya kemasyarakat. Risiko pembiayaan
atau sering disebut pula risiko gagal merupakan suatu risiko akibat kegagalan
atau ketidak mampuan nasabah (pengusaha) mengembalikan
pinjaman/pembiayaan yang diterima dari bank sesuai dengan jangka waktu
yang ditentukan atau dijadwalkan. Ketidakmampuan nasabah memenuhi
perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak secara teknis keadaan
tersebut merupakan gagal. Untuk mengantisipasi risiko pembiayaan aktivitas manajemen risiko yang telah ditetapkan untuk bank Islam pada produk
murabahah dijelaskan sebagai berikut:42
Bank membeli barang atau komoditi khusus, kemudian dijual kembali
kepada nasabah dengan harga pokok ditambah dengan margin yang telah
disepakati bersama. Khusus untuk transaksi murabahah dengan pesanan yang
sifatnya mengikat, risiko yang dihadapi bank Islam hamper sama dengan
risiko dengan bank konvesional. Sedangkan dalam transaksi murabahah tanpa
pesanan atau dengan pesanan yang sifatnya tidak mengikat nasabah untuk
membeli, menyebabkan bank menghadapi dua risiko. Pertama, tidak ada
jaminan bagi bank islam seandainya pembeli membatalkan transaksi. Kedua,
bank Islam akan mengalami risiko kerugian, dikarenakan menurunnya nilai
barang tersebut akibat cacat atau rusak selama masa penyimpanan.43
4. Identifikasi risiko dan antisipasinya
Identifikasi risiko yang dilakukan dalam bank Islam tidak hanya
mencakup berbagai risiko yang ada pada bank-bank pada umumnya,
melainkan juga meliputi berbagai risiko yang khas hanya ada pada bank-bank
42
Prof. Dr. H. Veithzal Rifai,S.E., M.M., M.B.A. dan Rifki Ismail, S.E., M.Ec. , Ph. D., Islamic Risk Management For Islamic Bank ( Jakarta, Gramedia pustaka utama, 2013), h.240
43
yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, keunikan bank
Islam terletak pada enam hal:44
a. Proses transaksi pembiayaan. Karakteristik bank Islam dalam proses ini
setidaknya terlihat pada tiga aspek, yaitu proses transaksi pembiayaan
syariah, proses transaksi bagi hasil dana pihak ketiga dan proses transaksi
devisa.
b. Proses manajemen. Keunikan bank islam dalam proses manajemen terlihat
pada sistem dan prosedur operasional akuntansi dan chart of account
(CoA), sistem dan prosedur operasional teknologi informasi, sistem dan prosedur operasional tutup buku, serta sistem dan prosedur operasional
pengembangan produk.
E. FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 17/DSN-MUI/IX/2000
Ketentuan umum fatwa DSN No : 17/DSN/IX/2000 Ta’zir
Pertama :
1. Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan LKS
kepada nasabah yangmampu membayar, tetapi menunda-nunda
pembayaran dengan disengaja
2. Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force majeur
tidak boleh dikenakan sanksi.
44 A.Karim Adiwarman,
3. Nasabah yang mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/tidak
mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh
dikenakan sanksi.
4. Sanksi didasarkan pada prinsip ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah bersikap disiplin terhadap pembayaran.
5. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas
dasar kesepakatan dan pada saat akad ditandatangani.
6. Dana yang berasal dari denda diperuntukan untuk dana sosial.
Kedua :
Jika salah satu pihak tidak melakukan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan
melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelahtidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
Ketiga :
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan
sebagaimana mestinya.
Ketentuan umum fatwa DSN No : 43/DSN-MUI/VIII/2004: Ta’widh
Pertama :
1. Ganti rugi (ta’widh) hanya boleh dikenakan atas pihak yang dengan sengaja atau karena kelalaian melakukan sesuatu yang menyimpang dari
2. Kerugian yang dapat dikenakan ta’widh sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 adalah kerugian riil yang dapat diperhitungkan dengan jelas.
3. Kerugian riil yang dikeluarkan dalam rangka penagihan hak yang
seharusnya dibayarkan.
4. Besar ganti rugi (ta’widh) adalah sesuai dengan nilai kerugian riil yang pasti dialami dalam transaksi tersebut dengan bukan kerugian yang
diperkirakan akan terjadi karena adanya peluang yang hilang.
5. Ganti rugi (ta’widh) hanya boleh dikenakan pada transaksi (akad) yang menimbulkan utang piutang (dain), seperti salam, istisna, serta murabahah
dan ijarah.
6. Dalam akad mudharabah dan musyarakah, gati rugi hanya boleh
dikenakan oleh shibul mal atau salah satu pihak dalam musyarakah
apabila bagian keuntungannya sudah jelas tetapi tidak dibayarkan.
Kedua :
1. Ganti rugi yang diterima dalam transaksi di LKS dapat diakui sebagai hak
(pendapatan) bagi pihak yang menerimanya.
2. Jumlah ganti rugi besarnya harus tetap sesuai dengan kerugian riil dan tata
cara pembayarannya tergantung kesepakatan para pihak.
