• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akuntansi Pajak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Akuntansi Pajak"

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)

PENGERTIAN

PENGERTIAN

AKUNTANSI PAJAK

AKUNTANSI PAJAK



Akuntansi Pajak adalah

Akuntansi Pajak adalah

--

sekumpulan prinsip,

sekumpulan prinsip,

--

standar,

standar,

--

perlakuan akuntansi lengkap

perlakuan akuntansi lengkap

yang digunakan oleh Wajib Pajak sebagai landasan untuk

yang digunakan oleh Wajib Pajak sebagai landasan untuk

memenuhi kewajiban perpajakannya

memenuhi kewajiban perpajakannya



Akuntansi Perpajakan merupakan bagian akuntansi yang

Akuntansi Perpajakan merupakan bagian akuntansi yang

menekankan kepada :

menekankan kepada :

-- penyusunan SPT

penyusunan SPT

(tax return)

(tax return)

-- pertimbangan konsekuensi perpajakan terhadap transaksi

pertimbangan konsekuensi perpajakan terhadap transaksi

atau kegiatan perusahaan.

(2)

Tujuan Akuntansi Pajak

Tujuan Akuntansi Pajak

a.

a.

Dasar menghitung PKP

Dasar menghitung PKP

b.

b.

Menghitung harga perolehan

Menghitung harga perolehan

c.

c.

Menghitung penyerahan barang kena pajak

Menghitung penyerahan barang kena pajak

c.

c.

Menghitung penyerahan barang kena pajak

Menghitung penyerahan barang kena pajak

d.

d.

Menghitung besarnya pajak yang terhutang

Menghitung besarnya pajak yang terhutang

e.

e.

Memberi peluang menggunakan beberapa

Memberi peluang menggunakan beberapa

Keputusan Pemerintah.(u pembukuan)

Keputusan Pemerintah.(u pembukuan)

f.

f.

Dasar pertahanan WP dalam pemeriksaan dan

Dasar pertahanan WP dalam pemeriksaan dan

penyidikan pajak

(3)

Kerangka Dasar Akuntansi Pajak

Kerangka Dasar Akuntansi Pajak

1.

1.

Laporan Keuangan disusun dan disajikan kepada

Laporan Keuangan disusun dan disajikan kepada

otoritas pajak untuk kepentingan perpajakan.

otoritas pajak untuk kepentingan perpajakan.

2.

2.

Laporan keuangan meliputi neraca dan laba rugi,

Laporan keuangan meliputi neraca dan laba rugi,

ditambah informasi lain yang diwajibkan UU

ditambah informasi lain yang diwajibkan UU

Perpajakan.

Perpajakan.

Perpajakan.

Perpajakan.

3.

3.

Laporan utama adalah Laporan Laba Rugi Fiskal.

Laporan utama adalah Laporan Laba Rugi Fiskal.

4.

4.

Konsep penting;

Konsep penting;

proper matching cost against revenue

proper matching cost against revenue

..

5.

5.

Tanggung jawab menyusun laporan keuangan fiskal

Tanggung jawab menyusun laporan keuangan fiskal

terletak pada Wajib Pajak atau pengurus atau

terletak pada Wajib Pajak atau pengurus atau

kuasanya.

kuasanya.

6.

6.

Posisi keuangan tergambar pada neraca, penting untuk

Posisi keuangan tergambar pada neraca, penting untuk

mengetahui potensi pajak jangka panjang.

(4)

Ciri Kualitatif Laporan Keuangan Pajak

Ciri Kualitatif Laporan Keuangan Pajak

1.

1.

Dipahami oleh pemeriksa pajak.

Dipahami oleh pemeriksa pajak.

2.

2.

Sensitivitas informasi, bukan materialitas.

Sensitivitas informasi, bukan materialitas.

2.

2.

Sensitivitas informasi, bukan materialitas.

Sensitivitas informasi, bukan materialitas.

3.

3.

Laporan Keuangan Fiskal disajikan secara jujur, dengan

Laporan Keuangan Fiskal disajikan secara jujur, dengan

itikad baik.

itikad baik.

4.

4.

Dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya.

5.

5.

Laporan keuangan fiskal harus tepat waktu.

Laporan keuangan fiskal harus tepat waktu.

6.

6.

Akuntansi Pajak harus independen terhadap akuntansi

Akuntansi Pajak harus independen terhadap akuntansi

komersial.

komersial.

7.

(5)

Laporan Keuangan

Laporan Keuangan

Laporan Keuangan Komersial Laporan Keuangan Komersial

1.

1.

NeracaNeraca

2.

2.

Laporan Laba RugiLaporan Laba Rugi

3.

3.

Laporan perubahan posisiLaporan perubahan posisi

Laporan Keuangan Fiskal Laporan Keuangan Fiskal

1. Neraca Fiskal 1. Neraca Fiskal

2. Perhitungan Laba Rugi dan 2. Perhitungan Laba Rugi dan perubahan laba yang ditahan perubahan laba yang ditahan

3.

3.

Laporan perubahan posisiLaporan perubahan posisi keuangan

keuangan

4.

4.

Catatan atas LaporanCatatan atas Laporan Keuangan

Keuangan

5.

5.

Laporan lain serta materiLaporan lain serta materi

penjelasan yang merupakan bagian penjelasan yang merupakan bagian integral

integral daridari laporan keuangan.laporan keuangan.

perubahan laba yang ditahan perubahan laba yang ditahan 3. Penjelasan Laporan

3. Penjelasan Laporan Keuangan Fiskal

Keuangan Fiskal

4. Rekonsiliasi LKK dan LKF 4. Rekonsiliasi LKK dan LKF 5. Ikhtisar kewajiban pajak 5. Ikhtisar kewajiban pajak 6. Laporan Arus Kas

(6)

Prinsip Akuntansi menurut Fiskal dan Komersial

Prinsip Akuntansi menurut Fiskal dan Komersial

sehingga terjadi perbedaan adalah :

sehingga terjadi perbedaan adalah :

a.

a. Pengakuan Penghasilan dan BebanPengakuan Penghasilan dan Beban

Penghasilan secara umum diakui ketika direalisasi atau Penghasilan secara umum diakui ketika direalisasi atau dihasilkan dan biaya diakui ketika terjadi atau terutang. dihasilkan dan biaya diakui ketika terjadi atau terutang.

Metode pengakuan penghasilan dan biaya menurut akuntansi Metode pengakuan penghasilan dan biaya menurut akuntansi Metode pengakuan penghasilan dan biaya menurut akuntansi Metode pengakuan penghasilan dan biaya menurut akuntansi adalah metode accruals dan cash basis.

adalah metode accruals dan cash basis.

Untuk tujuan perpajakan berupa metode campuran Untuk tujuan perpajakan berupa metode campuran

b.

b. KonsistensiKonsistensi

Penerapan metode akuntansi secara konsisten sesuai KUP Penerapan metode akuntansi secara konsisten sesuai KUP Pasal 28 ayat 5.

Pasal 28 ayat 5.

Konsistensi ini lebih menekankan kepada penyandingan Konsistensi ini lebih menekankan kepada penyandingan vertical.

vertical.

jika ada perubahan prosedur akuntansi, pengaruhnya harus jika ada perubahan prosedur akuntansi, pengaruhnya harus dikemukakan dalam laporan keuangan.

(7)

c. Konservatisme

c. Konservatisme

Jika muncul keraguan maka lebih baik

Jika muncul keraguan maka lebih baik

menyajikan angka laba bersih dan aktiva

menyajikan angka laba bersih dan aktiva

bersih yang terlalu rendah daripada terlalu

bersih yang terlalu rendah daripada terlalu

tinggi.

tinggi.

Dalam perpajakan lebih cenderung menganut

Dalam perpajakan lebih cenderung menganut

realitas dengan meneliti secara seksama tiap

realitas dengan meneliti secara seksama tiap

elemen pengurang basis pengenaan pajak.

elemen pengurang basis pengenaan pajak.

d. Realisasi

d. Realisasi

Penghasilan menurut prinsip akuntansi

Penghasilan menurut prinsip akuntansi

komersial hanya dapat diakui setelah terjadi

komersial hanya dapat diakui setelah terjadi

transaksi atau realisasi. Prinsip perpajakan

transaksi atau realisasi. Prinsip perpajakan

penghasilan dicatat apabila telah terjadi

penghasilan dicatat apabila telah terjadi

transaksi penjualan.

