• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Outdoor Learning terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas III dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Pondok Karya Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Outdoor Learning terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas III dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Pondok Karya Tangerang Selatan"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN

OUTDOOR LEARNING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR

SISWA KELAS III DALAM PEMBELAJARAN ILMU

PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) DI MADRASAH IBTIDAIYAH

NURUL HUDA PONDOK KARYA TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

RIZA FARAZIAH

NIM 1111018300018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH

IBTIDAIYAH (PGMI)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

RIZA FARAZIAH (1111018300018), “Pengaruh Penggunaan Metode

Pembelajaran Outdoor Learning terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas III dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)”. Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, November 2015.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi belajar siswa dan penggunaan metode pembelajaran outdoor learning di MI/SD pada pembelajaran IPS, serta mengetahui pengaruh dari penggunaan metode pembelajaran outdoor learning terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Penelitian ini dilakukan di MI Nurul Huda Pondok Karya Tangerang Selatan Tahun Ajaran 2015/2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Subjek penelitian ini adalah 64 siswa yang diperoleh dengan teknik purposive sampling

pada siswa kelas III. Instrumen pengumpul data yaitu berupa angket motivasi belajar siswa dan observasi kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa metode pembelajaran outdoor learning berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Skor rata-rata motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan metode konvensional sebesar 44.63 sedangkan skor rata-rata motivasi belajar siswa dengan metode outdoor learning

sebesar 57.34. Berdasarkan perhitungan t-test diperoleh bahwa nilai t-test lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 yaitu 0,000 sehingga terdapat pengaruh penggunaan metode outdoor learning terhadap motivasi belajar siswa kelas III dalam pembelajaran IPS.

(6)

ABSTRACT

“The Effects of outdoor learning method to Student Social science education learning Motivation”. Thesis for Islamic Elementary School Teacher

Education, Faculty of Tarbiya and Teaching science, Syarif Hidayatullah State IslamicUniversity Jakarta, November 2015.

The purpose of this research is to find out the study motivation of the students and the use of outdoor learning method at MI/Elementary school on Social Science subject, as well as to find out the effect of using outdoor learning method to the study motivation of the students on Social Science subject. This research was done at MI Nurul Huda Pondok Karya South Tangerang Academic Year 2015/2016. The method used in this research is quasi experiment. The subjects of this research are 64 students of third class who were chosen using purposive sampling technic. The data collecting instrument used here is questionaire of study motivation of the students and learning activities observation. The result of this research reveals that outdoor learning method has effect on study motivation of the students on Social Science subject. The average score of study motivation of the students on Social Science using conventional method is 44.63 while the average score when using outdoor learning method is 57.34. Based on the calculation of the t-test, the t-test score is smaller than significancy level 0,05, that is 0,000. From this result we find out that there is an effect of using outdoor learning method to the study motivation of the third class students on Social Science subject.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirobbil’aalamiin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kesempatan dan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Outdoor Learning terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas III dalam Pembelajaran IPS di Madrasah

Ibtidaiyah Nurul Huda Pondok Karya Tagerang Selatan”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi besar kita Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.

Selanjutnya, dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya, maka penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini. Karena penulis yakin tanpa bantuan, arahan dan bimbingan tersebut sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaannya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M. A selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Khalimi, M. Ag selaku Ketua Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah banyak memotivasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Asep Ediana Latip, M. Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan, ilmu, dan arahan yang amat bermanfaat kepada penulis dalam menyusun skripsi ini, semoga Allah membalas segala kebaikan Bapak dengan pahala yang berlimpah.

(8)

rahmat dan lindungan Allah SWT. sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat dikemudian hari.

5. M. Hasymi, S. Pd. I selaku kepala sekolah MI Nurul Huda, Pondok Karya. Tangerang Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6. Seluruh Guru dan Staf Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda, Pondok Karya. Tangerang Selatan yang telah menerima penulis dengan baik.

7. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua penulis yang tercinta, Bapak Tamsuri dan Ibu Hj. Muliawati. Dengan tetesan kasih sayang dan kesabarannya telah membesarkan dan membimbing penulis serta tidak henti-hentinya memberikan do’a yang tulus kepada penulis dan dukungannya baik moril maupun materil dalam menyelesaikan skripsi ini. Hanya bakti dan doa setulus hati yang dapat penulis haturkan.

8. Keluargaku tersayang: Ka Maya, Ka Didi, Ka Erna, Nurhafizah, Sheva, Fariz, Altaf dan Melisnia terima kasih untuk kasih sayang dan perhatian serta doa kalian semua. Serta terima kasih telah memberikan semangat dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Muhammad Reza serta keluarga yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatiannya serta kesabaran untuk selalu menemani dan memberikan semangat serta motivasinya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Para siswa dan siswi kelas III Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda, Pondok Karya. Tangerang Selatan yang telah bersikap kooperatif dan bersedia belajar bersama-sama selama penulis mengadakan penelitian.

11.Keluarga besar Pojok Seni Tarbiyah (POSTAR) UIN Jakarta yang telah banyak memberikan pengalaman berharga kepada penulis selama masa perkuliahan berlangsung.

(9)

13.Teman-temanku tercinta, mahasiswa dan mahasiswi teman seperjuangan prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah angkatan 2011 yang telah memberikan semangat dan pengaruh positif dalam menyusun skripsi ini. 14.Sahabat-sahabat terbaikku: Fitri Ratnasari, Reza Fahdarani, Nita Anjarsari,

Mia Adesti, Melita Andriani, Sri Yulianingsih, Febrian Retnaning Putri, Nursyifa Ulfa, Puti Asmarani, Dimas Prayogie, Aisyah Kamalia, Fachrum Nisa, Herman Bachtiar, Mahdi Rizki, Sarah, dan Puput yang selalu memberikan motivasi serta bantuannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini terimakasih telah menjadi sahabat terbaik penulis dan telah menjadi tempat berbagi suka dan duka penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

15.Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, motivasi dan informasi yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik yag diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan karna terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya bagi khasana ilmu pengetahuan. Aamiin...