3. Besarnya ganti rugi ini tidak boleh dicantumkan dalam akad.
4. Pihak yang cedera janji bertanggung jawab atas biaya perkara dan biaya
lainnya yang timbul akibat proses penyelesaian perkara.
Jika salah satu pihak tidak menemukan kewajiban atau terjadi perselisihan di
antara kedua belah pihak, maka penyelesaiaanya dilakukan melalui Badan
Arbitrase Syariah setelah tidak tercapainya kesepakatan melalui musyawarah.
Keempat :
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan, jika kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan metode
kualitatif. Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif bertujuan
menggali atau membangun satu proporsi atau menjelaskan makna dibalik
realita. Peneliti berpijak dari realita atau peristiwa yang berlangsung
dilapangan.45 Penelitian metode kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian
yang menghasilkan data-data deskriptif, mengenai kata-kata lisan maupun
tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.46
Penelitian kualitatif juga merupakan penelitian yang menghasilkan deskripsi
berupa kata-kata atau lisan dari fenomena yang diteliti atau dari orang-orang
yang berkompeten dibidangnya.47
Melalui penelitian kualitatif ini analisis yang digunakan yaitu deskriptif.
Data deskriptif mengandaikan bahwa data tersebut berupa teks. Bahwa
deskriptif-kualitatif adalah penggambaran secara kualitatif fakta, data, atau
45
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 82.
46
Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), h. 166.
47
Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010), h. 3.
objek material yang bukan berupa rangkaian angka, melainkan ungkapan
berupa bahasa atau wacana (apapun itu bentuknya) melalui interpretasi yang
tepat dan sistematis.48
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian tentang Analisis Kelayakan Pembiayaan Murabahah dan
Penanganan Risiko Kredit Macet Pada Kendraan Bermotor. Kanor Pusat : Jl.
Cinere Raya Blok A No. 42 Cinere – Depok. Yang dilkukan penelitian pada
bulan Maret 2015.
3. Jenis Data
a. Data primer
Data primer merupakan sebuah informasi dan data yang diperoleh
penulis secara langsung dari tempat penelitian atau objek penelitian. Data
yang diperoleh merupakan hasil dari wawancara dengan pimpinan BPRS
Al Salaam cabang Cinere.
b. Data Sekunder
Data sekunder berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat
diperoleh oleh penulis dengan cara membaca, melihat atau
mendengarkannya. Dalam penelitian ini, penulis akan memperoleh data
48
berupa laporan keuangan serta informasi-informasi dari internet maupun
jurnal.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Penelitian Lapangan (Field Research)
Melakukan wawancara dengan narasumber, sehingga penulis
mendapat informasi langsung mengenai manajemen operasional yang
diterapkan pada bisnis syariah tersebut.
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang
memberikan jawaban atas pertanyaan.49 Hasil wawancara digunakan penulis
sebagai sumber data dalam penelitian ini.
5. Teknik Analisis Data
Data atau informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara
kualitatif dengan pendekatan yang bersifat deskriptif yaitu metode untuk
memberikan pemecahan masalah dengan mengumpulkan data,
mengklarifikasi, menganalisis dan menginterpretasikannya. Tujuan dari
penelitian deskriptif kualitatif searah dengan rumusan masalah serta
pertanyaan penelitian atau identifikasi masalah. Hal ini disebabkan tujuan
49
dari penelitian ini akan menjawab pertanyaan sebelumnya dikemukakan
oleh rumusan masalah.50
Setelah keabsahan data telah terpenuhi, selanjutnya melakukan analisis data.
Analisis data dilakukan dengan cara:
Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan
Hiberman
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam hal ini berupa data-data mentah dari hasil
penelitian, seperti hasil wawancara, dokumentasi, catatan lapangan dan
sebagainya. Hal pertama yang harus dilakukan adalah dimulai dengan
menyatukan semua bentuk data mentah kedalam bentuk transkip atau
bahasa tertulis.51
50
Artikel, “Deskriptif Kualitatif”, diakses pada 14 Mei 2014 dari
http://aldoranuary26.blog.fisip.uns.ac.id/2012/02/29/deskriptif-kualitatif/ 51
Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, Dan Focus Groups Sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), h. 349.
Pengumpulan
Data
Penyajian
Data
Kesimpulan
Atau Verifikasi Reduksi
b.Reduksi Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengamatan, wawancara, catatan
lapangan, serta bahan-bahan data lain yang ditemukan dilapangan,
kemudian dikumpulkan dan diklasifikasikan dengan membuat
catatan-catatan ringkasan untuk menyesuaikan hasil penelitian.
c. Penyajian Data (Display Data)
Data yang sudah dikumpulkan dan diklasifikasikan, kemudian disajikan
dalam bentukk deskriptif agar mudah dipahami secara keseluruhan dan
juga dapat menarik kesimpulan untuk melakukan penganalisisan data.
d. Kesimpulan atau Verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan tahapan terakhir dari analisis data di
mana kesimpulan yang akan diperoleh berasal dari hasil wawancara. Hasil
penelitian yang sudah terkumpul dan diringkas harus diulang kembali
untuk mencocokan dari reduksi data dan display data, agar kesimpulan
yang telah dikaji dan disepakati untuk ditulis sebagai laporan yang
memiliki tingkat kepercayaan yang benar.52
52
B. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Al Salaam53.