(8)

e.

e.

Prinsip

Prinsip

Cost

Cost

(harga perolehan)

(harga perolehan)

seperti yang diterapkan dalam penilaian persediaan dan

seperti yang diterapkan dalam penilaian persediaan dan

harga pokok barang yang diproduksi sendiri untuk tenaga

harga pokok barang yang diproduksi sendiri untuk tenaga

kerja tidak termasuk upah in natura, barang modal

kerja tidak termasuk upah in natura, barang modal

sehubungan dengan PPN dan PPnBMnya dapat tidak

sehubungan dengan PPN dan PPnBMnya dapat tidak

dikapitalisir dan harga perolehan suatu aktiva yang terjadi

dikapitalisir dan harga perolehan suatu aktiva yang terjadi

dari transaksi

dari transaksi--transaksi antara pihak

transaksi antara pihak--pihak yang mempunyai

pihak yang mempunyai

hubungan istimewa dapat ditentukan lain.

hubungan istimewa dapat ditentukan lain.

f. Prinsip

f. Prinsip

Matching Cost Against and Revenue

Matching Cost Against and Revenue

(biaya

(biaya –

– hasil),

hasil),

cost barang modal baru disusut jika aktiva tsb telah

cost barang modal baru disusut jika aktiva tsb telah

dioperasikan dan biaya penyusutan dapat dihitung lebih

dioperasikan dan biaya penyusutan dapat dihitung lebih

pendek dari satu tahun.

pendek dari satu tahun.

Untuk tujuan fiscal perhitungan penyusutan dimulai pada

Untuk tujuan fiscal perhitungan penyusutan dimulai pada

bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang

bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang

masih dalam proses pengerjaan.

(9)

g.

g.

Perbedaan Metode dan Prosedur Akuntansi

Perbedaan Metode dan Prosedur Akuntansi



Metode penilaian persediaan, untuk tujuan akuntansi bisa dipakaiMetode penilaian persediaan, untuk tujuan akuntansi bisa dipakai salah satu dari metode harga perolehan atau biaya standar metode salah satu dari metode harga perolehan atau biaya standar metode pendekatan estimasi.

pendekatan estimasi.

Untuk tujuan fiscal hanya diperbolehkan metode penilaian FIFO Untuk tujuan fiscal hanya diperbolehkan metode penilaian FIFO atau Average

atau Average



Metode penyusutan dan Amortisasi, untuk tujuan fiscal yaitu metodeMetode penyusutan dan Amortisasi, untuk tujuan fiscal yaitu metode garis lurus (harta berwujud bukan bangunan dan harta berwujud

garis lurus (harta berwujud bukan bangunan dan harta berwujud garis lurus (harta berwujud bukan bangunan dan harta berwujud garis lurus (harta berwujud bukan bangunan dan harta berwujud berupa bangunan) atau Metode saldo menurun (hanya untuk harta berupa bangunan) atau Metode saldo menurun (hanya untuk harta berwujud bukan bangunan)

berwujud bukan bangunan)



Metode Penghapusan Piutang, untuk tujuan fiscal metodeMetode Penghapusan Piutang, untuk tujuan fiscal metode

penghapusan piutang yang diperkenankan adalah metode langsung penghapusan piutang yang diperkenankan adalah metode langsung



Metode Penentuan Keuntungan dari perusahaan konstruksi untukMetode Penentuan Keuntungan dari perusahaan konstruksi untuk tujuan perpajakan hanya diperkenankan memakai persentase

tujuan perpajakan hanya diperkenankan memakai persentase tingkat penyelesaian pekerjaan, tanpa memperhatikan masa tingkat penyelesaian pekerjaan, tanpa memperhatikan masa kontrak.

(10)

Pembukuan dan Pencatatan

Pembukuan dan Pencatatan

Dalam dunia bisnis, setiap perusahaan

Dalam dunia bisnis, setiap perusahaan

membutuhkan sistem pencatatan yang mencatat

membutuhkan sistem pencatatan yang mencatat

dan merekam semua aktivitas perusahaan

dan merekam semua aktivitas perusahaan

secara rapi dan teratur. Secara umum, sistem

secara rapi dan teratur. Secara umum, sistem

secara rapi dan teratur. Secara umum, sistem

secara rapi dan teratur. Secara umum, sistem

pencatatan aktivitas suatu usaha dinamakan

pencatatan aktivitas suatu usaha dinamakan

akuntansi, yaitu suatu sistem informasi yang

akuntansi, yaitu suatu sistem informasi yang

menghasilkan laporan kepada pihak

menghasilkan laporan kepada pihak--pihak yang

pihak yang

berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan

berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan

kondisi perusahaan.

(11)

Sanksi Bagi Wajib Pajak Yang Tidak

Sanksi Bagi Wajib Pajak Yang Tidak

Menyelenggarakan Pembukuan

Menyelenggarakan Pembukuan

--

50 %

50 %

dari PPh yang tidak atau

dari PPh yang tidak atau

kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak;

kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak;

--

100 %

100 %

dari PPh yang tidak

dari PPh yang tidak

atau kurang dipotong

atau kurang dipotong

--

100 %

100 %

dari PPN

dari PPN

dan PPnBM yang tidak atau

dan PPnBM yang tidak atau

(12)

Persyaratan Pembukuan

Persyaratan Pembukuan



WP OP yang melakukan kegiatan usaha atau

WP OP yang melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas dan WP Badan di Indonesia

pekerjaan bebas dan WP Badan di Indonesia



menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan Rupiah,

menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan Rupiah,

disusun dalam b. Ind atau b.Inggris.

disusun dalam b. Ind atau b.Inggris.

disusun dalam b. Ind atau b.Inggris.

disusun dalam b. Ind atau b.Inggris.



prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel

prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel

kas.

kas.



Terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban, modal,

Terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban, modal,

penghasilan dan biaya, serta penjualan dan

penghasilan dan biaya, serta penjualan dan

pembelian.

pembelian.



Terdiri dr data tentang; peredaran bruto, sebagai dasar

Terdiri dr data tentang; peredaran bruto, sebagai dasar

menghitung jumlah pajak yang terutang.

menghitung jumlah pajak yang terutang.

(13)

Dikecualikan dari kewajiban

Dikecualikan dari kewajiban

menyelenggarakan pembukuan :

menyelenggarakan pembukuan :



WP OP yang melakukan kegiatan usaha atau

WP OP yang melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam satu

pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam satu

tahun kurang dari Rp 600.000.000,00

tahun kurang dari Rp 600.000.000,00



dengan syarat memberitahukan kepada Direktur

dengan syarat memberitahukan kepada Direktur

Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama

Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama

dari tahun pajak yang bersangkutan.

dari tahun pajak yang bersangkutan.



Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan

Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan

kegiatan usaha atau pekerjaan bebas

(14)

Metode dan Sistem Pembukuan yang

Metode dan Sistem Pembukuan yang

Berlaku dalam Perpajakan

Berlaku dalam Perpajakan

ACCRUAL BASIS

ACCRUAL BASIS

(15)

Accrual Basis

Accrual Basis

Stelsel akrual (accrual basis)

Stelsel akrual (accrual basis)

adalah

adalah

suatu metode penghitungan penghasilan

suatu metode penghitungan penghasilan

dan biaya dimana penghasilan diakui

dan biaya dimana penghasilan diakui

pada waktu diperoleh dan biaya diakui

pada waktu diperoleh dan biaya diakui

pada saat terutang.