Jakarta, Desember 2015

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... ix

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

BAB II : KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 10

A. DESKRIPSI TEORITIK ... 10

1. Pembelajaran IPS ... 10

a. Pengertian Pembelajaran IPS ... 10

b. Karakteristik Pembelajaran IPS ... 11

c. Tujuan Pembelajaran IPS ... 13

2. Motivasi Belajar ... 14

a. Pengertian Motivasi Belajar ... 14

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar .... 17

c. Indikator Motivasi Belajar ... 19

d. Fungsi Motivasi Belajar ... 20

e. Peran Motivasi dalam Belajar ... 21

f. Alat Ukur Motivasi ... 22

3. Metode Pembelajaran Outdoor Learning... 23

a. Pengertian Metode Pembelajaran ... 23

(11)

c. Pengertian Metode Outdoor Learning ... 26

d. Langkah-Langkah Metode Outdoor Learning ... 27

e. Manfaat Metode Outdoor Learning ... 29

f. Kekurangan Metode Outdoor Learning ... 31

B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN... 31

C. KERANGKA BERPIKIR ... 32

D. HIPOTESIS PENELITIAN ... 34

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 35

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

B. Metode dan Desain Penelitian ... 36

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

D. Variabel Penelitian ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Instrumen Penelitian ... 41

G. Uji Coba Instrumen ... 43

H. Analisis Data ... 45

I. Hipotesis Statistik ... 47

BAB IV : PEMBAHASAN ... 48

A. Deskripsi Data ... 48

B. Analisis Data ... 60

1. Pengajuan Persyaratan Analisis ... 60

a. Uji Normalitas ... 60

b. Uji Homogenitas ... 61

2. Pengujian Hipotesis ... 61

C. Interpretasi Hasil Penelitian ... 62

BAB V : PENUTUP ... 67

(12)
(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Perencanaan Penelitian... 35

Tabel 3.2 Desain Penelitian... 36

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket... 41

Tabel 4.1 Skor Rata-Rata Motivasi Belajar... 49

Tabel 4.2 Hasil Jawaban Pernyataan Angket No. 1... 50

Tabel 4.3 Hasil Jawaban Pernyataan Angket No. 2... 51

Tabel 4.4 Hasil Jawaban Pernyataan Angket No. 3... 51

Tabel 4.5 Hasil Jawaban Pernyataan Angket No. 4... 52

Tabel 4.6 Hasil Jawaban Pernyataan Angket No. 5... 52

Tabel 4.7 Hasil Jawaban Pernyataan Angket No. 6... 53

Tabel 4.8 Hasil Jawaban Pernyataan Angket No. 7... 54

Tabel 4.9 Hasil Jawaban Pernyataan Angket No. 8... 54

Tabel 4.10 Hasil Jawaban Pernyataan Angket No. 9... 55

Tabel 4.11 Hasil Jawaban Pernyataan Angket No. 10... 55

Tabel 4.12 Hasil Jawaban Pernyataan Angket No. 11... 56

Tabel 4.13 Hasil Jawaban Pernyataan Angket No. 12... 57

Tabel 4.14 Hasil Jawaban Pernyataan Angket No. 13... 57

Tabel 4.15 Hasil Jawaban Pernyataan Angket No. 14... 58

Tabel 4.16 Hasil Jawaban Pernyataan Angket No. 15... 59

Tabel 4.17 Hasil Jawaban Pernyataan Angket No. 16... 59

Tabel 4.18 Uji Normalitas...60

Tabel 4.19 Uji Homogenitas... 61

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan hidup manusia mutlak yang harus dipenuhi demi tercapainya tujuan hidup. Tanpa pendidikan mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia. Kesadaran pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, telah mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia pendidikan.

Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah memberikan harapan kepada masyarakat ditengah kegamangan terhadap lembaga pendidikan pada umumnya serta keinginan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tanggung jawab pendidikan dalam mewujudkan manusia yang berkualitas terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang makin berperan, menampilkan keunggulan yang tangguh, kreatif, mandiri, profesional, dan produktif dalam bidangnya masing-masing merupakan suatu hal yang tidaklah mudah dan gampang.1

Salah satu komponen yang paling mutlak dalam proses pendidikan adalah seorang guru. Berhasil atau tidaknya materi yang disampaikan di dalam kelas, tergantung seorang guru tersebut merancangnya. Seorang guru harus kreatif dan inovatif dalam merencanakan proses pembelajaran yang akan dilaksanan, agar kompetensi dasar dan indikator pembelajaran dapat tersampaikan seluruhnya.

1

Imam Wahyudi, Pengembangan Pendidikan (Strategi Inovatif & Kreatif dalam

(15)

Dewasa ini, masih banyak guru yang masih menyampaikan materi pelajaran hanya dengan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Padahal metode pembelajaran tersebut mempunyai kelemahan yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran. Kelemahan dari metode ceramah adalah guru yang berorientasi pada Teacher Center sehingga siswa menjadi pasif dalam pembelajaran. Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya kelemahan dari metode tanya jawab salah satunya yaitu kemungkinan akan terjadi penyimpangan perhatian siswa, terutama apabila terdapat jawaban-jawaban yang kebetulan yang menarik perhatiannya, tetapi bukan sasaran yang dituju.2 Selain itu juga kelemahan dari metode pemberian tugas adalah apabila diberikan tugas di luar kelas, sulit untuk mengontrol siswa bekerja secara mandiri dan menyuruh orang lain untuk menyelesaikannya.

Proses pembelajaran masih dominan terpusat pada guru, salah satu indikatornya yaitu pembelajaran masih dominan dengan metode ceramah dan siswa lebih banyak pasif, sebagai pendengar. Okezone.com memberitakan bahwa dalam menyampaikan penjelasan, guru di Indonesia terlalu panjang lebar. Selain itu, durasi pembelajaran selama 80 menit membuat guru kurang cermat dalam merancang pembelajaran. Tanpa sadar itu sudah menjadi budaya guru-guru di Indonesia. Kalau kita ingin mengubah hal tersebut maka perlu dilakukan analisa alasan terjadinya permasalahan tersebut.3

Sejalan dengan pernyataan di atas, dari hasil pengalaman Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) masih banyak siswa yang merasa jenuh, lelah, tidak konsentrasi, malas dan mengantuk dalam mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru di dalam kelas.4 Apabila ada beberapa siswa yang sulit untuk berkonsentrasi dalam belajar, kewajiban

2

Abu Ahmadi, et. al., Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka setia, 2005), hal. 56-57

3

(http://Kampus.okezone.com//read/harusnya-waktudiskusi-murid-lebih-panjang)

4

(16)

guru adalah membuat suasana kelas agar tidak jenuh dan menyenangkan. Guru juga dituntut untuk dapat mengkomunikasikan materi pelajaran kepada siswa dengan baik agar materi dapat dipahami sepenuhnya oleh siswa.

Proses pembelajaran yang membuat siswa merasa bosan berakibat pada rendahnya motivasi belajar siswa. Selain itu proses pembelajaran tersebut kurang mendorong siswa untuk ikut serta berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini guru perlu menerapkan pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga diperoleh hasil belajar yang optimal.

Dimasa-masa awal sekolah dasar, para siswa lebih merasa antusias dan bersemangat mempelajari hal-hal baru di sekolah. Namun terkadang di kelas 3, motivasi intrinsik mereka untuk belajar dan menguasai materi pelajaran sekolah menurun. Penurunan ini mengkin merupakan akibat dari beberapa faktor. Ketika siswa bertambah dewasa, mereka semakin ingat betapa pentingnya nilai baik (motivator ekstrinsik) untuk kenaikan kelas yang membuat mereka memfokuskan usahanya untuk memperoleh rata-rata nilai yang tinggi. Siswa mungkin semakin tak sabar dengan aktivitas yang terlalu terstruktur, repetitif, dan membosankan yang sering mereka jumpai di sekolah.5

Ada beberapa mata pelajaran yang membuat siswa tidak termotivasi dalam belajar, karena biasanya sebagian besar guru mrnyampaikannya hanya dengan metode belajar konvensional. Salah satunya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

IPS adalah salah satu mata pelajaran yang penguasaannya menuntut siswa menghafal materi yang telah disampaikan, sehingga terkadang siswa merasa kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran.