PT BPR Amal Salman yang lebih dikenal dengan nama BPR Al
Salaam, didirikan pada tangga l9 Oktober 1991. Pendiriannya diprakarsai oleh
para alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) yang aktif di Masjid Salman
pada saat masih menjadi sebagai mahasiswa. Kebersamaan selama menimba
ilmu di perguruan tinggi telah mendorong para alumni ini untuk melanjutkan
kegiatan amalnya seperti yang telah dilakukan dahulu di Salman ITB dengan
membentuk lembaga yang bergerak di bidang sosial dengan nama Yayasan
Amal Salman. Salah satu bentuk kegiatan yang ditujukan untuk membantu
perekonomian masyarakat adalah dengan mendirikan sebuah lembaga
keuangan berbentuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dengan nama BPR Al
Salaam
Pendirian BPR Al Salaam juga dimaksudkan untuk turut serta dalam
pelayanan lembaga keuangan bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah,
dengan corak khusus yaitu pelayanan perbankan dengan nafas keislaman.
Berbeda dari badan usaha swasta pada umumnya BPR Al Salaam
merupakan usaha yang berlandaskan kebersamaan (Solidarity Corporate) yang
53
Sejarah BPRS Al-Salam”, artikel diakses pada tanggal 12 Februari 2015 dari
tetap menjunjung tinggi profesionalisme. BPR Al Salaam hadir untuk
memberikan pelayanan “retail banking” bagi kemajuan bersama sesuai dengan motto “Maju Dalam Kebersamaan”.
Kegiatan operasional BPR ini dimulai pada tanggal 29 Pebruari 1992
berdasarkan Akte No. 30 dari Abdul Latief, Notaris di Jakarta, diubah dengan
akte No.14 tanggal 5 Desember 1991 dari Abdul Latief, Notaris di Jakarta,
yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan
No.C2-7937.HT.01.01.TH.91 tanggal 19 Desember 1991 dan didaftarkan
pada Kantor Pengadilan Negeri di Bogor dibawah No. WB.DH.1.PR.01.10.92
serta diumumkan dalam tambahan No.657 dari Berita Negara RI No.13
tanggal 14 Pebruari 1992 dan tambahan No. 5045 dari Berita Negara RI
No.70 tanggal 1 September 2000.
Jumlah modal yang disetor pada awal berdiri tahun 1991, sebesar Rp.
69,8 juta dengan jumlah pemegang saham sebanyak 40 orang. Pada tahun
2003, modal yang disetor telah mencapai Rp. 1,28 milyar dengan jumlah
pemegang saham sebanyak 103 orang. Selanjutnya untuk mendukung
pengembangan telah disetujui peningkatan modal dasar perseroan dalam
RUPS tahun 2003 dari Rp. 1 milyar menjadi Rp. 5 milyar. Peningkatan
tersebut juga telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan HAM RI melalui
SK Nomor : C-04029 HT.01.04.TH.2004.
Keinginan para pemegang saham sejak awal pendirian untuk
ekonomi menengah ke bawah dengan corak khusus yaitu pelayanan
perbankan dengan nafas keislaman alhamdulillah sudah dapat kami wujudkan
dalam bentuk nyata melalui kegiatan operasi Perbankan Syariah sejak tanggal
3 Juli 2006.
2. Visi, Misi, Motto dan Tujuan BPRS Al Salaam54
a. Visi BPRS Al Salaam: “Menjadi Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Terbaik di Indonesia”
b. Misi BPRS Al Salaam: “Menjadi lembaga keuangan yang menghasilkan produk jasa perbankan terbaik bagi nasabah dan menciptakan kondisi yang
kondusif bagi pemerataan pembangunan perekonomian sektoral dengan
orientasi pengembangan usaha kecil dan menengah menuju kesejahteraan
bagi stake holder”.
c. Motto BPRS Al Salaam: “Maju Dalam Kebersamaan”
d. Tujuan BPRS Al Salaam:
1) Dengan profesionalisme tinggi berusaha memberikan pelayanan kepada
nasabah melalui penyediaan jasa keuangan yang optimal dalam hal
kualitas, kenyamanan, keamanan, dan keuntungan dalam hal
berinvestasi.
2) Memberikan tingkat kesejahteraan yang baik bagi seluruh karyawan.
3) Memberikan hasil yang terbaik bagi stake holder.
54 Visi da Misi BPRS Al-“ala , artikel diakses pada ta ggal Februari 5 dari
PT. BPRS AL SALAAM AMAL SALMAN SATUAN PENGAWAS INTERN
REALISASI PEMBIAYAAN APRIL 2015
Sum of PLAFON Column Labels Row Labels 001
KTR
PAS 242,330,939
PSKKB 442,250,429
PSKM 445,228,607
PSM PSPP
Grand Total 1,129,809,975 3. Aset BPRS Al Salaam
BPRS Al Salaam mempunyai nasabah kurang lebih 7.682 orang