(16)

Cash Basis

Cash Basis

Stelsel kas (cash basis)

Stelsel kas (cash basis)

adalah

adalah

suatu metode yang penghitungannya didasarkan

suatu metode yang penghitungannya didasarkan

atas penghasilan yang diterima dan biaya yang

atas penghasilan yang diterima dan biaya yang

atas penghasilan yang diterima dan biaya yang

atas penghasilan yang diterima dan biaya yang

dibayar secara tunai. Penghasilan baru

dibayar secara tunai. Penghasilan baru

dianggap sebagai penghasilan, bila benar

dianggap sebagai penghasilan, bila benar--benar

benar

telah diterima tunai dalam suatu periode

telah diterima tunai dalam suatu periode

tertentu, serta biaya baru dianggap sebagai

tertentu, serta biaya baru dianggap sebagai

biaya, bila benar

biaya, bila benar--benar telah dibayar tunai

benar telah dibayar tunai

dalam suatu periode tertentu

(17)

Dengan cara ini, pemakaian stelsel kas dapat mengakibatkan

Dengan cara ini, pemakaian stelsel kas dapat mengakibatkan

penghitungan yang mengaburkan terhadap penghasilan, yaitu

penghitungan yang mengaburkan terhadap penghasilan, yaitu

besarnya penghasilan dari tahun ke tahun dapat disesuaikan

besarnya penghasilan dari tahun ke tahun dapat disesuaikan

dengan mengatur penerimaan kas dan pengeluaran kas.

dengan mengatur penerimaan kas dan pengeluaran kas.

Oleh karena itu untuk penghitungan Pajak Penghasilan dalam

Oleh karena itu untuk penghitungan Pajak Penghasilan dalam

memakai stelsel kas harus memperhatikan hal

memakai stelsel kas harus memperhatikan hal--hal:

hal:



Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus

Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus

meliputi seluruh penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan.

meliputi seluruh penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan.

meliputi seluruh penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan.

meliputi seluruh penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan.



Dalam menghitung harga pokok penjualan harus

Dalam menghitung harga pokok penjualan harus

diperhitungkan seluruh pembelian dan persediaan;

diperhitungkan seluruh pembelian dan persediaan;



Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak

Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak--hak

hak

yang dapat diamortisasi, biaya

yang dapat diamortisasi, biaya--biaya yang dikurangkan dari

biaya yang dikurangkan dari

penghasilan hanya dapat dilakukan melalui penyusutan dan

penghasilan hanya dapat dilakukan melalui penyusutan dan

amortisasi;

(18)

Tahun Buku (Tahun Pajak)

Tahun Buku (Tahun Pajak)

Tahun Pajak adalah sama dengan tahun takwim (tahun kalender) Tahun Pajak adalah sama dengan tahun takwim (tahun kalender) kecuali WP menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan kecuali WP menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim.

tahun takwim.

Apabila WP menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan Apabila WP menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan

tahun takwim, maka penyebutan Tahun Pajak yang tahun takwim, maka penyebutan Tahun Pajak yang

bersangkutan menggunakan tahun yang di dalamnya meliputi bersangkutan menggunakan tahun yang di dalamnya meliputi masa 6 (enam) bulan pertama atau lebih.

masa 6 (enam) bulan pertama atau lebih.

Contoh : Contoh :



Pembukuan 1 Juli 2003 sampai 30 Juni 2004, tahun pajaknyaPembukuan 1 Juli 2003 sampai 30 Juni 2004, tahun pajaknya adalah tahun 2003.
(19)

Perubahan Metode Pembukuan

Perubahan Metode Pembukuan

Pada dasarnya metode

Pada dasarnya metode--metode pencatatan

metode pencatatan

pembukuan yang dianut harus taat asas, yaitu

pembukuan yang dianut harus taat asas, yaitu

harus sama dengan tahun

harus sama dengan tahun--tahun sebelumnya.

tahun sebelumnya.

Namun demikian, perubahan metode pembukuan

Namun demikian, perubahan metode pembukuan

masih dimungkinkan dengan syarat telah

masih dimungkinkan dengan syarat telah

mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal

mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal

Pajak, dengan menyampaikan alasan

Pajak, dengan menyampaikan alasan--alasan

alasan

yang logis dan dapat diterima serta akibat

(20)

Misalnya dalam metode pengakuan biaya yang berkenaan

Misalnya dalam metode pengakuan biaya yang berkenaan

dengan penyusutan aktiva tetap dengan menggunakan

dengan penyusutan aktiva tetap dengan menggunakan

metode penyusutan tertentu.

metode penyusutan tertentu.

Contoh :

Contoh :



WP dalam tahun 2006 menggunakan metode

WP dalam tahun 2006 menggunakan metode

penyusutan garis lurus atau

penyusutan garis lurus atau

straight line method

straight line method

. Dalam

. Dalam

tahun 2007 WP bermaksud mengubah metode

tahun 2007 WP bermaksud mengubah metode

tahun 2007 WP bermaksud mengubah metode

tahun 2007 WP bermaksud mengubah metode

penyusutan aktiva dengan menggunakan metode

penyusutan aktiva dengan menggunakan metode

penyusutan saldo menurun atau

penyusutan saldo menurun atau

declining balance

declining balance

method

method

..



Perubahan periode tahun buku juga berakibat

Perubahan periode tahun buku juga berakibat

berubahnya jumlah penghasilan atau kerugian WP, oleh

berubahnya jumlah penghasilan atau kerugian WP, oleh

karena itu perubahan tersebut juga harus mendapat

karena itu perubahan tersebut juga harus mendapat

persetujuan Direktur Jenderal Pajak.

(21)

PENDAHULUAN

HUBUNGAN

(22)

HUBUNGAN AKUNTANSI KOMERSIAL

DENGAN AKUNTANSI PAJAK

Akuntansi Komersial:

Menyediakan informasi yang

menyangkut :

a. Posisi keuangan

Akuntansi Pajak:

Digunakan untuk menyusun

SPT

Syarat SPT:

a. Posisi keuangan

b. Kinerja

c. Perubahan posisi keuangan

Disusun berdasarkan SAK

Laporan Keuangan : BS, IS, Cash

Flow dll

Syarat SPT:

- Pembukuan/pencatatan

- Lampiran LK : BS,IS/Cash

(23)

Akun-akun dalam Akuntansi Pajak:

NERACA

ASET

Pajak dibayar dimuka

~ PPh 22, PPh23, PPh24, dan PPh25

~ PPh 22, PPh23, PPh24, dan PPh25

~PPh atas pengalihan hak atas tanah dan

bangunan

~PPN Masukan

(24)

KEWAJIBAN

Utang Pajak

(Tax Payable)

~ PPh 21, PPh23, PPh26, PPh 29

~ PPN Keluaran

~ PPN Keluaran

(25)

RUGI LABA

Beban PPh

(Income Tax Expense)

Penghasilan Pajak Tangguhan

(Deffered tax

income)

Beban pajak tangguhan

(deffered tax expense)

PBB, PPN Masukan yang tidak dapat

(26)

NERACA (ASSET- kas dan bank)

Kas adalah aset paling likuid sehingga

ditempatkan posisi atas dalam laporan posisi

aset.

Yang termasuk kas:

Yang termasuk kas:

- Uang

- Saldo rekening bank

Untuk keperluan penyusunan neraca komersial

dan neraca fiskal, kas dan bank dilaporkan

(27)

PERATURAN PAJAK TTG

BUNGA BANK

Pengenaan pajak tersebut :

20% PB, bersifat Final apabila WP OP atau

badan

20% PB atau tarif P3B, sifat final apabila WP

20% PB atau tarif P3B, sifat final apabila WP

Luar Negeri

(28)

Contoh:

Tanggal 28 Februari 2009 PT.A mendapat bunga

tabungan

Rp.10.000.000,-•

Metode bruto

(gross method)

Tanggal Keterangan debit kredit

28 Februari 2009 Bank 8.000.000

PPh Pasal 4 ayat(2) 2.000.000

(29)

Metode Neto

(Nett method)

Tanggal Keterangan debit kredit

28 Februari 2009 Bank 8.000.000

(30)

NERACA

(31)

INVESTASI JANGKA PENDEK

Kelebihan dana atau adannya dana

menganggur

(Iddle Cash)

digunakan

perusahaan untuk ditanamkan kembali dalam

bentuk surat2berharga yang dapat segera

dijual.

dijual.