5

Jeanne Ellis Ormorod, Psikilogi Pendidikan-Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang

(17)

Akibatnya, siswa menampakkan sikap sikap acuh dan malas. Perilaku siswa yang demikian tentu saja menunjukkan motivasi mereka terhadap pembelajaran IPS masih rendah. Motivasi yang masih rendah tersebut mungkin juga dipungki oleh faktor gaya mengajar atau metode mengajar yang diterapkan oleh guru.

Nu’man Sumantri, yang dikutip oleh Syarifuddin Nurdin menyatakan bahwa “pelajaran IPS yang diberikan di sekolah-sekolah sangat menjemukan dan membosankan”.6 Hal ini disebabkan penyajiannya bersifat monoton, sehingga siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Salah satu kewajiban guru dalam mengajar adalah menarik minat siswa agar pelajaran yang diberikan bisa dikuasai oleh siswa dengan baik.

Lingkungan adalah salah satu sumber dan media belajar yang cocok dalam mengatasi kejenuhan siswa belajar di dalam kelas. Sebagai guru kita dapat memilih sendiri berbagai benda yang terdapat di lingkungan sekolah untuk dijadikan media dan sumber belajar bagi siswa di sekolah. Melalui lingkungan guru dapat mengajak siswa belajar langsung di lapangan secara nyata dan konseptual.

Sumber belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan anak karena mereka belajar tidak terbatas oleh empat dinding kelas. Selain itu, kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut. Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik bagi anak sebab

6

Syarifuddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu

(18)

lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan.7

Metode pembelajaran outdoor learning merupakan salah satu metode pembelajaran yang memanfaatkan sumber lingkungan sehingga pembelajaran dapat menarik dan menyenangkan dalam proses belajar mengajar dan juga dapat mengatasi kejenuhan siswa dalam menerima pembelajaran di kelas, karena melalui metode ini materi pembelajaran yang disampaikan didapatkan secara langsung dialami melalui kegiatan pembelajaran di luar kelas sehingga siswa dapat lebih membangun makna atau kesan dalam memori atau ingatannya. Dengan begitu banyak jam yang dihabiskan di ruang kelas, lingkungan memiliki efek kumulatif baik pada siswa maupun guru.

Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan, bahkan hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan. Namun demikian diperlukan adanya kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru untuk dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.8

Hernowo menyatakan bahwa dewasa ini ada kecenderungan untuk kembali ke pemikiran bahwa anak didik akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Kegiatan belajar mengajar akan menarik dan disukai oleh para siswa jika guru dapat mengemas materi pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Salah satu cara untuk menjadikan pembelajaran itu menarik adalah dengan melakukan pembelajaran di luar kelas (outdoor).9

Selain itu guru juga harus bisa membangkitkan motivasi belajar siswa, salah satunya adalah dengan menggunakan metode pembelajaran

7

Husamah, Pembelajaran Luar Kelas Outdoor Learning, (Jakarta:Prestasi Pustakaraya, 2013) hal 3

8

Ibid, hal 3

9

(19)

yang menyenangkan seperti outdoor learning tersebut. Karena bagimanapun tugas seorang guru adalah mengajarkan siswa dan membuat suasana pembelajaran menjadi senyaman mungkin agar tidak merasa jenuh, lelah, tidak konsentrasi, malas dan mengantuk saat belajar.

Motivasi yang baik sangat berpengaruh bagi kegiatan pembelajaran, siswa dapat memahami pelajaran secara maksimal apabila terdapat motivasi yang kuat di dalam dirinya untuk belajar. Sebaliknya, jika seorang siswa tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka apa yang disampaikan atau diajarkan oleh guru tidak akan tersampaikan dengan maksimal. Disinilah tugas guru yang memiliki peran paling penting dalam mempengaruhi bahkan merubah motivasi belajar siswa.

Semua siswa termotivasi dalam suatu cara tertentu. Seorang siswa mungkin tertarik pada pelajaran di kelas dan mencari tugas yang menantang, berpartisipasi secara aktif dalam diskusi kelas, serta mendapatkan nilai tinggi dalam projek-projek yang ditugaskan. Siswa lainnya mungkin lebih tertarik dengan sisi sosial sekolah, sering berinteraksi dengan teman sekolah dan mengikutik kegiatan ekstrakulikuler.10

Metode pembelajaran Outdoor Learning memberikan alternatif cara pembelajaran dengan membangun makna atau dengan melibatkan lebih banyak indera penglihatan, indera pendengaran, indera perabaan, dan indera penciuman pada siswa agar siswa lebih termotivasi belajar dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajarnya.

Kegiatan pembelajaran yang monoton dan membosakan terkadang cepat membuat siswa merasa bosan di dalam kelas, misalnya dalam pelajaran IPS yang hanya dilakukan dalam kelas, mengharuskan siswanya untuk duduk rapi, mendengarkan penjelasan materi dari guru dan hanya

10

Jeanne Ellis Ormorod, Psikilogi Pendidikan-Membantu Siswa Tumbuh dan

(20)

menjadikan buku dan ruang kelas sebagai satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Padahal di luar kelas sana dapat dijadikan tempat belajar yang lebih menyenangkan dan lebih memberi keluasan bagi siswa dalam memperoleh pengalaman dalam pembelajaran dibandingkan hanya duduk di ruang kelas.

Dampak negatif yang siswa alami tersebut dapat diminimalisasi atau dikurangi dan kemungkinan besar dapat diatasi dengan memperbaiki cara pengajaran atau merubah pendekatan pembelajaran, merawat dan melengkapi fasilitas belajar, serta membangun citra positif bahwa mata pelajaran IPS itu menyenangkan sama dengan mata pelajaran lainnya, yakni meyakinkan bahwa pelajaran IPS itu tidak membosankan.

Cara untuk mengajar IPS di luar kelas adalah mengajak para siswa untuk berjalan-jalan di sekitar sekolah. Kemudian, mereka diajak untuk mengamati lingkungan alam dan lingkungan buatan. Guru meminta siswa untuk mencatat apapun yang mereka temui di sekitar sekolah yang termasuk kategori jenis lingkungan alam dan lingkungan buatan.11

Dalam pra penelitian yang penulis lakukan, penulis mengobservasi bahwa metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran IPS di sekolah yang penulis teliti yaitu MI Nurul Huda Pondok Karya Tangerang Selatan masih didominasi dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah dan tanya jawab. Hal ini menyebabkan penggunaan metode ceramah yang dominan menjadikan pembelajaran kurang menarik. Pembelajaran terkesan membosankan dan siswa kurang termotivasi dalam belajar IPS. Hal tersebut tampak dari sikap siswa kelas III MI Nurul Huda Pondok Karya yang kurang memperhatikan pelajaran, bercerita dengan teman sebangku, mengantuk, bahkan ada siswa yang menggambar atau mengerjakan tugas mata

11

(21)

pelajaran lain. Kondisi pembelajaran yang demikian tentu sangat tidak kondusif.

