Kelompok 4
Risa Amaliyah
Ika Muslimah
Iis Uni Lestari
PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN
REKONSILIASI PAJAK (FISKAL)
KOMPENSASI KERUGIAN
PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Pajak Kini (Current Tax) adalah jumlah pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak, jumlah pajak ini harus dihitung sendiri oleh wajib pajak berdasarkan penghasilan kena pajak dikalikan dengan tarif pajak, kemudian dibayar sendiri dan dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai dengan peraturan perundang-undangan pajak yang berlaku. Penghasilan kena pajak atau laba fiskal diperoleh dari hasil koreksi fiskal terhadap laba bersih sebelum pajak berdasarkan laporan keuangan komersial (laporan akuntansi).
Pajak tangguhan (Deffered Tax) adalah pajak yang kewajibannya ditunda sampai waktu yang ditentukan atau diperbolehkan. Pada dasarnya antara akuntansi pajak dan akuntansi keuangan memiliki kesamaan tujuan, yaitu untuk menetapkan hasil operasi bisnis dengan pengukuran dan rekognisi pengahasilan dan biaya
PENGERTIAN
PT. Cemerlang pada tahun 2015 mempunyai data sebagai berikut.
1. Laba bersih sebelum pajak komersial Rp500.000.000
2. Bunga deposito Rp20.000.000
3. Sumbangan untuk perayaan 17 Agustus 2015 sebesar Rp5.000.000
4. Aset tetap yang dimiliki terdiri atas:
PERHITUNGAN
PAJAK KINI
ASET TAHUN
PEROLEHAN PEROLEHANHARGA (RP)
Tanah 2006 400.000.000 - - Garis Lurus
Rekonsiliasi Fiskal PT.Cemerlang pada tahun 2015 dilakukan sebagai berikut. Laba bersih komersial sebelum PPh Rp. 500.000.000
Beda waktu:
Penyusutan (Rp. 10.000.000) Beda tetap:
Pendapatn bunga (Rp. 20.000.000) Sumbangan Rp. 5.000.000
Laba fiskal Rp. 475.000.000
Rugi fiskal yang dapat dikompensasikan (Rp. 175.000.000) Laba kena pajak Rp. 300.000.000
PPh yang harus dibayar(25%x300.000.000) Rp. 75.000.000
Beban penyusutan sebagia berikut
-TAHUN KOMERSIAL (RP) FISKAL (RP)
2006 40.000.000 50.000.000
Dengan demikian besarnya, pajak kini (pajak yang harus dibayar) oleh PT.
PT Gemilang pada tahun 2015 mempunyai data sebagai berikut.
1.Laba bersih sebelum pajak komersial Rp500.000.000
2.Kompensasi kerugian tahun 2015 sebesar Rp50.000.000
3.Aset tetap yang dimiliki terdiri atas
PERHITUNGAN
PAJAK TANGGUHAN
ASET TAHUN
PEROLEHAN PEROLEHANHARGA (RP)
Tanah 2009 400.000.000 - -
Pencatatan kewajiban pajak tangguhan 2015:
(Dr) Aset Pajak Tangguhan
12.500.000
(Cr) Manfaat Pajak Tangguhan
12.500.000
Pencatatan aset pajak tangguhan yang berasal dari rugi fiskal yang
dapat dikompensasi(Rp50.000.000*25%)
Beban penyusutan aset tetap inventaris adalah sebagai berikut.