Investasi jangka pendek syarat maupun teknis

pencatatan tidak diatur dalam UU pajak. Maka

cara menurut PSAK 13 dapat diberlakukan

(32)

PPH ATAS

KEUNTUNGAN TRANSAKSI SAHAM

Penghasilan atas transaksi penjualan saham

dipotong langsung oleh penyelenggara bursa

efek pada saat transaksi jual beli saham,

efek pada saat transaksi jual beli saham,

(33)

JURNAL

Penjualan bukan saham pendiri

(Dr) Kas

xx

(Dr) PPh Pasal 4 ayat 2

xx

(Cr) Investasi saham dalam PT.A

xx

Penjualan saham pendiri

(Dr) Kas

xx

(Dr) PPh Pasal 4 ayat 2

xx

(34)

SEKURITAS

Untuk keperluan perpajakan ketentuan penilaian

persediaan berlaku juga untuk sekuritas.

Nilai berdasarkan harga perolehan.

Penghasilan saham berupa dividen hanya diakui

pada saat secara nyata terdapat pembagian

Penghasilan saham berupa dividen hanya diakui

pada saat secara nyata terdapat pembagian

dividen.

Tarif :

PPh 0,1% untuk saham dijual di bursa

PPh 0,5% untuk saham pendiri

(35)

Misal:

21 Maret 2008 Pt.arva menjual saham PT.HUAZAN

dg nilai nominal Rp.10.000.000 dijual sebear

Rp.11.000.000 dengan jasa pialang Rp.200.000.

Jika Keuntungan bersih PT.ARVA Rp.800.000.

Untuk tujuan perpajakan keuntungan

dikesampingkan, PT.ARVA membayar pajak final

Rp.11.000.000 x 0,1% = Rp.11.000.

Rp.11.000.000 x 0,1% = Rp.11.000.

Jurnal :

21/3/2008

Kas

10.789.000

PPh Pasal ayat 2

11.000

Laba penjualan saham

800.000

(36)

Jika kerugian PT.ARVA Rp.9.500.000 jasa

pialang Rp.100.000 maka PT.ARVA tetap harus

membayar pajak final Rp.9.500.000 x 0,1% =

Rp. 9.500

Jurnal:

21/3/2008

21/3/2008

Kas

9.390.500

PPh Pasal 4 ayat 2

9.500

Rugi Penjualan saham 600.000

(37)

NERACA (PIUTANG)

Ketentuan pajak

Diskon mengurangi Penghasilan Bruto penjualan

Penyisihan untuk potongan tunai (allowance) tidak diperkenankan

Tidak memperkenankan pembentukan cadangan penghapusan

piutang

Ketentuan pajak melihat realitas dan memberlakukan metode

Ketentuan pajak melihat realitas dan memberlakukan metode

penghapusan langsung (write off) dengan syarat:

a)

Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial

b)

Telah diserahkan perkara penagihannya kepada pengadilan negeri

dan badan urusan piutang dan lelang negara (BUPLN) atau adanya

perjanjian tertulis antara kreditor dan debitur

c)

Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus

(38)

CONTOH:

PT. A menjual barang secara kredit Rp.5.000.000

(belum termasuk PPN 10%) pada tanggal 12 April 2008.

PT A telah dikukuhkan sebagai PKP 15 Maret 2000. HPP

sebesar Rp.3.500.000

Jurnal:

Piutang usaha

5.500.000

Piutang usaha

5.500.000

PPN K

500.000

Penjualan

5.500.000

HPP

3.500.000

(39)

Jika PT. A belum dikukuhkan sbg PKP

Jurnal:

Piutang Usaha

5.000.000

Piutang Usaha

5.000.000

(40)

NERACA

PERSEDIAAN

(41)

SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN

Dalam UU PPh sistem pencatatan persediaan

tidak diatur secara jelas. Selama sisitem

menunjukkan kebenaran pencatatan dan

konsisten serta taat asas maka ketentuan

konsisten serta taat asas maka ketentuan

perpajakan dapat menerimanya.

(42)

Contoh:

Tanggal 3 maret 2008 PD.B (PKP) membeli 100

unit barang dagangan secara tunai dengan harga

Rp.5.000.000 harga belum termasuk PPN.

Pembukuan dilakukan dengan sistem perpetual.

Jurnal

Persediaan barang dagangan 5.000.000

PPN Masukan

500.000

(43)

Tanggal 31 Maret menjual 30 unit barang dagangan

secara tunai (harga pokok Rp.5.000.000/100 =

Rp.50.000) dengan harga jual/unit Rp.70.000 belum

termasuk PPN.

Jurnal

Kas

2.310.000

PPN Keluaran

210.000

PPN Keluaran

210.000

Penjualan

2.100.000

HPP

1.500.000

(44)

Persediaan yang tersisa dan tercatat

dalam pembukuan:

Tanggal Keter anga

n

Pembelian Penjualan Saldo Qty Harga Total Qty Harga Total

3 Maret Beli 100 50.000 5.000.000 5.000.000

31 Maret

(45)

NILAI PERSEDIAAN DALAM NERACA

Penilaian persediaan barang didasarkan pada

harga perolehan. Penilaian pemakaian

persediaan untuk penghitungan HPP hanya

boleh dilakukan melalui 2 cara menurut

ketentuan perpajakan UU PPh pasal 10 ayat 6

ketentuan perpajakan UU PPh pasal 10 ayat 6

yaitu:

Metode rata-rata (average)

(46)

INVESTASI JANGKA PANJANG

Investasi jangka panjang dapat berupa:

Penyertaan dalam bentuk saham, obligasi dll

Dana untuk melunasi utang jangka panjang

atau dana khusus

atau dana khusus

(47)

SAHAM

Transaksi

Cost Method

Pembelian saham

Investasi dalam saham PT…

Xxx

Kas

xxx

Pengumuman laba

No entry

Pembagian dividen

Kas

xxx

Pembagian dividen

Kas

xxx

PPh 23 dibayar dimuka

xxx

Pendapatan dividen

xxx

(48)

Transaksi Equity Method (kepemilikan saham <25%)

Pembelian saham Investasi dalam saham PT… Xxx

Kas xxx

Pengumuman laba Investasi dalam saham PT… Xxx

Pendapatan Investasi xxx

Pembagian dividen Kas xxx

PPh 23 dibayar dimuka xxx

(49)

Transaksi Equity Method (kepemilikan saham >=25%)

Pembelian saham Investasi dalam saham PT… Xxx

Kas xxx

Pengumuman laba Investasi dalam saham PT… Xxx

Pendapatan Investasi xxx Pendapatan Investasi xxx

(50)

OBLIGASI

Obligasi adalah surat utang jangka panjang dengan

tingkat bunga tertentu.

Pembayaran bunga harus dinyatakan terpisah dari

harga perolehannya.

Perbedaan antara harga perolehan dengan nilai

nominal obligasi atau surat berharga semacam itu

Perbedaan antara harga perolehan dengan nilai

nominal obligasi atau surat berharga semacam itu

harus ditangguhkan dan diamortisasikan selama jangka

waktu yang ada.

Penjelasan pasal 4 ayat 1 UU PPh menganggap bagian

keuntungan atas pembagian keuntukan dalam hal

(51)

CONTOH:

Pada tanggal 1 juli 2003 Budi membeli 10

lembar obligasi PT.A dengan niali nominal

Rp.10.000 dan dengan kurs sebesar 110%.

Bunga obligasi 12% pertahun dibayar tiap 1

Bunga obligasi 12% pertahun dibayar tiap 1

april dan 1 oktober. Komisi pialang Rp.8.000.