Berdasarkan hal tersebut, penulis sangat tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh penggunaan metode pembelajaran outdoor learning

terhadap motivasi belajar siswa kelas III dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, maka identifikasi masalah adalah sebagai berikut:

1. Metode guru yang kurang kreatif dalam menyampaikan pelajaran 2. Suasana kelas yang membosankan

3. Rendahnya perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS di kelas

4. Rendahnya motivasi belajar siswa dalam belajar IPS

C. Pembatasan Masalah

Agar dapat lebih mengarah secara mendalam, maka dalam penelitian ini perlu membatasi masalah pada:

1. Pembelajaran luar kelas (outdoor learning) yang dimaksud dalam penelitian ini sebatas menggunakan dan memanfaatkan fasilitas sekolah yang ada kemudian digunakan sebagai sarana/sumber untuk meningkatkan proses belajar mengajar;

2. Motivasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini terbatas pada motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas III semester 2 di MI Nurul Huda Pondok Karya, Tangerang Selatan; dan

(22)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah maka rumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah “Apakah terdapat pengaruh penggunaan metode pembelajaran outdoor learning terhadap motivasi belajar siswa kelas III pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial”?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari penggunaan metode pembelajaran outdoor learning terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, antara lain:

a. Bagi sekolah yang menjadi fokus penelitian, hasil diharapkan bermanfaat sebagai bahan dokumentasi historis dan bahan pertimbangan untuk mengambil langkah-langkah guna meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

b. Bagi guru dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS sehingga metode outdoor learning itu dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

c. Bagi siswa dapat membantu dan menumbuhkan motivasi dalam belajar pada mata pelajaran IPS.

(23)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. DESKRIPSI TEORITIK

1. Pembelajaran IPS

a. Pengertian Pembelajaran IPS

Istilah ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah Social Studies dalam kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara Barat seperti Australia dan Amerika Serikat. Nama IPS lebih dikenal social studies di negara lain itu merupakan istilah hasil kesepakan dari para ahli atau pakar kita di Indonesia.12

Ada yang menjelaskan bahwa IPS adalah perpaduan dari pilihan konsep ilmu-ilmu sosial seperti sejarah, goeografi, ekonomi, antropologi, budaya dan sebagainya yang diperuntukkan sebagai pembelajaran pada tingkat persekolahan dan ada juga yang menjelaskan bahwa IPS adalah Pembelajaran Ilmu Sosial (Sosial Sciences) yang disederhanakan untuk pembelajaran pada tingkat persekolahan.13

Sedangkan Nu’man Sumantri mengartikan pendidikan IPS adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu Sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang diorgaisasikan

12

Supriyadi, dkk. Konsep Dasar IPS, (Bandung: UPI PRESS,2006), hal 3

13

(24)

dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah.14

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran IPS dapat terumuskan dalam beberapa ide pokok, yaitu:

1) Ilmu pengetahuan yang merupakan perpaduan dari ilmu sosial dan ilmu-ilmu lainnya

2) Diorganisasikan secara selektif

3) Prinsip pertimbangan ilmiah, psikologis dan praktis, dan 4) Untuk tujuan pendidikan di sekolah.

b. Karakteristik Pembelajaran IPS

Karakteristik pendidikan IPS SD/MI dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya, antara lain sebagai berikut:

1) Fokus kajian Pendidikan IPS adalah kehidupan manusia dengan sejumlah aktivitas sosialnya

2) Materi pendidikan IPS berasal dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang kemudian diorganisasi dan disedarhanakan untuk kepentingan pendidikan

3) Materi pendidikan IPS pada tingkat sekolah dasar menggunakan pendekatan secara terpadu/fusi

4) Materi pendidikan IPS yang disajikan pada tingkat sekolah dasar tidak menunjukkan label dari masing-masing displin ilmu sosial 5) Materi disajikan secara tematik dengan mengambil tema-tema

sosial yang dikaji berangkat dari fenomena-fenomena serta aktivitas sosial yang terjadi disekitar siswa15

14

Sapriya, dkk. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar, (Bandung: UPI PRESS, 2006) h.7

15

(25)

Sedangkan menurut A. Kosasih Djahiri dalam Supriya dkk mengemukakan karakteristik mata pelajaran IPS adalah sebagai berikut:

1) IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta yang sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu)

2) Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersifat komprehensif

3) Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional dan analitis

4) Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan/ menggabungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya

5) IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah), sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadinya proses interaksi secara mantap dan aktif pada diri siswa agar siswa memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakatnya

6) IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antar manusia yang bersifat manusiawi

7) Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya

8) Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajarannya dalam arti memerlihatkan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya

9) Dalam mengembangkan program pembelajaran senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan yang menjadi ciri IPS itu sendiri.16

16

(26)

c. Tujuan Pembelajaran IPS

Menurut Hasan dan Nana Supriatna dkk, tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu pengembangan kemampuan intelektual siswa, pengembangan kemampuan dan ada tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi. Tujuan pertama berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu sosial. Tujuan kedua berorientasi pada pengembangan diri siswa dan kepentingan masyarakat. Sedangkan tujuan ketiga lebih berorientasi pada pengembangan pribadi siswa baik untuk kepentingan dirinya, masyarakat maupun ilmu.17

Selain bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik, pendidikan IPS juga mempunyai tujuan yang lebih spesifik. Tujuan ini dirumuskan oleh Pennsylvania Council for the Social Studies (Clark, 1073: 8), yaitu:

Fokus utama dari program IPS adalah membentuk individu-individu yang memahami kehidupan sosialnya-dunia manusia, aktivitas dan interaksinya – yang ditujukan untuk menghasilkan anggota masyarakat yang bebas, yang mempunyai rasa tanggung jawab untuk melestarikan, melanjutkan dan memperluas nilai-nilai dan ide-ide masyarakat bagi generasi masa depan. Untuk melengkapi tujuan tersebut, program IPS harus memfokuskan pada pemberian pengalaman yang akan membantu setiap individu siswa.18

17

Nana Supriatna, dkk. Pendidikan IPS SD. (Bandung: UPI PRESS, 2007) h. 5

18

(27)

Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.

2. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan disubjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari

kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya

penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.19

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, motivasi diartikan

sebagai “dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau

tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

19

(28)

Usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu keinginan karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan

perbuatan”.20

Motivasi adalah sesuatu yang menghidupkan (energize), mengarahkan dan mempertahankan perilaku; motivasi membuat siswa bergerak, menempatkan mereka dalam suatu arah tertentu, dan menjaga mereka agar terus bergerak. Kita sering melihat motivasi siswa tercermin dalam investasi pribadi dan dalam keterlibatan kognitif, emosional, dan perilaku di berbagai aktivitas sekolah.21

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi, belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (Reinforced practice) yang dilandasi tujan untuk mencapai tujuan tertentu.