TAHUN KOMERSIAL (RP) FIKAL (RP) PERBEDAAN(RP)
2009 80.000.000 50.000.000 30.000.000
2010 80.000.000 50.000.000 30.000.000
2011 80.000.000 50.000.000 30.000.000
2012 80.000.000 50.000.000 30.000.000
2013 80.000.000 50.000.000 30.000.000
2014 - 50.000.000 (50.000.000)
2015 - 50.000.000 (50.000.000)
2016 - 50.000.000 (50.000.000)
Pencatatan kewajiban pajak tangguhan 2012:
(Dr) Beban Pajak tangguhan
12.500.000
(Cr) Aset Pajak Tangguhan
12.500.000
Pengakuan beban pajak tangguhan yang bersal dari rugi yang
dikompensasikan (Rp50.000.000*25%)
(Dr) Beban Pajak Tangguhan
7.500.000
(Cr) Kewajiban Pajak Tangguhan
7.500.000
REKONSILIASI PAJAK ADALAH
sarana untuk menyesuaikan laporan
laba rugi berdasarkan prinsip akuntansi ke perpajakan yang digunakan untuk
perhitungan pajak.
KOREKSI FISKAL ADALAH
koreksi atau penyesuaian yang harus
dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak Penghasilan (PPh) bagi
wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi (yang menggunakan
pembukuan dalam menghitung penghasilan kena pajak).
KOREKSI FISKAL TERJADI
karena adanya perbedaan
perlakuan/pengakuan penghasilan maupun biaya antara akuntansi komersial
dengan akuntansi pajak.
Kompensasi Kerugian adalah kompensasi yang diberikan kepada entitas yang mengalami kerugian untuk tidak membayar pajak pada periode berikutnya sejumlah kerugian yang telah diakui atau dibatasi oleh waktu.
Berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, kerugian fiskal adalah kerugian fiskal berdasarkan ketetapan pajak yang telah diterbitkan Direktur
Jenderal Pajak serta kerugian fiskal berdasarkan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak (self assesment) dalam hal tidak ada atau belum diterbitkan ketetapan pajak oleh Direktur Jenderal Pajak.
Ketentuan Kerugian Fiskal antara lain :
1. Kompensasi kerugian fiskal timbul apabila untuk tahun pajak sebelumnya terdapat kerugian fiskal (SPT Tahunan dilaporkan Nihil atau Lebih Bayar tetapi ada kerugian fiskal).
2. Kerugian Fiskal terjadi karena penghasilan bruto dikurangi dengan biaya (yang diperbolehkan menurut ketentuan fiskal) hasilnya mengalami kerugian.
3. Kerugian Fiskal tersebut dikompensasikan dengan laba neto fiskal dimulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.
Contoh
Pada tahun 2010 PT PQR mengalami kerugian fiskal sebesar Rp 2.400.000.000,00 (dua miliar empat ratus juta rupiah). Dalam 5 (lima) tahun berikutnya laba rugi fiskal PT PQR sebagai berikut: 2011: laba Rp 300.000.000,00
2012: rugi (Rp 400.000.000,00) 2013: laba Rp 500.000.000,00
2014: rugi (Rp 200.000.000,00) (menerapkan PPh Final PP No. 46 Tahun 2013) 2015: laba Rp 800.000.000,00
Perhitungan Kompensasi kerugian PT PQR dilakukan sebagai berikut : Rugi fiskal tahun2010 (Rp 2.400.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2011 Rp 300.000.000,00 (+) Sisa rugi fiskal tahun 2010 (Rp 2.100.000.000,00) Rugi fiskal tahun 2012 (Rp 400.000.000,00) Sisa rugi fiskal tahun 2010 (Rp 2.100.000.000,00) Laba fiskal tahun 2013 Rp 500.000.000,00 (+) Sisa rugi fiskal tahun 2010 (Rp 1.600.000.000,00)
Rugi fiskal tahun 2014 (tidak bisa dikompensasi) (Rp 200.000.000,00) (+) Sisa rugi fiskal tahun 2010 (Rp 1.600.000.000,00)
Penjelasan :
1. Rugi fiskal tahun 2010 sebesar Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) yang masih tersisa pada akhir tahun 2015 tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiskal tahun 2016 karena jangka waktu 5 tahun telah selesai di tahun 2015
2. Rugi fiskal tahun 2012 sebesar Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) boleh dikompensasikan terakhir dengan laba fiskal tahun 2017, karena jangka waktu lima tahun dimulai sejak tahun 2013.