Obligasi akan dilunasi pada tanggal 31

(52)

Pencatatan investasi obligasi oleh Budi:

1 Juli Investasi Obligasi

100.000

Premium

10.000

Penghasilan Bunga

3.000

Utang PPh Pasal 23

1.500

(53)

Pendapatan bunga yang diterima budi dipotong

PPh 23 oleh PT.A 15% x 6.000 = 900

1 Oktober

Kas

5.100

Pph 23 dibayar dimuka

900

Pph 23 dibayar dimuka

900

(54)

Premium obligasi diamortisasi Rp.1.111 untuk 6

bulan selama tahun 2003 yang dimasukkan

dalam pos pengurang penghasilan bunga

31 Des Piutang bunga 3.000

Penghasilan bunga 3.000 Penghasilan bunga 3.000

Penghasilan bunga 1.111

(55)

BIAYA DIBAYAR DIMUKA

(56)

PPH 22 (IMPOR)

PT. QQ adalah Importir Lampu hias yang tidak

memiliki API. Pada 2 Februari melakukan import

barang dari Italia dengan harga faktur US$

150.000. Biaya Asuransi yang dibayar di Luar

Negeri dan Biaya Angkut dari Italia ke daerah

Pabean (Indonesia) masing-masing sebesar Rp.

Negeri dan Biaya Angkut dari Italia ke daerah

Pabean (Indonesia) masing-masing sebesar Rp.

3% dan 4% dari harga Faktur. Tarif Bea Masuk dan

Bea Masuk Tambahan masing-masing sebesar

10% dan 20% dari CIF. Kurs yang ditetapkan oleh

menteri Keuangan pada saat itu adalah US$ 1

(57)

NILAI IMPOR, PPh 22, PPN

Harga Faktur US$ 150.000 x Rp. 9.700

Rp. 1. 455.000.000

Biaya Asuransi 3% x Rp. 1.455.000.000

Rp.

43.650.000

Biaya Angkut 4% x Rp. 1.455.000.000

Rp.

58.200.000

CIF

Rp. 1. 556.850.000

Bea Masuk 10% x Rp. 1.556.850.000

Rp.

155.685.000

Bea Masuk 10% x Rp. 1.556.850.000

Rp.

155.685.000

Bea Msk Tamb 20% x Rp. 1.556.850.000

Rp.

311.370.000

Nilai Impor

Rp. 2. 023.905.000

PPh Pasal 22 Import : 7,5 % x Rp. 2.023.905.000 =

Rp. 151.792.875

(58)

JURNAL

2 Februari Persediaan lampu hias 2. 023.905.000

PPh Pasal 22 dibayar dimuka 151.792.875

PPN Masukan 202.390.500

PPN Masukan 202.390.500

(59)

PPH 22 BENDAHARAWAN

3 Juli 2009, sesuai dengan Daftar Isian Proyek

(DIP), Bendaharawan Departemen P dan K

melakukan kontrak dengan CV. Maftuh untuk

membeli meja kursi kantor dengan harga

membeli meja kursi kantor dengan harga

sebesar Rp 605.000.000,00 termasuk PPN

10%.

(60)

JURNAL

10

Oktober

Kas 541.750.000

PPh Pasal 22 dibayar dimuka 8.250.000

PPN Pemungut 55.000.000

Penjualan 550.000.000

(61)

PPH PERTAMINA

CV. ZABILLA bukan penyalur resmi PERTAMINA,

pada tanggal 14 April 2009 membeli solar

sebanyak 10.000 liter dari PERTAMINA

(62)

JURNAL

14 April Persediaan solar 40.000.000

PPh Pasal 22 dibayar dimuka 109.091

PPN Pemungut 4.000.000

(63)

PPH 23

PPh Pasal 23 adalah pajak atas penghasilan

berupa dividen, bunga, royalty, dan imbalan

jasa-jasa tertentu. PPh Pasal 23 merupakan

pembayaran pajak dimuka yang pada

pembayaran pajak dimuka yang pada

umumnya dapat dikreditkan pada SPT

Tahunan oleh WP yang menerima penghasilan

(kecuali atas PPh yang bersifat final, yaitu

(64)

CONTOH

PT. A menerima penghasilan berupa royalty dari

PT.B sebesar Rp.100.000.000 pada tanggal 19 Juli

2008

Jurnal PT. A:

19 Juli Kas 95.000.000

19 Juli Kas 95.000.000

PPh Pasal 23 dibayar dimuka 15.000.000

PPN Keluaran 10.000.000

(65)

PPH DIBAYAR DIMUKA

(66)

PPH PASAL 4 (2)

SEWA DIBAYAR DIMUKA

Sewa atas tanah dan/atau bangunan

Penghasilan yang diperoleh dari sewa ini dikenakan PPh pasal 4

ayat 2 dengan tarif 10% X PB. PPh dipotong penyewa, atau

disetor sendiri pemilik

disetor sendiri pemilik

CONTOH:

(67)

Pembukuan PT. A

PT. A PKP

PT. B PKP PT. B Non PKP Kas 100.000.000 Kas 100.000.0

00 PPh Pasal 4 (2) 10.000.000 PPh Pasal 4 (2)

10.000.00 0

PPN K 10.000.000 PPN K

10.000.0 00

Pendapatan Sewa 100.000.000 Pendapatan Sewa 100.000. 000 PT. A

NON PKP

Kas 90.000.000 Kas

90.000.00 0

PPh Pasal 4 (2) 10.000.000 PPh Pasal 4 (2)

10.000.00 0

(68)

Sewa atas angkutan darat

Atas penghasilan sewa kendaraan ini dipotong PPh

Pasal 23 sebesar 15% dari perkiraan penghasilan

netto oleh pihak yang Wajib Memabayar.

Perkiraan penghasilan netto 10% PB.

CONTOH

(69)

1 April Sewa Dibayar dimuka 60.000.000 PPN Masukan 6.000.000

Utang PPh Pasal 23 900.000 Kas 65.100.000 10 Mei Utang PPh 23 900.000

Kas 900.000

Jurnal untuk PT.C

1 April Kas 65.100.000

PPh Pasal 23 dibayar dimuka 900.000

PPN Keluaran 6.000.000

Pendapatan sewa 60.000.000

(70)

PPH Pasal 24

Dalam kondisi bisnis internasional semakin meningkat, WP Dalam Negeri dan WP BUT mungkin saja memperoleh penghasilan dari luar negeri, misalnya melalui kantor cabang di luar negeri melalui anak perusahaan di luar negeri, penggunaan modal di luar negeri, dan lain-lain. Penghasilan dari luar negeri itu tentu dikenai pajak di negeri asal dari penghasilan tersebut. Hal ini sudah pasti memberatkan WP Dalam Negeri dan WP BUT, karena di Indonesia

pasti memberatkan WP Dalam Negeri dan WP BUT, karena di Indonesia penghasilan yang sama juga dikenai PPh dengan tarif pasal 17 (terjadinya pajak berganda internasional, internasional double taxation). Untuk

(71)

Contoh Penghitungan Batas

Besarnya Kredi Pajak Luar Negeri

PT ARVA perusahaan dalam negeri bergerak di bidang industri makanan kaleng, pada tahun 2009, memperoleh Penghasilan Netto Dalam Negeri sebesar Rp. 100.000.000,00. Selain itu perusahaan melakukan penyertaan saham pada MATHEW Ltd di Singapura, yang pada akhir tahun 2009

saham pada MATHEW Ltd di Singapura, yang pada akhir tahun 2009

memperoleh penghasilan berupa deviden sebesar Rp. 40.000.000,00. Pajak atas perolehan deviden di Singapura adalah sebesar 25%.