Hakikat dari motivasi belajar adalah dorongan dari dalam dan luar diri siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung dalam kegiatan belajar, motivasi tentu sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi belajar, tidak akan mungkin melakukak aktivitas belajar.22

Pada dasarnya motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk

20

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 389

21

Jeanne Ellis Ormorod, Psikilogi Pendidikan-Membantu Siswa Tumbuh dan

Berkembang (Jakarta: Penerbit Erlangga 2008) h. 58

22

(29)

belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.23

Motivasi merupakan dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan prilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Motivasi timbul jika didorong oleh kebutuhan seseorang seperti kebutuhan seseorang yang ingin kaya maka ia akan berusaha mencari kekayaan sebanyak-banyaknya. Begitu pula dalam belajar, jika seorang siswa memiliki tingkat kebutuhan prestasi belajar yang tinggi, maka siswa tersebut berusaha keras untuk mencapai targetnya meskipun dalam mendapatkan target tersebut banyak terjadi halangan dan tantangan.

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai.24 Motivasi belajar siswa juga dapat timbul karena ada usaha yang dilakukan guru dengan berbagai macam cara untuk mendorong, mengaktifkan, menggerakan peserta didiknya untuk terlibat secara aktif delam proses pembelajaran

Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan dan dorongan untuk belajar inilah yang disebut motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: (1) mengetahui apa yang akan dipelajari; dan (2) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Dengan berpijak

23

Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2012) Cet ke-3 hal. 26

24

(30)

pada ke dua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi (tidak mengerti apa yang dipelajari dan tidak memahami mengapa hal itu perlu dipelajari) kegiatan belajar-mengajar sulit untuk berhasil.25

Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk belajar dengan senang dan belajar secara sungguh-sungguh, yang pada gilirannya akan terbentuk cara belajar siswa yang sistematis, penuh konsentrasi dan dapat menyeleksi kegiatan-kagiatannya atau sebuah dorongan yang berasal dari dalam dan luar diri seorang siswa yang mampu memberikan semangat dalam belajar sehingga siswa mampu berhasil mencapai prestasi yang sangat baik.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:26

1) Cita-cita/aspirasi siswa

Setiap manusia senantiasa mempunyai cita-cita atau aspirasi tertentu dalam hidupnya. Cita-cita atau aspirasi itu senantiasa diperjuangkan meskipun rintangan yang akan dihadapi sangat banyak. Oleh karena itu, cita-cita sangat mempengaruhi terhadap motivasi belajar seseorang.

2) Kemampuan siswa

Kemampuan yang dimiliki oleh setiap manusia tidaklah sama, begitu pula dengan siswa. Kemampuan siswa berkaitan erat dengan motivasi belajar siswa, seperti siswa yang memiliki motivasi belajar rendah pada pelajaran tertentu disebabkan karena

25

Sadirman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), cet ke-21, hal.40

26

(31)

siswa yang bersangkutan memiliki kemampuan belajar yang rendah.

3) Kondisi siswa

Kondisi siswa dibedakan atas kondisi fisik dan kondisi psikologisnya. Jika kondisi fisik siswa dalam keadaan lelah maka umumnya motivasi belajar akan menurun, begitu pula sebaliknya jika kondisi siswa dalam keadaan sehat maka motivasi belajar siswa akan tinggi. Ditinjau dari kondisi psikologisnya, jika siswa dalam kondisi stress maka umumnya siswa sulit untuk berkonsentrasi sehingga siswa merasa terpaksa dan tidak memiliki motivasi belajar.

4) Kondisi lingkungan siswa

Lingkungan belajar siswa digolongkan menjadi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik merupakan tempat dimana siswa tersebut belajar, jika kondisi tempat belajarnya rapi dan nyaman maka pada umumnya siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Lingkungan sosial merupakan tempat dimana siswa berinteraksi dengan orang lain, misalnya suswa tersebut bergaul dalam lingkungan yang kurang memperhatikan pendidikan/belajar maka siswa tersebut secara tidak langsung akan terpengaruh dalam kondisi tersebut.

5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

Ada beberapa unsur dinamis yag dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, diantaranya:

a) Motivasi dan upaya memotivasi siswa untuk belajar b) Bahan belajar dan upaya penyediaannya

c) Alat bantu belajar dan upaya penyediaannya d) Suasana belajar dan upaya pengembangannya

(32)

6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa

Upaya guru dalam mengajarkan siswa sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Misalnya, guru yag mengajar di kelas dengan penuh semangat dan ceria maka siswa akan termotivasi dalam mengikuti belajar di kelas. Maka dari itu, seorang guru dituntut untuk mampu kreatif dalam menciptakan susasana belajar yang baik.

c. Indikator Motivasi Belajar

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Menurut Hamzah indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4) Adanya penghargaan dalam belajar

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.27

Sedangkan Sardiman menyebutkan bahwa motivasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama. Tidak pernah berhenti sebelum selesai)

2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) 3) Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah 4) Lebih senang bekerja mandiri

27

(33)

5) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin 6) Dapat mempertahankan pendapatnya

7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya 8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri diatas berarti orang itu selalu memiliki motivasi yang sangat kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar.28

Dengan demikian dapat dikatakan hakikat motivasi belajar adalah dorongan baik dari luar maupun dari dalam diri seorang siswa untuk mengadakan suatu perubahan tingkah laku dengan beberapa indikator yang mendukungnya.

Berdasarkan dua pendapat diatas, penulis memilih indikator motivasi yang menurut pertimbangan penulis cocok dan dapat diterapkan pada sampel yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah indikator yang dipaparkan oleh Hamzah B. Uno.

d. Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Sardiman fungsi motivasi belajar ada tiga yakni sebagai berikut: 29

1) Mendorong manusia untuk berbuat: Sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan: Yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

28

Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h.83-84

29

(34)

3) Menyeleksi perbuatan: Yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat dengan tujuan tersebut.

Sedangkan menurut Nanang Harfiah dan Cucu Suhana, fungsi dari motivasi belajar yaitu:30

1) Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik,

2) Motivasi merupakan alat untuk mempengaruhi prestasi belajar peserta didik,

3) Motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, dan

4) Motivasi sebagai alat untuk membangun sistem pembelajaran lebih bermakna

e. Peran Motivasi dalam Belajar

Hamzah B. Uno dalam bukunya Teori Motivasi dan pengukurannya (Analisis dalam Bidang Pendidikan) mengatakan mengenai peran motivasi dalam belajar, yaitu:

1) Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan-bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Dengan demikian motivasi dapat menentukan hal-hal apa dilingkungan anak yang dapat memperbuat perbuatan belajar.

30

(35)

2) Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar

Peranan motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.