3. Pada tahun 2014, perusahaan menerapkan ketentuan PPh Final berdasarkan PP No. 46 Tahun 2013. Maka rugi fiskal tahun 2014 sebesar Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak boleh dikompensasikan. Hal ini sesuai dengan Pasal 8 PP No. 46 Tahun 2013 bahwa kerugian pada suatu Tahun Pajak dikenakannya Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini tidak dapat dikompensasikan pada Tahun Pajak berikutnya. 4. Tahun Pajak 2010 sampai dengan 2015 tidak ada PPh Badan yang terutang.
Kompensasi Kerugian Bagi Wajib Pajak Tertentu
Wajib Pajak yang melakukan penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu memperoleh fasilitas PPh berupa kompensasi kerugian lebih lama dari 5 (lima) tahun namun tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun. Ketentuan fasilitas kompensasi kerugian lebih lama dari 5 (lima) tahun namun tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun:
a. Tambahan 1 (satu) Tahun:
apabila Penanaman Modal baru pada bidang usaha yang diatur pada Pasal 2 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015 dilakukan di kawasan industri dan/atau kawasan berikat
b. Tambahan 1 (satu) Tahun:
apabila Wajib Pajak yang melakukan Penanaman Modal baru mengeluarkan biaya untuk infrastruktur ekonomi dan/atau sosial di lokasi usaha paling sedikit sebesar
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) c. Tambahan 1 (satu) Tahun:
1. KEBIJAKAN AKUNTANSI
Kebijakan Akuntansi dari suatu entitas pelaporan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang spesifik dan metode-metode penerapan prinsip-prinsip tersebbut yang dinilai oleh manajemen dari entitas tersebut sebagai yang paling sesuai dengan kondisi yang ada untuk menyajikan secara wajar posisi keuangan, perubahan yang terjadi pada posisi keuangan, dan hasil operasi sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dan karena itu telah diadopsi untuk pembuatan laporan keuangan.
Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi, peraturan dan prosedur yang digunakan manajemen dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan. Beberapa jenis kebijakan akuntansi dapat digunakan untuk subjek yang sama. Pertimbangan dan atau pemilihan perlu disesuaikan
dengan kondisi perusahaan. Sasaran pilihan kebijakan yang paling tepat akan menggambarkan realitas ekonomi perusahaan secara tepat dalam bentuk keadaan keuangan dan hasil operasi.
2. BEBAN PAJAK
Jumlah gabungan pajak kini dan pajak tangguhan yang diperhitungkan dalam
menentukan laba-rugi pada suatu periode. Beban pajak (penghasilan pajak) terdiri dari beban pajak kini (penghasilan pajak kini) dan beban pajak tangguhan (penghasilan pajak
tangguhan).
3. PENGUNGKAPAN PAJAK PENGAHASILAN
termasuk cukup komprehensif dan detail dalam laporan keuangan. Pengungkapan pajak
penghasilan biasanya digabungkan menjadi satu atas beban pajak kini, liabilitas pajak kini dan pajak tangguhan dalam kelompok perpajakan.
PSAK 46 (Revisi 2013) menjelaskan komponen utama beban (penghasilan) pajak yang harus diungkapkan secara terpisah antara lain :
a. Beban (penghasilan) pajak kini.
b. Penyesuain atas pajak kini yang berasal dari periode sebelumnya.
c. Jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan baik yang berasal dari timbulnya perbedaan temporer maupun dari realisasinya.
d. Jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan terkait dengan perubahan tarif pajak atau penerapan peraturan perpajakan yang baru.
e. Jumlah manfaat yang ditimbulkan dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya, kredit pajak atau perbedaan temporer periode sebelumnya yang digunakan untuk mengurangi beban pajak kini.