Total Penghasilan Kena Pajak :

• Penghasilan Netto Dalam Negeri Rp.100.000.000,00

(72)

Pajak terutang : 28% X 140.000.000 = 39.200.000

Pajak atas deviden di Singapura sebesar

25% X Rp.40.000.000 = Rp.10.000.000,00

Kredit pajak atas penghasilan deviden dari Singapura maksimal

sebesar Rp.10.000.000,00 tapi tidak boleh lebih tinggi dari

sebesar Rp.10.000.000,00 tapi tidak boleh lebih tinggi dari

Penghasilan NettoxPajak terutang =40jtx24.500.000

= 7.000.000,00

Penghasilan Kena Pajak140jt

(73)

ANGSURAN PPH PASAL 25 DALAM

TAHUN BERJALAN

Sistem perpajakan kita menganut prinsip

convenience to pay

” yang berarti bahwa

wajib pajak diharapkan membayar pada saat

yang paling menguntungkan dirinya. Salah

yang paling menguntungkan dirinya. Salah

satu contohnya adalah membayar angsuran

pajak setiap bulan. Pajak Penghasilan Pasal 25,

mengatur tentang penghitungan besarnya

(74)

Contoh:

Berdasarkan SPT Tahunan PPh, Penghasilan Kena Pajak pada tahun 2009 adalah Rp.450.000.000

Tarif pasal 17 PPh OP : 5% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 2.500.000,-15% x Rp. 200.000.000,-= Rp. 30.000.000,-25% x Rp. 200.000.000,-= Rp. 50.000.000,

Rp. 82.500.000,-Pajak penghasilan yang terutang Rp. 82.500.000

Kredit pajak PPh psl 22 5.000.000 Kredit pajak PPh psl 22 5.000.000 PPh psl 23 2.500.000 PPh psl 24 7.500.000

Rp. 15.000.000 Rp. 67.500.000

(75)

JURNAL

PPh dibayar dimuka

5.625.000

Kas

5.625.000

(76)

NERACA

(77)

PENGERTIAN

PSAK 16

Asset tetap adalah asset berwujud yang

diperoleh dalam bentuk siap pakai atau

dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam

dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam

operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk

dijual dalam rangka kegiatan normal

(78)

PEMBELIAN ASSET TETAP

Untuk pembelian Lokal, Kas yang dikeluarkan

merupakan harga perolehan ditambah dengan

PPN Masukan

Jika pembelian dilakukan dengan impor maka

Jika pembelian dilakukan dengan impor maka

jurnal yang dibuat sama dengan jurnal

(79)

PENYUSUTAN ASET TETAP

CONTOH:

Gedung pabrik dibeli 1 Januari 2008 dengan harga perolehan Rp.600.000.000. Masa manfaat komersial selama 30 tahun. Menurut fiscal 20 tahun.

JURNAL:

1 Jan Beban penyusutan gedung 20.000.000

Akumulasi penyusutan gedung 20.000.000 Akumulasi penyusutan gedung 20.000.000

Komersial : Rp. 600.000.000/30 tahun = Rp. 20.000.000 Fiskal : Rp. 600.000.000 x 5% = Rp.30.000.000

Atas perbedaan tersebut tidak perlu membuat jurnal penyesuaian. Perbedaan tersebut menimbulkan beda waktu saja.

(80)

PENJUALAN ASSET

Contoh:

Mobil operasional perusahaan yang diperoleh tanggal 12

Juli 2005 dengan harga Rp.48.000.000 dijual dengan

harga Rp.40.000.000. Menurut akuntansi masa

manfaat mobil 4 tahun, menurut pajak 8 tahun.

Keterangan Akuntansi Pajak

Harga perolehan 48.000.000 48.000.000 Akum. Penyusutan (12.000.000) (9.000.000)

Nilai Buku 36.000.000 39.000.000

Harga pasar 40.000.000 40.000.000

(81)

JURNAL

31 Des

Kas 44.000.000

Akum Penyusutan kendaraan 12.000.000

Kendaraan 48.000.000

PPN Keluaran (Psl 16D) 4.000.000 Laba penjualan kendaraan 4.000.000

Perbedaan pengakuan besarnya laba penjualan asset yang terjadi antara akuntansi dan pajak, perusahaan tidak perlu membuat jurnal penyesuaian. Perbedaan tersebut dikoreksi pada saat mengisi SPT tahunan sebesar Rp.4.000.000 – Rp.1.000.000 =

(82)

REVALUASI AKTIVA TETAP

Revaluasi asset tetap adalah suatu penilaian kemabali atas asset

tetap yang dimiliki perusahaan sehingga dapat sesuai dengan harga

pasar saat dilakukannya revaluasi tersebut.

Menurut perpajakan, revaluasi aktiva tetap merupakan penyesuaian

cost asset tetap dengan harga pasar. Revaluasi asset

menguntungkan karena pemerintah dapat melakukan pemajakan

menguntungkan karena pemerintah dapat melakukan pemajakan

atas selisih dari cost asset tetap dengan harga pasar.

Penilaian kembali aktiva tetap harus dilakukan berdasarkan nilai

(83)

CONTOH

31 Desember 2009 PT.Betul benar berencana melakukan revaluasi

aktiva tetap yang dimiliki:

Tanah yang diperoleh Desember 2004 dengan harga perolehan

Rp.500.000.000 dan harga revaluasi Rp.1.000.000.000

Bangunan permanen diperoleh Januari 2007 dengan harga

perolehan Rp.600.000.000 dan harga revaluasi Rp.850.000.000

Mesin termasuk kelompok 2 diperoleh Juli 2007 dengan harga

Mesin termasuk kelompok 2 diperoleh Juli 2007 dengan harga

perolehan Rp.100.000.000 dan harga revaluasi Rp.200.000.000

(84)

JAWAB

Harga perolehan tanah: Rp. 500.000.000

Harga perolehan bangunan: Rp.600.000.000 Akum peny: 600.000.000/20 th x 3 (Rp.90.000.000)

Rp. 510.000.000 Harga perolehan mesin: Rp.100.000.000

Akum peny: 100.000.000 x 30/12 x8 (Rp.31.250.000) Akum peny: 100.000.000 x 30/12 x8 (Rp.31.250.000)

Rp. 68.750.000

Nilai Buku Rp.1.138.750.000

Harga pasar (1.000.000.000+850.000.0000+200.000.000) = 2.050.000.000

Nilai buku = 1.138.750.000

(85)

JURNAL

Tanah 500.000.000

Bangunan (850.000.000-600.000.000)+90.000.000 340.000.000

Mesin (200.000.000-100.000.000)+31.250.000 131.250.000

Selisih penilaian kembali asset tetap 971.250.000

PPh final atas revaluasi aktiva tetap 87.100.000

Kas/Bank 87.100.000

Kas/Bank 87.100.000

(86)

NERACA

(87)

Jenis-jenis sewa menurut PSAK 30

1. Finance lease

Lessor :

Pihak yang membiayai penyediaan barang modal.

Lessee :

Lessee :

- memilih barang modal yang dibutuhkan atas nama

perusahaan sewa

- Pemilik barang modal tsb

- melakukan pemesanan, pemeriksaan serta memelihara

barang modal yang dijadikan obyek transaksi sewa.

- Selama masa sewa melakukan pembayaran secara berkala.

Jumlah mencakup biaya yang dikeluarkan untuk

(88)

2. Operating lease

Lessor

: membeli barang modal kemudian

disewakan kepada lesse.

Lessee

: membayar sewa membayar biaya

Lessee

: membayar sewa membayar biaya

(89)

3. Sales Type lease

Sewa penjualan merupakan transaksi

pembiayaan sewa secara langsung dimana

jumlah transaksi termasuk laba yang

(90)

Leverage lease

Melibatkan:

penyewa guna usaha,

perusahaan sewa, dan

kreditur jangka panjang yang membiayai

kreditur jangka panjang yang membiayai

(91)

Jenis sewa yang diakui perpajakan:

1. sewa dengan hak opsi (

finance lease

)

karakteristik yang harus dipenuhi semua:

pembayaran sewa masa sewa pertama ditambah

dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup

harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor.

harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor.

Masa sewa ditetapkan sekurang-kurangnya dua tahun

untuk barang modal golongan I, tiga tahun untuk

barang modal golongan II dan III, dan tujuh tahun

untuk golongan bangunan.

(92)

sewa tanpa hak opsi

adalah kegiatan jasa pembiayaan berupa penyediaan kredit bagi lesse

oleh lessor.

Penghasilan lessor adalah bunga yang diterima pada saat angsuran

pelunasan kewajiban sewa.

Perpajakan melarang penyusutan barang sewa ini, karena dianggap

sebelum selesainya masa leasing asset bukan milik lessee maupun

lessor.

Karakteristik:

pembayaran sewa selama masa sewa pertama tidak dapat

menutupi harga perolehan barang modal dan tidak menghasilkan

keuntungan.

(93)

PERLAKUAN PERPAJAKAN

SEWA DENGAN HAK OPSI

BAGI LESSOR:

• Penghasilan kena pajak : pembayaran sewa dikurangai angsuran pokok.