3) Motivasi menentukan ketekunan belajar

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya, jika seseorang kurang atau tidak tahan lama dalam belajar. Dia sudah tergoda untuk mengerjakan hal lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.31

f. Alat Ukur Motivasi

Ada beberapa alat ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui motivasi seseorang yaitu sebagai berikut:

1) Tes tindakan (performance test), yaitu alat untuk memperoleh informasi tentang loyalitas, kesungguhan, targeting, kesadaran, durasi dan frekuensi kegiatan.

2) Kuesioner (questionaire) untuk memahami tentang kegigihan dan loyalitas.

3) Mengarang bebas untuk memahami informasi tentang visi dan aspirasinya.

4) Tes prestasi untuk memahami informasi tentang prestasi belajarnya, dan

31

(36)

5) Skala untuk memahami informasi tentang sikapnya.32

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan alat ukur motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan tes tindakan, kuesioner dan skala.

3. Metode Pembelajaran Outdoor Learning

a. Pengertian Metode Pembelajaran

Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang dan ada yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai.

Terhadap perbedaaan daya serap anak didik sebagaimana tersebut di atas, memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Metodelah salah satu jawabannya. Karena itu dalam kegiatan belajar mengajar guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan.

Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pembelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok/klasikan, agar pembelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa

32

(37)

dengan baik. Makin baik metode mengajar, makin efektif pula pencapaian tujuan.33

Di dalam kenyataannya, cara atau metode mengajar yang digunakan untuk menyampaikan informasi berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilah, dan sikap (kognitif, psikomotor, afektif). Khusus metode mengajar di sekolah, efektivitas suatu metode dipengaruhi oleh faktor tujuan, siswa, situasi dan guru itu sendiri.34

Jadi dapat disimpulkan bahwa salah satu langkah untuk membuat pembelajaran dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan adalah harus dapat menguasai teknik-teknik penyajian pembelajaran itu sendiri atau biasanya disebut dengan metode mengajar. Dengan demikian, metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

b. Macam-Macam Metode Pembelajaran

1) Metode Ceramah

Yang dimaksud dengan metode ceramah ialah suatu metode di dalam pendidikan dan pengajaran di mana cara menyampaikan pengertian-pengertian materi pengajaran kepada anak didik dilaksanakan dengan lisan oleh guru di dalam kelas. Kelebihan dari metode ini adalah organisasi kelas lebih sederhana tidak perlu mengadakan pengelompokan murid, namun kelemahan dari metode ini adalah guru sulit untuk mengetahui pemahaman anak didik terhadap bahan-bahan yang diberikan, dan anak didik cenderung menjadi pasif dan kemungkinan kurang tepat dalam mengambil kesimpulan.

33

Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar untuk Fakultas Tarbiyah

Komponen MKDK, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), cet ke-II, h.52

34

(38)

2) Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab ialah suatu metode di dalam pendidikan dan pengajaran di mana guru bertanya sedangkan murid-murid menjawab tentang bahan materi yang ingin diperolehnya. Kelebihan dari metode ini adalah suasana kelas akan menjadi hidup karena anak didik aktif berpikir dan menyampaikan pikiran melalui berbicara, sedangkan kelemahan metode ini adalah apabila terjadi perbedaan pendapat akan banyak waktu untuk menyelesaikannya dan kemungkinan akan terjadi penyimpangan perhatian anak didik.

3) Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas sering disebut metode pekerjaan rumah yaitu metode di mana murid diberi tugas di luar jam pelajaran. Kelebihan dari metode ini adalah membiasakan anak giat belajar dan untuk mengisi waktu luang yang konstruktif. Sedangkan, kelemahan dalam metode ini adalah seringkali tugas dirumah dikerjakan oleh orang lain sehingga anak tidak tahu menahu tentang pekerjaan tersebut dan seringkali anak-anak tidak mengerjakan tugas dengan baik, cukup menyalin hasil pekerjaan temannya.35

Sebenarnya masih banyak macam-macam metode pembelajaran konvensional lainnya, namun penulis membatasi kajian dalam tiga macam metode outdoor learning diatas untuk dibandingkan dengan pembelajaran dengan metode pembelajaran outdoor learning

yang akan penilis teliti.

35

Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar untuk Fakultas Tarbiyah

(39)

c. Pengertian Metode Outdoor Learning

Proses pengajaran di sekolah formal, tengah mengalami kejenuhan. Rutinitas proses belajar yang cenderung kaku dan baku, tidak lagi mengutamakan ide kreatifitas setiap peserta didik karena semuanya harus berpola linier di dalam kelas (Pedagogy Indoor Learning). Metode yang diterapkan adalah sepersis mungkin apa yang tertulis dalam buku kalau bisa hafal hingga koma dan titik, apabila tidak sama dalam buku dianggap salah. Begitulah rupa sistem pendidikan yang telah kita jalani saat ini.

Sistem pendidikan di atas terus mendapatkan kritikan, dengan asumsi setiap manusia telah memiliki bakat dan pengetahuan, mestinya inilah yang harus diasah dalam dunia pendidikan. Lambat laun pendidikan ala Pedagogi mengalami proses kejenuhan belajar, sehingga memunculkan pendekatan baru yang kita kenal dengan belajar di luar ruangan (Outdoor Learning), yang lebih memajukan unsur bermain sambil belajar (Andragogy). Proses belajar cenderung fleksibel, lebih mengutamakan kreatifitas dan inisiatif berdasarkan daya nalar peserta didik dengan menggunakan alam sebagai media.36

Tidak banyak yang menyadari bahwa lingkungan di dalam sekolah sebenarnya merupakan tempat yang kaya akan sumber belajar bagi para siswa, yang menawarkan peluang belajar secara formal maupun informal. Selain itu, berbagai aktivitas sehati-hari yang terjadi di sekolah bisa menjadi sumber balajar yang sangat baik bagi para siswa. Para siswa dapat dengan mudah beraktivitas sambil belajar di lingkungan sekolah dengan arahan dan pantauan guru.37

36

Husamah, Pembelajaran Luar Kelas Outdoor Learning, (Jakarta:Prestasi Pustakaraya, 2013) h. 18

37

(40)

Menurut Amin menyatakan outdoor learning, process (OLP) adalah pembelajaran sains dengan melakukan petualangan di lingkungan sekitar dengan secara teliti yang hasilnya dicatat ke dalam Lembar Kerja Pengamatan (LKP).38

Sedangkan menurut Husamah, pendidikan luar kelas diartikan sebagai pendidikan yang berlangsung di luar kelas yang melibatkan pengalaman yang membutuhkan partisipasi siswa untuk mengikuti tantangan petualangan yang menjadi dasar dari aktivitas luar kelas seperti hiking, mendaki gunung, camping, dan lain-lain.39

Jadi, outdoor learning adalah suatu kegiatan di luar kelas atau luar sekolah yang membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan, bisa dilakukan di manapun dengan menekankan pada proses belajar berdasarkan fakta nyata, yang materi pembelajarannya dapat secara langsung dialami melalui kegiatan pembelajaran secara langsung dengan harapan siswa dapat lebih membangun makna atau kesan dalam memori atau ingatannya.

d. Langkah-langkah Metode Outdoor Learning

Kegiatan belajar mengajar di luar kelas (outdoor learning) tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Pengajaran harus tetap memiliki konsep dan langkah-langkah kegiatan yang jelas, sehingga bisa menjadi acuan utama bagi seorang guru yang mengajar siswa di luar kelas. Kegiatan metode ini bukan sekedar main-main untuk menyegarkan pikiran dan mengobati kejenuhan, melainkan guna

38

Amin, C. Memupuk Tradisi Ilmiah Siswa Sekolah Dasar Menggunakan Metode

Outdoor Learning Process (OLP). Makalah Seleksi Simposium Tahunan Penelitian Pendidikan,

2008.