• Tidak berhak melakukan penyusutan asset yang disewakan dengan hak opsi.

• Jika masa sewa lebih pendek dari yang telah ditentukan sebelumnya, DJP melakukan koreksi atas penghasilan lessor.

melakukan koreksi atas penghasilan lessor.

• Kerugian karena piutang tdk dp ditagih dibebankan pada cadangan piutang tak tertagih.

• Cadangan piutang lebih besar dari kenyataan, diakui sebagai penghasilan

• Cadangan piutang lebih kecil dari kenyataan, diakui sebagai kerugian.

• Penyerahan barang kepada lesse dikenakan PPN, penyerahan jasa dalam transaksi ke lesse tidak dikenakan PPN.

(94)

BAGI

LESSEE

:

Selama masa sewa, lessee tidak boleh melakukan

penyusutan atas barang modal yang disewakan sampai

saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli.

Dasar penyusutan adalah nilai sisa

Pembayaran sewa dapat mengurangi penghasilan

Pembayaran sewa dapat mengurangi penghasilan

bruto lessee (jika memenuhi ketetentuan capital lease)

Masa sewa lebih pendek dari masa yang ditetntukan,

DJP melakukan koreksi atas pembebanan biaya sewa.

Lessee tidak memotong PPh 23 atas pembayaran sewa

(95)

SEWA TANPA HAK OPSI

BAGI

LESSOR

:

Penghasilan kena pajak : seluruh pembayaran sewa

yang diterima.

Membebankan biaya penyusutan atas barang modal

yang disewakan

BAGI

LESSEE

:

Biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto:

pembayaran sewa yang dibayar.

Memotong PPh 23 atas pembayaran sewa tsb

(96)

CONTOH

:

PT. A membeli mesin produksi dengan cara sewa

(leasing) pada tanggal 1 Januari 2009, dimana

pembelian ini merupakan capital lease. Setiap

tahun PT.A harus membayar Rp.1.500.000 selama

4 tahun dan masa manfaat mesin 6 tahun. Pada

akhir masa leasing, terdapat opsi pembelian

4 tahun dan masa manfaat mesin 6 tahun. Pada

akhir masa leasing, terdapat opsi pembelian

(97)

JAWAB

BAGI LESSEE:

Present value leasing = PV cicilan + PV nilai opsi

= (cicilan x 1-

1

+ 1) + (Nilai opsi X

1

)

(1+i)n-1

(1 + i) n

ii

= (1.500.000 x 1 -

1

+ 1) + (2.000.000 X

1

)

(1+0,1)3

(1+0.1)4

0,1

(98)

1 Jan Mesin (leasing) 6.596.350

Utang leasing jk pendek 1.649.087,5 Utang leasing jk panjang 4.947.262,5

Utang leasing 1.500.000 Utang leasing 1.500.000 Biaya bunga leasing 200.000

Kas 1.700.000.

(99)

BAGI LESSOR:

(100)

ASET TIDAK BERWUJUD

Aset tidak berwujud adalah asset nonmoneter

yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai

wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan

(101)

PEROLEHAN ASET TIDAK BERWUJUD

1. GOODWILL

Adalah hak-hak istimewa yang dimiliki oleh suatu perusahaan.

Misal: keistimewaan lokasi, produksi, distribusi, nama, dan pengalaman yang lebih unggul dari perusahaan lain.

Perusahaan tidak dapat secara otomatis mencantumkan goodwill dalam neraca. Goodwill hanya dapat dicatat dalam pembukuan jika suatu

neraca. Goodwill hanya dapat dicatat dalam pembukuan jika suatu

perusahaan membeli perusahaan lain dengna harga diatas yang berlaku. Nilai goodwill yang dicantumkan adalah niali seluruh asset setelah dikurangi biaya.

(102)

BIAYA PENDIRIAN DAN PERLUASAN MODAL

CONTOH

PT. B berdiri tahun 2005 talah menghabiskan biaya sebesar Rp.50.000.000 untuk mendapatkan izin pengurusan pendirian perusahaan. Biaya ini diberlakukan sebagai asset lainnya dan memiliki masa manfaat 5 tahun, metode penyusutan garis lurus.

Aset lainnya (tidak berwujud) 50.000.000

Kas 50.000.000

Beban amortisasi asset tidak berwujud 10.000.000

Aset lainnya 10.000.000

Menurut fiscal

Beban amortisasi 25% X 50.000.000 = 12.500.000

(103)

NERACA

(104)

DIVIDEN

CONTOH:

Maret 2009 PT.V melakukan pembayaran dividen tahun 2008 kepada pemegang saham yaitu PT.A 20%, PT.B 30%, PT. C 40% dan PT.D 10%. Jumlah seluruh dividen yang dibayarkan adalah Rp.200.000.000. PPh Pasal 23 yang harus dipotong, disetorkan dan dilaporkan di atas: PT.A 15% x (20% x 200.000.000) = Rp.6.000.000

(105)

Maret 07 Dividen - PT.A 40.000.000 Dividen - PT.B 60.000.000 Dividen - PT.C 80.000.000 Dividen - PT.D 20.000.000

Utang PPh 23 9.000.000

Jurnal:

(106)

BUNGA

CONTOH:

April 2009 PT. A membayar bunga pinjaman kepada BNI 46

Rp.70.000.000 dan kepada PT.B sebesar Rp.40.000.000.

PPh pasal 23:

PPh pasal 23:

Bunga dari BNI 46

Bukan Obyek PPh pasal 23

Bunga kepada PT.B

15% x Rp.40.000.000 = Rp.6.000.000

April 07 Beban bunga 40.000.000

(107)

ROYALTI

CONTOH:

April 2007 PT. Suka merupakan penerbit buku, membayar royalty

kepada Tn.Sutrisno sebagai penyusun bukusebesar Rp.40.000.000.

PPh pasal 23

=15% x Rp.40.000.000= Rp.6.000.000

PPh pasal 23

=15% x Rp.40.000.000= Rp.6.000.000

April 07 Beban royalti 40.000.000

(108)

SEWA

CONTOH:

PT. A menyewakan bus kepada PT.B untuk jangka waktu 6

bulan dengan biaya sewa perbulan Rp.10.000.000 pada

1 Mei 2009.

1 Mei Sewa dibayar dimuka

60.000.000

PPN Masukan 6.000.000

(109)

PPH PASAL 26

CONTOH:

PT. Q tanggal 18 Oktober 2008 membayar gaji kepada karyawan asingnya sebesar Rp.100.000.000.

PPh Pasal 26 = 20% x 100.000.000 = Rp.20.000.000

18 Okt 08

Beban gaji 120.000.000

(110)

UTANG DIVIDEN

CONTOH:

Tanggal 28 Desember 2009 PT. ABU mengumumkan akan membayar dividen tunai sebesar Rp.15.000.000 pada tanggal 5 Januari 2009.

JURNAL ;

28 Des 09 Mencatat pengumuman pembagian dividen

Saldo Laba 15.000.000

Utang Dividen 15.000.000

Mencatat terutangnya PPh 23

Utang Dividen 2.250.000

Utang PPh 23 2.250.000

5 Jan 2010 Mencatat Pembayaran Dividen

Utang Dividen 12.750.000

Kas 12.750.000

10 Jan 2010 Mencatat penyetoran PPh 23 ke kas negara

Utang Pph 23 2.250.000

(111)

UTANG WESEL

Utang Wesel merupakan suatu surat utang yang

disertai dengan dokumen perjanjian. Utang

wesel ini dapat muncul akibat utang dagang

yang tidak dibayar pada jatuh tempo sehingga

yang tidak dibayar pada jatuh tempo sehingga

muncul perjanjian atau kesepakatan maupun

dikeluarkan untuk mendapatkan pinjaman.

Wesel harus selalu dicatat sebesar

(112)

CONTOH

Tanggal 5 Mei 2009 PT. A meminjam uang dari bank

dengan menyerahkan promes senilai Rp. 8.000.000,

bunga diskonto 15%, dan jangka waktu 12 bulan.

5 Mei 2009 Kas 6.800.000

Diskonto wesel bayar 1.200.000 15% x 8.000.000

Wesel Bayar 8.000.000

31 Des 2009 Biaya bunga 800.000 8/12x 1.200.000

Diskonto wesel bayar 800.000

Rugi 800.000

Biaya bunga 800.000

5 Mei 2010 Pada saat pelunasan

Wesel bayar 8.000.000

(113)

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

DAN

(114)

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

Kewajiban jangka panjang adalah utang yang

jatuh temponya lebih dari satu tahun buku

dan sumber pembiayaannya tidak diambil dari

asset lancer. Kewajiban jangka panjang

asset lancer. Kewajiban jangka panjang

(115)

UTANG OBLIGASI

Obligasi adalah janji tertulis untuk membayar bunga secara

periodic dan sejumlah nilai nominal pada tanggal jatuh tempo.

Pada obligasi dapat terjadi adanya agio (premium) dan juga

disagio (discount):

Agio ataupun disagio terjadi karena perbedaan suku bunga

pasar dengan suku bunga yang terdapat dalam obligasi.

pasar dengan suku bunga yang terdapat dalam obligasi.

Agio dan disagio merupakan penyesuaian terhadap tarif

bunga nominal sehingga perlu dilakukan amortisasi

tahunan atas jumlah agio atau disagio tersebut

(116)

CONTOH 1:

PT.ARVA menjual obligasi nilai nominal Rp.300.000.000 dengan bunga

20% pertahun kepada PT.Raya seharga Rp.320.000.000. Obligasi ini

tidak diperdagangkan di bursa efek.

PT. ARVA

Saat Penerbitan Kas 317.000.000

PPh 23 dibayar dimuka 3.000.000 15%x 20.000.000

PPh 23 dibayar dimuka 3.000.000 15%x 20.000.000

Utang obligasi 300.000.000 Nilai nominal

Premium obligasi 20.000.000 320 jt-300 jt

Pembayaran bunga Beban bunga obligasi 60.000.000 20%x

300.000.000

Kas 60.000.000

Pelunasan obligasi Utang obligasi 300.000.000

(117)

Saat Penerbitan Obligasi 300.000.000 Bunga dibayar dimuka 20.000.000

Utang PPh 23 3.000.000 Kas 317.000.000

PT.RAYA

Penerimaan bunga Kas 60.000.000

Pendapatan bunga obligasi 60.000.000

Pelunasan obligasi Kas 300.000.000

(118)

PENGERTIAN

Ekuitas adalah bagian hak pemilik dalam perusahaan,

yaitu selisih antara asset dan kewajiban yang ada.

Bentuk modal tergantung dari jenis hokum usahanya.

Contoh : modal perseroan terbatas terdiri atas saham dan

secara hokum terpisah dari kekeayaan pemiliknya,

Contoh : modal perseroan terbatas terdiri atas saham dan

secara hokum terpisah dari kekeayaan pemiliknya,

modal perudahaan perorangan dan firma tidak terbagi

atas saham dan secara hokum tidak terpisah dari

(119)

SALDO LABA

Contoh : Pembayaran bonus, gratifikasi, jasa produksi, dan tantiem kepada pegawai serta pengurus yang diambil dari saldo laba tidak boleh

diperhitungkan sebagai biaya.

Perlakuan ini sama dengan ketentuan fiscal yang menyatakan bahwa pembayaran tersebut bukan merupakan biaya. Saat terutangnya/ pemotongan PPH Pasal 23/26 atas pembayaran dividen atau bagian

keuntungan dari perseroan dalam negeri dengan ini disampaikan penegasan pemotongan PPH Pasal 23/26 atas pembayaran dividen atau bagian

keuntungan dari perseroan dalam negeri dengan ini disampaikan penegasan sebagai berikut:

Bagi perusahaan yang tidak go public, saat terutangnya PPh 23/26 adalah pada saat disediakan untuk dibayarkan, yaitu pada saat pembagian dividen diumumkan/ditentukan dalam RUPS tahunan.

Bagi perseroan yang go public, kewajiban perusahaan untuk emmotong

(120)

AGIO DAN DISAGIO SAHAM

CONTOH

PT. A menjual saham biasa dengan harga Rp.12.000 perlembar dengan

nilai nominal Rp.10.000 sebanyak 1000 lembar pada tanggal 10

Januari 2007. Berikut pencatatan yang dilakukan oleh PT.A.

JURNAL

JURNAL

10 Jan 07 Kas 12.000.000

Modal Saham 10.000.000

(121)

RUGI LABA

(122)

UU PPH Pasal 4 ayat (1)

Penghasilan adalah setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima tau

diperoleh WP, baik yang berasal dari Indonesia

maupun dari luar Indonesia yang dapat

(123)

PENGHASILAN SEBAGAI OBYEK PAJAK

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan

pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh

termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,

kornisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau

imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan

lain dalam Undang-undang ini;

imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan

lain dalam Undang-undang ini;

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan,

dan penghargaan;

c. Laba usaha;

(124)

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah

dibebankan sebagai biaya;

f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan

karena jaminan pengembalian utang;

g. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun,

termasuk deviden dari perusahaan asuransi kepada

pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha

koperasi;

koperasi;

h. Royalti;

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan

penggunaan harta;

j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai

dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan

(125)

1. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;

n. Premi asuransi;

o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan

anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang

menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan

yang belum dikenakan pajak;

yang belum dikenakan pajak;

q. Imbalan bunga yang diberikan kepada Wajib Pajak

berkenaan dengan pengembalian kelebihan

pembayaran pajak berdasarkan Surat Keputusan

Keberatan, Banding atau Surat Keputusan Pengurangan

atau Penghapusan Sanksi Perpajakan (

(126)

PENGHASILAN BUKAN OBYEK PPH

- Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang

diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat

yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para

penerima zakat yang berhak;

- harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah

dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh

dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh

badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan

sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang

ditetapkan oleh Menteri Keuangan; Syarat sepanjang

tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,

(127)

Warisan;

Penggantian atau imbalan sehubungan dengan

pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh

dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari

Wajib Pajak atau Pemerintah;

Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada

orang pribadi sehubungan dengan asuransi

orang pribadi sehubungan dengan asuransi

kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,

asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa;

Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota

dari perseroan komanditer yang modalnya tidak

terbagi atas saham-saham, persekutuan,

(128)

Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT

sebagai WP Dalam Negeri, koperasi, BUMN, atau BUMD

dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan

dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :

- Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan

- Bagi PT, BUMN, dan BUMD yang menerima dividen,

kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen

paling rendah 25% dari jumlah yang disetor dan harus

mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham

mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham

tersebut,

Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan

reksadana selama 5 tahun pertama sejak pendirian

perusahaan atau pemberian ijin usaha;

Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai

(129)

Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh

badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat

( 1 ) huruf b sebagai pengganti saham atau

sebagai pengganti penyertaan modal

Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada

orang pribadi sehubungan dengan asuransi

kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,

kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,

asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa

(130)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Aktiva pajak tangguhan ( deffered tax asset ) diakui untuk seluruh beda waktu yang boleh dikurangkan (nilai basis akuntansi &lt; nilai basis pajak) sepanjang besar

– Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode pelaporan3.

– Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode pelaporan.

Variabel bebas lainnya adalah beban pajak kini yang dihitung dari hasil bagi antara beban pajak kini pada periode tertentu dengan total aktiva pada periode sebelumnya (Deviana,

diakui dalam penghitungan laba akuntansi pada periode yang berbeda dari periode pengakuan penghasilan atau beban tersebut dalam penghitungan penghasilan kena pajak (rugi pajak). Pajak

Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai beban atau penghasilan dalam laba rugi periode berjalan, kecuali untuk pajak penghasilan yang timbul dari transaksi

 Aset pajak tangguhan diakui untuk seluruh perbedaan temporer dapat dikurangkan, sepanjang kemungkinan besar bahwa laba kena pajak akan tersedia dalam jumlah yang cukup memadai

Namun kenaikan tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam laporan laba rugi. 