39

(41)

mencerdaskan para siswa dan membuat mereka memahami mata pelajaran dengan baik.40

Menurut Widayanti, adapun langkah-langkah pembelajaran

outdoor learning atau pembelajaran luar kelas antara lain adalah sebagai berikut41:

1) Guru mengajak siswa ke lokasi di luar kelas

2) Guru mengajak siswa untuk berkumpul menurut kelompoknya 3) Guru memberi salam

4) Guru memberi motivasi

5) Guru memberikan paduan belajar kepada masing-masing kelompok 6) Guru memberikan penjelasan cara kerja kelompok

7) Masing-masing kelompok berpencar pada lokasi untuk melakukan pengamatan dan di beri waktu

8) Guru membimbing siswa selama pengamatan di lapangan

9) Selesai pengamatan siswa di suruh berkumpul kembali untuk mendiskusikan hasil pengamatannya

10)Guru memandu diskusi dan siswa diberi kesempatan mempresentasikan hasil diskusinya masing-masing kelompok dan kelompok lain diberi waktu untuk menanggapi

Dari langkah-langkah di atas terlihat jelas bahwa pembelajaran di luar kelas dapat membuat siswa lebih dapat mengenal alam sekitar sebagai media untuk belajar siswa. Proses belajar dalam metode

outdoor learning secara garis besar dapat disimpulkan bahwa metode yang membawa siswa ke luar kelas/ ruangan untuk belajar lebih lanjut dengan menggunakan media alam sebagai sumber belajar.

40

Adelia Vera, Metode Mengajar Anak di Luar Kelas (Outdoor Study), (Jogjakarta: DIVA Press: 2012), h. 95

41

Widayanti, Ninik. 2001. Efektifitas Pembelajaran Geografi Melalui Metode Outdoor

Study dalam Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa. Buletin pelangipendidikan. Vol.6 No. 1

(42)

e. Manfaat Metode Outdoor Learning

Metode pembelajaran outdoor learning bisa diterapkan pada anak-anak usia sekolah dan orang dewasa sekaligus. Berikut manfaat model pembelajaran outdoor learning menurut para ahli.

1) Menurut Suyadi,menyebutkan bahwa manfaat pembelajaran luar kelas antara lain:

a) Pikiran lebih jernih;

b) Pembelajaran akan terasa menyenangkan; c) Pembelajaran lebih variatif;

d) Belajar lebih rekreatif; e) Belajar lebih rill;

f) Anak lebih mengenal pada dunia nyata dan luas; g) Tertanam image bahwa dunia sebagai kelas; h) Wahana belajar lebih luas;

i) Kerja otak lebih rileks.42

2) Menurut Sudjana dan Rival menjelaskan, banyak keuntungan yang diperoleh dari kegiatan mempelajari lingkungan dalam proses belajar, antara lain:

a) Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak memosankan siswa duduk berjam-jam, sehingga motivasi belajar siswa akan lebih tinggi.

b) Hakekat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami.

c) Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih

factual sehingga kebenarannya akurat.

d) Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti

42

(43)

mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan atau mendemonstrasikan, menguji fakta, dan lain-lain.

e) Sumber berlajar lebih kaya sebab lingkungan yang dipelajari bisa beraneka ragam seperti lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lain-lain.

f) Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada dilingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan membentuk sekitarnya, serta dapat memupuk cinta lingkungan.43

3) Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan, proses pembelajaran secara langsung dapat memberikan pengalaman nyata pada siswa, artinya pengalaman itu akan terhindar dari kesalahan persepsidari pembahasan materi pelajaran tertentu.44

Metode pembelajaran outdoor learning memberikan alternatif cara pembelajaran dengan membangun makna atau dengan melibatkan lebih banyak indera penglihatan, indera pendengaran, indera perabaan, indera penciuman pada siswa dan memberikan pengalaman lebih berkesan, karena siswa mengalami sendiri tentang materi pelajaran.

Selain itu, kegiatan belajar mengajar di luar kelas (outdoor learning) sangat berpengaruh terhadap kesuksesan belajar dan kecerdasan para siswa. Kegiatan belajar mengajar di luar kelas bukan hanya sekedar untuk menghilangkan rasa bosan karena terlalu lama berada di ruang kelas, melainkan jauh lebih penting dari itu, yaitu

43

Sudjana, N & Rivai, A. Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2010) hal. 25-26

44

Direktorat Tenaga Kependidikan, Proses Pembelajaran di Kelas, Laboratorium, dan di

Lapangan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

(44)

untuk menyeimbangkan antara pengetahuan kognitif mereka dengan pengetahuan motorik mereka.

f. Kekurangan Metode Outdoor Learning

Menurut Sudjana dan Rival, beberapa kelemahan dan kekurangan yang sering terjadi dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran outdoor learning berkisar pada teknis pengaturan waktu dan kegiatan pembelajaran antara lain:

1) Kegiatan belajar kurang dipersiapkan sebelumnya yang menyebutkan ada waktu siswa dibawa ke tujuan tidak melakukan kegiatan belajar yang diharapkan sehingga ada kesan main-main. 2) Ada kesan guru dan siswa bahwa kegiatan mempelajari lingkungan

memerlukan waktu yang cukup lama sehingga menghabiskan waktu untuk belajar di luar kelas.

3) Sempitnya pandangan guru bahwa kegiatan belajar hanya terjadi di dalam kelas.45

Banyak hal yang perlu dipikirkan oleh guru. Salah satunya adalah belajar di luar kelas yang akan menjadi daya tarik tersendiri sehingga banyak orang yang datang untuk menyaksikan. Pusat perhatian siswa akan langsumg tertuju kemana-mana karena posisi belajar mereka di tempat terbuka. Oleh karena itu, sebagai guru yang cerdas, diperlukan kiat-kiat tertentu untuk mengatasi kelemahan model pembelajaran outdoor learning.

B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

1. Fitroh Robiah: “Penerapan Metode Outdoor dengan tipe observasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII di MTS Al Falah III Jakarta Selatan” menyimpulkan bahwa

45

(45)

Pembelajaran Outdoor tipe observasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Ahmad Fauzi: “Pengaruh pembelajaran Outdoor terhadap hasil belajar pendidikan agama Islam siswa kelas VIII di SMP Nusantara Plus Tangerang Selatan” menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil belajar PAI siswa yang diberi pembelajaran

outdoor dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional. Sehingga dari sini dapat dipahami bahwa pembelajaran Outdoor sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada bidang studi pendidikan agama Islam.

3. Lia Lusiana: “Pengaruh metode mengajar di luar kelas (Outdoor Study) terhadap hasil belajar Ekonomi siswa kelas X di SMA PGRI 56

Ciputat” menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan metode

mengajar di luar kelas (outdoor study) terhadap hasil belajar ekonomi siswa. Hal ini ditunjukan dari hasil pengujian hipotesis dengan mengunakan uji-t diperoleh nilai thitung ttabel yaitu 1,95 1,67 dengan

taraf signifikan 5%.

Penulis menggunakan penelitan-penelitian di atas sebagai pembanding yang relevan dalam melakukan penelitian ini. Dalam penelitian yang relevan di atas para peneliti melakukan penelitian pada siswa tingkat SMP/MTS dan SMA/MA, sedangkan penulis melakukan penelitian pada siswa tingkat SD/MI. Selain itu, dalam penelitian yang relevan di atas para peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan metode outdoor learning, sedangkan yang penulis lakukan adalah mencari motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode outdoor learning.

C. KERANGKA BERPIKIR

(46)

yang belum mengerti menjadi mengerti dan dari yang belum bisa menjadi bisa.

Kelemahan dari suatu proses pembelajaran dalah satunya dikarenakan penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi, tidak menyenangkan, monoton dan tidak menarik. Sehingga motivasi siswa dalam belajar rendah. Jika motivasi belajar siswa rendah, maka akan berpengaruh pada motivasi siswa dalam proses pembelajaran.

Lingkungan adalah salah satu sumber dan media belajar yang cocok dalam mengatasi kejenuhan siswa belajar di dalam kelas. Sebagai guru kita dapat memilih sendiri berbagai benda yang terdapat di lingkungan sekolah untuk dijadikan media dan sumber belajar bagi siswa di sekolah. Melalui lingkungan guru dapat mengajak siswa belajar langsung di lapangan secara nyata dan konseptual.

Metode pembelajaran Outdoor Learning merupakan salah satu metode pembelajaran yang memanfaatkan sumber lingkungan sehingga pembelajaran dapat menarik dan menyenangkan dalam proses belajar mengajar dan juga dapat mengatasi kejenuhan siswa dalam menerima pembelajaran di kelas, karena melalui metode ini materi pembelajaran yang disampaikan didapatkan secara langsung dialami melalui kegiatan pembelajaran di luar kelas sehingga siswa dapat lebih membangun makna atau kesan dalam memori atau ingatannya. Dengan begitu banyak jam yang dihabiskan di ruang kelas, lingkungan memiliki efek kumulatif baik pada siswa maupun guru.

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, dapat diasumsikan jika guru menerapkan metode pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran Outdoor Learning maka dapat berpengaruh terhadap motivasi belajar IPS siswa.

(47)

Identifikasi Masalah: Proses Belajar Mitigasi

Mengajar: Masalah:

Gambar 2.1

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Yang menjadi pengajuan hipotesis pada penelitian ini adalah:

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara penggunaan metode pembelajaran

Outdoor Learning terhadap motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS.

Ha : Terdapat pengaruh antara penggunaan metode pembelajaran

Outdoor Learning terhadap motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS.

Pembelajaran IPS

Motivasi Belajar IPS Rendah

Pemilihan Metode Pembelajaran

Metode Outdoor Learning

Meningkatkan motivasi belajar

siswa dalam pembelajaran IPS 1. Metode guru yang

kurang kreatif dalam menyampaikan pelajaran

2. Suasana kelas yang membosankan 3. Rendahnya perhatian

(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini berlangsung di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda yang terletak di Jalan Masjid Al-Abror No. 06 RT 006/01 Kecamatan Pondok Aren, Kelurahan Pondok Karya. Tangerang Selatan 15225.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016. Sebagaimana tabel perencanaannya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Perencanaan Penelitian

No Kegiatan Waktu

1 Pengajuan judul skripsi Januari

2 Penyusunan proposal skripsi Januari

3 Seminar proposal skripsi Februari

4 Perbaikan proposal skripsi Ferbruari 5 Pengesahan proposal skripsi Februari

6 Penyusunan skripsi Maret-Juli

7 Penelitian di Sekolah Agustus-September

(49)

B. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode kuasi eksperimen. Metode eksperimen semu (kuasi eksperimen) pada dasarnya sama dengan eksperimen murni, bedanya adalah dalam pengontrolan variabel. Pengontrolannya hanya dilakukan terhadap satu variabel saja, yaitu variabel yang dipandang paling dominan.

Alasan penggunaan metode penelitian kuasi eksperimen adalah karena dalam penelitian ini peneliti tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan kecuali beberapa dari variabel-variabel tersebut. Dalam penelitian ini, sampel yang telah diambil dikelompokan menjadi dua, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran outdoor learning pada mata pelajaran IPS, sedangkan kelompok kontrol diberikan strategi pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPS. Kedua kelompok akan diberikan beberapa pertanyaan dalam lembaran angket yang sama jika materi pokok bahasan telah selesai dipelajari. Dari hasil angket tersebut dapat diketahui apakah terdapat perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam dua kelompok tersebut peneliti juga akan memberikan tes atau soal yang sebanding pada masing-masing kelompok untuk menilai sejauh mana pemahaman antara kedua kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Desain penelitian dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 3.2

Desain Penelitian

Kelas Angket Perlakuan Motivasi

Eksperimen √ ?

Gambar

D.Gambar 2.1  HIPOTESIS PENELITIAN
Tabel 3.1 Perencanaan Penelitian
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan minat dan hasil belajar matematika melalui penerapan pembelajaran di luar kelas (outdoor learning) pada siswa kelas VIII semester

Setelah dianalisis terhadap data penelitian penggunaan model pembelajaran pengalaman di luar kelas (outdoor experiential learning) yang berorientasi kecerdasan

Husamah (2013: 80) menyebutkan langkah-langkah dalam pembelajaran di luar kelas (outdoor mathematics) dalam bab terampil melaksanakan outdoor learning yang akan

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan minat dan hasil belajar matematika melalui penerapan pembelajaran di luar kelas (outdoor learning) pada siswa kelas VIII semester

Lingkungan belajar outdoor dapat memberikan suasana yang menyenangkan bagi anak, karena dengan belajar di luar kelas anak bisa bereksplorasi sesuai dengan

Guru aqidah akhlak di MTs Nurul Huda menerapkan cara dalam menanamkan sikap akhlakul karimah kepada peserta didik dengan pembiasaan yang ada di sekolah.. Contohnya seperti

Pendidikan luar kelas (Outdoor Learning) bagi anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi dapat diartikan sebagai pendidikan yang berlangsung di luar kelas yang

Saat belajar Fiqh selama ini saya dan siswa yang lain hanya mencatat materi yang ditulis oleh guru di depan kelas.” Wawancara, 12 Januari 2015 Kekurangan sumber membuat guru di